Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an adalah turunnya Al-Quran pertama kali yaitu tanggal 17 bulan
Ramadhan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Quran tersebut diturunkan melalui
Malaikat Jibril, dengan wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-5. Ketika wahyu ini
diturunkan pada Nabi Muhammad, beliau sedang berada di Gua Hira. Saat itu tiba-
tiba Malaikat Jibril datang kepadanya dan menyampaikan wahyu tersebut.

Nabi Muhammad saat itu hanya seorang diri dan langsung ketakutan. Tubuhnya
bahkan sampai menggigil. Kemudian Nabi Muhammad SAW pulang dan
menceritakan pengalaman yang dialaminya kepada isterinya, Khadijah. Sejak
peristiwa itu Nabi pun mendapatkan gelar kerasulannya. Rasul adalah seorang nabi
yang mendapatkan wahyu untuk disebar luaskan kepada umat manusia.

Sejarah Nuzulul Qur’an

Perlu kamu tahu bahwa pada awal datangnya, Al-Quran tidak diturunkan kepada
Nabi Muhammad sekaligus satu kitab full seperti yang kita kenali kini. Namun
secara bertahap dan menurut tuntutan peristiwa yang melatarinya. Lama waktu Al-
Qu’an hingga menjadi utuh ini adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.

Al-Quran selesai diturunkan menjelang kewafatan Nabi Muhammad SAW pada 9


Dzulhijjah tahun 10 H yang bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 632 M, dengan
turunnya ayat yang terakhir yakni surah Al-Maidah ayat 3.

Pada suatu malam yang tenang, angin mengalir lembut dan langit bermandikan
cahaya, Nabi Muhammad masih berada di dalam gua Hira. Ia sudah beberapa hari
tinggal di situ untuk “tahannuts“, “khalwah“ atau berkomtemplasi. Kontemplasi
adalah sebuah ritual permenungan yang intens. Al-Ghazali juga menyebutnya
sebagai proses atau momen menyerap aspirasi dari langit.

Manakala kemudian keluar dari gua tersebut, tiba-tiba Jibril menampakkan diri di
hadapan Nabi, dan mengatakan, “Selamat atas Anda, Muhammad. Aku Jibril
pembawa “Suara Tuhan”. Anda adalah Rasulullah, utusan Allah kepada umat ini”.

Jibril kemudian merengkuh tubuh Nabi sambil berkata, “Bacalah!”


Sementara Muhammad SAW mulai ketakutan hingga gemetar kemudian menjawab,
“Aku tidak bisa membaca.”

“Bacalah!” ulang Jibril seraya tidak melepaskan Muhammad.

Muhammad masih mengulangi jawaban yang sama. Jibril lalu menarik dan
mendekapnya sampai menyulitkan Nabi untuk bernapas. Setelah dilepaskan, Jibril
mengulangi lagi perintahnya dan masih dijawab dengan jawaban yang sama. Pada
yang keempat kalinya Muhammad SAW kemudian mengucapkan kalimat suci ini:

‫ َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْم‬. ‫ ِإْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُم اَّلِذ ى َع َّلَم ِباْلَقَلِم‬.‫ َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍق‬.‫ِإْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ى َخ َلَق‬.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan (perantaraan) pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al ‘Alaq, 1-5).

Begitu selesai Muhammad mengikuti Jibril membaca 5 ayat Iqra (al-Qalam)


tersebut, Jibril kemudian menghilang entah ke mana. Muhammad masih bergeming
dan merasa ketakutan. Tubuhnya menggigil hebat. Keringat dingin mengalir deras
dari pori-pori tubuhnya dan pacu jantungnya seakan berlarian.

Kemudian Muhammad pun bergegas pulang menemui Khadijah, isterinya, dengan


hati yang diliputi rasa galau, cemas dan ketakutan. Begitu sampai di rumah, ia
masuk kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Katanya, “Selimuti
aku, selimuti aku sekarang.”

Khadijah pun segera menyelimuti seluruh tubuh Muhammad rapat-rapat. Setelah


rasa takutnya mereda, beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya dan
mengatakan, “Aku takut diriku. Aku khawatir sekali tadi.”
Khadijah kemudian mengatakan dengan lembut untuk membesarkan hati suaminya:

‫ َو ِهللا ِإَّنَك َلَتِص ُل الَّر ِح َم َو َتْص ُدُق اْلَح ِد يَث َو َتْح ِم ُل اْلَك َّل َو َتْك ِس ُب اْلَم ْعُد وَم‬,‫ َأْبِش ْر َفَو ِهللا اَل ُيْخ ِزيَك ُهللا َاَبدًا‬. ‫َك اّل‬
‫ َو ُتِع يُن َع َلى َنَو اِئِب اْلَح ِّق‬, ‫َو َتْقِر ى الَّضْيَف‬
“Tidak, sayangku. Demi Allah, Dia tidak akan pernah merendahkanmu. Engkaulah
orang yang akan mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia, memikul
beban penderitaan orang lain, bekerja untuk mereka yang papa, menjamu tamu dan
menolong orang-orang yang menderita demi kebenaran.”

Khadijah kemudian menghubungi putra pamannya, Waraqah bin Naufal. Ia adalah


pengikut sekaligus seorang pendeta Nasrani dan penafsir Bible: Kitab Taurat dan
Injil. Ia juga memahami bahasa Ibrani dengan fasih. Kepada sepupunya ini,
Khadijah mengatakan, “Tolong dengarkan apa yang disampaikan sepupumu.” Lalu
Nabi SAW mulai menceritakan apa yang dilihat dan dialaminya bersama Jibril
dalam gua Hira.

Waraqah sangat mengerti soal itu. Tanda-tanda kenabian yang ada pada Muhammad
telah dipahami dengan baik dari sejarah para Nabi sebelum Muhammad. Ia lalu
mengatakan, “Muhammad, itulah Namus yang pernah turun kepada Nabi Musa as.
Kau akan menjadi utusan Tuhan. Kau akan didustakan, disakiti, diusir dan dibunuh.
Kalau saja aku masih muda dan kuat, aku pasti akan membelamu, manakala
kaummu mengusirmu.”

Rasulullah SAW kemudian bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku ?”

“Ya, dan tak ada seorang pun yang sanggup menanggung beban berat seperti yang
akan kamu tanggung,” jawab Waraqah.

Nabi tertegun. Hatinya mulai masyghul (gundah). Ia tak dapat membayangkan


peristiwa yang akan terjadi terhadap dirinya kelak. Bagaimana dia akan bisa hidup
di luar daerahnya dan dalam keadaan sebagai orang yang dikejar-kejar, bagai
penjahat besar yang menjadi buronan umatnya sendiri. Nabi bimbang.

Kapan Nuzulul Qur’an Terjadi?

Saat wahyu pertama Nabi Muhammad SAW berupa Al-Quran diturunkan, Nabi
Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira. Ketika tiba-tiba Malaikat Jibril
muncul dan menyampaikan wahyu tersebut pada Rasul. Wahyu pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5.
Adapun mengenai waktu atau tanggal tepatnya kejadian tersebut, ada beberapa
perbedaan pendapat di antara para ulama, sebagian menyakini peristiwa tersebut
terjadi pada bulan Rabiul Awal pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan
riwayat Ibnu Umar), sebagian lainnya pada bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27
menurut riwayat Abu Hurairah, dan lainnya adalah pada bulan Ramadan pada
tanggal 17 (Al-Bara’ bin Azib) ,21 (Syekh Al-Mubarakfuriy) dan 24 (Aisyah, Jabir
dan Watsilah bin Asqo’ )

Namun dalam surat al-Baqarah ayat 185, diterangkan bahwa Al-Quran diturunkan
pada bulan Ramadhan.

Mengenai hal ini hampir semua ulama kemudian bersepakat.

‫><شهر رمضان الذى انزل فيه القرأن هدى للناس وبينت من الهدى والفرقان‬

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Hanya saja para ulama berbeda pendapat mengenai tanggal turunnya Al-Quran di
bulan Ramadhan ini. Imam Ibnu Ishaq berpendapat bahwa tanggal turunnya Al-
Quran adalah tanggal 17 Ramadhan pada tahun 41 dari kelahiran Rasulullah SAW.
Hal ini berdasar pada surat Al-Anfal ayat 41:

‫ان كنتم امنتم باهلل وماانزلنا على عبدنا يوم الفرقان يوم التقى الجمعان‬

“Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa[615] yang kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.
Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Hari bertempurnya kedua golongan itu adalah antara kaum muslimin dengan
musyrikin, yaitu hari perang Badar tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriah. Mengenai
hal ini Imam Thabari menjelaskan dengan sanad dari Hasan bin Ali:

‫كانت ليلة الفرقان يوم التقى الجمعان لسبع عشرة من شهر رمضان‬
Malam al-Furqan (malam diturunkannya Al-Quran ) adalah bertepatan hari
pertempuran dua golongan yakni pada 17 bulan Ramadhan.

Artinya pada 17 bulan Ramadhan adalah momen penting dalam sejarah Islam, selain
hari berlangsungnya perang Badar, juga merupakan waktu pertama kali
diturunkannya Al-Quran kepada Rasulullah SAW melalui malaikat Jibril.

Adapun surat pertama yang diturunkan adalah surat Al-Alaq. Begitulah seterusnya
Alqur’an diturunkan secara berangsur-angsur hingga yang terakhir adalah ayat dari
surat al-Maidah ayat 3.

Doa Nuzulul Quran

Pada perayaan Nuzulul Quran tentu kita harus memanjatkan doa. Doa Nuzulul
Quran adalah doa yang dapat diamalkan saat malam diturunkannya Al-Quran.
Nuzulul Quran dikatakan sebagai peristiwa yang sangat penting karena ini adalah
peristiwa yang berhubungan dengan turunnya Alquran.

Keistimewaan Nuzulul Quran tidak hanya bagi Rasulullah saja, Nuzulul Quran juga
sangat istimewa untuk seluruh umat muslim di dunia. Doa Nuzulul Quran banyak
dipanjatkan pada malam Nuzulul Quran. Apabila kamu ingin merasakan
keistimewaan Nuzulul Quran, maka tak ada salahnya jika kamu mengamalkan dzikir
dan doa Nuzulul Quran. Selain doa Nuzulul Quran amalan lain seperti membaca Al-
Quran, bersalawat, dan lain sebagainya juga penting untuk dilakukan saat Nuzulul
Quran tiba.

Di bawah ini adalah salah satu contoh doa Nuzulul Quran yang bisa kamu
panjatkan:

Allaahumma nawwir quluubanaa bi tilaawatil qur aan, wa zayyin akhlaa qonaa


bijaahil qur aan, wa hassin a’maalanaa bi dzikril qur aan, wa najjinaa minan naari bi
karoo matil qur aan, wa adkhilnal jannata bi syafaa’til qur aan.

Artinya: “Ya Allah sinari hati kami sebab membaca Alquran, hiasi akhlak kami
dengan kemuliaan Alquran, baguskanlah amalan kami karena berdzikir lewat
Alquran , selamatkanlah kami dari api neraka karena kemuliaan Alquran,
masukkanlah kami ke dalam surga dengan syafa’at Alquran.”

Keutamaan Malam Nuzulul Quran

Berikut ini adalah beberapa keistimewaan Nuzulul Quran yang wajib kamu ketahui
diantaranya adalah:

1. Peristiwa ini telah menguatkan hati Rasulullah dan para sahabat untuk terus
berjuang dalam berdakwah dan menyiarkan agama Islam kepada semua orang.
Meskipun saat itu Rasul dan para sahabat banyak mendapatkan cemoohan, ejekan,
hinaan serta siksaan dari pembenci Islam.

2. Nuzulul Quran adalah sebuah tantangan serta pertolongan dari Allah untuk umat
muslim terus berjuang di jalan Allah dan mengharap ridho Allah.

3. Nuzulul Quran juga memiliki keistimewaan dimana momen ini adalah sebuah
peristiwa penting saat turunnya wahyu Allah yang pertama pada Nabi berupa Al-
Quran sebagai pedoman hidup dan jawaban atas segala pertanyaan manusia
mengenai berbagai hal. Mulai dari fiqih, hukum hingga hal lain yang sangat penting.

Makna Nuzulul Quran

Dari banyaknya momen berharga yang terjadi pada Ramadhan, tentu selain Nuzulul
Quran ada juga Lailatul Qadar. Kedua peristiwa tersebut adalah ruang sejarah yang
menentukan kehidupan dunia selanjutnya. Sebab, keduanya ini berhubungan
langsung dengan proses turunnya Al-Quran. Dimana sebagai petunjuk dan pedoman
hidup umat manusia.

Namun, seringkali banyak yang salah paham tentang keterangan antara Nuzulul
Quran dan Lailatul Qadar. Istilah Nuzulul Quran ini biasa diperingati pada malam
tanggal 17 Ramadhan, sebagai malam di mana pertama kali Al-Quran diturunkan
kepada Rasulullah SAW di Gua Hira melalui malaikat Jibril.
Ada beberapa teori yang bisa kamu pelajari untuk memahami makna Nuzulul Quran
dan menjelaskan tentang Nuzulul Quran.

Teori Pertama

Pada malam Lailatul Qadar, Alquran dalam jumlah dan bentuk yang utuh dan
komplit, diturunkan oleh Allah di langit dunia. Setelah itu, dari langit dunia, Al
Quran juga diturunkan ke bumi secara bertahap sesuai kebutuhan selama 20/23/25
tahun.

Teori Kedua

Makna Nuzulul Quran dijelaskan juga bahwa Al-Quran diturunkan ke langit dunia
selama 20 malam Lailatul Qadar dalam 20 tahun (Lailatul Qadar hanya turun sekali
dalam setahun). Setelah itu dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW sesuai
kebutuhan.

Teori Ketiga

Alquran turun pertama kali pada malam Lailatul Qadar. Selanjutnya Alquran
diturunkan ke bumi secara bertahap dalam waktu berbeda-beda sesuai peristiwa
yang melatarinya.

Hikmah Nuzulul Quran

Al-Quran merupakan panduan bagi semua umat manusia agar manusia tahu jalan
yang benar dan memperoleh kebaikan serta menghindari yang dilarang dan supaya
mereka terhindar dari keburukan. Kitab suci umat Muslim tersebut terdiri dari tiga
aspek yang masing-masing meliputi aspek tauhid, risalah, serta aspek hari yang
dijanjikan setelah kematian umat manusia.

Dalam Al-Quran juga kita diajarkan tentang nilai- nilai dan tuntunan hidup, agar
senantiasa dijauhkan dari segala hal yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Maka
berpegang teguhlah pada Al-Quran. Sebab tidak ada pilihan panduan hidup lain
yang lebih baik dari nilai- nilai yang sudah tertulis dalam Al-Quran.
Al-Quran juga merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW dan sebagai panduan terbaik agar tidak tersesat dalam menjalani
kehidupan. Bahkan Al-Quran sangat unik dan juga teruji kebenarannya. Seperti yang
telah di tunjukkan Rasulullah bersama para sahabatnya. Dia pernah mencontohkan
surah al-Baqarah ayat ke-23:

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Quran
itu dan ajaklah penolong- penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar.”

Apa persamaan Nuzulul Quran dengan Lailatul Qadar?

Nuzulul Qur’an diperingati oleh umat Islam sebagai peringatan turunnya ayat Al-
Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW yakni ayat 1-5 Surat Al-Alaq.

‫ َع َّلَم اِإْل نَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْم‬. ‫ اَّلِذ ي َع َّلَم ِباْلَقَلِم‬. ‫ اْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَأْلْك َر ُم‬.‫ َخ َلَق اِإْل نَس اَن ِم ْن َع َلٍق‬.‫اْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Sementara Lailatul Qadar merujuk kepada malam diturunkannya Al-Qur’an dari


Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Dan dikisahkan pula bahwa pada
malam itu, langit menjadi sangat bersih. Bahkan tidak nampak awan sedikitpun,
suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas.

Jadi persamaan antara malam Nuzulul Qur’an dengan Lailatul Qadar adalah sama-
sama malam diturunkannya Al-Qur’an. Hanya ada perbedaannya yakni Nuzulul
Qur’an adalah pertama kali Al-Qur’an diturunkan bersamaan dengan wahyu Nabi
yang pertama. Sedangkan Lailatul Qadar malam diturunkannya Al-Quran secara
sekaligus. Namun tentu saja ayat demi ayat diturunkan secara bertahap ke bumi.

Anda mungkin juga menyukai