Anda di halaman 1dari 11

Tugas Sharing Jurnal Manajemen Keperawatan

Disusun dalam rangka memenuhi tugas manajemen keperawatan

Dosen Pengampu : Ns.Linda Wieke.,S.Kep.,M.Kep

Oleh :
Kelompok

Maria Rosari Tjeme 185070209111015


Elly Suryati 185070209111041
Arni Juniwati 185070209111033
Haris Petriano 185070209111039
Gita Rahayu Apriani 185070209111009
Zia Suflan Hakim 185070209111002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami kelompok 7 panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah memberikan rahmat dan hidayat sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah
sharing jurnal yang berjudul “Optimizing the Implementation of Nursing Round and Nursing Handov
er in Fatmawati Hospital Jakarta: A Mini Project“ dengan tepat waktu. Adapun maksud dari
penulisan makalah sharing jurnal ini untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen keperawatan.
Kelompok 7 juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing dalam
penyusunan makalah sharing jurnal ini.

Kelompok kami menyadari bahwa penulisan makalah sharing jurnal ini terdapat banyak
kekurangan oleh karena itu kami menghimbau kepada pembaca dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun demi perbaikan jurnal ini. Akhir kata kelompok kami berharap agar jurnal ini
dapat bermanfaaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang
memerlukan.

Malang, 18 September 2019

Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan diatur dalam hukum yang

menyatakan bahwa penyediaan perawatan kesehatan harus sesuai dengan

memprioritaskan kualitas layanan. Saat ini, pelayanan keperawatan di rumah sakit memiliki

posisi strategis dan penting dalam menentukan berbagai layanan kesehatan. Oleh karena

itu, dibutuhkan seorang perawat manajer handal yang dapat memahami dan memfasilitasi

pekerjaan perawat eksekutif dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan.

Ronde keperawatan dan serah terima keperawatan adalah seri sinergis, yang diperlukan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran manajemen dan fungsi yang

dibutuhkan dalam mengelola ronde keperawatan, mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, menginstruksikan, pengawasan, dan pemantauan. Oleh karena itu,

dibutuhkan seorang manajer perawat untuk dapat meningkatkan kualitas dan standar

pelayanan kesehatan. Perawat manajer harus mengetahui bahwa ronde keperawatan

adalah bagian dari proses keperawatan. Ronde keperawatan adalah rencana proaktif

keperawatan yang menyediakan peluang untuk memecahkan masalah dan rencana

kolaboratif. Ronde keperawatan juga merupakan Sebuah metode yang berguna untuk

peningkatan pelayanan keperawatan, juga strategi pemecahan masalah dan rencana

kolaboratif . Perawat sering mengatakan mereka merasa tidak didukung dalam situasi

klinis saat memberi pelayanan pada pasien dan melalui ronde keperawatan ini memberi

mereka kesempatan untuk meminta saran atau mencari bantuan dan dukungan tentang

perawatan atau manajemen isu pasien di bangsal, serta memberi mereka rasa percaya diri.
profesional kesehatan lainnya juga dapat membantu memberikan pengawasan untuk

menyelesaikan masalah dan mencari dukungan. Sangat penting bahwa pelaksana

pengawasan harus memahami semua aspek yang akan dinilai. Tim kesehatan tidak

mengangkat isu-isu karena mereka harus tahu bagaimana menangani semua situasi. Oleh

karena itu, mereka membutuhkan lebih rasa percaya diri dan memiliki pemikiran kritis untuk

melakukan keterampilan dalam melaksankan perawatan ksehatan.

Dalam ronde keperawatan , yang dilakukan perawat saat mengunjungi pasien

adalah untuk memperoleh informasi, membuat rencana keperawatan, membahas masalah

keperawatan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan. Ronde keperawatan akan

meningkatkan keterampilan dan pengetahuan perawat, dan memungkinkan mereka untuk

mengetahui kebutuhan atau masalah manajemen pelayanan di bidang. Ronde

keperawatan adalah strategi untuk mengembangkan otonomi, mengambil keputusan,

membina hubungan dengan kepala perawat. Hal ini berdampak pada kepuasan pelayanan

kesehatan pada pasien dan perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan.

Dengan menerapkan ronde keperawatan, kepuasan pasien akan meningkat lima

kali lebih dari pada tidak mengimplementasikannya (Febriana, 2009). kepuasan perawat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti otonomi, kebijakan organisasi, persyaratan tugas,

interaksi, status profesional . Oleh karena itu, peran manajemen keperawatan, yang bisa

memotivasi dan memfasilitasi ronde keperawatan. Saat perawat melakukan ronde

keperawatan untuk pasien, hal yang diperlukan adalah untuk memecahkan permasalahan

pada pasien. sehingga dampaknya, kebutuhan dasar pasien terpenuhi, otonomi perawat

meningkat, dan kinerja perawat meningkat . Ronde Keperawatan diaktifkan dengan sistem

pembelajaran di semua tingkat staf perawat, melalui pemberian informasi, update klinis dan

peninjauan. Sehingga dapat memberikan kesempatan untuk pengembangan profesional

terfokus yang memiliki potensi untuk memberikan efek positif pada perawatan pasien .
pada babak ronde keperawatan, komunikasi intens antara perawat dan pasien terjadi.

Hasilnya sebuah kolaborasi yang meredakan kesalahan keperawatan. koneksi sinergis

dengan serah terima keperawatan menjadi yang paling penting dalam melakukan

penyerahan tanggung jawab perawatan pasien.

Serah terima keperawatan adalah proses yang profesional dan akuntabel

menyerahkan tanggung jawab untuk pasien atau dari sekelompok pasien untuk orang lain

atau kelompok profesional. Hal ini dilakukan sementara atau permanen, dan dengan

demikian, pasien menerima kepuasan dari pelayanan. serah terima keperawatan

direncanakan sebagai cara untuk memberikan informasi yang relevan untuk setiap perawat

di setiap serah terima shift. Selain itu, memberikan arah untuk menginformasikan kondisi

pasien, tujuan dan rencana keperawatan, pengobatan, dan prioritas perawatan. Serah

terima keperawatan secara rutin dilakukan oleh perawat untuk terus memantau perawatan

pasien di rumah sakit. serah terima Keperawatan mempertimbangkan pola komunikasi

yang diterapkan dalam praktek keperawatan klinis sehari-hari, untuk memenuhi tujuan

organisasi, kontinuitas, konsistensi, dan keamanan perawatan yang perawat berikan

kepada pasien. kesalahan komunikasi sering terjadi pada serah konsistensi, dan keamanan

perawatan yang diberikan perawat kepada pasien untuk menghindari terjadinya kesalahan

saat komunikasi yang sering terjadi pada serah konsistensi, dan keamanan perawatan

yang perawat berikan dan dengan demikian, menjadi prioritas yang bertujuan untuk

melindungi keselamatan pasien.

1.2 Tujuan dan Sasaran


Ronde keperawatan dan serah terima keperawatan adalah elemen aktif dalam

memberikan pelayanan keperawatan dan memastikan keselamatan pasien yang bertujuan

:
1. Untuk Mengoptimalkan pelaksanaan ronde keperawatan dan serah terima

keperawatan

2. Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang optimal kepada pasien

3. Untuk meningkatkan keselamatan pasien

4. Untuk membina hubungan kolaborasi yang baik dengan tim profesional

kesehatan lainnya

Sasaran ronde keperawatan adalah perawat dan pasien. Perawat diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan, dan membina hubungan kolaborasi yang baik dengan tim

profesional kesehatan lainnya sehingga pasien mendapatkan pelayanan keperawatan yang

optimal dan keselamatan pasien dapat ditingkatkan.


BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Jurnal
1. Judul Jurnal :
“Optimizing the Implementation of Nursing Round and Nursing Handover
in Fatmawati Hospital Jakarta: A Mini Project“
2. Penulis : Nani Asna Dewi, Krisna Yetti Malawat, Rita Herawati
3. Nama Penerbit : International Journal Of Nursing and health Nursing
4. Tahun Publikasi : 2019
5. Isu yang diteliti : Ronde Keperawatan untuk meningkatkan dan
memberikan pelayanan keperawatan dan memastikan keselamatan pasien
6. Tempat Penelitian : Rumah sakit fatmawati, Jakarta Indonesia

2.2 Metode

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis kasus
dengan menggunakan pendekatan diagram tulang ikan yang terdiri dari manusia,
proses, saran, fasilitas, ekonomi, dan lingkungan untuk mencari tahu akar masalah
dari putaran keperawatan dan serah terima keperawatan di rumah sakit. Pada tahap
selanjutnya dijelaskan juga bahwa penelitian ini menggunakan metode tinjauan
literatur dan analisis untuk membuat rekomendasi.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu melakukan
identifikasi masalah melalui wawancara, observasi, dan kuesioner. Di dalam
penelitian ini juga dijelaskan bahwa peneliti membagikan kuesioner kepada 76
perawat sebagai responden mereka. Data yang telah dikumpulkan dari wawancara,
observasi, dan kuesioner kemudian akan dikategorikan dan dianalisis. Analisis
dilakukan dengan menggunakan analisis akar penyebab dengan diagram
pendekatan tulang ikan, sedangkan menentukan masalah manajemen keperawatan
dilakukan dengan menerapkan Focus Group Discussion (FGD). Penelitian ini juga
menjelaskan untuk mengatasi masalah keperawatan penelitian ini menyusun
rencana, melakukan pemeriksaan, dan tindakan pendekatan (PDCA).
2.3 Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menjelaskan bahwa pada Rumah Sakit Fatmawati terdapat


1.100 tenaga kesehatan yang terdiri dari 1027 perawat dengan berbagai latar
belakang pendidikan, seperti master dalam bidang keperawatan, spesialis
keperawatan, ners, perawat vokasi, dan sekolah perawatan kesehatan. Penelitian ini
menjelaskan bahwa putaran keperawatan sudah dilakukan di Rumah Sakit
Fatmawati meskipun belum diimplementasikan secara optimal. Putaran keperawatan
di rumah sakit termasuk refleksi kasus yang kecil sedangkan seri yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah putaran keperawatan yang dilakukan oleh manajemen
untuk menyelidiki fungsi pengendalian di lapangan.

Analisis tulang ikan mengungkapkan beberapa masalah yang akan


diselesaikan dalam serah terima putaran keperawatan dengan menggunakan
kuesioner yang dibagikan kepada 76 responden. Hasil kuesioner yang dibagikan
kepada perawat di Teratai Unit Instalasi mengungkapkan bahwa pengetahuan
perawat tentang manajemen putaran keperawatan adalah 60,91, setelah melakukan
inovasi dan menerapkan putaran keperawatan hasilnya mengalami peningkatan
yaitu 90,91%. Dengan kata lain, hal itu meningkat sebesar 49,25%. Pengalaman
perawat yang menerapkan putaran keperawatan meningkat sebesar 39,13%, (dari
62,72% menjadi 87,27%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan
pada penelitian ini. Implementasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu melalui
sosialisasi secara berputar, membuat draf pedoman, SPO, mengatur instrumen, dan
menggambar plot putaran yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat
tentang putaran keperawatan. Pada penelitian ini juga dijelaskan bahwa serah
terima dalam shift keperawatan adalah elemen utama dalam komunikasi di antara
perawat. Hal tersebut dapat memfasilitasi dalam pertukaran informasi pasien dan
transfer tanggung jawab professional antar pearawat. Kesalahan atau kelalaian
dalam bertukar informasi tentang serah terima keperawatan menghasilkan
konsekuensi bagi keberlanjutan dan keamanan pasien. Hasil kuesioner serah terima
keperawatan mengungkapkan bahwa pengetahuan perawat tentang empat indikator
serah terima keperawatan meningkat sebesar 22,12% (dari 75% menjadi 91,59%).
Hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukkan adanya peningkatan yang
signifikan karena pelaksanaan serah terima keperawatan dalam bentuk draft SPO,
toolkit, sosialisasi, dan simulasi serah terima keperawatan di ruang pasien sangat
efektif untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang hal itu. Hasil diskusi
kelompok terarah menunjukkan perubahan pada awal pelaksanaan serah terima
keperawatan dari shift sore ke shift malam atau dari 8.30 p.m. sampai jam 9.00 p.m.
Sementara itu, waktu yang dibutuhkan dalam serah terima keperawatan untuk
pasien dengan perawatan intensif adalah 3-5 menit dan untuk pasien lain dengan
perawatan non-intensif adalah 1,5 menit.

Hasil penelitian dalam jurnal ini sejalan dengan hasil penilaian kelengkapan
serah terima keperawatan yang dilakukan oleh seksi keperawatan sebesar 80-90%,
sedangkan targetnya adalah 100%. Penelitian dalam jurnal ini juga mengungkapkan
beberapa masalah, seperti waktu yang tidak efektif, keterlambatan mulai serah
terima keperawatan, dan teknik SBAR yang tidak optimal, kepemimpinan, serta
dokumentasi serah terima keperawatan. Tugas perawat sebagai asisten kepala
keperawatan selalu memotivasi dan membimbing perawat untuk melakukan serah
terima keperawatan dengan cermat dan benar. Hal tersebut sesuai dengan fungsi
manajemen dalam mengawasi staf perawat.

Dalam jurnal ini dijelaskan juga diperlukan adanya program untuk


mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan
pemantauan. Oleh karena itu, diperlukan plot proses yang dipersiapkan dengan baik
dan berkelanjutan. Dalam inovasi ini, draft buku pedoman, standar prosedur
operasional, dan instrumen yang berkaitan dengan putaran keperawatan dan serah
terima keperawatan yang menjadi langkah awal. Kemudian komitmen dari staf
perawat, baik staf manajerial atau perawat tugas di Rumah Sakit Fatmawati juga
diperlukan.

Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa bagian manajemen keperawatan


diharapkan untuk ikut terlibat dan berkomitmen untuk meningkatkan dan
memfasilitasi program. Sehingga program akan sesuai dengan standar dan dapat
memotivasi pelaksanaan program tersebut.

Anda mungkin juga menyukai