Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teori dalam bidang keperawatan mengalami perkembangan secara
bekelanjutan dan konsisten. Perawat sebagai ujung tombak bidang kesehatan harus dapat
mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan yang telah dibangun oleh pakar-pakar
keperawatan sebagai bentuk eksistensinya di masyarakat. Filosofi keperawatan yang terus
dikembangkan akan menjadi acuan dalam setiap perkembangan teori keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang berkualitas didapat dari pengembangan filosofi. Filosofi keperawatan yang
mendasari pengembangan teori-teori keperawatan yang disusun meningkatkan pemahaman
terhadap fenomena keperawatan yang mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan
praktek sehingga terjadi perkembangan dalam profesi keperawatan.

Philosophical Theory diartikan sebagai pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi


tentang fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin ilmu, tuntutan epistemic tentang
bagaimana fenomena muncul dan tuntutan etik tentang nilai dari suatu disiplin ilmu (Fawcett,
2005). Philosophical Theory merefleksikan kepercayaan atau pandangan. Philosofi
keperawatan merupakan suatu pernyataan dari fundamental dan asumsi umum, kepercayaan
dan prinsip tentang pengetahuan dan kebenaran dan tentangsesuatu yang mencolok yang
diperlihatkan dalam metaparadigma (Smith, 2008). Salah satu teori filosofi keperawatan
yang dapat diterapkan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
adalah teori dari Kari Martinsen. Kari Martinsen mengemukakan teori Philosophy of Caring.
Periode tahun 1976-1986 merupakan tahun berkembangnya teori Philosophy of Caring dari
Martinsen. (Alligood, 2014).

Grand theory memerlukan spesifikasi lebih lanjut dalam banyak kasus, serta pemisahan
pernyataan-pernyataan teoritisnya supaya bisa diuji dan dibuktikan secara teoritis. Para
ahli grand theory menyatakan rumusan-rumusan teoritis mereka pada tingkat abstraksi yang
sangat umum, dan sering dijumpai kesulitan-kesulitan mengaitkan rumusan-rumusan itu
dengan realitas. Sifat abstraknya ini mengakibatkan, grand theory terkadang sulit dipahami
oleh perawat dan orang yang awam. (Higgins & Shirley, 2000). Salah satu pakar juga dari
grand range theory yang ikut mengembangkan teori keperawatan adalah Anne
Boykin dengan “Nursing As Caring”. Perawat merupakan salah satu profesi yang
mulia. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah.
Tidak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang sedang menderita
penyakit. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang besar. Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta. (Alligood, 2014).

Salah satu unsur dalam asuhan keperawatan yang harus terus kita terapkan dalam
pelayanan keperawatan adalah caring. Teori philosophy yang dikembangkan Kari Martinsen
dan theorist dari grand teori Anne Boykin adalah dua dari sekian banyak teorist keperawatan
yang mencetuskan Caring dalam semua kondisi pelayanan dan dapat diparaktikkan secara
mandiri maupun berkolborasi dengan teori lainnya. Dinamika dari perwujudan ide dari
caring dalam keperawatan mengekspresikan sesuatu yang didasari pengetahuan. Hal ini
diharapkan menjadi Teori Phylosophy of Caring dari Kari Martinsen dan nursing grand
theory Anne Boykin “Nursing As Caring” perlu diketahui, dimaknai dan diterapkan dalam
praktik keperawatan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menganalisis teory philosophy of caring Kari Martinsen dan analisis grand theory Anne
Boykin.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menganalisa latar belakang atau sejarah philosophical theory oleh Kari
Martinsen dan menganalisa cakupan nursing grand theory Anne Boykin.
b. Mampu menganalisa fokus unik dari philosophical theory oleh Kari Martinsen dan
analisa konteks dari nursing grand theory Anne Boykin.
c. Mampu mengidentifikasi konten atau isi dari philosophical theory oleh Kari
Martinsen dan nursing grand theory Anne Boykin.
d. Mampu menganalisa perbedaan dan persamaan antara phylosophy of Kari Martines
dan nursing grand theory Anne Boykin berfokus pada asumsi theorist terhadap
konsep sentral dalam disiplin ilmu keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisa filosofi Kari Martinsen


1. Origin
a. Kredensial dan Latar Belakang Theorist
Kari Marie Martinsen, seorang perawat dan filsuf, yang lahir di Oslo,
Norwegia, pada 1943. Selama Perang Dunia II (1939-1945) Jerman mengekspansi
Norwegia, orang tuanya juga terlibat dalam Gerakan Perlawanan tersebut. Setelah
perang, diskusi moral dan sosiopolitik mendominasi kehidupan rumah tangga.
Setelah lulus dari sekolah menengah, Martinsen melanjutkan pendidikannya di
Sekolah Tinggi Keperawatan Ullevål di Oslo, lulus pada tahun 1964. Sambil
mempersiapkan diri masuk ke jenjang Universitas, Martinsen sempat bekerja di
rumah sakit Ullevål selama 1 tahun. Sebelum mendapatkan gelar sarjananya, ia juga
sebagai perawat spesialisasi psikiatris pada tahun 1966 dan bekerja selama dua tahun
di Rumah Sakit Jiwa Dikemark dekat Oslo (Alligood, 2014).
Saat bekerja sebagai perawat, ia menjadi prihatin tentang kesenjangan sosial
pada umumnya dan pelayanan kesehatan pada khususnya dimana kesehatan,
penyakit, care dan pengobatan tidak merata. Martinsen merasakan perbedaan ini dan
dia merasa terganggu atas perbedaan yang dirasakan. Dia mulai berpikir dan
bertanya tanya dalam dirinya tentang bagaimana masyarakat dan profesi harus
dibentuk untuk mendukung dan membantu yang sakit. Satu pertanyaan yang sangat
menggugah perasaan adalah bagaimana profesi keperawatan harus melayani tanpa
mengecewakan pasien yang paling lemah dan mereka yang paling membutuhkan
perawatan, bagaimana perawat mungkin dapat merawat pasien ketika ilmu
kedokteran yang saat itu menjadi yang pertama dan terutama yang berhubungan
dekat dengan penyakit pasien? Dengan kata lain, Martinsen ingin tahu bagaimana
kita yang mewakili layanan kesehatan menyediakan perawatan yang memadai untuk
pasien karena kita lebih dekat dengan pasien. Dimana pelayanan diberikan juga
berdasarkan ilmu dan disiplin keperawatan (Alligood, 2014).
Hal-hal diatas yang juga mendasari Martinsen untuk mengambil studi tambahan
untuk gelar sarjana dalam bidang psikologi di University of Oslo pada tahun 1968,
dengan tujuan memperoleh gelar master dalam bidang psikologi dan di sini dia
memilih filsafat. Setelah belajar filsafat dan fenomenologi ini mengubah
pemikirannya secara drastis. Dia menyadari bahwa dengan belajar filsafat mungkin
akan menjawab pertanyaan pertanyaan yang mendasari pemikirannya selama ini
sehingga Martines pun belajar tentang fenomenologi di Universitas Bergen, kota
terbesar kedua di Norwegia (Alligood, 2014).
Dari tahun 1972 hingga 1974, Martinsen kuliah Filsafat di Universitas Bergen
untuk gelar pascasarjana dalam bidang filsafat (Magister artium), Disertasinya yang
berjudul Philosophy and Nursing: A Marxsist and Phenomenological Contribution
(Martinsen, 1975). Menjadi bahan perdebatan dan mendapat banyak
perhatian/kritikan. Disertasi ini, adalah yang pertama ditulis oleh seorang perawat di
Norwegia yang menganalisis disiplin keperawatan dari perspektif filosofis dan sosial
yang kritis.Periode 1976-1986 dapat digambarkan sebagai fase sejarah dalam karya
Martinsen (Kirkevold, 2000). Dia menerbitkan beberapa artikel sejarah (Martinsen,
1977, 1978, 1979a, 1979b). Kolaborator terdekat selama fase ini adalah Anne Lise
Seip, profesor sejarah sosial; Ida Blom, profesor sejarah feminis; dan Kari Wærness,
profesor sosiologi. Pada tahun 1979, Martinsen dan Wærness menerbitkan sebuah
buku dengan judul yang provokatif, Caring Without Care? (Alligood, 2014).

Tahun 1986 Martinsen bekerja selama 2 tahun sebagai Associate Professor di


Departemen Kesehatan dan Kedokteran Sosial di University of Bergen. Dia juga
menulis serangkaian makalah filosofis dan historis, yang diterbitkan pada tahun 1989
dengan judul Caring, Nursing and Medicine: Essays-Philosophical EssaysDalam
sebuah anthology Denmark yang diterbitkan pada tahun 1990, ia menyumbangkan
sebuah makalah berjudul "Moral practice dan Dokumentasi dalam Praktis
Keperawatan." Dengan pekerjaan Martinsen, pemikiran-pemikiran Martinsen yang
panjang, karya-karya yang dituangkan dalam banyak tulisan dan kontribusinya pada
ilmu keperawatan tersebut menghantarkannya mendapat penghargaan Knight, First
Class, of the Royal Norwegian Order of St. Olav tahun 2011 (Alligood, 2014).
b. Theoretical Sources (Sumber Teoritis)
Dalam analisisnya tentang profesi keperawatan pada awal 1970-an, Martinsen
melihat ke beberapa filsuf, yaitu:
1) Karl Marx: Analisis Kritis—Praktek Transformatif
Filsafat Marxis memberi Martinsen beberapa analisis untuk menggambarkan
realitas disiplin keperawatan dan krisis sosial yang ditemukannya. Karl Marx
mengkritik individualisme dan kepuasan kebutuhan orang kaya dengan
mengorbankan orang miskin. Pandangan Martinsen bahwa hal itu penting untuk
mengekspos fenomena ini ketika terjadi dalam pelayanan kesehatan. Paparan
realitas ini bisa menjadi kekuatan untuk perubahan. Dia berpendapat bahwa kita
harus mempertanyakan sifat keperawatan, konten dan struktur dalam, asal-usul
historisnya, dan asal-usul profesi. Pertanyaan ini menghasilkan praktik
perawatan kritis ketika praktisi memandang pekerjaan dan profesinya dalam
konteks sejarah dan sosial (Alligood, 2014).
2) Edmund Husserl: Fenomenologi sebagai Natural Attitude
Fenomenologi Edmund Husserl penting bagi kritik sains dan positivisme
Martinsen. Pandangan positivisme tentang diri terletak pada sikap objektif dan
sikap tidak manusiawi dan penuh perhitungan terhadap orang tersebut. Husserl
memandang fenomenologi sebagai ilmu yang strict/ketat. Fenomenologi
menekankan pada konteks, keutuhan, keterlibatan, keterlibatan, tubuh, dan
kehidupan yang dijalani. Kita hidup dalam konteks, dalam ruang dan waktu, dan
kita hidup secara historis. Tubuh tidak dapat dibagi menjadi tubuh dan jiwa; itu
adalah keutuhan yang berhubungan dengan tubuh lain, dengan hal-hal di dunia,
dan dengan alam.
3) Merleau-Ponty: The Body as the Natural Attitude
Maurice Merleau-Ponty (1908 hingga 1961) dibangun berdasarkan pemikiran
Husserl, tetapi lebih memfokuskan daripada pemikir lain pada tubuh manusia di
dunia. Profesi keperawatan berkaitan dengan tubuh dalam semua aspeknya.
Kami menggunakan tubuh kami sendiri dalam kinerja merawat, dan kami
berhubungan dengan badan-badan lain yang membutuhkan perawatan,
pengobatan, dan peduli. Tubuh kita dan tubuh pasien kita mengekspresikan diri
melalui tindakan, sikap, kata-kata, nada suara, dan gerak tubuh (Alligood, 2014).

4) Martin Heidegger: Existential Being as Caring


Martin Heidegger (1889-1976) adalah seorang fenomenologis Jerman dan
seorang mahasiswa Husserl, di antara yang lainnya. Dia menyelidiki makhluk
eksistensial, yaitu, apa yang ada dan bagaimana itu. Dengan latar belakang
fenomenologi dan Heidegger, Martinsen memberikan konten dan substansi pada
kepedulian: merawat akan selalu memiliki setidaknya dua bagian sebagai
prasyarat. Yang satu prihatin dan cemas untuk yang lain. Peduli melibatkan
bagaimana kita berhubungan satu sama lain, dan bagaimana kita menunjukkan
kepedulian satu sama lain dalam kehidupan kita sehari-hari. Peduli adalah aspek
paling alami dan paling mendasar dari keberadaan manusia. Seperti yang
disebutkan sebelumnya, Martinsen merevisi perspektifnya tentang Heidegger
(Alligood, 2014).
5) Knud Eiler Løgstrup: Ethics as a Primary Condition of Human Existence
(Etika sebagai Pratama Kondisi Keberadaan Manusia)
Knud Eiler Løgstrup (1905-1981), filsuf dan teolog Denmark, menjadi penting
bagi Martinsen dalam "kekosongan" yang ditinggalkan oleh Heidegger. Melalui
penyelidikan fenomenologisnya, Løgstrup tiba pada apa yang disebutnya
ucapan hidup berdaulat atau spontan: kepercayaan, harapan, belas kasih, dan
keterbukaan berbicaraMenurut pendapat Løgstrup, ucapan kehidupan yang
berdaulat adalah karakteristik yang diperlukan untuk hidup berdampingan
manusia. Martinsen berpendapat bahwa untuk Løgstrup, metafisika dan etika
saling terkait dalam consep of creation.
6) Max Weber: Vocation as the Duty to Serve One’s Neighbor through One’s
Work (Panggilan sebagai Tugas untuk Melayani orang)
Max Weber (1864 hingga 1920) adalah seorang sosiolog Jerman yang membuat
dampak besar pada filsafat ilmu sosial. Weber berusaha memahami makna
tindakan manusia. Dia juga seorang kritikus dari masyarakat yang dia lihat
muncul dengan munculnya industrialisasi. Panggilan adalah untuk melayani
penciptaan. Dengan merujuk pada Young Luther, Martinsen menulis bahwa
panggilan “berarti kita ditempatkan dalam konteks kehidupan yang menuntut
sesuatu dari kita.
7) Michel Foucault: The Effect of His Method Intensifying Phenomenologists’
Phenomenology
Foucault (1926-1984) adalah seorang filsuf dan sejarawan ide Perancis. Dia
mengklaim bahwa beberapa struktur, sistem istilah, dan bentuk pemikiran yang
dimiliki bersama yang membentuk masyarakat berada dalam setiap zaman
historis dan dalam budaya yang berbeda.
8) Paul Ricoeur: The Bridge-Builder
Paul Ricoeur (1913 hingga 2005) adalah seorang filsuf Perancis.Dia berusaha
membangun jembatan antara sains alam dan sains manusia, antara
fenomenologi dan strukturalisme dan posisi-posisi berlawanan lainnya dan
fokus pada topik seperti waktu dan narasi, bahasa dan sejarah, kearifan dan
sains. Ricoeur prihatin dengan komunikasi manusia, tentang apa artinya saling
memahami.
c. Bukti empiris
Martinsen menyatakan bahwa persepsi yang jelas harus diperhitungkan dengan
meyakinkan. Dengan mengacu pada Husserl, ia menunjuk ke berbagai bentuk bukti:
yang tidak diragukan (apodiktik), lengkap, dan sebagian. Setiap jenis mewakili
persyaratan bukti yang berbeda. Fakta, tema, dan situasi memberikan berbagai
bentuk bukti. Misalnya, kita tidak dapat menerima bukti matematis yang tidak
diragukan dan mentransfernya ke benda dan orang fisik. Dalam bidang kepedulian,
adalah kebijaksanaan dan narasi yang dapat mengklarifikasi fakta empiris suatu
kasus dalam pembuktian, pencerahan, atau meyakinkan. Melakukan kebijaksanaan
adalah menafsirkan kesan yang kita dapatkan dari pasien. Pengetahuan dan
pengalaman profesional yang dibangun seseorang memberi seseorang wawasan yang
fleksibel dalam Narasi dapat menggambarkan dan menentukan tindakan
2. Fokus unik
Filosofi keperawatan Kari Martinsen yang terkenal adalah Philosophy of Caring,
teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan berfokus pada
telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan serta caring. Pandangan dunia
fenomenologis oleh Martinsen adalah manusia tidak dapat difahami atau
dipertimbangkan dalam isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan
suatu perangkat yang menyebabkan setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik
(Alligood, 2014).
Relasional, praktis dan moral adalah fokus keunikan caring di dalam filosofi
keperawatan Kari Martinsen. Dalam praktik keperawatan moral bisa tampak ketika
seorang perawat dapat berempati terhadap klien dalam bentuk ekspresi kepedulian serta
hubungan yang baik. Pengakuan, empati dan ketulusan tidak bisa dipisahkan dari praktik
moral. Sebagai seorang yang professional, perawat hendaklah memandang pasien dengan
penuh empati, melakukan hal terbaik, dan memberi perlindungan sebagai bentuk
kepedulian itu sendiri. Caring bisa diwujudkan ketika seorang perawat bertindak dengan
penuh keterbukaan, kepercayaan, harapan, belas kasihan dan cinta ketika berinteraksi
dengan klien . Menjaga klien merupakan suatu tuntutan etis, oleh karena itu perawat
memerlukan pengetahuan professional. Dapat dibayangkan bagaimana asuhan
keperawatan yang diberikan perawat tanpa disertai rasa moral, etika, dan caring, tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien menjadi tidak profesional. Merawat merupakan
dasar keperawatan yang merupakan bentuk lain dari kepedulian antara profesionalisme
dan kepedulian tidak dapat dipisahkan, karena hal inilah yang akan membentuk perawat
yang profesional. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring menurut Kari
Martinsen yaitu hubungan (relasional), praktik, dan moral. Filosofi caring Martinsen
merupakan formulasi yang tepat untuk praktik keperawatan, dimana seorang perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan harus dapat melakukan pendekatan dan
memahami kondisi pasien. Keperawatan dapat dianggap sebagai praktik peduli atau
moral ketika dapat menerapkan caring dalam asuhan keperawatan profesional.
3. Konten
a. Konsep utama dan definisi
1) Perawatan
Perawatan bukan hanya nilai dasar keperawatan, namun juga merupakan nilai
dasar hidup manusia. Perawatan ialah perkembangan positif individu melalui
kebaikan. Perawatan berbentuk trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral
yang terjadi secara simultan.. Dalam konteks profesional, perawatan memerlukan
pendidikan dan latihan. Tanpa pengetahuan profesional, hubungan dengan pasien
akan berubah menjadi sentimental. Martisen mengungkapkan perasaan bersalah
akibat kelalaian dan perasaan sentimental (berlebihan) bukan ekspresi dari
perawatan (Alligood, 2014).

2) Penilaian Profesional
Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal
ini dapat dicapai melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik
maupun kehidupan sehari-hari berdasarkan observasi klini. Penilaian profesional
tidak hanya dilatih dengan melihat, mendengar dan menyentuh secara klinis,
tetapi juga perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh secara
klinis dengan cara yang baik dan benar (Alligood, 2014).
3) Praktik Moral Dalam Perawatan
Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-
sama saat bekerja sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan
keperawatan. Moralitas berada dalam situasi nyata dan harus diperhitungkan.
Tindakan kita perlu dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati dan
refleksi. Hal ini berarti istilah konkrit dalam menemukan bagaimana menolong
dengan cara yang baik dan dasarnya adalah rekognisi dan empati. Ketulusan dan
pertimbangan mengantarkan pada praktik moral (Alligood, 2014).
4) Person Oriented Professional
Person Oriented Professional memiliki makna bahwa perawat sebagai tenaga
profesional memandang pasien sebagai orang yang membutuhkan pertolong dan
harus dilindungi integritasnya. Hal ini memberikan tantangan bagi profesional
untuk meningkatkan kompetensi dirinya dalam menjalin hubungan yang saling
menguntungkan dan bersifat manusiawi. Tujuannya adalah untuk melindungi dan
merawat pasien. Selain itu, profesionalisme berbasis individu juga berbicara
tentang pemahaman terhadap posisi masing-masing pihak dimana pihak satu
membutuhkan pihak lainnya, dan menempatkan pasien sebagai fokus dari caring
(Alligood, 2014).
5) Ungkapan hidup tertinggi
Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan,
harapan, dan cinta. Hal ini merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti
kita menerima waktu, ruang, udara, air, dan makanan. Jika terjadi
ketidakseimbangan dalam pemenuhannya, hidup menjadi tidak terintegrasi
dengan optimal. Hidup adalah penerimaan diri melalui penerimaan. Tanpanya
hidup menjadi kacau, dan caring tidak dapat dilaksanakan (Alligood, 2014).
Ungkapan hidup tertinggi merupakan syarat untuk memberikan perawatan, secara
simultan tindakan perawatan penting dalam merealisasikan ungkapan hidup
tertinggi. Caring akan membuat pasien merasakan arti cinta dan belas kasih,
menjadi harapan, dan mennjadi hubungan saling percaya anatar perawat dan
pasien. Berbanding terbalik dengan hal diatas, jika caring tidak diberikan akan
membuat pasien tidak merasakan belas kasih, menimbulkan mistrust dan perilaku
menarik diri dari hubungan dengan tenaga kesehatan (Alligood, 2014).
6) Area yang tak dapat disentuh
Ungkapan ini menunjukkan bahwa terdapat area yang tidak boleh perawat
masuki, yang berarti terdapat batasan yang harus kita hormati. Dalam caring, area
yang tidak tersentuh adalah kesatuan, yang merupakan lawan dari keterbukaan.
Keterbukaan dan area yang tak tersentuh merupakan suatu hal yang kontradiktif
dalam caring (Alligood, 2014).
7) Vocation
Vocation adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna
dalam berhubungan dan merawat (peduli) terhadap orang lain (Alligood, 2014).
8) The eye of the heart
Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada
didalamnya. Mata hati berhubungan dengan perhatian yang didasarkan pada
hubungan saling berbalas dan saling memahami (Alligood, 2014).
9) The registering eye
The registering eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Hal itu
berkaitan dengan mencari koneksi, sistematisasi, peringkat, klasifikasi, dan
menempatkan dalam sistem. The registering eye merupakan aliansi antara ilmu
pengetahuan alam modern, teknologi, dan industrialisasi. Jika seorang pasien dan
seorang profesional menggunakan tatapan ini secara sepihak, kasih sayang akan
keluar dari situasi tersebut, dan kemauan untuk hidup berkurang (Alligood, 2014).
b. Deskripsi komponen paradigma dalam filosofi caring
1) Keperawatan
Asumsi utama filosofi caring terhadap keperawatan adalah perawatan
memberikan asuhan dengan memberikan perawatan dan menunjukkan sikap
caring. Caring adalah fundamental dalam praktik keperawatan atau pekerjaan lain
yang berhubungan dengan kepedulian terhadap individu lain. Dalam pandangan
caring terhadap keperawatan, terdapat 3 hal yang saling berkaitan dan disebut
dengan Trinity of caring, yaitu:
a) Caring berkaitan dengan hubungan
Caring melibatkan dua orang atau lebih dalam pembentukannya. Martinsen
menggambarkan hal tersebut sebagai berikut : “seseorang peduli pada
individu lain, ketika individu tersebut berada dalam kondisi yang menderita
atau berduka dan bersedia utuk mengurangi rasa sakitnya. Sehingga caring
merupakan tindakan yang paling alami dan mendasari. Dalam caring,
hubungan antar sesama adalah unsur yang paling penting, dimana individu
yang memberikan caring melakukan kegiatannya untuk orang lain.
Kesimpulannya adalah caring bagaimana individu memposisikan diri kita
sebagai orang tersebut.
b) Caring berhubunngan dengan praktik
Caring berkaitan dengan sesuatu yang bersifat nyata dan dapat dipraktikkan.
Caring atau sikap peduli pada orang lain dapat dilatih dan dipelajari melalui
praktik langsung.
c) Caring berhubungan dengan moral
Caring berkaitan dengan situasi yang diyakini dan tidak meremehkan
kemampuan pasien dalam membantu dirinya sendiri untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Dalam pernyataannya Martinsen mengatakan “jika caring
merupakan hal yang benar, maka saya harus menghubungkannya dengan
suasana hati yang membenarkan atau menerima orang lain berada dalam
situasinya”
2) Manusia
Paradigma manusia menurut Martinsen adalah manusia tidak dapat dipisahkan
dari komunitas dan lingkungan sosial. Terdapat hubungan yang
berkesinmabungan antara manusia dengan tubuhnya. Dimana sebagai tubuh,
manusia berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia. Selain itu
sebagai tubuh, manusia mempunyai persepsi dan pemahaman (Alligood, 2014) .
3) Kesehatan
Sehat bukan hanya refleksi dari kondisi organisme, namun merupakan ekspresi
tingkat kompetensi dalam pengobatan. Konsep modern dari sehat adalah tidak
bisa dikatakan sehat jika salah satu terjadi kerusakan meskipun salah satu organ
yang menjadi lebih baik. Pengobatan terkadang berdampak bahaya dan
memberikan pelayanan yang inadekuat bagi individu yang menderita penyakit
kronis, hal ini menyebabkan Martinsen kembali berpikir ke konsep konservatif
yaitu sehat secara ideal. Hal yang penting adalah pengobatan yang bertahap,
sering menolong, dan selalu memberikan kenyamanan. Martinsen juga
mengungkapkan bahwa kita tidak boleh mengubah lingkungan sedemikian rupa
diluar batas pengetahuan yang dimiliki, diperlukan pengendalian dan kehati-
hatian. (Alligood, 2014)
4) Lingkungan (Ruang dan Situasi)
Manusia selalu berada dalam situasi berbeda di berbagai lingkungan/ruang.
Didalam ruang ditemukan waktu, suasana dan kekuatan.Martinsen menyatakan
bahwa waktu, arsitektur, dan pengetahuan dapat bekerja terhadap suasana suatu
dimensi ruang. Manusia masuk dalam ruang universal, ruang alami, tetapi
melalui penciptaan ruang budaya.Kita membangun rumah dengan ruangan-
ruangan dan aktivitas pelayanan kesehatan menempati ruangan yang berbeda.
Tantangan dalam lingkungan adalah bagaimana perawat menghormati dan
menghargai pasien dan orang lain dalam ruang tersebut (Alligood, 2014).
c. Analisis hubungan antar paradigma dalam filosofi caring
Tujuan keperawatan dalam teori caring mengacu pada filosofi caring. Martinsen
menekankan caring sebagai nilai sentral dimana perawat dapat merefleksikan dirinya
jika berada pada situasi yang dialami oleh pasien, sehingga perawat dapat
memberikan tindakan yang terbaik bagi pasien. Berdasarkan pandangan ini, caring
merupakan bukti nyata tindakan keperawatan yang didasari oleh keinginan untuk
mengerti, menolong dan mengurangi penderitaan pasien berdasarkan nilai-nilai
kebaikan. Teori caring dari Martisen mellibatkan empat konsep metaparadigma yang
terdiri dari manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan. Keterkaitan antar komponen
tersebut mempengaruhi dan saling berhubungan. Dalam konsepnya , Martinsen
membahas keempat komponen tersebut beserta hubungannya dengan sangat jelas.
Dimana komponen keperawatan difokuskan pada sifat Caring dari seorang perawat,
caring melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan hubungan
praktik dan moral. Praktik caring yang diterapkan dalam keperawatan memandang
pasien secara seutuhnya baik fisik maupun psikologis.. Martinsen juga melihat bahwa
manusia terdapat hubungan berkesinambungan antara tubuhnya yang terdiri dari
jasmani dan jiwa. Pandanganya terhadap kesehatan dimana orang yang berada dalam
kondisi tidak berdaya harus mendapat perhatian dan kepedulian dari perawat yang
merawatnya agar kondisi sehat dapat tercapai. . Keperawatan dipandang sebagai
upaya dari perawat dalam merawat pasien dengan kepedulian yang merupakan sifat
alamiah yang seharusnya dimliki oleh perawat dengan menjaga lingkungan perawatan
Pada pemberian perawatan kepada pasien tersebut, Martinsen mendeskripsikan
konsep lingkungan sebagai suatu ruang yang dapat membantu dalam proses
keperawatan sehingga kesehatan optimal. Selain itu, konsep kesehatan menurut
Martinsen dijelaskan sebagai suatu refleksi yang dipegaruhi oleh lingkungan. Kondisi
lingkungan yang kondusif seperti adanya kasih sayang, kepedulian dan perhatian
sangat mempengaruhi kondisi kesehatan individu. Sehingga dalam kondisi sakit
seorang pasien perlu mendapatkan asuhan keperawatan yang berbasis caring.

B. Analisa teori Anne Boykin dan Savina O.S


1. Lingkup teori (theory scope)
Teori yang disusun oleh Anne Boykin dan Savina O. Schoenhofer adalah tentang
nursing as caring: a model for transforming practice. Konsep fokus pada teori tersebut
adalah nurturing persons living caring and growing in caring, yang artinya adalah
merawat individu yang hidup dan tumbuh dalam aspek caring. Kerangka kerja
konseptual yang kompreshensif dalam teori ini mengekspresikan makna keperawatan
memiliki tujuan sebagai disiplin ilmu dan profesi. Pemikiran ini bermula dari pemikiran
tradisional yaitu caring adalah tujuan dari keperawatan dan niat merawat bukan hanya
sekedar sebagai instrument. Selanjutnya, pemikiran tersebut berlanjut dengan
mengidentifikasi asumsi dasar tentang keperawatan sebagai pengalaman hidup bersama
dimana caring dapat meningkatkan kepribadian (Alligood, 2014).
Tiga hal utama secara signifikan mempengaruhi perkembangan teori tentang caring.
Hal pertama adalaha adanya teori dari Paterson dan Zdrad’s tahun 1988 tentntang teori
fenomenologikal tentang keperawatan humanistic, dipandang oleh boykin dan
schoenhfer sebagai sejarah adanya nursing as caring. Dimana sumber dari idenya adalah
the between, call for nursing, nursing response, and personhood, hal tersebut disajikan
sebagai substansi dan struktur dasar untuk konsep nursing as caring. Hal kedua adalah
tesis dari Roach tahun 2002, yang menyatakan bahwa caring adalah suatu mode manusia
untuk menemukan ekspresi alami dan menjadi domain utama dari asumsi teori tersebut.
Domain tersebut adalah commitment, confidence, conscience, competence, compassion,
and comportement, yang berkontribusi mempengaruhi Bahasa dari caring. Hal ketga
adalah menurut Mayeroff’s 1971, bahan-bahan dari caring adalah mengetahui, alternative
ritme, sabar, jujur, percaya, rendah hati, harapan, dan keberanian yang menggambarkan
mata air dalam kehidupan manusia. Pada teori nursing as caring sendiri, terdapat konsep
yang esensial untuk dimengerti dalam kehidupan sebagai caring, dan menghargai
ekspresi unik dalam hubungan timbal balik mereka antara perawat dengan perawat
(Alligood, 2014).
2. Konteks teori (context theory)
Teori keperawatan yang disusun oleh Anne Boykin dan Savina O Schoenhofer
adalah terkait tentang caring. Fokus utamanya adalah manusia hidup dan tumbuh dalam
aspek caring. Hal tersebut merupakan keyakinan mendasar tentang artinya menjadi
manusia yang dilandasi teori keperawatan sebagai caring. Boykin dan choenhofer
membahas enam asusmi utama yang mencerminkan nilai-nilai untuk memahami dan
menjelaskan makna keperawatan. Enam asumsi tersebut dibentuk sesuai dengan
paradigm keperawatatan.Berikut ini adalah asumsi tentang nilai-nilai dalam pemahaman
makna keperawatan (Alligood, 2014) :
a. Manusia
Menurut Aligood, manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sikap caring.
Sehinga boykin dan schoenhofer mengungkapkan bahwa caring merupakan
karakteristik dari manusia, yang kemudian muncul tiga asumsi tentang manusia yang
berhubungan dengan caring. Berikut ini adalah penjabaran dari ketiga asumsi
tersebut:
1) Person are caring by virtue of their humanness (manusia adalah caring
berdasarkan kemanusiaannya); Landasaran teori ini berdasarkan atas dasar-dasar
ontologis dan etis tentang keyakinan bahwa manusia memiliki rasa caring. Setiap
orang, hidup dan tumbuh untuk mengekspresikan sikap caring. Asumsi tersebut
tidak mengharuskan semua orang bersikap caring, namun dapat diterima pada
dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki rasa caring.
2) Person are whole and complete in the moment (manusia adalah satu kesatuan
yang utuh pada saat ini); Asumsi ini menegaskan bahwa manusia adalah satu
kesatuan yang utuh yang menunjukan tidak ada kekurangan, tidak ada kerusakan,
dan tidak ada kehilangan satu apapun.
3) Person live caring, moment to moment (manusia adalah caring daari waktu ke
waktu); Asumsi ini menegaskan bahwa caring adalah proses seumur hidup yang
terus menerus bergerak dalam diri manusia.
b. Sehat
Asumsi selanjutnya berkaitan tentang kesehatan, yaitu Personhood is living life
grounded in caring (kemanusiaan adalah dasar dari kehidupan caring). Kemanusiaan
adalah suatu proses hidup dan tumbuh dengan caring. Kemanusiaan itu otentik,
menunjukan perpaduan antara kepercayaan, sikap, dan makna hidup seseorang.
Manusia dikatakan sehat, jika manusia dapat mengekspresikan caring dari hari ke hari
dan meninkat menjadi hubungan caring dengan orang lain.
c. Lingkungan
Asumsi terkait dengan lingkungan, yaitu personhood is enhanced through
participating in nurturing relationships with caring others (rasa kemanusiaan
manusia meningkat saat berpartisipasi dalam memelihara hubungan caring dengan
orang lain). Sebagai proses, rasa kemanusiaan mengakui adanya potensi orang untuk
hidup caring dan dapat ditingkatkan melalui partisipasi dalam memelihara hubungan
dengan orang lain yang caring. Sifat hubungan ini diubah melalui sikap caring.
Sebuah hubungan yang terjalin antara manusia dan lingkungan dapat terjalin dengan
baik apabila dilandasi dengan sikap caring. Saat seseorang sadar bahwa dirinya dan
orang lain adalah orang yang caring, maka dapat membuka diri dengan caring.
d. Keperawatan
Asumsi terakhir terkait dengan keperawatan, yaitu nursing is both discipline and a
profession (keperawatan adalah disiplin ilmu dan profesi ). Sebagai disiplin ilmu,
keperawatan adalah cara untuk mengetahui, menjadi, menghargai, dan hidup di dunia
dan dipandang sebagai kesatuan yang lebih besar. Disiplin ilmu keperawatan sebagai
penemu, pencipta, pengembang, dan penyempurna pengetahuan yang dibutuhkan
untuk praktik keperawatan. Sebagi ilmu keperawtan, keperawatan berarti mengetahui
dalam bidang pribadi, empiris, etis, dan estetika. Sebagai profesi, keperawatan hadir
dalam menerapkan pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Asumsi dasar dari keperawatan adalah caring. Selain caring dengan manusia, perawat
juga dituntut untuk caring dengan keperawatan itu sendiri. Caring antara perawat dan
merawat dalam teori ini divisualisasikan dengan dance of caring.
3. Konten teori (content theory)
Anna Boykin dan Savina O. Schoenhofer menyusun teori keperawatan sebaga nursing as
caring.. Konsep keduanya berupa pernyataan terkait teori nursing as caring. Berikut ini
adalah konsep-konsep yang disusun oleh Anna Boykin dan Savina O Schoenhofer (Alligood,
2014):
a. Focus and Intention of Nursing (focus dan niat keperawatan)
Focus utama keperawatan dari pandangan teori nursing as caring adalah disiplin ilmu
dan praktik proesional adalah merawat individu yang hidup dan tumbuh dalam aspek
caring. Niat secara umum dalam keperawatan adalah untuk mengetahui perilaku caring
seseorang dan mendukung serta mempertahankanya saat mereka hidup dalam aspek
caring. Tujuannya diekspresikan secara unik saat perawat mejalani hubungan dengan
pasien yg dirawat dengan niat untuk mengetahui orang lain sebagai orang yang peduli.
Konsep dari fokus ini bertujuan untuk merawat pasien dengan caring, sehingga pasien
merasa seperti sedang berada dilingkungan sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut,
perawat harus memperkenalkan diri dan lingkungan disekitar pasien.
b. Perspective of person as caring (pandangan seseorang terhadap caring)
Asumsi dasar dalam konsep ini adalah semua orang bersikap caring. Caring hidup pada
masing-masing manusia dari waktu ke waktu dan sebagai karakter yang esensial untuk
menjadi seseorang. Carin merupakan sebuah proses, sepanjang hidup pada setiap manusia
tumbuh dalam kapasitas untuk mengekspresikan caring. Oleh karena itu, manusia diakui
sebagai orang yang terus menerus membuka diri dalam sikap caring. Dari pandangan
teori, secara dasar, potensial , dan actual, setiap orang bersikap caring, walaupun dalam
prktiknya orang tersebut tidak memahami sebagai sikap caring. Dasar teori ini adalah
mengetahui seseorang hidup dan tumbuh dalam aspek caring.
c. Nursing situation
Caring adalah pelayanan yang diberikan oleh perawat dalam situasi keperawatan. Situasi
keperawatan adalah lokus dari semua yan diketahui dan dilakukan perawat. Ini
merupakan konseptual sebagai “berbagi, pengalaman hidup dimana caring antara perawat
dan yang dirawat meningatkan rasa kemanusiaan”. Dalam praktiknya, perawat harus
menetahui tentang pasien. Dalam situasi keperawatan, melibatkan ekspresi niai, nidat,
dan tindakan dua orang atau lebih untuk menjalin kolaborasi antar tenaga medis lainnya.
d. Personhood (kemanusiaan)
Kemanusiaan adalah proses yang mendasari sikap caring. Rasa kemanusiaan ini
menyiratka kita sebagai pribadi yang bersikap caring dan terbuka terhadap kemungkinan
keterbukaan sikap caring. Secara terus menerus kami mengartikan caring dari waktu ke
waktu. Dalam situasi keperawatan, pengalaman hidup bersama caring dapat menngkatkan
rasa kemanusian, dan keduanya antara perawat dan yg diawat tumbbuh dalam aspek
caring. Kedekatan caring, menghormati diri sendiri sebagai seseorang dan menghormati
orang lain adalah nilai yang ada pada rasa kemanusiaan. Dalam aplikasinya, perawat
harus menghormati hak-hak dari pasien yang sedang ia rawat.
e. Direct invitation (undangan langsung)
Daam situasi keperawatan, undangan lngsung dapat membuka hubungan kepedulian yang
sesungguhnya antar perawat dan yang dirawat. Undangan langsung dari perawat
menawarkan keuntungan kepada orang yang dirawat untuk berbagi masalah yang
sesunguhnya terjadi pada sat itu. Dengan niat yang baik untuk benar-benar mengenal
yang dirawat, perawat berisiko masuk kedunia lain dan mengetahui apa yg berarti
baginya. Hal tersebut dapat menumpuhkan sikap caring diantara keduanya.
f. Call for nursing (undangan untuk merawat)
Panggilan untuk merawat merupakan panggilan yang diterima didalam pikiran dari
perawat. Dalam konsep ini, diharapkan perawat dapat hadir secara otentik untuk
mendengarkan panggilan sebagai perawat. Panggilan untuk perawat ini merupakan situasi
ekspresi personal yang unik, dimana hal tersebut tidak dapat diprediksi, tapi perwat
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien.
g. Caring between (caring sesama)
Saat perawat memasukii dunia orang lain dengan tujuan untuk mengetahui orang lain
sebagai orang yang bersikap caring, perjumpaan perawat dengan yang dirawat
memunculkan suatu fenomena yaitu caring between atau reaksi saling peduli satu sama
lain. Sehingga masing-masing akan saling mengekspresikan rasa kepedulian satu dengan
yang lainnya. Akibatnya rasa caring diantara keduanya akan semakin kuat dan pasien
akan mau menerima orang lain untuk merawat dirinya dengan caring.
h. Nursing respon (respon keperawatan)
Pada respon panggilan perawat, perawat masuk kedalam situasi dengan tujuan untuk
mengetahui caring orang lain. Pengetahuan ini mengklarifikasi pangilan keperawatan dan
membentuk respon keperawatan, mengubah pengetahuan yg dibawa oleh perawat dari
situasi umum ke khusus dan unik.
i. Story as method for knowing nursing (cerita sebagai metode untuk diketahui perawatan)
Cerita adalah metode untuk mengetahui keperawatan dan media untuk semua bentuk
penyelidikan keperawatan. Menurut Boykin dan Schoenhofer, cerita keperawatan dapat
dimasukan kedalam teori nursing as caring. Hal ini disebbkan karena dengan bercerita
maka dapat menumbuhkan rasa saling care terhadap keduanya. Dengan bercerita, perawat
dapat mengidentifikasi masalah pasein dan dapat merumuskan tindakan apa yang saesuai
untuk pasien dengan tetap menjunjung nilai caring
BAB III

PEMBAHASAN
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Latar belakang philosophical theory oleh Kari Martinsen adalah adanya kesenjangan
sosial pada umumnya dan pelayanan kesehatan pada khususnya dimana kesehatan,
penyakit, care dan pengobatan tidak merata dan analisa cakupan nursing grand theory
Anne Boykin adalah terdapat konsep yang esensial untuk dimengerti dalam kehidupan
sebagai caring, dan menghargai ekspresi unik dalam hubungan timbal balik mereka
antara perawat dengan perawat.
2. Fokus unik dari philosophical theory oleh Kari Martinsen adalah relasional, praktis dan
moral dan berdasarkan dari nursing grand theory, konteks teori Anne Boykin adalah
manusia hidup dan tumbuh dalam aspek caring. Hal tersebut merupakan keyakinan
mendasar tentang artinya menjadi manusia yang dilandasi teori keperawatan sebagai
caring
3. Konten/isi dari filosofi caring adalah perawatan, penilaian professional, praktik moral
dalam keperawatan, Person Oriented Professional, ungkapan hidup tertinggi, vocation,
area yang tidak dapat disentuh, the eye of the heart dan registering eye. Sedangkan di
dalam teori caring Anne. B, kontennya berupa fokus dan niat keperawatan, persepsi
terhadap caring, kemanusiaan, situasi keperawatan, undangan langsung, panggilan untuk
merawat, peduli terhadap sesama, respon keperawatan dan cerita sebagai metode untuk
diketahui perawatan.
4. Analisa perbedaan dan persamaan antara phylosophy of Kari Martines dan nursing grand
theory Anne Boykin berfokus pada asumsi theorist terhadap konsep sentral dalam
disiplin ilmu keperawatan.
B. Saran
1. Perlu pemahaman penting dalam filosofi dan teori dalam keperawatan sebagai dasar
dalam melakukan tindakan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their work (8th ed). St.Louis: Mosby Elsevier,Inc.
Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis and evaluation of nursing models
and theories (2th ed). Philadelpia: Davis Company.
Higgins, P. A., & Shirley, M. M. (2000). Levels of theoretical thinking in nursing. YMNO
Nursing Outlook, 48(4), 179-183.
Smith, J.A. & Osborn, M. (2008). Interpretative phenomenological analysis. London: Sage.

Anda mungkin juga menyukai