Anda di halaman 1dari 28

MONITORING DAN EVALUASI HAZARD

“HIRARC (Hazard Identification And Risk


Assessment And Risk Control)”

Nama Dosen Mata Kuliah : dr. Abbas Zavey Nurdin, SpOK.

OLEH:

KELOMPOK II
Ahyal Yusuf 21702039
Ajuadi 21702040
Ameliah 21702043
Fadly Arifin 21702048
Hardianti 21702051
Irma Supiana Kahe 21702053
Nurafdah Ramadhana 21702061
Ruswan 21702064
St. Aysha 21702067
Syarifah Ayu 21702070
Wiwid WidiArty 21702078
Yuspiar Andi Pangguriseng 21702081

YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR


AKADEMI HIPERKES MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT. Berkat limpahan karunia-Nya kami selaku

penyusun makalah dapat menyelesaikan tugas Makalah HIRARC (Hazard

Identification And Risk Assessment).

Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih dalam mengenai HIRARC

(Hazard Identification And Risk Assessment), serta dalam rangka pemenuhan nilai

mata kuliah Monitoring Dan Evaluasi Hazard.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi wawasan kepada

khalayak umum dan untuk intropeksi bagi kami selaku penyusun. Semoga makalah

ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan

dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Karena kebenaran hanya

datang dari Allah SWT.

Wssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 25 Mei 2019

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................................

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ....................................................................................

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

C. Tujuan Makalah ...................................................................................

Bab II Pembahasan

A. Kecelakaan Kerja ..............................................................................

B. Risiko ................................................................................................

C. Hazard (Bahaya) ...............................................................................

D. HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk

Control) .............................................................................................

E. Tujuan HIRARC ...............................................................................

F. Tahapan HIRARC ..............................................................................

G. Contoh HIRARC ...............................................................................

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ..........................................................................................

B. Saran .....................................................................................................

Daftar Pustaka ........................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada intinya ialah suatu program yang

bertujuan melindungi kestabilan jalannya usaha. Diluar itu, karenanya ada

kesehatan dan keselamatan kerja biaya untuk membiayai karyawan yang sakit

akan alami penurunan karena kesehatan dan keselamatan kerja terbangun.

Dengan terjaganya keadaan karyawan, dengan cara segera produktivitas

perusahan pun semakin bertambah

Rencana basic tentang keselamatan dan kesehatan kerja menyangkut dua

hal. Dua hal paling besar sebagai penyebabnya kecelakaan kerja yakni : tingkah

laku yg tidak aman dan keadaan lingkungan yg tidak aman. berdasar pada data

dari Biro Kursus Tenaga Kerja th. 2010.

Persentase penyebabnya kecelakaan kerja yakni 3% karena sebab yg tidak

dapat dihindarkan (seperti bencana alam), diluar itu 24% karena lingkungan

atau perlengkapan yg tidak penuhi prasyarat, dan 73% karena tingkah laku yg

tidak aman. Cara efisien untuk menghindar terjadinya kecelakaan kerja yaitu

dengan hindari terjadinya lima tingkah laku tidak aman yang sudah dijelaskan

diatas.

Dengan tahu beberapa hal ini, maka kita dapat melakukan identifikasi

bahaya, menilainya kemungkinan dan mengatur risiko atau hazard atau umum

4
yang dimaksud dengan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Risk Control).

B. Rumusan Masalah

Perusahaan atau industry memerlukan proses yang baik disemua kegiatan

dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan

produktifitas kerja dan menekan angka kecelakaan kerja. Walaupun telah

dibuatkan system HIRARC dalam mengindetifikasi bahaya dan risiko sebagai

acuan dalam mengevaluasi permasalahan kecelakaan yang ada, kemudian

peraturan dan prosedur kerja yang baik serta penyedian alat pelindung diri, akan

tetapi kecelakaan kerja masih terjadi lebih tinggi dibandingkan plant atau divisi

lainnya seperti pada contoh di PT Indocement Tunggal Prakarsa tahun 2013.

Hal ini merupakan alasan bagi peniliti tersebut untuk menjadikan masalah

kecelakaan kerja bagi pekerja untuk di anlisa melalui suatu penilitian dengan

menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment And

Risk And Control).

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menginformasikan dan memberikan

wawasan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa(i) mengenai HIRARC dan

tujuan dari penerapan metode HIRARC.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecelakaan Kerja

Dalam proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi yaitu

People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang saling berinteraksi

dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan terjadi

dalam proses tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat,

material dan lingkungan dimana dia berada.

Menurut Soehatman Ramli (2010) kecelakaan dapat terjadi karena kondisi

alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat

dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi,

penerangan, kebisingan atau suhu yang tidak aman melampaui batas.

Disamping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan

kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.

Dewasa ini banyak dikembangkan konsep kecelakaan oleh para ahli K3

seperti Heinrich, Frank Birds, James Reason, Petersen dan lainnya. Mereka

mengemukakan berbagai teori kecelakaan mulai dari faktor manusia,

manajemen, sistem, dan perilaku. Menurut Frank Bird yang dikutip dari

Soehatman Ramli (2010), kecelakaan terjadi karena adanya kontak dengan

suatu sumber energi seperti mekanis, kimia, kinetik, fisis yang dapat

mengakibatkan cedera pada manusia, alat, atau lingkungan.

6
Faktor penyebab kecelakaan dikemukakan oleh H.W. Heinrich (1930) yang

dikutip dari Soehatman Ramli (2010) dengan teori dominonya yang

menggolongkan atas :

1. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act), misalnya tidak mau

menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman

atau bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat membahayakan

dirinya atau orang lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan.

2. Kondisi tidak aman (unsafe condition) yaitu kondisi di lingkungan kerja

baik alat, material atau lingkungan yang tidak aman dan

membahayakan. Sebagai contoh lantai yang licin, tangga yang rusak dan

patah, penerangan yang kurang baik atau kebisingan yang melampaui

batas aman yang diperkenankan.

B. Risiko

1. Pengertian Risiko

Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat kurang

menyenangkan dari sesuatu perbuatan, usaha, dan sebagainya (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2005). Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko

merupakan kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.

Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya paparan,

lokasi, pengguna, kuantiti serta kerentanan unsur yang terlibat.

7
2. Risiko K3
Menurut OHSAS 18001, risiko K3 adalah kombinasi dari

kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan

keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

kejadian atau paparan tersebut (Ramli, 2010). Risiko K3 berkaitan dengan

sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek

manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3

dikonotasikan sebagai konotasi negatif (negative impact) antara lain :

kecelakaan terhadap manusia dan aset perusahaan, kebakaran dan

peledakan, penyakit akibat kerja, kerusakan sarana produksi, gangguan

operasi (Ramli, 2010).

C. Hazard (Bahaya)

Dalam dunia keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sering kita dengar ada

istilah Hazard. Hazard adalah segala bentuk kegiatan (task), pekerjaan (job),

benda/alat yang dipergunakan (tools), serta lingkungan sekitar tempat kerja

(environtment) yang dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, baik

berupa incident maupun accident pada pekerjanya. Menurut Soehatman Ramli

(2010) jenis-jenis bahaya yaitu (Septianingrum, 2012:7):

1. Bahaya Mekanik (Biomechaical hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak, benda-

benda tajam, benda yang berukuran lebih besar dan berat yang dapat

8
menimbulkan risiko pada pekerja seperti tersayat, tertusuk, terjepit,

terhimpit, terpotong, tertabrak dan sebagainya.

2. Bahaya Listrik
Bahaya listrik bersumber dari energi listrik yang dapat mengkibatkan

berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan 19 hubungan arus

pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari

jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan

listrik

3. Bahaya Fisik (Physical hazards)

Merupakan hazard yang berasal dari segala energi yang jumlahnya

lebih besar dari kemampuan diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini

banyak berasal dari alat-alat kerja yang ada disekitan tempat kita bekerja.

Contohnya bising yang dapat berasal dari penggunaan alat bersuara tinggi

(seperti speaker, mesin las, bahkan suara knalpot yang sudah dimodifikasi

juga termasuk dalam bahaya fisik), sehingga nantinya pekerja tersebut

berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat berasal dari benda bergetaran

tinggi seperti mesin pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat

berpotensi kemandulan pada pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan

hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion dan non-ion, suhu ekstrim, dan

sebagainya.

4. Bahaya Kimia (Chemical hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia, baik yang

berbentuk padat, cair, maupun gas. Contohnya merkuri, alkohol dan

9
turunannya, timbal, dll (intinya semua bahan kimia yang ada di tabel

periodik. Masih ingat kan?..). Potensi risiko gangguan yang dapat muncul

pada kesehatan dan keselamatan pekerja bervariasi sesuai dengan jenis

bahan kimia yang terpajan pada diri pekerja, seperti merkuri dapat berisiko

rusaknya syaraf bahkan hingga ke otak sehingga lama-kelamaan tubuh

menjadi selalu bergetar tanpa henti (seperti fenomena kasus itai-itai di

Jepang). Bahaya dan risiko dari semua bahan kimia ini dapat dilihat

penjelasannya di MSDS (material safety data sheet) yang selalu tercantum

disemua kemasan bahan kimia tsb. Risiko dari penggunaan bahan kimia ini

tidak hanya pada kesehatan saja tetapi juga kecelakaan seperti ledakan,

kebakaran, dll.

5. Bahaya Biologi (Biological hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari hewan-hewan atau

mikroorganisme tak kasat mata yang berada disekitaran tempat kerja dan

dapat masuk kedalam tubuh tanpa kita ketahui sehingga banyak

penanganannya dilakukan setelah pekerja terinfeksi. Contoh: bisa ular,

berbagai macam virus dan bakteri, dll

6. Bahaya Psikososial (Psychosocial hazards)

Bahaya Psikososial (Psychosocial hazards) Atau ada beberapa ahli

menyebutnya sebagai bahaya dalam pengorganisasian pekerjaan,

merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan lingkungan yang

ada di tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas

yang ada dilingkungan kerja dimana krmudian dapat membuat seseorang

10
mengalami stress hingga efek-efek buruk lainnya dari stress. Contohnya:

aksi bullying, kata-kata kasar dari rekan kerja, tekanan dan himpitan

pekerjaan, deadline pekerjaan yang tidak masuk akal, persaingan kerja tidak

sehat, kerjaan yang monoton, jenjang karir tidak bagus, alat bantu kerja

yang tidak memadai, dll.

7. Bahaya Ergonomi (Ergonomic Hazards)

Merupakan bahaya yang berasal dari adanya ketidaksesuaian desain

kerja (job, task, environtment) dengan kapasitas tubuh pekerja sehingga

menimbulkan rasa tidak nyaman di tubuh, pegal-pegal, sakit pada otot,

tulang dan sendi, dll. Contohnya, gerakan repetitif (berulang-ulang) seperti

membungkuk-berdiri-membungkuk, durasi dan frekuensi bekerja melebihi

batas, bekerja dengan postur tubuh yang janggal seperti berputar di area

pinggang, menunduk, pekerjaan yang mebutuhkan menjangkau terlalu

tinggi, mengangkat beban berat, statis duduk dipan komputer dalam waktu

lama, dll.

D. HIRARC (Hazard Identification Risk Assesment and Risk Control)

HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control)

merupakan serangkaian proses mengindentifikasi bahaya yang dapat terjadi

dalam aktifitas rutin ataupun non rutin diperusahaan, kemudian melalkukan

penilaian risiko dari bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian

bahaya tersebut agar dapat diminimalisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah

dengan tujuan mencegah terjadi kecelakaan. Implementasi K3 dimulai dari

11
menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudian diidentifikasi sumber

bahayanya sehingga didapatkan risikonya. Kemudian dilakukan akan dilakukan

penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya

yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

HIRARC menurut OHSAS 18001 adalah merupakan elemen pokok dalam

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung

dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya di samping itu

HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control) juga

merupakan bagian dari “Risk Management” yang harus dilakukan di

seluruh aktivitas organisasi untuk menetukan kegiatan organisasi yang

mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2010).

E. Tujuan HIRARC

Tujuan dari HIRARC adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi semua factor yang dapat menyebabkan kerusakan

pada pekerja dan lain lain yang memiliki risiko.

2. Untuk mempertimbangkan kemungkinan bahaya yang benar-benar akan

menimpa siapa pun disituasi dan kondisi kasus tertentu dan tingkat

keparahan yang mungkin bisa bersumber dari hasil hal tersebut (risiko).

3. Untuk memungkinkan pengusaha untuk merencanakan, memperkenalkan

dan memantau langkah-langkah pencegahan untuk memastikan bahwa

risiko secara memadai dapat dikendalikan setiap saat. (Anonim 2008,

12
Department of Occupational Safety and Health Ministry of Human

Resources Malaysia).

F. Tahapan-Tahapan HIRARC

Berikut ini adalah tahapan-tahapan manajemen risiko dengan menggunakan

HIRARC.

1. Identifikasi bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam

mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya

sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi.

Identifikasi risiko merupakan landasan dari manajemen risiko tanpa

melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan

risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara sederhana adalah dengan

melakukan pengematan. Melalui pengematan maka kita sebenarnya telah

melakukan suatu identifikasi bahaya.

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan

kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko

tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko

tidak dapat dijalankan (Ramli, 2010).

Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:

13
a) Mengurangi peluang kecelakaan Identifikasi bahaya dapat mengurangi

peluang terjadinya kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan

dengan faktor penyebab kecelakaan.

b) Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi

bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan

kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.

c) Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi

pencegahan dan pengemanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal

bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala prioritas

pengananannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan

hasilnya akan lebih afektif.

d) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya

dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku

kepentingan. Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran

mengenai risiko suatu usaha yang akan dilakukan.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Setelah semua risiko dapat teridentikasi, dilakukan penilaian risiko

melalui analisa dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk

menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang ditimbulkannya.

Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat

14
dilakukan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap

perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.

Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria

yang telah ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku untuk

menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko

dinilai tidak dapat diterima, harus dikelola atau ditangani dengan baik.

Penilaian risiko (Risk Assement) mencakup dua tahapan proses yaitu

menganalisa risiko (Risk Analysis) dan mengevaluasi risiko (Risk

Evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan menetukan

langkah dari strategi pengendalian risiko. Nilai risk rating adalah nilai yang

menunjukkan tingkat resiko yang didasar pada skala likelihood dan skala

severity.

Tabel 1

Skala Risk Assessment Standar AS/NZS 4360

Keterangan

a. Negligible (N), dengan Nilai Risiko 1

b. Low (L), dengan Nilai Risiko 2 – 4

c. Moderate (M), dengan Nilai Risiko 5 – 8

15
d. High (H), dengan Nilai Risiko 9 – 15

e. Extreme (E), dengan Nilai Risiko 16 – 20

Setelah menentukan tingkat risiko suatu perkerjaan, tahap

selanjutnya adalah dengan mengkasifikasikan risiko yang ada mulai dari

tingkat paling rendah hingga ketingkat yang tinggi dimana tingkat

pengendalian pekerjaannya dapat disesuaikan dengan pengendalian risiko

yang ada.

3. Pengendalian Risiko (Risk Control)

Kendali (control) terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah

tindakan-tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi

risiko kecelakaan kerja melalui, sebagai berikut:

a. Eliminasi

Hirarki teratas adalah eliminasi dimana bahaya yang ada harus

dihilangkan pada saat proses pembuatan /desain dibuat. Tujuannya

adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam

menjalankan suatau system karena adanya kekurangan pada desain.

Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga

tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja dalammenghindari risiko,

namun demikian penghapusan benar-benar terhadap bahay tidak selalu

praktis dan ekonomis.

16
b. Subtitusi

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses,

operasi ataupun peralatan dari berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.

Dengan pengendalian ini akan menurunkan bahaya dan risiko melalui

system ulang maupun desain ulang.

c. Engineering control

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya

dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.

Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit system mesin atau

peralatan.

d. Administratif control

Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi

pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan,

pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan housekeeping.

e. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri dirancang untuk melindungi diri dari bahaya

dilingkungan kerja serta zat pencemar, agar tetap selalu aman dan sehat.

Adapun langkah-langkah keselamatn APD

1) Jika risiko dapat dihilangkan atau dikurangi dapat menggunakan alat

pelindung diri atau pengaman.

2) Jika terdapat potensi bahaya yang berdampak ke lingkungan

masyarakat harus diupayakan memenuhi peraturan perundangan

dan atau standar yang berlaku.

17
3) Apabila belum dapat mengendaalikan risiko, dapat dialihkan kepada

pihak yang kompeten.

Menentukan upaya pengendalian risiko berdasarkan tingkatan

pengendalian risiko dan tingkatan keberhasilan upaya pengendalian risiko

melalui antara lain:

a) Pemantauan pemenuhan peraturan perundangan dan standar

b) Pemantauan atau pengukuran faktor lingkungan; fisik, kimia,

biologi, ergonomic, dan psikososial.

c) Pemantauan lingkungan kerja; kondisi berbahaya dan tindakan

berbahaya.

d) Pengukuran kinerja K3

 Pengukuran tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

 Pengukuran tingkat kerugian terhadap asset, produksi, dan

lingkungan.

G. Contoh HIRARC

HIRARC di Area Office

Kegiatan yang dilakukan dibagian Office antara lain pengolahan data dan

pencatatan berupa dokumentasi mengenai kegiatan yang bersangkutan dengan

PMD. Hasil identifikasi bahaya, penialaian risiko, dan pengendalian risiko

dengam menggunakan metode HIRARC pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3

sebagai berikut:

Tabel 1

18
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pada Bagian Office

Identifikasi Bahaya

Proses / Risk
Aktivitas Potensi Bahaya Risiko Ket
Aktivitas Mesin Rating

Kabel Tegangan Tersengat Arus


Komputer Pengolahan data 12 H
Tinggi Listrik

Kontak Mata Iritasi Mata atau


Komputer Pengolahan data 8 H
Dengan Monitor Mata Minus

Kontak Tangan
Cidera Pada Otot
Komputer Pengolahan data Dengan Perangkat 6 M
Jari Tangan
Komputer

Kondisi Terpeleset dan


Kondisi Lantai Lantai Licin 8 M
Ruangan Jatuh

Tersengat Arus
Kabel Tengangan
Printer Cetak Dokumen Listrik Memar 12 H
Tinggi
Hingga Kematian

Terkena Cairan
Printer Cetak Dokumen Iritasi Kulit 6 M
Tinta

Tabel 2

Pengendalian Risiko Bahaya

Identifikasi Bahaya Pengendalian Risiko

19
Proses /
Aktivitas Engineering Administratif APD
Aktivitas Mesin

Informasi ke
Memasang cover
Komputer Pengolahan data karyawan dan -
untuk kabel
Rambu bahaya

Rambu tanda
Komputer Pengolahan data - Kaca Mata
bahaya

Olahraga jari
Komputer Pengolahan data - -
tangan

Informasi ke
Kondisi Sepatu
Kondisi Lantai - karyawan, dan
Ruangan pabrik
Rambu bahaya

Informasi ke
Memasang cover
Printer Cetak Dokumen karyawan, dan -
untuk kabel
Rambu bahaya

Informasi ke

karyawan,
Printer Cetak Dokumen - -
membuat WGS

dan SOP

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui mengenai bahaya apa saja yang ada

area Office. Potensi-potensi bahaya kemudian dilakukan penilaian risiko

20
berdasarkan skala Likelihood dan Severity. Berdasarkan potensi bahaya dan risiko

dibuat pengendalian untuk meminimalisir risiko dengan menggunakan hirarki

pengendalian pada tabel 2. Berikut hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

pengendalian risiko:

1. Identifikasi Bahaya di Area Office

Penggunaan mesin berupa komputer dan printer. Potensi bahaya dari

penggunaan komputer seperti iritasi mata akibat kontak dengan monitor,

tersengat arus listrik, dan kelalahan pada jari tangan akibat mengetik. Bahaya

penggunaan printer tersengat arus listrik dan iritasi akibat terkena tinta.

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko mengenai di bagian Office PMD dapat dilihat pada gambar

1 sebagai berikut:

Gambar 1 Grafik Persentase Risiko Office

21
Penilaian risiko di bagian Office PMD yaitu katagori level negligible 0%,

low risk 0%, moderat risk 50%, high risk 50%, dan extreme 0%

3. Pengendalian Risiko

a. Pengendalian Enggineering

Pengendalian engginering seperti memasang cover pada jaringan

kabel.untuk menghindari apabila ada kabel yang lecet tidak mengenai

operator.

b. Pengendalian Administratif

Pengendalian administratif yaitu dengan memberi informasi kepada

karyawan, menyediakan suatu sistem kerja seperti WGS (Work Guidance

Sheet) dan rambu K3

c. Alat Pelindung Diri

Dilakukan dengan memberi APD pada operator seperti memberi

sepatu pabrik dan memberi tunjangan kesehatan untuk membeli kacamata.

22
Tabel 3

HIRARC di Area Office

Identifikasi Bahaya Pengndalian Risiko

Proses /
Potensi Risk
Aktivitas Aktivitas Risiko Ket Engineering Administratif APD
Bahaya Rating
Mesin

Informasi ke
Kabel Tersengat Memasang
Pengolahan karyawan
Komputer Tegangan Arus 12 H cover untuk -
data dan Rambu
Tinggi Listrik kabel
bahaya

Kontak Iritasi

Pengolahan Mata Mata atau Rambu tanda Kaca


Komputer 8 H -
data Dengan Mata bahaya Mata

Monitor Minus

Pengolahan Kontak Cidera Olahraga jari


Komputer 6 M - -
data Tangan Pada Otot tangan

23
Dengan Jari

Perangkat Tangan

Komputer

Informasi ke

Kondisi Kondisi Lantai Terpeleset karyawan, Sepatu


8 M -
Ruangan Lantai Licin dan Jatuh dan Rambu pabrik

bahaya

Tersengat

Arus Informasi ke
Kabel Memasang
Cetak Listrik karyawan,
Printer Tengangan 12 H cover untuk -
Dokumen Memar dan Rambu
Tinggi kabel
Hingga bahaya

Kematian

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Soehatman Ramli (2010) kecelakaan dapat terjadi karena kondisi

alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat

dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi,

penerangan, kebisingan atau suhu yang tidak aman melampaui batas.

Menurut OHSAS 18001, risiko K3 adalah kombinasi dari kemungkinan

terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cedera atau

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut

(Ramli, 2010).

HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment And Risk Control)

merupakan serangkaian proses mengindentifikasi bahaya yang dapat terjadi

dalam aktifitas rutin ataupun non rutin diperusahaan, kemudian melalkukan

penilaian risiko dari bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian

bahaya tersebut agar dapat diminimalisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah

25
dengan tujuan mencegah terjadi kecelakaan. Implementasi K3 dimulai dari

menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudian diidentifikasi sumber

bahayanya sehingga didapatkan risikonya.

Tahapan HIRARC

1. Identifikasi Bahaya

2. Penilaian Risiko

3. Pengendalian Risiko

B. Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut maka dapat diberikan saran seperti :

1. Perusahaan seharusnya memiliki APD dengan lengkap karena ketika tamu

atau karyawan lain dating ke area suspension preheater tidak diberikan APD

dengan sesuai standar.

2. Pengawasan dari karyawan HSE harus dilakukan dengan rutin dan berskala

Karena ditemukan pekerja yang melanggar keselamatan kerja seperti

tiduran ditempat kerja dengan mendirikan ayunan gantung, membuang

material dengan sembarangan, tidak membereskan peralatan kerja dan lain-

lain.

3. Pemberian isi undang-undang keselamatan kerja dengan jelas agar pekerja

mempunyai pilar hokum dengan kuat dan dapat mematuhi peraturan yang

berlaku.

26
Daftar Pustaka

Ari Wibowo, Dwi 2016. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dengan Metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control

(HIRARC) Dalam Upaya Mencapai Zero Accident.

Ahmad, Anugrah 2017. Implementasi Job Safety Analysis (JSA) Pada Kegiatan

Finishing Di Industri Mebel Kec. Sumba Opu Kab. Gowa 2017.

Anak, Katiga 2018. Jenis-jenis bahaya (Hazard) dalam K3.

(https://anakkatiga.blogspot.com/2018/03/jenis-jenis-bahaya-hazard-

dalam-k3.html). Diakses pada Rabu 05 Juni 2019.

Adi, Kreesna 2015. Pengendalian Kecelakaan kerja dan Potensi Sumber Bahaya

Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Serta Penerapan RISK

MAPPING Pada Unit Produksi Di PT. SPINDO, tbk.

(https://www.academia.edu/18361626/HIRARC_dan_Risk_Maaping_b

ab_1_and_3_ Di akses pada Sabtu. 01 Juni 2019).

27
Fil, Muhammad 2013. Analisa Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode

HIRARC (Hazard Identification Risk, Assessment and Risk Control)

Pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi Di Plant 6 dan 11 Field

Citeureup PT Indocement Tunggal Prakarsa Tahun 2013.

Supriyadi, Ahmad, Abu 2015. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko K3 Pada

Tindakan Perawatan dan Perbaikan Menggunakan Metode HIRARC

(Hazard Identification and Risk Assessment Risk Control) Pada PT.X.

28

Anda mungkin juga menyukai