Keperawatan Gerontik
Keperawatan Gerontik
Kelompok :
NAMA NIM
AJENG KUSUMANINGRUM 17612988
NINA NURFITA 17612989
AULIA DEBI HAPSARI
ALLYA TITANIA MILANO
YUYUN WIDIYATI
DWI AYUNINGTYAS
FAJAR PUTRIANININGSIH
WIDA GIAR
INTAN CAHYA KUSUMA
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahman
rahim-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan asuhan keperawatan ini.
Semoga sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan
ketauladanan dalam peri kehidupan yang sempurna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulis sadar bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan penulis. Dengan demikian, kritik maupun saran sangat
dibutuhkan demi kemajuan penulis.
Penyelesaian asuhan keperawatan ini tidak lepas dari motivasi dan jasa dari beberapa pihak.
Oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Rika Maya Sari., S.Kep.Ns, M.Kes yang telah memberikan kami materi terkait
keperawatan gerontik
2. teman-teman kelompok yang saling bekerja sama dalam menyelesaikan maklah ini
Akhirnya, semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca pada umumnya, dalam menambah Khasanah ilmu pengetahuan. Amin.
penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu
suatu periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan
banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,
seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.
Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan
sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa
kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan
cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia
tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka
kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti .
Orang yang makin menua (menjadi tua, seksual intercourse masih juga
membutuhkannya; tidak ada batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti;
frekwensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
Seksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias bahkan
pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian akhir-
akhir ini menunjukan bahwa banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual
sampai usia yang cukup lanjut dan aktivitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan
dan ketiadaan pasangan, Aktivitas dan perhatian seksual dari pasangan suami istri lansia
yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 90% gangguan seksual disebabkan
oleh faktor psikologis (psikoseksual). Walaupun pengaruh psikologis cukup besar, ternyata
faktor fisik semakin tinggi pada lansia. Semakin tua usia seseorang, penyebab fisik dapat
lebih besar daripada penyebab psikologis.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi masa usia lanjut ( Late Adulthood) ?
2. Apa masalah seksual pada masa usia lanjut ?
3. Perubahan seksualitas apa yang terjadi pada lansia ?
4. Apa masalah seksual yang terjadi pada lansia ?
5. Bagaimana upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi masa usia lanjut ( Late Adulthood).
2. Untuk mengetahui masalah seksual pada masa usia lanjut.
3. Untuk mengetahui perubahan seksualitas pada lansia.
4. Untuk mengetahui masalah seksual yang terjadi pada lansia.
5. Untuk mengetahui upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia.
4
BAB II
KONSEP TEORI
5
2. Fase arousal
a. Lansia wanita antara lain yaitu pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan
flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot;
iritasi uretra dan kandung kemih.
b. Lansia pria yang terjadi adalah ketika ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan
kurang begitu kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40 tahun akibat
penurunan testoteron; elevasitestis ke perineum lebih lambat.
3. Fase orgasmic
a. Lansia wanita dapat terjadi tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit
konstraksi kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
b. Lansia pria terjadi hal seperti kemampuan mengontrol ejakulasi membaik;
kekuatan dan jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
4. Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai timbulnya
faseorgasme berikutnya lebih sukar terjadi.
4. Arthritis
Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau
kontraktur fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri
6
dan kaku mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum
aktivitas seksual.
5. Rokok dan alkohol
Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual,
khususnya bilaterjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme
testoteron. Merokok jugamungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan
mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.
6. Penyakit paru obstruktif kronik
Pada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena
adanya kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin
dapat menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.
7. Obat-obatan
Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual,
antara lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-
lain.
7
menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode
yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-
ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
4. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. Intensitas sensasi
orgasme berkurang, tekanan ejakulasi dan jumlah cairan sperma juga akan
berkurang.
5. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksternal yang tidak
biasa.
6. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12
sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.
7. Ereksi pagi hari (morning erection) juga semakin jarang terjadi. hal ini tampaknya
berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual.
8
2) Adakah perubahan kulit, turgor menurun mengakibatkan kulit menjadi kurang
elastis.
3) Adakah perubahan neuropati otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti
adanya reflek bulbo kavernosus dan kremaster.
4) Adakah gejala hipotensi ortostatik.
5) Adakah gejala neuropati perifer seperti DM, alkoholisme, kekurangan vitamin
B1, dan lain-lain.
6) Pemeriksaan genitalia, adanya atrofi testis atau dan plak pada peyronie’s
disease. Peyronie’s disease adalah keadaan dimana terjadi kelainan anatomis
penis, berupa tumbuhnya jaringan ikat atau plak yang tidak biasa pada jaringan
penis sehingga aliran darah dalam badan kavernosa penis terganggu untuk
mencapai ereksi.
7) Pemeriksaan rektal untuk melihat prostate.
8) Pemeriksaan laboratorium untuk diperlukan untuk menentukan adanya kondisi
medis penyerta, faktor resiko vaskular atau endokrin yang abnormal.
9) Pemeriksaan hormone testoteron dan prolaktin.
9
Gejala dan efek menopause dianggap masyarakat sebagai awal dari
kemunduran fungsi kewanitaan secara keseluruhan, bahkan ada yang menganggap
menopause sebagai bencana di usia senja. Banyak perempuan menopause merasa
menjadi tua, yang diasosiasikan dengan ketidakmenarikan dan kehilangan hasrat
seksual (Rachmawati, 2006).
Gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, cemas, depresi, dan
merasa kehilangan daya tarik fisik dan seksual, sehingga ia takut ditinggalkan
suaminya (Purwoastuti, 2008).
10
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
Pengkajian terdiri dari data objektif dan data subjektif yang bersandar dari batasan-
batasan karakteristik. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan pasien
dan wawancara pasien atau keluarga pasien. Data objektif berasal dari pemeriksaan
fisik yang dilakukan perawat terhadap pasien.
a. Identitas Klien
1) Usia menjadi hal ynag sangat berpengaruhpada kebutuhan seksual setiap
individu, dimana semakin bertambahnya usia maka semakin menurun pula
keinginan untuk melakukan seksual namun bukan berarti hilang sama
sekali.
2) Suku/Ras , pada ras tertentu memiliki habit melakukan seks aktif tak
terkecuali ketika lansia , misalnya orang-orang barat.
3) Pendidikan turut menentukan kualiats seksual pada saat lansia, semakin
tinggi pengetahuan seseorang menegnai seksual pada lansia akan
membantu mengurangi timbulnya masalah- masalah sesksual ynag berarti
sebab mereka mampu melakukan antisipasi.
4) Pekerjaan, beberapa pekerjaan mengharuskan lansia untuk melakukan
lebih di bidang seksual misal pada pekerja komersial.
b. keluhan utama : pada lansia sering mengeluh terjadi perubahan pada alat
kelamin , meliputi perubahan fungsi dan anatomi , mengalami atropi, ereksi
yang tidak sempurna dan nyeri, timbul rasa cemas takut dan minder untuk
melakukan hubungan seksual.
c. Dapatkan riwayat seksual meliputi :
11
d. Pemeriksaan Fisik
Data focus
Wajah : pasien nampak cemas dan kurang percaya diri saat menceritakan
keluhannya
Genetalia : terjadi atrofi pada alat kelamin, penis tidak dapat ereksi sempurna,
rambut pubis mengalai pengurangan, reflek klitoris berkurang, penyusutan
pada bibir genetalia eksternal, penurunan lubrikasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur
tubuh/fungsi yang ditandai dengan perubahan dalam mencapai
kepuasan seksual
2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan funsional
ditandai dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
3. Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit
atau terapi medis.
12
3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Implementasi
1. 1. Disfungsi seksual Pasien dapat 1. Bantu pasien untuk 1. membantu pasien untuk
berhubungan dengan menerima perubahan mengekspresikan perubahan mengekspresikan perubahan fungsi
perubahan struktur struktur tubuh fungsi tubuh termasuk organ tubuh termasuk organ seksual seiring
tubuh/fungsi yang terutama pada fungsi seksual seiring dengan dengan bertambahnya usia.
ditandai dengan seksual yang bertambahnya usia. 2. memerikan pendidikan kesehatan
perubahan dalam dialaminya 2. Berikan pendidikan tentang penurunan fungsi seksual.
mencapai kepuasan Kriteria hasil: kesehatan tentang penurunan 3. Memotivasi klien untuk
seksual. · Mengekspresikan fungsi seksual. mengkonsumsi makanan yang rendah
kenyamanan 3. Motivasi klien untuk lemak, rendah kolestrol, dan berupa
· Mengekspresikan mengkonsumsi makanan yang diet vegetarian
kepercayaan diri rendah lemak, rendah kolestrol,
dan berupa diet vegetarian
13
· Pasien yakin 4. Bantu pasien untuk 4. membantu pasien untuk
akan kemampuan mengadakan hubungan dengan mengadakan hubungan dengan orang
yang dimiliki orang lain lain
14
yang disebabkan oleh keadaan dapat membantu penyesuaian dengan
sakit keterbatasan akibat sakit
4. Ajarkan modifikasi yang
mungkin dalam kegiatan seksual
dapat membantu penyesuaian
dengan keterbatasan akibat
sakit
15
BAB 3
I. IDENTITAS KLIEN
Nama / inisial : Tn. W
Umur : 40 Thn
No. register : 41.30.31
Agama : Islam
Alamat : Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 10 Maret 2018
Diagnosa Medis : Retensi Urin
Pasien datang ke RS dengan keluhan tidak bisa ereksi saat berhubunan dengan
istrinya , terasa nyeri dan terjadi perubahan bentuk menjadi lebih kecil, ia mengaku jarang
melakukan hubungan dengan sang istri, Hasrat seksual muncul satu bulan hanay 2 kali
tetapi ketika ingin melakukan, pasien mengalami hal tersebut dan merasa terganggu
dengan hal tersebut, takut tidak dapat membahagiakan istrinya yang 7 tahun lebih muda
dari nya. Akhirnya pasien pergi ke RS untuk mendapatkan terapi atas penyakitnya
tersebut, pada 11 september 2019 pukul 12.05 WIB.
16
V. RIWAYAT SEKSUAL
a) Pola seksual : pasien melakukan hubunga suami istri 1 bulan 2 kali
b) Masalah seksual : sebelumnya tidak ada masalah seksual yang berarti salama ini
c) Harapan : Pasien ingin kembali seperti dulu , segera sembuh dari penyakitnya
d) Suasana hati : merasa kurang puas dengan keadadannya saat ini akibat perubahan
tersebut.
VI. Genogram
17
Kepala Mata
Bentuk : simetris Posisi mata : simetris
Keluhan : tidak ada Kelopak mata : normal
Pergerakan bola mata : normal
Konjungtiva : normal
Kornea : normal
Sklera : normal
Pupil : isokor
Hidung Telinga
Reaksi alergi : tidak ada Daun telinga : normal
Polip : tidak ada Karakteristik serumen : tidak ada
Sinus : tidak ada Kondisi telinga : normal
Pernah mengalami flu : Cairan dalam telinga ; tidak ada
pernah Tinitus : tidak ada
Fungsi pendengaran : normal
Alat bantu pendengaran : tidak
ada
18
Gangguan berbicara : Batuk : tidak ada
tidak ada
Kesulitan menelan : tidak
ada
Peradangan : tidak ada
19
Kulit Ektremitas
Turgor kulit : menurun Rentang gerak : terbatas
Warna kulit : sawo matang Kekuatan otot : skala 5
Nyeri sendi : tidak ada
Edema : ada
b. Eliminasi
BAB 1x1 1x1
Frekuensi Padat Padat
Konsentrasi Kuning Kuning
MasalahKep
BAK
Frekuensi 2x1 2X1
Cair Cair
Konsentrasi
Kuning Kuning
20
Warna Tidakdapat BAK Tidakdapat BAK
MasalahKep
c. Istirahat
Lama tidursiang 3 jam sehari 3 jam sehari
Lama tidurmalam 8 jam sehari 6 jam sehari
d. Personal Hygine
Mandi 2x1 2x1
Keramas 2x1 2x1
21
IX. ANALISA DATA
Tanggal Kelompok Data Masalah Penyebab
11-09-19 DS : px Disfungsi Perubahan
mengatakan ia ereksi struktur dan
tidak bisa ereksi fungsi tubuh
DO : Penis
Atrofi, terjadi
perubahan
bentuk (
menyusut ), px
Nampak cemas
atas
keadaannya
X. MASALAH KEPERAWATAN
Tanggal Tanggal
No Masalah Keperawatan Ttd
Muncul Teratasi
1 11-09-2019 Disfungsi Ereksi B/D
Perubahan Struktur
Dan Fungsi Organ
22
XI. INTERVENSI KEPERAWATAN
23
3. Memotivasi klien untuk mengkonsumsi makanan
yang rendah lemak, rendah kolestrol, dan berupa diet
vegetarian
XIII. EVALUASI
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam gangguan seksual pada
lansia adalah gangguan hasrat, tahap pemanasan, orgasme, rasa nyeri, sakit fisik, obat
dan alcohol, serta gangguan yang tidak khusus. Beberapa hal yang dapat
menyebabkan masalah kehidupan seksual yaitu infark miokard, pasca stroke, kanker,
DM, arthritis, rokok dan alcohol, penyakit paru obstruktif kronik, serta obat-obatan.
Perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah produksi
testoteron menurun secara bertahap, kelenjar prostat membesar, respon seksual
terutama fase penggairahan menjadi lambat, fase orgasme lebih singkat, penurunan
tonus otot, ereksi pagi hari (morning erection) jarang terjadi.
Masalah seksual yang terjadi pada lansia adalah impotensi atau disfungsi
ereksi dan andropause pada Pria Lansia serta klimakterium, menopause, dan senium
pada wanita lansia.
Upaya untuk mengatasi masalah seksual pada lansia yaitu anamnesa riwayat
seks, gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan terutup, mendapatkan
gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah, uraikan dengan panjang
lebar permasalahannya dan dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap
tentang obat obatan yang dikonsumsi oieh pasien.
B. SARAN
Kita sebagai tenaga medis khususnya perawat berperan sebagai educator yang
baik , memberikan Pendidikan kesehatan kepada pasien , dan tetap memberikan
motivasi kepada pasien untuk tidak putus asa, dan berusaha memberikan pengertian
kepada klien terkait hal yang memang sudah lazim terjadi di usia lanjut, memberikan
gambaran mengenai perubahan yang mungkin terjadi pada usia lanjut khususnya pada
seksualitas manusia.
25
DAFTAR PUSTAKA
NANDA, Diagnosis Keperawatan:Definisi Dan Klasifikasi 2009-2011: Editor Edisi
Bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP, RNC - Jakarta : EGC,
2010
Buku saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan kriteria hasil NOC,
Edisi 7, editor edisi bahasa Indonesia, Judith M. Wilkinson, PhD, ARNP,
RNC- Jakarta : EGC, 2010
26