Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Post


Op Sectio Cesarea dengan indikasi Preeklamsi Berat di Ruang Rawat Inap
Kebidanan RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 27 September 2017
sampai dengan tanggal 30 September 2017 ada beberapa hal yang perlu dibahas
dan diperhatikan.
Dalam penerapan asuhan keperawatan tersebut penulis telah berusaha
mencoba menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Op Sectio
Cesarea dengan indikasi Preeklamsi Berat sesuai dengan teori-teori yang ada.
Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana
keberhasilan yang dicapai, akan diuraikan sesuai dengan tahap-tahap proses
keperawatan di mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang individu, keluarga dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2007). Dalam
melakukan pengkajian pada klien data di dapatkan dari klien , beserta
keluarga , catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.
1. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat
kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian. Pada tinjauan teori biasanya
klien mengeluh nyeri, luka bekas post op SC, dan pada tinjauan kasus
ditemukan klien mengatakan nyeri, dan luka bekas post op SC.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat kesenjangan dalam tinjauan biasanya klien ada riwayat hipertensi
atau penyakit seperti DM, jantung sedangkan berdasarkan hasil
wawancara pada Ny.N tidak ditemukan adanya riwayat hipertensi maupun
penyakit yang lain.

44
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan
fisik penting untuk menentukan keadaan pasien. Pemeriksaan fisik pada
teori mengacu pada pemeriksaan head to toe, pemeriksaan keadaan umum,
tingkatkesadaran serta TTV ( TD, P, N, S ) pada kasus penulis juga
melakukan pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan
umum, serta pemeriksaan TTV ( TD, N, P, S ).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual
dan resiko tinggi ( Doenges, 2000 : 8 ) Pada tinjauan teoritis ditemukan 11
diagnosa keperawatan sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan 5 diagnosa
keperawatan. Diagnosa yang ditemukan pada teori :
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan
post op SC.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op.
3. Cemas berhubungan dengan krisis situasi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi penyakit.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
6. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan
tekanan darah.
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan transisi.
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
9. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan keterbatasan
pengetahuan ibu.
10. Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurangnya dukungan dari orang terdekat, tidak tersedianya model peran.
11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,
proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
( Doegoes marylin, 2001 ).

45
Sedangkan pada kasus ditemukan 5 diagnosa yaitu :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan perfusi jaringan perifer beruhubungan dengan hipertensi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif (post operasi SC).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif ( operasi SC).

Diagnosa pada kasus yang tidak ditemukan di teori adalah


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan perfusi jaringan perifer beruhubungan dengan hipertensi.

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil
pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan ( Doenges, 2000 : 10 ).
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.
D. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien post sectio caesarea dengan indikasi preeklamsi berat,
hal ini tidaklah mudah. Terlebih dahulu penulis mengatur strategi agar
tindakan keperawatan dapat terlaksana, yang dimulai dengan melakukan
pendekatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan apa yang
perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan yang
dilaksanakan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien. Dalam melakukan
rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, hal ini
disebabkan karena :

46
1. Adanya faktor perencanaan yang baik dan sistematik sehingga
memudahkan untuk melakukan tindakan keperawatan
2. Pendekatan yang dilakukan pada klien dan keluarga dengan baik
sehingga klien merasa percaya pada penulis dan mudah dalam
pemberian serta pelaksanaan tindakan keperawatan
3. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga
penulis mendapat bantuan dalam melalaksanakan tindakan
keperawatan.

E. Evaluasi
Dari 5 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang
penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan, kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik
dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis
dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya. Penulis
mendapatkan kesempatan melihat perkembangan selama 3 hari berturut-turut.
1. Pada diagnosa 1 yaitu Hipertermi berhungan dengan proses inflamasi
dianggap masalah teratasi karena suhu tubuh pasien sudah kembali
normal.
2. Pada diagnosa 2 yaitu Ketidakefektifan perpusi jaringan berhubungan
dengan hipertensi diangaap masalah sudah teratasi karena sudah tidak ada
edema.
3. Pada diagnosa 3 yaitu Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif
(post operasi seksio secarea) dianggap masalah sebagian belum teratasi
karena pasien masih merasakan nyeri pada skala 1-2.
4. Pada diagnosa ke 4 yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
hipertensi dianggap masalah sudah teratasi karena pasien mengatakan
sudah dapat melakukan aktivitas fisik tanpa peningkatan respon
kardiopulmonal.

47
5. Pada diagnosa ke 5 yaitu Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan
invasif (operasi seksio secarea) masalah sudah teratasi karena tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi.

48

Anda mungkin juga menyukai