Anda di halaman 1dari 8

Percobaan kali ini mengenai sintesis asam eugenoksiasetat dari eugenol.

Eugenol dapat diperoleh


melalui isolasi minyak cengkeh, dengan memisahkan eugenol dari komponen penyusun minyak
cengkeh yang lain. Proses sintesis ini dilakukan dengan menambahkan NaOH ke dalam minyak
cengkeh. Penambahan ini menghasilkan suatu garam. Pembentukan garam ini terjadi karena
eugenol yang bersifat asam dalam minyak cengkeh bereaksi dengan NaOH membentuk garam Na-
eugenolat. Garam yang terbentuk tersebut dapat larut dalam air sehingga dapat dipisahkan dari
komponen-komponen lain dalam minyak cengkeh yang tidak larut dalam air. Pemanasan yang
dilakukan bertujuan untuk mempercepat proses penggaraman. Kemudian ditambahkan larutan basa
yang terdiri dari campuran asam monokloroasetat dan Na2CO3. Serta dipanaskan hingga terbentuk
gumpalan seperti karamel. Setelah itu dinetralkan oleh penambahan HCl. Lalu ditambahkan
bongkahan es untuk mendapatkan kristal. Kristal yang terbentuk merupakan kristal eugeolyang
dapat dipisahkan penambahan etil asetatat, dan diekstraksi menggunakan corong pisah. Dari proses
ekstraksi diperoleh 2 lapsan fasa yaitu fasa organi pada bagian atas dan fasa air pada bagian bawah.
Fasa bagian bawah ipisahkan hingga menghasilkan fasa organi. Dalam pengujian produk, dilakukan
pengujian KLT. Proses tersebut menghasilkan warna noda yang kecoklatan dengan jarak 1 cm. Noda
yang dihasilkan menunjukkan adanya kandungan senyawa asam eugenoksiasetat.

7.2 Metil salisilat

Metil salisilat adalah cairan kuning kemerahan dengan bau Wintergreen. Metil salisilat tidak larut
dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil salisilat adalah turunan dari asam
salisilat. Menurut fessenden bahwa reaksi esterifikasi adalah reaksi reversible. Oleh karena itu,
campuran reaksi adalah suatu campuran kesetimbangnan dari pereaksi dan hasil reaksi. Untuk
membuat reaksi ini berguna untuk sintesa ester, kita harus mendorong kesetimbangan kearah ester.
Dilakukan dengan cara menambahkan satu pereaksi berlebihan atau dengan mengeluarkan satu
atau kedua-dua hasil reaksi. Dalam hal ini dilakukan dengan cara menambahkan pereaksi, yaitu
methanol.

Pada sintesis metal salisilat, kami menggunakan asam salisilat dan methanol sebagai bahan dasar
dan asam sulfat pekat sebagai katalis. Prinsip dan reaksi ini adalah esterifikasi yaitu mereaksikan
asam salisilat dengan methanol dengan katalis asam sulfat pekat. Sebanyak 4 tablet aspirin digerus.
Tujuannya adalah untuk memperbesar luas permukaan agar aspirin lebih mudah untuk bereaksi.
Kemudian ditambahkan dengan metanol. Fungsinya adalah untuk membentuk gugus metil yang
terdapat dalam metanol. Larutan campuran diaduk dengan stirer supaya homogen. Selanjutnya hasil
pengadukan disaring dengan tujuan untuk memisahkan filtrat dari residunya. Setelah itu filtrat
ditambahkan asam sulfat yang berfungsi sebagai katalisator atau untuk mempercepat proses
esterifikasi. Dipilih asam sulfat pekat karena memiliki esterifikasi yang tinggi dibandingkan dengan
asam yang lain. Lalu direfluks. Fungsinya adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi tanpa
mengurangi volume zat yg bereaksi. Selain itu, refluks juga dilakukan selama 90 menit untuk
memastikan bahwa pemanasan terjadi secara sempurna. Kemudian didinginkan dan dipisahkan
menggunakan corong pisah. Fungsi pemisahan ini adalah untuk memisahkan fasa organik dari fasa
airnya. Setelah itu ditambah dengan larutan natrium bikarbonat jenuh dengan tujuan untuk
menghilangkan H+ yang sebelumnya berperan sebagai katalis. Lalu ditambahkan DCM yang berfungsi
sebagai pengikat air sehingga didapat metil salisilat. Setelah itu di ekstraksi dan ditambahkan lagi
DCM untuk memastikan bahwa senyawa yang dihasilakn adalah metil salisilat murni. Selanjutnya
fasa organik (metil salisilat) hasil pemisahan ditambahkan padatan natrium sulfat anhidrat sebagai
agen pengering yang dapat mengikat air yang masih bercampur dengan metil salisilat. Setelah itu
disaring. Selanjutnya filtrat diupkan di penangas untuk menguapkan air yang masih terkandung
didalam metil salisilat. Terakhir dilakukan uji KLT. Fungsinya adalah untuk mengetahui ada tidaknya
metil salisilat. Hasilnya adalah terdapat noda dengan jarak 0,6 cm. Noda yang dihasilkan merupakan
tanda bahwa terdapat metil salisilat.

3ungsi-fungsi perlakuan dalam percobaan6

+erendaman0maserasi6 agar diperoleh ekstrak dan cengkeh

+enyaringan6 untuk memisahkan filtrat cengkehdengan residu

+engocokan (di dalam corong pisah)6 agar terbentuk " fase (setelahtercampur)

+emanasan6 menghilangkan etanol3ungsi penambahan reagen dalam percobaan! antara lain6

,a H6 untuk membentuk na-eugenolat

'ietil eter6 memisahkan pelarut polar dan non polar -


HCl6 mengasamkan larutan (pH /) dan membentuk kembalieugenol 0 reaksi penetralan

Etanol6 pelarut yang baik untuk melarutkan eugeno

Penambahan NaOH dalam minyak daun cengkeh berfungsi untuk mengikat


eugenol yang bersifat non polar menjadi garam Na-eugenolat yang bersifat polar
sehingga nantinya eugenol dapat dipisahkan. Reaksi penggantian gugus H+ dengan
Na+ yang berasal dari NaOH melepaskan energi yang muncul berupa panas (bersifat
eksotermis)

Ketika penambahan NaOH tersebut kariofilena tidak ikut bereaksi dengan


NaOH karena kariofilena tidak mengandung gugus hidroksil (OH) seperti pada
eugenol. Sehingga pada kariofilena tidak ada gugus yang dapat diganti untuk
membentuk garam. Dengan pengubahan struktur eugenol menjadi garam Na-eugenolat
maka Na-eugenolat dapat dipisahkan dari kariofilena maupun komponen penyusun
minyak daun cengkeh lainnya yang bersifat non polar. Lapisan atas berupa kariofilena
yang berwarna kuning muda sedangkan lapisan bawah berupa garam Na-eugenol yang
berwarna coklat muda. Kariofilena berada di lapisan atas karena massa jenis kariofilena
lebih kecil daripada massa jenis eugenol dalam bentuk garamnya. Massa jenis
kariofilena adalah 0,9658 g/ml, sedangkan massa jenis eugenol adalah 1,06 g/ml.
Pemisahan kedua lapisan dapat terjadi karena perbedaan tingkat kepolaran. Kariofilena
bersifat nonpolar sedangkan garam Na-eugenolat bersifat polar dan dapat larut dalam
air.

Sintesis eugenil oksiasetat ini dilakukan dengan penambahan NaOH dan asam
kloroasetat. Gugus hidroksi pada eugenol dapat bereaksi dengan basa untuk
membentuk garam eugenolat. Garam eugenolat ini akan direaksikan dengan asam
kloroasetat membentuk eugenil oksiasetat. Eugenil oksiasetat yang telah terbentuk
dimurnikan dengan menggunakan dietil eter untuk menghilangkan pengotor yang
bersifat non polar dan NaHCO3 untuk menghilangkan pengotor yang bersifat polar.
Mekansisme pembentukan eugenil oksiasetat dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Pengadukan dan pemansan secara teratur bertujuan untuk meningkatkan energi


kinetik dari molekul yang bereaksi sehingga peluang dari molekul-molekul untuk
bertumbukan semakin besar dan reaksi akan lebih mudah terjadi karena adanya
kemungkinan tumbukan efektif yang terjadi. Sedangkan pendinginan dibawah air keran
bertujuan untuk memastikan reaksi pembentukan garam Na-eugenolat telah
berlangsung optimal. Hal itu dapat dilihat dari terbentuknya 2 lapisan dan penurunan
suhu campuran. Dengan penurunan suhu dapat memberikan tanda bahwa reaksi telah
berhenti dan tidak adanya energi dari hasil reaksi yang dilepaskan lagi dalam bentuk
panas.

Berdasarkan uji analisis dengan Kromatografi Lapisan Tipis atau KLT. Hasil
analisa dengan KLT menghasilkan nilai Rf senyawa eugenol 0,7125 . Nilai tersebut
jauh berbeda dengan nilai Rf menurut Harborne (1986) yaitu 0,31 dengan
menggunakan eluen campuran n-heksana dengan kloroform perbandingan 3:2. Hasil
tersebut menunjukkan negatif adanya eugenol dalam sampel minyak cengkeh.
Bagian b

Sintesis metil salisilat diawali dengan mencampurkan asam salisilat, metanol,


dan asam sulfat pekat di dalam labu alas bulat. Asam sulfat pekat digunakan sebagai
katalis untuk menurunkan energi aktivasi sehingga kesetimbangan reaksi bisa lebih
cepat tercapai. Reaksi ini termasuk reaksi endoterm karena dalam pencampuran ketiga
bahan tersebut dapat menyerap panas dari lingkungan. Karena itu, agar reaksi
esterifikasi dapat terus berlanjut hingga tercapai kesetimbangan, maka suasana
lingkungan harus dibuat panas. Yaitu dengan cara merefluks ketiga bahan tersebut
selama 2 jam. Alasan perlakuan refluks terhadap campuran adalah untuk memberikan
suhu yang tinggi selama pencampuran, sehingga reaksi esterifikasi dapat terus
berlangsung hingga tercapai kesetimbangan. Dilakukan refluks selama 90 menit karena
dalam waktu tersebut merupakan waktu yang optimal untuk berlangsungnya proses
esterifikasi secara sempurna.
Refluks memiliki prinsip yaitu dilakukan dengan merendam sampel dalam
pelarut di dalam labu bundar. Dengan pemanasan, proses ekstraksi lebih cepat, uap-uap
cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna.Selama proses reluks, dalam labu bulat
diberi batu didih. Tujuan dari pemberian batu didih tersebut adalah untuk mencegah
terjadinya letupan atau bumping yang disebabkan oleh perbedaan titik didih dari kedua
bahan awal tersebut.

Selanjutnya, hasil refluks tadi dipartisi dalam corong pisah. Digunakan corong
pisah karena pemisahannya berdasarkan kepolaran dan berat jenis. Prinsipnya yaitu
memisahkan dua komponen yang tidak dapat bercampur yaitu metil salisilat yang
merupakan fase minyak (non polar) dan air yang bersifat polar. Fase minyak yang
memiliki berat jenis lebih besar akan berada di bawah dari pada air yang memiliki berat
jenis lebih kecil. pemisahan menggunakan corong pisah akan lebih memudahkan dalm
proses pemisahannya selain itu juga hasil yang didapat tidak berkurang atau tetap.
Dibanding dengan menggunakan kertas saring yang akan mempengaruhi jumlah
produk yang didapat.

Lalu, ditambahkan larutan NaHCO3 jenuh yang untuk menghilangkan H+ yang


berperan sebagai katalis. Tujuan dari menghilangkan H+ karena katalis dapat bereaksi
dengan bahan awalnya untuk mempercepat reaksi, namun setelah reaksi selesai
bereaksi, katalis harus melepaskan reaksinya dengan bahan awal tersebut. Dalam proses
ini, dilakukan pengocokan dalam corong pisah dengan membuka tutup corong agar gas
CO2 yang dihasilkan dari reaksi tersebut dapat keluar. Tujuan pengocokan ini agar fase
minyak dan fase air terpisah. Sedangkan penambahan diklorometana bertujuan sebagai
pelarut untuk proses ekstraksi digunakan nya pelarut ini dikarenakan diklorometana
bersifat polar sehingga tidak melarutkan zat organik yang pada umumnya nonpolar dan
menyebabkan terbentuknya 2 fasa pada larutan yaitu Antara fase minyak (Fase organic)
dan fase air (diklorometana)

Fase minyak yang diperoleh kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat


merupakan garam yang tidak mengandung air dan bersifat higroskopis (bahan yang
mudah menyerap air dari sekitarnya). Proses ini melibatkan konversi Na2SO4 menjadi
air garam baik karena menyerap uap air atau air dari gas yang perlu dikeringkan.
Dengan kemampuan tersebut Na2SO4 dapat dengan mudah berikatan dengan air yang
masih tersisa. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Na2SO4 bersifat polar
yang mana akan menarik air yang bersifat polar sehingga dapat mengikat air sesuai
dengan prinsip “like disolve like”.

Setelah ditambahkan Na2SO4 anhidrat campuran disaring dan diambil filtrate


yang diperoleh kemudian diuapkan . Hal ini bertujuan untuk menguapkan pelarut yang
digunakan selama proses sintesis sehingga dapat diperoleh Metil Salisilat yang murni.

Reaksi esterifikasi sintesis metil salisilat terjadi beberapa tahap, yaitu tahap
protonasi dan deprotonasi, dimana terjadi interaksi antara asam karboksilat dan alkohol
sehingga menciptakan suatu ester. Menurut Vogel, mekanisme reaksi esterifikasi
sintesis metil salisilat adalah sebagai berikut:

Tahap 1 : H2SO4 2H+ + SO42-

Tahap 2 :

Tahap 3 :
Tahap 4 :

Dalam mekanisme diatas, rekasi mula-mula diawali dengan serangan


nukleofilik oleh molekul alkohol pada gugus karboksilat yang terprotonasi, yang
ditunjukkan oleh nomor (1). Kemudian terjadi pemutusan ikatan rangkap C karbonil
dari gugus karboksilat oleh atom O dari gugus hidroksil membentuk kompleks
intermediet (2). Senyawa intermediet bersifat tidak stabil sehinggaakan terus bereaksi
hingga stabil. Senyawa intermediet juga akan mengalami protonasi sehingga terjadi
pelepasan H2O sebagai upaya menyetabilkan senyawa (3). Lalu senyawa (4) akan
terprotonasi membentuk metil salisilat.

A. Analisis Hasil

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini berupa larutan jingga kemerahan. Hasil
sintesis metil salisilat diidentifikasi dengan uji sifat fisik, kimia, dan analisa
menggunakan spektrofotometer IR serta kromatografi. Namun yang dilakukan hanya
uji sifat fisik (karateristik wujud ) dan analisa menggunakan KLT.
Metil salisilat hasil sintesis yang diperoleh memiliki karateristik yang mirip dengan
metil salisilat dalam literature yaitu berupa larutan tidak berwarna hingga jingga
kemerahan dan berbau khas. Sedangkan untuk pengujian titik leleh tidak dilakukan ,
untuk nilai titik leleh literature dari asam salisilat yaitu 158.6°C sedangkan titik leleh
literature dari metil salisilat yaitu -9°C
Sedangkan untuk identifikasi pemurnian yang dilakukan yaitu uji KLT dengan
eluen etil asetat : n heksana dilakukan untuk membandingkan nilai Rf metil salisilat
hasil sintesis , nilai Rf metil salisilat control dan nilai Rf asam salisilat . Dimana
menurut literature (Uswatun Khasanah,2010) nilai Rf metil salisilat control dan nilai Rf
asam salisilat yaitu berturut turut adalah 0,56 dan 0,22 . Sedangkan nilai Rf metil
salisilat hasil sintesis yang diperoleh yaitu 0,12. Berdasarkan perbandingan tersebut
dapat diketahui bahwa tingkat kemurnian dari metil salisilat hasil sintesis rendah karena
nilai rf Antara sintesis dan literature cukup jauh.

Anda mungkin juga menyukai