Disusun Oleh:
Kelompok 8 Kelas D 2013
Nama Anggota NIM
Achmad Rizki Azhari 25010113140258
Syarifah Hidayatullah 25010113140309
Dewi Kurniasih 25010113130310
Inna Maullina 25010113130314
Ajeng Ayuning Mutia 25010113130315
Hana Nuriy R. 25010113140316
Yuni Atika Sari 25010113130318
Erna Sari 25010113140319
Lirih Setyorini 25010113140320
Fianti Andua 25010115183024
Tugas PBL dilakukan untuk memenuhi salah satu Tugas MK Isu Terkini Penyakit
Tidak Menular Semester V 3 sks
i
HALAMAN PENGESAHAN
(Laporan Project Based Learning Isu Terkini Penyakit Tidak Menular)
Menyetujui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Isu Terkini Penyakit Tidak Menular
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………......... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
DAFTAR ISTILAH……………………………………..………….…… vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner................................. 3
2.2 Gejala Penyakit Jantung Koroner........................................ 3
2.3 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner............................ 4
2.4 Patofisiologi Penyakit Jantug Koroner............................... 7
2.5 Pencegahan Penyakit Jantung Koroner.............................. 10
2.6 Kerangka Teori................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep............................................................... 14
3.2 Hipotesis…………………………………………………. 14
3.3 Jenis dan Desain Studi....................................................... 15
3.4 Populasi dan Sampel…………………….......................... 15
3.5 Variabel.............................................................................. 16
3.6 Sumber Data...................................................................... 18
3.7 Instrumen............................................................................ 18
3.8 Pengelolaan Data............................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi...................................................... 20
4.2. Gambaran Responden............................................................ 21
iii
4.3. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner ……………………………………………...……. 23
4.4. Hubungan antara Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner……………………………………………...……. 24
4.5. Hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner ……………………………………...……. 25
4.6. Hubungan antara Kolesterol Tinggi dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner……………………………………...……. 26
4.7. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner……………………………………...……. 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan………............................................................... 29
5.2. Saran………….……………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 30
LAMPIRAN............................................................................................. 33
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR ISTILAH
Arteri koroner : pembuluh-pembuluh yang memasok darah beroksigen ke
otot jantung.
Tekanan darah sistol : tekanan maksimum yang timbul sewaktu darah
masuk/disemprotkan ke pembuluh arteri saat jantung
memompakan darah.
Tekanan darah distol : tekanan minimum dalam pembuluh arteri saat darah
mengalir ke luar menuju ke pembuluh darah
tepi/hilir/perifer saat periode pengisian jantung.
Atherosklerotik : pengerasan dan penyempitan pembuluh darah besar
(misalkan pembuluh darah jantung dan otak).
HDL : protein dalam plasma darah yang memperbaiki kerusakan
dan mengurangi kolesterol dari tubuh.
LDL : jenis lipoprotein yang terlibat dalam pengangkutan
kolesterol dari hati ke seluruh tubuh
Estrogen : salah satu dari kelompok hormon steroid yang diproduksi
oleh ovarium, plasenta, kelenjar adrenal dan, dalam
jumlah kecil, oleh testis laki-laki.
Katekolamin : zat dengan struktur kimia tertentu (cincin benzena dengan
dua gugus hidroksil yang berdekatan dan rantai samping
etilamin) yang berfungsi sebagai hormon atau
neurotransmitter.
Miokardium : membran yang menyelimuti bagian dalam jantung.
Endotel : sel epitel yang melapisi bagian dalam pembuluh darah dan
ruang jantung, berfungsi sebagai pelapis fisik antara darah
dan bagian dinding pembuluh lainnya.
Debris sel : jaringan atau sel yg mati atau rusak.
Aterosklerosis : akumulasi kolesterol di dalam dinding pembuluh darah
arteri, yang jika cukup parah dapat menghambat aliran
darah ke berbagai organ.
Doppler : sebuah metode USG untuk memeriksa pembuluh darah
tanpa menggunakan sinar-X.
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner………………………………………………………… 33
Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS…...………………………………………… 37
Lampiran 3. Surat Izin Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang….…….…… 45
Lampiran 4. Surat Izin Kelurahan Srondol Kulon…...…………...…………… 46
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada sekitar 40 % dari kematian laki-laki usia menengah. Data SKRT tahun
2002 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh
darah (usia di atas 15 tahun) sebesar 6,0% dan 8,4% pada tahun 2005. Data
Depkes 2005 menyatakan bahwa penyakit jantung koroner menempati urutan
ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak di seluruh rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2007, angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di
daerah perkotaan akibat penyakit jantung iskemik 8,7% (Heru, 2010).
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dengan kejadian
penyakit jantung koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik, Kota
Semarang, Jawa Tengah
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis faktor Hipertensi terhadap kejadian jantung
koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
2. Untuk menganalisis faktor kebiasaan merokok terhadap kejadian
jantung koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
3. Untuk menganalisis faktor Diabetes Mellitus terhadap kejadian
jantung koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
4. Untuk menganalisis faktor kolesterol tinggi terhadap kejadian jantung
koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
5. Untuk menganalisis faktor aktivitas fisik terhadap kejadian jantung
koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sesak napas
Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, maka seseorang akan mengalami sesak napas atau
kelelahan ekstrem tanpa tenaga
Serangan jantung
Jika arteri koroner benar-benar diblokir, seseorang akan mengalami
serangan jantung.
4
- Merokok
Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih
besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun pada
rokok antara lain tar, nikotin dan karbon monoksida. Rokok akan
menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi, penuruan kadar kolesterol HDL,
peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh
darah koroner. Merokok meningkatkan risiko terkena PJK sebanyak
2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok
menurunkan kadar level estrogen. Risiko juga sesuai dengan jumlah
rokok yang dihisap, dan penggunaan rokok dengan nikotin rendah
dan berfilter tidak menurunkan risiko. Sesorang yang terkena
paparan kronik terhadap rokok meningkatkan terkena PJK (Lewis,
et.al., 2007)
Nikotin dalam tembakau menyebabkan katekolamin seperti
epineprin, norepineprin dikeluarkan. Hal ini menyebabkan
peningkatan dari denyut jantung, periperal kontriksi dan
peningkatan tekanan darah dan meningkatkan peningkatan kerja
jantung, akibatnya terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada
miokardium. Nikotin meningkatkan adhesi platelet yang akan
meningkatkan risiko pembentukan emboli (Lewis, et.al., 2007)
Karbonmonoksida sebagai produk dari pembakaran pada saat
merokok, berpengaruh pada pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
Selain itu juga karbonmonoksida merupakan zat kimia yang bersifat
iritasi yang menyebabkan injuri pada bagian endotel pembuluh
darah (Lewis, et al.2007)
- Diabetes Mellitus
Kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula darah akibat
kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif.
Berdasarkan hasil penelitian Framingham dalam Dirhem P2PL
(2011) , satu dari dua orang penderita DM akan mengalami
5
kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan
jantung. Pada diabetes mellitus akan timbul proses penebalan
membran basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga terjadi penyempitan alirah darah ke jantung. Penyakit ini
dapat dikendalikan dengan menjaga kadar gula darah agar tetap
normal. Insiden terkena PJK meningkat 2-4 kali lebih besar pada
orang yang terkena diabetes. Orang dengan diabetes cenderung
lebih cepat mengalami degenerasi jaringan dan disfungsi dari
endotel (Lewis, et al.2011)
- Dislipidemia
Kadar kolesterol HDL yang rendah memiliki peran yang
penting dalam terjadinya PJK dan terdapat hubungan terbalik antara
antara kadar HDL dan LDL . oeningkatan kadar lemak berhubungan
dengan proses aterosklerosis. Berikut ini faktor dari faktor lipid
darah: total kolesterol plasma >200 mg/dl, nilai LDL >130 mg/dl,
trigliserida >150 mg/dl, HDL <40 mg/dl pada laki-laki (Copstead &
Banasik, 2005)
- Obesitas
Obesitas merupakan keadaan dimana indeks massa tubuh
(IMT) berkisar antara 25-29,9 kg/m2 . Obesitas akan menambah
beban kerja jantung dan terutama adanya penumpukan lemak di
bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko PJK (Soegih, R, &
Wiramihardja, K, 2009)
- Kurang aktifitas fisik
Seseorang yang kurang aktifitas menyebabkan aliran darah di
pembuluh darah kolateral dan arteri koronaria berkurang sehingga
aliran darah ke jantung berkurang. Aktivitas fisik akan memperbaiki
sistem kerja jantung dan pembuluh darah. Dianjurkan melakukan
latihan fisik (olah raga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-4
dalam seminggu sehingga tercapai hasil yang maksimal.
Program aktifitas fisik harus dirancang untuk meningkatkan
kekuatan fisik dengan menggunakan formula FITT yaitu frequency
6
(berapa sering), Intensity (berapa lama), Type (Isotonic) dan Time
(berapa lama). Americal College of Vardiologi (ACC)
merekomendasikan seluruh warga Amerika untuk melakukan
aktivitas fisik 30 menit setiap hari (Lewis, et al., 2007)
7
pembuluh darah dan menyumbat alirah darah karena timbunan ini menonjol
ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan
mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi
semakin sempit dan aliran darah terhambat (Smeltzer & Bare, 2002)
Kebutuhan oksigen yang melebihin kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia
miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan , dan menekankan fungsi
miokardium. Apabila iskemia ini berlangsung lebih dari 30-45 menit akan
menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya irreversible serta nekrosis atau
kematian otot jantung. Bagian yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang yang mengalami infark
mula-mula akan tampak memar dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah
regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel, respons
peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan
oleh sel-sel yang mengalami kematian.
Menjelang hari kedua atau ketiga, mulai terjadi proses degradasi
jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik . selama fase ini, dinding
nekrotik relatif tipis. Pada waktu sekitar minggu ketiga, akan mulai terbentuk
jaringan parut, lambat laun jaringan ikat fibrosa mengganti otot yang nekrosis
dan mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam, jaringan
parut sudah terbentuk dengan jelas sehingga akan menurunkan fungsi
venntrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan
otot yang iskemi disekitarnya juga mengalami gangguan daya kontraksi.
Suatu plak aterosklerosis lanjut, menunjukkan beberapa ciri yang khas
(Aaronson & Ward, 2010) :
1. Dinding arteri menebal secara fokal oleh poliferasi sel otot polos intisama
dan deposisi jaringan ikat fibrosa sehingga membentuk suatu selubung
fibrosa yang keras. Selubung ini menonjol ke dalam lumen vaskuler yang
mengakibatkan aliran darah berkurang dan seringkali menyebabkan
iskemia pada jaringan yang disuplai oleh arteri yang mengalami
penebalan.
8
2. Suatu kumpulan lunak dari lipid ekstraseluler dan debris sel berakumulasi
di bawah selubung fibrosa. Akumulasi lemak melemahkan dinding arteri
yang mengakibatkan selubung fibrosa robek sehingga darah masuk ke
dalam lesi dan terbentuk trombus. Trombus dapat terbawa melalui aliran
darah sehingga menyebabkan emolisasi (penyumbatan) pembuluh darah
yang lebih kecil. Sumbatan ini dapat menyebakan infark miokard jika
terjadi dalam koroner.
3. Endotel di atas lesi dapat menghilang sebagian atau seluruhnya. Hal ini
dapat menyebabkan pembentuk trombus yang terus berlanjut sehingga
menyebabkan oklusi aliran intermiten seperti pada angina tidak stabil.
4. Lapisan sel otot polos media di bawah lesi mengalami degenerasi. Hal ini
melemahkan dinding vaskuler yang dpaat mengembang dan akhirnya
mengakibatkan ruptur dan aneurisma.
Arteri yang mengalami aterosklerotik dapat mengalami spasme sehingga
dapat menghambat aliran darah dan memacu pembentukan trombus.
9
2.5 Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Pencegahan penyakit jantung koroner (PJK) adalah sebagai berikut
(Imam Soeharo, 2000):
2.5.1 Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih
sehat.Tidak hanya untuk mengantisipasi penyakikit aterosklerosis saja
tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini bertujuan
agar kondisi kesehatan tetep terjaga. Promosi kesehatan yang
dilakukan adalah memberi penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan
khususnya penyakit jantung koroner, olahraga secara teratur,
menyeimbangkan asupan gizi dalam tubuh, melakukan pemeriksaan
secara berkala, dan pegetahuan secara genetis tentang riwayat
penyakit.
10
memdiagnosis penderita. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk
mendiagnosis aterosklerosis yaitu :
11
Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif,
dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan
untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
12
2.6 Kerangka Teori
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis
H0 :
1. Tidak ada hubungan antara faktor hipertensi dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
2. Tidak ada hubungan antara faktor merokok dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
3. Tidak ada hubungan antara faktor diabetes mellitus dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
4. Tidak ada hubungan antara faktor kolesterol tinggi dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
5. Tidak ada hubungan antara faktor aktivitas fisik dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
Ha :
1. Ada hubungan antara faktor hipertensi dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
2. Ada hubungan antara faktor merokok dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
3. Ada hubungan antara faktor diabetes mellitus dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
14
4. Ada hubungan antara faktor kolesterol tinggi dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
5. Ada hubungan antara faktor aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
3.3 Jenis dan Desain Studi
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu untuk
mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung yang
analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel sehingga
perlu disusun hipotesisnya. Desain penelitian dengan pendekatan cross
sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara variabel
bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (faktor efek), dimana melakukan
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu yang sama (Diana
Zahrawardani dkk, 2013).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik
sampling tertentu untuk bisa mewakili atau memenuhi populasi
(Nursalam, 2003). Terdapat dua kriteria dalam pengambilan sampel, yaitu
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek
penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat
15
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002). Kriteria eksklusi merupakan kriteria
dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
a. Kriteria Inklusi:
Masyarakat yang berdomisili di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Srondol terutama pada Kelurahan Srondol Kulon
b. Kriteria Ekslusi:
Masyarakat yang tidak setuju untuk menjadi responden
3.5 Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas, sedangkan variabel bebas
adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain
(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999).
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain hipertensi, merokok,
diabetes mellitus, kolesterol tinngi dan aktivitas fisik
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit jantung
koroner.
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh
peneliti dalam mengukur suatu variabel yang akan digunakan. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini yaitu: (Diana Zahrawardani dkk,
2013)
Tabel 1. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Skala
1. Hipertensi Hipertensi adalah suatu Nominal
keadaan dimana tekanan a. Ya
darah sistolik ≥ 140 mmHg b. Tidak
atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg.
16
2. Merokok Kebiasaan merokok Nominal
responden selama semasa a. Ya
hidupnya, diketahui dengan b. Tidak
pernyataan “Ya” yaitu
perokok dan “Tidak” yaitu
bukan perokok
3. Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah Nominal
penyakit metabolik yang a. Ya
ditandai dengan hiperglikemia b. Tidak
(kadar glukosa darah puasa ≥
126 mg/dl) yang disebabkan
karena gangguan sekresi
insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya
5. Kolesterol Kolestrol adalah lemak yang Nominal
terdapat di dalam aliran darah a. Ya
atau sel tubuh. Seseorang b. Tidak
dikatakan memiliki kolesterol
yang normal jika memiliki
Total kolesterol : <200 mg/dL
setelah diperiksa darah.
4. Aktivitas fisik Melakukan latihan fisik (olah Nominal
raga) minimal 30 menit setiap a. Tidak Rutin
hari selama 3-4 kali dalam b. Rutin
seminggu sehingga tercapai
hasil yang maksimal.
Rutin (≥ 30 menit; 3-4 kali
seminggu); Tidak Rutin (< 30
menit; tidak 3-4 kali
seminggu)
4. Kejadian Penyakit PJK, meliputi CAD Nominal
Jantung Koroner (Coronary Arthery Disease), a. Ya
17
angina pectoris, infark b. Tidak
miokard, gangguan irama
jantung, gagal jantung. Tidak
PJK, meliputi penyakit
jantung bawaan seperti defek
septum atrial, defek septum
ventrikel, tetralogi fallot,
penyakit kongenital lain,
penyakit jantung rematik,
selain penyakit jantung
koroner.
3.7 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan observasi dan kuesioner. Observasi adalah metode
pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap obyek
penelitian. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka
mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan
tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis
tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan
mengamati dan mencatat (Mardalis, 2002).
Menurut Morse J.M. (1996), proses pengumpulan data dapat
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tahap orientasi
18
Peneliti memperkenalkan diri kemudian mendekatkan kepada
informan, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
kerahasiaan data yang diberikan dan menjelaskan hak sebagai
informan serta manfaat dari penelitian. Apabila informan bersedia
maka dilanjutkan dengan wawancara dan bila informan tidak
menyetujui dengan alasan tertentu selama proses wawancara belum
berakhir, informan dapat membatalkanya.
2. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan wawancara kuisioner dilaksanakan
sesuai dengan kesepakatan informan dan peneliti. Sebelum wawancara
kuisioner dilaksanakan, peneliti menjelaskan kembali tujuan dari
penelitian, waktu dan tempat kontrak.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi
20
Puskesmas Srondol terletak di kelurahan Srondol Kulon kecamatan
Banymanik tepatnya di jalan Setiabudi no. 209. Dengan wilayah kerja berjumlah
3 kelurahan, yaitu :
1. Srondol Kulon (jumlah RW :11 dan RT : 65)
2. Srondol Wetan (jumlah RW : 18 dan RT : 48)
3. Banyumanik (jumlah RW : 9 dan RT : 48)
21
Gambar 4. Gambaran Umur Responden
B. Jenis Kelamin
Dari semua responden yang didapat diketahui bahwa responden
berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden
berjenis kelamin laki-laki. Pada responden berjenis kelamin laki-laki
didapatkan dengan persentase sebesar 37%, sedangkan pada responden
berjenis kelamin perempuan sebesar 63%.
22
Gambar 6. Gambaran Pendidikan Terakhir Responden
4.3. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner
Hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian penyakit
jantung coroner dapat dilihat dalam tabel berikut:
23
0,002 (p< 0,05) membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner.
24
Berdasarkan hasil penelitian Yusnidar menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara riwayat merokok ≥15 batang/hari dengan
kejadian PJK (p=1,000), meskipun risiko meningkat hingga 2,9 kali
dibandingkan yang tidak pernah merokok (OR=2,9). Riwayat merokok 1-14
batang/hari juga tidak meningkatkan risiko terjadinya PJK dibandingkan
tidak pernah merokok (OR=0,5 ; 95% CI=0,1-0,2) dan tidak ada hubungan
yang bermakna antara riwayat merokok 1-14 batang/hari dengan terjadinya
PJK (p=0,045).
25
Frimingham dalam (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Meular, 2011),
dimana satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan
pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung (Mira, 2012).
Secara teoritis, setiap orang yang menderita DM tipe 2 berisiko mendapatkan
komplikasi kronis (5- 10 tahun dari onset), salah satunya adalah PJK. Namun,
orang-orang yang paling berisiko adalah penderita yang telah lama mengidap
DM, kadar gula tidak terkontrol, dan memiliki riwayat hipertensi serta
kerusakan ginjal.
26
periode Januari 2012 – Desember 2012 yang mana didapatkan hasil dari 33
responden dengan kadar kolesterol tinggi, 69,7% (23 orang) mengalami PJK.
Sebanyak 65 responden dengan kadar kolesterol HDL rendah, 64,6% (42
orang) mengalami PJK dan dari 32 responden dengan kadar kolesterol LDL
tinggi adalah 71,9% (23orang) mengalami PJK. Hasil penelitian lain yang
juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian hubungan faktor risiko
dengan kejadian penyakit jantung koroner pada karyawan PT. Pupuk
Kalimantan Timur yang dilakukan oleh Fajri pada tahun 2011 yang mana
dari 346 responden didapatkan hasil faktor risiko yang terbukti berpengaruh
adalah kolesterol total (p=0,027), LDL (p=0,010), dan hipertensi (p=0,009)
(Ilmi, Muhammad & Efrida, 2015).
Tidak
11 64,7 6 35,3 17 100 22
Rutin 0,005
(2,27-
Rutin 1 7,7 12 92,3 13 100 212,86)
Jumlah 12 40 18 60 30 100
27
Kelurahan Srondol Kulon yang tidak beraktivitas fisik rutin memiliki risiko
terkena penyakit jantung coroner 22 kali lebih besar dibandingkan
masyarakat yang beraktivitas fisik rutin.
Hasil pengujian statistisk dalam penelitian Annisa Yuliana Salim dan
Anjar Nurrohmah di RSUD Dr. Moewardi diperoleh bahwa responden yang
tidak rutin melakukan olah raga berisiko mengalami kejadian penyakit
jantung koroner 2.250 lebih besar dibandingkan dengan responden yang rutin
melakukan olah raga. Selain itu menurut penelitian mereka, olahraga tidak
berhubungan langsung dengan penyakit jantung koroner, tetapi pada orang
yang rutin olahraga dapat menurunkan risiko jantung koroner.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Terdapat hubungan antara faktor hipertensi dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,002; OR= 28,6;
95% CI: 2,89-283,06)
Tidak terdapat hubungan antara faktor merokok dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,418;
OR= 2,8; 95% CI= 0,51-12,35).
Tidak terdapat hubungan antara faktor diabetes mellitus dan kejadian
penyakit jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p =
0,328; OR= 2,8; 95% CI= 0,62-12,66).
Terdapat hubungan antara faktor koleterol tinggi dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,000;
OR= 55; 95% CI: 5,0-602,15).
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik teratur dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,005;
OR= 22; 95% CI: 2,27-212,86).
5.2. Saran
Pencegahan Hipertensi diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit
jantung coroner. Mengatur pola makan, menghindari kebiasaan merokok
dan alkoholisme, dan menjaga kesegaran jasmani diperlukan untuk
mencegah Hipertensi.
Memperhatikan asupan makanan yang akan dikonsumsi terutama yang
mengandung lemak dan olahraga yang cukup serta rutin maka diharapkan
kadar kolesterol dalam darah selalu berada dalam keadaan normal
Melakukan latihan fisik (olah raga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-
4 kali dalam seminggu sehingga tercapai hasil yang maksimal dapat
mencegah atau menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal Gizi Volume 2, Nomor 2,
November 2013
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pangkalan Ide. 2010. Agar Jantung Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Rosmiatin, Mira. 2012. Analisis Faktor-Faktor Risiko Terhadap Kejadian
Penyakit Jantung Koroner Pada Wanita Lanjut Usia di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia Depok
Rusdiyana, Fitri. 2013. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Perilaku
Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus Di Rumah Sakit
X Kota Semarang. Unnes Journal of Public Health (UJPH) 2 (3) (2013).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/viewFile/3026/2799.
Diakses pada 5 November 2015.
Salim, Annisa Yuliana dan Anjar Nurrohmah. 2013. Hubungan Olahraga
Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Moewardi.
GASTER Vol. 10 No. 1 Februari 2013. http://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/47/44. Diakses pada 5
November 2015.
Silbernagl S, Lang F. 2000. Color Atlas Of Pathophysiology. Edisi ke-1.
Stuggart. Thieme
Soeharo, Imam. 2000. Pencegahan & Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Soeharto, Iman. 2001. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan
Lemak dan Kolesterol. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sulawesi Utara Tahun 2011. [jurnal online]
Sumarti Sri, 2010. Faktor-faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah,
Semarang.
31
Sumiati, dkk. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
CV. Trans Info Medika.
Zahrawardani, D., 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung
Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013
https://dinkeskotasemarang.wordpress.com/profil-puskesmas/srondol/, Diakses
pada 4 November 2015
32
Lampiran 1.
KUESIONER
No CM :
Tanggal Wawancara :
I. Karakteristik Pasien
1. Nama :
2. Umur/Tanggal Lahir :
3. Alamat :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
7. Berat Badan :
8. Tinggi Badan (cm) :
33
6. Apakah dalam keluarga Bapak/Ibu ada yang menderita hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
B. Diabetes Mellitus
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang penyakit Diabetes
Mellitus?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu menderita Diabetes Mellitus?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah dalam keluarga Bapak/Ibu ada yang menderita Diabetes
Mellitus?
a. Ya
b. Tidak
C. Kolesterol
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang kolesterol?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu mempunyai kadar kolesterol tinggi?
a. Ya
b. Tidak
3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mempunyai kadar kolesterol tinggi?
…………… Tahun
4. Apakah dalam keluarga Bapak/Ibu ada yang mempunyai kadar
kolesterol tinggi?
a. Ya
b. Tidak
34
D. Merokok
1. Apakah Bapak/Ibu merokok?
a. Ya
b. Pernah dan sudah berhenti
c. Tidak
Keterangan :
Jika Ya, lanjut ke pertanyaan nomor 2
Jika Pernah dan sudah berhenti lanjut ke pertanyaan nomor 6
Jika Tidak, lanjut ke pertanyaan nomor 9
35
10. Apakah di lingkungan kerja Bapak/IBU bekerja terdapat orang
orang yang memiliki kebiasaan merokok?
a. Ya
b. Tidak
E. Aktivitas Fisik
1. Bagaimana kegiatan fisik yang anda lakukan setiap harinya?
a. Aktivitas berat
b. Aktivitas sedang
c. Aktivitas ringan
2. Apakah anda melakukan olahraga secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
3. Frekuensi kegiatan olahraga yang anda lakukan?
a. < 3 kali seminggu
b. >3 kali seminggu
4. Jenis olahraga apa yang seing anda lakukan?
a. Jalan santai d. Aerobik
b. Lari atau jogging
c. Fitness
36
Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Crosstabs
Cases
Hipertensi * Penyakit
30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Jantung Koroner
37
Hipertensi * Penyakit Jantung Koroner Crosstabulation
Ya Tidak Total
Hipertensi Ya Count 11 5 16
Tidak Count 1 13 14
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
38
Merokok * Penyakit Jantung Koroner
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Ya Tidak Total
Merokok Ya Count 5 4 9
Tidak Count 7 14 21
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.60.
b. Computed only for a 2x2 table
39
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
Ya Tidak Total
40
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
41
Kolesterol Tinggi * Penyakit Jantung Koroner Crosstabulation
Ya Tidak Total
Kolesterol Tinggi Ya Count 11 3 14
Tidak Count 1 15 16
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
42
Aktivitas Fisik * Penyakit Jantung Koroner
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Penyakit Jantung
Koroner
Ya Tidak Total
Rutin Count 1 12 13
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
b. Computed only for a 2x2 table
43
Risk Estimate
44
Lampiran 3. Surat Izin Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang
45
Lampiran 4. Surat Izin Kelurahan Srondol Kulon
46