Anda di halaman 1dari 11

Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan, Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal

MAKALAH

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perpajakan)

Oleh:
Siti Anisa 14080304047
Lailatul Aisyah 14080304051
Mujiani 14080304063
Silca Miraz Fadhillah N 14080304073
Arief Davis Bagus S 14080304080

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


PENDIDIKAN AKUNTANSI 2014
2016
1.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah urutan proses kegiatan pencatatan, penggolonga,
peringkasan dan penyajian dengan cara tertentu atas transaksi keuangan yang
terjadi dalam perusahaan atau organisasi serta penafsiran terhadap hasilnya.
Menurut Wild & Kwok (2011:4-7) akuntansi adalah sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan
1.2 Pengertian IFRS dan PSAK
1.2.1 IFRS (INTERNATOINAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS)
International Financial Reporting Standards (IFRS) atau dalam
bahasa Indonesia disebut Standar Pelaporan Keuangan Internasional
adalah Standar dasar, Pengertian dan Kerangka Kerja yang diadaptasi oleh
Badan Standar Akuntansi Internasional (bahasa Inggris: International
Accounting Standards Board (IASB)).
Sejumlah standar yang dibentuk sebagai bagian dari IFRS dikenal
dengan nama terdahulu Internasional Accounting Standards (IAS). IAS
dikeluarkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh Badan Komite Standar
Akuntansi Internasional (bahasa Inggris: Internasional Accounting
Standards Committee (IASC)). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru
mengambil alih tanggung jawab gunan menyusun Standar Akuntansi
Internasional dari IASC. Selama pertemuan pertamanya, Badan baru ini
mengadaptasi IAS dan SIC yang telah ada. IASB terus mengembangkan
standar dan menamai standar-standar barunya dengan nama IFRS.
1.2.2 PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
PSAK atau Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan adalah standart
yang digunakan untuk laporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan
sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan. PSAK
merupakan kerangka yang harus ditempuh untuk melakukan pembukuan
hingga pelaporan sebuah perusahaaan sebagai sebuah entitas.
1.3 Pengertian SAK ETAP
SAK ETAP adalah Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas T
anpa Akuntabilitas Publik, artinya SAK ETAP diperuntukkan bagi entitas yang
laporan keuangannya tidak akuntabel untuk publik secara luas. Biasanya SAK
ETAP diterapkan oleh usaha kecil dan menengah, karena tidak memperjual belikan
sahamnya di pasar modal. SAK ETAP diterbitkan tahun 2009 berlaku efektif 1
Januari 2011 dan dapat diterapkan lebih awal yaitu 1 Januari 2010. SAK ETAP ini
dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka Standar ini dimaksudkan
untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas
publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal
adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan
lembaga pemeringkat kredit.
Suatu entitas memiliki akuntabilitas publik yang signifikan, jika entitas
tersebut telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal atau entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai
fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang
dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi (Sumber :
Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik).
1.4 Pengertian Laporan Keuangan berdasarkan SAK ETAP
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009), laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan, dan laporan keuangan
yang lengkap meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

a. Neraca
Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada akhir periode tersebut. Neraca minimal mencakup pos – pos
berikut ; kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lainnya, persediaan,
properti investasi, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha dan utang
lainnya, aset dan kewajiban pajak, kewajiban diestimasi, ekuitas.
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi menyajikan hubungan antara penghasilan dan beban dari
entitas. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk
pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau laba per saham.
Unsur – unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan
pengukuran laba adalah penghasilan dan beban. Laporan laba rugi minimal
mencakup pos – pos sebagai berikut : pendapatan, beban keuangan, bagian laba
rugi atau rugi dai investasi yang menggunakan metode ekuitas, beban pajak,
laba atau rugi neto.
c. Laporan perubahan ekuitas
Dalam laporan ini menunjukkan :
1. Seluruh perubahan dalam ekuitas untuk suatu periode, termasuk di
dalamnya pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam
ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut.
2. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik termasuk jumlah investasi,
penghitungan deviden dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama suatu
periode.
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara
kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama
satu periode dan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan dan informasi pos – pos yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan dalam lapran keuangan.
1.5 Pengertian pajak dan Undang-undang Perpajakan
1.5.1 PAJAK
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dalam Pasal 1 angka 1 UU KUP menyebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1.5.2 UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN
Sejak tahun 1983 berlaku undang-undang nomor 6 tahun 1983, Tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan undang-undang Republik indonesia nomor 16 tahun
2009.
1.6 Kewajiban pembukuan bagi WP pribadi dan badan
Pembukuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Pribadi dan Badan
dimaksudkan agar WP dapat menghitung besarnya pajak yang terutang. Syarat
melakukan pembukuan diatur dalam pasal 28 ayat (3),(4),(5) dan (7) UU KUP
adalah sebagai berikut
1. Pembukuan haruslah diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan/ kegiatan usaha yang sebenarnya (full disclosure)
2. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia/dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan
3. Pembukuan diselenggarakan denganprinsip taat asas (consistency) dan stelsel
akrual atau stelsel kas
4. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
5. Pembukuan yang diselenggarakan sekurang-kurangnya terdiri atas mengenai
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang
6. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain,
termasuk hasil pengelolaan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi online, wajib disimpan selama 10 tahun
di Indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal WP orang pribadi,
atau kedudukan WP badan
Dalam pasal 28 ayat (8) UU KUP jo. PMK-196/PMK.03/2007. WP dapat
melakukan pembukuan dalam bahasa asing (bahasa inggris) dan mata uang selain
rupiah (USD) yaitu :
a. WP dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yang beroperasi pada
ketentuan peraturan perundang-undangan PMA
b. WP dalam rangka kontrak karya yang beroperasi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas
bumi
c. WP kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) yang beroperasi berdasarkan
ketentuan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi
d. BUT sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (5) UU PPh atau
sebagaimana diatur dalam P3B terkait
e. WP yang berafliasi langsung dengan perusahaan di induk luar negeri
Syarat syarat yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1. WP harus mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan, dengan mengajukan
surat permohonan kepada kepala Kanwil paling lambat 3 bulan sebelum tahun
buku dengan bahasa inggris dan satuan mata uang dolar AS dimulai atau sejak
tanggal pendirian bagi WP baru untuk bagian tahun pajak/tahun pajak pertama
2. Permohonan izin kepada Menteri Keuangan harus dilampiri dengan :
 Fotokopi SPT Tahunan PPh badan terakhir (WP yang telah ada berdiri
lebih dari satu tahun) dan
 Fotokopi NPWP dan fotokopi Akta Pendirian atau dokumen lainnya
serupa (WP BUT/WP yang baru berdiri dalam tahun berjalan)
1.7 Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal
Laporan Keuangan merupakan produk yang dihasilkan dari akuntansi yang
harus disajikan pada akhir periode untuk disampaikan kepada pihak internal
maupun eksternal perusahaan. Laporan keuangan memiliki konsep, metode,
prosedur, dan teknik-teknik tertentu untuk menjelaskan perubahan yang terkait
dengan aset neto perusahaan sebagai suatu entitas. Konsep, metode maupun
prosedur juga diperlukan dalam perpajakan sebagai dasar menghitung besarnya
pajak terutang. Dalam PSAK Nomor 1 tahun 2009 Laporan keuangan bertujuan
umum (selanjutnya disebut sebagai ’laporan keuangan’) adalah laporan keuangan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan. Dalam prakteknya, laporan keuangan disusun sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dan pihak-pihak yang terkait entitas tersebut baik internal maupun
eksternal.
Menurut PSAK Nomor 1 tahun 2009, tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka.
1. Laporan Keuangan Komersial
Laporan keuangan komersial adalah laporan yang menyajikan secara
wajar keadaan atau posisi keuangan dari hasil usaha perusahaan sebagai entitas.
Informasi berupa laporan keuangan dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat
keputusan ekonomi perusahaan. Penyajian informasi keuangan memerlukan
proses penetapan dan pembandingan secara periodik antara pendapatan dan
beban sehingga dapat menentukan besarnya laba atau rugi komersial. Pada
akuntansi komersial, penyusunan laporan keuangan didasarkan pada asumsi-
asumsi dasar akuntansi yaitu :
a. Dasar Akrual
Laporan keuangan dapat memberikan informasi pada pengguna tentang
transaksi-transaksi masa lalu yang menyangkut penerimaan dan
pembayaran kas. Selain itu, dengan dasar akrual laporan dapat memberikan
informasi menyangkut kewajiban pembayaran kas di masa yang akan
datang ternasuk kas yang akan diterima di masa depan sehingga laporan
keuangan komersial dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan
ekonomi perusahaan sebagai entitas.
b. Kelangsungan Usaha
Penyusunan laporan keuangan pada dasarnya disusun dengan mendasarkan
pada asumsi kelangsungan usaha dan akan melanjutkan usahanya di masa
yang akan datang dengan tidak maksud melakukan likuidasi atau
mengurangi skala usaha.
2. Laporan Keuangan Fiskal
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai
peraturan perpajakan dan digunakan untuk kepentingan penghitungan pajak.
Undang-Undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan
keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu, baik dalam
pengakuan penghasilan maupun biaya. Akibat dari perbedaan pengakuan ini
menyebabkan laba akuntansi dan laba fiskal dapat berbeda. Laporan keuangan
fiskal menyajikan informasi keuangan yang diproses melalui penetapan dan
pembandingan antara penghasilan dan pengeluaran sebagaimana diatur dalam
undang-undang perpajakan. Tujuan pokok dari laporan keuangan fiskal adalah
menetapkan jumlah Penghasilan Kena Pajak (PhKP) apabila ditinjau dari
kewajiban Pajak Penghasilan. Pajak lain dapat dilihat dari transaksi-transaksi
keuangan yang dibukukan oleh perusahaan tersebut seperti kewajiban
memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).
Laporan keuangan fiskal disusun sebagai solusi antara ketentuan
akuntansi dan ketentuan pajak yang terdiri atas tiga pendekatan :
a. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktik akuntansi.
Dalam pendekatan pertama, walaupun laporan keuangan disusun
berdasarkan prinsip akuntansi, hal tersebut sangat diwarnai oleh ketentuan
perpajakan. Pada pendekatan ini terlihat adanya dua perangkat pembukuan,
yaitu untuk kepentingan komersial dan untuk kepentingan fiskal yang
disesuaikan dengan standar serta norma akuntansi dan perpajakan.
b. Wajib pajak bebas menyelenggarakan pembukuan dengan dasar dan prinsip
metode akuntansinya.
Dalam pendekatan kedua, laporan keuangan fiskal disusun terpisah di
luar proses pembukuan, sering disebut sebagai extra comptable. Laporan
keuangan fiskal akan disusun melalui proses rekonsiliasi antara akuntansi
komersial dan akuntansi fiskal sehingga laporan yang dihasilkan hanya
sebagai tambahan laporan keuangan komersial.
c. Ketentuan pajak sebagai sisipan standar akuntansi keuangan
Pendekatan ketiga ini disebut juga dengan pendekatan dengan prinsip
common basis. Dalam pendekatan ini, laporan keuangan disusun mengikuti
standar akuntansi keuangan, tetapi apabila terdapat aturan lain dalam
akuntansi komersial, maka preferensi diberikan pada ketentuan pajak.
Umumnya praktek pembukuan di Indonesia menggunakan pendekatan nomor
dua, yaitu dengan menyusun laporan keuangan komersial yang disertai dengan
rekonsiliasi fiskal. Namun ada juga wajib pajak yang tidak membuat laporan
keuangan komersial tergantung berbagai kondisi, terutama perusahaan
multinasional karena mereka harus memerhatikan aspek akuntansi
internasional.
Proses penyusunan laporan keuangan komersial dan fiskal hanya memiliki
sedikit perbedaan.
1. Proses penyusunan laporan keuangan komersial

2. Proses penyusunan laporan keuangan fiskal

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal


sama dengan laporan keuangan komersial, akan tetapi tidak sepenuhnya diikuti
sehingga terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan terletak pada pengakuan
Penghasilan dan beban pada tiap laporan. Pada laporan keuangan fiskal
penghasilan dan beban harus disesuaikan dengan ketentuan perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak. Jakarta : Salemba Empat
Muljono, Djoko. Akuntansi Pajak. Yogyakarta : Penerbit Andi
Agoes, S dan Trisnawati, E. 2013. Akuntansi Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat
Wikipedia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan Internasional. http://id.wikipedia.org/
24 Agustus 2016
______. PSAK No 1 tahun 2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan
______. SAK ETAP

Anda mungkin juga menyukai