Latar belakang
Foto polos vertebra menunjukkan gambaran destruksi korpus vertebra terutama di bagian
anterior, kolaps vertebra, diskus intervertebral menyempit atau bahkan hancur. Juga gambaran
abses paravertebra, berupa bayangan di daerah paravertebra.3 Demineralisasi end plate dan batas
tulang yang tidak jelas juga dapat terlihat.17 Selanjutnya, vertebra yang berhadapan juga dapat
ikut terlibat. Meskipun ada, jarang ada kasus dimana keterlibatan vertebra selang-seling (skip
lesions).18
Berikut ini adalah perubahan radiografi yang merupakan karakteristik tuberkulosis spinal
pada radiografi polos 19:
Perusakan litik dari bagian anterior korpus vertebra
Peningkatan wedging anterior
Kolapskorpus vertebral
Sklerosis reaktif pada proses litik progresif
Osteoporosis vertebral end plate
Diskus intervertebralis dapat menyusut atau hancur.
Korpus vertebra menunjukkan beragam derajat destruksi.
Bayangan paravertebral (paravertebral shadow) fusiform pembentukan abses.
Pembesaran bayangan psoas (psoas shadow) dengan atau tanpa kalsifikasi
Lesi tulang dapat terjadi pada lebih dari 1 tingkat.
CT scan dapat memperlihatkan dengan jelas sklerosis tulang, destruksi corpus vertebrae,
abses epidural, fragmentasi tulang, dan penyempitan kanalis spinalis. CT myelography juga
dapat menilai ada tidaknya kompresi medulla spinalis. CT scan juga dapat dilakukan sebagai alat
pemandu untuk biopsy.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dianggap sebagai gold standar untuk menegakan
diagnosis spondilitis karena sensitivitas yang tinggi (96%), spesifisitas tinggi (94%), dan dapat
memberikan gambaran anatomi vertebrae serta jaringan lunak sekitarnya secara spesifik.
Gambaran MRI pada spondilitis meliputi hipointensitas diskus dan corpus vertebral pada T1 dan
hiperintensitas pada T2. Pada pemberian kontras gadolinium akan tampak penyangatan pada
diskus intervertebralis, corpus vertebrae, serta jaringan lunak di sekitar vertebrae. MRI, juga
membantu dalam diferensiasi spondilitis dari lesi degeneratif vertebrae. Pada lesi degeneratif
akan didapatkanhipointensitas T2 yang mendukung perubahan pada endplate Modic. Selain itu
MRI dapat juga membedakan spondilitis dan tumor. Pada kasus keganasan didapatkan
hipointensitas T1 pada medulla spinalis. MRI juga berperan penting dalam
mendiferensiasispondilitis TB dan spondylodiscitis piogenik. Gambaran MRI pada spondilitis
TB berupa pola kerusakan tulang yang luas dengan kerusakan yang minimal dari diskus
intervertebralis, gambaran heterogen dari tubuh vertebral, dan tampak gambaran abses
paravertebral.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk eradikasi infeksi, mencegah atau memperbaiki defisit
neurologi dan deformitas tulang belakang. Penatalaksanaan primer adalah medikamentosa. US
CDC dan British Medical Research Council merekomendasikan kombinasi OAT selama 6-9
bulan pada spondilitis Tuberkulosis. Pada kasus yang melibatkan beberapa vertebra dianjurkan
pengobatan selama 9-12 bulan. Kombinasi yang digunakan paling sedikit terdiri dari 3 jenis
OAT dan salah satunya harus bersifat bakterisidal. Diberikan pada 2 bulan pertama dilanjutkan
dengan INH dan Rifampisin sampai masa terapi selesai. Dosis yang digunakan adalah INH 300
mg oral, rifampisin 10 mg/KgBB, tidak melebihi 600 mg. Untuk Pirazinarnid dosis yang
diberikan adalah 15-30 mg/KgBB, Etambutol 15-25 mg/KgBB dan Streptomisin 15 mg/KgBB,
tidak melebihi 1g/hari.3
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
Golongan Obat OAT berdasarkan lini pemakaian