Nama
Stambuk
F22119040
Kelas C
UNIVERSITAS TADULAKO
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan besarnya.
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan
ukuran butiran antara 0,063 mm — 150 mm. Agregat menurut asalnya dapat dibagi dua yaitu
agregat alami yang diperoleh dari sungai dan agregat buatan yang diperoleh dari batu pecah.
Dalam hal ini, agregat yang digunakan adalah agregat alami yang berupa coarse agregat
(kerikil ), coarse sand ( pasir kasar ), dan fine sand ( pasir halus ). Dalam campuran beton,
agregat merupakan bahan penguat (strengter) dan pengisi (filler), dan menempati 60% — 75%
dari volume total beton.
1. Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm.. Ketentuan agregat kasar antara lain:
Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori. Aggregat kasar
yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak
melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat keringnya. Bila
melampaui harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton, seperti zat yang
relatif alkali.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban
uji 20 ton.
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara 6–7,5.
1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.
2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar
sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk
beton berbobot ringan.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang diklasifikasi
disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.
2. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini
berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine
Sand). Untuk beton penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan
sebagai agregat halus. Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat kekal artinya
tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti terik matahari hujan, dan lain-
lain.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat kering, apabila kadar
lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus harus dicuci bila ingin dipakai untuk
campuran beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5
%.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup) terlalu banyak dan
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-HARDER dengan larutan
NaOH 3%.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2–3,2.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2–4,5.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga dapat dipakai, asal saja kekuatan
tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
agregat yang sama, tetapi dicuci terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci
bersih dengan air pada umur yang sama.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan apabila diayak dengan ayakan
susunan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
AGREGAT BUATAN
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton atau mortar. Agregat menempati sebanyak kurang lebih 70 % dari
volume beton atau mortar. Oleh karena itu sifat-sifat agregat sangat mempengaruhi
sifat-sifat beton yang dihasilkan.
Berdasarkan asalnya, agregat digolongkan menjadi :
A. Agregat alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurannya.
Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal
dan tidak pipih. Agregat alam terdiri dari :
1. Agregat alam
kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari batuan
induknya. Biasanya ditemukan di sekitar sungai atau di daratan. Agregat beton alami
berasal dari pelapukan atau disintegrasi dari batuan besar, baik dari batuan beku,
sedimen maupun metamorf. Bentukya bulat tetapi biasanya banyak tercampur dengan
kotoran dan tanah liat. Oleh karena itu jika digunakan untuk beton harus dilakukan
pencucian terlebih dahulu. (2) Agregat batu pecah, yaitu agregat yang terbuat dari batu
alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.
2. Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena
kekurangan agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan.
Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan breeze yang berasal dari limbah
pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca
= Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa
pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada
tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang mengandung
karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada
suhu tinggi.
a. Agregat berat :
agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8. Biasanya digunakan untuk beton
yang terkena sinar radiasi sinar X.
Contoh agregat berat : Magnetit, butiran besi
b. Agregat Normal :
agregat yang mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70.Beton dengan agregat normal akan
memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa – 40 MPa. Agregat normal
terdiri dari : kerikil, pasir, batu
pecah (berasal dari alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
c. Agregat ringan :
agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0.
Biasanya digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu
apung, asbes, berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dg gelembung
udara, perlit yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dll
(buatan).
GRADASI UMUM
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat . Gradasi agregat
berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas
(kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran. Gradasi agregat ditentukan dengan
cara analisa saringan, dimana sampel agregat harus melalui satu set saringan, dimana
saringan yang paling besar diletakkan paling atas dan yang paling halus dibawah. Gradasi yang
ideal itu ada yang semakin padat karena menghasilkan beton yang lebih baik dan yang lebih
ekonomis. Rongga udara akan minimal bila diameter butir kecil, tapi bila terlalu kecil akan tidak
praktis. Selain itu tegangan permukaan dan tegangan masing-masing butir tidak memungkinkan
butir dipasang secara berpasangan/berdempetan itu agar mudah dipadatkan.
GRADASI SENJANG
Gradasi senjang (gap graded) adalah suatu komposisi agregat yang grafik pembagian butirnya
menggunakan di antara ukuran-ukuran tertentu berbentuk senjang, mempunyai rongga diantara
agregat lebih besar sehingga dapat mengakomodasi aspal lebih banyak.
Gradasi harus membutuhkan berbagai variasi ukuran butir agregat dalam campuran beton
untuk mendapatkan pori yang kecil dan kemampuan yang tinggi agar interblocking yang terjadi
menjadi baik. Selain itu untuk mendapatkan penyebaran gradasi yang baik dapat dilakukan
dengan cara mencampurkan agragat bergradasi seragam pada ukuran butir yang
agregatnyatidak memiliki gradasi senjang sehingga diperoleh campuran gradasi yang menerus
baik Gradasi senjang dapat dilakukan apabila kondisi pengecoran dapat diatasi sebaik
mungkin. Pemisahan atau segresi dapat diminimalisir dengan memakia slump terendah dan
campuran beton yang cukup keras/kuat.
ASTM Standart C 131 dan C535 , memakai cara uji geseran dengan mesin× Angels, dan
ketahanan aus dinyatakan dalam persen bagian yang aus dari contoh uji agregat kasar ( cara
uji ini dianut oleh Indonesia dengan SNI 03
Di Indonesia, cara pengujian dengan bejana Rudeloff pada agregat kasar. Kekuatan dinyatakan
dengan persen hancur yang menembus ayakan 2,0 mm terhadap berat contoh uji. Kekerasan
merupakan lawan dari keausan. Ketahanan terhadap abrasi sering dipakai sebagai indeks
secara umum untuk kualitas agregat. Untuk mengetahui kekerasan atau sifat tahan abrasi
dengan pengujian berikut, yaitu dengan menggunakan mesin Los Angeles, mesin Rudolf dan
mesin Rockwell. Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan
tidak dipengaruhi oleh lkatan antara butir satu dengan lainnya. Agregat yang lebih kuat
biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian beban uniaxial) yang lebih
tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan
kekuatan beton yang dapat diandalkan. Kekerasan sedang mungkin justru lebih
menguntungkan, karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau
pembasahan dan pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan dan dengan demikian
membantu mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton. Butiran yang lemah dan
lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika ketahan terhadap abrasi yang kuat diperlukan.
Modulus elastisitas agregat juga penting diketahui karena memberikan konstribusi dalam
modulus elastisitas beton.
SUBSTANSI PERUSAK PADA AGREGAT
a.Kelompok fisik Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah kotoran yang melekat pada
agregat misalnya lumpur, debu, tanah liat, dan kotoran lain. Bahan
bahan tersebut dapat mengurangi kelekatan pada pasta semen ke batuan. Karena pengaruh
buruk tersebut jumlahnya pada agregat tidak boleh lebih dari 5% untuk agregat halus dan 1%
untuk agregat kasar.
menyebabkan perbedaan regangan yang mengakibatkan tegangan dalam tambahan dan bisa
menyababkan lepasnya ikatan. Sifat termal agregat mempengaruhi keawetan dan kualitas lain
dari betonnya. Sifat-sifat utama sifat termal agregat yaitu (Tjokrodimulyo,1996) (1) Koefisien
muai (2) Panas jenis (3) Penghantar panas
Kekuatan b.
Bentuk butir c.
Gradasi Selain itu ruang kosong harus minimum. Sebagai contoh, beton yang di buat dari kerikil
dapat mempunyai ruang kosong 34% sedangkan yang di buat dari batu pecah 39%. Sementara
kualitas agregat halus antara lain :
a.Sound secara fisik, tahan terhadap pengaru beku-cair
b.Bentuknya baik, bentuk kubikal atau bulat lebih baik daripada yang sangat bulat dan pipih.
Pemakaian pasir hasil penggilingan umumnya menambah kekuatan tekan dan lentur. c.
Tergradasi dengan baik, akan memiliki persentase ruang kosong yang minimal dan luas
permukaan minimal. Kegunaan agregat halus antara lain :
a.Mengisi ruang antara butir agregat kasar
b.Memberi kelecakan yang berfungsi sebagai ball bearing. Kelecakan dalam arti menambah
mobilitas sehingga mengurangi friksi antar butir agregat kasar. Jika agregat halus terlalu banyak
mengakibatkan :
a.Total luas permukaan melonjak, menyebabkan kurangnya pasta semen. Agregat halus
memiliki luas permukaan yang besar. Jika terlalu banyak, beton akan memerlukan banyak
pasta semen.
b.Kebutuhan air bertambah untuk slump (kelecakan) yang di isyaratkan. c.
Adanya hubungan antara gradasi agregat halus dan pendarahan pada beton. Pendarahan pada
beton segar itu umum terjadi, namun kadang terjadi secara ekstrem. Penyebab utama adalah
gradasi pasir yang jelek.
PENGOMBINASIAN AGREGAT
Sususan butiran agregat di pasaran kadang - kadang tidak memenuhi persyaratan oleh karena
itu di dalam pembuatan adukan beton maka diperlukan pencampuran
agregat agar gradasinya sesuai standar akan menghasilkan beton.yang mempunyai kuat tekan
yang baik.ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki gradasi
agregat yaitu,
PENGAMBILAN AGREGAT
Indonesia memiliki tempratur yang panas dengan kelembaban yang tinggi.sehingga pada
batunya terjadi pelapukan oleh cuaca. Agregat di indonesia terdiri dari batuan muda secara
geologis misalnya basalts, dolomit, andesit, porfirit, tuff, abu.. Batuan yang lebih dalam misalnya
granit dan batuan maritim hasil sedimentasi misalnya sandstone limestone, marlstone .
Meskipun diayak terlebih dulu dan mungkin juga disiram sebelum dikirm variasi masih mungkin
terjadi.
PENGOLAHAN AGREGAT
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggidan biaya
yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating), pengangkutan
(hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran. Akan tetapi,pengolahan
agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha di atas, tetapi dimulai juga dari penggalian dan
diakhiri dengan penimbunan dan pengyerahan agregat di lapangan. -
Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti lempung dan lanau
sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena bahan-bahan tersebut tidak
dikehendaki. -
Pemisahan bahan-bahan yng tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat power-shovels,
draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat dipertimbangkan apabila tebal
lapisan lebih dari 15 meter)
Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan pencucian.
Setelah digali, agregat diangkut dengan kereta api, truk, atau ban berjalan (beltcoonveyor) ke
tempat pengolahanagregat
Bahan-bahan yang merusak kemudian dibuang, salah satunya adalah dengan pencucian
bahan baku.
Proses selanjutnya adalah memperkecil ukuran agregat dengan menggunakan pemecah batu.
Untuk menentukan ukuran dari agregat, agaregat kasar disarng menggunakan saringan
bergetar, sedangkan agregat halus disaring dengan saringan hidrolik. -
Dalam proses penyaringan, sekitar 70% dari bahan yang disaring harus lolos sehingga efisiensi
serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai.
PENYIMPANAN AGREGAT
Agregat harus disimpan sedemikian untuk menjaga mutu yang disyaratkan dan siap untuk
dipakai. Agregat harus ditempatkan pada tempat yang keras, permukaan yang bersih, bila
dianggap perlu harus ditempatkan sedemikian hingga memudahkan pemeriksaan setiap waktu.
Bagian tempat dari daerah penyimpanan harus ditinggikan dan miring kearah samping untuk
membentuk drainase yang layak terhadap kelembaban yang berlebihan. Agregat harus
disimpan dengan cara sedemikian untuk mencegah segregasi dan untuk memelihara gradasi
dan kadar air. Persediaan agregat tidak boleh langsung terkena sinar matahari. Kontraktor
diwajibkan menjaga kondisi agregat terhadap kadar air, suhu, gradasi dan lain-lain supaya
tetap/konstan selama penyimpanan dan selama dibawa ke tempat pencampuran. Misalnya,
jika bagian atas dari agregat yang tidak terlindung dibawa ketempat pencampur menyebabkan
temperatur adukan menjadi sangat tinggi dan mutu CTSB menurun.
PENELITIAN AGREGAT
2) Hubungan keausan dan porositas agregat daur ulang dengan kuat tekan beton. Pada saat
nilai keausan agregat turun sebesar 15.69% (R1), 43.03% (R2), 44.4% (R3), dengan nilai
porositas agregat kasar turun sebanyak 58.28% (R1), 52.11% (R2), dan 47.28% (R3) kuat
tekan betonnya menurun sebesar 1.25% (R1), 25.61% (R2), dan 82.56% (R3). 3) Kuat tekan
beton daur ulang dengan agregat dari sungai Opak tidak lebih baik dari kuat tekan beton daur
ulang dengan agregat dari sungai Krasak.
https://youtu.be/aJabJhS2EvI
https://youtu.be/35fncdQcDN0