1. Penyediaan air siap minum. 2. Pencemaran air – pencegahan dan pengendalian. 3. Penyediaan air – standar. 4. Manajemen risiko – metode.
5. Teknik sanitasi –pendidikan. 6. Perencanaan kesehatan regional. 7. Laporan kasus I. World Health Organization. II. International Water Association
Persiapan
Tindakan-tindakan awal, meliputi membentuk tim WSP
(Modul 1)
Penilaian Sistem
- Menjelaskankan sistem pasokan air (Modul 2)
Umpan-balik - Mengenali bahaya-bahaya dan peristiwa-
peristiwa berbahaya serta menilai risiko-
risikonya (Modul 3)
Revisi WSP Rencanakan - Menentukan dan memvalidasikan cara-cara
setelah insiden dan lakukan kendali, penilaian ulang dan memprioritaskan
(Modul 11) tinjauan ulang risiko-risiko (Modul 4)
periodik pada
WSP (Modul
10)
- Kembangkan, laksanakan, dan bina rencana Peningkatan
pengembangan/perbaikan (Modul 5) Diperlukan investasi
untuk modifikasi
sistem penting (Modul
5)
Pemantauan Operasional
- Mendefinisikan pemantauan upaya-upaya
pengawasan (Modul 6)
- Pastikan keefektifan WSP (Apakah sistem
mencapai target kesehatan?) (Modul7)
Persiapan Pendahuluan
Ringkasan Modul-modul
Penilaian Sistem Modul 4. Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang dan memprioritisasi risiko-
risiko
Umpan balik dan Perbaikan Modul 10. Rencanakan dan lakukan tinjauan ulang periodic pada WSP
Daftar kata-kata
- pikirkan ada tidaknya kendali atau pelindung dalam setiap keadaan
Pendahuluan yang berisiko dan apakah hal tersebut efektif atau tidak;
“Upaya paling efektif untuk memastikan keamanan penyediaan air - validasikan efektifitas dari kendali dan pelindung;
minum secara konsisten adalah melalui penilaian menyeluruh risiko - laksanakan rencana pengembangan bila diperlukan;
dan pendekatan manajemen risiko yang meliputi semua langkah dalam - mendemonstrasikan bahwa sistem tersebut aman;
penyediaan air mulai dari pengambilan air sampai kepada konsumen. - meninjau ulang bahaya, risiko, dan kendali secara berkala;
Dalam panduan berikut, pendekatan semacam itu disebut dengan water - buat catatan hasil yang akurat secara transparan dan demi kejelasan
safety plans (WSP)”. hasil.
Tujuan Dasar sistematik daripada strategi WSP ini tidak boleh hilang atau
Kalimat di atas mengawali Bab 4 dalam Third Edition of the WHO dilupakan selama pelaksanaan. Keuntungan dari strategi WSP adalah
Guidelines for Drinking-water Quality (2004) dan mencakup filosofi
dari pendekatan WSP. Bab itu lebih menjelaskan prinsip-prinsip bahwa WSP dapat diterapkan untuk memastikan keamanan air dari semua
pendekatan WSP daripada menjadi sebuah panduan dalam aplikasi tipe dan juga semua ukuran sistem penyediaan air, baik yang sederhana
sehari-hari. Tujuan dari buku ini adalah sebagai pedoman praktis untuk
memfasilitasi pengembangan WSP terutama dalam penyediaan air maupun yang kompleks.
terorganisir yang dikelola oleh penyedia air atau yang sejenisnya.
Industri air di Inggris dan Wales beralih ke tangan swasta pada tahun 1989,
Proses pengolahan
Studi kasus ini mencakup 1.220 tempat pengolahan air, dengan sehingga memberikan perbaikan investasi oleh penyedia air. Hal ini
berbagai macam proses, termasuk koagulasi/flokulasi/ edimentasi menjadikan industri yang maju dan canggih.
secara konvensional, filtrasi dan khlorinasi, dan teknologi-teknologi
yang makin banyak dipakai, seperti GAC (granular activated carbon), Kondisi infrastruktur
membran, ozonisasi, dan sinar UV, untuk mengatasi risiko yang
muncul. Banyak sumber air tanah yang masih ditangani dengan
disinfektan saja. Sistem yang dijelaskan sudah terpelihara dengan baik, namun tingkat
kebocoran pada jaringan masih menjadi masalah di beberapa daerah
dengan kondisi perpipaan yang sudah tua.
Tempat penerima air
Rumah tangga menerima air langsung ke rumah mereka melalui sistem
perpipaan internal, terhubung dengan sistem perpipaan milik
Pendahuluan
Pembentukan tim yang berdedikasi dan yang memenuhi syarat adalah suatu keharusan untuk menjaga kemampuan teknis
yang diperlukan untuk Rencana Keamanan Air (Water Safety Plan, WSP). Langkah ini termasuk menyusun sebuah tim
yang terdiri dari individu-individu yang berasal dari penyedia pelayanan, dan juga dalam beberapa kasus, berasal dari
kelompok yang lebih luas dari para pemangku kepentingan, dengan tanggung jawab kelompok dalam memahami sistem
penyediaan air dan mengenali bahaya-bahaya yang dapat mempengaruhi kualitas air dan keamanannya dalam rangkaian
penyediaan air. Tim akan bertanggung jawab untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan memelihara WSP
sebagai bagian inti dari kegiatan mereka sehari-hari. Penting bahwa semua pihak terkait memerankan peran aktif dalam
pengembangan WSP dan mendukung pendekatan WSP. Penting bagi tim WSP mempunyai pengalaman yang adekuat
dan kepiawaian untuk mengerti tentang pengambilan air dari sumbernya, penatalaksanaan dan distribusi dan bahaya-
bahaya yang dapat mempengaruhi keamanan keseluruhan sistem pemasokan air mulai dari sumber sampai ke pihak yang
mengkonsumsi. Untuk badan pelayanan yang kecil, akan berguna untuk memiliki tambahan kemampuan lainnya. Amat
vital bagi tim untuk membuat pendekatan WSP dipahami dan diterima oleh siapa saja yang berkepentingan dengan
keamanan air baik di dalam maupun di luar badan pelayanan air. Oleh karenanya, tim yang bersifat inklusif yang bekerja
sama dengan semua orang di dalam maupun di luar badan pelayanan air akan jauh lebih efektif daripada tim yang
eksklusif dan memaksakan cara pendekatan WSP kepada badan pelayanan air. Tugas awal yang penting dari tim adalah
mengatur bagaimana mengimplementasikan pendekatan WSP dan metodologi apa yang akan dipergunakan, terutama
dalam upaya memperhitungkan risiko.
Contoh/alat 1.1: Daftar keterampilan yang harus dipertimbangkan saat menilai keahlian yang diperlukan
untuk tim WSP yang besar
Keahlian teknis dan pengalaman operasional khusus sistem
Kemampuan dan kemauan untuk memulai pengembangan, implementasi, dan pemeliharaan WSP;
Otoritas organisasional untuk melaporkan ke otoritas pengendalian yang benar, seperti eksekutif sebuah organisasi,
atau pemimpin-pemimpin sebuah komunitas;
Mengerti sistem-sistem manajemen termasuk prosedur darurat;
Mengerti proses-proses yang dipakai untuk memperoleh dan membicarakan hasil-hasil pemantauan dan pelaporan;
Mengerti target-target kualitas kualitas air yang harus dicapai;
Menghargai kebutuhan kualitas air para pelanggan;
Mengerti aspek-aspek praktek mengimplementasikan WSP pada konteks operasional yang benar;
Mengerti dampak pengawasan kualitas air yang diusulkan terhadap lingkungan;
Membiasakan diri dengan pelatihan dan program-program kepedulian.
Contoh/alat 1.2: Komposisi tim WSP (dari Melbourne Water, badan pelayanan air yang besar memasok air
kepada 3,5 juta orang melalui perusahaan-perusahaan eceran terpisah)
Badan pelayanan air yang kecil biasanya tidak memilliki sendiri ahli-ahli kualitas air. Namun, badan pelayanan tersebut harus setidaknya
memiliki operator-operator dan manajemen di dalam tim dan mengajak ahli-ahli eksternal dalam bidang kesehatan dan kualitas air.
Sumber-sumber eksternal ini dapat terdiri dari badan-badan(contoh, departemen kesehatan, teknik dan sanitasi atau sumber daya alam)
atau konsultan-konsultan.
Contoh-contoh formulir yang dapat digunakan untuk mencatat informasi penting pada waktu menyusun tim WSP dan memulai tahap-tahap awal
WSP tertera pada Contoh/alat 1.4, 1.5 dan 1.6.
Rincian tim WSP dan tim-tim kecil lainnya harus dicatat sebagai bagian metodologi WSP badan pelayanan air. Hal ini perlu diperbarui ketika
karyawan dan rincian kontak diganti.
Contoh/alat 1.5: Formulir rencana pembiayaan WSP (contoh untuk badan pelayanan yang besar)
Biarpun pemakaian tenaga kerja dari luar diperlukan jika ahli atau kapasitas dalam perusahaan terbatas, pengalihan daya ini harus dibatasi
serendah-rendahnya karena akan menghambat perkembangan pengetahuan tenaga-tenaga kerja dalam badan perusahaan.
Kegiatan Budget kegiatan Aspek-aspek bersumber dari Aspek-aspek bersumber dari Budget staff
dalam badan pelayanan luar badan pelayanan
Pembentukan tim WSP US$ 5.000 Pelaksanaan dan manajemen Fasilitasi dan peninjauan ulang 1,5 setara beban kerja penuh
proyek (full-time equivalen) selama
pengembangan dan
implementasi
0,5 FTE untuk pemeliharaan
berjalan
Kelompok kerja WSP Masing-masing US$ 30.000 Manajemen proyek Dukungan teknis
Penghubung pemangku Pengumpulan data 3 FTE selama pengembangan
kepentingan Analisis dan presentasi data dan pelaksanaan
Integrasi dengan sistem-sistem 1 FTE untuk pemeliharaan
yang ada berjalan
dll:
Contoh/alat 1.6: Formulir identifikasi pemangku kepentingan
Nama pemangku Hubungan dengan Titik kunci Titik tempat kontak Titik tempat kontak Mekanisme interaksi Acuan kepada rincian
kepentingan masalah penyediaan dalam tim WSP dengan pemangku kontak dan catatan
air minum kepentingan interaksi
Enivironment Meregulasikan Mengganggu Petugas Perwakilan Manajer wilayah Pertemuan tahunan File EPA
Protection Authority falisitas-fasilitas perlindungan tempat Regulasi
(EPA) pencemaran yang pengambilan air baku
besar
Organisasi pertanian Peternakan dan Meminimalkan Petugas Perwakilan Manajer Pertemuan-pertemuan File tempat
di tanah yang pemakaian bahan asupan bahaya tempat pengambilan pengoperasian informal dan pengambilan air baku
berdekatan dengan kimia pertanian mikroba dan bahan air baku terjadwal milik pemangku
tempat pengambilan kimia kedalam tempat kepentingan
air baku pengambilan air baku
Tempat pembuatan Sumber setempat Patuh kepada standar Petugas Perwakilan Manajer tempat Peertemuan tahunan File tempat
bahan kimia pembuangan kedalam air buangan industri regulasi operasi pengambilan air baku
tempat pengambilan milik pemangku
air baku kepentingan
dll:
Studi kasus 1: Australia yang mengatur badam pelayanan air terlibat dalam lokakarya
Pengalaman Lapangan 1.1 – peranan tim WSP penilaian risiko dan dalam peninjauan rencana. Seringkali
pemerintahan lokal dan badan-badan manajemen tempat
Tim WSP biasanya diatur dan dipimpin oleh koordinator badan pengambilan air baku ikut serta di dalam perencanaan. Pemasok-
pelayanan air yang berdedikasi. Orang ini biasanya adalah insinyur pemasok air berjumlah besar, atau usaha-usaha eceran, sering
atau ilmuwan berpengalaman dalam manajemen kualitas air selama terlibat dalam pengembangan WSP, diwakili oleh konsumen eceran
beberapa tahun atau lebih. Orang yang mengkoordinasi biasanya mereka dan semua pemasok-pemasoknya. Kontraktor-kontraktor,
mempunyai gelar “Manager Kualitas Air – Water Quality misalnya kontraktor-kontraktor penatalakasanaan, operasi dan
Manager”, atau “Koordinator Kualitas Air – Water Quality pemeliharaan biasanya juga terlibat dalam pengembangan WSP
Manager”, atau yang baru-baru ini, gelar “Koordinator Kualitas dalam badan pelayanan air mereka. Namun, keikutsertaan para
Produk – Product Quality Coordinator”, gelar-gelar yang dipakai pemangku kepentingan eksternal dan para kontraktor ini biasanya
untuk mencerminkan perpanjangan tugas mereka menangani air hanya terbatas pada meninjau ulang dan pelatihan saja. Terkadang
daur ulang. Biasanya tim koordinasi WSP adalah kelompok yang fasilitator profesional dikontrak untuk membantu dukungan
kecil yang hanya terdiri dari koordinatornya saja, atau seorang pengembangan rencana-rencana, berperan sebagai pelatih atau
koordinator dengan satu atau beberapa staff pendukung, yang pembimbing dan memberikan dukungan teknis kepada koordinator
hampir bisa dikatakan bekerja hanya untuk menciptakan dan WSP, dan dukungan umum untuk menyelenggarakan loakarya dan
memelihara WSP. Penanganan seluruh tim bertambah menjadi membantu menyelesaikan dokumentasi.
lusinan atau lebih pegawai yang biasanya mengikutsertakan pegawai
dari pengoperasian-pengoperasian, pemeliharaan lapangan, dan Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)
perencanaan penyediaan air yang bertanggung jawab terhadap kerja
Pengalaman Lapangan 1.1 – peran tim WSP
tim WSP sebagai sebagian kecil keseluruhan peran mereka.
Kelompok “pemula” kecil terdiri atas ahli-ahli eksternal dan manajer
senior badan pelayanan mendiskusikan tujuan-tujuan dan komposisi
Pengalaman Lapangan 1.2 – pihak luar tim WSP dan menyetujui bahwa tim itu harus mempunyai dua
fungsi penting. Fungsi pertama adalah mengumpulkan orang-orang
Satu atau lebih pengampu kepentingan biasanya bertanggung jawab dengan keahlian di bidang penyediaan air (contoh: pengambilan air
dalam usaha-usaha WSP. Pada kebanyakan kasus, otoritas kesehatan baku, penolahan, dan distribusi), kesehatan dan masalah-masalah
lingkungan, untuk mengembangkan WSP. Maka, Gugus Tugas kerja mereka; keprihatinan adanya sengketa kepentingan didalam
multidisiplin dibentuk untuk memberikan peranan di tempat. Tujuan negara kecil dimana terdapat banyak tumpang tindih yang terjadi
kedua tim adalah memberikan dukungan politis dan otoritas yang dalam lingkup professional; dan pengurangan rasa investasi dan
diperlukan untuk memungkinkan pengimplementasian rekomendasi keterlibatan pelayanan di dalam WSP.
yang dihasilkan dari WSP. Sejauh ini, Komite Pengendalian yang
terdiri dari petugas-petugas senior badan pelayanan air, Kementerian Konflik-konflik kepribadian juga berdampak kepada tidak efektifnya
Kesehatan dan Badan Pelestarian Lingkungan (Environmental dinamika kerja tim dan kemajuan proses kerja menjadi jelas
Protection Agencies) regional dibentuk untuk mengemban dan terhambat. Akhirnya konsultan kedua dilibatkan menggantikan
mendukung aktifitas Gugus Tugas. Mengikutsertakan petugas- konsultan pertama dan manajer badan pelayanan air senior diberikan
petugas senior sejak awal proyek terbukti menjadi penting dalam tanggung jawab tambahan untuk pengembangan WSP.
menciptakan dukungan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang Bertambahnya tugas manajer badan pelayanan air menyebabkan
memerlukan otoritas politis atau manajerial, seperti membuat perlu dilepasnya beberapa tugas lain selama prroses pengembangan
standar-standar kualitas air, menerapkan syarat-syarat regulasi, WSP, namun ini terbukti penting untuk menigkatkan kolaborasi
mencurahkan pendanaan atau sumber daya ketenagaan. antar badan dan momentum proyek. Pengaturan kedua ini sukses
dan menggarisbawahi pentingnya penilaian yang hati-hati dalam
Pengalaman Lapangan 1.2 – menunjuk penulis /koordinator menunjuk seorang koordinator WSP untuk menghindari konflik
WSP kepentingan dan memastikan kekompakkan tim.
Pendahuluan
Tugas pertama tim WSP adalah menjelaskan sepenuhnya penyediaan air. Ketika badan pelayanan air belum mempunyai
pendokumentasian sistem air, investigasi-investigasi lapangan perlu dilakukan. Tujuannya adalah untuk memastikan
pendokumentasian lanjutan tentang sifat kualitas air sebelum diproses, saat diproses, dan setelah diproses, dan sistem yang
dipergunakan untuk menghasilkan air dengan kualitas tersebut sudah akurat sehingga risiko- risiko-risiko dapat dinilai dan
dikelola. Sekalipun benar bahwa mungkin masih ada peluang untuk pendekatan umum yang harus diambil jika pekerjaan
yang dihadapi hampir sama atau ketika hubungan dengan badan-badan eksternal tetap sama bagi sejumlah pemasok-pemasok
air, tiap pasokan itu harus dinilai dengan rinci sendiri-sendiri. Data harus dikumpulkan secara spesifik tentang pemasok
tersebut, dan semua langkah-langkah lain yang diambil dan mengarah kepada WSP harus khusus bagi pemasok itu. Banyak
badan pelayanan air sudah memiliki pengalaman ekstensif mengenai sistem air dan menyimpan pendokumentasian yang
relevan. Pada kasus ini, WSP sedikitnya memerlukan agar dokumeni secara sistematik ditinjau untuk memastikan
pembaharuannya, lengkap serta diperiksa keakuratannya dalam kunjungan lapangan.
Contoh/alat 2.1: Mempertimbangkan penyusunan-penyusunan dasar pada sistem penyediaan air yang akan dinilai
Penjelasan harus mencakup keseluruhan sistem dari sumber sampai titik akhir pasokan. Karyawan harus dipersiapkan untuk menyediakan
waktu yang cukup untuk langkah ini. Sebagai contoh, mengerjakan penilaian lapangan sistem distribusi air yang besar; pipa yang lebih dari
800km di Kampala, Uganda memerlukan 40 orang-hari kerja, sedangkan penilaian jaringan yang lebih kecil sepanjang 600 km memerlukan
15 hari.
Beberapa bentuk-bentuk lain untuk sistem penyediaan juga mungkin, sebagai contoh, lebih dari satu sumber tempat pengambilan memasok
sebuah tempat pengolahan air; daerah distribusi memperoleh pasokan air dari banyak tempat pengolahan air; pembagian distribusi air lebih
lanjut ke dalam pipa utama, reservoir pelayanan dan elemen-elemen jaringan; dan secara terpisah memilah konsumen menjadi pengguna
domestik dan industrial. Sistem dasar harus mencatat seluruh masukan dan Output meskipun mereka tidak beroperasi sepanjang waktu.
Diagram alur yang akurat daripada sistem penyediaan air mulai dari tempat pengambilan ke titik penggunaan sangat membantu pengenalan
bahaya-bahaya, risiko-risiko dan pengendalian arus air. Hal ini akan membantu menentukan bagaimana risiko-risiko dapat berpindah ke
konsumen dan apakah semua itu dapat atau sedang dikendalikan. Sangat penting untuk membawa lembar peta diagram alur ke lapangan untuk
mengecek keakuratannya karena pengetahuan lokal merupakan masukan yang penting. Untuk kesederhanaan dan konsistensinya, dapat
digunakan simbol-simbol diagram alur teknik standar (lihat Contoh/alat 2.5). untuk sistem-sistem besar akan berguna untuk membagi diagram
alur setiap elemen dasar atau beberapa darinya (tempat pengambilan air, pengolahan, distribusi, dan konsumen) menjadi bagian-bagian terpisah.
Diagram alur yang terpisah dapat dibuat, sebagai contoh lebih dari satu sumber pada tempat pengambilan air, untuk bermacam-macam jalur-jalur
pengolahan dan reservoir-reservoir pelayanan, dan pipa utama dan jaringan perpipaan pada tahap distribusi.
Pemakaian yang pantas harus disebutkan dalam regulasi. Sebagai contoh, European Drinking Water Directive mencakup air yang dikhususkan
untuk konsumsi manusia yang diartikan sebagai air untuk minum, memasak, penyiapan makanan, dan produksi makanan.
Air yang disediakan dimaksudkan untuk konsumsi umum, kebersihan perseorangan Air disediakan untuk populasi umum.
dan mencuci pakaian. Bahan makanan juga boleh diolah dengan air itu.
Konsumen yang dimaksud tidak termasuk mereka yang memiliki kelainan imunitas
atau industri dengan kebutuhan kualitas air yang khusus. Kelompok-kelompok ini
disarankan menyediakan pengolahan tambahan di titik penggunaan.
Contoh/alat 2.5: System pengecekan diagram alur proses. Perlu diingat bahwa diagram alur yang terpisah
perlu dibuat untuk pabrik pengolahan air agar dapat memperlihatkan langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengolahan. (contoh koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, penyimpanan air bersih, tempat penambahan
bahan kimiawi seperti alum dan pengatur pH, dan oksidan-oksidan prapengolahan, khlor sebagai desinfektan
utama dan bila perlu, tambahan khlor untuk memperoleh sisa khlor yang diperlukan, , pengatur pH air hasil
olahan, dll)p22.
Modul 2
Menjelaskan sistem
penyediaan air
Contoh/alat 2.6: Diagram dasar sistem distribusi, mengacu kepada prosedur-prosedur dan diagram-diagram lebih rinci dimana perlu
Studi kasus 1: Australia menurut tanggal, biasanya menggambarkan nilai-nilai patokan.
Table-tabel biasanya dipersiapkan untuk menggambarkan ringkasan
Pengalaman Lapangan 2.1 – diagram alur statistik kualitas air dan membandingkannya denga nilai-nilai
Kebanyakan pengelola sudah memiliki diagram-diagram dengan patokan. Data ini dipakai untuk memberitahukan badan pelayanan
sistem yang ekstensif termasuk data sistem informasi geografis air mengenai bahaya-bahaya yang akan muncul pada tahap-tahap
(geographic information system – GIS) dari tempat pengambilan air, yang diamati. Tambahan pemeriksaan kualitas air atau pemeriksaan
lokasi-lokasi aset, dan jaringan distribusi. Kebanyakan pengelola khusus biasanya tidak diperlukan untuk melengkapi WSP, meskipun
juga memiliki diagram-diagram sistem hidrolik dan alur proses pengambilan sampel pemeriksaan seringkali diberi bertanda sebagai
untuk aset-aset mereka. Namun, sedikit dari mereka yang memiliki tindakan perbaikan untuk kemudian hari.
tipe diagram alur teoritis yang biasa digunakan untuk WSP. Karena
itu, kebanyakan pengelola mengembangkan satu atau lebih diagram- Pengalaman Lapangan 2.3 – menjelaskan sistem
diagram alur tambahan untuk mendukung WSP mereka. Penjelasan-penjelasan sistem biasanya singkat dan dalam bentuk
Kebanyakan pengelola mengembangkan diagram alur yang ringkasan. Penjelasan-penjelasan rinci tentang sistem, misalnya,
menyeluruh kemudian banyak yang mengembangkan diagram alur laporan-laporan yang digunakan untuk merancang dan beroperasi,
khusus untuk tiap tempat pengolahan dan untuk tiap sistem dijadikan acuan secara sangat rinci, sedangkan WSP hanya
penyediaan air yang berbeda. Diagram alur secara umum memberikan rincian yang ringkas. Akibatnya, penjelasan-penjelasan
dikembangkan menggunakan perangkat lunak generik biasa, tapi sistem WSP biasanya cukup singkat dan ditujukan kepada para
banyak juga yang menggunakan perangkat lunak diagram alur pendengar tertentu: tim WSP.
khusus.
Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)
Pengalaman Lapangan 2.2 – menjelaskan kualitas air sekarang
Kebanyakan pengelola melakukan analisis data kualitas air sebagai Pengalaman Lapangan 2.1 – diagram alur
bagian fase penilaian risiko untuk pengembangan WSPnya. Kualitas Tim WSP mendapatkan bahwa diagram alur menjadi alat yang
air biasanya dirancang sebagai gambar grafik rangkaian waktu berguna untuk menjelaskan sistem dan sering mengacu kepada
diagram itu selama proses pengembangan WSP. Daripada
menggunakan menggunakan simbol-simbol diagram alur teknik tempat pengolahan air sudah cukup untuk menjaga kualitas air
standar, tim lebih memilih sebuah alternatif skematis untuk disepanjang jaringan distribusi namun tidak pernah dibantah dalam
menggambarkan sistem penyediaan air dengan cara yang intuitif penilaian kualitas air sekarang, penambahan dosis khlor tidak dapat
karena cara ini dianggap lebih mudah diinterpretasikan dan lebih dinilai sebagai bentuk koreksi yang penting untuk mencegah
mudah diterima khalayak. Skematik tersebut menunjukkan semua kontaminasi mikroba. Karena langkah-langkah WSP selanjutnya
sumber-sumber air permukaan dan air tanah serta penjelasan rinci bergantung dan dibangun berdasarkan informasi yang didapat dari
proses-proses pengolahan, termasuk koagulasi/flokulasi/sedimentasi, penjelasan sistem, adalah penting bahwa penjelasan sistem mampu
filtrasi, penyimpanan, dan semua titik-titik penambahan bahan kimia mencerminkan kondisi-kondisi yang ada secara akurat.
serta panah penunjuk dan diameter pipa untuk menunjukkan alur di
dalam sistem distribusi. Tingkat yang sangat rinci ini membuat Pengalaman Lapangan 2.3 – melakukan survei rumah tangga
diagram menjadi alat yang sangat berguna untuk memfasilitasi Masalah-masalah tidak konsistennya pelayanan dan tidak jelasnya
pengertian dan mendiskusikan sistem yang sedang dinilai. Peta-peta kualitas air menimbulkan banyak komunitas perumahan menyimpan
tambahan mengenai daerah aliran sungai dan jaringan distribusi juga atau mengolah air di rumah. Untuk lebih mengerti dampak praktek-
merupakan panduan visual yang berguna. praktek dititik konsumsi, dilakukan Survei Penggunaan Air Rumah
Tangga dan Kesehatan yang meyampaikan pertanyaan-pertanyaan
Pengalaman Lapangan 2.2 – menjelaskan kualitas air minum mengenai sumber-sumber air rumah tangga, penyimpanan, dan
sekarang praktek-praktek pengolahan, sudut pandang konsumen, kepuasan
Komponen penting dari penjelasan sistem adalah penilaian kualitas dan kesadaran akan kesehatan. Kadar sisa khlor air ledeng diperiksa
dari air olahan dan air yang dipasok saat ini. Pemeriksaan kualitas dan beberapa sampel juga diperiksa kontaminasi mikrobanya. Survei
air dan penijauan catatan-catatan pemantauan yang dikumpulkan rumah tangga menemukan bahwa penyimpanan air di tangki dan
oleh pengelola air dan departemen kesehatan menunjukkan bahwa bejana air minum berhubungan dengan meningkatnya kontaminasi;
air yang sudah selesai diolah secara konsisten tidak memenuhi area yang dilayani secara tidak konsisten atau bahkan tanpa ada
standar-standar kualitas air, menunjukkan perbedaan yang sangat pelayanan; menemukan bahwa sebagian besar air yang sampai ke
nyata antara kualitas air yang dirasakan dengan kualitas air yang ledeng tidak diberi khlor; dan mengungkapkan bahwa dampak-
sesungguhnya. Perbedaan-perbedaan ini penting untuk dampak kesehatan terkait air dan biayanya merupakan keprihatinan
dipertimbangkan saat mengevaluasi efektifitas cara kendali yang ada besar komunitas. Informasi tersebut berguna untuk
dan dalam menilai risiko akibat bahaya-bahaya yang sudah dikenal menginformasikan badan penyediaan air tentang pengalaman dan
(Modul 4). Sebagai contoh, jika dipercayai bahwa khlorinasi di
prioritas konsumen serta memberitahukan Kementerian Kesehatan
mengenai masalah kesehatan dan perlunya pendidikan masyarakat.
Modul 2
Menjelaskan sistem
penyediaan air
Dalam prakteknya modul ini bersama dengan Modul 4 (menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai
ulang, dan menentukan risiko-risiko prioritas), serta Modul 5 (mengembangkan, melaksanakan rencana
perbaikan/peningkatan), biasanya dilakukan bersamaan. Demi kejelasan, masing-masing modul ini disajikan dalam bentuk
terpisah karena melibatkan sejumlah aktifitas. Pada intinya langkah dalam modul-modul ini merupakan penilaian sistem yang
menidentifikasikan bahaya-bahaya potensial dan kejadian-kejadian berbahaya pada tiap-tiap mata rantai penyediaan air,
besarnya risiko yang ditimbulkan oleh tiap-tiap bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya, cara-cara yang tepat untuk
mengendalikan risiko yang teridentifikasikan, dan konfirmasi bahwa standar-standar serta target-target telah dipenuhi.
Kejadian-kejadian berbahaya (sumber bahaya) Bahaya-bahaya terkait (dan masalah yang perlu dipertimbangkan)
Segala bahaya disekitar tempat pengambilan air yang tidak Seperti yang teridentifikasikan di tempat pengambilan air
terkendali/dikurangi
Pasokan listrik Pengolahan terganggu /hilangnya hasil desinfeksi
Kemampuan pekerjaan pengolahan Pengolahan berlebihan
Desinfeksi Kehandalan
produk samping desinfeksi
fasilitas pelangkah (by-pass facility) Pengolahan tidak adekuat
Kegagalan pengolahan Air tidak terolah
Pengolahan materi dan bahan kimia yang tidak diperbolehkan Kontaminasi pasokan air
Bahan kimia pengolah air yang terkontaminasi Kontaminasi pasokan air
Filter yang tersumbat Pembuangan partikel tidak adekuat
Kedalaman media filter tidak sesuai Pembuangan partikel tidak adekuat
Keamanan/perusakan Kontaminasi/kehilangan pasokan
Kegagalan instrumentasi Kehilangan kendali
Telemetri Kegagalan komunikasi
Banjir terhentinya atau terbatasnya pengolahan
Kebakaran/ledakan terhentinya atau terbatasnya pengolahan
Modul 3
Mengidentifikasi
bahaya dan kejadian
berbahaya serta
menilai risikonya
Contoh/alat 3.6: Pendekatan matriks risiko semi-kuantitatif (dari Deere dkk., 2001)
Derajat Keparahan atau Konsekuensi
Tak berpengaruh atau tak Dampak kepatuhan Dampak estetik Dampak besar Dampak bencana
berdampak – Rating: 1 kecil – Rating: 2 menengah – Rating: 3 regulasi– Rating: 4 kesehatan masyarakat –
Rating: 5
Hampir pasti/sehari sekali – 5 10 15 20 25
Rating: 5
Mungkin/sekali seminggu – 4 8 12 16 20
Kemunculan atau frekuensi
Rating: 4
Menengah/sekali sebulan – 3 6 9 12 15
Rating: 3
Kurang mungkin/sekali 2 4 6 8 10
setahun – Rating: 2
Jarang/sekali dalam 5 1 2 3 4 5
tahun – Rating: 1
Semua risiko harus didokumentasikan dalam WSP dan harus dibahas secara reguler meskipun kemunculannya mungkin jarang dan derajat
risikonya rendah. Ini akan mencegah terlupakannya risiko-risiko atau terabaikan dan melengkapi pengelola dengan catatan untuk berhati-hati
manakala insiden-insiden tersebut terjadi.
Modul 3
Mengidentifikasi
bahaya dan kejadian
berbahaya serta
menilai risikonya
Sebuah alternatif untuk menilai risiko-risiko berdasarkan model kemungkinan dan derajat keparahan konsekuensi-konsekuensi, adalah dengan
melakukan proses penilaian risiko yang disederhanakan, berdasarkan penilaian tim. Risiko-risiko dapat dikatakan ‘signifikan’, ‘tidak menentu’,
atau ‘tidak signifikan’, berdasarkan penilaian bahaya-bahaya/kejadian-kejadian berbahaya pada tiap langkah didalam proses. Kemudian, seperti
yang diterangkan pada Modul 4 dan 5, penting perlu ditentukan apakah risiko-risiko dapat dikendalikan, dengan cara-cara kendali yang mana,
dan jika perlu, mengenali dan memanfaatkan program pengembangan, yang mungkin akan memerlukan cara-cara pengurangan jangka pendek,
jangka menengah, maupun jangka panjang. Penting untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa mana yang memerlukan perhatian segera.
Kementerian Kesehatan NZ (2005) mengartikan ‘perhatian segera’ sebagai hal-hal yang terjadi seringkali dan/atau dapat menyebabkan penyakit
yang signifikan. Penjelasan berikut dapat digunakan untuk memperjelas keterangan ini.
Contoh/alat 3.10: Definisi istilah-istilah penjelasan untuk digunakan dalam prioritisasi sederhana risiko
Bahaya apapun yang dinilai risiko sebagai ‘tinggi’ atau ‘sangat tinggi’ atau ‘signifikan’, harus segera mempunyai, atau memerlukan kendali
yang tervalidasi (atau cara-cara mitigasi). Jika cara kendali tidak tersedia, program perbaikan harus langsung dibuat. Segala bahaya yang
tergolong ‘menengah’ atau ‘risiko rendah’ harus didokumentasikan dan terus menerus ditinjau secara reguler. Pengendalian-pengendalian untuk
risiko ‘tinggi’ atau ‘sangat tinggi’ juga dapat mengurangi risiko-risiko yang lain.
Studi kasus I: Australia menilai tiap risiko dua kali: dengan mempertimbangkan atau tanpa
mempertimbangkan efek pengendalian yang sudah ada. Kebanyakan
Pengalaman Lapangan 3.1 – Mengenali ancaman-ancaman
pengelola menggunakan matriks ranking penilaian risiko berdasar
terhadap kualitas air
pada sistem penilaian risiko milik perusahaan mereka yang
Biasanya lokakarya dua-hari diadakan untuk tiap sistem penyediaan seringkali juga digunakan untuk penilaian risiko lingkungan,
air besar dan melibatkan seluruh tim WSP dengan satu atau kesehatan pekerja dan keamanan serta penilaian risiko lainnya.
beberapa orang ahli dari luar, pemangku kepentingan dan fasilitator.
Proses pengenalan bahaya dan penilaian risiko biasanya diadakan
pada hari pertama. Penentuan titik pengendalian dan spesifikasi Pengalaman Lapangan 3.2 – keterbatasan-keterbatasan
biasanya dipresentasikan pada hari kedua. Peristiwa-peristiwa pendekatan semi-kuantitatif kepada penilaian risiko
berbahaya biasanya dicantumkan pada tiap langkah proses yang
ditemukan pada diagram alur. Untuk tiap kejadian berbahaya, Pendekatan semi-kuantitatif relatif mudah digunakan di Australia
bahaya-bahaya yang timbul di bahas dan risiko-risikonya dinilai karena pendekatan ini sudah menjadi dasar Standar Manajemen
berdasarkan dua faktor: derajat keseringan dan konsekuensi. Derajat Risiko Australia dan New Zealand – Australian and New Zealand
keseringan biasanya dinyatakan sebagai frekuensi kemunculan yang Risk Management Standard (1995, 1999, 2004) dan sudah dikenal
diantisipasi. Konsekuensi biasanya dinyatakan dengan besarnya oleh kebanyakan profesional industri. Namun, selalu saja ada
populasi (kecil-besar) dan parahnya efek (operasional-estetik- kesukaran untuk membuat kesepakatan mengenai risiko-risiko.
kesehatan). Lokakarya biasanya melibatkan latihan curah pendapat Sudah menjadi kebiasaan bahwa untuk sebuah risiko yang sama
(brainstorming), mengulas data kualitas air dan mempertimbangkan terdapat konotasi lebih dari satu: ‘derajat kemunculan yang kecil
rentangan skenario-skenario ‘bagaimana-jika’ (what-if scenarios). bagi konsekuensi yang parah’ dan ‘derajat kemunculan yang besar
Kebanyakan pengelola menilai risiko-risiko dengan perkiraan bahwa dengan konsekuensi minor’. Misalnya, risiko terkontaminasi air
cara-cara pengendalian yang ada sudah beres. Beberapa pengelola kotor tergolong dalam dua kategori ‘sering namun minor’ (keluhan-
keluhan mengenai air kotor yang sporadik tanpa adanya dampak
kesehatan sering dilaporkan) dan ‘jarang tetapi parah’ (kejadian air urun pendapat, seperti pemasukan air kotor dan bensin, walaupun
kotor yang besar sampai mengganggu disinfeksi adalah serius tetapi penting, ternyata cenderung hipotetis. Ancaman-ancaman fisik yang
tidak biasa terjadi). Oleh karena itu, penting untuk memastikan lebih kritis, misalnya kurangannya khlor dan adanya coliform tahan
dengan jelas apa yang dimaksud dengan risiko tersebut. Kekurangan panas pada air yang disalurkan, diketahui melalui peninjauan ulang
lain sistem penentuan skor (scoring) adalah pada seringnya pemantauan dan laporan-laporan survei tentang kondisi-kondisi saat
konsekuensi-konsekuensi kesehatan tidak membedakan efek-efek itu dan praktek-prakteknya.
akut jangka pendek, efek-efek yang sudah mapan, misalnya infeksi-
infeksi patogen, dari efek-efek teoritis jangka pendek, misalnya efek Karena adanya rentang bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada
samping desinfeksi. Oleh karena itu, menyandangkan peringkat tiap langkah rangkaian penyediaan air, dipakailah faktor-faktor
(ranking) pada risiko cenderung melebih-lebihkan pentingnya ganda untuk menentukan risiko; dan sifat relatif serta subyektif
risiko-risiko kesehatan terkait dengan beberapa bahan kimia yang proses pemberian skor, masukan para pemangku kepentingan
sebenarnya relatif rendah atau bahkan perlu dipertanyakan tingkat dengan beragam keahlian dan pengalamannya menjadi penting
kemaknaannya jika dibandingkan dengan risiko-risiko mikroba. untuk meminimalkan kerancuan (bias) daripada jika hanya dipakai
satu saja sudut pandang badan pengelola. Cara tersebut juga
Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK) meningkatkan akuntabilitas badan pengelola tersebut dan
memfasilitasi tugas pertanggung jawaban yang cocok dalam
Pengalaman Lapangan 3.1 – mengenali ancaman-ancaman pada mengambil langkah-langkah korektif yang ditetapkan untuk
kualitas air menghadapi risiko-risiko itu.
Seminar dua hari diadakan untuk membahas proses identifikasi Pengalaman Lapangan 3.2 – keterbatasan-keterbatasan
bahaya dan penilaian risiko. Bahaya-bahaya di daerah aliran air, pendekatan semi-kuantitatif untuk penilaian risiko
proses pengolahan, sistem distribusi, dan rumah tangga dipelajari
oleh anggota Gugus Tugas (Task Force) melalui latihan-latihan urun Pada awalnya dipakai pendekatan semi-kuantitaif sebagai lanjutan
pendapat dan melalui peninjauan ulang kunjungan lapangan diterapkannya matriks penentuan skor WSP dari WHO (Buku
pemantauan kualitas air dan laporan-laporan survei rumah tangga. Petunjuk Bab 4). Akan tetapi, timbullah kebingungan dan ketidak
Masalah ancaman yang paling kritis ternyata berasal dari institusi, setujuan terhadap beberapa bahaya-bahaya yang tidak selalu dapat
yaitu kurangnya pelatihan operator, kurangnya pertanggung jawaban dimasukkan ke penentuan peringkat berdasarkan perhitungan
sistem dalam melakukan pemantauan rutin dan kurangnya prosedur kuantitatif. Hal ini merembet kepada diskusi-diskui yang memakan
standar operasional. Bahaya-bahaya fisik yang diketahui melalui waktu mengenai situasi hipotetis tersebut. Pada banyak kasus,
penetapan derajat keparahan dan kemungkinan muncul tidak WSP; seringkali karena hal tersebut tidak berada langsung dalam
konsisten. Misalnya, derajat keparahan luapan air pengurasan kendali kepala atau anggota tim WSP (biasanya dari divisi
lubang pelimbahan (cesspool), ditetapkan pada pada derajat operasional atau bagian ilmiah perusahaan). Perkembangan bertahap
keparahan tinggi, sementara derajat keparahan luapan dari lubang- pendekatan WSP menunjukkan perlunya pemakaian lebih luas
lubang resapan dinilai rendah; ini berakibat pada prioritas namun hal ini masih merupakan masalah.
penentuan-penentuan yang jauh berbeda, meskipun kemungkinan
munculnya bahaya ditentukan pada tingkat yang sama. Para peserta Banyak perusahaan telah mengaplikasikan teknik-teknik penilaian
juga juga menemukan kesulitan untuk menyingkirkan dasar cara- risiko pada pengoperasiani, aset-aset dan sistem finansial mereka
cara pengendalian yang ada ketika akan melakukan penilaian risiko; sejak bertahun-tahun dan sudah mempunyai catatan-catatan risiko.
ini merupakan tambahan frustrasi pada proses pendahuluan Kadang-kadang kepemilikan pencatatan risiko tidak diketahui oleh
penentuan peringkat. Anggota-anggota tim WSP menemukan bahwa tim WSP sehingga, misalnya, berjangkitnya penyakit melalui air
hasil penentuan peringkat tidak mencerminkan prioritas dan tidak terekam di WSP karena sudah tersimpan pada pencatatan
karenanya mereka memutuskan untuk mengganti dengan risiko perusahaan. Perluasan WSP masih merupakan tantangan bagi
pendekatan yang lebih intuitif dan menunda penentuan peringkat sebagian perusahaan.
prioritas risiko-risiko sampai sesudah cara-cara pengendalian telah Pengalaman Lapangan 3.2 – menyesuaikan matrik perhitungan
betul-betul dipertimbangka (lihat Pengalaman Lapangan ALKK 4.1) risiko dengan pemasok
Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales) Kebanyakan perusahaan menemukan matrik risiko 5x5 dari Buku
Pengalaman Lapangan 3.1 – memperluas penerapan penilaian Petunjuk edisi 3 Bab 4 berguna untuk penentuan skor dan
menentukan prioritas risiko-risiko. Beberapa dari mereka mengubah
risiko
ratio skor karena menganggap lebih mudah untuk membedakan
Proses awal bagi banyak perusahaan-perusahaan adalah dengan risiko menjadi ‘tinggi’, ‘menengah’ dan ‘rendah’. Penggunaan
membatasi pengenalan bahaya dan analisis risiko hanya pada hal-hal matriks risiko 3x3 non-skor bentuk dasar (tinggi, menengah, dan
yang terkait langsung dengan parameter-parameter yang harus rendah) dinilai tidak banyak membantu karena kebanyakan risiko
diikuti. Masalah-masalah seperti banjir, sumber-sumber listrik, berakhir di kategori risiko medium sehingga akhirnya harus dibuat
keamanan, tanggap darurat, telemetri, komunikasi-komunikasi dan prioritas ulang.
sistem IT, meskipun didokumentasikan dengan baik melalu
prosedur-prosedur dalam perusahaan, tidak dianggap sebagai bagian
Modul 3
Mengidentifikasi bahaya
dan kejadian berbahaya
serta menilai risikonya
Banyak perusahaan menambahkan istilah dasar dalam Buku Sebuah contoh ditampilkan di bawah ini namun penting bahwa tiap
Petunjuk dengan penjelasan-penjelasan lanjutan untuk membantu perusahaan mengerjakan metode mereka sendiri daripada menyalin
penilaian yang konsisten, terutama ketika lebih dari satu tim contoh-contoh dari yang lain.
melakukan penilaian-penilaian.
Konsekuensi
Jangka pendek atau Masalah estetik
terlokalisasi, tersebar luas atau
pelanggaran tidak pelanggaran Potensi efek
terkait dengan jangka panjang kesehatan Potensi
Risiko tinggi > 20 Air sehat kesehatan atau segi tidak terkait jangka panjang penyakit
Risiko menengah 10-19 estetik dengan kesehatan
Risiko rendah < 10 Tak signifikan Kecil Menengah Besar Bencana
1 2 4 8 16
Pendahuluan
Sambil melakukan pengidentifikasian bahaya-bahaya dan menilai risiko-risiko, tim WSP harus mencatat cara-cara pengendalian yang berlaku
saat ini dan yang akan digunakan. Terkait dengan ini, tim harus menilai apakah pengendalian-pengendalian yang berlaku saat ini sudah efektif.
Bergantung pada jenis kendali, pekerjaan ini dapat dilakukan melalui inspeksi tempat usaha, spesifikasi pabrik, atau memantau data. Risiko-
risiko yang ada kemudian harus diperhitungkan ulang berdasarkan kemungkinan dan konsekuensinya, dengan memperhatikan cara-cara
pengendalina yang berlaku saat itu. Penurunan risiko pada tiap cara pengendalian akan menjadi indikasi tingkat keefektifannya. Jika efektifitas
pengendalian tidak diketahui pada saat dilakukan penilaian awal risiko, risiko tersebut harus dianggap sebagai kendali yang tidak berfungsi.
Setiap risiko yang tersisa setelah semua cara pengendalian dipertimbangkan dan tidak dapat diterima oleh tim WSP, harus di periksa untuk
dicarikan tambahan jalan keluarnya.
Cara pengendalian (juga disebut sebagai ‘barier pelindung’ atau ‘cara mitigasi’) adalah langkah-langkah pada penyediaan air minum yang
secara langsung mempengaruhi kualitas air minum dan menjamin air secara konsisten memenuhi syarat-syarat kualitas air. Semua ini
merupakan kegiatan-kegiatan dan proses-proses yang diterapkan untuk mengurangi atau memitigasi risiko-risiko.
Kegiatan-kegiatan kunci Data teknis dari literatur ilmiah atau data dari hasil kajian pada
Mengidentifikasikan pengendalian tempat-tempat percobaan pengolahan air minum akan sangat
Cara pengendalian yg ada harus ditentukan untuk bahaya-bahaya berguna dalam proses validasi, tetapi harus diperhatikan apakah
yang sudah teridentifikasi atau untuk kejadian-kejadian berbahaya. keadaan yang dijelaskan atau yang sedang dicobakan sama atau
Kehilangan kendali (misalnya pengendalian yang diperlukan, tetapi sangat serupa dengan risiko-risiko yang teridentifikasi yang
tidak berada di tempatnya untuk mitigasi bahaya) harus secara benar memerlukan kendali. Validasi juga dapat dilakukan dengan cara
dicatat dan dipelajari, seperti yang dijelaskan di bawah ini. membiakkan organisme-organisme atau bahan kima pengganggu
dan menetapkan keefektifan pembuangan atau inaktifasinya.
Memvalidasikan efektifitas pengendalian Namun, ini bukan prosedur yang boleh dilakukan jika air akan
Validasi adalah proses pengumpulan bukti kinerja cara-cara dipasok. Validasi pengendalian akan melibatkan berbagai
pengendalian. Untuk beberapa pengendalian, validasi memerlukan metodologi. Misalnya, memvalidasikan jarak penyanggah (buffer)
program pemantauan yang intensif untuk memperlihatkan kinerja dan pemagaran di tempat pengambilan air baku dapat dilakukan
sebuah pengendalian dalam kondisi normal dan dalam kondisi luar melalui survei-survei sanitasi tempat pengambilan air baku untuk
biasa. Hal ini jangan sampai dikacaukan dengan pemantauan menjamin risiko minimal mikroba patogen masuk ke dalam tempat
operasional, yang menunjukkan bahwa pengendalian yang sudah pengambilan air baku; demikian juga, sumber tenaga cadangan yang
divalidasi tetap bekerja secara efektif. Keefektifitasan tiap cara didapat dari generator darurat di tempat pengolahan bisa
pengendalian harus ditentukan pada titik kerjanya pada sistem divalidasikan dengan mendemonstrasikan alat itu langsung bekerja
penyediaan air bukan secara terisolasi karena kinerja kendali yang begitu tenaga untuk pompa air mati, dan mesin itu mempunyai daya
satu dapat mempengaruhi kinerja pengendalian sesudahnya. Jika yang cukup untuk menjalankan proses yang diperlukan.
pengendalian sudah dilakukan selama beberapa waktu, badan
pengelola mungkin mempunyai cukup data pengoperasian untuk Selama pengoperasian, penting untuk memantau efektifitas cara-cara
memberikan jaminan bahwa pemantauan validasi selanjutnya sudah yang sudah divalidasikan sesuai dengan target-target yang sudah
tidak diperlukan. ditentukan atau ‘nilai-nilai batas kritis’ (lihat Modul 6 pada
Pemantauan Operasional).
Target-target ini dapat dinyatakan dalam angka batas atas dan/atau risiko dengan prioritas rendah seringkali dapat diminimalkan sejalan
batas bawah. Sebagai contoh, jika cara pengendalian adalah dengan aktifitas praktek rutin yang baik.
‘mempertahankan terus kadar sisa khlor’, angka batas kritis akan
dinyatakan agar air mencapai kadar sisa khlor sekitar 0,2-0,5 mg/l, Mengenai Modul 5, suatu rencana peningkatan atau perbaikan harus
pH 6,5-7 dan kekeruhan <1 NTU. dikembangkan untuk menangani semua risiko yang belum terkendali
dan belum dijadikan prioritas. Rencana peningkatan itu harus
Menilai ulang risiko-risiko, melihat efektifitas pengendalian menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk perbaikan-
perbaikan dimaksud, sekaligus dilengkapi dengan kerangka waktu
Risiko-risiko harus ditimbang ulang dalam hal derajat kemunculan yang tepat untuk pengimplementasian pengendalian-pengendalian
dan konsekuensi-konsekuensinya dengan memperhitungkan ini.
efektifitas tiap pengendalian. Cara-cara pengendalian harus
dipertimbangkan bukan hanya untuk kinerja rata-rata jangka waktu Contoh-contoh pengendalian meliputi cara-cara mitigasi jangka
yang lebih lama, namun juga dengan penekanan pada potensi pendek (misalnya, peringatan dan pelarangan output atau tidak
mereka akan gagal atau menjadi tidak efektif dalam jangka waktu menggunakan sumber-sumber tertentu); dan cara-cara mitigasi
yang pendek. Penting bahwa risiko-risiko signifikan yang tidak jangka panjang dan menengah (misalnya, meningkatkan kegiatan
dikendalikan diperhatikan sebagai risiko-risiko signifikan yang konsultasi komunitas; cara-cara pengambilan air, seperti misalnya
tersisa dalam sistem penyediaan air itu. Penentuan mengenai memberi penutup pada tempat penyimpanan air; perbaikan-
terabaikannya pengendalian yang tepat dinilai penting dan perbaikan pengolahan, misalnya peningkatan koagulasi dan
didiskusikan pada Modul 5. penyaringan; dan proyek-proyek investasi besar lainnya).
Output
1. Pengidentifikasian kendali
2. Validasi efektifitas pengendalian.
3. Pengidentifikasian dan pemberian prioritas pada risiko-risiko
yang belum cukup terkendali.
Modul 4 Menentukan dan
memvalidasikan cara-cara
pengendalian, menilai ulang,
dan memprioritisasikan
risiko-risiko
Contoh/alat 4.1: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada tempat pengambilan air
Melarang akses ke sumber-sumber air
Kepemilikan pengelola air dan pengawasan lahan sumber air
Pemagaran ternak
Memindahkan ternak jauh dari akses ke sungai saat masa sapi/domba beranak
Aturan-aturan kebiasaan pemakaian bahan kimia pertanian penyebaran lumpur
Memindahkan operasi-operasi pertanian jauh dari lokasi-lokasi sensitif
Perencanaan kendali
Persetujuan dan komunikasi dengan organisasi-organisasi transpor
Komunikasi dan pendidikan para pemegang andil tempat pengambilan air
Standar-standar limbah industri dan pengendalian volume
Penyimpanan air baku
Kemampuan untuk menghentikan pengambilan air (informasi waktu pengiriman)
Biologi sungai – indikator sumber kontaminasi tersebar atau terpusat
Menutupi dan melindungi mata air
Kemampuan untuk menggunakan sumber air alternatif jika bahaya-bahaya menimpa satu sumber
Terus menerus memantau pengambilan air dan sungai
Inspeksi-inspeksi lapangan
Inspeksi-inspeksi internal dan reguler sumur dan sumur bor
Contoh/alat 4.2: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada pengolahan
Proses-proses pengolahan tervalidasi
Pembatasan-pembatasan pengoperasian memakai alat alarm
Generator yang siap sedia
Mematikan mesin secara otomatis
Pemantauan terus menerus dengan dilengkapi alarm
Karyawan yang terlatih (kompetensi operator)
Kebijakan dan prosedur pembelian
Pemasangan pagar, bangunan-bangunan berkunci, alarm-alarm
Pendukung komunikasi-komunikasi
Contoh/alat 4.3: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada jaringan distribusi
Inspeksi-inspeksi reservoir secara reguler (eksternal dan internal)
Menutupi layanan terbuka reservoir-reservoir
Peta-peta jaringan yang sudah diperbarui (up-to-date)
Status ledeng yang sudah diketahui
Kebijakan dan prosedur pembelian
Prosedur-prosedur reparasi pipa besar
Karyawan yang terlatih (kompetensi operator)
Prosedur-prosedur higiene
Keamanan hidran
Ledeng aliran satu arah
Pemantauan dan pencatatan tekanan air
Pipa-pipa yang terlindungi
Pemasangan pagar, ujung-ujung pipa berkunci, alarm-alarm untuk penerobos ke reservoir-reservoir dan menara-menara
Contoh/alat 4.4: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada bangunan-bangunan konsumen
inspeksi bangunan
Pendidikan konsumen
Kendali-kendali sumbatan pada pipa-pipa
Ledeng aliran satu arah
Saran untuk memasak/ idak menggunakan air
Modul 4
Menentukan dan
memvalidasikan cara-cara
pengendalian, menilai ulang, dan
memprioritisasikan risiko-risiko
Contoh/alat 4.5: batas-batas kritis dan kegiatan terkait dengan bahaya mikroba
Bahaya-bahaya dan peristiwa-peristiwa Contoh cara-cara pengendalian Target batas kritis Batas kritis sebagai pemicu kegiatan
berbahaya
Bahaya-bahaya mikroba yang berasal Pastikan penutup untuk inspeksi tetap Penutup untuk inspeksi terkunci pada Penutup untuk inspeksi tidak berada pada
dari kontaminasi reservoir pelayanan berada pada tempatnya tempatnya dan alat anti tikus tidak rusak tempatnya atau tidak terkunci atau
Pastikan ventilator dan saluran kabel kerusakan pada alat anti tikus
terjaga dari gangguan tikus
Bahaya-bahaya mikroba yang berasal Perlindungan tempat pengambilan air Hanya memperbolehkan pengembangan Hal-hal yang berhubungan dengan
dari kontaminasi reservoir air sumber dari pendudukan lahan oleh manusia dan dan kegiatan yang sudah diberikan izin rusaknya pengembangan yang sudah
ternak pada tempat sumber air dan pemagaran diberikan izin dan kegiatan dalam
Pembuatan pagar (untuk ternak) pada tidak rusak sumber air dan pembuatan pagar
sumber air dan jalur air
Bahaya-bahaya kimiawi, mikrobial, dan Penutupan pengambilan air sumber Pemantauan hujan, tingkat aliran dan Pengawasan hujan, tingkat aliran dan
fisik melampaui kemampuan pengolahan selama kontaminasi tinggi, contoh kekeruhan pada rentangan normal kekeruhan melebihi jangka yang telah
setelah badai ditetapkan
Bahaya senyawa cyanotoxin dari Mengaduk tempat-tempat penampungan Pengadukan pengoperasian sistem jika Kegagalan pengadukan/percampuran
perkembangan alga dalam reservoir untuk mengurangi cyanobacteria diperlukan sistem dan terbentuknya stratifikasi
sumber air
Contoh/alat 4.6: bentuk validasi sumber informasi
Risiko-risiko hanya dapat dinilai ulang dan diprioritaskan setelah dilakukan validasi cara-cara pengendalian. Validasi awal dapat dilakukan
melalui pemantauan intensif, kecuali pengendalian-pengendalian telah membuktikan efektifitasnya selama ini. Jika yakin sistem perlu untuk
diperbaiki untuk meraih tujuan kualitas air yan relevan, sebuah rencana peningkatan/perbaikan harus dikembangkan dan diimplementasikan.
Contoh/alat 4.8: menjaga konsistensi dalam menilai ulang dan memprioritisasikan risiko-risiko
Putuskan langsung metode penilaian risiko yang konsisten, seperti yang dilakukan pada Modul 3;
Spesifik menegaskani apa yang dimaksud dengan ‘bahaya’ dalam kaitannya dengan:
Kemungkinan munculnya bahaya, dengan memperhitungkan efektifitas pengendalian-pengendalian;
Konsekuensi munculnya bahaya;
Kemungkinan bahwa hal tersebut mempengaruhi keamanan penyediaan air; dan
Di mana dan kapan hal tersebut muncul
Tim WSP harus menentukan cut-off point, dimana risiko-risiko yang telah dinilai ulang dan berada di atas titik batas itu akan memerlukan
penanganan selanjutnya dan yang berada dibawahnya akan terus menerus ditinjau ulang. Pada Contoh/alat 3.6, nilai skor 6 diambil sebagai cut-
off point, tetapi sebagai tambahan risiko yang menyebabkan konsekuensi berkelas bencana harus didokumentasikan dan terus menerus ditinjau
biarpun derajat kemunculannya jarang. Menggolongkan risiko dari rendah hingga sangat tinggi dapat menjadi agak subyektif tetapi akan
membantu memprioritisasikan saat tindakan sangat segera diperlukan.
Contoh/alat 4.10: Hasil penilaian bahaya dan penentuan serta validasi cara-cara pengendalian
Peristiwa Tipe bahaya Kemungkinan Derajat Risiko Cara pengendalian Efektifitas cara Dasar
berbahaya muncul keparahan pengendalian
Defekasi ternak Mikroba 3 5 15 Penyaringan air Protozoa dikendalikan Timbulnya wabah penyakit yang
diikuti turunnya (patogen) Saraan memasak air dengan penyaringan yang dihantarkan melalui air terlihat
hujan jika penyaringan sudah divalidasikan ukuran dalam situasi serupa
gagal (langkah pori-porinya menurut data
korektif) pabrik dan uji oocyst
dll.
Modul 4
Menentukan dan
memvalidasikan cara-cara
pengendalian, menilai ulang, dan
memprioritisasikan risiko-risiko
Contoh/alat 4.11: berurusan dengan ketidakpastian dalam member angka skor risiko-risiko
Ketidakpastian memberikan angka skor bagi risiko untuk tiap bahaya dan peristiwa-peristiwa berbahaya dapat ditangani dengan mengadakan
investigasi lebih lanjut yang dapat ditambahkan pada WSP
Langkah Tempat pengambilan air/Sumber air
Peristiwa Kebocoran dari tempat-tempat seperti peternakan yang terbengkalai, landfill atau tempat-tempat yang terkontaminasi dan
hanyutan senyawa-senyawa yang larut didalam air (contoh pestisida) ke dalam sumber air.
Dasar Sementara faktor-faktor pengenceran tergolong signifikan, tidak ada data pemantauan dan tidak ada pembatas-pembatas
terhadap bahaya ini yang terpasang pada tempatnya. Jika pestisida berada pada konsentrasi yang tinggi, dapat berpotensi
menjadi risiko kesehatan.
Investigasi-investigasi yang mungkin untuk 1. Melakukan survei sanitasi dengan fokus khusus kepada penggunaan pestisida dan lokasi-lokasi lahan yang rendah,
mengurangi ketidakpastian terutama tempat yang terkena jangkauan semprotan pestisida.
2. Melakukan pemantauan pestisida pada tempat pengambilan air di sumbernya selama keadaan normal maupun tidak.
Kepraktisan investigasi 1. Sangat praktis dengan biaya yang rendah dan dapat digabungkan dengan studi-studi lain yang dilakukan oleh para
pemangku kepentingan lain.
2. Sangat praktis tapi dengan biaya yang tinggi.
Hasil Tim WSP menyarankan melakukan salah satu pilihan di atas, dilakukan oleh siapa, pada waktu kapan, dan dengan biaya
berapa.
Contoh/alat 4.12: Prioritisasi risiko dan penilaian ulang
Peristiwa Derajat Contoh cara pengendalian Validasi cara pengendalian Penilaian ulang
Kemunculan
berbahaya (sumber risiko risiko pasca-
keparahan
bahaya) (lihat table pengendalisan
Derajat
Bahaya
3.6)
Nilai
Metode desinfeksi 3 4 12 Tinggi Tingkatkan metode desinfeksi (jangka Alarm-alarm efektif dan bukti Rendah dengan
tidak adekuat panjang). pembasmian secara konsisten pemantauan
Kurangi masuknya kontaminasi ke organisme-organisme indikator operasional yang
dalam sistem dan memperpanjang waktu dalam rentang kondisi benar
Mikrobial
Pembentukan efek 3 3 9 Menengah Mengurangi umur air dengan tanki di Pengurangan secara konsisten Rendah dengan
samping desinfeksi hilir disaat-saat permintaan air rendah efek samping desinfeksi dalam pemantauan
pada kadar yang rentang kondisi pengoperasian operasional yang
Kimiawi
Kurang efektifnya 4 4 16 Sangat Tingkatkan proses-proses penjernihan Alarm-alarm efektif dan bukti Rendah dengan
Mikrobial
deinfeksi akibat tinggi dan filtrasi (jangka panjang) pembasmian secara konsisten pemantauan
meningkatnya Pemasangan alarm-alarm yang dipicu organisme-organisme indikator operasional yang
kekeruhan rendahnya tingkat desinfektan dalam rentang kondisi benar
pengoperasian
Sangat gagal 2 5 10 Tinggi Tempat-tempat pemberian khlor Alarm-alarm efektif dan bukti Rendah dengan
Mikrobial
Peristiwa Derajat Contoh cara pengendalian Validasi cara Penilaian ulang risiko pasca-
Kemunculan
berbahaya (sumber risiko (lihat penendalian pengendalisan
Bahaya
keparahan
bahaya) table 3.6)
Derajat
Nilai
Kadar sisa khlor 4 4 16 Sangat Tolak ukur diatur untuk mendapatkan Alarm-alarm efektif dan Rendah dengan pemantauan
dalam distribusi dan tinggi target kadar sisa khlor agar mencapai bukti pembasmian secara operasional yang benar
sistem retikulasi standar mikroba pada tempat konsisten organisme-
(jaringan) rendah bangunan konsumen dan terhubung organisme indikator
dengan alarm dalam rentang kondisi
pengoperasian
Mikrobial
Mati listrik di 2 5 10 Tinggi Sumber listrik cadangan Cadangan dipastikan Rendah dengan pemantauan
tempat desinfeksi datang dari sumber operasional yang benar
generator lain.
Mikrobial
Pemindahan otomatis
dipicu dalam rentang
kondisi pengoperasian
Kontaminasi bahan 2 4 8 Menengah Kendali Pemantauan on-line. Audit intensif dari Rendah dengan pemantauan
kimia yang Sertifikat analisis laboratorium dari pemasok. operasional yang benar
dibubuhkan atau pemasok Alarm dipicu dalam
kimiawi,
Dosis kapur kurang 3 3 9 Menengah Tempat pembubuhan memiliki alarm Alarm dipicu dalam Rendah dengan pemantauan
Kimiawi,
atau berlebih untuk pada kadar tinggi dan rendah dan rentang kondisi operasional yang benar
perbaikan pH cut-off pembubuhan pada kadar pengoperasian
fisik
tinggi
Kegagalan 4 3 12 Tinggi Pengukuran tekanan memicu pompa Tidak ada pengendalian Prioritas tinggi untuk mitigasi
memompa cadangan (bukan menggantikan)
Fisik
Nitrat melampaui 3 2 6 Menengah Mencampur dengan sumber rendah Pengendalian jangka Menengah – jaga
angka standar nitrat dari cadangan air lainnya. panjang yang tidak bisa perkembangan melalui
(Sumber alternatif tersebut diandalkan peninjauan reguler dan
Kimiawi
Jikalau langkah sebelumnya mengisyaratkan risiko yang signifikan terhadap keamanan air dan
menunjukkan bahwa pengendalian yang ada tidak efektif atau tidak berjalan, maka perlu dibuat
rencana perbaikan/peningkatan. Setiap perbaikan yang dibuat perlu mempunyai seorang ‘pemilik’
yang bertanggung jawab melaksanakan dan harus pula mempunyai tanggal target pelaksanaan. Hasil
penilaian mungkin tidak secara otomatis menentukan diperlukannya investasi modal baru, kadang-
kadang, yang hanya diperlukan adalah meninjau ulang, mendokumentasikan, dan memformalkan
praktek-praktek yang tidak jalan itu dan menentukan area dimana perbaikan perlu dilakukan. Pada
kasus lain, mungkin diperlukan pengendalian baru, diperbaikan, atau perubahan besar-besaran
infrastruktur.
Langkah Berasal dari Tentukan rencana khas perbaikan Penanggung Batas waktu Status
jawab
Lakukan upaya- Cryptosporidium sudah ditentukan sebagai Pasang dan lakukan pengolahan sinar Misalnya, ahli Misalnya, Misalnya,
upaya pengendalian risiko tak terkendali ultraviolet teknik tanggal sedang
risiko yang terkait selesainya berjalan,
dengan pelaksanaan belum mulai,
Cryptosporidium dsb.
Defekasi ternak disekitar mulut sumur Pastikan dengan cara membandingkan
yang tidak berpagar bersama kinerja pengolahan teoritis dan
Cryptosporidium dan musim hujan pengolahan yang diperlukan untuk
merupakan sumber potensial jalur masuk menghilangkan infeksi
Cryptosporidium
Lakukan upaya- Proses penilaian risiko sudah menemukan Pasang filtrasi ozon dan karbon aktif Misalnya, ahli Misalnya, Misalnya,
upaya pengendalian campuran pestisida yang dipakai dalam granuler pada tempat pengolahan air teknik tanggal sedang
risiko yang timbul pertanian selesainya berjalan,
dari pestisida pelaksanaan belum mulai,
pertanian masuk ke dsb.
penyediaan air
Sementara ini belum ada jaminan risiko-
risiko ini dikendalikan dengan adekuat
Tinjau ulang Proses penilaian risiko terhadap risiko Kembangkan disinfeksi tambahan air Misalnya, Misalnya, Misalnya,
kebutuhan, jika patogen yang berasal dari sistem kotor dan pengolahan air di hilir petugas tanggal sedang
perlu cari pilihan pembuangan air kotor. Sementara ini termasuk juga strategi-strategi kualitas air selesainya berjalan,
untuk mengurangi belum ada jaminan risiko-risiko ini penghindaran yang perlu pelaksanaan belum mulai,
risiko kontaminasi dikendalikan secara adekuat pada tingkat dsb.
kualitas air dari yang diperbolehkan melalui cara-cara
virus dan protozoa pengawasan yang ada
bagi sistem
pembuangan air
kotor
Dsb.
Studi kasus 1: Australia Pengalaman Lapangan 5.2 – merevisi rencana perbaikan
modal
Pengalaman Lapangan 5.1 – menargetkan program- Sudah bertahun-tahun pengolahan air menjadi lebih canggih
program investasi dan kompleks menghadapi sumber air yang tercemar. Dengan
pengawasan yang sedikit terhadap tempat-tempat pengambilan
air baku, perusahan air tidak mempunyai banyak pilihan. Akan
Sistem pengaturan dana yang ada mengharuskan adanya tetapi, pendekatan WSP sekarang sudah mulai menyediakan
program investasi lima-tahunan, dengan dukungan potensial prioritas bagi inisiatif tempat pengambilan air baku melalui
dari regulator dengan syarat pemberian modal itu kolaborasi antara perusahaan air dan pemegang hak tempat
diidentifikasikan melalui metodologi WSP. Pelaksanaan WSPs pengambilan air. Inisiatif-inisiatif itu perlu dilakukan melalui
pendekatan yang fleksibel dari pihak regulator karena
keuntungan-keuntungan yang diraih masih memerlukan waktu
lama untuk dicapai dibandingkan dengan penginstalasian
pengolahan air namun keuntungannya jauh lebih berlanjut dan
kurang nyata.
Pemantauan operasional meliputi pendefinisian dan validasi pemantauan upaya-upaya pengawasan dan menetapkan prosedur untuk
membuktikan bahwa pengawasan-pengawasan terus berjalan. Langkah-langkah ini harus didokumentasikan dalam prosedur
manajemen.
Pendefinisian pemantauan upaya-upaya pengawasan juga memerlukan keikutsertaan langkah-langkah koreksi yang perlu apabila
target operasional tidak tercapai.
Langkah-langkah kunci
Contoh parameter pemantauan operasional
Jumlah dan jenis upaya-upaya pengawasan bervariasi dalam
setiap sistem dan akan ditentukan oleh jenis dan frekuensi Yang dapat diukur: sisa khlor, pH, kekeruhan
bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya yang terkait dengan
Yang dapat diobservasikan: keutuhan pagar-pagar atau
sistem. Pemantauan titik-titik pengawasan sangat perlu untuk
kawat anti tikus; jumlah ternak dalam peternakan di tempat
mendukung manajemen risiko sambil menunjukkan bahwa
pengambilan air baku
upaya pemantauan efektif dan jika ditemukan pelencengan,
dapat dilakukan tindakan pada waktu yang tepat agar tidak Pemantauan rutin biasanya dilakukan berdasarkan observasi-
mengganggu target kualitas air yang sudah ditetapkan. observasi sederhana dan tes, misalnya kekeruhan atau keutuhan
struktur bangunan bukan uji kimia atau mikrobiologi yang
Pemantauan yang efektif bertumpu pada penetapan:
rumit. Untuk beberapa cara pengawasan, mungkin perlu dibuat
- Apa yang akan dipantau ‘batasan kritis’ yang menentukan batas keamanan air. Deviasi
- Bagaimana caranya memantau dari batas kritis ini biasanya memerlukan tindakan segera dan
- Waktu atau frekuensi pemantauan mungkin memerlukan pemberitahuan otoritas kesehatan
- Dimana akan dipantau setempat dan/atau pengaplikasian rencana mendadak untuk
- Siapa yang memantau
mendapat pemasokan air alternatif. Langkah-langkah
- Siapa yang menganalisis
- Siapa yang akan menerima hasilnya untuk kemudian pemantauan dan korektif membentuk lingkar pengawasan yang
bertindak? menjamin agar air minum yang tidak aman tidak sampai
dikonsumsikan. Langkah korektif harus spesifik dan bila
mungkin ditentukan sebelumnya agar pelaksanaannya dapat
cepat dikerjakan.
Data pemantauan memberikan umpan-bali yang penting
tentang cara kerja sistem pengadaan air dan harus sering
dinilai.
Tantangan-tantangan khusus
Jika pemantauan menunjukkan adanya batas kritis yang terlampaui, tindakan korektif harus ditentukan bagi setiap pengawasan untuk
mencegah air tercemar dipasok keluar. Kejadian-kejadian itu bisa muncul dalam bentuk: pelanggaran kriteria pemantauan operasional,
rendahnya kinerja tempat pengolahan air kotor yang membuang limbah ke sumber air, hujan yang ekstrim di tempat pengambilan air
baku, atau bocoran bahan berbahaya. Contoh-contoh tindakan korektif mencakup pemakaian alarm dan mekanisme penutupan aliran
secara otomatis, atau pengalihan ke sumber air yang lain selama terjadinya pelanggaran operasional (memberi waktu bagi operator
untuk memperbaiki pengadaan air menjadi benar kembali). Risiko-risiko terkait dengan pemakaian sumber alternative harus diketahui
dan diatas dalam keseluruhan lingkup kerangka kerja WSP.
Contoh/alat 6.3: Daftar masalah yang harus diperhitungkan untuk merancang tindakan-tindakan korektif
Apakah tindakan-tindakan korektif sudah didokumentasi secara benar, termasuk menugaskan kepada yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaannya?
Apakah penduduk sudah dilatih dengan benar dan diberikan kewenangan penuh untuk melaksanakan tindakan-tindakan
korektif?
Apakah ada proses peninjauan ulang untuk menganalisiskan tindakan-tindakan mencegah terulangnya kejadian yang
memerlukan tindakan-tindakan korektif?
Contoh/alat 6.4: Syarat-syarat pemantauan jangka panjang dan jangka pendek dan tindakan-tindakan korektif
Pengolahan: Kadar khlor Sisa Di titik masuk Secara Penganalisis Petugas Aktifkan
Pembubuhan ketika air disinfektan ke sistem elektronik khlor Kualitas Air protokol
khlor di keluar dari distribusi pelanggaran
tempat tempat khlor
pengolahan air pengolahan
(contoh harus > 0,5
pemantauan dan < 1,5 mg/l
jangka
pendek)
Dll.
pemakaian dengan WSPs mempunyai program-program aktif
untuk memperkuat pencegahan arus balk dengan berbagai
Studi kasus 1: Australia standar bergantung risiko yang dihadapi di tempat yang
dipasokkan air.
Pengalaman Lapangan 6.2 – pemantauan operasional Kurangnya tekanan air dalam sistem distribusi karena pipa
proses pengolahan yang bocor atau sambungan liar menimbulkan pelayanan air
yang inkonsisten dan menimbulkan kontaminasi mikroba serta
Tim WSP mengidentifikasikan bahwa koagulasi/flokulasi. bahan kimia. Oleh karena menjaga tekanan air dinilai sebagai
Sedimentasi, filtrasi, dan khlorinasi merupakan cara-cara car pengendalian kritis. Pengukur-pengukur tekanan dipasang
pengendalian kritis yang harus dipantau. Untuk menilai pada titik-titik strategis sepanjang jaringan distribusi, rencana
efektifitas koagulasi, dilakukan pengukuran kekeruhan di pemantauan dan pencatatan oleh operator ditetapkan, dan
catatan hasil pemantauan dipelajari setiap bulan oleh manajer
pemakaian. Sistem peningkatan kesadaran operator dan
penyeliaan meningkatkan tanggung jawab dan kepatuhan
kepada protokol yang sudah ditetapkan; juga menjamin agar
para operator lebih mendapatkan informasi tentang keadaan
tekanan yang memerlukan tindakan koreksi segera.
Mempunyai proses resmi untuk memverifikasi dan mengaudit WSP menjamin bahwa WSP berfungsi dengan baik. Verifikasi atau
memastikan merupakan tiga tindakan yang dilakukan bersama untuk memberikan bukti bahwa WSP berfungsi secara efektif.
Ketiganya adalah:
- Pemantauan kepatuhan;
- Audit internal dan eksternal terhadap kegiatan operasional;
- Kepuasan konsumen.
Verifikasi harus memberikan bukti bahwa keseluruhan rancangan dan operasi sistem mampu secara konsisten memberikan air dengan
kualitas spesifik yang memenuhi target berbasis kesehatan. Jika tidak, rencana perbaikan/peningkatan harus direvisi dan diterapkan.
Kepuasan konsumen
Tantangan-tantangan khas
Untuk verifikasi kualitas mikrobiologi air, organisme-organisme indikator biasanya dipantau. Sistem verifikasi yang paling banyak
digunakan adalah memakai bakteri indikator feses E. coli atau coliform-coliform yang tahan akan suhu tinggi (thermotolerant)
pada titik-titik yang mewakili pemantauan di dalam sistem pengadaan air. Pemakaian alat lain seperti, hitung cawan heterotropik
(heterotropic plate counts), atau Clostridium perfringens dapat dipakai untuk pemantau operasional atau penyelidikan agar lebih
mengerti tentang sistem pengadaan air.
Verifikasi untuk parameter-parameter kimia dilakukan dengan pengukuran langsung bukan dengan indicator. Kebanyakan bahaya
kimia tidak akan muncul dalam tingkat kadar berbahaya yang akut dan frekuensi verikasi (seringkali setiap kuartal atau kadang-
kadang setengah tahunan) boleh lebih jarang daripada verifikasi mikroorganisme.
Cecap rasa dan bau secara kuantitatif dan kualitatif dapat dipantau untuk menjamin kondisi jaringan distribusi dan instalasi
konsumen.
Contoh/alat 7.2: Daftar faktor-faktor yang harus diperhitungkan untuk membuat program pemantauan verifikasi yang
rutin (Program verifikasi berpedoman pemakaian dapat memberikan tambahan derajat kepercayaan, melengkapi
regulasi yang mengkhususkan kepada pemantauan parameter-parameter dan frekuensi.)
Jika perlu, susun program pemantauan verifikasi yang sesuai dengan syarat-syarat regulasi;
Tunjuk personel yang cocok untuk melakukan fungsi-fungsi pemantauan;
Buat sistem komunikasi diantara staf pemantau;
Tetapkan analisis yang tepat;
Pastikan titik-titik tempat pemantauan sudah terpilih;
Pastikan frekuensi pemantauan sudah tepat;
Pastikan hasil-hasil diinterpretasikan dan hasil-hasil yang tidak biasa atau buruk diselidiki;
Buat sebuah sistem untuk memastikan adanya pelaporan hasil yang rutin kepada regulator yang tepat.
Selain analisis kualitas air, verifikasi harus pula mencakup audit WSP dan praktek operasional untuk menunjukkan praktek yang
baik dan kepatuhan. Pengaudit akan menunjukkan peluang-peluang untuk perbaikan misalnya area-area dimana prosedur tidak
diikuti sebagaimana mestinya, sumber daya tidak mencukupi, perbaikan-perbaikan terencana tidak praktis, atau pelatihan dan
dukungan motivasi diperlukan oleh staf.
Jika melakukan audit, penting bahwa pengaudit memiliki pengetahuan rinci tentang pengadaan air minum dan prosedur-prosedur
disaksikan sendiri, bukan hanya sekedar catatan saja. Catatan tidak selalu benar secara factual dan dalam beberapa hal, peralatan
yang katanya berfungsi menurut catatan mungkin saja kenyataannya tidak berfungsi dan menjadikan air tidak aman serta letupan
penyakit yang terbawa air (waterborne disease).
Contoh/alat 7.4: Daftar faktor-faktor yang harus diperhitungkan untuk memastikan semua informasi yang tepat sudah
diperoleh dalam audit
Contoh/alat 7.5:Rencana pemantauan operasional dan pemantauan verifikasi (dari Jinga, Uganda)
Proses pada Pemantauan operasional (lihat Modul 6) Pemantauan verifikasi
unit
Dll.
bagian dari WSPs. Pada umumnya, selama berpuluh-puluh
tahun area ini merupakan fokus yang kuat bagi regulasi
Studi kasus 1: Australia pengadaan air sebelum WSP dilahirkan. Baik pemantauan
Pihak pemakai pengolahan air khas tidak membuat perubahan kepuasan konsumen maupun tes kualitas air sudah merupakan
yang berarti dalam pemantauan verifikasi mereka sebagai proses yang baku, dan datanya dilaporkan kepada masyarakat.
WSPs mengubah fokus kearah pencegahan dan perbaikan Setiap jurisdiksi (Negara bagian dan wilayah khusus) sudah
pemantauan operasional tapi tidak secara berarti mengharuskan atau dalam fase mengembangkan persyaratan
mempengaruhi pemantauan verifikasi. Perubahan yang besar agar badan pengolah air mempunyai WSPs. Negara bagian
adalah reposisi pemantauan keluhan konsumen dan tes kualitas Victoria melalui Akta tahun 2003 (Safe Drinking Water Act
air menjadi ‘pemantauan verifikasi’. Efek lain WSP adalah 2003) dan Negara-negara bagian lainnya sudah atau sedang
‘memindahkan’ tes verifikasi menjadi ‘konfirmasi setelah-ada- memberlakukan persyaratan yang sama melalui akta, regulasi,
fakta’ sedangkan sebelumnya tindakan-tindakan verifikasi atau lisensi. Besar kemungkinannya bahwa pada tahun 2015
sering difokuskan kepada manajemen kualitas air. semua badan pengolah air di semua Negara bagian Australia
akan melaksanakan WSPs yang akan di audit regulasinya.
Pengauditan pertama regulasi dilakukan di Victoria tahun
Pengalaman Lapangan 7.2 – menciptakan sistem untuk 2008, dengan memberikan peluang antara Akta dan waktu
audit internal dan eksternal berlakunya akta itu. Negara-negara bagian yang lain dan
wilayah khusus sedang mengikuti jejak ini.
Salah satu perubahan-perubahan besar terkait WSPs adalah
pengauditan manajemen kualitas air. Audit internal dan
semakin bertambahnya audit eksternal. Audit menjadi biasa Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia
bagi pihak pemakai pengolahan air di Australia; sekarang audit (ALKK)
dilakukang kira-kira dalam interval setiap tahun oleh pengaudit
eksternal. Dalam beberapa tahun yang lalu,sistem audit Pengalaman Lapangan 7.1 – mengembangkan rencana
manajemen kualitas air minum yang baru sudah dipakai, pemantauan kepatuhan
bersama dengan tumbuhnya kelompok spesialis pengaudit.
Terdapat beberapa oposisi terhadap pengauditan eksternal dari Ketika catatan-catatan badan pengolah air dikumpulkan dan
pihak pemakai pengolahan air akan tetapi regulator semakin dipelajari untuk menilai status terkini pengadaan air perpipaan
menuntut agar audit eksternal dijadikan bagian peran (lihat Pengalaman Lapangan 2.2 ALKK), terungkap bahwa
pengawasan. protokol badan pengolah air untuk tes, pencatatan, dan
pelaporan kualitas air yang selesai diolah tidak secara konsisten
dipatuhi oleh operator. Kekosongan data sudah biasa terjadi
dan perangkat data yang ada tidak pernah secara sistimatis
Pengalaman Lapangan 7.3 – memilih standar regulasi dikompilasikan dan dipelajaran untuk memastikan kepatuhan
yang tepat kepada standar kualitas air dan menginformasikan putusan-
putusan operasional. Juga, kebanyakan sampel diproses di yang berlaku. Untuk mengatasi masalah ini, badan pengolah air
laboratorium yang jauh dan hasilnya tidak pernah dilaporkan mengembangkan rencana untuk memasukkan laporan bulanan
balik kepada para operator, sehingga tidak memberikan kepada kualitas air (dibuat sebagai bagian daripada rencana
mereka asupan balik yang penting mengenai operasi-operasi di pemantauan kepatuhan seperti yang diuraikan dalam
lapangan. Penyimpangan dari protokol ini terkait dengan Pengalaman Lapangan 7.1 ALKK). Kepada manajemen senior
kurangnya personel untuk melakukan tes dan analisis hasil; di dalam badan pengolahan air dan kepada Kementerian
biaya pengiriman sampel ke laboratorium yang jauh; Kesehatan. Pelaporan internal dan eksternal catatan-catatan
kekurangan reagen tes yang diperlukan; dan kurangnya kualitas air ini diharapkan akan mendorong pemantauan
tanggung jawab (baik internal maupun eksternal). Tim WSP kepatuhan menjadi konsisten dan memfasilitasikan
sepakat bahwa mengatasi hambatan-hambatan ini harus pengawasan regulasi. Untuk dapat memastikan bahwa
mendapat prioritas tertinggi karena pengeahuan tentang prosedur-prosedur lain yang tercantum dalam WSP juga diikuti
kualitas air yang dihasilkan adalah merupakan hal mendasar secara konsisten, pihak badan pengolah air bekerjasama dengan
bagi pengadaan air. Rencana pemantauan kepatuhan dirvisi Kementerian Kesehatan mengembangkan rencana tambahan
untuk mengikutkan panduan rinci dalam pengumpulan data, pengauditan internal dan eksternal WSP yang lebih
pencatatan, kompilasi dan analisis, dan pelaporan umpanbalik komprehensif. Rencana yang lebih komprehensif ini
bagi operator. Rencana pemantauan hasil revisi juga melakukan tinjauan ulang sekitar setahun sekali oleh
menguraikan langkah-langkah internal yang akan diambil jika manajemen senior pihak pengolah air dan tinjauan setahun
hasilnya mengindikasikan adanya ketidakpatuhan terhadap sekali oleh Kementerian Kesehatan. Walaupun keseluruhan
standar kualitas air. WSP bisa di tinjau ulang selama audit-audit ini, area fokus
utama adalah prosedur pengoperasian standar (standar
operating procedures – termasuk pula rencana pemantauan
Pengalaman Lapangan 7.2 – menciptakan sistem untuk operasional dan pemantauan kepatuhan), program-program
audit internal dan eksternal pelatihan operator, dan rencana-rencana tindakan untuk
menghadapi bahaya dengan prioritas tinggi. Juga, untuk
Ketika proses WSP mulai, tidak ada sistem resmi untuk meningkatkan keterikatan dengan rencana-rencana dan
dilakukannya pengauditan internal dan eksternal terhadap prosedur yang sudah berjalan, audit ini diharapkan akan
kualitas air atau operasi-operasi dan praktek manajemen badan memperbaiki konunikasi baik did dalam badan pengolah air
pengolah air. Sebagai hasil adalah kurangnya tanggung jawab maupun antara badan pengolah air dengan badan regulasi.
dalam pengolahan air dan pengabaian rutin terhadap prosedur
Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)
Langkah pendokumentasian jelas prosedur-prosedur manajemen yang akan dilakukan ketika sistem beroperasi dengan normal
(prosedur pengoperasian standar; standar operating procedures, SOP) dan ketika sistem beroperasi dalam keadaan ‘insiden’
(tindakan-tindakan korektif) merupakan bagian integral daripada WSP. Prosedur itu harus dituliskan oleh staf berpengalaman dan
harus diperbaharui sesuai dengan keperluan, khususnya menyangkut pengimplementasian daripada rencana perbaikan/peningkatan
dan tinjauan ulang insiden-insiden, kedaruratan, dan keadaan nyaris gagal. Lebih disukai jika dilakukan wawancara kepada staf dan
pastikan bahwa kegiatan-kegiatan mereka direkam dalam pendokumentasian. Ini membantu juga kepemilikan dan akhirnya
implementasi prosedur-prosedur itu.
Tantangan-tantangan khas
Luaran
- Tindakan-tindakan tanggap;
- Pemantauan operasional;
- Tanggung jawab badan pengolah air dan pemangku
kepentingan lain;
- Protokol-protokol dan strategi komunikasi, berikut
prosedur peringatan dan rincian kontak staf;
- Tanggung jawab untuk cara-cara koordinasi yang
dilakukan dalam keadaan darurat;
- Rencana komunikasi untuk mengingatkan dan
menginformasikan para pemakai pengadaan air dan
pemangku kepentingan lain (mis. Layanan-layanan
kedaruratan);
- Sebuah program untuk meninjau ulang dan merevisi
pendokumentasian sesuai kebutuhan;
Contoh/alat 8.1: Prosedur-prosedur Pengoperasian Standar (SOP) khas untuk badan pengolah air
Keamanan tempat
Penapisan
Prosedur disinfeksi
Dll.
Jika pemantaun menemukan adanya deviasi dari batas kritis atau operasional, perlu dilakukan tindakan-tindakan korektif.
Contoh/alat 8.2: Daftar prosedur manajemen (atau tindakan korektif) untuk menangani insiden
Rincian tanggung jawab dan kontak untuk personel penting dan pemangku kepentingan lain;
Deskripsi jelas tindakan-tindakan yang diperlukan ketika terjadi deviasi;
Lokasi dan identitas SOPs dan perlengkapan yang diperlukan;
Lokasi perlengkapan cadangan;
Informasi relevan logistic dan teknik.
Prosedur pengawasan kualitas aspek WSP harus juga dicatat sebanyak mungkin. Semua pengukuran terhadap cara-cara pengendalian,
misalnya, harus bisa dikenai prosedur pengendalian kualitas, seperti pengendalian analitis internal dan eksternal di dalam
laboratorium. (Perhatikan bahwa ini mungkin juga diperlakukan sebagai ‘program pendukung’.)
Contoh/alat 8.3: Daftar karakteristik dan sistem yang terkait dengan manajemen orang yang akan memfasilitasikan
keberhasil WSP yang sedang berlangsung
Selama dalam kedaruratan mungkin perlu untuk memodifikasikan pengolahan sumber air yang ada atau untuk sementara memakai
sumber air alternatif. Mungkin perlu untuk meningkatkan disinfeksi pada sember air atau memberikan tambahan disinteksi (misalnya
khlorinasi ulang) selama dilakukan distribusi. Prosedur-prosedur dalam keadaan darurat ini harus didokumentasikan.
Contoh/alat 8.5: Daftar area penting untuk ditangani dalam prosedur manajemen kedaruratan
Tim WSP memutuskan untuk tidak mengembangkan rencana Pengalaman Lapangan 8.1 – Merevisi prosedur
formal tanggap darurat/insiden selama pelaksanaan pertama memanfaatkan luaran hasil WSP
pengembangan agar dapat memusatkan kepada upaya-upaya di Perusahan-perusahan air sudah mempunyai manajemen dan
tempat lain. Anggota tim hanya sekedar tidak mempunyai SOPs yang baik. Tantangannya adalah bagaimana
waktu cukup dalam jadwal mereka untuk mengelola tiap tugas memodifikasikan semua ini sejalan dengan luaran-luaran hasil
yang diusulkan dalam Manual secara benar; jadi memilih WSP dan mengatur prosedur-prosedur itu sebagai bagian dari
prioritas perlu dilakukan. Karena operasi pengelolaan begitu WSP.
rupa sehingga ketidakpatuhan terhadap kebanyakan standar
kualitas air hanya merupakan peraturan bukan suatu
Pendahuluan
Program-program penunjang merupakan kegiatan yang menunjang pengembangan keterampilan dan pengetahuan penduduk,
bertanggung jawab kepada pendekatan WSP, dan menunjang kapasitas pengelolaan sistem dalam menghasilkan air yang aman.
Seringkali program berhubungan dengan pelatihan, rise, dan pengembangan. Program-program penunjang dapat pula memerlukan
kegiatan-kegiatan yang tidak langsung mendukung keamanan air, misalnya yang menuju kepada optimalisasi proses seperti
meningkatkan pengawasan kualitas di dalam laboratorium. Program mungkin sudah ada, tetapi sering dilupakan atau diabaikan
sebagai unsur yang penting dari WSP. Contoh-contoh kegiatan lain termasuk kursus pendidikan lanjut, kalibrasi perlengkapan,
pemeliharaan pencegahan, higiene dan sanitasi, demikian pula aspek-aspek legal seperti program untuk memahami keharusan
organisasi untuk patuh kepada regulasi. Adalah penting bahwa organisasi mengerti tanggung jawabnya dan memiliki program yang
siap untuk menghadapi masalah-masalah ini.
Tantangan khas
Dalam mengembangkan program penunjang, tidak selalu perlu mengembangkan program-program baru. Organisasi-organisasi harus
menilai program-program yang sudah ada untuk menemukan kesenjangan-kesenjangan yang perlu diatasi termasuk pembaharuan
program-program yang sudah ada.
Semua prosedur harus didokumentasikan dan ditentukan tanggalnya untuk menjamin agar staf mengikuti versi terbaru.
Contoh/alat 9.2: jenis-jenis program penunjang yang dapat diikutkan dalam WSP
Pelatihan dan kesadaran Menjamin personel organisasi (dan kontraktor) Pelatihan WSP
mengerti keamanan air dan pengaruh kegiatan-
kegiatan mereka Persyaratan-persyaratan kompetensi
Pelatihan awal
Prosedur-prosedur higiene
Riset dan pengembangan Mendukung putusan-putusan yang dibuat untuk Mengerti bahaya-bahaya potensial
memperbaiki atau menjaga kualitas air
Riset tentang indikator kontaminasi yang lebih baik
Protokol keluhan Menjamin consumer menanggapi jika muncul Pusat informasi melalui telepon
konsumen beberapa keraguan mengenai kualitas air
Pelatihan keluhan-keluhan
Dll.
Tim WSP harus secara periodik mengadakan pertemuan dan meninjau ulang serta belajar dari pengalaman-pengalaman dan prosedur-
prosedur yang baru (disamping meninjau ulang secara reguler WSP melalui analisis data yang dikumpulkan sebagai bagian proses
pemantauan). Proses peninjauan ulang adalah kritis bagi keseluruhan implementasi WSP dan memberikan landasan bagi penilaian
dimasa mendatang. Setelah terjadi kedaruratan, insiden, atau nyaris gagal, risiko harus dikaji ulang dan mungkin perlu disisipkan
kedalam rencana perbaikan/peningkatan.
Dengan meninjau ulang dan merevisi secara regular, WSP Adakan pertemuan-pertemuan reguler revisi WSP
menjamin bahwa risiko-risiko baru yang mengancam produksi
dan distribusi air yang aman secara teratur dikaji dan ditangani. Tim WSP harus sepakat mengadakan pertemuan secara reguler
WSP yang relevan dan selalu diperbaharui akan menjaga rasa untuk meninjau ulang segala aspek WSP agar tetap akurat.
percaya diri dan dukungan dari staf dan pihak pengampu Asupan dari operator lokal atau hasil kunjungan ke lapangan
kepentingan yang ada didalam pendekatan WSP. dapat pula dijadikan bagian daripada peninjauan ulang. Hasil-
hasil pemantauan operasional dan kecenderungan
perkembangan harus dikaji. Disamping peninjauan ulang
WSP dapat cepat menjadi ‘ketinggalan zaman’ karena: reguler terencana, WSP harus juga ditinjau ulang jika, misalnya
sumber air yang baru sedang dikembangkan, direncanakan
perbaikan besar-besaran pengolahan air dan akan
dimanfaatkan, atau setelah terjadi insiden besar kualitas air Luaran
(lihat juga Modul 11). Selama pertemuan reguler peninjauan WSP yang selalu diperbaharui dan terus menerus cocok untuk
ulang, tanggal untuk meninjau ulang berikutnya harus kebutuhan pengelola air dan para pengampu kepentingan.
ditentukan.
Tantangan-tantangan khas
WSP harus langsung ditinjau kembali segera setelah timbul perubahan kondisi atau masalah yang signifikan dalam rangkaian kegiatan
penyediaan air. WSP juga harus ditinjau ulang dari waktu ke waktu, khususnya yang terkait dengan hasil yang diperoleh setelah
melakukan WSP. Semua perubahan WSP hasil peninjauan ulang itu harus didokumentasikan.
Studi Kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia Beberapa perbaikan modal diusulkan sebagai hasil pemakaian
(ALKK) WSP. Perubahan-perubahan struktural atau operasional pada
sistem dapat menimbulkan risiko-risiko tambahan, seperti
kurangnya pengetahuan tentang pengoperasian alat baru atau
Pengalaman Lapangan 10.1 – Pembentukan komite perubahan-perubahan kadar desinfektan untuk sistem yang
peninjauan ulang WSP sudah dimodifikasikan. Komite Peninjauan-ulang akan
memeriksa kembali WSP sebagai lanjutan adanya perbaikan
Tim WSP merasa perlu untuk membentuk proses formal struktural untuk menilai dan mengungkapkan adanya bahaya
peninjauan ulang WSP beserta revisi yang diperlukan untuk yang tidak diduga sebelumnya sambil memperbaharui WSP
menjamin agar WSP selalu diperbaharui dan efektif. Oleh setiap kali diadakan perubahan-perubahan. Demikian pula,
karena kesibukan para anggota Komite Pengendali (steering setelah kapasitas kualitas air yang lebih baik sudah
committee) dan Gugus Tugas (task force), pemeliharaan WSP terealisasikan melalui perbaikan-perbaikan modal dan
dalam jangka waktu yang lama dinilai tidak realistik jika tidak operasional, standar akan dikaji lagi dan mungkin perlu
disertai rencana jelas mengenai garis besar kegiatan-kegiatan dimodifikasikan, misalnya dengan cara perubahan standard
peninjauan ulang yang besar serta mengenali badan-badan bertahap yang dibuat untuk standar kekeruhan seperti yang
yang bertanggung-jawab. Komite Peninjauan-ulang dibentuk dibahas dalam Pengalaman Lapangan ALKK 7.3.
dan setuju akan mengadakan pertemuan dua tahun sekali
setelah pembentukan WSP. Pertemuan ini dimaksudkan untuk
merevisi WSP yang mencerminkan kemajuan dalam kegiatan
korektif dan menyampaikan segala kekurangan yang
ditemukan. Disamping peninjauan-ulang tiap dua tahun yang Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)
ditentukan, Komite Peninjauan-ulang setuju untuk mengadakan
pertemuan tiap kali terjadi insiden yang berhubungan dengan
air minum untuk dapat merevisi WSP seperlunya agar Pengalaman Lapangan10.1 – Tetap mempertahankan
mencegah terjadinya insiden yang sama. pendekatan WSP
Perusahaan-perusahaan yang memiliki WSP dalam bentuk
kertas ditantang oleh tuntutan beban kerja untuk menjaga
berkas itu selalu diperbaharui terutama bila didapatkan dan
dilaksanakan banyak perbaikan-perbaikan. Menjega inisiatif
WSP agar tetap tercakup didalam pengoperasian perusahaan
besar kemungkinan akan menjadi tantangan sebelum
pengkajian risiko dan manajemen risiko pendekatan WSP
dijadikan persyaratan regulasi.
Pendahuluan
Seperti telah diuraikan sebelumnya, untuk menjamin agar mencakup bahaya dan masalah yang timbul, WSP harus ditinjau ulang
secara periodik oleh tim WSP. Kepentingan khusus daripada pelaksanaan kerangka kerja WSP adalah kemungkin adanya reduksi
jumlah dan besarnya insiden, kedaruratan, atau nyaris gagal yang akan mempengaruhi atau berpotensi mempengaruhi kualitas air
minum. Akan tetapi, kejadian-kejadian itu masih saja dapat muncul. Disamping peninjauan ulang yang periodik, penting bahwa WSP
ditinjau ulang setelah setiap kali terjadi kedaruratan, insiden atau kejadian yang tidak diduga terlepas apakan bahaya yang baru sudah
teridentifikasi untuk menjamin, jika mungkin, keadaan itu tidak berulang dan memastikan apakah tanggapan sudah memadai atau
masih bisa dilakukan lebih baik. Tinjauan ulang setelah terjadi insiden hamper sellu dapat mengidentifikasikan area untuk perbaikan
baik untuk bahaya yang baru atau risiko yang sudah direvisi pada penilaian risiko, revisi prosedur pelaksanaan operasi, masalah
pelatihan atau masalah komunikasi, dan WSP harus direvisikan agar mencerminkan perubahan-perubahan itu. Dalam berbagai kasus,
perlu kiranya untuk mengikutsertakan pengampu kepentingan yang lain dalam melakukan tinjauan ulang. Penting pula bahwa para
pengada air, di dalam WSP mereka, memiliki prosedur yang siap untuk memastikan bahwa tim WSP sudah dibuat waspada mengenai
keadaan-keadaan dan rincian semua insiden, kedaruratan, dan nyaris gagal.
- Tinjau ulang WSP setelah terjadi insiden, kedaruratan, atau - Penilaian terbuka dan jujur daripada penyebab, rangkaian
nyaris gagal; kejadian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
- Tentukan penyebab terjadinya insiden, kedaruratan, atau kedaruratan, insiden, atau keadaan nyaris gagal;
keadaan nyaris gagal serta cukup tidaknya respon yang - Fokus dan bertindak dalam lingkup hasil pembelajaran dari
diberikan; pengalaman bukan mencari-cari kesalahan.
- Revisi WSP dimana perlu, termasuk pula menyisipkannya
kedalam program penunjang
Luaran
Contoh/alat 11.1: Daftar pertanyaan setelah terjadi kedaruratan, insiden, atau keadaan nyaris gagal
Contoh/alat 11.2: setelah terjadi insiden, kedaruratan, atau keadaan nyaris gagal dafar berikut mungkin berguna untuk
merevisi WSP
Rincian tanggung jawab dan cara menghubungi personel kunci, biasanya meliputi pengampu kepentingan dan individu-individu
lain dinyatakan dengan jelas;
Definisi jelas tingkat pemicu terjadinya insiden termasuk skala tingkat kewaspadaan (misalnya, kapan suatu insiden ditingkatkan
menjadi kewaspadaan untuk memasak air);
Meninjau ulang apakah prosedur-prosedur manajemen cocok untuk insiden yang terjadi, bila tidak lakukan revisi;
Prosedur standar pengoperasian (SOP) dan perlengkapan yang diperlukan termasuk perlengkapan cadangan, sudah tersedia dan
relevan;
Informasi teknik dan logistic yang relevan sudah siap dan selalu diperbaharui;
Daftar dan petunjuk acuan cepat sudah disiapkan dan selalu diperbaharui;
Apakah penilaian risiko perlu direvisi?
Apakah prosedur/pelatihan/komunikasi perlu diperbaiki?
Apakah insiden yang terjadi menimbulkan perlunya program perbaikan?
Penyiapan Manual WSP amat didukung oleh the Drinking Water Inspectorate, Inggris; the Australian Agency for International Development; the Water and
Sanitation Regulatory Agency, Portugal; the Ministry of health, Labour and Welfare, Jepang; the Environmental Protection Agency, USA; the Swedish
International Development Cooperation Agency, dan the Federal Ministry of Health, Jerman.
Manual ini tidak mungkin jadi tanpa kontribusi dari penulis-penulis: Annette Davison dan Dan Deere (Water Futures, Australia), David Drury, (Drinking Water
Inspectorate, Inggris), Bruce Gordon dan Jamie Bartram, (World Health Organization, Swiss), Melita Stevens (Melbourne Water, Australia), Guy Howard
(DFID, Inggris), dan Lana Corrales dan Angella Rinehold (CDC, USA).
Sekelompok ahli internasional memberikan materi dan berpartisipasi dalam mengembangkan dan meninjau ulang Manual, baik secara langsung maupun melalui
kegiatan terkait. Dengan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada:
Charmin Abbot, United Utilities, Inggris Robert Bos, World Health Organization, Swiss
Stephanie Adrian, Environmental Protection Agency, USA Matthew Bowman, Water Corporation, USA
Roger Aertgeerts, WHO European Centre for Environment and Health, Paul Byleveld, NSW Department of Health, Australia
Italia
Claudia Castell-Exner, DVGW Department of Water, Jerman
Márcio Amazonas, The Coca-Cola Company, USA
Ingrid Chorus, Umweltbundesamt, Jerman Colin Nicholson, Sydney Water, Australia
David Cunliffe, SA Department of health, Australia Chris Nokes, Environmental Science and Research Ltd. Selandia Baru
Jennifer De France, World Health Organization, Swiss Sam Perry, Washington State Department of Health, USA
Peter Donlon, Water Service Association of Australia Kathy Pond, University of Surrey, Inggris
Rick Gelting, CDC, USA Ken Rotert, Environmental Protection Agency, USA
Steve Hrudey, University of Alberta, Kanada David Sheehan, Department of Human Services, Australia
Hamanth Kasan, Rand Water, Afrika Selatan Steve Smith, Wessex Water, Inggris
Bonifacio Magtibay, Department of Health, Filipina Sarah Tibatemwa, National Water and Sewerage Corporation, Uganda
Anabelle May, Drinking Water Inspectorate, Inggris Chris Vijoen, Rand Water, Afrika Selatan
Gertjan Medema, Kiwa Water Research, Belanda Tom Williams, International Water Association, Belanda
Terima kasih kami sampaikan pula kepada berbagai praktisi ai di Australia, Amerika Latin dan Wilayah Karibia, dan Inggris yang telah memberikan pandangan-
pandangan berharga dalam proses pembuatan WSO yang tercermin dalam Maual, terutama di dalam studi kasus.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kathy Pond, University of Surrey, yang sangat berkontribusi dalam menyunting Manual ini.
Penny Ward dan Beth Woolnough memberikan bantuan administrative selama pembuatan Manual.
Artram J. Fewtrell L. Stenström T-A. Harmonised assessment of risk and risk management for water-related infectious disease: an
overview. In Fewtrell L, Bartram J, eds. Water quality: guidelines, standards and health – assessment of risk and risk
management for water-related infectious disease. London, World Health Organization, IWA Publishing, 2002:1-16.
Bethmann D, BAus C (2005). Comparison of decisive elements of the water safety plan with the DVGW system of technical
standards. DVGW Report, Project No:W11/02/04.
Davison A, Deere D (2005). Risk management and due diligence in the water industry. Water, May:23-26.
Davison A, Howard G, Stevens M, Callan P, Fewtrell L, Deere D, Bartram J. Water safety plans: managing drinking-water quality
from catchment to consumer. Geneva, World Health Organization, 2005 (WHO/SDE/WSH/05.06).
Davison A, Howard G, Stevens M, Callan P, Kirby R, Deere D, Bartram J. Water safety plans: Protection of the human environment.
Geneva, World Health Organization, 2003 (WHO/SDE/WSH/02.09).
Davison AD, Pryor EL, Howard G, Deere DA. Duly diligent utilities. In: IWA World Water Congress & Exhibition, Marrakech, 19-
24 September 2004.
Deere DA, Davison AD (2005). The Ps and Qs of risk assessment. Water, March:38-43
Deere D, Stevens M, Davison A, Helm G, Dufour A. Management Strategies. In Fewtrell L, Bartram J, eds. Water quality: guidelines,
standards and health – assessment of risk and risk management for water-related infectious disease. London, World Health
Organization, IWA Publishing, 2001:257-288.
Godfrey S. Howard G. Water Safety Plans – Planning water safety management for urban piped water supplies in developing
countries (Book 1). UK, Loughborough University – Water, Engineering and Development Centre/Department for
International Development, 2005.
Godfrey S. Howard G. Water Safety Plans – Supporting water safety management for urban piped water supplies in developing
countries (Book 2). UK, Loughborough University – Water, Engineering and Development Centre/Department for
International Development, 2005.
Howard G. Urban water supply surveillance – a reference manual. UK, Loughborough University – Water, Engineering and
Development Centre/Department for International Development, 2002.
ICPS. Principles for the assessment of risks to muman health from exposure to chemicals. Geneva, World Health Organization,
International Programme on Chemical Safety, 1999. (Environmental Health Criteria 210).
Mahmud SG, Shamsuddin AJ, Ahmed, MF, Davison A, Deere D, Howard G (2007). Development and implementation of water saftey
plans in Bangladesh. Journal of Water and Health, 5(4):585-597.
NHMRC/NRMMC. Australian Drinking Water Guidelines (ADWG) national watr quality management strategy. National Health and
Medical Research Council/Natural Resource Magement Ministerial Council (ISBN: 1864961244).
NZ NoH. Small drinking-water supplies. Preparing a public health risk management palan. Drinking-water supplies. Wellington,
New Zealand Ministry of Health, 200t (ISBN: 0-478-29618-5).
O’Connor DR. Report of the Walkerton enquiry: the events of May 2000 and related issues. Part One. A Summary. Ontario Ministry
of the Attorney General, 2002 (ISBN: 0-7794-2558-8).
Stevens M, Howard G, Davison A, Bartram J, Deere D. Risk management for distribution systems. In: Ainsworth R ed. Safe piped
water: managing mcrobila water quality in piped distribution systems. London, IWA Publishing, 2004 (ISBN: 1-84339-039-
6).
Teunis PFM, Davison AD, Deere DA (in press). Short term fluctuations in pathogen removal.
WHO/FAO Hazard characterization for pathogens in food and water: guidelines. Geneva, World Health Organization/Food and
Agriculture Organization of the United Nations, 2003.
WHO. Guidelines for drinking-water quality, 3rd ed. Geneva, World Health Organization, 2004.
WHO Water Safety Plan portal – includes case studies, tools and other information on developing water safety plans:
http://www.who.int/wsportal/en/, http://wsportal.org.
Daftar Kata-kata
Daftar berikut merupakan istilah-istilah yang dipakai dalam GDWQ dan dokumen-dokumen lain seperti Codex Alimentarius dan
materi-materi petunjuk lain yang dipakai di dalam Manual ini.
Istilah Definisi
Kendali (kata benda) Keadaan dimana prosedur-prosedur yang benar dilakukan dan kriteria dipenuhi
(misalnya kendali
bahaya):
Pengendalian (kata Melakukan semua tindakan yang perlu untuk menjamin dan menjaga kepatuhan terhadap kriteria
kerja) (misalnya yang ditentukan dalam WSP.
pengendalian bahaya):
Cara Pengendalian Segala tindakan dan kegiatan yang dapat dipakai untuk mencegah atau mengeliminasikan bahaya
terhadap keamanan air atau menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima
Titik Pengendalian: Langkah dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengeliminasikan bahaya
terhadap keamanan air atau menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima. Beberapa rencana
berisikan titik-titik penting pengendalian yaitu tempat dimana pengendalian menjadi amat penting
untuk mencegah atau menyingkirkan ancaman keamanan air.
Tindakan Korektif: Setiap tindakan yang harus dilakukan jika hasil-hasil pemantauan di titik pengendalian
menunjukkan kehilangan kendali.
Batas Kritis: Kriteria yang memisahkan antara diterima dan tidak diterima
Diagram Alur: Representasi sistematik urutan langkah-langkah atau operasi yang dipakai dalam produksi atau
pembuatan suatu karakteristik air tertentu
HACCP: Hazard Analysis and Critical Control Point (Titik Analisis Bahaya dan Kendali Kritis).
Analisis Bahaya: Proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi terhadap bahaya dan kondisi-kondisi yang
menjurus kepada timbulnya bahaya untuk memutuskan mana yang bermakna bagi keamanan air
dan karenanya harus ditangani dalam WSP
Bahaya: Agen biologi, kimia, fisik atau radiologi di dalam air atau keadaan air yang potensial menyebabkan
efek gangguan kesehatan. Nama lain untuk bahaya adalah ‘kontaminan’.
Penilaian Risiko: Untuk kepentingan Manual ini, penilaian risiko diartikan sama dengan analisis bahaya.
Skor Risiko: Skor yang dipilih berdasarkan bahaya dalam proses analisis risiko
Langkah: Titik, prosedur, operasi atau tahap dalam rangkaian pengadaan air termasuk bahan baku, mulai dari
produksi primer sampai pemanjanan akhir.
Program Penunjang/ Kegiatan-kegiatan dasar yang disyaratkan untuk menjamin air yang aman termasuk pelatihan,
Persyaratan Penunjang: spesifikasi bahan baku dan prakter manajemen air yang baik. Program-program ini dapat menjadi
sama pentingnya seperti titik-titik pengendalian dalam mengendalian risiko kualitas air namun
dipakai jika pengaplikasian cenderung mencakup kerangka waktu yang panjang dan/atau area
organisasi atau geografi yang lebih luas. Mencakup program-program pendukung umum organisasi
dan program-program spesifik yang ditargetkan kepada risiko khusus.
Validasi: Memperoleh bukti bahwa unsure-unsur WSP dapat secara efektif mencapai target-target kualitas
air.
Verifikasi: Penerapan metode-metode, prosedur, tes, dan penilaian-penilaian lain, untuk menentukan
kepatuhan kepada WSP, yaitu memeriksa apakah sistem memberikan kualitas air seperti yang
dikehendaki dan apaka WSP pada prakteknya benar dilaksanakan.