Pertama-tama kami panjatkan rasa syukur atas kehadirat Allah swt. Karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Sejarah Kelahiran Rasulullah
hingga wafat”.
Shalawat serta salam tak lupa senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw. yang telah menghantarkan kita umat manusia dari alam kegelapan menuju alam
terang benderang yang penuh dengan cahaya islam, keimanan dan cinta kasih terhadap sesama umat.
Kami menyadari, bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penyusunan dan penyempurnaan selanjutnya. Selain itu,
ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu yang
bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin .....
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Gurun tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang mana pada masa
itu kehidupan manusia sangat lah buruk, sehingga disebutlah pada masa itu dengan zaman
jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dilahirkanlah seorang manusia pilihan, yang
merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak yang mulia bagi umat manusia dan
jin sampai akhir kehidupan di dunia ini.
Bahkan nama seorang hamba yang mulia ini sudah diramalkan dalam kitab-kitab suci
agama terdahulu, seperti dalam kitab agama Buddha. Sang Buddha berkata : “Wahai para
pendeta, ketika manusia berusia 80.000 tahun, akan hadir di atas muka bumi seorang
Buddha bernama Metteyya (yang pengasih), manusia suci (Arahat), yang tercerahkan serta
penuh keagungan, dirahmati kebijaksanaan tindakannya, kesuksesan, pengatahuan atas
jagat, pengendara kereta kuda tiada tanding yang ramah; penguasa malaikat dan manusia;
Buddha yang diberkati, meskipun aku telah lahir di muka bumi ini, seorang Buddha dengan
kualitas yang sama akan diturunkan. Apa yang dia pahami dari langit akan dia kabarkan pada
dunia bersama para malaikat, sahabat, dan malaikat utama lainnya, dan orang-orang bijak
serta brahmana, pangeran, dan rakyat biasa; seperti halnya aku sekarang yang mengatakan
hal yang sama kepada pihak yang sama. Dia akan mengkhotbahkan agamanya, mulia asalnya,
agung pada puncak kejayaannya, dan agung pula tujuannya, baik dalam jiwa maupun ucapan.
Dia akan mengumandangkan kehidupan beragama yang utuh sempurna lagi menyeluruh,
seperti aku sekarang menyebarkan agamaku dan kehidupan sama. Dia akan memimpin ribuan
masyarakat, sedangkan aku hanya memimpin beberapa ratus pendeta. [1]
Sungguh begitu agung dan mulia, nama-namanya telah terukir indah di sorga sana dan
di hati-hati orang-orang yang beriman, namanya terus di puji-puji sebagai tanda kecintaan
kepada insan pilihan, bahkan air mata terus mengalir di mata-mata para perindu sang nabi
yang mulia hingga akhir zaman. Yang mampu memberikan cahaya kedamaian bagi hati yang
sedang kegelapan, beliau adalah “cayaha di atas cahaya”, NUURUN ALA NUURI”.
Tubuh Nabi Saw warnanya putih kemerah-merahan, kulitnya bercahaya-cahaya
mukanya indah menawan dahi beliau luas, kepala beliau besar sempurna, hidung mancung
bagai huruf alif bengkok sedikit dan bercahaya, pipinya halus dan sedang, bulu matanya
lebat, bola mata nya besar dan indah, matanya luas dan bersangatan hitam bola matanya,
putih mata beliau bercampur kemerah-merahan, gigi muka rapi tersusun indah, jika beliau
tersenyum sungguh bercahaya-cahaya, rambut beliau lebat tidak terlalu keriting dan lurus
indah menawan, yang panjangnya sampai ketelinga, kadang panjangnya sampai kebahu,
jenggotnya lebat, perut dan belakang rata, bahu beliau besar, jari-jari lemas dan lembut,
dan bentuk tubuh beliau sedang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah, tidak
gemuk dan tidak pula kurus, tutur katanya halus dan santun, bila Nabi SAW berbicara
bercahaya dan senyum manis menyertai raut mukanya. Tatkala beliau berjalan tenang
bagaikan orang yang sedang turun dari tempat yang tinggi dan pandangan beliau lebih
banyak memandang kebawah dari pada ke atas, begitu tampan dan menawan walaupun dilihat
dari jauh, dan apabila sudah dekat tak ada kata yang bisa diucapkan sebab begitu indahnya.
Abu Hurairah ra pernah berkata : “Tak pernah aku melihat orang yang lebih tampan dari
Nabi saw. [2]
Beliau adalah bernama MUHAMMAD SAW, seorang manusia pilihan yang dilahirkan
dengan penuh kemuliaan hingga akhir hayatnya. dari betapa agungnya beliau dari maka itu
penulis akan mempersembahkan sebuah makalah yang berisikan tentang sejarah perjalanan
hidup Nabi Muhammad SAW. Namun kiranya dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan kekeliruan baik dalam penyusunan kalimat, karena keterbatasan pengetahuan penulis
dan masih kurangnya buku-buku pendukung dalam penulisan ini.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut ”Bagaimana sejarah kelahiran Rasulullah hingga wafat?”.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nama dan Gelar Nabi Muhammad Saw
Antara lain seperti disebutkan di dalam HR Bukhari dan Muslim: Ahmad, Mahi, Hasyir, ‘Aqib,
Muqaffi, Nabiyyuttaubah, Nabiyyurrahmah.
Imam Bukhari menambahkan di dalam Kitab Tarikh al-Kabir: Adnan bin Udud bin Al-Maqum
bin Nahur bin Tarh bin Ya’rab bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim…
Menurut para pakar – sebagaimana yang disebutkan oleh sejarawan Syekh Abdurrahman bin Yahya
Al-Yamany –antara Adnan dan Ismail ada sekitar 40 kakek.
3. Kelahirannya
- Dari kitab As-Sirah al-Halabiyah diriwayatkan sebuah hadits bahwa Nabi lahir pada hari Senin
. ذلك يوم ولدت فيه: عن قتادة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم سُئل عن يوم اإلثنين فقال
Artinya: Dari Qatadah, bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang hari Senin. Nabi berkata: Itu
adalah hari aku dilahirkan.
Artinya: Nabi pernah ditanya tentang hari Senin. Nabi menjawab: Hari Senin adalah hari aku lahir,
diutus sebagai Rasul, turunnya Quran dan hijrahku ke Madinah.
Artinya: Adalah sahih (pendapat) bahwa Nabi lahir pada bulan Rabiul Awal tanggal 20 tahun Gajah
pada masa kaisar Anu Syarwan.
Artinya: bahwa Nabi lahir di Bat'ha, Makkah pada malam dari paginya hari Senin tanggal 8 Rabiul
Awal bertepatan dengan bulan Romawi tanggal 22 April tahun 882 tahun Alexander atau tahun 571
masehi.Pada saat yang sangat kritis ini muncullah sebuah bintang pada malam yang gelap gulita,
sinarnya semakin terang membuat malam menjadi terang benderang, ia bukan bintang yang biasa, tapi
bintang yang sangat luar biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena
bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya dalam kegelapan, ia
adalah cahaya di dalam dada, ia dikenal dengan Nama Muhammad, menurut sejarawan bintang ini
tepat terlahir tanggal 17 Rabiâ'ul Awwal (12 Rabiâ'ul awwal menurut mazhab sunni) 570 M, bintang
ini tak pernah padam walaupun 14 abad setelah ketiadaannya, bahkan ia semakin terang dan semakin
terang, dari bintang ini terlahir 13 bintang yang lain, yang selalu menjadi hujjah bagi bintang-bintang
yang sulit bersinar lainnya di setiap zamannya. Ia memiliki silsilah yang berhubungan langsung dengan
jawara Tauhid melalui anaknya Ismail AS, yang dilahirkan melalui rahim-rahim suci dan terpelihara
dari perbuatan-perbuatan mensekutukan Tuhan.
Ia begitu suci sehingga Tuhan memerintahkan kepada Para Malaikat dan Jin untuk bersujud
kepada Adam, karena cahayanya dibawa oleh Adam AS untuk disampaikan kepada maksud, ia adalah
rencana Tuhan yang teramat besar yang langit dan bumi pun tak kan sanggup memikulnya.
Peristiwa kelahiran sang bintang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang luarbiasa, dimulai
dengan peristiwa padamnya api 'abadi'di kerajaan Persia, hancurnya sesembahan batu di sana, dan
penyerangan pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka'bah, yang di kemudian hari menjadi kiblat
baginya dan ummatnya sampai akhir zaman, namun tentara yang besar ini dihancurkan oleh burung-
burung yang dikirimkan oleh Sang Pemilik kiblat (Ka'bah), karenanya tahun ini dinamakan tahun
Gajah.
Sudah menjadi tradisi kelahiran manusia luar biasa harus juga didahului peristiwa yang luar
biasa. Muhammad namanya, ayahnya bernama Abdullah, Ibundanya Aminah, kedua orang tuanya
berasal dari silsilah yang mulia yang merupakan keturunan Jawara Tauhid (Ibrahim AS). Abdullah
lahir kedunia hanya untuk membawa nur Muhammad dan 'meletakkannya' ke dalam rahim Aminah,
Sang isteri saat itu mengandung (2 bulan) bayi yang kelak menjadi manusia besar. Setelah lama
kepergian sang suami, sang isteri merasakan kesepian yang amat dalam, walaupun suaminya selalu
berkirim surat. Namun pada saat lain surat tidak lagi ia terima, begitu riang hatinya ternyata ia
melihat rombongan dagang suaminya telah pulang, tapi Ia amat terkejut karena tak dilihatnya
suaminya, datanglah seseorang dari rombongan tersebut yang menyampaikan berita kepada Aminah,
mulutnya begitu berat untuk mengucapkan kata ' kata ini kepada wanita ini, ia tidak sanggup
mengutarakannya, namun akhirnya terucap juga bahwa sang suami telah berpulang ke hadirat Allah
Swt dan dimakamkan di abwa.
Begitu goncang hatinnya mendengarkan hal ini, tak sanggup menahan tangisnya, ia menangis
menahan sedih dan tak makan beberapa hari, namun ia bermimpi, dalam mimpinya seorang wanita
datang dan berkata kepadanya agar ia menjaga bayi dalam janinnya dengan baik ' baik. Ia berulang
kali bermimpi bertemu dengan wanita tersebut yang ternyata adalah Maryam binti Imran (Ibu Isa
as). Dalam mimpinya sang wanita mulia ini berkata : 'Kelak bayi yang ada didalam rahimmu akan
menjadi manusia paling mulia sejagat raya, maka jagalah ia baik “ baik hingga kelahirannya.
Saat ayahanda Muhammad yang mulia ini Wafat dalam usia 20 tahun (riwayat lain ' 17 tahun),
sang bintang kita ini sedang berada dalam kandungan ibunya, beberapa tahun kemudian Bunda Sang
bintang menyusul suaminya dan dimakamkan di Abwa juga. Muhammad dibawa pulang oleh Ummu
Aiman dan diasuh oleh kakeknya, belum lagi hilang duka setelah ditinggal Sang Bunda, ia pun harus
kehilangan kakeknya ketika umurnya belum lagi menginjak delapan tahun. Setelah kepergian sang
kakek, sang bintang (Muhammad) diasuh oleh pamannya, Abu Tholib, seorang putra Abdul Mutholib
yang pertama menyatakan keimanannya kepada kemenakannya sendiri (Muhammad).
Pemandu ilahi selalu saja dipilihkan oleh Ilahi untuk memiliki profesi sebagai seorang
gembala, melalui profesi ini beliau mengarungi beberapa waktu kehidupannya untuk menjadi
'gembala'domba yang lebih besar, inilah pilihan Ilahi yang memilihkan baginya sebuah jalan dimana
hal ini penting bagi orang yang akan berjuang melawan orang-orang hina yang berpikiran sampai
menyembah aneka batu dan pohon, ilahi menjadikannya kuat sehingga tidak menyerah kepada apapun
kecuali keputusan-Nya. Ada penulis sirah yang mengutip kalimat Nabi berikut ini,
Semua Nabi pernah menjadi gembala sebelum beroleh jabatan kerasulan.' Orang bertanya
kepada Nabi,' Apakah Anda juga pernah menjadi gembala?' Beliau menjawab,' Ya. Selama beberapa
waktu saya menggembalakan domba orang Mekah di daerah Qararit.'
Sang bintang terlahir bukan dari kalangan orang yang teramat kaya, belum lagi ia dilahirkan
sebagai seorang yatim, dan telah kehilangan Ayah, Ibu di masa kecil sebagai tempat bernaung, apa
yang dapat dikatakan oleh anak kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya sedangkan dia sendiri
masih membutuhkan naungan kedua orang tua dan kasih sayang mereka. Mari kita masuk ke jazirah
Arabia lebih jauh lagi, kita dapat melihat bahwa kondisi keuangan Muhammad terbilang cukup sulit.
Muhammad terkenal dengan kemuliaan rohaninya, keluhuran budi, keunggulan ahklaq dan dirinya
dikenal di masyarakat sebagai 'orang jujur' (al-Amin), ia menjadi salah seorang kafilah dagang
Khodijah yang terpercaya dan Khodijah memberikan dua kali lipat dibandingkan yang diberikannya
kepada orang lain. Kafilah Quraisy, termasuk barang dagangan Khodijah, siap bertolak, kafilah tiba di
tempat tujuan. Seluruh anggotanya mengeruk laba. Namun, laba yang diperoleh Nabi lebih banyak
ketimbang lain. Kafilah kembali ke Makkah. Dalam perjalanan, Sang bintang melewati negeri 'Ad dan
Tsamud. Keheningan kematian yang menimpa kaum pembangkang itu mengundang perhatian sang
bintang.
Kafilah mendekati Mekah, Maisarah, berkata kepada sang Bintang, 'Alangkah baiknya jika
Anda memasuki Mekah mendahului kami dan mengabarkan kepada Khodijah tentang perdagangan dan
keuntungan besar yang kita dapatkan.' Nabi tiba di Mekah ketika Khodijah sedang duduk di kamar
atasnya. Ia berlari turun dan mengajak Nabi ke ruangannya. Nabi menyampaikan, dengan
menyenangkan, hal-hal menyangkut barang dagangan. Maisarah menceritakan tentang Kebesaran jiwa
Al-Amin selama perjalanan dan perdagangan. Maisarah menceritakan 'Di Busra, Al-Amin duduk di
bawah pohon untuk istirahat. Seorang pendeta, yang sedang duduk di biaranya, kebetulan melihatnya.
Ia datang seraya menanyakan namanya kepada saya, kemudian ia berkata, '˜Orang yang duduk di
bawah naungan pohon itu adalah nabi, yang tentangnya telah saya baca banyak kabar gembira di
dalam Taurat dan Injil.
Kemudian Khodijah menceritakan apa yang didengarnya dari Maisarah kepada Waraqah bin
Naufal, si hanif dari Arabia. Waraqah mengatakan, 'Orang yang memiliki sifat-sifat itu adalah nabi
berbangsa Arab.
Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu
baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan
keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.
Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya
itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak
suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya
Abdullah serta tempat dia dikuburkan.
Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula
ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa
dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya
pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.Muhammad dibawa pulang
ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai
seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa
saudaranya.
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-
7)
Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad
berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-
tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke
daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui
tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa
harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai.
Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-
pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato
oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.
Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing
keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian
alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu
manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang
diberikan iaitu "Al-Amin".
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang mulia, Abu Tholib. Pesta
yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang mulia ini menyampaikan pidato, mengaitkannya
dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang keponakannya, ia berkata demikian, 'Keponakan saya
Muhammad bin 'Abdullah lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta,
kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah permanen"
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan sambutannya, 'Tak ada orang Quraisy yang
membantah kelebihan Anda. Kami sangat ingin memegang tali kebangsawanan Anda.' Upacara pun
dilaksanakan. Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang istri yang begitu lengkap kemuliaannya,
dari perkawinan ini Khodijah melahirkan enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang
dipanggil At-Thayyib, dan At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu
Kaltsum, dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi
Rosul.Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir dahsyat mengalir dari gunung ke
Ka'bah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah selamat dari kerusakan.
Dinding ka'bah mengalami kerusakan. Orang Quraisy memutuskan untuk membangun Ka'bah
tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah, orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan
dua pilar tempat suci tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu,
tapi ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin bahwa
tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut bergabung meruntuhkan
bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali ka'bah, diberitahukan pada semua pihak sebagai
berikut, 'Dalam pembangunan kembali Ka'bah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh
secara halal. Uang yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh
dibelanjakan untuk tujuan ini.' Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi, dan mereka mengetahui
tentang kekayaan yang diperoleh secara tidak halal, tetapi kenapa mereka masih melakukan hal
demikian, inipun terjadi di zaman ini, di Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui
tentang halal dan haramnya suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan benar, tapi
mereka masih saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding ka'bah telah dibangun dalam batas
ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini,
muncul perselisihan di kalangan pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku
yang lain yang pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal ini, maka
pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap kritis, akhirnya seorang tua yang
disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin
Quraisy seraya berkata,'Terimalah sebagai wasit orang pertama yang masuk melalui Pintu Shafa.'
(buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari
pintu. Serempak mereka berseru, 'Itu Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!'
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka menyediakan selembar kain. Beliau
meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang
dari empat sesepuh Mekah memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke
dekat pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara ini, beliau
berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep tentang semua ini, tanda-tanda seorang
bintang telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad, dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk
lahirnya yang indah. Kesabaran yang diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak
terbantahkan, bahwa ia adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun
batinnya. Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep benar-benar telah
mengonsepnya menjadi manusia 'ilahi''. Al-Amin telah dikenal oleh masyarakat Mekah, sebagai
manusia mulia, sebagai manifestasi wujud kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi Rosul,
Muhammad selalu mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama
mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau selalu melakukan
telaah mendalam terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau selalu mengamati masyarakatnya yang
rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan.
Apalah kiranya yang membuat masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan,
yang menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah jam, gua ini adalah saksi atas
peristiwa menyangkut 'sahabat karib'-nya (Muhammad), gua ini menjadi saksi bisu tentang wahyu,
dan seakan-akan ia ingin berkata,' disinilah dulu anak Hasyim itu tinggal, yang selalu kalian sebut-
sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul, disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia,
bukankah aku telah mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian
menutup telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian hanya
menjadikan aku sebagai museum sejarah.“kata saksi bisu.
Isteri-isteri Rasulullah Muhammad saw:
Selain Khadijah, isteri-isteri beliau adalah: Saudah binti Zam’ah, Aisyah binti Abu Bakar,
Hafshah binti Umar, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah (Hindun binti Umayyah), Zainab binti
Zahsy, Juwairiyah binti Al-Harits, Ummu Habibah (Ramlah), Shafiyah binti Huyay, Maimunah binti
Al-Harits dan Maria Al-Qibtiyah.
Nabi Muhammad menikahi mereka semua setelah Khadijah meninggal dunia. Dan mereka
semua beliau nikahi dalam keadaan janda, kecuali Aisyah ra.Jika dilihat dari faktor tiap pernikahan
beliau, semuanya mempunyai hubungan yang kuat dengan dakwah dan ajaran Islam yang dibawanya.
Anak dan putri nabi Muhammad saw adalah: Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum,
Fathimah, Abdullah dan Ibrahim.Mereka semua lahir dari rahim Khadijah kecuali Ibrahim dari Maria
Al-Qibtiah.
Anak-anak beliau yang laki-laki semuanya meninggal sebelum usia dewasa.
'Bacalah dengan [ menyebut] nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Paling Pemurah. Yang mengajari
[manusia] dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya'.
Ayat ini dengan tegas menyatakan tentang program Nabi, dan menyatakan dalam istilah-
istilah jelas bahwa fondasi agamanya diberikan dengan pengkajian, pengetahuan, kebijaksanaan, dan
penggunaan pena.
Muhammad, pembawa berita bahagia, ancaman, dan perintah merupakan manusia teladan
sepanjang masa, ia adalah manusia dalam wujud Ilahiah, utusan Tuhan yang kepadanya ummat manusia
memohonkan syafa'at. Tidak satupun mahkluq yang mencapai kesempurnaan yang dicapai Muhammad,
sejak kecil ia telah memperlihatkan ketulusan, kejujuran, manusia yang seumur hidupnya tidak
pernah berbohong, yang tidak pernah menghianati janji, dan sayang kepada yang miskin.
Malaikat Jibril menyelesaikan tugasnya menyampaikan wahyu itu, dan Muhammad pun turun dari Gua
Hira menuju rumah 'Khodijah'. Jiwa agung Nabi disinari cahaya wahyu. Beliau merekam di hatinya
apa yang didengarnya dari malaikat Jibril. Setelah kejadian ini, Jibril menyapanya,â€Wahai
Muhammad! Engkau Rosul Allah dan aku Jibril'. Muhammad menerima kalimat Tuhannya secara
bertahap, secara berangsur-angsur, fakta sejarah mengakui bahwa di antara wanita, Khodijah adalah
wanita yang pertama memeluk Islam, dan pria pertama yang memeluk Islam adalah 'Ali.
Muhammad mengadakan perjamuan makan dengan kerabatnya, selesai makan, beliau berpaling
kepada para sesepuh keluarganya dan memulai pembicaraan dengan memuji Allah dan memaklumkan
keesaan-Nya. Lalu beliau berkata,' Sesungguhnya, pemandu suatu kaum tak pernah berdusta
kepada kaumnya. Saya bersumpah demi Allah yang tak ada sekutu bagi-Nya bahwa saya diutus oleh
Dia sebagai Rosul-Nya, khususnya kepada Anda sekalian dan umumnya kepada seluruh penghuni dunia.
Wahai kerabat saya! Anda sekalian akan mati. Sesudah itu, seperti Anda tidur, Anda akan dihidupkan
kembali dan akan menerima pahala menurut amal Anda. Imbalannya adalah surga Allah yang abadi
(bagi orang lurus) dan neraka-Nya yang kekal(bagi orang yang berbuat jahat). 'Lalu beliau
menambahkan, 'Tak ada manusia yang pernah membawa kebaikan untuk kaumnya ketimbang apa yang
saya bawakan untuk Anda. Saya membawakan kepada Anda rahmat dunia maupun Akhirat. Tuhan saya
memerintahkan kepada saya untuk mengajak Anda kepada-Nya. Siapakah diantara Anda sekalian yang
akan menjadi pendukung saya sehingga ia akan menjadi saudara, washi (penerima wasiat), dan
khalifah (pengganti) saya?'.
Ketika pidato Nabi mencapai poin ini, kebisuan total melanda pertemuan itu. 'Ali, remaja
berusia lima belas tahun, memecahkan kebisuan itu. Ia bangkit seraya berkata dengan
mantap,'Wahai Nabi Allah, saya siap mendukung Anda.' Nabi menyuruhnya duduk. Nabi mengulang
tiga kali ucapannya, tapi tak ada yang menyambut kecuali '˜Ali yang terus melontarkan jawaban yang
sama. Beliau lalu berpaling kepada kerabatnya seraya berkata,' Pemuda ini adalah saudara, washi,
dan khalifah saya diantara kalian. Dengarkanlah kata-katanya dan ikuti dia".
Peristiwa diatas membuktikan heroisme spiritual dan kebenaran '˜Ali. Karena, dalam
pertemuan di mana orang-orang tua dan berpengalaman tenggelam dalam keraguan dan keheranan, ia
menyatakan dukungan dan pengabdian dengan keberanian sempurna dan mengungkapkan
permusuhannya terhadap musuh Nabi tanpa menempuh jalan politisi yang mengangkat diri sendiri.
Kendati waktu itu ia yang termuda diantara yang hadir, pergaulannya yang lama dengan Nabi telah
menyiapkan pikirannya untuk menerima kenyataan, sementara para sesepuh bangsa ragu-ragu untuk
menerimanya.
Setelah berdakwah kepada kaum kerabatnya, Nabi berdakwah terang-terangan kepada kaum
Quraisy. Muhammad, berbekal kesabaran, keyakinan, kegigihan, dan keuletan dalam berdakwah
terus-menerus dan tidak menghiraukan orang-orang musrik yang terus menghardik dan mengejeknya.
Banyak yang cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan Muhammad, suatu saat Abu
Tholib sedang duduk bersama keponakannya. Juru bicara rombongan yang mendatangi rumah Abu
Tholib membuka pembicaraan dengan berkata,' Wahai Abu Tholib! Muhammad mencerai-beraikan
barisan kita dan menciptakan perselisihan diantara kita. Ia merendahkan kita dan mencemooh kita
dan berhala kita. Jika ia melakukan itu karena kemiskinan dan kepapaannya, kami siap menyerahkan
harta berlimpah kepadanya. Jika ia menginginkan kedudukan, kami siap menerimanya sebagai
penguasa kami dan kami akan mengikuti perintahnya. Bila ia sakit dan membutuhkan pengobatan, kami
akan membawakan tabib ahli untuk merawatnya'.
Abu Tholib berpaling kepada Nabi seraya berkata,' Para sesepuh anda datang untuk meminta
Anda berhenti mengkritik berhala supaya mereka pun tidak mengganggu Anda.' Nabi menjawab,''
Saya tidak menginginkan apa pun dari mereka. Bertentangan dengan empat tawaran itu, mereka
harus menerima satu kata dari saya, yang dengan itu mereka dapat memerintah bangsa Arab dan
menjadikan bangsa Ajam sebagai pengikut mereka' Abu Jahal bangkit sambil berkata, ' Kami siap
sepuluh kali untuk mendengarnya.' Nabi menjawab,' Kalian harus mengakui keesaan Tuhan.' Kata-kata
tak terduga dari Nabi ini laksana air dingin ditumpahkan ke ceret panas. Mereka demikian heran,
kecewa, dan putus asa sehingga serentak mereka berkata,' Haruskah kita mengabaikan 360 Tuhan
dan menyembah kepada satu Allah saja?'
Orang Quraisy meninggalkan rumah Abu Tholib dengan wajah dan mata terbakar kemarahan.
Mereka terus memikirkan cara untuk mencapai tujuan mereka. Dalam ayat berikut, kejadian itu
dikatakan,
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka;
dan orang-orang kafir berkata,'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia
menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja ? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
sangat mengherankan.' Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka [seraya berkata], 'Pergilah kamu
dan tetaplah [menyembah] tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.
Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir ini; ini(mengesakan Allah) tidak lain
kecuali dusta yang diada-adakan.'
Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, Tiap hari nabi menghadapi
penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu'ith melihat Nabi bertawaf, lalu
menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret beliau ke luar masjid.
Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi.
Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati beliau mendapat dukungan dan
lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan ' pria serta beberapa orang tak
terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus , para pemimpin
terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Maka ketika
para sahabatnya meminta nasihatnya menyangkut hijrah, Nabi menjawab,'Ke Etiopia akan lebih
mantap. Penguasanya kuat dan adil, dan tak ada orang yang ditindas di sana. Tanah negeri itu baik dan
bersih, dan Anda boleh tinggal di sana sampai Allah menolong Anda.
Pasukan Syirik Quraisy kehabisan akal untuk menghancurkan Muhammad, maka mereka
melakukan propaganda anti Muhammad, diantaranya mereka memfitnah Nabi, Bersikeras menjuluki
Nabi Gila, larangan mendengarkan Al-Qur'an, menghalangi orang masuk Islam, sehingga Allah
mengabadikan perkataan orang-orang keji ini dan menunjukkan sesatnya perkataan mereka, dalam Al-
Qur'an Allah berfirman
"Demikianlah, tiada seorang rosul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka selain
mengatakan," Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila." Apakah mereka saling berpesan
tentang apa yang dikatakan itu ? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas."
Kaum Quraisy pun gagal melakukan berbagai macam cara untuk menghalangi usaha Muhammad, dan
menghalangi orang-orang untuk mengikuti agama Tuhan Yang Esa. Mereka pun melakukan Blokade
ekonomi yang membuat banyak kaum muslim, terutama kaum wanita dan anak-anak kelaparan. Nabi
dan para pengikutnya masuk ke Syi'ib Abu Tholib, yang diikuti pendamping hidupnya, Khodijah,
dengan membawa serta Fatimah AS. Orang-orang Quraisy mengepung mereka di Syi''ib itu selama
tiga tahun.
Dan akhirnya tahun-tahun blokade itu pun berakhir. Dan keluarlah sang bintang bersama
keluarga dan sahabatnya dari pengepungan. Allah telah menetapkan kemenangan bagi mereka, dan
Khodijah pun berhasil pula keluar dari pengepungan dalam keadaan amat berat dan menderita, Beliau
telah hidup dengan kehidupan yang menjadi teladan Istimewa bagi kalangan kaum wanita. Ajal
Khodijah sudah dekat. Allah telah memilihnya untuk mendampingi Rosulullah Saww., dan dia telah
berhasil menunaikan tugas dengan baik. Khodijah akhirnya meninggal pada tahun itu juga. Yakni, pada
saat kaum Muslim keluar dari blokade orang-orang Quraisy, tahun kesepuluh sesudah Kenabian. Pada
tahun yang sama, paman Rosul (Abu Tholib) meninggal dunia, yang sekaligus sebagai pelindung dakwa
Muhammad. Sungguh Nabi mengalami kesedihan yang amat berat. Beliau kehilangan Khodijah, dan
juga pamannya yang menjadi pelindung, dan pembelanya. Itu sebabnya, maka tahun ini dinamakan 'Am
Al-Huzn (Tahun Duka cita). Bukan hanya Rosul yang terpukul hatinya, Fatimah, yang belum kenyang
mengenyam kasih sayang seorang ibu dan kelembutan belaiannya, ikut pula menanggungnya. Kedukaan
menyelimuti dan menindihnya di tahun penuh kesedihan itu.Fatimah kehilangan ibundanya, berpisah
dari orang yang menjadi sumber cintanya dan kasih sayangnya.
Acap kali dia bertanya kepada ayahandanya,' Ayah, kemana Ibu?' Kalau sudah begini,
tangisnya pecah, air matanya meleleh, dan kesedihan menerpa hatinya. Rosul merasakan betapa berat
kesedihan yang ditanggung putrinya. Setelah wafatnya Abu Tholib kaum Kafir Quraisy semakin
berani menganggu Muhammad, akhirnya Muhammad berhijrah ke Yastrib, peristiwa hijrahnya Nabi
ke Yastrib, merupakan momen awal dari lahirnya negara Islam. Penduduk Yastrib bersedia memikul
tanggung jawab bagi keselamatan Nabi. Di bulan Robi’ul Awwal tahun ini, saat hijrahnya Nabi
terjadi, tak ada seorang muslim pun yang tertinggal di Mekah kecuali Nabi, '˜Ali dan Abu Bakar, dan
segelintir orang yang ditahan Quraisy atau karena sakit,dan lanjut usia.
Kaum Quraisy yang berada di Mekah akhirnya membuat kesepakatan untuk membunuh
Muhammad di malam hari, dan masing-masing suku mempunyai wakil, sehingga Bani Hasyim tidak
dapat menuntut balas atas kematian Muhammad. Orang-orang ini memang bodoh, mereka mengira
Muhammad dapat dihancurkan hanya dengan cara seperti ini, seperti urusan duniawi mereka. Jibril
datang memberitahu Nabi tentang rencana kejam kaum kafir itu. Al-Qur''an merujuk pada kejadian
itu dengan kata-kata,
“Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya
dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Ali berbaring melewati cobaan yang mengerikan demi keselamatan Islam menggantikan Nabi,
sejak sore. Ia bukan orang tua yang lanjut usia, tapi seorang anak muda yang begitu berani
mengorbankan nyawanya untuk sang Nabi, ia, yang bersama Khodijah adalah orang yang pertama-
tama beriman kepada Nabi, dialah orang yang rela berkorban untuk Nabi, Ali, sekali lagi '˜Ali.
Kepadanya Nabi berkata,''Tidurlah di ranjang saya malam ini dan tutupi tubuh Anda dengan selimut
hijau yang biasa saya gunakan, karena musuh telah bersekongkol membunuh saya. Saya harus
berhijrah ke Yastrib. '˜Ali menempati ranjang Nabi sejak sore. Ketika tiga perempat malam lewat,
empat puluh orang mengepung rumah nabi dan mengintipnya melalui celah. Mereka melihat keadaan
rumah seperti biasanya, dan menyangka bahwa orang yang sedang tidur di kamar itu adalah Nabi.
Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka
Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.
"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94)
Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka
memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri.
Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan
keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia
bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:
"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan
kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini
meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya"
Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-
penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang
menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan
tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.
- "Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka
dizhalimi." (Al-Hajj: 39).
- "Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas,
sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (QS. Al-Baqarah: 190).
Dalam hal ini ada aturan-aturan perang, antara lain: Jangan membunuh anak-anak, orang tua, orang
yang menyerah, pendeta dan petugas rumah ibadah yang tidak menyerang, hewan tanpa tujuan
maslahat, jangan membunuh dengan cara yang sadis dan berlebihan (Tafsir Ibnu Katsir).
Dari sini jelas bahwa peperangan nabi Muhammad saw adalah sebagai upaya pembelaan
terhadap hak, bukan wasilah untuk islamisasi apalagi balas dendam.
Hijrah Ke Madinah
Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas kepergian
isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah
berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.
Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum
Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima
baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan
Rasulullas s.a.w sendiri.
Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di
Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi
Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya
pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama,
tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan
sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang
melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik,
sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan
dasar undang-undang Madinah.
Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat
penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi
tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda
ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan
Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.
Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam
Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi
Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan
10 000 orang para pengikutnya.
Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan
pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji
bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda
yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:
"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah
daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi
Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan
kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu
kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."
. Benteng Khaibar
Pada perang Khaibar ketika semangat kaum muslim mengendur dan merasa tidak mampu untuk
menghancurkan benteng Khaibar, orang-orang menunggu dengan gelisah dan ketakutan, karena
sebelumnya Abu Bakar dan Umar tidak ada yang mampu menghancurkan benteng, bahkan '˜Umar
memuji keberanian pemimpin benteng, Marhab,yang luar biasa yang membuat Nabi dan para
komandan Islam kecewa atas pernyataan "˜Umar ini.
Kebisuan orang-orang sedang menunggu dengan gelisah dipecahkan oleh kata-kata Nabi," Dimanakah
"˜Ali? " Dikabarkan kepada beliau bahwa "Ali menderita sakit mata dan sedang beristirahat di suatu
pojok. Nabi bersabda,'Panggil dia." "˜Ali diangkut dengan unta dan diturunkan di depan kemah
Nabi.' Pernyataan ini menunjukkan sakit matanya demikian serius sampai tak mampu berjalan. Nabi
menggosokkan tangannya ke mata "˜Ali seraya mendoakannya. Mata '˜Ali langsung sembuh dan tak
pernah sakit lagi sepanjang hidupnya. Nabi memerintahkan "˜Ali maju, menurut riwayat pintu
benteng Khaibar itu terbuat dari batu, panjangnya 60 inci, dan lebarnya 30 inci. Mengutip kisah
pencabutan pintu benteng Khaibar itu dari "˜Ali melalui jalur khusus," Saya mencabut pintu Khaibar
dan menggunakannya sebagai perisai. Seusai pertempuran, saya menggunakannya sebagai jembatan
pada parit yang digali kaum Yahudi." Seseorang bertanya kepadanya," Apakah Anda merasakan
beratnya?"˜Ali menjawab," Saya merasakannya sama berat dengan perisai saya." Masih banyak lagi
peristiwa-peristiwa lain selain peperangan untuk melawan kebejatan kaum kafir Quraisy, banyak juga
peristiwa yang menggembirakan, misalnya peristiwa pernikahan al-Washi dan Fatimah, putri Nabi,
perubahan kiblat dari Bait al-Maqdis ke Ka'bah di Makah.
Selain serangan dari luar Kota Madinah, kaum Yahudi yang berada di dalam kota selalu
mencoba melakukan rongrongan terhadap pemerintahan Islam yang masih muda ini, namun Sang Maha
Konsep telah menentukan Drama yang berbeda, walaupun mereka mencoba memadamkan nur cahaya-
Nya, namun Ia terus menerangi Nur Cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu benci.
Fath Makkah
Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi
segera mengeluarkan perintah kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah
disaksikan kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi pun
menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana migrasi kawanan burung
menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk
membagi diri, dan menyalakan api unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar
pasukan musuh tersebut.
Di dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum muslimin
membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan cermat arus pasukan Islam
yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah... Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi menyerukan
teriakan Fir'aun-fir'aun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit Muslim yang menggema yang
seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir yang kini
telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu pengikut dan pembelanya.
Nabi memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi, tidak ada
darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah menunggu bibir Muhammad
berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk
menjatuhkan hukuman, ia memberikan kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan
beliau berkata "... Pergilah, Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!"
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya
yang sarat dengan berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang.
Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah merasakan letih,
kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang'“orang Quraisy berdesak-desakkan di bukit
Shafa untuk memberikan Ba'iat.
Setelah penaklukan Mekah masih ada beberapa peperangan besar berlanjut '“ semasa hidup Nabi -
yaitu Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini, sesudah membuat
kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung dengan Nabi, ia memutari Nabi,
dan menghambur membabat musuh untuk melindungi Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit
musuh yang lari dan menghadang kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil
sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai "Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?" Wahai orang-orang
yang ikut bai'at al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya diturunkan surat Al-Baqarah! Wahai
orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang Madinah yang gagah berani segera sadar
akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi
memanggil mereka di tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum kerabatnya.
Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan, 'Labbaik, Labbaik... Kami
datang, kami datang...!"
Pasukan Islam kembali memenangkan pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan
risalah agungnya telah selesai, dan kini '“ tidak bisa'“ tidak di harus melihat pasukannya, untuk
kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran yang telah diberikannya selama dua
puluh tiga tahun, agar di bisa mengevaluasidan menelitinya kembali.
Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga
meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-
orang yang amat disayangi oleh baginda.
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Uqbah bin Abu Mu’ith pernah
mencampakkan kotoran onta kepada Rasulullah Muhammad saw sementara beliau dalam keadaan
sujud. Beliau terus sujud hingga putrinya Fathimah datang membuangnya.
Perlakuan kasar kaum Quraisy semakin bertambah setelah pamannya Abu Thalib dan isterinya
Khadijah meninggal dunia pada tahun 10 kerasulan. Karenanya beliau hijrah ke wilayah Thaif. Namun
ternyata disini juga beliau tidak diterima, malah penduduk setempat menyuruh anak-anaknya untuk
melemparinya dengan batu.
Dan bagaimana pun juga kasarnya perlakuan dan azab dari kaum musyrik penduduk Makkah
kepadanya dan ummat pengikutnya, tapi itu tak membuatnya dendam kepada mereka di saat
pembebasan Makkah pada tahun 8 H. Malah beliau saw memberikan amnesty besar-besaran kepada
penduduk Makkah.
Keistimewaan lainnya disebutkan di dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Saya
adalah pemimpin anak-anak Adam pada hari kiamat nanti, saya orang pertama yang dibangkitkan dari
kubur, dan saya orang pertama yang diberi syafaat (oleh Allah) dan orang pertama yang memberi
syafaat (kepada ummat manusia)." (HR. Muslim).
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita
semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di
dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang
limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana sepertinya tengah
menahan detik-detik berlalu.Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan
membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang
yang berseru mengucapkan salam.
“Tak tahulah aku ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu
Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya
seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.
Malaikat Maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh
kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah
dicabut nyawanya)
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka
lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega,
matanya masih penuh kecemasan.
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan
surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak
seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada
malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada
umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan
hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka
masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”
‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala beliau menjadi berat di atas
dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.”
Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari
kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:
Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid, karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan
seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya
pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya. ”
Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk beliau dan
berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.”
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku
menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah manusia yang paling mulia, manusia
yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat
pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari perjalanan sejarah nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di samping
sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap.
Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukan seluruh
Jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.
Kita dapat membagi masa dakwah Muhammad SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda secara
total dengan yang lainnya, yaitu:
1. Periode Mekah, berjalan kira-kira tiga belas tahun.
2. Periode Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Periode
mekah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
2. Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekah, yang dimulai sejak
tahun keempat dari kenabian hingga akhir tahun kesepuluh.
3. Tahapan dakwah di luar Mekah, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari kenabian hingga hijrah
ke Madinah.
Sedangkan periode Madinah dapat dibagi menjadi tiga tahapan fase:
1. Fase yang banyak diwarnai cobaan dan perselisihan, banyak rintangan yang muncul dari dalam,
sementara musuh dari luar menyerang Madinah untuk menyingkirkan para pendatangnya. Fase ini
berakhir dengan dikukuhkannya perjanjian Hudaibiyah.
2. Fase perdamaian dengan para pemimpin paganisme, yang berakhir dengan Futuh Makah pada
bulan Ramadhan tahun kedelapan dari Hijriyah. Ini juga merupakan fase berdakwah kepada para raja
agar masuk Islam.
3. Fase masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, yaitu masa kedatangan
para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah. Masa ini membentang hingga wafatnya
Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdul Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad Dawud, Ramalan Tentang Muhammad SAW, (Jakarta : PT. Mizan
Publika, 2006) hal. 94
[2] Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Risalah Pelajaran Tarikh Riwayat Nabi Muhammad SAW, (Kandangan :
Toko Buku Sahabat, 1 Muharam 1371 H/2 Oktober 1951 M) Hal. 42
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 9
[4] Nayla Putri dkk, Sirah Nabawiyah. (Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008), hal. 71.
[5] Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12), hal. 49.
[6] Abdul Hameed Siddiqui, The Life Muhammad, (Delhi: Righway Publication, 2001), 64.
[7] Ja’far Al-Barzanji, AL-Maulid An-Nabawi, (Jakarta: Maktabah Sa’diyah. Tt.) 16.
[8] Philip K. Hitti, History Of The Arabs, diterjemahkan R. Cecep Lukman Yasin, Karya (Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta, 2008), 140.
[9] Ajid Thohir, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 62.
[10] Muhammad Arsyad Thalib Lubis, ibid. hal 43
[11] Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007) hal. 94
[12] Muhammad Arsyad Thalib Lubis, locit hal. 20
[13] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, cet. 5), 101.
[14]http://mujahidinalbanjari.wordpress.com/2012/12/04/makalah-tentang-sejarah-hidup-nabi-
muhammad-saw/
[15]http://islamisthebestyusufrohimat9b.blogspot.com/2013/03/sejarah-kelahiran-nabi-
muhammad-saw.html
[16]http://indonesiaindonesia.com/f/88091-sejarah-penaklukan-konstantinopel-muhammad-al-fatih/