Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN

Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah


cairan (Mardiana, 2000).
Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang
menghasilkan sel telur atau ovum (Prawiroharjo, 1999).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan
kistoma ovari merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang
dapat mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi
lainya.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui
tetapi ada kista lain yang di sebabkan karena radang dan akibat dari
komplikasi tumor yang lain (Prawiroharjo, 1999), antara lain :
1. Kista Folikel.
Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi
namun tubuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi kista.
2. Kista Korpus Luteum.
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri
(korpus luteum porsistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista dan berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua.
3. Kista Teka Lutein.
Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju, tumbuhnya
kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin yang
berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koreokarsinoma, ovarium
mengecil spontan.
4. Kista Inkulsi Germinal.
Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari
epitel germinatikum pada permukaan ovarium.
5. Kista Endometrium.
Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi di ovarium.
6. Kista Stein Lavental.
Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal.
7. Kistoma Ovari Simplek.
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa kista ini
suatu jenis kistodenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubungan dengan adanya tekanan cairan di dalam kista.
8. Kistadenoma Ovari Musinosim.
Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti, ada penulis yang
berpendapat bahwa kista ini dari epitel germinatikum.
9. Kistadenoma Ovari Serosum.
Kista ini berasal dari epitel germinatikum (permukaaan Ovarium).
10. Kista Dermoid.
Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.
C. PATOFISIOLOGI
Gambaran dari kista ini terdiri dari folikel-folikel pra ovulasi yang
mengalami atresia dan berdegenerasi pada ovarium, di ovarium ini folikelfolikel
ini tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan
hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan
androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan
folikel anovulasi dan berdegenerasi dan membentuk kista. Kista ovarium
dapat menimbulkan komplikasi berupa invertilitas akibat tidak adanya
ovulasi dan beresiko terjadinya pembentukan tumor-tumor dependen di
payudara endometrium (J. Charwim, 1997).
Penatalaksanaan pada kista ovarium adalah dengan pengangkatan
kista dengan cara melakukan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista, akan tetapi jika kista besar atau ada komplikasi perlu di
lakukan pengangkatan ovarium. Biasanya di sertai dengan pengangkatan
tuba (salpingo-oofarektomi). Pada saat melakukan pembedahan kedua
ovarium harus di periksa untuk mengetahui apakah kista di temukan pada
satu atau pada dua ovarium (Prawiroharjo, 1999).
D. TANDA DAN GEJALA
Banyak tumor ovarium tidak menunjukan gejala dan tanda,
terutama tumor ovarium yang kecil, sebagian tanda dan gejala akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin atau komplikasi tumor-tumor tersebut
(Prawiroharjo, 1999).
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberi gejala karena
besarnya, terdapat perubahan hormonal atau penyakit yang terjadi, tumor
jinak ovarium yang diameternya kecil sering di temukan secara kebetulan
dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti (Manuaba, 1998).
Gejala akibat tumor ovarium dapat di jabarkan sebagai berikut :
1. Gejala akibat pertumbuhan.
Dapat menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah, sehingga
mengakibatkan penekanan kandung kemih yang dapat menimbulkan
gejala gangguan miksi, selain itu tekanan tumor dapat mengakibatkan
obstipasi, edeme pada tungkai. Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak
nafsu makan dan rasa sesak.
2. Gejala akibat pertumbuhan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila
menjadi tumor menimbulkan gangguan terhadap siklus menstruasi yang
dapat berupa amenore dan hipermenore.
3. Gejala akibat komplikasi yang terjadi pada tumor.
a. Perdarahan intra tumor.
Perdarahan yang mendadak dalam jumlah yang banyak akan terjadi
ditensi cepat dari kista yang dapat menimbulkan nyeri perut
mendadak.
b. Putaran tungkai.
Tumor yang bertungkai sering terjadi putaran tungkai, apabila
putaran terjadi secara perlahan tidak menimbulkan nyeri, tetapi jika
putaran terjadi secara mendadak dapat menimbulkan nyeri pada
abdomen.
c. Terjadi infeksi pada tumor.
Interaksi dapat terjadi jika tumor dekat dengan sumber kuman
patogen seperti appendiksitis.
d. Robekan dinding kista.
Terjadi robekan di sebakan karena teori tungkai kista yang akan
berkibat isi kista tumpah ke dalam ruangan abdomen.
e. Perubahan keganansan.
Keganasan kista di jumpai pada usia sebelum menarchea dan di atas
usia 45 tahun (Manuaba, 1998).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan pada pasien dengan
kista ovarium adalah :
a. Laparaskopi.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk mengetahui apakah sumber
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifatsifat
tumor itu.
b. Ultrasonografi.
Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kemih,
apakah tumor kistik atau solid dan dapat di bedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

G FOKUS INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan (Kathryn, 1995).
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
a. Kaji ulang lokasi, skala dan karakteristik nyeri.
b. Monitor tanda-tanda vital.
c. Ajarkan teknik relaksasi (Nafas Dalam), bila nyeri muncul.
d. Kompres daerah sekitar nyeri.
e. Kolaborasi dalam pemberian oralgetik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan infasi kuman patogen pada luka
(Tucker, 1999).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda infeksi.
b. Observasi keadaan umum.
c. Lakukan perawatan luka dengan teknik abseptik dan antiseptik.
d. Kaji adanya tanda-tanda infeksi (Dolor, Kolor, Rubor, Tumor,
Fungsio Laesa).
e. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
f. Kolaborasi dalam pemberian antibiotok.
3. Gangguan konstipasi berhubungan dengan efek anestesi (Tucker, 1999).
Tujuan : Pasien mengalami depekasi dalam tiga-empat hari setelah
pembedahan.
Intervensi :
a. Anjurkan pasien ambulasi sesuai dengan kemampuan.
b. Tingkatkan masukan cairan 1000-2000 ml/hari.
c. Tingkatkan diet makanan yang tinggi serat.
d. Dengarkan bising usus.
e. Lakukan huknah atau beri pelunak feses.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Tucker,
1999).
Tujuan : Pasien dapat malakukan kembali.
Intervensi :
a. Kaji kebutuhan individu terhadap aktivitas.
b. Beri bantuan sesuai dengan ketidakmampuan pasien.
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.
d. Monitor perkembangan pasien.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi
(Doengoes, 2000).
Tujuan : Mengutarakan pemahaman proses penyakit.
Intervensi ;
a. Kaji tingkat pemahaman pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan sumber-sumber
pengajaran audio visual sesuai keadaan.
c. Beri kesempatan untuk bertanya.
d. Informasikan pasien atau orang terdekat mengenai rencana
perjalanan, komunikasi dokter atau orang-orang terdekat.
6. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
(Doengoes, 2000).
Tujuan : Devisit volume cairan tidak terjadi.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Catat jumlah perdarahan.
c. Tingkatkan masukan cairan.
d. Ukur masukan dan pengeluaran.
e. Kaji turgor kulit.
7. Kurang perwatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas
(Carpeneto, 1999).
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi.
Intervensi :
a. Bantu pasien dalam personal higyene.
b. Kaji kebersihan pasien.
c. Kaji kebutuhan pasien dengan merawat diri.
d. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan tubuh.
e. Ganti pakaian yang bersih.

BAB 1PENDAHULUANA .

Latar Belakang

Ovarium mempunyai fungsi dan peranan yang penting sebagai


o r g a n reproduksi khususnya bagi wanita , namun dalam fungsi dan peranannya
terdapatm a s a l a h y a n g p a t u t u n t u k d i p e r h a t i k a n . M a s a l a h t e r s e b u t a d a l a h
k i s t a o v a r i u m , potensinya dapat menyerang kaum wanita pada umumnya. Namun pada
hegemonis e k a r a n g i n i k a u m w a n i t a k u r a n g a t a u b a h k a n t i d a k m e m p e r h a t i k a n
h a l - h a l y a n g berkaitan sehingga resiko timbul kista ovarium menjadi tinggi. Demikian juga
etiologid a r i k i s t a o v a r i u m j u g a s a n g a t e r a t d e n g a n a k t i f i t a s s e h a r i - h a r i
m e n j a d i f a k t o r pendukung kerentanan individu terkena kista ovarium.
1. KISTA OVARIUM Disusun oleh : KELOMPOK IV FIRMA EDYA FRAMIKE
WIZOLA MEIKI ERDONAL KORNELA AGITIA RESI ERFIDOR MERI
CANIAGO

Pengertian Kista OvariumKista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil

maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor
ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam
panggul (Winkjosastro, et. all, 1999). Kistaovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi (
Lowdermilk, dkk. Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang2005 : 273 ).
berlebihan / abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly,
2008).

Etiologi (Penyebab)Penyebab dari kista belum di ketahui secara pasti, tapi ada
beberapa faktor pemicu yaitu:

Faktor eksternal

1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

2. Merokok dan konsumsi alkohol

3. Sosial ekonomi yang rendah

4. Kurang olah raga Faktor internal

1. Faktor genetik

2. Wanita yang menderita kanker payu dara

3. Riwayat kanker kolon

4. Gangguan hormone

Patofisiologi Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisia dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium, folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista didalam ovarium. Setiap hari ovarium
normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel de graff. Pada pertengahan
siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature.
Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur
1,5 – 2 cm dengan kista di tengah – tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif .
Namun bila terjadi fertilisas, korpus luteum mula –mula akanmembesar kemudian secara
gradual akan mengecil selamakehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normaldisebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal
yang kadang –kadang disebut kista thecalutein. Kista tersebut dapat distimulasioleh
gonadrotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsionalmultiple dapat terbentuk karena
stimulasi gonadotropin atausensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebihan. Kista
folikeldan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikelgraff yang tidak pecah/
folikel yang sudah pecah dan segeramenutup kembali. Kista demikian seringnya adalah
multiple dantimbul langsung dibawah lapisan serosa yang menutupi ovarium,biasanya kecil,
dengan diameter 1–1,5 cm dan berisi cairan serosayang bening, tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak,sampai mencapai diameter 4-5 cm, sehingga sering teraba
massadan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.

Manifestasi klinis kistaovarium

1. Sering tanpa gejala.

2. Nyeri saat menstruasi.

3. Nyeri di perut bagian bawah.

4. Nyeri pada saat berhubungan badan.

5. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.

6. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan/atau buang air besar

7. Siklus menstruasi tidak teratur; bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

Asuhan Keperawatan Teoritis Pengkajian

1. Identitas klien Yaitu meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
status perkawinan, dan alamat klien.

2. Identitas penanggung jawab Yaitu meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan
klien, dan alama.

3. Diagnosa dan informasi medik yang penting waktu masuk Meliputi tanggal nmasuk,
tanggal didata, no MR, ruang rawat, diagnosa medik, suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan
darah klien.

Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen,
biasanya klien mengeluh menstruasinya tidak berhenti – berhenti atau dalam jangka waktu
yang lama.
Riwayat kesehatan dahulu Kemungkinan klien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnnya. Riwayat kesehatan keluarga Kemungkinan tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama, karena kista ovarium bukan penyakit menular/ keturunan.

. Data psikologis Penyakit ini biasanya akan membuat klien cemas dan takut karena akan
dilakukan pembedahan.

6. Data spiritual Kemungkinan ibadah shalat klien tidak terganggu, namun jika penyakit ini
sudah dapat mengganggu aktivitas klien maka ibadah klien juga dapat terganggu.

7. Data sosial ekonomi Biasanya kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan
masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun monopause. .
Data biologis Makan dan minum Biasanya makan dan minum klien akan terganggu, karena
ada kemungkinan klien akan anoreksia karena proses penyakitnya. Eliminasi Biasanya BAB
dan BAK klien terganggu karena adanya penetakan pada usus/ daerah sekitar abdomen
Istirahat dan tidur biasanya istirahat dan tidur klien akan terganggu karena terasa nyeri sekitar
perut. Personal hygiene Biasanya personal hygiene klien tidak terganggu.

Pemeriksaan fisik

Abdomen Biasanya ada nyeri tekan pada daerah abdomen, Teraba massa pada abdomen,
Biasanya perut tampak buncit. Ekstermitas Tidak ada kelemahan, Biasanya terasa nyeri pada
panggul saat beraktivitas Eliminasi Biasanya terjadi konstipasi, Biasanya klien susah untuk
BAK.

Pre operasi

1. Gangguan rasa Kemungkinan Diagnosa Yang Akan Muncul nyaman: nyeri b/d
pembesaran ovarium Ditandai oleh: - Nyeri tekan pada abdomen - Nyeri saat beraktivitas -
Perut tampak membuncit2. Resiko konstipasi b/d tekanan pada usus dan anus Ditandai oleh: -
Susah BAB - BAB keras3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang
tidak adekuat Ditandai oleh: - Mual muntah - Hilang nafsu makanTidak selera melihat
makanan4. Ansietas b/d kurangnya informasi Ditandai oleh: - Klien tampak cemas - Sering
bertanya – bertanya - Tampak gelisah

Post operasi

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d diskontinuitas jaringan Ditandai oleh: - Klien
mengeluh nyeri - Klien Tampak meringis - Nyeri saat berjalan

2. Resiko infeksi b/d post operasi Ditandai oleh: - Luka tampak memerah -Nyeri yang
sangat kuat - Luka tambah membesar -Adanya tanda – tanda infeksi

3. Intoleransi aktivitas b/d post operasi Ditandai oleh:4. Klien tampak lemah - Nyeri
saat beraktifitas - Aktivitas di bantu - Klien terbaring lemah5. Resiko konstipasi b/d
perubahan tingkat aktivitas Ditandai oleh: - Susah BAB - BAB keras
Rencana Tindakan KeperawatanNo Dx Tujuan / KH Intervensi Rasional Tujuan: rasa
nyaman

1. Kaji tingkat, lokasi, dan 1. Mengidentifikasi lingkup1 I terpenuhi. frekuensi nyeri.


masalah.
2. Kriteria hasil: 2. Berikan posisi yang nyaman 2. Mengurangi rasa sakit dan pada
klien . menurunkan tingkat
•Skala nyeri 0 ketegangan pada daerah •Pasien mengungkap kan 3. Ajarkan teknik
relaksasi. nyeri. nyeri berkurang 4. Anjurkan klien untuk tidak 3. Merelaksasikan
otot – otot •TTV normal beraktivitas yang berat. tubuh 5. Kolaborasi dalam
pemberian 4. Mengurangi rasa sakit. terapi analgesic. 5. Menghilangkan rasa
nyeri. Tujuan: klien mampu 1. Kolaborasi dalam pemberian 1. Meningkatkan
konsistensi feses,2 II meningkatkan pengeluaran feses BAB secara normal terapi
2. Makanan ini diketahui sebagai Kriteria hasil: 2. Kurangi/ batasi makanan
seperti penyebab konstipasi Peristaltik usus normal susu. 3. Mengurangi
konstipasi, BAB lancar 3. Dorong peningkatan masukan meningkatkan
pengeluaran cairan feses. Klien menunjukan pola 4. Banyak mobilisasi eliminasi
seperti biasa 4. Anjurkan beraktivitas mengoptimalkan kerja usus semampunya 5.
Meningkatkan konsistensi feses 5. Berikan diet dengan tinggi serat

1. 16. Tujuan: nutrisi dapat 1. Jelaskan pentingnya nutrisi untuk 1. Meningkatkan


motivasi3 III terpenuhi secara adekuat penyembuhan. pasein untuk makan. Kriteria
hasil: 2. Anjurkan makan sedikit tapi sering. 2. Meningkatkan selera makan dan
kebutuhan nutrisi •Nafsu makan 3. Anjurkan klien untuk mengurangi terpenuhi
meningkat minum disela – sela makan . 3. minum dapat mengakibatkan •Pasien tidak
lemah dan 4. Temani dan bantu pasien makan. cepat kenyang, nutrisi yang pucat 5.
Kolaborasi dalam pemberian diet masuk kurang yang tepat. 4. Meningkatkan motivasi
pasien untuk menghabiskan makanan. 5. Nutrisi terpenuhi secara adekuat Tujuan:
setelah 1. Kaji dan pantau tingkat kecemasan 1. Informasi yanng tepat4 IV dilakukan
tindakan klien. menambah wawasan klien keperawatan rasa cemas 2. Berikan
penjelasan tentang semua sehingga klien tahu tentang berkurang permasalahan yang
berkaitan dengan keadaan dirinya. Kriteria hasil: penyakitnya. 2. Menurunkan tingkat
Klien tampak rilek 3. Bina hubungan terapeutik dengan kecemasan. Klien
mengungkapkan klien. 3. Mengungkapkan perasaan pengetahuannya 4. Berika
kesempatan pada klien untuk dapat mengurangi cemas. mengungkapkan perasaannya.
4. Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya.
2. 17. 5 V Tujuan: infeksi 1. Pantau dan observasi tentang 1. Deteksi dini tentang tidak
teerjadi keadaan luka klien. teerjadinya infeksi. Kriteria hasil: 2. Lakukan perawatan
luka secara 2. Menekankan sekecil aseptic. mungkin sumber •Luka tampak 3.
Anjurkan klien untuk penularan eksternal membaik meningkatkan asupan makanan 3.
Membantu •Tidak ada tanda – yang bergizi. meningkatkan daya tanda infeksi 4.
Anjurka keluarga dan oprang lain imunt. untu mencuci tangan sebelum mendekati
atau memegang luka 4. Mengurangi infeksi klien. nasokimial. 5. Kolaborasi dalam
pemberian 5. Membunuh kuman/ antibiotic. mikro organism.6 VI Tujuan: aktivitas
klien 1. Dorong klien untuk 1. Mengetahui sampai dapat terpenuhi beraktivitas
semampunya. mana kemampuan Kriterua hasil: 2. Anjurkan klien untuk berjalan
klien. -Saat beraktivitas sedikit – sedikit. 2. Mengurangi keletihan. klien tidak
mengeluh 3. Batasi aktivitas yang terlalu 3. Mempercepat proses nyeri. penyembuhan
luka pos berat. -Aktivitas di kerjakan op. sendiri 4. Kaji kemampuan aktivitas 4.
Meningkatkan klien. mobilisasi
3. 18. Pengkajian1. Identitas klienTINJAUAN KASUS Nama : Ny M Umur : 41
Tahun Pendidikan : SMA Suku bangsa : Indonesia Pekerjaan : Karyawan RSI SITI
RAHMAH PADANG Agama : Islam Status perkawinan : Kawin Alamat :
Kalumbuk2. Identitas penanggung jawab Nama : Tn K Umur : 39 Tahun Pekerjaan :
Wiraswasta Hub dengan klien : Suami Alamat : Kalumbuk 2
4. 19. 3. Diagnosa dan informasi medik yang penting waktu masuk Tanggal masuk : 27
Januari 2013 Tanggal didata : 30 Januari 2013 No MR : 035655 Ruang rawat : Marwa
7 Kebidanan Diagnosa medik : Kista Ovarium Yang mengirim : UGD TTV: Tekanan
darah : 130/80 mmhg Suhu : 36,50 C Nadi : 64 x/i Pernafasan : 20 x/i
5. 20. Tablet4. Pengobatan Yang Diberikan Sekarang Cefiximen Pronalges Benovit
Asmef Injeksi Ceftriaxone Infus RL 20 tetes/i
6. 21. 5. Riwayat kesehatan Keluhan Waktu Masuk Klien masuk kerumah sakit pada
tanggal 27 januari 2013 dengan keluhan nyeri pinggang bagian bawah yang dirasakan
saat menstruasi, klien juga mengatakan ada bengkak di perut bagian bawah yang
dirasakan sejak satu tahun yang lalu, yang terasa mendesak keatas. Keluhan waktu
didata Pada saat didata pada tanggal 30 januari 2013, klien mengatakan nyeri pada
perut yang sudah di operasi, klien juga mengatakan sudah 2 hari tidak BAB, klien
cemas dengan keadaan yang seperti itu. Riwayat Kesehatan Dahulu Sebelumnyab
klien tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti sekarang, dan penyakit
keturunan lainnya seperti penyakkit gula, tekanan darah tinggi, sakit jantung dan lain
sebagainya.
7. 22. Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang samaseperti yang diderita klien sekarang, juga tidak ada anggota
keluarga yangmenderita penyakit keturunanData psikologis Klien tampak cemas,
karena rasa sakitnya tidak hilang – hilang, dansudah 2 hari tidak BAB.Data spiritual
Klien seorang muslim, biasanya klien selalu melaksanakan ibadahshalat lima waktu
sehari semalam, namun semenjak di rumah sakit, klientidak pernah mengerjakan
ibadah shalat karena klien mengatakan nyeri saatberaktivitas.Data Sosial Ekonomi
Klien seorang karyawan RSI siti rahmah padang, selama sakitpekerjaan klien
terganggu, Klien menggunakan askes.
8. 23.  Data BiologisNO Aktivitas Sehat Sakit1 Makan Menu Nasi + lauk + sayur MB
Porsi 3 – 4 kali sehari 1 porsi 3 kali sehari satu porsi Minum 6 – 8 gelas sehari 4 – 6
gelas sehari2. Eliminasi BAB Frekuensi 1 – 2 kali sehari Sudah 2 hari belum BAB
Warna Khas Belum tahu Bau Khas Belum tahu Konsistensi Padat Belum tahu
Kesulitan Tidak ada Susah untuk BAB
9. 24. BAK Frekuensi 5 – 7 kali sehari Memakai kateter Warna Bening k kuningan
Bening kekuningan Bau Pesing Pesing Istirahat dan tidur3 Waktu tidur Malam sekitar
jam 9 Tidak tentu Lama tidur 6 – 8 jam Lebih lama tidur Yang mempersulit Tidak ada
Tidak ada Personal hygiene4 Mandi 2 kali sehari Dilap di tempat tidur oleh Cuci
rambut 3 kali seminggu mahasiswa Gosok gigi 2 kali sehari Selama di operasi belum
pernah Potong kuku Jika panjang 1 kali sehari dibantu keluarga Selama dirawat belum
pernah
10. 25. Pemeriksaan fisik Kesadaran : Komposmentis Gcs : 15 M: 6 V:5 E:4 Tanda –
tanda vital Tekanan darah : 130/ 80 mmhg Suhu : 36,5 derajat c Nadi : 64 x/i
Pernafasan : 20 x/i Rambut dan hygiene kepala Warna rambut hitam, rambut tampak
bersih namun sedikit berbau, dan tidak ada kelainan atau pembengkakan pada kepala
Mata Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
penglihatan normal dan tidak ada kelainan Hidung Hidung simetris kiri dan kanan,
penciuman baik, tidak ada peradangan dan kelainan di hidung.
11. 26. Mulut dan gigi Mulut bersih, mukosa bibir lembab, gigi bersih dan lengkap, dan
tidak adakelaianan atau peradanganLeher Tidak ada pembengkakan kelenjer thyroid
dan kelenjer getah bening.Dada Simetris kiri dan kanan, tidak ada terdengar suara
nafas tambahan.Abdomen Tampak ada luka operasi, dan klien mengeluh nyeri saat
luka nya disentuh.Genitalia Terpasang kateterAnggota gerak Akral hangat, terpasang
infus pada tangan kanan: RL
12. 27.  Pemeriksaan penunjang Hb : 12,9 (P: 12-14 gr/dl) Leukosit : 5.100 (5 ribu-
10ribu/mm3) Hematokrit : 41,7 ( 37-43 0/0 ) Trombosit : 215.000 (150 ribu-
450ribu/mm3 ) Ureum darah : 17,4 ( 10-50 mg / 0/0)
13. 28.  Analisa DataNo Data Etiologi Masalah Ds1. Diskontinuitas Gangguan rasa
•Klien mengatakan sakit pada luka operasinya jaringan nyaman: nyeri •Klien
mengatakan lukanya terasa sakit saat beraktivitas •Klien mengatakan luka operasinya
sakit jika terkena oleh orang lain atau perawat Do •Klien tampak meringis •Klien
sering memegang perutnya •Klien tampak kesakitan saat perawat menyentuh lukanya
•Skala nyeri klien adalah nyeri sedang
14. 29. 2 Ds Kurangnya aktivitas Resiko konstipasi •Klien mengatakan sudah 2 hari tidak
BAB •Klien mengatakan ada rasa untuk BAB namun tidak keluar •Klien mengatakan
sebelumnya tidak pernah seperti ini Do •Klien tampak kurang beraktivitas •Klien
kelihatan takut untuk beraktivitas •Klien terlihat terbaring lemah di tempat tidur
15. 30. Ds3 •Klien mengatakan kenapa sakitnya ini tidak Kurangnya hilang – hilang,
apakah lukanya infeksi Ansietas pengetahuan klien •Klien mengatakan apakah tidak
ada tindakan supaya BAB nya lancar tentang proses •Klien mengatakan takut jika
nyerinya tidak perawatan hilang – hilang penyakitnya Do •Klien tampak sering
bertanya kepada perawat, apakah tidak terjadi infeksi pada lukanya. •Klien tampak
cemas dengan apa yang di deritanya sekarang
16. 31. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan Nyeri b/d diskontinuitas jaringan 2. Resiko
konstipasi b/d perubahan tingkat aktivitas 3. Ansietas b/d proses penyakitya
17. 32. Intervensi keperawatan1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d diskontinuitas
jaringanTujuan: rasa nyeri terkontrol/ hilangKriteria hasil: - Klien tampak santai -
Nyeri berkurang - Mampu beraktivitas sesuai kemampuanIntervensi dan rasional1.
Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik,lokasi dan intensitas nyeri
R/Mendapatkan informasi untuk intervensi selanjutnya.2. Kaji tanda – tanda vital,
perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernafasan R/Dapat mengindikasikan
rasa sakit dan ketidak nyamanan3. Berikan posisi yang nyaman pada klien.
R/Mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi darah.4. Anjurka klien untuk
tidak beraktivitas terlalu berat. R/ Mengurangi rasa sakit5. Kolaborasi dalam
pemberian terapy analgesic. R/ Menghilangkan rasa nyeri.
18. 33. 2. Konstipasi b/d perubahan tingkat aktivitas Tujuan: klien mampu BAB secara
normal Kriteria hasil: - Peristaltik usus normal -Bab lancar - Klien menunjukan pola
eliminasi seperti biasaIntervensi dan rasional1. Anjurkan klien untuk banyak
konsumsi makanan tinggi serat. R/ Meningkatkan konsistensi feses,meningkatkan
pengeluaran feses.2. Dorong peningkatan masukan cairan R/ Mengurangi konstipasi,
menambah cairan d feses.3. Anjurkan klien banyak mobilisasi R/ Banyak aktivitas
mengoptimalkan kerja usus4. Kolaborasi dalam pemberian terapy. R/ Membantu
melancarkan feses
19. 34. 3. Ansietas b/d proses penyakitTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan
rasa cemas berkurangKriteria hasil:-Klien tampak rilek. -Klien mengungkapkan
pengetahuannyaIntervensi dan rasional1.Kaji dan pantau tingkat kecemasan klien. R/
Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan
selanjutnya.2. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan
penyakitnya. R/ Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu
tentang keadaan dirinya3. Bina hubungan terapeutik dengan klien. R/ Menurunkan
tingkat kecemasan4. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya. R/ Mengungkapkan perasaan dapat mengurangi cemas
20. 35. Catatan Perkembangan Jumat, 1february 2013 Dx Implementasi Evaluasi I 1.
Mengevaluasi rasa sakit, dan lokasi sakit S: klien mengatakan Lokasi sakit klien di
luka bekas operasi, lukanya masih nyeri dengan nyeri sedang (4-6) 2. Mengobservasi
ttv O: klien masih tampak Td: 130/80 mmhg S: 36,6 derajat c meringis kesakitan saat
P: 20 x/i N: 64 x/I bergerak 3. Memberikan posisi yang nyaman pada klien yaitu
posisis semi fowler A: masalah belum 4. Menganjurkan klien untuk tidak teratasi
beraktivitas terlalu berat 5. Melanjutkan terapi pemberian analgeti P: intervensi di
lanjutkan II 1. Menganjurka klien banyak makan sayur S: klien mengatakan 2.
Menganjurkan klien untuk banyak minum masih belum ada BAB 3. Menganjurkan
klien untuk beraktivitas O: klien tampak tidak sedikit – sedikit tenang 4.
Menganjurkan klien lebih sering A: masalah belum mobilisasi teratasi 5. Melanjutkan
pemberian terapy P: intervensi
21. 36. III 1. Membina hubungan terapeutik dengan S: klien mengatakan sudah klien
tidak terlalu cemas lagi 2. Mengkaji tingkat kecemasan klien 3. Memberikan
penjelasan tentang O: klien tampak agak rilek penyakitnya 4. Memberika kesempatan
pada klien A: masalah teratasi sebagin untuk mengungkapkan perasaannya P:
intervensi dilanjutkan
22. 37.  Catatan perkembangan Sabtu/ 2 february 2013Dx Implementasi Evaluasi I 1.
Mengkaji apakah nyeri klien sudah berkurang S: klien mengatakan 2. Mengobservasi
ttv: nyerinya sudah berkurang Td: 110/70 mmhg S: 39 derajat c dari seperti biasanya
N: 80 x/i P: 20 x/i 3. Memberikan posisi semi fowler O: klien sudah tampak 4.
Menganjurkan klien untuk berjalan sedikit – berjalan sedikit – sedikit sedikit 5.
Melanjutka terapi analgetik A: masalah teratasi Sebagian P: intervensi dilanjutkanII 1.
Menganjurkan klien sering makan sayur S: klien mengatakan sudah 2. Memotifasi
klien untuk banyak minum BAB sebanyak 2 kali sehari 3. Menganjurkan klien untuk
sering beraktifitas tadi 4. Melanjutkan pemberian terapi O: klien sudah tampak senang
A: masalah teratasi P: intervensi di pertahankan
23. 38. III 1. Menanyakan apakah klien masih cemas S: klien mengatakan sudah tidak
atas kondisinya terlalu cemas lagi 2. Memberikan kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya O: klien sudah tampak tenang 3. Menganjurkan klien
untuk tidak terlalu ambil pusing A: masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai