BAB II
KAJIAN PUSTAKA
merupakan sebuah kegiatan untuk mencari pola. Analisis merupakan cara berpikir yang
usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-bagian
(decomposition) sehingga susunan bentuk sesuatu diurai itu tampak dengan jelas
menyelidiki suatu masalah atau fokus kajian secara sistematis untuk dapat diketahui
Dalam penelitian ini, masalah yang akan dianalisis adalah tentang kesalahan
dianalisis adalah penyelesaian soal matematika dalam bentuk soal pemecahan masalah.
13
Analisis ini dilakukan untuk melihat kembali jawaban siswa guna mengeindentifikasi
diketahui lebih jauh. Dengan menganalisis kesalahan dapat membantu guru dalam
kesalahan dapat menjadi umpan balik yang sangat berharga bagi perencanaan
disebut soal matematika. Soal matematika merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk mengukur perkembangan dan kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses
dikatakan bahwa soal matematika berkaitan dengan soal pemecahan masalah. Namun,
matematika atau tugas matematika belum tentu sama dengan memecahkan masalah
matematika. Suatu soal matematika atau tugas matematika digolongkan sebagai soal
14
dinyatakan dalam bentuk model matematika, penerapan konsep sesuai aturan yang
Dari penjelasan di atas, bentuk soal matematika yang akan digunakan adalah
pertanyaan: a) data apa yang tersedia?, b) apa yang tidak diketahui dan apa yang
bentuk persamaan atau hubungan lainnya? apakah kondisi yang ditanyakan cukup
sebelumnya?, b) pernahkah ada soal serupa atau mirip dalam bentuk lain?, c) teori
mana yang dapat digunakan dalam masalah ini, d) dapatkah metode yang cara lama
apakah perhitungan sudah benar?, dan periksa apakah langkah yang dipilih sudah
benar?.
d. Kegiatan memeriksa kembali kebenaran hasil atau solusi. Kegiatan ini meliputi
dapatkah diajukan sanggahannya?, c) dapatkah solusi itu dicari dengan cara lain,
jawaban yang berbeda dari proses penyelesaian soal matematika yang sebenarnya.
tempat, perhitungan, penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca.
kekeliruan matematika yang mungkin dilakukan siswa yaitu tidak memiliki kesiapan
belajar terhadap gagasan dan prosedur matematika yang baru, hanya mengadopsi
prosedur matematika yang sederhana, kesalahan yang dibuat memiliki arti tersendiri,
Jha (2012:18) juga menjelaskan lima jenis kesalahan menurut Newman yaitu
(Process Skills Error), dan kesalahan penulisan jawaban (Encoding Error). Begitu
oleh para ahli matematika. Adapun jenis kesalahan dalam penelitian ini adalah
Anne Newman adalah seorang guru bidang studi matematika di Australia yang
pertama kali memperkenalkan analisis kesalahan pada tahun 1977 yang dikenal dengan
Newman’s Error Analysis (NEA). Junaedi (2015:33) mengatakan bahwa NEA banyak
digunakan dan diterapkan di berbagai Negara dan digunakan sebagai alat untuk
matematika. Jha (2012:18) juga menjelaskan lima jenis kesalahan menurut Newman
memproses (Process Skills Error), dan kesalahan penulisan jawaban (Encoding Error).
“This methods supposes that in the process of problem solving there are
two kinds of obstacles that hinder students from arriving at correct
answers:
(1) Problem in linguistik fluency and conceptual understanding that
correspond with level of simple reading and understanding meaning
of problems, and
17
dan menerangkan bahwa dalam proses pemecahan ada dua macam hambatan yang
menghalangi siswa sampai pada jawaban yang benar. Permasalahan pertama adalah
masalah dalam kelancaran linguistik dan pemahaman konseptual yang sesuai dengan
tingkat membaca sederhana dan memahami makna masalah. Masalah ini dikaitkan
yang terdiri dari transformasi (transformation), keterampilan proses (process skill), dan
konsep matematika, maka siswa dapat menentukan langkah penyelesaian masalah dan
Kesalahan membaca yaitu kesalahan yang dilakukan siswa pada saat membaca
soal yaitu siswa tidak mampu membaca dan memaknai arti setiap kata, istilah atau
simbol dalam soal. Abdullah, et al (2015:134) juga mengungkapkan “The first type of
error is reading, which the ability of students to read the mathematical problems given
and to identify the sentences and mathematical symbols used”. Jenis kesalahan pertama
adalah membaca, dimana kesalahan siswa dalam membaca masalah matematika yang
diberikan dan untuk mengidentifikasi kalimat dan simbol matematika yang digunakan.
written words or symbols failed to be recognized by the subject that led to his/her
kesalahan membaca terjadi ketika siswa gagal mengenali atau tidak mampu membaca
kata-kata kunci maupun simbol yang terdapat dalam soal sehingga gagal menemukan
solusi permasalahan.
siswa mampu membaca permasalahan yang ada dalam soal dengan benar namun tidak
understand the mathematical problems given”. Jenis kesalahan kedua adalah kesalahan
diberikan.
the pupil was able to read the question but failed to understand its requirement, thus
memahami terjadi ketika siswa mampu untuk membaca pertanyaan namun gagal
memahami makna soal sehingga menyebabkan siswa gagal dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
setelah siswa mampu memahami permasalahan yang terdapat dalam soal, namun tidak
error is transformation, which sees the ability of students to choose the appropriate
when the pupil had correctly comprehended a question’s requirement but failed to
telah benar memahami pertanyaan dari soal yang diberikan, namun gagal untuk
tersebut.
setelah mampu menentukan rumus atau operasi matematika, namun tidak mengetahui
skills, where students can perform mathematics process correctly or not”. Kesalahan
berikut adalah kesalahan keterampilan proses, dimana siswa dapat melakukan proses
Singh, et al (2010: 266) juga menyatakan“a process skill error occured when,
problem-solution had been identified, the pupil failed to carry out the procedure
correctly”. Kesalahan proses terjadi ketika, walaupun operasi yang digunakan sudah
benar, namun siswa gagal melaksanakan prosedur dengan benar. Siswa mampu
Kesalahan penulisan adalah kesalahan yang dilakukan oleh siswa setelah siswa
penyelesaian dalam bentuk tertulis secara benar dan dapat diterima. Abdullah, et al
(2015:135) juga mengungkapkan “..., and astly the error of encoding, which is the
21
ability of students to express the final answer”. Terakhir adalah kesalahan penulisan,
Singh, et al (2010: 267) menyatakan “an encoding error occurred when, despite
having appropriately and correctly solved a mathematical task, the pupil failed to
provide an acceptable written form of the answer”. Sebuah kesalahan penulisan terjadi
ketika walaupun telah menyelesaikan soal matematika dengan benar, namun siswa
gagal memberikan jawaban tertulis secara benar. Dengan kata lain, siswa salah
problem solving, there are many factors that support the students to arrive at a correct
dalam soal uraian. Dalam proses penyelesaian masalah, ada banyak faktor yang
Soal Matematika.
Faktor penyebab kesalahan dapat dilihat dari faktor penyebab kesulitan belajar
siswa. Amir dan Risnawati (2016:192) menjelaskan fenomena kesulitan belajar siswa
biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Sejalan
tersebut dapat dilihat bahwa menurunnya prestasi belajar salah satunya ditandai dengan
berkesulitan belajar matematika, guru perlu mengenal berbagai kesalahan umum yang
dilakukan oleh anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi matematika.
Hubungan antara kesalahan dengan kesulitan sangat erat dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Sulit untuk menentukan apakah kesulitan yang menyebabkan kesalahan atau
siswa meliputi faktor secara internal dan faktor secara eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, antara lain kematangan, fisiologis,
psikis, kesulitan belajar yang dialami siswa, lupa, kurang teliti dalam menjawab soal.
Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain
kesalahan informasi dari guru, karakteristik materi, fasilitas belajar dan lingkungan
belajar.
siswa ditinjau dari faktor penyebab kesulitan siswa dapat berasal dari dalam diri siswa
(internal) maupun luar siswa (eksternal). Faktor internal tersebut menyangkut kondisi
dan kebiasaan siswa dalam belajar. Sedangkan faktor eksternal tersebut menyangkut
25
kondisi lingkungan siswa seperti lingkungan belajar. Faktor penyebab kesalahan akan
dalam menyelesaikan soal matematika yang digunakan dalam penelitian ini akan
Kepribadian merupakan salah satu bagian kajian dari psikologi yang lahir
berasal dari bahasa latin persona yang artinya topeng. Derlega dalam Hamdi (2016:4)
Kepribadian merupakan sistem yang relatif stabil mengenai karakter internal individu
yang memiliki kontribusi terhadap konsistensi dalam pikiran, perasaan dan tingkah
laku. Dalam hal ini, kata yang sangat dekat artinya dengan kepribadian adalah karakter
DISC merupakan tipe perilaku yang dapat memahami mengapa seseorang melakukan
apa yang dilakukannya. Untuk mengetahui tipe kepribadian seseorang dalam DISC
digunakan alat tes yang disebut tes profile DISC. Di dalam tes DISC tipe kepribadian
dari masing-masing tipe dikelompokkan menjadi lima tingkat yaitu sangat rendah,
rendah, rata-rata, tinggi dan sangat tinggi. Dalam tes DISC membagi 4 tipe perilaku
dan Compliance.
Berikut adalah gambaran dari tipe kepribadian DISC yang diringkas oleh Shin
Berdasarkan penjelasan pada tabel di atas, pada dasarnya tidak ada tipe
manapun yang lebih superior atau lebih hebat dari tipe yang lain. semua tipe masing-
kepribadian yang lebih baik ataupun lebih buruk diantara tipe kepribadian DISC. Setiap
diterimanya dari lingkungan. Oleh karena itu, tidak ada individu yang memiliki
Tipe kepribadian compliance merupakan salah satu dari empat tipe kepribadian
DISC yang dikemukakan oleh William Moulton Marston (1893-1947). Menurut Shin
(2013:30) tipe ini sangat mengikuti sistem dan peraturan yang berlaku, makanya
disebut tipe compliance (mengikuti Peraturan). Adapun ciri-ciri orang dengan tipe
Orang dengan tipe compliance tidak suka berada di tengah orang banyak, tipe
ini dikenal pasif dalam membina hubungan dengan orang lain, tetapi bisa menjadi
banyak bicara kalau berada dikelompok kecil tempat dia sudah merasa aman. Menurut
30
umum adalah akurat, analitis, ingin melakukan sesuatu dengan benar, sopan, sesuai
dengan tata krama, diplomatis, pencari fakta, mempunyai standar tinggi, dewasa, relatif
kekurangan atau kecenderungan tipe compliance ketika di bawah tekanan, antara lain:
kepribadian compliance memiliki sisi positif dan negatif. Hal tersebut tidak terlepas
dari bagaimana tipe tersebut dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Namun tidak
semua orang yang memiliki tipe compliance akan memiliki seluruh karakteristik di
atas. Hal tersebut didasarkan pada tingkat tipe complince yang dimiliki oleh seseorang.
31
Apakah individu tersebut memiliki tingkat compliance sangat tinggi, tinggi, rata-rata,
Sifat yang dimiliki oleh tipe compliance tinggi tentu akan berbeda dengan tipe
compliance rendah, hal tersebut dapat dilihat dari segi emosi tipe tersebut. Shin
a. Semakin rendah C nya, semakin tidak takut untuk melanggar peraturan atau
sistem yang telah berlaku, tetapi juga mengharapkan untuk dimaafkan atas
kesalahan-kesalahan yang diperbuat.
b. C rendah cenderung tidak mempedulikan/melupakan peraturan-peraturan
atau hal-hal kecil yang telah ditetapkan dan bertindak menurut aturan main
sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang
peraturan, senang dengan hal-hal yang bersifat detail, melakukan segala sesuatu
dengan sangat hati-hati, sesuai dengan prosedur, dan memastikan seluruh pekerjaan
32
sudah dilakukan dengan benar. Siswa dengan tipe kepribadian compliance akan
melakukan segala sesuatu sesuai dengan aturan yang ada, menjelaskan segalanya dan
teliti terhadap apa yang dikerjakannya. Semakin tinggi tingkat tipe kepribadian
merujuk pada sesuatu yang bersifat prosedur, teliti, memiliki aturan dan langkah-
direncanakan. Sedangkan siswa dengan tipe compliance memiliki sifat yang sangat
teliti dan menyelesaikan segala sesuatu dengan hati-hati sesuai dengan langkah-
langkah atau aturan yang berlaku. Kepribadian compliance merupakan salah satu
bagian dari kepribadian DISC yang dapat dimiliki di dalam diri seorang siswa.
mengikuti sistem dan peraturan yang berlaku. Siswa dengan tipe ini sangat teliti,
menyukai hal-hal detail dan hal yang bersifat prosedural. Segala sesuatu yang
dilakukan oleh siswa dengan tipe ini cenderung bersifat sempurna. Tipe compliance
akan menyelesaikan segala sesuatu secara benar, hati-hati dan tidak boleh ada
compliance yang sangat tinggi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa siswa
matematika.
Matriks merupakan salah satu materi pelajaran matematika semester ganjil yang
wajib dipelajari oleh siswa ditingkat menengah atas. Dalam kurikulum 2013, materi
matriks dipelajari pada setiap jenjang kelas X, XI, dan XII siswa SMA maupun SMK.
Matriks didefinisikan sebagai suatu himpunan angka, variabel atau parameter dalam
bentuk suatu persegi panjang yang tersusun didalam baris dan kolom (Pudjiastuti,
2006:1). Pada kelas XI materi matriks membahas tentang operasi pada matriks,
determinan matriks dan invers matriks. Matriks juga sama seperti variabel biasa,
terstruktur.
matriks dapat dijumlahkan atau dikurangkan jika dan hanya jika kedua matriks tersebut
berordo sama. Pada proses penjumlahan atau pengurangan ini yang dijumlahkan atau
perkalian matriks, dua buah matriks dapat dikalikan jika dan hanya jika jumlah kolom
pada matriks pertama sama dengan jumlah baris pada matriks kedua (Pudjiastuti,
2006:11). Hasil perkalian dua matriks didapat dengan cara menjumlahkan dari hasil
setiap perkalian elemen baris matriks pertama dengan elemen kolom matriks kedua.
34
Pada materi matriks kelas XI lebih banyak membahas mengenai determinan dan
skalar (angka) yang diturunkan dari suatu matriks bujur sangkar melalui operasi
khusus. Jadi dapat dikatakan bahwa matriks yang memiliki determinan hanya matriks
Determinan suatu matriks A dapat dinyatakan dengan det (A) atau |𝐴|. Dalam
𝑎 𝑏
determinan matriks berordo dua dan ordo tiga. Misalkan diketahui matriks A = ( ).
𝑐 𝑑
𝑎 𝑏
Det (A) = | | = ad – bc
𝑐 𝑑
Determinan matriks berordo tiga dapat dihitung dengan berbagai cara. Salah satunya
Hal yang perlu diingat bahwa, suatu matriks yang mempunyai determinan
invers matriks. Pudjiastuti (2006:27) menerangkan invers matriks disebut juga dengan
35
1
matriks kebalikan. Jika A adalah suatu matriks bujur sangkar maka 𝐴 = A-1 merupakan
invers matriksnya, sehingga AA-1 = I. Jika berbicara mengenai invers, maka akan
Minor adalah determinan dari matriks baru yang diperoleh dengan jalan
menghilangkan baris dan kolom dimana elemen yang diambil minornya itu berada.
berikut.
1
A-1 = det(𝐴) adj (A) dengan det (A) ≠ 0.
𝑎 𝑏
Diketahui A = ( ). Invers matriks A adalah.
𝑐 𝑑
1 1 𝑑 −𝑏
A-1 = det(𝐴) adj (A) = 𝑎𝑑−𝑏𝑐= ( ) dengan det (A) = ad-bc ≠ 0.
−𝑐 𝑎
Penjelasan di atas merupakan contoh langkah penyelesaian dari invers matriks
Materi matriks dapat dikatakan cukup mudah, namun diperlukan kesabaran dan
ketelitian dalam melakukan penyelesaian dan perhitungan pada matriks. Jika salah
36
pada satu unsur saja maka akan mengakibatkan kesalahan pada komponen yang
lainnya. Ini akan menuntut kita untuk melakukan pekerjaan ulang. Berikut akan
yang mungkin terjadi selama proses penyelesaian yang akan disajikan pada tabel 2.4.
Materi matriks dirasa cocok dan sesuai untuk digunakan dalam melihat jenis
proses pemecahan masalah. Soal tersebut juga akan disesuaikan dengan kompetensi
Dalam penelitian ini, secara garis besar kerangka konseptual mengikuti diagram
1. Kesalahan Membaca
2. Kesalahan Memahami
3. Kesalahan Transformasi
4. Kesalahan keterampilan proses
5. Kesalahan Penulisan jawaban
Kesimpulan