Anda di halaman 1dari 56

I.

KE-ISLAMAN
1. Dua Kalimat Syahadat
Syahadat berarti kesaksian dan menjadi syarat sah pertama memeluk agama Islam
yang terdapat pada rukun islam yang pertama.
Syahadat terbagi menjadi dua yaitu syahadat Tauhid dan sahadat Rasul, Oleh karena itu bisa
di sebut dengan Dua kalimat Syahadat atau Syahadatain.

- Kalimat syahadat dan esensi bacaannya :

‫َاْش َهُد َاْنااَل ِاَلَه ِااَّل ِهَّللا‬


Asyhadu alla ilaha illallah
Artinya : “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”
Esensi dari syhadat tauhid adalah pengakuan dan kesaksian bahwa hanya
Allah SWT yang wajib disembah, zat tunggal yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Menyekutukan atau menyembah selain Allah SWT merupakan dosa besar yang
disebut musyrik.

‫َو َاْش َهُد َاَّن ُم َح َّم ًد ا َرٌس ؤُل ِهَّللا‬


Wa asyhadu anna muhammadarrasūlūllah

Artinya : “Dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”


Esensi dari syahadat rasul adalah pengakuan dan kesaksian umat muslim
bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan pembawa ajaran agama Islam, utusan
Allah SWT, pemimpin para nabi dan rasul, dan nabi terakhir.
Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam. Nabi Muhammad
SAW merupakan uswatun hasanah atau teladan yang baik bagi seluruh umat islam

2. Makna Islam Secara Bahasa Maupun Istilah


Pengertian Islam secara Harfiyah
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk
dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).
Pengertian Islam Menurut Bahasa
1. Islam berasal dari kata ‘salm’ (‫ )الَّس ْلم‬yang berarti damai.
2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’ ( ‫ )َأْس َلَم‬yang berarti menyerah.
3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.

1
4. Berasal dari kata ‘saliim’ ( ‫ )َسِلْيٌم‬yang berarti bersih dan suci
5. Berasal dari ‘salam’ ( ‫ )َس َالٌم‬yang berarti selamat dan sejahtera.

Pengertian Islam Menurut Istilah


Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan
rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan
Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia
dan akhirat.’

3. Sejarah Kelahiran Rasulullah Muhammad SAW


Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah, pada senin menjelang terbitnya fajar 12 Rabi’ul
Awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Dinamakan tahun Gajah karena pada waktu itu
bala tentara Abrahah dari Yaman menyerang Ka’bah dengan maksud akan meruntuhkannya. Mereka
datang dengan mengendarai Gajah. Namun penyerangan itu gagal total karena Allah mengirim burung
Ababil yang menjatuhkan batu-batu dari neraka kepada mereka. Seperti yg diceritakan Allah swt pada
surat Al Fiil.
Mengenai silsilah keturunan Nabi Muhammad saw adalah sebagai berikut : Muhammad bin
Abdullah (lahir 545 M) bin Abdul Muthalib (497 M) bin Hasyim (464 M) bin Abdul Manaf (430 M)
bin Qushai (400 M) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin
Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin
Adnan dan seterusnya berselisih pendapat ahli sejarah sampai anak Syits dan Adam.
Ayah Nabi Muhammad saw, Abdullah meninggal dalam perjalanan pulang. Sehabis berniaga dari
Syam lalu ia singgah di Madinah, kemudian jatuh sakit dan tiada lama meninggal dunia dan
dimakamkan di situ. Pada saat itu Nabi saw masih di dalam kandungan.
Sejak dalam kandungan telah nampak tanda-tanda kebesaran Nabi Muhammad saw, tatkala Nur
Muhammad masuk ke dalam rahim ibundanya, Aminah. Allah memerintahkan kepada Malaikat
membuka pintu surga Firdaus dan memberitahukannyaa kepada semua penghuni langit dan bumi.
Tanah-tanah yang tadinya kering menjadi subur, pohon-pohon kayu berdaun rimbun dan berbuah
lebat, angin berhembus sepoi-sepoi basa, binatang-binatang di darat dan di laut ramai gembira
memperbincangkannya.
Menurut seorang Ulama, Nabi Muhammad saw lahir tidak seperti manusia lainnya yaitu keluar
dari kemaluan ibunya, tapi dari dalam perut ibunyakeluar cahaya yang begitu terang lalu terlihat Nabi
saw dalam keadaan bersujud. Menurut riwayat lain, Nabi Muhammad saw lahir dengan meletakkan
dua tangannya di lantai, mengangkatkan kepalanya ke langit sebagai pertanda ketinggian martabatnya
dari semua makhluk. Beliau lahir dalam keadaan bersih, sudah berkhitan, sudah terpotong tali
pusarnya, wangi, bercelak mata dengan kodrat Allah swt. Menurut sebagian ahli sejarah, Beliau

2
dikhitan oleh Abdul Muthalib sesudah berusia 7 hari dalam suatu upacara jamuan dan sekaligus
menamakannya dengan “Muhammad”.
Serentak dengan kelahiran Nabi Muhammad saw, singgasana Kaisar di Madain runtuh, api
sembahan orang Majusi di Persia yang sejak 1000 tahun menyala, menjadi padam. Menurut riwayat
lainnnya juga, ketika kelahiran Nabi saw, berhala-berhala disekitar Ka’bah jatuh lalu bersujud karena
kelahiran Nabi saw
Kemudian Nabi sawa disusukan Halimah binti Abi Zuaib As-Sa’diah, di desa BANI Sa’ad. Beliau
diasuh oleh putrinya yang bernama Syiama. Setelah 2 tahun menghirup udara desa, Beliau
dikembalikan kepada ibunya, kemudian dibawa ke desa kembali, bergaul dengan penduduk selama 5
tahun. Selama menyusukan Nabi saw, Halimah mendapat berkah, ternaknya subur berkembang biak,
air susunya banyak dan rezekinya lapang.
Sebelum berusia 3 tahun dadanya dibedah oleh Malaikat Jibril dan ketika berusia 6 tahun, ibunya
Aminah meninggal dunia di Abwa’, Madinah ketika berziarah ke makam ayahandanya Nabi saw
bersama Nabi saw. Maka jadilah Beliau saw yatim piatu, lalu Beliau saw diasuh oleh kakeknya,
setelah kakeknya meninggal Beliau saw diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.

4. Nasabbiyah Kenabian
1. Nabi Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬.
2. Abdullah
3. Abdul Muthallib
4. Hasyim
5. Abdu Manaf
6. Qushoi
7. Kilab
8. Murroh
9. Ka'ab
10. Luay
11. Gholib
12. Fihr (julukannya adalah Quraisy yang kemudian suku ini dinisbatkan kepadanya)
13. Malik
14. Nadhr
15. Kinanah
16. Khuzaimah
17. Mudrikah (amir)
18. Ilyas
19. Mudhor
20. Nizar

3
21. Ma'ad
22. Adnan
23. 'Adad
24. Hamaisa'
25. Salaaman
26. 'Iwadh
27. Buuz
28. Qimwal
29. Abi
30. 'Awwam
31. Naasyid
32. Hiza
33. Buldas
34. Yadhaf
35. Thabiikh
36. Jaahim
37. Naahisy
38. Maakhi
39. 'Iid
40. 'Abqor
41. 'Ubaid
42. Addi'a
43. Hamdaan
44. Sunbur
45. Yatsribi
46. Yahzan
47. Yalhan
48. Ar'awi
49. 'Iid
50. Disyaan
51. 'Aishor
52. Afnaad
53. Ayhaam
54. Miqhsor
55. Naahits
56. Zaarih
57. Sumay

4
58. Mizzi
59. 'Uudah
60. 'Urom
61. Qoidzar (Haidir)
62. Nabi Isma'il 'alaihissalam
63. Nabi Ibrahim 'alaihissalam
64. Taarih (Aazar)
65. Naahur
66. Saaru
67. Raa'uw
68. Faalikh
69. 'Aabir
70. Syalikh
71. Arfakhsyad
72. Sam
73. Nabi Nuh 'alaihissalam
74. Laamik
75. Mutwisylakh
76. Akhnukh (Ada yang berpendapat Nabi Idris 'alaihissalam)
77. Yarid
78. Mahlaail
79. Qinan (Qoinaan)
80. Anusyah
81. Nabi Syits 'alaihissalam
82. Nabi Adam 'alaihissalam

5. Periodesasi Awal kenabian


Menjelang usianya yang keempat puluh tahun, Muhammad sering menyendiri dan
berkhalwat di goa Hira’, yaitu gua yang berada di gunung yang terletak didekat Mekkah. Di
sanalah, beliau menghabiskan waktu selama berhari-hari dan bermalam-malam. Pada malam
kedua puluh satu dari bulan Ramadhan, yaitu ketika beliau berada di dalam goa Hira’ dan
telah berusia 40 tahun, beliau didatangi malaikat Jibril yang seraya berkata kepadanya:
“Bacalah!” beliau menjawab: “saya tidak bisa membawa”. Jibril mengulangi perintah ini
untuk kedua kalinya dan ketiga kalinya. Dan pada yang ketiga kalinya, Jibril berkata
kepadanya :
‫) َع َّلَم ٱِإۡل نَسٰـ َن َم ا َلۡم‬٤( ‫) ٱَّل ِذ ى َع َّلَم ِب ٱۡل َقَلِم‬٣( ‫) ٱۡق َر ۡأ َو َرُّبَك ٱَأۡلۡك َر ُم‬٢( ‫) َخ َلَق ٱِإۡل نَسٰـَن ِم ۡن َع َلٍق‬١( ‫ٱۡق َر ۡأ ِبٱۡس ِم َرِّبَك ٱَّلِذ ى َخ َلَق‬
)٥( ‫َيۡع َلۡم‬

5
Artinya : Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, (3) Yang mengajar [manusia] dengan perantaraan kalam [3]. (4) Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (5) (QS. Al-Alaq: 1-5)
Setelah itu. Jibrilpun meninggalkannya dan Rasulullah sudah tidak kuat lagi berada di
goa Hira’. Akhirnya beliau pulang ke rumahnya dan menghampiri Khadijah dengan gemetar
sambil berkata: “Selimuti saya!”, maka Khadijahpun menyelimutinya, sehingga rasa takutnya
sirna.
Lalu beliau memberitahu Khadijah tentang apa yang telah diperolehnya dan berkata:
“Sungguh saya khawatir terhadap diriku”. Khadijah menanggapinya: “Sekali-kali tidak, demi
Allah, dia tidak akan merendahkan diri untuk selamanya, karena sesungguhnya engkau adalah
orang yang menyambungkan tali persaudaraan, menanggung beban kesusahan orang lain,
memberi orang yang tak punya, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan
kebenaran”.
Beberapa hari kemudian, beliau kembali ke goa Hira’ untuk melanjutkan ibadahnya
dan menghabiskan yang masih tersisa dalam bulan Ramadhan.
Setelah bulan Ramadhan berakhir, beliau turun dari goa Hira’ dan kembali ke
Mekkah. Ketika sampai di tengah lembah, Jibril mendatanginya sambil duduk di atas kursi
antara bumi dan langit, lalu turunlah ayat
)٥( ‫) َو ٱلُّر ۡج َز َفٱۡه ُج ۡر‬٤( ‫) َو ِثَياَبَك َفَطِّهۡر‬٣( ‫) َو َرَّبَك َفَك ِّبۡر‬٢( ‫) ُقۡم َفَأنِذ ۡر‬١( ‫َيٰٓـَأُّيَہا ٱۡل ُم َّد ِّثُر‬
Artinya : Hai orang yang berkemul [berselimut], (1) bangunlah, lalu berilah
peringatan! (2) dan Tuhanmu agungkanlah, (3) dan pakaianmu bersihkanlah, (4) dan
perbuatan dosa [menyembah berhala] tinggalkanlah, (5) (QS. Al-Muddatstsir: 1-5)

Setelah itu, wahyu pun turun terus-menerus dan berkelanjutan. Nabi memulai
dakwahnya. Khadijah masuk islam dan bersaksi atas keesaan Allah dan kenabian suaminya
yang mulia. Sehingga, ia adalah orang yang pertama kali masuk islam. Kemudian, sebagai
balas budi pada pamannya, Rasulullah memilih Ali dari sekian banyak putranya itu, untuk
dididik di sisinya dan tanggung nafkahnya, dalam kondisi seperti ini, hati Ali pun terbuka dan
akhirnya masuk islam. Setelah itu, barulah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang telah
dimerdekakan oleh khadijah menyusul masuk Islam. Rasulullah juga bercerita kepada teman
akrabnya, Abu Bakar, maka iapun beriman dan membenarkannya tanpa ada keraguan.
Selanjutnya, Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dikatakan secara sembunyi-
sembunyi disini mengingat tempat para sahabat, pengikutnya, dan orang-orang yang mereka
ajak masuk islam tersebut bersifat sangat rahasia. Sudah banyak yang beriman kepada
Rasulullah, namun mereka masih menyembunyikan keislaman mereka. Karena jika satu saja

6
urusan mereka terungkap maka ia akan menghadapi berbagai siksaan kersa dari kaum kafir
Quraisy hingga ia murtad (keluar) dari agama Islam.

6. Fase Arab pra Islam

Peradaban Arab pra Islam sering pula dikenal dengan nama Era Jahiliyyah
(kebodohan). Penamaan ini tidak murni dikarenakan kebodohan mereka dalam berbagai segi
dan tidak berperadaban, namun karena ketiadaan pengetahuan mereka akan agama, tata cara
kemasyarakatan, politik, dan pengetahuan tentang ke-Esaan Allah. Adapun dari segi fisik,
mereka dinilai lebih sempurna dibanding orang-orang Eropa dalam berbagai organ tubuh,
begitupula dalam sisi pertanian dan perekenomian yang telah maju. Disamping faktor teologis
tersebut, mereka memiliki beberapa karakteristik khusus yang semakin memperkuat kesan
Jahil (bodoh) pada mereka. Lebih jauh, Ignaz Goldziher, seorang orientalis asal Hongaria
bahwa kondisi masyarakat kala itu bukan hanya jahiliyyah, namun juga barbarisme dan
cenderung primitif.
Diantara preseden buruk yang melekat pada Arab pra-Islam adalah kondisi dan
kedudukan wanita yang dipandang sebelah mata, bahkan setengah manusia. Meskipun
ditemukan beberapa kepala suku wanita di Mekkah, Madinah, Yaman dan sebagainya, namun
jumlah mereka amat sedikit sekali. Di mata masyarakat mereka, wanita tidak ada harganya
dan tidak lebih berharga dari barang dagangan di pasar. Beberapa pendapat bahkan lebih
vulgar menyebutkan bahwa mereka tidak lebih dari binatang, wanita dianggap barang dan
hewan ternak yang tidak memiliki hak. Mereka tidak dapat menjadi pewaris suami atau orang
tua. Para lelaki juga bebas menikah dengan wanita mana saja berapapun jumlahnya,
sedangkan tidak demikian bagi wanita. Seorang istri yang ditinggal suaminya meninggal juga
dapat diwarisi oleh anak tertuanya atau salah satu kerabat mendiang suaminya. Sungguh jauh
berbeda dengan posisi suami setelah menikah yang berkedudukan layaknya raja dan
penguasa. Mereka juga terkenal dengan tradisi penguburan anak hidup-hidup. Namun, perlu
dipahami bahwa tradisi tersebut tidak terjadi di seluruh suku Arab. Hanya beberapa suku dan
kabilah saja yang menerapkan tradisi tersebut. Tradisi tersebut dilakukan dengan dasar bahwa
anak (kebanyakan perempuan) adalah penyebab kemiskinan dan aib bagi keluarga. Bila
mereka kalah dalam peperangan, maka istri dan anak perempuan mereka akan dirampas oleh
musuh. Karenanya, mereka beranggapan lebih baik membunuh mereka terlebih dahulu
sebelum ditawan oleh musuh.

7
7. Turunnya Islam Ke Muka Bumi

Muhammad Saw dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu pada tanggal 12 Rabi'ul Awal atau
pada tanggal 21 April (570 atau 571 Masehi). Muhammad merupakan seorang anak yatim sesudah
ayahnya Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan ibunya
Aminah binti Wahab meninggal dunia ketika ia berusia 6 tahun. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya
Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia diasuh juga oleh pamannya yaitu Abu Talib.
Muhammad kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah ketika ia berusia 25 tahun. Ia pernah
menjadi penggembala kambing.

Muhammad pernah diangkat menjadi hakim. Pada usia 35 tahun, kota Mekah dilanda banjir, Ia
tidak menyukai suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan masyarakat yang memiliki masalah sosial
yang tinggi. Selain menyembah berhala, masyarakat Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi-bayi
perempuan. Muhammad banyak menghabiskan waktunya dengan menyendiri di Gua Hira untuk
mencari ketenangan dan memikirkan masalah penduduk Mekah. Ketika Muhammad berusia 40 tahun,
ia didatangi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu ia mengajarkan ajaran Islam secara diam-diam kepada
orang-orang terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun (Orang-orang pertama yang
memeluk agama Islam)" dan selanjutnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah, setelah
turun wahyu Al-Qur'an surat Al-Hijr ayat 94.

Pada tahun 622, Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini
dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah Kalender Islam atau Kalender Hijriyah.

Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Muhammad dengan hasil yang baik
walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih
kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Muhammad wafat, seluruh Jazirah Arab di
bawah penguasaan Islam.

a. Kekhalifahan Rosyidin
Setelah Muhammad meninggal, empat khalifah bergantian memerintah negara Islam: Abu
Bakar (632-634), Umar bin Khattab (634-644), Utsman bin Affan (644-656), dan Ali bin Abi
Thalib (656-661). Para pemimpin ini digelari para Khalifah "Rasyidin" atau "yang
terbimbing" dalam Islam Sunni. Merekalah yang mengawal tahap awal penaklukan Islam,
terus hingga ke Persia, Syam, Mesir, dan Afrika Utara. Sepeninggalnya Muhammad, Abu
Bakar, seorang sahabat terdekatnya, terpilih sebagai khalifah , translit. khalīfah, har. 'penerus')
pertama. Meskipun dalam kedudukan khalifah tetap ada aura otoritas agama, khalifah sama
sekali tidak mengakui kenabian. Sejumlah kepala suku menolak untuk melanjutkan perjanjian
yang mereka buat dengan Muhammad kepada Abu Bakar, sehingga mereka menahan
pembayaran zakat dan beberapa justru mengaku sebagai nabi. Abu Bakar mempertahankan
kekuasaannya melalui kampanye militer yang sukses, dikenal dengan sebutan Perang Riddah,

8
yang momentumnya diteruskan ke wilayah Kekaisaran Romawi Timur dan Sasaniyah. Di
akhir masa khalifah kedua, Umar, pasukan-pasukan Arab, yang jumlah barisan perangnya
semakin membengkak karena tambahan pemberontak yang kalah dan mantan pasukan
pembantu kerajaan, mengalahkan Syam dan Mesir, dua provinsi Romawi Timur, sedangkan
Sasaniyah kehilangan teritori barat mereka, yang sisanya akan menyusul segera setelahnya.
Populasi Yahudi lokal dan Kristen pribumi, yang tinggal sebagai minoritas agama
dan dibebani pajak (sementara Muslim membayar "Zakat") untuk membiayai Perang-perang
Romawi Timur dan Sasaniyah, sering membantu Muslim mengambil alih tanah mereka dari
Bizantium dan Persia, menghasilkan penaklukan-penaklukan yang luar biasa kilat.[28][29]
Seiring ditaklukkannya area-area baru, mereka juga memanfaatkan perdagangan bebas
dengan wilayah lain di negara Islam yang tengah tumbuh tersebut, sementara, untuk
mendukung kegiatan komersial, pajak diterapkan pada kekayaan alih-alih perdagangan.
Orang-orang muslim membayar zakat hartanya untuk diberikan kepada orang-orang
miskin. Sejak Piagam Madinah, naskah yang dibuat oleh Muhammad, orang-orang Yahudi
dan Kristen tetap menggunakan hukum dan hakim mereka sendiri. Untuk membantu
perluasan negara yang cepat ini, sistem pengumpulan pajak Romawi Timur dan Persia
dipertahankan dan rakyat membayar pajak per kapita yang lebih rendah dari masa Romawi
Timur dan Persia.
Pada 639, Umar menunjuk Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai gubernur Syam setelah
gubernur sebelumnya meninggal dalam sebuah wabah di antara 25.000 orang lebih.[34][35]
Untuk menghentikan usikan Romawi Timur dari arah laut selama Peperangan Romawi
Timur-Arab, pada 649 Muawiyah menyusun satu angkatan laut, dengan personilnya adalah
para pelaut Kristen monofisit, Koptik, dan Kristen Suriah Yakubiyah serta pasukan Muslim,
yang mengalahkan angkatan laut Bizantium pada Pertempuran Foinikos pada 655, membuka
Laut Tengah untuk kapal-kapal Muslim.
Pasukan-pasukan Muslim awal berkemah jauh dari kota karena Umar khawatir kalau
mereka dapat terpikat oleh harta dan kemewahan, menjauhi peribadahan kepada Allah,
mengumpulkan kekayaan, dan membentuk dinasti.[27][40][41][42] Dengan tetap berada di
kemah-kemah ini jauh dari kota juga memastikan tidak adanya tekanan bagi penduduk lokal
sehingga tetap berjalan normal. Beberapa pangkalan kemah ini kemudian tumbuh menjadi
kota seperti Basrah dan Kufah di Iraq dan Fustat di Mesir.
Ketika Umar dibunuh pada 644, Utsman bin Affan, sepupu dari kakek dan dua kali
menantu Muhammad, menjadi khalifah berikutnya. Karena bahasa Arab ditulis tanpa vokal,
beragam penutur dialek bahasa Arab dan bahasa lain membaca Quran dengan variasi fonetis
yang dapat mengubah artinya. Ketika Utsman bin Affan menyadari hal ini, dia
memerintahkan penyusunan satu salinan standar Quran dan salinan-salinannya dikirim ke
beberapa pusat wilayah kekuasaan Islam yang terus meluas.

9
Seiring Utsman menua, Marwan bin al-Hakam, seorang kerabat dari Muawiyah,
menyelinap ke dalam kekosongan, menjadi sekretarisnya dan perlahan mengambil kendali.
Ketika Utsman dibunuh pada 656, Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Muhammad,
menaiki posisi khalifah dan memindah ibukota ke Kufah di Iraq. Muawiyah bin Abi Sufyan,
gubernur Suriah, dan Marwan bin al-Hakam menuntut penangkapan pelaku pembunuhan.
Marwan menggerakkan setiap orang dan membuat konflik, yang membuahkan Perang
saudara Islam pertama ("Fitnah pertama"). Ali dibunuh oleh Khawarij pada 661. Enam bulan
kemudian pada 661, demi kepentingan perdamaian, putra Ali, Hasan, membuat perjanjian
damai dengan Muawiyah. Dalam Perjanjian Hasan–Mu'awiyah, Hasan menyerahkan
kekuasaan kepada Muawiyah dengan syarat dia akan berbuat adil kepada rakyat dan tidak
membuat dinasti setelah dia meninggal. Muawiyah pada akhirnya melanggar persyaratan
tersebut dan memulai Dinasti Umayyah, beribukota Damaskus. Husain bin Ali, yang saat
itu adalah satu-satunya cucu Muhammad yang masih hidup, menolak untuk berbaiat ke
keluarga Umayyah. Dia terbunuh di Pertempuran Karbala di tahun yang sama, di
peristiwa yang masih diperingati sebagai hari berkabung oleh Syiah, Hari Asyura.
Kerusuhan, yang dikenal dengan Fitnah kedua, berlanjut, tetapi kekuasaan Muslim terus
meluas di bawah Muawiyah ke Rodos, Kreta, Kabul, Bukhara, dan Samarkand, dan juga
meluas ke Afrika Utara. Pada 664, pasukan Arab menaklukkan Kabul, dan pada 665
mendesak sampai ke Magrib.

8. Kekhalifahan Umayah
Dinasti Umayyah, yang namanya diambil dari Umayyah bin Abdu Syams, kakek
buyut khalifah Umayyah pertama, memerintah dari 661 sampai 750. Meskipun keluarga
Umayyah berasal dari kota Mekkah, ibu kota negara adalah Damaskus. Setelah meninggalnya
Abdurrahman bin Abi Bakar pada 666, Muawiyah bin Abu Sufyan memperkukuh
kekuasaannya. Muawiyah memindah ibukotanya dari Damaskus ke Madinah, yang membawa
perubahan besar terhadap negara Islam. Di waktu kemudian, pemindahan Khalifah dari
Damaskus ke Baghdad menandai naik tahtanya satu keluarga baru.
Seiring negara tumbuh, pengeluaran negara meningkat. Selain pengeluaran Baitulmal
dan negara kesejahteraan untuk membantu warga fakir, miskin, lansia, yatim, janda, dan
difabel meningkat, kekhalifahan meminta orang-orang yang baru masuk Islam (mawali) untuk
terus membayar pajak perkapita. Pemerintahan Umayyah, beserta kekayaan dan
kemewahannya juga tampak tidak sejalan dengan pesan Islam yang didakwahkan oleh .
Semua ini meningkatkan ketidakpuasan. Keturunan paman Muhammad Abbas bin Abdul-
Muththalib menyatukan para mawali, bangsa Arab yang miskin, dan beberapa Syiah, yang
tidak puas untuk melawan Kekhalifahan dan menggulingkan mereka dengan bantuan
Panglima Abu Muslim Al Khurasany, melantik Dinasti Abbasiyyah pada tahun 750, yang

10
memindah ibu kota ke Baghdad. Satu cabang dari keluarga Umayyah melarikan diri
menyeberangi Afrika Utara ke Andalusia dan di sana mereka mendirikan Kekhalifahan
Kordoba. Baitulmal dan negara kesejahteraan tadi kemudian diteruskan di bawah Dinasti
Abbasiyyah.
Dinasti Umayyah sempat mencakup wilayah lebih luas dari 5.000.000 mil persegi
(13.000.000 km2) yang membuatnya salah satu dari imperium terbesar yang pernah ada di
dunia.
Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah adalah Kekhalifahan kedua Islam yang
berkuasa di Baghdad dan kemudian berpindah ke Kairo sejak tahun 1261, Kekhalifahan ini
berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia,
Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua
wilayahnya kecuali Andalusia, Bani Abbasiyah me-rujuk kepada keturunan dari paman yang
termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib, oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam
Bani Hasyim, berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibu kota dari Damaskus ke
Baghdat, pada zaman Kekhalifahan Abbasiyah atau Bani Abbasiyah, keturunan dari Ahlul
Bait Sayyidina Hussein menuju pasai Pulau Perca yang salah satunya yakni Iskandar
Zulkarnain Sultan Yang Dipertuan dari Sayyidina Hussein, Sultan Iskandar Zulkarnain
beserta anak cucu berangkat dari pulau Perca syiar Islam nasab Iskandar Zulkarnain (IZ) dari
Ahlul Bait Sayyidina Hussein bin Ali istri Puteri Syahri Banun keturunan Muhammad salah
satu diantaranya ialah Sultan Ratu Mumelar paksi Raja Diraja, Raja Nusirwan, Raja Masyirik
dan Magrib, sedangkan nasab IZ dari putri anak baludari pencar dari raja sulaiman alaihi's
yaitu raja Bicitram syah, sri sultan Perkasa Alam Johan Berdaulat, sultan Alaudin Mughayat
Syah Raja Diraja, Sultan, Raja keindraan itu turun-temurun dari pada pertalian kekeluargaan
berdasarkan hubungan darah, baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping dan bangsa Sultan
Iskandar Zulkarnain, Asal usul bangsa kahulu menyebut Sultan, Raja di Pulau Perca penyebar
Islam berasal dari Sultan Yang Dipertuan

9. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Beserta Proses Penyebarannya

Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang Arab
dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi merupakan awal kedatangan agama
Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada
dalam kekuasaan raja-raja Hindu-Budha.

Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya berlangsung dalam waktu yang
lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab,
Gujarat, dan Persia makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di
daerah pusat perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan

11
para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia.
Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di
daerah pantai.

Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot.
Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalighnya kian
giat melakukan peran politik. Misalnya, saaat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri
dari kekuasaan Sriwijaya.

Menjelang berakhirnya abad ke 13 sekitar tahun 1285 berdiri kerajaan bercorak Islam yang
bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat
penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka.

Pada awal abad ke 15, kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun 1478
mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari kerajaan Majapahit. Pada
tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam ini kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon.
Di luar Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate,
Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar.

Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam itulah, agama Islam makin berkembang pesat dan
tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduk di daerah
pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman.

A. Teori Msuknya Islam di Indonesia


1. Teori Gujarat
Teori Gujarat dikemukakan oleh seorang ilmuwan Belanda bernama J. Pijnapel dan didukung
oleh Christiaan Snouck Hurgronje. Teori Gujarat beranggapan bahwa agama Islam dan
kebudayaannya dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati
selat Malaka. Teori ini juga menjelaskan bahwa Islam secara masif berkembang di Nusantara
sekitar abad ke-13 Masehi, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang
menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini diyakini oleh S. Hurgronje karena adanya hubungan perdagangan yang cukup erat
antara Indonesia dan India. Teori Gujarat juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan
Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297, makam Maulana Malik Ibrahim yang
keduanya bercorak Gujarat, serta tulisan Marco Polo.
Namun, terdapat kelemahan Teori Gujarat. Teori ini ditentang oleh G.E. Morison, seorang
jurnalis asal Australia. Ia mengatakan bahwa, belum tentu Islam didatangkan dari Gujarat,
hanya karena memiliki penemuan corak batu nisan yang mirip dengan yang ada di Gujarat.
Selain itu, pada awal abad ke-12 Masehi, masyarakat Gujarat masih menganut agama Hindu.

12
2. Teori Persia
Teori masuknya Islam ke Nusantara berikutnya adalah Teori Persia. Teori Persia didukung
oleh Hoesein Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Mereka berpendapat bahwa Islam
masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat.
Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke-13, ajaran yang
marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, terdapat beberapa
kesamaan budaya dan tradisi di Indonesia dengan yang ada di Persia.
Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara
peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (khususnya Sumatera Barat
dan Jambi), serta kesamaan corak seni kaligrafi.
Teori Persia juga didukung oleh bukti-bukti lain, seperti penggunaan gelar ‘syah’ pada raja-
raja Islam di Nusantara, beberapa kosakata serapan Bahasa Persia ke Bahasa Indonesia,
persamaan mazhab yang dianut, dan kesamaan ajaran sufi oleh Syekh Siti Jenar.
Namun, Teori Persia juga memiliki kelemahan. Menurut beberapa tokoh, pada abad ke-7
Masehi, Persia belum memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia Islam.

3. Teori Cina
Menurut Teori Cina, Islam berkembang di Nusantara berasal dari para perantau Tiongkok.
Masyarakat Tiongkok sebenarnya sudah memiliki hubungan erat dengan masyarakat
Indonesia, jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis
Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia melalui perdagangan.
Agama Islam sendiri berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M). Menurut
Sumanto Al-Qurtuby, pada masa Dinasti Tang, di daerah Kanton, Zhang-Zhao, Quanzhou,
dan pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman muslim.
Teori Cina dikuatkan dengan adanya beberapa bukti, di antaranya Raden Patah (Raja Demak)
yang merupakan keturunan Tiongkok, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah Cina,
masjid-masjid yang memiliki arsitektur Tiongkok, dan catatan yang menyebutkan bahwa
pedagang Tiongkok lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
Akan tetapi, kelemahan Teori Cina adalah teori ini tidak menjelaskan awal masuknya agama
Islam di Indonesia. Teori ini lebih menjelaskan peranan Cina dalam kedatangan Islam ke
Indonesia.

4. Teori Arab
Teori masuknya Islam ke Nusantara berikutnya adalah Teori Arab. Teori Arab didukung oleh
beberapa tokoh, seperti Buya Hamka dan van Leur. Dalam Teori Arab, dijelaskan bahwa

13
Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7. Ajaran Islam dibawa langsung oleh para musafir
dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia.
Teori Arab diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara
yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah. Selain itu, di Samudera Pasai, mazhab yang
terkenal adalah mazhab Syafi’i. Mazhab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu.
Kemudian, bukti lain Teori Arab adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja
Samudera Pasai, seperti budaya Islam di Mesir. Namun, Teori Arab memiliki kelemahan.
Teori ini dianggap kurang memiliki sumber tertulis yang menjelaskan peranan bangsa Arab
terhadap proses penyebaran ajaran Islam di Indonesia.

10. Sumber-Sumber Ajaran Islam

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalamullah yang berisikan firman-firman Allah, diwahyukan kepada Nabi
Muhamad SAW sebagai salah satu mukjizatnya melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an yang
merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan tentang aqidah, ibadah, hukum, peringatan, kisah-
kisah dan isyarat pengembangan iptek yang dijadikan sebagai acuan dan pedoman hidup bagi umat
Nabi Muhamad SAW. Ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab
yang berarti “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata
benda (masdar) dari kata kerja qara’a yang artinya membaca

A. Sejarah Pembukuan Al-Qur’an

Al Quran adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pegangan dan dasar petunjuk kehidupan.
Al-Qur’an terdiri dari 114 surah, Setiap ayat dalam Al-Qur’an memiliki keindahan bahasa dan
makna yang mendalam. Ketika wahyu Al Quran turun, sahabat nabi masih banyak yang tidak
bisa menulis dan membaca. Oleh karena itu, pada awalnya, ayat-ayat Al Quran pada
umumnya hanya di hafal saja oleh para sahabat Nabi.

B. Penulisan Al-Qur’an era Nabi Muhammad Saw

Pada masa Nabi Muhammad Saw., penulisan dilakukan dengan dan dalam media yang
terbatas. Mereka menulisnya pada pelepah tamar (kurma), lempengan batu, daun lontar,
kulit/daun kayu, pelana, potongan tulang- belulang binatang. Al-Qur‟an pada masa ini belum
menjadi satu mushaf

Ketika Nabi Muhammad masih hidup, beberapa sahabat yang pandai membaca dan menulis
di tugaskan untuk mencatat setiap Al Quran yang turun. dan salah satu sahabat yang bertugas

14
sebagai penulis Al Quran adalah Zaid bin Tsabit. Saat itu, Al Quran yang di tulis di berbagai
media belum di satukan atau di bukukan, karena masih ada ayat yang belum di turunkan.

C. Pembukuan Al-qur’an era Abu Bakar

setelah Nabi Muhammad wafat pada 632, muncul kekhawatiran akan punahnya Alquran. Hal
ini di sebabkan banyak para penghafal Al Quran yang gugur saat berperang melawan
kemurtadan dan nabi palsu. Oleh karena itu, Umar bin Khattab kemudian mengusulkan
kepada khalifah Abu Bakar untuk membukukan Al Quran. Mendengar usulan ini, pembukuan
Al Quran pun di mulai pada masa Khalifah Abu Bakar. Kemudian Khalifah Abu Bakar
melakukan kodifikasi atau pengumpulan naskah-naskah Al Quran, kodifikasi Al Quran era ini
ditandai dengan penyusunan Al Quran dalam suatu naskah yang rapi dan berurutan.

D. Pembukuan Al-qur’an era Utsman Bin Affan

Selain Abu Bakar, sahabat Nabi yang membukukan Al Quran adalah Khalifah Utsman Bin
Affan. Alasan di bukukannya Al Quran pada masa ini adalah semakin luasnya wilayah islam
dan semakin banyak orang yang tertarik padaajaranislam. Terlebih lagi, saat itu ada banyak
versi Al Quran yang beredar dengan bacaan dan model penulisan yang berbeda. Mereka yang
telah memeluk Islam dan ingin memelajari Al Quran, yang menjadi sumber ajaran agamanya,
pun menjadi bingung. Oleh karena itu, Khalifah Utsman bin Affan kemudian mengambil
kebijakan baru untuk menyamakan bentuk penulisan Al Quran.

Khalifah Utsman bin Affan membentuk tim yang membukukan Al Quran, yang
beranggotakan Zaid bin Tsabit, Said bin Al-As, dan Abdurrahman bin Al-Harits. Proses
kodifikasi era Khalifah Utsman bin Affan melahirkan suatu ilmu Al Quran yang di kenal
dengan Ilmu Rasm Al Quran atau Ilmu Rasmi Al-Utsmani. Ilmu Rasm Al Quran atau Ilmu
Rasmi Al-Usmani ini menjadi salah satu kajian dalam ulumul
terkenaldengannamaMushafUtsmani.

2. Hadits (Sunnah)

Merupakan sumber ajaran Islam yang kedua. Sunnah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh
Rasulullah baik dari segi perkataan, perbuatan maupun ketetapan atau persetujuan Rasulullah
terhadap apa yang dilakukan oleh para sahabatnya.
Menurut ulama Salaf, As-Sunnah ialah petunjuk yang dilakukan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya.

15
As-Sunnah berfungsi untuk memperjelas, menafsirkan isi atau kandungan dari ayat-ayat Al-
Qur’an dan memperkuat pernyataan ayat-ayat Al-Qur’an serta mengembangkan segala sesuatu yang
samar-samar atau bahkan tidak ada ketentuannya di dalam Al-Qur’an.
Macam-macam Hadits atau Sunnah
Hadits atau sunnah dilihat dari segi bentuknya, diantaranya:

 Qauliyah yakni semua perkataan Rasulullah


 Fi’liyah yakni semua perbuatan Rasulullah
 Taqririyah yakni penetapan, persetujuan dan pengakuan Rasulullah
 Hammiyah yakni sesuatu yang telah direncanakan oleh Rasulullah dan telah disampaikan
kepada para sahabatnya untuk dikerjakan namun belum sempat dikerjakan dikarenakan telah
datang ajalnya.

Hadits atau sunnah dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikannya, diantaranya:

 Mutawatir yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak


 Masyhur yaitu diriwayatkan oleh banyak orang, namun tidak sampai (jumlahnya) kepada
derajat mutawatir
 Ahad yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.

Hadits atau sunnah dilihat dari segi kualitasnya, diantaranya:

 Shahih yakni hadits yang benar dan sehat tanpa ada keraguan atau kecacatan.
 Hasan yakni hadits yang baik, memenuhi syarat seperti hadits shahih, letak perbedaannya
hanya dari segi kedhobitannya (kuat hafalan). Hadits shahih kedhobitannya lebih sempurna
daripada hadits hasan.
 Dhaif yakni hadits yang lemah.
 Maudhu yakni hadits yang palsu atau dibuat-buat.

3. Ijtihad

Ijtihad yaitu mengerahkan segala kemampuan berpikir secara maksimal untuk mengeluarkan
hukum syar’i dari dalil-dalil syara’ yaitu Qur’an dan hadits. Ijtihad dapat dilakukan jika ada suatu
masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Al-Qur’an maupun hadits, maka dapat dilakukan
ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu dan berdasarkan pada Al-Qur’an dan
hadits.

16
Macam-macam Ijtihad

 Ijma’
Yaitu kesepakatan para ulama (mujathid) dalam menetapkan suatu hukum-hukum
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Keputusan bersama yang
dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati.
Adapun hasil dari ijma’ adalah fatwa, yakni keputusan bersama para mujtahid yang
berwenang untuk diikuti seluruh umat.
 Qiyas
Yaitu menggabungkan atau menyamakan. Artinya menetapkan suatu hukum atau suatu
perkara yang baru muncul, yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki
kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang
terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya.
 Istihsan
Yaitu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya disebabkan karena adanya
suatu dalil syara’ yang mengharuskan untuk meninggalkannya. Berbeda dengan Al-Quran,
Hadits, Ijma’ dan Qiyas yang kedudukannya sudah disepakati oleh para jumhur ulama sebagai
sumber hukum Islam. Istihsan ini adalah salah satu cara yang digunakan hanya oleh sebagian
ulama saja.
 Maslahah Mursalah
Yakni kemaslahatan yang tidak disyari’atkan oleh syar’i dalam wujud hukum, dalam rangka
menciptakan kemaslahatan, disamping tidak terdapat dalil yang membenarkan atau
menyalahkan.

 SududzDzariah
Yakni tindakan dalam memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan dan kemaslahatan umat.
 Istishab
Yakni menetapkan ssuatu keadaan yang berlaku sebelumnya hingga adanya dalil yang
menunjukkan adanya perubahan keadaan itu. Atau menetapkan berdasarkan hukum yang
ditetapkan pada masa lalu secara abadi berdasarkan keadaan, hingga terdapat dalil yang
menunjukkan adanya perubahan.
 Urf
Yaitu segala sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia karena telah menjadi kebiasaan, adat
atau tradisi baik bersifat perkataan, perbuatan atau dalam kaitannya dengan meninggalkan
perbuatan tertentu.

17
11. Rukun Iman dan Rukun Islam
Rukun Islam Ke 1 : Syahadat
Rukun Islam ke 2 : Mendirikan Sholat
Rukun Islam Ke 3 : Mengeluarkan Zakat
Rukun Islam Ke 4 :Puasa
Rukun Islam Ke 5 : Haji bagi yang mampu

Pengertian Iman: Iman berasaldaribahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan).
Rukun Iman Ke 1 : Iman Kepada Allah
Rukun Iman Ke 2 : Iman Kepada Malaikat Allah
Rukun Iman Ke 3 : Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Rukun Iman Ke 4 : Iman Kepada Para Rasul Allah
Rukun Iman Ke 5 : Iman Kepada Hari Akhir
Rukun Iman Ke 6 : Iman Kepada Takdir Allah

12. Thaharoh (Bersuci)


Thaharah artinya bersuci menurut bahasa. Dalam istilah, thaharah artinya suci dari hadats dan najis,
yakni keadaan suci setelah berwudhu, tayammum, atau mandi wajib
A. Hukum Thaharah
Dalil thaharah tertulis dalam Quran surat Al Baqarah ayat 222. Allah SWT berfirman
menyukai orang-orang yang bertaubat dan bersuci :

‫ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب الَّتَّو اِبْيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِرْيَن‬
Artinya : Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan
diri
B. Macam-macam Thaharah
Pembagian thaharah ada dua, yakni bersuci dari hadats berupa melakukan wudhu, mandi, dan
tayamum. Kemudian, bersuci dari najis berupa menghilangkan najis yang ada di badan,
tempat dan pakaian.
C. Alat-alat Thaharah
Untuk melakukan thaharah, ada beberapa media yang bisa digunakan, yakni air, debu yang
suci, dan batu untuk diinjak. Air sendiri, dari segi hukum dibagi menjadi berikut, yaitu :
-Air suci dan dapat mensucikan, seperti air sumur, air sungai, air hujan, dll
-Air yang dapat mensucikan tapi makruh hukumnya, seperti air yang dijemur di tempar logam
bukan emas

18
-Air yang tidak dapat mensucikan, seperti air yang kurang dari dua kulah, air yang sifatnya
berbah (air teh, air kopi, air berbau), dan air yang diperoleh dari mencuri

19
II. KEORGANISASIAN

1. DEFINISI
 Secara etimologi organisasi berasal dari kata organ yaitu struktur atau susunan tubuh yang
terdiri dari kepala, badan dan kaki.
 Secara terminologi organisasi adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang memiliki
tujuan tertentu

2. UNSUR – UNSUR ORGANISASI

Organisasi bisa dibentuk apabila terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Manusia: sebuah organisasi akan terbentuk jika terdapat unsur manusia yang saling
bekerjasama, ada pemimpin dan juga yang dipimpin telah terpenuhi.
2. Sasaran atau tujuan: sebuah organisasi akan terbentuk jika mempunyai suatu tujuan
yang ingin dicapai
3. Pekerjaan: sebuah organisasi akan terbentuk jika mempunyai pekerjaan yang akan
dikerjakan serta adanya pembagian kerja.
4. Teknlologi: sebuah organisasi akan terbentuk jika terdapat unsur-unsur teknisnya.
5. Tempat kedudukan: sebuah organisasi akan terbentuk jika ada tempat kedudukannya.
6. Struktur: sebuah organisasi akan terbentuk terdapat hubungan antara manusia satu
dengan manusia lainnya, sehingga terciptalah organisasi
7. Lingkungan: sebuah organisasi akan terbentuk jika lingkungannya sangat mendukung
dan saling mempengaruhi, seperti misalnya adanya sistem kerjasama sosial.

3. SYARAT ORGANISASI
a) Tujuan adalah yang mengarahkan jalannya organisasi
b) Aturan adalah yang memaksa setiap orang yang tergabung didalam organisasi agar disiplin
dan teratur dalam menjalankan tugas, fungsi, wewenang, tanggung jawab dan kewajiban.
c) Pengurus adalah yang menggerakkan organisasi yang dimaksud adalah pengurus harian
organisasi.
d) Anggota adalah yang digerakkan bukan dalam artian tidak memiliki hak untuk bertindak
ketika ada pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus.

20
4. JENIS-JENIS ORGANISASI
a) Formal adalah organisasi yang memiliki aturan main secara tertulis dan dijadikan sebagai
acuan dalam menjalankan program kerja. Seperti Ad/Art, dll.
b) Non formal adalah organisasi yang aturannya dipahami secara umum dan tidak
tertulis seperti kelompok masyarakat di suatu Lingkungan, dll.
c) In formal adalah organisasi skala kecil yang pengaturannya secara alamiahseperti rumah
tangga.

4. SIFAT ORGANISASI

a) Independen adalah organisasi yang berdiri sendiri dan tidak memiliki hubungan konstitusi
dengan organisasi lain (non structural dengan organisasi lain)
b) Non Independen adalah organisasi yang memiliki hubungan konstitusi dengan organisasi
lain.

5. MACAM-MACAM ORGANISASI

a) Provit adalah organisasi yang mencari keuntungan, secara khusus mencari keuntungan dari
segi keuangan seperti PT. koperasi, pertokoan, dll.
b) Non provit adalah organisasi yang mengedepankan pengembangan keilmuanseperti HMI,
LRCom. Diha, LSN Makassar, dll.

6. BENTUK ORGANISASI

Berdasarkan strukturnya, bentuk organisasi dapat dibedakan atas :


1. Organisasi garis Organisasi garis merupakan bentuk organisasi tertua, dan paling
sederhana. Organisasi dengan jumlah karyawan sedikit dan pemiliknya merupakan
pimpinan tertinggi didalam perusahaan/organisasi yang mempunyai hubungan
langsungdengan bawahannya. Di sini setiap bagian-bagian utama langsung berada
dibawah seorang pemimipin serta pemberian wewenang dan tanggung jawab
bergerak vertical ke bawah dengan pendelegasian yang tegas, melalui jenjang hirarki
yang ada. Kebaikan-kebaikan organisasi garis:
a. Bentuk organisasi sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan,
b. Pembagian tugas serta tanggung jawab dan kekuasaan cukup jelas
c. Adanya kesatuan dalam perintah dan pelaksanaan sehingga mempermudah
pemeliharaan disiplin dan bertanggung jawab,
d. Pengambilan keputusan dapat dilaksanakan secara cepat karena komunikasi cukup
mudah.

21
Sedangkan kekurangan-kekurangannya adalah :
a. Bentuk organisasi tidak fleksibel,
b. Kemungkinan pemimpin untuk bertindak otokratis besar,
c. Ketergantungan pada seseorang cukup besar sehingga mudah terjadi kekacauan
bila seseorang didalam garis organisasi “hilang”.

2. Organisasi garis dan staf Dalam organisasi ini ada dua kelompok orang-orang yang
berpengaruh dalam menjalankan organisasi itu, yaitu :
a. Orang yang melaksanakan tugas pokok organisasi dalam rangka pencapaian tujuan,
yang digambarkan dengan garis atau lini.
b. Orang yang melakukan tugasnya berdasarkan keahlian yang dimilikinya, orang ini
berfungsi hanya untuk memberikan saran-saran kepada unit operasional. Orang-orang
tersebut disebut staf.
Di dalam organisasi garis dan staf :
– Terdapat spesialisasi yang beraneka ragam yang dipergunakan secara maksimal.
– Dalam melaksakan pekerjaannya, anggota atau lini dapat menerima pengarahan
serta informasi dari staf.
– Pengarahan yang diberikan staf dapat dijadikan pedoman bagi pelaksana.
– Staf mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan pekerjaan.
Organisasi ini mempunyai kebaikan, seperti :
– Adanya pembagian tugas yang jelas antara orang-orang yang melaksanakan tugas
pokok dan penunjang.
– Keputusan yang diambil biasanya telah dipertimbangkan secara matang oleh
segenap orang yang terdapat dalam organisasi, termasuk staf.
– Adanya kemampuan dan bakat yang berbeda-beda dari anggota organisasi
memungkinkan
3. Organisasi fungsional
Organisasi dengan bentuk ini merupakan suatu organisasi yang berdasarkan
pembagian tugasnya serta kegiatannya pada spesialisasi yang dimiliki oleh pejabat-
pejabatnya. Organisasi ini tidak terlalu menekan hilarki sturtural, tetepai lebih pada
sifat dan pungsi yang perlu dijalankan. Dalam organisasi ini seorang bawahan dapat
menerima beberapa instruksi dari beberapa pejabat serta harus mempertanggung
jawabkannya pada masing-masing pejabat yang bersangkutan

4. Organisasi komite/panitia : pendapat dari sekumpulan orang biasanya akan lebih baik
dari pada hasil pemikiran satu orang. Cara yang terbaik untuk menimbulkan kerja

22
sama dari kelompok orang adalah dengan membentuk satu kelompok tetap yang
disebut komite. Komite adalah suatu badan yang terdiri dari sekumpulan orang yang
diberi kekuasaan tertentu dan dengan berunding mereka dapat membuat keputusan
bersama-sama

7. PERANGKAT ORGANISASI

Organisasi memiliki perangkat yang jelas, baik itu organisasi taktis maupun organisasi teknis,
organisasi formal, non formal dan seterusnya:

a. Perangkat lunak.

 AD/ART dan aturan sejenis khusus untuk organisasi dibawah naungan Negara
 UUD untuk organisasi kenegaraan
b. Perangkat keras.

 Pengurus.
Pengurus yang dimaksud adalah secara keseluruhan dan tidak dibatasi hanya pada pengurus harian
atau pengurus inti organisasi yang menjadi penggerak dalam mencapai kesuksesan dan tidaknya suatu
organisasi.

“Contoh seperti hierarki pengurus LRCom. Diha, Dewan penasehat, Dewan pertimbangan
organisasi (DPO) Pengurus devinitif , yang didalamnya ada ketua umum, sekum, bendum dan
bidang-bidang”.

 Anggota.
Anggota yang dimaksud adalah secara keseluruhan.

“Contoh seperti Hierarki kenggotaan LRCom. Diha, Anggota inti, Anggota biasa, dan Anggota
kehormatan”.

8. Forum organisasi

a. Musyawarah besar (MUBES); adalah tempat pengambilan keputusan tertinggi organisasi


b. Rapat kerja (RAKER); adalah rapat untuk membahas program kerja.
c. Sidang pleno; adalah siding yang dihadiri oleh peserta penuh untuk membahas dan
merancang program kerja yang akan di jalankan selama masa kepengurusan.
d. Rapat panitia; yaitu rapat yang dihadiri oleh jajaran kepanitiaan. Terkecuali di undang.
e. Rapat bidang; adalah rapat yang dihadiri oleh ketuan bidang dan anggota bidang.
f. Rapat anggota; adalah rapat yang bisa dihadiri oleh anggota saja, terkecuali di undang.

23
g. Rapat pengurus; adalah rapat yang bias dihadiri oleh pengurus untuk membahas sejauh
mana program kerja yang dilaksanakan oleh pengurus.

24
III. MATERI KE-INDONESIAAN

1) MAKNA KATA INDONESIA SECARA BAHASA DAN ISTILAH


Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah
memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde",
yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti pulau), Kata "Indonesia"
berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti "India" dan kata dalam bahasa Yunani
nesos yang berarti "pulau". Jadi, kata Indonesia berarti wilayah India kepulauan, atau kepulauan yang
berada di India, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara
berdaulat. Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya
mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan India atau Kepulauan
Melayu". Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim
dari Kepulauan India.
Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkaran akademik diluar Belanda,
dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik. Adolf Bastian dari
Universitas Berlin mempopulerkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des
Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang mengunakannya ialah Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama
Indonesisch Pers-bureau di tahun 1913.

2. SEJARAH INDONESIA PRA KEMERDEKAAN

1. Penjajahan oleh bangsa portugis


Negara yang pertama kali menjajah Indonesia adalah bangsa Portugis pada tahun 1509 yang
pertama kali tiba di daerah Malaka. Pada tanggal 10 Agustus 1511, Portugis yang dipimping oleh
seseorang yang bernama Alfonso de Albuquerque berhasil menguasai Malaka. Tak hanya berhenti
sampai disitu, Portugis juga memperluas area kekuasaannya dari Madura sampai dengan Ternate.
Tidak tahan dengan jajahan negara Portugis, masyarakat Indonesia melakukan perlawanan yang
dikomandoi oleh Fatahillah.
2. Penjajahan oleh bangsa belanda
Penjajahan melawan Portugis berhakhir pada sejak tahun 1602. Tapi justru Belanda datang
dan mencoba untuk menguasai Indonesia. Belanda mendirikan VOC atau Verenigde Oostindische
Compagnie untuk meguasai perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Awalnya VOC hanya
menguasai Banten.
Tapi karena ada Negara Inggris dan Tionghoa yang bersaing untuk perdagangan, VOC
kemudian pindah markasnya ke Sulawesi Selatan. Disana, VOC juga mendapat perlawanan besar-

25
besaran dari Sultan Hasanuddin. Di Sulawesi Selatan tersebut, sultan Hasanudding dan pihak dari
Belanda melaukan sebuah perjanjian yang dikenal dengan nama perjanjian Bongaya.
Mengigat bahwa perjanjian tersebut sangat menyengsarakan rakyat Indonesia, sultan
Hasanuddin dan pengikutnya enggan untuk menuruti perjanjian tersebut. Selama 350 tahun lamanya
bangsa Indonesia dikuasai oleh Negara Belanda.
3. Penjajahan oleh bangsa jepang
Setelah terlepas dari Belanda, Indonesia justru jatuh ke tangan Jepang. Jepang berhasil
membuat Belanda menyerah tanpa menuntut syarat apapun pada 8 maret 1942. Jepang menjajah
Indonesia sejak tahun 1942 sampai dengan 17 agustus 1945. Untuk bisa merdeka dari Negara Jepang,
ada banyak peristiwa berdarah dan bersejarah yang menyertai proses proklamasi negara Indonesia.
4. Kesempatan emas untuk memerdekaan negara indonesia
Aroma kemerdekaan Indonesia mulai tercium ketika pada 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima
Jepang di bom atom oleh Amerika Serikat. Kemudian pada 9 Agustus, Jepang kembali dikejutkan
dengan bom atom yang diluncurkan oleh pihak Amerika Serikat pula. Momen keterpurukan Jepang
tersebutlah yang membuat Indonesia memberanikan diri untuk memproklamasikan kemerdekaan.
Setelah mengetahui peristiwa bom tersebut, Hatta, Radjiman Wedyodiningrat dan Soekarno
terbang ke Dalat, Vietnam untuk menemui Marsekal Terauchi. Disana, mereka mendapatkan kabar
bahwa Jepang tengah berada di ujung tanduk kekalahan serta akan memberikan hak kemerdekaan
kepada rakyat Indonesia.
Sutan Syahrir pada 10 Agustus 1945 juga mendengar berita mengenai kekalahan Jepang saat
melawan sekutu melalui radio. Melihat adanya kesempatan, para pejuang akhirnya bersiap-siap untuk
melakukan proklamasi kemerdekaan RI. Para pahlawan menolak keras bahwa kemerdekaan yang
diperoleh adalah hadiah dari Jepang.
Di Vietnam, Marsekal Terauchi pada 12 Agustus 1945 mengatakan kepada rombongan
Soekarno bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Sedangkan
proklamasi kemerdekaan bisa langsung dilakukan dalam waktu beberapa hari setelah kekalahan
Jepang tergantung dari cara kerja PPKI. Walaupun demikian, Jepang tetap memaksa dan ingin
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 24 Agustus. Setelah Soekarno, Radjiman dan Hatta
pulang ke tanah air, Sutan Syahrir langsung mendesak Soekarno untuk segera melakukan proklamasi
kemerdekaan sebab ia menilai bahwa hasil pertemuan yang dilakukan di Dalat tersebut adalah salah
satu tipu muslihat pihak Jepang.
5. Peristiwa rengasdengklok
Tekanan yang menginginkan pengambilalihan kekuasaaan dari pihak Indonesia semakin
bergejolak dan memuncak. Gejolak tersebut diluncurkan oleh golongan pemuda. Bahkan pada tanggl
16 Agustus, Rapat PPKI yang harus dilakukan tidak jadi dilaksanakan karena Hatta dan Soekarno saat
itu tidak muncul. Hilangnya Soekarno dan Hatta adalah karena adanya peristiwa Rengasdengklok.

26
Peristiwa rapat yang ada di dalam pertemuan PPKI justru tidak mengetahui peristiwa penculikan yang
dikenal dengan nama Rengasdengklok tersebut.
Pada 16 Agustus 1945 dini hari, para golongan pemuda pejuang yang terdiri dari Sukarni,
Chaerul saleh, Shodanco Singgih, Wikana dan lain sebagainya membawa Hatta, soekarno, serta
fatmawati dan juga Guntur yang saat itu berusia 9 bulan ke Rengasdengklok. Tujuan dari penculikan
ini adalah agar Soekarno dan Hatta tidak dipengaruhi oleh pihak Jepang.
Setelah peristiwa penculikan tersebut, Soekarno dan Hatta kembali menuju Jakarta dan
bertemu Mayor Jenderal Jepang bernama Otoshi Nishimura. Tapi jutsru Jepang tidak memberikan izin
kepada Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Merasa kecewa dengan sikap Jepang yang
ingkar janji, Soekarno-Hatta segera pergi ke rumah Laksamana Maeda untuk mempersiapkan semua
kebutuhan untuk proklamasi, termasuk teks proklamasi.
7. Kemerdekaan indonesia
Tanggal 17 Agustus 1945, dimulailah pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno di
kediamannya yakni Jalan Pegangsaan Timur 56. Setelah membacakan teks proklamasi, Soekarno
langsung melakukan pidatonya yang bersemangat tanpa teks.
Bendera merah putih yang dijahit langsung oleh Fatmawati sebagai istri dari Soekarno
kemudian diikibarkan oleh prajurit PETA yakni Latief Hendraningrat yang didampingi oleh Soehoed
serta seorang pemudi yangbertugas untuk membawa bendera merah putih. Sesudah bendera Indonesia
berkibar, hadirin kemudian menyanyikan lagu Nasional yakni Indonesia Raya.
Pada 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD sebagai dasar dari Indonesia. Selanjutnya,
Soekarno dan juga M.Hatta dipilih untuk menjadi presiden dan wakil presiden atas usul Oto
Iskandardinata dan disetujui oleh PPKI. Demikianlah perjalanan bangsa Indonesia untuk bisa sampai
di kemerdekaan.

4. SEJARAH INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN


Atas nama bangsa Indonesia Proklamasi Kemerdekaan telah dikumandangkan oleh Bung
Karno didampingi oleh Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Satu langkah maju sudah ada pada
genggaman bangsa Indonesia melalui Proklamasi kemerdekaan tersebut. Sebagai negara yang baru
memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia mendapat simpati dari bangsa-bangsa di dunia. Hal ini
tampak dari adanya pengakuan negara lain terhadap Proklamasi 17 Agustus 1945. Sebagai sebuah
negara merdeka, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-Undang Dasar (UUD 1945)
dan pemilihan Presiden yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden.

Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini berlangsung tanggal 20 November sampai dengan 15 Desember 1945 antara
TKR dan pasukan Inggris. Peristiwa itu berawal dari kedatangan tentara sekutu di Semarang tanggal

27
20 Oktober 1945. Tujuan semula pasukan itu adalah mengurus tawanan perang. Akan tetapi, ternyata
mereka diboncengi oleh NICA yang kemudian mempersenjatai para tawanan.
Di Ambarawa tanggal 20 Oktober 1945 pecahlah pertempuran antara TKR yang dipimpin
Mayor Sumarto dengan tentara Serikat. Dalam pertempuran itu gugur Letkol Isdiman, Komandan
Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Kolonel Isdiman, komando pasukan diambil alih oleh Letnan
Kolonel Sudirman yang saat itu menjabat sebagi panglima divisi Banyumas. Pasukan Serikat
menggunakan para tawanan Jepang yang telah dipersenjatai untuk ikut bertempur. Mereka juga
mengerahkan tank dan senjata berat lainnya.
Pada tanggal 12 Desember 1945, pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak. Setelah
bertempur selama empat hari, akhirnya pasukan Indonesia berhasil mengusir tentara Serikat dari
Ambarawa dan memukul mundur mereka sampai Semarang.

Tragedi Nasional (Masa Orde Lama)


Tragedi nasional adalah suatu rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa Indonesia. Tragedi ini tentu
membawa akibat yang sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Peristiwa-demi
peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia sekaligus merupakan ancaman, tantangan dan hambatan.
Peristiwa-peristiwa tersebut sangat mengganggu upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah
mencapai kemerdekaan. Pemberontakan PKI Madiun 1948Peristiwa Madiun tidak dapat dipisahkan
dari pembentukn Fron Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948. FDR adalah kumpulan
beberapa partai seperti partai Sosialis, Pesindo, partaiBuruh, PKI dan Sobsi. Peristiwa Madiun itu
diawali dari kota Solo yang dilakukan oleh para pengikut Muso dan Amir SyarifuddinPada tahun
1948 Muso kembali dari Rusia. Sekembalinya itu Musobergabung dengan Partai Komunis Indonesia.
Ajaranyang diberikan pada para anggota PKI adalah mengadu domba kesatuan nasional
denganmenyebarkan teror. . Pada tanggal 18 September 1948 di Madiun tokoh-tokoh PKI
memproklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia. Orang-orang yang dianggap musuh
politiknya dibunuh oleh PKI.
Dengan terjadinya peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera mengambil tindakan
tegas. Pemberontakan Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah mengangkat Gubernur Militer
Kolonel Subroto yang wilayahnya meliputi Semarang, Pati dan Madiun. Walaupun dalam
menghancurkan kekuatan PKI dalam peristiwa Madiun menelan banyak korban, namun tindakan itu
demi mempertahankan Kemerdekaan yang kita miliki. Ketika Belanda melakukan agresi terhadap
Republik Indonesia, PKI justru menikam dari belakang dengan melaukan pemberontakan yang
sekaligus dapat merepotkan pemerintah Republik.
Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)Salah seorang yang juga menjadi dalang dalam
pemberontakan Andi Aziz adalah Dr. Chr. R.S. Soumokil datang ke Ambon. Ketika itu Soumokil
menjabat sebagai Jaksa Agung Negara Bagian Indonesia Timut (NIT). Dia mempengaruhi pada
anggota KNIL agar membentuk Republik Maluku Selatan (RMS). RMS kemudian diproklamasikan

28
pada tanggal 25 April 1950. Pemerintah berusaha mengakhiri teror yang dilakukan oleh gerombolan
RMS terhadap rakyat Maluku Tengah. Walaupun sudah dilakukan upaya damai, namun RMS tetap
melakukan terror terhadap rakyat.
Pemerintah kemudian mengambil jalan dengan mengerahkan pasukan untuk meredam
pemberontakan tersebut. Pada 14 Juli 1950 pasukan dari APRIS mulai mendarat di Maluku. Pada
bulan Desember 1950 seluruh Maluku Tengah dapat dikuasai oleh APRIS. Para pemberontak
melarikan diri ke pulau Seram. Pada tanggal 2 Desember 1953 Somoukil dapat ditangkap dan dalam
Mahkamah Militer Luar Biasa dia dijatuhi hukuman dengan pidana mati.
Gerakan 30 September 1965 (G.30 S / PKI)
Sebagai fakta sejarah setiap orang Indonesia tidak akan melupakannya, bahwa di negara ini pernah
terjadi peristiwa di tahun 1965 yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September yang didalangi oleh
Partai Komunis Indonesia (G30 S/PKI) .
Peristiwa G 30 S/PKI ternyata menjadi pemicu aksi protes terhadap kepemimpinan Soekarno,
bahkan dituduhkan bahwa Soekarno ada di balik peristiwa tersebut.Enam jenderal senior dan
beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana
yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto,
menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk
mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian
dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi
di Jawa dan Bali.

SEJARAH PROKLAMASI NEGARA INDONESIA


Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atomdijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang
oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasakisehingga
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur
laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang
sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa
Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam

29
beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan
Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil
pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah
menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang
besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut
Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Sekutu. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan
muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah
pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak
menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka
menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di
Jalan Imam Bonjol no. 1.Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas
keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih
menunggu instruksi dari Tokyo. Keesokan harinya Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan
pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus guna
membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh
Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16
Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat
tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, Para pemuda pejuang termasuk Chaerul saleh,
Sukarni, Wikana, Shodanco Singgih dan pemuda lainnya membawa soekarno, beserta fatmawati dan
Guntur yang baru berusia 9 bulan dan hatta ke rengasdengklok yang kemudian dikenal dengan
peristiwa rengasdengklok.
Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh jepang. Di
sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap
untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua,
yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar
Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali
ke Jakarta. Dan Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu – buru
memproklamasikan kemerdekaan.

30
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, Lalu bertemu dengan Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang.
Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah
dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan
proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat,
Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap
seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Setelah dari
rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda diiringi oleh Myoshi guna
melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi.
Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan
disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro dan Sayuti Melik. Konsep teks proklamasi ditulis oleh
Ir. Soekarno sendiri. Dan Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik milik Mayor Dr. Hermann Kandeler (dari kantor perwakilan AL Jerman).
Dan pembacaan proklamasi dilakukan dikediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang
Jl. Proklamasi no. 1).
Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah
hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada
pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks.
Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan oleh seorang
prajurit PETA yaitu Latief Hendraningrat dibantu oleh Soehoed dan seorang pemudi membawa
nampan berisi bendera Merah Putih . Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum TuguMonumenNasional.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil
keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah
Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di
tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan
dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan
dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil
presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional

KRONOLOGI PERUMUSAN PANCASILA DASAR FILSAFAT NEGARA, PEMBUKAAN


DAN PASAL-PASAL UUD 1945

31
Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
beranggotakan sebanyak 63 orang, dengan ketua dr. Rajiman Wedyiningrat dan wakil ketua
Icibangase dari Negara Jepang. Sekretarisnya adalah R.P. Soeroso. Anggota (BPUPKI) resmi
diumukan pada tanggal 28 April 1945 dan upacaranya dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di
Pejambon Jakarta (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri).
Masa persidangan pertama kali yang diselenggarakan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yaitu dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni
1945. Dalam persidangan BPUPKI membahas tentang dasar-dasar Negara untuk bisa bangsa
Indonesia merdeka, bebagai pendapat telah dikemukakan. Berikut Pedapat yang di sampaikan oleh
Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo dan Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI:
Mr.Mohammad YaminMenyampaikan pendapatnya pada tanggal 29 Mei 1945 dengan judul
“Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” yang berintikan sebagai berikut :
Peri kebangsaan
Peri kemanusiaan
Peri ketuhanan
Peri kerakyatan
Kesejahteraan rakyat
Mr. SupomoMenyampaikan pendapatnya pada tanggal 31 Mei 1945 tentang masalah-masalh
yang berhubungan dengan dasar-dasar Negara Republik Indonesia merdeka, yang berdasarkan atas
beberapa hal dan diberi nama Pancasila, dan kemudian pada tanggal 1 Juni diperingatilah sebagai hari
lahirnya Istilah Pancasila, Berikut beberapa hal yang disampaikan oleh Mr. Supomo :
Persatuan
Kekeluargaan
Keseimbangan lahir dan batin
Musyawarah
Keadilan sosial
Ir. SoekarnoPada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya di hadapan sidang
hari ketiga Badan Penyelidik. Dalam pidato itu dikemukakan/diusulkan juga lima hal untuk menjadi
dasar-dasar Negara Merdeka yang perumusan serta sistematikanya sebagai berikut :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhan yang berkebudayaan
Setelah masa persidangan pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei–1 Juni 1945 berakhir,
namun belum juga mendapatkan atau belum terbentuk juga rumusan dasar Negara Indonesia merdeka,
maka BPUPKI akhirnya membentuk panitia untuk menampung aspirasi tentang pembentukan atau

32
rumusan dasar Negara Indonesia merdeka yang beranggotakan 9 orang, diantaranya adalah Ir.
Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Mr. Moh.
Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A. Maramis. Pada akhirnya
panitia 9 itu berhasil merumuskan dasar Negara Indonesia merdeka pada tanggal 22 Juni 1945 dan
rumusan itu diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter oleh Mr. Moh. Yamin.
Pada tanggal 10-16 Juli 1945, BPUPKI melangsungkan persidangan yang kedua untuk
membahas rancangan UUD dan dibentuklah panitia perancangan UUD yang pimpin oleh Ir.
Soekarno. Kemudian panitia tersebut membentuk sebuah kelompok kecil yang beranggotakan 7 orang
dengan ketua Mr. SUpomo dengan 6 anggotanya yaitu : Wongsonegoro, Ahmad Subarjo, Singgih, H.
Agus Salim, dan Sukiman. Setelah hasil didapat dan sudah disempurnakan oleh penghalus bahasa
kemudian hasil perumusan UUD tersebut disampaikanlah atau dilaporkan oleh Ir.Soekarno di sidang
BPUPKI pada tanggal 14 Juli 1945 yang berisikan 3 hal pokok yaitu, pernyataan Indonesia merdeka,
pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh). Pada tanggal 15-16 Juli
1945 diadakan kembali sidang untuk menyusun undan-undang dasar yang berdasarkan hasil kerja
panitia sembilan, kemudian pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkanlah hasil kerja penyusunan undang-
undang dasar dan akhirnya laporan tersebut diterima sidang pleno BPUPKI.
Pada tanggal 07 Agustus 1945 Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dibubarkan oleh Jepang, kemudian Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI. PPKI dibentuk dengan
anggota sebanyak 21 orang yang diketuai atau dipimpin oleh Ir. Soekarno, namun pada tanggal 18
Agustus 1945 pimpinan atau ketua PPKI Ir. Soekarno menambahkan anggota untuk menindaklanjuti
hasil kerja BPUPKI yaitu sebanyak 6 orang, sehingga total anggota dari panitia PPKI ini adalah 27
orang, yaitu diantaranya Ketua Ir. Soekarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya Ahmad
Subarjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman Wedyodiningrat, R.P. Suroso,
Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Suryohamijoyo,
Abdul Kadir, Puruboyo, Yap Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan,
Hamdani, Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara,
Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, dan Iwa Kusumasumantri.
Sidang pertama kali PPKI dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan pembahasan
konstitusi Negara Indonesia yaitu, Presiden dan Wakil Presiden Negara Indonesia beserta lembaga-
lembaga yang dibentuk untuk membantu tugas Presiden Indonesia. Namun, sebelum sidang dimulai,
Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian
masalah kalimat ”… dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada
kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.Tokoh-
tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Dan pada akhirnya para tokoh PPKI mendapatkan hasil
dengan menghilangkan kalimat tersebut dengan untuk tidak mengutamakan kepentingan bangsa dan

33
Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan, begitulah semangat rasa nasionalisme dan jiwa besar
yang ditunjukkan oleh para tokok PPKI.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja dari BPUPKI
dibahas kembali, Pada sidang pembahasan itu terdapat 2 usul perubahan yang diberikan oleh
kelompok Muh. Hatta, 2 usul tersebut berisikan seperti dibawah ini :
1) Usul yang pertama, berkaitaan dengan sila perta yang semulanya berbunyi “”Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi ”Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
2) Usul yang kedua, ab II UUD Pasal 6 yang semula berbunyi ”Presiden ialah orang Indonesia yang
beragama Islam” diubah menjadi ”Presiden ialah orang Indonesia asli”.
Dan akhirnya 2 usulan yang disampaikan oleh Muh, Hatta diterima dan disahkan oleh PPKI sebagai
UUD Negara Indonesia (UUD 1945) yang di umumkan dalam berita Republik Indonesia pada tahun
ke-2 No. 7 Tahun 1946 pada halaman 45-48.
Sistematika Undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) itu terdiri atas 3 hal, yaitu :1)
Pembukaan (mukadimah) UUD 1945 terdiri atas empat alinea. Pada Alenia ke-4 UUD 1945
tercantum Pancasila .

34
IV. KE HMI-AN

1.MAKNA DARI NAMA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa yang di himpun oleh
mahasiswa yang beragama islam, Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) didirikan oleh
mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta yang bernama Lafran Pane dan rekan
perjuangannya, Lafran Pane lahir di kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, yang
terletak di kaki gunung Sibual-bual. 38 KM kearah utara dari Padang Sidempuan Sumatera
Utara pada tanggal 05 Februari 1922, berdirinya suatu Organisasi pasti mempunyai latar
belakang yang berbeda, tetapi dengan perbedaan itulah kita dapat mengetahui ciri khusus dari
organisasi tersebut.
2. PENDIRI ORGANISASI HMI
Lafran Pane (lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922 – meninggal 25
Januari 1991 pada umur 68 tahun) dikenal sebagai salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) pada tanggal 5 Februari 1947. [1] Perihal perannya dalam HMI, Kongres XI HMI
tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsanya berdirinya HMI dan
disebut sebagai pendiri HMI.[1] Selain dirinya, ada beberapa nama lain yang disebut sebagai
pendiri HMI, antara lain:

Kartono Zarkasy (Ambarawa),

Dahlan Husein (Palembang),

Siti Zainah (Palembang),

Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan, Singapura),

Soewali (Jember),

Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII),

M. Anwar (Malang),

Hasan Basri (Surakarta),

Marwan (Bengkulu),

Tayeb Razak (Jakarta),

Toha Mashudi (Malang),

Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta),

Sulkarnaen (Bengkulu), dan

35
Mansyur.

Lafran Pane sendiri menolak untuk dikatakan sebagai satu-satunya pendiri HMI.

Biografi

Lafran Pane lahir di Padang Sidempuan, 5 Februari 1922. Menurut berbagai tulisan
sebelumnya, disebutkan bahwa Lafran Pane lahir pada 12
April 1923 di Kampung Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, sebuah kecamatan yang terletak di
kaki Gunung Sibualbuali, 38 kilo meter ke arah utara dari "kota salak" Padang
Sidempuan, ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Wafat pada tanggal 24
Januari 1991, orang akhirnya tahu, setelah kematiannya, Lafran ternyata lahir 5
Februari 1922, bukan 12 April 1922 seperti yang kerap ia gunakan dalam catatan resmi

Silsilah Keluarga

Lafran Pane adalah anak keenam keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari istrinya yang
pertama, Lafran adalah bungsu dari enam bersaudara, yaitu: Nyonya Tarib, Sanusi
Pane, Armijn Pane, Nyonya Bahari Siregar, Nyonya Hanifiah, Lafran Pane, dan selain
saudara kandung, ia juga memiliki dua orang saudara tiri dari perkawinan kedua ayahnya,
yakni: Nila Kusuma Pane dan Krisna Murti Pane. Ayah Lafran Pane adalah
seorang guru sekaligus seniman Batak Mandailing di Muara Sipongi, Mandailing Natal.
Keluarga Lafran Pane merupakan keluarga sastrawan dan seniman yang kebanyakan menulis
novel, seperti kedua kakak kandungnya yaitu Sanusi Pane dan Armijn Pane yang juga
merupakan sastrawan dan seniman. Sutan Pangurabaan Pane termasuk salah seorang
pendiri Muhammadiyah di Sipirok pada 1921. Sedangkan Kakek Lafran Pane adalah seorang
ulama Syekh Badurrahman Pane, maka pendidikan keagamaannya didapat sebelum
memasuki bangku sekolah.

Riwayat Pendidikan

Pendidikan sekolah Lafran Pane dimulai dari Pesantren Muhammadiyah Sipirok (kini
dilanjutkan oleh Pesantren K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Setia
dekat Desa ParsorminanSipirok. Dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah Lafran
Pane ini mengalami perpindahan sekolah yang sering kali dilakukan, hingga pada akhirnya
Lafran Pane meneruskan sekolah di kelas 7 (Tujuh)di HIS Muhammadiyah, menyambung
hingga ke Taman Dewasa Raya Jakarta sampai pecah Perang Dunia II, pada saat itu ibu kota

36
pindah ke Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang semula di Jakarta juga ikut
pindah ke Yogyakarta. Wawasan dan intelektual Lafran berkembang saat proses perkuliahan
yang membawa pengaruh pada diri Lafran Pane yang ditandai dengan semakin banyaknya
buku-buku Islam yang ia baca. Sebelum tamat dari STI, Lafran pindah ke Akademi Ilmu
Politik (AIP) pada April 1948 Universitas Gajah Mada (UGM) yang kemudian di Negerikan
pada tahun 1949. Tercatat dlam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran Pane
termasuk salah satu mahasiswa yang pertama kali lulus mencapai gelar sarjana,yaitu
tanggal 26 Januari 1953. Dengan sendirinya, Drs. Lafran Pane menjadi salah satu sarjana
ilmu politik pertama di Indonesia, selanjutnya Lafran Pane lebih tertarik di lapangan
pendidikan dan keluar dari Kementerian Luar Negeri dan masuk kembali ke Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Riwayat Pekerjaan

1. Direktur Kursus B I dan B II Negeri Yogyakarta yang diselenggarakan Kementerian


Pendidikan & Kebudayaan, dan Kemudian menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan
(FKIP)Universitas Gajah Mada (UGM). kemudian, Fakultas Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Gajah Mada UGM dengan Institut Pendidikan Guru (IPG) dilebur
menjadi Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta, kini Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY).
2. Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Yogyakarta.
3. Dosen Fakultas Sosial dan politik Universitas Gajah Mada (UGM), dosen Universitas
Islam Indonesia (UII), dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah (ATM), Kemudian menjadi


FIAD Muhammadiyah, kini Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY).

5. Pernah menjadi dosen IAIN Sunan Kalijaga Yogykarta (sekarang Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN)), hingga terjadi peristiwa 10 Oktober 1963.
Sepuluh tahun kemudian, atas permintaan Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, mulai tahun 1973 Prof. Drs. Lafran Pane mulai kembali mengajar di
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai Guru Besar Ilmu Tata Negara.

37
6. Dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Desember 1966,
Lafran Pane dianggat menjadi guru besar (profesor) dalam mata kuliah Ilmu Tata
Negara.

3. WAKTU DAN TEMPAT BERDIRINYA HMI

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di


Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari
1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang
Universitas Islam Indonesia).

4. LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI

Kondisi Islam di Dunia


Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan ketinggalan
dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan
teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak
penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya
terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada zaman keemasan Islam. Umat Islam
pada umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya
berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam adalah
ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan

manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan hubungan transenden
ke dalam seluruh aspek kehidupan.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam keterbelakangan
dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan
terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis
lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat dari masalah
khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.

SituasiNKRI

Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia
dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga) hal :
a. Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
b. Missi dan Zending agama Kristiani.
c. Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
38
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT maka pada
tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas nama bangsa
Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.

Kondisi Islam di Indonesia


Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam berada dalam
cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas
bawah dan diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri
atau rakyat yang sudah seideologi dengan mereka.
Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya sich), dengan
penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas
ketidakberdayaan untuk melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan
kaffah. Bahkan ada sebagian ulama ang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini
menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia
berada dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan masing-masing golongan
melakukan truth claim, hal ini menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang
persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam


Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan menghasilkan para pemimpin
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor
penggerak perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik.
Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi
untuk kepentingan golongan tersebut.
Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis tersebut, ada
beberapa faktor dominan yang menguasai dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia
kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah
sistem pendidikan barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan
dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya organisasi
kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan aspirasi Islam dan umat Islam
kurang terakomodir.
Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan masalah dalam hidup
dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang memiliki
ruang gerak karena berada dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam,
dan harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan dengan
fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa
Islam sangat sulit untuk bergerak memperjuangkan aspirasi umat Islam.

Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

39
HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan, yaitu
terjadinya kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam
sehingga tidak tercermin dalam kehidupan nyata.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu Perserikatan Mahasiswa
Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh partai sosialis yang berpaham komunis.
Akibat didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan
aspirasi mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan
mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi dari keinginan tersebut maka di
Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947
sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai
organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.
GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI Sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI tahun 1974 di Bogor
menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri
HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di Padang Sidempuan, 5
Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane
mengalami perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari
hakikat hidup

sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam
(STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam
yang lebih intensif ia peroleh dari dosen- dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena
Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948,
Lafran Pane pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada
tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara otomatis Lafran
Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah
menjadi Fakultas Hukum Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama
dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.
Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman
Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalanumat Islam akan agamanya harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui
dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan
kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat menghantarkan manusia
kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi dan kewajiban
umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan
adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan

40
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan
dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan

pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari
agama yang hanya melakukan peribadatan. Al- Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan,
Islam tidak ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini
pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan kejayaan
masa lalu.
Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya
Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya, kemajemukan tersebut
merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak
terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi perjuangan sosial
budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
2. MenegakkandanmengembangkanajaranIslam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya yang ada
menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan
kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun
harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual harus
diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar ini tidak dapat
diubah serta merta, tetapi melalui

proses panjang dan bertahap. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar
Perjuangan HMI
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan yang bersatu
secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia
yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau ke-Indonesiaan
2. MenegakkandanmengembangkanajaranIslamyangdidalamnya terkandung pemikiran ke-
Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen
keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan
kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa
bangsa Indonesia mencapai asanya.

41
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam
gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil
Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak
dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses pembentukan kader yang
dilakukan oleh HMI.

DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM SEJARAH PERJUANGAN


BANGSA

HMI dalam Fase Perjuangan Fisik


HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di Madiun pada
tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang
sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI
menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama
waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku kuliah untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu
HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda.
Sebagai nak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan fisik demi
mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota
HMI mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang
berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI
selalu berusaha untuk memperthankan dan mempersatukan bangsa.

HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa


Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang merupakan ancaman
terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin
memuncak pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia.
Posisi HMI saat itu adalah menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada

untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara,
tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI menempatkan HMI sebagai
salah satu musuh utama yang harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua
pihak yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara, yaitu Pancasila.
Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah.
Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliuarang
Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang diambil adalah :

42
1. Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam dalam pemilu yang
akan datang
2. Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi keruncingan-keruncingan,
tidak saling menyerang
Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih
partai Islam yang disenangi.
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI mengirimkan seruan kepada
seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat
Islam di Indonesia.
Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat, karena ada tuduhan
bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah
Nasional Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan
yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu:

(1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju pancasila atau tidak
? dan
(3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau tidak ?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
a) Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang
ditetapkan oleh MPRS
b) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam Jakarta
c) Ya,HMIsetujusosialismeIndonesia,yaitumasyarakatadilmakmur yang diridhoi Tuhan Yang
Maha Esa
Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan, isu dan
tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam
percaturan sejarah.

HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru


Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan lagi-lagi
HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga
saat ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah......). HMI

43
adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan
PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik Indonesia. PKI
berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh utamanya, usaha
untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan
HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin
Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah

internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa
Indonesia pada umumnya.
Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia
adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965.
Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI -
AD (kecuali Pangkostrad yang merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para
perwira itu. Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan
tersebut dilakukan oleh PKI ( pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali
dilontarkan oleh HMI – sumber Agussalim Sitompul ), HMI ikut membantu pemerintah
dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah
turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap
mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut dalam usaha- usaha untuk
menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw PKI.

HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa


Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan cita, yang
karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta
diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan penopang
dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
b) Partisipasi dalam pemberian konsep
c) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan

Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru sebenarnya lebih
dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh
perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran
kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua
yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya Majelis
Penyelamat Organisasi.

44
HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal dengan
sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang
belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa yang
ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang.
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini diakibatkan
penempatan peran HMI yang “salah” pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di
luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai common enemy.
Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI tetap
bertahan ?

7. ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MUKADDIMAH
Sesungguhnya Allah Subhanahu wata‘ala telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq
lagi sempurna untuk mengatur umat manusia berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai
khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya.
Menurut iradat Allah Subhanahu wata ‘ ala kehidupan yang sesuai dengan fitrah-Nya adalah
panduan utuh antara aspek duniawi dan ukhrawi, individu dan sosial serta iman, ilmu, dan
amal dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Berkat rahmat Allah Subhanahu wata ‘ ala Bangsa Indonesia telah berhasil merebut
kemerdekaan dari kaum penjajah, maka umat Islam berkewajiban mengisi kemerdekaan itu
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah Subhanahu wata ’ ala.
Sebagai bagian dari umat Islam dunia, maka umat Islam Indonesia memiliki kewajiban
berperan aktif dalam menciptakan Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam sedunia menuju
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata ’ ala.
Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya serta peran
dan tanggung jawab kepada umat manusia, umat muslim dan Bangsa Indonesia bertekad
memberikan dharma bhaktinya untuk mewujudkan nilai-nilai keislaman demi terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata ‘ ala.
Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan taufiq dan hidayah Allah Subhanahu wata ‘
ala serta usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh kebijaksanaan, dengan nama Allah
kami Mahasiswa Islam menghimpun diri dalam satu organisasi yang digerakkan dengan
pedoman berbentuk anggaran dasar sebagai berikut:

45
BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
Pasal 1 Nama
Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI.
Pasal 2 Waktu dan Tempat kedudukan
HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan
tanggal 5 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat
Pengurus Besar.
BAB II Asas
Pasal 3 HMI berasaskan Islam
BAB III TUJUAN, USAHA DAN SIFAT
Pasal 4 Tujuan
Terbina nya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di-ridhoi Allah Subhanahu
wata’ala.
Pasal 5 Usaha
1. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.
2. Membina pribadi muslim yang mandiri.
3. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
4. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa
depan umat manusia.
5. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6. Memperkuat ukhuwah Islamiah sesama umat Islam se-dunia.
7. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk
menopang pembangunan nasional.
8. Ikut terlibat aktif dalam penyelesaian persoalan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.
9. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan ayat (1) s.d. (7) dan sesuai dengan
azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

Pasal 6 Sifat
HMI bersifat independen.

BAB IV STATUS, FUNGSI DAN PERAN


Pasal 7 Status
HMI adalah organisasi mahasiswa.
Pasal 8 Fungsi

46
HMI berfungsi sebagai organisasi kader.
Pasal 9 Peran
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan.
BAB V KEANGGOTAAN
Pasal 10
1. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar pada
perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang
atau Pengurus Besar HMI.
2. Anggota HMI terdiri dari :
a. Anggota muda
b. Anggota biasa
3. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban.
4. Status keanggotaan, hak dan kewajiban anggota HMI diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga HMI.
BAB VI KEDAULATAN
Pasal 11
Kedaulatan berada di tangan anggota biasa yang pelaksanaan nya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan ketentuan penjabaran nya.
BAB VII STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 12 Kekuasaan
Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konferensi/Musyawarah Cabang dan Rapat Anggota
Komisariat.
Pasal 13 Kepemimpinan
1. Kepemimpinan organisasi dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang
dan Pengurus HMI Komisariat.
2. Untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI dibentuk Badan Koordinasi (BADKO).
3. Untuk membantu tugas Pengurus HMI Cabang dapat dibentuk Koordinator
Komisariat.
Pasal 14 Majelis Pengawas dan Konsultasi
1. Dalam rangka pengawasan dan sebagai wadah konsultasi kepengurusan HMI dibentuk
Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK)
2. Di tingkat Pengurus besar HMI Dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus
Besar (MPK PB)
3. Di tingkat HMI Pengurus Cabang dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi Cabang
(MPKC)
4. Di tingkat Pengurus HMI Komisariat dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus HMI Komisariat (MPKK)
Pasal 15 Badan–Badan Khusus

47
Dalam rangka memudahkan realisasi usaha mencapai tujuan HMI maka dibentuk Korps
HMI-wati, Lembaga Pengembangan Profesi, Badan Pengelola Latihan dan Badan
Penelitian Pengembangan.
BAB VIII KEUANGAN DAN HARTA BENDA
Pasal 16 Keuangan dan Harta Benda
1. Keuangan dan harta benda HMI dikelola dengan prinsip transparansi,
bertanggungjawab, efektif, efisien dan berkesinambungan.
2. Keuangan dan Harta benda HMI diperoleh dari uang pangkal anggota, iuran dan
sumbangan anggota, sumbangan alumni dan usaha-usaha lain yang halal dan tidak
bertentangan dengan sifat Independensi HMI.
BAB IX PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN
Pasal 17
1. Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh
Kongres. 2. Dalam hal terjadi pembubaran organisasi sebagaimana dimaksud ayat 1,
maka keuangan dan Harta benda yang dimiliki HMI wajid diserahkan kepada lembaga
amal Islam.
BAB X PENJABARAN ANGGARAN DASAR DAN PENGESAHAN
Pasal 18 Penjabaran Anggaran Dasar HMI
1. Penjabaran pasal 3 tentang azas organisasi dirumuskan dalam Memori Penjelasan
tentang Islam sebagai Azas HMI.
2. Penjabaran pasal 4 tentang tujuan organisasi dirumuskan dalam Tafsir Tujuan HMI.
3. Penjabaran pasal 5 tentang usaha organisasi dirumuskan dalam Program Kerja
Nasional.
4. Penjabaran pasal 6 tentang sifat organisasi dirumuskan dalam Tafsir Independensi
HMI.
5. Penjabaran pasal 8 tentang fungsi organisasi dirumuskan dalam Pedoman Perkaderan
HMI.
6. Penjabaran pasal 9 Tentang peran organisasi dirumuskan dalam Nilai Dasar
Perjuangan HMI dan Tuntutan Dasar (Basic Demand) Indonesia
7. Penjabaran Anggaran Dasar tentang hal-hal di luar ayat 1 hingga 6 di atas dirumuskan
dalam Anggaran Rumah Tangga.
8. Penjabaran sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 adalah sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.
Pasal 19 Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar
dimuat dalam Peraturan-Peraturan/Ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar HMI.
Pasal 20 Pengesahan

48
Pengesahan Anggaran Dasar HMI ditetapkan pada Kongres III di Jakarta, tanggal 4
September 1953, yang diperbaharui pada :
Kongres IV di Bandung, tanggal 4 Oktober 1955,
Kongres V di Medan, tanggal 31 Desember 1957,
Kongres VI di Makassar, tanggal 20 Juli 1960,
Kongres VII di Jakarta, tanggal 14 September 1963,
Kongres VIII di Solo, tanggal 17 September 1966,
Kongres IX di Malang, tanggal 10 Mei 1969,
Kongres X di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971,
Kongres XI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974,
Kongres XII di Semarang, tanggal 15 Oktober 1976,
Kongres XIII di Ujung Pandang, tanggal 12 Februari 1979,
Kongres XIV di Bandung, tanggal 30 April 1981,
Kongres XV di Medan, tanggal 25 Mei 1983,
Kongres XVI di Padang, tanggal 31 Maret 1986,
Kongres XVII di Lhokseumawe, tanggal 6 Juli 1988,
Kongres XVIII di Jakarta, tanggal 24 September 1990,
Kongres XIX di Pekanbaru, tangal 9 Desember 1992,
Kongres XX di Surabaya, tanggal 29 Januari 1995,
Kongres XXI di Yogyakarta, tanggal 26 Agustus 1997,
Kongres XXII di Jambi, tanggal 3 Desember 1999,
Kongres XXIII di Balikpapan, tanggal 30 April 2002,
Kongres XXIV di Jakarta, tanggal 23 Oktober 2003,
Kongres XXV di Makassar, tanggal 20 Februari 2006.
Kongres XXVI di Palembang, tanggal 28 Juli 2008.
Kongres XXVII di Depok, tanggal 5 November 2010.
Kongres XXVIII di Jakarta Timur, Depok, Jakarta Selatan, tanggal 15 Maret-15 April
2013
Kongres XXIX di Pekanbaru, tanggal 22 November-5 Desember 2015

8. ATRIBUT DAN MAKNA LAMBANG HMI


Macam-macam Atribut HMI
1. Nama Lagu
Nama Lagu : Hymne H MI
Pencipta : R.M Akbar

Waktu dan cara melakukan Hymne HMI:

 Hymne HMI dilakukan pada pembukaan acara-acara resmi organisasi yang bersifat intern
maupun ekstern.

 Cara melagukan Hymne HMI bersama-sama sambil berdiri, khidmat dan syahdu.

49
2. Lambang HMI
Pencipta : Ahmad Sadali (Prof.Drs)
Ukuran : Panjang : Lebar = 7 : 2
Arti Lambang :

Bentuk Huruf Alif

 Bentuk huruf hidup, lambang optimisme kehidupan HMI

 Huruf Alif merupakan lambang angka satu, lembaga tauhid, dasar semangat HMI

Bentuk Perisai

 Lambang kepeloporan HMI

Bentuk Jantung

 Jantung adalah pusat kehidupan manusia

 Lambang fungsi pengkaderan HMI

Bentuk Pena

 Melambangkan bahwa HMI organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu
pengetahuan.

Gambar Bulan Bintang

 Lambang kejayaan umat Islam seluruh dunia.

Warna Hijau

 Lambang keimanan dan kemakmuran.

Warna Hitam

 Lambang ilmu pengetahuan

Keseimbangan Warna Hijau dan Hitam

 Lambang keseimbangan esensi kepribadian HMI.

Warna Putih
50
 Lambang kemurnian dan kesucian perjuangan.

Puncak Tiga (3)

 Lambang Iman, Islam dan Ikhlas

 Lambang Iman, Ilmu dan Amal

HMI

 Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam.

3. Lencana/Budge HMI
Lencana adalah lambang HMI yang pemakaiannya di baju, oleh karena itu gambar, ukuran,
warna dan isinya sama persis dengan lambang HMI.
4. Bendera HMI
Bentuk : Panjang : Lebar = 3 : 2
Warna : Hijau dan Hitam dalam perbandingan yang seimbang
Isi : Lambang HMI sepenuhnya
Gambar : Lihat Gambar
5. Stempel HMI
Warna : Hijau
Bentuk : Oval dengan ukuran garis tengah 3,5 : 4,75

 Ditengah lambang HMI

 Separuh sebelah atas Himpunan Mahasiswa Islam

 Separuh sebelah bawah nama badan atau organisasi bersangkutan

 Warna tinta: Hijau

 Bentuk empat persegi

 Panjang ukuran = 3 : 6

 Tulisan lambang HMI sebelah kiri

6. Muts/Peci HMI
Bentuk : dalam perbandingan seimbang
Corak :

 Atas Hijau/Hitam, bersambung di samping

 Tempat persambungan di sebelah muka di beri bend/pita setinggi muts selebar 3,5 cm
dalam guntingan 17 helai.

7. Kartu Anggota HMI

51
Bentuk : Empat persegi panjang
Warna Kertas : Putih (untuk anggota biasa), merah (untuk anggota muda)
Halaman Muka : Lambang sebelah kiri
Tulisan syahadat di bawah lambang dan dikurung segi empat
8. Papan Nama HMI
Bentuk : Segi empat
Ukuran : Tidak mengikat sesuai dengan besarnya kantong
Isi : Lambang HMI sebelah kiri
Nama dan Aparat HMI
Warna : Putih dan Hijau
Perbandingan : Putih : Hijau = 1 : 8
Huruf : Warna Putih
9. Gordon/Selempang HMI
Warna : Hitam, hijau dalam perbandingan yang sama dipakai pada acara resmi kebesaran,
baik intern maupun ekstern organisasi ataupun umum.
Lambang lencana digantungkan pada ujung selempang ukuran yang seimbang/sesuai.
10. Baret HMI
Warna : Atasan hijau dan hitam sama besar (lihat dari depan hitam sebelah kiri)

9. PERAN HMI DALAM MENCETAK KADR UMAT DAN KADER BANGSA


HMI bisa mereposisi-merevitalisasi perannya dan selalu melakukan pembaharuan semangat
maka revitalisasi visi, misi menjadi semangat yang terus membara dalam diri kader untuk
meningkatkan peran dan pengembangan potensinya sebagai bagian dari pengembangan diri
mahasiswa Indonesia, bila peran itu belum dilakukan oleh HMI berarti ada apa dengan HMI
selama ini. Apa yang mereka kerjakan dan bagaimana tanggung jawabnya untuk
menyediakan dan menyiapkan kader bangsa yang berkualitas baik secara akademik, insan
pengabdi maupun insan spiritual.Keislaman, keindonesiaan dan kebangsaan seharusnya
menjadi tolok ukur apa yang telah dilakukan dalam rangka menyiapkan diri menjadi penyedia
sumber daya manusia yang siap dengan kemandiriannya di tengah arus zaman yang makin
material.Gerakan intelektual yang dilakukan oleh HMI sejauhmana, siapa kader-kader bangsa
yang berprestasi di pentas nasional menjadi mahasiswa yang akademik oriented dan
mahasiswa yang haus akan kekuasaan sebagai kader politik dari partai politik yang setelah
sebagai mahasiswa akan menerjunkan diri dalam dunia politk sebagai bagian dari anggota
partai politik, apa sebagai bagian masyarakat yang menjadi insan pengabdi dengan sumber
52
daya yang dimiliki berkiprah dalam bidang dunia kewirausahaan sebagai pengusaha yang
handal dan jago dalam mengembangan ekonomi umat.

Gerakan pengkaderan yang dilakukan HMI dapat dilihat dari sejauhmana jumlah mahasiswa
Indonesia yang terserap dan aktif sebagai aktivis mahasiswa dan berapa jumlahnya dari
prosentase mahasiswa yang berkiprah dalam organisasi dengan jumlah mahasiswa yang
hanya asik belajar dan studi di kampus tanpa tahu apa yang harus mereka perbuat untuk
berpartisapsi sebagai organisasi mahasiswa.

Adalah factor historis yang mendorong lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam
lintasan sejarah keormasyannya, yaitu visi keislaman. Islam yang dipahami oleh kelompok
mahasiswa yang tergabung dalam wadah HMI telah mengokohkan pemahaman terhadap
Islam, sehingga Islam sebagai salah satu sumber wacana yang tidak pernah kering dari nilai-
nilai kemanusiaan dan sumber berbagai idea pembaharuan yang telah dipancangkan sebagai
visi kedepan gerakan mahasiswa yang mencoba menggagas keberagamaan masyarakat
bangsa Indonesia. Namun distorsi zaman telah meluluhkan wacana ini bergeser ke wacana
politik yang terlepas dari visi humanismenya nilai yang coba ditawarkan melalui nilai Islam
yang sarat dengan moralitas politik dan etika humanitas.

HMI yang dulunya sangat komit terhadap sosialisasi nilai-nilai keislaman kini telah luntur
dan lepas dari predikat yang harus mereka pertaruhkan demi mencapai karier pribadi yang
hanya sesaat dan kepentingan temporer, namun regenerasi yang mereka transfer
pengetahuannya dan nilai yang harus mereka dapatkan dari seniornya, malah sesuatu yang
lain dari kemahiran dalam berdebat an sich.

Kader Umat

Dalam khitahnya HMI menggariskan ada tiga wacana yang dikembangkan, antara lain;
wacana keislaman, wacana kemahasiswaan dan wacana keindonesiaan. Pertama, wacana
keislaman, bagaimana wacana keislaman dikembangkan sebagai semangat atau spirit bagi
organisasi dalam menegakkan kebenaran Islam yang rahmatan lil’alamiin mampu
diimplemantasikan dalam diri setiap kader HMI atau hanya sekedar lipstick dan pemanis
mulut dalam bertutur kata tanpa menjadi laku yang konkrit dalam kehidupan social
masyarakat. Ada sesuatu yang telah hilang dari wacana keislaman, yaitu antara
53
pengembangan nalar dan dzikir dalam pertumbuhannya kurang seimbang pada hal kajian
Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai nilai identitas kader telah dijelaskan bahwa kerja
manusia adalah keterpaduan antara iman, ilmu dan amal secara totalitas dalam keseimbangan
peran kemanusiaannya. Integritas seorang kader sama saja dengan integritas siapa saja
berpangkal dari kesadarannya tentang apa makna hidup dan tujuan hidupnya.
Kedua, wacana kemahasiswaan, HMI yang basik masanya di perguruan tinggi, maka
hubungan yang harmonis dengan kampus merupakan keharusan mutlak, agar HMI tidak
ditinggal wadah dan sumber kadernya. Dalam konteks ini HMI harus mampu menangkap dan
menganalisa akar masalah dari pendidikan tinggi, sehingga mampu memberikan masukan
yang berarti bagi pendidikan di Indonesia yang lebih berkualitas. HMI mempunyai tugas
berat dalam mengembangkan gerakan mahasiswa yang lebih konstruktif untuk menatap
bangsa Indonesia kontemporer lebih canggih dan mempunyai berbagai keunggulan komulatif
di tengah kemajemukan.

Ketiga, wacana keindonesiaan, sepak terjang HMI dalam wacana ini telah teruji dengan para
politisi dan kadernya yang terserap dalam struktur birokrasi Negara, demikian hingga konteks
ini sering menimbulkan berbagai kritik yang pedas terhadap kemandirian HMI.

Makna dalam konteks organisasi sangat dibutuhkan berbagai perangkat yang mendukung
konsep kaderiasasi yang efektif dan multi fungsional dalam aplikasinya di masyarakat; oleh
karena itu dibutuhkan konsep pengembangan organisasi yang lebih kondusif bagi
penyemaian kader secara nasional dalam pengembangan organisasi perlu memenuhi kriteria
sebagai berikut:

Pertama, pengembangan organisasi sangat terkait dengan perencanaan strategis yang


membawa perubahan di dalam organisasi, menyangkut tujuan dan spesifikasi obyektif
berdasarkan suatu diagnosa problematika yang melingkupi organisasi.

Kedua, bahwa pengembangan organisasi berimplikasi pada perubahan perilaku anggota, yang
diarahkan pada pola kerja sama partisipatif, sehingga organisasi dapat mencapai efektifitas
yang tinggi.

Ketiga, program pengembangan diarahkan pada pola kinerja hingga mana anggota organisasi
berlomba mencapai prestasi terbaiknya (fastabiqul khairat), mampu berperan dalam dinamika
zaman, termasuk memperbaiki eksternal bersama gerakan mahasiswa lainnya menjadi agen

54
kontrol perubahan baik yang berkaitan dengan kekuasaan negara maupun realitas sosial
lainnya.

Keempat, pengembangan organisasi harus merupakan suatu kumpulan nilai manusiawi, baik
mengenai masyarakat, anggota organisasi, sehingga organisasi dapat membuka peluang bagi
pengembangan potensi sumber daya manusia. Struktur organisasi dapat menjadi enerji bagi
kaderisasi, karena kader yang terserap dalam struktur kepengurusan akan secara otomatis
terkader dari sisi leadershipnya.

Kelima, pengembangan organisasi merupakan representasi dari pendekatan sub sistem yang
menyangkut hubungan berbagai divisi, departemen, kelompok dan individu-individu yang
saling bergantungan dalam sub-sistem organsisiasi dan di dalam organisasi secara
menyeluruh.

Tantangan HMI
Tantangan HMI pertama, hilanganya supremasi sebagai satu-satunya organisasi mahasiswa
yang dapat mengandalkan proses kaderisasi ala HMI telah dilakukan oleh banyak organisasi
lain. Gagasan HMI harus melakukan metamorposes dalam wacana kontemporer dengan
nuansa yang baru dan visi ke depan yang cerdas.
Kedua mengembalikan wacana intelektual sebagai basis nilai tambah HMI. Ketiga, harus ada
sebagian anggota HMI yang bertekun-tekun mempertajam visi intelektualnya. Jangan
seluruhnya terkonstrasi ke dunia politik. Gerakan intelektualisme mengatarkan pada
ketercerahan manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupannya dengan
melakukan pengayaan dan pengembangan potensi.

Kualitas Kader
Awal berdirinya HMI merupakan sinergi antara kekuatan politik praktis sebagai lahan
perjuangan dan kualitas intelektual sebagai lahan pengabdian. Kembali ke khitah harus lebih
mengembangkan orientasi perkaderan yang lebih mengedepankan nilai-nilai profesionalitas
keilmuan dan tetap terampil sebagai kekuatan moral.
Sebagai kekuatan moral praktis HMI harus mempertahankan dan menjaga independensi.
Independensi bisa diwujudkan apabila HMI menjadi lembaga profesional dan tidak
tergantung kekuatan politik maupun kekuatan ekonomi. Sehingga keperpihakannya pada nilai
yang dibawa oleh masing-masing stakeholder. Bukan berpihak kepada orang atau lembaga,
namun lebih pada nilai-nilai yang diperjuangkan.
55
Profesionalisme secara kelembagaan tidak berarti harus didukung oleh banyak anggota
sebagai sumber insani pembangunan, namun berapun secara kuantitas bukan menjadi
halangan mengembangkan dan mengoptimalkan potensi generasi muda. Kelompok kecil
yang profesional jauh lebih efektif pengaruhnya dalam percaturan organisasi pada masa yang
akan datang.

Oleh karena itu bagaimana format gerakan HMI di masa yang akan datang? Paling tidak HMI
harus melakukan langkah-langkah revitalisasi HMI sebagai strategi pengembangan visi
perjuangan yang tidak boleh meninggalkan subtansi visi yang selama ini. Visi yang harus
dikembangkan lebih ditujukan kepada kualitas kader. Hal ini sejalan dengan HMI tampil
sebagai gerakan kultural.

Posisi gerakan kultural juga sesuai dengan tugas utama HMI sebagai organisasi perkaderan
yang tugas utamanya mencetak manusia berkualitas akademis yang bernafaskan Islam.
Artinya seorang kader yang tidak hanya cerdas namun juga mempunyai komitmen moralitas
yang tinggi sesuai dengan ajaran Islam. Nilai-nilai moralitas itulah yang sangat dibutuhkan di
masa depan.

Krisis kebangsaan berpangkal dari tercerabutnya moralitas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sehingga menjamurnya aneka penyelewenangan birokrasi hingga pemanfaatan
politik hanya untuk kepentingan kekuasaan belaka yang jauh dari nilai-nilai pemberdayaan
dan berpegang pada etika profesional.

Sebagai kader umat dan kader bangsa HMI mampu memainkan peran transformatif
masyarakat Indonesia, dengan semangat etis dan daya profetis Islam HMI mampu
menyumbangkan yang terbaik bagi umat, sebagai anak umat Islam, mestinya HMI
memperkaya khasanah pemikiran-pemikiran konseptual dan upaya-upaya operasional dalam
upaya memperjuangkan syiar Islam secara substansial maupun universal di negeri Pancasila
ini.

Pada tahapan ini HMI punya tanggung jawab besar untuk menerjemahkan ajaran Islam yang
universal dan kosmopolitian menjadi kenyataan sejarah dalam pergaulan hidup masyarakat.
Sehingga HMI mampu menjadi kader umat dan kader bangsa.

56

Anda mungkin juga menyukai