PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 1 angka 2
“ Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan
belum pernah kawin.”
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih
banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak
menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya,
kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti.
Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau
kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan
masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau
berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan
orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di
dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan
bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika
digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan
penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460
balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di
mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun.
Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan
perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare
baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di
saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di
makanan. (lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita
setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali
per tahun
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu
penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten
di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare
yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut,
terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup
tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang
diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak
36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa.
(yankesriau.wordpress.com).
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan
untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada
beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang
masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat,
alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah
penyakit tertentu. (lovenhealth.blogspot.com).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Manifestasi klinis
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
4. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan tinja.
- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
5. Penatalaksanaan
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain
perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang
banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
6. Komplikasi
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji
data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.
· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus
kemerahan.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta
intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Umur : 1 tahun
Nama Ayah : Tn En
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu. BAB
yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari.ps. masuk via IGD Rujukan dr. Arya Bunda.
2. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm,
lingkar kepala 18 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain
BAB berlendir dan berdarah serta encer.
3. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan
sudah ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada
riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada
penyakit menular atau keturunan.
4. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang
belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
5. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps tidak
ada teman sebaya. karakter periang.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.
7. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat makan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps
tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap puting susu
lemah, ASI diberikan tidak adekuat.
b. cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan
pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas.
selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada
tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 1 x / hari,
konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 7-
8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning kemerahan,
bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan
meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur
11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps
tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan
sama.
8. Pemeriksaan Fisik
a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut
halus, warna hitam, tiak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera
putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka
hidung tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada
peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru
simetris, ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler,
tidak ada suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis
teraba, batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi
jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung
tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar,
tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen
tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda
peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan
nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan
hemoroid.
j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan
sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah
merah.
9. Pemeriksaan Neurologis
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
03-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
02-11-2010 :
Luminal 2 x 15 mg
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang berkemungkinan muncul pada diare ada 6
diagnosa. Dari 6 diagnosa keperawatan tersebut, hanya 3 diagnosa yang kelompok temukan
pada kasus ini. Adapun diagnosa yang muncul pada anak Arya Yaitu:
1. Diare b.d Alergi susu sapi
Diagnosa ini diangkat karena bayi tersebut diare disebabkan oleh alergi susu sapi.
D. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan (NOC) (NIC)
1 Diare b.d Alergi susu Setelah dilakukan tidakan Fluid management 1. Penurunan
sapi keperawatan dalam 5 x Timbang volume cairan
Ditandai dengan : 24 jam eliminasi BAB popok/pembalut jika dan elektrolit
Keluaga dan status hidrasi efektif. diperlukan menyebabkan
mengatakan BAB Pertahankan catatan dehidrasi
encer sudah 4 hari, Kriteria hasil: intake dan output yang jaringan
jumlah sedikit. Tidak ada diare akurat 2. Dehidrasi
BAB encer, Konsistensi tidak cair Monitor status hidrasi dapat
berlendir serta Ada ampas (kelembaban membran meningkatkan
berdarah Tidak ada tanda-tanda mukosa, nadi adekuat, laju filtrasi
KU ps. Lemah dehidrasi tekanan darah ortostatik), glomerulus
Bising usus TTV dalam batas jika diperlukan
38x/menit normal Monitor vital sign
BAB 7-8 Perhari Bising usus dalam Monitor masukan
TTV: Suhu: 36,6 batas normal makanan / cairan dan
C, Nadi 140 x/menit, hitung intake kalori
RR 46 x/menit harian
Kolaborasikan
pemberian cairan
intravena IV
Monitor status nutrisi
Dorong masukan oral
Kontrol bising usus
Dorong keluarga
untuk membantu pasien
minum susu
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Berikan oralit sesuai
indikasi
E. Implementasi
Tanggal Jam No. Implementasi Paraf
/ hari Dx
04 09.00 I Mengukur TTV TTD
Nov. 09.10 Mengkaji keadaan
2010 10.00 umum ps
Memberikan cairan
Kamis 12.00 lewat infus
12.30 Mengukur balance
12.45 cairan
13.00 Mengkaji BAB
Menimbang popok
Mengukur bising usus
F. Evaluasi
Tanggal Jam No. Evaluasi Paraf
/ hari Dx
04 09.00 I S: - TTD
Nov. 09.10 O:
2010 10.00 bberat popok 500 gr
TTV: S: 36,6 C
Kamis 12.00 N: 140x/menit
12.30 RR:46 X/menit
12.45 - IVFD=RL 20 tts / menit mikro.
13.00 - Balance cairan +150 ml
- KU ps lemah
- BAB encer, berlendir, dan
berdarah
- Bisisng usus = 38 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
04 09.00 II S: TTD
Nov. 09.10 keluaga mengatakan ada lesi
2010 dibagian anus
19.15 O:
Kamis frekuensi diare 7-8 x/ hari
terdapat kemerahan disekitar
10.00 anus
12.00 verbeden setiap hari
ps. Tamapk tenag setelah
dimandikan dan diberi lotion
A: kerusakan integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
04 10.00 III S:- TTD
Nov. O:
2010 12.00 - Ps. Alergi susu sapi
12.10 - Diit diberikan sesuai konsultasi
Kamis 12.15 ahli gizi
12.30 - BB: 6 kg
- Turgor kulit jelek
- Lingkungan nyaman selama
12.45 pemberian diit
- Tidak ada perubahan pigmen kulit
- Hb 9,8 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d
Kelemahan reflek menyusui belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Merak I RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat ditemukan 3
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
MAKALAH METODOLOGI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SAKIT (DIARE)
Disusun oleh :
KELOMPOK 9
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan
rahmatNya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan anak
sakit” ini dapat diselesaikan.
Adapun makalah ini berisi mengenai konsep dasar penyakit diare
anak. Diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. Dengan
adanya pembahasan kasus, referat dan jurnal dalam makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memahami lebih jauh tentang penyakit diare
akut.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................
...
A. Latar
Belakang……………………………………………………………………
B. Tujuan
Penulisan………………………………………………………………….
BAB II TINJAUAN
TEORITIS........................................................................................
A. Konsep Dasar
Penyakit……………………………………………………………
B. Konsep Asuhan
Keperawatan…………………………………………………….
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
…….
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................................