Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN AKHIR

“Analisis Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner


Pada Masyarakat Kelurahan Srondol, Banyumanik, Kota Semarang”

Disusun Oleh:
Kelompok 8 Kelas D 2013
Nama Anggota NIM
Achmad Rizki Azhari 25010113140258
Syarifah Hidayatullah 25010113140309
Dewi Kurniasih 25010113130310
Inna Maullina 25010113130314
Ajeng Ayuning Mutia 25010113130315
Hana Nuriy R. 25010113140316
Yuni Atika Sari 25010113130318
Erna Sari 25010113140319
Lirih Setyorini 25010113140320
Fianti Andua 25010115183024

Tugas PBL dilakukan untuk memenuhi salah satu Tugas MK Isu Terkini Penyakit
Tidak Menular Semester V 3 sks

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

i
HALAMAN PENGESAHAN
(Laporan Project Based Learning Isu Terkini Penyakit Tidak Menular)

1. Judul : Analisis Faktor Risiko Penyakit Jantung


Koroner Pada Masyarakat Kerularahan
Srondol, Banyumanik, Kota Semarang
2. Penyusun :
Nama/NIM :
 Achmad Rizki Azhari 25010113140258
 Syarifah Hidayatullah 25010113140309
 Dewi Kurniasih 25010113130310
 Inna Maullina 25010113130314
 Ajeng Ayuning Mutia 25010113130315
 Hana Nuriy R. 25010113140316
 Yuni Atika Sari 25010113130318
 Erna Sari 25010113140319
 Lirih Setyorini 25010113140320
 Fianti Andua 25010115183024

Kelompok/Semester/Tahun : Kelompok 8 / Semester V / 2015

3. Nama Mata Kuliah/sks : Isu Terkini Penyakit Tidak Menular / 3 sks


4. Lokasi Kegiatan : Puskesmas Srondol, Banyumanik
5. Waktu Kegiatan : 5 Oktober 2015 – 6 November 2015

Sudah diperiksa isi materi keilmuan dan disetujui.

Semarang, 6 November 2015

Dosen Pembimbing/Penguji PBL,

Lintang Dian Saraswati, SKM, M.Kes.


NIP. 198111042003122001

Menyetujui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Isu Terkini Penyakit Tidak Menular

dr. Baju Widjasena, M. Erg.


NIP. 197006281997021001

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………......... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ v
DAFTAR ISTILAH……………………………………..………….…… vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner................................. 3
2.2 Gejala Penyakit Jantung Koroner........................................ 3
2.3 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner............................ 4
2.4 Patofisiologi Penyakit Jantug Koroner............................... 7
2.5 Pencegahan Penyakit Jantung Koroner.............................. 10
2.6 Kerangka Teori................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep............................................................... 14
3.2 Hipotesis…………………………………………………. 14
3.3 Jenis dan Desain Studi....................................................... 15
3.4 Populasi dan Sampel…………………….......................... 15
3.5 Variabel.............................................................................. 16
3.6 Sumber Data...................................................................... 18
3.7 Instrumen............................................................................ 18
3.8 Pengelolaan Data............................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi...................................................... 20
4.2. Gambaran Responden............................................................ 21

iii
4.3. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner ……………………………………………...……. 23
4.4. Hubungan antara Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner……………………………………………...……. 24
4.5. Hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner ……………………………………...……. 25
4.6. Hubungan antara Kolesterol Tinggi dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner……………………………………...……. 26
4.7. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit
Jantung Koroner……………………………………...……. 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan………............................................................... 29
5.2. Saran………….……………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 30
LAMPIRAN............................................................................................. 33

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Penelitian………………...16


Tabel 2. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Hipertensi....................23
Tabel 3. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Perilaku Merokok........24
Tabel 4. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Diabetes Mellitus.........25
Tabel 5. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Kolesterol Tinggi…….26
Tabel 6. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Aktivitas Fisik Rutin…26

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perubahan dinding vaskular pada aterosklerosis.……………… 9


Gambar 2. Kerangka Teori…………………….……………………...…… 13
Gambar 3. Kerangka Konsep………………………………………..…….. 14
Gambar 4. Gambaran Umur Responden …………………………..…….. 22
Gambar 5. Gambaran Jenis Kelamin Responden …………………..…….. 22
Gambar 6. Gambaran Pendidikan Terakhir Responden …………..…….. 23

vi
DAFTAR ISTILAH
Arteri koroner : pembuluh-pembuluh yang memasok darah beroksigen ke
otot jantung.
Tekanan darah sistol : tekanan maksimum yang timbul sewaktu darah
masuk/disemprotkan ke pembuluh arteri saat jantung
memompakan darah.
Tekanan darah distol : tekanan minimum dalam pembuluh arteri saat darah
mengalir ke luar menuju ke pembuluh darah
tepi/hilir/perifer saat periode pengisian jantung.
Atherosklerotik : pengerasan dan penyempitan pembuluh darah besar
(misalkan pembuluh darah jantung dan otak).
HDL : protein dalam plasma darah yang memperbaiki kerusakan
dan mengurangi kolesterol dari tubuh.
LDL : jenis lipoprotein yang terlibat dalam pengangkutan
kolesterol dari hati ke seluruh tubuh
Estrogen : salah satu dari kelompok hormon steroid yang diproduksi
oleh ovarium, plasenta, kelenjar adrenal dan, dalam
jumlah kecil, oleh testis laki-laki.
Katekolamin : zat dengan struktur kimia tertentu (cincin benzena dengan
dua gugus hidroksil yang berdekatan dan rantai samping
etilamin) yang berfungsi sebagai hormon atau
neurotransmitter.
Miokardium : membran yang menyelimuti bagian dalam jantung.
Endotel : sel epitel yang melapisi bagian dalam pembuluh darah dan
ruang jantung, berfungsi sebagai pelapis fisik antara darah
dan bagian dinding pembuluh lainnya.
Debris sel : jaringan atau sel yg mati atau rusak.
Aterosklerosis : akumulasi kolesterol di dalam dinding pembuluh darah
arteri, yang jika cukup parah dapat menghambat aliran
darah ke berbagai organ.
Doppler : sebuah metode USG untuk memeriksa pembuluh darah
tanpa menggunakan sinar-X.

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner………………………………………………………… 33
Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS…...………………………………………… 37
Lampiran 3. Surat Izin Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang….…….…… 45
Lampiran 4. Surat Izin Kelurahan Srondol Kulon…...…………...…………… 46

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang


disebabkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria yang
mengalirkan darah ke otot jantung (Dinie, 2008).

Berdasarkan data WHO (2011) bahwa penyakit jantung merupakan


penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60% dari seluruh penyebab
kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik dan sedikitnya
17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian di seluruh dunia disebabkan
oleh penyakit jantung. Diperkirakan tahun 2030 bahwa 23,6 juta orang di
dunia akan meninggal karena penyakit kardiovaskular (Sri Sumarti, 2010).

Penyakit jantung masih merupakan penyebab utama morbiditas


(kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada orang dewasa di Eropa dan
Amerika Utara. Setiap tahun, di Amerika hampir 500.000 orang meninggal
karena penyakit jantung iskemik. Di Asia dan Afrika, telah terjadi
kecenderungan peningkatan kasus PJK dan kematian akibat PJK. Di
Singapura dan Malaysia, angka kejadian telah meningkat dari yang tidak
bermakna menjadi penyebab 10 % seluruh kematian (Dinie, 2008 ; Schoen,
2010).

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan


Republik Indonesia menyatakan bahwa peringkat penyakit kardiovaskular
sebagai penyebab kematian semakin meningkat. Berdasarkan SKRT tahun
1972 kematian akibat penyakit kardiovaskuler menempati urutan ke-11
sebesar 5,9% dan meningkat pada tahun 1986 menjadi urutan ke-3 sebesar
9,1%. Penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama pada tahun 1992
sebesar 16,0%, tahun 1995 meningkat menjadi sebesar 19,0%. Hasil tahun
2001 angka kejadian penyakit jantung koroner sebesar 26,3% dan sampai saat
ini penyakit jantung iskemik juga merupakan penyebab utama kematian dini

1
pada sekitar 40 % dari kematian laki-laki usia menengah. Data SKRT tahun
2002 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh
darah (usia di atas 15 tahun) sebesar 6,0% dan 8,4% pada tahun 2005. Data
Depkes 2005 menyatakan bahwa penyakit jantung koroner menempati urutan
ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak di seluruh rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah kematian 2.557 orang. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2007, angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di
daerah perkotaan akibat penyakit jantung iskemik 8,7% (Heru, 2010).

Dari Profil Kesehatan Kota Semarang 2014 dilaporkan bahwa jumlah


kasus PJK di Kota Semarang 2013 didapatkan 2275 kasus dan tahun 2014
dengan jumlah kasus sebanyak 2183 kasus. Beberapa alasan yang telah
disebutkan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian faktor
risiko penyakit jantung koroner di Kelurahan Srondol.

1.2 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko dengan kejadian
penyakit jantung koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik, Kota
Semarang, Jawa Tengah

b. Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis faktor Hipertensi terhadap kejadian jantung
koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
2. Untuk menganalisis faktor kebiasaan merokok terhadap kejadian
jantung koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
3. Untuk menganalisis faktor Diabetes Mellitus terhadap kejadian
jantung koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
4. Untuk menganalisis faktor kolesterol tinggi terhadap kejadian jantung
koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik
5. Untuk menganalisis faktor aktivitas fisik terhadap kejadian jantung
koroner di Kelurahan Srondol, Banyumanik

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner


Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang
disebabkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria yang
mengalirkan darah ke otot jantung. Apabila penyempitan ini menjadi parah,
dapat menimbulkan serangan jantung. (Soeharto, 2004)
Pada jantung, gangguan atau penyakit yang sering terjadi adalah
penyakit jantung koroner, yaitu terhalangnya aliran darah di pembuluh arteri
koroner yang menyuplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung.
(Soeharto, 2001).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis
atau spasme atau kombinasi keduanya. (Majid, 2007).
Menurut CDC, penyakit arteri koroner terjadi ketika zat yang disebut
plak menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung (disebut arteri
koroner). Plak terdiri dari endapan kolesterol, yang dapat terakumulasi dalam
arteri. Ketika ini terjadi, arteri dapat menyempit dari waktu ke waktu. Proses
ini disebut aterosklerosis

2.2 Gejala Penyakit Jantung Koroner


Gejala yang umum terjadi pada seseorang yang terkena penyakit
jantung koroner, yaitu (Pangkalan Ide, 2010):
 Nyeri dada (angina)
Seseorang penderita PJK akan merasa tekanan atau sesak di dada.
Rasa sakit tersebut disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan
fisik atau emosional. Hal ini hilang dalam beberapa menit setelah
menghentikan aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada beberapa orang,
terutama perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan terasa di
perut, punggung, atau lengan.

3
 Sesak napas
Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, maka seseorang akan mengalami sesak napas atau
kelelahan ekstrem tanpa tenaga
 Serangan jantung
Jika arteri koroner benar-benar diblokir, seseorang akan mengalami
serangan jantung.

2.3 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner


Menurut Anwar dalam Sumiati dkk (2010), terdapat dua faktor PJK,
faktor yang bisa diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
2.3.1 Faktor yang dapat diubah
- Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah >140/90
mmHg atau >130/80 mmHg bila pasien mempunyai diabetes atau
gagal ginjal kronik (Lewis, et.al., 2007)
Pada tahun 2003, Institute Kesehatan Nasional
mendefinisikan tekanan darah sebagai berikut : a) normal bila
tekanan darah <120/80 mmHg, b)prehipertensi bila tekanan darah
sistol 120-139 mmHg dan tekanan diastol 80-89 mmHg, c)
hipertensi tahap I bila tekanan sistol 140-159 mmHg dan tekanan
diastol 90-99 mmHg, d)hipertensi tahap II bila tekanan darah
?160/100 mmHg (Lewis, et.al., 2007)
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan [Dirjen P2PL] (2011), menyatakan bahwa
risiko penyakit jantung meningkat sejalan dengan peningkatan
tekanan darah, dimana peningkatan tekanan darah sistolik 130-139
mmHg dan tekanan diastolik 85-89 mmHg akan meningkatkan
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 2 kali
dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg.
Menurut Lewis, et. al (2007), peningkatan tekanan darah dapat
meningkatkan kejadian atherosklerotik

4
- Merokok
Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih
besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun pada
rokok antara lain tar, nikotin dan karbon monoksida. Rokok akan
menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi, penuruan kadar kolesterol HDL,
peningkatan penggumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh
darah koroner. Merokok meningkatkan risiko terkena PJK sebanyak
2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok
menurunkan kadar level estrogen. Risiko juga sesuai dengan jumlah
rokok yang dihisap, dan penggunaan rokok dengan nikotin rendah
dan berfilter tidak menurunkan risiko. Sesorang yang terkena
paparan kronik terhadap rokok meningkatkan terkena PJK (Lewis,
et.al., 2007)
Nikotin dalam tembakau menyebabkan katekolamin seperti
epineprin, norepineprin dikeluarkan. Hal ini menyebabkan
peningkatan dari denyut jantung, periperal kontriksi dan
peningkatan tekanan darah dan meningkatkan peningkatan kerja
jantung, akibatnya terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada
miokardium. Nikotin meningkatkan adhesi platelet yang akan
meningkatkan risiko pembentukan emboli (Lewis, et.al., 2007)
Karbonmonoksida sebagai produk dari pembakaran pada saat
merokok, berpengaruh pada pengikatan oksigen oleh hemoglobin.
Selain itu juga karbonmonoksida merupakan zat kimia yang bersifat
iritasi yang menyebabkan injuri pada bagian endotel pembuluh
darah (Lewis, et al.2007)

- Diabetes Mellitus
Kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula darah akibat
kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif.
Berdasarkan hasil penelitian Framingham dalam Dirhem P2PL
(2011) , satu dari dua orang penderita DM akan mengalami

5
kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan
jantung. Pada diabetes mellitus akan timbul proses penebalan
membran basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga terjadi penyempitan alirah darah ke jantung. Penyakit ini
dapat dikendalikan dengan menjaga kadar gula darah agar tetap
normal. Insiden terkena PJK meningkat 2-4 kali lebih besar pada
orang yang terkena diabetes. Orang dengan diabetes cenderung
lebih cepat mengalami degenerasi jaringan dan disfungsi dari
endotel (Lewis, et al.2011)
- Dislipidemia
Kadar kolesterol HDL yang rendah memiliki peran yang
penting dalam terjadinya PJK dan terdapat hubungan terbalik antara
antara kadar HDL dan LDL . oeningkatan kadar lemak berhubungan
dengan proses aterosklerosis. Berikut ini faktor dari faktor lipid
darah: total kolesterol plasma >200 mg/dl, nilai LDL >130 mg/dl,
trigliserida >150 mg/dl, HDL <40 mg/dl pada laki-laki (Copstead &
Banasik, 2005)
- Obesitas
Obesitas merupakan keadaan dimana indeks massa tubuh
(IMT) berkisar antara 25-29,9 kg/m2 . Obesitas akan menambah
beban kerja jantung dan terutama adanya penumpukan lemak di
bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko PJK (Soegih, R, &
Wiramihardja, K, 2009)
- Kurang aktifitas fisik
Seseorang yang kurang aktifitas menyebabkan aliran darah di
pembuluh darah kolateral dan arteri koronaria berkurang sehingga
aliran darah ke jantung berkurang. Aktivitas fisik akan memperbaiki
sistem kerja jantung dan pembuluh darah. Dianjurkan melakukan
latihan fisik (olah raga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-4
dalam seminggu sehingga tercapai hasil yang maksimal.
Program aktifitas fisik harus dirancang untuk meningkatkan
kekuatan fisik dengan menggunakan formula FITT yaitu frequency

6
(berapa sering), Intensity (berapa lama), Type (Isotonic) dan Time
(berapa lama). Americal College of Vardiologi (ACC)
merekomendasikan seluruh warga Amerika untuk melakukan
aktivitas fisik 30 menit setiap hari (Lewis, et al., 2007)

2.3.2 Faktor yang tidak dapat diubah


- Usia
Seperti halnya dengan penyakit lain, maka PJK akan semakin
berisiko seiring bertambah usia
- Jenis Kelamin
Morbiditas akibat PJK pada laki-laki dua kali lebih besar
dibandingkan pada wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun
lebih dini pada laki-laki daripada wanita. Estrogen bersifat protektif
pada wanita, namun setelah menopause insidensi PJK meningkat
dengan cepat dan sebanding dengan laki-laki. Sebelum menopause,
wanita mempunyai HDL lebih tinggi dan LDL lebih rendah
dibandingkan laki-laki, setelah menopause LDL meningkat (Lewis,
Heitkemper, Dirksen, O’brien & Bucher, 2007)
- Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga pada kasus PJK, adalah keluarga yang langsung
berhubungan darah yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan
faktor risiko independen untuk terjadinya PJK, dengan dua hingga
empat kali lebih besar dari pada populasi kontrol
- Ras
Ras kulit putih lebih sering terjadi PJK daripada ras African
American . pada kulit putih yang berusia pertengahan berisiko
tinggi untuk terkena PJK (Lewis, et.al., 2007)

2.4 Patofisiologi Penyakit Jantug Koroner


Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini dinamikan ateroma atau plak yang akan mengganggu
absorbsi nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam

7
pembuluh darah dan menyumbat alirah darah karena timbunan ini menonjol
ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan
mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi
semakin sempit dan aliran darah terhambat (Smeltzer & Bare, 2002)
Kebutuhan oksigen yang melebihin kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia
miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan , dan menekankan fungsi
miokardium. Apabila iskemia ini berlangsung lebih dari 30-45 menit akan
menyebabkan kerusakan sel yang sifatnya irreversible serta nekrosis atau
kematian otot jantung. Bagian yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti berkontraksi secara permanen. Otot yang yang mengalami infark
mula-mula akan tampak memar dan sianotik akibat berkurangnya aliran darah
regional. Dalam waktu 24 jam akan timbul edema pada sel-sel, respons
peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan dilepaskan
oleh sel-sel yang mengalami kematian.
Menjelang hari kedua atau ketiga, mulai terjadi proses degradasi
jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik . selama fase ini, dinding
nekrotik relatif tipis. Pada waktu sekitar minggu ketiga, akan mulai terbentuk
jaringan parut, lambat laun jaringan ikat fibrosa mengganti otot yang nekrosis
dan mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam, jaringan
parut sudah terbentuk dengan jelas sehingga akan menurunkan fungsi
venntrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan
otot yang iskemi disekitarnya juga mengalami gangguan daya kontraksi.
Suatu plak aterosklerosis lanjut, menunjukkan beberapa ciri yang khas
(Aaronson & Ward, 2010) :
1. Dinding arteri menebal secara fokal oleh poliferasi sel otot polos intisama
dan deposisi jaringan ikat fibrosa sehingga membentuk suatu selubung
fibrosa yang keras. Selubung ini menonjol ke dalam lumen vaskuler yang
mengakibatkan aliran darah berkurang dan seringkali menyebabkan
iskemia pada jaringan yang disuplai oleh arteri yang mengalami
penebalan.

8
2. Suatu kumpulan lunak dari lipid ekstraseluler dan debris sel berakumulasi
di bawah selubung fibrosa. Akumulasi lemak melemahkan dinding arteri
yang mengakibatkan selubung fibrosa robek sehingga darah masuk ke
dalam lesi dan terbentuk trombus. Trombus dapat terbawa melalui aliran
darah sehingga menyebabkan emolisasi (penyumbatan) pembuluh darah
yang lebih kecil. Sumbatan ini dapat menyebakan infark miokard jika
terjadi dalam koroner.
3. Endotel di atas lesi dapat menghilang sebagian atau seluruhnya. Hal ini
dapat menyebabkan pembentuk trombus yang terus berlanjut sehingga
menyebabkan oklusi aliran intermiten seperti pada angina tidak stabil.
4. Lapisan sel otot polos media di bawah lesi mengalami degenerasi. Hal ini
melemahkan dinding vaskuler yang dpaat mengembang dan akhirnya
mengakibatkan ruptur dan aneurisma.
Arteri yang mengalami aterosklerotik dapat mengalami spasme sehingga
dapat menghambat aliran darah dan memacu pembentukan trombus.

Gambar 1. Perubahan dinding vaskular pada aterosklerosis


Dikutip dari: Silbernagl S, 2000

9
2.5 Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Pencegahan penyakit jantung koroner (PJK) adalah sebagai berikut
(Imam Soeharo, 2000):
2.5.1 Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih
sehat.Tidak hanya untuk mengantisipasi penyakikit aterosklerosis saja
tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini bertujuan
agar kondisi kesehatan tetep terjaga. Promosi kesehatan yang
dilakukan adalah memberi penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan
khususnya penyakit jantung koroner, olahraga secara teratur,
menyeimbangkan asupan gizi dalam tubuh, melakukan pemeriksaan
secara berkala, dan pegetahuan secara genetis tentang riwayat
penyakit.

2.5.2 Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Bagi yang beresiko tinggi terhadap penyakit jantung diharapkan


untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa meninggalakan kebiasaan-
kebiasaan seperti merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, menjaga
kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes di bawah kontol dengan
sering berkonsultasi dengan dokter.

2.5.3 Early Diagnosis and Prompt treatment (Diagnosis dan


Pengobatan segera)

Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak


akan terdiagnosis. Komplikasi yang terjadi adalah,
terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan
dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut
nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.

Pada tahap ini menemukan penderita dilakukan dengan


melakukan survey pada kelompok beresiko dan melakukan pelaporan.
Dalam survey yang dilakukan dapat melakukan pemeriksaan untuk

10
memdiagnosis penderita. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk
mendiagnosis aterosklerosis yaitu :

 ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di


pergelangan kaki dan lengan.

 Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena.

 Skening ultrasonik Duplex.

 CT scan di daerah yang terkena.

 Arteriografi resonansi magnetik.

 Arteriografi di daerah yang terkena.

 IVUS (intravascular ultrasound).

Pengobatan bisa dilakukan dengan memberikan obat-obatan


untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah
(contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil,
probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-
koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah.

2.5.4 Disability Limitation (Pembatasan Disabilitas)

Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam


kemampuan otot dan jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu
organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin dapat
dilakukan pengobatan selanjutnya, seperti:

 Pembedahan Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak


dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.

 Enarterektomi merupakan suatu untuk mengangkat endapan.

11
 Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif,
dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan
untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.

 Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah,


biasanya diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri
sampai gumpalan itu kembali normal.

 Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter


kecil ke dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan tersebut
di tolong dengan sinar X.

2.5.5 Rehabilitation (Rehabilitasi)

Rehabilitasi pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan :

 Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.

 Perluasan dari penyakit tersebut

 Daerah yang mengalami sumbatan

 Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien

 Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan


sensivitasnya terhadap terapi&prosedur pengobatan yang pernah
dialami

 Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.

 Pendapat atau pilihan.

Rehabilitasi yang dilakukan adalah penerapan perilaku sehat


dalam keseharian seperti menghindari konsumsi alcohol dan rokok
serta olahraga secara teratur, asupan gizi yang sesuai, menghindari
makanan-makanan yang tinggi kolesterol, pemeriksaan secara berkala,
dan psikoterapi untuk mengendalikan.

12
2.6 Kerangka Teori

Gambar 2. Kerangka Teori

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis
H0 :
1. Tidak ada hubungan antara faktor hipertensi dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
2. Tidak ada hubungan antara faktor merokok dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
3. Tidak ada hubungan antara faktor diabetes mellitus dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
4. Tidak ada hubungan antara faktor kolesterol tinggi dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
5. Tidak ada hubungan antara faktor aktivitas fisik dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
Ha :
1. Ada hubungan antara faktor hipertensi dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
2. Ada hubungan antara faktor merokok dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
3. Ada hubungan antara faktor diabetes mellitus dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon

14
4. Ada hubungan antara faktor kolesterol tinggi dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
5. Ada hubungan antara faktor aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon
3.3 Jenis dan Desain Studi
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu untuk
mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung yang
analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel sehingga
perlu disusun hipotesisnya. Desain penelitian dengan pendekatan cross
sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara variabel
bebas (faktor risiko) dengan variabel terikat (faktor efek), dimana melakukan
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu yang sama (Diana
Zahrawardani dkk, 2013).

3.4 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari semua variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini populasi
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah masyarakat pada seluruh
kelurahan yang berada dalam wilayah Kota Semarang
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan
Srondol Kulon.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan teknik
sampling tertentu untuk bisa mewakili atau memenuhi populasi
(Nursalam, 2003). Terdapat dua kriteria dalam pengambilan sampel, yaitu
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek
penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat

15
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002). Kriteria eksklusi merupakan kriteria
dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
a. Kriteria Inklusi:
 Masyarakat yang berdomisili di sekitar wilayah kerja Puskesmas
Srondol terutama pada Kelurahan Srondol Kulon
b. Kriteria Ekslusi:
 Masyarakat yang tidak setuju untuk menjadi responden

3.5 Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas, sedangkan variabel bebas
adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain
(Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999).
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain hipertensi, merokok,
diabetes mellitus, kolesterol tinngi dan aktivitas fisik
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit jantung
koroner.
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh
peneliti dalam mengukur suatu variabel yang akan digunakan. Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini yaitu: (Diana Zahrawardani dkk,
2013)
Tabel 1. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Skala
1. Hipertensi Hipertensi adalah suatu Nominal
keadaan dimana tekanan a. Ya
darah sistolik ≥ 140 mmHg b. Tidak
atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg.

16
2. Merokok Kebiasaan merokok Nominal
responden selama semasa a. Ya
hidupnya, diketahui dengan b. Tidak
pernyataan “Ya” yaitu
perokok dan “Tidak” yaitu
bukan perokok
3. Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah Nominal
penyakit metabolik yang a. Ya
ditandai dengan hiperglikemia b. Tidak
(kadar glukosa darah puasa ≥
126 mg/dl) yang disebabkan
karena gangguan sekresi
insulin, gangguan kerja
insulin atau keduanya
5. Kolesterol Kolestrol adalah lemak yang Nominal
terdapat di dalam aliran darah a. Ya
atau sel tubuh. Seseorang b. Tidak
dikatakan memiliki kolesterol
yang normal jika memiliki
Total kolesterol : <200 mg/dL
setelah diperiksa darah.
4. Aktivitas fisik Melakukan latihan fisik (olah Nominal
raga) minimal 30 menit setiap a. Tidak Rutin
hari selama 3-4 kali dalam b. Rutin
seminggu sehingga tercapai
hasil yang maksimal.
Rutin (≥ 30 menit; 3-4 kali
seminggu); Tidak Rutin (< 30
menit; tidak 3-4 kali
seminggu)
4. Kejadian Penyakit PJK, meliputi CAD Nominal
Jantung Koroner (Coronary Arthery Disease), a. Ya

17
angina pectoris, infark b. Tidak
miokard, gangguan irama
jantung, gagal jantung. Tidak
PJK, meliputi penyakit
jantung bawaan seperti defek
septum atrial, defek septum
ventrikel, tetralogi fallot,
penyakit kongenital lain,
penyakit jantung rematik,
selain penyakit jantung
koroner.

3.6 Sumber Data


Sumber data yang dikumpulkan meliputi data primer yang diambil
dari data kuisioner yang disebar kepada masyarakat di Kelurahan Srondol
periode 31 Oktober 2015 – 4 November 2015.

3.7 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan observasi dan kuesioner. Observasi adalah metode
pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap obyek
penelitian. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka
mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan
tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang disengaja dan sistematis
tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan
mengamati dan mencatat (Mardalis, 2002).
Menurut Morse J.M. (1996), proses pengumpulan data dapat
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tahap orientasi

18
Peneliti memperkenalkan diri kemudian mendekatkan kepada
informan, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
kerahasiaan data yang diberikan dan menjelaskan hak sebagai
informan serta manfaat dari penelitian. Apabila informan bersedia
maka dilanjutkan dengan wawancara dan bila informan tidak
menyetujui dengan alasan tertentu selama proses wawancara belum
berakhir, informan dapat membatalkanya.
2. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan wawancara kuisioner dilaksanakan
sesuai dengan kesepakatan informan dan peneliti. Sebelum wawancara
kuisioner dilaksanakan, peneliti menjelaskan kembali tujuan dari
penelitian, waktu dan tempat kontrak.

3.8 Pengelolaan Data


Langkah-langkah pengolahan data meliputi :
1. Editing merupakan kegiatan untuk mengetahui kelengkapan dari data
rekam medik yang akan diolah.
2. Coding merupakan kegiatan untuk mengklasifikasikan data berdasarkan
kategorinya masing-masing. Pemberian kode dilakukan setelah data diedit
untuk mempermudah pengolahan data.
3. Processing merupakan kegiatan memproses data yang dilakukan dengan
cara mengentry (memasukkan data) ke dalam program komputer. Program
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SPSS
4. Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dientry apakah ada kesalahan atau tidak.
5. Interpretasi merupakan tahap menerangkan setelah peneliti menyelesaikan
analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti
menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu
kesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh rangkaian kegiatan
penelitian dan membuat rekomendasinya.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi

Kelurahan Srondol Kulon adalah salah satu kelurahan yang berada


di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Kelurahan Srondol Kulon
mempunyai 11 RW dan 65 RT. Batas-batas administrasi Kelurahan Srondol
Kulon yang mempunyai luas sebesar 2,88 km2 adalah sebagai berikut.
Sebelah Utara : Kelurahan Tinjomoyo
Sebelah Selatan : Kelurahan Banyumanik
Sebelah Barat : Kelurahan Gunung Pati
Sebelah Timur : Kelurahan Sumurboto

Jumlah penduduk Kelurahan Srondol Kulon tahun 2014 sebanyak


11.580 penduduk dengan komposisi jenis kelamin sebagai berikut, laki-laki
sebanyak 5.653 dan perempuan sebanyak 5.927. Kelurahan Srondol KUlon
yang memliki jumlah penduduk lebih dari 1000 penduduk adalah kelompok
umur 15-19, 20-24,25-29,30-34. Sedangkan kelompok umur yang lainnya
memiliki jumlah penduduk dibawah 1000 penduduk.
Berdasarkan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan,
sebagian besar penduduk Kelurahan Srondol Kulon pernah duduk dibangku
SD, hanya 9% penduduk yang belum pernah duduk dibangku SD karena
tidak bersekolah. Sebagian besar penduduk Ke;urahan Srondol Kulon
menyelesaikan endidikan SD sebesar 24% dan endidikan SMP sebesar 21%.
Hanya 19% pensusuk yang menyelesaikan pendidikan SMA. Sementara itu,
sebesar 4% dan 3% penduduk yang melanjutkan pendidika ke akademi/DIII
dan universitas.
Komposisi penduduk Srondol Kulon berdasarkan karakteristik
ekonomi ditinjau dari jenis pekerjaan penduduknya. Jenis pekerjaan di
Kelurahan Srondol Kulon beragam, yaitu petani, buruh bangunan,
PNS/ABRI, pengusaha, pedagang, pensiunan, buruh industri, usaha angkutan,
dan jasa lainnya (Profil Kelurahan Srondo Kulon,2014).

20
Puskesmas Srondol terletak di kelurahan Srondol Kulon kecamatan
Banymanik tepatnya di jalan Setiabudi no. 209. Dengan wilayah kerja berjumlah
3 kelurahan, yaitu :
1. Srondol Kulon (jumlah RW :11 dan RT : 65)
2. Srondol Wetan (jumlah RW : 18 dan RT : 48)
3. Banyumanik (jumlah RW : 9 dan RT : 48)

Batas wilayah kerja Puskesmas Srondol adalah sebagai berikut :


 Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Ngesrep
 Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Padangsari
 Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Pudak Payung
 Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Gunung Pati.

Puskesmas Srondol mempunyai misi, yaitu menggerakkan pembangunan


kecamatan yang berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat dan
keluarga untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.Untuk mendukung keberhasilan
misi yang dimiliki tersebut, pelayanan-pelayanan yang terdapat di puskesmas
Srondol diantaranya balai pengobatan, Kesehatan ibu dan anak, Imunisasi, Gigi,
Gizi, Lansia, Perkesmas, UKS/UKGS, Pemberantasan Penyakit Menular,
Kesehatan lingkungan, Laborat sederhana, Kesehatan jiwa.

4.2. Gambaran Responden


A. Umur
Dari semua responden yang didapat, responden dikategorikan
menjadi kelompok umur ≤45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, 56-60
tahun, 61-65 tahun, 66-70 tahun, dan > 70 tahun. Dengan jumlah
terbanyak pada kelompok umur ≤45 tahun.

21
Gambar 4. Gambaran Umur Responden
B. Jenis Kelamin
Dari semua responden yang didapat diketahui bahwa responden
berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden
berjenis kelamin laki-laki. Pada responden berjenis kelamin laki-laki
didapatkan dengan persentase sebesar 37%, sedangkan pada responden
berjenis kelamin perempuan sebesar 63%.

Gambar 5. Gambaran Jenis Kelamin Responden


C. Pendidikan Terakhir
Dari total responden yang didapatkan, responden dikategorikan
menjadi kelompok Tidak Sekolah, Tidak Tamat SD, SD, SLTP, SLTA,
dan Sarjana. Dengan jumlah responden terbanyak pada kelompok dengan
pendidikan SD dan jumlah responden yang paling sedikit berpendidikan
sarjana.

22
Gambar 6. Gambaran Pendidikan Terakhir Responden
4.3. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner
Hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian penyakit
jantung coroner dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Hipertensi


Penyakit Jantung Koroner
Total OR
Hipertensi Ya Tidak P value
(95% CI)
n % n % N %

Ya 11 68,8 5 31,3 16 100 28,6


(2,89- 0,002
Tidak 1 7,1 13 92,9 14 100 283,06)
Jumlah 12 40 18 60 30 100

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan bahwa terdapat


hubungan antara faktor hipertensi dan kejadian penyakit jantung coroner (p =
0,002). Nilai OR= 28,6 (95% CI: 2,89-283,06) menjelaskan bahwa
masyarakat Kelurahan Srondol Kulon yang hipertensi memiliki risiko terkena
penyakit jantung coroner 28,6 kali lebih besar dibandingkan masyarakat yang
tidak menderita hipertensi.
Begitupula engan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana (2013)
di RSUP Dr Kariadi Semarang, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p =

23
0,002 (p< 0,05) membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner.

4.4. Hubungan antara Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner


Hasil analisis hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit
jantung coroner dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Perilaku Merokok


Penyakit Jantung Koroner
Total
Merokok Ya Tidak OR P value
(95% CI)
n % n % N %

Ya 5 55,6 4 44,4 9 100 2,5


(0,51- 0,418
Tidak 7 33,3 14 66,7 21 100 12,35
Jumlah 12 40 18 60 30 100

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan bahwa tidak terdapat


hubungan antara faktor merokok dan kejadian penyakit jantung coroner (p =
418; OR= 2,8; 95% CI= 0,51-12,35) pada masyarakat kelurahan Srondol
Kulon.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian serupa yang berjudul
Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner oleh Fitri Rusydiana pada tahun 2013 yang
menyebutkan informasi bahwa dari 42 responden pada kelompok kasus, 26
responden (61,9%) tidak memiliki kebiasaan merokok dan 16 responden
(38,1%) memiliki kebiasaan merokok. Sedangkan, dari 42 responden pada
kelompok kontrol, 34 responden (81%) tidak memiliki kebiasaan merokok
dan 8 responden (19%) memiliki kebiasaan merokok. Responden kelompok
kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak memiliki kebiasaan merokok 60
responden (71,4%). Hasil uji statistik diperoleh p value 0,091, maka
diperoleh hasil tidak ada hubungan antara variabel kebiasaan merokok
dengan penyakit jantung koroner.

24
Berdasarkan hasil penelitian Yusnidar menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara riwayat merokok ≥15 batang/hari dengan
kejadian PJK (p=1,000), meskipun risiko meningkat hingga 2,9 kali
dibandingkan yang tidak pernah merokok (OR=2,9). Riwayat merokok 1-14
batang/hari juga tidak meningkatkan risiko terjadinya PJK dibandingkan
tidak pernah merokok (OR=0,5 ; 95% CI=0,1-0,2) dan tidak ada hubungan
yang bermakna antara riwayat merokok 1-14 batang/hari dengan terjadinya
PJK (p=0,045).

4.5. Hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Kejadian Penyakit Jantung


Koroner
Hasil analisis hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit
jantung coroner dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Diabetes Mellitus


Penyakit Jantung Koroner
Diabetes Total
Ya Tidak OR P value
Mellitus (95%CI)
n % n % N %

Ya 7 53,8 6 46,2 13 100 2,8


(0,62- 0,328
Tidak 5 29,4 12 70,6 17 100
12,66)
Jumlah 12 40 18 60 30 100

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan bahwa tidak terdapat


hubungan antara faktor diabetes mellitus dan kejadian penyakit jantung
coroner (p = 0,328; OR=2,8; 95% CI= 0,62-12,66) pada masyarakat
kelurahan Srondol Kulon. Meskipun secara statistik tidak ditemukan
hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner, menurut teori Lewis, et all (2011) menyatakan bahwa kejadian PJK
meningkat lebih besar 2-4 kali besar pada orang yang terkena DM, karena
seseorang dengan penyakit DM cenderung lebih cepat mengalami degenerasi
jaringan dan disfungsi endotel, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh

25
Frimingham dalam (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Meular, 2011),
dimana satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan
pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung (Mira, 2012).
Secara teoritis, setiap orang yang menderita DM tipe 2 berisiko mendapatkan
komplikasi kronis (5- 10 tahun dari onset), salah satunya adalah PJK. Namun,
orang-orang yang paling berisiko adalah penderita yang telah lama mengidap
DM, kadar gula tidak terkontrol, dan memiliki riwayat hipertensi serta
kerusakan ginjal.

4.6. Hubungan antara Kolesterol Tinggi dengan Kejadian Penyakit Jantung


Koroner
Hasil analisis hubungan antara kolesterol tinggi dengan kejadian
penyakit jantung coroner dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Menurut Kolesterol Tinggi

Penyakit Jantung Koroner


Kolesterol Total
Ya Tidak OR P value
Tinggi (95% CI)
n % n % N %

Ya 11 78,6 3 21,4 14 100 55


(5,0- 0,000
Tidak 1 6,3 15 93,8 16 100 602,15)
Jumlah 12 40 18 60 30 100

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan bahwa terdapat


hubungan antara faktor kolesterol tinggi dan kejadian penyakit jantung
coroner (p = 0,000). Nilai OR= 55 (95% CI: 5,0-602,15) menjelaskan bahwa
masyarakat Kelurahan Srondol Kulon yang kolesterol tinggi memiliki risiko
terkena penyakit jantung coroner 55 kali lebih besar dibandingkan
masyarakat yang tidak kolesterol tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Suchi Ilmi, Muhammad Syukri dan Efrida di RS Dr. M. Djamil Padang

26
periode Januari 2012 – Desember 2012 yang mana didapatkan hasil dari 33
responden dengan kadar kolesterol tinggi, 69,7% (23 orang) mengalami PJK.
Sebanyak 65 responden dengan kadar kolesterol HDL rendah, 64,6% (42
orang) mengalami PJK dan dari 32 responden dengan kadar kolesterol LDL
tinggi adalah 71,9% (23orang) mengalami PJK. Hasil penelitian lain yang
juga sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian hubungan faktor risiko
dengan kejadian penyakit jantung koroner pada karyawan PT. Pupuk
Kalimantan Timur yang dilakukan oleh Fajri pada tahun 2011 yang mana
dari 346 responden didapatkan hasil faktor risiko yang terbukti berpengaruh
adalah kolesterol total (p=0,027), LDL (p=0,010), dan hipertensi (p=0,009)
(Ilmi, Muhammad & Efrida, 2015).

4.7. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung


Koroner
Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik (olah raga) teratur
dengan kejadian penyakit jantung coroner dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 6 Distribusi Penyakit Jantung Koroner


Menurut Aktivitas Fisik Rutin
Penyakit Jantung Koroner
Aktivitas Total
Ya Tidak OR P value
Fisik (95% CI)
n % n % N %

Tidak
11 64,7 6 35,3 17 100 22
Rutin 0,005
(2,27-
Rutin 1 7,7 12 92,3 13 100 212,86)

Jumlah 12 40 18 60 30 100

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan bahwa terdapat


hubungan antara aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung coroner (p =
0,005). Nilai OR= 22 (95% CI: 2,27-212,86) menjelaskan bahwa masyarakat

27
Kelurahan Srondol Kulon yang tidak beraktivitas fisik rutin memiliki risiko
terkena penyakit jantung coroner 22 kali lebih besar dibandingkan
masyarakat yang beraktivitas fisik rutin.
Hasil pengujian statistisk dalam penelitian Annisa Yuliana Salim dan
Anjar Nurrohmah di RSUD Dr. Moewardi diperoleh bahwa responden yang
tidak rutin melakukan olah raga berisiko mengalami kejadian penyakit
jantung koroner 2.250 lebih besar dibandingkan dengan responden yang rutin
melakukan olah raga. Selain itu menurut penelitian mereka, olahraga tidak
berhubungan langsung dengan penyakit jantung koroner, tetapi pada orang
yang rutin olahraga dapat menurunkan risiko jantung koroner.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
 Terdapat hubungan antara faktor hipertensi dan kejadian penyakit jantung
koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,002; OR= 28,6;
95% CI: 2,89-283,06)
 Tidak terdapat hubungan antara faktor merokok dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,418;
OR= 2,8; 95% CI= 0,51-12,35).
 Tidak terdapat hubungan antara faktor diabetes mellitus dan kejadian
penyakit jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p =
0,328; OR= 2,8; 95% CI= 0,62-12,66).
 Terdapat hubungan antara faktor koleterol tinggi dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,000;
OR= 55; 95% CI: 5,0-602,15).
 Terdapat hubungan antara aktivitas fisik teratur dan kejadian penyakit
jantung koroner pada masyarakat Kelurahan Srondol Kulon (p = 0,005;
OR= 22; 95% CI: 2,27-212,86).

5.2. Saran
 Pencegahan Hipertensi diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit
jantung coroner. Mengatur pola makan, menghindari kebiasaan merokok
dan alkoholisme, dan menjaga kesegaran jasmani diperlukan untuk
mencegah Hipertensi.
 Memperhatikan asupan makanan yang akan dikonsumsi terutama yang
mengandung lemak dan olahraga yang cukup serta rutin maka diharapkan
kadar kolesterol dalam darah selalu berada dalam keadaan normal
 Melakukan latihan fisik (olah raga) minimal 30 menit setiap hari selama 3-
4 kali dalam seminggu sehingga tercapai hasil yang maksimal dapat
mencegah atau menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner

29
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, P.O., & Watd, JPT.2010. Sistem Kardiovaskuler : At a glance (Edisi


Ketiga) . Jakarta : EGC
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2014. Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Dinie, 2008. Faktor-faktor risiko PJK. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta.
Erawan, 1997. Faktor-faktor risiko dan pengaruhnya terhadap kejadian PJK.
Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
Halimatussa’diah. 2015. Profil Kelurahan Srondol Kulon.
(http://issuu.com/aifmsa/docs/profil_kelurahan_srondol_kulon_2014 ).
Diakses pada 4 November 2015
Ilmi, Suchi, Muhammad dan Efrida. 2015. Hubungan Faktor Risiko yang dapat
Dimodifikasi dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RS Dr. M.
Djamil Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas Volume 4 Nomor 2 Tahun 2015
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
BPEE.
Lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksesn, S.R., O’brien, P.G. & Bucher, L.
2007. Medical Surgical Nursing : Assesment and Management of Clinical
Problems. Sevent Edition. Volume 2. Mosby Elsevier
Majid A. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan
(http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppg
b_2007_abdul_majid.pdf.
Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Bumi Aksara: Jakarta
Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:
Bandung
Notoatmodjo,S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, Filandita dkk. 2013. Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol
dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat
Jalan di RSUD Tugurejo. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

30
Universitas Muhammadiyah Semarang. Jurnal Gizi Volume 2, Nomor 2,
November 2013
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pangkalan Ide. 2010. Agar Jantung Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Rosmiatin, Mira. 2012. Analisis Faktor-Faktor Risiko Terhadap Kejadian
Penyakit Jantung Koroner Pada Wanita Lanjut Usia di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia Depok
Rusdiyana, Fitri. 2013. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Perilaku
Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (Studi Kasus Di Rumah Sakit
X Kota Semarang. Unnes Journal of Public Health (UJPH) 2 (3) (2013).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/viewFile/3026/2799.
Diakses pada 5 November 2015.
Salim, Annisa Yuliana dan Anjar Nurrohmah. 2013. Hubungan Olahraga
Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Dr. Moewardi.
GASTER Vol. 10 No. 1 Februari 2013. http://www.jurnal.stikes-
aisyiyah.ac.id/index.php/gaster/article/view/47/44. Diakses pada 5
November 2015.
Silbernagl S, Lang F. 2000. Color Atlas Of Pathophysiology. Edisi ke-1.
Stuggart. Thieme
Soeharo, Imam. 2000. Pencegahan & Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Soeharto, Iman. 2001. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan
Lemak dan Kolesterol. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sulawesi Utara Tahun 2011. [jurnal online]
Sumarti Sri, 2010. Faktor-faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah,
Semarang.

31
Sumiati, dkk. 2010. Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:
CV. Trans Info Medika.
Zahrawardani, D., 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung
Koroner di RSUP Dr Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013
https://dinkeskotasemarang.wordpress.com/profil-puskesmas/srondol/, Diakses
pada 4 November 2015

32
Lampiran 1.

KUESIONER

No CM :
Tanggal Wawancara :

I. Karakteristik Pasien
1. Nama :
2. Umur/Tanggal Lahir :
3. Alamat :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan Terakhir :
6. Pekerjaan :
7. Berat Badan :
8. Tinggi Badan (cm) :

II. Faktor Risiko


A. Hipertensi
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang penyakit hipertensi/tekanan
darah tinggi?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu menderita hipertensi/tekanan darah tinggi?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan pengobatan anti hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu pernah di diagnose sakit hipertensi?
a. Ya
b. Tidak
5. Sejak usia berapa Bapak/Ibu menderita hipertensi?
……………… Tahun

33
6. Apakah dalam keluarga Bapak/Ibu ada yang menderita hipertensi?
a. Ya
b. Tidak

B. Diabetes Mellitus
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang penyakit Diabetes
Mellitus?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu menderita Diabetes Mellitus?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah dalam keluarga Bapak/Ibu ada yang menderita Diabetes
Mellitus?
a. Ya
b. Tidak

C. Kolesterol
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang kolesterol?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu mempunyai kadar kolesterol tinggi?
a. Ya
b. Tidak
3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mempunyai kadar kolesterol tinggi?
…………… Tahun
4. Apakah dalam keluarga Bapak/Ibu ada yang mempunyai kadar
kolesterol tinggi?
a. Ya
b. Tidak

34
D. Merokok
1. Apakah Bapak/Ibu merokok?
a. Ya
b. Pernah dan sudah berhenti
c. Tidak

Keterangan :
 Jika Ya, lanjut ke pertanyaan nomor 2
 Jika Pernah dan sudah berhenti lanjut ke pertanyaan nomor 6
 Jika Tidak, lanjut ke pertanyaan nomor 9

2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mulai merokok?


…………… Tahun
3. Jenis rokok apakah yang Bapak/Ibu hisap?
a. Kretek
b. Sigaret; cerutu
4. Bagaimana cara anda menghisap rokok?
a. Hisap dan di telan ke dalam paru-paru
b. Menghisap sampai mulut dan dikeluarkan
c. Menggunakan pipa
5. Berapa batang rokok yang Bapak/Ibu hisap dalam sehari?
a. < 10 batang/hari
b. > 10 batang/hari
6. Apakah Anda sebelumnya pernah merokok?
a. Ya
b. Tidak
7. Pada usia berapa Bapak/Ibu mulai merokok?
……………. Tahun
8. Pada usia berapa Bapak/Ibu berhenti merokok?
……………. Tahun
9. Apakah di lingkungan Bapak/Ibu terdapat anggota keluarga yang
merokok?
a. Ya
b. Tidak

35
10. Apakah di lingkungan kerja Bapak/IBU bekerja terdapat orang
orang yang memiliki kebiasaan merokok?
a. Ya
b. Tidak

E. Aktivitas Fisik
1. Bagaimana kegiatan fisik yang anda lakukan setiap harinya?
a. Aktivitas berat
b. Aktivitas sedang
c. Aktivitas ringan
2. Apakah anda melakukan olahraga secara rutin?
a. Ya
b. Tidak
3. Frekuensi kegiatan olahraga yang anda lakukan?
a. < 3 kali seminggu
b. >3 kali seminggu
4. Jenis olahraga apa yang seing anda lakukan?
a. Jalan santai d. Aerobik
b. Lari atau jogging
c. Fitness

36
Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hipertensi .354 30 .000 .637 30 .000


Diabetes Mellitus .389 30 .000 .624 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Kolesterol Tinggi .354 30 .000 .637 30 .000
Merokok .517 30 .000 .404 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Olahraga Rutin .372 30 .000 .632 30 .000


Penyakit Jantung Koroner .389 30 .000 .624 30 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Hipertensi * Penyakit Jantung Koroner

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Hipertensi * Penyakit
30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Jantung Koroner

37
Hipertensi * Penyakit Jantung Koroner Crosstabulation

Penyakit Jantung Koroner

Ya Tidak Total
Hipertensi Ya Count 11 5 16

Expected Count 6.4 9.6 16.0

Tidak Count 1 13 14

Expected Count 5.6 8.4 14.0


Total Count 12 18 30

Expected Count 12.0 18.0 30.0

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.808a 1 .001


Continuity Correctionb 9.381 1 .002
Likelihood Ratio 13.301 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.414 1 .001
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Hipertensi


28.600 2.890 283.063
(Ya / Tidak)
For cohort Penyakit Jantung
9.625 1.415 65.477
Koroner = Ya
For cohort Penyakit Jantung
.337 .160 .706
Koroner = Tidak
N of Valid Cases 30

38
Merokok * Penyakit Jantung Koroner

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Merokok * Penyakit Jantung


30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Koroner

Merokok * Penyakit Jantung Koroner Crosstabulation

Penyakit Jantung Koroner

Ya Tidak Total

Merokok Ya Count 5 4 9

Expected Count 3.6 5.4 9.0

Tidak Count 7 14 21

Expected Count 8.4 12.6 21.0


Total Count 12 18 30

Expected Count 12.0 18.0 30.0

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.296a 1 .255


Continuity Correctionb .536 1 .464
Likelihood Ratio 1.282 1 .258
Fisher's Exact Test .418 .231
Linear-by-Linear Association 1.253 1 .263
N of Valid Cases 30

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.60.
b. Computed only for a 2x2 table

39
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Merokok (Ya
2.500 .506 12.351
/ Tidak)
For cohort Penyakit Jantung
1.667 .719 3.865
Koroner = Ya
For cohort Penyakit Jantung
.667 .302 1.470
Koroner = Tidak
N of Valid Cases 30

Diabetes Mellitus * Penyakit Jantung Koroner

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Diabetes Mellitus * Penyakit


30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Jantung Koroner

Diabetes Mellitus * Penyakit Jantung Koroner Crosstabulation

Penyakit Jantung Koroner

Ya Tidak Total

Diabetes Mellitus Ya Count 7 6 13

Expected Count 5.2 7.8 13.0


Tidak Count 5 12 17

Expected Count 6.8 10.2 17.0


Total Count 12 18 30

Expected Count 12.0 18.0 30.0

40
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.833a 1 .176


Continuity Correctionb .956 1 .328
Likelihood Ratio 1.839 1 .175
Fisher's Exact Test .264 .164
Linear-by-Linear Association 1.771 1 .183
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Diabetes


2.800 .619 12.664
Mellitus (Ya / Tidak)
For cohort Penyakit Jantung
1.831 .750 4.467
Koroner = Ya
For cohort Penyakit Jantung
.654 .337 1.268
Koroner = Tidak
N of Valid Cases 30

Kolesterol Tinggi * Penyakit Jantung Koroner

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kolesterol Tinggi * Penyakit


30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Jantung Koroner

41
Kolesterol Tinggi * Penyakit Jantung Koroner Crosstabulation

Penyakit Jantung Koroner

Ya Tidak Total
Kolesterol Tinggi Ya Count 11 3 14

Expected Count 5.6 8.4 14.0

Tidak Count 1 15 16

Expected Count 6.4 9.6 16.0


Total Count 12 18 30

Expected Count 12.0 18.0 30.0

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 16.272a 1 .000


Continuity Correctionb 13.398 1 .000
Likelihood Ratio 18.351 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.730 1 .000
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kolesterol


55.000 5.024 602.148
Tinggi (Ya / Tidak)
For cohort Penyakit Jantung
12.571 1.848 85.522
Koroner = Ya
For cohort Penyakit Jantung
.229 .083 .628
Koroner = Tidak
N of Valid Cases 30

42
Aktivitas Fisik * Penyakit Jantung Koroner

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Fisik * Penyakit


30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Jantung Koroner

Aktivitas Fisik * Penyakit Jantung Koroner Crosstabulation

Penyakit Jantung
Koroner

Ya Tidak Total

Aktivitas Fisik Tidak Rutin Count 11 6 17

% within Aktivitas Fisik 64.7% 35.3% 100.0%

Rutin Count 1 12 13

% within Aktivitas Fisik 7.7% 92.3% 100.0%


Total Count 12 18 30

% within Aktivitas Fisik 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2-
Value df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.977a 1 .002


Continuity Correctionb 7.743 1 .005
Likelihood Ratio 11.255 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 9.645 1 .002
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
b. Computed only for a 2x2 table

43
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Aktivitas Fisik
22.000 2.274 212.860
(Tidak Rutin / Rutin)
For cohort Penyakit Jantung
8.412 1.239 57.120
Koroner = Ya
For cohort Penyakit Jantung
.382 .197 .742
Koroner = Tidak
N of Valid Cases 30

44
Lampiran 3. Surat Izin Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang

45
Lampiran 4. Surat Izin Kelurahan Srondol Kulon

46

Anda mungkin juga menyukai