Anda di halaman 1dari 18

Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

BAB II
KONDISI UMUM DAERAH

A. Kondisi Geografis
Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” dan 110º 45’ 35 “ Bujur
Timur dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kota
Surakarta adalah 44,06 Km² terbagi menjadi 5 wilayah administrasi
kecamatan, yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres, dan Banjarsari.
Kota Surakarta merupakan wilayah yang memiliki posisi strategis di Provinsi
Jawa Tengah karena terletak di jalur utama lalu lintas yang menghubungkan
antara bagian barat dan timur Pulau Jawa di lintas selatan.
Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo”
merupakan dataran rendah dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut.
Kota Surakarta berbatasan administratif dengan Kabupaten Boyolali di
sebelah utara, sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah
selatan dengan Kabupaten Sukoharjo dan di sebelah Barat dengan
Kabupaten Sukoharjo.
Kota Surakarta rata-rata memiliki suhu udara antara 25,8°C sampai
dengan 28,3°C pada tahun 2012. Adapun kelembaban udaranya antara 66%
sampai dengan 88%. Jumlah hari hujan terbanyak ada pada bulan Januari
yaitu 25 hari dengan curah hujan sebesar 783 mm.
Pemanfaatan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar untuk
pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65% dari total luas lahan,
sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian dan fasilitas
umum.

B. Kondisi Kependudukan
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Surakarta dari Tahun 2008 sampai dengan
Tahun 2013 cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2008 sebanyak
498.504 jiwa, terdiri dari 242.742 laki-laki dan 255.762 perempuan. Tahun
2013 jumlah penduduk meningkat menjadi 507.825 jiwa yang terbagi atas
246.982 laki-laki dan 260.843 perempuan. Dari jumlah tersebut penduduk
laki-laki jumlahnya lebih rendah dibandingkan penduduk perempuan.
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 246.982 jiwa, sedangkan penduduk
perempuan sejumlah 260.843 jiwa. Dengan porsi tersebut maka sex rasio
penduduk di Kota Surakarta adalah 95,14, atau dapat diartikan bahwa di
setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95 penduduk laki-laki.
Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2013

17
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

mencapai 13.328 jiwa/km2. Tahun 2013 Tingkat kepadatan penduduk


tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan sebanyak 19.109 jiwa/km 2,
sedangkan untuk kepadatan terendah Kecamatan Jebres dengan
2
kepadatan penduduk sebesar 11.729 jiwa/km .

Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


di Kota Surakarta Tahun 2008-2013
Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2014

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, sebanyak 30% penduduk


lulusan SMA. Untuk penduduk dengan jenjang pendidikan lebih tinggi
(lulusan akademi atau perguruan tinggi) hanya sebesar 13%. Sementara
itu masih ada penduduk yang tidak sekolah sebanyak 6%. Selengkapnya
dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan


di Kota Surakarta Tahun 2008-2013
Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2014

Piramida penduduk memperlihatkan bahwa karakteristik demografi


18
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Kota Surakarta berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin menunjukkan


kecenderungan keseimbangan antara penduduk jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Selain itu, pada piramida penduduk juga menunjukkan bahwa
usia produktif di Kota Surakarta cukup dominan, sehingga angka
ketergantungannya cukup rendah. Selanjutnya pada ujung piramida, dapat
dilihat jumlah usia tua di Kota Surakarta juga cukup tinggi. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa tingkat kematian di Kota Surakarta rendah, atau
dengan kata lain tingkat kesehatan di Kota Surakarta cukup tinggi.
Selengkapnya dapat dilihat pada Grafik berikut :

Grafik 2.3. Piramida Penduduk


Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2014

C. Nilai Indeks Pembangunan


1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk
mengetahui status kemampuan dasar penduduk, meliputi: Angka Usia
Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup; rata-rata lama
sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat pendidikan;
serta pengeluaran rill per kapita untuk mengukur akses terhadap
sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kota Surakarta dalam
lima tahun terakhir (2008-2012) trennya meningkat. Pada tahun 2008 IPM
Kota Surakarta tercatat sebesar 77,16, meningkat menjadi 78,60 pada
tahun 2012, seperti terlihat pada Grafik 2.4 berikut:

19
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Grafik 2.4. Capaian IPM Kota Surakarta Tahun 2008-2012


Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013

Pada tahun 2012, capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota


Surakarta sebesar 78,6 merupakan yang tertinggi di seluruh wilayah Jawa
Tengah.

Grafik 2.5. Posisi Capaian IPM Kota Surakarta Dibandingkan


dengan
Kab/Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2012
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013

Komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah


Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah dan
Pengeluaran Rill Perkapita. Pada tahun 2012, angka harapan hidup di Kota
Surakarta sebesar 72,35 tahun, lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2008
sebesar 71,98 tahun dan tahun 2010 sebesar 72,16 tahun.

20
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Perkembangan angka melek huruf di Kota Surakarta dalam lima


tahun terakhir (2008-2012) juga cenderung meningkat. Pada tahun 2008
sebesar 96,66% dan tahun 2012 sebesar 96,73%.
Tren rata-rata lama sekolah di Kota Surakarta juga cenderung
mengalami kenaikan. pada tahun 2012 sebesar 10,49 tahun. Pada tahun
2008 rata-rata lama sekolah baru sebesar 10,15 tahun. Pada tahun 2009
dan 2010 capaian rata-rata lama sekolah di Kota Surakarta terlihat tidak
meningkat berada pada angka 10,32 tahun.
Pengeluaran riil perkapita Kota Surakarta trennya mengalami
peningkatan dari tahun 2008 sebesar 646.450 rupiah/bulan, tahun 2009
sebesar 648.230rupiah/bulan, tahun 2010 sebesar 652.430 rupiah/bulan
dan tahun 2012 sebesar 658.920 rupiah/bulan. Artinya dalam rentang
empat tahun terakhir ada peningkatan sebesar 12.470 rupiah.

Tabel 2. 1.
Perkembangan Capaian Indikator Pembentuk IPM di Kota Surakarta
Tahun 2008-2012
Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
Angka Harapan
71,98 72,07 72,16 72,25 72,35
Hidup (Tahun)
Angka Melek
96,66 96,67 96,68 96,71 96,73
Huruf (%)
Rata-rata Lama
10,15 10,32 10,32 10,34 10,49
Sekolah (Tahun)
Pengeluaran Per
646,45 648,23 652,43 655,77 658,92
Kapita (ribu Rp)
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

2. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan


Gender (IDG)
Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian
kemampuan dasar pembangunan manusia, IPG dapat digunakan untuk
mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan
perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Surakarta menunjukkan
peningkatan dalam kurun waktu 2008-2012, dari sebesar 74,90 pada
tahun 2008 menjadi 76,76 pada tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan
bahwa kualitas sumberdaya manusia perempuan di Kota Surakarta
semakin membaik, khususnya pada bidang pendidikan, kesehatan dan
pendapatan.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) juga meningkat dari sebesar
59,60 pada tahun 2008 menjadi 77,56 pada tahun 2012. Kondisi ini

21
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

menunjukkan bahwa keberdayaan perempuan di Kota Surakarta semakin


baik. Indeks Pemberdayaan Gender mencerminkan tingkat keterlibatan
perempuan dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang politik
dan ekonomi.

D. Penduduk Miskin
Perkembangan persentase penduduk miskin di Kota Surakarta
mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir (2009-2013). Persentase
penduduk miskin di Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 14,99%, pada
tahun 2013 persentase penduduk miskin berhasil diturunkan hingga
mencapai 11,74%. Hal tersebut berarti berbagai program pengentasan
kemiskinan yang dilakukan cukup berhasil.

Grafik 2.6. Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta


Tahun 2009-2013
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2014

Dilihat berdasarkan posisi relatifnya, presentase penduduk miskin


Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar 11,74% berada lebih baik dari rata-
rata presentase penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah sebesar 14,44%. Jika
dilihat berdasarkan lima kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah, persentase
penduduk miskin Kota Surakarta posisinya paling tinggi dibandingkan dengan
Kota Magelang (9,8%), Kota Tegal (8,84%), Kota Salatiga (6,4%), Semarang
(5,25%) serta Pekalongan (8,26%).

22
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Grafik 2.7. Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota


Surakarta
dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah
E. Ketenagakerjaan
Penduduk Kota Surakarta yang bekerja dilihat dari tingkat
pendidikannya paling banyak adalah lulusan SLTP Umum/MTs yaitu sebesar
23%, sedangkan terkecil adalah belum pernah sekolah sebanyak 1 % dan
diploma I/II sebanyak 1%. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada
Grafik sebagai berikut :

Grafik 2.8. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja


Berdasarkan Tingkat pendidikan Tahun 2013
Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2014

Penduduk Kota Surakarta berumur 15 tahun keatas yang bekerja,

23
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

terbanyak pada sektor lapangan usaha perdagangan, rumah yaitu sebesar


84.693 orang, dan yang terendah pada sektor pertambangan yaitu sebanyak
365 orang. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat ada Grafik berikut :

Grafik 2.9. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja


Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2013
Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2014

TPAK mengalami perkembangan yang fluktuatif, yaitu dari 70,49 %


pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 sebesar 72,57% dan pada tahun
2014 sebesar 68,48%. Sementara itu Pasar tenaga kerja Surakarta cukup
baik, ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Walaupun pada
tahun terkahir mengalami penurunan.

Tabel 2. 2.
Angkatan Kerja, Bukan Angkatan Kerja, TPAK, Tingkat
Pengangguran Terbuka, Tingkat Kesempatan Kerja dan UMR
Tahun 2011-2014
Uraian 2011 2012 2013 2014
Angkatan Kerja (jiwa) 266.308 272.144 279.963 275.191
Bukan Angkatan Kerja(jiwa) 119.591 113.921 105.831 126.639
TPAK (%) 69,01 70,49 72,57 68,48
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 6,36 6,07 7,18 6,16
Tingkat Kesempatan Kerja (%) 93,64 93,93 95,49 93,84
UMR (Rp) 826.252 864.450 915.600 1.145.000
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2014

F. Kondisi Perekonomian
1. Produk Daerah Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB
ADHB)
Pendapatan perkapita yang ditunjukkan dengan nilai PDRB
perkapita adalah salah satu angka yang dipakai untuk melihat keberhasilan

24
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

pembangunan dari aspek perekonomian suatu wilayah. Perkembangan PDRB


Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Kota Surakarta menunjukkan
peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2012 PDRB ADHB sebesar Rp
12.180.603,64 juta. kemudian meningkat menjadi Rp 15.122.548,06 juta
pada tahun 2014. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. 3.
Perkembangan PDRB ADHB Kota Surakarta
Tahun 2012 – 2013 (juta rupiah)
N 2014
o Lapangan Usaha 2012 2013
1 Pertanian 6.250,91 6.611,99 6.862,31
2 Penggalian 3.009,79 3.002,94 2.982,14
3 Industri Pengolahan 2.390.894,46 2.623.707,70 2.901.686,21
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 317.497,14 363.004,58 404.684,38
5 Bangunan 1.758.189,55 1.951.415,83 2.166.905,81
6 Perdagangan, Hotel& Restoran 3.187.324,12 3.632.165,57 4.054.951,44
7 Pengangkutan&Komunikasi 1.323.255,69 1.462.927,27 1.641.884,35
8 Keuangan, Persewaan&Jasa 1.449.258,72 1.656.823,06 1.847.022,65
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 1.744.923,26 1.899.877,56 2.095.568,76
12.180.603,6 13.599.536,5 15.122.548,0
4 0
6
Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2014

2. Produk Daerah Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
(PDRB ADHK)
Sementara itu perkembangan PDRB Atas Dasar Berlaku Konstan 2000
Kota Surakarta dalam kurun waktu dua tahun (2012-2013) trennya juga
meningkat. Pada tahun 2012 PDRB ADHK 2000 Kota Surakarta adalah Rp
5.742.860,92 juta dan meningkat menjadi Rp 6.389.656,34 juta tahun 2014.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. 4.
Perkembangan PDRB ADHK 2000 Kota Surakarta
Tahun 2012 – 2013 (Juta Rupiah)
N 2014
o Lapangan Usaha 2012 2013
1 Pertanian 2.912,43 2.951,59 2.939,01
2 Penggalian 1.789,64 1.764,96 1.735,04
1.349.967,2 1.404.161,7 1.475.435,09
3 Industri Pengolahan 3 9
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 137.673,24 147.574,83 154.681,47
5 Bangunan 765.569,54 811.759,49 852.952,37
6 Perdagangan, Hotel& Restoran 1.569.512,0 1.687.393,7 1.773.661,75

25
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

0 9
7 Pengangkutan&Komunikasi 585.690,23 621.610,31 653.669,84
Keuangan, Persewaan&Jasa 615.432,99 664.532,30 699.611,98
8 Perusahaan
9 Jasa-Jasa 714.313,62 739.206,00 774.969,78
5.742.860,9 6.080.955,0 6.389.656,34
PDRB 2 6
Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2014

3. Pertumbuhan Ekonomi
Dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta. Selama 2
tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta mengalami penurunan.
Pada tahun 2012 pertumbuhan ekomomi sebesar 6,12% menurun menjadi
5,89% pada tahun 2013.

4. Laju Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang.
Laju inflasi Kota Surakarta menunjukan perkembangan yang
fluktuaktif, dimana laju inflasi tertinggi terjadi tahun 2013 yaitu sebesar
8,32%, dan terendah sebesar 1,42 % di tahun 2015. Perkembangan
selengkapnya laju inflasi 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut :

26
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Grafik 3.1. Laju Inflasi Kota Surakarta


Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2015

G. Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor yang paling dominan dalam
menyusun perekonomian Kota Surakarta, hal ini dapat dilihat dari
sumbangan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 26,81%
terhadap PDRB Kota Surakarta pada tahun 2014.
Perkembangan nilai ekspor Kota Surakarta dalam periode tahun 2010-
2014, menunjukkan penurunan. Tahun 2010 volume ekspor sebesar
9.840.529,07 Kg, dengan nilai ekspor sebesar 50.237.526,31 (US$), tahun
2014 volume ekspor turun menjadi 4.478.374,42 Kg, dengan nilai ekspor
sebesar 35.998.297,11 (US$).
Penurunan kinerja ekspor Kota Surakarta sangat dipengaruhi oleh
perekonomian negara utama tujuan ekspor Kota Surakarta, yaitu Amerika
Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, khususnya Eropa barat. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang minus di kawasan Eropa dan recovery ekonomi
yang lambat di Amerika Serikat, menyebabkan daya beli dan permintaaan
komoditas ekspor Kota Surakarta cenderung menurun. Komoditas utama
ekspor masih didominasi oleh tekstil dan turunannya, mebel, batik, kantong
plastik dan kerajinan kayu/rotan.
Beberapa negara tujuan ekspor utama Kota Surakarta adalah Amerika
Serikat, Belanda, Jerman, Inggris, Italy, Kanada, Perancis, Spanyol, China dan
Jepang serta Turki.

27
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Tabel 2. 5.
Realisasi Nilai Ekspor
Kota Surakarta Tahun 2010-2014

Tiga Komoditas terbesar dalam realisasi ekspor Kota Surakarta


menurut komoditas pada tahun 2014, terbanyak adalah tekstil sebesar 37,01
%, disusul oleh TPT (tekstil dan Produksi Tekstil) sebesar 20,20 persen, dan
yang ke-3 komoditas batik (16,70 persen). Perkembangan selengkapnya
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. 6.
Realisasi Ekspor Kota Surakarta
Menurut Komoditi Tahun 2014

28
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

H. Investasi
Investasi merupakan salah satu komponen utama pertumbuhan
ekonomi. Iklim investasi akan sangat banyak dipengaruhi oleh variabel
ekononomi yang lain, seperti tingkat suku bunga, nilai tukar, inflasi dan
masalah struktural yang lain. Secara umum dalam kurun 5 tahun terakhir
perkembangan nilai investasi untuk usaha mikro, kecil dan menengah di Kota
Surakarta menunjukkan peningkatan, meskipun pada tahun 2014 sedikit
menurun seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dan
domestik. Data nilai investasi yang ditampilkan, adalah nilai-nilai investasi
yang dicantumkan atas dasar modal usaha yang diberikan oleh pemohon
perijinan usaha kepada Pemerintah Kota Surakarta.

Tabel 2. 7.
Perkembangan Nilai Investasi Modal Usaha
Kota Surakarta (Rp)

29
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

I. Pariwisata
Solo dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh
wisatawan dari kota-kota besar. Tujuan wisata utama kota Solo adalah
Keraton Surakarta, Keraton Mangkunegaran, dan pasar-pasar tradisionalnya.
Solo juga memiliki beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan
kaki dan pengendara sepeda, antara lain dikoridor Ngarsopuro, di sepanjang
jalan Slamet Riyadi sepanjang 67 km dan selebar 3 m, dan di sepanjang jalan
Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk sebagai citywalk tidak
boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.
a. Wisata alam
Wisata-wisata alam di sekitar Solo antara lain Tawangmangu (berada
di timur kota Solo, di Karanganyar), kawasan wisata Selo (berada di barat
kota Solo, di Boyolali), agrowisata kebun teh Kemuning, Air Terjun Jumog, Air
Terjun Parang Ijo, Air terjun Segoro Gunung,Grojogan Sewu, dan lain-lain.

b. Festival dan perayaan


Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta
mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut
pelaksanaannya berdasarkan pada penanggalan Jawa. Perayaan-perayaan
tersebut antara lain:
1. Kirab Pusaka 1 Suro
2. Sekaten
3. Grebeg Sudiro
4. Grebeg Mulud
5. Tinggalan Dalem Jumenengan
6. Grebeg Pasar
7. Syawalan
8. Grebeg Besar
9. Solo Batik Carnival
10. Solo Batik Fashion
11. SIPA (Solo International Performing Arts)
12. SIEM (Solo International Ethnic Music Festival)

c. Wisata kuliner
30
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Solo terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa


makanan khas Surakarta antara lain: nasi liwet, nasi timlo (racikan soun,
jamur kuping, wortel, kacang kapri, kembang gayam / sosis jawa dan terakhir
disiram kuah timlo), nasi gudeg khas Solo (lebih manis daripada gudeg
Yogyakarta),dll

d. Arsitektur dan peninggalan sejarah


Di Kota Surakarta terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta,
mulai dari bangunan ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan
militer. Selain Keraton Surakarta (dibangun 1675) dan Pura Mangkunagaran
(dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg peninggalan Belanda,
dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Walikota
Surakarta. Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat ini
masih utuh kondisinya.

e. Museum dan perpustakaan


Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar
Hadi, dan museum tertua di Indonesia, yaitu Museum Radya Pustaka,
terletak di jalan Slamet Riyad.. Museum Radya Pustaka yang dibangun pada
tanggal 28 Oktober 1980 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih
Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku Buwono X,
memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks
Taman Wisata Budaya Sriwedari. Selain itu ada pula Museum Keraton
Surakarta (Museum Sasana Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran
(Museum Rekso Pustaka), Museum Pers, Museum Sangiran, dan Museum
Lukis Dullah. Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama
Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya
masih bisa dilihat karyakarya dan peninggalan Sudjatmoko baik dalam
bentuk buku, kaca mata, toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi
keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya
sebagai pusat apresiasi baik pementasan, pertunjukan, pameran, bedah
buku dan sarasehan.
Untuk mendukung sektor pariwisata, Kota Surakarta memiliki banyak
hotel dan penginapan. Jumlah hotel di Kota Surakarta tahun 2014 sebanyak
145 hotel bintang dan melati, dan 9 penginapan lainnya. Jumlah kamar yang
tersedia sebanyak 5.446 kamar. Pertumbuhan hotel di Kota Surakarta selama

31
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

5 tahun terakhir selalu mengalami perkembangan yang fluktuaktif tetapi


cenderung meningkat.
Tabel 2. 8.
Jumlah Hotel dan Penginapan di Kota Surakarta
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Hotel Binatang-Melati 136 134 131 137 145
Penginapan Lainnya 8 14 11 11 9
Jumlah Kamar 3.135 4.926 4.533 5.223 5.446
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2014

Jumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang berkunjung ke obyek


wisata di Kota Surakarta cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan
untuk kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mengalami
perkembangan yang fluktuaktif namun juga cenderung meningkat. Obyek
wisata yang paling diminati oleh wisnus adalah Areal Sriwedari, Musium Batik
dan Taman Balekambang. Sementara untuk wisman lebih menyukai obyek
wisata keraton. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 2. 9.
Banyaknya Wisnus ke Obyek Wisata
di Kota Surakarta Tahun 2010-2014
N Jenis Obyek
o Wisata 2010 2011 2012 2013 2014
1 Kraton Kasunanan 30.767 30.882 47.331 66.652 63.410
2 Mangkunegaan 19.978 17.731 27.051 17.678 24.720
3 Museum Radya 16.244 14.124 13.500 6.996 7.750
Pustaka
4 Areal Sriwedari 347.02 355.29 336.613 385.442 -
7 2
5 Museum Batik 292.54 15.094 12.601 109.417 13.275
6
6 Taman Satwataru - 327.11 272.197 326.338 305.295
4
7 Taman Balekambang 273.22 935.49 1.387.83 1.541.66 2.482.00
9 4 2 5 2

Tabel 2. 10.
Banyaknya Wisman ke Obyek Wisata
di Kota Surakarta Tahun 2010-2014
N Jenis Obyek
o Wisata 2010 2011 2012 2013 2014
1 Kraton Kasunanan 3.516 1.201 810 1.504 5.251
2 Mangkunegaan 18.231 23.502 23.413 19.650 19.934
3 Museum Radya 1.007 2.575 3.092 520 686
Pustaka
4 Areal Sriwedari 335 342 182 323 -
5 Museum Batik 1.026 1.826 1.177 1.220 1.759

32
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

6 Taman Satwataru - - - - -
7 Taman Balekambang 363 1.447 2.084 288 782

J. Kebudayaan
Kesenian khas Kota Surakarta yang masih terus dilestarikan melalui
berbagai wadah organisasi kesenian antara lain adalah wayang orang,
kethoprak, pedalangan, karawitan, tatah sungging dan lain sebagainya.
Lembaga-lembaga terkemuka di bidang seni budaya di Kota Surakarta,
seperti Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta, Sekolah Menengah
Karawitan Indonesia (SMKI), dan Institut Seni Indonesia (ISI).
Dalam rangka melestarikan kebudayaan Jawa, juga dikembangkan
program pelestarian dan registrasi aksara Jawa bekerjasama dengan
UNESCO. Kota Surakarta juga telah berhasil menempatkan posisi
strategisnya dalam membidani dan menjadi tuan rumah pada event-event
besar di bidang seni budaya, seperti Solo International Ethnic Music (SIEM),
konggres world heritage (WHCC), Festival Kraton Nusantara, Festival Batik
Nusantara, Bengawan Solo Fair, Festival Keroncong, dan event seni budaya
terkait lainnya.

K. Transportasi
Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan
jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai
kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga
terhubung di kota ini. Saat ini sebuah jalan tol – Jalan Tol Semarang-Solo –
yang menghubungkan ke Semarang sedang dalam proses pembangunan.
Kota Surakarta memiliki moda angkutan darat berupa taksi, bus dan
kereta api. Beberapa jasa pelayanan taksi antara lain Aravia, Solo Central
Taksi, Kosti, Mahkota Ratu. Sementara Terminal bus besar kota ini bernama
Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam.Selain Tirtonadi, terdapat pula
duaterminal untuk angkutan lokal: Terminal Harjodaksino di sisi selatan kota
(dulu merupakan terminal bus antarkota) dan Terminal Tipes di sisi barat
kota. Tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo Trans
dengan satu rute.
Kereta api dapat diakses melalui stasiun kereta api utama bernama
Stasiun Solo Balapan, hampir dalam semua kelas. Di Kota Surakarta juga
terdapat tiga stasiun kereta api lain.Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo-

33
Laporan Akhir [Road Map Penguatan SIDa Kota Surakarta]

Kota(Sangkrah), Stasiun Purwosari. Selain moda angkutan tersebut Kota


Surakarta juga memiliki moda transportasi tradisional seperti becak, yang
dikayuh dengan tenaga manusia dan juga angkutan umum dalam kota yang
lain mencakup bus kota, angkot, dan andong.
Untuk moda angkutan udara tersedia Bandar Udara Internasional Adi
Sumarmo. Secara administratif banda udara ini terletak di luar batas kota
Solo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali.

34

Anda mungkin juga menyukai