BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini terutama disebabkan adanya perubahan sosial sehingga memberikan dampak
Kehamilan yang terjadi hampir sebagian besar tidak diinginkan dan menimbulkan
dampak yang kurang baik kepada ibu maupun bayi yang dikandungnya.
muda setiap tahunnya dan diperkirakan satu juta bayi yang lahir dari ibu usia muda
ini meninggal sebelum berumur satu tahun. Angka persalinan usia muda tertinggi di
Pada tahun 2001, persentase wanita berumur 20 tahun yang memiliki anak di
Perancis sebanyak 4%, Inggris 13%, dan Amerika Serikat 22%.1 Thailand merupakan
negara kedua di dunia yang memiliki jumlah wanita hamil usia muda terbanyak,
daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh
mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan 19,1 tahun. Di Jawa
Timur, Kalimantan Selatan, Jambi dan Jawa Barat, angka kejadian pernikahan dini
berusia 15 tahun berkisar 11%, sedangkan yang menikah di saat usia tepat 18 tahun
sekitar 35%.3
Menurut Poedji Rochyati dkk., primi muda adalah ibu hamil pertama pada
umur kurang atau sama dengan 16 tahun. Kehamilan pada usia muda termasuk dalam
kriteria kehamilan risiko tinggi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun janin. Beberapa dampak negatif dari kehamilan pada usia muda
antara lain: persalinan preterm, bayi berat lahir rendah, preeklampsia, kelainan
kongenital, dan kematian bayi. 3 Banyak efek yang merugikan ini secara signifikan
mengungkapkan bahwa usia ibu muda tidak mempengaruhi resiko dari preeklampsia,
terlepas dari batas (cut-off) usia yang digunakan. Namun, wanita hamil usia muda
berada pada risiko tinggi untuk terjadinya persalinan preterm, BBLR, pertumbuhan
janin terhambat, dan kematian bayi.5 Pernikahan di usia dini menurut penelitian
3
UNICEF tahun 2006 tampaknya berhubungan pula dengan derajat pendidikan yang
rendah. Menunda usia pernikahan merupakan salah satu cara agar anak dapat
Pada ibu hamil usia remaja sering mengalami komplikasi kehamilan yang
buruk seperti persalinan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan kematian
perinatal. Grady dan Bloom (2004), mengatakan bahwa kehamilan di bawah umur 16
tahun berhubungan dengan peningkatan angka kematian perinatal dan lebih dari 18%
kelahiran prematur terjadi pada kelompok umur ini. Beberapa komplikasi yang
ditemui pada remaja hamil didasarkan pada kenyataan lebih dari 50% remaja hamil
tidak menerima perawatan prenatal sampai trimester kedua, 10% remaja hamil tidak
Olausson, dkk., menjelaskan bahwa wanita hamil usia muda memiliki risiko
dengan wanita hamil usia muda yang memiliki anak kedua dan dibandingkan wanita
dewasa. Sebaliknya, Smith dan Pell menemukan bahwa kehamilan pertama pada
wanita usia muda tidak berhubungan dengan hasil kehamilan, tetapi kehamilan kedua
pada wanita usia muda berhubungan dengan peningkatan risiko persalinan preterm
Sanglah Denpasar mengingat besarnya pengaruh kehamilan pada usia muda terhadap
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Disamping hal itu, tidak ada penelitian serupa
yang pernah dilakukan sebelumnya di RSUP Sanglah dan data awal yang didapatkan
RSUP Sanglah Denpasar periode September 2013 - Oktober 2015 berkaitan dengan
Sanglah Denpasar periode September 2013 - Oktober 2015 berkaitan dengan umur
muda yang melahirkan di RSUP Sanglah Denpasar berkaitan dengan umur ibu,
kehamilan pada usia muda yang memiliki dampak morbiditas dan mortalitas yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak adalah seseorang yang terbentuk sejak masa konsepsi sampai akhir masa
remaja. Definisi umur anak dalam Undang-undang (UU) Pemilu No.10 tahun 2008
(pasal 19, ayat1) hingga berusia 17 tahun. Sedangkan UU Perkawinan No.1 Tahun
1974 menjelaskan batas usia minimal menikah bagi perempuan 16 tahun dan lelaki
19 tahun. Definisi anak berdasarkan UU No. 23 tahun 2002, adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk dalam anak yang masih berada dalam kandungan.
mencapai usia 18 tahun, sebelum anak matang secara fisik, fisiologis, dan psikologis
pernikahan tersebut.3
Menurut Poedji Rochyati dkk., primi muda adalah ibu hamil pertama pada
umur kurang atau sama dengan 16 tahun. Berdasarkan kapan ditemukan, cara
pengenalan dan sifat risikonya maka faktor risiko pada kehamilan dikelompokkan
menjadi 3 yaitu: 1) Ada Potensi Gawat Obstetrik (APGO) dengan 7 terlalu dan 3
pernah. Tujuh terlalu adalah: primi muda, primi tua, primi tua sekunder, umur ≥ 35
tahun, grande multi, anak terkecil < 2 tahun, tinggi badan rendah ≤ 145 cm dan 3
pernah adalah riwayat obstetrik buruk, persalinan lalu mengalami perdarahan pasca
7
sesar; 2) Ada Gawat Obstetrik (AGO): penyakit ibu, preeklampsia ringan, hamil
kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD (Intrauterine fetal death), letak sungsang,
dan letak lintang; 3) Ada Gawat Darurat Obstetrik (AGDO): perdarahan antepartum
2.2 Epidemiologi
Kurang lebih 16 juta wanita berumur 15-19 tahun melahirkan bayi setiap tahunnya,
11% dari seluruh kehamilan di dunia. 95% kehamilan ini terjadi di negara-negara
berpenghasilan tinggi, dimana hampir lima kali lipat pada negara berpenghasilan
rendah. Proporsi persalinan usia muda terjadi sebanyak 2% di Cina, 18% di Amerika
Latin dan Karibia, dan lebih dari 50% di Sub-Sahara Afrika. Setengah dari persalinan
usia muda terjadi pada 7 negara yaitu: Bangladesh, Brazil, Republik Kongo, Ethiopia,
India, Nigeria dan Amerika Serikat. Angka kehamilan remaja di Indonesia berkisar
55 per 1000 ibu usia 15-19 tahun (UNFPA/United Nations fund for Population
Activities 2003). Hasil data survei kesehatan ibu dan anak di Indonesia pada tahun
2000 menunjukkan median umur kehamilan pertama adalah 18 tahun. Ini berarti
tahun.10
8
Gambar 2.1. Jumlah persalinan usia remaja per 1000 persalinan menurut WHO
(World Health Organization) 2010–201111
Gambar 2.1 menunjukkan jumlah persalinan remaja per 1000 persalinan pada
beberapa negara anggota survei WHO. Diantara populasi penelitian, jumlah total
persalinan remaja (contohnya ≤ 19 tahun) adalah 103 per 1000 persalinan dan yang
tertinggi terdapat di negara Nicaragua (288,2), Ecuador (233,8) dan Angola (213,0)
sedangkan yang terendah terdapat di Jepang (7,4), Qatar (19,4), India (29,3) dan
Vietnam (29,2).11
Secara umum, pernikahan anak lebih sering dijumpai di kalangan keluarga miskin,
pernikahan anak, pada umumnya mempunyai produk domestik bruto yang rendah.
untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan dan hal ini tentunya menyebabkan
kualitas kesehatan dan kesejahteraan yang rendah baik anak maupun keluarga dan
lingkungannya.3
Faktor risiko utama terjadinya kehamilan remaja adalah sosial ekonomi yang
rendah. Dari lima studi di Inggris yang meneliti hubungan antara kehamilan dan
kemiskinan ditemukan bukti kuat bahwa daerah dengan kemiskinan tinggi memiliki
tingkat konsepsi tinggi. Dua studi selanjutnya (menggunakan definisi status sosial
sehubungan dengan rendahnya sosial ekonomi tetapi satu studi yang lain menemukan
Suatu penelitian oleh Maria, dkk. (2009) di rumah sakit Childbirth School of
the Obstetric Center of the Dr Ma´ rio de Moraes Altenfelder Silva Maternity antara
Juli 2001 dan November 2002, terhadap 915 remaja hamil diantaranya, 170 multipara
berusia antara 11 tahun dan 19 tahun, sebanyak 63% tidak bersekolah, 72% tinggal di
dekat rumah sakit dan 93% merupakan kelas ekonomi menengah (C) dan kelas
ekonomi bawah (D).13 Penelitian lain oleh Isa dan Gani (2012) terhadap kehamilan
Januari 2007 hingga 31 Desember 2010, dari total 1341 persalinan, terdapat sebanyak
83 remaja (6,2%). Umur pasien berkisar antara 14 hingga 19 tahun dengan rata-rata
10
(28,1 ± 5,7) tahun. Paritas berkisar dari nol hingga tiga dengan rata-rata 2,4 ± 1,9.
pendidikan tingkat sekunder dan 48 remaja (57,8%) tidak tercatat dan 60 remaja
(72,3%) tidak menikah. Mayoritas pasien berstatus sosial ekonomi rendah, hanya 1
kehamilan lebih tinggi di kalangan remaja yang tidak hidup dengan kedua orangtua.
Satu melaporkan tidak ada perbedaan bermakna sesuai tipe keluarga setelah
Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan yang dicapai
oleh sang anak. Pernikahan anak seringkali menyebabkan anak tidak lagi bersekolah,
karena kini ia mempunyai tanggungjawab baru, yaitu sebagai istri dan calon ibu, atau
kepala keluarga dan calon ayah, yang diharapkan berperan lebih banyak mengurus
rumah tangga maupun menjadi tulang punggung keluarga dan keharusan mencari
nafkah. Pola lainnya yaitu karena biaya pendidikan yang tak terjangkau, anak
didapatkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat pendidikan dan usia saat menikah,
semakin tinggi usia anak saat menikah maka pendidikan anak relatif lebih tinggi dan
demikian pula sebaliknya. Pernikahan di usia dini menurut penelitian UNICEF tahun
2006 tampaknya berhubungan pula dengan derajat pendidikan yang rendah. Menunda
usia pernikahan merupakan salah satu cara agar anak dapat mengenyam pendidikan
lebih tinggi.3 Menurut Wellings, dkk. bahwa diantara wanita seksual aktif,
meninggalkan tingkat sekolah lebih awal (minimal usia 16 tahun) secara independen
yang tidak suka bersekolah kemungkinan hamil lebih besar dibandingkan yang
bersekolah.3,4
kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,5% remaja
perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa
perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Begitu pula gejala
PMS kurang diketahui oleh remaja. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak
diterima oleh remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki
Tabel 2.1 Proporsi Remaja Usia 15-19 Tahun menurut Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi di Indonesia Tahun 2013.15
perilaku berisiko, gaya hidup dan terjadinya kehamilan remaja. Satu studi
peminum, perokok, petarung atau pengguna stroid anabolik lebih besar kemungkinan
menghamili pasangannya.12
Pada penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Azinar (2012) terhadap
380 mahasiswa (laki-laki 197 orang, perempuan 183 orang) yang berusia remaja (18-
Tidak Diinginkan (KTD). Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square
menunjukkan ada lima variabel yang secara signifikan berhubungan dengan perilaku
seksual pranikah mahasiswa yaitu religiusitas, sikap, akses dan kontak dengan media
Lima studi mempelajari hubungan antara kemudahan akses pelayanan dan kehamilan
remaja. Penelitian ini terutama menunjukkan bahwa akses yang lebih baik saja tidak
konsepsi. Namun hubungan ini hanya menjadi penting di daerah perkotaan hingga 10
km dari klinik terdekat mereka. Penulis mencatat bahwa klinik spesialis cenderung
terletak di kota dan pusat kota, sementara daerah pinggiran (jauh dari kota) dapat
mewakili lebih banyak wilayah yang tingkat kehamilan rendah, meskipun hasil tetap
2.4.1 Pendidikan
Persalinan pada usia remaja dapat mengganggu proses pendidikan atau menghambat
kembali ke sekolah bagi remaja tersebut oleh karena kesulitan pendapatan dan
rendahnya tingkat pekerjaan. Ibu-ibu muda yang hidup dalam kemiskinan cenderung
14
lebih sulit untuk memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anaknya, khususnya
Secara umum, ibu usia remaja dibandingkan ibu yang lebih dewasa memiliki
luaran yang kurang baik dalam hal pendidikan, ekonomi, keluarga dan individu.
Dibandingkan dengan perempuan dari latar belakang yang sama, ibu usia remaja
yang memiliki satu anak dilaporkan memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan yang
lebih rendah. Ibu usia remaja jarang menyelesaikan pendidikannya dengan lengkap,
dan pendidikan formal kurang. Mereka banyak tidak bekerja atau tidak mempunyai
pekerjaan tetap, tidak mempunyai pendapatan yang tinggi dan cenderung hidup
Hasil studi tentang kehamilan remaja yang dilakukan oleh Grady, et al (2004),
Raatikainen, Heiskanen & Verkasalo (2005) ibu remaja hamil juga lebih sering tidak
bekerja (37.6%) daripada ibu hamil dewasa (16.9%) dengan p<0.001. Hasil penelitian
Grogers dan Bronars (1993 dalam Hanum, 1997) membuktikan bahwa tingkat
dasar. 17,18,19
15
2.4.2 Preeklampsia
didefinisikan sebagai hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) yang terjadi setelah
umur kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya dengan riwayat tekanan
darah normal. Hipertensi disertai dengan proteinuria ≥ 0,3 gram per urin tampung 24
jam. Pada beberapa kondisi preeklampsia dapat memberat dengan tekanan darah ≥
160/110 mm Hg, proteinuria 2.0 g/24 jam atau ≥ 2+ dipstik, serum creatinine >1.2
peningkatan kadar serum transaminase (ALT atau AST), nyeri kepala menetap atau
75% merupakan preeklampsia ringan dan 10% kasusnya terjadi sebelum umur
kejang, edema paru, kelainan koagulasi, kegagalan fungsi hati atau ginjal, perdarahan
komplikasi buruk ke bayi. Wanita dengan preeklampsia berisiko 3-4 kali melahirkan
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Suvi Leppälahti dkk. di beberapa rumah
sakit di Finlandia dengan menggunakan data register persalinan dari tahun 2006-
2011, sebanyak 7305 bayi lahir dari wanita usia 13-19 tahun yang dibagi menjadi usia
16
13-15 tahun (n=84), 16-17 tahun (n=1234) dan 18-19 tahun (n=5987). Didapatkan
lainnya oleh Baker dan Haeri pada tahun 2000-2004 terhadap semua persalinan usia
remaja (<18 tahun) di rumah sakit pusat Washington, dari 730 persalinan usia remaja,
Pada satu penelitian oleh Kamini dan Avvaru (2014) di rumah sakit Visakhapatnam,
Andhra Pradesh, terhadap 100 remaja hamil and 100 ibu-ibu dimana semuanya
merupakan primigravida dan mendapatkan ANC yang cukup. Dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa persentase persalinan normal sebesar 66% pada kelompok kasus
dan 58% pada kelompok kontrol. Jumlah seksio sesarea yaitu 38% pada kelompok
kontrol sedangkan 25% pada kelompok kasus. Persalinan dengan forceps ekstraksi
remaja hamil nullipara (usia 13-15 tahun, n=84), (16-17 tahun, n=1234), usia 18-19
tahun (n=5987) dan kontrol (25 tahun sampai 29 tahun, n=51142) dengan persalinan
tunggal tahun 2006-2011. Persentase seksio sesarea terencana serupa diantara usia
13-15 tahun dan kontrol (4,8% (n=4) dibandingkan 4,5% (n=2301), tetapi secara
17
signifikan rendah diantara usia 16-17 tahun dan 18-19 tahun (2,4% (n=30) dan 3,2%
rendah pada semua remaja (7,2% (n=524) dibandingkan 11,7% (n=5996) dan
menurun menurut usia. Pada kasus seksio sesarea darurat tidak terdapat perbedaan
Persalinan preterm menurut Creasy dan Herron, didefinisikan sebagai persalinan pada
wanita hamil dengan usia gestasi 20 – 36 minggu, dengan kontraksi uterus empat kali
tiap 20 menit atau delapan kali tiap 60 menit selama enam hari, dan diikuti oleh satu
membrane/PROM), dilatasi serviks ≥ 2 cm, penipisan serviks > 50%, atau perubahan
dalam hal dilatasi dan penipisan serviks pada pemeriksaan secara serial. Definisi lain
mengenai persalinan preterm yaitu munculnya kontraksi uterus dengan intensitas dan
frekuensi yang cukup untuk menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sebelum
menurut WHO, preterm didefinisikan sebagai usia kehamilan yang kurang dari 37
minggu lengkap (259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. Di Indonesia sendiri
2007, proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 11,5%,
meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili angka kejadian persalinan preterm.22,24
18
Pada tahun 2005, sebanyak 12,5 juta kelahiran atau 9,6% dari semua kelahiran
berada di Afrika dan Amerika Utara (11,9% dan 10,6% dari semua kelahiran), dan
terjadi 10% dari sekitar 4 juta kelahiran, dan angka kematian neonatal sebanyak 20%
dari seluruh persalinan preterm. Dari penelitian yang dilakukan di beberapa rumah
sakit di Jakarta pada tahun 1993, didapatkan angka kejadian persalinan preterm
preterm yaitu10: 1). Faktor psiko-sosio demografik: sosial, ekonomi dan pendidikan
rendah, status perkawinan, usia ibu (< 16 tahun atau > 35 tahun), ras dan etnis, status
gizi, perilaku ibu, stress; 2). Faktor ibu: riwayat kehamilan sebelumnya (persalinan
kelainan medis pada ibu (hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan
perdarahan pervaginam ( plasenta previa atau solusio plasenta); dan 3). Faktor infeksi
meliputi : infeksi intra uterin dan ekstrauterine, serta 4). Faktor genetik dan biologi.27
Hubungan antara usia ibu muda dan luaran kehamilan yang buruk dikaitkan
dengan imaturitas ginekologi dan pertumbuhan serta status nutrisi ibu. Hambatan
pertumbuhan janin dapat merupakan hasil dari persaingan nutrisi antara ibu muda
dikandungnya. Namun teori ini masih kontroversial dimana terdapat pula hubungan
erat antara kehamilan usia muda dan kondisi sosial ekonomi dan ibu usia muda
cenderung untuk merokok, minum minuman beralkohol dan diet yang buruk. Faktor-
faktor ini baik secara individu maupun kombinasi dapat mempengaruhi luaran
kehamilan.28
14-29 tahun yang melahirkan anak tunggal antara Januari 2004 hingga Desember
2006, dimana mereka dikelompokkan menjadi tiga yaitu usia 14-17 tahun, 18-19
tahun dan 20-29 tahun. Didapatkan bahwa risiko persalinan preterm meningkat pada
kehamilan pertama dan kedua ibu usia 14-17 tahun dibandingkan usia ibu 20-29
tahun. Berat bayi lahir menurun pada persalinan pertama dan kedua ibu usia 14-17
tahun dibandingkan ibu usia 20-29 tahun.18 Suatu penelitian di Negara Brazil tahun
2000-2005 terhadap 164 ibu hamil remaja, 537 ibu hamil remaja tua dan ibu hamil
dewasa didapatkan angka persalinan preterm berturut-turut 4,3%, 3,5% dan 4,5%.
Tingkat kelahiran bayi dengan BBLR secara signifikan meningkat pada kehamilan
remaja (9,7%) dibandingkan dengan kehamilan remaja tua(6,1%) dan dewasa (3,5%).
Suatu studi di Rumah Sakit Khartoum, Sudan dari Oktober 2007 hingga Januari 2008.
Umur ibu didefinisikan sebagai umur saat melahirkan dalam tahun. Populasi dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu: umur ≤ 16 tahun, 17-19 tahun dan 20-24 tahun.
Terdapat 2218 persalinan dan 807 persalinan dari ibu primipara. Sebanyak 807,256
(31,7%) wanita berumur kurang dari 20 tahun dan 203 (25,2%) berumur 20-24 tahun.
20
Kemudian terdapat 115 remaja per 1000 persalinan. Total 29 (11,3%) dari 256 remaja
wanita berumur ≤ 16 tahun. Walaupun rerata berat bayi lahir lebih rendah
melahirkan bayi BBLR tidak berbeda pada ketiga kelompok. Angka persalinan
preterm dan rerata umur kehamilan tidak signifikan berbeda diantara ketiga kelompok
umur.18
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir. Asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya O2 pada
Skor Apgar atau nilai Apgar adalah sebuah metode yang diperkenalkan
pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode
sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah
skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik
terhadap bayi. Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir
21
menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima
nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga
10. Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari
menghafal. 19
Nilai Apgar pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit sesudah
bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus dimulai segera sesudah bayi lahir.
jantung atau warna bayi, maka penilaian ini harus dilakukan segera. Intervensi yang
22
harus dilakukan jangan sampai terlambat karena menunggu hasil penilaian Apgar 1
mengalami depresi berat. Walaupun Nilai Apgar tidak penting dalam pengambilan
keputusan pada awal resusitasi, tetapi dapat menolong dalam upaya penilaian
keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi. Jadi nilai Apgar perlu dinilai
pada 1 menit dan 5 menit. Apabila nilai Apgar kurang dari 7 penilaian nilai tambahan
masih diperlukan yaitu tiap 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian
Pada suatu penelitian case control di rumah sakit Kolkata, India terhadap 350
wanita primigravida usia 13-19 tahun dibandingkan 350 wanita primimuda umur 20-
29 tahun dari Juni 2006- Mei 2007 didapatkan kejadian asfiksia berturut-turut sebesar
58 bayi (16,6%) dan 31 bayi (8,9%) dengan nilai p <0,05. Suatu penelitian case
control di rumah sakit Universitas Hindu Banaras, India selama 5 tahun pada wanita
hamil berumur 13-19 tahun dibandingkan dengan wanita hamil berumur 20-30 tahun
ibu remaja (11,7% vs 1,9%, p<0,01, 1,9% vs 0,3%, p<0,05, 5,7% vs 1,2%, p<0,01).
Menurut Shabina Khan pada penelitiannya terhadap 45 remaja hamil (usia <20 tahun)
dan 45 wanita hamil (usia 20-34 tahun) yang melahirkan di NMCH dari Mei 2010
hingga April 2011 didapatkan bahwa angka kejadian asfiksia neonatorum sebanyak
23
tahun berhubungan dengan peningkatan angka kematian perinatal dan lebih dari 18%
kelahiran prematur terjadi pada kelompok umur ini. Beberapa komplikasi yang
ditemui pada remaja hamil didasarkan pada kenyataan lebih dari 50% remaja hamil
tidak menerima perawatan prenatal sampai trimester kedua, 10% remaja hamil tidak
BAB III
Pada beberapa dekade terakhir kehamilan remaja telah menjadi masalah kesehatan
yang penting di banyak negara di dunia, baik Negara maju maupun berkembang.
banyak masyarakat di Asia, Timur Tengah dan Afrika Utara yang menganut tradisi
menikahkan anak remajanya pada usia yang sangat muda. Masa remaja merupakan
periode pertumbuhan yang penting berkisar antara umur 10-19 tahun. Pada periode
ini terjadi perubahan penting pada struktur dan aspek fungsional (biologis, fisiologis
remaja. Aktivitas seksual akan meningkatkan kehamilan yang tidak dikehendaki dan
dengan sekolah dan kebutuhan potensial untuk upaya pengguguran yang tidak aman.
Kehamilan pada usia muda termasuk dalam kriteria kehamilan risiko tinggi
yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin. Beberapa
dampak negatif dari kehamilan pada usia muda antara lain: persalinan preterm, bayi
25
berat lahir rendah, preeklampsia, anemia, kelainan kongenital, dan kematian bayi.
Selain itu, kehamilan pada usia muda ini menimbulkan dampak negatif terhadap
tumbuh kembang, proses pendidikan dan asuhan prenatal. Status gizi yang rendah
pada remaja hamil dapat disebabkan oleh karena kurangnya asupan maupun terjadi
persaingan nutrisi dengan janin yang dikandungnya, sehingga berat badan ibu hamil
seringkali sulit naik dan dengan sendirinya akan menghambat tumbuh kembang ibu
maupun bayinya. Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat
pendidikan yang dicapai oleh sang anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan status
tidak kawin merupakan predisposisi ibu-ibu remaja untuk tidak melakukan asuhan
Karakteristik Pasien:
Pasien Primimuda
- Umur ibu
- Tingkat
pendidikan
- Asuhan
antenatal
- Status menikah
- Status pekerjaan
BAB IV
METODE PENELITIAN
RSUP Sanglah Denpasar dari bulan September 2013 - Oktober 2015 dengan data
a. Umur ibu adalah usia dalam tahun yang diperoleh dari rekam medis pasien.
b. Primimuda adalah wanita hamil pertama pada umur kurang atau sama dengan 16
tahun.
c. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang didapat oleh pasien
meliputi sekolah dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah
e. Persalinan preterm adalah persalinan pada usia kehamilan yang kurang dari 37
f. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang dinilai dengan skor APGAR.
g. Bayi Berat Badan Lahir Rendah/BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram yang diperoleh dari rekam medis pasien.
29
Tabulasi data
Instrumen dalam penelitian yaitu formulir penelitian, komputer, kertas dan alat tulis
Teknik pemeriksaan yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
Data hasil penelitian yang diperoleh dari rekam medis pasien yang melahirkan di
ruang bersalin RSUP Sanglah Denpasar dari Agustus 2013 sampai September 2015,
BAB V
terhadap sampel tersebut. Data penelitian yang diambil merupakan data sekunder
yang diperoleh dari register medik pasien. Dari data yang dikumpulkan tersebut,
didapatkan sebanyak 25 persalinan dari ibu primi muda dari total 3404 persalinan,
dengan persentase sebesar 0,73%. Karakteristik responden dapat dilihat dari sebaran
asfiksia bayi baru lahir, BBLR dan kematian neonatus yang tersaji dalam masing-
kelompok usia 16 tahun, dan sisanya berturut-turut sebanyak 6 (24%) pada usia 15
32
tahun, dan 1 (4%) pada usia 14 tahun. Median umur responden adalah 15,68 tahun
dan umur termuda responden adalah 14 tahun. Data yang dikumpulkan oleh
Malabarey dkk., dari Center for Disease Control and Prevention’s Linked Birth-
Infant Death and Fetal Death di Amerika Serikat selama 10 tahun periode antara
tahun 1995 sampai dengan 2004 didapatkan bahwa dari 37.504.230 persalinan, 0,80%
persalinan dari wanita berumur kurang dari 15 tahun sedangkan 99,19% persalinan
dari wanita berumur 15 tahun atau lebih. Namun angkanya semakin menurun dari
tahun ke tahun yaitu dari 1,1% pada tahun 1995 menjadi 0,61% di tahun 2004.
Amerika Serikat (41.1/1000) dan terendah di Korea (2.9/1000). Pada tahun 2001,
perkiraan persentase semua wanita usia 20 tahun yang memiliki anak pada usia
Tingkat pendidikan ibu remaja paling banyak adalah SMP yaitu sejumlah 22
orang (88%), berpendidikan SD 3 orang (12%). Tidak ada dari responden ibu usia
remaja yang berpendidikan SMU. Hasil studi tentang kehamilan remaja yang
33
dilakukan oleh Grady, et al (2004), melaporkan, bahwa satu dari tiga remaja
menemukan bahwa ibu remaja hamil juga lebih sering tidak bekerja (37.6%) daripada
ibu hamil dewasa (16.9%) dengan p<0.001. Hasil penelitian Grogers dan Bronars
responden (remaja hamil), bahwa 85% responden terindikasi drop out dari sekolah.
Hal ini disebabkan oleh kehamilan remaja. Selain itu dikatakan pula bahwa beberapa
remaja menjadi hamil disebabkan karena mereka keluar dari sekolah (drop out).
Kebanyakan remaja hamil yang drop out yang kemudian melahirkan akan merasa
pada periode September 2013 sampai Oktober 2015 didapatkan bahwa sebanyak 11
persalinan cukup bulan/aterm. Tidak ada yang melahirkan bayi pada kehamilan
posterm. Suatu penelitian di Negara Inggris bagian Selatan terhadap wanita berumur
14-29 tahun yang melahirkan anak tunggal antara Januari 2004 hingga Desember
2006, dimana mereka dikelompokkan menjadi tiga yaitu usia 14-17 tahun, 18-19
tahun dan 20-29 tahun. Didapatkan bahwa risiko persalinan preterm meningkat pada
kehamilan pertama dan kedua ibu usia 14-17 tahun dibandingkan usia ibu 20-29
tahun. Suatu penelitian di Negara Brazil tahun 2000-2005 terhadap 164 ibu hamil
remaja, 537 ibu hamil remaja tua dan ibu hamil dewasa didapatkan angka persalinan
preterm berturut-turut 4,3%, 3,5% dan 4,5%. Penelitian oleh Latifah dan Anggraeni
(2009) terhadap 60 ibu usia remaja yang bersalin di rumah sakit Margono Soekarjo
Purwokerto didapatkan bahwa ada sebanyak 18 (30%) remaja yang melahirkan bayi
premature, sedangkan diantara ibu yang bukan remaja ada 6 (10%) remaja yang
Hospital, Santo Brazil antara Januari 2000 sampai dengan Desember 2005 terhadap
1124 wanita hamil yang dikelompokkan menjadi 164 remaja muda (10-15 tahun),
537 remaja tua (16-19 tahun) dan 423 dewasa (20-24 tahun). Persentase kejadian
persalinan preterm berturut-turut 4,3%, 3,5% dan 4,5% pada remaja muda, remaja tua
35
dan dewasa. Persentase keseluruhan persalinan preterm pada 1124 wanita hamil
sosial ekonomi, malnutrisi maternal dan anemia defisiensi zat besi, infeksi traktus
vagina dan traktus urinarius, usia muda saat persalinan pertama dan hipertensi dalam
kehamilan. Semua kondisi ini lebih banyak terdapat pada remaja dan berkontribusi
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa jumlah kejadian preeklampsia pada
resistensi insulin secara fisiologis. Setelah pubertas, penurunan resistensi insulin tetap
pada dekade kelima sehingga meningkatkan risiko insiden PAH dan eklampsia.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat yang mengumpulkan data PAH selama
data NationalCenter for Health Statistics, didapatkan bahwa penurunan insiden PAH
dan eklampsia seiring dengan peningkatan usia saat remaja pada kelompok
multigravida dan pada kedua kelompok primi gravida dan multigravida mempunyai
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Suvi Leppälahti dkk. di beberapa rumah
sakit di Finlandia dengan menggunakan data register persalinan dari tahun 2006-
2011, sebanyak 7305 bayi lahir dari wanita usia 13-19 tahun yang dibagi menjadi usia
13-15 tahun (n=84), 16-17 tahun (n=1234) dan 18-19 tahun (n=5987). Didapatkan
pada kelompok kasus (3,2% (n=233) dibandingkan dengan kontrol (wanita hamil usia
25-29 tahun) 4,2% (n=2158).22 Penelitian lainnya oleh Baker dan Haeri pada tahun
2000-2004 terhadap semua persalinan usia remaja (<18 tahun) di rumah sakit pusat
Washington, dari 730 persalinan usia remaja, sebanyak 65 (8,9%) didiagnosis dengan
preeklampsia dan sebanyak 597 (82%) mempunyai BMI (body mass index) > 25
kg/m2. 20 Penelitian lain oleh Ganchimeg (2010-2011) pada survey WHO terhadap 29
negara di Afrika, Amerika Latin, Asia dan Timur Tengah dimana wanita hamil
37
dikelompokkan berdasarkan usia ≤15 tahun, 16–17 tahun, 18–19 tahun dan 20–24
tahun. Diantara semua ibu dengan luaran maternal berat, komplikasi yang terbanyak
adalah eklampsia (75,0%, 47,8%, 41,1% dan 33,8% antara umur ≤15 tahun, 16–17
tahun, 18–19 tahun dan 20–24 tahun, dengan P=0,006). Walaupun ibu-ibu remaja
memiliki risiko preeklampsia rendah, risiko eklampsia adalah 1,85, 1,88, dan 1,55
kali lebih tinggi diantra ibu-ibu remaja umur ≤15 tahun, 16–17 tahun, 18–19 tahun
terdiri dari 21 (84%) persalinan spontan pervaginam, 2 (8%) persalinan berbantu alat
dengan forceps ekstraksi dan 2 (8%) persalinan secara per abdominam/seksio sesarea.
pada wanita yang melahirkan anak tunggal antara 1 Januari 2006 hingga 31
Desember 2010, didapatkan bahwa pada 1061 wanita bersalin usia ≤ 16 tahun
terdapat sebanyak 865 pasien (81,5%) yang melahirkan secara normal pervaginam
dan sebanyak 177 (16,7%) melahirkan secara seksio sesarea, serta persalinan secara
38
bahwa insidensi persalinan normal lebih tinggi pada kelompok studi wanita usia ≤ 16
tahun (OR, 2,84; CI 95% 2,34-3,46) dibandingkan kelompok kontrol wanita bersalin
persalinan pervaginam normal lebih tinggi dan seksio sesarea lebih rendah
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir
1-3 3 12.5
4-6 3 12.5
≥7 18 75
Total 24 100
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian asfiksia bayi baru lahir
Pada suatu penelitian case control di rumah sakit Kolkata, India terhadap 350
wanita primigravida usia 13-19 tahun dibandingkan 350 wanita primimuda umur 20-
29 tahun dari Juni 2006- Mei 2007 didapatkan kejadian asfiksia berturut-turut sebesar
39
58 bayi (16,6%) dan 31 bayi (8,9%) dengan nilai p <0,05. Suatu penelitian case
control di rumah sakit Universitas Hindu Banaras, India selama 5 tahun pada wanita
hamil berumur 13-19 tahun dibandingkan dengan wanita hamil berumur 20-30 tahun
ibu remaja (11,7% vs 1,9%, p<0,01, 1,9% vs 0,3%, p<0,05, 5,7% vs 1,2%, p<0,01).
Menurut Shabina Khan pada penelitiannya terhadap 45 remaja hamil (usia <20 tahun)
dan 45 wanita hamil (usia 20-34 tahun) yang melahirkan di NMCH dari Mei 2010
hingga April 2011 didapatkan bahwa angka kejadian asfiksia neonatorum sebanyak
bayi pada penelitian ini didapatkan dengan berat badan lahir bayi terbanyak dengan
40
berat ≥ 2500 gram sebanyak 17 (68%) pasien, sedangkan paling sedikit pada berat
Persentase berat badan lahir bayi pada penelitian yang dilakukan di RS Siriraj,
Universitas Mahidol, Thailand pada wanita yang melahirkan anak tunggal antara 1
Januari 2006 hingga 31 Desember 2010 pada berat bayi lahir rendah (1500-2499
gram), berat bayi sangat rendah (1000-1499 gram), dan berat bayi lahir amat sangat
rendah (<1000 gram) ialah 17,5% pada kelompok studi wanita bersalin usia ≤ 16
tahun dan 10,5% pada kelompok kontrol wanita bersalin usia 20-29 tahun. Pada
kelompok studi wanita penelitan tersebut didapatkan bahwa berat badan bayi lahir
terbanyak yaitu antara2500-3999 gram (82,1%), sedangkan paling sedikit yaitu berat
Kehamilan remaja merupakan suatu hal yang tidak diinginkan, dan kehamilan
yang tidak diinginkan ini pada remaja merupakan akar dari berbagai permasalahan
penting dalam hal kesehatan masyarakat dan tantangan sosial. Wanita yang tidak
berisiko tinggi untuk lahir prematur dan memiliki berat badan yang rendah saat lahir.
Kurangnya asuhan antenatal ini bisa juga disebabkan karena stress psikologis dari
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian kematian neonatus pada
dan tidak didapatkan adanya kematian neonatus lanjut. Sisanya sebanyak 22 (92%)
bukan merupakan kematian neonatus. Pada suatu review sistematik oleh Ramaiya
Adolec, Popline, Google Scholar and Global Health Archive on adolescent and adult
pregnancy di Sub Sahara Afrika mulai tahun 1995 sampai tahun 2013, yang
dengan luaran kehamilan antara kehamilan remaja dan dewasa. Didapatkan bahwa
kematian/1000 lahir hidup dan 23,47 kematian/1000 lahir hidup (p≤0.01). Tiga studi
(1,3-6,81).
42
Pada penelitian lain oleh Mukhopadhyay (2010) di The R.G. Kar Medical
College and Hospital di Kolkata dari Juni 2006–Mei 2007, terhadap remaja
primigravida usia 13-19 tahun sebagai kelompok kasus dan sebagai kontrolnya adalah
ibu primimuda dewasa usia 20-29 tahun sebagai kelompok kontrol. Proporsi
kematian neonatus tinggi (5.1%) diantara kehamilan remaja dan 0,9% pada kelompok
kontrol. Dari komplikasi neonatus, kematian neonatus dan asfiksia bayi baru lahir
kontrol. Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya jumlah kelahiran prematur.30
43
BAB VI
6.1 Kesimpulan
preeklampsia, jenis persalinan, asfiksia bayi baru lahir, BBLR dan kematian
neonatus. Dari data yang dikumpulkan pada penelitian ini, didapatkan sebanyak 25
persalinan primi muda dari total 3404 persalinan selama periode September 2013 -
terdapat pada kelompok usia 16 tahun (72%), dengan pendidikan terbanyak adalah
SMP (88%). Hampir 44% persalinan pada penelitian ini merupakan persalinan
pervaginam (84%), persalinan berbantu alat dengan forceps ekstraksi (8%) dan
berat pada ibu primigravida sebanyak 12% sedangkan 88% bukan merupakan kasus
kondisi asfiksia bayi baru lahir yang relatif kecil (12,5%), berat badan lahir bayi
terbanyak dengan berat ≥ 2500 gram sebanyak 68% dan kematian neonatus dini
sebanyak 8%. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan masih besarnya
komplikasi yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari kehamilan remaja baik
44
kepada ibu maupun bayi yang dikandungnya, termasuk juga pengaruhnya terhadap
6.2 Saran
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lain yang lebih
luas untuk mencari hubungan yang lebih spesifik antara kehamilan primimuda
pencegahan terjadinya kehamilan pada usia muda yang memiliki dampak morbiditas
DAFTAR PUSTAKA
1. Vienne, CM., Creveuil, C., Dreyfus, M., 2009. Does young maternal age increase
the risk of adverse obstetric, fetal and neonatal outcomes: A cohort study.
(2009) 151–156. (Serial online). [cited 2009 August 18]. Available from: URL:
http://www.elsevier.com/locate/ejogrb
Gynecology and Obstetrics 120 (2013) 160–164. (Serial online). [cited 2012
3. Fadlyana, E., Larasaty, S., 2009. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya.
4. Shrim, A., et al., 2011. Is Young Maternal Age Really a Risk Factor for Adverse
5. Aliyu, MH., 2010. Joint Effect of Obesity and Teenage Pregnancy on the Risk of
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20123261
46
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15351331
7. Khashan., Baker., Kenny., 2010. Preterm birth and reduced birthweight in first
and Childbirth 2010, 10:36. (serial online). [cited 9 Juli 2010]. Available from:
URL: http://www.biomedcentral.com/1471-2393/10/36
Kehamilan Risiko Tinggi pada Ibu Hamil Usia Muda di Wilayah Kerja
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1471-0528.12630/pdf
10. Imamura., 2007. Factors associated with teenage pregnancy in the European
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17387106
47
Niger Delta of Nigeria. OJOG> Vol.2 No.3. (serial online). [cited September
http://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=22266.
13. Anonim. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Infodatin; Pusat Data dan
https://www.google.co.id/search?q=Situasi+Kesehatan+Reproduksi+Remaja&oq
=Situasi+Kesehatan+Reproduksi+Remaja&aqs=chrome..69i57.1337j0j4&sourcei
d=chrome&es_sm=122&ie=UTF-
8#q=infodatin+Situasi+Kesehatan+Reproduksi+Remaja
14. Azinar, M., 2013. Perilaku seksual pranikah berisiko terhadap kehamilan tidak
URL: https://www.journal.unnes.ac.id
15. Briggs, G., and Brownell, M., 2007. Teen Mothers and Sosioeconomic Status.
http://jarm.journals.yorku.ca/index.php/jarm/article/viewFile/5136/4332
48
16. Latifah dan Anggraeni. 2014. Hubungan Kehamilan Pada Usia Remaja Dengan
Kejadian Prematuritas, Berat Bayi Lahir Rendah Dan Asfiksia. Jurusan Kesehatan
17. Ford, K., et al. 2002. Effects of a Prenatal Care Intervention for Adolescent
Year Postpartum. J Perinat Educ. 2002 Winter; 11(1): 35–38. (serial online).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1595095/
18. Baker, AM., Haeri, S., 2012. Estimating risk factors for development of
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22707291
19. Cunningham, et al. 2010. Pregnancy Hypertension in: Williams Obstetrics 23rd
ed. Chapter 34. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America,
2010.
20. Leppälahti, S., et al. 2013. Is teenage pregnancy an obstetric risk in a welfare
http://bmjopen.bmj.com/content/3/8/e003225.full
49
21. Kamini, S and Avvaru, V., 2014. Teenage Pregnancy: Maternal and Fetal
13, Issue 4 Ver. VI. (Apr. 2014), PP 41-44. (serial online). [cited April 2014].
issue4/Version-6/H013464144.pdf
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-kedokteran/issue/view/15
23. Prediksi Persalinan Preterm [Hasil kajian HTA tahun 2009], Dirjen Bina
24. Prambudi, R., 2013. Penyakit pada Neonatus, dalam: Neonatologi Praktis.
25. Khan, S., 2014. Obstetrics and Perinatal Outcome of Adolescent Pregnancy.
http://theglobaljournals.com/ijsr/articles.php?val=MzI0Mw==&b1=37&k=10
26. Ramaiya, A., 2014. A systematic review of risk factors for neonatal mortality in
Adolescent Mother’s in Sub Saharan Africa. BMC Research Notes 2014, 7:750.
http://www.biomedcentral.com/1756-0500/7/750
50
in Teenage Pregnancy in India. J Health Popul Nutr. 2010 Oct; 28(5): 494–500.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2963772/