Anda di halaman 1dari 127

ANALISIS PENGARUH PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPNBM)

TERHADAP DAYA BELI KONSUMEN PADA BARANG ELEKTRONIKA

(Studi Empiris Pada Konsumen Barang Elektronika di Glodok Jakarta Kota)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Fadilah

207082000105

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M
ANALISIS PENGARUH PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPNBM)
TERHADAP DAYA BELI KONSUMEN PADA BARANG ELEKTRONIKA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Fadilah
NIM: 207082000105

Di BawahBimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Atikah, Ms, Ak.


NIP. 196902032001121003 NIP. 198201202009102001

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Jumat, 24 Februari 2012 telah dilakukanUjian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Fadilah
2. NIM : 207082000105
3. Jurusan : Akuntansi Pajak
4. Judul Skripsi : Analisis pengaruh pengenaan pajak pertambahan nilai
Dan pajak penjualan atas barang mewah terhadap daya
Beli konsumen paa barang elektronika.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ketahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syara tuntuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 24 Februari 2012


1. Drs.Abdul Hamid Cebba, Ak, MBA,CPA. ( )
Ketua

2. Yessi Fitri, SE, Ak, M.Si ( )


Sekretaris

3. Herni Ali, HT, SE, MM ( )


Penguji Ahli

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hariini ...., .................. 2012 telahdilakukanUjianSkripsiatasnamamahasiswa :

1. Nama : Fadilah
2. NIM : 207082000105
3. Jurusan : Akuntansi Pajak
4. Judul Skripsi : Analisis pengaruh pengenaan pajak pertambahan nilai
Dan pajak penjualan atas barang mewah terhadap daya
Beli konsumen paa barang elektronika

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skrips iini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, ......................... 2012


1. ( )
NIP. Ketua

2. ( )
NIP. Sekretaris

3. ( )
NIP. Penguji Ahli I

4. ( )
NIP. Penguji Ahli II

iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Fadilah
No. Induk Mahasiswa : 207082000105
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi Pajak

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya :


1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mamapu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. tidak menggunaka karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya
4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dar ipihak lain atas karya saya, dan telah melalu
ipembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemuka nbukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.


Jakarta, Desember 2012
Yang Menyatakan,

( Fadilah )

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1.Nama : Fadilah

2.Tempat & Tanggal lahir : Jakarta, 16 Januari 1990

3.Agama : Islam

4.Alamat : Jl.KampungJawaKebonSayur Gang 3

Rt/R: 013/009 Kel.Keagungan

Kec.Tamansari Jakarta Barat 11130

5.Telepon/HP : 021 633 4192/081219788582

6.Email : fadilahpratama@yahoo.com

II. PENDIDIKANFORMAL

1. SD (1995-2001) : SDN Keagungan 01

2. SMP (2001-2004) : MTSN 3 KhusnulKhotimah

3. SMA (2004-2007) : MAN 4 Model Jakarta

4. S1 (2007-2012) : UIN SyarifHidayatullah Jakarta,

FakultasEkonomidanIlmuSosial

JurusanAkutansi, KosentrasiPajak

vi
III.PENGALAMAN KERJA

I. Marketing Investindo PT Monex, Jakarta (2008)

II. Administrasi Toko Fath Comp, Jakarta (2009)

III. Sekretaris PT Altranstama Perkasa, Jakarta (2011-Sekarang)

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah :

2. Tempat & Tanggal Lahir :

3. Ibu :

4. Tempat & Tanggal Lahir :

5. Alamat :

6. Telepon :

7. Anak ke :

vii
ABSTRACT

Fadilah, Effect Analysis of Value Added Tax (VAT) and Sales Tax on Luxury
Goods (Sales Tax) on goods Elekronika (Empirical Studies on Consumer Goods
Elekronika in Glodok Area Jakarta city).
This study aimed to analyze the effect of the imposition of VAT and luxury sales
tax on the purchasing power of consumers. The population is consumer electronics
goods that are in the area of Glodok Jakarta city and use purposive sampling method
to determine the study sample. Samples are tested in several consumer electronics
stores are located in the territory of Glodok Area Jakarta city with questionnaire
distribution.The statistical test used is multiple regression model.The results showed
that a significant variable VAT on consumer purchasing power. The result has
coefificient of 0.559, it demonstrates the capacity of independent variableto explain
the dependent variable of 55.9%, whereas the rest 44.1% is influenced by another
variable and it is not part of this regression analysis.

Keywords: VAT, Sales Tax, Consumer Purchasing Power

viii
ABSTRAK

Fadilah, Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan


Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap Daya Beli Konsumen pada
Barang Elekronika (Studi Empiris pada Konsumen Barang Elekronika di Wilayah
Glodok Jakarta Kota).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengenaan PPN dan
PPnBM terhadap daya beli konsumen. Populasi penelitian adalah konsumen barang
elektronika yang berada di wilayah Glodok Jakarta Kota dan menggunakan
purpossive sampling untuk menentukan sampel penelitian. Sampel yang diuji adalah
konsumen di beberapa took elektronika yang berada diwilayah Glodok Jakarta Kota
dengan penyebaran kuesioner. Ujistatistik yang digunakana dalah model regres
iberganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan
variabel PPN terhadap variable daya beli konsumen, sedangkan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah tidak berpengaruh signifikan. Hasil Koefisien Determinasi sebesar
0.559, Hal ini berarti kemampuan independen menjelaskan dependen 55.9%
sedangkan sisanya 44.1% dijelaskan oleh variable lain yang tidak termasuk kedalam
regresi ini.

Kata kunci : PPN, PPnBM, DayaBeliKonsumen

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ’Alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT.
Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas BarangMewah (PPnBM)
Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Barang Elektronika”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan dalam
rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak luput dari berbagai masalah dan
menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil
usaha peneliti sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan
pengarahan yang tidak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Untuk Ibuku tercinta yang selalu
memberikan masukan, motivasi, doa, ridhanya serta kasih sayangnya sehingga
peneliti mendapatkan semangat lebih untuk menyelesaikan skripsi ini, terima
kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih sayangnya serta pengorbanannya
dalam hidup peneliti selama ini. Dan untuk Ayahku tercinta, terima kasih banyak

x
atas semua pengorbanan, kasih sayang, doa, motivasi, dan bantuannya, semoga
ilmu yang didapat peneliti selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar
nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat bangga.
Amin.
2. Keempat Kakakkutersayang, Rosmania, Anwar Puad, Nurul Amelia, dan
NabilahYulinda yang telahmembantu, memberiku dukungan dan semangat.Dan
Ketiga Ponakanku teramat sayang, FathanFawwazMuzaqy, M.Albani Sultan,
NabilqisAuliaAzzahra. Terimakasihatassemuakasih sayang, doa dan bantuannya
yang telahdiberikankepadaku.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku dosen pembimbing I (satu) yang telah
berkenan meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan, masukan, arahan,
dan tambahan ilmu kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
4. IbuAtiqah, Ms., Ak, selaku dosen pembimbing II (dua) yang telah memberikan
masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan kesulitan yang
peneliti hadapi dalam menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi peneliti selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (MbakAni, Mas Ajis,
Mas Heri, Mas Alfred, dan Mpok).
8. Sahabatkutersayang (Team Oncom), terimah kasih untuk semuanya.
9. Teman-teman seperjuangan di Akuntansi-Audit dan Pajak yang membantu dan
memberikanku semangat, khususnya teman-teman Akuntansi A.
10. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Akuntansi dan Manajemen Angkatan 2007 yang
telah memberi saran-saran yang berguna dalam penyusunan skripsi ini.

xi
11. Para responden yang telah bersedia meluangkan waktunya membantu peneliti
untuk memperoleh data yang diperlukan.
12. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh peneliti.
Akhirnya, peneliti menyadari bahwa apa yang terdapat dalam penelitian skripsi
ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
peneliti harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 2012

(Fadilah)

xii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... i

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................ ii


Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ................................................... iii

Surat Pernyataan................................................................................. iv

Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... v

Abstract ................................................................................................ vi

Abstract ................................................................................................ vii

Kata Pengatar .................................................................................................... iv

Daftar Isi............................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Tujuandan Manfaat Penelitian ............................................................ 8
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10


A. PAJAK................................................................................................ 10
1. Definisi Pajak ............................................................................ 10
2. Fungsi Pajak .............................................................................. 12
3. Sistem Pemungutan Pajak ......................................................... 14
B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ......................................................... 15
1. Pengertian PPN.......................................................................... 15

xiii
2. Sifat Pemungutan PPN .............................................................. 16
3. Prinsip Pemungutan PPN .......................................................... 18
4. Subyek PPN............................................................................... 19
5. Obyek PPN ................................................................................ 20
6. Mekanisme PPN ........................................................................ 21
7. Tarif PPN................................................................................... 23
C. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ................................ 23
1. Definisi PPnBM ........................................................................ 23
2. Karakteristik PPnBM ................................................................ 24
3. Obyek PPnBM........................................................................... 24
4. Mekanisme PPnBM................................................................... 25
5. Tarif PPnBM ............................................................................. 25
D. Pengusaha Kena Pajak (PKP)............................................................. 33
1. Pengertian PKP.......................................................................... 33
a. Pengusaha ............................................................................ 33
b. Pengusaha Kena Pajak......................................................... 33
2. Kewajiban PKP ......................................................................... 34
3. Pengecualian Kewajiban PKP ................................................... 34
E. Dasar Pengenaan Pajak ...................................................................... 35
F. Daya Beli ............................................................................................ 36
G. Tinjauan Penelitian Sebelumnya ........................................................ 38
H. Diferensiasi Penelitian........................................................................ 41
I. Keterkaitan Antar Variabel ................................................................... 41
J. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 43
K. Perumusan Hipotesis .......................................................................... 45
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 47

xiv
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 48
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 48
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 48
1. Statistik Deskripif...................................................................... 45
2. Uji Kualitas Data ....................................................................... 49
a. Uji Validitas......................................................................... 49
b. Uji Reliabilitas..................................................................... 49
3. Uji Hipotesis................................................................................ 50
a. Uji R2 ................................................................................... 51
b. Uji Statistik F....................................................................... 52
c. Uji Statistik t........................................................................ 52
4. Asumsi Klasik ................................................................................... 52
1. Multikolonieritas ....................................................................... 53
2. Heteroskedastisitas .................................................................... 54
3. Uji Normalitas Data................................................................... 55
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 88

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ekonomi di dunia membawa konsekuensi terhadap

peningkatan aktivitas perdagangan. Adanya sifat bergantung antara satu

negara dengan negara lain dalam hal pemenuhan kebutuhan membuat aktivitas

perdagangan semakin tidak dapat dipisahkan. Perdagangan sekarang bukanlah

hal yang sulit untuk dilakukan. Terbukti bahwa batas negara sudah kabur.

Jarak sudah tidak lagi menjadi halangan bagi semua orang untuk melakukan

transaksi perdagangan.

Hal itu tentu saja berlaku pula bagi Indonesia. Banyaknya pulau-pulau

yang terpisah menjadikan perdagangan sebagai salah satu aspek yang berperan

penting. Apalagi sekarang Indonesia sudah masuk dalam era perdagangan

bebas dimana bukan hanya melakukan aktivitas perdagangan antar daerah saja

melainkan juga antar negara. Dengan kata lain aspek ekonomi adalah penting

bagi kemajuan suatu negara. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari berbagai

sektor, terutama dari penerimaan negaranya.

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar yang

digunakan dalam meningkatkan pembangunan untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Dimana hal tersebut sesuai dengan tujuan dari

negara Indonesia. Seperti yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang

1
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yang salah satu

maknanya yaitu bahwa Indonesia bertujuan untuk memajukan kesejahteraan

umum. Maka, atas dasar inilah pemerintah terus melakukan upaya dalam

mensejahterakan rakyat yang diantaranya adalah dengan memberlakukan

pajak.

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan

tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung

dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Adriani,1991).

Dari definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pajak adalah

iuran wajib rakyat kepada negara yang bertujuan untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara dalam rangka meningkatkan pembangunan.

Jadi kemajuan suatu negara dapat dilihat dari penerimaan sektor pajaknya.

Jika rakyat sadar akan kewajibannya sebagai warga negara yang baik, maka ia

akan membayar pajak tepat waktu. Namun, yang terjadi sekarang adalah

sebaliknya. Banyak warga negara yang belum atau tidak membayar pajak.

Sehingga memunculkan slogan dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang

berbunyi, “orang bijak taat pajak”.

Dua hal yang tidak akan dapat dihindari dari kehidupan ini adalah

mengenai kematian dan pajak. Saat ini pajak semakin tidak dapat dipisahkan

dari manusia. Dimana gerak langkah manusia pasti berkaitan dengan pajak.

2
Hal ini dapat dikatakan demikian, karena setiap orang selalu bersinggungan

dengan hal-hal yang baik secara langsung maupun tidak langsung

berhubungan dengan pajak. Misalnya seseorang yang membeli suatu barang

maka orang tersebut harus membayar pajak (PPN), atau jika seseorang ingin

menerima gaji atau penghasilan maka ia pun harus membayar pajak (PPh),

bahkan sesorang yang berdiam diri dirumah juga harus membayar pajak pula

(PBB). Jadi, segala aktivitas manusia selalu berhubungan dengan pajak.

Pajak Pertambahan Nilai sebagai penyumbang penerimaan pajak

terbesar dikenakan hanya terhadap pertambahan nilainya saja dan dipungut

beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur perusahaan. Pertambahan nilai

itu sendiri timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur

perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan

memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para

konsumen. Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba

termasuk bunga modal, sewa, tanah, upah kerja, dan laba perusahaan

merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai (Mulyo Agung, 2009).

Sesuai dengan legal karakternya sebagai pajak objektif maka PPN tidak

membedakan tingkat kemampuan konsumennya. Konsumen yang memiliki

kemampuan tinggi dengan konsumen yang memiliki kemampuan rendah

diperlakukan sama. Dengan demikian PPN mengandung unsur regresif, yaitu

semakin tinggi kemampuan konsumen semakin ringan beban pajak yang

3
dipikul, semakin rendah kemampuan konsumen semakin berat beban pajak

yang dipikul. Sehingga dalam upaya mencapai keseimbangan pembebanan

pajak dan dalam upaya mengendalikan pola konsumsi yang tidak produktif

dari masyarakat, maka atas penyerahan atau atas impor barang-barang

berwujud yang tergolong mewah, selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai

juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Sebagaimana

tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 yang antara lain

menegaskan bahwa atas konsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah

selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai juga dikenakan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah sebagai upaya nyata untuk mencapai keseimbangan

pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dengan

konsumen yang berpenghasilan tinggi. Diharapkan dengan pengenaan pajak

tambahan berupa PPnBM terhadap konsumen yang mengkonsumsi barang

kena pajak yang tergolong mewah, maka dampak regresif ini dapat ditekan.

Dengan kata lain asas keadilanlah yang melatar belakangi adanya pungutan

lain selain PPN untuk konsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah.

Suatu sistem pemungutan pajak akan mendekati asas keadilan apabila beban

pajak yang dipikulkan oleh wajib pajak sepadan dengan kemampuannya.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) tidak dapat dikenakan

tersendiri tanpa adanya Pajak Pertambahan Nilai dan dipungut satu kali pada

sumbernya yaitu pada tingkat pabrikan, atau pada waktu barang impor. (Dyah,

2010). Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilaksanakan berdasarkan sistem

4
faktur sehingga atas penyerahan barang dan atau penyerahan jasa wajib dibuat

Faktur Pajak sebagai bukti transaksi penyerahan barang dan atau penyerahan

jasa yang terutang pajak.

Namun sekarang yang menjadi masalah adalah pengertian dari barang

mewah itu sendiri. Hal itu bisa dikatakan demikian, karena telah terjadi

pergesaran dan perubahan dalam masyarakat. Sebagai contoh, sepuluh tahun

yang lalu, ponsel atau telepon genggam merupakan barang mewah. Dahulu,

ponsel sangat terbatas bagi orang yang memilikinya, selain harganya yang

mahal tetapi juga belum banyak ditemui penjual-penjual ponsel. Hal itu

berbanding terbalik bila kita melihat keadaan sekarang, banyaknya orang dari

segala lapisan masyarakat yang sudah menggunakan ponsel, bukan hanya

sekedar gaya hidup melainkan juga sudah menjadi suatu kebutuhan.

Perpajakan yang didalamnya terdapat unsur PPN dan PPnBM

merupakan juga bagian dari kebijakan fiskal pemerintah. Konsumsi barang

kena pajak yang tergolong mewah secara berlebihan pada umumnya dilakukan

kelompok masyarakat yang berpenghasilan tinggi merupakan kegiatan yang

kontraproduktif. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi seperti ini perlu

dikurangi. Salah satu sarana yang dapat ditempuh adalah diberikannya beban

pajak tambahan terhadap kegiatan mengkonsumsi barang kena pajak yang

tergolong mewah. Motif diatas itulah maka dengan kata lain, pemerintah

dengan kebijakan fiskalnya yang termaterialkan dalam PPnBM, berusaha

5
untuk mempengaruhi perilaku konsumen khususnya pola konsumsi barang

kena pajak yang tergolong mewah.

Tetapi PPN berbeda dengan PPnBM. Bahkan bisa dikatakan bahwa

PPnBM merupakan pajak yang kurang populer di masyarakat umum. Hal itu

bisa disebabkan karena karakter dari PPnBM itu sendiri yaitu; merupakan

pungutan tambahan disamping PPN dan hanya dipungut satu kali yaitu pada

saat impor dan penyerahan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) pabrikan. Yang

selanjutnya tidak ada mekanisme pajak keluaran dan pajak masukan. PPnBM

oleh distributor akan dimasukkan ke harga pokok barang kena pajak yang

tergolong mewah tersebut. Maka tidak heran ada beberapa konsumen yang

mengkonsumsi barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut tidak

mengetahui tentang PPnBM. Karena dari pihak Direktorat Jendral Pajak hanya

mensosialisasikan PPnBM ke importir dan PKP pabrikan.

Salah satu kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah adalah

barang elektronika. Barang elektronika yang dikenakan PPnBM antara lain

TV di atas 21’, air conditioner (AC), radio cassette, mesin cuci, alat perekam

atau reproduksi gambar, alat fotografi dan lain – lain. Bahkan bisa dikatakan

sebagian besar kelompok barang kena pajak yang tergolong mewah selain

kendaraan bermotor adalah barang elektronika. Di masyarakat sendiri barang

elektronika merupakan barang yang paling cepat mengalami reposisi, yaitu

dari barang mewah ke barang yang banyak dikonsumsi hampir semua lapisan

masyarakat. Bahkan pada tanggal 30 Januari 2003 dengan keluarnya Surat

6
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.51/2003 sebanyak 20 item

barang elektronika dikeluarkan dari kelompok barang kena pajak yang

tergolong mewah yang berarti tidak dikenakan lagi PPnBM serta 9 item

barang elektronika yang mengalami penurunan tarif PPnBM.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat terlihat bahwa barang

elektronika mempunyai pengenaan pajak yang berbeda. Untuk barang

elektronika yang tergolong mewah tetap dikenakan PPnBM, sedangkan untuk

barang elekronika yang bukan termasuk atau tidak lagi menjadi barang mewah

akan dikenakan PPN. Barang elektronika meskipun hanya merupakan barang

sekunder, akan tetapi keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Dengan adanya pengenaan pajak terhadap barang elektronika, masyarakat

sebagai konsumen harus lebih teliti dalam mengelola keuangan antara

pendapatan dan pengeluaran yang berpengaruh terhadap daya beli atas barang

elektronika sebagai barang kena pajak.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti merasa bahwa penelitian ini

penting karena daya beli adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

konsumen dalam membeli suatu barang dimana dalam hal ini barang yang

dikenakan pajak. Penelitian ini juga merupakan pengembangan dari peneliti

sebelumnya Dyah Ayuningtias Tria Hapsari (2008) yang mengamati pengaruh

PPN terhadap daya beli konsumen. Kemudian peneliti menambahkan variabel

independen yaitu Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), karena

PPnBM merupakan pajak yang mempunyai keterkaitan dengan Pajak

7
Pertambahan Nilai (PPN) yaitu PPnBM tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa

adanya PPN.

Dengan demikian, penulis akan merumuskannya dalam skripsi yang

berjudul “Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap Daya Beli

Konsumen pada Barang Elektronika (Studi Empiris pada Konsumen

Barang Elektronika di Wilayah Glodok Jakarta Kota).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pengenaan PPN dan pengenaan PPnBM terhadap

daya beli konsumen?

2. Berapa besar pengaruh PPN dan PPnBM mampu mampu menjelaskan

ataupun mempengaruhi daya beli konsumen?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a. Menganalisis pengaruh pengenaan PPN dan pengenaan PPnBM atas

barang elektonika terhadap daya beli konsumen.

b. Menganalisis Berapa besar pengaruh PPN dan PPnBM mampu mampu

menjelaskan ataupun mempengaruhi daya beli konsumen.

8
2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, diantaranya:

a. Bagi Peneliti

Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan akademis dalam

menyelesaikan studi program strata satu (S1) Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis, Jurusan Akutansi Universitas Islam Negeri Jakarta, serta

menambah wawasan tentang pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah.

b. Bagi Pembaca

Untuk memahami pengaruh antara pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap

daya beli konsumen pada barang elektronika

c. Bagi Konumen

Dapat memberikan informasi yang riil dan pengetahuan mengenai tarif

pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.

d. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi

para pihak-pihak yang berkepentingan dan Penulis mengharapkan

penelitian ini dapat dijadikan sebagai media informasi dan referensi

untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan dan mendalami

kembali masalah ini.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak

1. Definisi Pajak

Pada dasarnya, pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada

pemerintah. Namun, karena pajak selalu mengikuti perkembangan zaman,

maka banyak para ahli yang memberikan batasan mengenai pajak. Hal ini

disebabkan karena pengertian pajak itu sendiri dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang, baik dari segi penghasilan, segi daya beli, dan segi

ekonomi.

Definisi pajak menurut para ahli:

Definisi pajak menurut Undang-Undang KUP No. 28 Tahun 2007

menyatakan:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut Adriani yang diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo

dalam buku “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” (1991: 2):

”Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

11
mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

Pengertian pajak menurut Smeets dalam buku ”De Economische

Betekenis belastingen” (terjemahan):

”Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi

yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk

membiayai pengeluaran pemerintah.”

Adapun pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja dari

disertasinya yang berjudul ”Pajak Berdasarkan Azas Gotong Royong”,

menyatakan bahwa:

”Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh

penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi

barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan

umum.”

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur-unsur:

a. Iuran dari rakyat kepada negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa

uang (bukan barang).

12
b. Dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya

yang sifatnya memaksa.

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan

adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2009) dan Waluyo (2007), terdapat dua fungsi

pajak, yaitu fungsi budgeter (sumber keuangan negara) dan fungsi

regulerend (mengatur).

a. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi budgeter yaitu sebagai sumber dana bagi

pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya baik

pengeluaran secara rutin maupun untuk pembangunan. Dengan pajak

sebagai sumber keuangan negara, maka pemerintah terus berupaya

dalam memaksimalkan penerimaan Negara. Jadi, pajak merupakan

sektor penerimaan negara yang penting karena dengan pajak inilah

negara (pemerintah) dapat membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga besar

13
kecilnya penerimaan negara sangat ditentukan oleh besar kecilnya

penerimaan dari sektor pajak.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi merupakan fungsi

regulerend pajak. Jadi, dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka

menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri,

diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka

melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk

yang tinggi untuk produk luar negeri.

Sedangkan menurut Wikipedia (2010), selain fungsi budgeter dan

fungsi regulerend, terdapat dua fungsi lain dari pajak, yaitu fungsi

stabilitas dan fungsi redistribusi pendapatan.

a. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk

menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga

sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara

lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,

pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efesien.

b. Fungsi Redistribusi Pendapatan

14
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk

membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk

membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan

kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pajak

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara yang

bersifat umum guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh

karena itu, tidak salah jika kemajuan suatu negara dapat dilihat dari

penerimaan pajaknya.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009) terdapat tiga sistem pemungutan pajak,

yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, dan With

Holding Assessment System.

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak. Jadi, yang menentukan besarnya pajak yang

terutang adalah pemerintah dimana wajib pajak bersifat pasif, sehingga

wajib pajak tidak turut serta dalam menentukan besarnya pajak yang

terutang.

15
b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan

sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam hal ini, wajib pajak

bersifat aktif karena wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang ada pada wajib pajak itu sendiri. Jadi, wajib pajak mempunyai

hak untuk ikut serta dalam menentukan besarnya pajak yang terutang.

Namun, pada sistem ini sangat mungkin terjadinya manipulasi dalam

jumlah pajak yang akan dilaporkan.

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak. jadi, baik pemerintah ataupun wajib pajak tidak

mempunyai hak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Contohnya, seorang karyawan yang bekerja pada PT. X, maka yang

mempunyai wewenang untuk memotong besarnya pajak yang terutang

oleh karyawan tersebut adalah PT. X.

Jadi, dari beberapa sistem pemungutan pajak seperti yang

diuraikan di atas maka yang diterapkan di Indonesia saat ini adalah

sistem Self Assessment, dimana tujuannya adalah agar masyarakat

semakin patuh dalam membayar pajak karena adanya transparansi

16
dalam menghitung, menentukan, dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang terutang.

B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

1. Pengertian PPN

Pajak Pertambahan Nilai menurut Undang-Undang No.18 Tahun

2000 yang disempurnakan lagi dalam Undang-Undang No.42 Tahun 2009

adalah Pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena

Pajak (JKP) yang dilakukan di dalam Daerah Pabean. Daerah pabean itu

sendiri merupakan wilayah teritorial Indonesia.

Dengan demikian, pajak pertambahan nilai bukan hanya dikenakan

atas barang saja, melainkan juga atas jasa yang sesuai dengan syarat-syarat

yang terdapat dalam Undang-Undang perpajakan.

2. Sifat Pemungutan PPN

Sifat pemungutan PPN menurut Untung Sukardji (2002), yaitu

sebagai pajak tidak langsung, pajak objektif, multi stage levy, non-

kumulatif, indirect substraction method, tarif tunggal, pajak atas konsumsi

dalam negeri, PPN tipe konsumsi, dan netralitas PPN.

a. PPN adalah Pajak Tidak Langsung

Sifat pemungutan ini menggambarkan pengertian PPN ditinjau dari

sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan

kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan penanggung jawab

17
pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak yang berbeda. Hal

ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli atau penerima jasa dari

tindakan sewenang-wenang negara (pemerintah). Jadi, pengenaan PPN

itu dibebankan kepada pembeli BKP dimana perusahaan yang

melaporkan PPN tersebut kepada negara.

b. PPN adalah Pajak Objektif

Timbulnya kewajiban pajak di bidang PPN sangat ditentukan oleh

adanya objek pajak, yaitu seperti keadaan, peristiwa, atau perbuatan

hukum yang dapat dikenakan pajak. Jadi, PPN tidak membedakan

tingkat kemampuan konsumen dalam pengenaan pajaknya.

c. PPN bersifat multi stage levy

“Multy stage levy” mengandung pengertian bahwa PPN dikenakan

pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi BKP atau

JKP. PPN dikenakan pada setiap proses distribusi BKP atau JKP

karena didasarkan pada digunakannya faktor-faktor produksi pada

setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan,

menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian

pelayanan jasa kepada para konsumen.

d. PPN bersifat non-kumulatif

PPN yang bersifat “multi stage levy” namun bersifat non-kumulatif

yaitu tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda. Berbeda ketika

18
dahulu PPN disebut sebagai pajak penjualan yang menimbulkan pajak

berganda.

e. Penghitungan PPN terutang untuk dibayar ke kas negara menggunakan

indirect substraction method

Indirect Substraction Method adalah metode penghitungan PPN yang

akan disetor ke kas negara dengan cara mengurangkan pajak atas

perolehan dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa. Jadi, yang

disetor ke kas negara hanya selisihnya saja.

f. PPN Indonesia menggunakan tarif tunggal (single rate)

PPN Indonesia menganut tarif tunggal yang dalam hukum positif yaitu

Undang-Undang PPN Tahun 1984 ditetapkan sebesar 10%. Dengan

Peraturan Pemerintah tarif ini dapat dinaikkan paling tinggi menjadi

15% atau diturunkan paling rendah 5%.

g. PPN adalah pajak atas konsumsi dalam negeri

Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan

atas barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam daerah pabean

Republik Indonesia. Jadi, PPN tidak berlaku jika barang atau jasa

dikonsumsi diluar wilayah Indonesia.

h. PPN yang diterapkan di Indonesia adalah PPN tipe konsumsi

(consumption type VAT)

Di lihat dari sisi perlakuan terhadap barang modal, PPN Indonesia

termasuk tipe konsumsi (consumption type VAT) artinya seluruh biaya

19
yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari

dasar pengenaan pajak.

i. Netralitas PPN

Dengan legal karakter PPN tersebut di atas, PPN mampu merealisasi

dirinya netral dalam dunia perdagangan baik domestik maupun

internasional. PPN tidak menghendaki dirinya mempengaruhi

kompetisi dalam dunia bisnis. Salah satu legal karakter PPN adalah

pajak atas konsumsi. Karena yang dapat di konsumsi bukan hanya

barang tetapi juga jasa, maka PPN memberikan perlakuan yang sama

terhadap konsumsi barang dan konsumsi jasa, yaitu kedua-duanya

dikenakan PPN.

3. Prinsip Pemungutan PPN

Menurut Mulyo Agung (2009) terdapat dua prinsip pemungutan

PPN, yaitu Prinsip Tempat Tujuan (Destination) dan Prinsip Tempat Asal

(Origin Principle) dan akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip Tempat Tujuan (Destination)

Pada prinsip ini, PPN di pungut di tempat barang atau jasa tersebut

dikonsumsi. Maksudnya, pada saat barang atau jasa sampai di tempat

tujuan untuk konsumsi, maka barang atau jasa tersebut dikenakan PPN.

b. Prinsip Tempat Asal (Origin Principle)

Pada prinsip tempat asal ini diartikan PPN di pungut di tempat asal

barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Jadi, PPN dipungut bukan

20
pada tempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi, melainkan tempat

barang atau jasa tersebut berasal.

4. Subyek PPN

Subyek PPN menurut Mardiasmo (2009) berdasarkan Undang-

Undang PPN No.18 Tahun 2000, yaitu:

a. Pengusaha yang menurut Undang-Undang harus dikukuhkan menjadi

Pengusaha Kena Pajak, yang meliputi:

1. Pabrikan / Produsen

2. Importir dan Investor

3. Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan

atau importir

4. Agen utama dan penyalur utama dari pabrikan dan importir

5. Pemegang hak paten dan merk dagang

b. Pengusaha yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena

Pajak (PKP), dapat berbentuk:

1. Eksportir

2. Pedagang yang menjual BKP kepada PKP yang biasanya

merupakan jalur produksi.

5. Obyek PPN

Objek PPN dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) macam, yaitu:

a. Barang Kena Pajak (BKP);

21
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat

atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak

bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.

b. Jasa Kena Pajak (JKP).

Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan yang

berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan

suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk

dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang

karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari

pemesan yang dikenakan PPN. PPN dikenakan atas:

a. Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah:

1. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP;

2. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak

berwujud;

3. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;

4. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau

pekerjaannya;

b. Impor BKP;

c. Penyerahan JKP yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh

Pengusaha Kena Pajak. Syarat-syaratnya adalah:

1. Jasa yang diserahkan merupakan JKP;

22
2. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean;

3. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau

pekerjaanya.

d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean;

e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean;

f. Ekspor BKP oleh Pengusaha Kena Pajak;

g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan

usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya

digunakan sendiri atau digunakan pihak lain;

h. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut

tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan,

sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat

dikreditkan.

6. Mekanisme Pengenaan PPN

Pengenaan PPN atas nilai tambah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena

Pajak yang diserahkan Pengusaha Kena Pajak. Nilai tambah ini adalah

selisih harga jual dan harga pokok barang tersebut. Menurut Mulyo Agung

(2009), besarnya pajak yang terutang atas nilai tambah dapat dihitung

dengan menggunakan tiga (3) metode, yaitu Addition Method, Substraction

Method, dan Credit Method, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

23
a. Addition Method

Pada metode ini besarnya PPN dihitung dari tarif dikalikan seluruh

penjumlahan nilai tambah, dengan syarat setiap Pengusaha Kena Pajak

harus mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas biaya yang

dikeluarkan.

b. Substraction Method

Pada metode ini, PPN yang terutang dihitung dari tarif dikalikan selisih

antara harga penjualan dengan harga pembelian.

c. Credit Method

Metode ini hampir sama dengan substraction method. Pada credit

method ini harus dicari selisih antara pajak yang dibayar saat

pembelian dengan pajak yang dipungut saat penjualan. Pada metode

kredit hasilnya lebih akurat karena dimungkinkan pada komponen

harga beli terdapat komponen yang tidak terutang PPN. Dalam hal

metode pengkreditan menggunakan substraction method yang

menghasilkan pajak atas nilai tambah secara tidak langsung, disebut

indirect substraction method. Demikian pula penyebutan invoice

method sebagai akibat dituntut alat bukti berupa faktur pajak (Tax

Invoice).

7. Tarif PPN

Adapun Pajak Pertambahan Nilai menganut tarif tunggal yaitu 10%.

Dengan Peraturan Pemerintah, tarif PPN dapat diubah menjadi serendah-

24
rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%. Sedangkan tarif PPN atas

ekspor Barang Kena Pajak adalah 0%. Pengenaan tarif 0%, ini bukan

berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai akan tetapi

pajak masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor tetap dapat

dikreditkan.

Namun, saat ini yang berlaku adalah PPN dengan tarif 10% untuk

seluruh barang atau jasa yang dikenakan pajak. jadi, PPN ini mengandung

unsur objektif artinya dalam pengenaan pajaknya tidak memperhatikan

keadaan diri wajib pajak atau semua wajib pajak dikenakan pajak yang

sama. Untuk menentukan besarnya PPN terutang dihitung dengan

mengalikan tarif pajak (10%) dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP).

C. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

1. Definisi Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Menurut Undang-Undang PPN No.18 Tahun 2000 yang

disempurnakan lagi dalam Undang-Undang PPN No. 42 Tahun 2009,

pengertian Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak

yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong

sebagai barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan

Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut didalam daerah pabean

dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, ataupun impor Barang Kena

Pajak yang tergolong mewah.

25
Dengan demikian, berbeda dengan PPN, PPnBM yang sudah dibayar

pada waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak yang tergolong

mewah tersebut, tidak dapat dikreditkan dengan PPN maupun PPnBM

yang dipungut atau PPnBM ini hanya dipungut satu kali saja.

2. Karakteristik PPnBM

Yang menjadi karakteristik PPnBM adalah sebagai berikut:

a. PPnBM merupakan pungutan tambahan BKP mewah selain PPN.

b. PPnBM hanya dikenakan sekali yaitu pada saat impor atau pada saat

penyerahan BKP mewah oleh PKP pabrikan.

c. PPnBM tidak dapat dikreditkan sehingga diperlakukan sebagai biaya.

d. Dalam hal BKP mewah diekspor, maka PPnBM yang dibayar pada saat

perolehannya dapat diminta kembali (restitusi).

3. Obyek PPnBM

Yang menjadi obyek PPnBM adalah:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan

oleh pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong

mewah tersebut didalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya.

b. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

4. Mekanisme PPnBM

Mekanisme PPnBM sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 8 dan

Pasal 10 dalam Undang-Undang PPN, yang secara garis besar yaitu:

26
a. Atas impor dan penyerahan BKP yang tergolong Mewah oleh PKP

yang menghasilkan BKP yang tergolong mewah tersebut disamping

dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM.

b. PPnBM hanya dipungut satu kali, yaitu pada waktu impor atau pda

waktu meyerahkan BKP yang tergolong mewah tersebut oleh pabrikan.

c. PPnBM tidak dapat dikreditkan baik terhadap PPN maupun terhadap

PPnBM.

d. Tarif PPnBM yang berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1983

berkisar antara 10% sampai dengan 35% dengan Undang-Undang No.

11 Tahun 1994 diubah menjadi setinggi-tingginya 50% dan dengan

Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 diubah lagi menjadi setinggi-

tingginya 75%.

e. Atas ekspor BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali

PPnBM yang telah dibayar pada waktu perolehan BKP yang tergolong

mewah yang diekspor tersebut.

5. Tarif PPnBM

Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dengan

peraturan pemerintah, dapat ditetapkan dalam beberapa pengelompokan

tarif, yaitu tarif paling rendah sebesar 10% dan tarif paling tinggi sebesar

75%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah 10%, 20%, 30%, 40%,

50%, dan 75%.

Tarif PPnBM dikelompokkan menjadi:

27
1. Kelompok selain kendaraan bermotor

2. Kelompok berupa kendaraan bermotor

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 Tanggal 22

Desember 2000 telah diatur kelompok barang kena pajak tergolong mewah

yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah selain kendaran

bermotor ditindaklanjuti dengan Kepmen Nomor (569/KMK 04/2000)

yaitu:

1. Tarif 10%;

a. Kelompok kepala susu atau susu yang diasamkan/diragi,

mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya tidak, diberi

aroma atau tidak, diberi rasa atau tidak, mengandung tambahan

buah-buahan, biji-bijian, kokoa, atau tidak. Yoghurt, kephir, whey,

keju, mentega atau lemak atau minyak yan diperoleh dari susu,

yang dibotolkan/tidak.

b. Kelompok air buah, dan air sayuran, yang belum meragi dan tidak

mengandung alkohol, mengandung tambahan gula atau pemanis

lainnya atau maupun tidak mengandung aroma mapun tidak, yang

dibotolkan /dikemas.

c. Kelompok minuman yang tidak mengandung alkohol, mengandung

tambahan gula, atau pemanis lainnya atau tidak, mengandung

aroma atau tidak, yang dibotolkan/dikemas, serta air soda yang

dibotlkan/dikemas.

28
d. Kelompok produk kecantikan untuk pemeliharaan kulit, tangan,

kaki, dan rambut, serta preparat rias lainnya, yang

dikemas/dibotolkan.

e. Kelompok alat rumah tangga, pesawat dingin, pesawat pemanas,

mesin jual barang otomatis termasuk mesin penukar uang, dan

pesawat penerima siaran televisi.

f. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga.

g. Kelompok mesin pengatur suhu

h. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima

siaran radio.

i. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapan.

2. Tarif 20%;

a. Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin dan pesawat

pemanas selain yang disebut dalam kelompok 1 (10%).

b. Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen,

kondominium, town house, dan sejenisnya.

c. Kelompok pesawat penerima siaran televisi, dan antena serta

reflektor antena, selain yang termasuk dalam kelompok yang

bertarif 10%.

d. Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin cuci piring, mesin

pengering, pesawat elektromagnetik, dan instrument musik.

e. Kelompok wangi-wangian.

29
f. Kelompok permadani tertentu selain yang terbuat dari serabut

kelapa (coir), sutera, wol atau bulu hewan halus.

3. Tarif 30%;

a. Kelompok kapal atau kendaraan lainnya, sampan dan kano, kecuali

untuk keperluan negara dan angkutan umum.

b. Keperluan peralatan dan perlengkapan olahraga, selain yang

termasuk dalam kelompok yang bertarif 10%.

4. Tarif 40%;

a. Kelompok minuman tertentu yang mengandung alkohol.

b. Kelompok barangyang terbuat dari sutera atau wol.

c. Kelompok permadani tertentu yang terbuat dari sutera atau wol.

d. Kelompok barang kaca dari timah hitam dari jenis yang digunakan

untuk meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau

keperluan semacam itu.

e. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat

dari logam mulia atau campuran daripadanya.

f. Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, selain yang disebut

dalam kelompok 30%, kecuali untuk keperluan negara atau

angkutan umum.

g. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan ,

pesawat udara lainnya tanpa tenaga penggerak.

30
h. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk

keperluan negara.

i. Kelompok jenis kaki.

j. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor.

k. Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah

lempung China atau keramik.

l. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat

dari batu, selain batu jalan dan batu tepi jalan.

5. Tarif 50%;

a. Kelompok permadani tertentu yang terbuat dari wol atau bulu

hewan halus.

b. Kelompok pesawat udara selain yang disebut dalam kelompok

40%, kecuali yang digunakan untuk keperluan negara atau

angkutan udara siaga.

c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olahraga selain yang disebut

dalam tarif 10% dan 30%.

d. Kelompok senjata api dan senjata api lainya, kecuali untuk

keperluan negara.

6. Tarif 75%;

a. Kelompok minuman yang mengandung alkohol selian yang

termasuk dalam tarif 40%.

31
b. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat

dari batu mulia dan atau mutiara atau campuran dari padanya.

c. Kelompok kapal pesiar mewah kecuali untuk keperluan negara atau

angkutan umum.

Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah berdasarkan

kelompok BKP yang tergolong mewah yang berupa kendaraan bermotor

sebagai berikut.

1. Tarif 10%;

a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) sampai

dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi, dengan motor

bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan

semua kapasitas isi silinder.

b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10

orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon dengan

motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel),

dengan sistem 1 gardan penggerak (4X2), dengan kapasitas isi

silinder tidak lebih dari 1500 CC.

2. Tarif 20%;

a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10

orang termasuk pengemudi selain sedan dan station wagon dengan

motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel),

32
dengan sistem 1 gardan penggerak (4X2), dengan kapasitas isi

silinder tidak lebih dari 1500 CC sampai dengan 2500 CC.

b. Kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin) dalam

untuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang

lebih dari 3 orang termasuk pengemudi dengan motor bakar cetus

api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1

gardan penggerak (4X2), atau dengan sistem 2 gardan penggerak

(4X4), dengan kapasitas isi silinder, dengan masa total tidak lebih

dari 5 ton.

3. Tarif 30%;

Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang

termasuk pengemudi, berupa:

a. Kendaraan bermotor sedan/station wagon dengan motor bakar

cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dan kendaraan

bermotor angkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi serta

van dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 CC.

b. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor

bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan

sistem 2 gardan penggerak (4X4), dengan kapasitas isi silinder

sampai dengan 1500 CC.

4. Tarif 40%;

33
Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang

termasuk pengemudi berupa:

a. Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor

bakar cetus api, dengan sistem 1 gardan penggerak (4X2), dengan

kapasitas isi silinder lebih dari 2500 CC sampai dengan 3000 CC.

b. Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api berupa sedan

atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan

sistem 2 gardan penggerak (4X4), dengan kapasitas isi silinder

lebih dari 1500 CC sampai dengan 3000 CC.

c. Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi

(diesel/semi diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain

sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan penggerak (4X4),

dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 CC sampai dengan

2500 CC.

5. Tarif 50%;

Semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk permainan golf.

6. Tarif 60%;

Dikenakan untuk kendaraan berupa:

a. Kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder

lebih dari 250 CC sampai dengan 500 CC.

b. Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan diatas salju, di

pantai, di gunung, dan kendaraan sejenisnya.

34
7. Tarif 75%;

Dikenakan untuk kendaraan berupa:

a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan dari 10 orang termasuk

pengemudi dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station

wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan

penggerak (4X4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 CC.

b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang

termasuk pengemudi dengan motor bakar nyala kompresi

(diesel/semi diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain

sedan atau station wagon dengan sistem 1 gardan penggerak (4X2)

atau dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4), dengan kapasitas isi

silinder tidak lebih dari 2500 CC.

c. Kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder

lebih dari 500 CC.

d. Trailer, semi trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau

perkemahan.

D. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

1. Pengertian PKP

a. Pengusaha

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2007,

pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang

35
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,

mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,

memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,

melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

Jadi, pengusaha ini merupakan pihak yang menghasilkan atau

memproduksi suatu barang yang akan dikonsumsi oleh pihak lain.

b. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 pasal 1 angka 15,

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud pada

poin a yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan

Undang-Undang PPN 1984, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang

batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali

pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha

Kena Pajak.

2. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain:

a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP

b. Memungut PPN dan PPn BM yang terutang

c. Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena pajak

d. Membuat nota retur dalam hal terdapat pengambilan BKP

e. Melakukan pencatatan atau pembukuan mengenai kegiatan usahanya

36
f. Menyetor PPN dan PPN BM yang terutang

g. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN

3. Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena

Pajak adalah:

a. Pengusaha Kecil.

b. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan atau jasa yang

tidak dikenakan PPN.

E. Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM) yang terutang diperlukan adanya dasar pengenaan pajak. Dasar

Pengenaan Pajak (DPP) adalah harga jual, penggantian, nilai impor, nilai

ekspor, serta nilai lain yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan.

Di bawah ini adalah Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai:

a. Harga Jual

Dalam Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, harga jual

adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau

seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,

tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-

Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

Biaya yang dimaksud yaitu seperti pengangkutan, asuransi, bantuan tekhnik,

pemeliharaan, garansi, dan biaya pemasangan.

37
b. Penggantian

Adapun pengertian penggantian menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2000 Pasal 1 angka 19, yaitu nilai berupa uang termasuk semua biaya yang

diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa

Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan potongan harga

yang dicantumkan dalam faktur pajak.

c. Nilai Impor

Pada Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, nilai impor

mempunyai pengertian sebagai nilai berupa uang yang menjadi dasar

perhhitungan bea masuk ditambah pungutan yang dikenakan sesuai Undang-

Undang Pabean tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

d. Nilai Ekspor

Adapun Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 dalam Pasal 1 angka 26

menyatakan bahwa nilai ekspor merupakan nilai berupa uang yang termasuk

biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai Ekspor

dapat diketahui dari dokumen ekspor. Oleh karena itu, tarif Pajak

Pertambahan Nilai atas ekspor adalah 0%.

e. Nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan

Yang termasuk nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan adalah nilai-nilai yang menjadi dasar pengenaan pajak selain

38
harga jual, penggantian, nilai impor dan nilai ekspor, dimana harus dengan

persetujuan Menteri Keuangan.

F. Daya Beli

Daya beli (Purchasing Power) merupakan kemampuan seseorang dalam

mengkonsumsi suatu produk. Daya beli antara satu orang dengan orang

lainnya pastilah berbeda. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

seperti dilihat dari status orang tersebut, pekerjaan, penghasilan, dan

sebagainya.

Daya beli juga mempunyai hubungan erat dengan suatu barang atau

produk. Bila barang atau produk tersebut mempunyai harga yang murah, maka

daya beli masyarakat terhadap barang tersebut juga akan meningkat. Hal ini

berlaku seperti pada hukum permintaan.

Pada kurva permintaan individual akan suatu barang adalah suatu kurva

atau suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah suatu barang untuk setiap

satuan waktu yang oleh seorang konsumen ingin dan sanggup untuk membeli

barang tersebut pada berbagai harga satuan barang tersebut (Samuelson,

2003). Terdapat 4 (empat) penyebab perubahan permintaan menurut

Soediyono dalam Dyah (2010:28), yaitu:

a. Perubahan pendapatan konsumen

Untuk barang-barang normal, bertambah besarnya pendapatan yang

diperoleh konsumen mengakibatkan kurva permintaan terhadap konsumen

39
bergeser ke kanan. Sebaliknya, menurunnya pendapatan menyebabkan

kurva permintaan bergeser ke kiri. Untuk barang-barang inferior, yaitu

barang konsumsi yang tidak disukai oleh konsumen dan hanya dikonsumsi

jika terpaksa, akan menurun permintaannya jika pendapatan konsumen

meningkat.

b. Perubahan harga barang pengganti

Jika suatu barang naik, maka permintaan akan barang substitusinya juga

akan naik.

c. Perubahan harga barang komplementer

Meningkatnya harga salah satu barang, menyebabkan penurunan

permintaan terhadap barang komplementernya.

d. Perubahan cita rasa konsumen

Selera atau cita rasa konsumen yang berubah-ubah mempengaruhi

permintaan akan suatu barang yang sedang digemari. Jika selera konsumen

bertambah maka permintaan akan suatu barang juga akan naik.

G. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) telah banyak dilakukan oleh peneliti-

peneliti sebelumnya. Tabel 2.1 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu

mengenai PPN dan PPnBM.

40
Tabel 2.1

Tabel Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti Judul Variabel Metodologi Analisis/Penelitian

1. Ratnawat Evaluasi a. Mekanisme Metode Perusahaan retail

i Salim Terhadap pengkredita observasi, akan lebih

Alternatif n pajak pada sebuah menguntungkan

Penerapan masukan perusahaan menggunakan

Perhitunga dan pajak retail metode 10%

n PPN keluaran dengan dibandingkan

pada PKP (tarif 10%) memilih metode tarif 2%

Pedagang salah satu karena terdapat

Eceran dari dua penghematan pajak.

b. Nilai lain alternatif

sebagai mekanisme

DPP (tarif pengenaan

2% ) PPN.

2. Liberti Perhitunga a. PPN Metode Antara PDB dengan

Pandiang n Potensi b. PDB Observasi PPN mempunyai

an PPN (Produk pola dasar yang

dengan Domestik sama yakni

Addition Bruto) didasarkan atas

Method akumulasi nilai

41
tambah dari setiap

kegiatan ekonomi,

sehingga dengan

adanya kesamaan

pola dasar

perhitungan tersebut,

bahwa data PDB

dapat digunakan dan

pajak serta

memenuhi syarat

dijadikan sebagai

suatu pendekatan

dalam perhitungan

potensi PPN, yang

secara teoritis

disebut berdasarkan

Addition Method.

3. Hanantha Menuai a. PPN Metode PPN mengakibatkan

Bwoga Rupiah b. Faktur Observasi terjadinya praktek

melalui Pajak pemalsuan faktur

PPN pajak yang

(Suatu memanfaatkan

42
Studi sistem dan

Kasus mekanisme PPN.

dalam Pemalsuan faktur

Pemeriksaa pajak yang

n Pajak) dilakukan oleh WP

bertujuan untk

mengambil kas

negara dengan dalih

kelebihan

pembayaran PPN

atau PPN masukan

lebih besar daripada

PPN keluaran.

4. Untung Mekanism Pajak Metode Mulai masa pajak

Sukardji Pengenaan Pertambahan Observasi Juni 2002, PKP

PPN atas Nilai pedagang eceran

PKP dalam menghitung

Pedagang PPN terutang data

Eceran menggunakan

mulai pedoman

Masa penghitungan

Pajak Juni pengkreditan pajak

43
2002 masukan dan mulai

masa pajak Juni

2002, SPT Masa

PPN 1195PE tidak

berlaku seiring

dengan mulai

berlaku Keputusan

Menteri Keuangan

No.

252/KMK.04/2002

tertanggal 31 Mei

2002.

5. Dr. K. (Akuntansi Pajak Metode Akuntansi Pajak

Shankara PPN: Pertambahan Observasi Pertambahan Nilai

iah dan Konsep Nilai, isu, dapat menyebabkan

D. N. dan Isu) konstitusi, harmonisasi

Rao administrasi. pajak standar, yang

pada gilirannya

dapat meningkatkan

pemasaran

internasional, seperti

memastikan

44
pemahaman yang

tepat mengenai

kebijakan pajak dan

mempromosikan

perdagangan global.

6. Alan Worldwide Pajak Metode Dalam merancang

Schenk Versus Pertambahan Observasi pajak pendapatan

Sistem Nilai, Pajak atau PPN, sebuah

Pajak Penghasilan. negara umumnya

Wilayah: harus memutuskan

Perbanding bagaimana luas,

an PPN secara geografis, ia

dan PPh ingin untuk

menuntut otoritas

pajak. Negara dapat

memilih untuk

memaksakan pajak

penghasilan atau

PPN di bawah di

seluruh dunia atau

prinsip teritorial.

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

45
H. Diferensiasi Penelitian

Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Terhadap Daya Beli Konsumen Pada Barang Elektronika (Studi Empiris Pada

Konsumen Barang Elektronika di Wilayah Glodok Jakarta Kota)” berbeda

dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan variabel bebas

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan melakukan studi empiris

dengan menyebarkan kuesioner terhadap konsumen yang berada di wilayah

Tangerang Selatan.

I. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengenaan PPN terhadap Daya Beli Konsumen

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengenaan PPN

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap daya beli konsumen. Hal

ini dikarenakan masyarakat secara langsung dibebankan pajak dalam setiap

konsumsinya,dimana kondisi perekonomian yang belum mapan dan

berbeda beda menyebabkan masyarakat menekan konsumsinya sehingga

daya beli menurun.

2. Pengenaan PPnBM terhadap Daya Beli Konsumen

Penelitian mengenai pengenaan PPnBM terhadap daya beli

konsumen hasilnya belum dapat diketahui karena belum ada penelitian

lebih lanjut mengenai penelitian ini sebelumnya.

46
J. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

LATAR BELAKANG : Perkembangan ekonomi di dunia membawa

konsekuensi terhadap peningkatan aktivitas perdagangan. Pajak Penjualan atas

Barang Mewah (PPnBM) tidak dapat dikenakan tersendiri tanpa adanya Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan dipungut satu kali pada sumbernya yaitu pada

tingkat pabrikan, atau pada waktu barang impor.

Independen Dependen
(X1) : Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
(Y) : Daya Beli
Konsumeen
(X2) : Pajak Penjualan atas
Barang Mewah

Uji Kualitas Data:


a. Uji validitas
b. Uji reliabilitas

Metode Analisis
Regresi

Uji Asumsi Klasik:


a. Uji multikolinearitas
b. Uji heteroskedastisitas
c. Uji normalitas

47
Uji Regresi Berganda :
a. Uji T
b. Uji F
2
c. Uji R

K. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atau kesimpulan yang masih

perlu diuji kebenarannya terhadap suatu masalah atau penelitian yang akan

diuji. Bila hasil hipotesa sama dengan hasil pengujian maka hipotesa tersebut

diterima. Sebaliknya, hipotesa akan ditolak jika hasil pengujian berbeda

dengan hipotesa sebelumnya.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang dapat

diajukan penulis dalam penelitian ini adalah:

Ha1 : Pengenaan PPN berpengaruh terhadap daya beli konsumen

Ha2 : Pengenaan PPnBM berpengaruh terhadap daya beli konsumen.

48
BAB III

METODE PENELITIAN

A. RuangLingkupPenelitian

Dalam rangka menganalisis pengenaan PPN dan PPnBM pada barang

elektronika, maka objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

konsumen barang elektronika, dengan populasi penelitian konsumen barang

elektronika yang berada di wilayah Jakarta kota glodok dengan kriteria

perusahaan dagang yang menjual barang elektronika yang terdaftar sebagai

Pengusaha Kena Pajak di wilayah Jakarta kota glodok.

B. MetodePengumpulanSampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metede penentuan

sampel probabilitas dan metode non-probabilitas. Metode probabilitas

menggunakan metode sampel area (area sampling) dengan menetapkan

kriteria konsumen yang berada di wilayah Jakarta kota glodok. Sedangkan

pada metode non-probabilitas yaitu dengan pendekatan metode purposive

sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel penelitian ini

adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai yang

dikehendaki penulis.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari adan kemudian ditarik kesimpulan. (sugiono, 2006:89)

49
Adapun jenis data yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

menggunakan persepsi setiap individu (konsumen) mengenai pengaruh

daripengenaan PPN dan PPnBM terhadap daya beli konsumen pada barang

elektronika di wilayah Jakarta kota glodok. Jenis data ini disebut unit analisis

tingkat individual (self reported data). Daya beli konsumen diukur

berdasarkan tingkat harga barang elektronik dengan pendapatan konsumen.

C. MetodePengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan

skripsi ini adalah dengan menggunakan data primer dengan tujuan agar dapat

memberikan gambaran mengenai pengaruh pengenaan PPN dan

PPnBMterhadap daya beli konsumen atas barang elektronika. Adapun

perolehan data primer dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan.

Pengumpulan data tersebut diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner

yang diberikan kepada konsumen barang elektronika diwilayah Jakarta kota

glodok. Kuesioner-kuesioner tersebut disebarkan dengan cara datang lansung

ke toko-toko elektronik yang dituju dan juga melalui beberapa perantara

(contact person).

D. MetodeAnalisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi deskripsi

mengenai karakteristik variable penelitian dan demografi responden.

Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap

50
variabel yang diukur dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

minimum maksimum, kurtosis, danswekness (kemencengan distribusi).

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing

item dalam instrument penelitian mampu mengukur variabel yang

ditetapkan dalam penelitian ini. Sebuah instrument dikatakan valid, jika

mampu mengukur apa yang dinginkan dan mengungkapkan data

variabel yang diteliti secara tepat (Ghozali, 2005:45). Pengujian

validitas dengan menggunakan Pearson correlation yaitu dengan cara

menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan

total skor (Ghozali, 2005:46). Kriteria yang digunakan valid atau tidak

valid adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan

dengan total skor mempunyai tingkat signifikasi dibawah 0,05 maka

butir pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan jika korelasi skor masing-

masing butir pertanyaan mempunyai tingkat diatas 0,05 maka butir

pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid (Santoso, 2000:168).

b. UjiReliabilitas

Uji reabilitas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban

responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian

ini menggunakan metode statistic Cronbach Alpha dengan nilai sebesar

51
0,06. Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,06 maka butir

pertanyaan dalam instrument penelitian tersebut adalah reliable atau

dapat diandalkan, dan sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0,06

maka butir pertanyaan tersebut tidak reliabel (Nunnaly,1967) dalam

Ghozali (2005:41-42).

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode

analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan

pengaruh antara satu variable terhadap variabel lain. Variabel yang

dipengaruhi disebut variable tergantung atau dependen, sedangkan variabel

yang mempengaruhi disebut variable bebas atau independen. Model

persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + e

Keterangan :

Y : Daya Beli Konsumen

X1 : Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

X2 : Pajak Penjulan atas Barang Mewah (PPnBM)

a : Konstanta

bx : Koefisienregresi

e : Error

Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena

memiliki variable independen lebih dari satu, suatu model regresi berganda

52
dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti normalitas

data (baik secara individu maupun model), bebas dari asumsi klasik

statistic multikolineritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. Model regresi

linear berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi

normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik.

Dalam membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan

digunakan uji statistic terhadap output yang dihasilkan dari persamaan

regresi, uji statistic ini meliputi:

a. Uji R2 (koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variable independen menjelaskan variable dependen.

Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada table Model

Summaryb dan tertulis Adjusted R Square.

Nilai R2sebesar 1, berarti fluktuasi variable dependen seluruhnya

dapat dijelaskan oleh variable independen dan tidak ada faktor lain yang

menyebabkan fluktuasi variable dependen. Jika nilai R2 berkisar antara

0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variable

independen dapat menjelaskan fluktuasi variable dependen (Imam

Ghozali, 2009:87).

Korelasi tidak menunjukkan sebab akibat, namun pada korelasi

dijelaskan kuat atau besarnya tingkat hubungan antara variabel yang

53
satu dengan variabel yang lainnya. Sebagai pedoman digunakan tabel di

bawah ini.

Tabel 3.1

Tingkat Hubungan

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangatrendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangatkuat

Sumber : Istiyanto, RisetSumberDayaManusia (2006)

b. Uji signifikansi simultan (uji statistik F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variable

dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel

ANOVA.

Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara simultan

mempengaruhi variable dependen, dilakukan dengan membandingkan

p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikansi yang digunakan

sebesar 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan

Ho ditolak, sebaliknyajikap-value lebihbesardari 0,05 maka Ha ditolak

dan Ho diterima (Nugroho, 2005:53).

54
c. Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-

masing variable independen secara individual terhadap variable

dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada table

Coefficientsa.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variable

independen secara individual terhadap variable dependen, dilakukan

dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing

variable independen dengan tingkat signifikansi yang digunakan 0,05.

Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.

Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho

diterima (Nugroho, 2005:55).

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya

variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel

independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen

dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat

kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang

lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk

menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai

pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel terhaap variabel

55
dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen.

Uji multikolinieritas dilakukan menghitung nilai variance inflation

factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10

menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen masih bisa

ditolerir (Ghozali, 2005).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu

pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebu

thomoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedastisitas:

1) Melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)

yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana

sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual

(Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

2) Dasar analisis:

56
(a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

(b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskendastisitas (Imam Ghozali, 2009:125-126).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Seperti diketahui uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sample kecil. Dengan mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

menggunakan analisis grafik atau lebih dikenal di SPSS yakni Normal

Probability Plot (Normal P-P Plot). Dengan menggunakan Normal P-P

Plot data yang garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan

memenuhi asumsi normalitas (Imam Ghozali, 2009:147).

E. Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2005:2), variable penelitian adalah suatu hal yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variable

57
penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel

yang ditetapkan dalam suatu penelitian yang dimakudkan untuk memastikan

agar variabel yang ditelitisecara jelas dapat ditetapkan indikatornya.

1. Variabel bebas (variable independen/X)

Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variable lainnya. Penelitian inimenggunakan dua variable

bebas (Independent Variable), yaitu Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Variabel bebas dalam penelitian ini terderi dari:

a. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas Konsumsi Barang

Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan

didalam daerah pabean. Penelitian ini akan memfokuskan pada PPN

atas konsumsi BKP, dalam hal ini adalah barang elektronika. PPN itu

diantaranya mengenai tarif, harga, pengusaha kena pajak, mekanisme

pengenaan pajak, dan sistem pengenaan PPN. Metode pengukuran skala

likert yang terdiri dari lima point penilaian, yaitu: (1) sangat setuju (2)

setuju (3) tidak pasti (4) tidak setuju (5) sangat tidak setuju.

b. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang

dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang digolongkan

sebagai barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang

58
menghasilkan, mengimpor, atau mengekspor Barang Kena Pajak yang

tergolong mewah tersebut didalam daerah pabean dalam lingkungan

perusahaan atau pekerjaannya. PPnBM itu diantaranya penggolongan

barang mewah, tarif, pemungutan PPnBM, pengusaha kena pajak, dan

pengenaan PPnBM. Skala yang digunakan dalam menyusun kuesioner

ini adalah skala ordinal atau yang sering disebut skala likert yang berisi

5 point antara 1 (sangat rendah) sampai 5 (sangat tinggi).

2. Variabel Dependen (Y)

Daya Beli Konsumen

Variabel terikat (Dependent Variable) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daya beli konsumen. Daya beli (Purchasing Power)

merupakan kemampuan seseorang dalam mengkonsumsi suatu produk.

Dengan asumi bahwa daya beli konsumen terhadap pengenaan PPN dan

PPnBM atas barang elektronika. Setiap responden diminta menjawab 8

pertanyaan. Jawaban pertanyaan disusun dengan menggunakan skala likert

5 poin antara 1 (sangat rendah) sampai 5 (sangat tinggi).

Tabel 3.2

Variabel, Indikator, danSkalaPengukuran

No Variabel Indikator No. SkalaPengu

Pernyataan kuran

59
1. PajakPertamb Unsur-unsur :

ahanNilai a. Tarif PPN 1 Likert

(PPN) b. Kepatuhan 2

(X1) c. Pengenaan PPN 3

d. Mekanismepengenaan 4

PPN

e. Subjek Pajak 5

2. PajakPenjual Unsur-unsur :

anatasBarang a. Objek PPnBM 1 Likert

Mewah b. MekanismePPnBM 2

(PPnBM) 5

(X2) 6

c. TarifPPnBM 3

d. Subjek PPnBM 7

e. Fungsi PPnBM 4

Daya

3. Beli Unsur-unsur :

Konsumen a.Perubahan Pendapatan 1 Likert

(Y) Konsumen 2

60
4

b.Perubahan Harga 6

Barang 7

c.Perubahan Cita Rasa

Konsumen

61
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan-perusahaan dagang atau toko-toko

yang menjual barang elektronika yang berada di wilayah Glodok Jakarta Kota.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada para

konsumen.

Penyebaran kuesioner dilakukan pada awal bulan Agustus 2011 dan

pengembaliannya diharapkan 1 minggu setelah kuesioner diterima responden.

Dalam penyebaran kuesioner ini tidak dilakukan secara rutin atau setiap hari, akan

tetapi dilakukan pada waktu-waktu tertentu disesuaikan dengan waktu yang

ditentukan pihak perusahaan atau toko elektronik setelah dikonfirmasi terlebih

dahulu dan mendapat izin. Pengumpulan data dilakukan lebih kurang 2 bulan

yaitu sampai dengan awal Oktober 2011.

1. Tingkat Pengembalian Kuesioner

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian,

kuesioner yang dibagikan berjumlah 72 eksemplar. Dari 72 kuesioner yang

dikirimkan, yang kembali sebanyak 56 eksemplar dengan tingkat

pengembalian sebesar 80%. Dari 56 kuesioner yang kembali, terdapat 50

62
kuesioner (91%) yang dapat diolah dan dianalisis. Hal ini disebabkan karena 6

responden tidak menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan dan adanya

responden yang tidak memenuhi syarat dalam penelitian ini.

Tabel 4.1

Distribusi Kuesioner

Kuesioner Frekuensi Persentase


Koesioner yang disebar 72 100%
Kuesioner yang dikembalikan 56 80%
Kuesioner yang tidak dikembalikan 16 20%
Kuesioner yang dapat diolah 50 91%
Kuesioner yang tidak dapat diolah 6 9%

2. Deskripsi Statistik Demografi Responden

Tabel 4.2 berikut memberikan informasi mengenai deskripsi statistik

demografi responden, yang didalamnya dijelaskan mengenai frekuensi dan

persentase responden berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, usia, pendidikan

terakhir, dan pendapatan rata-rata dalam sebulan. Dari hasil tersebut, dapat

diketahui bahwa sebanyak 50 responden yang dijadikan sampel dalam

penelitian terdiri dari responden pria sebanyak 35 orang dengan tingkat

persentase 70%, sedangkan responden wanita sebanyak 30%. Maka dapat

disimpulkan bahwa responden yang berjenis kelamin pria lebih banyak dari

pada responden wanita.

63
Tabel 4.2 menunjukkan gambaran mengenai karakteristik responden.

Tabel 4.2
Karakteristik Responden

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase


1. Jumlah Sampel 50 100%

2. Jenis Kelamin
a. Pria 35 70%
b. Wanita 15 30%
Jumlah 50 100%

3. Usia Responden
a. 16-24 Tahun 17 34%
b. 25-34 Tahun 23 46%
c. 35-44 Tahun 6 12%
d. 45-54 Tahun 4 8%
Jumlah 50 100%

4. Pendidikan Terakhir
a. SMU/Sederajat 11 22%
b. Diploma 3 14 28%
c. Strata 1 23 46%
d. Strata 2 2 4%
Jumlah 50 100%
5. Pendapatan rata-rata perbulan
a. < Rp 500.000 0 0%
b. Rp 500.000 s/d Rp 1.000.000 10 20%
c. Rp 1.000.000 s/d Rp 2.000.000 12 24%
d. Rp 2.000.000 s/d Rp 5.000.000 23 46%
e. > Rp 5.000.000 5 10%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 2010

64
Tabel 4.2 diatas juga memperlihatkan bahwa terdapat responden yang

berusia antara 16 sampai dengan 24 tahun yang mendominasi penelitian ini

dengan tingkat persentase 34%. Sedangkan untuk responden yang berusia

antara 25 sampai dengan 34 tahun berjumlah 23 orang dengan persentase

sebesar 46%. Usia responden yang berkisar antara 35 sampai 44 tahun dan 45

sampai 54 tahun masing-masing hanya sebanyak 6 orang (12%) dan 4 orang

(8%).

Untuk responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir yang lulusan

SMU/Sederajat (22%), Diploma 3 (28%), Strata 1 (46%), dan Strata 2 (4%).

Selain itu berdasarkan pendapatan rata-rata dalam sebulan, responden yang

pendapatannya < Rp 500.000 sebanyak 0 orang (0%), Rp 500.000 sampai

dengan Rp 1.000.000 sebanyak 10 orang (20%), Rp 1.000.000 sampai dengan

Rp 2.000.000 sebanyak 12 orang (24%), Rp 2.000.000 sampai dengan

Rp5.000.000 sebanyak 23 orang (46%), dan > Rp 5.000.000 sebanyak 5 orang

(10%).

Dari data deskripsi statistik demografi responden tersebut dapat

disimpulkan bahwa kecenderungan responden penelitian ini berjenis kelamin

pria yang berusia antara 25 sampai dengan 34 tahun. Begitu juga dengan

tingkat pendidikan terakhir yang cenderung Strata 1 (S1) dan didominasi oleh

65
responden yang memiliki pendapatan rata-rata dalam sebulan antara Rp

2.000.000 sampai Rp 5.000.000.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

pengenaan PPN, PPnBM, dan daya beli diuji secara statistik deskriptif seperti

yang terlihat pada tabel 4.3.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden yang diukur

dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, minimum maksimum,

kurtosis, dan swekness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2009).

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.3
Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ppn 50 10.00 22.00 17.1800 2.81896

Ppnbm 50 21.00 39.00 30.6800 3.72767

Dbk 50 22.00 39.00 31.7400 3.54453

Valid N
50
(listwise)

Sumber Data diolah

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa jumlah responden (n) adalah 50, dari 50

responden variabel PPN mempunyai nilai minimum sebesar 10 dan nilai

66
maksimum sebesar 22, nilai mean 17.1800, dengan standar deviasi 2.81896.

Pada variabel PPnBM nilai maksimumnya adalah 39 dan nilai minimumnya

sebesar 21, nilai mean 30.6800, engan standar deviasi 3.72767. Selanjutnya,

variabel daya beli memiliki nilai maksimum 39 dan nilai minimum sebesar 22,

nilai mean 31.7400, dengan standar deviasi 3.54453.

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu

dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan

dengan total skor. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan data tersebut

valid atau tidak valid adalah:

1) Butir dikatakan valid, jika nilai probabilitasnya (Sig) < 0,05.

2) Butir dikatakan tidak valid, jika nilai probabilitasnya (Sig) > 0,05.

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, maka didapat hasil yang

akan disajikan secara lengkap dalam tabel berikut.

Tabel 4.4 berikut menunjukkan hasil uji validitas untuk variabel Pajak

Pertambahan Nilai.

67
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
Variabel Pajak Pertambahan Nilai

Item Sig. Keterangan


Pertanyaan
PPN1 0,000** Valid
PPN2 0,006** Valid
PPN3 0,000** Valid
PPN4 0,000** Valid
PPN5 0,000** Valid
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa semua

pertanyaan dari variabel independen Pajak Pertambahan Nilai adalah valid.

Hal ini seperti terlihat dari semua pertanyaan diatas dikatakan valid karena

memiliki nilai signifikasi dibawah 0,05.

Tabel 4.5 berikut menunjukkan gambaran mengenai hasil uji validitas

untuk variabel Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

Tabel 4.5
Hasil Uji validitas
Variabel Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Item Sig. Keterangan


Pertanyaan
PPnBM1 0,049* Valid
PPnBM2 0,004** Valid
PPnBM3 0,001** Valid
PPnBM4 0,000** Valid
PPnBM5 0,044* Valid
PPnBM6 0,000** Valid
PPnBM7 0,000** Valid
PPnBM8 0,000** Valid
Sumber : Data Diolah

68
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa semua pertanyaan variabel independen

(Pajak Penjualan atas Barang Mewah) adalah valid, karena memiliki nilai

signifikan 0,000 atau dibawah 0,05.

Sedangkan untuk hasil uji validitas dari variabel daya beli konsumen

ditunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas
Variabel Daya Beli Konsumen

Item Sig. Keterangan


Pertanyaan
DB1 0,000** Valid
DB2 0,018* Valid
DB 3 0,000** Valid
DB4 0,000** Valid
DB 5 0,000** Valid
DB 6 0,000** Valid
DB 7 0,013* Valid
DB 8 0,001** Valid
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa pertanyaan

dari variabel dependen daya beli adalah valid. Seperti terlihat semua

pertanyaan di atas dikatakan valid karena memiliki nilai signifikasi 0,000

atau di bawah 0,05.

b. Uji Reliabilitas

69
Tabel 4.7 berikut menunjukkan hasil uji reliabilitas.

Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach N of items


Alpha
Pajak Pertambahan Nilai 0,624 5
Pajak Penjualan atas Barang Mewah 0,709 8
Daya Beli Konsumen 0,772 8
Sumber: Data Diolah

Berdasarkan data pada tabel 4.7 diatas, instrumen Pajak Pertambahan

Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Daya Beli Konsumen.

Masing-masing memiliki nilai cronbach alpha 0,624 0,709 dan 0,772.

Semua instrumen dinyatakan reliabel karena memiliki nilai cronbach alpha

diatas 0,60.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi

tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

70
Hasil Uji Normalitas

Histogram

Gambar 4.1

Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa data yang disajikan normal.

Hal ini dilihat dari kurva pada grafik histogram yang seimbang atau tidak

ada kemencengannya baik menceng ke kiri maupun menceng ke kanan,

sehingga memenuhi normalitas data.

Pada gambar 4.2 di bawah ini menunjukkan grafik normal probability

Plots.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


Variabel Daya Beli

71
Gambar 4.2

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan adanya persebaran data (titik)

pada sumbu diagonal yang sangat mendekati garis diagonal. Pedoman uji

normalitas mengatakan bahwa jika persebaran data (titik) mengikuti atau

mendekati garis diagonal, maka data penelitian berdistribusi normal. Pada

gambar histogram juga menunjukkan adanya normalitas dalam penelitian

ini. Melihat dari hal tersebut, penelitian ini bisa disimpulkan memenuhi uji

normalitas.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan

SPSS. Apabila nilai tolerance value kurang daripada 0,10 atau Variance

Inflation Factor (VIF) lebih daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.8

72
Hasil Uji Multikolonieritas

Collinearity
Model Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
PajakPertambahanNilai ,792 1,263
PajakPenjualanatasBarangMewah ,792 1,263

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa semua variabel independen (Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah) mempunyai

nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10. Hal ini

mengindikasikan bahwa model ini terbebas dari masalah

multikoloniearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain.

Hasil Uji Heteroskedastisitas


Scatterplot
Variabel Daya Beli

73
Gambar 4.3

Dari gambar 4.3 di atas, dapat dilihat titik-titik menyebar secara acak

dan tidak membentuk suatu pola tertentu, serta tersebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas

pada model regresi. Sehingga model regresi ini dapat digunakan untuk

menganalisis pengaruh pengenaan PPN dan PPnBM terhadap daya beli

konsumen.

4. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.10 berikut menunjukkan hasil pengujian koefisien

determinasi:

Tabel 4.9
Pengujian koefisien Determinasi

74
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
1 ,638a ,589 ,559 3,05171

Pada tabel 4.9 diatas diperoleh nilai R Square sebesar 0,638. Hal ini

menunjukkan bahwa hubungan variabel independen terhadap variable

dependen adalah kuat karena nilai berada diantara 0 sampai 1 sehingga

variabel independen dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

variabel dependen. Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien

korelasi berganda (R), koefisien determinasi (R Square), dan koefisien

determinasi yang disesuaikan (Adjust R Square). Berdasarkan tabel model

summary diatas diperleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R)

sebesar 0,638. Ini menunjukkan bahwa pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah terhadap daya beli konsumen mempunyai

hubungan yang kuat. Hasil pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa

nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,589 dan nilai koefisien

determinasi yang sudah disesuaikan (Adjust R Square) adalah 0,559. Hal ini

berarti 55,9% variasi dari daya beli konsumen dapat dijelaskan oleh variasi

variabel independen (pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas

barang mewah). Sedangkan sisanya (100% - 55,9% = 44,1%) dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini, sebab-sebab lain

yang dapat mempengaruhi daya beli konsumen pajak pertambahan nilai,

75
pengusaha kena pajak pada tingkat pedagang eceran (Dyah Trihapsari,

2008),

Jadi dapat disimpulkan bahwa pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah berperan sangat kuat terhadap daya beli

konsumen, seperti yang telah diteliti.

b. Uji Signifikan Simultan ( Uji Statistik F)

Tabel 4.10 berikut menunjukkan hasil uji statistik F

Tabel 4.10
Uji F
ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 177.912 2 88.956 9.552 .000a

Residual 437.708 47 9.313

Total 615.620 49

a. Predictors: (Constant), ppnbm, ppn

b. Dependent Variable: dbk

Melihat tabel anova diatas, diperoleh nilai F hitung sebesar 9,552

dengan tingkat signifikasi 0,000 karena nilai probabilitas (0,000) jauh lebih

kecil dari 0,05 maka model regresi ini dapat dipakai untuk memprediksi

daya beli konsumen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai F

diperoleh sebesar 9, 552 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis Ha1 diterima, sehingga

dapat dikatakan bahwa pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas

76
barang mewah terhadap daya beli konsumen berpengaruh secara simultan.

Hal ini disebabkan pajak pertambahan nilai menurut UU No.18 tahun 2000

yang disempurnakan lagi dalam UU No.42 tahun 2009 adalah pajak atas

konsumsi barang kena pajak dan atau jasa kena pajak yang dilakukan di

dalam daerah pabean. Daerah pabeab itu sendiri merupakan wilayah

teritorial indonesia (Rendy aditya, 2010).

Menurut Undang-Undang PPN No.18 Tahun 2000 yang

disempurnakan lagi dalam Undang-Undang PPN No. 42 Tahun 2009,

pengertian Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak

yang dipungut atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong

sebagai barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan

Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut didalam daerah pabean

dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, ataupun impor Barang Kena Pajak

yang tergolong mewah. Konsisten dengan teori menurut (Mardiasmo,

2009).

Sehingga secara simultan pajak pertambahan nilai dan pajak

penjualan atas barang mewah yang dikenakan tarif pada barang elektronika,

sangat berpengaruh terhadap daya beli konsumen.

c. Uji Statistik t

Hasil uji t ditunjukkan pada tabel 4.12 dibawah ini:

77
Tabel 4.11
Variabel Dependen
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 15.292 3.791 4.033 .000

Ppn .424 .131 .159 3.230 .002

Ppnbm .199 .174 .446 1.147 .257

a Dependent Variable: DayaBeli

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa hubungan antara Pajak

pertambahan nilai dan daya beli konsumen terjadi hubungan yang

signifikan hal ini tercermin dalam angka signifikasi sebesar 0,000 yang

lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti Ha1 diterima.

Masyarakat secara tidak langsung dalam membeli suatu barang atau

jasa dikenakan pajak yaitu Pajak Pertambahan Nilai. Tarif pajak 10% yang

merupakan kebijakan pemerintah dengan pengalokasian pemasukan pajak

untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat yang secara

langsung dibebankan pajak dalam setiap konsumsinya, disertai dengan

kondisi perekonomian yang belum mapan menyebabkan masyarakat

menekan konsumsinya sehingga daya beli menurun. Misalnya masyarakat

yang ingin membeli televisi, dalam membeli televisi tersebut mencari yang

78
lebih terjangkau harganya karena nilai pajak yang dibebankan semakin

besar.

Sedangkan hubungan antara Pajak Penjualan atas Barang Mewah

dengan daya beli konsumen terjadi hubungan yang tidak signifikan, hal ini

tercermin dalam angka signifikasi sebesar 0,257 yang nilainya lebih besar

dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak.

Untuk variabel PPN, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh dyah ayuningtyas (2010) yang menunjukkan

bahwa Pajak Pertambahan Nilai secara empiris berhubungan postitif

terhadap daya beli konsumen.

Untuk variabel Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagai variabel

tambahan yang diteliti penulis pada penelitian ini tidak dapat membuktikan

bahwa adanya pengaruh positif antara variabel Pajak Penjualan atas Barang

Mewah dengan daya beli konsumen, hal ini terbukti dengan nilai

signifikannya yang diatas 0,05. Artinya PPnBM ini tidak berpengaruh

terhadap daya beli konsumen. Hal ini berdasarkan pada barang yang

dikenakan PPnBM merupakan barang mewah yang hanya dikonsumsi oleh

masyarakat atau konsumen tertentu, dimana biasanya adalah golongan

ekonomi menengah ke atas. Sehingga PPnBM ini bukanlah menjadi

halangan bagi masyarakat tersebut dalam mengkonsumsi barang mewah

79
karena meskipun harga barang tersebut semakin meningkat seiring dengan

semakin meningkatnya beban pajak, yang menjadi prioritas bagi

masyarakat golongan tersebut adalah kepuasan dan gaya hidup. Berapapun

harganya, jika barang dibeli sesuai dengan keinginan konsumen, maka

harga tidaklah menjadi masalah. Begitu juga dengan gaya hidup.

Masyarakat kelas menengah ke atas sudah menjadi gaya hidup bagi mereka

dalam menggunakan atau mengkonsumsi barang-barang mewah karena hal

itu akan mempengaruhi tingkat prestisius mereka. Jadi, pengenaan PPnBM

terhadap daya beli konsumen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

(Untung Sukardji,2001).

d. Uji Regresi Berganda

Tabel 4.12
Regresi Berganda
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1(Constant) 15.292 3.791 4.033 .000

Ppn .424 .131 .446 3.230 .002

ppnbm .199 .174 .159 1.147 .257

80
Berdasarkan yang telah diperoleh dari koefisien regresi pada table

4.12di atas, maka dapat di buat satu persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 15,292 – 0,424 X1 + 0,199 X2 + e

Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta

sebesar 15,292. Hal ini menyatakan bahwa jika pajak pertambahan nilai

dan pajak penjualan atas barang mewah dianggap konstan, maka daya beli

konsumen akan konstan sebesar 15,292 satuan.

Koefisien regresi pada pajak perambahan nilai sebesar 0,424, hal ini

berarti jika variabel pajak pertambahan nilai bertambah satu satuan maka

daya beli konsumen bertambah sebesar 0,424 satuan.

Koefisien regresi pada sistem pajak pejualan atas barang mwah

0,199 hal ini berarti jika pajak pertambahan nilai bertambah satu satuan

maka daya beli konsumen bertambah sebesar 0,199 satuan.

Temuan ini konsisten dengan teori menurut Liberti Pandiangan,

bahwa Pajak pertambahan nilai adalah salah satu jenis pajak tidak langsung

yang termasuk sebagai pajak konsumsi.dan PPN merupakan pajak yang

dikenakan atas nilai tambah (added value) dari suatu barang ataupun jasa

yang ditransaksikan. Sehingga nilai tambah merupakan elemen yang begitu

penting dan mendasar dalm perhitungan PPN. Dengan demikian, pajak

pertambahan nilai bukan hanya dikenakan atas barang saja, melainkan juga

81
atas jasa yang sesuai dengan syarat-syarat yang terdapat dalam Undang-

Undang perpajakan.diperkuat juga menurut Untung Sukardji dalam jurnal

perpajakn indonesia volume 1, bahwa sebagai pungutan tambahan

disamping PPN, sebenarnya PPnBM merupakan salah satu sarana yang jitu

untuk mengurangi dampak regresi PPN. Apalgi UU PPN 1984 mengatur

tarif tunggal, maka regresivitas PPN menjadi semakin tajam. Namnu

sungguh sangat disayangkan, dalam pengaturannya kurang mencerminkan

fungsi PPnBM yang murni karena dengan UU nomor 11 Tahun 1994,

tujuan pengenaan PPnBM disamping PPN diperluas. Perluasan in

menimbulkan distorsi terhadap fungsi utama PPnBM sebagai sarana

unttunk mengurangi bahkan kalau mungkin meminimalisasi dampak

regresi PPN. Dan diperkuat oleh teori Mardiasmo (2009), bahwa PPnBm

Menurut Undang-Undang PPN No.18 Tahun 2000 yang disempurnakan

lagi dalam Undang-Undang PPN No. 42 Tahun 2009, pengertian Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dipungut atas

penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong sebagai barang

mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan Barang Kena

Pajak yang tergolong mewah tersebut didalam daerah pabean dalam

kegiatan usaha atau pekerjaannya, ataupun impor Barang Kena Pajak yang

tergolong mewah. Dan yang menjadi karakteristiknya bahwa PPnBM

82
merupakan pungutan tambahan BKP mewah selain PPN. PPnBM hanya

dikenakan sekali yaitu pada saat impor atau pada saat penyerahan BKP

mewah oleh PKP pabrikan. PPnBM tidak dapat dikreditkan sehingga

diperlakukan sebagai biaya. Dengan demikian, berbeda dengan PPN dan

PPnBM yang sudah dibayar pada waktu perolehan atau impor Barang Kena

Pajak yang tergolong mewah tersebut, tidak dapat dikreditkan dengan PPN

maupun PPnBM yang dipungut atau PPnBM ini hanya dipungut satu kali

saja.

83
BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengenaan PPN dan

PPnBM terhadap daya beli. Responden penelitian ini berjumlah 50 orang konsumen

yang berada di wilayah Glodok Jakarta Kota. Pengujian penelitian ini menggunakan

analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

A. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel PPN berpengaruh positif signifikan

terhadap daya beli konsumen. Hasil uji ini konsisten dengan hasil peneliti yang

telah dilakukan oleh Ayuningtyas yang menunjukan bahwa PPN secara empiris

berhubungan positif terhadap daya beli konsumen, dan diperkuat juga dengan

teori yang menyatakan bahwa masyarakat secara tidak langsung dalam membeli

suatu barang atau jasa dikenakan pajak yaitu PPN

B. Hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa untuk variabel PPnBM tidak

berpengaruh signifikan terhadap daya beli. Hasil uji ini konsisten dengan

penelitian yang dikemukakan oleh Untung sukardji (2001) bahwa barang-barang

yang dikenakan PPnBM merupakan barang mewah yang hanya dikonsumsi oleh

masyarakat atau konsumen tertentu, dimana biasanya adalah golongan ekonomi

84
menengah ke atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa PPnBM tidak

mempengaruhi secara signifikan terhadap daya beli konsumen.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas menunjukkan bahwa variabel Pajak Penjualan

atas Barang Mewah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap daya beli

konsumen. PPnBM dengan tarif paling rendah 10% dan tarif paling tinggi 75%

menyebabkan masyarakat yang mengkonsumsi suatu barang atau jasa secara

langsung dikenakan PPnBM tersebut. Pembebanan PPnBM ini dikenakan kepada

seluruh masyarakat baik masyarakat dengan perekonomian mapan maupun

masyarakat dengan perekonomian yang belum mapan. Kondisi ini mempengaruhi

masyarakat dalam mengkonsumsi suatu barang. Ini berarti ketika masyarakat ingin

membeli suatu barang maka harus diperhitungkan pula tambahan pengenaan

pajaknya, sehingga pajak ini mempengaruhi daya beli masyarakat. Maka diharapkan

kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan

daya beli masyarakat. Sehingga dengan meningkatnya daya beli, maka dapat

meningkatkan pula penerimaan pajak dari sektor PPnBM.

C. Saran

saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel independen

lainnya atau menambahkan variabel moderating guna mengetahui variabel-

85
variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah

variabel dependen.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian

serta memperluas wilayah sampel penelitian, bukan hanya di DKI Jakarta tetapi

juga di kota-kota besar lainnya, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan

tingkat generalisasi yang lebih tinggi.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode penelitian yang

berbeda seperti metode wawancara langsung kepada responden untuk

memperoleh data yang lebih berkualitas.

86
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

87
KUESIONER PENELITIAN ILMIAH

ANALISIS PENGARUH PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN


NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
(PPNBM) TERHADAP DAYA BELI KONSUMEN PADA BARANG
ELEKTRONIKA
(Studi Empiris Pada Konsumen Barang Elektronika di Wilayah Jakarta Kota
Glodok)

Oleh:

Nama : Fadilah
NIM : 207082000105
Prodi : Akuntansi

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

88
Nama : Fadilah
HP : 085716170166

PENGANTAR

Kuesioner ini ditujukan untuk memperoleh data dan informasi yang


terkait dengan permasalahan yang diteliti dalam bentuk skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah terhadap Daya Beli Konsumen pada Barang
Barang Elektronika”. Peneliti berharap kepada semua pihak yang terpilih
sebagai responden dalam penelitian ini dapat bekerjasama dalam
memberikan informasi serta jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner ini secara benar, jujur, dan obyektif. Atas bantuan dan
kerjasamanya, peneliti sampaikan terima kasih.

Mengetahui, Jakarta, Agustus 2011


Dosen Pembimbing Peneliti

Atiqah SE, MM Fadilah

Harap di isi dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang
tersedia.
Keterangan:
STS : (Sangat Tidak Setuju)
TS : (Tidak Setuju)
TP : (Tidak Pasti)
S : (Setuju)
SS : (Sangat Setuju)

89
DATA DIRI RESPONDEN
Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i menjawab pertanyaan berikut ini
1. Nama Perusahaan/Pribadi
:……………………………………………………….
2. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan
3. Usia :
a. 16-24 Thn b. 25-34 Thn c. 35-44 Thn d.45-54 Thn e. >55
Thn
4. Pendidikan terakhir :
a. SD b. SMP c. SMU/Sederajat d. Akademi/Sederajat e.
Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan:
a. Pelajar/mahasiswa
b. Pegawai Negeri
c. Karyawan Swasta
d. Wiraswasta
e. Lainnya………
6. Pendapatan per bulan:
a.< Rp 500.000,-
b. Rp 500.000,- s.d Rp 1.000.000,-
c. Rp 1.000.000,- s.d Rp 2.000.000,-
d. Rp 2.000.000,- s.d Rp 5.000.000,-
e. > Rp 5.000.000,-
7. Pengeluaran rata-rata dalam sebulan:
a. < Rp 500.000,-
b. Rp 500.000,- s.d Rp 1.000.000,-
c. Rp 1.000.000,- s.d Rp 2.000.000,-
d. Rp 2.000.000,- s.d Rp 5.000.000,-
e. > Rp 5.000.000,-
8. Wilayah tempat tinggal anda :………………………………

90
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
(X1)
No. Uraian SS S TP TS STS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada suatu
barang dengan barang lainnya mempunyai
tarif sama yaitu 10%
2. Pengusaha harus melaporkan perkembangan
usahanya ke petugas pajak
3. Menurut saya, pengenaan pajak pada suatu
barang sangat diperlukan
4. Pengenaan PPN dilaksanakan berdasarkan
Sistem Faktur
5. Semua pengusaha harus dikenakan PPN
terhadap barang dan jasa yang dijualnya

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)


(X2)
No. Uraian SS S TP TS STS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM) dikenakan hanya
untuk barang-barang yang
tergolong mewah
2. PPnBM tidak dapat dikenakan
tersendiri tanpa adanya PPN
3. Tarif PPnBM ditetapkan dalam
beberapa pengelompokan tarif yaitu
tarif paling rendah 10% dan tarif
paling tinggi 75%
4. Menurut saya, adanya PPnBM

91
dapat mengendalikan pola
konsumsi masyarakat atas barang
mewah
5. PPnBM hanya dipungut satu kali
pada sumbernya
6. PPnBM merupakan pajak atas
konsumsi didalam negeri
7. Pengusaha yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) wajib, memungut, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang
8. Menurut saya, salah satu upaya
dalam mencapai keseimbangan
pembebanan pajak antara
masyarakat yang berpenghasilan
tinggi dengan masyarakat yang
berpenghasilan rendah adalah
dengan dikenakannya PPnBM

Daya Beli Konsumen


(Y)
No. Uraian SS S TP TS STS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Saya merasa daya beli saya
meningkat saat membeli barang-
barang yang murah
2. Kemampuan masyarakat dalam
mengkonsumsi Barang Kena Pajak
(BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP)
dipengaruhi besarnya harga
BKP/JKP tersebut

92
3. Nilai PPN yang kecil tidak
berpengaruh terhadap konsumen
yang berpenghasilan besar
4. Barang yang dikenakan pajak
sangat berpengaruh dengan
kemampuan daya beli masyarakat
kecil
5. Kemampuan saya untuk membeli
suatu barang sangat didominasi
pendapatan saya
6. Tingginya tingkat harga
mengakibatkan daya beli menurun
7. Kebutuhan akan suatu barang
menyebabkan daya beli seseorang
meningkat
8. Saya tidak mempunyai daya beli
pada suatu barang yang harganya
melebihi pendapatan saya,
walaupun saya sangat
membutuhkannya

93
LAMPIRAN 2

DAFTAR JAWABAN
RESPONDEN

94
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Resp PPN 1 PPN 2 PPN 3 PPN 4 PPN 5 Total

1 3 4 2 3 3 15
2 1 4 5 4 4 18
3 2 5 3 4 2 16
4 2 5 3 4 3 17
5 4 5 4 3 2 18
6 4 5 5 4 4 22
7 1 5 2 5 1 14
8 4 2 4 4 4 18
9 4 4 4 5 2 19
10 2 3 2 4 2 13
11 5 5 1 4 1 16
12 5 5 4 4 2 20
13 1 5 5 4 2 17
14 2 4 2 2 2 12
15 1 4 2 2 1 10
16 1 5 5 4 2 17
17 4 5 4 4 2 19
18 4 4 4 4 3 19
19 4 2 2 4 2 14
20 4 4 5 5 4 22
21 4 4 5 5 2 20
22 4 4 4 4 2 18
23 4 4 4 4 2 18
24 4 4 4 5 4 21
25 2 5 3 4 3 17
26 5 4 5 5 2 21
27 3 4 5 4 2 18
28 3 4 4 4 2 17
29 3 4 5 4 2 18
30 2 5 4 3 2 16
31 4 5 4 4 2 19
32 1 5 4 4 4 18
33 1 4 5 5 2 17
34 4 2 4 4 3 17
35 5 2 4 4 2 17
36 4 2 2 4 2 14
37 4 2 4 4 2 16
38 4 5 4 4 4 21
39 3 2 1 4 2 12

95
40 2 2 3 4 4 15
41 2 3 3 4 1 13
42 2 4 3 3 3 15
43 4 4 3 4 2 17
44 3 3 3 3 2 14
45 2 4 3 4 1 14

46 4 4 4 4 2 18
47 4 4 5 5 4 22
48 4 5 4 4 4 21
49 4 4 4 5 4 21
50 4 4 2 4 4 18

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PPNBM PPNBM PPNBM PPNBM PPNBM PPNBM PPNBM PPNBM


Resp TOTAL
1 2 3 4 5 6 7 8
1 4 4 4 4 4 4 4 5 33
2 4 4 3 3 4 4 1 4 27
3 4 3 2 4 4 1 4 5 27
4 4 3 2 4 4 1 4 5 27
5 4 3 4 3 2 3 4 3 26
6 4 4 4 3 4 2 5 5 31
7 4 4 5 1 4 1 1 1 21
8 4 2 4 5 4 4 5 3 31
9 1 4 5 5 3 4 4 5 31
10 1 3 4 4 3 5 4 3 27
11 5 5 5 5 1 5 5 5 36
12 5 5 4 4 2 4 5 5 34
13 5 4 4 4 4 4 4 4 33
14 4 2 3 4 4 3 3 4 27
15 4 4 2 4 4 4 4 4 30
16 4 4 5 4 2 4 4 4 31
17 5 4 4 5 2 4 4 4 32
18 4 4 4 1 4 4 4 4 29
19 5 4 4 4 4 3 4 5 33
20 5 4 4 5 5 4 5 5 37
21 5 4 5 5 1 1 4 4 29
22 4 4 2 4 4 4 4 2 28
23 4 4 4 4 4 4 4 4 32
24 4 4 5 4 4 4 4 2 31
25 1 5 5 5 5 4 4 5 34

96
26 5 5 5 4 5 2 5 4 35
27 4 4 3 3 4 4 4 4 30
28 4 4 3 4 4 4 4 4 31
29 4 4 3 5 4 4 4 4 32
30 4 5 3 4 4 4 4 4 32
31 4 2 4 5 5 5 4 4 33
32 5 2 4 4 4 4 5 5 33
33 4 2 2 3 4 3 5 1 24
34 5 4 4 5 4 4 5 2 33
35 5 4 5 5 5 5 5 5 39
36 4 4 2 4 2 2 2 2 22

37 4 4 2 4 4 4 4 5 31
38 5 5 4 5 4 5 5 5 38
39 4 3 2 4 3 4 3 2 25
40 2 4 4 5 3 2 5 4 29
41 4 4 4 4 4 4 4 4 32
42 4 4 4 4 4 3 4 2 29
43 5 4 5 3 2 2 4 2 27
44 4 3 4 4 4 3 4 4 30
45 4 4 3 4 3 3 5 5 31
46 4 4 4 4 4 4 4 2 30
47 4 4 4 5 4 5 5 4 35
48 5 4 5 4 4 4 4 4 34
49 5 4 5 5 4 4 4 2 33
50 4 4 2 4 4 4 4 3 29

DAYA BELI KONSUMEN

Resp DBK 1 DBK 2 DBK 3 DBK 4 DBK 5 DBK 6 DBK 7 DBK 8 TOTAL
1 5 4 4 4 4 4 4 4 33
2 4 3 2 4 2 4 5 4 28
3 4 4 2 4 4 4 4 5 31
4 3 4 2 4 4 4 4 5 30
5 4 3 3 4 4 4 4 4 30
6 4 5 5 5 5 4 4 5 37
7 5 5 1 2 1 1 2 5 22
8 5 3 5 3 4 4 4 5 33
9 5 4 5 4 5 5 5 5 38
10 3 4 5 4 5 3 5 2 31

97
11 5 5 5 5 5 5 4 5 39
12 5 4 5 5 5 5 4 4 37
13 4 4 1 5 5 5 4 1 29
14 4 2 4 4 4 4 4 4 30
15 4 2 4 4 4 4 4 4 30
16 4 5 3 4 5 4 4 5 34
17 4 4 4 4 4 4 4 4 32
18 5 3 4 5 4 5 4 5 35
19 1 1 4 5 4 5 5 5 30
20 4 5 4 2 3 4 5 4 31
21 5 4 4 4 4 4 2 4 31
22 4 4 4 5 4 4 5 4 34
23 4 4 4 4 4 4 4 5 33
24 2 2 2 4 5 4 4 2 25
25 5 3 5 5 5 4 5 5 37
26 5 2 5 2 5 5 5 2 31
27 4 4 3 5 4 4 4 4 32
28 4 4 3 5 4 4 4 4 32

29 4 4 3 5 4 4 4 4 32
30 4 4 3 5 4 4 4 4 32
31 4 2 5 5 5 5 5 4 35
32 3 3 5 4 4 4 4 4 31
33 3 3 4 3 3 3 5 3 27
34 4 4 4 4 5 5 4 4 34
35 5 4 4 4 3 5 5 5 35
36 3 4 4 4 4 4 4 4 31
37 4 4 2 3 4 4 4 5 30
38 4 4 3 4 4 5 5 4 33
39 3 2 2 4 4 4 3 4 26
40 4 4 4 4 4 5 4 4 33
41 3 3 4 4 3 4 4 4 29
42 3 3 2 3 3 3 3 3 23
43 5 2 5 5 5 5 4 5 36
44 4 4 4 4 5 3 4 3 31
45 4 4 5 4 4 4 2 5 32
46 4 4 2 4 4 4 4 4 30
47 5 4 5 4 4 4 4 4 34
48 5 4 5 4 4 4 4 5 35
49 4 4 4 5 5 4 4 5 35
50 2 4 4 4 4 4 4 2 28

98
LAMPIRAN 3

HASIL SPSS

99
Statistik deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ppn 50 10.00 22.00 17.1800 2.81896

ppnbm 50 21.00 39.00 30.6800 3.72767

dbk 50 22.00 39.00 31.7400 3.54453

Valid N (listwise) 50

Uji validitas ppn

Correlations

ppn1 ppn2 ppn3 ppn4 ppn5 ppntotal


**
ppn1 Pearson Correlation 1 -.186 .099 .269 .126 .522

Sig. (2-tailed) .195 .494 .059 .383 .000

Sum of Squares and Cross-


76.020 -11.580 6.800 11.000 7.500 89.740
products

Covariance 1.551 -.236 .139 .224 .153 1.831

100
N 50 50 50 50 50 50
**
ppn2 Pearson Correlation -.186 1 .246 .000 .010 .381

Sig. (2-tailed) .195 .085 1.000 .943 .006

Sum of Squares and Cross-


-11.580 50.820 13.800 .000 .500 53.540
products

Covariance -.236 1.037 .282 .000 .010 1.093

N 50 50 50 50 50 50
** * **
ppn3 Pearson Correlation .099 .246 1 .406 .298 .731

Sig. (2-tailed) .494 .085 .003 .036 .000

Sum of Squares and Cross-


6.800 13.800 62.000 15.000 16.000 113.600
products

Covariance .139 .282 1.265 .306 .327 2.318

N 50 50 50 50 50 50
** **
ppn4 Pearson Correlation .269 .000 .406 1 .219 .594

Sig. (2-tailed) .059 1.000 .003 .127 .000

Sum of Squares and Cross-


11.000 .000 15.000 22.000 7.000 55.000
products

Covariance .224 .000 .306 .449 .143 1.122

101
N 50 50 50 50 50 50
* **
ppn5 Pearson Correlation .126 .010 .298 .219 1 .576

Sig. (2-tailed) .383 .943 .036 .127 .000

Sum of Squares and Cross-


7.500 .500 16.000 7.000 46.500 77.500
products

Covariance .153 .010 .327 .143 .949 1.582

N 50 50 50 50 50 50
** ** ** ** **
ppntotal Pearson Correlation .522 .381 .731 .594 .576 1

Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .000 .000

Sum of Squares and Cross-


89.740 53.540 113.600 55.000 77.500 389.380
products

Covariance 1.831 1.093 2.318 1.122 1.582 7.947

N 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji validitas ppnbm

102
Correlations

ppnbm1 ppnbm2 ppnbm3 ppnbm4 ppnbm5 ppnbm6 ppnbm7 ppnbm8 ppnbmtotal


*
ppnbm1 Pearson Correlation 1 .076 .042 -.029 -.056 -.042 .137 -.017 .279

Sig. (2-tailed) .602 .772 .839 .699 .773 .343 .907 .049

Sum of Squares and Cross-


45.680 2.800 2.040 -1.240 -2.560 -2.160 5.680 -.960 49.280
products

Covariance .932 .057 .042 -.025 -.052 -.044 .116 -.020 1.006

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* **
ppnbm2 Pearson Correlation .076 1 .290 .076 -.124 .105 .054 .206 .404

Sig. (2-tailed) .602 .041 .599 .389 .468 .712 .152 .004

Sum of Squares and Cross-


2.800 30.000 11.400 2.600 -4.600 4.400 1.800 9.400 57.800
products

Covariance .057 .612 .233 .053 -.094 .090 .037 .192 1.180

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* **
ppnbm3 Pearson Correlation .042 .290 1 .129 -.117 .110 .182 .077 .447

Sig. (2-tailed) .772 .041 .371 .418 .449 .205 .595 .001

Sum of Squares and Cross-


2.040 11.400 51.620 5.780 -5.680 6.020 8.040 4.620 83.840
products

103
Covariance .042 .233 1.053 .118 -.116 .123 .164 .094 1.711

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* ** * **
ppnbm4 Pearson Correlation -.029 .076 .129 1 -.022 .344 .464 .304 .584

Sig. (2-tailed) .839 .599 .371 .880 .014 .001 .032 .000

Sum of Squares and Cross-


-1.240 2.600 5.780 38.820 -.920 16.380 17.760 15.780 94.960
products

Covariance -.025 .053 .118 .792 -.019 .334 .362 .322 1.938

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
*
ppnbm5 Pearson Correlation -.056 -.124 -.117 -.022 1 .188 .059 .077 .284

Sig. (2-tailed) .699 .389 .418 .880 .190 .684 .596 .044

Sum of Squares and Cross-


-2.560 -4.600 -5.680 -.920 45.520 9.720 2.440 4.320 48.240
products

Covariance -.052 -.094 -.116 -.019 .929 .198 .050 .088 .984

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* **
ppnbm6 Pearson Correlation -.042 .105 .110 .344 .188 1 .252 .141 .570

Sig. (2-tailed) .773 .468 .449 .014 .190 .077 .327 .000

Sum of Squares and Cross-


-2.160 4.400 6.020 16.380 9.720 58.420 11.840 9.020 113.640
products

104
Covariance -.044 .090 .123 .334 .198 1.192 .242 .184 2.319

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
** * **
ppnbm7 Pearson Correlation .137 .054 .182 .464 .059 .252 1 .352 .645

Sig. (2-tailed) .343 .712 .205 .001 .684 .077 .012 .000

Sum of Squares and Cross-


5.680 1.800 8.040 17.760 2.440 11.840 37.680 18.040 103.280
products

Covariance .116 .037 .164 .362 .050 .242 .769 .368 2.108

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* * **
ppnbm8 Pearson Correlation -.017 .206 .077 .304 .077 .141 .352 1 .596

Sig. (2-tailed) .907 .152 .595 .032 .596 .327 .012 .000

Sum of Squares and Cross-


-.960 9.400 4.620 15.780 4.320 9.020 18.040 69.620 129.840
products

Covariance -.020 .192 .094 .322 .088 .184 .368 1.421 2.650

N
50 50 50 50 50 50 50 50 50

* ** ** ** * ** ** **
ppnbmtotal Pearson Correlation .279 .404 .447 .584 .284 .570 .645 .596 1

Sig. (2-tailed) .049 .004 .001 .000 .044 .000 .000 .000

105
Sum of Squares and Cross-
49.280 57.800 83.840 94.960 48.240 113.640 103.280 129.840 680.880
products

Covariance 1.006 1.180 1.711 1.938 .984 2.319 2.108 2.650 13.896

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Uji validitas dbk

Correlations

dbk1 dbk2 dbk3 dbk4 dbk5 dbk6 dbk7 dbk8 dbktotal


* * **
dbk1 Pearson Correlation 1 .335 .269 -.026 .059 .131 -.092 .357 .541

Sig. (2-tailed) .017 .059 .857 .684 .364 .524 .011 .000

Sum of Squares and Cross-


38.980 13.580 13.700 -.900 2.100 4.120 -2.920 15.080 83.740
products

Covariance .796 .277 .280 -.018 .043 .084 -.060 .308 1.709

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* *
dbk2 Pearson Correlation .335 1 -.081 -.053 -.078 -.229 -.192 .175 .352

Sig. (2-tailed) .017 .575 .715 .589 .110 .182 .224 .018

106
Sum of Squares and Cross-
13.580 42.180 -4.300 -1.900 -2.900 -7.480 -6.320 7.680 40.540
products

Covariance .277 .861 -.088 -.039 -.059 -.153 -.129 .157 .827

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
** * **
dbk3 Pearson Correlation .269 -.081 1 .167 .419 .337 .271 .185 .683

Sig. (2-tailed) .059 .575 .248 .002 .017 .057 .198 .000

Sum of Squares and Cross-


13.700 -4.300 66.500 7.500 19.500 13.800 11.200 10.200 138.100
products

Covariance .280 -.088 1.357 .153 .398 .282 .229 .208 2.818

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
** ** **
dbk4 Pearson Correlation -.026 -.053 .167 1 .492 .447 .129 .150 .528

Sig. (2-tailed) .857 .715 .248 .000 .001 .373 .298 .000

Sum of Squares and Cross-


-.900 -1.900 7.500 30.500 15.500 12.400 3.600 5.600 72.300
products

Covariance -.018 -.039 .153 .622 .316 .253 .073 .114 1.476

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
** ** ** **
dbk5 Pearson Correlation .059 -.078 .419 .492 1 .537 .228 -.140 .589

Sig. (2-tailed) .684 .589 .002 .000 .000 .111 .332 .000

107
Sum of Squares and Cross-
2.100 -2.900 19.500 15.500 32.500 15.400 6.600 -5.400 83.300
products

Covariance .043 -.059 .398 .316 .663 .314 .135 -.110 1.700

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* ** ** ** **
dbk6 Pearson Correlation .131 -.229 .337 .447 .537 1 .413 .074 .614

Sig. (2-tailed) .364 .110 .017 .001 .000 .003 .609 .000

Sum of Squares and Cross-


4.120 -7.480 13.800 12.400 15.400 25.280 10.520 2.520 76.560
products

Covariance .084 -.153 .282 .253 .314 .516 .215 .051 1.562

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
** *
dbk7 Pearson Correlation -.092 -.192 .271 .129 .228 .413 1 -.126 .350

Sig. (2-tailed) .524 .182 .057 .373 .111 .003 .383 .013

Sum of Squares and Cross-


-2.920 -6.320 11.200 3.600 6.600 10.520 25.680 -4.320 44.040
products

Covariance -.060 -.129 .229 .073 .135 .215 .524 -.088 .899

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
* **
dbk8 Pearson Correlation .357 .175 .185 .150 -.140 .074 -.126 1 .459

Sig. (2-tailed) .011 .224 .198 .298 .332 .609 .383 .001

108
Sum of Squares and Cross-
15.080 7.680 10.200 5.600 -5.400 2.520 -4.320 45.680 77.040
products

Covariance .308 .157 .208 .114 -.110 .051 -.088 .932 1.572

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50
** * ** ** ** ** * **
dbktotal Pearson Correlation .541 .352 .683 .528 .589 .614 .350 .459 1

Sig. (2-tailed) .000 .018 .000 .000 .000 .000 .013 .001

Sum of Squares and Cross-


83.740 40.540 138.100 72.300 83.300 76.560 44.040 77.040 615.620
products

Covariance 1.709 .827 2.818 1.476 1.700 1.562 .899 1.572 12.564

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

109
Uji realibilitas

Reliability Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's
Reliability Statistics
Alpha Based on Cronbach's

Cronbach's Standardized Alpha Based on Cronbach's

Alpha Items N of Items Cronbach's Standardized Alpha Based on

Alpha Items N of Items Cronbach's Standardized


.624 .665 5
Alpha Items N of Items
.709 .713 8
.772 .782 8

b
Model Summary

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
a
1 .638 .589 .559 3.05171 .289 9.552 2 47 .000 2.393

a. Predictors: (Constant), ppnbm, ppn

b. Dependent Variable: dbk

110
b
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 177.912 2 88.956 9.552 .000

Residual 437.708 47 9.313

Total 615.620 49

a. Predictors: (Constant), ppnbm, ppn

b. Dependent Variable: dbk

a
Coefficients

Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient 95% Confidence Interval
Coefficients s for B Correlations Collinearity Statistics

Lower Zero-
Model B Std. Error Beta t Sig. Bound Upper Bound order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 15.292 3.791 4.033 .000 7.665 22.919

111
ppn .424 .131 .446 3.230 .002 .160 .689 .519 .426 .397 .792 1.263

ppnbm .199 .174 .159 1.147 .257 -.150 .549 .362 .165 .141 .792 1.263

a. Dependent Variable: dbk

112
87

Anda mungkin juga menyukai