Anda di halaman 1dari 10

Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

Public Health Perspective Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj

Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Pedesaan dan
Perkotaan

Anik Sholikah, Eunike Raffy Rustiana, Ari Yuniastuti

Prodi Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________
SejarahArtikel:
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua.
Diterima 10 Desember
Kurang gizi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Kekurangan gizi
2016
dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Kekurangan gizi pada balita di
Disetujui 15 Januari
Indonesia terlihat meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan penelitian untuk mengetahui
2017
faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di pedesaan dan
Dipublikasikan 2 Juni
perkotaan. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan rancangan Cross Sectional.
2017
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 192 ibu yang mempunyai balita usia 1 – 5 tahun
________________
di pedesaan dan perkotaan dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data
Keywords:
menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan Kolmogorov Smirnov. Hasil
Factors Determinant,
penelitian menunjukkan faktor – faktor yang berhubungan dengan status gizi pada
Nutrition Status,
balita di pedesaan dan perkotaan adalah penyakit infeksi (p < 0.05). Penyakit infeksi
Toddler
yang dialami balita berdasarkan hasil penelitian adalah tuberculosis, diare dan ISPA,
___________________
sebagian besar masyarakat dipedesaan maupun perkotaan berada dilingkungan rumah
industri mebel sahingga udara mudah tercemar debu kayu. Faktor yang yang tidak
berhubungan dengan status gizi balita di pedesaan dan perkotaan adalah Jarak
kelahiran, pola pengasuhan gizi, pendidikan ibu dan pekerjaan ibu (p > 0.05).

Abstract
Toddler nutrition status is the important fact that should be concerned by each parents.
Malnutrition in this golden periode are irreversible (cannot be recovered). The malnutrition
can affect the toddler’s brain development. The malnutrition on toddlers in Indonesia
increase every year. The purpose of the research are to know the factors related to the
nutrition status on toddlers in the rural and urban area. The type of the research is the
analytical survey with Cross Sectional design. Sample in this study were 192 mothers with
toddlers in the rural and mothers with toddlers in urban area with consecutive sampling.
Collecting using questionnaires. Analyzed using Kolmogorov Smirnov. The summary of the
study, factors related to the nutrition status on toddlers in the rural and urban area are
infectious disease (p < 0.05). The infectious disease that happened on toddlers based on
research are tuberculosis, diarrhoea and respiratory problems. Most of people in the rural
and urban area are located in the furniture industry neighbor hood. That can be polluted by
the wood dust. The factors that are not related to the toddler nutrition status in the rural and
urban area are spacing birth of toddlers, nutrition parenting pattern, maternal education
and maternal employment (p > 0.05).
© 2017UniversitasNegeri Semarang


Alamatkorespondensi: p-ISSN 2528-5998
KampusUnnesBendanNgisor, Semarang, 50233 e-ISSN 2540-7945
E-mail: anik86nasya@gmail.com

9
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

PENDAHULUAN tahun 2013 (1,71%) dan naik kembali pada


tahun 2014 sebesar 1317 kasus (1,86%).
Puskesmas dengan kasus gizi buruk pada balita
Status gizi balita merupakan hal penting tertinggi pada tahun 2013 ada di Puskesmas
yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Tahunan sebesar 192 kasus, angka ini
Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi
kembang anak di usia balita didasarkan fakta 128 kasus gizi buruk, namun 3 balita gizi buruk
bahwa kurang gizi pada masa emas ini bersifat meninggal pada tahun 2015 yang terletak
irreversible (tidak dapat pulih), sedangkan didaerah pedesaan, menurut petugas gizi
kekurangan gizi dapat mempengaruhi dipuskesmas Tahunan kematian balita tersebut
perkembangan otak anak (Marimbi, 2010). disebabkan oleh penyakit infeksi (2 balita) dan
Salah satu indikator kesehatan yang kurangnya asupan nutrisi pada balita (1 balita)
dinilai pencapaiannya dalam MDGS 2015 (Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, 2014).
adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur Masalah gizi merupakan akibat dari
berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi berbagai faktor yang saling terkait. UNICEF
badan (Kemenkes RI, 2013). Dalam target (dalam Dirjen Gizi 2004) mengemukakan
SDGS 2030 tentang gizi masyarakat diharapkan bahwa faktor-faktor penyebab kurang gizi dapat
dapat mengakhiri segala bentuk malnutrisi, dilihat dari penyebab langsung dan tidak
termasuk mencapai target internasional 2025 langsung serta pokok permasalahan dan akar
untuk penurunan stunting dan wasting pada balita masalah. Faktor penyebab langsung meliputi
(Dirjen Gizi, 2015). Target nasional tahun 2019 makanan tidak seimbang dan infeksi, sedangkan
adalah 17% maka prevalensi kekurangan gizi faktor penyebab tidak langsung meliputi
pada balita harus diturunkan 2,9% dalam ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan
periode tahun 2013 (19.9%) sampai tahun 2019 anak serta pelayanan kesehatan anak dan
(17%) (Sardjoko, 2016). lingkungan.
Riskesdas tahun 2014 menunjukkan Fuada, Mulyati dan Hidayat (2011)
bahwa di Indonesia terdapat 32.521 (14%) balita menyatakan bahwa faktor yang berhubungan
dengan kasus gizi buruk dan 17 % balita dengan status gizi pada anak balita di perkotaan
kekurangan Gizi (malnutrisi), angka tersebut adalah tingkat sosial ekonomi, pendidikan,
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013 pekerjaan orang tua dan tinggi badan orang tua,
(19,6%) balita kekurangan gizi, akan tetapi sedangkan di perdesaan faktor yang
target SDGS masih belum tercapai (Kemenkes berhubungan adalah status sosial ekonomi,
RI, 2014). pendidikan, pekerjaan, tinggi badan orang tua,
Provinsi Jawa Tengah menduduki pemanfaatan pelayanan kesehatan dan angka
peringkat ke 2 dari 34 Provinsi Indonesia kecukupan konsumsi protein. Kehidupan
dengan kasus balita gizi buruk pada tahun 2014 didaerah perkotaan lebih tergantung pada
sebanyak 4.107 (0,15%) balita dari jumlah balita pendapatan yang dicapai dibanding dengan
yang ada di Jawa Tengah. Angka ini sektor pertanian dan sumber daya alam.
mengalami peningkatan apabila dibandingkan Persentase perempuan perkotaan yang
tahun 2012 berjumlah 1.131 (0,06%), padahal mendapatkan pendapatan diluar rumah lebih
persentase balita gizi buruk mendapatkan banyak sedangkan jumlah anggota keluarga
perawatan tahun 2012 sebesar 100%. (Dinas lebih sedikit, sahingga pengasuhan anak
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Dari terjangkau. Selain itu didaerah perkotaan lebih
35 kabupaten di Jawa Tengah, Kabupaten besar ketersediaan pangan, perumahan, layanan
Jepara menduduki peringkat 8 dengan kasus kesehatan, dan kesempatan kerja. Listrik, air
balita gizi buruk, dari tahun 2010 (0,32%) kasus dan sanitasi rata-rata lebih luas tersedia daripada
gizi buruk terus mengalami peningkatan sampai di daerah pedesaan (Lisa dkk, 2004).
tahun 2012 (2,51%) kemudian menurun pada
10
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

Penelitian ini bertujuan untuk Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan Hasil penelitian menununjukkan bahwa
dengan status gizi pada balita di pedesaan dan Status gizi balita dipedesaan menunjukkan
perkotaan yang meliputi faktor penyakit infeksi, bahwa dari 96 balita dipedesaan terdapat 83
jarak kelahiran, pola pengasuhan gizi, (86.5 %) balita yang tidak mengalami penyakit
pendidikan dan pekerjaan. infeksi berstatus gizi baik 72 (75.0%). Meskipun
sebagian besar balita tidak mengalami penyakit
METODE infeksi akan tetapi masih terdapat balita yang
mengalami penyakit infeksi 13 (13.5%) terdiri
Jenis penelitian yang digunakan dalam dari balita status gizi kurang 7 (7.3%) dan 1 (1.0
penelitian ini dengan pendeketan penelitian %) balita gizi buruk. Hasil uji statistik
survey analitik. Rancangan penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov menunjukkan
menggunakan Cross Sectional. Sampel dalam bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
penelitain ini sebanyak 192 ibu yang penyakit infeksi dengan status gizi balita
mempunyai balita usia 1 – 5 tahun di pedesaan (P=0.006 < 0.05).
dan perkotaan wilayah kerja Puskesmas Hasil yang sama didapatkan pada balita
Tahunan Jepara. Teknik pengambilan sampel di perkotaan bahwa terdapat 91 (94.8%) balita
consecutive sampling dengan criteria inklusi terdiri yang tidak mengalami penyakit infeksi berstatus
dari : 1) Ibu yang bersedia menjadi responden. gizi baik 83 (86.5%). Meskipun sebagian besar
2) Ibu yang mempunyai balita yang berada balita tidak mengalami penyakit infeksi akan
didaerah perkotaan dan pedesaan. 3) Ibu yang tetapi masih terdapat balita yang mengalami
mempunyai balita yang memiliki KMS, dan penyakit infeksi yaitu 5 (5.2%) balita dengan
kriteria eksklusi terdiri dari terdiri dari: 1) Ibu status gizi kurang 3 (3.1%). Hasil statistik
dan balita yang tidak ada ditempat pada saat menggunakan uji Kolmogorov Smirnov
penelitian. 2) Balita yang sedang sakit. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Instrumen penelitian yang digunakan dalam signifikan antara penyakit infeksi dengan status
penelitian ini adalah kuesioner tentang faktor- gizi balita (p=0.014 < 0.05 ).
faktor yang berhubungan dengan status gizi Balita di pedesaan dan di perkotaan
pada balita, Metode pengumpulan data dalam sebagian besar tidak memiliki penyakit infeksi
penelitian ini adalah dengan menggunakan dengan status gizi baik, hal tersebut disebabkan
kuesioner, peneliti melakukan penelitian pada karena balita yang memiliki status gizi baik akan
saat ada kegiatan posyandu di pedesaan dan mempunyai daya tahan tubuh yang baik
perkotaan masing – masing 2 kali kegiatan sahingga balita tidak mudah terserang penyakit
posyandu. Adapun analisa dilakukan dengan sekalipun berada dalam lingkungan yang buruk.
menggunakan analisa univariat, analisa bivariat Sebaliknya balita dengan status gizi kurang dan
(kolmogorov smirnov) menggunakan program buruk memiliki daya tahan tubuh yang lemah
SPSS. sahingga mudah terserang penyakit. Penyakit
infeksi yang dialami balita berdasarkan hasil
penelitian adalah tuberculosis, diare dan ISPA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada umumnya ibu balita di pedesaan tidak
begitu mengetahui tentang penyakit infeksi yang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dapat menurunkan berat badan dan tidak begitu
faktor-faktor yang berhubungan dengan status
faham tentang tanda gejala jika anak mengalami
gizi pada balita di pedesaan dan perkotaan
penyakit infeksi. Mereka beranggapan kalau
adalah :
anaknya sakit sedikit maka anak akan sembuh
dengan sendirinya. Jika penyakit yang diderita
oleh anak tidak kunjung sembuh dan terjadi
berulang terus menerus, sedangkan asupan
11
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

makanan bergizi kurang karena anak tidak mau Jarak Kelahiran Dengan Status Gizi Balita
makan maka akan menyebabkan penurunan Status gizi balita di pedesaan
berat badan. Asupan gizi yang sedikit selama menunjukkan bahwa dari 96 balita dipedesaan
sakit dapat menyebabkan anak menjadi gizi sebagian besar balita dengan jarak kelahiran > 2
kurang atau buruk. Penyakit infeksi tersebut th sebanyak 93 (96.9 %) balita berstatus gizi baik
dapat disebabkan udara yang tercemar debu yaitu 75 (78.1 %) balita, 15 (15.6% ) balita gizi
kayu karena sebagian besar rumah responden kurang, 2 (2.1 ) balita gizi lebih dan 1 (1.0%)
berada pada daerah industri mebel, selain itu di balita gizi buruk. Dari 3 balita yang dengan
pedesaan masih terdapat rumah tradisional yang jarak kelahiran < 2 th terdapat 2 (2.1%) balita
lantainya masih tanah, apabila keluarga kurang gizi baik dan 1 (1.0%) balita gizi buruk. Hasil uji
memperhatikan pola hidup bersih dan sehat statistik menggunakan Kolmogorov Smirnov
maka balita akan mudah terserang penyakit. Di menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
perkotaan sebagian besar jenis rumah yang yang signifikan antara jarak kelahiran dengan
dimiliki masyarakat sudah permanen sahingga status gizi balita di pedesaan ( p=0.923> 0.05).
kebersihan rumah lebih baik daripada di Hasil yang sama didapatkan di perkotaan
pedesaan, balita yang memiliki penyakit infeksi bahwa jarak kelahiran balita di perkotaan
di daerah perkotaan dapat disebabkan karena sebagian besar adalah > 2 th sebanyak 95
pencemaran udara dari asap kendaraan maupun (99.0%) balita terdiri dari 84 (87.5%) balita
dari industri mebel dilingkungan sekitar rumah. dengan gizi baik, 9 (9.4%) balita gizi kurang, 1
Hasil penelitian khaliq (2015) di Pakistan (1.0 %) balita gizi lebih dan 1 (1.0%) balita gizi
menunjukkan bahwa penyakit infeksi buruk. Dan 1(1.0%) balita dengan jarak
tuberculosis dapat dipengaruhi oleh banyaknya kelahiran < 2 th mempunyai status gizi baik
jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama, yaitu 1 (1.0%). Hasil uji statistik menggunakan
memiliki ukuran rumah yang kecil, ventilasi Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa tidak
yang buruk, dinding dan lantai rumah dibangun terdapat hubungan yang signifikan antara jarak
dengan lumpur atau bata, memasak dengan kelahiran dengan status gizi balita di perkotaan (
menggunakan biofeul. Risiko TB meningkat di p=0.988> 0.05).
antara orang-orang yang tinggal dekat beberapa Adanya program KB masyarakat telah
daerah pabrik. banyak menggunakan program KB sahingga
Penelitian ini sesuai dengan hasil jarak kelahiran dapat diatur sesuai dengan
penelitian Rosari, Rini dan Masrul (2013) keinginan ibu. Ibu yang memiliki balita dengan
dikelurahan Lubuk Buaya kecamatan Koto jarak kelahiran > 2 tahun dengan status gizi
Tengah Kota Padang bahwa balita yang balita kurang dan buruk dapat disebabkan
mengalami status gizi kurang lebih banyak karena sebagian besar pendidikan ibu adalah
terjadi pada balita diare (18,9%) dibandingkan menengah yaitu SMP dan SMA sahingga
dengan balita tidak diare (14,8%). Hasil mempengaruhi pemenuhan gizi dalam keluarga.
penelitian Khatun A, (2013) di Bangladesh Ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun
menunjukkan bahwa lingkungan dan faktor dengan status gizi balita buruk dapat disebabkan
higienis pribadi merupakan kontributor penting karena ibu yang memiliki 2 balita akan kesulitan
terjadinya diare. Hasil penelitian ini didukung membagi waktu untuk 2 balita dan cenderung
hasil penelitian George dkk di Nigeria (2014) kerepotan bahkan biasanya lebih fokus pada
bahwa penyebaran penyakit seperti infeksi bayi yang baru dilahirkanya sehingga ibu kurang
pernapasan akut dan diare yang dikenal untuk optimal dalam merawat anak yang pertama. Di
menyebabkan malnutrisi. perkotaan Ibu yang memiliki jarak kelahiran
balita < 2 tahun dengan status gizi baik
disebabkan karena ibu telah dibantu pengasuh
dalam mengasuh kedua balitanya.

12
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

Hasil penelitian Nurjannah & Septiani pengasuhan gizi dengan status gizi balita di
(2013) yang menunjukkan bahwa jarak pedesaan ( p=1.000 > 0.05).
kelahiran yang cukup membuat ibu dapat pulih Hasil yang sama didapatkan pada balita
dengan sempurna dari kondisi setelah di perkotaan bahwa 96 responden di perkotaan
melahirkan. Saat ibu sudah merasa nyaman sebagian besar balita dengan pola pengasuhan
dengan kondisinya maka ibu dapat menciptakan gizi positif sebanyak 89 (92.7%) balita, terdapat
pola asuh yang baik dalam mengasuh dan 78 (81.2%) balita berstatus gizi baik, 9 (9.4%)
membesarkan anaknya (Santrock, 2002). Jarak gizi kurang dan 1 (1.0%) balita gizi buruk dan
kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. lebih, sedangkan 7 (7.3%) balita dengan pola
Jarak antara dua kehamilan yang <2 tahun pengasuhan gizi yang negatif mempunyai status
berarti tubuh ibu belum kembali pada keadaan gizi baik. Hasil uji statistik menggunakan
normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa tidak
tubuh ibu akan memikul beban yang lebih berat, terdapat hubungan yang signifikan antara pola
sehingga kehamilan dalam keadaan ini perlu pengasuhan gizi dengan status gizi balita di
diwaspadai karena adanya kemungkinan perkotaan ( p=1.000 > 0.05).
pertumbuhan janin yang kurang baik, Hasil penelitian diatas menunjukan baik
mengalami persalinan yang lama atau di pedesaan maupun di perkotaan sebagian
perdarahan. Sebaliknya jika jarak kehamilan besar pola pengasuhan balita adalah positif dan
antara dua kehamilan >4 tahun, disamping usia memiliki balita status gizi baik. Pola pengasuhan
ibu yang sudah bertambah juga mengakibatkan gizi yang baik ini dapat dipengaruhi adanya
persalinan berlangsung seperti kehamilan dan program dari puskesmas yaitu kelas ibu balita,
persalinan pertama. dalam kegiatan kelas ibu balita ibu mendapatkan
Hasil penelitian shahjada (2014) di India pengetahuan tentang gizi balita, ibu juga dapat
bahwa anak-anak akan lebih berisiko berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman
kekurangan gizi, baik saudara sebelumnya atau akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan
berikutnya yang mempunyai jarak kelahiran stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
dalam waktu 24 bulan. Studi pada hasil gizi balita yang dibimbing oleh bidan desa dan
anak menunjukkan bahwa interval kelahiran petugas gizi puskesmas, sahingga dirumah ibu
dikaitkan dengan rendahnya risiko gizi buruk, dapat menciptakan pola asuh yang baik bagi
penurunan stunting terkait dengan interval balita. Meskipun sebagian besar pola
kelahiran sebelumnya ≥36 bulan berkisar antara pengasuhan balita positif akan tetapi masih
~ 10% sampai 50% (Khatryn, 2007) terdapat balita dengan gizi kurang maupun
buruk, hal tersebut disebabkan karena ada balita
Pola Pengasuhan Gizi dengan Status Gizi yang menderita penyakit infeksi yaitu ISPA,
Balita tuberculosis dan diare. Penyakit infeksi yang
Status gizi balita menunjukkan bahwa diderita balita dapat mempengaruhi nafsu
dari 96 balita dipedesaan sebagian besar balita makan balita sahingga kebutuhan gizi dan
dengan pola pengasuhan gizi positif yaitu 86 makanan dalam tubuh balita tidak terpenuhi
(89.6%) balita, terdapat balita berstatus gizi baik akibatnya balita dapat mengalami penurunan
69 (71.9%), gizi kurang 13 (13,5%) dan 2 ( 2.1%) berat badan.
balita gizi buruk dan lebih. Sedangkan dari 10 Menurut UNICEF (dalam Istiyani &
(10.4%) balita dengan pola pengasuhan gizi Rusilanti, 2013) mengemukakan bahwa
negatif terdapat 8 (8.3%) balita berstatus gizi Pengasuhan didefinisikan sebagai cara
baik dan 2 balita dengan gizi kurang (2.1%). memberikan makan, merawat anak,
Hasil uji statistik menggunakan Kolmogorov membimbing, dan mengajari anak yang
Smirnov menunjukkan bahwa tidak terdapat dilakukan oleh individu dan keluarga. Praktik
hubungan yang signifikan antara pola memberikan makan pada anak meliputi
pemberian ASI, makanan tambahan berkualitas,
13
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

penyiapan makanan dan penyediaan makanan sebagian besar balita dengan pendidikan
yang bergizi, perawatan anak termasuk merawat menengah, dari 67 (69.5%) balita berstatus gizi
anak apabila sakit, imunisasi, pemberian balita baik 60 (62.5%). Dari 18 (18.8%) ibu
suplemen, memandikan anak dan sebagainya. dengan pendidikan tinggi, balita berstatus gizi
faktor yang cukup dominan yang menyebabkan baik 18 (18.8%) dan dari 11(11.5%) ibu dengan
meluasnya keadaan gizi kurang adalah perilaku pendidikan dasar terdiri dari 7 (7.3%) balita
yang kurang benar dikalangan masyarakat dengan dengan baik dan 4 (4.2%) balita gizi
dalam memilih dan memberikan makanan kurang. Hasil uji statistik menggunakan
kepada anggota keluarganya, terutama kepada Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa tidak
anak-anak. Oleh karena itu berbagai kegiatan terdapat hubungan yang signifikan antara
harus dilaksanakan untuk memberikan makanan pendidikan ibu dengan status gizi balita di
(Feeding) dan perawatan (carring) yang benar perkotaan (p =0.373 > 0.05).
untuk mencapai status gizi yang baik. Feeding Tingkat pendidikan ibu balita dipedesaan
dan carring melalui pola asuh yang dilakukan ibu dan perkotaan sebagian besar adalah menengah
kepada anaknya akan mempengaruhi tumbuh yaitu SMP dan SMA, sedangkan status gizi
kembang anak secara positif maupun negatif. balita sebagian besar adalah baik. Hal tersebut
Hasil penelitian Laura, H (2008) dapat dipengaruhi oleh adanya kelas balita yang
menunjukkan bahwa praktik pemberian makan sangat membantu ibu dalam meningkatkan
dan gaya pengasuhan yang terkait intervensi pengetahuan yang berhubungan dengan
untuk meningkatkan praktik pemberian makan pertumbuhan dan perkembangan balita sahingga
yang positif (misalnya, pemodelan dan balita dapat tumbuh secara optimal. Selain itu
pemantauan) ditambah dengan penurunan tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan
praktik negatif (misalnya, pembatasan dan pengetahuan dan kemampuan ibu dalam
tekanan untuk makan). Semakin baik pola asuh memahami informasi kesehatan yang didapat
yang diberikan maka semakin baik status gizi ibu sahingga ibu dapat memberikan pola asuh
balita dan sebaliknya apabila ibu memberikan yang baik bagi balita.
pola asuh yang kurang baik dalam pemberian Hasil penelitian ini sesuai dengan
makanan pada balita maka status gizi balita juga penelitian Adnan, N dan Muniandi, N, D (2012)
akan terganggu ( Munawaroh, 2015) di Malaisya bahwa anak-anak dari ibu dengan
kualifikasi sekolah menengah memiliki
Pendidikan Dengan Status Gizi Balita prevalensi lebih tinggi dari kekurangan gizi
Status gizi balita di pedesaan setelah normal. Namun, anak-anak dari ibu dari
menunjukkan bahwa dari 96 balita sebagian diploma dan atas kualifikasi memiliki prevalensi
besar ibu balita mempunyai pendidikan lebih tinggi dari obesitas setelah normal,
menengah yaitu 78 (81.2%) ibu balita dengan memiliki asupan makanan cepat saji yang lebih
status gizi balita baik 64 (66.7% ). Dari 15 tinggi dan memiliki frekuensi yang lebih tinggi
(15.6%) ibu yang mempunyai pendidikan dasar dari melewatkan sarapan. Menurut Marmi
terdapat 10 (10.4%) ibu yang memiliki balita gizi (2014), orang tua yang memiliki pendidikan
baik, 4 (4.2%) balita gizi kurang dan 1 (1.0%) yang tinggi akan lebih memahami makanan dan
balita gizi buruk. Dari 3 (3.1%) ibu yang memilih makanan yang baik untuk anaknya.
berpendidikan atas memiliki 3 (3.1%) balita Keluarga dengan pendidikan tinggi tentu lebih
berstatus gizi baik. Hasil uji statistik mudah daripada dengan latar belakang
menggunakan Kolmogorov Smirnov pendidikan rendah, terutama yang terkait
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan
yang signifikan antara pendidikan ibu dengan anak, penggunaan fasilitas kesehatan, dan lain
status gizi balita di pedesaan (p=0.778 > 0.05). sebagainya (Fida dan Maya, 2013).
Hasil yang sama didapatkan pada balita Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
di perkotaan bahwa 96 responden di perkotaan hasil penelitian Astuti di kecamatan Godean
14
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

yaitu tidak adanya hubungan antara tingkat baik, 4 (4.2%) balita gizi kurang dan 1(1.0%)
pendidikan ibu dengan status gizi anak (p 0471 balita gizi buruk. Hasil uji statistik
> 0.05). Tidak adanya hubungan pendidikan menggunakan Kolmogorov Smirnov
dengan status gizi dapat dikarenakan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
perkembangan teknologi yang ada saat ini. Ibu yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan
dengan tingkat pendidikan rendah dengan status gizi balita ( p=1.000 > 0.05).
adanya perkembangan teknologi saat ini dapat Hasil penelitian diatas menunjukkan
dengan mudah mengakses informasi dari bahwa baik dipedesaan maupun diperkotaan
berbagai media, sehingga mereka dapat sebagian besar ibu balita tidak bekerja (ibu
meningkatkan pengetahuannya. Hasil penelitian rumah tangga) memiliki balita gizi baik, ibu
ini didukung oleh hasil penelitian Munawaroh yang tidak bekerja mempunyai banyak waktu
(2015) bahwa tidak ada hubungan pendidikan luang dalam memperhatikan kebutuhan gizi
ibu dengan status gizi balita p=0,366 (p>0,05). balita dan mengurus balita sahingga
Hasil penelitian Putri (2014) pertumbuhan dan perkembangan balita dapat
menunjukkan adanya hubungan yang terkontrol. Sedangkan ibu yang tidak bekerja
bermakna antara pendidikan ibu dengan status yang mempunyai balita gizi kurang dapat
gizi balita. Hasil ini didukung dengan hasil disebabkan karena sebagian besar pendidikan
analisis multivariat yang menunjukan bahwa ibu adalah pendidikan menengah atas (SMA),
pendidikan ibu memang merupakan faktor yang pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan
berhubungan dengan status gizi balita. Hasil ibu dalam mengasuh anaknya terutama gizi
penelitian George di Nigeria (2014) balita, selain itu dapat dipengaruhi oleh satus
mengemukakan bahwa Pendidikan ibu ekonomi keluarga yang sebagian besar adalah
memainkan peran utama dalam menentukan status ekonomi rendah, keluarga dengan status
status gizi anak-anak dengan kebanyakan studi ekonomi rendah akan berpengaruh dalam
pendidikan ibu rendah adalah faktor penentu memenuhi kebutuhan makanan dalam keluarga
utama dari malnutrition. sahingga gizi anak tidak terpenuhi yang
mengakibatkan balita menjadi gizi kurang. Ibu
Pekerjaan Dengan Status Gizi Balita yang bekerja yang memiliki balita gizi baik
Status gizi balita dipedesaan dapat disebabkan karena ibu yang bekerja dapat
menunjukkan bahwa dari 96 balita sebagian menambah pendapatan keluarga sahingga
besar 63 (65.5%) ibu tidak bekerja dan memiliki mempengaruhi keluarga dalam memenuhi
balita berstatus gizi baik 52 (54.2%), 9 (9.4) kebutuhan makanan terutama kebutuhan gizi
balita gizi kurang dan 2 (2.1%) balita gizi baik. anak dan keluarganya. Ibu yang bekerja yang
Sedangkan dari Dari 33 (34.4%) ibu yang memiliki balita dengan status gizi kurang dan
bekerja terdapat 23 (26.0%) balita gizi baik, 6 buruk disebabkan karena ibu yang bekerja lebih
(6.2%) balita gizi kurang dan 2 (2.1%) balita gizi banyak waktu untuk pekerjaan dibandingkan
buruk. Hasil uji statistik menggunakan dengan anaknya, meskipun kebutuhan makanan
Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa tidak terutama gizi anak terpenuhi akan tetapi ibu
terdapat hubungan yang signifikan antara yang bekerja kemungkinan besar anaknya
pekerjaan ibu dengan status gizi balita (p=0.983 dititipkan kepada neneknya atau pengasuhnya
> 0.05). yang kurang paham tentang asupan gizi
Hasil yang sama didapatkan dari hasil sahingga dalam memberikan makanan kepada
penelitian diperkotaan bahwa dari 96 responden balita tidak sesuai kebutuhan balita sahingga
diperkotaan didapatkan hasil 58 (60.4%) ibu dapat menyebabkan kekurangan gizi pada
yang tidak bekerja terdapat 52 (54.2%) balita balita.
status gizi baik, 5 (5.2%) balita gizi kurang, 1 Hasil penelitian Vaida, N (2013) di
(1.0%) balita gizi lebih, sedangkan 38 (39.6%) Srinagar City menunjukkan bahwa 34% dari
ibu yang bekerja terdapat 33 (34.4%) balita gizi anak-anak prasekolah dari ibu yang bekerja
15
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

biasanya melewatkan makan, sedangkan hanya adalah baik, namum di pedesaan terdapat 2
12% anak-anak prasekolah ibu tidak bekerja balita gizi buruk dengan penyakit infeksi dan 1
melewatkan makanan. Lebih lanjut ditemukan balita gizi buruk tidak mengalami penyakit
bahwa anak-anak dari ibu yang bekerja infeksi, sedangkan di perkotaan 1 balita gizi
menunjukkan derajat ringan malnutrisi. Jelaslah buruk tidak memiliki penyakit infeksi, hal
bahwa kedudukan ibu memainkan tugas yang tersebut dapat terjadi karena balita di pedesaan
sangat diperlukan dalam memberi makan anak lebih banyak yang menderita penyakit infeksi
yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan dibandingkan balita di perkotaan, hal tersebut
perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh pendidikan, di perkotaan
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil lebih banyak ibu yang mempunyai pendidikan
penelitian Sonkaria (2014) di India atas, pendidikan ibu di pedesaan adalah
menunjukkan bahwa meskipun kekurangan gizi menengah (SMP dan SMA), di pedesaan ibu
anak-anak lebih banyak mempunyai ibu yang yang mempunyai pendidikan dasar memiliki
bekerja daripada ibu yang tidak bekerja (15% v / balita gizi buruk 1 dan pendidikan menengah
s 12,17%) namun dalam proporsi gizi anak pada memiliki balita gizi buruk 1, sedangkan balita di
ibu status bekerja ditemukan tidak signifikan. perkotaan terdapat 1 balita gizi buruk dengan
Hasil penelitian Crepinsek (2006) menunjukkan pendidikan ibu menengah. Pendidikan ibu akan
bahwa anak dari ibu tidak bekerja dan anak- sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu
anak dari ibu yang bekerja penuh memiliki tentang gizi dan pola hidup bersih dan sehat,
indeks makan sehat skor yang lebih rendah. selain itu banyak rumah di pedesaan yang
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil lantainya masih tanah dan disekeliling rumah
penelitian Putri (2014) bahwa terdapat banyak industri mebel yang terbuka sahingga
hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu debu mudah menyebar melalui udara sahingga
dengan status gizi balita. Hasil bivariat ini balita mudah terkena debu dan menyebabkan
diperkuat dengan hasil analisis multivariat yang balita mudah sakit.
menunjukan bahwa pekerjaan ibu merupakan Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
faktor yang paling berhubungan dengan status penelitian Huriah, T dkk (2014) tentang
gizi balita. Ibu yang tidak bekerja dalam Malnutrisi Akut Berat dan Determinannya pada
keluarga dapat mempengaruhi asupan gizi balita Balita di Wilayah Rural dan Urban
karena ibu berperan sebagai pengasuh dan menunjukkan variabel yang berbeda antara
pengatur konsumsi makanan anggota keluarga. kelompok urban dan rural yaitu variabel
Ibu yang bekerja tidak memiliki waktu yang pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua,
cukup untuk mengasuh dan merawat anaknya tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu
sehingga anaknya dapat menderita gizi kurang. dan pengasuh balita di rumah. Variabel
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua,
Faktor-faktor yang berhubungan dengan status tingkat pendidikan orangtua lebih baik pada
gizi balita kelompok urban daripada kelompok rural
Setelah dilakukan analisis data sedangkan untuk variabel pengasuh balita di
menggunakan uji Mann-Whitney dari faktor – rumah, kelompok rural lebih baik karena
faktor yang berhubungan dengan status gizi sebagian besar balita diasuh oleh ibunya.
balita dapat diketahui bahwa dari 96 balita Hasil penelitian Serajul (2014) di distrik
dipedesaan dan 96 balita diperkotaan tidak Tangail Bangladesh menunjukkan bahwa ada
terdapat perbedaan status gizi pada balita (p perbedaan antopometri status antara anak-anak
0.231 > 0.05), sedangkan faktor yang yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan.
berhubungan dengan status gizi yang terdapat anak-anak yang ada di daerah pedesaan
perbedaan adalah penyakit infeksi (p 0.048 < sebagian anak-anak kurus, Tapi prevalensi
0.05), pendidikan (p 0.006 < 0.05) status gizi kegemukan dan obesitas lebih tinggi di antara
balita di pedesaan dan perkotaan sebagian besar anak-anak di daerah perkotaan. Hampir
16
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

setengah sampel dalam wilayah perkotaan Dirjen Gizi. 2004. Analisis Situasi gizi Dan
adalah < 4 anggota keluarga inti, tetapi di Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kemenkes
daerah pedesaan (44,5%) terdapat 6-7 anggota RI
keluarga. Di daerah pedesaan, pekerjaan kepala Dirjen Gizi. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka
rumah tangga yang terutama petani (44.4%), SDGS. Jakarta: Kemenkes RI
sementara lebih dua pertiga terlibat diri dalam Fuada, N. Muljati, S dan Hidayat, T.S. 2011
bisnis di daerah perkotaan. Faktor-faktor yang “Karakteristik Anak Balita Dengan Status
mempengaruhi status gizi anak-anak di bawah Gizi Akut Dan Kronis Diperkotaan Dan
lima tahun adalah usia, berat, tinggi, Perdesaan, Di Indonesia” Jurnal Ekologi
pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga dan Kesehatan. 10 (3):174
jumlah anggota keluarga. George, dkk. 2014. “Nutritional Status of
Children in Rural setting”. IOSR Journal
SIMPULAN of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS.
13(1):46
Berdasarkan hasil penelitian dan Huriah, T., Trisnantoro., Haryanti, F dan Julia,
pembahasan, maka simpulan penelitian ini M. 2014. “Malnutrisi Akut Berat dan
menunjukkan bahwa faktor – faktor yang Determinannya pada Balita di Wilayah
berhubungan dengan status gizi pada balita di Rural dan Urban” Jurnal Kesehatan
pedesaan dan perkotaan adalah faktor penyakit Masyarakat Nasional. 9(1) : 50
infeksi, faktor yang tidak berhubungan dengan Istiyani, A & Rusilanti. 2013. Gizi Terapan.
status gizi pada balita di pedesaan dan perkotaan Bandung: Rosda Karya.
adalah faktor arak kelahiran, pola pengasuhan Kemenkes RI, 2013. Profil Kesehatan Indonesia.
gizi, pendidikan dan pekerjaan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Repiblik
Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Khatryn, G. 2007. Does birth spacing affect
maternal or child nutritional status? A
Adnan, N & Muniandi, N, D. 2012. “The systematic literature review. Journal
Relationship between Mothers’ Maternal and Child Nutrition. 3(3):151
Educational Level and Feeding Practices Laura, H. 2008. “Parenting Practices and
among Children in Selected Nutrition Practice”. Journal of the academy
Kindergartens in Selangor, Malaysia: A nutrition an dietics. 108(7):1161
Cross-sectional Study” Journal Of Clinical Lisa, C. Smith. Marie, T. Ruel, and Ndiaye, A.
Nutrition. 4(2):39 2004 “Why Is Child Malnutrition Lower
Astuti, F. “ Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu In Urban Than Rural Areas? Evidence
Dan Tingkat Pendapatan Keluarga From 36 Developing Countries”
Dengan Status Gizi Anak Prasekolah International Food Policy Research Institute
Dan Sekolah Dasar Di Kecamatan FCNDP No. 176
Godean” Jurnal Kesmas. 7(1): 17-18 Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status
Crepinsek, M. 2006. “Maternal Employment Gizi, Dan Imunisasi Dasar Pada Balita.
and Children’s Nutrition” Journal E-Fan Yogyakarta: Nuha Offset.
(Electronic Publications from the Food Marmi. 2014.” Gizi dalam Keshatan
Assistance & Nutrition). 1:1 Reproduksi”. Yogyakarta: Pustaka
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Pelajar.
Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Munawaroh, S. 2015 “Pola Asuh
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Mempengaruhi Status Gizi Balita” Jurnal
Jawa Tengah Keperawatan 6(1):47 & 49
Nurjanna, N & Septiana, T, D. 2013 “
Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah
17
Anik Sholikah,dkk./ Public Health Perspective Journal 2 (1) (2017) 9 - 18

Balita Dengan Status Gizi” Jurnal Berkelanjutan dalam Tujuan Pembangunan


Keperawatan Anak. 1(2):122-123 Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.
Putri. 2014. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Palembang: Kementrian PPN/Bappenas
dengan Status Gizi Anak Balita di Serajul, I. 2014 “Nutritional Status of Rural and
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Urban Under-Five Children in Tangail
Padang”. Jurnal Andalas 4(1): 260 District Bangladesh”. Journal of Innovation
Rosari, A. Rini, E dan Masrul, M. 2013. and Applied Studie. 8(2):841
“Hubungan Diare dengan Status Gizi Vaida, N. 2013 “Impact of Maternal Occupation
Balita di Kelurahan Lubuk Buaya on Health and Nutritional Status of
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang” Preschoolers. (In Srinagar City)” Journal
Jurnal Kesehatan Andalas. 2(3): 111 Of Humanities And Social Science (IOSR-
Santrock, J.W. 2002. Live span development. JHSS). 7(1):9
Jakarta: Erlangga
Sardjoko, S. 2016. Pelaksanaan Pengentasan
Kelaparan serta Konsumsi & Produksi

18

Anda mungkin juga menyukai