Anda di halaman 1dari 6

JENIS KALIMAT

Kalimat terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

 Kalimat yang Berdasarkan Jumlah Klausanya terbagi atas :

1. Kalimat Tunggal : merupakan kalimat yang hanya mempunyai satu gagasan utuh
yang terdiri atas satu Subjek (S) dan satu Predikat (P). Contoh : KPK dan
Pemerintah bersatu memberanntas korupsi ( S + P + O )
2. Kalimat Majemuk : merupakan kalimat yang dibentuk dari gabungan dua atau
lebih klausa. Kalimat Majemuk terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Kalimat Majemuk Setara : Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal.
Contoh : Guru tersebut menerangkan pelajaran sedangkan muridnya
memperhatikannya dengan seksama.
b) Kalimat Majemuk Bertingkat : Terdiri dari gabungan klausa tunggal,
hanya saja dalam kalimat majemuk bertingkat, kedua klausa itu tidak
sama rata atau tidak setara derajatnya.
Contoh : Bersungguh-sungguhlah dalam belajar agar kamu bisa berhasil.

 Kalimat yang Berdasarkan bentuk/fungsi terdiri dari :

1. Kalimat Berita : kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam


penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.). Contoh : Nenek akan
datang dari Bandung besok pagi.
2. Kalimat Tanya : kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?).
Contoh : Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan desainnya ?
3. Kalimat Perintah : kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang
lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda
seru (!) dalam penulisannya. Contoh : Jangan membuang sampah sembarangan
!
4. Kalimat Seru : kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang
kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi
yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik
(.) dalam penulisannya. Contoh : Aduh ,pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

 Kalimat yang Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya terdiri atas :

1. Kalimat Mayor ( lengkap ) : kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu


buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap. Contoh : Ibu mengenakan kaos hijau dan celana hitam
S P O
2. Kalimat Minor ( tidak lengkap ) : kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja.
Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan,
ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh : Silakan
masuk!
 Kalimat Berdasarkan Susunan Subjek dan Predikat yang terdiri atas :

1. Kalimat Versi : kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar Bahasa Indonesia ( S-P-O-K )
Contoh : Aku dan dia bertemu di café ini
S P K
2. Kalimat Inversi : kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa
tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi
makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa
ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan
atau ketegasan makna.
Contoh : Sepakat kami untuk bertemu di taman kota
S P K
SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

Dalam menulis sebuah kalimat, tentunya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kalimat
tersebut menjadi kalimat yang efektif, diantaranya :

 Kesatuan Gagasan
Kalimat dikatakan memiliki kesatuan gagasan jika memiliki subjek, predikat dan
fungsi-fungsi kalimat lainnya saling mendukung dan membentuk kesatuan tunggal. Ciri-
ciri :
1. Adanya subjek dan predikat yang jelas

Menghindari pemakaian kata depan “di’’ , “dalam’’ , “bagi’’ , “untuk’’ , atau


“pada’’ , di muka subjek

Contoh :
Di rumah adat para petua mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi.
(Salah)
Para tetua adat mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi di rumah
adat. (Benar)

2. Tidak terdapat subjek ganda

Contoh :
Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa (Salah).
Dalam membangun jalan itu, kami dibantu oleh warga (Benar).

3. Tidak menggunakan Kata Penghubung intrakalimat dalam kalimat tunggal

Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
Pertama. (Salah)
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara Pertama. (Benar)

4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”

Contoh:
Bahasa Indonesia yang berasal dai bahasa Melayu. (Salah)
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (Benar)

 Koherensi yang Baik dan Kompak

Hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok
kata) yang membentuk kalimat itu.

1. Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola
kalimat. Contoh :
(kalimat yang baik) : Adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebut
kemarin pagi dengan sekuat tenaga.
(kalimat yang tidak baik) : Anjing kemarin pagi di kebun adik saya memukul
dengan sekuat tenaga.

2. Kepaduan kalimat akan rusak pula karena salah mempergunakan kata-kata


depan, kata penghubung, dan sebagainya. Contoh :
(benar) : Membahayakan Negara
Berbahaya bagi Negara
(salah) : Membahayakan bagi Negara
3. Kesalahan lain yang dapat merusak kohensi adalah pemakaian dua kata yang
maknanya tumpang tinding. Contoh :
(benar) : Sampai tahun 1952 banyak penjahat perang Jerman yang
dilepaskan dan diampuni dosanya.
(salah) : Sampai tahun 1952 banyak penjahat-penjahat perang Jerman yang
dilepaskan dan diampuni dosanya.

4. Kesalahan lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek ( sudah, telah,


akan, belum, dan seterusnya ). Contoh :
(baik) : Saya sudah membaca buku itu sampai tamat.
(salah) : Buku itu saya sudah baca hingga tamat.

 Penekanan

Upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah


satu bagian kalimat, agar bagian yang diberi penekanan itu lebih mendapat perhatian
dari pendengar atau pembaca.

1. Mengubah posisi kata dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian
yang penting di awal kalimat. Contoh :
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain. (kalimat efektif)
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi
soal ini. (kalimat tidak efektif)

2. Menggunakan partikel. Penekanan bagian kalimat dapat menggunakan


partikel –lah, -pun, dan –kah. Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? (kalimat efektif)
Dapatkah mereka mengerti akan maksud perkataanku? (kalimat tidak
efektif).

3. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan


atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin
ditegaskan. Contoh :
Anak itu tidak malas, tetapi rajin. (kalimat efektif)
Anak itu tidak bermalasan, tetapi dia rajin. (kalimat tidak efektif)

4. Menggunakan kata keterangan. Keterangan penegas yang lazim digunakan


untuk memberikan penekanan adalah kata memang, apalagi,
bahkan, dan lebih-lebih lagi. Contoh :
Mencari pekerjaan di Jakarta tidak semudah yang kamu
bayangkan apalagi kalau kamu tidak punya koneksi.

 Variasi
Upaya yang bertolak belakang dengan repetisi.

1. Variasi sinonim kata


Contoh:
Dari renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas
yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai
seluruh puisi (BKI).

2. Variasi panjang pendeknya Kalimat


Contoh:
Saudara J.U. Nasution memberikan alasan untuk menolak sajak tersebut
dengan mengutarakan bahwa puisi itu tidak mengikuti logika puisi, pada
malam lebaran tidak ada bulan. Sebenarnya tak perlu kita bawa logika puisi
untuk menolak puisi tersebut. Penciptaan puisi memang bukanlah hanya
dapat melambangkan banyak hal.

3. Variasi penggunaan bentuk me- dan di-


Contoh:
Seorang ahli Inggris yang duduk dalam Tim Penelitian dan Pengembangan
Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia pernah mengemukakan bahwa di daerah-
daerah yang luas, tetapi tipis penduduknya serta kurang aktivitas
ekonominya seyogyanya pemerintah tidak membangun pelabuhan samudra.
Namun, pemerintah tidak memutuskan demikian.

4. Variasi dengan merubah posisi kalimat.


Contoh:
a. Di bidang angkutan udara MNA mempergunakan pesawat Twin Otter
yang harganya tiga kali lebih mahal dari harga Dakota, karena beberapa
keunggulannya. (Pergunakan; MNA; pesawat Twin Otter; harganya tiga
kali lebih mahal; karena beberapa keunggulannya).
b. Pelaksanaan bantuan hukum di negara kita, yang dilaksanakan atas
dasar peraturan peninggalan zaman penjajahan dahulu sifatnya sangat
terbatas. (di negara kita; peraturan peninggalan zaman penjajah; sifat
yang sangat terbats).

 Paralelisme
Suatu alat yang baik untuk menonjolkan gagasan sentral, paralelisme juga
menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu
struktur/konstruksi gramatikal yang sama. Contoh:
(Baik) : reorganisasi administrasi departemen-departmen; penghentian pemborosan
dan penyelewengan-penyelewengan, serta mobilisasi potensi-potensi nasional,
merupakan masalah-masalah pokok yang meminta perhatian kita. (semuanya kata
benda).
(Salah): reorganisasi administrasi departemen-departmen; menghentikan pemborosan
dan penyelewengan-penyelewengan, serta mobilisasi potensi-potensi nasional,
merupakan masalah-masalah pokok yang meminta perhatian kita. (tidak semua kata
benda; ada kata kerja).

 Penalaran atau Logika


Ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa. Unsur
Lain ini adalah segi penalaran atau logika.

1. Definisi (batasan) : kunci dari cirri berfikir yang logis.


a. Definisi berupa sinonim kata.
Contoh : - Pendidikan = Pengajaran
- Kemerdekaan = Kebebasan
b. Definisi berupa etimologi
Contoh : Referendum : Berasal dari kata re + ferre yang ‘ membawa
kembali`
c. Definisi formal atau rill
Contoh : Pokok Kelas/Genus
1. Gergaji adalah semacam alat pemotong
2. Permadani adalah semacam alat penutup lantai

2. Generalisasi : pernyataan yang mengatakan bahwa apa yang benar mengenai


beberapa hal yang semacam, adalah benar atau berlaku pula untuk
kebanyakan dari peristiwa yang sama.
Contoh :
Berlebihan :
“ Orang-orang yang luar biasa radikal pada masa mudanya SELALU
menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan ’’
Baik :
“ Bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun tampaknya akan
menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai