Anda di halaman 1dari 3

Crossmatch Crossmatch adalah reaksi silang invitro antara darah pasien dengan darah

donor. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dilakukannya transfusi darah. Uji silang atau
crossmatch diperlukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah pasien
sudah sesuai dengan donor, sehingga golongan darah pasien dan donor sebelumnya harus
diketahui dan diharapkan sama. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan
bahwa transfusi darah tidak menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel-sel darah
merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan. Uji silang serasi
dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi
dengan darah donor atau sebaliknya. (Nouratan, Singh,Sigh, Neeraj, Racheal Joseph, Reeba.
2017)
Uji crossmatch ini penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang
kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Pentingnya pemeriksaan
crossmatch ini pada ibu hamil juga bertujuan supaya mencegah kemungkinan terjadinya
hemolitik pada bayi baru lahir akibat adanya perbedaaan golongan darah antara ibu dan bayi
yang dikandungnya. (Lapierre, Y. 2012)
Uji cocok serasi adalah reaksi silang invitro antara darah pasien yang akan ditransfusi
dengan darah donornya yang akan ditransfusikan. Metode Pemeriksaan uji cocok serasi (cross
matching) dengan Gel Test yaitu apabila terbentuk aglutinasi sel berupa garis merah pada
permukaan gel atau aglutinasi menyebar di dalam gel dikatakan positif sedangkan kalau
terbentuk garis yang kompak (padat) pada dasar microtube dikatakan negatif. Uji cocok serasi
yang dijalankan adalah suatu test invitro yaitu mereaksikan darah pasien dengan darah donor
melalui proses yang dibagi menjadi 2 :
a. Mayor cross matching ( uji cocok serasi mayor )
Mereaksikan serum pasien terhadap sel donor, untuk mencari apakah ada antibodi
irregular yang melawan sel donor.
b. Minor cross matching ( uji cocok serasi minor )
Mereakasikan serum donor terhadap sel pasien, untuk mencari apakah ada irregular
antibodi di dalam serum donor yang melawan sel pasien. (Mollison, P,I. 2011)

Metode gel test yang merupakan suatu pengembangan dari metode uji reaksi silang yang
sebelumnya yang menggunakan tabung reaksi sebagai alat tesnya. Gel tes mempermudah kerja
penguji darah dan lebih akurat dalam pemeriksaan hasil dari uji reaksi silang. Gel test selain
lebih akurat juga lebih efisien dalam waktu, sehingga banyak jumlah permintaan darah dapat
diselesaikan tepat waktu dan lebih praktis. Sampel darah pasien cocok menunjukan hasil negatif
(kompatibel) sedangkan yang tidak cocok menunjukkan keruh pada gel test dan hasilnya positif
(inkompatibel) (Herda R, Boher. 2013)
Kelebihan metode gel test :
1. Semua tahapan terstandarisasi, karena semua konsentrasi reagen terukur
2. Sederhana dan cepat
3. Hasil obyektif, tidak ditentukan ketrampilan petugas dalam melakukan tes uji silang
cocok serasi dimana hal ini tidak dijumpai pada metode tabung. Hasil crossmatch
dengan menggunakan metode tabung sangat subyektif karena ketrampilan operator
memberikan kontribusi yang paling besar terhadap hasil yang didapat.
4. Hasil reaksi stabil, tidak perlu terburu-buru dalam melakukan pembacaan hasil reaksi
5. Sampel yang diperlukan hanya sedikit, hal ini sangat membantu untuk melakukan uji
silang cocok serasi pada bayi yang membutuhkan darah
6. Tidak ada tahap pencucian sehingga menghindari terjadinya reaksi “false negatif”
karena kurang sempurnanya tahap pencucian, dengan tidak adanya tahap pencucian
maka penambahan Coombs Control Cells pada reaksi negatif tidak diperlukan lagi
7. Pembacaan reaksi secara makroskopis sehingga penggunaan mikroskop tidak
diperlukan lagi
8. Lebih sensitive dibandingkan metode konvensional sehingga meminimalisir
ditemukannya reaksi false negatif yang berbahaya bagi penerima darah
9. Hasil reaksi secara visual dapat didokumentasikan
10. Mengurangi limbah di laboratorium karena semua limbah berada dalam kartu
11. Masa kadaluarsa panjang (satu setengah tahun sejak tanggal produksi)
(Nouratan, Singh,Sigh, Neeraj, Racheal Joseph, Reeba. 2017)

Dari pemeriksaan uji silang serasi antara donor 1 atas nama Eva Sri
Anggarini/20th/Perempuan golongan darah O dan donor 2 yuli widiantari/20th/perempuan
dengan resipien atas nama Ulfa Diana Sari/21th/Perempuan diperoleh hasil pada reaksi mayor
terjadi aglutinasi dengan tingkat reaksi positif 4, reaksi minor terjadi aglutinasi dengan tingkat
reaksi positif 4, pada autocontol tidak terjadi aglutinasi dan Autopool tidak terjadi aglutinasi.
Dari pemeriksaan tersebut didapatkan hasil yang inkompatibel dimana terjadi ketidakcocokan
antara darah donor dan resipien, yang berarti bahwa darah donor tidak bisa ditransfusikan ke
penerima. Banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil tersebut yaitu salah satunya adalah karena
gel tesnya sudah kadaluarsa dan kemungkinan golongan darah yang berbeda karena saat
centrifuge ada label tabung darah yang lepas yang mungkin menyebabkan tabung darah yang
tertukar. (Col D, Swarup, Brig P.S. Et All. 2008)

Col D, Swarup, Brig P.S. Et All. 2008. Comparative Study Of Blood Cross Matching Using
Conventional Tube And Gel Method. Air Force Journal India, 129-130

Nouratan, Singh,Sigh, Neeraj, Racheal Joseph, Reeba. 2017. Evaluation Of Methodology And
Comparative Study Between Spin Saline Tube And Matrix Gel Card Techniques Blood
Compatibility. International Journal Of Current Research.

Herda R, Boher. 2013. Tube Versus Gel Cross Match Methods At The National Blood Centre In
Malaysia : A Comparative Study. Journal Authors .

Lapierre, Y. 2012. The Gel Test : A New Way To Detect Red Cells Antigen-Antibodi Reactions ;
Transfusion, 30 : 109-13

Mollison, P,I. 2011. Blood Transfusion In Clinical Medicine. 9th Edition Blackwell Scientific
Publications.

Anda mungkin juga menyukai