Anda di halaman 1dari 3

Hepatitis dan ketergantungan obat erat sekali hubungannya.

Salah satu penyebab atau penularan


hepatitis adalah melalui cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu,
berbagi dalam pemakaian jarum suntik dalam penggunaan narkoba dengan penderita hepatitis
dapat menyebabkan seseorang mengidap penyakit ini.

Namun, penyebab dari hepatitis bukan hanya akibat infeksi virus saat penggunaan narkoba
dengan jarum suntik. Mengonsumsi obat-obatan melebihi dosis dan dalam waktu yang lama pun
bisa bisa menyebabkan hepatitis. Meski hanya digunakan sebagai upaya untuk mengatasi gejala
atau keluhan tertentu, meredakan rasa sakit, ataupun menunjang keseharian. Contohnya seperti
obat tidur dan juga obat antidepresan.

Ketika seseorang mengkonsumsi obat dalam dosis besar dan dalam waktu yang lama maka akan
mempengaruhi fungsi hati. Seperti yang kita tau hati merupakan salah satu organ tubuh dengan
banyak fungsi, yaitu untuk menyaring racun dari darah, mengatur kadar gula darah dan kolesterol,
membantu tubuh membasmi infeksi dan penyakit, serta membantu proses pencernaan makanan. Organ
hati sangat lentur dan mampu memperbarui diri sendiri. Sel baru akan tumbuh saat sel lama mati.
Namun, penyalahgunaan konsumsi obat dapat menyebabkan sel hati rusak ataupun mengurangi
kemampuan sel hati untuk memperbarui diri. Akibatnya, penderita akan mengalami gangguan hati serius
seperti adanya peradangan atau hepatitis

Hepatitis karena obat adalah peradangan/inflamasi pada hati yang disebabkan oleh reaksi obat
Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat
berbahaya yang masuk dari luar, misalnya obat. Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam
lemak dan tidak mudah diekskresikan oleh ginjal. Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom
hati akan melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga terbentuk metabolit yang lebih
mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau empedu. Dengan demikian, tidak
mengherankan bila hati mempunyai kemungkinan yang cukup besar pula untuk dirusak oleh
obat. Hepatitis karena obat pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen, tetapi
kadang-kadang dapat berlangsung lama dan fatal.

Metabolisme obat
Hati memetabolisme setiap obat atau racun yang masuk ke tubuh. Kebanyakan obat bersifat
lipofilik, agak memudahkan penyerapan membran sel. Di dalam tubuh, diubah menjadi hidrofilik
oleh proses biokimia di hepatosit untuk mengaktifkan obat dan memudahkan ekskresi.
Metabolism obat dibagi menjadi 2 fase. Di fase pertama, obat dibuat polar dengan oksidasi atau
hidroksilasi. Semua obat mungkin ada yang tidak melalui fase tersebut dan langsung ke fase
kedua. Enzim sitokrom P – 450 mengkatalisis pada fase pertama. Reaksi tersebut mungkin akan
menghasilkan formasi metabolit yang jauh lebih berbahaya dari substrat awal dan mungkin dapat
menyebabkan kerusakan hati.

Contoh, hasil metabolism dari acetaminophen adalah N – acetyl –p –benzoquinone – imine


( NAPQI ), dan diproduksi dengan dosis tinggi. NAPQI member respon kerusakan pada hati.
Enzim P – 450 dapat memetabolisme banyak jenis obat. Obat – obat yang bersama – sama
membagi spesifitas P – 450 untuk biotransformasi mungkin dapat saling menghambat satu sama
lain, sehingga terjadi interaksi obat. Beberapa obat ada yang bersifat menginduksi dan
menghambat P – 450.
Reaksi fase 2 dapat terjadi di dalam atau di luar hati. Melibatkan konjugasi dengan sebagian
( yaitu asetat, asam amino, sulfat, glutation, asam glukoronat )untuk meningkatkan keterlarutan.
Kemudian, obat dengan berat molekul tinggi dapat diekskresikan dalam empedu, sementara
ginjal mengeluarkan yang lebih kecil.

Secara patofisiologik, obat yang dapat menimbulkan kerusakan pada hati dibedakan atas
dua golongan yaitu hepatotoksin yang predictable dan yang unpredictable.
a. Hepatotoksin yang predictable (intrinsik) : merupakan obat yang dapat dipastikan selalu akan
menimbulkan kerusakan sel hepar bila diberikan kepada setiap penderita dengan dosis yang
cukup tinggi. Dari golongan ini ada obat yang langsung merusak sel hati, ada pula yang merusak
secara tidak langsung yaitu dengan mengacaukan metabolisme atau faal sel hati. Obat
hepatotoksik predictable yang langsung merusak sel hati umumnya tidak digunakan lagi untuk
pengobatan. Contohnya ialah karbon tetraklorid dan kloroform. Hepatotoksin yang predictable
yang merusak secara tidak langsung masih banyak yang dipakai misalnya parasetamol atau
acetaminophen , tetrasiklin, metotreksat, etanol, steroid kontrasepsi dan rifampisin. Tetrasiklin,
etanol dan metotreksat menimbulkan steatosis yaitu degenerasi lemak pada sel hati. Parasetamol
menimbulkan nekrosis, sedangkan steroid kontrasepsi dan steroid yang mengalami alkilasi pada
atom C-17 menimbulkan ikterus akibat terhambatnya pengeluaran empedu. Rifampisin dapat
pula menimbulkan ikterus karena mempengaruhi konyugasi dan transpor bilirubin dalam hati.
b. Hepatotoksin yang unpredictable : kerusakan hati yang timbul disini bukan disebabkan karena
toksisitas intrinsik dari obat, tetapi karena adanya reaksi idiosinkrasi yang hanya terjadi pada
orang-orang tertentu. Ciri dari kelainan yang bersifat idiosinkrasi ini ialah timbulnya tidak dapat
diramalkan dan biasanya hanya terjadi pada sejumlah kecil orang yang rentan. Menurut sebab
terjadinya, reaksi yang berdasarkan idiosinkrasi ini dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu
karena reaksi hipersensitivitas dan karena kelainan metabolisme. Yang timbul karena
hipersensitivitas biasanya terjadi setelah satu sampai lima minggu dimana terjadi proses
sensitisasi. Biasanya dijumpai tanda-tanda sistemik berupa demam, ruam kulit, eosinofilia dan
kelainan histologik berupa peradangan granulomatosa atau eosinofilik pada hati. Dengan
memberikan satu atau dua challenge dose, gejala-gejala di atas biasanya segera timbul lagi.
Reaksi idiosinkrasi yang timbul karena kelainan metabolisme mempunyai masa laten yang
sangat bervariasi yaitu antara satu minggu sampai lebih dari satu tahun. Biasanya tidak disertai
demam, ruam kulit, eosinofilia maupun kelainan histopatologik yang spesifik seperti di atas.
Dengan memberikan satu atau dua challenge dose kelainan ini tidak dapat diinduksi untuk timbul
lagi ; untuk ini obat perlu diberikan lagi selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama agar penumpukan metabolit
hepatotoksik dari obat sampai pada taraf yang memungkinkan terjadinya kerusakan hati.

Acetaminophen ( Tylenol )
Overdosis acetaminophen dapat merusak hati. Kemungkinan kerusakan serta keparahan dari
kerusakan tergantung pada dosis acetaminophen yang dikonsumsi ; lebih tinggi dosisnya, lebih
mungkin aka nada kerusakan dan lebih mungkin bahwa kerusakan akan menjadi lebih beat /
parah. reaksi pada acetaminophen adalah tergantung dosis dan dapat diprediksikan, bukan
idiosyncratic. Luka hati dari overdosis acetaminophen adalah hal yang serius kerana kerusakan
dapat berat / parah dan berakibat pada gagal hati dan kematian.

Tidak ada pengobatan spesifik pada hepatitis akibat obat. Pengobatan dapat bersifat simtomatis.
Pada kebanyakan kasus drug induced hepatitis adalah dengan menghentikan penggunaan obat.
Beberapa orang memberi respon yang baik jika telah dihentikan pemakaian obat. Untuk yang
lainya kadang-kadang membutuhkan beberapa bulan untuk kembali normal.

Karena kita tidak tahu bagaimana respon tubuh masing-masing terhadap obat maka tidak ada
pencegahan yang bisa dilakukan. Tetapi setidaknya kita dapat menurunkan faktor resiko, seperti :

- Batasi penggunaan obat jikalau perlu saja


- Membeli obat sesuai dengan aturan resep dari dokter
- Hati-hati dalam penggunan herbal dan suplemen
- Jangan mencampur penggunaan obat dan alcohol
- Hati-hati dengan paparan bahan kimia
- Lindungi anak-anak dari semua obat, herbal dan suplemen

Anda mungkin juga menyukai