Pendahuluan
Diare akut adalah sebuah penyakit yang sangat sering terjadi, yang mempunyai
banyak sekali kemungkinan penyebab. Diare juga selain karena infeksi bakteri atau virus
ataupun parasit patogen dapat juga terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal
sistem pencernaan. Manifestasi klinik yang ditunjukkan pada diare sangat berhubungan erat
dengan penyebab terjadinya diare dan juga akibat komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang
paling sering muncul adalah dehidrasi yang biasanya bisa berakibat fatal bila tidak segera
diterapi dengan rehidrasi.
Penatalaksanaan pada pasien diare anak adalah rehidrasi oral yang adekuat, dan bila
sudah terpenuhi baru lakukan segera pemberian diet yang mencukupi kecukupan gizi secara
bertahap. Pencegahan terhadap diare sulit dilakukan, tetapi dapat dioptimalkan dengan
menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan penderita diare lainnya, serta hal-hal
lainnya. Pemahaman dokter dalam melayani pasien dengan diare secara menyeluruh sangat
penting karena dapat membantu pasien dan menghindari terjadinya komplikasi yang
memberatkan.
Pembahasan
a. Anamnesis
Beberapa pertanyaan yang perlu diajukan pada pasien atau orang tua pasien
bila pada anak, apa yang dimaksud pasien dengan diare? Sering buang air besar?
Buang air besar lunak? Encer? Apakah volume tinja benar-benar meningkat? Apakah
sangat berair? Adakah makanan yang tidak tercerna dalam tinja? Seberapa sering
terjadi diare? Sudah berapa lama terjadi diare? Adakah urgensi atau tenesmus? Apa
warna dan konsistensi tinja? Adakah darah, lendir, atau nanah? Apakah tinja pucat
apakah mengapung? Adakah gejala kekurangan cairan (misalnya pingsan, pusing
postural)? Adakah gejala sistemik seperti demam, ruam, atau artralgia? Apakah baru-
baru ini ada pembahan kebiasaan buang air besar? Adakah konstipasi? Adakah tanda-
tanda yang menunjukkan malabsorpsi (misalnya penurunan berat badan, gejala
anemia)? Adakah kontak dengan orang lain yang menderita diare dan muntah?2
Pada pasien dengan diare akut akan datang dengan berbagai gejala klinik
tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari
15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan
sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare
karena kelainan kolon sering kali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi
sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut
infektif datang dengan keluhan khas yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam,
dan tinja yang sering, bisa air, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen
yang spesifik.
Secara umum, patogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih
mengarah ke invasif.1 Penting juga untuk ditanyakan bila diduga diakibatkan oleh
keracunan makanan, hubungannya dengan kapan saat makan suatu makanan dan
efeknya pada orang lain yang makan makanan yang sama.3
b. Differential Diagnosis
Disentri
Merupakan peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut, nyeri dan
buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan
darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan mejadi dua yaitu disentri
amuba dan disentri basiler. Penyebab yang paling umum yaitu adanya infeksi parasite
Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri
golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler. Kuman-kuman tersebut
dapat tersebar dan menular ke orang lain melalui makanan dan air yang sudah
terkontaminasi kotoran dan juga lalat.4
Disentri basiler umumnya menyerang secara tiba-tiba sekitar dua hari setelah
kemasukan kuman/bakteri Shigella. Gejalanya yaitu demam, mual dan muntah-
muntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua atau tiga hari
kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses penderita. Pada disentri basiler,
penderita mengalami diare yang hebat yaitu mengeluarkan deses yang encer hinggal
20-30 kali sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan
cairan tubuh (dehidrasi). Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak
segera diatasi dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala lainnya yaitu perut
terasa nyeri dan mengejang.4
Intoksikasi Makanan
Intoksikasi adalah keracunan yang disebabkan karena mengkonsumsi
makanan yang mengandung senyawa beracun. Senyawa beracun tersebut dapat
berasal dari tanaman atau hewan atau diproduksi oleh mikroba pada bahan pangan.
Gejala dari intoksikasi makanan antara lain mual, perut terasa panas, pusing,
lemah/lemas, sesak, serta pernapasan berlangsung cepat dengan bau khas. Gejala
lainnya adalah kejang, berkeringat, mata menonjol dan midriasis (bola mata
membesar). Mulut umumnya berbusa bercampur darah. Sedangkan pada mereka yang
berkulit putih, warna kulitnya menjadi merah bata sementara warna kulit umumnya
menjadi kebiru-biruan karena kekurangan oksigen.
c. Working Diagnosis
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, yaitu
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1,3
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, diare akut
didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair dan lembek dengan jumlah lebih banyak
dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare persisten merupakan istilah yang
dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang
merupakan kelanjutan dari diare akut.
Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non infektif
bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut. Diare organik
adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik.
Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab organik.1,3
d. Diare
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tersebut antara lain pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum, dan
kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan Enzym-linked Immunosorbent Assay
(ELISA) mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen.1
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada
infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah
putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin
diperiksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh.
Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang
menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.1
Jika merupakan episode diare akut tunggal dan belum mereda setelah 5-7 hari,
lakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salmonella typhi, S. paratyphi, dan S. enteritidis, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur,
dan parasit (ameba, Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter,
Clostridium difficile). Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolitis ulseratif atau
kanker (atau kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diagnostik.3
b) Etiologi
Kepentingan relatif dan sifat-sifat epidemiologi patogen diare bervariasi sesuai
dengan lokasi geografis. Anak-anak di negara sedang berkembang menjadi terinfeksi
dengan berbagai kelompok patogen bakteri dan parasit, sedang semua anak di negara
maju serta negara yang sudah berkembang akan mendapat rotavirus, dan pada banyak
kasus enteropatogen virus lain dan G. lamblia selama usia 5 tahun pertamanya.
Diare akut atau diare jangka pendek dapat disertai dengan salah satu bakteri,
virus atau parasit yang terdaftar pada Tabel 1. Diare kronis atau menetap yang
berakhir 14 hari atau lebih lama dapat karena agen infeksius, termasuk G. lamblia,
Cryptosporidium, dan E. coli enteroagregatif atau enteropatogenik, setiap
enteropatogen yang menginfeksi hospes terganggu imun; atau gejala-gejala sisa
karena cedera usus oleh setiap enteropatogen pascainfeksi akut.
Ada banyak juga penyebab diare noninfeksius pada anak seperti cacat
anatomik sistem pencernaan (malrotasi, striktura, atrofi mikrofili), malabsorpsi
(defisiensi disakaridase, garam empedu lumen berkurang, inefisiensi pankreas),
kelainan hormonal, keracunan makanan, keganasan, dan berbagai macam penyebab
lainnya.5
Penderita diare biasanya tidak perlu mempunyai tinjanya untuk diperiksa telur
dan parasit kecuali kalau ada riwayat perjalanan ke daerah endemik baru-baru ini,
biakan tinja negatif untuk enteropatogen lain, dan diare menetap selama lebih dari 1
minggu; mereka merupakan bagian dari ledakan serangan diare; atau mereka
menderita gangguan imun. Pemeriksaan lebih dari satu spesimen tinja mungkin perlu
untuk menegakkan diagnosis. Obat-obat tertentu, senyawa anti diare, dan barium
dapat mengganggu identifikasi enteropatogen parasit. Enteropatogen virus didapati
empat penyebab gastroenteritis virus adalah rotavirus, adenovirus enterik, astovirus
dan kalsivirus.5
c) Epidemiologi
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu miliar kejadian sakit dan 3-5 juta
kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap
tahun, pada 16,5 juta anak sebelum usia 5 tahun, menghasilkan 2,1-3,7 juta kunjungan
dokter, 220.000 penginapan di rumah sakit, 924.000 hari rumah sakit, dan 400-500
kematian.
Diare sekretorik, diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia
coli.1
Motilitas dan waktu transit usus abnormal, diare tipe ini disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang
abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes melitus,
pasca vagotomi, hipertiroid.1
e) Gelaja Klinis
Kebanyakan manifestasi klinik dan sindrom-sindrom klinik dari diare sangat
erat hubungannya dengan patogen yang menginfeksi dan juga jumlah patogen yang
masuk ke dalam tubuh manusia untuk tumbuh. Manifestasi lain juga berhubungan
dengan perkembangan dari komplikasi yang mungkin muncul, misalnya dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit, dan keadaan natural dari patogen tersebut.
Diare berdarah dan keram perut setelah 72-120 jam masa inkubasi
dihubungkan dengan infeksi akibat dari Shigella dan juga Shigatoxin-producing
Escherichia coli (E. coli O157: H7). Organisme yang dihubungkan dengan disentri
atau diare yang memiliki darah juga bisa menyebabkan diare berair saja tanpa
dibarengi dengan demam atau dapat berlanjut pada komplikasi yang lebih berat akibat
dari disentri. Meskipun banyak manifestasi dari gastroenteritis akut pada anak adalah
tidak spesifik, beberapa gejala klinik dapat membantu mengidentifikasi kategori luas
dari diare dan memungkinkan pemberian antibiotik atau tata laksana diare lainnya
sesuai dengan faktor penyebab.
Terkadang mungkin saja ada terjadi tumpang tindih antar gejala-gejala.
Prediksi positif seseorang menderita disentri sangat buruk, tetapi prediksi seseorang
terkena diare akibat bakteri bisa lebih baik dengan tidak adanya tanda-tanda disentri.
Penentuan penyebab hanya bisa dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium.7
f) Penatalaksanaan
Terapi utama adalah rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi sampai diare mereda
serta menghindari malnutrisi akibat kurangnya asupan nutrien.9 Namun, pada
beberapa keadaan identifikasi patogen akan mengubah pengobatan sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium.9
Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima di seluruh
dunia karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk penyakit
diare. Larutan rehidrasi oral yang optimal harus dapat mengganti air, natrium, kalium,
dan bikarbonat, dan larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik. Terapi
rehidrasi oral harus digunakan pada semua anak dengan dehidrasi ringan sampai
sedang.9
Sebagian besar diare pada anak terutama pada bayi disebabkan oleh virus,
karena itu antibiotik pada bayi dengan diare hanya diberikan pada kasus tertentu saja.
Pemberian obat antidine yang banyak beredar saat ini meskipun dari beberapa laporan
memperlihatkan hasil yang baik dalam hal lama dan frekuensi diare. Tetapi, hal ini
belum dimasukkan ke dalam rekomendasi penanganan diare pada anak. 8
g) Komplikasi
Kebanyakan komplikasi yang berhubungan dengan gastroenteritis selalu
dikaitkan dengan keterlambatan diagnosis dan keterlambatan dalam melakukan terapi
yang diperlukan. Tanpa rehidrasi yang cepat, banyak anak dengan diare akut akan
berkembang menjadi dehidrasi dengan berbagai komplikasi yang menyertai.
Komplikasi ini bisa membahayakan pada anak.
Terapi yang tidak sesuai juga bisa mengarah pada diare yang lebih panjang
masa terjadinya, dengan akibat berupa malnutrisi dan komplikasi berupa infeksi
sekunder, dan defisiensi mikronutrien seperti, besi dan seng. Di negara yang sedang
berkembang, bakterisida yang berhubungan bisa dikatakan sebagai komplikasi diare
pada anak yang mengalami malnutrisi. Beberapa penyakit yang biasanya
diasosiasikan dengan komplikasi diare adalah glomerulonefritis, arthritis, nefropati,
eritema nodosum, dan hemolytic uremia syndrome.7
h) Prognosis
Prognosis biasanya bagus karena kebanyakan kasus gastroenteritis adalah
kasus yang dapat sembuh dengan sendirinya. Biasanya keadaan anak akan membaik
dengan dilakukan rehidrasi intravena. Pasien yang diberikan rehidrasi secara oral
yang adekuat akan memperlihatkan perbaikan dirinya secara bertahap.10
i) Pencegahan
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak penderita, jas panjang bila
ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang
terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara perolehan
enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.
Penderita yang mendatangi pusat perawatan harian harus dipisahkan dari pusat
atau dirawat pada daerah tersendiri sampai diare telah mengurang. Kasus diare yang
disebabkan oleh Entamoeba histolytica, episode akibat E. coli 0157:H7, Giardia.
Campylobacter, Salmonella. Shigella, V. cholerae dan V. parahaemolylica harus
dilaporkan pada departemen kesehatan setempat. Vaksin tersedia untuk mencegah
atau mengubah infeksi oleh Salmonella typhi dan Vibrio cholerae. Kedua vaksin
mempunyai penggunaan terbatas di Amerika Serikat.5
Pasien yang datang dengan keluhan diare yang dibarengi dengan tanda-tanda
dehidrasi ringan-sedang dalam waktu 2 hari tanpa darah dan lendir yang disertai
demam sudah cukup mengarahkan kita pada diagnosis pasien menderita diare akut.
Hal ini juga perlu ditambah dengan hasil pemeriksaan fisik lain dan juga penting
dilakukan pemeriksaan penunjang untuk penentuan etimologi pasti dari diare yang
terjadi karena perbedaan pada etiologi akan memberikan pendekatan terapi yang
berbeda-beda.
Begitu banyaknya etiologi dari diare, baik yang perubahan fungsi normal,
maupun efek dari infeksi mikroba patogen, sehingga penentuan etiologi sekali lagi,
penting untuk dilakukan. Kejadian diare pada anak dan bayi sangat banyak, dan
biasanya merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri, walaupun perlu diperhatikan
derajat dehidrasi penyertanya.
Sehingga ketika sudah ditemukan etiologi yang jelas, maka sudah dapat
dipastikan pendekatan dan juga prognosis dari keadaan diare pasien. Keadaan
penyerta yang sangat sering terjadi pada diare adalah dehidrasi akibat banyaknya
cairan yang keluar melalui defekasi.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, penyunting. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: InternaPublishing; 2009.
2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2008.h.63.
3. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes: kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2007.h.50-2.
4. Behrman RE, Kliegman RM, penyunting. Nelson esensi pediatri. Edisi ke-4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.h.510-5.
5. Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. Ilmu kesehatan anak nelson. Volume II. Edisi ke-15.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000.h.889-93.
6. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008.h.157-60.
7. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, editors. Nelson textbook of pediatrics. 18th Edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.p.1605-17.
8. Diare pada Anak, Bagaimana Menanganinya?, diunduh dari http://www.idai.or.id/
kesehatananak/artikel.asp?q=1987415145752, 19 Mei 2013.
9. Appleton, Lange. Buku ajar pediatri rudolph. Volume II. Edisi ke-20. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2007.h.1142-5.
10. Pediatric Gastroenteritis Follow-up, diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/964131-medication#1 , 17 Mei 2015
11. Diarrhea Follow-up, diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/928598-
followup#a2650, 17 Mei 2015.