Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI

A. Pengertian

Penyakit Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi


sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.

Hipertensi adalah kelainan yang tidak diketahui etiologinya yang terjadi dalam
kehamilan, dimanifestasikan dengan hipertensi, (tekanan sistolik 30 mmHg dan atau
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai dasar) edema dan proteinura (preeklamasia)
yang dapat berlanjut pada kejang/koma (eklamsia). (Rencana Perawatan Material
Bayi, 2001)

B. Etiologi

Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus, tidak diketahui sehingga


disebut hipertensi esensial. Namun demikian, pada sebagian kecil kasus hipertensi
merupakan akibat sekunder proses penyakit lainnya, seperti ginjal; defek adrenal;
komplikasi terapi obat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:

1) Hipertensi esensial: penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor


herediter, faktor emosi (Stress) dan lingkungan (pola hidup).
2) Penyakit Ginjal: Penyakit ginjal dan gejala hipertensi dan dapat
dijumpai pada wanita hamil adalah :
a) Glomerulonefritis akut dan kronik
b) Plelenofritus akut dan kronik (Sinopsis Obstruksi, 1989)

C. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut:

a) Hipertensi esensial.
b) Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
c) Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
d) Pre-eklamsia.
e) Eklamsia.

1
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :

 Tekanan darah diastolik < 100 mmHg


 Proteinuria samar sampai +1
 Peningkatan enzim hati minimal

Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:

 Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih


 Proteinuria + 2 persisten atau lebih
 Nyeri kepala
 Gangguan penglihatan
 Nyeri abdomen atas
 Oliguria
 Kejang
 Kreatinin meningkat
 Trombositopenia
 Peningkatan enzim hati
 Pertumbuhan janin terhambat
 Edema paru

Gejala hipertensi pada ibu hamil :

a) Sakit kepala
b) Mudah lelah
c) Mual, MuntaH
d) Sesak napas
e) Gelisah
f) Perdarahan dari hidung
g) Wajah kemerahan
h) Pandangan menjadi kabur sebab adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.

E. PATOFISIOLOGI

Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali
dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-
pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta

2
dapat diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai
organ yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah
dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu
sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.

Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-


perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah
antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk
trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular
ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan
perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam
hipertensi yang berat.

F. KOMPLIKASI

 Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload
jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh
berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan.
 Perubahan hematologis
 Gangguan fungsi ginjal
 Edema paru

Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut.


Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah
penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka
kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5%
-10% menadi kurang dari 3% kasus.

3
faktor emosi (Stress) dan
lingkungan (pola hidup)
G. WOC :

Peningkatan
Konstriksi angiostensin II
vaskuler

Kontraksisel
Retensi aliran endotel
darah

Kerusakan & kebocoran


hipertensi sel endotel

Pengendapan
konstituen darah

TD meningkat

Transport darah ke paru Kerusakan & kebocoran Pembuluh darah otak Pembengkakan epitel
mnrun sel endotel pecah endotel glomerulus

Paru2 bkrja lebih kras u/ Perubahan hemodinamik lesi Gangguan fungsi ginjal
mningkatkan laju darah
Gagal ginjal
Pembekuan darah
hipoperfusi
Edema paru terganggu

Integritas ego
sesak
Transport nutrisi + O2 jg
terganggu
MK: ansietas
MK: gangguan pola MK: Resti
pernafasan cidera
Gangguan perfusi
jaringan

Pd ibu: sianosis Pd janin: kurang nutrisi

MK: Fetal
disstress

Kematian janin

4
H. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaannya antara lain :

1) Deteksi Prenatal Dini: Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4


minggu sampai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga
usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
2) Penatalaksanaan Di Rumah Sakit: Evaluasi sistematik yang dilakukan
mencakup :
a. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari
temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan,
nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat
b. Berat badan saat masuk
c. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak
setiap 2 hari
d. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali
antara tengah malam dan pagi hari
e. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan
enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh
keparahan hipertensi
f. Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara
klinis maupun USG
g. Terminasi kehamilan: Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak
membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi
kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan
oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir
pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria
untuk kasus-kasus yang lebih parah.
3) Terapi Obat Antihipertens: Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya
memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada
kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah
lama menjadi perhatian.
4) Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat: Wanita dengan hiperetensi berat
biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir,
berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda
dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm.
Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu”

5
terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis
janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

1) PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Data-data yang perlu dikaji adalah berupa
 Identitas klien
 Keluhan Utama:
o Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa
seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat
berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam
urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
 Riwayat Penyakit Sekarang:
o Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang
dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium),
oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal,
rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga
mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut
 Riwayat Penyakit Dahulu:
o Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas,
ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan
sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan
yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita
penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama
seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi
 Riwayat Penyakit Keluarga
o Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi
dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti.
Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko
empat sampai delapan kali

6
 Riwayat Psikososial: Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya,
bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
 Pengkajian Sistem Tubuh:
o B1 (Breathing): Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat
bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
o B2 (Blood): Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan
dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu
terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan
faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III.
Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi
jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi
denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu
dingin.
o B3 (Brain): Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak
akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan
CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan
hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan
EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu
seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah
marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut ,
sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh,
gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan
terkanan pada pembuluh darah cerebral
o B4 (Bladder): Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat
penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati
lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar
protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy
ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang
disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta

7
dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan
penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum
o B5 (Bowel): Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama
yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol,
mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
o B6 (Bone): Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada,
nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia,
hipotensi postural
2) DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil


pengkajian. Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan
hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal berikut.

1. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d perdarahan

2. Risiko tinggi cedera ibu b.d iritabilitas SSP

3. Risiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress

4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir

3. INTERVENSI

1. Perubahan perfusi jaringan b.d. Perdarahan


 Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi
 Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis,
penurunan tekanan darah, edema

Intervensi : Rasional:
pantau asupan oral dan ifus IV MGSO4 MGSO4 adalah obat anti kejang yang
bekerja pada sambungan mioneural dan
merelaksasi vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan perfusi ginjal,
mobilisasi cairan ekstra seluler (edema
dan diuresis

Memantau urin yang kluar


Memantau edema yang terlihat

8
Mempertahankan tirah baring total Tirah baring menyebabkan aliran darah
dengan posisi miring urtero plasenta, yang sering kali
menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan dieresis

2. Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP


 Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal
 Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang

Intervensi : Rasional:
dapatkan data-data dasar (misal data-data dasar dugunakan untuk
DTRs,klonus) memantau hasil terapi
Memantau pemberian IV MgSO4 dan MGSO4 adalah obat anti kejang yang
kadar serum MgSO4 bekerja pada sambungan mioneural dan
merelaksasi vasospasme
mengkaji adanya kemungkinan keracunan Dosis yang berlebih akan membuat kerja
MgSO4 otot menurun sehingga dapat
menyebabkan depresi pernapasan berat
mempertahankan lingkungan yang Rangsangan kuat, misalnya cahaya
tenang, gelap dan nyaman terang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang

3. Resiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress


 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal distress pada
janin
 Kriteria hasil : – DJJ ( + ) : 12-12-12

Intervensi : Rasional:
Monitor DJJ sesuai indikasi Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
Kaji tentang pertumbuhan janin Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
Jelaskan adanya tanda-tanda solutio Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala

9
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
tegang, aktifitas janin turun ) bagi janin
Kaji respon janin pada ibu yang diberi Reaksi terapi dapat menurunkan
SM pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
Kolaborasi dengan medis dalam USG dan NST untuk mengetahui
pemeriksaan USG dan NST keadaan/kesejahteraan janin
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir
 Tujuan: ansietas dapat teratasi
 Kriteria hasil:
o Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat
o Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah

Intervensi : Rasional:
Kaji tingkat ansietas pasien. Perhatikan Membantu menentukan jenis intervensi
tanda depresi dan pengingkaran yang diperlukan
Dorong dan berikan kesempatan untuk Membuat perasaan terbuka dan bekerja
pasien atau orang terdekat mengajukan sama untuk memberikan informasi yang
pertanyaan dan menyatakan masalah akan membantu mengatasi masalah
Dorong orang terdekat berpartisipasi Keterlibatan meningkatka perasaan
dalam asuhan, sesuai indikasi berbagi, manguatkan perasaan berguna,
memberikan kesempatan untuk mengakui
kamampuan individu dan memperkecil
rasa takut karena ketidaktahuan
Kaji respon janin pada ibu yang diberi Reaksi terapi dapat menurunkan
SM pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
Kolaborasi dengan medis dalam USG dan NST untuk mengetahui
pemeriksaan USG dan NST keadaan/kesejahteraan janin

10
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokeran Edisi ketiga Jilid Pertama.
2005. Jakarta: Media Aesculapius

http://www.qirtin.com/asuhan-keperawatan-ibu-hamil-hipertensi/

11

Anda mungkin juga menyukai