Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DIUTUSNYA NABI

MUHAMMAD DAN TURUNNYA AL-


QUR’AN SECARA BERTAHAP

Disusun oleh
Kelompok 4
Davi
Fathan
Astama
Radit
Galih

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat, taufik,
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sejarah tepat pada waktu. Terima kasih
juga kami ucapkan kepada guru pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas sejarah. Tak hanya itu, kami juga
berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka
dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kata, kami berharap semoga makalah sejarah ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang
bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kami kepada para pembaca yang telah
membaca makalah ini hingga akhir.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
2.1 Lahirnya Rasullulah .................................................................................... 4
2.3 Diutusnya Nabi Muhammad menjadi Rasul ................................................ 5
2.4 Hikmah turunnya Al-Qur‟an secara bertahap .............................................. 7
2.5 Turunnya Al-Qur‟an secara bertahap ......................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 10
3.2 Saran ......................................................................................................... 11

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Nabi Muhammad adalah tokoh yang sangat penting bagi umat islam dan seluruh nabi di
berikan mukjizat oleh Allah SWT dan mukjizat yang di berikan Allah kepada nabi Muhammad
salah satunya yaitu kitab Al-Qur‟an, peristiwa turunnya Al-Qur‟an disebut Nuzulul Quran.

Nuzulul Quran adalah salah satu peristiwa yang paling penting di dalam sejarah umat Islam.
Nuzulul Quran adalah peristiwa turunnya Al-Qur'an yang terjadi di bulan Ramadan dan selalu
diperingati oleh masyarakat muslim khususnya Indonesia.Lalu, bagaimanakah kisah nuzulul
Quran itu terjadi?

1.2 Rumusan Masalah

Kenapa Nabi Muhammad diutus menjadi rasul?


Kenapa Al-Qu‟an diturunkan secara bertahap?

1.3 Tujuan Masalah

Mengetahui kisah Nabi Muhammad


Memahami mengapa Al-Qur‟an diturunkn secara bertahap

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lahirnya Rasullulah

Nabi Muhammad SAW lahir di Kota Makkah pada 12 Rabiulawal 571 Masehi. Tahun
kelahirannya sering disebut sebagai Tahun Gajah.. Dia adalah anak dari Abdullah bin Abdul
Muthalib dan Aminah binti Wahab. Ayah Muhammad, Abdullah, adalah putra dari pemimpin
suku Quraisy, Abdul Muthalib bin Hasyim. Abdullah meninggal beberapa bulan sebelum
kelahiran Muhammad, sementara ibunya, Aminah meninggal ketika dia berusia enam tahun,
meninggalkan Muhammad sebagai yatim piatu. Dia dibesarkan di bawah asuhan kakeknya,
Abdul Muthalib, dan setelah kakeknya meninggal dunia, ia diasuh pamannya, Abu Thalib.

Disebut Tahun Gajah lantaran menjelang kelahiran Nabi, ada peristiwa penyerbuan pasukan Raja
Abrahah yang menggunakan gajah ingin menghancurkan Ka‟bah. Peristiwa penyerbuan Ka‟bah
itu terjadi pada 12 Muharram 571 Masehi.

4
Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW diiringi dengan peristiwa-peristiwa yang luar biasa.
Di antaranya adalah padamnya api sesembahan orang-orang Majusi. Api tersebut padam setelah
ratusan tahun menyala tanpa pernah padam.

Saat kelahiran Nabi, Istana Kisra yang berdiri mewah tiba-tiba terguncang. Kerajaan yang kerap
bertindak zalim itu hancur, sebanyak 14 bangunan istana roboh.

Kelahiran Nabi itu seakan memberikan peringatan akan datangnya kehancuran bagi kebatilan. Di
sisi lain, kelahiran Nabi adalah kabar gembira bagi penyeru kebaikan.

Kota Makkah yang sebelumnya kering kerontang, menjelang kelahiran Nabi menjadi hijau subur.
Makkah diguyur hujan lebat, tumbuhannya menghijau dan pepohonannya menjadi rimbun.

Penyair Imam Bushiri dalam Qasidah Burdah mengungkapkan:

Kelahiran sang nabi menampakkan kesucian diri;


Alangkah indah permulaannya, juga indah penghabisannya

Hari kelahiran Rasulullah saat ada firasat bangsa persia;


Bahwa ada peringatan kepada mereka datangnya bencana dan siksa

2.3 Diutusnya Nabi Muhammad menjadi Rasul

Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul ditandai dengan menerima wahyu surah
Al 'Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Pendapat terkuat meyakini bahwa hal tersebut terjadi pada 17
Ramadan 610 M.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menerima wahyu dalam dua
keadaan. Pertama, terdengar seperti suara lonceng yang berbunyi keras dan dikatakan bahwa ini
cara paling berat bagi Rasulullah.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 5:

Artinya:" Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."

Kedua, dikatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dalam keadaan seperti

5
manusia biasa, menyerupai seorang laki-laki. Jibril mendatangi dengan berkata iqra` bismi
rabbikallażī khalaq khalaqal-insāna min 'alaq iqra` wa rabbukal-akram allażī 'allama bil-qalam
'allamal-insāna mā lam ya'lam (QS Al 'Alaq: 1-5).

Turunnya wahyu pertama yang menandai kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW juga
diceritakan Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad dengan bersandar
pada hadits yang bersumber dari Aisyah RA.

Aisyah RA berkata, "Yang pertama sekali apa (wahyu) yang dimuliakan pada Rasulullah SAW
itu adalah impian yang baik dalam tidur. Beliau tidak melihat impian itu melainkan terang cuaca
datang seperti terang cuacanya waktu subuh. Kemudian kepada beliau rasa amat suka
bersembunyi (menyendiri) dan beliau juga menyendiri di Gua Hira maka beliau ber-tahannuts di
dalamnya, yaitu beribadah dalam beberapa malam yang berbilangan sebelum beliau kembali
pulang kepada ahli keluarganya, dan bersedia untuk yang demikian itu kemudian beliau kembali
kepada Khadijah lalu mengambil perbekalan yang seperti itu sehingga datanglah Haq
(kebenaran), sedang beliau ada di Gua Hira. Maka datanglah malaikat kepada beliau lalu berkata,
'Bacalah!'

Beliau berkata, "Aku bukan pembaca."

Lalu Jibril memegang beliau, lantas memeluknya dengan sekeras-kerasnya sampai payahlah
beliau, lalu Jibril melepaskan beliau lantas berkata, "Bacalah!"

Beliau berkata, "Aku bukan pembaca."

Lalu jibril memegang beliau lantas memeluknya yang kedua kalinya sampai merasa payahlah
beliau, lalu melepaskan beliau lantas berkata, "Bacalah!"

Maka beliau berkata, "Aku bukan pembaca."

Lalu Jibril memegang beliau lantas memeluk beliau dengan sekeras-kerasnya, kemudian
melepaskan beliau lalu berkata, "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari darah yang beku! Bacalah olehmu dan Tuhanmu Maha Mulia yang
mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia tentang barang yang ia belum mengetahui."

Bunyi Wahyu Pertama yang Diterima Nabi Muhammad

٣ ٤ ٥

iqra` bismi rabbikallażī khalaq khalaqal-insāna min 'alaq iqra` wa rabbukal-akram allażī 'allama
bil-qalam 'allamal-insāna mā lam ya'lam

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia)
dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS Al 'Alaq: 1-5)

Terputusnya Wahyu pada Awal Periode Mekkah


Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur.
Sebagaimana Dia berfirman:

6
Artinya: "Al-Qur'an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad)
membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya
secara bertahap." (QS Al Isra: 106)

Dalam proses turunnya wahyu tersebut, terdapat selang waktu beberapa hari antara wahyu
pertama dan wahyu berikutnya. Abdurrahman bin Abdul Karim mengatakan dalam Sejarah
Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya, Nabi
Muhammad SAW menganggap selang waktu tersebut sebagai tanda bahwa wahyu telah terputus.

Terputusnya wahyu tersebut terjadi setelah tiga wahyu pertama, yakni 5 ayat surah Al 'Alaq, 9
ayat surah Al Qalam, dan 10 ayat surah Al Muzzammil (pendapat lain menyebutnya ada sepuluh
wahyu).

Kondisi tersebut membuat Rasulullah SAW bersedih. Setelah sekian lama wahyu terputus pada
awal periode Mekkah, beliau begitu ingin bertemu dengan Jibril. Menurut riwayat Imam Bukhari,
Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang masa-masa
turunnya wahyu.

"Ketika tengah berjalan, aku mendengar suara dari langit. Aku menengadahkan pandanganku,
ternyata sosok malaikat yang datang kepadaku di Gua Hira tengah duduk di atas kursi di antara
langit dan bumi. Aku pun merasa takut padanya dan bergegas pulang. Aku berkata, 'Selimutilah
aku!' Allah lalu menurunkan firman-Nya, 'Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah
peringatan! Agungkanlah Tuhanmu, bersihkan pakaianmu, dan tinggalkan perbuatan dosa
(menyembah berhala)'" (QS Al Muddatstsir: 1-5).
Menurut Ibnu Ishaq, setelah itu wahyu terputus dari Nabi Muhammad SAW hingga beliau
bersedih. Kemudian, Jibril datang dengan membawa surah Ad Dhuha.

2.4 Hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap

Dahulu orang-orang kafir sering menanyakan banyak hal kepada Rasulullah, tidak lain
untuk merendahkan beliau. Mereka berharap bahwa Rasulullah tidak mampu menjawab apa
yang menjadi pertanyaan mereka. Sampai menyangsikan al-Quran yang tidak turun sekaligus
dalam satu waktu. ‘Mengapa al-Quran tidak diturunkan sekaligus saja, kalau engkau
memang benar-benar Rasulullah?’. Dari sini kemudian Allah membantah mereka melalui
firman-Nya, QS. Al-Furqan/25: 32, bahwa al-Quran tidak turun sekaligus tidak lain untuk
meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW.
Menurut para ulama ulumul quran, proses turunnya al-Quran melalui tiga tahapan.
Dalam kitab al-Burhan fi ulumil Quran juga kitab Manahilul Irfan fi ulumil
Quran menyebutkan tiga tahapan tersebut ialah: Pertama, turun sekaligus/ idzhar ke lauhul
mahfudz. Tahap kedua, turun dari lauhul mahfudz ke baitul izzah, juga berwujud idzharul
quran/ secara utuh. Tahap ketiga barulah diturunkan kepada Rasulullah dari baitul izzah tidak

7
secara keseluruhan, tetapi berangsur-angsur dan bertahap selama kurun waktu sekitar 23
tahun, atau dalam suatu riwayat selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Adapun, al-Quran yang
turun secara bertahap tersebut memiliki beberapa hikmah, antara lain:
1. Meneguhkan Rasulullah dalam berjuang menghadapi orang-orang kafir Quraisy dan
siapapun yang menentang dakwah beliau.
2. Sebagai mukjizat. Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah
SAW, termasuk beragam pertanyaan yang bernada memojokan. Mereka menanyakan
tentang alam ghoib, masalah haid, masalah hilal/ bulan sabit, hingga urusan ruh, serta
hal-hal yang sangat rumit. Maka dalam QS. Al-Furqan/25 : 33, Allah berfirman yang
artinya: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya.
3. Dalam rangka memelihara ayat-ayat-Nya. Dengan berangsur-angsur itulah
pemahaman terhadap setiap ayat dapat dicerna dengan baik serta mudah untuk
dihafalkan.
4. Memberi solusi hukum. Wahyu al-Quran yang turun merupakan solusi umat yang
diberikan secara bertahap. Contohnya dalam masalah penghapusan beberapa tradisi
Arab seperti minum-minuman keras.
5. Sebagai bukti bahwa al-Quran bukan rekayasa nabi atau manusia biasa. Akan tetapi
benar-benar wahyu dari Allah SWT yang telah menciptakan segala yang ada di alam
raya ini.

2.5 Turunnya Al-Qur’an secara bertahap

Wahyu pertama kali yang turun yakni QS. Al-„Alaq/96: 1-5, hal ini sebagai penanda
diangkatnya Nabi Muhammad sebagai Nabi/ Rasul. Ketika sedang bertahanuts di Goa Hira,
Rasulullah didatangi oleh Malaikat Jibril as., kemudian disuruh membaca, “Iqra‟!,”: bacalah hai
Muhammad, lalu Rasulullah menjawab maa anaa biqari? (HR. Bukhari) atau maa aqra‟? (HR.
Muslim). Matan atau redaksi hadis tersebut terkesan kontradiksi, namun sejatinya tidak menurut
ulama ahli hadis/ muhadisin. Jawaban Rasulullah dalam Shahih Bukhari menunjukkan bahwa
Rasulullah sama sekali tidak bisa membaca apa yang diinginkan oleh Malaikat Jibril as.,
sementara dalam Shahih Muslim, menunjukkan bahwa Rasulullah ingin mencari tahu pembacaan
apa yang dikehendaki Malaikat Jibril as. Selanjutnya, setelah Rasulullah menjawab demikian,
Malaikat Jibril as. membacakan QS. al-‟Alaq ayat 1-5 tersebut.

8
Setelah selesai turun wahyu yang pertama, lalu tidak turun kembali selama tiga hari.
Rasulullah mengalami rasa sakit, namun bukan karena suatu penyakit tertentu, melainkan karena
dampak dari keterkejutan beliau saat didatangi oleh Malaikat Jibril as. yang notabene belum
pernah bertemu sebelumnya. Melihat keadaan yang demikian serta pengalaman yang Rasulullah
alami, maka istrinya yakni Khadijah ra. pergi menemui pamannya yang merupakan seorang ahli
kitab yang taat (Waraqah bin Naufal).

Khadijah radhiyallahu „anha menyampaikan tentang keadaan Rasulullah, lalu dijawab bahwa
suaminya telah dipilih Allah sebagai utusan-Nya yang terakhir. Mendengar hal demikian,
Khadijah ra. bergegas pulang dan menyampikan informasi tersebut kapada Rasulullah. Baru
setelah itu berkuranglah demam dan rasa sakitnya. Imam ar-Razi menyebutkan bahwa setelah
peristiwa tersebut, sore hari ba‟da asar datanglah Malaikat Jibril pada saat Rasulullah masih
berbaring dan berselimut. Malaikat Jibril as. datang melaksanakan perintah Allah SWT dengan
membacakan QS. al-Mudassir.

Hai orang yang berselimut!. Maka pada saat ituNabi terjaga. Bangunlah, lalu berilah
peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa
tinggalkanlah. Hal tersebut Nabi diminta untuk menanggalkan pakaian jahiliyah yang kadang
membanggakan status sosial, keturunan. Namun sebelumnya Tuhanmu hendaknya diagungkan
terlebih dahulu.

Demikianlah bahwa kurikulum pertama risalah dakwah para Nabi termasuk Nabi
Muhammad SAW ialah tentang masalah tauhid. Setelah itu malaikat Jibril pergi, kemudian
datang kembali pada malam harinya pada hari yang sama. Muhammad Abduh menyebutkan
malaikat tersebut datang pada waktu sepertiga malam terakhir, datang membawa wahyu ketiga,
yakni QS. al-Muzammil.

Dalam ayat tersebut dijelaskan salah satunya bahwa Nabi Muhammad SAW agar lebih
bersiap diri bahwa sesungguhnya ucapan-ucapan yang berbobot akan turun terus menerus secara
berangsur angsur (qaulan tsaqiilaa). Di sinilah dapat diketahui bahwa ternyata perintah qiyamu
lail muncul lebih dulu dibandingkan dengan salat fardhu. Begitulah seterusnya selama kurang
lebih 23 tahun, ayat-ayat al-Quran terus turun hingga mewujud dalam hafalan-hafalan Rasulullah
dan para sahabat. Namun ayat-ayat al-Quran tersebut sampai wafatnya Rasulullah belum
terhimpun dalam satu mushaf dan masih terpisah-pisah baik dalam pelepah kurma, batu, kulit
binatang dan sebagainya.

Adapun dalam proses pengharaman tradisi yang sudah mendarah daging seperti kebiasaan
meminum minuman keras, al-Quran turun dalam empat tahap. Tahap pertama, Allah turunkan
QS. An-Nahl/16: 47. Setelah itu muncul respon dari masyarakat yang kemudian menanyakan
masalah khamr. Dijawablah oleh Allah yang kemudian diturunkan QS. Al-Baqarah/2: 219. Tahap
ketiga yakni dengan menurunkan QS. An-Nisa/4: 43. Barulah tahap terakhir, tahap penghapusan
tradisi minuman keras yang ada di masyarakat (Madinah) tersebut dengan turunnya QS. al-
Maidah/5: 90. Betapa al-Quran turun menjawab pertanyaan secara bertahap. Hal itu menjadi
perhatian bagi para dai/ mubaligh ketika menyampaikan agama kepada masyarakat. Agar
memperhatikan aspek tahapan-tahapan tersebut, sehingga umat tidak lari.
(Ali bin Abi Thalib): berbicaralah kepada audiens sesuai kadar akal mereka, sehingga mereka
dapat memahaminya dengan mudah.

9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Jangan pernah kita menyerah dan tetap terus beristiqomah untuk


memperbaiki diri, karena tidak ada yang instan di dunia ini, bahkan nabi
Muhammad butuh waktu 40 tahun untuk diutus menjadi Rasul dan Al-Qur‟an

10
butuh waktu 22 tahun 2 bulan dan 2 hari untuk lengkap, oleh karena itu kita jangan
pernah menyerah walaupun pasti ada cobaan disetiap apa yang kita jalankan itu
karena cinta Allah, karena jika Allah mencintai seorang hamba maka akan diuji
seperti pada hadits

‫ذ‬
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-
Thabrani dalam Mu‟jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih
Al-Jami‟ no. 285).

3.2 Saran

Pembuatan isi makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Penyusun
berharap adanya kritik dan saran dari para pembaca terimakasih.

11

Anda mungkin juga menyukai