Materi Point
1. Gua Hira yang lokasinya di Timur Masjidil Haram menjadi tempat yang sangat monumental sebagai
lokasi turunnya ayat pertama Al-Qur’an. Lokasi ini masuk dalam daftar favorit para jamaah haji dari
seluruh dunia, sekalipun untuk mencapai gua yang berada di atas Jabal Nur, butuh usaha keras
mengingat tangganya yang curam.
2. Turun Wahyu pertama QS Al-Alaq : 1-5
Para Ulama berbeda pendapat tentang turunya wahyu
Pertama, al-Alaq ayat 1 s/d 5 adalah surat yang pertama kali turun, dengan bukti: Diriwayatkan dari
Saidatina Aisyah istri Nabi katanya: Diceritakan bahwa: Permulaan wahyu Rasulullah Saw telah
berlaku dalam bentuk mimpi yang benar dalam tidurnya. Ia mendapati mimpi tersebut sebagaimana
munculnya keheningan fajar subuh yang menyebabkannya suka menyepi diri. Ia biasanya menyepi di
gua Hira'. Di sana ia menghabiskan beberapa malam untuk beribadat dengan mengabdikan diri
kepada Allah Swt sebelum kembali ke rumah. Untuk tujuan tersebut ia membawa sedikit bekal.
Setelah beberapa hari berada di sana Ia pulang kepada Khadijah, mengambil bekal untuk beberapa
malam. Keadaan ini terus berlarutan, sehinggalah Ia didatangi wahyu ketika Ia berada di gua Hira'.
Wahyu tersebut disampaikan oleh Malaikat Jibril as dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad! Ia
bersabda: Aku tidak pandai membaca. Rasulullah Saw bersabda: Malaikat kemudiannya memegang
aku lalu memelukku erat-erat sehinggalah aku kembali pulih dari ketakutan. Kemudian Malaikat
melepasku dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad! Pengantar Ulumul Quran 29 Ia sekali lagi
bersabda: Aku tidak pandai membaca. Rasulullah Saw bersabda: Malaikat kemudiannya memegang
aku buat kali kedua lalu memelukku erat-erat sehinggalah aku kembali pulih dari ketakutan. Malaikat
seterusnya melepasku dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad! Ia bersabda: Aku tidak pandai
membaca. Rasulullah Saw bersabda: Malaikat kemudiannya memegang aku buat kali ketiga serta
memelukku erat-erat sehinggalah aku kembali pulih dari ketakutan. Kemudian Malaikat melepaskan
aku dan membaca firman Allah
Bacalah wahai Muhammad dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sekalian makhluk. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah beku, bacalah dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah yang
mengajar manusia melalui pena dan tulisan. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahui. Setelah
itu Ia pulang dalam keadaan ketakutan ke pangkuan Khadijah, Ia berkata: Selimutlah aku! Selimutlah
aku. Lalu Khadijah menyelimutkan Ia hingga hilang rasa gemetar dari diri Ia. Ia kemudiannya
bersabda kepada Khadijah: Wahai Khadijah! Apakah yang telah berlaku kepadaku? Ia pun
menceritakan seluruh peristiwa yang berlaku. Ia bersabda lagi: Aku benar-benar bimbang pada
diriku. Khadijah terus menghibur Ia dengan berkata: Janganlah begitu, bergembiralah! Demi Allah,
Allah tidak akan mengkhianatimu, selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, engkau telah
menyambung tali persaudaraan, bercakap benar, memikul beban orang lain, suka mengusahakan
sesuatu yang tidak ada, memuliakan tamu dan senantiasa membela kebenaran. Khadijah beredar
seketika dan kembali semula menemui Ia dengan membawa bersama Waraqah bin Naufal bin Asad
bin Abdul Uzza, sepupu Khadijah. Dia pernah menjadi Nasrani pada zaman Jahiliah. Dia suka menulis
dengan tulisan Arab dan cukup banyak menulis kitab Injil dalam tulisan Arab. Ketika itu dia telah tua
dan buta. Khadijah berkata kepadanya: Paman! (Paman adalah panggilan yang biasa digunakan oleh
bangsa Pengantar Ulumul Quran 30 Arab bagi sepupu dan sebagainya karena menghormati mereka
atas dasar lebih tua) Dengarlah cerita anak saudaramu ini. (Panggilan anak saudara juga adalah sama
permasalahannya dengan panggilan Pak Cik bagi bangsa Arab cuma sebaliknya) Waraqah bin Naufal
berkata: Wahai anak saudaraku! Apakah yang telah berlaku? Rasulullah Saw menceritakan semua
peristiwa yang Ia telah alami. Mendengar peristiwa itu, Waraqah berkata: Ini adalah undangundang
yang suatu ketika dahulu pernah diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Alangkah baik sekiranya aku
masih muda di saat-saat engkau dibangkitkan menjadi Nabi. Juga alangkah baik kiranya aku masih
hidup di saat-saat engkau diusir oleh kaummu. Lalu Rasulullah Saw menegaskan bahwa: Apakah
mereka akan mengusirku? Waraqah menjawab: Memanglah, setiap Nabi yang bangkit membawa
tugas sepertimu, pasti akan dimusuhi. Seandainya aku masih hidup di zamanmu, niscaya aku akan
tetap membelamu
Kedua, al-Muddatsir, dengan bukti Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah al-Ansari ra katanya:
Rasulullah Saw menceritakan tentang masa terputusnya wahyu. Ia bersabda: Ketika aku berjalan-
jalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Aku mendongakkan kepalaku, ternyata Malaikat
yang pernah mendatangiku di gua Hira' sedang duduk di atas kursi terapung-apung di antara langit
dan bumi. Hadis Bukhari di al-Bayan no. 96
Rasulullah Saw bersabda: Aku mula gemetar karena ketakutanku kepadanya. Lalu aku pulang dan
berkata: Selimutkanlah aku! Selimutkanlah aku! Setelah aku diselimutkan, ketika itulah Allah Swt
menurunkan ayat ْ Wahai orang yang berselimut! Bangunlah serta berilah peringatan, amaran
kepada umat manusia dan ingatlah serta ucapkanlah kebesaran Tuhanmu. Pakaianmu hendaklah
engkau bersihkan dan segala kejahatan, hendaklah engkau jauhi yaitu penyembahan berhala.
Setelah itu wahyu diturunkan berterusan Muddatsir ini merupakan surat pertama kali turun setelah
terputusnya wahyu pertama sekian lama,
Ketiga, awal yang turun ialah surat al-Fatihah sebagaimana sabda Nabi dari Khadijah yang
diriwayatkan oleh Baihaqi dalam kitab Dalâil an-Nubuwwah, yang dianut oleh Imam Syekh
Muhammad Abduh. Al-Fatihah merupakan surat yang pertama kali turun secara sempurna Keempat,
awal ayat yang turun ialah bismillah, menurut hadis diriwayatkan dari Ikrimah, Hasan dan Ibnu
Abbas. Bismillah merupakan ayat yang pertama kali turun secara mutlak. Sedangkan iqra merupakan
surat yang pertama kali turun secara mutlak.