Anda di halaman 1dari 4

RANCANGAN MITIGASI STRUKTURAL DAN NON STRUKTURAL PADA

BENCANA TANAH LONGSOR


Oleh :
Rizkyah Isnaini
Magister Manajemen Bencana

Secara Umum pengertian mitigasi adalah usaha untuk mengurangi dan / atau
meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada
tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan / peredaman atau
dikenal dengan istilah Mitigasi. Sedangkan menurut UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan
Umum, Pasal 1 angka 9 dan PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6,
arti mitigasi adalah upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana, Mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi
pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam
bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-
made disaster).
Mitigasi adalah tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan
memperkecil dampak bencana dan kegiatan ini dilakukan sebelum bencana terjadi. Contoh
kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan
gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa. Kegiatan mitigasi
bencana di antaranya adalah :
 pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
 perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar
bencana;
 penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;
 identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;
 pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;
 pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;
 pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup
kegiatan mitigasi bencana lainnya.
Bencana tanah longsor merupakan salah satu jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia
terutama pada musim hujan yaitu pada Bulan Desember sampai Februari. Dari data Badan
Nasional Penanggulanagan Bencana, Negara Indonesia selama kurun waktu 10 tahun di yaitu
dari tahun 2010 sampai dengan 2019, jumlah kejadian longsor di 550 kali kejadian. Bencana
longsor jumlah kejadian bencana yang sering terjadi di Indonesia dengan rata-rata jumlah
kejadian 550 kali per tahun, sementara itu angin putting beliung menempati peringkat pertama
dengan frekuensi 729 kejadian/
th, selanjutnya kebakaran hutan dengan 315 kejadian/ th, gempa bumi dengan 15 kejadian/th
dan banjir dengan frekuensi kejadian 5 kali/th seperti gambar berikut ini:

Sumber: Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2019


Adapun yang dimaksud mitigasi terbagi menjadi 2 macam yakni:
1. Mitigasi struktural, adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap
bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan
bencana adalah bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa
sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak
membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah
prosedur perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik
aksi dari bencana
2. Mitigasi non struktural, upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut
diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu
peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-
struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini

Rancangan Mitigasi Struktural Dan Non Struktural pada Bencana Tanah Longsor, sebagai
berikut:

MITIGASI STRUKTURAL MITIGASI NON STRUKTURAL


Penyusunan data base daerah potensi Pemberian Informasi
bahaya Pemberian informasi berupa poster atau
Data base daerah potensi bencana rambu turut membantu memberikan
merupakan koleksi data-data yang saling kesadaran akan pentingnya upaya mitigasi
berhubungan mengenai suatu potensi bencana. Poster dan rambu ini perlu
kerawanan. diperbanyak dan dipelihara sehingga
masyarakat luas, baik yang tinggal di
pemukiman rawan maupun tidak mampu
secara sadar mengerti
tentang bahaya bencana tanah longsor.
Pemasangan Early Warning System (EWS) Sosialisasi Bencana
Pemasangan alat peringatan dini (early Hal ini bermaksud untuk dapat memberikan
warning system/EWS) harus terpasang di kesadaran secara dini kepada masyarakat
semua zona yang diindikasikan memiliki tentang pentingnya mitigasi bencana. Materi
kerentanan terhadap bencana alam. Contoh sosialisasi yang diberikan diantaranya adalah
kentongan atau alarm pengenalan mengenai bencana, upaya
mitigasi bencana, dan apa yang dilakukan
oleh masyarakat sebelum terjadi bencana,
saat terjadi bencana maupun pasca bencana.
Membangun jalan dengan kontruksi Pelatihan dan Simulasi Bencana
beton Pelatihan kepada masyarakat diperlukan agar
bronjong kawat, membangun saluran air dan masyarakat mengerti dan memahami apa
memperkuat lereng di sisi kanan kiri jalan yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
dengan material beton. Pembangunan untuk lebih mempersiapkan masyarakat
fasilitas umum tersebut dilakukan secara kepada kondisi nyata apabila terjadi bencana
bergotong royong. Pembiayaan dilakukan tanah longsor yang sesungguhnya. Apa yang
secara swadaya dan dengan bantuan akan dilakukan, barang-barang apa saja yang
pemerintah setempat. Membantu masyarakat akan dibawa dan ke arah mana harus
membangun pos kesehatan permanen pada menyelamatkan diri serta siapa yang
area yang rawan terhadap longsor. diselamatkan terlebih dahulu dan lain
sebagainya.
3. Pembagunan pos kesehatan di lokasi Melakukan Penanaman Pohon pada area
rawan longsor sangat penting agar yang gundul dan berlereng curam
korban longsor dapat segera tertolong. Penanaman pohon dilakukan secara
bersama-sama (gotong royong) dengan
bantuan bibit dari pemerintah.
Memasang papan peringatan longsor di Melakukan pemetaan secara sederhana
jalan dan didaerah yang rawan terhadap dan identifikasi terhadap masyarakat dan
longsor. rumah yang termasuk dalam tingkat
Pemasangan papan peringatan longsor di tepi kerawanan yang tinggi.
jalan dilakukan oleh Dinas Perhubungan Pembuatan peta sederhana (sketsa)
bekerjasama dengan kepolisian. Sedangkan dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi
pemasangan papan peringatan rawan longsor masyarakat yang tinggal di kawasan longsor
di kawasan hutan dilakukan oleh PT. dan mempercepat proses evakuasi jika terjadi
Perhutani. bencana dan mempercepat distribusi bantuan
jika terjadi bencana.
Membangun tempat-tempat evakuasi.
Masyarakat memanfaatkan masjid, balai
desa dan sekolah sebagai tempat evakuasi
sementara. Jika terjadi bencana pemerintah
bekerja sama dengan stakeholder yang lain
membagun

Anda mungkin juga menyukai