Anda di halaman 1dari 30

ZAKAT

1. Pengertian Zakat
Zakat merupakan ibadah yang dapat diartikan banyak hal, baik secara
etimologi maupun secara terminologi. Secara etimologi (bahasa) kata “zakat” diambil
dari kata (az-zakah), sedang lafal (az-zakah) berarti “tumbuh, baik, suci dan berkah”.1
Syara’ memakai kata tersebut untuk dua arti. Pertama, dengan zakat diharapkan akan
mendatangkan kesuburan pahala. Kedua, zakat merupakan suatu kenyataan jiwa suci
dari kikir dan dosa.2 Dari definisi ini dapat diambil kesimpulan, bahwa zakat secara
etimologi berarti sama dengan shadaqah, penyucian, berkembang serta membersihkan
diri dari dosa dan kekejian. Secara terminologi (syara’), zakat ialah “pemberian
sesuatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut syarat-syarat
dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya”.3
2. Dasar Hukum Zakat
Dasar hukum tentang zakat adalah salah satunya disebutkan dalam firman
Allah SWT Q.S An-Nur 56 :

Artinya : Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul,
supaya kamu diberi rahmat.

Dalam surat lain Allah kembali menegaskan dalam surat Al-An’am 141 :

___________________________________________________________________________
1Abdul Aziz Dahlan (et.al..), Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm. 1985.
2 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1984, hlm. 24
3 Direktorat Pembinanan Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqh, Jilid I, Jakarta: 1983. hlm. 229
Artinya : Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang
tidak berjunjung, pohon korma, tanamtanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berlebih-lebihan.
Kemudian firman Allah dalam surat At-taubah ayat 103 :

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Hadits Selain Al-Qur’an sebagai dasar untuk menunaikan zakat adalah hadist
Rasulullah SAW. Salah satunya adalah Hadits riwayat Imam Bukhari yang artinya :
Ibnu Abbas R.A berkata,” Abu Sufyan R.A telah menceritakan kepadaku (lalu dia
menceritakan hadits Nabi SAW), bahwa Nabi SAW bersabda : Kami diperintahkan
untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyambung tali persaudaraan, dan
menjaga kesucian diri. (H.R Bukhari)

3. Syarat dan Rukun Zakat


a. Rukun Zakat
Rukun zakat yaitu unsur-unsur yang harus terpenuhi sebelum mengerjakan
zakat. Rukun zakat meliputi orang yang berzakat, harta yang dizakatkan, dan
orang yang berhak menerima zakat.4
Seseorang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat harus mengeluarkan
sebagian dari harta mereka dengan cara melepas hak kepemilikanya, kemudian
diserahkan kepemilikanya kepada orang-orang yang berhak menerimanya melalui
imam atau petugas yang memungut zakat.5
_____________________________________________________________________________________________________

4
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2003, hlm. 40.
b. Syarat Wajib Zakat
Zakat hukumnya adalah wajib pada setiap harta yang telah memenuhi kriteria
syarat dan sebab zakat, baik pemilik tersebut sudah mukallaf atau belum. Karena
pada dasarnya walaupun zakat merupakan jenis ibadah pokok dan termasuk pilar
agama, akan tetapi zakat merupakan beban tanggung jawab masalah harta
seseorang. Karena di dalam harta yang dimiliki orang yang kaya masih ada hak
orang fakir dan miskin yang harus ditunaikan zakatnya. 6
Menurut jumhur ulama, syarat wajib untuk mengeluarkan zakat adalah
sebagai berikut :
a) Beragama Islam
Hendaknya harta yang ingin dikeluarkan zakatnya berasal dari harta
orang muslim, dan diberikan kepada orang muslim yang fakir atau miskin. 7
Para ulama mengatakan bahwa zakat tidak wajib bagi orang non muslim,
karena zakat adalah merupakan salah satu rukun Islam.
b) Berakal Sehat dan Dewasa
Zakat diwajibakan kepada orang yang berakal sehat dan orang yang
dewasa, sebab anak yang belum dewasa dan orang yang tidak berakal tidak
mempunyai tanggung jawab hukum.8
c) Merdeka
Para ulama sepakat bahwa zakat hanya diwajibkan kepada
seorang muslim yang merdeka dan memiliki harta yang jumlahnya melebihi
nishab.9 Seorang hamba sahaya tidak mempunyai kepemilikan terhadap harta,
karena yang memiliki hartanya adalah tuanya. 10
d) Milik Sempurna
Milik sempurna adalah kemampuan pemilik harta untuk mengontrol
dan menguasai barang miliknya tanpa tercampur hak orang lain pada waktu
datangnya kewajiban membayar zakat.11
_____________________________________________________________________________________________________

5
Wahbah Zuhaily, Fiqih Imam Syafi’i, terj: M. Afifi, Abdul Hafiz, Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2010, hlm. 97.
6
Masturi ilham, Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2008, hlm. 255.
7
ibid., hlm. 256.
8
Abdul Rahman Al-Jazairy, Fiqh Ala Madzhab Al Arba’ah, Mesir: Al- Kubro, hlm. 590.
9
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, cet. Ke-4, 2010, hlm. 279.
10
Wahbah Zuhaily, Fiqih Imam Syafi’i, terj: M. Afifi, Abdul Hafiz, Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2010, hlm. 98.
11
Yusuf Qardhawi, Al-ibadah fi Al-Islam, Beirut: Daar el-Kutub al- Ilmiyah, 1993, hlm. 127.
e) Berkembang Secara Riil atau Estimasi
Berkembang secara riil adalah harta yang dimiliki oleh seseorang dapat
berpotensi untuk tumbuh dan dikembangkan melalui kegiatan usaha maupun
perdagangan.12 Sedangkan yang dimaksud dengan estimasi adalah harta yang
nilainya mempunyai kemungkinan bertambah, seperti emas, perak dan mata
uang yang semuanya mempunyai kemungkinan pertambahan nilai dengan
memperjual belikannya.
f) Sampai Nisab
Nisab adalah sejumlah harta yang mencapai jumlah tertentu yang
ditentukan secara hukum, yang mana harta tidak wajib dizakati jika kurang
dari ukuran tersebut.13 Nishab yang dimaksud melebihi kebutuhan primer yang
diperlukan (pakaian, rumah, alat rumah tangga, mobil, dan lain-lain yang
digunakan sendiri).14
g) Cukup Haul
Harta kekayaan harus sudah ada atau dimiliki selama satu tahun dalam
penanggalan Islam.15
h) Bebas dari Hutang
Pemilikan sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan harus
lebih dari kebutuhan primer haruslah pula cukup satu nishab yang sudah bebas
dari hutang.16
c. Syarat Sah Zakat
a) Niat
Para fuqoha’ sepakat bahwasanya disyaratkan berniat untuk
mengeluarkan zakat, yaitu niat harus ditunjukan kepada Allah SWT. Dengan
berpegang teguh bahwa zakat itu merupakan kewajiban yang telah ditetapkan
Allah dan senantiasa mengharap ridhanya.17 Karena niat untuk membedakan
antara ibadah fardhu dan sunnah.18
___________________________________________________________________________
12
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hlm. 22.
13
Kurnia, H. Hikmat, H. A. Hidayat, panduan Pintar Zakat, Jakarta: Qultum Media, 2008, hlm. 11-16.
14
Masturi ilham, Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2008, hlm. 257.
15
Yasin Ibrahim al-Syaikh, Kitab Zakat Hukum Tata Cara dan Sejarah, Bandung: Penerbit Marja, 2008, Hlm.
55.
16
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadist, Alih bahasa Salman Harun dkk, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007, hlm. 155.
17
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, cet. Ke-4, 2010, hlm 280.
18
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hlm. 22.
b) Tamlik (memindahkan kepemilikan harta kepada yang berhak menerimanya)
Tamlik menjadi syarat sahnya pelaksanaan zakat, yakni kepemilikan
harta zakat harus dilepaskan dan diberikan kepemilikanya kepada para
mustahiq.19

4. Macam-macam Zakat
Pada dasarnya zakat dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Zakat mal ( harta)
Zakat mal yaitu zakat yang berkaitan dengan kepemilikan harta tertentu dan
memenuhi syarat tertentu.20 Zakat ini meliputi zakat tumbuh-tumbuhan, zakat
binatang ternak, zakat perniagaan, zakat barang tambang, dan zakat emas dan
perak.
b. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang diperintahkan Nabi Muhammad kepada


umat Islam pada tahun diwajibkan puasa Ramadhan sampai hari terakhir bulan
ramadhan sebelum sholat idhul fitri.21

5. Jenis-jenis Harta yang Wajib dizakati


a. Zakat Emas dan Perak
Islam mewajibkan membayar zakat emas dan perak apabila sudah mencapai
syarat-syarat yang berlaku pada keduanya, baik berupa logam, cair maupun
gumpalan. Syarat yang berlaku bagi keduanya adalah apabila telah mencapai haul
dan nishab yang telah ditentukan. Adapun nishab untuk emas adalah 20 mistqal
atau 20 dinar. Sedangkan nishab untuk perak adalah 200 dirham. Menurut sebagian
peneliti bahwa 1 dinar setara 4,25 gram emas, sedangkan 1 dirham setara 2,975
gram. Maka nishab emas yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 4,25 x 20
= 85 gram, sedangkan nishab perak yang wajib dikeluarkan zaktanya adalah 2,975
x 200 = 595 gram. Jadi zakat yang harus dikeluarkan pada emas dan perak adalah
1/40 atau 2,5 % nya.22
___________________________________________________________________________
19
Wahbah Zuhaily, Fiqih Imam Syafi’i, terj: M. Afifi, Abdul Hafiz, Jakarta: PT Niaga Swadaya, 2010 , hlm.
117.
20
Nur Fathoni, Fikih Zakat Indonesia, Semarang: CV Karya Abadi Jaya, cet. Ke-1,2015, hlm. 49.
21
ibid., hlm. 49.
22
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, Cet. Ke-4, 2010, hlm. 282-283.
b. Zakat Binatang Ternak
Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja dipelihara dan
dikembang biakan agar menjadi bertambah banyak dan mendapat keuntungan
lebih. 23
Menurut jumhur ulama’ diantara hewan ternak yang wajib dikeluarkan
zakatnya adalah unta, sapi/kerbau dan kambing, karena jenis hewan ini
diternakkan untuk tujuan pengembangan (namma') melalui susu dan anaknya,
sehingga sudah sepantasnya dikenakan beban tanggungan.
Adapun nishab dan zakat yang harus dikeluarkan dari masing-masing hewan
ternak adalah sebagai berikut :
 Unta
- 5 ekor unta zakatnya 1 kambing
- 10 ekor unta zakatnya 2 ekor kambing
- 15 ekor unta zakatnya 3 ekor kambing
- 20 ekor unta zaktnya 4 ekor kambing
- 25 ekor unta zakatnya zaktnya 1 ekor unta bintu makhadh
- 36 ekor unta zakatnya zakatnya 1 ekor unta bintu labun
- 46 ekor unta zakatnya 1 ekor unta hiqqoh
- 61 ekor unta zakatnya 1 ekor unta jadz’ah
- 76 ekor unta zakatnya 2 ekor unta bintu labun
- 120 ekor unta zakatnya zakatnya 3 ekor unta bintu labun
Keterangan:
- Kambing / domba yang sudah berumur 2 tahun lebih.
- Unta bintu makhad adalah unta betina umur 1 tahun, masuk ke umur 2
tahun.
- Unta bintu labun adalah unta betina umur 2 tahun, masuk ke umur 3 tahun.
- Unta hiqoh adalah unta betina umur 3 tahun, masuk umur 4 tahun.
- Unta jadz’ah adalah unta umur umur 4 tahun, masuk umur 5 tahun.
- Selanjutnya, dalam jumlah tersebut bertambah 40 ekor, maka zakatnya
bertambah 1 ekor bintu labun. Dan jika bertambah 50 ekor, zakatnya
bertambah 1 ekor hiqoh.24
__________________________________________________________________________________________
23
Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat Infak dan Sedekah, Jateng: Tafakur, 2002, hlm. 139.
24
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadist, Alih bahasa Salman Harun dkk, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007, hlm. 176.
 Sapi
- 30-39 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor sapi jantan / betina tabi’
- 40-59 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor sapi betina musinah
- 60-69 ekor sapi zakatnya adalah 2 ekor sapi tabi’
- 70-79 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor musinah dan 1ekor tabi’
- 80-89 ekor sapi zakatnya adalah 2 ekor musinah
Keterangan:
- Sapi tabi’ adalah sapi berumur 1 tahun, masuk umur 2 tahun.
- Sapi musinah adalah sapi umur 2 tahun, masuk umur 3 tahun.
- Selanjutnya setiap bertambah 30 ekor. Zakatnya bertambah 1 ekor tabi’.
-
dan setiap bertambah 40 ekor, maka zakatnya bertambah 1 ekor sapi
musinah.25
 Kambing
- 40-120 ekor kambing zakatnya adalah 1 ekor kambing
- 121-200 ekor kambing zakatnya adalah 2 ekor kambing
- 201-300 ekor kambing zakatnya adalah 3 ekor kambing.
- Selanjutnya jika setiap jumlah bertambah 100 ekor, maka zakatnya
bertambah 1 ekor.26
c. Zakat hasil pertanian (tanaman dan buah-buahan)
Tanaman, tumbuhan, buah-buahan dan hasil pertanian lainya wajib
dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi persyaratan. Adapun syarat utama
dari zakat pertanian adalah mencapai nishab yaitu 5 ausaq, 1 ausaq sama dengan
60 gantang, yang jumlanya kira-kira 910 gram. Mayoritas ulama’ bersepakat
bahwa kadar zakat yang wajib dikeluarkan terhadap zakat hasil pertanian adalah
1/10 atau 10% pada tanaman yang disiram dengan tanpa biaya, akan tetapi jika
tanaman disiram dengan mengunakan biaya maka kadar zakatnya 1/20 atau 5%.27
Menurut imam Abu Hanifah segala sesuatu yang tumbuh di bumi wajib
dikeluarkan zakatnya, tidak ada perbedaan antara jenis tanaman satu dengan
tanaman yang lainya. Akan tetapi beliau mengecualikan terhadap tanaman
sepertin kayu bakar, rumput yang memang tidak berbuah . Sedangkan menurut
___________________________________________________________________________
25
ibid., hlm. 195
26
ibid., hlm. 205
27
Masturi ilham, Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2008, hlm. 265
Imam Syafi’i mewajibkan zakat atas seluruh hasil bumi dengan syarat tanaman
tersebut dari jenis makanan, dapat ditimbun dan disimpan dan sengaja ditanam
oleh manusia.28
d. Zakat profesi
Zakat profesi adalah segala jenis pekerjaan yang dijadikan sebagai mata
pencaharian baik bekerja untuk pemerintah maupun swasta. Kadar zakat yang
harus dikeluarkan adalah 2,5%, sedangkan nishabnya diqiyaskan dengan emas
yaitu 85 gram atau 200 dirham perak.29
e. Zakat perniagaan
Zakat perniagaan adalah harta yang dimiliki yang disiapkan untuk diperjual
belikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan harta yang dimiliki
harus merupakan hasil usaha sendiri.30 Ada syarat utama kewajiban zakat pada
perdagangan yaitu :
- Niat berdagang
Niat berdagang atau niat memperjual belikan komoditas tertentu.31
- Mencapai nishab
Nishab kadar zakat harta perdagangan adalah sama`dengan nishab zakat
emas yaitu 85 gram emas.32
- Telah berlaku satu tahun
Apabila perdagangan itu telah berlangsung satu tahun maka barang-barang
ituwajib diperhitungkan nilai harganya. Apabila pada akhir haul itu nilainya,
ditambah dengan uang yang ada (laba) mencapai nishab maka wajib
dikeluarkan zakatnya.33
f. Zakat rikaz
Zakat rikaz adalah harta terpendam pada zaman jahiliyah, yakni harta orang
kafir yang diambil pada zaman islam, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak.

____________________________________________________________

28
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, cet. Ke-4, 2010, hlm. 290.
29
M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat; Mengkomunikasikan Kesadaran dan Membangun
Jaringan, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 75.
30
Masturi ilham, Nurhadi, log.cit., hlm. 285.
31
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hlm. 34.
32
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, Beirut: Muassasah Risalah, 1991, hlm. 789.
33
Didin Hafhiduddin, op.cit., hlm. 34.
Adapun zakat yang wajib dikeluarkan sebesar 20% sedangkan sisanya
diberikan bagi penemunya, dengan catatan daerah penemuanya adalah daerah
mubah yang tidak ada pemiliknya.34
g. Barang tambang
Ma’din berasal dari kata ya’danu ‘ad-nan artinya menetap pada suatu tempat.
Sebagian ulama berselisih pendapat mengenai ma’din atau barang tambang yang
wajib dikeluarkan zakatnya. Madzhab Ahmad berpendapat bahwa segala hasil
bumi yang berharga dan tercipta didalamnya seperti : emas, perak, besi, tembaga,
timah, aspal dan lainya. Sedangkan menurut Abu hanifah zakatnya itu wajib pada
semua barang yang lebur dan dapat dicetak seperti : emas, perak, besi, tembaga
dan lainya.35
Adapun nishab zakat barang tambang adalah sama dengan nishab emas dan
perak yaitu 20 mistqal atau setara 85 gram emas. Sedangkan besarnya zakat
yang wajib di keluarkan adalah 1/40 pada hasil tambang tersebut.36
6. Orang- orang yang berhak menerima zakat
Ada 8 golongan yang termasuk orang-orang yang berhak menerima zakat.37 Allah
telah memberikan jaminan untuk menjelaskan data orang-orang yang berhak
menerima zakat. Hal ini sesuai firman Allah pada surat At-taubah ayat 60 :

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus- pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Q.S At-Taubah : 60)

______________________________________________________________________________

34
ibid., hlm. 49.
35
Sayid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. oleh Mahyuddin Syaf, Jilid 3, Bandung: Al- Ma’rif, cet. Ke 6, 1988, hlm. 74.
36
ibid., hlm. 74.
37
M. Abdul Ghofar, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, cet. Ke-4, 2010, hlm. 309.
Diantara orang yang berhak menerima zakat itu adalah:

1) Orang Fakir
Orang fakir yaitu orang yang amat sengsara hidupnya, mereka tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan hidupannya sendiri
serta keluarganya seperti makan, minum, sandang dan perumahan.38
2) Orang miskin
Orang miskin yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan. Walaupun dalam kondisi kekurangan mereka tidak
mengemis dan tidak pula meminta belas kasihan orang lain.39
3) Amil Zakat
Amil zakat adalah orang-orang yang ditunjuk oleh negara untuk mengurusi
masalah zakat, termasuk para pengumpul, para penyimpan, para penjaga
keamanan, para penulis, serta para penghitung yang bertugas untuk menghitung
berapa kadar zakat yang harus dibayarkan dan kepada siapa saja akan
dibagikan.40
4) Muallaf
Muallaf adalah orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang
baru masuk Islam yang imannya masih lemah namun mempunyai pendirian kuat
ditengah keluarganya yang masih kafir.41
5) Riqab
Memerdekakan budak yaitu mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang
ditawan oleh orang-orang kafir.42
6) Gharim ( Orang yang berhutang)
Gharim adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan
maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk
memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun
ia mampu membayarnya.43

___________________________________________________________________________

38
ibid., hlm. 309.
39
ibid., hlm. 309.
40
Masturi ilham, Nurhadi, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2008, hlm. 298-299.
41
M. Abdul Ghofar, op.cit., hlm. 310.
42
Masturi ilham, Nurhadi, Fikih op.cit., hlm. 301.
43
Syaifuddin Zuhri, Zakat di Era Reformasi, Semarang: FITK UIN Walisongo, 2012, hlm. 111.
7) Fii sabilillah
Fii Sabilillah Yaitu seorang yang berjuang untuk keperluan pertahanan Islam
dan kaum muslimin. di antara ulama’ ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu
mencakup juga kepentingan-kepentingan umum yang tujuan untuk berbuat
kebajikan seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.44
8) Ibnu sabil
Ibnu sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan keluar dari daerahnya
yang bukan tujuan maksiat mengalami kesengsaraan dan kehabisan bekal dalam
perjalanannya.45
7. Orang-orang yang tidak berhak menerima zakat
Ada beberapa orang yang tidak berhak untuk menerima zakat antara lain :
1) Orang yang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan penghasilan.
Rasulullah bersabda : “Tidak halal bagi orang yang kaya dan orang yang
mempunyai kekuatan tenaga mengambil sedekah (zakat)“. (H.R. Lima orang Ahli
Hadist , selain Nasai dan Ibnu Majah). 46
2) Hamba sahaya yang mendapatkan nafkah dari tuanya.
3)
Keturunan atau keluarga Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah SAW : “ pada suatu
hari hasan (cucu Rasulullah) telah mengambil sebuah kurma dari zakat, lantas
dimasukkan mulutnya, Rasulullah SAW berkata kepada cucu beliau itu : Ikh
buanglah kurma itu, sesungguhnya tidak halal bagi kita menganbil sedekah
(zakat) .” ( H.R Muslim). 47
4) Orang yang dalam tanggungan zakat, maksudnya tidak boleh memberikan zakat
terhadap orang yang masih menjadi tanggungan orang yang berzakat.
5) Orang yang tidak beragama islam.48

___________________________________________________________________________

44
M. Abdul Ghofar, log.cit., hlm. 311.
45
Masturi ilham, Nurhadi, log.cit., hlm. 302.
46
https://konsultasisyariah.com/19738-7-orang-yang-tidak-boleh-menerima-zakat-bagian-01.html di unduh pada
tanggal 20 September 2019 Pukul 22.00 WITA
47
http://ssarifin.blogspot.co.id/2013/12/yang-tidak-berhak-menerima-zakat.html Di Unduh pada tanggal 20
September 2019 pukul 22.15 WITA
48
http://asysyariah.com/golongan-yang-tidak-berhak-menerima-zakat/ D i Unduh pada tanggal 20 September
2019 pukul 22.30 WITA
8. Hikmah Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung beberapa hikmah
yang sangat besar dan mulia, baik hikamh itu berkaitan dengan orang yang berzakat,
orang- orang yang menerima zakat, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi
masyarakat secara keseluruhan.49 Adapun hikmah yang terkandung dalam
melaksanakan zakat antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai bentuk keimanan kepada Allah SWT mensyukuri nikmatnya,
menumbuhkan aklak mulia dengan rasa kemanusian yang tinggi, menghilangkan
sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus
membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7 :

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya


jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
2. Zakat merupakan hak bagi mustahik, maka zakat berfungsi sebagai penolong,
membantu, dan membina mereka, terutama bagi fakir dan miskin akan membawa
ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada` Allah SWT sehingga
terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan
hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika mereka melihat orang
kaya yang memiliki harta yang cukup banyak.
3. Sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya
dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah,
yang karena kesibukanya tersebut, ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk
berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.
4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang
harus dimiliki umat islam, seperti, sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan
ekonomi, dan sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia.

__________________________________________________________________________

49
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hlm. 9-10.
5. Untuk memasyarkatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah
membersihkan harta yang kotor saja, akan tetapi zakat adalah mengeluarkan bagian
dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.
6. Zakat sebagai pembangunan kesejahteraan umat, karena zakat merupakan salah
satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat dikelola dengan baik,
dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi dan sekaligus pemerataan
pendapatan.
7. Dengan zakat, ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan
berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang dapat memenuhi kebutuhan diri
dan keluarganya. Zakat yang dikelola dengan baik, akan mampu membuka
lapangan kerja dan usaha yang luas, sekaligus sebagai penguasaan aset-aset oleh
umat Islam.50
8. Zakat dapat mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta-mencintai anatar si
miskin dan si kaya, rapatnya hubungan tersebut akan membuahkan beberapa
kebaikan dan kemajuan serta berfaedah bagi kedua golongan dan masyarakat
umum.

___________________________________________________________________________

50
Didin Hafhiduddin, op.cit., hlm. 14-15.
INFAQ

1. Pengertian Infaq
Asal kata infaq adalah َ( ‫ أنفق‬anfaqa) yang bermakna mengeluarkan atau
membelanjakan harta. Infak itu mengeluarkan harta atau membelanjakannya. Apakah
untuk kebaikan, donasi, atau sesuatu yang bersifat untuk diri sendiri, atau bahkan
keinginan dan kebutuhan yang bersifat konsumtif, semua masuk dalam istilah infaq.51

2. Dasar Hukum Infaq


Adapun dasar hukum infaq telah banyak dijelaskan baik dalam Al-Qur’an atau
hadits. Salah satunya dalam Q.S Al-Isra 17:100 yang berbunyi :

Artinya: Katakanlah (Muhammad): "Kalau seandainya kamu menguasai


perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena
takut membelanjakannya". Dan adalah manusia itu memang sangat kikir.

Kemudian dalam QS Adz-Dzariyat 51:19 disebutkan yang berbunyi:

Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Selain itu dalam QS Al-Baqarah 2:245 juga disebutkan, yang berbunyi:

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

___________________________________________________________________________

51
Wawan Shofwan S, Risalah Zakat, Infaq dan Sedekah Cet I (Bandung: Tafakur, 2011), 18-19.
Kemudian dalam ayat lain juga di sebutkan tentang dasar hukum infaq yang
artinya sebagai berikut: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS Ali Imran 134)
Berdasarkan firman Allah di atas bahwa Infaq tidak mengenal nishab
seperti zakat. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang
berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia disaat lapang maupun sempit.
Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8 asnaf) maka infaq boleh
diberikan kepada siapapun juga, misalkan untuk kedua orang tua, anak yatim,
anak asuh dan sebagainya. Dalam Al Quran dijelaskan sebagai berikut :

Artinya: “ mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah
Maha mengetahuinya.”(QS. Al Baqarah 215)
Berdasarkan hukumnya infaq dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu Infaq
wajib dan sunnah. Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain.
Sedang Infaq sunnah diantaranya, seperti infaq kepada fakir miskin, sesama muslim,
infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain-lain.

3. Macam-Macam Infaq
Infaq secara hukum terbagi menjadi empat macam antara lain sebagai berikut:
a. Infaq Mubah
Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang, bercocok tanam.
b. Infaq Wajib
Aplikasi dari Infaq Wajib yaitu mengeluarkan harta untuk perkara wajib
seperti :
 Membayar mahar (maskawin)
 Menafkahi istri
 Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah
c. Infaq Haram
Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah yaitu:
a. Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam. Dalam Al-Quran
surah Al-Anfal ayat 36 berbunyi yang artinya: “Sesungguhnya orang-
orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang)
dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi
sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam
Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.”
b. Infaq-nya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah. Dalam
Al-Quran surah Al-Nisaa ayat 38 berbunyi yang artinya : “Dan (juga)
orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada orang lain
(ingin dilihat dan dipuji), dan orang – orang yang tidak beriman kepada
Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa menjadikan setan sebagai
temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu) adalah teman yang sangat
jahat.”
d. Infaq Sunnah
Yaitu mengeluarkan harta dengan niat sadaqah. Infaq tipe ini yaitu ada 2 (dua)
macam Sebagai berikut:
 Infaq untuk jihad.
 Infaq kepada yang membutuhkan.

4. Rukun dan Syarat Infaq


Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa dalam satu perbuatan hukum terdapat
unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut bisa dikatakan sah. Begitu
pula dengan infaq unsur-unsur tersebut harus dipenuhi. Unsur-unsur tersebut yaitu
disebut rukun, yang mana infaq dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-
rukunnya, dan masing-masing rukun tersebut memerlukan syarat yang harus terpenuhi
juga. Dalam infaq yaitu memiliki 4 (empat) rukun: 52

___________________________________________________________________________

52
Abd Al-Rahman Al-Jazairi, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-‘Arba’ah, (Bairut: Dar Al-Kutub AlIlmiyah, 2003),
Juz. II, 140.
a) Penginfaq
Maksudnya yaitu orang yang berinfaq, penginfaq tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
 Penginfaq memiliki apa yang diinfaqkan.
 Penginfaq bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan.
 Penginfaq itu oarang dewasa, bukan anak yang kurang kemampuannya.
 Penginfaq itu tidak dipaksa, sebab infaq itu akad yang mensyaratkan keridhaan
dalam keabsahannya.
b) Orang yang diberi infaq
Maksudnya oarang yang diberi infaq oleh penginfaq, harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
 Benar-benar ada waktu diberi infaq. Bila benar-benar tidak ada, atau
diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin maka infaq tidak ada.
 Dewasa atau baligh maksudnya apabila orang yang diberi infaq itu ada di waktu
pemberian infaq, akan tetapi ia masih kecil atau gila, maka infaq itu diambil
oleh walinya, pemeliharaannya, atau orang yang mendidiknya, sekalipun dia
orang asing.
c) Sesuatu yang diinfaqkan
Maksudnya orang yang diberi infaq oleh penginfaq, harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
 Benar-benar ada.
 Harta yang bernilai.
 Dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa yang diinfaqkan adalah apa yang
biasanya dimiliki, diterima peredarannya, dan pemilikannya dapat berpindah
tangan. Maka tidak sah menginfaqkan air di sungai, ikan di laut, burung di
udara. Tidak berhubungan dengan tempat milik penginfaq, seperti
menginfaqkan tanaman, pohon atau bangunan tanpa tanahnya. Akan tetapi yang
diinfaqkan itu wajib dipisahkan dan diserahkan kepada yang diberi infaq
sehingga menjadi milik baginya.
d) Ijab dan Qabul
Infaq itu sah melalui ijab dan qabul, bagaimana pun bentuk ijab qabul yang
ditunjukkan oleh pemberian harta tanpa imbalan. Misalnya penginfaq berkata: Aku
infaqkan kepadamu; aku berikan kepadamu; atau yang serupa itu; sedang yang
lain berkata: Ya aku terima. Imam Malik dan Asy-Syafi’i berpendapat dipegangnya
qabul di dalam infaq. Orang-orang Hanafi berpendapat bahwa ijab saja sudah
cukup, dan itulah yang paling shahih. Sedangkan orang-orang Hambali
berpendapat: Infaq itu sah dengan pemberian yang menunjukkan kepadanya;
karena Nabi SAW. Diberi dan memberikan hadiah. Begitu pula dilakukan para
sahabat. Serta tidak dinukil dari mereka bahwa mereka mensyaratkan ijab qabul,
dan yang serupa itu.53

___________________________________________________________________________

53
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, (Bandung: PT Alma’arif, 1987),178
SHADAQAH

1. Pengertian Shadaqah
Sedekah berasal dari kata bahasa Arab yaitu ‫ صدقة‬yang berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah secara bahasa berasal dari
huruf ‫ص‬, ‫د‬, ‫ ق‬serta dari unsur al-Sidq yang berarti benar atau jujur, artinya
sedekah adalah membenarkan sesuatu. Sedekah menunjukkan kebenaran
penghambaan seseorang kepada Allah SWT. 54

2. Dasar Hukum Shadaqah


Dalam salah satu hadist nabi berbunyi yang artinya: Setiap muslim hendaklah
bersedekah. (HR. muttafaq ‘alaih). Setiap orang muslim dianjurkan untuk melaksanakan
sedekah bahkan nabi memerintahkan pelaksanaan sedekah tersebut setiap hari kepada
seluruh umat islam tanpa terkecuali laki-laki tau perempuan. Rasulullah bersabda yang
artinya: Setiap jiwa hendaklah bersedekah (HR. Ahmad) dan hadis lainnya yang artinya:
Setiap anggota badan manusia hendaklah bersedekah setiap hari mulai dari terbitnya
matahari. (HR. Muslim)
Dalam hadis-hadis ini sangat jelas bahwa Nabi mengeluarkan perintah terhadap setiap
muslim agar setiap hari bersedekah, itu sebagai penegasan atas pentingnya sedekah
dalam tasyri’ (perundang-undangan) dan menjelaskan kedudukan sedekah, serta
menetapkan hukumnya terhadap setiap umat.55
Sedekah merupakan hal yang menunjukkan kebenaran penghambaan kepada Allah
dan juga merupakan sebuah bukti atas kepercayaan pelakunya atas kebenaran imannya.
Akan tetapi di era sekarang ini hal itu menjadi suatu kebanggaan (pamer) sehingga
menjadi syirik kecil.

___________________________________________________________________________

54
Taufiq Ridha, Perbedaan Ziwaf (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, tt), 01
55
Achmad Sunarto, Indahnya Sedekah, Menara Suci, Surabaya, 2015, hlm. 23.
Para sahabat bertanya, “apakah syirik kecil itu ya, Rasulullah?” Rasulullah saw
menjawab, “beramal untuk diperlihatkan”. Dalam berbagai hadist banyak sekali
diperingatkan agar tidak membelanjakan harta karena riya, sebagaimana firman Allah
swt dalam surah Al-Baqarah ayat 264 :

Hai orang-orang yang beriman Janganlah kamu menghilngkan pahala sedekahmu


dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima seperti orang yang
menafkahkan hartanya karen riya kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah swt.
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang ditasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadi bersihlah ia tidak bertanah.
Mereka tidak menguasai satu pun dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah swt. tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Baqarah: 264).

Peran sedekah atau zakat dalam mengentaskan kemiskinan adalah peran yang
tidak bisa dipungkiri keberadaannya baik dalam kehidupan muslim maupun dalam
kehidupan lainnya. Khalayak umum hanya mengetahui bahwasanya tujuan zakat adalah
mengentaskan kemiskinan juga membantu para fakir miskin tanpa mengetahui
gambarannya secara gamblang, nafkah yang dikeluarkan para kerabat yang mampu untuk
membantu kerabat lainnya dan juga ada kas dibanyak negara islam yang
dikelluarkan untuk hak atas harta yang dimiliki setelah dikeluarkan zakatnya.
Selain itu, juga ada sedekah yang yang disunnahkan banyak lagi yang lainnya. Kesemua
itu selain adanya kewajiban zakat bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan juga
melepaskan cengkramannya. 56

___________________________________________________________________________

56
Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim, Jakarta Timur, 2005, hlm. 29
3. Macam-macam Shadaqah
Berikut merupakan beberapa jenis shadaqah yang bisa diamalkan sehari-hari:
1) Tasbih, Tahlil, dan Tahmid
Dari Aisyah r.a, bahwasanya Rasulullah SAW. Berkata, “Bahwasannya
diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian. Maka
barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar, menyingkirkan batu,
duri, atau tulang dari jalanan, amar ma’ruf nahi mungkar, maka akan dihitung
sejumlah tiga ratus enam puluh persendian. Dan ia sedang berjalan pada hari itu,
sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka.” (HR. Muslim)
2) Bekerja dan memberi nafkah sanak keluarga
Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin
Ma’dikarib Al-Zubaidi ra, dari Rasulullah saw. Berkata, “Tidaklah ada satu
pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang
dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya
terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah.”
(HR. Ibnu Majah)
3) Shadaqah Harta (Materi)
Sedekah tidaklah mengurangi harta. Sebagaimana Rasulullah SAW. Bersabda:
“sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim). Meskipun secara bentuk harta
tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah
dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak seperti dalam firman
Allah dalam Surah Saba: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
WAKAF

1. Pengertian Wakaf
Kata “Wakaf” atau “Waqf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata “Waqafa”
berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau tetap berdiri”. Kata
“Waqafa-Yuqifu-Waqfan” sama artinya dengan “Habasa Yahbisu-Tahbisan”. 57
Menurut istilah syara’, menurut Muhammad Jawad Mughniyah dalam Fiqih Lima
Mazhab mengatakan, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya dilakukan
dengan jalan menahan (pemilikan) asal (‫) تحبس األصل‬, lalu menjadikan manfaatnya berlaku
umum. Yang dimaksudkan dengan ‫ تحبس األصل‬ialah menahan barang yang diwakafkan itu
agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan,
dipinjamkan, dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan
menggunakannya sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan. 58
2. Dasar Hukum Wakaf
Dalil yang menjadi dasar disyari’atkannya ajaran wakaf bersumber dari pemahaman
teks ayat Al-Qur’an dan juga As-Sunnah. Tidak ada dalam ayat Al-Qur’an yang secara
tegas menjelaskan tentang ajaran wakaf. Yang ada adalah pemahaman konteks terhadap
ayat Al-Qur’an yang dikategorikan sebagai amal kebaikan. Demikian ditemukan petunjuk
umum tentang wakaf walaupun secara implisit. Misalnya Firman Allah :
a) Surat Ali Imran ayat 92

Artinya : “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.

___________________________________________________________________________

57
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa ‘Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr alMu’ashir, 2008, hlm, 151
58
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: UI Press, 1988, cet 1, hlm. 80
b) Surat Al-Baqarah ayat 261

Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia- Nya) lagi
Maha mengetahui”.
c) Surat Al-Hajj ayat 77

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”.

Menanggapi ayat di atas, Imam Ahmad al-Maragi dalam tafsirnya al-Maragi


menyatakan bahwa: wahai orang-orang yang mempercayai Allah dan Rasulnya, tunduklah
kepada Allah dengan bersujud, beribadah kepadanya dengan segala apa yang kalian
gunakan untuk menghambakan diri kepadanya, dan berbuatlah kebaikan yang
diperintahkan kepada kalian melakukannya, seperti mengadakan hubungan silaturrahmi
dan menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, supaya beruntung memperoleh pahala dan
keridhaan yang kalian cita-citakan.59
Selain dalam Al-Qur’an di dalam beberapa Hadits juga dijelaskan tentang shadaqah
secara umum yang dapat dipahami sebagai wakaf.

___________________________________________________________________________

59 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, juz 17, Semarang : Karya Toha Putra, tth, hlm. 262
Diantaranya Sabda Nadi SAW :

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila
manusia mati, putuslah amalnya kecuali tiga (perkara): Shadaqah jariyah atau ilmu yang
diambil manfaatnya atau anak saleh yang berdoa untuk orang tuanya. (HR. Muslim).

Dasar Hukum Wakaf Menurut Hukum Indonesia diatur dalam berbagai peraturan
dalam perundang-undangan, yaitu :

a. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.


b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Tata Cara Perwakafan Tanah
Milik.
c. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Perincian Terhadap PP No.
28 Tahun 1977 tentang Tata Cara Perwakafan Tanah Milik.
d. Instruksi Bersama Menteri Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 4 Tahun 1990, Nomor 24 Tahun 1990 tentang Sertifikasi Tanah
Wakaf.
e. Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-2782 Tentang Pelaksanaan Penyertifikatan
Tanah Wakaf.
f. Instruksi Presidan Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam. 60
g. Undang-Undang Nomor. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.
h. Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun
2004 Tentang Wakaf.

___________________________________________________________________________

60
Elsa Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: Grasindo, 2007, hlm. 57-58
3. Rukun dan Syarat Wakaf
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf
yaitu :
1) Wakif (orang yang mewakafkan harta);
2) Mauquf bih (barang atau benda yang diwakafkan);
3) Mauquf ‘Alaih (pihak yang diberi wakaf/peruntukan wakaf);
4) Shighat (pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan
sebagian harta bendanya).61
5) Pengelola (nadzir, qayim, mutawali) baik berupa lembaga atau perorangan yang
bertangguang jawab untuk mengelola dan mengembangkan serta menyalurkan hasil-
hasil wakaf sesuai dengan peruntukannya.
6) Jangka waktu wakaf.

Selanjutnya syarat-syarat yang harus dipenuhi dari rukun wakaf yang telah disebutkan
adalah :

1) Waqif (orang yang mewakafkan)


Pada hakikatnya amalan wakaf adalah tindakan tabbaru’ (mendermakan harta
benda), karena itu syarat seorang wakif cakap melakukan tindakan tabarru’.62 Artinya,
sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam keadaan terpaksa/ dipaksa, dan telah
mencapai umur baligh.63 Dan wakif adalah benar-benar pemilik harta yang
diwakafkan.64 Oleh karena itu wakaf orang yang gila, anak-anak, dan orang yang
terpaksa/dipaksa, tidak sah.65 Dalam Pasal 7 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,
bahwa :
Waqif meliputi :
 Perseorangan;
 Organisasi;
 Badan Hukum.

___________________________________________________________________________

61
Nawawi, Ar-Raudhah, (Bairut : Dar al-Kutub al-Ilmiah), IV, dikutip oleh Direktorat Pemberdayaan Wakaf,
Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2006, hlm, 21.
62
Muhammad Rawas Qal’ah, Mausuah Fiqh ‘Umar ibn al-Khattab, Beirut : Dar alNafais, 1409H/1989M,
dikutip oleh Ahmad Rofiq, op, cit, hlm. 493
63
Abi Yahya Zakariyah al-Ansari, Fath al-Wahhab, juz 1, Beirut : Dar al-Fikr, dikutip oleh Ahmad Rofiq, ibid.
64
Mohammad Daud Ali, op, cit, hlm.85
65
Sayyid Bakri al-Dimyati, I’anah al-Talibin, juz 3, Beirut : Dar al-Fikr, dikutip oleh Ahmad Rofiq, ibid, hlm.
494.
2) Mauquf bih (harta benda wakaf)
Mauquf dipandang sah apabila merupakan harta bernilai, tahan lama
dipergunakan, dan hak milik wakif murni. Benda yang diwakafkan dipandang sah
apabila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :
a) Benda harus memiliki nilai guna.
Tidak sah hukumnya sesuatu yang bukan benda, misalnya hak-hak yang
bersangkut paut dengan benda, seperti hak irigasi, hak lewat, hak pakai dan lain
sebagainya. Tidak sah pula mewakafkan benda yang tidak berharga menurut syara’,
yaitu benda yang tidak boleh diambil manfaatnya, seperti benda memabukkan dan
benda-benda haram lainnya.
b) Benda tetap atau benda bergerak.
Secara umum yang dijadikan sandaran golongan syafi’iyah dalam
mewakafkan hartanya dilihat dari kekekalan fungsi atau manfaat dari harta tersebut,
baik berupa barang tak bergerak, benda bergerak maupun barang kongsi (milik
bersama).
c) Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi akad wakaf.
Penentuan benda tersebut bisa ditetapkan dengan jumlah seperti seratus juta
rupiah, atau juga bisa menyebutkan dengan nisab terhadap benda tertentu, misalnya
separuh tanah yang dimiliki dan lain sebagainnya. Wakaf yang tidak menyebutkan
secara jelas terhadap harta yang akan diwakafkan tidak sah hukumnya seperti
mewakafkan sebagian tanah yang dimiliki, sejumlah buku, dan sebagainya.
d) Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik tetap (al-milk at-tamm) si
wakif (orang yang mewakafkan) ketika terjadi akad wakaf. Dengan demikian jika
seseorang mewakafkan benda yang bukan atau belum miliknya, walaupun nantinya
akan menjadi miliknya maka hukumnya tidak sah, seperti mewakafkan tanah yang
masih dalam sengketa atau jaminan jual beli dan lain sebagainya.66
3) Mauquf ‘alaih ( penerima wakaf)
Yang dimaksud Mauquf ‘alaih adalah tujuan wakaf (peruntukan wakaf).67 Mauquf
‘alaih tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ibadah, hal ini sesuai dengan sifat
amalan wakaf sebagai salah satu bagian dari ibadah.68

___________________________________________________________________________

66
Elsa Kartika Sari, op. cit, hlm 60-61
67
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, op, cit, hlm. 46
68
Elsa Kartika Sari, op. cit, hlm 62
4) Sighat (lafadz) / ikrar wakaf
Sighat (lafadz) atau pernyataan wakaf dapat dikemukakan dengan tulisan, lisan
atau suatu isyarat yang dapat dipahami maksudnya. Pernyataan dengan tulisan atau
lisan dapat digunakan untuk menyatakan wakaf oleh siapa saja, sedangkan cara isyarat
hanya bagi orang yang tidak dapat menggunakan dengan cara tulisan atau lisan. Tentu
pernyataan dengan isyarat tersebut harus sampai benar-benar dimengerti pihak
penerima wakaf agar dapat menghindari persengketaan di kemudian hari. 69
Adapun lafadz sighat wakaf ada dua macam, yaitu :
 Lafadz yang jelas (sharih).
Lafal wakaf bisa dikatakan jelas apabila lafal itu populer sering digunakan
dalam transaksi wakaf. Ada tiga jenis lafal yang termasuk dalam kelompok ini
yaitu: al waqf (wakaf), al-habs (menahan) dan al- tasbil (berderma).70 Bila lafal ini
dipakai dalam ijab wakaf, maka sahlah wakaf itu, sebab lafal tersebut tidak
mengandung suatu pengertian lain kecuali kepada wakaf.
 Lafaz kiasan (kinayah)
Jika lafal “tashaddaqtu” ini dipakai, harus dibarengi dengan niat wakaf. Sebab
lafadz “tashaddaqtu” bisa berarti shadaqah wajib seperti zakat dan shadaqah
sunnah. Lafadz “harramtu” bisa berarti dzihar, tapi bisa juga berarti wakaf.
Kemudian lafadz “abbadtu” juga bisa berarti semua pengeluaran harta benda untuk
selamanya. Sehingga semua lafadz kiyasan yang dipakai untuk mewakafkan
sesuatu harus disertai dengan niat wakaf secara tegas.71
5) Nadzir (pengelola wakaf)
Nadzir wakaf adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara dan
menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan. Mengurus atau
mengawasi harta wakaf pada dasarnya menjadi hak wakif, tetapi boleh juga wakif
menyerahkan hak pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun
organisasi.72

___________________________________________________________________________

69
Elsa Kartika Sari, loc. cit.
70
Ibnu Qudama, Al Mughni, juz 6, dikutip oleh Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, op. cit, hlm. 89
71
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, op, cit, hlm. 56
72
Elsa Kartika Sari, op, cit, hlm. 63.
Beberapa syarat yang harus dipenuhinya untuk menjadi Nadzir yaitu terdapat pada
pasal 219 KHI:
 Nadzir sebagaimana dimaksud dalam pasal 215 ayat (4) terdiri dari perorangan
yang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
o Warga Negara Indonesia,
o Beragama Islam,
o Sudah dewasa,
o Sehat jasmani dan rohani,
o Tidak berada di bawah pengampuan,
o Berempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkannya.
6) Jangka Waktu.
Para fuqoha berbeda pendapat tentang syarat permanen dalam wakaf. Diantara
mereka ada yang mencantumkannya sebagai syarat tetapi ada juga yang tidak
mencantumkannya. Karena itu, ada di antara fuqoha yang membolehkan Muaqqat
(wakaf untuk jangka waktu tertentu).
Pendapat pertama yang menyatakan wakaf haruslah bersifat permanen, merupakan
pendapat yang didukung oleh mayoritas ulama. Mayoritas ulama dari kalangan
Syafi’iyah, Hanafiyah, Hanabilah (kecuali Abu Yusuf pada satu riwayat), Zaidiyah,
Ja’fariyah dan Zahriyah berpendapat bahwa wakaf harus diberikan untuk selamanya
(permanen) dan harus disertakan statemen yang jelas untuk itu.
Pendapat kedua yang menyatakan bahwa wakaf boleh bersifat sementara didukung
oleh fuqaha dari kalangan Hanabilah, sebagian dari kalangan Ja’fariyah dan Ibn Suraij
dari kalangan Syafi’iyah. Menurut mereka, wakaf sementara itu adalah sah baik dalam
jangka panjang maupun pendek.
Di Indonesia, syarat permanen sempat dicantumkan dalam KHI pada pasal 215
dinyatakan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau
badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakan
untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran Islam. Jada menurut pasal tersebut wakaf sementara tidak sah.
Namun syarat itu kemudian berubah setelah keluarnya UU No. 41 Tahun 2004.
Pada Pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004 tersebut dinyatakan bahwa wakaf adalah
perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syari’ah. Jadi, menurut ketentuan ini, wakaf sementara juga diperbolehkan asalkan
sesuai dengan kepentingannya. 73
4. Macam-macam Wakaf
Ada beberapa macam wakaf yang dikenal dalam Islam yang dibedakan berdasarkan
atas beberapa kriteria :
1) Macam-macam wakaf berdasarkan tujuannya ada tiga :
 Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi), yaitu apabila tujuan wakafnya
untuk kepentingan umum.
 Wakaf keluarga (dzurri), yaitu apabila tujuan wakaf untuk memberikan manfaat
kepada wakif, keluarganya, keturunannya, dan orang-orang tertentu, tanpa melihat
apakah kaya atau miskin, sakit atau sehat, dan tua atau muda.
 Wakaf gabungan (musytarak), yaitu apabila tujuan wakafnya untuk umum dan
keluarga secara bersamaan.
2) Sedangkan berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua macam:
 Wakaf abadi
Apabila wakafnya berbentuk barang yang bersifat abadi, seperti tanah dan
bangunan dengan tanahnya, atau barang bergerak yang ditentukan oleh wakif
sebagai wakaf abadi dan produktif, di mana sebagian hasilnya untuk disalurkan
sesuai tujuan wakaf, sedangkan sisanya untuk biaya perawatan wakaf dan
menggantikan kerusakannya.
 Wakaf sementara
Apabila barang yang diwakafkan berupa barang yang mudah rusak ketika
dipergunakan tanpa memberikan syarat untuk mengganti bagian yang rusak. Wakaf
sementara juga bisa dikarenakan oleh keinginan wakif yang memberikan batasan
waktu ketika mewakafkan barangnya.
3) Berdasarkan penggunaannya, wakaf juga dibagi menjadi dua macam :
 Wakaf langsung
Wakaf yang produk barangnya digunakan untuk mencapai tujuannya, seperti
masjid untuk sholat, sekolahan untuk kegiatan mengajar, rumah sakit untuk
mengobati orang sakit dan lain sebagainya.

___________________________________________________________________________

73
Abdul Ghofur Anshari, Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia, Yogyakarta: Pilar Media, 2006, cet 2,
hlm. 30.
 Wakaf produktif
Wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk kegiatan produksi dan
hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf. 74

Menurut Ahmad Azhar Basyir, wakaf terbagi menjadi wakaf ahli (keluarga atau
khusus) dan wakaf umum (khairi).

1) Wakaf keluarga (ahli)


Merupakan wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu seseorang atau
lebih, baik keluarga wakif atau bukan. Misalnya, wakaf buku-buku untuk anak-
anaknya yang mampu mempergunakan, kemudia diteruskan kepada cucu-cucunya.
Wakaf semacam ini dipandang sah dan yang berhak menikmati harta wakaf adalah
mereka yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf.
2) Wakaf umum (khairi)
Merupakan wakaf yang semula ditujukan untuk kepentingan umum, tidak
dikhususkan untuk orang tertentu. Wakaf umum ini sejalan dangan amalan wakaf
yang menyatakan bahwa pahalanya akan terus mengalir sampai wakif tersebut telah
meninggal. Apabila harta wakaf masih, tetap dapat diambil manfaatnya sehingga
wakaf ini dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas dan merupakan sarana untuk
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat baik dalam bidang sosial- ekonomi,
pendidikan, kebudayaan, serta keagamaan.75

___________________________________________________________________________

74 Muhyiddin Mas Rida, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta: Khalifa, 2005, hlm. 161-162
75 Elsa Kartika Sari, op. cit, hlm. 66

Anda mungkin juga menyukai

  • SYIRKAH
    SYIRKAH
    Dokumen1 halaman
    SYIRKAH
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Vi
    Tugas Vi
    Dokumen14 halaman
    Tugas Vi
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat
  • RMK Akmen
    RMK Akmen
    Dokumen6 halaman
    RMK Akmen
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat
  • KLU
    KLU
    Dokumen5 halaman
    KLU
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat
  • RMK Sia 2
    RMK Sia 2
    Dokumen3 halaman
    RMK Sia 2
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat
  • FITRATUNNISA
    FITRATUNNISA
    Dokumen4 halaman
    FITRATUNNISA
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat
  • Modul Basic-1
    Modul Basic-1
    Dokumen76 halaman
    Modul Basic-1
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat
  • Nita
    Nita
    Dokumen11 halaman
    Nita
    Fia Nisa
    Belum ada peringkat