Anda di halaman 1dari 15

BAB I : PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH DAKWAH

A. Pengertian Sejarah Dakwah


Sejarah dakwah berasal dari dua kata, yaitu sejarah dan dakwah. Sejarah berasal
dari bahasa Arab, yakni syajarah (pohon), tarikh (penanggalan, kejadian berdasarkan
urutan tunggal dan waktu). Orang Inggris menyebutnya “history” yang berasal dari
bahasa Yunani “istoria”. Istoria berarti ilmu untuk semua macam ilmu pengetahuan
tentang gejala alam, baik yang disusun secara kronologis maupun yang tidak.
Kata sejarah, history, dan tarikh mengandung arti khusus yaitu, “masa lampau
umat manusia”. Sedangkan dakwah secara etimologis berasal dari kata da’a, yad’u,
da’watan. Kata da’a mengandung arti menyeru, memanggil, dan mengajak. Dakwah
artinya seruan, panggilan, dan ajakan. Dakwah islam dapat dipahami sebagai seruan,
panggilan dan ajakan kepada Islam.
Dengan demikaian sejarah dakwah dapat diartikan peristiwa masa lampau umat
manusia dalam upaya mereka menyeru, memanggil dan mengajak umat manusia
kepada Islam serta bagaimana reaksi umat yang diseru dan perubahan-perubahan apa
yang terjadi setelah dakwah digulirkan, baik langsung maupun tidak langsung.
B. Ruang Lingkup Sejarah Dakwah
1. Permulaan dakwah adalah pada masa Rasulullah. Pendapat ini mengacu pada
terminologi dakwah islamiah, bahwa islam agama yang dibawa oleh Nabi Saw.
2. Permulaan dakwah sejak diutusnya para nabi dan rasul. Pendapat ini mengacu
pada terminologi umum dari dakwah Islamiah, bahwa dakwah para nabi
hakikatnya adalah satu. Seluruh Rasulullah telah menyampaikan Islam dalam
arti yang luas.
C. Kedudukan dan Fungsi Sejarah Dakwah
1. Untuk mengetahui strategi perjuangan para rasul dan kegigihan mereka dalam
menyebarkan dakwah tauhid
2. Mengidentifikasi penyakit setiap zaman dan mencari jalan keluarnya
3. Menentukan sikap dalam berdakwah dengan bercermin dari sejarah yang benar
Mengetauhi faktor-faktor kemajuan dan kemunduran dakwah dari masa ke masa
4. Mengetahui sejauh mana dakwah Islam dapat mempengaruhi dan merombak
jalannya sejarah atau telah berhasil menciptakan realitas sosiokultural baru
١
D. Sejarah Dakwah dalam Al-Qur’an
Sejarah dalam Al-Qur’an adalah yang mengungkap tentang siklus kehidupan dan
sunatullah yang tidak pernah berubah. Al-Qur’an selalu mengungkap pertarungan
antara hak dan batil. Kemenangan menurut Al-Qur’an adalah kekuatan
mempertahankan keistikomahan dan ketegaran prinsip tauhid sampai ajal. Dalam Al-
Qur’an banyak bercerita kepada kita tentang tingkah pola umat manusia terdahulu, dan
kiat-kiat para mushlihun pada zamannya untuk menyelamatkan dari azab Allah.

BAB II: SEJARAH DAKWAH SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW


A. Dakwah Nabi Nuh AS
Diungkapkan dalam Al-Qur’an dalam surat Nuh. Prioritas dakwah beliau adalah
meluruskan akidah umat. Mengajak umatnya untuk bertakwa kepada Allah SWT., dan
setia kepada dirinya.
B. Dakwah Nabi Hud AS
Al-Qur’an memberi tahu tentang metode dakwah Nabi Hud kepada kaumnya, dan
menyebutkan beberapa ucapan beliau. Nabi Hud menggunakan metode komunikasi
yang jitu kepada mereka.
C. Dakwah Nabi Shaleh AS
Dakwah utamanya adalah tauhid sebagaimana Nabi yang lain. Beliau meluruskan
persepsi umatnya tentang asal usul penciptaan dan tugas mereka dimuka bumi.
D. Dakwah Nabi Ibrahim AS
Al-Qur’an banyak menisahkan tentang diskusi Nabi Ibrahim dengan bapak dan
kaumnya, dan menjelaskan sedikit tentang metode dakwahnya, dan bagaimana ia
memperlakukan patung sesembahan mereka.
E. Dakwah Nabi Luth AS
Nabi Luth mengajak umatnya untuk menyembah Allah dan melarang mereka
berbuat maksiat dan kemesuman yang telah tersebar di kalangan mereka.
F. Dakwah Nabi Yusuf AS
Jika tentang Yusuf Al-Qur’an lebih terfokus kepada biografi hidup dan tidak
menjelaskan tentang rincian dakwah.

٢
G. Dakwah Nabi Syu’aib AS
Nabi syuaib berdakwah kepada umatnya agar menyembah Allah SWT
meninggalkan kemungkaran dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
H. Nabi Isa AS
Allah menurukan kepada beliau kitab Injil, dan berdakwah dikalangan
umatnya untuk menauhidkan Allah SWT.

BAB III: STUDY TENTANG RASULULLAH SEBAGAI SHOHIBUD


DAKWAH BESERTA KONDISI MASYARAKAT
A. Dakwah Nabi di Mekah
Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang diutus oleh Allah swt. untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan, menjadi penebar rahmat bagi semua dengan
menjadikan perbaikan akhlak di segala bidang, dan membawa kabar gembira bagi
umat yang menerima ajarannya serta peringatan bagi yang melanggar.
Allah memilih Muhammad sebagai manusia yang paling layak untuk menerima
amanah dan mempersiapkannya dengan berbagai bekal. Untuk memperkuat
kepribadiannya, Allah membekalinnya dengan berbagai mukjizat. Mukjizat terbesar
yang dikaruniakan Allah kepadanya adalah Al-Qur’an.
Kondisi masyarakat saat Nabi diutus ialah:
1. Dilihat dari segi keagamaan:
 Orang Arab Musyrikin menyembah Tuhan mereka yakini sebagai perantara
yang dapat memberikan syafaat untuk mereka
 Taklid mereka sangat kuat dengan apa yang mereka lihat dari orang tua dan
nenek moyang mereka.
 Rusaknya akidah berimplikasi pada ibadah, tingkah laku, syiar dan syariat
 Masuknya unsur berhala dalam ritual haji.
 Persepsi mereka tentang Allah sangat sempit dan picik
 Menambah dan mengurangi ajaran ibadah sesuai dengan hawa nafsu dan
kehendak mereka.

٣
2. Dilihat dari segi politik dan hukum, kondisi nya sangat rusak, manusia terbagi
menjadi dua kelas, yaitu budak dan tuan atau pemimpin dan rakyat. Rakyatnya
selalu ditindas, didzalimi, dihina dan disiksa, dan pula mereka tidak bisa
berbuat apa-apa.
3. Dilihat dari segi sosiokultural: Hubungan antara laki-laki dan perempuan sudah
rusak, Perlakuan terhadap budak semena-mena, Budaya miras mengakar,
Memakan makanan yang menjijikan seperti kalajengking dan ular.
4. Dilihat dari segi ekonomi, mayoritas masyarakat badui hidupnya dari
mengembala kambing dan hidup berpindah-pindah dari suatu tempat
ketempat lain. Perdaganganmerupakan pendapatan primadona masyarakat
Mekah dan Quraisy.
1. Materi Dakwah Nabi Muhammad SAW.
a. Tauhid
b. Iman kepada hari kiamat
c. Pembersihan jiwa dengan menjauhi segala kemungkaran yang menimbulkan
akibat buruk, dan dengan melakukan hal-hal yang baik
d. Penyerahan segala urusan kepada allah
e. Semua itu setelah beriman kepada risalah Muhammad
f. Mengajarkan secara bertahap ajaran yang diturunkan Allah, seperti shalat.
2. Problematika Dakwah dan Ketegaran Rasulullah SAW
Jalan dakwah rasul tidak mulus, banyak rintangan yang menghadang di jalan
dakwah beliau, mulai dari cara yang halus, setengah kasar sampai yang paling kasar,
yaitu rencana sistematis pembunuhan Rasulullah SAW.
B. Dakwah Nabi SAW di Madinah
1. Hijrah sebagai metode dakwah
Di Madinah dianggap kelahiran baru agama islam, setelah ruang dakwah di
Mekkah terasa sempit bagi kaum muslimin. Berawal dari masuk Islamnya beberapa
orang asal Madinah pada tahun ke-11 kenabian, dalam gerakan dakwah Rasulullah
pada orang yang datang ke Mekkah, dakwah dikawasan ini berkembang dengan pesat.
Keberhasilan hijrah merupakan kemenangan bagi Islam dan kaum muslimin.
Hijrah merupakan tonggak kehidupan baru kaum muslimin.
٤
Di negeri ini mereka menerapkan sistem kehidupan baru sesuai dengan perintah
Allah SWT. Penerapan sistem ini tampak disemua sektor kehidupan baik politik,
sosial, maupun personal.
2. Negara Madinah Sarana Baru Dakwah Rasulullah
Perbedaan yang sangat signifikan dalam metode dakwah, jika di Mekkah beliau
tidak leluasa melaksanakan semua kebajikan yang dirancang, jika di Madinah beliau
adalah penentu kebajikan. Dan perbedaan lainnya adalah dari segi kondisi kondusif
atau tidaknya dalam penerapan nilai-nilai Islam. .

BAB IV: DAKWAH PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN


Khilafah Rasyidah merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah
pemerintahan yang islami karena berundang-undangkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
A. Abu Bakar (11 H- 13 H)
Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu pada periode sesingkat itu habis untuk
menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-
suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah
sepeninggal Rasulullah SAW. Pada 634 M ia meninggal dunia.
Gerakan pengumpulan Al-Qur’an dilakukan karena rasa kekhawatiran seorang
Umar terhadap masa depan Islam jika para kader intinya yang menjaga Islam dengan
Al-qur’an gugur satu per satu di medan juang.
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar,
sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral, kekuasaan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan,
Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Rasulullah, Abu Bakar selalu mengajak
sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
B. Umar bin Khatab (13 H/ 23 H)
Di zaman Umar Radhiallahu ‘anhu gelombang ekspansi (perluasan daerah
kekuasaan), pada masa kepemimpinan Umar bin Khatab, wilayah kekuasaan Islam
٥
meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syria, dan sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu segera
mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah
berkembang terutama di Persia. Umar juga mendirikan Bait al-Mal.
Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang majusi,
budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah.
C. Utsman bin Affan (23H/36H)
Pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa
di kalangan umat Islam terhadapnya. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin
Saba’ Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam Akhirnya pada
tahun 35 H/1655 M, Utsman bin Affan dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri
dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap
kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Usman Radhiallahu ‘anhu laksana boneka di hadapan kerabatnya
itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga
tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.
Padahal Utsman lah yang paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga
arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun
jalan, jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
D. Ali bin Bi Thalib (36H/40H)
Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada
masa yang dapat dikatakan stabil sedikit pun dalam pemerintahannya. Ali RA menon-
aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Ali juga menarik kembali tanah
yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan
diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar bin Khattab.
Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah,
Zubair dan Aisyah. Alasan mereka yaitu, Ali tidak mau menghukum para pembunuh
Utsman Radhiallahu ‘anhu, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman
٦
Radhiallahu ‘anhu yang telah ditumpahkan secara zhalim.
Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali
bin Abi Thalib bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah Radhiallahu ‘anhu di Shiffin.
Pertempuran terjadi yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri
dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari
barisan Ali Radhiallahu ‘anhu. Akibatnya, diujung masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah
(pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudi) yang menyusup pada barisan tentara Ali
Radhiallahu ‘anhu, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Ali
terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
Pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara
menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar
yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.

BAB V: DAKWAH PADA DINASTI UMAYYAH (41-133H/661-750M)


Kekuasaan bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Pusat pemerintahan
yang semula berada di Madinah, di pindahkan oleh Muawiyyah ke damaskus.
Khalifah- khalifah besar pada masa kekuasaan bani Umayyah adalah : Muawiyyah
bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdil Malik, Umar bin Abdul
Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik. Secara umum gerakan dakwah pada masa dinasti
Umayyah :
a. Membuka Wilayah Dakwah Baru
b. Dakwah dibidang kajian dan Penulisan Ilmiah
c. Memakmurkan Mesjid dengan Kajian Keagamaan
d. Pemurnian dan Penggalakan Bahasa Arab
e. Pengumpulan, Penulisan, dan Peletakan dasar-dasar Metodologi Hadits
f. Bidang Hukum Islam
٧
BAB VI: DAKWAH PADA MASA DINASTI ABBASIYYAH ( 132 H – 656 H )
A. Periode Dinasti Abbasiyyah
Dinamakan khalifah Abbasiyyah karena pendiri dan penguasa negeri ini adalah
keturunan Al-Abbas paman Nabi SAW. dalam kekuasaan dinastinya, pusat
pemerintahan di pindahkan ke kuffah dan akhirnya ke Baghdad sampai runtuhnya
daulah Abbasiyyah.
Dinasti Abbasiyyah memerintah lebih dari lima abad, yaitu dari tahun 132 H – 656
H. Mereka berpendapat bahwa periode awal merupakan periode keemasan dalam ilmu
sastra, pemerintahan dan politik. Periode ini dikenal dengan istilah khalifah
Abbasiyyah yang agung. Periode ke-dua merupakan kemunduran, periode ini ditandai
dengan melemahnya pemimpin, hilangnya wibawa khalifah, terpecahnya negeri-
negeri, dan berkuasanya hawa nafsu.
1. Masa keemasan
mulai meningkat dengan meningkatnya pendapat dari sector pertanian dan
pertambangan. Banyaknya memanfaatkan kekayaan Negara untuk keperluan
sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi. Pada masanya
Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dengan adanya “Bait
al-Hikmah“.
2. Masa kemunduran
Factor yang menyebabkan daulah Abbasiyyah mengalami kemunduran:
1. Adanya friksi dalam tubuh daulah Abbasiyyah. membuatnya hanya sibuk
mempertahankan wilayah yang sudah ada dan mengamankan perbatasan
wilayah.
2. Gaya hidup mewah dan foya-foya pada lingkungan pejabat dan keluarganya.
3. Khalifah yang berkuasa bukan sosok yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi
4. Banyaknya serangan-serangan yang dilakukan kaum salibis ke palestina.
5. Serangan mongol ke jantung kota Baghdad mengakhiri riwayat daulah
Abbasiyyah.

٨
B. Kehidupan Dakwah Di Masa Daulah Abbasiyyah
Selama lima abad perjalanannya, daulah ini menjadi sarana dakwah dan
pendukung dakwah islam. dengan semangat dakwah yang tinggi, daulah ini menjadi
kerajaan islam yang telah dapat mengubah dunia dari gelap menjadi terang; dari
mundur menjadi maju.
Gerakan dakwah berjalan yang dilakukan oleh pribadi maupun yang dilakukan
oleh kelompok. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan tidak ada hambatan.

BAB VII: DAKWAH DI MASA DAULAH UTSMANIYYAH


Daulah ini lahir pada akhir abad ke-7 H (abad ke-13 M), Pendirinya adalah Utsman
bin Ertoghrul yang dilahirkan di Anadol tahun 657 H. Setelah Utsman meninggal
dunia, anak-anaknya harus berhadapan dengan pasukan mongol yang saat itu dipimpin
oleh Timur Lenk. Ketika Timur Lenk meninggal dunia 808 H/1405 M. Momentum ini
dimanfaatkan oleh daulah Utsmaniyyah untuk mengembalikan kekuasaannya seperti
sediakala. Mereka mendirikan Madrasah Utsmaniyyah pertama yang berlokasi di
Azmer, juga membentuk lembaga militer yang berdiri di atas landasan syariat.
Faktor-faktor keruntuhan daulah Utsmaniyyah antara lain adalah:
1. Utsmaniyyah kurang memperhatikan pendidikan agama dan pengajaran bahas
Arab untuk masyarakat. Fanatik dengan bahas Turki dan tidak memberikan
kesempatan bahasa Arab menjadi bahasa utamanya. Dampak yang sangat
dirasakan adalah adanya kerenggangan besar antara masyarakat dengan sumber
agama mereka, Al-Qur’an dan Hadits. Akhirnya kejahilan merebak khurafat,
bid’ah, dan hadits-hadits lemah semakin banyak dan akibat paling getir adalah
mudurnya peradaban Islam.
2. Kerusakan yang menonjol adalah ketidak mampuan administrasi, banyak
pencurian, korupsi para pemimpin merajalela, diantaranya sudah tidak
lagimemerhatikan syariat dan agama.
3. Pada masa daulah ini terjadinya kekerasan dan hukum rimba. Kebanyakan sultan
yang memerintah menempuh cara yang tidak baik pada awal pengangkatannya.
4. Faktor eksternal seperti gerakan salibisme dan zionisme.
٩
Kotribusi besar untuk umat Islam. Daulah Utsmaniyyah sangat giat
menghidupkan sektor ilmu pengetahuan, ekonomi, pendidikan, dan perluasan wilayah
ke seluruh penjuru dunia.
Dari daulah Utsmaniyyah banyak lahir ulama dalam bebagai disiplin ilmu
keislaman.

BAB 8: POLA PERKEMBANGAN DAKWAH AFRIKA UTARA

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DAKWAH DI AFRIKA UTARA


Mayoritas bangsa-bangsa di Afrika Utara adalah muslim, yang banyak
dipengaruhi oleh kaum sufisme di mana mereka sangat berperan besar dalam
mengorganisir komunitas pedalaman dan beberapa rezim negara.
Sejarah masyarakat muslim Afrika Utara berlangsung dalam dua motif utama,
yaitu pembentukan negara dan islamisasi. Oleh bangsa Arab memberikan dorongan
baru bagi pembentukan negara dan pengorganisasian masyarakat Afrika Utara
menjadi komunitas muslim. Penakluk tersebut juga mengantar pada pelembagaan
Islam bagi warga masyarakat Afrika Utara. Gerakan dakwah di belahan Afrika Utara
lebih kental diwarnai oleh pengaruh sufi, islamisasi pemerintah, dan penghapusan
segala bentuk yang berbau kepercayaan atau pemurnian terhadap ajaran islam.
B. TUNISIA
Hampir sejak awal diperkenalkan Islam di Tunisia, mayoritas penduduk muslim
negeri ini merupakan kaum Sunni yang bermazhab Maliki dan Hanafi. Tetapi untuk
kepuasan batin, gerakan Islam di Tunisia tidak lepas dari penganut tarekat. Ada
empat tarekat terbesarnya adalah Qodhariyah, Rahmaniyah, Isawa, dan Tijaniyah.
Tunisia dalam periode awal islam, tetap melestarikan warisan institusionalnya
tetapi menerima versi Islam dalam bentuk peradaban kuno. Hingga abad kesembilan
belas Tunisia dalam segala aspeknya merupakan sebuah varian provinsional dalam
dunia Islam Timur Tengah.

١٠
Gerakan islamis di Tunisia dilakukan pada awal 1960-an oleh sebuah gerakan
yang bernama kelompok penyeru dan penyampai, atau biasa disebut kelompok
dakwah. Fokus dakwah lebih tertuju pada individu daripada masyarakat Islami secara
keseluruhan atau pemikiran Islam, yang menjadi karakter MTI dan kaum islamis
progresif yang belakangan muncul.
C. MAROKO
Mayoritas penduduk Maroko adalah beragama Islam dan masuk dalam golongan
muslim Sunni, maka tak heran sepanjang perjalanan sejarah negeri ini banyak
dipelopori oleh gerakan pembaruan yang berawal dari gerakan tarekat. Model paling
berpengaruh tentang sejarah Islam di Maroko adalah sepanjang sejarah Islam
Maroko terombang-ambing antara agama kaum borjuis kota yang melek huruf, dan
agama suku-suku buta huruf di pedesaan yang ritualistis-anthropolatrous.
Sepanjang perjalanan gerakan dakwah di Maroko lebih diwarnai pada gerakan-
gerakan dalam bentuk tarekat yang kemudian banyak didistorsi oleh pemerintah.
Sehingga pola dakwahnya lebih pada perpaduan antara bentuk sufisme (tarekat) dan
pemerintahan yang berkuasa, di samping gerakan pemurnian agama yang tidak
pernah padam di tengah-tengah masyarakat.
D. LIBYA
Libya sebagai bentuk gerakan dakwah kontemporer banyak dipengaruhi dan
terpusat oleh kebijakan pemerintah yang berkuasa saat itu. Sehingga birokrasi (unsur
politik) sangat menonjol dalam memegang keputusan dan memberikan corak dalam
setiap aktivitas keislaman.

BAB 9: POLA PERKEMBANGAN DAKWAH DI CINA

A. Sejarah Dakwah Islam di Cina


Jika dilacak kedatangan Islam di Cina dapat ditelusuri melalui dua jalur
perdagangan; pertama-tama melalui jalan laut, dan kemudian memlaui jalan darat.

١١
Selain itu, sumber-sumber Cina kuno menyebutkan bahwa ekspedisi Arab pertama
kali datang ke Cina di tahun kedua, yaitu pada masa dinasti Tang tepatnya pada masa
pemerintahan khalifah Usman.
Sebagian besar masyarakat muslim Cina terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Pertama, kelompok Hui yakni warga muslim yang tersebar di beberapa daerah yang
berpenduduk Hui yang secara fisik dan bahasa adalah warga Cina. Kedua adalah
kelompok muslin yang tidak berasimilasi dengan masyarakat Asia Tengah, termasuk
didalamnya kelompok Kazakh, Uighur, Kirgh, dan beberapa kelompok kecil lainnya
yang sebagian besar mereka berbahasa Turki yang tidak berasimilasi ke dalam
kebudayaan Cina.
B. Pola Dakwah Kontemporer Cina
Secara kultural terjadi kebangkitan kembali gerakan dakwah Islam di Cina, yaitu
abad-19 dan 20. Aktivitas gerakan dakwahnya lebih pada aspek pembaruan dalam
kehidupan masyarakat.

BAB 10: POLA PERKEMBANGAN DAKWAH DI ASIA TENGAH DAN


SELATAN
A. Pola Perkembangan Dakwah Islam di Asia Tengah
Mayoritas masyarakat muslim Asia Tengah adalah berakidah sunni dan
bermadzhab Hanafi, rata-rata mereka berasal dari Turki, dan bertutur bahasa Turki
kecuali orang Tajik yang secara etnis dan linguistik adalah Indo-Iran. Masyarakat
Muslim Asia Tengah baru memulai babak baru dalam kehidupan masyarakat dan
bernegara yang telah lama kehilangan warisan islamnya.
B. Pola Perkembangan Dakwah di Asia Selatan
Perjalanan dakwah Islam di Asia Selatan sangat luas dan heterogen. Mayoritas
pemduduk Asia Selatan adalah mendefinisikan diri sebagai muslim dengan berbagai
kelompok bahasa yang berbeda-beda, hidup dalam beragam lingkungan, dan
menghadapi suasana sosial dan lingkungan yang heterogen. Islam Asia Selatan
berfungsi sebagai wahana protes simbolis, jalan besar bagi mobilitas sosial, dan

١٢
bahkan identitas religius alternatif, inilah yang terjadi dengan pria di India Selatan
yang sebagian besar masuk Islam dengan dasawarsa terakhir ini.
Di Asia Selatan ketika Islam telah berkuasa di wilayah ini, para penguasa baru
berdakwah dengan cara mendirikan lembaga-lembaga yang membawa kesan Islam.
C. India
Masyarakat India, banyak sekali yang masuk Islam melalui turunan dan
persuasif dakwah yang penuh dengan jalan damai. Kebangkitan gerakan-gerakan
islam pada anak benua india didasari pada revivalisme.
D. Pakistan
Gerakan yang berlangsung di Pakistan lebih menekankan pada totalitas sistem
Islam atau Nizam’i musthafa yang mengisyaratkan sebuah pemerintahan dan
perekonomian Islam.
E. Bangladesh
Pemurnian Islam Bengali oleh kaum revivalis telah merusakan singkritisme yang
telah terjadi sebelumnya dengan menekankan perbedaan antara Islam dan Hindu.
Dalam dimensi Islamnya adalah identitas Nasional bengal timur yang matang tidak
hanya mempertahankan sisa-sisa sufisme dan singkritisme, tetapi juga memuat
unsur-unsur modernisme dan fundamentalisme ortodoks.

BAB 11: POLA PERKEMBANGAN DAKWAH DI ASIA TENGGARA


A. Proses Awal PENYEBARAN Islam di Asia Tenggara
Di Malaysia sebagaimana Indonesia, perlawanan politik Muslim selama
beberapa waktu dapat di bendung dan aksi politik dan penyebaran Islam reformis
dialihkan menjadi gerakan dakwah untuk meningkatkan kesadaran muslim dan
mengonsolidasi praktik keagamaan muslim. Gambaran mengenai Islam di Asia
Tenggara tidaklah monolitik. Kompleksitas suku, budaya, bahasa, merupakan
khazanah ang menarik dimana mereka dapat di satukan dengan satu yaitu Islam.
B. Malaysia
Dakwah Islam di Melayu berlangsung secara bertahap, evolusioner tidak merata
suatu yang berjalan terus menerus dimana Islam menjadi bagian yang hampir tidak
terpisahkan dari budaya dan jiwa melayu.
١٣
C. Muangthai/Thailand
Kedatangan Islam di negeri Muangthai telah terasa pada masa Kerajaan
Kukhothai di abad ketiga belas, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang
dibangunoleh para saudagar muslim.
D. Filiphina
Pengaruh Aarab dan penyebaran Islam di Filiphina bermula dari Sulu yang
dibawa oleh seorang syekh yang kemudian menikah dengan putri Raja Sulu.
E. Brunei Darussalam
Sejarah masuknya Islam di Brunei dibawa oleh ulama dari tanah Arab yang
sebelumnyake tanah Melayu Johor.

BAB 12: POLA PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA


A. Sebelum Masa Penjajahan
Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukannnya
sebagai rahmatan lil ‘alamin. Sejarah penyebaran Islam banyak dipegang perananya
oleh para “wali sembilan” atau dikenal dengan “wali songo”. Metode yang
dikembangkan oleh para wali dalam gerakan dakwahnya adalah lebih banyak melalui
media kesenian budaya setempat disamping melalui jalur Sosial-ekonomi.
B. Dakwah Pada Masa Penjajahan
Pada masa ini gerakan dakwah banyak di warnai dengan jihad melawan
kolonial penjajahan.

BAB 13: POLA DAKWAH KONTEMPORER DI EROPA, AMERIKA, DAN


AUSTRALIA
A. Perkembangan Dakwah di Eropa
Islam sudah hadir di benua Eropa sejak pertama kali Islam datang terutama
melalui perdagangan dan diplomasi.
1. Perancis
Pada perkembangan Islam lebih lanjut di negara Perancis meskipun ada berbagai
fraksi dan persiangan di kalangan organisasi muslim namun secara keseluruhan ini
menunjukkan munculnya masyarakat muslim Perancis yang kuat dan stabil.
١٤
2. Jerman
Islam berkembang di negara Jerman yang diwarnai oleh gerakan kaum migran
terutama yang berasal dari negara Turki dan warga pribumi yang telah masuk Islam.
3. Inggris
Dinamisasi perkembangan Islam di negeri ini berjalan secara signifikan tidak
hanya didominasi oleh kaum migran, akan tetapi juga penduduk asli yang sudah
memeluk Islam dengan mendirikan pusat ibadah atau masjid. Secara keseluruhan
muslim Inggris lebih tinggi status sosialnya dari muslim di negara Perancis dan
Jerman.
4. Belanda
Pola gerakan dakwah di negeri Kincir Angin ini banyak diwarnai oleh organisasi-
organisasi Islam, baik yang dibentuk oleh warga muslim migran atau maupu warga
asli muslim Belanda. Gerakan dakwah yang menonjol dipusatkan di masjid atau
musala.
5. Spanyol
Kehadiran Islam di Spanyol telah memberikan pencerahan terhadap perkembangan
peradaban di Eropa.
B. Dakwah Kontemporer Amerika Serikat
Dengan barbagai potensi dan tantangannya, masyarakat Islam di AS merupakan
masyarakat muslim yang sangat khas yang pengaruhnya sampai merambah ke dunia
Islam lainnya. Sadar ataupun tidak pengaruhnya juga sampai ke negeri Indonesia,
baik lewat mahasiswa yang belajar di AS, maupun lewat tulisan masyarakat Islam.
C. Pola Dakwah Kontemporer di Australia
Islam berkembang sangat dinamis terutama bagi kaum perempuan.

١٥

Anda mungkin juga menyukai