PENYAKIT LEPTOSPIROSIS
Dosen :
M.Ichsan S.,SKM,M.Epid,
Sri Ani, SKM, MKM
Rojali,SKM,M.Epid
KELAS : 2 D4 A
KESEHATAN LINGKUNGAN
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman dan islam kepada kita semua sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Pada kesempatan yang baik ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih Dosen
mata kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan dan kepada semua pihak yang telah membantu,
baik dari segi materi, pengetahuan, maupun materil hingga selesainya penyusunan makalah
ini.
Makalah yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyakit
Berbasis Lingkungan pada Program Studi Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Jakarta II.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik itu dari segi
penyajian maupun dari segi penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang sifatnya membangun dan perbaikan penulisan makalah ini atau
laporan-laporan lainnya yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaat, khusus bagi penulisan dan umumnya bagi semua
pembaca. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. LEPTOSPIROSIS ........................................................................................2
A. KESIMPULAN ............................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. LEPTOSPIROSIS
1. Agen Penyebab
Bakteri leptospira dapat masuk melalui mata, hidung, mulut, atau luka terbuka
pada kulit, Bakteri ini juga dapat menyebar melalui gigitan hewan atau cairan tubuh
lain (kecuali ludah) dan ketika meminum air yang terkontaminasi, misalnya sehabis
banjir atau ketika melakukan olahraga yang berhubungan dengan air. Hewan piaraan
jarang menjadi penyebab menyebarnya leptospirosis walau terdapat juga kasus
leptospirosis yang disebarkan oleh tikus piaraan.
2. Karakteristik
Mual
2
Muntah
Meriang
Sakit kepala
Nyeri otot
Sakit perut
Diare
Kulit atau area putih pada mata yang menguning
Demam tinggi
Ruam
Iritasi atau kemerahan di area mata
Batuk
Kehilangan nafsu makan
Gejala leptospirosis yang lebih berat bisa berujung kepada komplikasi yang
lebih serius, berupa pendarahan hingga gagal fungsi pada organ-organ tertentu.
3. Riwayat Perjalanan
a. Tahap Pre-patogenesis
Tahap dimana pada dasarnya setiap individu sudah memiliki resiko terkena
penyakit Leptospirosis. Karena pada tahap ini, sudah terjadi interaksi antara manusia
atau hewan dengan agen penyebab atau bahkan manusia dengan hewan sebagai host
perantara. Sehingga kemungkinan manusia untuk terinfeksi semakin besar ketika
manusia dalam kondisi kekebalan tubuh yang buruk atau ketika agent semakin
bersifat virulen.
b. Tahap Patogenesis
1) Masa Inkubasi
3
selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa dan hati. Selain itu ada juga gejala
lain seperti Malaise, rasa nyeri pada otot betis dan punggung, Konjungtivitis tanpa
disertai eksudat serous / porulen (kemerahan pada mata).
c. Tahap Pasca-patogenesis
Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah timbul
jaundis. 30% pasien mengalami diare atau konstipasi, muntah, lemah, dan penurunan
nafsu makan. Terkadang terjadi pendarahan di bawah kelopak mata dan gangguan
ginjal pada 50% pasien, dan gangguan paru-paru pada 20-70% pasien. Gejala yang
timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama karena didasarkan pada
organ tubuh yang diserang. Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul
kemungkinan akan terjadi meningitis. Stadium ini terjadi biasanya antara minggu ke
2-4.
Ada beberapa keadaan yang mungkin terjadi pada akhir perjalanan penyakit
leptospirosis dalam tubuh manusia selaku host, yaitu
a. Sembuh sempurna
Keadaan dimana penderita sudah sembuh total dan agen penyakit dalan hal ini
bakteri Leptospirosa sudah keluar dari tubuh host tanpa meninggalkan
kelainan fisik dan fungsi organ tubuh host.
b. Sembuh tapi cacat
Kemungkinan kecacatan yang disebabkan penyakit leptospirosis antara lain
kegagalan fungsi ginjal dan paru-paru, nekrosis hati, meingitis, ensefalitis dan
sebagainya
c. Meninggal Dunia
Penderita mungkin saja meninggal karena penyakit ini mengingat komplikasi
penyakit yang mungkin terjadi akibat leptospirosis ini beragam dari yang
masih sederhana hingga penyakit berat seperti meningitis, gagl ginjal, nekrosis
dan lain-lain.
4
4. Epidemiologi
a. Orang
1. Usia
Penyakit ini dapat menyerang manusia dari semua golongan usia, tetapi
sebagian besar penderita berusia antara 10-39 tahun.
2. Jenis Kelamin
Sebagian besar kasus Leptospirosis yang pernah terjadi adalah pada laki-
laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi tertular
penyakit ini. Laki-laki memiliki risiko terkena Leptospirosis sebesar 3,59
kali dibandingkan perempuan.
3. Status Gizi
Mereka dengan status gizi yang baik biasanya memiliki kekebalan tubuh
yang baik pula, mengingat zat gizi dibutuhkan dalam segala proses
metabolise di dalam tubuh. Individu dengan status gizi yang rendah dan
memikliki daya tahan tubuh yang rendah akan mudah mengalami berbagai
penyakit, termasuk leptospirosis. Tetapi perbedaannya disini adalah
seseorang dengan statur gizi yang baik mungkin mengalami gejala klinis
yang lebih ringan dan lebih cepat sembuh dibanding mereka dengan daya
tahan tubuh yang rendah
b. Tempat
1) Lingkungan
Leptospirosis Merupakan penyakit berbasis lingkungan yang dapat
menyerang baik manusia maupun hewan, tentunya lingkungan memiliki andil
yang besar dalam terjadinya penyakit ini. Lingkungan yang kumuh dengan
sampah berserakan dan banyaknya genangan air memudahkan bakteri penyebab
Leptospirosis untuk berkembang biak dengan baik. Hal ini menyebabkan angka
kejadian penyakit leptospirosis banyak ditemukan pada negara-negara
berkembang dengan status sanitasi yang buruk.
2) Kondisi Sosial-Ekonomi
Penyakit ini lebih sering diderita oleh mereka dari g olongan menengah
kebawah, karena menurut data yang didapat kebanyakan penderita leptospirosis
adalah para petani, peternak, penjaga hewan peliharaan. Namun tidak menutup
kemungkinan dokter hewan bebas dari penyakit ini.
3) Waktu
Tidak ada waktu khusus dalam penyebaran Leptospirosis, namun penyakit
ini lebih sering terjadi ketika musim penghujan. Dimana dibeberapa daerah
dengan sanitasi yang buruk sering terjadi banjir, yang mengakibatkan akses
bakteri Leptospirosa sp. lebih luas dan penyebaran urin hewan peliharaaan
terkontaminasi yang terjatuh di tanah menyebar melalui media air.
5
5. Peran Lingkungan
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan
terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam proses
terjadinya penyakit. Secara garis besarnya, maka unsur lingkungan dapat dibagi
menjadi tiga bagian utama yaitu:
a. Lingkungan fisik
b. Lingkungan biologi
c. Lingkungan sosial
1) Lama pendidikan
2) Jenis pekerjaan
6
kontak dengan air banjir mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi terkena
leptospirosis, kontak dengan lumpur mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi
terkena leptospirosis.
6. Upaya Pencegahan
Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari dengan air seni
binatang.
7
Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum bersentuhan
dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari air kencing binatang.
Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur.
Pakailah sarung tangan bila berkebun.
Halaulah binatang pengerikit dengan cara membersihkan dan menjauhkan
sampah dan makanan dari perumahan.
Cucilah tangan dengan sabun
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
http://epidemiologiunsri.blogspot.co.id/2011/11/leptospirosis.html?m=1
http://www.alodokter.com/leptospirosis
digilib.unimus.ac.id/.../jtptunimus-gdl-sitinurcha-6633-3-babii.pdf
http://eprints.ums.ac.id/44786/3/BAB%20I.pdf
10