Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

LANSIA DENGAN KEBUTUHAN SKSUALITAS


DISUSUSN DALAM RANGKA MEMENUHI SALAH SATU
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK
DOSEN PENGAMPU : RIKA MAYA SARI S.Kep.,Ns.,M.Kes

Kelompok :
NAMA NIM
AJENG KUSUMANINGRUM 17612988
NINA NURFITA 17612989
AULIA DEBI HAPSARI
ALLYA TITANIA MILANO
YUYUN WIDIYATI
DWI AYUNINGTYAS
FAJAR PUTRIANININGSIH
WIDA GIAR
INTAN CAHYA KUSUMA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahman
rahim-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan asuhan keperawatan ini.
Semoga sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan
ketauladanan dalam peri kehidupan yang sempurna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis sadar bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Dengan demikian, kritik maupun saran sangat
dibutuhkan demi kemajuan penulis.

Penyelesaian asuhan keperawatan ini tidak lepas dari motivasi dan jasa dari beberapa pihak.
Oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Rika Maya Sari., S.Kep.Ns, M.Kes yang telah memberikan kami materi terkait
keperawatan gerontik

2. teman-teman kelompok yang saling bekerja sama dalam menyelesaikan maklah ini

Akhirnya, semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya, dalam menambah Khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Ponorogo, 11 September 2019

penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu
suatu periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan
banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,
seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan
sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa
kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan
cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia
tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka
kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti .
Orang yang makin menua (menjadi tua, seksual intercourse masih juga
membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti;
frekwensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
Seksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias bahkan
pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian akhir-
akhir ini menunjukan bahwa banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual
sampai usia yang cukup lanjut dan aktivitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan
dan ketiadaan pasangan, Aktivitas dan perhatian seksual dari pasangan suami istri lansia
yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 90% gangguan seksual disebabkan
oleh faktor psikologis (psikoseksual). Walaupun pengaruh psikologis cukup besar, ternyata
faktor fisik semakin tinggi pada lansia. Semakin tua usia seseorang, penyebab fisik dapat
lebih besar daripada penyebab psikologis.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi masa usia lanjut ( Late Adulthood) ?
2. Apa masalah seksual pada masa usia lanjut ?
3. Perubahan seksualitas apa yang terjadi pada lansia ?
4. Apa masalah seksual yang terjadi pada lansia ?
5. Bagaimana upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi masa usia lanjut ( Late Adulthood).
2. Untuk mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut.
3. Untuk mengetahui perubahan seksualitas pada lansia.
4. Untuk mengetahui masalah seksual yang terjadi pada lansia.
5. Untuk mengetahui upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia.

4
BAB II
KONSEP TEORI

1.1 KONSEP KEBUTUHAN SEKSUALITAS LANSIA


D. Definisi
WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age)
45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
usia sangat tua(very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang
yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun keatas, tidak
mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap praenisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai
penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian
akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No. 4
Tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak
mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun keatas.

E. Masalah Seksual pada Masa Usia Lanjut


Sejalan dengan bertambahnya usia, semakin banyak pula masalah penurunan fungsi
yang muncul salah satunya adalah penurunan seksual di usia lanjut , Masalah ini meliputi
ketakutan akan berkurangnya atau bahkan tidak berfungsinya organ sex secara normal
sampai ketakutan akan kemampuan secara psikis untuk bisa berhubungan sex.
Sedangakan perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila
ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
1. Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan
kultural, kesemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin
menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi. Interval untuk
meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun
secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.

5
2. Fase arousal
a. Lansia wanita antara lain yaitu pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan
flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot;
iritasi uretra dan kandung kemih.
b. Lansia pria yang terjadi adalah ketika ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan
kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat
penurunan testoteron; elevasitestis ke perineum lebih lambat.
3. Fase orgasmic
a. Lansia wanita dapat terjadi tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit
konstraksi kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
b. Lansia pria terjadi hal seperti kemampuan mengontrol ejakulasi membaik;
kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
4. Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya
faseorgasme berikutnya lebih sukar terjadi.

F. ETIOLOGI GANGGUAN PADA SEKSUAL LANSIA


1. Infark miokard
Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien
segan untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.
2. Kanker
Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ
seksual. Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat
menyebabkan disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja,
walaupun tidak ada kerusakan saraf.
3. Diabetes mellitus
Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus
menyebabkan neuropatiautonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi
ereksi dan disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya
disfungsi seksual.

4. Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau
kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri

6
dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum
aktivitas seksual.
5. Rokok dan alkohol
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual,
khususnya bilaterjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme
testoteron. Merokok jugamungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
6. Penyakit paru obstruktif kronik
Pada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena
adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin
dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.
7. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual,
antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-
lain.

G. Perubahan Seksualitas pada Pria Lansia


Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitasi juga akan mengalami penurunan
pula dimana kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia lanjut
bergantung hanya pada beberapa faktor seperti kesehatan fisik dan mental, dan eksistensi
yang aktif serta pasangan yang menarik dibawah ini beberapa perubahan masalah
seksualitas yang terjadi pada pria lansia :
1. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan
menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang
produktif. Tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan
menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak
mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
2. Kelenjar prostat biasanya membesar, di mana hipertrofi prostate jinak terjadi pada
50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Dan hipertrofi
prostat jinak ini memerlukan terapi.
3. Respon seksual pada fase penggairahan, menjadi lambat dan ereksi yang kurang
sempurna. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi
intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin
kurang kaku dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk

7
menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode
yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-
ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
4. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi
orgasme berkurang, tekanan ejakulasi dan jumlah cairan sperma juga akan
berkurang.
5. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksternal yang tidak
biasa.
6. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12
sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.
7. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. hal ini tampaknya
berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual.

H. Perubahan Seksualitas pada Wanita Lansia


Perubahan-Perubahan Fisiologis pada Wanita berkaitan dengan bertambahnya usia :
1. Penurunan Sekresi estrogen setelah menopause
2. Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara
3. Cerviks yang menyusut ukurannya
4. Dinding vagina atropi ukurannya memendek
5. Berkurangnya pelumas vagina
6. Matinya steroid seks secara tidak Iangsung mempengaruhi aktivitas seks
7. Perubahan “ageing” meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir
kemaluan, penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan otot perinael

I. Masalah Seksual Yang Terjadi Pada Lansia


1. Impotensi atau Disfungsi Ereksi pada Pria Lansia
Impotensi atau Disfungsi Ereksi (DE) adalah ketidakmampuan secara konsisten
untuk mencapai dan/ atau mempertahankan ereksi sedemikian rupa sehingga
mencapai aktivitas seksual yang memuaskan (Vinik, 1998). Hal yang perlu dikajia
saat anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya disfungsi ereksi:
1) Apakah ada tanda-tanda penyakit vaskuler, seperti arteri femoral dan
perifer berkurang atau terdengar bruit.

8
2) Adakah perubahan kulit, turgor menurun mengakibatkan kulit menjadi kurang
elastis.
3) Adakah perubahan neuropati otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti
adanya reflek bulbo kavernosus dan kremaster.
4) Adakah gejala hipotensi ortostatik.
5) Adakah gejala neuropati perifer seperti DM, alkoholisme, kekurangan vitamin
B1, dan lain-lain.
6) Pemeriksaan genitalia, adanya atrofi testis atau dan plak pada peyronie’s
disease. Peyronie’s disease adalah keadaan dimana terjadi kelainan anatomis
penis, berupa tumbuhnya jaringan ikat atau plak yang tidak biasa pada jaringan
penis sehingga aliran darah dalam badan kavernosa penis terganggu untuk
mencapai ereksi.
7) Pemeriksaan rektal untuk melihat prostate.
8) Pemeriksaan laboratorium untuk diperlukan untuk menentukan adanya kondisi
medis penyerta, faktor resiko vaskular atau endokrin yang abnormal.
9) Pemeriksaan hormone testoteron dan prolaktin.

2. Andropause pada Pria Lansia


Andropause berasal dari kata “Andro = kejantanan” dan “pause = istirahat”.
Andropause dapat diartikan sebagai perubahan akibat proses menua pada sistem
reproduksi pria mungkin di dalamnya termasuk perubahan pada jaringan testis,
produksi sperma dan fungsi ereksi.
Gejala dan efek yang ditimbulkan seperti Depresi, Kelelahan, Iritabilitas, Libido
menurun, Sakit dan nyeri, Berkeringat dan flushing, Penurunan performa seksual atau
disfungsi ereksi, Sulit berkonsentrasi, Pelupa, Insomnia

3. Menopause pada Wanita Lansia


wanita yang sudah menopause akan mengalami berkentinya haid. Fase ini
terjadi karena ia tidak lagi menghasilkan esterogen yang cukup untuk
mempertahankan jaringan yang responsive dalam suatu cara yang fisiologi.
Seseorang disebut menopause jika tidak lagi menstruasi selama 12 bulan atausatu
tahun. Menopause umumnya terjadi ketika perempuan memasuki usia 48 hingga 52
tahun (Rachmawati, 2006).

9
Gejala dan efek menopause dianggap masyarakat sebagai awal dari
kemunduran fungsi kewanitaan secara keseluruhan, bahkan ada yang menganggap
menopause sebagai bencana di usia senja. Banyak perempuan menopause merasa
menjadi tua, yang diasosiasikan dengan ketidakmenarikan dan kehilangan hasrat
seksual (Rachmawati, 2006).
Gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, cemas, depresi, dan
merasa kehilangan daya tarik fisik dan seksual, sehingga ia takut ditinggalkan
suaminya (Purwoastuti, 2008).

J. Upaya Mengatasi Permasalahan Seksual pada Lansia


Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan seksual
pada lansia adalah sebagai berikut :
a. Anamnesa riwayat seks. Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan
memuaskan
b. Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup
c. Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah
d. Uraikan dengan panjang lebar permasalahannya
e. Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang obat obatan
yang dikonsumsi oieh pasien.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus
rinci, meliputi awitan, jenis maupun itensitas gangguan yang dirasakan. Juga
anamneses tentang gangguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan
tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang
obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe. Pemeriksaan tambahan yang
dilakukan meliputi keadaan jantungm hati, ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan
metabolik meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal tertentu.
Apabila keluhan mengenai disfungsi ereksi pada pria, pemeriksaan khas juga
meliputi pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal peniletumescence testing
(Hadi-Martono, 1996).

10
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1 Pengkajian

Pengkajian terdiri dari data objektif dan data subjektif yang bersandar dari batasan-
batasan karakteristik. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan pasien
dan wawancara pasien atau keluarga pasien. Data objektif berasal dari pemeriksaan
fisik yang dilakukan perawat terhadap pasien.

a. Identitas Klien
1) Usia menjadi hal ynag sangat berpengaruhpada kebutuhan seksual setiap
individu, dimana semakin bertambahnya usia maka semakin menurun pula
keinginan untuk melakukan seksual namun bukan berarti hilang sama
sekali.
2) Suku/Ras , pada ras tertentu memiliki habit melakukan seks aktif tak
terkecuali ketika lansia , misalnya orang-orang barat.
3) Pendidikan turut menentukan kualiats seksual pada saat lansia, semakin
tinggi pengetahuan seseorang menegnai seksual pada lansia akan
membantu mengurangi timbulnya masalah- masalah sesksual ynag berarti
sebab mereka mampu melakukan antisipasi.
4) Pekerjaan, beberapa pekerjaan mengharuskan lansia untuk melakukan
lebih di bidang seksual misal pada pekerja komersial.
b. keluhan utama : pada lansia sering mengeluh terjadi perubahan pada alat
kelamin , meliputi perubahan fungsi dan anatomi , mengalami atropi, ereksi
yang tidak sempurna dan nyeri, timbul rasa cemas takut dan minder untuk
melakukan hubungan seksual.
c. Dapatkan riwayat seksual meliputi :

1. Pola seksual biasanya


2. Kepuasan (individu, pasangan)
3. Pengetahuan seksual
4. Masalah (seksual, kesehatan)
5. Harapan
6. Suasana hati, tingkat energi

11
d. Pemeriksaan Fisik

Data focus

Wajah : pasien nampak cemas dan kurang percaya diri saat menceritakan
keluhannya

Payudara : terjadi pengenduran atau atrofi , perubahan bentuk menjadi tidak


indah.

Genetalia : terjadi atrofi pada alat kelamin, penis tidak dapat ereksi sempurna,
rambut pubis mengalai pengurangan, reflek klitoris berkurang, penyusutan
pada bibir genetalia eksternal, penurunan lubrikasi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai
kepuasan seksual
2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan funsional
ditandai dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3. Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit
atau terapi medis.

12
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Implementasi
1. 1. Disfungsi seksual Pasien dapat 1. Bantu pasien untuk 1. membantu pasien untuk
berhubungan dengan menerima perubahan mengekspresikan perubahan mengekspresikan perubahan fungsi
perubahan struktur struktur tubuh fungsi tubuh termasuk organ tubuh termasuk organ seksual seiring
tubuh/fungsi yang terutama pada fungsi seksual seiring dengan dengan bertambahnya usia.
ditandai dengan seksual yang bertambahnya usia. 2. memerikan pendidikan kesehatan
perubahan dalam dialaminya 2. Berikan pendidikan tentang penurunan fungsi seksual.
mencapai kepuasan Kriteria hasil: kesehatan tentang penurunan 3. Memotivasi klien untuk
seksual. · Mengekspresikan fungsi seksual. mengkonsumsi makanan yang rendah
kenyamanan 3. Motivasi klien untuk lemak, rendah kolestrol, dan berupa
· Mengekspresikan mengkonsumsi makanan yang diet vegetarian
kepercayaan diri rendah lemak, rendah kolestrol,
dan berupa diet vegetarian

2. 2. Harga diri rendah Pasien dapat 1. Kaji perasaan/persepsi 1. mengkaji perasaan/persepsi


berhubungan dengan menerima perubahan pasien tentang perubahan pasien tentang perubahan gambaran
gangguan funsional bentuk salah satu gambaran diri berhubungan diri berhubungan dengan keadaan
ditandai dengan angota tubuhnya dengan keadaan angota angota tubuhnya yang kurang
perubahan bentuk secara positif tubuhnya yang kurang berfungsi berfungsi secara normal
salah satu anggota Kriteria hasil: secara normal 2. melakukan pendekatan dan bina
tubuh. · Pasien mau 2. Lakukan pendekatan dan hubungan saling percaya dengan
berinteraksi dan bina hubungan saling percaya pasien
beradaptasi dengan dengan pasien 3. menunjukkan rasa empati,
lingkungan tanpa rasa 3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada
malu dan rendah diri perhatian dan penerimaan pada pasien
pasien

13
· Pasien yakin 4. Bantu pasien untuk 4. membantu pasien untuk
akan kemampuan mengadakan hubungan dengan mengadakan hubungan dengan orang
yang dimiliki orang lain lain

5. Beri kesempatan pada 5. memberi kesempatan pada


pasien untuk mengekspresikan pasien untuk mengekspresikan
perasaan kehilangan perasaan kehilangan
3. 3.Ketidakefektifan pola Pasien dapat 1. Kaji factor-faktor penyebab 1. mengkaji factor-faktor penyebab
seksualitas menerima perubahan dan penunjang, yang meliputi dan penunjang, yang meliputi
berhubungan dengan pola seksualitas yang · Kelelahan · Kelelahan
penyakit atau terapi disebabkan masalah · Nyeri · Nyeri
medis. kesehatannya. · Nafas pendek · Nafas pendek
Kriteria Hasil : · Keterbatasan suplai · Keterbatasan suplai oksigen
· Mengidentifikasi oksigen · Imobilisasi
keterbatasannya pada · Imobilisasi · Kerusakan inervasi saraf
aktivitas seksual yang · Kerusakan inervasi saraf · Perubahan hormone
disebabkan masalah · Perubahan hormone · Depresi
kesehatan · Depresi · Kurangnya informasi yang tepat
· Mengidentifikasi · Kurangnya informasi yang 2. mengajarkan pentingnya mentaati
modifikasi kegiatan tepat aturan medis yang dibuat untuk
seksual yang pantas 2. Ajarkan pentingnya mengontrol gejala penyakit
dalam respon mentaati aturan medis yang 3. memberikan informasi yang tepat
terhadap dibuat untuk mengontrol gejala pada pasien dan pasangannya
keterbatasannya penyakit tentang keterbatasan fungsi seksual
3. Berikan informasi yang yang disebabkan oleh keadaan sakit
tepat pada pasien dan 4. mengajarkan modifikasi yang
pasangannya tentang mungkin dalam kegiatan seksual
keterbatasan fungsi seksual

14
yang disebabkan oleh keadaan dapat membantu penyesuaian dengan
sakit keterbatasan akibat sakit
4. Ajarkan modifikasi yang
mungkin dalam kegiatan seksual
dapat membantu penyesuaian
dengan keterbatasan akibat
sakit

15
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN SEKSUALITAS PADA Tn .W

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL

DI RSUD dr. Soedono Madiun

Tgl. Pengkajian : 11 September 2019

I. IDENTITAS KLIEN
Nama / inisial : Tn. W
Umur : 40 Thn
No. register : 41.30.31
Agama : Islam
Alamat : Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 10 Maret 2018
Diagnosa Medis : Retensi Urin

II. KELUHAN UTAMA


Saat MRS : Pasien mengeluh tidak bisa ereksi ketika berhubungan dengan istrinya

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke RS dengan keluhan tidak bisa ereksi saat berhubunan dengan
istrinya , terasa nyeri dan terjadi perubahan bentuk menjadi lebih kecil, ia mengaku jarang
melakukan hubungan dengan sang istri, Hasrat seksual muncul satu bulan hanay 2 kali
tetapi ketika ingin melakukan, pasien mengalami hal tersebut dan merasa terganggu
dengan hal tersebut, takut tidak dapat membahagiakan istrinya yang 7 tahun lebih muda
dari nya. Akhirnya pasien pergi ke RS untuk mendapatkan terapi atas penyakitnya
tersebut, pada 11 september 2019 pukul 12.05 WIB.

IV. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Pasien sebelumnya belum pernah mendapati keluhan semacam itu

16
V. RIWAYAT SEKSUAL
a) Pola seksual : pasien melakukan hubunga suami istri 1 bulan 2 kali
b) Masalah seksual : sebelumnya tidak ada masalah seksual yang berarti salama ini
c) Harapan : Pasien ingin kembali seperti dulu , segera sembuh dari penyakitnya
d) Suasana hati : merasa kurang puas dengan keadadannya saat ini akibat perubahan
tersebut.

VI. Genogram

VII. Pemeriksaan Fisik

17
 Kepala  Mata
Bentuk : simetris Posisi mata : simetris
Keluhan : tidak ada Kelopak mata : normal
Pergerakan bola mata : normal
Konjungtiva : normal
Kornea : normal
Sklera : normal
Pupil : isokor

 Hidung  Telinga
Reaksi alergi : tidak ada Daun telinga : normal
Polip : tidak ada Karakteristik serumen : tidak ada
Sinus : tidak ada Kondisi telinga : normal
Pernah mengalami flu : Cairan dalam telinga ; tidak ada
pernah Tinitus : tidak ada
Fungsi pendengaran : normal
Alat bantu pendengaran : tidak
ada

 Mulut dan tenggorokan  Pernafasan


Gigi : bersih Jalan nafas : bersih
Penggunaan gigi palsu : Pernapasan : normal
tidak ada Menggunakan alat bantu nafas ;
Stomatitis : tidak ada tidak
Lidah : bersih Frekuensi : normal
Saliva : normal Irama : teratur

18
Gangguan berbicara : Batuk : tidak ada
tidak ada
Kesulitan menelan : tidak
ada
Peradangan : tidak ada

 Sirkulasi  Abdomen dan nutrisi


a. Sirkulasi perifer Bentuk : cembung karena banyak
Nadi : 90x/menit, irama cairan
: teratur, denyut : kuat Suara : thympani
Tekanan darah: 140/90 Bising usus 15 x/permenit
mmHg
Temperatur kulit :
dingin
Warna kulit : sawo
matang
b. Sirkulasi jantung
Bentuk : normal tidak
ada pelebaran
Ictus cordis : teraba
Suara : pekak
Kecepatan denyut
apical : 81x/menit
Irama : teratur
Sakit dada : tidak ada

19
 Kulit  Ektremitas
Turgor kulit : menurun Rentang gerak : terbatas
Warna kulit : sawo matang Kekuatan otot : skala 5
Nyeri sendi : tidak ada
Edema : ada

 Genetalia dan sekitar anus


Penis : atrofi,
Anus : tidak ada hemoroid
Kebersihan : bersih

VIII. POLA KESEHATAN SEHARI-HARI


POLA-POLA SEBELUM SAAT SAKIT
SAKIT
a. Nutrisi
 Frekuensi 3x1 3x1
 Jenis Variasi variasi

 Jumlah 1 porsi 1 Porsi

Masalahkep Tidakadamasalah Tidakadamasalah

b. Eliminasi
BAB 1x1 1x1
 Frekuensi Padat Padat
 Konsentrasi Kuning Kuning

 Warna TidakadaMasalah TidakadaMasalah

MasalahKep
BAK
 Frekuensi 2x1 2X1
Cair Cair
 Konsentrasi
Kuning Kuning

20
 Warna Tidakdapat BAK Tidakdapat BAK
MasalahKep
c. Istirahat
 Lama tidursiang 3 jam sehari 3 jam sehari
 Lama tidurmalam 8 jam sehari 6 jam sehari

 GanggauanTidur Tidakada Tidakada

MasalahKep Tidakadamasalah TidakadaMasalah

d. Personal Hygine
 Mandi 2x1 2x1
 Keramas 2x1 2x1

 Gosok Gigi 2x1 2x1

 Potong Kuku 1 x seminggu 1 x Seminggu


2x1 2x1
 Gantipakaian
TidakadaMasalah Tidakada Masalah
MasalahKep
e. Minum/cairantubuh
 Frekuensi 4x1 4x1
 Jenis Air putih Air putih

 Jumlah 1 Liter 1 liter

MasalahKep Tidakadamasalah Tidakada Masalah

21
IX. ANALISA DATA
Tanggal Kelompok Data Masalah Penyebab
11-09-19 DS : px Disfungsi Perubahan
mengatakan ia ereksi struktur dan
tidak bisa ereksi fungsi tubuh

DO : Penis
Atrofi, terjadi
perubahan
bentuk (
menyusut ), px
Nampak cemas
atas
keadaannya

X. MASALAH KEPERAWATAN

Tanggal Tanggal
No Masalah Keperawatan Ttd
Muncul Teratasi
1 11-09-2019 Disfungsi Ereksi B/D
Perubahan Struktur
Dan Fungsi Organ

22
XI. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Implementasi


1. 1. Disfungsi seksual Pasien dapat 1) .Bantu pasien untuk 1. membantu pasien untuk
berhubungan dengan menerima perubahan mengekspresikan perubahan mengekspresikan perubahan fungsi
perubahan struktur struktur tubuh fungsi tubuh termasuk organ tubuh termasuk organ seksual seiring
tubuh/fungsi yang terutama pada fungsi seksual seiring dengan dengan bertambahnya usia.
ditandai dengan seksual yang bertambahnya usia.
perubahan dalam dialaminya 2) Berikan pendidikan kesehatan 2. memerikan pendidikan kesehatan
mencapai kepuasan Kriteria hasil: tentang penurunan fungsi tentang penurunan fungsi seksual.
seksual. · Mengekspresikan seksual.
kenyamanan 3) Motivasi klien untuk 3. Memotivasi klien untuk
· Mengekspresikan mengkonsumsi makanan mengkonsumsi makanan yang rendah
kepercayaan diri yang rendah lemak, rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa
kolestrol, dan berupa diet diet vegetarian
vegetarian

XII. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Tanggal Implementasi ttd


1. 11-09-2019 1. membantu pasien untuk mengekspresikan
perubahan fungsi tubuh termasuk organ seksual seiring
dengan bertambahnya usia.

2. memberikan pendidikan kesehatan tentang


penurunan fungsi seksual.

23
3. Memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet
vegetarian

XIII. EVALUASI

No. Tanggal Discarge Planning ttd


1. 11-09-2019 1. Berikan Pendidikan tentang kondisi pasien
2. motivasi pasien bahwa itu bukan akhir dari
segalanya
3. instruksikan untuk control 7 hari/ setelah obat habis

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam gangguan seksual pada
lansia adalah gangguan hasrat, tahap pemanasan, orgasme, rasa nyeri, sakit fisik, obat
dan alcohol, serta gangguan yang tidak khusus. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan masalah kehidupan seksual yaitu infark miokard, pasca stroke, kanker,
DM, arthritis, rokok dan alcohol, penyakit paru obstruktif kronik, serta obat-obatan.
Perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah produksi
testoteron menurun secara bertahap, kelenjar prostat membesar, respon seksual
terutama fase penggairahan menjadi lambat, fase orgasme lebih singkat, penurunan
tonus otot, ereksi pagi hari (morning erection) jarang terjadi.
Masalah seksual yang terjadi pada lansia adalah impotensi atau disfungsi
ereksi dan andropause pada Pria Lansia serta klimakterium, menopause, dan senium
pada wanita lansia.
Upaya untuk mengatasi masalah seksual pada lansia yaitu anamnesa riwayat
seks, gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan terutup, mendapatkan
gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah, uraikan dengan panjang
lebar permasalahannya dan dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap
tentang obat obatan yang dikonsumsi oieh pasien.

B. SARAN
Kita sebagai tenaga medis khususnya perawat berperan sebagai educator yang
baik , memberikan Pendidikan kesehatan kepada pasien , dan tetap memberikan
motivasi kepada pasien untuk tidak putus asa, dan berusaha memberikan pengertian
kepada klien terkait hal yang memang sudah lazim terjadi di usia lanjut, memberikan
gambaran mengenai perubahan yang mungkin terjadi pada usia lanjut khususnya pada
seksualitas manusia.

25
DAFTAR PUSTAKA
NANDA, Diagnosis Keperawatan:Definisi Dan Klasifikasi 2009-2011: Editor Edisi
Bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC - Jakarta : EGC,
2010

Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan kriteria hasil NOC,
Edisi 7, editor edisi bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP,
RNC- Jakarta : EGC, 2010

26

Anda mungkin juga menyukai