Anda di halaman 1dari 7

SURVEILANCE EPIDEMOLOGI BENCANA TANAH LONGSOR DALAM SIKLUS

MANAJEMEN BENCANA
Oleh :
Rizkyah Isnaini
Magister Manajemen Bencana
Bencana tanah longsor merupakan salah satu jenis bencana yang sering terjadi di
Indonesia terutama pada musim hujan yaitu pada Bulan Desember sampai Februari. Dari data
Badan Nasional Penanggulanagan Bencana, Negara Indonesia selama kurun waktu 10 tahun di
yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2019, jumlah kejadian longsor di 550 kali kejadian.
Bencana longsor jumlah kejadian bencana yang sering terjadi di Indonesia dengan rata-rata
jumlah kejadian 550 kali per tahun, sementara itu angin putting beliung menempati peringkat
pertama dengan frekuensi 729 kejadian/
th, selanjutnya kebakaran hutan dengan 315 kejadian/ th, gempa bumi dengan 15 kejadian/th
dan banjir dengan frekuensi kejadian 5 kali/th seperti gambar berikut ini:

Sumber: Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2019

Surveilans Bencana itu adalah untuk mengumpulkan data pada situasi bencana ,data
yang dikumpulkan berupa jumlah korban meninggal,luka sakit,jenis luka ,pengobatan yang
dilakukan,kebutuhan yang belum dipenuhi,jumlah korban anak-anak,dewasa,lansia. Surveilans
sangat penting untuk monitoring dan evaluasi dari sebuah proses,sehingga dapat digunakan
untuk menyusun kebijakan dan rencana program.
Tujuan Surveilans adalah untuk mendukung fungsi pelayanan bagi korban bencana
secara keseluruhan untuk menekan dampak negatif yang lebih besar.
Surveilans berperan dalam:
1. Saat Bencana:Rapid Health Assesment(RHA),melihat dampak-dampak apa saja yang
ditimbulkan oleh bencana,seperti berapa jumlah korban,barang-barang apa saja yang
dibutuhkan, peralatan apa yang harus disediakan,berapa banyak pengungsi lansia,anak-
anak,seberapa parah tingkat kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.
2. Setelah Bencana:Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat
dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa
saja yang harus dilakukan masyarakatuntuk kembali dari pengungsian,rekonstruksi dan
rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
3. Menentukan arah respon/penanggunglangan dan menilai keberhasilan respon/evaluasi.
Managemen Penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk tanggap darurat,Fase II untuk
fase akut,Fase III untuk recovery(rehabilitasi dan rekonstruksi).Prinsip dasar penaggunglangan
bencana adalah pada tahap Preparedness atau kesiapsiagaan sebelum terjadi bencana.

Tujuan Surveilans:
1. Mengurangi jumlah kesakitan,resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana.
2. Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya.
3. Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat
bencana(misalnya perbaikan sanitasi.)
Upaya Penaggunglangan Bencana meliputi;
1. Pra Bencana:Kelembagaan/koordinasi yang solid.SDM atau petugas kesehatan yang
terampil secara medik dan sosial dapat bekerjasama dengan siapapun,Ketersediaan
logistik seperti bahan,alatan dan obat. Ketersediaan informasi tentang bencana seperti
daerah rawan dan beresiko terkena dampak,serta adanya ketersediaan jaringan kerja
lintas program dan sektor.
2. Ketika Bencana:Rapid Health assesment dilakukan dari hari terjadi bencana sehingga
3 hari setelah bencana.
3. Pasca bencana;berdasarkan dari rapid health assesment untuk menentukan langkah
seterusnya seperti pengendalian penyakit menular Seperti
(ISPA,Diare,DBD,Chikungunya,Tifoid),Pelayanan kesehatan dasar,Surveilans
Masyarakat dan memperbaiki kesehatan lingkungan seperti air bersih,sanitasi makanan
dan pengelolaan sampah.
Membangun sistem Surveilans pada situasi bencana dapat dilakukan:
1. sistem yang harus sederhana
2. mencakup yang sangat Prioritas.
3. Melibatkan semua pihak
4. mengutamakan unsur kecepatan
5. didukung kecepatan respons.
Jadi Surveilans bencana sangat penting karena secara garis besar dapat disimpulkan
manfaatnya adalah:
1. Mencari faktor resiko ditempat pengungsian seperti air,sanitasi,kepadatan,kualitas
tempat penampungan.
2. Mengidentifikasi Penyebab utama kesakitan dan kematian sehingga dapat diupayakan
pencegahan.
3. Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperti anak-anak,lansia,wanita
hamil,sehingga lebih memperhatikan kesehatannya.
4. Pendataan pengungsi diwilayah,jumlah,kepadatan,golongan,umur,menurut jenis
kelamin.
5. Mengidentifikasi kebutuhan seperti gizi
6. survei Epidemiologi.

Adapun kegiatan Surveillance yang dilakukan dalam Siklus Manajemen Bencana adalah
sebagai berikut:
1. PRA-BENCANA

Dalam rangka mendukung upaya‐upaya sebelum terjadi bencana diperlukan data dan
informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan pengelola program di
dalam mengambil keputusan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. Salah
satu bentuk informasi yang cukup penting adalah adanya profil yang mengambarkan
kesiapsiagaan sumber daya dan upaya‐upaya yang telah dilakukan terkait dengan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat
kabupaten/kota. Informasi yang dikumpulkan dalam bentuk profil terdiri dari:
1) gambaran umum wilayah rawan bencana longsor, yang meliputi letak geografis,
aksesibilitas wilayah gambaran wilayah rawan bencana, geomedic mapping, data
demografi, dan informasi bencana yang pernah terjadi;
2) Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, yang pernah dilakukan;
3) Upaya tanggap darurat dan pemulihan, yang pernah dilakukan;
4) Gambaran pengelolaan data dan informasi.
5) Melakukan analisis dan interpretasi dari pengumpulan data,
6) Serta Pengumpulan Data yang meliputi :
a. Pengumpula data riwayat bencana tanah longsor
b. Pengumpulan data sebaran wilayah yang terdampak dan berisiko terkena
longsor
c. Pemetaan sebaran wilayah berdasarkan sebaran jenis epidemik
d. Kumpulan data terkait penyebab terjadinya bencana tanah longsor
e. Pemantauan perubahan cuaca dan iklim yang menyebabkan lonsor
f. Pengumpulan data screaning kesehatan oleh Dinas kesehatan setempat
g. Pengumpulan data jumlah penduduk, berdasarkan jenis kelamin dan usia
h. Pengumpulan data terkait failitas pendukung ketika terjadi bencana longsor
i. Pengumpulan data terkait kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana tanah
longsor
j. Pengumpulan data kawasan yang berisiko longsor untuk tempat penampungan
dll
k. Pengumpulan data fasilitas kesehatan terdekat
l. Menganalisa situasi yang berisiko terjadinya secondary disaster, dll
Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapat menyusun informasi profil
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ini yang dikumpulkan secara berkala
setahun sekali. Informasi profil ini diharapkan sudah tersedia pada setiap bulan April.
Sumber informasi pra‐bencana yang dituangkan kedalam bentuk profil tersebut berasal dari
dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait dan puskesmas. Alur penyampaian informasi
pra‐bencana adalah sebagai berikut :

2. TANGGAP DARURAT
a. Surveilans penyakit-penyakit terkait bencana, terutama penyakit menular.
Di lokasi pengungsian korban bencana, sangat perlu dilakukan survey penyakit-
penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Dengan ini diharapkan nantinya ada
tindakan penanganan yang cepat agar tidak terjadi transmisi penyakit tersebut.
Ada 13 besar penyakit menular dan penyakit terkait bencana : Campak, DBD, diare
berdarah, diare biasa, hepatitis, ISPA, keracunan makanan, malaria, penyakit kulit,
pneumonia, tetanus, trauma (fisik), dan thypoid.
1) Penyakit Menular Prioritas (dalam pengamatan dan pengendalian) :
Penyakit yang rentan epidemik (kondisi padat)
Kolera
Diare berdarah
Thypoid fever
Hepatitis
Penyakit dalam program pengendalian nasional
Campak
Tetanus
Penyakit endemis yang dapat meningkat paska bencana
Malaria
DBD
2) Penyebab Utama Kesakitan & Kematian
Pnemonia
Diare
Malaria
Campak
Malnutrisi
3) Keracunan pangan
Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya
penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana,
pengungsian, kepadatan penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya
fasilitas publik. Pengungsi yang termasuk kategori kelompok rentan yaitu bayi
dan anak balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan kepala keluarga wanita,
ibu hamil.
b. Surveilans data pengungsi.
Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat
pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data
dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
c. Surveilans kematian.
Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak, umur, jenis
kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.
d. Surveilans rawat jalan.
e. Surveilans air dan sanitasi.
f. Surveilans gizi dan pangan.
g. Surveilans epidemiologi pengungsi.

Ada data-data hasil surveilans yang mengindikasikan situasi darurat dan perlu segera
dilakukan evaluasi penyebab serta penanganannya. Data-data yang menjadi indikator
situasi darurat di tempat pengungsian, yaitu:
1. Tingkat kematian : > 2 / 10.000 / hr.
2. Jumlah pengungsi : > 1.000 orang
3. Status gizi anak : >10% yang kurang dari 80% dari berat dan dibanding
dengan tinggi badan
4. Makanan : < 2.100 kal/org/hr
5. Jumlah air : < 10 L/org/hr
6. Kualitas air : > 25 % jumlah penduduk yang menderita diare
7. Ruang penampungan : < 35 m2 / org

3. PASCA BENCANA
Penguasaan dasar penyusunan sistem surveilans pasca bencana sampai
menghasilkan daftar penyakit untuk surveilans
1. Memahami kondisi yang mendasari kepentingan surveilans penyakit sesudah
kejadian bencana;
2. Memahami bahwa pada saat bencana dapat terjadi penularan penyakit;
3. Menguraikan jenis-jenis penyakit yang dapat meningkat kejadiannya, dan
sebabnya, dalam kondisi sesudah bencana;
4. Membuat daftar penyakit untuk surveilans pascabencana atas dasar kelompok
penyebabnya;
Menyiapkan keperluan, kelengkapan, penyelenggaraan surveilans pasca
bencana sampai mengakhirinya
1. Membuat daftar keperluan bagi pelaksanaan surveilans pascabencana;
2. Menentukan bila surveilans pascabencana sebaiknya diakhiri;
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam masa pasca bencana dan analisis yang
tepat bagi data surveilans
1. Mengetahui jenis masalah kesehatan dan jenis kesulitan penyelenggaraan
surveilans pascabencana menurut jenis-jenis bahaya yang menimbulkan bencana;
2. Menentukan cara analisis yang tepat terhadap data yang diperoleh dalam surveilans
pascabencana;

Anda mungkin juga menyukai