Anda di halaman 1dari 427

Imam Al Wahidi

Asbabun Nuzul
Imam Al Wahidi
Asbabun Nuzul

Penerjemah:
Tim Konten
Cordoba Internasional

Editor:
Tim Cordoba

Layout:
Tim Cordoba

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang mengcopi atau menggandakan isi buku ini dalam bentuk apa
pun tanpa izin tertulis dari penerbit
All rights reserved

Penerbit:

Jl. Setrasari Indah No. 33, Bandung 40152


Telp. 022-2008776/Fax. 022-2013097
Email: @yahoo.com.

ii
Bismillahirrahmanirrahim

(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang)


Syekh Imam Abu Al Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi a-Naisaburi Rahimahullah
berkata, “Segala puji bagi Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pemberi, yang
menghancurkan pasukan Ahzab, menciptakan awan, meniupkan debu-debu, dan
menurunkan kitab-Nya dalam berbagai peristiwa yang berbeda-beda sebabnya.
Dia telah menurunkan kitab-Nya secara berangsur-angsur dan bertahap, dan
menjadikannya sebagai sumber hukum dan ilmu. Allah Ta’ala berfirman, ÄDan
Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsung-angsur agar engkau (Muhammad)
membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara
bertahapÅ. (QS Al-Isra’, 17: 106).
Syekh Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Ashfahani telah mengabarkan
kepada kami,’ Ia berkata, Abdullah bin Muhammad bin Hibban telah mengabarkan
kepada kami,’ ia berkata, Abu Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Sahl bin Utsman al-Askari telah menceritakan kepada kami, ia berkata,
Yazid bin Zurai’ telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Raja’ telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Aku telah mendengar Al-Hasan berkata
mengenai firman-Nya Ta’ala, ÄDan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsung-angsur
agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahanÅ.
Telah disebutkan kepada kami bahwa periode penurunan antara ayat pertama dan
yang terakhir adalah delapan belas tahun. Diturunkan kepada beliau ketika berada
di Mekah sebelum hijrah selama delapan tahun, dan di Madinah selama sepuluh
tahun.’
Imam Al Wahidi berkata pula, Ahmad telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, Abdullah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abu Yahya ar-Razi
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Sahl telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, Yahya bin Abu Katsir telah menceritakan kepada kami,=
= dari Hasyim, dari Dawud, dari Asy-Sya’bi, ia berkata, “Allah menurunkannya
secara terpisah-pisah, dan jarak antara ayat pertama dan ayat yang terakhir adalah
dua puluh-–atau sekira dua puluh--tahun.
Allah menurunkannya sebagai Al-Qur’an yang mulia, sebagai peringatan yang
bijaksana, tali yang terbentang, janji yang dijanjikan, naungan yang menyeluruh,
dan jalan yang lurus.
Di dalamnya terdapat-berbagai mukjizat yang mencengangkan, tanda-tanda
yang nyata, hujjah-hujjah yang benar, petunjuk-petunjuk yang berbicara, dan

1
membantah hujjah-hujjah orang-orang yang menentangnya, mementahkan tipu
daya orang-orang yang mencoba membuat tipu daya, dan mengokohkan agama
Islalm. Maka, manhaj yang digunakannya begitu cemerlang dan keberkahannya
meluas meliputi seluruh alam. Hikmahnya menerangi sosok pengemban risalah
terakhir yang menerjang dengan petunjuk-petunjuk yang kokoh, memberi petunjuk
bagi umat, menyingkap segala kegelapan, berbicara dengan hikmah, dan diutus
sebagai rahmat. Beliau berhasil mengangkat panji kebenaran, menghidupkan
kembali nilai-nilai kejujuran, dan menyingkirkan kebohongan, serta menghapuskan
jejak-jejaknya. Dan beliau juga berhasil menenggelamkan kemusyrikan dan
meruntuhkan bangunannya. Dengan dalil-dalil yang nyata, beliau terus menentang
kaum musyrikin sehingga berhasil melapangkan jalan untuk agama ini dan
menyingkirkan keraguan orang-orang yang mendustakan Allah. Semoga shalawat
senantiasa tercurah kepadanya, shalawat yang tidak akan pernah terputus oleh
waktu, dan tidak pula terbatas oleh jumlah, dan juga kepada keluarganya, dan
para sahabatnya yang telah beliau beri petunjuk dan beliau sucikan mereka dari
kemusyrikan. Dan beliau juga memberi mereka keistimewaan dan keutamaan
dengan persahabatannya. Demikian pula semoga keselamatan senantiasa tercurah
kepadanya.

Pembahasan Mengenai Ayat Al-Qur’an yang Pertama Turun


Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid al-Ashfahani telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Hasan al-
Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Abdurrazzaq telah menceritakan
kepada kami, dari Ma’mar, dari Ibnu Syihab az-Zuhri, ia berkata, “Urwah telah
mengabarkan kepadaku, dari Aisyah bahwasanya ia berkata, ‘Permulaaan wahyu
yang datang kepada Rasulullah Saw. adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur.
Dan tidaklah beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian
Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu beliau memilih Gua Hira
dan ber-tahannuts, yaitu ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya
sebelum, kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk
ber-tahannuts kembali. Kemudian beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal.
Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hiro, Malaikat datang menemui
beliau seraya berkata, ‘Bacalah?’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak bisa membaca.’ Nabi

2
Saw. menjelaskan, ‘Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat,
kemudian melepaskanku dan berkata lagi, ‘Bacalah!’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak
bisa membaca.’ Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat= =
untuk ketiga kalinya sehingga aku kepayahan, kemudian melepaskanku dan berkata
lagi, ÄBacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanÅ (QS Al-Alaq, 96: 1),
sampai firman-Nya Ta’ala, Ä...Apa yang tidak diketahuinyaÅ (QS Al-Alaq,96 : 5),
Setelah itu beliau segera pulang dalam keadaan menggigil dan masuk menemui
Khadijah, beliau berkata, ’Selimutilah aku!’ Khadijah menyelimutinya sehingga rasa
takutnya mulai berkurang, lalu beliau berkata, ‘Wahai Khadijah, ada apa denganku!
Dan beliau pun menceritakan apa yang terjadi, dan beliau berkata, ’Sungguh aku
takut akan diriku.’ maka Khadijah berkata kepadanya, ’Sekali-kali tidak! Demi
Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, engkau adalah orang yang
senantiasa menyambung tali silatrurrahim, jujur dalam berbicara, meringankan
orang yang tidak memiliki apa-apa, memuliakan tamu, dan menolong dalam jalan
kebenaran’.”. Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Yahya bin Bukair. Dan diriwayatkan
juga oleh Muslim dari Muhammad bin Rafi’, keduanya menerima dari Abdurrazzaq.
Imam Al Wahidi berkata, “Asy-Syarif Ismail bin Al Hasan bin Muhammad bin
Al Husain Ath Thabari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku Abu
Hamid Ahmad bin Al Hasan Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” dia berkata,
“Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan bin
Uyainah telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq, dari Az Zuhri,
dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, “Sesungguhnya ayat al-Qur’an yang pertama
turun adalah, ÄBacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanÅ (QS Al-
Alaq, 96: 1)
Diriwayatkan oleh Al Hakim Abu Abdullah di dalam Shahihnya, dari Abu Bakar
Ash Shabghi, dari Bisyr bin Musa, dari Al Humaidi, dari Sufyan.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad Al
Jurjani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Nashr bin Muhammad Al
Hafizh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Makhlad
telah mengabarkan kepada kami, bahwa Muhammad bin Ishaq telah menceritakan
kepada mereka, ia berkata, “Ya’qub Ad Dawraqi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ahmad bin Nashr Ibnu Ziyad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ali bin Husain bin Waqid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Yazid an-Nahwi telah menceritakan
kepadaku, dari Ikrimah dan Al Hasan, mereka berdua berkata, “Ayat al-Qur’an

3
yang pertama turun adalah ÄDengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
PenyayangÅ. Itulah ayat al-Qur’an yang pertama turun di Makkah, sedangkan surat
pertama yang turun adalah, ÄBacalah dengan nama TuhanmuÅ (QS Al-Alaq, 96: 1).
Imam Al Wahidi berkata, “Al Hasan bin Muhammad Al Farisi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Al Fadhl AtTajir telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan
Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami =
Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Shaleh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Laits
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Uqail telah menceritakan kepadaku,
dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Muhammad bin Ibad bin Ja’far al-Makhzumi telah
mengabarkan kepadaku, bahwa ia mendengar sebagian ulama mereka berkata,
“Ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya adalah, ÄBacalah dengan
nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar
manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinyaÅ
(QS Al-’Alaq, 96: 1-5). Inilah awal surat yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.
di Gua Hira, dan kemudian ayat terakhir dari surat tersebut diturunkan setelah itu
sesuai dengan kehendak Allah.
Adapun hadits shahih yang menerangkan bahwasanya surat pertama yang
diturunkan itu surat al-Muddatstsir, adalah berdasarkan riwayat yang dikabarkan
kepada kami oleh Abu Ishaq Ats Tsa’alabi, ia berkata, “Abdullah bin Hamid telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah men-
ceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Isa bin Zaid al-Bainasi telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Amr bin Abi Salamah telah menceritakan
kepada kami, dari Al Awza’I, ia berkata, “Yahya bin Abi Katsir telah menceritakan
kepadaku. Ia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Salamah bin Abdurrahman, “Ayat
al-Qur’an manakah yang diturunkan pertama kali?” Ia menjawab, ÄWahai orang
yang berselimutÅ (QS Al-Muddatstsir, 74: 1). Aku berkata, “Atau mungkin, ’Bacalah
dengan nama Tuhanmu.’ (QS Al-’Alaq, 94: 1). Ia berkata, “Aku pernah bertanya
kepada Jabir bin Abdullah al-Anshari, ’Ayat Al-Qur’an manakah yang diturunkan
pertama kali?’ Ia menjawab, ÄWahai orang yang berselimutÅ (QS Al-Muddatstsir,
74: 1). Aku berkata, ’Atau mungkin, ’Bacalah dengan nama Tuhanmu.’ (QS Al-’Alaq,
94: 1). Ia berkata, ’Aku menceritakan kepada kalian apa yang telah diceritakan oleh
Rasulullah Saw. kepada kami, beliau bersabda, “Aku berdiam di Hira’ selama satu
bulan. Setelah selesai, aku pun turun. Dan ketika aku tengah berada di tengah-

4
tengah lembah, aku mendengar seseorang memanggilku, maka aku pun menoleh
ke arah depan, belakang, dan ke arah kanan dan kiriku, lalu aku melihat ke langit
dan ternyata ia tengah berada di atas sebuah alas duduk yang ada di udara –yakni
Jibril-, aku menggigil dan segera menemui Khadijah. Aku meminta mereka untuk
menyelimutiku dan mereka pun menyelimutiku dan menyiramkan air kepadaku,
lalu Allah menurunkan kepadaku, ÄWahai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu
berilah peringatanÅ.” (QS Al-Muddatstsir, 74: 1-2). Diriwayatkan oleh Muslim dari
Zuhair bin Harb, dari Al Walid bin Muslim, dari Al Awza’i.
Riwayat ini tidaklah bertentangan dengan riwayat yang pertama karena Jabir
mendengar dari Rasulullah Saw. bagian akhir dari kisahnya, dan ia tidak mendengar
bagian pertamanya, sehingga ia menyangka bahwa untuk ketiga kalinya sehingga
aku kepayahan, kemudian melepaskanku dan berkata lagi, ÄBacalah dengan
nama Tuhanmu yang telah menciptakan.” (QS Al-Alaq, 96: 1), sampai firman-Nya
Ta’ala, Ä...Apa yang tidak diketahuinyaÅ (QS Al-Alaq, 96: 5). Setelah itu beliau
segera pulang dalam keadaan menggigil dan masuk menemui Khadijah, beliau
berkata, ’Selimutilah aku!’ Khadijah menyelimutinya sehingga rasa takutnya mulai
berkurang, lalu beliau berkata, ‘Wahai Khadijah, ada apa denganku?’ Dan beliau
pun menceritakan apa yang terjadi, dan beliau berkata, ’Sungguh aku takut akan
diriku.’ Maka Khadijah berkata kepadanya, ’Sekali-kali tidak! Demi Allah, Allah
tidak akan menghinakanmu selamanya, engkau adalah orang yang senantiasa
menyambung tali silatrurrahim, jujur dalam berbicara, meringankan orang yang
tidak memiliki apa-apa, memuliakan tamu, dan menolong dalam jalan kebenaran’.”.
Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Yahya bin Bukair. Diriwayatkan juga oleh Muslim
dari Muhammad bin Rafi’, keduanya menerima dari Abdurrazzaq.
Imam Al Wahidi berkata, “Asy-Syarif Ismail bin Al Hasan bin Muhammad bin
Al Husain Ath Thabari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku
Abu Hamid Ahmad bin Al Hasan Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Dia
berkata, “Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sufyan bin Uyainah telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq,
dari Az Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, “Sesungguhnya ayat al-Qur’an
yang pertama turun adalah, ÄBacalah dengan nama Tuhanmu yang telah men-
ciptakanÅ.” (QS Al-’Alaq, 96: 1)
Diriwayatkan oleh Al Hakim Abu Abdullah di dalam Shahih-nya, dari Abu Bakar
Ash Shabghi, dari Bisyr bin Musa, dari Al Humaidi, dari Sufyan.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad Al

5
Jurjani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Nashr bin Muhammad Al
Hafizh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Makhlad
telah mengabarkan kepada kami, bahwa Muhammad bin Ishaq telah menceritakan
kepada mereka, ia berkata, “Ya’qub Ad Dawraqi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ahmad bin Nashr Ibnu Ziyad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ali bin Husain bin Waqid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Yazid an-Nahwi telah menceritakan
kepadaku, dari Ikrimah dan Al Hasan, mereka berdua berkata, “Ayat al-Qur’an
yang pertama turun adalah “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.” Itulah ayat Al-Qur’an yang pertama turun di Mekah, sedangkan surat
pertama yang turun adalah, “Bacalah dengan nama Tuhanmu.” (QS Al-Alaq, 96: 1)
Imam Al Wahidi berkata, “Al Hasan bin Muhammad Al Farisi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Al Fadhl At-Tajir telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan
Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami =
=Surah al-Muddatstsir adalah surah pertama yang diturunkan. Akan tetapi
tidaklah demikian, melainkan surat al-Muddatstsir merupakan surat pertama yang
turun setelah surat al-‘Alaq.
Dalil yang menguatkan pendapat ini adalah apa yang dikabarkan kepada kami oleh
Abu Abdurrahman bin Hamid, ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin
Zakariya telah menceritakan kepada kami. Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman
Ad Daghuli telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Maamar telah menceritakan kepada kami, dari Az Zuhri, ia berkata,
“Abu Salamah bin Abdurrahman telah mengabarkan kepadaku, dari Jabir, ia berkata,
“Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bercerita tentang saat turunnya wahyu,
beliau bersabda, “Saat aku tengah berjalan, aku mendengar suara dari langit, dan aku
pun mengangkat kepalaku dan melihat malaikat yang pernah mendatangiku di Hira,’
ia tengah duduk di atas kursi yang berada di antara langit dan bumi. Aku merasa
takut kepadanya. Maka aku segera pulang dan berkata, ’Selimutilah aku, selimutilah
aku.’ dan mereka pun menyelimutiku. Maka Allah menurunkan, “Wahai orang yang
berselimut.” (QS Al-Muddatstsir, 74: 1). Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Abdullah
bin Muhammad. Dan diriwayatkan oleh Muslim dari Muhammad bin Rafi’, keduanya
menerima dari Abdurrazzaq.
Dari hadits di atas terlihat jelas bahwa setelah turunnya ayat, “Bacalah dengan
nama Tuhanmu.” (QS Al-’Alaq, 94: 1), wahyu sempat terputus, dan kemudian barulah

6
turun ayat, “Wahai orang yang berselimut.” (QS Al-Muddatstsir, 74: 1). Dan ungkapan
yang menguatkan pendapat kami di sini adalah sabda Nabi Saw. bahwa “Malaikat yang
pernah mendatangi beliau di Goa Hira’ tengah duduk”, dan ini menunjukkan bahwa
peristiwa ini terjadi setelah turunnya ayat iqra.
Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad al-Muqri telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad al-Muqri telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Syekh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Sulaiman
bin Ayyub telah menceritakan kepada kami.”Ia berkata, “Muhammad bin Ali bin Al Hasan
bin Sufyan telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Al Husain bin Waqid
telah menceritakan kepada kami ==Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepadaku.”
Ia berkata, “Aku pernah mendengar Ali bin Al Husain berkata, ’Surat pertama yang turun
kepada Rasulullah Saw. di Mekah adalah, ’Bacalah dengan nama Tuhanmu.’ (QS Al-’Alaq,
94: 1), dan surat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. di Mekah adalah surat
al-Mukminun, dan pendapat lain mengatakan surat Al-‘Ankabut. Dan surat pertama yang
turun di Madinah adalah Al-Muthaffifin, sedangkan surat terakhir yang turun di Madinah
adalah surat Bara’ah (At-Taubah). Dan surat pertama yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
di Mekah adalah surat An-Najm. Ayat yang paling keras ancamannya terhadap penghuni
neraka adalah firman-Nya, ’Maka karena itu rasakanlah! Maka tidak ada yang akan kami
tambahkan kepadamu selain azab.‘ (QS An-Naba’, 78: 30), dan ayat yang paling memberi
harapan terhadap penganut tauhid adalah firman-Nya, ’Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni (dosa) karena mempersekutukannya (syirik), dan Dia mengampuni apa
(dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.’ (QS An-Nisa’, 4: 48). Dan
ayat terakhir yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. adalah firman-Nya, ÄDan takutlah
pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada AllahÅ (QS Al-Baqarah, 2: 281).
Setelah menerima ayat ini, Nabi Saw. hidup selama sembilan malam’.”

Pembahasan Mengenai Ayat Al-Qur’an yang Terakhir Turun


Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ibrahim Ismail bin Ibrahim Al Wa’izh telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Khalifah Al-Fadhl bin al-Hubab al-Jumahi telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Walid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syu’bah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ishaq telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Aku telah mendengar Al Barra’ bin Azib berkata, ‘Ayat terakhir yang
diturunkan adalah, ÄMereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah), katakanlah,

7
’Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalahÅ (QS An-Nisa’, 4: 176), dan surat
terakhir yang diturunkan adalah surat Bara’ah’.” Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam
topik At Tafsir, dari Sulaiman bin Harb, dari Syu’bah. Dan ia juga meriwayatkannya
pada topik lain dari Abu Walid.=
= dan diriwayatkan juga oleh Muslim dari Bundar, dari Ghundar, dari Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar at-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Muhammad Al Jiyani telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Yahya Ar Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl
bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnul Mubarak telah
menceritakan kepada kami.” Dari Jubair, dari Ad Dahhak, dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Ayat terakhir yang turun adalah, ÄDan takutlah pada hari (ketika) kamu
semua dikembalikan kepada AllahÅ (QS Al-Baqarah, 2: 281).
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman An Nahwi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Sinan Al Muqri
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali Al-Maushili telah
mengabarkan kepada kami.” ia berkata, “Ahmad bin Al-Ahmasy telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Fadhiilah telah menceritakan kepada
kami.” ia berkata, “Al Kalbi telah menceritakan kepada kami.” dari Abu Shaleh, dari
Ibnu Abbas, tentang firman-Nya, ÄDan takutlah pada hari (ketika) kamu semua
dikembalikan kepada AllahÅ.” (QS Al-Baqarah, 2: 281), ia berkata, ’Para shahabat
menyebutkan bahwa ayat ini dan juga ayat terakhir dari surah An-Nisa’ adalah ayat
Al-Qur’an yang turun terakhir.
Imam Al Wahidi berkata, “Ismail bin Ibrahim Ash Shufi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Hasan bin Abdullah Al Abdi telah
mencerikan kepada kami.” Ia berkata, “Muslim bin Ibrahim telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Syu’bah telah menceritakan kepada kami.” dari Ali bin
Zaid, dari Yusuf bin Mihran, dari Ibnu Abbas, dari Ubay bin Ka’ab, bahwa ia berkata,
“Ayat terakhir yang diturunkan pada masa Rasulullah Saw. adalah, ÄSungguh telah
datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiriÅ (QS At-Taubah, 9: 128), dan
ia membacanya hingga akhir surat.”
Diriwayatkan oleh Al Hakim Abu Abdullah di dalam Shahihnya dari Al Ashamm,
dari Bakkar bin Qutaibah, dari Abu Amir Al Aqdi, dari Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Umar dan Muhammad bin al-Aziz di dalam
kitabnya telah mengabarkan kepadaku, bahwa Muhammad bin Al Husain Al
Haddadi telah mengabarkan kepada mereka dari Muhammad bin Yazid, ia berkata,

8
“Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Waki’ telah
menceritakan kepada kami, dari Syu’bah, dari Ali bin Yazid, dari Yunus bin Mahik,
dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Ayat yang paling awal menceritakan perjanjian
dengan Allah adalah, ÄSungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiriÅ (QS At-Taubah, 9: 128), dan hari pertama turunnya adalah hari Senin.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ats Tsa’alabi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Zakariya Asy Syaibani telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Ad
Daghuli telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Abi Khaitsam telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Musa bin Ismail telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Mahdi bin Maimun telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ghailan bin Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Ma’bad Az-
Zimani, dari Abu Qatadah, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw.,
“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang puasa hari Senin?” Beliau
menjawab, “Pada hari itu= = Al-Quran diturunkan kepadaku, dan bulan pertama
diturunkannya Al-Qur’an adalah bulan Ramadan. Allah Ta’ala berfirman dalam hal
ini, ÄBulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an’Å (QS
Al-Baqarah, 2: 185).
Imam Al Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan An Nadhrawi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muhammad Abdullah bin Ibrahim
bin Muyasir telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muslim Ibrahim
bin Abdullah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Jabir bin
Al Haitsam bin Al Ghadani telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Imran
telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah, dari Abu al-Malih, dari Watsilah,
bahwa Nabi Saw. bersabda, “Shuhuf (lembaran) Ibrahim diturunkan pada awal
malam Ramadan, Taurat diturunkan pada hari keenam dari bulan Ramadan, Injil
diturunkan pada hari ketiga belas dari bulan Ramadan, Zabur diturunkan pada hari
kedelapan belas dari bulan Ramadan, dan Al-Qur’an diturunkan pada hari kedua
puluh empat dari bulan Ramadan.”

Pembahasan tentang Ayat Tasmiyah (basmalah) dan Penjelasan


Turunnya
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Al Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan Ali bin Muhammad Al
Jurjani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin

9
Abdurrahman Al Jauhari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad
bin Yahya bin Mandah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Kuraib
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Usman bin Sa’id telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Bisyr bin Ammar telah menceritakan kepada kami, dari
Abu Rizq, dari Ad Dahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata, “Ayat pertama yang
dibawa Jibril ketika turun kepada Nabi Saw. adalah ucapannya, ’Hai Muhammad,
hendaklah engkau isti’adzah dan kemudian katakanlah “Bismillahirrahmanirrahim.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Abdillah bin Ishaq telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ismail bin Ahmad Al-Khalali telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Muhammad Abdullah bin Zaidan Al Bajali telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sufyan bin Uyainah telah menceritakan kepada kami, dari Amr bin Dinar, dari Sa’id
bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw tidak mengetahui penutup
dari suatu surat hingga turun kepada beliau ‘Bismillahirrahmanirrahim’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abdul Qahir bin Thahir Al Baghdadi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ja’far bin Mathar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Ali Ar Ramli telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Amr bin Al Hajjaj Al‘Abdi, dari Abdullah bin Abu Husain, ia menyebutkan
dari Abdullah bin=
=Mas’ud, ia berkata, “Dulu kami tidak mengetahui pemisah antara dua surat
di dalam Al-Qur’an, hingga turun Bismillahirrahmanirrahim.”
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah mengabarkan kepada
kami.”Ia berkata, “Abu Amr Ahmad bin Muhammad Al-Jurasyi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Isa bin Abu Fudaik telah menceritakan
kepada kami, dari Abdullah bin Nafi’, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, ia berkata,
“Bismillahirrahmanirrahim turun di setiap surat.”

Pembahasan Mengenai Surat Al-Fatihah


Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini;
Sebagian besar mengatakan bahwa surat ini adalah surat Makkiyyah, termasuk
di antara surat-surat Al-Qur’an yang turun pertama.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Usman Sa’id bin Ahmad bin Muhammad az-

10
Zahid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr Al-Hayyiri telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Ibrahim bin Al Harits dan Ali bin Sahl bin Al Mughirah telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Israil telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Abu Maisarah,
“Bahwasanya Rasulullah Saw. apabila keluar rumah, beliau mendengar seseorang
memanggilnya, ‘Hai Muhammad.’ Dan jika beliau mendengar suara itu, beliau akan
pergi melarikan diri. Maka Waraqah bin Naufal berkata kepada beliau, ’Jika engkau
mendengar panggilan itu, diamlah di tempatmu hingga engkau mendengar
apa yang dikatakannya kepadamu.’ Dan ketika beliau keluar dan mendengar
suara panggilan, ’Hai Muhammad,’ beliau menjawab, ’Labbaika.’ Lalu suara itu
mengatakan, ’Katakanlah, ‘Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’ Kemudian
suara itu melanjutkan, ’Katakanlah, ’Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan” hingga ia
selesai membacakan seluruh surat dari Al-Fatihah.
Dan ini merupakan pendapat Ali bin Abi Thalib.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad al-Mufassir
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Hasan bin Ja’far al-Mufassir
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan bin Muhammad bin
Mahmud Al Marwazi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah
bin Mahmud As Sa’di telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya
Al Qashri telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Marwan bin Muawiyah
telah menceritakan kepada kami, dari Al Wala’ bin Al Musayyib, dari Al Fadhl bin
Umar, dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata, “Surat Al-Fatihah turun di Mekah dari
perbendaharaan Allah yang terletak di bawah Arsy.”
Dan dengan isnad (jalur periwayatan) ini dari As Sa’d, ia berkata, “Amr bin
Shaleh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan
kepada kami, dari al-Kalbi, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Nabi Saw.
tinggal di Mekah dan bersabda, ’Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.’ Maka orang-orang
Quraisy berkata, ’Semoga Allah== menutup mulutmu.” Atau yang seperti itu, ini
dikatakan oleh Al Hasan dan Qatadah.
Dan menurut Mujahid, surat al-Fatihah adalah Madaniyah.
Al Husain bin al-Fadhl berkata, “Setiap ulama memiliki kesalahan, dan ini
merupakan kekeliruan dari Mujahid, karena hanya ia sendirian yang berpendapat

11
seperti itu, sementara ulama lainnya berseberangan dengannya. Dan di antara dalil
yang membuktikan bahwa surat ini Makkiyah adalah firman Allah, ÄDan sungguh,
Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang
dan al-Qur’an yang agungÅ (QS Al-Hijr, 15: 87). Maksud kalimat tujuh (ayat) yang
(dibaca) berulang-ulang adalah surat Al-Fatihah.
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman An Nahwi telah me-
ngabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ali al-Hayyiri
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali Al Mutsanna telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Udzain telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Ja’far telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-‘Ala’ telah mengabarkan kepadaku, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia
berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ’Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
tidaklah Allah menurunkan di dalam Taurat, ataupun di dalam Injil, dan tidak pula
di dalam Al-Quran, yang sama sepertinya, sesungguhnya ia adalah tujuh ayat yang
(dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku’.”
Dan surat Al-Hijr adalah surat Makkiyyah dengan kesepakatan para ulama
dan tidak ada perbedaan pendapat tentang ini. Dan tidak mungkin Allah memberi
keistimewaan kepada Nabi-Nya dengan memberinya surat al-Fatihah saat beliau di
Mekah, namun kemudian Allah menurunkannya di Madinah. Dan tidak mungkin kita
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah tinggal di Mekah selama lebih dari sepuluh
tahun, dan beliau salat tanpa membaca Al-Fatihah. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa
diterima oleh akal sehat.

Surat Al-Baqarah
Surat ini adalah Madaniyah, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam
masalah ini.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, Ahmad bin Muhammad bin Yusuf telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ya’qub bin Sufyan Ash Shaghir telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ya’qub bin Sufyan Al-Kabir telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Hisyam bin Ammar telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Al-Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syu’aib bin
Zuraiq telah menceritakan kepada kami, dari Atha’ Al Khurasani, dari Ikrimah, ia
berkata, “Surat pertama yang diturunkan di Madinah adalah surat Al-Baqarah.”

QS Al-Baqarah 2: 1-2

12
Firman Allah Ta’ala, ÄAlif Lam Mim, Kitab (Al-Qur’an) iniÅ (QS Al-Baqarah 2: 1-2)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Usman az-Za’farani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Ja’far bin Muhammad bin al-Laits telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Hudzaifah telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan
telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid, ia berkata,
“Empat ayat pertama di permulaan surat ini diturunkan tentang orang-orang yang
beriman,=
= dan dua ayat selanjutnya adalah tentang orang-orang kafir, sementara tiga
belas ayat selanjutnya adalah tentang orang-orang munafik.”

QS Al-Baqarah 2: 14

Firman Allah Swt., ÄSesungguhnya orang-orang kafirÅ (QS Al-Baqarah 2: 6).


Ad Dahhak berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Jahal dan lima
orang keluarganya.” Sementara, Al Kalbi berpendapat bahwa maksudnya adalah
orang-orang Yahudi.

QS Al-Baqarah 2: 14

Firman Allah Swt., ÄDan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
berimanÅ (QS Al-Baqarah 2: 14).
Al-Kalbi berkata, “Dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, ’Ayat ini turun berkenaan
dengan Abdullah bin Ubay dan teman-temannya. Suatu hari mereka keluar dan
bertemu dengan beberapa orang sahabat Rasulullah Saw., maka Abdullah bin
Ubay berkata, ’Perhatikanlah bagaimana aku menjauhkan orang-orang bodoh itu
dari kalian.’ Lalu ia pun pergi dan memegang tangan Abu Bakar seraya berkata,
’Selamat datang ash-Shiddiq, pemimpin Bani Taim, Syekh Islam, orang kedua
setelah Rasulullah saat di gua, yang rela mengorbankan jiwa dan hartanya.’ Lalu ia
memegang tangan Umar dan berkata, ’Selamat datang pemimpin dari Bani Adi bin
Ka’ab, Al Faruq yang amat kokoh menjaga agama Allah, yang rela mengorbankan
jiwa dan hartanya untuk Rasulullah.’ Kemudian ia memegang tangan Ali dan
berkata, ’Selamat datang keponakan Rasulullah dan menantunya, pemimpin Bani
Hasyim setelah Rasulullah.’ Setelah itu mereka pun berpisah. Lalu Abdullah bin Ubay
berkata kepada teman-temannya, ’Jika kalian bertemu dengan mereka, lakukanlah
sebagaimana yang aku lakukan tadi.’ Dan teman-temannya pun memujinya. Lalu
kaum muslimin menemui Rasulullah Saw. dan memberi tahu beliau tentang apa
yang terjadi. Dan Allah kemudian menurunkan ayat ini.”

13
QS Al-Baqarah 2: 21

Firman Allah Swt., ÄWahai Manusia, sembahlah TuhanmuÅ (QS Al-Baqarah 2: 21)
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad az-Zahid Telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali bin Ahmad Al-Faqih telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Dzar Al Qahastani telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Rauh telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Syu’bah telah menceritakan
kepada kami, dari Sufyan Ats Tsauri, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, ia
berkata, “Setiap ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata ’Wahai manusia.’ Maka
itu adalah Makkiyyah. Dan setiap ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata ’Wahai
orang-orang yang beriman. maka itu adalah Madaniyah.” Maksudnya adalah
bahwa kata-kata ’Wahai manusia,’ merupakan seruan untuk penduduk Mekah,
sementara kata-kata ’Wahai orang-orang yang beriman,’ merupakan seruan untuk
penduduk Madinah. Maka firman Allah yang berbunyi, ’Wahai manusia, sembahlah
Tuhanmu.’ Merupakan seruan untuk kaum musyrikin Mekah, hingga firman-Nya,
’Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman,’ karena ayat ini
turun untuk orang-orang yang beriman. Sebab ketika Allah menyebutkan balasan
bagi orang-orang kafir di dalam firman-Nya, ’Api neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu yang disediakan untuk orang-orang kafir,‘ Maka kemudian Allah
juga menyebutkan balasan bagi orang-orang yang beriman.”

QS Al-Baqarah 2: 26

Firman Allah Swt, ÄSesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaanÅ (QS
Al-Baqarah 2: 26)
Ibnu Abbas berkata—dalam riwayat Abu Shaleh--, “Ketika Allah membuat dua
perumpamaan ini untuk orang-orang munafik, yakni firman-Nya, ’Perumpamaan
mereka seperti orang-orang yang menyalakan api.’ (QS Al-Baqarah, 2: 17) dan
firman-Nya, ’Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit,’ (QS Al-
Baqarah, 2: 19) mereka berkata, ’Allah terlalu Agung dan terlalu Tinggi untuk
membuat perumpamaan-perumpamaan.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Al Hasan dan Qatadah berkata, “Ketika Allah menyebutkan lalat dan laba-
laba di dalam kitab-Nya dan membuat perumpamaan untuk orang-orang musyrik,
orang-orang Yahudi tertawa dan berkata, ’Ini tidaklah=
= seperti perkataan Allah.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Abdullah bin Ishaq Al Hafizh—di dalam
kitabnya—telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sulaiman bin Ayyub

14
Ath Thabrani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Bakr bin Sahl telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Aziz bin Sa’id telah menceritakan
kepada kami, dari Musa bin Abdurrahman, dari Ibnu Juraij, dari ‘Atha’, dari
Ibnu Abbas, mengenai firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat
perumpamaan.” Ia berkata, “Ketika Allah menyebutkan tentang tuhan-tuhan dari
kaum musyrikin dan Allah berfirman, “Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari
mereka.” (QS Al-Hajj, 22: 73), dan kemudian Allah juga menyinggung tentang tipu
daya tuhan-tuhan mereka dan menyebutnya seperti rumah laba-laba, maka orang-
orang kafir berkata, ’Apakah kalian melihat bahwa Allah telah menyebutkan tentang
lalat dan laba-laba di dalam Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada Muhammad,
untuk apa Dia melakukan ini?’ Maka Allah pun menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 44

Firman Allah Swt., ÄMengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikanÅ
(QS Al-Baqarah 2: 44)
Ibnu Abbas berkata--dalam riwayat al-Kalbi--dari Abu Hatim, dengan Isnad (jalur
periwayatan) yang telah disebutkan sebelumnya, “Ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang Yahudi Madinah, di mana seorang lelaki dari mereka mengatakan
kepada keluarganya, kerabatnya, dan siapa pun yang memiliki hubungan saudara
karena persusuan dengannya dari kaum muslimin, ’Berpegang teguhlah kepada
agama yang engkau peluk saat ini, dan apa-apa yang diperintahkan oleh orang ini-
-maksudnya Nabi Muhammad Saw.—kepadamu, karena sesungguhnya apa yang
dibawanya adalah benar.’ Jadi mereka menyuruh orang lain untuk melakukan itu,
sementara mereka sendiri tidak mau melakukannya.”

QS Al-Baqarah 2: 45

Firman Allah Swt., ÄDan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
salatÅ (QS Al-Baqarah 2: 45)
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat ini merupakan seruan untuk
Ahli Kitab. Meskipun demikian, ia juga merupakan adab untuk seluruh hamba.
Sebagian ulama berpendapat bahwa seruan ini ditujukan kepada kaum
muslimin.
Namun pendapat yang pertama lebih kuat.

QS Al-Baqarah 2: 62

Firman Allah Swt, ÅSesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang


YahudiÅ (QS Al-Baqarah 2: 62)

15
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Al Hafizh telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far Al
Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya ar-Razi telah
menceritakan kepada kami.” =
=Ia berkata, “Sahl bin Usman al-Askari telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Yahya bin Abu Zaidah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu
Juraij berkata, dari Abdullah bin Katsir, dari Mujahid, ia berkata, “Ketika Salman
menceritakan kisah tentang para pendeta penghuni biara kepada Rasulullah Saw.,
beliau bersabda, ’Mereka di neraka.’ Salman berkata, ’Bumi seolah menjadi gelap
bagiku.’ Lalu turunlah ayat, ’Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-
orang Yahudi,’ hingga firman-Nya, ’Dan mereka tidak bersedih hati.’ Maka Salman
berkata, ’Seolah gunung baru saja diangkat dari tubuhku’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdul Aziz Al-Marwazi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Al Husain Al Haddadi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Farqad telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Amr telah mengabarkan kepada kami, dari Asbath, dari As Suddi, tentang firman
Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi,” ia
berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan teman-teman Salman al-Farisi. Yaitu ketika
ia mendatangi Rasulullah Saw. dan menceritakan kepada beliau tentang ibadah yang
dilakukan teman-temannya dan juga kesungguhan mereka, lalu Salman berkata,
“Wahai Rasulullah, mereka melaksanakan shalat dan puasa, mereka juga beriman
kepadamu, dan mereka juga bersaksi bahwa engkau diutus sebagai nabi.” Setelah
Salman selesai menyampaikan pujiannya kepada mereka, Rasulullah Saw. berkata, “Hai
Salman, mereka adalah penghuni neraka.” Maka Allah menurunkan, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi,” dan beliau membacanya hingga
firman-Nya, “Dan mereka tidak bersedih hati.”
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Zakariya telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Ad Daghuli telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Abu Khaitsamah telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Amr bin Hamad telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Asbath telah menceritakan kepada kami, dari As Suddi, dari Abu
Malik, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dan dari
sejumlah shahabat Rasulullah Saw., tentang firman Allah, Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, dan orang-orang Yahudi.” ayat ini turun berkenaan dengan Salman

16
Al Farisi, ia berasal dari penduduk Jundi Sabur, dan termasuk orang yang terhormat
dari kalangan mereka. Sedangkan ayat-ayat setelah ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang Yahudi.

QS Al-Baqarah 2: 75

Firman Allah Swt., ÄMaka apakah kamu (kaum muslimin) sangat mengharapkan
merekaÅ (QS Al-Baqarah 2: 75)=
Ibnu Abbas dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan tujuh puluh
orang yang dipilih oleh Musa untuk turut pergi bersamanya menemui Allah Swt.
Ketika mereka pergi bersamanya, mereka mendengarkan perkataan Allah Swt. saat
Dia memberikan perintah dan larangan. Dan kemudian mereka kembali kepada kaum
mereka. Adapun orang-orang yang jujur, mereka menunaikan apa-apa yang mereka
dengar. Dan sebagian dari mereka berkata, ’Kami telah mendengar Allah, dan di antara
perkataan-Nya, Dia berkata, ’Apabila kalian sanggup melaksanakan hal-hal ini, maka
laksanakanlah, namun jika kalian tidak ingin melaksanakannya, maka tidak apa-apa’.”
Dan sebagian besar ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan orang-orang yang mengubah ayat rajam dan ciri-ciri dari Nabi Muhammad
Saw.

QS Al-Baqarah 2: 79

Firman Allah Swt., ÄMaka celakalah orang-orang yang menulis kitabÅ (QS Al-Baqarah
2: 79)
Imam Al Wahidi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang
mengubah sifat-sifat dan ciri-ciri Nabi Saw.” Al Kalbi berkata,–dengan isnad yang telah
kami sebutkan-, “Sesungguhnya mereka mengubah ciri-ciri Nabi Muhammad Saw.
di dalam kitab mereka, dan mereka mengatakan bahwa Nabi yang diutus itu adalah
seorang laki-laki yang tinggi besar, dengan warna kulit kecoklatan. Dan kemudian
mereka berkata kepada para pengikutnya, ’Perhatikanlah ciri-ciri Nabi yang diutus
di akhir zaman, ia sama sekali tidak menyerupai ciri-ciri ini.’ Para pendeta dan ulama
YahudiYahudi memiliki jatah makanan dari seluruh orang Yahudi, dan mereka takut
kehilangan makanan itu jika mereka menjelaskan ciri-ciri yang sebenarnya, karena
itulah mereka merubahnya.”

QS Al-Baqarah 2: 80

Firman Allah Swt, ÄDan mereka berkata, “Neraka tidak akan menyentuh kami kecuali
beberapa hari sajaÅ (QS Al-Baqarah 2: 80)

17
Imam Al Wahidi berkata, “Ismail bin Abu Qasim Ash Shufi Telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Hasan Al ‘Aththar telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ahmad bin Al Husain bin Abdul Jabbar telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Qasim Abdullah bin Sa’ad az-Zuhri telah menceritakan
kepadaku.” Ia berkata, “Abu Amr telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Ayahku
telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, ia berkata, “Muhammad bin
Abu Muhammad telah menceritakan kepadaku, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia
berkata, “Saat Rasulullah Saw. tiba di Madinah, orang-orang YahudiYahudi berkata,
’Sesungguhnya dunia ini terdiri dari tujuh ribu tahun, dan manusia akan disiksa di
neraka dengan hitungan: setiap seribu tahun di dunia akan disiksa dengan satu hari
di neraka yang menggunakan hitungan hari akhirat, jadi semuanya hanya berjumlah
tujuh hari (akhirat) dan kemudian siksaan itu akan dihentikan. Maka Allah menurunkan
ayat yang membantah ucapan mereka itu, ’Dan mereka berkata, “Neraka tidak akan
menyentuh kami kecuali beberapa hari saja’.”
Dan Ibnu Abbas berkata—dalam riwayat Adh Dhahhak--,“Akan ditemukan orang-
orang ahli kitab di antara dua sisi neraka Jahannam yang jaraknya sama dengan
perjalanan empat puluh (tahun), dan mereka berkata, ’Kami tidak akan disiksa di
neraka kecuali sebagaimana yang kami temukan di dalam Taurat. Pada hari kiamat,
mereka akan masuk neraka, dan mereka terus berjalan di dalam siksaan hingga sampai
di neraka Saqar yang di dalamnya terdapat pohon Zaqqum. Dan mereka berada di
sana hingga hari terakhir dari hari-hari yang mereka hitung. Lalu penjaga neraka
Jahannam berkata kepada mereka, ’Wahai musuh-musuh Allah, kalian mengira bahwa
kalian tidak akan disiksa di neraka kecuali beberapa hari saja, hitungan hari-hari itu
telah habis, dan kalian tetap di sini selamanya’.”

QS Al-Baqarah 2: 98

=Firman Allah Swt, ÄBarang siapa menjadi musuh Allah dan malaikat-malaikat-
NyaÅ (QS Al-Baqarah 2: 98)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar al-Ashfahani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Asy Syekh Al Hafizh telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Yahya Ar Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Mushir
telah menceritakan kepada kami, dari Dawud, dari Asy Sya’bi, ia berkata, “Umar
bin Khattab Ra. berkata, ’Aku terbiasa mendatangi orang-orang Yahudi saat
mereka tengah mempelajari Taurat, dan aku kagum menemukan bagaimana Al-
Qur’an sesuai dengan Taurat, dan Taurat sesuai dengan Al-Qur’an. Lalu mereka

18
berkata, ’Wahai Umar, tidak ada orang yang lebih kami cintai daripadamu.’ Aku
bertanya, ’Mengapa demikian?’ Mereka berkata, ’Karena engkau mau datang
kepada kami dan merangkul kami.’ Aku berkata, ’Aku hanya datang karena kagum
terhadap bagaimana kitab-kitab Allah saling membenarkan satu sama lainnya,
dan kesesuaian Taurat dan Al-Qur’an, serta kesesuaian Al-Qur’an dengan Taurat.’
Suatu hari, ketika aku tengah bersama mereka, tiba-tiba Rasulullah Saw. lewat di
belakangku, dan mereka berkata, ’Itu temanmu (Nabi Saw.), pergilah menemuinya.’
Aku pun menoleh dan melihat Rasulullah Saw. telah memasuki salah satu rumah di
Madinah. Maka aku mendekati mereka dan berkata, ’Aku bertanya kepada kalian
dengan nama Allah, dan kitab yang diturunkan-Nya kepada kalian, apakah kalian
mengetahui bahwa beliau adalah Rasul Allah?’ maka pemimpin mereka berkata,
’Ia telah bertanya kepada kalian dengan nama Allah, beritahukanlah kepadanya.’
Mereka berkata, ’Engkau adalah pemimpin kami, beritahukanlah kepadanya.’ Maka
pemimpin tersebut berkata, ’Sesungguhnya kami mengetahui bahwa dia adalah
Rasul Allah.’ Umar berkata, maka aku berkata, ’Jika begitu, kalian adalah orang
yang paling celaka jika mengetahui bahwa beliau adalah Rasul Allah namun kalian
tidak mengikutinya.’ Mereka berkata, ’Sesungguhnya kami memiliki seorang musuh
dari kalangan malaikat, dan juga seorang penyelamat dari kalangan malaikat.’
Aku bertanya, ’Siapakah musuh kalian, dan siapakah penyelamat kalian?’ Mereka
berkata, ’Musuh kami adalah Jibril, dia adalah malaikat yang keras dan kasar.’
Aku berkata, ’Dan siapakah penyelamat kalian?’ mereka menjawab, ’Mikail, dan
dia adalah malaikat yang lembut, penyayang, dan memberi kemudahan.’ Aku
berkata, ’Aku bersaksi kepada kalian, tidak selayaknya Jibril memusuhi orang yang
diselamatkan oleh Mikail, dan tidak selayaknya bagi Mikail untuk menyelamatkan
musuh Jibril. Mereka berdua dan orang-orang yang bersama mereka adalah satu,
mereka musuh bagi orang-orang yang memusuhi mereka, dan penyelamat bagi
orang yang menginginkan keselamatan.’ Kemudian aku bangkit dan memasuki
rumah yang dimasuki oleh Rasulullah Saw. Beliau menyambutku dan berkata,
’Wahai putra al-Khattab, maukah engkau aku bacakan ayat-ayat yang baru saja
diturunkan kepadaku?’ Aku menjawab, ’Iya.’ Lalu beliau membacakan, ’Katakanlah
(Muhammad), ’Barang siapa menjadi musuh Jibril maka (ketahuilah) bahwa dialah
yang telah menurunkan (Al-Qur’an),’ sampai firman-Nya, ’Dan tidaklah ada yang
mengingkarinya selain orang-orang fasik.’ Aku berkata, ’Demi Zat yang mengutusmu
dengan kebenaran, tidaklah aku datang melainkan untuk memberitahumu
tentang ucapan orang-orang Yahudi, akan tetapi Allah Yang Mahahalus lagi Maha
Mengetahui telah mendahuluiku.’ Umar berkata, ’Aku melihat diriku lebih keras
daripada batu di dalam agama Allah.’

19
QS Al-Baqarah 2: 89

=Firman Allah Swt., “Sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas


orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah 2: 89)
Ibnu Abbas berkata, “Orang-orang Yahudi Khaibar sering berperang dengan
Ghathafan, dan setiap kali bertemu, Yahudi Khaibar mengalami kekalahan. Maka
mereka memanjatkan doa ini, dan berkata, ’Ya Allah, kami memohon kepada-Mu
dengan kebenaran Nabi yang ummiyy, yang Engkau janjikan akan mengutusnya
kepada kami di akhir zaman agar Engkau memberi kemenangan kepada kami atas
mereka.’ Ibnu Abbas melanjutkan, “Dan setelah itu, jika mereka berperang, mereka
berdoa dengan doa ini dan berhasil mengalahkan Ghathafan. Namun ketika
Nabi Saw. diutus, mereka mengingkarinya. Maka Allah Swt. menurunkan ayat,
“Sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir,”
sampai firman-Nya, “Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar.”
As Suddi berkata, “Dahulu orang-orang Arab sering melewati orang-orang
Yahudi, dan orang Yahudi mendapat gangguan dari mereka. Sementara itu, orang-
orang Yahudi juga telah mengetahui ciri-ciri Nabi Saw. di dalam Taurat; dan mereka
berharap Allah segera mengutusnya agar memimpin mereka memerangi orang-
orang Arab. Dan ketika Nabi Saw. diutus dan datang kepada mereka, mereka
mengingkarinya karena kedengkian, dan mereka berkata, “Sesungguhnya rasul-
rasul itu diutus dari Bani Israil, lalu kenapa ini dari Bani Ismail?”

QS Al-Baqarah 2: 97

Firman Allah Swt, “Katakanlah (Muhammad), “Barang siapa menjadi musuh Jibril,”
(QS Al-Baqarah 2: 97)
Imam Al Wahidi berkata, “Said bin Muhammad bin Ahmad az-Zahid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Hasan bin Ahmad asy-Syaibani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al Mu’ammil bin Al Hasan telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ismail bin Salim telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Nu’aim telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Walid telah menceritakan kepada kami, dari Bukair,
dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Orang-orang
Yahudi mendatangi Nabi Saw. dan berkata, ’Wahai Abu Qasim, kami akan bertanya
kepadamu tentang beberapa hal. Jika engkau bisa menjawabnya, kami akan
mengikutimu: Beritahukanlah kepada kami, siapakah malaikat yang mendatangimu,
karena tidak ada seorang pun nabi kecuali ia akan didatangi oleh malaikat dari

20
Tuhannya yang membawa risalah dan wahyu, maka siapakah teman (malaikat)mu?’
Beliau menjawab, ’Jibril.’ Mereka berkata, ’Itu adalah malaikat yang turun dengan
peperangan, itu adalah musuh kami. Andai saja engkau mengatakan, ‘Mikail yang
turun dengan hujan dan rahmat, pasti kami akan mengikutimu.’ Maka Allah Swt.
menurunkan, ’Katakanlah (Muhammad), ’Barang siapa menjadi musuh Jibril, maka
(ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu,’
sampai firman-Nya, ’Maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir’.”
= Ibnu Abbas berkata, “Seorang pendeta Yahudi yang berasal dari Fadak,
bernama Abdullah bin Shuriya, berdebat dengan Nabi Saw, dan ia menanyakan
beberapa hal kepada beliau. Saat ia telah terdesak, ia pun berkata, “Malaikat apa
yang datang kepadamu dari langit?” Beliau menjawab, “Jibril, dan tidaklah Allah
mengutus seorang nabi pun, melainkan Jibril yang menjadi walinya.” Pendeta
Yahudi itu berkata, “Itu adalah musuh kami dari kalangan malaikat, jika saja yang
datang itu Mikail, pasti kami akan beriman kepadamu, karena Jibril turun dengan
azab, peperangan, dan kekerasan, dan ia seringkali memusuhi kami, dan yang paling
berat bagi kami adalah ketika Allah menurunkan wahyu kepada nabi kami bahwa
Baitulmaqdis akan dihancurkan di tangan seorang lelaki yang bernama Bukhtanshir,
dan Dia juga memberi tahu kami kapan ia akan melakukan menghancurkan itu.
Ketika waktunya tiba, kami mengutus seorang lelaki yang paling kuat dari Bani
Israil untuk mencari Bukhtanshir dan membunuhnya. Maka ia pun pergi mencarinya
hingga ia menemukan di Babil seorang pemuda miskin (Bukhtanshir) yang tidak
memiliki kekuatan apa-apa. Maka teman kami itu menangkapnya untuk dibunuh,
akan tetapi Jibril menghalanginya dan berkata, “Jika Tuhan kalian telah mengizinkan
kebinasaan kalian, maka jangan pernah mencoba menguasainya, dan jika bukan
orang ini yang dimaksud, maka atas dasar apa engkau membunuhnya?” teman
kami itu mempercayai Jibril dan kembali kepada kami. Setelah itu Bukhtanshir terus
tumbuh dewasa dan menjadi kuat, lalu ia menyerang kami dan menghancurkan
Baitulmaqdis. Karena inilah kami menjadikannya sebagai musuh kami.” Maka Allah
Swt menurunkan ayat ini.

QS Al-Baqarah 2: 99

Firman Allah Swt., “Dan sungguh, Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas
kepadamu (Muhammad),” (QS Al-Baqarah 2: 99)
Ibnu Abbas berkata, “Ini merupakan jawaban atas Ibnu Shuriya, ketika ia
berkata kepada Rasulullah Saw., “Hai Muhammad, engkau tidak datang kepada
kami dengan sesuatu yang kami ketahui, dan tidak pula diturunkan kepadamu

21
ayat yang jelas sehingga kami bisa mengikutimu dengannya.” Maka Allah Swt
menurunkan ayat ini.

QS Al-Baqarah 2: 102

Firman Allah Swt, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada
masa kerajaan Sulaiman.” (QS Al-Baqarah 2: 102)
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdul Aziz al-Qanthari telah
mengabarkan kepadaku.” Ia berkata, “Abul Fadhl al-Haddadi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yazid al-Khalidi telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Hushain bin Abdurrahman telah
mengabarkan kepada kami, dari Imran bin al-Harits, ia berkata, “Ketika kami tengah
berada bersama Ibnu Abbas, tiba-tiba ia berkata, ’Sesungguhnya setan-setan
mencoba mencuri dengar dari langit. Lalu salah seorang dari mereka akan datang
membawa kebenaran, dan jika ada di antara mereka yang membawa kebenaran
itu, ia akan mengiringinya dengan tujuh puluh kebohongan, dan kemudian ia
menuangkannya ke dalam hati-hati manusia. Kemudian Sulaiman mengetahuinya
dan ia mengambil semua itu dan menguburkannya di bawah singgasananya.
Ketika Sulaiman wafat, setan--yang bertugas di jalan—segera berdiri dan berkata,
’Maukah kalian aku tunjukkan kepada harta karun Sulaiman, yang tidak ada harta
karun lain yang seperti itu?’ Mereka menjawab, ’Iya.’ Setan itu berkata, ’Di bawah=
=singgasananya.” Maka mereka pun mengeluarkannya dan berkata, “Ini
adalah sihir Sulaiman, yang ia gunakan untuk menyihir umat manusia.” Maka Allah
menurunkan ayat yang membebaskan Sulaiman dari tuduhan itu. Allah berfirman,
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman.” (QS Al-Baqarah, 2: 102)
Al-Kalbi berkata, “Sesungguhnya setan-setan itu menuliskan sihir dan Naranji
(nama tanaman) melalui lisan Ashif: ’Inilah yang diajarkan oleh Ashif bin Barkhiya
kepada Raja Sulaiman kemudian mereka menguburkannya di bawah tempat salatnya
saat Allah merenggut kerajaannya, dan Sulaiman sama sekali tidak mengetahui
perbuatan mereka itu. ketika Sulaiman wafat, mereka mengeluarkannya dari bawah
tempat salatnya, dan berkata, ‘Sesungguhnya Sulaiman bisa menguasai kalian
dengan menggunakan ini, maka pelajarilah ia.’ Ketika ulama Bani Israil mendengar
tentang itu, mereka berkata, ‘Kami berlindung kepada Allah, tidak mungkin ini
berasal dari ilmu Sulaiman.’ Sedangkan orang-orang yang bodoh berkata, ’Ini adalah
ilmu Sulaiman.’ Dan mereka pun mempelajarinya dan menolak kitab-kitab yang

22
dibawa oleh nabi-nabi mereka. Maka, menyebarlah celaan atas Sulaiman. Mereka
terus berada dalam kondisi ini hingga Allah mengutus Nabi Muhammad Saw., dan
Allah menurunkan ayat yang membebaskan Sulaiman dari tuduhan mereka melalui
lisan beliau, Allah berfirman, ‘Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-
setan pada masa kerajaan Sulaiman.’.” (QS Al-Baqarah, 2: 102).
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Al-Ayyasy Al-Qurasyi Telah mengabarkan
kepada kami secara tertulis, bahwa Al-Fadhl bin Zakariya telah menceritakan kepada
mereka, dari Ahmad bin Najdah, dari Sa’id bin Manshur, dari Usman bin Basyir, dari
Hushaifah, ia berkata, “Nabi Sulaiman, setiap kali melihat pohon yang tumbuh, ia
akan bertanya, ’Untuk obat penyakit apakah engkau?’ Dan pohon itu menjawab,
‘Untuk penyakit ini dan itu.’ ketika pohon kharubah tumbuh, ia bertanya, ’Apakah
kegunaanmu?’ Pohon itu menjawab, ’Untuk menghancurkan rumahmu.’ Sulaiman
berkata, ‘Engkau akan menghancurkannya?’ Ia menjawab, ’Benar.’ Sulaiman
berkata, ’Engkau adalah seburuk-buruk pohon.’ Dan tidak lama kemudian ia pun
wafat. Setelah itu orang-orang sering mengatakan–terhadap orang-orang yang
sakit di antara mereka--, ’Andai saja ia bisa seperti Sulaiman.’ Maka setan-setan pun
menulis sebuah kitab dan meletakkannya di tempat salat Sulaiman, lalu mereka
berkata, ’Kami akan menunjukkan kepada kalian apa-apa yang digunakan oleh
Sulaiman sebagai obat.’ Dan mereka pun pergi bersamanya dan mengeluarkan
kitab itu dari tempat salatnya. Dan di dalam buku itu mereka menemukan sihir
dan ruqyah. Maka Allah Swt. menurunkan ayat, ’Dan mereka mengikuti apa yang
dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman.’ Sampai firman-Nya, ’Sebab
itu janganlah kalian kafir’.”
As-Sariy berkata, “Orang-orang di masa Sulaiman banyak yang menulis
sihir dan sibuk mengajarkannya. Maka Sulaiman mengambil kitab-kitab itu dan
menguburkannya di bawah singgasananya. Dan kemudian ia melarang mereka
mempelajarinya. Ketika Sulaiman wafat dan dikuburkan, mereka tidak mengetahui
tempat di mana ia menguburkannya. Maka setan mengubah bentuknya menjadi
seorang manusia dan mendatangi beberapa orang dari Bani Israil dan berkata,
’Maukah kalian aku tunjukkan sebuah harta karun yang tidak akan habis kalian
makan selamanya?’ Mereka menjawab, ’Iya.’ Setan itu berkata, ’Galilah di bawah
singgasana Sulaiman.’ Maka mereka pun menggalinya dan menemukan kitab-kitab
tersebut. Setelah mereka mengeluarkannya, setan berkata, ’Dengan inilah Sulaiman
bisa menundukkan jin, manusia, setan, dan bangsa burung.’ Maka Bani Israil pun
mengambil kitab-kitab itu. Karena itulah sihir lebih banyak terdapat pada Bani Israil.
Maka Allah membebaskan Sulaiman dari tuduhan itu dan menurunkan ayat ini. =

23
QS Al-Baqarah 2: 104

Firman Allah Swt.., “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan
‘Ra’ina’.” (QS Al-Baqarah, 2: 104)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Atha’, “Dulu orang-orang Arab biasa
mengatakannya, dan ketika orang-orang Yahudi mendengar, mereka mengatakan
itu kepada Rasulullah Saw., mereka terkejut karena kalimat Ra’ina dalam bahasa
mereka berarti celaan yang buruk. Maka mereka berkata, ’Sungguh kita biasanya
hanya mencela Muhammad secara sembunyi-sembunyi, namun sekarang mereka
(orang-orang Arab) mencelanya secara terang-terangan.’ Maka mereka pun
mendatangi Nabi Allah dan berkata kepada beliau, ’Wahai Muhammad, Ra’ina.’ Dan
setelah itu mereka tertawa. Lalu ada seorang lelaki dari Anshar yang mengetahui
hal ini, yakni Sa’ad bin Ubadah yang memahami bahasa Yahudi. Maka ia berkata
kepada mereka, ’Wahai musuh-musuh Allah, laknat Allah atas kalian. Demi Zat
yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, jika aku mendengarnya dari salah
seorang dari kalian, aku pasti akan memenggal lehernya. Bukankah kalian sengaja
mengatakannya?’ Maka Allah pun menurunkan ayat, “Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu katakan ‘Ra’ina’.” (QS Al-Baqarah, 2: 104)

QS Al-Baqarah 2: 105

Firman Allah Swt.., “Orang-orang yang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik
tidak menginginkan,” (QS Al-Baqarah, 2: 105)
Para mufasir berkata, “Apabila kaum muslimin mengatakan kepada sekutu
mereka dari kaum Yahudi, ’Berimanlah kalian kepada Muhammad Saw.,’ mereka
akan berkata, ’Sungguh apa yang kalian serukan kepada kami ini tidaklah lebih
baik daripada agama kami saat ini, dan kami berharap apa yang kalian serukan itu
lebih baik.’ Maka Allah Swt.. menurunkan ayat ini untuk mendustakan perkataan
mereka itu.”

QS Al-Baqarah 2: 106

Firman Allah Swt.., “Ayat yang Kami batalkan atau yang Kami hilangkan dari
ingatan, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik.” (QS Al-Baqarah, 2: 106)
Para mufasir berkata, “Orang-orang musyrik berkata, ’Tidakkah kalian
memperhatikan Muhammad? Ia memerintahkan para sahabatnya dengan suatu
perintah, lalu ia melarang mereka untuk melakukannya, dan hari ini ia akan
mengatakan sesuatu dan besok mungkin ia akan kembali mencabutnya. Sungguh

24
apa yang ada di dalam Al-Qur’an ini berasal dari Muhammad, ia mengatakannya
dari dirinya sendiri, dan perkataannya itu saling bertentangan satu sama lainnya.’
Maka Allah menurunkan ayat, ’Dan apabila kami mengganti suatu ayat dengan
ayat yang lain.’ (QS An-Nahl, 16: 101), dan juga menurunkan, ’Ayat yang Kami
batalkan atau yang Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti dengan yang
lebih baik’.” (QS Al-Baqarah, 2: 106)

QS Al-Baqarah 2: 108

Firman Allah Swt., “Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad),”
(QS Al-Baqarah, 2: 108)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Abu Ka’ab
dan sekelompok orang Quraisy yang berkata, ’Hai Muhammad, buatlah Bukit Safa
menjadi emas untuk kami, luaskanlah tanah Mekah, dan alirkanlah sungai-sungai
di sekitarnya, maka kami akan beriman kepadamu.’ Maka Allah menurunkan ayat
ini.
Para mufasir berkata, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin
lainnya menginginkan banyak hal dari Rasulullah Saw. Ada di antara mereka yang
mengatakan, ’Andai saja ia membawa kitab dari langit secara utuh sebagaimana
Taurat yang dibawa oleh Musa.’ Dan ada pula yang mengatakan –yakni Abdullah
bin Abu Umayyah Al-Makhzumi-, ’Datangkanlah kepadaku kitab dari langit yang
di dalamnya disebutkan, ’dari Tuhan semesta alam kepada Ibnu Abi Umayyah,
ketahuilah bahwa sesungguhnya aku telah mengutus Muhammad kepada seluruh
manusia.’ Dan ada pula yang mengatakan, ’Kami tidak akan beriman hingga
engkau mendatangkan Allah dan para malaikat.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 109

Firman Allah Swt., “Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan...,” (QS Al-Baqarah,
2: 109) =
= Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan sejumlah orang
Yahudi yang mengatakan kepada kaum muslimin setelah peristiwa Uhud, ’Tidakkah
kalian melihat apa yang menimpa kalian? Kalau kalian berada dalam kebenaran,
kalian tidak akan dikalahkan. Kembalilah kepada agama kami, itu lebih baik bagi
kalian’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Al Husain bin Muhammad Al-Farisi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Mufadhdhal

25
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Yaman telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Syu’aib telah menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, ia berkata,
“Abdurrahman bin Abdullah bin Ka’ab bin Malik telah mengabarkan kepadaku,
dari ayahnya, bahwa Ka’ab bin Al-Asyraf --seorang Yahudi-- adalah seorang
penyair, dan ia sering menghina Nabi dan mendorong orang-orang kafir Qurasiy
untuk menentang beliau di dalam syair-syairnya. Dan ketika Nabi Saw. tiba di
Madinah, orang-orang musyrik dan Yahudi Madinah sering menyakiti beliau dan
para sahabatnya dengan amat sangat. Maka Allah memerintahkan Nabi-Nya
untuk bersabar dan memaafkan mereka. Dan berkenaan dengan mereka, turunlah
ayat, ’Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan...,’ sampai firman-Nya, ’Maka
maafkanlah dan berlapang dadalah’.” (QS Al-Baqarah, 2: 109)

QS Al-Baqarah 2: 113

Firman Allah Swt., “Dan orang Yahudi berkata, ’Orang Nasrani itu tidak memliki
suatu pegangan’.” (QS Al-Baqarah, 2: 113)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi Madinah dan kaum
Nasrani dari penduduk Najran, yaitu ketika utusan dari Najran datang menemui
Rasulullah Saw., para pendeta Yahudi mendatangi mereka dan mereka saling
berdebat sehingga suara mereka meninggi. Orang-orang Yahudi berkata, “Kalian
tidak memiliki pegangan apa-apa di dalam agama.” Dan mereka mengingkari Isa
dan Injil. Maka orang-orang Nasrani berkata kepada mereka, “Kalian tidak memiliki
pegangan apa-apa di dalam agama.” Dan mereka pun mengingkari Musa dan
Taurat. Maka Allah menurunkan ayat ini.

QS Al-Baqarah 2: 114

Firman Allah Swt., “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang
di dalam masjid Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 114)
Ayat ini turun berkenaan dengan Thathlus orang Romawi dan teman-
temannya dari kaum Nasrani. Yaitu ketika mereka memerangi Bani Israil dan
membunuh para prajurit mereka, menawan anak-anak mereka, membakar kitab
Taurat, menghancurkan Baitul Maqdis, dan melemparkan bangkai-bangkai yang
busuk ke dalamnya. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas dalam riwayat Al-Kalbi.
Dan Qatadah berkata, “Maksudnya adalah Bukhtanshir dan pasukannya.
Mereka memerangi Bani Israil dan menghancurkan Baitul Maqdis. Dan untuk itu

26
mereka dibantu oleh orang-orang Nasrani yang berasal dari Romawi.
Dan Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Atha’, “Ayat ini turun berkenaan
dengan kaum musyrik dari penduduk Mekah yang melarang kaum muslimin untuk
menyebut nama Allah di dalam Masjidilharam.

QS Al-Baqarah 2: 115

Firman Allah Swt., “Dan milik Allahlah timur dan barat.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)=
= terdapat perbedaan pendapat mengenai sebab turunnya ayat ini.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Manshuri telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Umar Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Muhammad Ismail bin Ali telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Hasan bin Ali bin Syabib Al-Umari telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Ahmad bin Ubaidillah Al-Abdi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Aku menemukan di dalam kitab ayahku, ia berkata, “Abdul Malik Al-
Arzami telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Atha’ bin Abi Rabah telah
menceritakan kepada kami, dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, “Rasulullah Saw.
mengirimkan sebuah ekspedisi militer di mana aku termasuk di dalamnya. Saat
itu malam yang gelap datang sehingga kami tidak mengetahui arah kiblat. Maka
sebagian dari kami berkata, ’Kami mengetahui kiblat, yaitu di arah ini, arah utara.’
Dan mereka pun melaksanakan salat dan mereka membuat garis-garis sebagai
tanda. Sebagian yang lain berkata, ’Kiblat ada di sini, di arah selatan.,’ dan mereka
pun membuat garis-garis sebagai tanda. Pagi harinya, matahari terbit dan ternyata
garis-garis itu tidak menunjukkan ke arah kiblat. Setelah pulang dari perjalanan
kami, kami menanyakan masalah itu kepada Rasulullah Saw., dan beliau diam.
Maka Allah menurunkan ayat, ’Sesungguhnya milik Allahlah timur dan barat, ke
mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah’.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ali telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Sha’id
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ismail Al-Ahmasyi
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Waki’ telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Asy’ats as-Siman telah menceritakan kepada kami, dari Ashim
bin Ubaidullah, dari Abdullah bin Amir, dari Rabi’ah, dari ayahnya, ia berkata, “Kami
pernah salat bersama Rasulullah Saw. dalam sebuah perjalanan di waktu malam
yang gelap gulita, dan tidak diketahui ke mana arah kiblat. Maka masing-masing
dari kami salat sesuai dengan keadaannya. Pagi harinya, kami menceritakan itu
kepada Rasulullah Saw., dan turunlah ayat, “Ke mana pun kamu menghadap, di
sanalah wajah Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)

27
Pendapat Ibnu Umar bahwa ayat ini turun berkenaan dengan salat sunnah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Qasim bin Abdan telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Hafiz telah menceritakan kepada
kami.” ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abul Bakhtari bin Abdullah bin Muhammad bin Syakir telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Usamah telah menceritakan kepada kami, dari
Abdul Malik bin Sulaiman, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Umar, ia berkata, “Ayat ’Ke
mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.’ Maksudnya adalah salatlah
ke arah mana pun tungganganmu membawamu, yakni dalam salat sunnah.
Dan Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Atha’, “Ketika Najasyi wafat, Jibril
berkata kepada Nabi Saw., ’Sesungguhnya Najasyi telah wafat, salatlah untuknya
(salat jenazah).’ Maka Rasulullah Saw. memerintahkan para sahabat untuk datang
dan membariskan shaf mereka. Kemudian Rasulullah Saw. maju ke depan dan
berkata kepada mereka, ’Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk men-
salatkan=
Najasyi, karena ia telah wafat, maka salatkanlah ia.” Dan Rasulullah Saw.
pun salat. Akan tetapi para sahabat bergumam di dalam hati mereka, ’Bagaimana
mungkin kita men-salatkan orang yang mati sementara ia memiliki kiblat yang
berbeda dengan kita.’ Dan an-Najasyi sendiri salat menghadap Baitul Maqdis hingga
wafatnya, padahal kiblat telah dialihkan ke Ka’bah. Maka Allah menurunkan ayat,
“Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)
Adapun pendapat Ibnu Abbas bahwa ayat ini telah dihapus oleh ayat, “Dan
di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu (Ka’bah).” (QS
Al-Baqarah, 2: 150). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas menurut riwayat Atha’ Al-
Khurasani.
Dan ia berkata, “Ada dua hal yang pertama kali dihapus dari Al-Qur’an:
pertama adalah kiblat, Allah Swt. berfirman, ’Ke mana pun kamu menghadap,
di sanalah wajah Allah.’ Saat itu Rasulullah Saw. salat menghadap Baitul Maqdis
dan meninggalkan Baitul Atiq (Ka’bah), dan kemudian Allah memalingkan beliau
kepada Baitul Atiq.
Dan ia berkata dalam riwayat Ibnu Abi Thalhah Al-Wali, “Sesungguhnya ketika
Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah—dan sebagian besar penduduknya adalah orang-
orang Yahudi—Allah memerintahkan beliau untuk menghadap Baitul Maqdis. Hal
ini membuat orang-orang Yahudi merasa gembira. Dan beliau menghadap ke sana
selama lebih dari sepuluh bulan, sementara beliau lebih menyukai kiblat Ibrahim.
Maka ketika Allah memalingkan beliau ke arah kiblat Ibrhim itu (Ka’bah), orang-

28
orang Yahudi merasa bingung dan bertanya, ’Apa yang memalingkan mereka dari
kiblat mereka yang sebelumnya?’ Maka Allah pun menurunkan ayat, ’Ke mana pun
kamu menghadap, di sanalah wajah Allah’.” (QS Al-Baqarah, 2: 115)

QS Al-Baqarah 2: 116

Firman Allah Swt, “Dan mereka berkata, “Allah mempunyai anak.” (QS Al-Baqarah,
2: 116)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi karena mereka
mengatakan, “Uzair adalah anak Allah.” Dan juga berkenaan dengan kaum Nasrani
Najran karena mereka mengatakan, “Al-Masih adalah anak Allah.” Dan juga orang-
orang Arab yang musyrik karena mereka mengatakan, “Para malaikat adalah anak-
anak perempuan Allah.”

QS Al-Baqarah 2: 119

Firman Allah Swt, “Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang
penghuni-penghuni neraka.” (QS Al-Baqarah, 2: 119)
Ibnu Abbas berkata, “Suatu hari Rasulullah Saw. berkata, ‘Duhai alangkah
malangnya kedua orang tuaku’.” Maka turunlah ayat ini.
Dan ini sesuai dengan qiraat orang yang membaca, “Wa la tasal ‘an ashhabi’l
jahim.” (Dan janganlah engkau bertanya tentang penghuni neraka).
Dan Muqatil berkata, “Sesungguhnya Nabi Saw. pernah bersabda, ‘Andaikan
Allah menurunkan kesulitan terhadap orang-orang Yahudi, niscaya mereka akan
beriman’.” Maka Allah menurunkan ayat, “Dan janganlah engkau bertanya tentang
penghuni-penghuni neraka.”

QS Al-Baqarah 2: 120

Firman Allah Swt., “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu.”
(QS Al-Baqarah, 2: 120)=
= para mufasir berkata, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani meminta perjanjian
damai dengan Rasulullah Saw., dan mereka mencoba meyakinkan beliau bahwa jika
beliau membuat perjanjian damai dengan mereka, dan memberi mereka waktu,
maka mereka akan mengikuti beliau. Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Ibnu Abbas berkata, “Ini berkenaan dengan kiblat karena saat itu orang-orang
Yahudi Madinah dan orang-orang Nasrani Najran menginginkan Nabi Saw. mufasir
ke arah kiblat mereka. Maka ketika Allah mengalihkan kiblat ke Ka’bah, hal itu
mengganggu mereka, dan mereka pun merasa putus asa untuk dapat mengajak
beliau kepada agama mereka. Maka Allah pun menurunkan ayat ini.”

29
QS Al-Baqarah 2: 121

Firman Allah Swt., “Orang-orang yang telah kami beri kitab, mereka membacanya
sebagaimana mestinya.” (QS Al-Baqarah, 2: 121)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Atha’ dan Al-Kalbi, “Ayat ini turun
berkenaan dengan orang-orang yang berada di atas kapal, yang datang bersama
Ja’far bin Abu Thalib dari negeri Habasyah. Mereka berjumlah empat puluh orang,
yang berasal dari Habasyah dan Syam.”
Ad-Dhahhak berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang
beriman dari kalangan Yahudi.”
Sedangkan Qatadah dan Ikrimah berpendapat, “Ayat ini turun mengenai Nabi
Muhammad Saw.”

QS Al-Baqarah 2: 133

Firman Allah Swt., “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub.”
(QS Al-Baqarah, 2: 133)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi saat mereka berkata
kepada Nabi Saw., “Tidakkah engkau tahu bahwa pada hari kematiannya, Ya’qub
berwasiat kepada anak-anaknya untuk memeluk agama Yahudi.”

QS Al-Baqarah 2: 135

Firman Allah Swt., “Dan mereka berkata, ‘Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau
Nasrani’.” (QS Al-Baqarah, 2: 135)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan para pemimpin Yahudi
Madinah: Ka’ab bin Al-Asyraf, Malik bin ash-Shaif, dan Abu Yasir bin Akhthab dan
juga kaum Nasrani Najran karena mereka berdebat dengan kaum muslimin dalam
hal agama. Masing-masing kelompok mengira bahwa mereka lebih berhak atas
agama Allah dibandingkan yang lainnya.”
Orang-orang Yahudi berkata, “Nabi kami Musa adalah nabi yang terbaik, kitab
kami Taurat adalah kitab yang paling utama, dan agama kami adalah agama yang
paling utama.” Dan mereka mengingkari Isa=
=dan Injil, dan mereka juga mengingkari Muhammad Saw. dan Al-Qur’an.
Sementara orang-orang Nasrani berkata, “Nabi kami Isa adalah nabi yang
terbaik, kitab kami Injil adalah kitab yang paling utama, dan agama kami adalah
agama yang paling utama.” Dan mereka mengingkari Muhammad Saw. dan Al-
Qur’an.

30
Lalu masing-masing dari kedua kelompok itu berkata kepada orang-orang
yang beriman, “Jadilah kalian penganut agama kami, tidak ada agama lain selain
agama kami.” Dan mereka terus mengajak masuk ke dalam agama mereka.

QS Al-Baqarah 2: 138

Firman Allah Swt., “Shibghah Allah, siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada
Allah?” (QS Al-Baqarah, 2: 138)
Ibnu Abbas berkata, “Apabila ada anak laki-laki yang lahir dari kaum Nasrani
dan usianya mencapai tujuh hari, mereka mencelupkannya ke dalam sebuah mata
air milik mereka. Mereka menyebutnya proses pembaptisan dengan tujuan untuk
membersihkannya. Mereka berkata, ‘Ini untuk menyucikan tempat khitan.’ Jika
mereka telah melakukan itu, maka anak tersebut telah menjadi seorang Nasrani
yang sesungguhnya. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 142

Firman Allah Swt., “Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata.”
(QS Al-Baqarah, 2: 142)
Ayat ini turun berkenaan dengan masalah pengalihan kiblat.
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Zahir bin Ja’far telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Hasan bin Muhammad bin Mush’ab telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Yahya bin Hakim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah
bin Raja’ telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Israil telah menceritakan
kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra’, ia berkata, “Ketika Rasulullah Saw.
tiba di Madinah, beliau menghadap Baitul Maqdis selama enam belas atau tujuh
belas bulan, sementara beliau menginginkan untuk menghadap ke arah Ka’bah.
Maka Allah menurunkan ayat, ’Kami telah melihat wajahmu (Muhammad) sering
menengadah ke langit,” hingga akhir ayat. Maka orang-orang yang bodoh dari
manusia, yakni orang-orang Yahudi berkata=
= “Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslimin) dari kiblat yang
dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?”. Maka Allah Swt.. berfirman, “Katakanlah
(Muhammad), milik Allahlah timur dan barat.” Hingga akhir ayat.” Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari, dari Abdullah bin Raja’.

QS Al-Baqarah 2: 143, 144

Firman Allah Swt.., “Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.” (QS Al-Baqarah,

31
2: 143, 144)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Al-Kalbi, “Ada beberapa orang dari sahabat
Rasulullah Saw.. yang telah meninggal saat masih menghadap kiblat yang pertama,
di antara mereka adalah As’ad bin Zurarah, Abu Umamah dari Bani Najjar, Al-Barra’
bin Ma’rur, dan beberapa orang lainnya. Lalu keluarga mereka datang menemui
Rasulullah Saw.. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami telah
meninggal saat mereka masih menghadap kiblat yang pertama, dan sekarang Allah
telah memalingkanmu kepada kiblat Ibrahim, bagaimana dengan saudara-saudara
kami itu?’, maka Allah menurunkan ayat, ’Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu.’ Dan kemudian Allah berfirman, ’Kami melihat wajahmu (Muhammad)
sering menengadah ke langit.’ Karena saat itu Nabi Saw. berkata kepada Jibril,
’Aku sangat menginginkan Allah memalingkanku dari kiblat orang-orang Yahudi
ke arah kiblat yang lain.’ Dan maksud beliau adalah Ka’bah karena ia adalah kiblat
Ibrahim. Maka Jibril berkata kepada beliau, ’Sesungguhnya aku hanyalah seorang
hamba sepertimu, aku tidak memiliki kekuasaan apa pun. Mohonlah kepada
Tuhanmu untuk memalingkanmu ke arah kiblat Ibrahim.’ Kemudian Jibril pun naik,
sementara Rasulullah Saw.. terus-menerus memandang ke langit dengan harapan
Jibril akan datang membawa kabar tentang apa yang beliau inginkan. Maka Allah
menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur Muhammad bin Muhammad Al-
Manshuri telah mengabarkan kepada kami.” ia berkata, “Ali paman dari Al-Hafiz
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Wahhab bin Isa telah
menceritakan kepada kami.” ia berkata, =
= Abu Hisyam ar-Rifa’i telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Bakar bin Ayyasy telah menceritakan kepada kami.” ia berkata, “Abu Ishaq telah
menceritakan kepada kami, dari Al-Barra’, ia berkata, “Kami salat bersama Rasulullah
Saw. sejak kedatangan beliau ke Madinah selama tujuh belas bulan menghadap
ke Baitul Maqdis. Kemudian Allah mengetahui keinginan Nabi-Nya, maka turunlah
ayat, “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka
akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi.”
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar bin Abu Syaibah, dari Abu Al-
Ahwash. Dan diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari dari Abu Nu’aim, dari Zuhair, dan
keduanya dari Abu Ishaq.

QS Al-Baqarah 2: 146

Firman Allah Swt., “Orang-orang yang telah Kami beri kitab (Taurat dan Injil)

32
mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenali anak-anak mereka sendiri.”
(QS Al-Baqarah, 2: 146)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang beriman dari Ahli Kitab,
yaitu Abdullah bin Salam dan teman-temannya. Mereka telah mengenali Rasulullah
Saw. dari sifat dan ciri-cirinya serta masa diutusnya beliau di dalam=
=kitab mereka, sebagaimana salah seorang dari mereka mengenali anak
kandungnya saat ia melihatnya berada di tengah anak-anak lainnya.”
Abdullah bin Salam berkata, “Sungguh aku lebih mengenal Rasulullah Saw.
daripada mengenal anakku sendiri.” Maka Umar bin Khattab bertanya kepadanya,
“Bagaimanakah bisa demikian wahai Ibnu Salam?” ia menjawab, “Karena aku
bisa bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah dengan penuh keyakinan,
sementara aku tidak bisa bersaksi seperti itu atas anakku, karena aku tidak tahu
apa yang dilakukan oleh para wanita (istri).” Maka Umar berkata, “Semoga Allah
memberimu taufik, wahai Ibnu Salam.”

QS Al-Baqarah 2: 154

Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh
di jalan Allah (mereka) telah mati.” (QS Al-Baqarah, 2: 154)
Ayat ini turun berkenaan dengan para syuhada Badar. Mereka berjumlah
belasan orang; delapan orang dari kalangan Anshar, dan enam orang dari kalangan
Muhajirin. Dan saat itu orang-orang mengatakan tentang mereka yang terbunuh
di jalan Allah, “Si Polan telah mati, dan ia telah kehilangan kenikmatan dunia dan
kelezatannya.” Maka Allah menurunkan ayat ini.

QS Al-Baqarah 2: 158

Firman Allah Swt, “Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar
(agama) Allah.” (QS Al-Baqarah, 2: 158)
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad Az-Zahid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali bin Abu Bakar Al-Faqih telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Mush’ab bin Abdullah ad-Dinairi
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Malik telah menceritakan kepadaku,
dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang Anshar. Dahulu mereka melaksanakan haji untuk berhala Manat, dan
mereka enggan untuk melakukan sa’i di antara Shafa dan Marwah. Ketika Islam
datang, mereka bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang hal itu. Maka Allah

33
menurunkan ayat ini.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf, dari Malik.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl Al-
Askari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Abdurrahman telah
menceritakan kepada kami, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, “Ayat
ini turun berkenaan dengan beberapa orang dari kaum Anshar. Dahulu jika mereka
melakukan talbiyah untuk Manat di masa Jahiliah, maka tidak halal bagi mereka
melakukan sa’i di antara Shafa dan Marwah. Maka ketika mereka ikut bersama
Rasulullah Saw. melaksanakan haji, mereka menceritakan hal itu kepada beliau,
maka Allah menurunkan ayat ini.”=
=diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Abu Umamah,
dari Hisyam.
Dan Anas bin Malik berkata, “Dulu kami tidak menyukai sa’i di antara Shafa dan
Marwah karena keduanya merupakan bagian dari syiar kafir Quraisy di masa Jahiliah.
Maka kami pun meninggalkannya di dalam Islam. Lalu Allah menurunkan ayat ini.”
Dan Amr bin Husain berkata, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu Umar
tentang ayat ini, dan ia berkata, ‘Pergilah menemui Ibnu Abbas dan tanyakanlah
kepadanya, sesungguhnya hanya dialah yang masih tersisa dari orang-orang yang
lebih mengetahui tentang apa-apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Maka aku pun menemuinya dan bertanya kepadanya. Ia berkata, ’Dahulu
di Shafa terdapat sebuah patung berbentuk seorang pria yang diberi nama Isaf.
Sementara di Marwah terdapat sebuah patung berbentuk seorang wanita yang
diberi nama Na’ilah. Orang-orang Ahli Kitab menyangka bahwa mereka berdua
telah melakukan zina di dalam Ka’bah sehingga Allah mengubah mereka menjadi
batu dan meletakkan mereka di atas Shafa dan Marwah agar menjadi pelajaran.
Dan waktu pun terus berjalan, hingga kemudian mereka disembah. Orang-orang
Jahiliah, jika mereka melakukan sa’i, mereka mengusap kedua patung tersebut. Dan
ketika Islam datang, dan patung-patung dihancurkan, kaum muslimin tidak ingin
melaksanakan thawaf atau sa’i di antara keduanya karena keberadaan dua patung
itu sebelumnya. Maka Allah menurunkan ayat ini.
As-Suddi berkata, “Pada masa Jahiliah, setan-setan memainkan alat musik
di antara Shafa dan Marwah pada malam hari. Dan di antara keduanya terdapat
patung-patung yang disembah. Ketika Islam menang, kaum muslimin berkata,
’Wahai Rasulullah, kami tidak ingin melaksanakan thawaf atau sa’i di antara Shafa

34
dan Marwah karena itu adalah salah satu bentuk kemusyrikan yang kami lakukan
di masa Jahiliah. Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Manshur bin Abdul Wahhab Al-Bazzar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Sinan telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hamid bin Muhammad bin Syu’aib
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Bakkar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Zakariya telah menceritakan
kepada kami, dari Ashim, dari Anas bin Malik, ia berkata, “Dahulu kaum muslimin
menahan diri untuk tidak melaksanakan sa’i di antara Shafa dan Marwah karena
keduanya merupakan bagian dari syiar Jahiliah, dan kami tidak ingin melaksanakan
sa’i di antara keduanya. Maka Allah menurunkan ayat, ‘Sesungguhnya Shafa dan
Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah’.” =
=ketentuan: yaitu jika ia bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, dan
kemudian ia mati dalam keadaan demikian, maka telah wajib baginya surga. Maka
Allah Swt menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 178

Firman Allah Swt, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
(melaksanakan) qishash berkenaan dengan orang yang dibunuh.” (QS Al-Baqarah,
2: 178)
Asy-Sya’bi berkata, “Pernah terjadi peperangan antara dua suku bangsa Arab,
dan salah satu dari mereka berhasil mengalahkan yang lain, maka mereka berkata,
’Untuk seorang budak yang mati dari kami, kami akan menuntut balas dengan
membunuh orang yang merdeka dari kalian, dan untuk seorang wanita yang mati
kami akan menuntut balas dengan membunuh laki-laki dari kalian.’ Maka turunlah
ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 187

Firman Allah Swt, “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan
istrimu.” (QS Al-Baqarah, 2: 187)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Al-Walibi, “Sebelumnya, pada bulan Ra-
madhan, jika kaum muslimin telah melaksanakan shalat Isya, mereka meng-
haramkan istri mereka dan makanan atas diri mereka. Lalu ada beberapa orang dari
mereka yang makan dan mencampuri istri mereka pada bulan Ramadhan setelah
shalat Isya, di antaranya adalah Umar bin Khaththab. Maka mereka mengadukan

35
hal itu kepada Rasulullah Saw., dan Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Asfahani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdurrahman bin Muhammad ar-Razi telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Sahl bin Usman Al-Askari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Yahya bin Za’idah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku dan yang
lainnya telah menceritakan kepadaku, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra’ bin Azib, ia
berkata, “Dahulu jika kaum muslimin telah berbuka puasa, mereka akan makan,
minum, dan mencampuri istri mereka selama mereka belum tidur. Dan jika mereka
telah tidur, mereka tidak akan melakukan apapun dari hal-hal tadi. Saat itu Qais
bin Shurmah Al-Anshari berpuasa, dan ia mendatangi istrinya setelah masuk waktu
berbuka. Namun istrinya pergi untuk suatu keperluan, sehingga Qais tertidur. Dan
pada tengah hari keesokan harinya, ia pun pingsan.” Al-Barra’ berkata, “Dan Umar
juga pernah mendatangi istrinya yang telah tertidur. Dan ketika hal itu disampaikan
kepada Nabi Saw, turunlah ayat, ’Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa
bercampur dengan istrimu,’ hingga firman-Nya, ’Waktu fajar.’ Dan kaum muslimin
pun merasa gembira dengan hal itu.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Abdirrahman bin Abi Hamid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad asy-Syaibani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman
ad-Daghuli telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Az-Za’farani telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syababah telah menceritakan kepada
kami.” ia berkata, “Israil telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Al-
Barra’, ia berkata, “Dahulu jika ada di antara shahabat Rasulullah yang berpuasa,
lalu tiba waktu berbuka, dan ia tidur sebelum makan, maka ia tidak akan makan
pada malam itu dan tidak pula keesokan harinya hingga datang waktu berbuka
esoknya. Suatu ketika, Qais bin Shurman Al-Anshari berpuasa dan ketika waktu
berbuka tiba, ia mendatangi istrinya dan bertanya, ’Apakah engkau mempunyai
makanan?’ ia menjawab, ’Tidak, tapi aku akan pergi untuk mencarikan makanan
untukmu.’ Dan pada hari itu Qais telah bekerja keras, sehingga ia tertidur. Dan saat
istrinya kembali, ia berkata, ’Engkau telah merugi.’ Dan keesokan harinya ia kembali
berpuasa. Namun saat memasuki waktu tengah hari, ia pingsan. Sehingga hal ini
diceritakan kepada Rasulullah Saw. Dan kemudian turunlah ayat ini, ’Dihalalkan
bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu,’ dan kaum muslimin
menyambut ini dengan sangat gembira=
=diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Ahmad bin Muhammad, dari Abdullah,
dari Ashim.

36
QS Al-Baqarah 2: 159

Firman Allah Swt, “Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk.” (QS Al-Baqarah, 2:
159)
Ayat ini turun berkenaan dengan para ulama ahli kitab, dan sikap mereka yang
menyembunyikan ayat rajam dan perihal Nabi Muhammad Saw.

QS Al-Baqarah 2: 163, 164

Firman Allah Swt, “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi.” (QS Al-
Baqarah, 2: 163, 164)
Imam Al Wahidi berkata, “Abdul Aziz bin Thahir At-Tamimi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Abdullah Az-Zayyadi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Musa bin Mas’ud An-Nahdi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Syibl
telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abi Nujaih, dari Atha’, ia berkata, “Di
Madinah, turun kepada Nabi Saw ayat, ’Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha
Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.’ Maka
orang-orang kafir Quraisy di Mekah berkata, ’Bagaimana mungkin satu tuhan
cukup untuk manusia?’ maka Allah Swt. menurunkan ayat, ’Sesungguhnya pada
penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang...’ hingga firman-Nya,
’Merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Asfahani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad Al-Hafiz telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Yahya ad-Dari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Ahwash
telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin Masruq, dari Abu ad-Duha, ia
berkata, “Ketika turun ayat ini, ’Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.’
Orang-orang musyrik terkejut, dan mereka berkata, ’Satu Tuhan? Jika ia benar,
hendaklah ia mendatangkan bukti kepada kita.’ Maka Allah Swt. Menurunkan ayat,
’Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi.’ Hingga akhir ayat.”

QS Al-Baqarah 2: 168

Firman Allah Swt., “Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik.”
(QS Al-Baqarah, 2: 168)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Tsaqif, Khuza’ah, dan
Amir bin Sha’sha’ah ketika mereka mengharamkan atas diri mereka makanan yang

37
berasal dari tanaman dan binatang ternak.”

QS Al-Baqarah 2: 174

Firman Allah Swt, “Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Allah, yaitu kitab,” (QS Al-Baqarah, 2: 174)
Al-Kalbi berkata dari Ibnu Abbas, “Ayat ini turun berkenaan dengan para
pemimpin Yahudi dan ulama mereka, yang memperoleh banyak hadiah dari orang-
orang yang bodoh dari mereka. Dan mereka sangat berharap Nabi yang akan diutus
itu berasal dari mereka. Ketika Nabi itu diutus dari golongan selain mereka, mereka
takut jika makanan yang mereka terima akan terputus, dan kekuasaan mereka akan
hilang. Maka mereka pun mencari sifat-sifat Nabi Muhammad di dalam kitab mereka
dan mengubahnya. Dan setelah itu barulah mereka mengeluarkannya kepada umat
mereka dan berkata, ’Inilah ciri-ciri Nabi yang akan keluar di akhir zaman, sama
sekali tidak cocok dengan ciri-ciri Nabi yang keluar di Mekah.’ Dan ketika orang-
orang bodoh itu mendapati bahwa ciri-ciri yang telah diubah itu bertentangan
dengan ciri-ciri Nabi Muhammad Saw., mereka pun tidak mengikutinya.”

QS Al-Baqarah 2: 177

177- Firman Allah Swt., “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu...” (QS
Al-Baqarah, 2: 177)
Qatadah berkata, “Telah diceritakan kepada kami bahwa ada seorang laki-laki
yang bertanya tentang kebajikan kepada Rasulullah Saw., maka Allah menurunkan
ayat ini.” ia berkata, “Dan sebelumnya laki-laki itu telah menerima=
=yaitu karena mereka pernah bertikai di hadapan Rasulullah Saw. karena
masalah tanah. Saat itu Imri’ul Qais adalah pihak yang tergugat, sementara Abdan
adalah pihak yang menggugat. Maka Allah menurunkan ayat ini. Dan Abdan pun
menguasai tanahnya tanpa harus bertikai dengannya.”

QS Al-Baqarah 2: 189

Firman Allah Swt., “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit.”
(QS Al-Baqarah, 2: 189)
Mu’adz bin Jabal berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang
Yahudi mengganggu kami dan banyak bertanya tentang bulan sabit kepada kami.
Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.”
Dan Qatadah berkata, “Diceritakan kepada kami, bahwa mereka bertanya
kepada Nabi Allah, ’Mengapa bulan sabit itu diciptakan?’ maka Allah menurunkan

38
ayat, ’Katakanlah, ’Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji’.”
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Mu’adz bin Jabal dan
Tsa’labah bin Anmah, mereka berdua berasal dari kalangan Anshar, mereka
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa halnya dengan bulan sabit yang terbit begitu
halus seperti benang, lalu bertambah besar dan terus membesar hingga menjadi
bundar. Dan kemudian ia terus berkurang dan kembali menjadi halus sebagaimana
awalnya, kenapa ia tidak berada dalam satu kondisi saja?’ Maka turunlah ayat ini.

QS Al-Baqarah 2: 189

Firman Allah Swt., “...Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari
belakangnya...” (QS Al-Baqarah, 2: 189)
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim Al-Muzakki telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Khalifah telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Walid dan Al-Ahwash telah menceritakan kepada kami.” Mereka
berdua berkata, “Tsa’labah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Ishaq telah memberitahukan kepada kami, ia berkata, “Aku mendengar Al-Barra’
berkata, ’Dulu jika orang-orang Anshar melaksanakan haji dan kemudian kembali,
mereka tidak masuk rumah dari pintu depannya, akan tetapi mereka memasukinya
dari belakangnya. Lalu ada seorang lelaki yang pulang dan masuk rumah melalui
pintu depan sehingga ia dicela karena itu. Maka turunlah ayat ini.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Walid, dan diriwayatkan juga oleh
Muslim dari Bundar, dari Ghundar, dari Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syekh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl bin Ubaidah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ubaidah telah menceritakan kepada kami,
dari Al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata, “Dahulu orang-orang Quraisy
juga disebut Al-Hims. Dan saat melakukan ihram, mereka masuk melalui pintu
rumah mereka=
=diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abdullah bin Musa, dari Israil.
Imam Al Wahidi berkata, “Al-Hasan bin Muhammad Al-Farisi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Al-Fadhl telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Al-Hasan Al-Hafiz telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Hisyam bin Ammar telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya

39
bin Hamzah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Abi Qudwah
telah menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, bahwa diceritakan kepadanya dari
Al-Qasim bin Muhammad, ia berkata, “Pada awal puasa, seseorang akan berpuasa
dari waktu Isya ke waktu Isya, jika ia tertidur, ia tidak akan menyentuh istrinya
setelah itu, dan ia juga tidak akan makan dan minum lagi, hingga kemudian
Umar mendatangi istrinya, lalu istrinya berkata, ’Sesungguhnya aku telah tidur.’
Dan Umar tetap menggaulinya. Dan suatu ketika Shurmah bin Anas berpuasa dan
ia tertidur sebelum sempat berbuka. Dan kebiasaan mereka saat itu, jika mereka
telah tertidur, maka mereka tidak akan makan ataupun minum lagi setelahnya. Dan
pagi harinya ia kembali berpuasa, dan hari itu hampir saja membunuhnya. Maka
Allah menurunkan keringanan, dan berfirman, ‘Maka Dia menerima tobatmu dan
memaafkanmu’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad Az-Zahid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah mengabarkan kepadaku.” Ia berkata,
“Abu Amr Al-Hayyiri telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad
bin Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Abi Maryam telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Hassan telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Hazim telah menceritakan kepadaku, dari Sahl bin Sa’ad,
ia berkata, “Ketika ayat ini turun, ’Makan dan minumlah hingga jelas bagimu
(perbedaan) antara benang putih dan benang hitam.’ Saat itu belum diturunkan
keterangan ’Dari waktu fajar.’ Maka jika orang-orang ingin berpuasa, mereka akan
mengikatkan di kaki mereka benang putih dan benang hitam. Dan mereka akan
terus makan hingga terlihat olehnya perbedaan antara keduanya. Maka kemudian
Allah menurunkan setelah itu, ’Dari waktu fajar.’ Dan orang-orang pun mengetahui
bahwa maksudnya adalah perbedaan malam dan siang.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Ibnu Abi Maryam. Dan diriwayatkan juga
oleh Muslim dari Muhammad bin Sahl, dari Ibnu Abi Maryam.

QS Al-Baqarah 2: 188

Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan
yang batil.” (QS Al-Baqarah, 2: 188)
Muqatil bin Hayyan berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Imri’ul Qais bin
‘Abis Al-Kindi dan juga Abdan bin Asywa’ Al-Hadhrami=
= dan juga para sahabatnya untuk melaksanakan umrah qada’. Akan tetapi
mereka khawatir jika orang-orang Quraisy tidak menepati perjanjian itu dan tetap
menghalangi mereka dari Masjidilharam dan memerangi mereka. Sementara para

40
sahabat tidak ingin memerangi mereka di bulan haram dan di tempat yang juga
haram. Maka Allah Swt. menurunkan ayat, ’Dan perangilah di jalan Allah orang-
orang yang memerangi kamu’.”

QS Al-Baqarah 2: 194

Firman Allah Swt., “Bulan haram dengan bulan haram,” (QS Al-Baqarah, 2: 194)
Qatadah berkata, “Nabi Saw. dan para sahabatnya berangkat pada bulan Dzul
Qa’dah. Dan ketika sampai di Hudaibiyah, orang-orang musyrik manghalangi beliau.
Dan pada tahun berikutnya kaum muslimin memasuki Mekah dan melaksanakan
umrah pada bulan Dzul Qa’dah. Mereka berada di sana selama tiga malam. Orang-
orang musyrik sendiri telah berlaku zalim terhadap beliau saat mereka menghalangi
beliau pada peristiwa Hudaibiyah. Maka Allah membalas itu dari mereka, dan
menurunkan firman-Nya, ‘Bulan haram dengan bulan haram’.”

QS Al-Baqarah 2: 195

Firman Allah Swt., “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah dan janganlah kamu
jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan.” (QS Al-Baqarah, 2: 195)
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad Az-Zahid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali bin Abu Bakar Al-Faqih telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Al-Husain bin Al-Junaid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Ayyub telah menceritakan kepada kami.”
ia berkata, “Hasyim telah menceritakan kepada kami, dari Dawud, dari asy-Sya’bi,
ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Anshar yang menahan
hartanya dari berinfak di jalan Allah Swt., maka turunlah ayat ini.”
Dan dengan isnad ini dari Hasyim, Ismail bin Abu Khalid telah menceritakan
kepada kami, dari Ikrimah, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan perintah
mengeluarkan nafkah di jalan Allah.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Mahrajani telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Abdullah bin Baththah telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abul Qasim Al-Baghawi telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Hadbah bin Khalid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Hamad bin Salamah telah menceritakan kepada kami, dari Dawud, dari Asy-Sya’bi,
dari ad-Dahhak, dari Ubay bin Jubair, ia berkata, “Biasanya orang-orang Anshar
mengeluarkan sedekah dan memberi makan dengan jumlah yang dikehendaki oleh
Allah, lalu mereka ditimpa tahun paceklik sehingga mereka menahan harta mereka,
maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.”

41
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Hasan as-Sarraj telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Hadhari telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Hadbah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Hamad
bin Salamah telah menceritakan kepada kami, dari Simak bin Harb, dari Nu’man bin
Basyir, mengenai firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke
dalam kebinasaan.” Ia berkata, “Ada seorang lelaki yang berbuat suatu dosa, lalu ia
berkata, ’Aku tidak akan mendapat ampunan.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Qasim bin Aidan telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Hamdawaih telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Shaleh bin Hani telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ahmad bin Anas Al-Qurasyi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Yazid Al-Muqri telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Haywah
bin Syuraih telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yazid bin Abi Habib telah
mengabarkan kepadaku=
=sedangkan kaum Anshar dan orang-orang Arab lainnya tidak masuk melalui
pintu rumah jika mereka dalam keadaan ihram. Suatu saat, ketika Rasulullah
Saw. tengah berada di sebuah kebun, beliau keluar melalui pintunya. Dan ikut
keluar bersama beliau Quthbah bin ‘Amir Al-Anshari. Maka orang-orang berkata,
’Wahai Rasulullah, sesungguhnya Quthbah bin ‘Amir adalah lelaki yang fasiq, ia
ikut keluar bersamamu melewati pintu.’ Maka beliau bertanya kepadanya, ’Apa
yang mendorongmu melakukan apa yang engkau lakukan itu?’ ia menjawab, ’Aku
melihatmu melakukannya, maka aku pun melakukan apa yang engkau lakukan.’
Maka Nabi Saw. bersabda, ’Sesungguhnya aku adalah seorang Ahmas.’ Namun
Quthbah berkata, ’Akan tetapi agamaku adalah agamamu.’ Maka Allah menurunkan
ayat, ’Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya’.”
Para mufasir berkata, “Orang-orang pada masa Jahiliah dan juga di awal
Islam, jika seorang lelaki dari mereka melakukan ihram, baik untuk haji maupun
umrah, ia tidak akan memasuki kebun atau rumah atau bangunan apa pun
melalui pintunya. Jika ia tinggal di kota, ia akan melubangi dinding rumahnya
sebagai jalannya untuk keluar-masuk atau ia akan menggunakan tangga dan naik
ke rumahnya melalui tangga itu. Jika ia tinggal di gurun, ia akan keluar melalui
bagian belakang tenda atau kemahnya. Dan ia tidak akan masuk melalui pintu
sampai ia selesai dari keadaan ihramnya. Mereka memandang itu (masuk melalui
pintu) sebagai sebuah cela. Kecuali jika orang itu berasal dari kalangan Al-Hims,
yaitu orang-orang Quraisy, Kinanah, Khuza’ah, Tsaqif, Khats’am, Bani ‘Amir bin

42
Sha’sha’ah, dan Bani An-Nadhr bin Muawiyah. Mereka disebut Al-Hims karena
keteguhan mereka di dalam agama mereka. Mereka berkata, ’Pada suatu hari,
Rasulullah Saw. memasuki rumah salah seorang sahabat Anshar, lalu di belakang
beliau turut masuk melalui pintu seorang lelaki dari Anshar yang sedang dalam
keadaan ihram. Maka orang-orang mengingkari perbuatannya itu. Maka Rasulullah
Saw. bertanya kepadanya, ’Mengapa engkau masuk melalui pintu padahal engkau
dalam keadaan ihram?’ Ia menjawab, ’Aku melihatmu masuk melalui pintu, maka
aku pun masuk mengikutimu.’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, ’Akan tetapi aku
adalah seorang Ahmas.’ Dan laki-laki itu berkata, ’Jika engkau seorang Ahmas,
maka aku pun seorang Ahmas. Agama kita satu, aku telah rida dengan petunjukmu
dan juga agamamu.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 190

Firman Allah Swt., “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu.” (QS Al-Baqarah, 2: 190)
Al-Kalbi berkata, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, “Ayat-ayat ini turun pada
saat perjanjian Hudaibiyah, yaitu ketika Rasulullah Saw. dan para sahabatnya
dihalangi untuk masuk Baitul Haram, beliau menyembelih hewan hadyu-nya di
Hudaibiyah. Kemudian orang-orang musyrik membuat perjanjian damai dengan
beliau, di mana beliau harus kembali pada tahun itu ke Madinah, dan bisa datang
kembali ke Mekah pada tahun berikutnya, dan saat itu orang-orang musyrik akan
mengosongkan Kota Mekah selama tiga hari agar beliau dapat melakukan thawaf
di Ka’bah dan melakukan apa pun yang dikehendakinya. Dan Rasulullah Saw.
pun menerima perjanjian damai mereka. Pada tahun berikutnya, Rasulullah Saw.
bersiap-siap=
=Abu Nashr Ahmad bin Abdullah Al-Mukhlidi Telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Al Hasan as-Sarraj telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Muhammad bin Yahya bin Sulaiman Al-Marwazi telah mengabarkan
kepada kami.” ia berkata, “Ashim bin Ali telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Syu’bah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrahman
Al-Asfahani telah mengabarkan kepadaku.” Ia berkata, “Aku mendengar Abdullah
bin Mi’qal, ia berkata, “Aku berdiri di samping Ka’ab bin ‘Ujrah di dalam masjid
ini, yakni Masjid Kufah, dan aku tanyakan kepadanya tentang ayat ini, ’Maka dia
wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban.’ Ia berkata, ’Aku
dibawa menemui Rasulullah Saw., dan saat itu bisul bertebaran di wajahku, maka
beliau berkata, ’Aku tidak pernah melihatmu kepayahan seperti ini, apakah engkau

43
memiliki kambing?’ Aku menjawab, ‘Tidak.’ Maka turunlah ayat ini, ’Maka dia
wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban.” Lalu beliau berkata,
“Berpuasalah tiga hari atau berilah makan enam orang miskin, masing-masing
dari mereka mendapat setengah sha’ makanan.’ Jadi ayat ini diturunkan kepadaku
secara khusus dan kepada kalian secara umum.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Ahmad bin Abi Iyas dan Abi Walid. Dan
diriwayatkan juga oleh Muslim dari Bundar, dari Ghundar, dan semuanya dari
Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ibrahim Ismail bin Ibrahim ash-Shufi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ali Al-Ghifari telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Muhammad telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Al-Mughirah as-Saqlabi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin
Bisyr Al-Makki telah menceritakan kepada kami, dari Atha’, dari Ibnu Abbas, ia
berkata, “Ketika kami tiba di Hudaibiyah, datanglah Ka’ab bin ‘Ujrah dan kutu di
kepalanya telah menyebar hingga ke keningnya, lalu ia berkata, ’Wahai Rasulullah,
bisul ini telah memakanku.’ Beliau berkata, ’Bercukurlah dan berfidyahlah.’ Ibnu
Abbas berkata, ’Maka Ka’ab pun bercukur dan menyembelih seekor sapi.’ Berkenaan
dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat, ’Jika ada di antara kamu yang sakit
atau ada gangguan di kepalanya’.”
Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ’Jika berpuasa, harus dilakukan
selama tiga hari; jika berkurban, harus dengan kambing; dan jika bersedekah, harus
dibagikan kepada enam orang miskin, masing-masing dari mereka mendapatkan
dua mud’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Muhammad Al-Manshuri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Umar Al-Hafiz telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Al-Muhtadi telah menceritakan kepada
kami.” ia berkata, “Zhahir bin Isa bin Ishaq At-Tamimi telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Zuhair bin Ibad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Mush’ab bin Mahan telah menceritakan kepada kami, dari Sufyan Ats-Tsauri, dari
Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Ka’ab bin ‘Ujrah:
“Rasulullah Saw. berjalan melewatinya saat ia tengah menyalakan api di bawah
periuk=
= “Al-Hakam bin Imran telah mengabarkan kepadaku.”, Ia berkata, “Kami
(Pasukan kaum Muslimin) pernah berada di Konstantinopel, pasukan Mesir dipimpin
oleh ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhani dan pasukan Syam dipimpin oleh Fadhalah bin

44
‘Ubaid, seorang sahabat Rasulullah Saw. Lalu keluarlah dari kota itu satu pasukan
yang sangat besar dari Romawi. Dan kami pun membentuk satu pasukan yang
besar dari kaum muslimin. Lalu seorang lelaki dari barisan kaum muslimin
keluar menerobos pasukan Romawi dan memerangi mereka, dan setelah itu ia
kembali kepada pasukannya. Maka orang-orang berteriak, “Subhanallah, ia telah
melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan”. Maka berdirilah Abu Ayyub Al-Anshari,
seorang sahabat Rasulullah Saw., dan berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya
kalian men-takwilkan ayat ini dengan tidak semestinya. Sesungguhnya ayat ini
turun mengenai kami orang-orang Anshar. Sesungguhnya kami -setelah Allah
memuliakan Islam, dan telah banyak yang menjadi penolong agamanya- kami
berbicara di antara kami secara rahasia dari Rasulullah Saw., “Sesungguhnya harta
kita telah terlantar, bagaimana kalau kita tinggal di sana untuk mengurus harta
dan memperbaiki apa yang telantar darinya”. Maka Allah menurunkan di dalam
kitab-Nya sebuah ayat yang membantah keinginan yang tercetus di dalam diri
kami, Dia berfirman, “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah dan janganlah kamu
jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan.” Yaitu keinginan kami untuk tinggal
bersama harta kami dan mengurus apa yang telah terlantar darinya. Dan Allah
memerintahkan kami untuk terus berperang. Dan Abu Ayyub terus berperang di
jalan Allah hingga diwafatkan oleh Allah Swt.”

QS Al-Baqarah 2: 196

Firman Allah Swt, “Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya,” (QS Al-Baqarah, 2: 196)
Imam Al Wahidi berkata, “Ustadz Abu Thahir Az-Zayyadi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Thahir Muhammad bin Hasan Al-Abadzi telah me-
ngabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abbas ad-Dauri telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Musa telah menceritakan kepada kami.” Ia ber-
kata, “Israil telah menceritakan kepada kami, dari Abdurrahman Al-Asfahani, dari
Abdullah bin Mi’qal, dari Ka’ab bin Ajrah, ia berkata, “Berkenaan dengankulah ayat
ini diturunkan, ’Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya,’
saat itu ada bisul di kepalaku, dan aku memberitahukan hal itu kepada Rasulullah
Saw., maka beliau bersabda, ‘Bercukurlah, dan bayarlah fidyah karenanya dengan
berpuasa selama tiga hari, atau berkurban, atau memberi makan enam orang
miskin, masing-masing dari mereka sebanyak satu sha’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim Al-Muzakki telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar telah menceritakan

45
kepada kami –dengan didiktekan-.” Ia berkata, “Abu Khalifah telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Musaddad telah menceritakan kepada kami, dari
Bisyr, ia berkata, “Ibnu Aun telah menceritakan kepada kami, dari Mujahid, dari
Abdurrahman bin Abi Laila, ia berkata, Ka’ab bin Ajrah berkata, “Berkenaan de-
ngankulah ayat ini turun. Aku menemui Rasulullah Saw., dan beliau berkata,
‘Dekatkanlah kepalamu.’ Aku pun mendekat sebanyak dua atau tiga kali, lalu
beliau berkata, ’Apakah penyakitmu itu menyakitimu?’ Ibnu Aun berkata, ’Aku rasa
ia menjawab, ’Iya.’ Ka’ab berkata, ’Lalu beliau memerintahkanku untuk berpuasa,
atau bersedekah, atau berkurban, apa yang mudah bagiku’.” Diriwayatkan oleh
Muslim dari Abu Musa, dari Ibnu Abi Adi, dari Ibnu Aun. =

QS Al-Baqarah 2: 199

Firman Allah Swt., “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang banyak
bertolak.” (QS Al-Baqarah 2: 199)
Imam Al Wâhidî berkata, “At-Tamimi telah mengabarkan kepada kami, dengan
isnad yang telah kami sebutkan, dari Yahya bin Hisyam bin Urwah, dari ayahnya,
dari Aisyah, ia berkata, “Dahulu orang-orang Arab bertolak dari Arafah, sementara
Quraisy dan orang-orang yang seagama dengan mereka bertolak dari Masy’aril
Haram, maka Allah menurunkan, ’Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang
banyak bertolak’.”
Imam Al Wâhidî berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far al-Muzakki telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Zakariya
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman
as-Sarkhasi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Abi
Khaitsamah telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hammad bin Yahya
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Nashr bin Kausah telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Amr bin Dinar telah mengabarkan kepadaku.” Ia berkata,
“Muhammad bin Jubair bin Muth’im telah mengabarkan kepadaku, dari ayahnya,
ia berkata, “Aku kehilangan untaku pada hari Arafah, maka aku pun pergi untuk
mencarinya di Arafah. Lalu aku melihat Rasulullah Saw. tengah berdiri bersama
orang-orang di Arafah, maka aku bergumam, ’Beliau berasal dari Hims, kenapa
beliau ada di sini?’.”
Sufyan berkata, “Al-Ahmas berarti yang sangat kuat berpegang kepada
agamanya. Dan dahulu orang-orang Quraisy juga di sebut al-Hims. Kemudian setan
datang kepada mereka dan menggoda mereka dengan mengatakan, ’Jika kalian
mengagungkan tempat lain selain tempat haram (Ka’bah) milik kalian, niscaya

46
orang-orang akan meremehkan haram kalian itu.’ Maka mereka tidak keluar dari
wilayah haram, dan mereka melakukan wukuf di Muzdalifah. Ketika Islam datang,
Allah Swt. menurunkan ayat, ’Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang
banyak bertolak.’ Yakni dari Arafah.”
Diriwayatkan oleh Muslim dari Amr an-Naqid, dari Ibnu Uyainah.

QS Al-Baqarah 2: 200

Firman Allah Swt., “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berzikirlah
kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu.” (QS Al-
Baqarah 2: 200)
Mujahid berkata, “Orang-orang Jahiliah, jika mereka berkumpul di musim haji,
mereka akan menyebut-nyebut apa-apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka
di masa Jahiliah, juga hari-hari kemenangan mereka, nasab mereka, dan mereka
saling membanggakan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat, ’Maka berzikirlah
kepada Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan
berzikirlah lebih dari itu’.”
Dan Al-Hasan berkata, “Orang-orang Arab Badui, apabila mereka telah mulai
berbicara, mereka akan berkata, ‘Demi ayahmu, sungguh mereka melakukan ini
dan itu.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 204, 205

204, 205- Firman Allah Swt., “Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya
tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad).” (QS Al-Baqarah
2: 204, 205)=
=miliknya di Hudaibiyah. Maka beliau berkata, ’Apakah kutu-kutu kepalamu itu
mengganggumu?’ ia menjawab, ’Benar.’ Beliau berkata, ’Cukurlah.’ Maka turunlah
ayat ini, ’Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya
(lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau
berkurban’.”
Beliau berkata, “Jika berpuasa, maka harus dilakukan selama tiga hari, kalau
sedekah harus dibagikan kepada enam orang miskin, dan kalau berkurban, maka
dengan kambing.”

QS Al-Baqarah 2: 197

197- Firman Allah Swt., “Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa.” (QS Al-Baqarah, 2: 197)

47
Imam Al Wahidi berkata, “Umar bin Umar Al-Muzakki telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Makki telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Ismail telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin
Basyir telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Syababah telah menceritakan
kepada kami, dari Warqa’, dari Amr bin Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia
berkata, “Orang-orang Yaman melaksanakan ibadah haji tanpa membawa bekal,
dan mereka berkata, ’Kami adalah orang-orang yang bertawakal.’ Dan ketika telah
sampai di Mekah, mereka pun meminta-minta kepada manusia. Maka Allah Swt.
menurunkan ayat, ’Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa’.”
Dan Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata, “Dahulu seseorang biasa pergi untuk
ibadah haji dan membebankan kebutuhannya kepada orang lain. Maka Allah
menurunkan ayat, ’Dan berbekallah kamu, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa’.”

QS Al-Baqarah 2: 197

198- Firman Allah Swt., “Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari
Tuhanmu.” (QS Al-Baqarah, 2: 197)
Imam Al Wahidi berkata, “Manshur bin Abdul Wahhab Al-Bazzar telah
mengabarkan kepada kami.” Abu Amr bin Muhammad bin Ahmad Al-Jabari
telah mengabarkan kepada kami, dari Syu’aib bin Az-Zari’, ia berkata, “Isa bin
Musawir telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Marwan bin Muawiyah
Al-Fizari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-‘Ala’ bin Al-Musayyib
telah menceritakan kepada kami, dari Abi Umamah At-Tamimi, ia berkata, “Aku
bertanya kepada Ibnu Umar, ’Kami adalah kaum pedagang, dan ada orang-orang
yang menyangka bahwa tidak ada haji bagi kami.’ Maka ia berkata, ’Bukankah
kalian bertalbiah? Bukankah kalian melakukan thawaf/sa’i di antara Shafa dan
Marwah? Bukankah kalian ... bukankah kalian?’ ia menjawab, ’Benar.’ Maka Ibnu
Umar kembali berkata, ’Sesungguhnya seorang lelaki juga pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw. tentang hal yang sama dengan pertanyaanmu, dan beliau tidak
menjawabnya hingga turun ayat, ’Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia
dari Tuhanmu.’ Maka kemudian beliau memanggil lelaki itu dan membacakan
kepadanya, lalu beliau berkata, ’Kalian adalah orang-orang yang melaksanakan
haji’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Tamimi telah mengabarkan kepada

48
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Khasynam telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya
bin Abi Za’idah telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Juraij, dari Amr bin
Dinar, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Dzul Majaz dan Ukazh adalah pasar yang ramai
digunakan pada masa Jahiliah. Ketika Islam datang, orang-orang seolah enggan
mendatanginya, hingga turunnya ayat, ’Bukanlah suatu dosa bagimu mencari
karunia dari Tuhanmu,’ yakni di musim haji.”
Dan Mujahid meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Dahulu orang-orang
menghindar dari jual beli pada musim haji, mereka berkata, ’Ini adalah hari-hari
untuk berzikir kepada Allah.’ Maka Allah menurunkan, ’Bukanlah suatu dosa
bagimu mencari karunia dari Tuhanmu.’ Maka mereka pun melakukan jual beli.”
= as-Suddi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syuraiq
ats-Tsaqafi, dia sekutu Bani Zuhrah. Ia datang menemui Rasulullah Saw. di Madinah
dan menampakkan keislaman kepada beliau. Hal ini membuat Nabi Saw. kagum
kepadanya. Al-Akhnas berkata, ’Sesungguhnya aku datang untuk Islam, dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya aku jujur.’ Dan itulah yang dimaksud dari firman
Allah, ’Dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya.’ Kemudian ia keluar
dari tempat Rasulullah Saw. dan melewati sebuah kebun milik sekelompok kaum
muslimin dan juga keledai yang ada di sana. maka ia membakar kebun tersebut dan
menyembelih keledainya. Maka berkenaan dengan dirinya, Allah menurunkan ayat,
’Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di
bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak’.”

QS Al-Baqarah 2: 207

Firman Allah Swt., “Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya
untuk mencari keridhaan Allah.” (QS Al-Baqarah 2: 207)
Sa’id bin al-Musayyab berkata, “Shuhaib berangkat hijrah untuk menyusul
Rasulullah Saw. Lalu ia diikuti oleh beberapa orang dari kaum musyrikin Quraisy.
Maka ia turun dari tunggangannya, mengeluarkan anak panah dari tempatnya,
lalu ia mengambil busurnya dan berkata, ’Wahai orang-orang Quraisy, kalian
telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling cakap memanah di antara
kalian. Demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku hingga aku memanah kalian
dengan semua anak panah yang ada di tempatnya ini, lalu aku akan menggunakan
pedangku hingga tidak ada lagi yang tersisa di tanganku, dan setelah itu
lakukanlah apapun yang kalian inginkan.’ Maka orang-orang Quraisy itu berkata,

49
’Tunjukkanlah kepada kami rumah dan hartamu yang ada di Mekah, dan kami akan
melepaskanmu.’ Lalu mereka berjanji, bahwa jika ia menunjukkan kepada mereka
hartanya itu, mereka akan melepaskannya. Dan Shuhaib pun melakukannya. Ketika
ia tiba di hadapan Nabi Saw, beliau berkata, ’Wahai Abu Yahya, sungguh telah
beruntung perniagaanmu, telah beruntung perniagaanmu.’ Dan Allah menurunkan
ayat, ’Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari
keridhaan Allah’.”
Para mufassir berkata, “Orang-orang musyrik menangkap Shuhaib dan
menyiksanya, maka Shuhaib berkata kepada mereka, ’Aku hanyalah seorang lelaki
tua, tidak ada bedanya bagi kalian jika aku menjadi bagian kalian atau tidak.
Maukah kalian mengambil seluruh hartaku dan membiarkanku dengan agamaku?’
Dan mereka pun melakukan itu. Dan sebelumnya Shuhaib telah memberi syarat
kepada mereka agar ia dapat menyiapkan kendaraan dan perbekalan. Lalu ia pun
berangkat menuju Madinah. Ia disambut oleh Abu Bakar, Umar, dan beberapa
orang lainnya, dan Abu Bakar berkata kepadanya, ’Sungguh telah beruntung
perniagaanmu wahai Abu Yahya.’ Shuhaib berkata, ’Dan semoga perniagaanmu
tidak merugi, apakah maksudmu?’ Abu Bakar menjawab, ’Allah menurunkan
sebuah ayat yang berkenaan denganmu.’ Lalu Abu Bakar membacakan ayat ini.”
Al-Hasan berkata, “Tahukah kalian, berkenaan dengan siapakah ayat ini
turun? yaitu tentang seorang muslim yang bertemu dengan orang kafir di dalam
peperangan, lalu ia berkata kepadanya, ’Katakanlah, ’Tidak ada tuhan selain Allah.’
Jika engkau mengucapkannya maka harta dan darahmu akan terlindungi.’ Akan
tetapi orang kafir itu enggan mengucapkannya. Maka orang muslim itu berkata,
’Demi Allah, aku akan mengorbankan diriku untuk Allah, lalu ia pun maju berperang
hingga terbunuh’.”
Dan dikatakan: ayat ini turun berkenaan dengan orang yang melakukan
amar makruf nahi mungkar. Abu al-Khalil berkata, ”Umar bin Khaththab pernah
mendengar seseorang membaca ayat ini, maka Umar berkata, ’Sesungguhnya kita
adalah milik Allah, seseorang bangkit untuk melaksanakan amar makruf dan nahi
mungkar, lalu ia terbunuh’.”

QS Al-Baqarah 2: 208

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam
secara keseluruhan.” (QS Al-Baqarah 2: 208)=
= Atha’ berkata, dari Ibnu Abbas, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah
bin Salam dan teman-temannya. Ketika mereka telah beriman kepada Nabi Saw,

50
mereka beriman kepada syariat-syariat beliau dan juga syariat yang dibawa oleh
Musa. Maka mereka tetap mengagungkan hari Sabtu, dan tidak mau makan daging
unta dan juga susunya setelah mereka masuk Islam. Sikap mereka itu diingkari
oleh kaum muslimin, namun mereka berkata, ’Kami mampu menjalankan syariat ini
dan juga syariat itu.’ Lalu mereka juga berkata kepada Nabi Saw., ’Sesungguhnya
Taurat adalah kitab Allah, maka biarkanlah kami mengamalkannya.’ Maka Allah
menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 214

Firman Allah Swt., “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga.” (QS
Al-Baqarah 2: 214)
Qatadah dan as-Suddi berkata, “Ayat ini turun pada perang Khandaq, saat
kaum muslimin ditimpa kesulitan, kepayahan, cuaca panas, dingin, kesulitan
hidup, dan cobaan-cobaan lainnya. Dan saat itu kondisi mereka sebagaimana yang
digambarkan oleh Allah, ’Dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan’.” (QS Al-
Ahzab, 33: 10).
Dan Atha’ berkata, “Ketika Rasulullah Saw. dan para shahabatnya memasuki
kota Madinah, bahaya semakin berat mengancam mereka, karena jika mereka
keluar, mereka akan keluar tanpa membawa harta dan meninggalkan rumah-rumah
mereka di tangan orang-orang musyrik. Maka akhirnya mereka lebih memilih
keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Sementara itu kaum yahudi juga memperlihatkan
permusuhan kepada Rasulullah Saw, dan sejumlah orang-orang kaya juga
memendam kemunafikan di dalam diri mereka. Maka untuk menenangkan hati
mereka, Allah menurunkan ayat, ’Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
surga’.”

QS Al-Baqarah 2: 215

Firman Allah Swt., “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang
harus mereka infakkan.” (QS Al-Baqarah 2: 215)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Abu Shaleh, “Ayat ini turun berkenaan
dengan Amr bin al-Jamuh al-Anshari, dan ia adalah seorang lelaki tua yang memiliki
banyak harta. Dan ia berkata, ’Wahai Rasulullah, Apa yang harus disedekahkan, dan
kepada siapa diberikan?’ maka turunlah ayat ini.”
Dan di dalam riwayat Atha’, Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan
dengan seorang lelaki yang menemui Nabi Saw dan berkata, ’Aku memiliki uang satu
dinar.’ Maka beliau berkata, ’Infakkanlah untuk dirimu sendiri.’ Lalu ia berkata, ’Aku

51
memiliki dua dinar.’ Maka beliau berkata, ’Infakkanlah untuk pembantumu.’ Lalu
ia kembali berkata, ’Aku memiliki empat dinar.’ Maka beliau berkata, ’Infakkanlah
untuk kedua orang tuamu.’ Lalu ia kembali berkata, ’Aku memiliki lima dinar.’ Maka
beliau berkata, ’Infakkanlah untuk kerabatmu.’ Lalu ia berkata, ’Aku memiliki enam
dinar.’ Maka beliau berkata, ’Infakkanlah di jalan Allah, dan itu adalah yang paling
kurang darinya’.”

QS Al-Baqarah 2: 217

Firman Allah Swt., “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan
haram.” (QS Al-Baqarah 2: 217)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah asy-Syirazi
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abul Fadhl Muhammad bin Abdullah
bin Khamirawaih al-Harawi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,=
=”Abu Hasan Ali bin Muhammad al-Khuza’i telah mengabarkan kepada
kami.”Ia berkata, “Abul Yaman al-Hakam bin Nafi’ telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Syu’aib bin Abi Hamzah telah mengabarkan kepadaku, dari az-Zuhri, ia
berkata, “Urwah bin Zubair telah mengabarkan kepadaku, bahwa Rasulullah Saw.
mengirimkan sebuah ekspedisi militer dari kaum muslimin dan menunjuk Abdullah
bin Jahsy al-Asadi untuk memimpin mereka. Mereka pun berangkat hingga tiba
di sebuah kebun kurma. Di sana mereka menemukan Amr bin al-Hadhrami yang
membawa kafilah dagang milik Quraisy. Dan saat itu masih merupakan bagian dari
bulan haram. Maka kaum muslimin pun berselisih pendapat. Di antara mereka ada
yang mengatakan, ’Kami mengetahui bahwa ini adalah bulan haram, dan kami
tidak ingin kalian menghalalkannya demi memenuhi ketamakan kalian.’ Akan
tetapi pendapat yang menang adalah pendapat mereka yang menginginkan harta
dunia, sehingga mereka pun menyerang Ibnu al-Hadhrami dan membunuhnya
serta mengambil barang-barang yang dibawanya. Berita ini pun sampai ke
telinga orang-orang kafir Quraisy. Ibnu al-Hadhrami sendiri merupakan orang
pertama yang terbunuh di antara kaum muslimin dan orang-orang musyrik. Lalu
berangkatlah beberapa orang utusan dari kafir Quraisy untuk menemui Nabi Saw.,
lalu mereka berkata, ’Apakah engkau menghalalkan perang di bulan haram?’ Maka
Allah menurunkan ayat, ’Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada
bulan haram,” Sampai akhir ayat.”
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Harani telah
mengabarkan kepada kami,” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrahman bin Muhammad ar-Razi

52
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl bin Usman telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Abi Za’idah telah menceritakan kepada kami,
dari Muhammad bin Ishaq, dari az-Zuhri, ia berkata, “Rasulullah Saw. mengutus
Abdullah bin Jahsy memimpin sejumlah muhajirin, lalu Abdullah bin Waqid al-Laitsi
membunuh Amr bin al-Hadhrami di akhir bulan Rajab, dan mereka juga menawan
dua orang lainnya, serta mengambil kafilah dagangnya. Maka Nabi Saw. menunda
hukumnya dalam masalah itu, dan beliau bersabda, ’Aku tidak memerintahkan
kalian untuk berperang di bulan haram.’ Dan orang-orang Quraisy berkata,
’Muhammad telah menghalalkan bulan haram.’ Maka turunlah ayat, ’Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram,’ Hingga firman-Nya,
’Sedangkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan.’ Yakni, dulu mereka membunuh
kalian saat kalian masih berada di haram Allah (Mekah) setelah kalian beriman, dan
ini lebih besar dosanya di sisi Allah daripada perbuatan kalian yang memerangi
mereka di bulan haram, dan dengan kekufuran mereka kepada Allah.”
Az-Zuhri berkata, “Ketika ayat ini turun, Rasulullah Saw. menerima rampasan
dari kafilah dagang itu, dan mengambil tebusan dari kedua tawanan yang tertawan.
Ketika Allah telah memberikan jalan keluar untuk orang-orang yang ikut dalam
ekspedisi militer itu, dan menyingkapkan awan mendung dari mereka, mereka pun
mengharapkan apa yang ada di sisi Allah dan Rasul-Nya, maka mereka berkata,
’Wahai Rasulullah, kami mengharapkan itu adalah sebuah peperangan, apakah
kami tidak memperoleh pahala orang-orang yang berjihad di jalan Allah?’ Maka
berkenaan dengan mereka, Allah menurunkan ayat, ’Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah’.” =
= para mufassir berkata, “Rasulullah Saw. mengirim Abdullah bin Jahsy, putra
dari bibi Nabi Saw, pada bulan Jumadil Akhir, dua bulan sebelum perang Badar,
dan tujuh belas bulan setelah kedatangan beliau ke Madinah. Dan beliau juga
mengutus bersamanya delapan orang shahabat dari kalangan Muhajirin: Sa’ad
bin Abi Waqqash az-Zuhri, Ukasyah bin Muhshan al-Asadi, Utbah bin Ghazwan
as-Sulami, Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah, Suhail bin Baidha’, Amir bin
Rabi’ah, Waqid bin Abdullah, dan Khalid bin Bukair. Lalu beliau menyerahkan
surat kepada pemimpin mereka Abdullah bin Jahsy dan berkata, ’Berangkatlah
dengan nama Allah, dan jangan baca surat ini hingga engkau berjalan selama dua
hari. Setelah itu, jika engkau beristirahat maka bukalah surat ini dan bacakan di
hadapan teman-temanmu. Kemudian berjalanlah ke tempat yang aku perintahkan
kepadamu, tetapi jangan memaksa seorangpun dari teman-temanmu untuk ikut
pergi bersamamu.’ Maka Abdullah pun berjalan selama dua hari, lalu ia beristirahat

53
dan membuka surat itu. Dan tertulis di dalamnya, ’Bismillahirrahmanirrahîm,
Amma ba’du. Berjalanlah dengan keberkahan dari Allah bersama teman-temanmu
yang ikut bersamamu, hingga engkau tiba di Nakhlah, lalu intailah kafilah dagang
Quraisy di sana, semoga engkau dapat membawa kebaikan untuk kami darinya.’
Ketika Abdullah membaca surat itu, ia berkata, ’Aku mendengar dan mentaati.’
Lalu ia berkata kepada teman-temannya, ’Sesungguhnya beliau melarangku untuk
memaksa seorangpun dari kalian.’ Ketika mereka sampai di Ma’din yang berada di
atas Fara’, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Utbah bin Ghazwan kehilangan unta yang
mereka tunggangi secara bergantian, maka mereka meminta izin untuk terlebih
dahulu mencari unta mereka, dan Abdullah mengizinkan mereka. Maka mereka pun
meninggalkan rombongan untuk mencarinya. Sementara itu Abdullah meneruskan
perjalanan bersama teman-temannya hingga tiba di Nakhlah yang terletak diantara
Makkah dan Thaif. Ketika mereka berada di sana, lewatlah kafilah dagang Quraisy
yang membawa kismis, kulit, dan barang-barang dagangan dari Thaif. Dan di dalam
kafilah tersebut terdapat Amr bin al-Hadhrami, al-Hakam bin Kaisan, Utsman bin
Abdullah bin al-Mughirah, dan Naufal bin Abdullah, keduanya dari Bani Makhzum.
Ketika mereka melihat shahabat-shahabat Rasulullah Saw., mereka merasa takut.
Maka Abdullah bin Jahsy berkata, ’Mereka merasa takut kepada kalian, cukurlah
rambut salah seorang dari kalian, lalu hendaklah ia menemui mereka, karena jika
mereka melihatnya telah bercukur, mereka akan merasa aman dan berkata bahwa
kita adalah orang-orang yang melaksanakan umrah.’ Maka mereka pun mencukur
rambut Ukasyah, lalu Ukasyah mendekati mereka. Maka mereka berkata, ’Orang-
orang itu hanya melaksanakan umrah, tidak akan terjadi apa-apa pada kalian.’ Dan
mereka pun merasa aman. Itu terjadi pada akhir dari Jumadil Akhir, sementara
mereka masih ragu apakah saat itu masih bulan Jumadil Akhir atau telah memasuki
Rajab. Maka mereka pun bermusyawarah, dan berkata, ‘Jika kalian membiarkan
mereka pada malam ini, maka mereka pasti akan memasuki Makkah, dan mereka
akan terlindung dari kalian.’ Akhirnya mereka bersepakat untuk menyerang orang-
orang itu. Maka Waqid bin Abdullah menyerang Amr bin al-Hadhrami dengan
panah dan membunuhnya. Dan itu merupakan korban pertama dari pihak kaum
musyrik yang terbunuh. Dan ia juga berhasil menawan al-Hakam dan Usman,
sehingga mereka berdua menjadi tawanan pertama di dalam islam. Sementara
Naufal berhasil meloloskan diri. Kemudian mereka membawa kafilah tersebut
beserta dua orang tawanan itu hingga=
=mereka tiba dan menemui Rasulullah Saw. di Madinah. Maka orang-
orang Quraisy berkata, ’Muhammad telah menghalalkan bulan haram, bulan di

54
mana seharusnya orang yang takut dapat merasa aman. Namun ia telah memberi
ketakutan pada kehidupan orang lain, dan menumpahkan darah serta mengambil
rampasan peran di bulan haram’.”
Dan karena peristiwa itu, penduduk Mekah mencela kaum muslimin yang
masih berada di sana. Mereka berkata, “Wahai orang-orang yang meninggalkan
agamanya, kalian telah menghalalkan bulan haram dan berperang di dalamnya.”
Orang-orang Yahudi pun merasa mendapat keuntungan dari situasi itu, dan
mereka berkata, “Api perang telah menyala, dan al-Hadhrami telah menghadirkan
peperangan.” Kabar ini sampai kepada Rasulullah Saw, maka beliau berkata kepada
Ibnu Jahsy dan teman-temannya, “Aku tidak pernah meminta kalian untuk berperang
di bulan haram.” Dan beliau juga tidak menyentuh kafilah dagang dan tawanan
yang mereka bawa, dan beliau tidak mau mengambil sedikitpun darinya. Hal ini
sungguh berat bagi orang-orang yang ikut dalam ekspedisi itu, dan mereka merasa
bahwa mereka telah celaka. Lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh
setelah kami membunuh Ibnu al-Hadhrami, pada malam harinya kami melihat
bulan sabit dari bulan Rajab, dan kami tidak tahu apakah kami membunuhnya di
bulan Rajab ataukah di Jumadal Akhirah.” Dan orang banyak terus membicarakan
hal ini. Maka Allah menurunkan, “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang
pada bulan haram.”
Maka Rasulullah Saw. pun mengambil kafilah dagang itu dan menyisihkan
seperlima darinya, dan itu merupakan seperlima yang pertama di dalam islam, lalu
beliau membagikan sisanya kepada mereka yang ikut di dalam ekspedisi itu, dan itu
merupakan harta rampasan perang pertama di dalam islam. Kemudian penduduk
Makkah mengirim utusan untu menebus tawanan mereka, namun Nabi Saw berkata,
“Kami tidak akan membiarkan mereka ditebus hingga Sa’ad dan Utbah kembali, jika
mereka tidak kembali, kami akan membunuh kedua tawanan ini sebagai pengganti
mereka.” Ketika mereka berdua kembali, beliau pun menerima tebusan mereka.
Adapun al-Hakam bin Kaisan, maka ia masuk islam dan tinggal bersama Rasulullah
Saw. di Madinah, dan ia terbunuh pada peristiwa sumur Ma’unah sebagai syahid.
Sedangkan Usman bin Abdullah, ia kembali ke Mekah dan mati di sana dalam
keadaan musyrik. Adapun Naufal, ia melecut tubuh kudanya pada perang Ahzab
untuk menembus khandaq atau parit untuk menyerang kaum muslimin. Namun
ia terperosok ke dalam parit itu bersama kudanya dan terhempas bersama-sama,
dan Allah membunuhnya. Lalu orang-orang musyrik meminta jasadnya dengan
tebusan, maka Rasulullah Saw. berkata, “Ambillah jasadnya, sungguh itu adalah
jasad yang busuk, dan diyatnya juga busuk.” Inilah sebab dari turunnya firman

55
Allah Swt., “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram.”
Dan juga ayat yang setelahnya.

QS Al-Baqarah 2: 219

Firman Allah Swt., “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar


dan judi.” (QS Al-Baqarah 2: 219)
Ayat ini turun berkenaan dengan Umar bin Khaththab, Mu’adz bin Jabal,
dan beberapa orang shahabat dari kalangan Anshar. Mereka datang menemui
Rasulullah Saw. dan berkata, “Berilah kami fatwa tentang khamar dan judi, karena
keduanya menghilangkan akal dan harta.” Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-Baqarah 2: 220

Firman Allah Swt., “Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang


anak-anak yatim.” (QS Al-Baqarah 2: 220)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Manshur Abdul Qahir bin Thahir Telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Hasan Muhammad bin Hasan as-
Sarraj telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin al-Mutsanna
bin Mu’adz telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Hudzaifah Musa
bin Mas’ud telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan ats-Tsauri telah
menceritakan kepada kami, dari Salim al-Afthas, dari Sa’id bin Jubair, ia berkata,
“Ketika turun ayat, ’Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim.’ (QS An-Nisa’, 4: 10) mereka segera memisahkan harta anak-anak
yatim tersebut. Lalu turunlah ayat, ’Katakanlah, ’Memperbaiki keadaan mereka itu
adalah baik.’ Dan jika kamu mempergauli mereka=
= maka mereka adalah saudara-saudaramu.’ Maka mereka pun kembali
mencampurkan harta mereka dengan harta anak-anak yatim itu.”
Imam Al Wâhidî berkata, “ Sa’id bin Muhammad bin Ahmad az-Zahid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali al-Faqih telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad al-Baghawi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Usman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Atha’ bin as-Sa’ib,
dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika Allah menurunkan ayat,
’Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat.’ (QS Al-An’am, 6: 152) dan ’Sesungguhnya orang-orang yang
memakan harta anak yatim secara zalim.’ (QS An-Nisa’, 4: 10) maka pergilah orang
yang di rumahnya terdapat anak yatim, lalu ia memisahkan makanan anak itu dari

56
makanannya, dan minuman anak itu dari minumannya. Dan ia juga melebihkan
makanan anak itu, lalu ia duduk hingga anak itu memakannya atau makanan itu
menjadi rusak. Hal ini terasa berat bagi mereka, lalu mereka menyampaikan hal itu
kepada Rasulullah Saw., dan Allah pun menurunkan ayat, ’Dan mereka menanyakan
kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, ’Memperbaiki
keadaan mereka itu adalah baik.’ Dan jika kamu mempergauli mereka maka mereka
adalah saudara-saudaramu.’ Maka mereka pun kembali menggabungkan makanan
anak-anak itu dengan makanan mereka, dan juga minumannya.

QS Al-Baqarah 2: 221

Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum
mereka beriman.” (QS Al-Baqarah 2: 221)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Usman bin Umar al-Hafizh telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku Abu Umar Ahmad bin Muhammad al-
Hirasyi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Qutaibah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bukair telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Khalid bin Ma’ruf telah menceritakan kepada kami, dari Muqatil
bin Hayyan, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Martsad al-Ghanawi
yang meminta izin kepada Nabi Saw untuk menikahi ‘Anaq, seorang wanita miskin
dari Quraisy. Wanita itu cantik, akan tetapi ia musyrik, sementara Abu Martsad
seorang muslim. Ia berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh aku sangat menyukainya.’
Maka Allah Swt. menurunkan ayat, “Dan janganlah kamu nikahi perempuan
musyrik sebelum mereka beriman’.”
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Usman telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Kakekku telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Umar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin Hammad telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Asbath telah menceritakan kepada kami, dari as-Suddi, dari Abu Malik,
dari Ibnu Abbas, mengenai ayat ini, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
Abdullah bin Rawahah, ia memiliki seorang budak wanita hitam. Suatu ketika ia
marah dan menamparnya. Namun kemudian ia merasa gelisah dan menemui Nabi
Saw. serta menceritakan tentang budak wanitanya itu. Maka Nabi Saw. berkata
kepadanya, ’Bagaimanakah wanita itu wahai Abdullah?’ ia menjawab, ’Wahai
Rasulullah, sesungguhnya ia senantiasa berpuasa, shalat, menyempurnakan
wudhunya, ia bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah Rasul-Nya.’
Maka Nabi Saw. berkata, ’Wahai Abdullah, wanita ini adalah seorang mukminah.’

57
Maka Abdullah berkata, ’Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku
akan memerdekakan dan menikahinya.’ Dan ia pun melakukannya. Kemudian ada
beberapa orang dari kaum muslimin yang mencelanya=
=mereka berkata, ’Ia telah menikahi seorang budak wanita.’ Dan saat itu mereka
lebih menginginkan untuk menikahi wanita-wanita musyrik atau menikahkan putri
mereka dengan laki-laki musyrik karena mengharapkan kehormatan keluarga
mereka. Maka berkenaan dengan ini, Allah menurunkan firman-Nya, ’Sungguh,
hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik’.”
Al-Kalbi berkata, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Rasulullah
Saw. mengutus seorang lelaki dari Ghaniy yang bernama Martsad bin Abi
Martsad, dia sebagai sekutu Bani Hasyim, untuk pergi ke Mekah dan membawa
beberapa orang kaum muslimin yang menjadi tawanan di sana. Ketika ia tiba di
Mekah, kedatangannya didengar oleh seorang wanita yang bernama ‘Anaq, yang
merupakan kekasihnya pada masa jahiliyah. Maka wanita itu menemuinya dan
berkata, ’Celakalah engkau hai Martsad, tidakkah kita bisa menyendiri?’ Maka
Matrsad berkata, ’Sesungguhnya Islam telah menghalangi antara engkau dan aku,
dan Islam juga mengharamkan perbuatan itu atas kami. Akan tetapi jika engkau
mau, aku akan menikahimu. Jika aku telah kembali kepada Rasulullah, aku akan
meminta izin kepadanya, dan kemudian aku akan menikahimu.’ Lalu wanita itu
berkata, ’Engkau membuatku bosan.’ Kemudian wanita itu berteriak meminta
tolong sehingga orang-orang datang dan memukuli Martsad dengan keras, dan
kemudian melepaskannya. Setelah urusannya di Mekah selesai, ia pun kembali
kepada Rasulullah Saw., dan memberitahu beliau tentang tugasnya, dan juga
tentang wanita yang bernama ‘Anaq itu serta apa yang dialaminya karena wanita
itu. Lalu ia berkata, ’Wahai Rasulullah, apakah halal bagiku menikahinya?’ Maka
Allah menurunkan ayat yang melarangnya melakukan itu, yaitu dengan firman-
Nya, ’Dan janganlah kamu menikahi perempuan musyrik’.”

QS Al-Baqarah 2: 222

Firman Allah Swt., “Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang


haid.” (QS Al-Baqarah 2: 222)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Abdurrahman Muhammad bin Ahmad bin
Ja’far telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah
bin Muhammad bin Zakariya telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Abdurrahman ad-Daghuli telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Misykan telah menceritakan kepada kami.” Ia

58
berkata, “Hayyan telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Hammad telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Tsabit telah menceritakan kepada kami,
dari Anas, “Bahwasanya di kalangan orang-orang Yahudi, jika ada wanita yang
haid, mereka akan mengeluarkannya dari rumah, dan mereka tidak memberinya
makan atau minum dan tidak pula menggaulinya di dalam rumah. Lalu Rasulullah
Saw. ditanya tentang hal itu, maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Dan mereka
menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid, katakanlah, ’Itu adalah sesuatu
yang kotor.’, karena itu jauhilah istri-istri pada waktu haid,.’ hingga akhir ayat.”
Diriwayatkan oleh Muslim dari Zuhair bin Harb, dari Abdurrahman bin Mahdi,
dari Hammad.
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Umar al-Khasysyab telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Hamdan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Imran Musa bin Abbas al-Jauhari telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Yazid al-Fardawani al-
Harrani telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan
kepadaku, dari Sabiq bin Abdullah adz-Dzuffi, dari Khushaif, dari Muhammad bin
al-Munkadir, dari Jabir, dari Rasulullah Saw., mengenai firman-Nya, ’Dan mereka
menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid, katakanlah, ’Itu adalah
sesuatu yang kotor.’ Ia berkata, ’Orang-orang Yahudi berkata, ’Barang siapa yang
mendatangi istrinya dari dubur, maka anaknya akan menjadi juling.’ Karena itu
wanita-wanita Anshar tidak mengizinkan suami-suami mereka mendatangi mereka
dari dubur. Maka para shahabat mendatangi Nabi Saw. dan menanyakan tentang
hukum seorang suami yang mendatangi istrinya dari dubur, dan juga tentang apa
yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi. Maka Allah menurunkan firman-Nya,
’Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid....Dan jangan
kamu dekati mereka sebelum mereka suci.’ Yakni dengan mandi, “Apabila mereka
telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah
kepadamu.”
=yakni dari arah depan. ’Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Istri-istrimu adalah
ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu
sukai‘ Disebut ladang karena di sanalah seorang anak mulai tumbuh dan darinya
pula ia keluar.”
Para mufassir berkata, “Orang-orang Arab di masa jahiliyah, jika ada
wanita yang haid, mereka tidak memberinya makan atau minum dan tidak pula
membiarkannya tinggal di dalam rumah, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-

59
orang Majusi. Maka Abu Dahdah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang hal itu,
ia berkata, ’Wahai Rasulullah, apa yang harus kami lakukan terhadap istri-istri kami
jika mereka haid?’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 223

Firman Allah Swt., “Istri-istrimu adalah ladang bagimu.” (QS Al-Baqarah 2: 223)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Al-Hasan al-Qadhi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hajib bin Ahmad telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrahim bin Munib telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Sufyan bin Uyainah telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu
al-Munkadir, ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Orang-orang Yahudi biasa
mengatakan kepada lelaki yang mendatangi istrinya dari arah belakang, meskipun
ia menggaulinya pada bagian farjinya, ’Sesungguhnya anak yang lahir akan menjadi
juling.’ Maka turunlah ayat, ’Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah
ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai’.”
= diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Nu’aim, dan diriwayatkan juga oleh
Muslim dari Abu Bakar bin Abu Syaibah. Keduanya menerima dari Sufyan.
Imam Al Wâhidî berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Yahya
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Sa’id Ismail bin Ahmad al-Jalali
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Zaidan al-Bajali telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Kuraib telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “al-Muharibi telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad
bin Ishaq, dari Aban bin Muslim, dari Mujahid, ia berkata, “Aku memperdengarkan
al-Qur’an kepada Ibnu Abbas tiga kali, dari surat al-Fatihah sampai surat
terakhirnya, dan aku menghentikannya pada setiap ayat dan bertanya tentang ayat
itu kepadanya, hingga sampai kepada ayat ini, ’Istri-istrimu adalah ladang bagimu,
maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai.’ Maka Ibnu
Abbas berkata, ’Ada sebuah perkampungan dari Quraisy yang menikahi wanita-
wanita dan mereguk menggauli mereka dari arah depan dan dari arah belakang.
Ketika mereka datang ke Madinah, mereka menikahi wanita-wanita Anshar, dan
mereka pun berniat untuk melakukan apa yang biasa mereka lakukan di Makkah,
namun wanita-wanita Anshar itu menolaknya, dan berkata, ’Ini adalah sesuatu
yang tidak pernah dilakukan terhadap kami.’ Lalu pembicaraan tentang masalah
ini terus menyebar hingga sampai kepada Rasulullah Saw. Maka Allah menurunkan
firman-Nya, ’Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu
kapan saja dengan cara yang kamu sukai.’ Ia berkata, ’Jika engkau suka, engkau bisa

60
melakukannya dari arah depan, atau dari arah belakang, atau dengan berjongkok,
namun yang dimaksud adalah selama itu di tempat disemainya benih untuk anak.
Ia berkata, ’Datangilah ladangmu dari manapun engkau kehendaki’.”
Diriwayatkan oleh al-Hakim Abu Abdillah di dalam Shahihnya dari Abu
Zakariya al-Anbari, dari Muhammad bin Abdussalam, dari Ishaq bin Ibrahim, dari
al-Muharibi.
Imam Al Wâhidî berkata, “ Sa’id bin Muhammad al-Hanna’i telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Hamdun telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Al-Husain bin al-Barqi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abul Azhar telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Wahab bin Jarir telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Aku mendengar an-
Nu’man bin Rasyid, dari Muhammad bin al-Munkadir, dari Jabir bin Abdullah, ia
berkata, “Jika seorang lelaki mendatangi istrinya dari arah belakang, orang-orang
yahudi mengatakan bahwa anaknya akan menjadi juling, maka turunlah ayat, ’Istri-
istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan
cara yang kamu sukai.’ Jika ia mau, ia bisa melakukannya dari belakang, atau dari
depan, selama itu pada satu tempat yang telah ditentukan.”=
= diriwayatkan oleh Muslim dari Harun bin Ma’ruf, dari Wahab bin Jarir.
Syekh Abu Hamid bin asy-Syarafi berkata, “Ini adalah sebuah hadits mulia
yang menyamai seratus hadits, dan tidak ada yang meriwayatkannya dari az-Zuhri
selain an-Nu’man bin Rasyid.”
Imam Al Wâhidî berkata, “Muhammad bin Abdurrahman al-Muthawwi’i telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin Hamdan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Zuhair telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yunus bin Muhammad telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ya’qub al-Qammi telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ja’far telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id
bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Umar bin Khaththab datang menemui
Rasulullah Saw. dan berkata, ’Aku telah celaka.’ Beliau bertanya, ’Apa yang telah
mencelakakanmu?’ ia berkata, ’Aku membalikkan istriku tadi malam.’ Ibnu Abbas
berkata, ’Beliau tidak menjawabnya dengan apapun.’ Maka Allah mewahyukan
kepada Nabi-Nya ayat ini, ’Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah
ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai.’ Lalu beliau bersabda,
’Datangilah (istrimu) dari arah depan ataupun belakang, tetapi jangan pada dubur
ataupun yang sedang haid’.”

61
Imam Al Wâhidi berkata, “Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad al-Ashfahani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad al-Hafizh
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya ar-Razi telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “al-Muharibi telah menceritakan kepada kami, dari Laits, dari Abu Shaleh,
dari Sa’id bin al-Musayyab, bahwa ia pernah ditanya tentang firman Allah, “Istri-
istrimu adalah ladang bagimu.” Maka ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
‘Azl.”
Dan Ibnu Abbas, ia berkata, dalam riwayat dari al-Kalbi, “Ayat ini turun
berkenaan dengan kaum Muhajirin. Ketika mereka datang ke Madinah, mereka
berbicara di antara mereka dan orang-orang Anshar serta orang-orang Yahudi
tentang kebiasaan mereka mendatangi istri-istri mereka dari arah depan dan juga
belakang, selama yang dituju adalah satu, yakni bagian depannya. Orang-orang
Yahudi mencela itu dan hanya menerima dari arah depan saja, dan mereka berkata,
’Sungguh kami menemukan di dalam kitab Allah, yakni Taurat: bahwasanya setiap
perbuatan yang mendatangi istri bukan dari arah depan, merupakan perbuatan
yang rendah di sisi Allah, dan hal itulah yang menyebabkan anak menjadi juling dan
kurang akalnya.’ Kemudian kaum muslimin menceritakan hal itu kepada Rasulullah
Saw, dan mereka berkata, ’Sungguh, pada masa jahiliyah dan juga setelah Islam,
kami mendatangi istri-istri kami dengan cara apapun yang kami sukai, namun
orang-orang Yahudi mencela itu dari kami, dan mereka mengatakan kepada kami
begini dan begitu.’ Maka Allah mendustakan apa-apa yang dikatakan oleh orang-
orang Yahudi, dan menurunkan firman-Nya kepada Nabi-Nya sebagai keringanan
bagi mereka, ’Istri-istrimu adalah ladang bagimu.’ Ia berkata, ’Kemaluan wanita
adalah ladang untuk menanam benih (anak).’ ’Maka datangilah ladangmu itu
kapan saja dengan cara yang kamu sukai.’ Ia berkata, ’Yakni bagaimana pun yang
kalian sukai, baik dari arah depannya maupun dari arah belakangnya, selama itu
pada bagian kemaluan’.”

QS Al-Baqarah 2: 224

Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu jadikan (nama ) Allah dalam sumpahmu
sebagai penghalang.” (QS Al-Baqarah 2: 224)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Rawahah
yang melarangnya untuk memutuskan hubungan dengan iparnya Bisyr bin an-
Nu’man. Karena sebelumnya Ibnu Rawahah telah bersumpah untuk tidak lagi
masuk ke rumahnya selamanya, tidak pula berbicara kepadanya, dan tidak akan

62
mendamaikan antara dia dan istrinya, lalu ia berkata, ’Aku telah bersumpah dengan
nama Allah untuk tidak melakukan itu, dan tidak halal bagiku selain menepati
sumpahku.’=
= maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 226

Firman Allah Swt., “Bagi orang-orang meng-ila’’ istrinya.” (QS Al-Baqarah 2: 226)
Imam Al Wâhidî berkata, “Muhammad bin Yunus bin al-Fadhl telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Ibrahim bin Marzuq telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muslim
bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “al-Harits bin Ubaid telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Amir al-Ahwal telah menceritakan kepada
kami, dari Atha’, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “ila’’ yang dilakukan oleh orang-orang
jahiliyah adalah sampai satu tahun, dua tahun, dan bahkan lebih dari itu. Maka Allah
membatasinya selama empat bulan. Maka barang siapa yang melakukan ila’’ tidak
sampai empat bulan, itu tidak disebut ila’.”
Dan Sa’id bin al-Musayyib berkata, “ila’ adalah perbuatan untuk menyakiti
istri yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Jika ada seorang lelaki yang tidak
lagi menginginkan istrinya, dan ia juga tidak ingin istrinya itu dinikahi oleh lelaki
lain, maka ia akan melakukan ila’ atau bersumpah untuk tidak akan menyentuhnya
selamanya, sehingga dengan demikian ia meninggalkannya bukan sebagai janda,
akan tetapi tidak pula memiliki suami. Maka Allah membatasi waktunya selama
empat bulan, dan menurunkan firman-Nya, “Bagi orang-orang meng-îla’ istrinya.”

QS Al-Baqarah 2: 229

Firman Allah Swt., “Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik.” (QS Al-Baqarah 2: 229)
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Hasan al-Qadhi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Ar-Rabi’ telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “asy-Syafi’i telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Malik telah mengabarkan kepada kami,
dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, ia berkata, “Sebelumnya seorang lelaki jika
mentalak istrinya lalu ia merujuknya sebelum habis masa iddahnya, maka ia berhak
melakukan itu, sekalipun ia mentalaknya seribu kali. Sehingga seorang lelaki dapat
menemui istrinya dan mentalaknya, lalu ia akan membiarkannya hingga setelah
dekat masa iddahnya, ia pun merujuknya, dan setelah itu kembali mentalaknya

63
seraya berkata, ’Demi Allah, aku tidak akan mengambilmu untukku dan engkau
juga tidak akan halal bagi lelaki lain selamanya.’ Maka Allah Swt. menurunkan,
’Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan
baik atau melepaskan dengan baik’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar at-Tamimi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad al-Mirzaban telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ibrahim al-Khauri
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Sulaiman telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ya’la al-Muqri pelayan dari keluarga
Zubair telah menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari
Aisyah=
= Bahwa ada seorang wanita yang datang kepadanya dan bertanya tentang
sesuatu dari permasalahan talak, Aisyah berkata, “Maka aku tanyakan hal itu kepada
Rasulullah.” Maka turunlah, “Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu
suami dapat) menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik.”

QS Al-Baqarah 2: 232

Firman Allah Swt., “Dan apabila kamu menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai
iddahnya maka jangan kamu halangi mereka.” (QS Al-Baqarah 2: 232)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Sa’ad bin Abu Bakar al-Ghazi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ahmad Muhammad bin Muhammad bin Ishaq
al-Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad
bin Al-Husain telah mengabarkan kepadaku.” Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bin
Abdullah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Thahman telah menceritakan kepada kami,
dari Yunus bin Ubaid, dari Al-Hasan, bahwa ia berkata mengenai firman Allah
Swt., ’Maka jangan kamu halangi mereka menikah (lagi) dengan calon suaminya
apabila telah terjalin kecocokan diantara mereka.’ Ia berkata, “Ma’qil bin Yasar
telah menceritakan kepadaku bahwa ayat ini turun berkenaan dengan dirinya, ia
berkata, ’Aku pernah menikahkan adik perempuanku dengan seorang lelaki, lalu
lelaki itu menceraikannya, dan ketika masa iddahnya telah hampir selesai, lelaki
itu kembali datang meminangnya, maka aku katakan kepadanya, ’Aku telah
menikahkannya denganmu, dan aku juga telah memuliakanmu, lalu engkau
menceraikannya dan sekarang engkau kembali datang untuk meminangnya? Demi
Allah, tidak akan, engkau tidak akan kembali lagi kepadanya selamanya.’ Ia berkata,
’Lelaki itu adalah seseorang yang lumayan, dan perempuan itu juga ingin kembali

64
lagi kepadanya, maka Allah menurunkan ayat ini.’ Maka aku berkata, ’Sekarang
aku akan melakukannya wahai Rasulullah,’ dan aku pun kembali menikahkannya
dengan adikku.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ahmad bin Hafsh.
Imam Al Wâhidî berkata, “al-Hakim Abu Manshur Muhammad bin Muhammad
al-Manshuri telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Umar bin Mahdi
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Amr al-Bakhtari
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Ja’far telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu ‘Amir al-Aqdi telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Abad bin Rasyid telah menceritakan kepada kami, dari Al-Hasan, ia
berkata, “Ma’qil bin Yasar telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Aku memiliki
seorang adik perempuan, dan ia dilamar kepadaku, dan aku menjaganya dari
orang-orang. Lalu putra pamanku mendatangiku untuk meminangnya, dan aku pun
menikahkan adikku dengannya. Mereka pun bersama selama beberapa waktu yang
dikehendaki oleh Allah, dan kemudian ia menceraikannya dengan talak raj’i. Lalu ia
meninggalkannya hingga masa iddahnya habis. Setelah itu ia kembali meminang
adikku bersama dengan orang-orang lain yang juga ingin meminangnya. Maka aku
berkata, ’Aku telah berusaha menjag adikku dari orang-orang, dan aku nikahkan ia
denganmu. Lalu engkau menceraikannya dengan talak raj’i, dan setelah itu engkau
meninggalkannya hingga habis masa iddahnya. Dan sekarang ketika ada yang
meminangnya, engkau datang kepadaku untuk kembali meminangnya?=
=Aku tidak akan menikahkannya denganmu selamanya.’ Maka Allah menu-
runkan firman-Nya, ’Maka jangan kamu halangi mereka menikah (lagi) dengan calon
suaminya.’ Maka aku pun membayar kafarat atas sumpahku dan menikahkan adikku
dengannya.”
Imam Al Wahidi berkata, “Ismail bin Abi Qasim an-Nashr Abadzi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muhammad Abdullah bin Ibrahim bin
al-Mutsanna telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muslim Ibrahim
bin Abdullah al-Bishri telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hajjaj bin
Minhal telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Mubarak bin Fadhalah telah
menceritakan kepada kami, dari Hasan, bahwa Ma’qil bin Yasar menikahkan adik
perempuannya dengan seorang lelaki dari kaum muslimin. Dan adiknya tinggal
bersama suaminya itu beberapa lama, lalu ia menceraikannya dengan talak satu.
Setelah itu suaminya itu meninggalkannya hingga habis masa iddahnya. Dan adiknya
itu lebih berhak atas dirinya sendiri. Setelah itu, mantan suaminya kembali datang
meminang bersama orang-orang yang juga berniat meminang, dan adiknya pun

65
rela untuk kembali kepada mantan suaminya. Maka mantan suaminya itu datang
meminang kepada Ma’qil bin Yasar. Namun Ma’qil marah dan berkata, “Aku telah
memuliakanmu dengannya dan engkau menceraikannya? Demi Allah, tidak. Ia tidak
akan kembali lagi kepadamu setelah (perceraian) itu.”
Al-Hasan berkata, “Allah lebih mengetahui kebutuhan seorang suami kepada
istrinya, dan kebutuhan seorang wanita kepada suaminya, maka berkenaan dengan
itu, Allah Swt menurunkan firman-Nya di dalam al-Qur’an, ’Dan apabila kamu
menceraikan istri-istri (kamu), lalu sampai iddahnya maka jangan kamu halangi
mereka menikah (lagi) dengan calon suaminya apabila telah terjalin kecocokan
diantara mereka,.’ hingga akhir ayat. Al-Hasan berkata, “Saat Ma’qil mendengar ayat
itu, ia berkata, ’Aku mendengar dan taat kepada Tuhanku.’ Lalu ia segera memanggil
mantan suami adiknya itu dan berkata, ’Aku akan menikahkannya denganmu dan
memuliakanmu.’ Dan ia pun menikahkan adiknya dengan lelaki itu.”
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Mujalla bin Ahmad asy-Syahid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Amr al-Jazari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin
Hammad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Asbath telah menceritakan
kepada kami, dari as-Suddi, dari orang-orangnya, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan
dengan Jabir bin Abdullah al-Anshari. Ia memiliki adik sepupu (putri pamannya)
yang diceraikan oleh suaminya dengan talak satu. Ketika masa iddahnya telah
habis, mantan suaminya itu kembali datang untuk rujuk dengannya, namun Jabir
menolaknya dan berkata, ’Engkau telah menceraikan putri paman kami, kemudian
engkau kembali ingin=
=menikah dengannya?’ sementara itu wanita tersebut juga menginginkan
suaminya kembali dan ia telah ridha dengannya. Maka turunlah ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 240

Firman Allah Swt., “Dan orang-orang yang akan mati diantara kamu dan meninggalkan
istri-istri, hendaklah membuat wasiat untuk istri-istrinya.” (QS Al-Baqarah 2: 240)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Umar Muhammad bin Abdul Aziz al-Marwazi,
di dalam kitabnya, telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abul Fadhl al-
Haddadi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya bin
Khalid telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Ibrahim al-Khatli telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Diceritakan oleh Ibnu Hayyan mengenai
ayat ini: bahwa ada seorang lelaki dari penduduk Thaif yang datang ke Madinah,

66
dan ia memiliki anak-anak laki-laki dan perempuan, dan ia juga membawa serta
kedua orang tuanya dan juga istrinya. Lalu lelaki itu meninggal di Madinah. Maka
permasalahan ini diangkat kepada Rasulullah Saw., dan beliau memberikan bagian
yang baik kepada kedua orang tuanya dan juga kepada anak-anaknya, namun beliau
tidak memberikan apapun kepada istrinya. Hanya saja beliau memerintahkan mereka
untuk memberi infak kepadanya dari harta peninggalan suaminya selama satu
tahun.”

QS Al-Baqarah 2: 256

Firman Allah Swt., “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (islam).” (QS Al-
Baqarah 2: 256)
Imam Al Wâhidî berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far al-Muzakki telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Zahid bin Ahmad telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Al-Husain bin Muhammad bin Mush’ab telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Hakim telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata,
“Ibnu Abi Adi telah menceritakan kepada kami, dari Syu’bah, dari Abu Bisyr, dari Sa’id
bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ada seorang wanita dari kalangan Anshar
yang selalu ditinggal mati oleh anaknya, maka ia bersumpah jika ada anaknya yang
hidup, ia akan menjadikannya seorang Yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir, di antara
mereka terdapat anak-anak dari kaum Anshar, maka mereka berkata, ’Kami tidak
akan meninggalkan anak-anak kami.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Tidak
ada paksaan dalam (menganut) agama (islam)’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Musa bin al-Fadhl telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Ibrahim bin Marzuq telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu
Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Syu’bah, dari Abu Bisyr, dari Ibnu Abbas
mengenai firman Allah Swt., “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (islam).”
Ia berkata, “Ada seorang wanita dari kalangan anshar yang hampir tidak memiliki
anak yang hidup lama, maka ia bersumpah jika ada anaknya yang hidup, ia akan
menjadikannya seorang Yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir, di antara mereka terdapat
anak-anak dari kaum Anshar, maka orang-orang Anshar berkata, ’Wahai Rasulullah,
anak-anak kami?’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Tidak ada paksaan dalam
(menganut) agama (Islam).’ Sa’id bin Jubair berkata, “Barang siapa yang berkehendak,
ia dapat bergabung dengan mereka, dan barang siapa yang mau, ia dapat masuk
Islam.=
= Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang lelaki dari

67
Anshar yang memiliki seorang budak hitam bernama Shabih, dan ia memaksanya
untuk masuk Islam.”
As-Suddi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang lelaki dari Anshar
yang memiliki kunyah (nama panggilan) Abu al-Hushain. Dan ia memiliki dua orang
anak. Suatu hari, rombongan pedagang dari Syam datang ke Madinah membawa
minyak. Dan ketika mereka hendak meninggalkan Madinah, datanglah kedua putra
dari Abu al-Hushain. Para pedagang itu mengajak kedua anak itu untuk masuk
agama Nasrani, dan mereka pun masuk agama Nasrani dan pergi ke Syam. Maka
Abu al-Hushain memberitahukan masalah ini kepada Rasulullah Saw., dan beliau
berkata, ;Carilah mereka.’ Maka Allah menurunkan ayat, ’Tidak ada paksaan dalam
(menganut) agama (Islam).’ Maka Rasulullah Saw. berkata, ’Allah telah menjauhkan
mereka, mereka adalah orang pertama yang menjadi kafir.’ Dan peristiwa ini terjadi
sebelum Rasulullah Saw. diperintahkan untuk memerangi ahli kitab. Kemudian
firman Allah ini dinasakh (dihapus), dan beliau diperintahkan untuk memerangi
ahli kitab di dalam surat Bara’ah atau at-Taubah (ayat 29).”
Dan Masruq berkata, “Seorang lelaki Anshar yang berasal dari Bani Salim bin
Auf memiliki dua orang putra, dan mereka masuk agama Nasrani sebelum Nabi
Saw. diutus. Kemudian mereka berdua datang ke Madinah bersama beberapa
orang Nasrani lainnya membawa makanan, maka ayah mereka mendatangi mereka
dan memaksa mereka untuk masuk Islam, ia berkata, ’Demi Allah, aku tidak akan
meninggalkan kalian sampai kalian masuk Islam.’ Namun mereka enggan untuk
masuk Islam. Sehingga mereka membawa perkara mereka kepada Rasulullah
Saw. Ayahnya berkata, ’Wahai Rasulullah, apakah anakku akan masuk neraka
sementara aku hanya bisa menyaksikannya?’ Maka Allah menurunkan ayat, ’Tidak
ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).’ Maka sang ayah pun membiarkan
kedua anaknya.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin
Abdus telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Hasan Ali bin Ahmad
bin Mahfuzh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hasyim
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrahman bin Mahdi telah
mengabarkan kepadanya, dari Sufyan, dari Khushaif, dari Mujahid, ia berkata, “Ada
orang-orang yang dahulunya disusui di kalangan Yahudi Bani Quraizhah dan juga
Bani Nadhir. Ketika Rasulullah Saw. memerintahkan pengusiran Bani Nadhir, anak-
anak dari Bani Aus yang dahulunya disusui oleh wanita-wanita Bani Nadhir berkata,
’Sungguh kami akan pergi bersama mereka dan memeluk agama mereka.’ Maka

68
keluarga mereka menghalangi mereka dan memaksa mereka untuk memeluk Islam.
Maka turunlah ayat, ’Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam)’.”

QS Al-Baqarah 2: 260

Firman Allah Swt., “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” (QS Al-Baqarah 2: 260)
Para mufassir menyebutkan sebab di balik permintaan Ibrahim kepada
Tuhannya agar Dia memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan
orang mati.
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Ja’far
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Syu’aib bin Muhammad telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Makki bin Abdullah telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abul Azhar telah menceritakan kepada kami.” =
= Ia berkata, “Rawh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sa’id telah
menceritakan kepada kami, dari Qatadah, ia berkata, “Telah diceritakan kepada kami
bahwa Ibrahim menemukan seekor binatang mati yang bangkainya telah dimakan
oleh binatang-binatang darat dan laut. Maka ia berkata, ’Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati’.”
Hasan, Atha’ al-Khurasani, adh-Dhahhak, dan Ibnu Juraij berkata, “Ada
bangkai seekor keledai di pantai, -sementara menurut Atha’ itu adalah danau
Thabariyah-, dan mereka berkata, “Dan Ibrahim melihat bangkai itu telah dimakan
oleh binatang-binatang darat dan laut. Jika laut pasang, maka datanglah ikan-
ikan dan binatang laut lainnya memakan bangkai itu. Dan jika ada yang tercecer,
maka ia akan jatuh ke dalam laut. Dan apabila laut surut, maka datanglah binatang
buas dan memakannya, sedangkan yang tercecer darinya akan menjadi tanah. Jika
binatang buas itu telah pergi, datanglah burung-burung dan memakan bangkai itu,
sementara yang tercecer darinya akan diterbangkan angin di udara. Ketika Ibrahim
melihat itu, ia merasa heran dan berkata, ’Wahai Tuhanku, aku telah mengetahui
bahwa Engkau pasti akan mengumpulkannya kembali, maka perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkannya? Agar aku dapat melihatnya
dengan mata kepalaku’.”
Ibnu Zaid berkata, “Suatu hari Ibrahim berjalan melewati seekor ikan hiu
yang telah mati. Setengah bagian dari tubuhnya berada di darat, dan setengah
bagian lainnya berada di laut. Bagian yang berada di laut dimakan oleh binatang-
binatang laut. Sementara bagian yang berada di darat dimakan oleh binatang-
binatang darat. Maka Iblis yang keji membisikkan kepada Ibrahim, ’Kapankah Allah

69
akan mengumpulkan bagian-bagian itu dari perut binatang-binatang tersebut?’
maka Ibrahim berkata, ’Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang mati. Allah berfirman, ’Belum percayakah engkau?’ Ia
(Ibrahim) menjawab, ’Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).’ Yakni,
dengan hilangnya bisikan Iblis itu darinya.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Nu’aim al-Ashfahani telah mengabarkan kepada
kami tentang sesuatu, yang saya diizinkan untuk meriwayatkannya.” Ia berkata,
“Abdullah bin Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Sahl telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Salamah bin
Syabib telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin al-Hakam bin
Aban telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan
kepada kami.”Ia berkata, “Aku pernah duduk bersama Ikrimah di sebuah pantai,
lalu Ikrimah berkata, ’Sesungguhnya orang-orang yang mati di laut, daging mereka
akan dimakan dan dibagi-bagi oleh banyak ikan, sehingga tidak ada yang tersisa
dari mereka selain tulang belulang, lalu ombak akan membawanya ke daratan
hingga ia menjadi keropos dan rusak. Lalu datanglah unta yang memakannya, dan
kemudian unta itu membuang kotorannya. Setelah itu datang orang-orang yang
mengambil kotoran itu dan menggunakannya untuk menyalakan api. Saat api itu
padam, angin akan datang dan menyebarkan debu itu di atas bumi. Kemudian
nanti saat terompet dibunyikan, orang-orang itu akan bangkit bersama para
penghuni kubur lainnya. Dan itulah yang disebutkan di dalam firman-Nya, ’Maka
tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)’.”
Dan Muhammad bin Ishaq bin Yasar berkata, “Sesungguhnya ketika Ibrahim
berdebat dengan Namrudz dan mengatakan, ’Tuhankulah yang menghidupkan dan
mematikan.’ Namrudz berkata, ’Akupun dapat menghidupkan dan mematikan.’
Kemudian Namrudz membunuh seorang lelaki dan membiarkan lelaki lainnya tetap
hidup. Lalu ia berkata, ’Aku telah mematikan yang ini, dan menghidupkan yang
itu.’ Ibrahim pun berkata kepadanya, ’Sesungguhnya Allah menghidupkan dengan
cara mengembalikan ruh kepada jasad yang telah mati.’ Maka Namrudz berkata
kepadanya, ’Apakah engkau pernah melihat sendiri apa yang engkau katakan itu?’
dan Ibrahim tidak kuasa mengatakan, ’Aku telah melihatnya secara langsung.’
Sehingga ia pun berpindah kepada hujjah lainnya. Setelah itu ia meminta kepada
Tuhannya agar memperlihatkan kepadanya proses penghidupan orang yang telah
mati agar hatinya menjadi tenang dan mantap saat berdebat, karena ia telah
melihatnya secara langsung dengan mata kepalanya.”
Ibnu Abbas, Sa’id bin Jubair, dan as-Saddi berkata, “Ketika Allah menjadikan

70
Ibrahim sebagai kekasihnya, malaikat maut meminta izin kepada Tuhannya untuk
mendatangi Ibrahim=
=dan menyampaikan kabar gembira itu kepadanya. Maka malaikat itu
menemuinya dan berkata, ’Aku memberimu kabar gembira bahwa Allah telah
menjadikanmu sebagai kekasih-Nya.’ Maka Ibrahim memuji Allah Swt. dan berkata,
’Apakah tandanya?’ Malaikat maut menjawab, ’Allah akan mengabulkan doamu,
dan orang yang telah mati akan hidup kembali dengan doamu.’ Kemudian malaikat
itu pun pergi. Maka Ibrahim berkata, ’Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang mati. Allah berfirman, ’Belum percayakah engkau?’
Ia (Ibrahim) menjawab, ’Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).’ Yakni
dengan mengetahui bahwa Engkau akan mengabulkan doaku jika aku berdoa, dan
memberiku jika aku meminta, aku menjadi yakin bahwa Engkau telah menjadikanku
sebagai kekasih-Mu.”

QS Al-Baqarah 2: 262

Firman Allah Swt., “Orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.” (QS
Al-Baqarah 2: 262)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Usman bin Affan dan
Abdurrahman bin Auf. Adapun Abdurrahman bin Auf, ia datang kepada Nabi Saw.
dengan membawa empat ribu dirham sedekah dan berkata, ’Aku memiliki delapan
ribu dirham, aku menahan empat ribu dirham untuk diriku dan keluargaku,
sementara empat ribu lainnya aku pinjamkan kepada Tuhanku.’ Maka Rasulullah
Saw. bersabda kepadanya, ’Semoga Allah memberkahi harta yang engkau pegang
dan yang engkau berikan.’ Sedangkan Usman Ra, ia berkata, ’Aku yang menanggung
perbekalan orang-orang yang tidak memiliki perbekalan.’ Dan itu pada perang
Tabuk. Lalu ia menyiapkan kaum muslimin dengan seribu unta lengkap dengan
pelana dan alasnya. Dan ia juga menyedekahkan sumur Raumah miliknya untuk
kaum muslimin. Maka turunlah ayat ini berkenaan dengan keduanya.”
Dan Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah Saw.
mengangkat kedua tangannya berdoa untuk Usman, beliau berkata, ‘Wahai
Tuhanku, sesungguhnya aku telah ridha kepada Usman bin Affan, maka ridhailah
ia.’ Dan beliau terus mengangkat kedua tangannya hingga terbitnya fajar. Maka
Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ’Orang-orang yang menginfakkan hartanya di
jalan Allah’.”

QS Al-Baqarah 2: 267

71
Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik.” (QS Al-Baqarah 2: 267)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abdurrahman bin Ahmad ash-Shaidalani telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad
bin Nu’aim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Sahl bin
Hamdawaih telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Qais bin Usaif telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Hatim bin Ismail telah menceritakan kepada kami, dari
Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari Jabir, ia berkata, “Nabi Saw. memerintahkan
untuk membayar zakat fitrah dengan satu sha’ kurma, lalu datanglah seorang lelaki
dengan kurma yang buruk, maka turunlah al-Qur’an, ’Wahai orang-orang yang
beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang
buruk untuk kamu keluarkan’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad al-Wa’izh
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid al-Ashfahani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ismail al-Farisi
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Musa al-Jimaz telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin Hammad bin Thalhah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Asbath bin Nashr telah menceritakan
kepada kami.” Dari as-Suddi, dari Adi bin Tsabit, dari al-Barra’, ia berkata, “Ayat
ini turun berkenaan dengan kaum Anshar, apabila hasil kurma dari kebun mereka
berlebih, =
=mereka mengambil beberapa tandan kurma dan juga kurma yang belum
terlalu matang untuk digantungkan diantara dua tiang di masjid Rasulullah Saw.
agar bisa dimakan oleh orang-orang fakir dari kaum muslimin. Lalu ada seorang
lelaki yang datang dengan membawa tandan berisi kurma yang amat buruk,
dan ia menyangka bahwa itu dapat ia lakukan karena banyaknya tandan-tandan
kurma yang tergantung di sana. Maka berkenaan dengan orang yang melakukan
itu, turunlah firman Allah, ’Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan.” Yakni tandan yang berisi kurma yang amat buruk, padahal jika kurma
itu dihadiahkan kepada kalian, kalian tidak akan mau menerimanya.

QS Al-Baqarah 2: 271

Firman Allah Swt., “Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu.” (QS Al-Baqarah


2: 271)

72
Al-Kalbi berkata, “Ketika turun firman-Nya, ’Dan apapun infak yang kamu
berikan.’ (QS Al-Baqarah, 2: 270), para shahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
manakah yang lebih utama, sedekah dengan sembunyi-sembunyi ataukah secara
terang-terangan?’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 274

Firman Allah Swt., “Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang
hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.” (QS Al-Baqarah 2: 274)
Imam Al Wahidi berkata, “Ismail bin Ibrahim an-Nashr Abadzi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Muhammad telah menga-
barkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Hasan bin Jalil telah me-
ngabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hisyam bin Ammar telah menceritakan ke-
pada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Syu’aib telah menceritakan kepada kami,
dari Ibnu Mahdi, dari Yazid bin Abdullah, dari Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya,
dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, “Ayat ini: ’Orang-orang yang menginfakkan
hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan mereka,” turun berkenaan
dengan pasukan berkuda.” Dan beliau bersabda, “Sesungguhnya setan tidak akan
mengganggu seseorang yang di rumahnya terdapat seekor kuda (yang digunakan
untuk berjihad).”
Dan ini adalah pendapat dari Abu Umamah dan Abu Darda’, juga Makhul,
al-Awza’i dan Rabah bin Yazid. Dan mereka berkata, “Mereka adalah orang-orang
yang mengikat (menyiapkan) kuda di jalan Allah, dan mereka menginfakkan harta
untuk (merawat) kuda itu di malam dan siang hari secara sembunyi-sembunyi
maupun terang-terangan. Dan ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang
mengikatnya bukan karena kesombongan atau keinginan untuk membangga-
banggakan diri.”
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim ats-Tsa’labi
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Husain bin Muhammad ad-
Dainuri telah mengabarkan kepadaku.” Ia berkata, “Umar bin Muhammad bin
Abdullah an-Nahrawani telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin
Muhammad bin Mahrawaih al-Qazwini telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ali bin Dawud al-Qanthari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Shaleh telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Syuraih
telah menceritakan kepadaku, dari Qais bin Hajjaj, dari Khutsaim bin Abdullah ash-
Shan’ani, bahwa ia berkata, “Ibnu Abbas berkata mengenai ayat ini, ’Orang-orang

73
yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari,’ Ia berkata, ’Ayat ini turun
berkenaan dengan orang-orang yang memberi makan kudanya’.”
Dan yang menunjukkan kesahihan ini adalah apa yang dikabarkan kepada kami
oleh Abu Ishaq al-Muqri, ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Abdus
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abul Abbas Abdullah bin Ya’qub al-
Kirmani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Waki’ telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Hamid bin Bahram telah menceritakan kepada
kami, dari Syahr bin Hausyab, dari Asma’ binti Yazid, ia berkata, “Rasulullah
Saw. bersabda, ’Barang siapa mengikat (menyiapkan) kuda di jalan Allah, lalu ia
menginfakkan hartanya=
=untuk kuda itu demi mengharapkan pahala, maka kenyang dan laparnya kuda
itu, juga rasa puas dan hausnya kuda itu, serta air seni dan kotorannya, semuanya
akan berada di timbangannya pada hari kiamat’.”
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Ishaq telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Amr al-Farati telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Musa Imran
bin Musa telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sa’id bin Usman al-Khudri
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Faris bin Umar telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Shaleh bin Muhammad telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Sulaiman bin Amr telah menceritakan kepada kami, dari Abdurrahman
bin Yazid, dari Makhul, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ’Orang
yang menginfakkan hartanya di jalan Allah untuk kudanya bagaikan orang yang
menghamparkan tangannya untuk bersedekah’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Hamid Ahmad bin Hasan al-Katib telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Syadzan ar-
Razi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrahman bin Abi Hatim
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Sa’id al-Asyajj telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Zaid bin al-Hubbab telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Raja’ bin Abu Salamah telah mengabarkan kepada kami, dari Sulaiman
bin Musa ad-Dimasyqi, dari Ajlan bin Sahl al-Bahili, ia berkata, “Aku mendengar Abu
Umamah al-Bahili berkata, ’Barang siapa mengikat seekor kuda di jalan Allah –dan
ia tidak melakukannya karena riya ataupun sum’ah- maka ia termasuk ’Orang-orang
yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari’.”
Pendapat lainnya:
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Yahya bin Malik adh-Dhabi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ismail al-Jurjani telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrazzaq telah menceritakan kepada

74
kami.” Ia berkata, “Abdul Wahhab bin Mujahid telah menceritakan kepada kami, dari
ayahnya, dari Ibnu Abbas, mengenai firman-Nya, “Orang-orang yang menginfakkan
hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan.” Ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib, ia memiliki
uang sebanyak empat dirham, lalu ia menginfakkannya pada malam hari sebanyak
satu dirham, di siang hari satu dirham, secara sembunyi-sembunyi satu dirham, dan
secara terang-terangan satu dirham.”
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Al-Hasan al-Katib telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Syadzan telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrahman bin Abu Hatim telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Sa’id al-Asyajj telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Yahya bin Yaman telah menceritakan kepada kami, dari Abdul Wahhab bin Mujahid,
dari ayahnya, ia berkata, “Ali bin Abi Thalib memiliki uang sebanyak empat dirham,
lalu ia menginfakkannya satu dirham pada malam, satu dirham di siang hari, satu
dirham secara sembunyi-sembunyi, dan satu dirham secara terang-terangan. Maka
Rasulullah Saw bertanya kepadanya, ’Apa yang mendorongmu melakukan ini? Ali
menjawab, ’Aku ingin Allah memenuhi janji-Nya kepadaku.’ Maka Rasulullah Saw.
berkata kepadanya, ’Ketahuilah bahwa sesungguhnya sedekahmu itu untukmu.’
Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Baqarah 2: 278

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut).” (QS Al-Baqarah 2: 278)
Imam Al Wâhidî berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ahmad
bin Ja’far telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Hamdan telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ya’la telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ahmad bin al-Ahmasyi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “al-Kalbi telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, “Telah sampai kepada
kami--wallahu a’lam--bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Bani Amr bin Auf dari
Tsaqif dan juga Bani al-Mughirah dari Bani Makhzum. Dan sebelumnya orang-orang
dari Bani al-Mughirah=
= maka mereka adalah saudara-saudaramu.’ Maka mereka pun kembali
mencampurkan harta mereka dengan harta anak-anak yatim itu.”
Imam Al Wâhidî berkata, “ Sa’id bin Muhammad bin Ahmad az-Zahid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali al-Faqih telah mengabarkan kepada

75
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad al-Baghawi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Usman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Atha’ bin as-Sa’ib, dari Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika Allah menurunkan ayat, ’Dan janganlah
kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat.’ (QS
Al-An’am, 6: 152) dan ’Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim.’ (QS An-Nisa’, 4: 10) maka pergilah orang yang di rumahnya terdapat
anak yatim, lalu ia memisahkan makanan anak itu dari makanannya, dan minuman
anak itu dari minumannya. Dan ia juga melebihkan makanan anak itu, lalu ia duduk
hingga anak itu memakannya atau makanan itu menjadi rusak. Hal ini terasa berat
bagi mereka, lalu mereka menyampaikan hal itu kepada Rasulullah Saw., dan Allah
pun menurunkan ayat, ’Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang
anak-anak yatim. Katakanlah, ’Memperbaiki keadaan mereka itu adalah baik.’ Dan
jika kamu mempergauli mereka maka mereka adalah saudara-saudaramu.’ Maka
mereka pun kembali menggabungkan makanan anak-anak itu dengan makanan
mereka, dan juga minumannya.

QS Al-Baqarah 2: 221

Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum mereka
beriman.” (QS Al-Baqarah 2: 221)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Usman bin Umar al-Hafizh telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku Abu Umar Ahmad bin Muhammad al-Hirasyi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Qutaibah telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bukair telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Khalid bin Ma’ruf telah menceritakan kepada kami, dari Muqatil bin Hayyan, ia
berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Martsad al-Ghanawi yang meminta
izin kepada Nabi Saw untuk menikahi ‘Anaq, seorang wanita miskin dari Quraisy.
Wanita itu cantik, akan tetapi ia musyrik, sementara Abu Martsad seorang muslim.
Ia berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh aku sangat menyukainya.’ Maka Allah Swt.
menurunkan ayat, “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum mereka
beriman’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Usman telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Kakekku telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Umar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin Hammad telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Asbath telah menceritakan kepada kami, dari as-Suddi, dari Abu Malik, dari

76
Ibnu Abbas, mengenai ayat ini, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah
bin Rawahah, ia memiliki seorang budak wanita hitam. Suatu ketika ia marah dan
menamparnya. Namun kemudian ia merasa gelisah dan menemui Nabi Saw. serta
menceritakan tentang budak wanitanya itu. Maka Nabi Saw. berkata kepadanya,
’Bagaimanakah wanita itu wahai Abdullah?’ ia menjawab, ’Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ia senantiasa berpuasa, shalat, menyempurnakan wudhunya, ia
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan engkau adalah Rasul-Nya.’ Maka Nabi
Saw. berkata, ’Wahai Abdullah, wanita ini adalah seorang mukminah.’ Maka Abdullah
berkata, ’Demi Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku akan memerdekakan
dan menikahinya.’ Dan ia pun melakukannya. Kemudian ada beberapa orang dari
kaum muslimin yang mencelanya=
=sementara mereka memiliki harta yang sangat banyak dari riba. Maka Allah
menurunkan ayat ini, dan Nabi Saw. bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya seluruh
riba Jahiliah telah digugurkan, dan riba pertama yang aku gugurkan adalah riba
dari Abbas bin Abdul Muththalib.”

QS Al-Baqarah 2: 280

Firman Allah Swt, “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan.” (QS Al-
Baqarah 2: 280)
Al-Kalbi berkata, “Bani Amr bin Umair berkata kepada Bani al-Mughirah,
’Berikanlah pokok harta kami, dan kalian boleh mengambil ribanya, kami akan
meninggalkannya untuk kalian.’ Maka Bani al-Mughirah berkata, ’Saat ini kami
sedang berada dalam kesulitan, berilah tenggang waktu kepada kami hingga tiba
masa panen.’ Namun mereka enggan untuk memberi tenggang waktu. Maka Allah
menurunkan firman-Nya, ’Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan’.”

QS Al-Baqarah 2: 285

Firman Allah Swt., “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan
kepadanya (al-Qur’an) dari Tuhannya.” (QS Al-Baqarah 2: 285)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Manshur Abdul Qahir bin Thahir telah
mengabarkan kepada kami Imam.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Ali
bin Ziyad telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ibrahim
al-Busyanji telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Umayyah bin Bustham
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yazid bin Dzurai’ telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Rawh bin al-Qasim telah menceritakan kepada kami,
dari al-‘Ala’, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ketika diturunkan ayat

77
kepada Rasulullah Saw., ’Jika kamu nyatakan apa yang ada di hatimu atau kamu
sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya.’ Hal itu terasa amat berat bagi
para sahabat, kemudian mereka mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, ’Kami
telah dibebani dengan amal-amal yang sanggup kami laksanakan: salat, puasa,
jihad, dan sedekah, dan sekarang ayat ini telah diturunkan kepadamu, namun kami
tidak sanggup melaksanakannya?’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Apakah kalian
ingin mengatakan sebagaimana yang telah dikatakan oleh dua golongan Ahli Kitab
sebelum kalian? Mereka mengatakan, ’Kami mendengar tetapi kami tidak menaati.’
Namun katakanlah, ’Kami mendengar dan kami menaati, ampunilah kami ya Tuhan
kami, dan kepada-Mu tempat kami kembali’.”
Ketika mereka membacanya dan lidah mereka telah terbiasa de-ngannya,
Allah menurunkan ayat berikutnya, ’Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang
diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya.’ Ayat keseluruhannya, dan Allah
menasakh ayat yang sebelumnya dengan menurunkan firman-Nya, ’Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya’.”
Diriwayatkan oleh Muslim dari Umayyah bin Bustham.
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Yahya
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ishaq ats-Tsaqafi telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami =
= Abdullah bin Umar dan Yusuf bin Musa, mereka berdua berkata, “Waki’
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan telah menceritakan kepada
kami, dari Adam bin Sulaiman, ia berkata, “Aku telah mendengar Sa’id bin Jubair
menceritakan, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika turun ayat ini ’Jika kamu nyatakan
apa yang ada di hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkan-
nya.’ Terasa di dalam hati mereka sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan
sebelumnya. Maka Rasulullah Saw. bersabda, ’Katakanlah, ’Kami mendengar, kami
menaati, dan kami berserah diri.’ Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya,
’Allah tidak membebani sese-orang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.’
Hingga ketika sampai pada firman-Nya, ’Atau kami melakukan kesalahan.’ Beliau
berkata, ’Aku telah melakukannya‘, dan sampai pada akhir dari surat Al-Baqarah,
beliau mengatakan, ’Aku telah melakukannya’.”
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari Waki’.
Para mufasir berkata, “Ketika turun ayat ini ’Jika kamu nyatakan apa yang ada
di hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya,” datanglah
Abu Bakar, Umar, Abdurrahman bin Auf, Mu’adz bin Jabal, dan beberapa orang

78
dari Anshar menemui Nabi Saw., dan mereka berlutut di atas kendaraan mereka,
lalu mereka berkata, ’Wahai Rasulullah, demi Allah, tidak ada ayat yang turun yang
lebih berat bagi kami daripada ayat ini, seseorang dari kami mungkin akan berbisik
di dalam dirinya tentang sesuatu yang tidak semestinya ada di hatinya, dan seolah
ia memiliki dunia dan seisinya, lalu kami akan diperhitungkan atas apa-apa yang
kami bisikkan di dalam diri kami? Demi Allah, kami telah celaka.’ Maka Nabi Saw.
berkata, ’Demikianlah ia turun.’ Para shahabat berkata, ’Kita telah binasa, kita
dibebani dengan suatu amal yang tidak sanggup kita lakukan.’ Maka Rasulullah
Saw. berkata, ’Apakah mungkin kalian ingin mengatakan sebagaimana yang
telah dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa, ’Kami mendengar tetapi kami tidak
menaati.’ Namun katakanlah, ’Kami mendengar dan kami mentaati.’ Para sahabat
pun berkata, ’Kami mendengar dan kami menaati.’ Namun hal itu amat berat bagi
mere-ka, dan mereka berada dalam kondisi itu selama beberapa waktu, lalu Allah
menurunkan jalan keluar dan ketenangan bagi mereka dengan firman-Nya, ’Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.’ Dan
menghapus hukum dari ayat yang sebelumnya. Nabi Saw. bersabda, ’Sesungguhnya
Allah telah memaafkan umatku dari apa-apa yang terbersit di dalam hati mereka,
selama mereka tidak melakukannya ataupun membicarakannya’.”
Para mufasir berkata, “Utusan dari Najran datang kepada Rasulullah Saw.
Mereka berjumlah enam puluh orang, dan di antara mereka terdapat empat belas
orang tokoh. Dan dari empat belas orang itu terdapat tiga orang yang menjadi
penentu urusan mereka. Pertama disebut Al-‘Aqib, yaitu orang yang menjadi
pemimpin dan penentu dalam musyawarah mereka, di mana mereka tidak akan
membuat keputusan kecuali dengan pendapatnya, yang namanya adalah Abdul
Masih. Kedua, ada Sayyid yang merupakan imam mereka, pemimpin rombongan
mereka, yang namanya adalah Al-Aiham. Ketiga adalah Abu Haritsah bin Alqamah,
seorang uskup, pendeta, imam mereka, dan penanggung jawab sekolah-sekolah
mereka. Ia adalah orang yang terhormat di antara mereka dan telah mempelajari
kitab mereka sehingga memiliki ilmu yang baik tentang agama mereka. Bahkan,
raja-raja Romawi juga menghormatinya dan menjadi donatur baginya serta
mendirikan banyak gereja untuknya karena menghargai ilmu dan ijtihadnya.
Mereka datang menemui Rasulullah Saw. dan memasuki masjid beliau saat
beliau selesai melaksanakan salat Ashar. Mereka mengenakan pakaian yang mewah
dan jubah-jubah yang elok, seindah pakaian yang dikenakan oleh orang-orang
al-Harits bin Ka’ab. Sebagian shahabat yang melihat mereka mengatakan, ’Kami
tidak pernah melihat utusan seperti mereka.’ Saat itu, waktu salat mereka telah

79
tiba sehingga mereka pun melaksanakan salat di masjid Rasulullah Saw. Maka
Rasulullah Saw. berkata kepada para sahabatnya, ’Biarkan mereka.’ Mereka pun
salat menghadap ke arah timur. Setelah itu, Sayyid dan al-‘Aqib berbicara kepada
Rasulullah Saw. Maka Rasulullah Saw. berkata kepada mereka, ’Masuk Islamlah
kalian.’ Mereka berkata, ’Kami telah berislam sebelum kedatanganmu.’ Beliau
berkata, ’Kalian berdusta, yang menghalangi kalian dari Islam adalah pernyataan
kalian bahwa Allah memiliki putra, kalian menyembah salib, dan kalian memakan
babi.’ Mereka berkata, ’Jika Isa bukan anak Allah, lalu siapakah ayahnya?’ Dan mereka
semua mendebat beliau tentang masalah Isa. Maka Rasulullah Saw. berkata kepada
mereka berdua, ’Bukankah kalian mengetahui bahwa seorang anak tentunya akan
menyerupai ayahnya?’ Mereka menjawab, ’Benar.’ Beliau berkata, ’Bukankah kalian
mengetahui bahwa Tuhan kita Mahahidup dan tidak akan mati, sementara Isa
mengalami kematian?’ Mereka menjawab, ’Benar.’ Beliau melanjutkan, ’Bukankah
kalian mengetahui bahwa Tuhan kita menguasai segala sesuatu, menjaganya,
dan memberinya rezeki?’ Mereka menjawab, ’Benar.’ Beliau bertanya, ’Apakah Isa
memiliki kuasa sedikit pun atas semua itu?’ mereka menjawab, ’Tidak.’ Lalu beliau
bersabda, ’Sesungguhnya Tuhan kita membentuk Isa di dalam rahim sebagaimana
yang dikehendaki-Nya, dan Tuhan kita tidak=
= makan, minum, dan tidak pula berhadats.’ Mereka menjawab, ’Benar.’
Beliau berkata, ’Bukankah kalian mengetahui bahwa Isa dikandung oleh ibunya
sebagaimana wanita lain mengandung, lalu ia melahirkannya sebagaimana wanita
lain melahirkan anaknya, kemudian ia diberi makan sebagaimana seorang bayi
diberi makan, dan kemudian Isa juga makan, minum, dan berhadats?’ Mereka
menjawab, ’Benar.’ Maka beliau berkata, ’Jadi bagaimana mungkin (Isa) ini menjadi
sebagaimana yang kalian sangka (anak Tuhan)?’ Dan mereka pun terdiam. Maka
berkenaan dengan mereka, Allah menurunkan ayat-ayat pembuka dari surat Ali
Imran sampai ayat delapan puluh lebih dari surat ini.”

QS Ali-‘Imran 3: 12

Firman Allah Swt, “Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang yang kafir, “Kamu
pasti akan dikalahkan.” (QS Ali-‘Imran, 3: 12)
Al-Kalbi berkata, dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, “Bahwasanya orang-
orang Yahudi Madinah berkata saat Allah mengalahkan kaum musyrikin pada
Perang Badar, ’Demi Allah, inilah nabi yang ummi yang telah diberitakan kepada
kita oleh Musa, dan kita dapati pula di dalam kitab kita sifat-sifat dan ciri-cirinya,
dan tidak ada panji perang yang dapat mengalahkannya.’ Lalu mereka pun berniat

80
untuk membenarkan dan mengikuti beliau. Akan tetapi sebagian dari mereka
berkata kepada sebagian lainnya, ’Jangan tergesa-gesa sampai kita lihat hasil dari
perang berikutnya.’ Dan pada Perang Uhud, saat para sahabat Rasulullah Saw.
menderita kekalahan, mereka menjadi ragu dan berkata, ’Demi Allah, bukan dia
yang dimaksud.’ Dan mereka pun tidak jadi masuk Islam. Sebelumnya, mereka
memiliki perjanjian dengan Rasulullah Saw. sampai waktu tertentu, dan kemudian
mereka melanggar perjanjian itu. Lalu berangkatlah Ka’ab bin al-Asyraf bersama
enam puluh orang penunggang kuda lainnya untuk menemui penduduk Mekah,
yakni Abu Sufyan dan teman-temannya. Mereka pun berunding dan membuat
kesepakatan, lalu mereka berkata, ’Hendaklah kita menjadi satu.’ Kemudian mereka
pun kembali ke Madinah. Maka berkenaan dengan mereka, Allah menurunkan ayat
ini.”
Muhammad bin Ishaq bin Yasar berkata, “Saat Rasulullah Saw. berhasil
mengalahkan kaum Quraisy di Badar, dan beliau kembali ke Madinah, beliau
mengumpulkan orang-orang Yahudi dan berkata, ’Wahai orang-orang Yahudi,
takutlah kepada Allah terhadap apa yang telah menimpa orang-orang Quraisy di
Badar, dan masuk Islamlah sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa
mereka. Kalian telah mengetahui bahwa aku adalah nabi yang diutus, kalian
menemukan itu di dalam kitab kalian, dan juga telah dijanjikan Allah kepada kalian.’
Maka mereka berkata, “Hai Muhammad, janganlah engkau merasa teperdaya (oleh
kemenanganmu) karena sesungguhnya engkau hanya menghadapi suatu kaum
yang tidak memiliki pengetahuan=
=tentang peperangan, lalu engkau berhasil mengalahkan mereka dalam satu
kesempatan. Demi Allah, andai kami yang memerangimu, niscaya engkau akan
mengetahui bahwa kamilah orang-orang (ahli perang) yang sebenarnya. Maka Allah
Swt. menurunkan, ’Katakanlah kepada orang-orang kafir,’ yakni orang-orang Yahudi.
{Satuglabuuna} Artinya, akan dikalahkan, {watukhsyaruuna ilaa jahannam} yakni,
di akhirat.”
Ini merupakan riwayat dari Ikrimah dan Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas.

QS Ali-‘Imran 3: 18

Firman Allah Swt, “Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia.” (QS Ali-
‘Imran, 3: 18)
Al-Kalbi berkata, “Ketika Rasulullah Saw. telah kuat di Madinah, datanglah dua
orang pendeta dari penduduk Syam menemui beliau. Saat mereka melihat Madinah,
salah seorang dari mereka berkata kepada temannya, ’Alangkah miripnya kota ini

81
dengan ciri-ciri kota tempat tinggal Nabi yang diutus di akhir zaman.’ Dan ketika
mereka berdua menemui beliau, mereka segera mengenal beliau dengan sifat dan
ciri-cirinya. Maka mereka berkata, ’Engkau Muhammad?’ Beliau menjawab, ’Benar.’
Mereka kembali bertanya, ’Dan engkau adalah Ahmad?’, beliau menjawab, ’Benar.’
Mereka berkata, ’Kami ingin bertanya kepadamu tentang syahadah (kesaksian), jika
engkau =
=bisa memberi tahu kami, maka kami akan beriman dan membenarkanmu.
Maka Rasulullah Saw. berkata kepada mereka, ’Tanyakanlah kepadaku.’ Mereka
berkata, ’Beritahukanlah kepada kami tentang syahadah (kesaksian) terbesar di
dalam kitab Allah.’ Maka Allah menurunkan kepada Nabi-Nya, ’Allah menyatakan
bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang yang
berilmu.’ Maka kedua orang itu masuk Islam dan membenarkan Rasulullah Saw.”

QS Ali-‘Imran 3: 23

Firman Allah Swt, “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang telah diberi
bagian dari kitab (Taurat).” (QS Ali-‘Imran, 3: 23)
Terdapat perbedaan pendapat mengenai sebab turunnya ayat ini:
As-Suddi berkata, “Nabi Saw. menyeru orang-orang Yahudi untuk masuk
Islam, maka an-Nu’man bin Adfa berkata kepada beliau, ’Hai Muhammad, kami
akan mendebatmu, marilah kita memutuskan perkara ini kepada para pendeta.’
Maka beliau berkata, ’Kita akan memutuskannya sesuai dengan kitabullah.’ Namun
ia berkata, ’Tidak, tetapi kepada para pendeta.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Sa’id bin Jubair dan Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata,
“Rasulullah Saw. mengunjungi sekolah-sekolah Yahudi dan menyeru mereka kepada
Allah, maka Nu’aim bin Amr dan al-Harits bin Zaid berkata, ’Apakah agamamu,
hai Muhammad?’ Beliau menjawab, ’Sesuai dengan agama Ibrahim.’ Mereka
berkata, ’Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Yahudi.’ Maka Rasulullah Saw.
berkata kepada mereka, ’Kalau begitu marilah kita melihat Taurat, itulah yang akan
memutuskan di antara kami dan kalian.’ Namun mereka enggan menerimanya,
maka Allah menurunkan ayat ini.”
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kisah dua orang yang
berzina dari penduduk Khaibar, dan pertanyaan orang-orang Yahudi kepada
Rasulullah Saw. tentang hukuman had terhadap para pezina.” Dan penjelasan
tentang hal ini akan diterangkan di dalam surah Al-Ma’idah insya Allah.

QS Ali-‘Imran 3: 26

82
Firman Allah Swt, “Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Tuhan pemilik kekuasaan’.”
(QS Ali-‘Imran, 3: 26)
Ibnu Abbas dan Anas bin Malik berkata, “Ketika Rasulullah Saw. berhasil
membebaskan Kota Mekah, dan beliau menjanjikan kerajaan Persia dan Romawi
untuk umatnya, orang-orang munafik dan orang-orang Yahudi berkata, ’Amat jauh
sekali (kemungkinannya) dari mana Muhammad bisa menaklukkan kerajaan Persia
dan Romawi? Mereka jauh lebih kuat dan lebih hebat dari itu. tidak cukupkah bagi
Muhammad Mekah dan Madinah sehingga ia juga menginginkan kerajaan Persia
dan Romawi?’ maka Allah menurunkan ayat ini.” =
= Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdul Aziz al-Marwazi telah
mengabarkan kepadaku di dalam kitabnya.” Ia berkata, “Abul Fadhl Muhammad
bin Al-Husain telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin
Yahya telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Ibrahim telah me-
ngabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Rawh bin Ubadah telah mengabarkan ke-
pada kami.” Ia berkata, “Sa’id telah menceritakan kepada kami, dari Qatadah.” Ia
berkata, “Telah diceritakan kepada kami bahwa Rasulullah Saw. memohon kepada
Tuhannya agar menjadikan kerajaan Persia dan Romawi di tangan umatnya. Maka
Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ’Katakanlah (Muhammad), ’Wahai Tuhan pemilik
kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Hasan ats-Tsa’alibi telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid al-Wazzan telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Ja’far al-Mithairi telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Hammad bin Al-Hasan berkata, ‘Muhammad bin Khalid bin Atamah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “wKatsir bin Abdullah bin Amr bin Auf telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepadaku, dari
ayahnya, ia berkata, “Rasulullah Saw. berkhutbah untuk memerintahkan penggalian
parit pada saat Perang Ahzab, dan beliau menentukan bahwa setiap sepuluh orang
akan menggali sejauh empat puluh hasta.” Amr bin Auf berkata, “Aku dengan
Salman, Hudzaifah, an-Nu’man bin Muqrin al-Muzani serta enam orang Anshar
lainnya bersama-sama menggali sejauh empat puluh hasta. Kami pun menggali,
hingga saat kami tiba di bawah Dzu Nabin, Allah mengeluarkan sebuah batu api yang
besar. Batu itu mematahkan besi yang kami gunakan, dan kami sangat kepayahan
menghadapinya.” Maka kami berkata, ‘Wahai Salman, naiklah menemui Rasulullah
Saw. dan beritahukan kepada beliau tentang batu ini. Kalau memang diperlukan, kita
harus memutarinya, atau beliau sendiri yang memerintahkan langsung dengan pe-
rintahnya, sesungguhnya kita tidak ingin melampaui garis yang telah ditetapkannya.’

83
Ia berkata, “Maka Salman pun naik menemui Rasulullah Saw. yang tengah berada di
sebuah kubah Turki yang dibuat untuk beliau, lalu Salman berkata, ’Wahai Rasulullah,
ada sebuah batu api besar berwarna putih yang keluar dari dalam parit, dan telah
mematahkan besi kami dan membuat kami kepayahan, bahkan pukulan kami tidak
berbekas apa pun terhadapnya, sedikit ataupun banyak. Berilah kami perintah,
sungguh kami tidak ingin melampaui garis yang telah engkau tetapkan.’ Ia berkata,
’Maka Rasulullah Saw. turun bersama Salman ke dalam parit, sementara sembilan
orang lainnya menunggu di tepi parit. Lalu Rasulullah Saw. mengambil cangkul dari
Salman dan memukulnya dengan satu pukulan yang memecahkannya, dan keluar
kilatan cahaya=
=darinya yang menerangi apa-apa yang ada di antaranya, yakni Kota Madinah,
sehingga ia laksana cahaya lampu di dalam sebuah rumah yang gelap gulita,
maka Rasulullah Saw. bertakbir dengan takbir kemenangan, dan kaum muslimin
ikut bertakbir bersama beliau. Kemudian Rasulullah Saw. kembali memukulnya
dan memecahkannya, dan keluar darinya kilatan cahaya yang menerangi apa-apa
yang ada di antaranya, sehingga ia laksana cahaya lampu di dalam sebuah rumah
yang gelap gulita, maka Rasulullah Saw. bertakbir dengan takbir kemenangan, dan
kaum muslimin ikut bertakbir bersama beliau. Kemudian beliau memegang tangan
Salman dan naik bersamanya. Lalu Salman berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh aku
menyaksikan sesuatu yang tidak pernah aku saksikan sebelumnya.’ Maka Rasulullah
Saw. menoleh kepada kaum muslimin yang lain dan bertanya, ’Apakah kalian melihat
apa yang dikatakan oleh Salman?’ mereka menjawab, ’Iya wahai Rasulullah.’ Beliau
berkata, ’Saat aku memukul pukulan yang pertama, dan keluar kilatan cahaya
sebagaimana yang kalian lihat, dari kilatan cahaya itu aku melihat istana-istana Hairah
dan Mada’in Kisra, seolah ia adalah taring anjing, dan Jibril mengabarkan kepadaku
bahwa umatku akan menguasainya. Kemudian aku memukul pukulan yang kedua,
dan keluar kilatan cahaya sebagaimana yang kalian lihat, dari kilatan cahaya itu aku
melihat istana-istana merah yang ada di tanah Romawi, seolah ia adalah taring anjing,
dan Jibril mengabarkan kepadaku bahwa umatku akan menguasainya. Kemudian
aku memukul pukulan yang ketiga, dan keluar kilatan cahaya sebagaimana yang
kalian lihat, dari kilatan cahaya itu aku melihat istana-istana Shan’a, seolah ia adalah
taring anjing, dan Jibril mengabarkan kepadaku bahwa umatku akan menguasainya.
Maka terimalah ini sebagai kabar gembira.’ Kamu muslimin pun merasa gembira dan
mereka berkata, ’Segala puji bagi Allah, sebuah janji yang benar, Dia menjanjikan kami
kemenangan setelah penggalian ini.’ Maka orang-orang munafik berkata, ’Tidakkah
kalian merasa heran? Ia memberi kalian harapan dan menjanjikan kalian sesuatu

84
yang batil. Ia memberi tahu kalian bahwa ia dapat melihat istana-istana Hairah dari
Madinah, juga Mada’in Kisra, dan bahwa semua itu akan ditaklukkan untuk kalian,
sementara kalian menggali parit ini karena serangan banyak pasukan, dan kalian
tidak akan bisa memperoleh kemenangan.’ Ia berkata, ’Maka turunlah firman Allah,
’Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit
berkata, ’Yang dijanjikan Allah dan rasul-Nya kepada kami hanya tipu daya belaka.’ (QS
Al-Ahzab, 33: 12) Dan berkaitan dengan kisah ini Allah juga menurunkan, ’Katakanlah
(Muhammad), ’Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan’.”

QS Ali-‘Imran 3: 28

Firman Allah Swt, “Janganlah orang-orang yang beriman menjadikan orang-orang kafir
sebagai pemimpin, melainkan orang-orang yang beriman.” (QS Ali-‘Imran, 3: 28)
Ibnu Abbas berkata, “Al-Hajjaj bin Amr, Kahmas bin Abil Haqiq, dan Qais bin Zaid
adalah orang-orang Yahudi, dan mereka sengaja berbicara secara sembunyi-sembunyi
kepada beberapa orang dari kalangan Anshar dengan tujuan untuk mengeluarkan
mereka dari agama mereka. Maka Rifa’ah bin al-Mundzir bersama Abdullah bin Jubair
dan Sa’id bin Khaitsamah berkata kepada beberapa orang Anshar tersebut, ’Jauhilah
orang-orang Yahudi itu agar mereka tidak menjauhkan kalian dari agama kalian.’
Namun beberapa orang Anshar itu tetap bergaul dan berbicara dengan mereka secara
sembunyi-sembunyi, maka Allah menurunkan=
= Ayat ini.
Dan al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang munafik,
yakni Abdullah bin Ubay dan teman-temannya, karena mereka menjadikan orang-
orang Yahudi dan kaum musyrikin sebagai pemimpin mereka. Abdullah bin Ubay
dan teman-temannya mengirimkan berita kepada orang-orang itu dan berharap
mereka dapat mengalahkan Rasulullah Saw. Maka Allah menurunkan ayat ini dan
melarang orang-orang yang beriman untuk mencontoh perbuatan mereka itu.”
Dan Jubair berkata, dari ad-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, “Ayat ini turun
berkenaan dengan Ubadah bin Samit al-Ansari, ia termasuk ahli Badar dan tokoh di
kaumnya. Dan ia memiliki sekutu dari kaum Yahudi. Ketika Rasulullah Saw. keluar
pada saat Perang Ahzab, Ubadah berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh bersamaku
terdapat lima ratus orang Yahudi, dan aku ingin mereka keluar bersamaku dan
memperlihatkan kekuatan kepada musuh melalui mereka.’ Maka Allah Swt.
menurunkan, ’Janganlah orang-orang yang beriman menjadikan orang-orang kafir
sebagai pemimpin’.”

85
QS Ali-‘Imran 3: 31

Firman Allah Swt, “Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kalian mencintai Allah’.” (QS Ali-
‘Imran, 3: 31)
Al-Hasan dan Ibnu Juraij berkata, “Pada masa Rasulullah Saw., ada beberapa
kaum yang mengklaim bahwa mereka mencintai Allah, dan mereka berkata, ’Wahai
Muhammad, sungguh kami mencintai Tuhan kami.’ Maka Allah menurunkan ayat
ini.”
Dan Jubair meriwayatkan dari adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, ia berkata,
“Nabi Saw. berdiri di hadapan orang-orang Quraisy, dan mereka tengah berada
di Masjidil Haram, dan mereka telah menancapkan berhala-berhala mereka di
sana, dan menggantungkan telur burung unta di sana. Mereka juga memakaikan
anting-anting di telinga berhala-berhala itu, lalu mereka sujud kepadanya. Maka
Rasulullah Saw. berkata, ’Wahai golongan Quraisy, kalian telah menyelisihi agama
bapak kalian Ibrahim dan Ismail, sungguh mereka berdua berada dalam agama
Islam.’ Maka orang-orang Quraisy berkata, ’Wahai Muhammad, sesungguhnya
kami menyembah ini sebagai wujud rasa cinta kami kepada Allah, agar patung-
patung ini dapat mendekatkan kami kepada Allah.’ Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, ’Katakanlah (Muhammad), ’Jika kalian mencintai Allah.’ Sementara
kalian menyembah patung-patung untuk mendekatkan kalian kepada-Nya, ’Maka
ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.’ Dan aku adalah utusan-Nya
kepada kalian, dan hujjah-Nya atas kalian, dan aku lebih berhak untuk diberi
penghormatan daripada patung-patung kalian itu’.”
Dan al-Kalbi meriwayatkan dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, bahwa ketika
orang-orang Yahudi mengatakan, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-
kekasih-Nya, Allah Swt menurunkan ayat ini=
=dan ketika ayat ini turun, Rasulullah Saw. membacakannya kepada orang-
orang Yahudi, namun mereka enggan menerimanya.”
Dan Muhammad bin Ishaq bin Yasar meriwayatkan dari Muhammad bin Ja’far
bin Zubair, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kaum nasrani Najran,
yakni ketika mereka berkata, “Sesungguhnya kami mengagungkan al-Masih dan
menyembahnya karena rasa cinta kepada Allah dan sebagai wujud pengagungan
kepada-Nya.” Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai bantahan atas mereka.

QS Ali-‘Imran 3: 59

Firman Allah Swt, “Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah.” (QS

86
Ali ‘Imran 3: 59)
Para mufasir berkata, “Utusan dari Najran berkata kepada Rasulullah Saw.,
’Mengapa engkau mencaci teman kami (Isa As.)?’ Beliau bertanya, ’Apakah yang
aku katakan?’ Mereka menjawab, ’Engkau mengatakan bahwa ia adalah seorang
hamba.’ Beliau berkata, ’Benar, ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, dan kalimat-
Nya yang ia tiupkan kepada Maryam yang perawan.’ Mereka menjadi marah dan
berkata, ’Apakah engkau pernah melihat seorang manusia (terlahir) tanpa ayah?
Jika engkau benar, perlihatkanlah kepada kami orang lain yang sepertinya.’ Maka
Allah Swt. menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Haritsi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya Ar-Razi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Sahl bin Usman telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Yahya dan Waki’ telah mengabarkan kepada kami, dari Mubarak, dari Al-
Hasan, ia berkata, “Ada dua orang rahib Najran yang datang menemui Rasulullah
Saw., lalu beliau menawarkan Islam kepada mereka. Maka salah seorang dari me-
reka berkata, ’Kami telah berislam sebelum kedatanganmu.’ Beliau berkata, ’Kalian
berdusta, yang menghalangi kalian dari Islam adalah tiga hal: kalian menyembah
salib, kalian memakan babi, dan kalian mengatakan bahwa Allah memiliki putra.’
Mereka berkata, ’Lalu siapakah ayah dari Isa?’ Dan beliau tidak segera menjawab
sampai diperintahkan oleh Allah. Maka Allah menurunkan ayat, ’Sesungguhnya
perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah’.”

QS Ali-‘Imran 3: 61

Firman Allah Swt, “Maka katakanlah (Muhammad), “Marilah kita panggil anak-anak
kami dan anak-anak kamu.” (QS Ali-‘Imran, 3: 61)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Sa’id Abdurrahman bin Muhammad ar-Rahja’i
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bin Malik telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Al-Husain telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Hammad bin
Salamah telah menceritakan kepada kami, dari Yunus, dari Al-Hasan, ia berkata,
“Ada dua orang rahib Najran yang datang menemui =
=Nabi Saw., lalu beliau berkata, ’Masuk Islamlah niscaya kalian akan selamat.’
Maka salah seorang dari mereka berkata, ’Kami telah berislam sebelum keda-
tanganmu.’ Beliau berkata, ’Kalian berdusta, yang menghalangi kalian dari Islam

87
adalah karena kalian sujud kepada salib, kalian mengatakan bahwa Allah memiliki
putra, dan kalian meminum khamar.’ Mereka berkata, ’Apa pendapatmu ten-
tang Isa?’ Beliaupun diam dan turunlah al-Qur’an, ’Demikianlah kami bacakan
kepadamu (Muhammad) sebagian ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah.’
(QS Ali ‘Imran, 3: 58) hingga firman-Nya, ’Maka katakanlah (Muhammad), ’Marilah
kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu.’ Maka Rasulullah Saw. mengajak
mereka untuk melakukan mula’anah (saling melaknat). Ia (perawi) berkata, ’Maka
beliau datang dengan membawa Al-Hasan, Al-Husain, Fathimah, keluarganya,
dan anak-anaknya.’ Ia berkata, ’Saat kedua rahib itu keluar dari tempat beliau,
salah seorang dari mereka berkata kepada temannya, ’Terimalah jizyah dan jangan
melakukan mula’anah dengannya.’ Maka temannya itu pun menerima kewajiban
untuk memberi jizyah. Lalu mereka kembali menemui Rasulullah Saw. dan ber-
kata, ’Kami menerima untuk memberikan jizyah, dan kami tidak akan melakukan
mula’anah denganmu’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Al-Hasan al-Hafizh telah mengabarkan
kepadaku, tentang sesuatu yang aku diizinkannya untuk diriwayatkannya.” Ia
berkata, “Abu Hafsh Umar bin Ahmad al-Wa’izh telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Abdurrahman bin Salman al-Asy’ats telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Yahya bin Hatim al-Askari telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Bisyr bin Mahran telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin
Dinar telah menceritakan kepada kami, dari Dawud bin Abi Hind, dari asy-Sya’bi, dari
Jabir bin Abdullah, ia berkata, ”Ada dua orang rahib Najran yang datang menemui
Rasulullah Saw., yakni al-‘Aqib dan Sayyid, maka beliau mengajak mereka kepada
Islam. Maka mereka berkata, ’Kami telah berislam sebelum kedatanganmu.’ Beliau
berkata, ’Kalian berdusta, jika kalian mau, aku akan memberi tahu kalian apa yang
menghalangi kalian untuk masuk Islam.’ Mereka berkata, ’Cobalah katakan kepada
kami.’ Beliau berkata, ’Kecintaan kepada salib, minum khamar, dan makan daging
babi.’ Lalu beliau mengajak mereka untuk melakukan mula’anah. Maka mereka
berjanji kepada beliau untuk datang keesokan paginya. Pada pagi harinya, Rasulullah
Saw. datang dengan membawa Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain. Lalu beliau
mengutus seseorang untuk memanggil mereka, namun mereka menolak untuk
datang, dan menerima untuk membayar jizyah. Maka Nabi Saw. berkata, ’Demi Zat
yang mengutusku dengan kebenaran, andai mereka melakukannya, niscaya akan
turun hujan api di atas lembah ini’.”
Jabir berkata, “Berkenaan dengan mereka, turunlah ayat ini, ’Maka katakanlah
(Muhammad), ’Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri

88
kami dan istri-istri kamu, kami sendiri dan kamu juga’.”
Asy-Sya’bi berkata, “Anak-anak kami di sini maksudnya adalah Al-Hasan dan
Al-Husain, wanita-wanita kami adalah Fathimah, dan diri kami adalah Ali bin Abi
Thalib Ra. “

QS Ali-‘Imran 3: 68

Firman Allah Swt, “Orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang yang
mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad).” (QS Ali-‘Imran, 3: 68)
Orang-orang Yahudi berkata, “Wahai Muhammad, engkau telah mengetahui
bahwa kami lebih dekat dengan agama Ibrahim daripadamu dan daripada orang
lain, dia adalah seorang Yahudi, sesungguhnya engkau hanya mendengki.” Maka
Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Dan al-Kalbi meriwayatkan dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas. Dan diriwayatkan
juga oleh Abdurrahman bin Ghanem, dari shahabat-sahabat Rasulullah Saw.
dan disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq bin Ja’far. Dan riwayat mereka saling
melengkapi satu dengan yang lainnya. Mereka berkata, “Ketika Ja’far bin Abi Thalib
dan sahabat-sahabatnya yang lain berhijrah ke Habasyah, dan mereka telah tinggal
di sana, lalu Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, dan terjadilah apa yang terjadi
di Badar, orang-orang Quraisy berkumpul di Darun Nadwah, mereka berkata,
’Sesungguhnya kita memiliki kesempatan terhadap para sahabat Muhammad yang
tinggal di sisi Najasyi, sebagai pembalasan atas orang-orang yang terbunuh di
Badar dari kalian. Kumpulkanlah harta kalian dan hadiahkanlah kepada Najasyi,
semoga ia mau menyerahkan kaum kalian yang tinggal di dekatnya. Dan hendaklah
tugas ini dilaksanakan oleh dua orang yang memiliki kecerdasan dari kalian.’ Maka
mereka pun mengutus Amr bin Ash dan Imarah bin Abi Mu’ith dengan membawa
hadiah berupa kulit dan yang lainnya. Mereka pun menyeberangi laut dan datang
ke Habasyah. Saat masuk menemui Najasyi, mereka bersujud kepadanya dan
mengucapkan salam. Lalu mereka berkata, ’Sesungguhnya kaum kami berterima
kasih kepadamu, dan menyenangi kebaikanmu, dan sungguh mereka telah
mengutus kami kepadamu untuk memperingatkanmu dari orang-orang yang
datang kepadamu itu, karena mereka adalah kaum dari seorang laki-laki pendusta,
ia menyangka bahwa ia adalah rasul Allah, dan tidak ada seorang pun dari kami
yang mengikutinya selain orang-orang yang bodoh. Kami telah menekan mereka
dan mengasingkan mereka ke salah satu sudut negeri kami. Tidak ada seorang pun
yang datang menemui mereka, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang keluar
dari sana. Mereka telah tersiksa dan mati oleh rasa lapar dan haus. Saat kondisi

89
telah sangat sulit bagi mereka, putra pamannya mengutus mereka ke negerimu
untuk merusak agamamu dan juga kerajaan dan rakyatmu. Maka berhati-hatilah
terhadap mereka, dan kembalikanlah mereka kepada kami agar kami dapat menye-
lamatkanmu dari mereka.’ Lalu mereka melanjutkan, ’Dan buktinya adalah bahwa
apabila mereka masuk menemuimu, mereka tidak akan bersujud kepadamu,
dan tidak pula memberi salam dengan cara yang biasa dilakukan oleh orang lain
kepadamu, dan itu karena kebencian mereka terhadap agama dan kebiasaanmu.’
Maka Najasyi pun memanggil mereka. Saat mereka tiba, Ja’far berteriak dari
pintu, ’Hizbullah (golongan Allah) meminta izin kepadamu.’ Maka Najasyi berkata,
’Perintahkanlah orang yang berteriak itu untuk mengulangi ucapannya.’ Dan
Ja’far pun mengulangi ucapannya. Lalu Najasyi berkata, ’Baik, persilakan mereka
masuk dengan keamanan dari Allah dan perlindungan-Nya.’ Maka Amr bin Ash
menoleh kepada temannya dan berkata, ’Tidakkah engkau mendengar bagaimana
mereka mengucapkan kata Hizbullah (golongan Allah) dan bagaimana Najasyi
menjawab mereka?’ Dan hal itu merupakan sesuatu yang buruk bagi mereka. Dan
ketika mereka masuk, mereka tidak bersujud kepada Najasyi. Maka Amr bin Ash
berkata, ’Tidakkan engkau lihat bahwa mereka terlalu sombong sehingga tidak
mau bersujud kepadamu?’ Maka Najasyi berkata, ’Apa yang menghalangi kalian
untuk bersujud kepadaku dan tidak pula memberi salam kepadaku dengan cara
yang dilakukan oleh orang-orang yang datang menemuiku dari segala penjuru?’
Mereka menjawab, ’Kami hanya bersujud kepada Allah yang telah menciptakanmu
dan memberimu kekuasaan. Adapun cara salam yang demikian itu =
=kami lakukan saat kami masih menyembah berhala. Lalu Allah mengutus
kepada kami seorang Nabi yang jujur, dan memerintahkan kami untuk
mengucapkan salam penghormatan yang diajarkan Allah kepada kami, yakni kata
as-Salam, yang merupakan salam penghormatan para penduduk surga.’ Maka
Najasyi segera mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu benar, dan juga
terdapat di dalam Taurat dan Injil. Lalu Najasyi bertanya, ’Siapa di antara kalian
yang tadi mengatakan bahwa ‘Hizbullah meminta izin kepadamu?’ Ja’far berkata,
’Aku.’ Najasyi berkata, ’Berbicaralah.’ Ja’far berkata, ’Engkau adalah salah satu
dari raja-raja yang ada di bumi, engkau juga berasal dari Ahli Kitab sehingga tidak
layak banyak pembicaraan di hadapanmu dan tidak pula kezaliman. Dan aku ingin
menjawab sebagai perwakilan dari teman-temanku, maka perintahkanlah kedua
orang ini agar hanya salah seorang dari mereka yang berbicara, sedangkan yang
lain diam, lalu engkau dapat mendengar pembicaraan kami.’ Maka Amr berkata
kepada Ja’far, ’Berbicaralah.’ Lalu Ja’far berkata kepada Najasyi, ’Tanyakanlah orang

90
ini, apakah kami budak ataukah orang yang merdeka? Jika kami adalah budak,
maka kembalikanlah kami kepada tuan-tuan kami dan kembalikanlah kami kepada
mereka.’ Maka Najasyi bertanya, ’Apakah mereka budak atau orang yang merdeka?’
Amr menjawab, ’Mereka adalah orang-orang yang merdeka dan terhormat.’ Maka
Najasyi berkata, ’Berarti kalian telah terlepas dari (kemungkinan) perbudakan.’
Ja’far berkata, ’Tanyakanlah kepada mereka, apakah kami pernah menumpahkan
darah tanpa kebenaran sehingga kami harus diqishash?’ Maka Amr berkata,
’Tidak pernah, bahkan setetes pun.’ Ja’far berkata, ’Tanyakanlah kepada mereka,
apakah kami pernah mengambil harta orang lain tanpa kebenaran sehingga kami
harus menggantinya?’ Maka Najasyi berkata, ’Hai Amr, jika (harta itu) berjumlah
sangat banyak, maka aku akan menggantinya.’ Maka Amr berkata, ’Tidak, bahkan
satu qirath pun tidak.’ Najasyi bertanya kepada Amr, ’Apa yang kalian inginkan
dari mereka?’ Amr menjawab, ’Dulu kami dan mereka berada dalam satu agama
dan juga satu perkara, yakni dalam agama nenek moyang kami. Lalu mereka
meninggalkan agama itu dan mengikuti agama yang lain, sementara kami tetap
di dalam agama kami. Dan sekarang kaum mereka mengutus kami kepadamu
agar engkau mengembalikan mereka kepada kami.’ Maka Najasyi berkata, ’Apakah
agama yang kalian anut saat ini, agama yang kalian ikuti itu? Jujurlah kepadaku.’
Ja’far menjawab, ’Adapun agama kami yang dulu, kami telah meninggalkannya,
karena itu adalah agama setan dan perintahnya; dulu kami kufur kepada Allah
Swt., dan menyembah batu. Adapun agama kami yang sekarang adalah agama
Allah, Islam, Rasul Allah telah datang membawa agama ini kepada kami, dan
juga dengan kitab sebagaimana kitab Isa putra Maryam, dan menguatkannya.’
Maka Najasyi berkata, ’Hai Ja’far, engkau telah berbicara tentang suatu perkara
yang sangat agung, tahanlah sebentar.’ Kemudian Najasyi memerintahkan untuk
memukul lonceng sehingga berkumpul di hadapannya seluruh pendeta dan rahib.
Setelah mereka semua berkumpul di hadapannya, Najasyi berkata, ’Aku bertanya
kepada kalian demi Allah yang telah menurunkan Injil kepada Isa, apakah kalian
mengetahui bahwa antara Isa =
=dan hari Kiamat terdapat seorang nabi yang diutus?’ Mereka menjawab,
’Demi Allah, benar. Isa telah memberi kabar gembira itu kepada kita, dan ia
berkata, ’Barang siapa yang beriman kepadanya, berarti ia juga telah beriman
kepadaku, dan barang siapa yang ingkar kepadanya, berarti ia juga telah ingkar
kepadaku.’ Maka Najasyi berkata kepada Ja’far, ’Apa yang dikatakan oleh orang
ini kepada kalian, dan apa yang diperintahkannya dan apa pula yang dilarangnya
dari kalian?’ Ja’far menjawab, ’Beliau membacakan kitab Allah kepada kami, dan

91
beliau memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar.
Beliau juga memerintahkan untuk menjadi tetangga yang baik, menyambung tali
silaturahim, berbuat baik kepada anak yatim, dan beliau memerintahkan kami
untuk menyembah Allah yang Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.’ Maka Najasyi
berkata, ’Bacakanlah kepada kami sebagian dari apa yang ia bacakan kepada kalian.’
Maka Ja’far membacakan surat Al-Ankabut dan surat Ar-Rum kepada mereka. Dan
berlinanglah air mata Najasyi dan para pengikutnya. Lalu mereka berkata, ’Hai Ja’far,
tambahkanlah untuk kami kata-kata yang baik itu.’ Dan Ja’far pun membacakan
surat Al-Kahfi kepada mereka. Maka Amr berniat untuk membangkitkan kemarahan
Najasyi dengan mengatakan, ’Sesungguhnya mereka mencaci Isa dan ibunya.’
Maka Najasyi berkata, ’Apa yang mereka katakan tentang Isa dan ibunya?’ Ja’far
pun membacakan surat Maryam kepada mereka. Dan ketika ia sampai pada ayat
yang membicarakan tentang Maryam dan Isa, Najasyi mengangkat sepotong kayu
siwak yang tersisa di tangannya, lalu ia berkata, ’Demi Allah, al-Masih Isa tidak lebih
lebih sedikit pun dari apa yang kalian katakan.’ Kemudian Najasyi menoleh kepada
Ja’far dan teman-temannya dan berkata, ’Pergilah, kalian aman di negeriku, barang
siapa mencaci kalian atau menyakiti kalian harus membayar denda.’ Lalu ia berkata,
’Bergembiralah dan jangan takut, pada hari ini tidak ada kejatuhan bagi hizb
(golongan) Ibrahim.’ Mereka bertanya, ’Wahai Najasyi, siapakah golongan Ibrahim
itu?’ Ia menjawab, ’Kelompok mereka (Ja’far dan teman-temannya), dan sahabat
mereka yang mengutus mereka dan juga orang-orang yang mengikuti mereka.’
Akan tetapi orang-orang musyrik mengingkari itu dan mereka mengaku sebagai
golongan Ibrahim. Kemudian Najasyi mengembalikan kepada Amr dan temannya
harta hadiah mereka bawa, seraya berkata, ’Sesungguhnya hadiah yang kalian
berikan kepadaku ini adalah sebuah suap, ambillah kembali, sesungguhnya Allah
memberiku kekuasaan tanpa mengambil suap dariku.’ Ja’far berkata, ’Lalu mereka
pun pergi, dan kami tinggal di negeri terbaik, dan bertetangga dengan yang paling
mulia. Dan pada hari itu, berkenaan dengan pertikaian mereka mengenai Ibrahim,
Allah menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya di Madinah.”

QS Ali-‘Imran 3: 68

Firman Allah Swt, “Orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang yang
mengikutinya,” di dalam agamanya dan juga sunnahnya, “dan Nabi ini” yakni Nabi
Muhammad Saw. “dan orang-orang yang beriman. Allah adalah pelindung orang-
orang yang beriman.” (QS Ali-‘Imran, 3: 68)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Hamid Ahmad bin Al-Hasan al-Warraq telah

92
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ahmad Muhammad bin Ahmad
al-Jazari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrahman bin Abu
Hatim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Sa’id al-Asyajj telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Waki’ telah menceritakan kepada kami,
dari Sufyan bin Sa’id, dari ayahnya, dari Abu Adh-Dhuha, dari Abdullah, ia berkata,
“Rasulullah Saw. bersabda, ’Sesungguhnya setiap Nabi memiliki wali-wali dari
kalangan para Nabi, dan aku lebih dekat daripada mereka dengan bapakku al-
Khalil, yakni bapakku Ibrahim.’ Kemudian beliau membaca ayat, ’Orang yang paling
dekat kepada Ibrahim adalah orang yang mengikutinya, dan Nabi ini’.”

QS Ali-‘Imran 3: 69

69- Firman Allah Swt, “Segolongan ahli kitab ingin menyesatkan kamu.” (QS Ali-
‘Imran, 3: 69)=
=ayat ini turun berkenaan dengan Mu’adz bin Jabal dan Ammar bin Yasir,
saat orang-orang Yahudi mengajak mereka untuk masuk ke dalam agama mereka
(Yahudi). Dan kisahnya telah disebutkan sebelumnya di dalam surat al-Baqarah.”

QS Ali-‘Imran 3: 72

Firman Allah Swt, “Dan segolongan ahli kitab berkata (kepada sesamanya), ‘Ber-
imanlah kamu.’..” (QS Ali-‘Imran, 3: 72)
Al-Hasan dan as-Suddi berkata, “Terjadi kesepakatan di antara dua belas orang
pendeta Yahudi Khaibar, sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain,
’Masuklah ke dalam agama Muhammad di pagi hari dengan lisan tanpa meya-
kininya, dan kemudian kufurlah kepadanya di sore hari, lalu katakanlah kepada
manusia, ’Sesungguhnya kami telah membaca kitab kami, dan bermusyawarah
dengan para ulama kami, dan kami mendapat bahwa Muhammad bukanlah =
=seorang nabi, dan telah jelas bagi kami kebohongan dan kebatilan agama-
nya.’ Apabila kalian melakukan itu, para sahabatnya akan ragu terhadap agama
mereka karena mereka akan berkata, ’Mereka adalah Ahli Kitab dan mereka lebih
mengetahui tentangnya daripada kita.’ Sehingga mereka akan meninggalkan
agama mereka dan masuk ke dalam agama kalian.’ Maka Allah menurunkan ayat
ini, dan memberitahukan tentang niat busuk mereka itu kepada Nabi-Nya dan
orang-orang yang beriman.”
Mujahid, Muqatil, dan al-Kalbi berkata, “Ini berkenaan dengan permasalah-
an kiblat. Saat kiblat dialihkan kepada Ka’bah, hal itu menyusahkan orang-orang
Yahudi karena kiblat kaum muslimin telah berbeda dengan mereka. Maka Ka’ab

93
bin al-Asyraf berkata kepada teman-temannya, ’Berimanlah kepada apa yang
diturunkan kepada Muhammad mengenai Ka’bah, dan salatlah menghadapnya di
pagi hari, lalu ingkarilah Ka’bah di sore hari, dan kembalilah kepada kiblat kalian,
semoga mereka berkata, ’Mereka adalah Ahli Kitab dan mereka lebih mengetahui
dari kita,’ sehingga mungkin mereka akan kembali kepada kiblat kita. Maka Allah
memperingatkan Nabi-Nya tentang rencana makar mereka, dan memperlihatkan
kepada beliau tentang rahasia mereka, dan Allah menurunkan, ’Dan segolongan
Ahli Kitab berkata (kepada sesamanya), ’Berimanlah kamu.’.”

QS Ali-‘Imran 3: 77

Firman Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah


dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah.” (QS Ali-‘Imran, 3: 77)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Al-Hasan al-Qadhi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hajib bin Ahmad telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Hammad telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Muawiyah telah mengabarkan kepada kami, dari Sufyan,
dari al-A’masy, dari Abdullah, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ’Barang siapa
bersumpah atas sesuatu dan ia berdusta dalam sumpahnya itu demi mendapatkan
harta dari seorang muslim, maka ia akan berjumpa dengan Allah, dan Dia dalam
keadaan murka kepadanya.’ Maka al-Asy’ats bin Qais berkata, ’Demi Allah, ayat
ini turun berkenaan dengan diriku, aku pernah memiliki sebidang tanah bersama
seorang Yahudi, lalu ia mengingkariku, maka aku pun membawanya kepada
Nabi Saw. lalu beliau berkata, ’Apakah engkau memiliki bukti?’ Aku menjawab,
’Tidak.’ Lalu beliau bertanya kepada orang Yahudi itu, ’Apakah engkau bersedia
bersumpah?’ maka aku pun berkata, ’Ia pasti akan bersumpah dan pergi dengan
membawa hartaku.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Sesungguhnya orang-
orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan
harga yang murah’.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdan, dari Abu Hamzah, dari al-A’masy.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Mahrajani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin
Muhammad az-Zahid telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Qasim al-
Baghawi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Sulaiman
telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Shaleh bin Umar telah menceritakan
kepadaku, dari al-A’masy, dari Syaqiq, ia berkata, “Abdullah berkata, Rasulullah
Saw. bersabda, ’Barang siapa bersumpah atas sesuatu, dan ia berdusta dalam

94
sumpahnya itu, demi mendapatkan suatu harta, maka ia akan berjumpa dengan
Allah, dan Dia dalam keadaan murka kepadanya.’ Maka Allah menurunkan
firman-Nya, ’Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah.’ Lalu datanglah al-Asy’ats bin
Qais dan berkata, ’Apa yang dikatakan oleh Abu Abdurrahman kepada kalian?’
Kami menjawab, ’Begini dan begitu.’ Maka ia berkata, ’Sungguh ayat itu turun
berkenaan denganku, aku pernah berperkara dengan seseorang kepada Rasulullah
Saw., lalu berliau bertanya, ’Apakah engkau memiliki bukti?’ Aku menjawab,
’Tidak.’ Lalu beliau bertanya kepada seteruku, ’Apakah engkau berani bersumpah?’
Aku katakan, ’Tentu dia akan bersumpah.’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, ’Barang
siapa yang bersumpah atas sesuatu dan ia berdusta dalam sumpahnya itu demi
mendapatkan suatu harta, maka ia akan berjumpa dengan Allah, dan Dia dalam
keadaan murka kepadanya.’=
= maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Sesungguhnya orang-orang yang
memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang
murah.’
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Hajjaj bin Minhal dari Abu Awanah. Dan
diriwayatkan juga oleh Muslim dari Abu Bakar bin Abu Syaibah, dari Waki’, dan
juga dari Ibnu Numair, dari Abu Muawiyah, semuanya dari al-A’masy.
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman asy-Syadziyakhi telah menga-
barkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad
bin Zakariya telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin
Abdurrahman al-Faqih telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad
bin Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrazzaq telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan telah menceritakan kepada
kami, dari Manshur dan al-A’masy, dari Abu Wa’il, ia berkata, telah berkata
Abdullah, “Rasulullah Saw. bersabda, ’Tidaklah seseorang bersumpah palsu, demi
mendapatkan suatu harta, melainkan ia akan berjumpa dengan Allah, dan Dia
dalam keadaan murka kepadanya.’ Ia berkata, ’Maka Allah menurunkan firman-
Nya, ’Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-
sumpah mereka dengan harga yang murah.’ Ia berkata, ’Kemudian datanglah al-
Asy’ats dan Abdullah berbicara kepada mereka, lalu al-Asy’ats berkata, ‫ط‬Ayat ini
turun berkenaan denganku dan seorang lelaki yang aku perkarakan karena urusan
sebuah sumur. Nabi Saw. bertanya, ’Apakah engkau memiliki bukti?’ Aku menjawab,
’Tidak.’ Lalu beliau berkata, ’Kalau begitu orang ini harus bersumpah kepadamu?’
Aku katakan, ’Tentu dia akan bersumpah.’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, ’Barang

95
siapa bersumpah atas sesuatu, dan ia berdusta dalam sumpahnya itu, demi
mendapatkan suatu harta, maka ia akan berjumpa dengan Allah, dan Dia dalam
keadaan murka kepadanya’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Amr bin Amr al-Muzakki telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin al-Makki telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Ismail al-Bukhari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Ali bin Sumayyah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “al-Awwam bin
Hausyab telah mengabarkan kepada kami, dari Ibrahim bin Abdurrahman, dari
Abdullah bin Abi Aufa, “Bahwa seorang lelaki menggelar barang dagangannya di
pasar, lalu ia bersumpah bahwa ia telah diberi suatu barang yang sebenarnya belum
diberikan, hal itu dilakukannya untuk menjebak salah seorang dari kaum muslimin,
maka turunlah ayat, ’Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji
Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah’.”
Al-Kalbi berkata, “Ada sejumlah ulama Yahudi yang hidup dalam kemiskinan,
dan kemudian mereka ditimpa oleh tahun paceklik, sehingga mereka datang
bersama-sama menemui Ka’ab bin al-Asyraf di Madinah. Lalu Ka’ab bertanya
kepada mereka, ’Apakah kalian mengetahui dari kitab kalian bahwa orang ini adalah
Rasul Allah?’ Mereka menjawab, ’Benar, apakah engkau tidak mengetahuinya?’ Ia
menjawab, ’Tidak.’ Maka mereka berkata, ”Sesungguhnya kami bersaksi bahwa ia
adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.’ Maka Ka’ab berkata, ’Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan banyak kebaikan dari kalian. Sekarang kalian telah datang kepadaku
dan aku bersedia untuk memberi makan kalian dan memberi pakaian untuk
keluarga kalian, sementara Allah telah mengharamkannya untuk kalian dan juga
mengharamkannya untuk keluarga kalian.’ Maka mereka berkata, ’Sesungguhnya
kami masih agak ragu tentangnya, tunggulah sampai kami menemuinya.’ Lalu
mereka pun pergi dan menuliskan yang berbeda dengan ciri-ciri beliau. Kemudian
mereka menemui Nabi Saw. dan berbicara serta bertanya kepada beliau. Setelah itu
mereka kembali kepada Ka’ab dan berkata, ’Tadinya kami menganggap bahwa ia
adalah Rasul Allah, tapi setelah kami menemuinya, ternyata ia tidak cocok dengan
yang digambarkan kepada kami, dan kami menemukan bahwa ciri-cirinya berbeda
dengan yang ada pada kami.’ Lalu mereka mengeluarkan apa yang telah mereka
tulis. Saat Ka’ab melihatnya, ia merasa gembira, dan segera memberi mereka
makanan dan uang. Maka Allah menurunkan ayat ini.=
= dan Ikrimah berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Rafi’, Lubabah
bin Abu al-Haqiq, Huyay bin Akhthab, dan tokoh-tokoh Yahudi lainnya. Mereka

96
menyembunyikan apa yang telah dijanjikan Allah kepada mereka di dalam Taurat
mengenai Muhammad Saw., dan mereka menggantinya. Lalu mereka menulis
dengan tangan mereka sendiri hal yang berbeda, dan kemudian mereka bersumpah
bahwa itu berasal dari Allah. Itu mereka lakukan agar mereka tetap memperoleh
uang suap dan makanan yang diberikan oleh para pengikut mereka untuk mereka.”

QS Ali-‘Imran 3: 79

Firman Allah Swt, “Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh
Allah.” (QS Ali-‘Imran, 3: 79)
Ad-Dahhak dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kaum
Nasrani Najran ketika mereka menyembah Isa, dan firman-Nya, ’seseorang,’ di
sini maksudnya adalah Isa. Dan firman-Nya, ’yang telah diberi kitab oleh Allah‘
maksudnya adalah Injil.”
Dan Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat al-Kalbi dan Atha’, “Sesungguhnya
Abu Rafi’ sang Yahudi dan seorang tokoh dari kaum Nasrani Najran berkata, ’Hai
Muhammad, Apakah engkau ingin agar kami menyembahmu dan menjadikanmu
tuhan?’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, ’Aku berlindung kepada Allah jika selain
Allah disembah, atau jika kami memerintahkan untuk menyembah selain Allah,
bukan untuk itu Dia mengutusku, dan bukan untuk itu pula Dia memerintahkanku.’
Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Dan Al-Hasan berkata, “Aku mendengar bahwa seseorang berkata kepada
Rasulullah Saw., ’Wahai Rasulullah, kami memberi salam kepadamu sebagaimana
kami memberi salam satu sama lain, tidakkah kami harus bersujud kepadamu?’
Beliau bersabda, “Tidak selayaknya seseorang bersujud kepada selain Allah, akan
tetapi hormatilah Nabi kalian, dan kembalikanlah kebenaran itu kepada yang
berhak.’ Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.”

QS Ali-‘Imran 3: 83

83- Firman Allah Swt, “Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain
agama Allah.” (QS Ali-I’mran, 3: 83)=
= Ibnu Abbas berkata, “Dua kelompok dari ahli kitab saling bertikai di
hadapan Rasulullah Saw. tentang apa yang mereka perselisihkan mengenai
agama Ibrahim. Masing-masing dari mereka merasa bahwa ia lebih dekat dengan
agamanya. Maka Nabi Saw. berkata, ’Kedua kelompok ini sama-sama terlepas dari
agama Ibrahim.’ Mereka menjadi marah dan berkata, ’Demi Allah kami tidak rela
dengan ketetapanmu dan kami juga tidak akan mengambil agamamu.’ Maka Allah

97
menurunkan firman-Nya, ’Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain
agama Allah’.”

QS Ali-‘Imran 3: 86

Firman Allah Swt, “Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum
yang kafir setelah mereka beriman.” (QS Ali-I’mran, 3: 86)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar al-Haritsi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Hayyan telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya Abdurrahman bin Muhammad telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ali bin ‘Ashim telah menceritakan kepada kami, dari Khalid dan Dawud, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas, “Bahwa ada seorang lelaki dari Anshar yang murtad
dan bergabung dengan orang-orang musyrik, maka Allah menurunkan firman-
Nya, ’Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir
setelah mereka beriman,’ hingga firman-Nya, ’Kecuali orang-orang yang bertaubat
setelah itu.’ Lalu kaumnya mengutus seseorang membawakan ayat ini kepadanya.
Ketika dibacakan kepadanya, ia berkata, ’Demi Allah, kaumku tidak akan berdusta
kepadaku dengan menggunakan nama Rasulullah Saw., dan Rasulullah Saw. juga
tidak akan berdusta dengan nama Allah, dan Allah adalah yang paling jujur diantara
mereka.’ Maka ia pun kembali masuk Islam, dan Rasulullah Saw. pun menerimanya
dan tidak memberi hukuman apa-apa kepadanya.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Muhammad , telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Yahya telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl telah menceritakan
kepada kami, dari Yahya bin Abi Za’idah, dari Dawud bin Abi Hind, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas, “Ada seorang lelaki dari Anshar yang murtad dari Islam dan
bergabung dengan orang musyrik. Lalu ia merasa menyesal dan mengirim pesan
kepada kaumnya agar mereka bertanya kepada Rasulullah Saw., ’Apakah aku
memiliki kesempatan untuk bertaubat? Sesungguhnya aku merasa menyesal.’
Maka turunlah ayat, ’Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum
yang kafir setelah mereka beriman,’ hingga firman-Nya, ’Kecuali orang-orang yang
bertaubat setelah itu.’ Maka kaumnya mengirimkan surat dan menyampaikan ayat
ini kepadanya, dan ia pun kembali dan masuk Islam.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman bin Abi Hamid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Zakariya telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman al-Faqih telah mengabarkan kepada

98
kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Yasar telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Musaddad bin Musarhad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ja’far bin
Sulaiman telah menceritakan kepada kami, dari Humaid bin al-A’raj, dari=
=Mujahid berkata, “Sebelumnya al-Harits bin Suwaid telah masuk islam dan
bersama-sama dengan Rasulullah Saw. Namun kemudian ia bergabung dengan
kaumnya dan kembali kafir. Maka berkenaan dengan dirinya, diturunkahlah ayat ini,
((Bagaimana Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah
mereka beriman)) hingga firman-Nya, ((Maka sungguh, Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.)) Lalu salah seorang dari kaumnya membawa ayat ini kepadanya
dan membacakannya untuknya, maka al-Harits berkata, “Demi Allah, sejauh yang
aku kenal, engkau adalah orang yang jujur, dan sungguh Rasulullah Saw. lebih
jujur darimu, dan sungguh Allah lebih jujur diantara kalian bertiga.” Kemudian ia
kembali dan masuk islam dengan baik.

QS Ali-‘Imran 3: 90

90- Firman Allah Swt., ((Sungguh, orang-orang yang kafir setelah beriman...))
Telah berkata Hasan, Qatadah, dan Atha’ al-Khurasani, “Ayat ini turun
berkenaan dengan orang-orang yahudi. Sebelumnya mereka kufur terhadap Isa
dan Injil, lalu mereka bertambah kufur kepada Muhammad dan al-Qur’an. Dan
Abu al-Aliyah berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yahudi dan
nasrani, mereka kufur kepada Muhammad Saw. setelah mereka beriman kepada
sifat-sifat dan ciri-cirinya, dan kemudian mereka bertambah kufur dengan tetapnya
mereka di dalam kekufuran mereka.

QS Ali-‘Imran 3: 93

93- Firman Allah Swt., ((Semua makanan itu halal bagi Bani Israil...))
Abu Rauq dan al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun saat Nabi Saw. berkata,
“Sesungguhnya kami berada di atas agama Ibrahim.” Maka orang-orang yahudi
berkata, “Bagaimana mungkin, bukankah engkau memakan daging unta dan
susunya.” Maka Nabi Saw. berkata, “Semua itu halal bagi Ibrahim, dan kami
juga menghalalkannya.” Maka orang-orang yahudi berkata, “Semua yang kami
haramkan pada hari ini=
= sesungguhnya juga diharamkan atas Nuh dan Ibrahim, hingga sampai
kepada kami. Maka, untuk mendustakan perkataan mereka itu, Allah Swt.
menurunkan firman-Nya, ((Semua makanan itu halal bagi Bani Israil...))

99
QS Ali-‘Imran 3: 96

96- Firman Allah Swt., ((Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun
untuk manusia...))
Mujahid berkata, “Suatu ketika, kaum Muslimin dan Yahudi saling
membanggakan diri. Orang-orang Yahudi berkata, “Baitul Maqdis lebih utama
dan lebih agung dari Ka’bah karena ia merupakan tempat hijrahnya para Nabi dan
tempat yang suci. Lalu. kaum Muslimin berkata, “Akan tetapi, Ka’bah lebih utama.”
Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Ali-‘Imran 3: 100

100- Firman Allah Swt., ((Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti
sebagian dari orang yang diberi kitab...))
Telah mengabarkan kepada kami Abu Umar al-Askari –sesuai dengan yang
diizinkan baginya untuk meriwayatkannya-, ia berkata, telah mengabarkan
kepadaku Muhammad bin Husain al-Haddad, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Yahya bin Khalid, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Ishaq bin Ibrahim, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami al-
Muammil bin Ismail, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid,
telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ikrimah, ia berkata, “Dulu di antara
dua perkampungan ini, yakni antara Aus dan Khazraj, terdapat peperangan pada
masa jahiliyah. Ketika Islam datang, mereka berdamai, dan Allah Swt. menyatukan
hati-hati mereka. Lalu duduklah seorang Yahudi di sebuah majelis yang di dalamnya
terdapat beberapa orang yang berasal dari suku Aus dan Khazraj. Lalu orang
Yahudi itu menyenandungkan syair yang digubah oleh seseorang yang berasal dari
salah satu suku tersebut di masa perang mereka sehingga seolah mereka kembali
memasuki masa-masa itu. Maka, suku yang satu lagi mengatakan, “Penyair kami
pernah mengatakan pada hari itu, begini dan begitu.” Lalu suku yang lain berkata,
“Penyair kami mengatakan pada hari itu begini dan begitu.” Akhirnya, mereka
berkata, “Mari kita ulangi perang itu sebagaimana semula.” Lalu beberapa orang
berseru, “Wahai keluarga Aus.” Dan yang lainnya berseru, “Wahai keluarga=
=Khazraj. Mereka pun berkumpul dengan membawa senjata masing-masing
serta telah siap berbaris untuk berperang. Maka, turunlah ayat ini. Kemudian, Nabi
Saw. datang dan berdiri di antara kedua barisan itu dan membacakan ayat ini.
Beliau sengaja mengeraskan suaranya. Ketika mendengar suara beliau, mereka
pun diam mendengarkan. Begitu beliau selesai, mereka segera membuang senjata-

100
senjata mereka dan saling memeluk satu sama lain sambil menangis.
Zaid bin Aslam berkata, “Syas bin Qais, seorang Yahudi yang telah tua dan
telah banyak malang melintang di masa jahiliyah, amat besar kekufurannya dan
amat dahsyat kedengkiannya terhadap kaum muslimin. Suatu hari ia berjalan
melewati beberapa orang sahabat Nabi Saw. yang berasal dari suku Aus dan
Khazraj sedang berada di dalam majelis mereka dan saling berbincang satu sama
lain. Ia begitu marah dengan apa yang dilihatnya, yakni oleh persatuan dan
kesatuan mereka, serta kedamaian yang ada di antara mereka di dalam Islam,
setelah permusuhan yang mendera mereka sebelumnya pada masa jahiliyah.
Maka, ia berkata, “Sungguh, orang-orang dari Bani Qailah telah bersatu di negeri
ini. Demi Allah, jika mereka bersatu, kita tidak akan bisa tetap tegak di hadapan
mereka.” Maka, ia memerintahkan seorang pemuda Yahudi yang ada bersamanya.
Ia berkata, “Pergilah kepada mereka dan duduklah bersama mereka kemudian
ingatkanlah mereka tentang Perang Bu’ats dan apa yang terjadi pada saat itu dan
senandungkan juga beberapa syair yang dulu biasa mereka senandungkan.” Bu’ats
adalah hari dimana kaum Aus dan Khazraj saling berperang satu sama lain dan saat
itu kemenangan diraih oleh Aus atas Khazraj. Maka, pemuda itu pun melakukannya
sehingga mereka larut dalam pembicaraan itu sampai mereka bertengkar dan saling
membanggakan diri. Akhirnya, majulah dua orang dari masing-masing suku: Aus
bin Qaizhi, yang berasal dari Bani Haritsah dari Aus, dan Jabir bin Shakhr dari Bani
Salamah dari Khazraj. Mereka saling mengejek satu sama lain hingga salah seorang
dari mereka berkata kepada yang lain, “Jika engkau mau, aku akan mengulanginya
sebagaimana semula.” Kedua kelompok pun makin dikuasai oleh amarah dan
mereka berkata, “Pulanglah dan ambillah senjata, tempat pertemuan kalian adalah
di Zhahirah, yakni di Harrah,” lalu mereka pun keluar menuju ke sana. Sementara
itu, setiap orang dari suku Aus dan Khazraj bergabung dengan kelompoknya, sesuai
dengan fanatisme yang mereka miliki pada masa jahiliyah. Lalu, masalah ini sampai
ke telinga Nabi Saw. dan beliau segera pergi menemui mereka bersama beberapa
orang kaum muhajirin. Setelah sampai di tempat mereka, beliau bersabda, “Wahai
kaum muslimin, apakah kalian mengajak kembali kepada jahiliyah sementara aku
masih berada di tengah-tengah kalian, setelah sebelumnya Allah memuliakan kalian
dengan Islam dan dengannya Allah menyingkirkan perkara jahiliyah dari kalian dan
juga menyatukan kalian. Sekarang kalian ingin kembali kepada kekufuran kalian?
Ingatlah Allah...ingatlah Allah.” Maka, mereka pun sadar bahwa itu merupakan
bisikan dari setan dan tipu daya dari musuh mereka. Mereka pun melemparkan
senjata dari tangan mereka dan menangis. Mereka saling memeluk kemudian

101
kembali bersama Rasulullah Saw. dengan mendengar dan menaati beliau. Maka,
Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman,” yakni dari
Aus dan Khazraj, “Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi kitab.”
Yakni Syas dan teman-temannya, “Niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi kafir setelah beriman.” Jabir bin Abdullah berkata, “Tidak ada orang
yang lebih tidak kami inginkan muncul pada saat itu selain Rasulullah Saw. Beliau
memberi isyarat dengan tangannya sehingga kami menahan diri kemudian Allah
Swt. mendamaikan apa yang terjadi di antara kami. Maka, tidak ada orang yang
lebih kami cintai daripada Rasulullah Saw. Aku tidak pernah melihat hari yang
awalnya begitu buruk, namun akhirnya begitu indah melebihi hari itu.”

QS Ali-‘Imran 3: 101

101- Firman Allah Swt., ((Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir...))
Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Hasan al-Hairi, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ya’qub, telah menceritakan kepada
kami Abbas ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim al-Fadhl=
=telah menceritakan kepada kami Qais bin ar-Rabi’, dari al-Agharr, dari Khali-
fah bin Hushain, dari Abu Nashr, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Terdapat pertikaian
yang buruk antara Aus dan Khazraj pada masa jahiliyah. Lalu hal itu disampai-
kan kepada beliau. Beliau pun pergi menemui mereka dan turunlah ayat ini, ((Dan
bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada
kamu, dan rasul-Nya (Muhammad) pun ada di tengah-tengah kamu.” Dan , “Dan
berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai.)) (QS Ali Imran, 3: 103).
Telah mengabarkan kepada kami asy-Syarif bin Ismail bin Hasan bin Muhammad
bin Husain an-Naqib, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami kakekku
Muhammad bin Husain, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin
Muhammad bin Husain al-Hafizh, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Hatim bin Yunus al-Jurjani, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibrahim
bin Abi al-Laits, ia berkata, telah menceritakan kepada kami al-Asyja’i, dari Sufyan,
dari Khalifah bin Hushain, dari Abi Nashr, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Suatu ketika
orang-orang Aus dan Khazraj berbincang-bincang satu sama lain, lalu mereka
marah sehingga hampir terjadi perang di antara mereka. Lalu masing-masing dari
mereka mengambil senjata mereka, maka turunlah ayat, “Dan bagaimana kamu
(sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu,” sampai
firman-Nya, “Lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.”

102
QS Ali-‘Imran 3: 110

110- Firman Allah Swt., ((Kamu (umat islam) adalah umat terbaik...))
Ikrimah dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ibnu Mas’ud
dan Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, dan Salim pelayan Abu Hudzaifah. Saat itu,
Malik bin ash-Shaif dan Wahab bin Yahudza berkata kepada mereka, “Sesungguhnya
agama kami lebih baik daripada apa yang kalian serukan kepada kami dan kami
juga lebih baik dan lebih utama daripada kalian.” Maka, Allah Swt. menurunkan
ayat ini.

QS Ali-‘Imran 3: 111

111- Firman Allah Swt., ((Mereka tidak akan membahayakan kamu, kecuali
gangguan-gangguan kecil saja...))
Muqatil berkata, “Para pemimpin Yahudi, seperti Ka’ab, Yahri, Nu’man, Abu
Rafi’, Abu Yasir, dan Ibnu Shuriya, pergi mendatangi orang-orang yang beriman dari
mereka, seperti Abdullah bin Salam dan teman-temannya, lalu para tokoh Yahudi
itu menyakiti mereka karena keislaman mereka. Maka, Allah Swt. menurunkan ayat
ini.

QS Ali-‘Imran 3: 113

113- Firman Allah Swt., ((Mereka itu tidak (seluruhnya) sama...))


Ibnu Abbas dan Muqatil berkata, “Ketika Abdullah bin Salam masuk Islam dan
begitu pula dengan Tsa’labah bin Sa’nah, Usaid bin Sa’nah, Asad bin Ubaid, dan
orang-orang Yahudi lainnya yang masuk Islam, para pendeta Yahudi berkata, “Tidak
ada yang beriman kepada Muhammad selain orang-orang yang buruk dari kita.
Jika mereka adalah orang-orang pilihan, mereka tidak akan meninggalkan agama
bapak-bapak mereka. Lalu mereka berkata kepada orang-orang yang masuk Islam
itu, “Kalian telah berkhianat saat kalian menukar agama kalian dengan agama
lainnya.” Maka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Mereka itu tidak (seluruhnya)
sama.”
Ibnu Mas’ud berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan shalat Isya,
dimana kaum muslimin mengerjakannya, sementara ahli kitab yang lain tidak
mengerjakannya.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’id Muhammad bin Abdurrahman
ar-Razi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Umar Muhammad bin
Ahmad al-Hairi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Ali bin

103
al-Mutsanna, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Hasyim bin al-Qasim, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Syaiban, dari Ashim, dari Zurr, dari Ibnu Mas’ud, ia
berkata, “Pada suatu malam, Rasulullah Saw. mengakhirkan shalat Isya. Kemudian,
beliau keluar menuju masjid dan ternyata orang-orang telah menunggu untuk
shalat. Maka, beliau bersabda, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun pemeluk
agama yang berzikir kepada Allah di waktu seperti ini, selain kalian.” Ia berkata,
“Maka turunlah ayat-ayat ini, ((Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara ahli
kitab ada segolongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah...)) Sampai
firman-Nya, ((Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa...))
Telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Nuh, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Ali bin Ahmad al-Faqih, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin al-Musayyib, ia berkata=
=telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abdul A’la, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab, ia berkata, telah mengabarkan
kepadaku Yahya bin Ayyub, dari Ibnu Zajr, dari Sulaiman, dari Zurr bin Hubaisy, dari
Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Pada suatu malam, Rasulullah Saw. terlambat
keluar menemui kami dan beliau berada bersama salah seorang istrinya. Beliau
tidak keluar menemui kami untuk melaksanakan shalat Isya hingga berlalu sepertiga
malam. Kemudian, beliau datang dan saat itu di antara kami ada yang tengah
shalat dan ada pula yang berbaring, lalu beliau memberi kami kabar gembira
dengan mengatakan, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun dari ahli kitab yang
mengerjakan shalat ini.” Maka, turunlah ayat, “Mereka itu tidak (seluruhnya) sama.
Di antara ahli kitab ada segolongan yang jujur. Mereka membaca ayat-ayat Allah
pada malam hari dan mereka (juga) bersujud (shalat).”

QS Ali-‘Imran 3: 118

118- Firman Allah Swt., ((Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagamamu)...))
Ibnu Abbas dan Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
sekelompok kaum mukminin yang bergaul dengan tulus dengan orang-orang
munafik serta melakukan hubungan dengan beberapa orang Yahudi karena didasari
oleh kekerabatan, pertemanan, persekutuan, atau juga karena bertetangga, dan
saudara sesusuan. Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini yang melarang mereka
berbicara dengan orang-orang itu secara sembunyi-sembunyi karena ditakutkan
adanya fitnah yang timbul dari orang-orang itu.

104
QS Ali-‘Imran 3: 121

121- Firman Allah Swt., ((Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat
pada pagi hari...))
Telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin Muhammad az-Zahid, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Abu Ali al-Faqih, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Abu Qasim al-Baghawi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Abdul Hamid al-Hamani, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Ja’far al-Makhzami, dari Ibnu Aun, dari al-Mas’ad bin Makhramah, ia
berkata, aku berkata kepada Abdurrahman bin Auf, “Wahai Pamanku, ceritakanlah
kepadaku tentang kisah kalian di Perang Uhud.” Ia berkata, “Bacalah surah Ali Imran
ayat 120, engkau akan menemukan firman-Nya, ((Dan (ingatlah), ketika engkau
(Muhammad) berangkat pada pagi hari.)) Sampai firman Allah Swt., ((Kemudian
setelah kamu ditimpa kesedihan itu, Dia menurunkan rasa aman kepadamu
(berupa) kantuk yang meliputi sebagian dari kamu.)) (QS Ali Imran, 3: 154).

QS Ali-‘Imran 3: 128

128- Firman Allah Swt., ((Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad)...))


Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar bin Muhammad at-Tamimi,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad Ja’far, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Muhammad ar-Razi,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sahl bin Utsman al-Askari, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Ubaidah bin Humaid, dari Humaid ath-Thawil.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Pada Perang Uhud, gigi seri Rasulullah Saw. patah,
wajah beliau berdarah, dan darah terus mengalir di wajah beliau, dan beliau
berkata, “Bagaimana mungkin suatu kaum akan beruntung, sementara mereka
mewarnai wajah Nabi mereka dengan darah, padahal ia menyeru mereka kepada
Tuhan mereka.” Ia berkata, “Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ((Itu bukan
menjadi urusanmu (Muhammad), apakah Allah menerima taubat mereka atau
mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang yang zalim.))
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman ar-Razi, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Amr bin Hamdan, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Ishaq bin Abu Israil, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Mu’ammar, dari az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah

105
Saw. melaknat fulan dan fulan, maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ((Itu
bukan menjadi urusanmu (Muhammad), apakah Allah menerima taubat mereka
atau mengazabnya karena sesungguhnya mereka orang-orang yang zalim.))
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Hibban, dari Ibnu Mubarak, dari Mu’ammar.
Diriwayatkan juga oleh Muslim melalui jalur Tsabit, dari Anas.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim al-Farisi,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Isa bin Amuriyah, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibrahim bin Muhammad, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muslim bin al-Hajjaj, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami al-Aqabi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin
Salamah, dari Tsabit, dari Anas, bahwa pada Perang Uhud, gigi seri Rasulullah Saw.
patah, kepalanya terluka, dan darah mengalir di wajah beliau, lalu beliau berkata,
“Bagaimana mungkin suatu kaum akan beruntung, sedangkan mereka melukai
Nabi mereka, mematahkan gigi serinya, padahal ia menyeru mereka kepada
Tuhan mereka.” Maka Allah Swt. menurunkan ayat, ((Itu bukan menjadi urusanmu
(Muhammad)...))
Telah mengabarkan kepada kami Abu Ishaq ats-Tsa’alibi, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abdullah bin Hamid al-Wazzan, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Hamid asy-Syaraqi, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad=
=bin Yahya, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Mu’ammar, dari az-Zuhri, dari Salim, dari
ayahnya, bahwa ia mendengar Rasulullah Saw. membaca pada saat shalat fajar, saat
beliau mengangkat kepalanya dari rukuk, “Wahai Tuhan kami, bagimulah segala
pujian, ya Allah, laknatilah si fulan dan si fulan.” Beliau mendoakan keburukan
atas beberapa orang munafik maka Allah Swt. menurunkan, ((Itu bukan menjadi
urusanmu (Muhammad)...))
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari jalur az-Zuhri, dari Sa’id bin al-Musayyib.
Telah mengabarkan kepada kami al-Qadhi Abu Bakar Ahmad bin Hasan, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Abbas Muhammad bin Ya’qub, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami al-Hurr bin Nashr, ia berkata, Ali bin
Wahab meriwayatkan, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus bin Yazid,
dari Ibnu Syihab, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Syu’aib bin al-Musayyib
dan Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa mereka berdua telah mendengar Abu
Hurairah berkata, “Ketika Rasulullah Saw. selesai membaca ayat Al-Qur’an di dalam
shalat fajar, lalu beliau bertakbir, dan mengangkat kepalanya, dan membaca,

106
“Sami’allahu liman hamidahu, rabbana wa laka al-hamdu.” Kemudian, masih dalam
keadaan berdiri, beliau membaca, “Ya Allah, selamatkanlah Walid bin al-Walid,
Salamah bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah, dan orang-orang mukmin lemah
lainnya, dan keraskanlah himpitan-Mu atas Mudar, dan timpakanlah atas mereka
tahun-tahun paceklik sebagaimana tahun-tahun yang dialami oleh Yusuf, ya Allah
laknatilah Hayyan, Ra’l, Dzakwan, dan orang-orang lain yang bermaksiat kepada
Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian, kami mendengar bahwa beliau meninggalkan
bacaan itu setelah turunnya ayat, “Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad),
apakah Allah menerima taubat mereka atau mengazabnya karena sesungguhnya
mereka orang-orang yang zalim.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Musa bin Ismail, dari Ibrahim bin Sa’ad, dari
az-Zuhri.

QS Ali-‘Imran 3: 135

135- Firman Allah Swt., ((Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji...))
Ibnu Abbas berkata dalam riwayat Atha’, “Ayat ini turun berkenaan dengan
Nabhan at-Tammar. Ia didatangi oleh seorang wanita cantik dan ia membeli kurma
darinya. Kemudian, Nabhan memeluk wanita itu dan menciumnya. Kemudian,
ia menyesali perbuatannya itu dan mendatangi Nabi Saw. serta menceritakan
peristiwa itu kepada beliau. Maka, turunlah ayat ini.
Ia berkata dalam riwayat al-Kalbi, “Ada dua orang lelaki (yang satu dari Anshar
dan yang satu dari Tsaqif), dimana Rasulullah Saw. telah mempersaudarakan
mereka dan mereka tidak terpisahkan. Pada salah satu peperangan, Rasulullah Saw.
berangkat dan ikut bersama beliau lelaki yang dari Tsaqif. Sementara saudaranya
yang dari Anshar menjaga keluarga dan kebutuhannya. Lelaki Anshar ini sering
datang ke rumah lelaki dari Tsaqif tersebut. Pada suatu hari ia menemukan istri
sahabatnya itu baru selesai mandi dan ia sedang mengurai rambutnya. Lelaki
Anshar itu merasakan sesuatu di dalam dirinya sehingga ia masuk tanpa minta izin
hingga sampai kepada istri saudaranya itu. Ia segera bermaksud=
=untuk menciumnya, namun wanita itu meletakkan tangannya di depan
wajahnya sehingga lelaki Anshar itu hanya bisa mencium bagian luar telapak
tangannya. Lelaki Anshar itu merasa menyesal dan malu. Maka, ia segera berbalik
untuk pulang. Lalu istri saudaranya itu berkata, “Subhanallah, Mahasuci Allah,
engkau telah mengkhianati amanahmu, bermaksiat kepada Tuhanmu, dan engkau
tidak berhasil memperoleh keinginanmu.” Ibnu Abbas berkata, “Lelaki itu menyesali

107
perbuatannya sehingga ia pergi menyendiri di gunung-gunung untuk bertaubat
kepada Allah Swt. dari dosanya hingga lelaki dari Tsaqif itu datang dan keluarganya
memberitahunya mengenai perbuatannya. Maka ia pun keluar untuk mencarinya
hingga ada yang menunjukkan tempatnya kepadanya. Lalu ia menemukannya
sedang bersujud seraya berkata, “Ya Allah, dosaku..aku telah mengkhianati
saudaraku.” Maka lelaki dari Tsaqif itu berkata, “Hai fulan, bangkitlah dan pergilah
menemui Rasulullah Saw. dan tanyakanlah kepada beliau tentang dosamu. Semoga
Allah memberikan jalan keluar dan taubat kepadamu. Ia pun kembali bersamanya
hingga tiba di Madinah. Saat itu waktu shalat Ashar, dimana Jibril turun kepada
Rasulullah Saw. mengenai diterimanya taubatnya. Lalu Jibril membacakan kepada
Rasulullah Saw., “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji,” sampai firman Allah Swt., ((Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang yang
beramal...)) Maka Umar bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ayat ini khusus untuk
lelaki ini ataukah untuk seluruh manusia secara umum?” Beliau menjawab, “Untuk
manusia secara umum.”
Telah mengabarkan kepadaku Abu Amr Muhammad bin Abdul Aziz al-Marwazi,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Hasan al-Haddadi, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yahya, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, ia berkata, telah mengabarkan kepada
kami Ruuh, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad, dari ayahnya,
dari Atha’, bahwasannya kaum muslimin berkata kepada Nabi Saw., “Apakah
Bani Israil lebih mulia di sisi Allah daripada kita? jika ada di antara mereka yang
berbuat dosa, kaffarat (penghapus) atas dosa mereka akan tertulis di depan pintu
rumahnya: potonglah telingamu, atau potonglah hidungmu, atau kerjakanlah ini.”
Nabi Saw. diam dan turunlah firman-Nya, “Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji.” Maka, Nabi Saw. bersabda, “Maukah kalian aku beri
tahu tentang sesuatu yang lebih baik dari itu?” Beliau pun membacakan ayat ini.

QS Ali-‘Imran 3: 139

139- Firman Allah Swt., ((Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula)
bersedih hati...))
Ibnu Abbas berkata, “Para sahabat Rasulullah Saw. menderita kekalahan di
Uhud. Ketika mereka dalam kondisi demikian, datanglah Khalid bin Walid dengan
pasukan berkuda kaum musyrikin hendak menaiki gunung agar memiliki posisi yang
lebih tinggi dari kaum muslimin. Maka, Nabi Saw. berkata, “Ya Allah, jangan sampai
mereka menempati posisi yang lebih tinggi dari kami, ya Allah. Tidak ada kekuatan

108
pada kami selain dari-Mu, ya Allah. Sesungguhnya di negeri ini tidak ada lagi hamba-
Mu selain beberapa orang ini (para sahabat).” Maka, Allah Swt. menurunkan ayat
ini dan beberapa orang pemanah dari kaum muslimin segera menaiki gunung itu
dan melempari pasukan berkuda kaum musyrikin dengan panah hingga berhasil
mengalahkan mereka. Itulah yang dimaksud dengan firman-Nya, “Dan kamu paling
tinggi.”

QS Ali-‘Imran 3: 140

140- Firman Allah Swt., ((Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka...))
Rasyid bin Sa’ad berkata, “Ketika Rasulullah Saw. pulang dengan membawa duka
dan kesedihan pada Perang Uhud, seorang wanita datang dengan suami dan anaknya
yang terbunuh sambil memukul-mukul wajah dan dadanya. Maka, Rasulullah Saw.
berkata, “Beginikah Nabimu diperlakukan?” Maka, Allah Swt. menurunkan firman-
Nya, ((Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka...))

QS Ali-‘Imran 3: 144-148

144-148- Firman Allah Swt., ((Dan Muhammad hanyalah seorang rasul...))


Athiyah al-Aufi berkata, “Ketika orang-orang mengalami kekalahan pada
Perang Uhud, sebagian dari mereka berkata, “Muhammad telah terbunuh,
serahkanlah diri kalian kepada mereka, sesungguhnya mereka adalah saudara-
saudara kalian.” Lalu, sebagian yang lain berkata, “Jika Muhammad telah terbunuh,
tidakkah kalian melakukan apa yang telah dilakukan oleh nabi kalian agar kalian
dapat menyusulnya?” Berkenaan dengan itu, turunlah firman Allah Swt., ((Dan
Muhammad hanyalah seorang rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul...))
Sampai firman-Nya, ((Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi
sejumlah besar dari pengikutnya yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah
karena bencana yang menimpanya di jalan Allah dan tidak patah semangat.))
karena terbunuhnya Nabi mereka, hingga firman Allah, ((Maka Allah memberi
mereka pahala di dunia...))

QS Ali-‘Imran 3: 151

151- Firman Allah Swt., ((Akan kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-
orang kafir...))
As-Saddi berkata, “Ketika pulang dari Perang Uhud menuju Mekah, Abu Sufyan
dan kaum musyrikin berjalan hingga sampai di suatu tempat kemudian mereka
merasa menyesal dan berkata, “Alangkah buruknya apa yang telah kita lakukan.

109
Kita telah memerangi mereka dan ketika tidak ada yang tersisa dari mereka selain
sekelompok kecil saja, kita biarkan mereka? Kembalilah dan bunuhlah mereka
semua ke akar-akarnya.” Saat mereka telah bertekad untuk kembali, Allah Swt.
memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka sehingga mereka membatalkan niat
mereka. Kemudian, Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Ali-‘Imran 3: 152

152- Firman Allah Swt., ((Dan sungguh, Allah telah memenuhi janjinya kepadamu...))
Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata, “Ketika Rasulullah Saw. kembali
ke Madinah setelah apa yang menimpa mereka di Perang Uhud, beberapa orang
sahabat berkata, “Bagaimana bisa kita mengalami (kekalahan) ini padahal Allah
telah menjanjikan kemenangan kepada kita?” Maka, Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, “Dan sungguh, Allah telah memenuhi janjinya kepadamu.” Sampai
firman-Nya, “Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia.” Yakni para
pemanah yang telah melakukan apa yang mereka lakukan di Uhud.

QS Ali-‘Imran 3: 161

161- Firman Allah Swt., ((Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat...))
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman al-Muthawwi’i,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Amr Muhammad bin Ahmad
al-Hairi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Ya’la, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Abdullah bin Aban, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Mubarak, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syuraik,
dari Hushaif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Aku kehilangan sebuah
selimut beludru berwarna merah pada saat Perang Badar, yang didapat dari harta
rampasan kaum musyrikin, lalu ada sebagian orang yang mengatakan, “Mungkin
Rasulullah Saw. telah mengambilnya.” Maka, Allah Swt. menurunkan, ((Dan tidak
mungkin seorang nabi berkhianat...)) Hushaif berkata, maka aku bertanya kepada
Sa’id bin Jubair “Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat.” Maka ia berkata,
“Seorang nabi boleh berbuat curang dan membunuh.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Hasan Ahmad bin Ibrahim an-Najjar,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Qasim Sulaiman bin Ayyub ath-
Thabrani, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad
bin Yazid an-Nursi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Amr bin al-
‘Ala’, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, bahwa ia mengingkari orang yang membaca,
“Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat.” Ia berkata, “Bagaimana mungkin

110
seorang nabi tidak boleh berkhianat padahal nabi-nabi itu dibunuh? Allah Swt.
telah berfirman, ((Dan mereka membunuh nabi-nabi...)) Akan tetapi, orang-orang
munafik menuduh Nabi Saw. dalam masalah harta rampasan perang, maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya, ((Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat...))
Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-
Ashfahani, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad
al-Ashfahani, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya ar-Razi, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Sahl bin Utsman, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Waki’, dari Salamah, dari adh-Dhahhak, ia berkata,
“Rasulullah Saw. mengirimkan beberapa pasukan pendahulu dan Nabi Saw.
mendapatkan sejumlah harta rampasan perang dan membagikannya kepada
orang-orang, dan beliau tidak memberikan sedikit pun kepada pasukan-pasukan
itu. Saat pasukan itu kembali, mereka berkata, “Beliau telah membagi-bagikan
harta fai’ dan beliau tidak memberi kita bagian?” Maka, turunlah firman Allah,
((Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat...)) Salamah berkata, “Adh-Dhahhak
membacanya ‘Yaghilla’.
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari adh-Dhahhak, “Sesungguhnya ketika
harta rampasan perang dari Hawazin pada Perang Hunain tiba di tangan Rasulullah
Saw., ada seseorang yang mengkhianati beliau dan mengambil suatu jahitan, maka
turunlah ayat ini.”
Qatadah berkata, “Ayat ini turun ketika ada beberapa orang sahabat yang
berlaku curang dalam harta rampasan perang.”
Al-Kalbi dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun ketika pasukan pemanah
meninggalkan tempat mereka pada Perang Uhud untuk memperoleh harta rampasan
perang dan mereka berkata, “Kami khawatir Rasulullah Saw. akan mengatakan,
“Barang siapa yang berhasil mendapatkan sesuatu, maka itu menjadi miliknya.”
Kemudian, beliau tidak membagikan harta rampasan perang itu sebagaimana
beliau tidak melakukannya pada Perang Badar.” Maka, Nabi Saw. berkata, “Kalian
mengira bahwa kami akan berkhianat (berlaku curang) dan tidak membagikannya
kepada kalian?” Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Bahwa tokoh-tokoh masyarakat menuntut
Rasulullah Saw. untuk mengkhususkan bagian dari harta rampasan perang untuk
mereka. Maka, turunlah ayat ini.”=

QS Ali-‘Imran 3: 165

165- Firman Allah Swt., ((Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah

111
(kekalahan pada Perang Uhud)...))
Ibnu Abbas berkata, “Umar bin Khaththab menceritakan kepadaku, “Pada
tahun berikutnya, pada Perang Uhud, mereka mendapat hukuman atas apa yang
mereka lakukan pada Perang Badar saat mereka mengambil uang tebusan (untuk
tawanan perang). Tujuh puluh orang dari mereka terbunuh. Para sahabat Rasulullah
Saw. melarikan diri, gigi seri beliau patah, topi besinya pecah, dan darah mengalir
di wajah beliau, maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ((Dan mengapa kamu
(heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud)...)) Sampai firman-
Nya, ((Katakanlah, “Itu dari kesalahan dirimu sendiri...)) Ia berkata, “Karena kalian
mengambil uang tebusan.”

QS Ali-‘Imran 3: 169

169- Firman Allah Swt., ((Dan jangan sekali-kali kamu mengira, bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati...))
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin
Yahya, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’id Ismail bin Ahmad
Al-Jalali, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Zaidan al-
Bajali, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris, dari Muhammad bin Ishaq, dari
Ismail bin Abi Umayyah. Dari Abu Zubair, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas,
ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika saudara-saudara kalian gugur di
Uhud, Allah Swt. meletakkan ruh mereka di tembolok burung-burung hijau yang
mendatangi sungai-sungai surga. Mereka makan dari buah-buahannya kemudian
beristirahat di lampu-lampu dari emas yang tergantung di bawah Arsy. Saat mereka
mendapati keistimewaan makanan dan minuman serta tempat istirahat mereka,
para syuhada itu berkata, “Siapakah yang akan menyampaikan kepada saudara-
saudara kita bahwa kita mendapatkan limpahan rezeki di surga agar mereka tidak
menahan diri untuk berjihad dan tidak pula takut untuk berperang?” Maka, Allah
Swt. berfirman, “Aku yang akan menyampaikan ini dari kalian,” Dan Allah pun
menurunkan ayat ini , ((Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati...))
Diriwayatkan oleh al-Hakim Abu Abdullah di dalam Shahih-nya dari jalur
Utsman bin Abi Syaibah.
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman al-Ghazi, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Hamdan,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hamid bin Muhammad bin Syu’aib

112
al-Balkhi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Idris, dan ia pun menyebutkannya
(hadits di atas). Diriwayatkan oleh al-Hakim, dari Ali bin Isa al-Hairi, dari Musaddad,
dari Utsman bin Abi Syaibah.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar al-Haritsi, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Syaikh al-Hafizh, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Ahmad bin Husain al-Hadzdza’, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Ali bin al-Madini, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Musa bin Basyir
bin al-Fakih al-Anshari, bahwa ia mendengar Thalhah bin Harasy berkata, “Aku
mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah Saw. memandangku, lalu beliau
berkata, “Mengapa aku melihatmu berpikir begitu dalam?” Aku berkata, “Wahai
Rasulullah, ayahku telah terbunuh dan ia meninggalkan utang dan keluarga.” Maka
beliau berkata, “Maukah engkau aku beri tahu sesuatu? Allah Swt. tidak pernah
berbicara kepada siapa pun kecuali dari belakang hijab, dan sesungguhnya Dia
telah berbicara kepada ayahmu secara langsung, Dia berkata, “Hai hamba-Ku,
mintalah kepada-Ku niscaya Aku akan memberimu.” Ia berkata, “Aku memohon
kepadamu agar mengembalikanku ke dunia lalu aku kembali terbunuh di jalanmu
untuk yang kedua kalinya.” Maka Allah berkata, “Sungguh telah dahulu ketetapan-
Ku bahwa mereka (yang telah mati) tidak akan dikembalikan lagi ke dunia.” Ia
berkata, “Wahai Tuhanku, kalau begitu sampaikanlah kepada orang-orang yang ada
di belakangku.” Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan jangan sekali-kali
kamu mengira, bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya
mereka itu hidup.”
Telah mengabarkan kepadaku Abu Amr al-Qanthari, menurut yang ia tulis
kepadaku, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Husain, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yahya, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Waki’, dari Sufyan, dari Salim al-Afthas, dari Sa’id bin Jubair, “Dan jangan
sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,
sebenarnya mereka itu hidup.” Ia berkata, “Ketika Hamzah bin Abdul Muththalib
dan Mush’ab bin Umair gugur pada Perang Uhud dan mereka mendapati berbagai
macam kebaikan yang dianugerahkan kepada mereka, mereka berkata, “Andai
saja saudara-saudara kita mengetahui banyaknya kebaikan yang kita terima,agar
semakin bertambah keinginan mereka untuk berjihad.” Maka, Allah Swt. berfirman,
“Aku yang akan menyampaikan ini dari kalian,” dan Allah Swt. pun menurunkan
ayat ini , “Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di

113
jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup,” sampai firman-Nya, “Sungguh,
Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.”
Abu Dhuha berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan ahli Uhud secara
khusus.” =
=dan sekelompok mufassir berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan para
syuhada yang gugur dalam peristiwa Sumur Ma’unah dan kisah mereka telah
masyhur; disebutkan oleh Muhammad bin Ishaq bin Yasar dalam al-Maghazi.
Mufassir lainnya berkata, “Ketika para syuhada memperoleh berbagai nik-
mat dan kesenangan, mereka merasa sedih dan berkata, “Kita berada dalam ling-
kupan nikmat dan kesenangan, sementara bapak-bapak kita, anak-anak kita, dan
saudara-saudara kita berada di dalam kubur?” Maka, Allah Swt. menurunkan ayat
ini untuk menghilangkan kegundahan mereka, sekaligus untuk mengabarkan
tentang keadaan mereka.

QS Ali-‘Imran 3: 172

172- Firman Allah Swt., (((yaitu) orang-orang yang menaati (perintah) Allah
dan rasul...))
Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Ibrahim al-Muqri, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Syu’aib bin Muhammad, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Makki bin Abdan, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Abul Azhar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ruuh, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Yunus al-Qusyairi, dari Amr bin
Dinar, bahwa Rasulullah Saw. mengajak kaum muslimin untuk keluar berperang
setelah peristiwa Uhud, yakni setelah kaum musyrikin pergi. Maka, tujuh puluh
orang dari sahabatnya menyambut ajakan itu dan mereka pun pergi mengejar
kaum musyrikin. Lalu, Abu Sufyan bertemu dengan kafilah dagang dari Khuza’ah
dan berkata kepada mereka, “Jika kalian bertemu dengan Muhammad yang
mengejarku, katakan kepadanya bahwa aku memiliki pasukan yang besar.” Nabi
Saw. pun bertemu dengan kafilah dagang itu dan bertanya kepada mereka tentang
Abu Sufyan. Mereka berkata, “Kami melihatnya tengah bersama satu pasukan yang
sangat besar dan kami lihat pasukanmu sangat sedikit dan tidak akan sanggup
melawan mereka.” Namun, Rasulullah Saw. tetap mengejar mereka. Akan tetapi,
Abu Sufyan telah mendahului beliau dan berhasil masuk Kota Mekah. Berkenaan
dengan mereka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang
menaati (perintah) Allah dan rasul,” sampai firman-Nya, “Karena itu, janganlah
kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang

114
yang beriman.” Telah mengabarkan kepada kami Umar bin Amr, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Makki, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Yusuf, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami
Muhammad bin Ismail, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Muawiyah, dari Hisyam bin Urwah,
dari ayahnya, dari Aisyah Ra. mengenai firman Allah Swt., “(yaitu) orang-orang yang
menaati (perintah) Allah dan rasul.” Sampai akhir ayat ini, Aisyah berkata kepada
Urwah, “Wahai keponakanku, sesungguhnya ayah dan kakekmu, Zubair dan Abu
Bakar, termasuk dalam golongan mereka. Ketika Rasulullah Saw. ditimpa oleh apa
yang menimpa beliau pada Perang Uhud dan kaum musyrikin pergi meninggalkan
mereka, beliau khawatir jika mereka kembali lagi. Maka, beliau berkata, “Siapa
yang bersedia pergi mengejar mereka?” Majulah tujuh puluh orang dari mereka,
termasuk Abu Bakar dan Zubair.

QS Ali-‘Imran 3: 173

173- Firman Allah Swt., “(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan rasul) yang
ketika ada orang-orang yang mengatakan kepadanya.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Ishaq ats-Tsa’alibi, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Shaleh Syu’aib bin Muhammad, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Hatim at-Tamimi, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Ahmad bin al-Azhar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ruuh
bin Ubadah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah, ia
berkata, “Itu terjadi pada Perang Uhud, setelah banyak yang terbunuh dan terluka,
dan kaum musyrikin, yakni Abu Sufyan dan pasukannya, pergi meninggalkan tempat.
Nabi Saw. berkata kepada para sahabatnya, “Adakah kelompok yang bersedia
bersikap keras untuk agama Allah dan mengejar musuhnya karena yang demikian
itu lebih dapat memberikan tekanan dan kerugian terhadap musuh serta lebih
jauh gemanya (bagi orang-orang yang mendengarnya).” Maka, bergeraklah satu
kelompok yang telah diketahui Allah kesungguhan mereka hingga ketika mereka
sampai di Dzul Hulaifah, orang-orang arab badui dan yang lainnya mendatangi
mereka dan berkata, “Abu Sufyan tengah datang untuk menyerang kalian dengan
pasukan yang amat banyak.” Maka, mereka berkata, “Cukuplah Allah sebagai
pelindung kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” Allah Swt. menurunkan firman-
Nya, “(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan rasul) yang ketika ada orang-
orang yang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu karena itu takutlah kepada mereka.” Sampai

115
firman-Nya, “Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

QS Ali-‘Imran 3: 179

179- Firman Allah Swt., ((Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman
sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini...))
As-Saddi berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku
umatku dalam bentuk rupa mereka sebagaimana diperlihatkan kepada Adam
dan telah diberitahukan kepadaku setiap yang beriman kepadaku dan siapa yang
ingkar.” Ketika orang-orang munafik mendengar ini, mereka berkata, “Muhammad
mengira bahwa ia mengetahui siapa yang beriman kepadanya dan siapa yang
ingkar, padahal kita bersamanya dan ia tidak mengetahui (hakikat) kita?” Maka,
Allah menurunkan ayat ini. =
= dan al-Kalbi berkata, “Orang-orang Quraisy berkata, “Hai Muhammad,
engkau menyangka bahwa orang yang menentangmu akan berada di neraka dan
Allah akan murka kepadanya, sedangkan orang-orang yang mengikutimu dalam
agamamu akan berada di dalam surga dan Allah ridha kepadanya? Kalau begitu,
beri tahukanlah kepada kami siapa yang beriman kepadamu dan siapa yang tidak
beriman.” Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Abu Aliyah berkata, “Orang-orang yang beriman meminta agar diberi tanda
yang membedakan antara orang yang mukmin dan orang yang munafik. Maka,
Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Ali-‘Imran 3: 180

180- Firman Allah Swt., (Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa
yang diberikan Allah kepada mereka...))
Sebagian besar mufassir sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang yang menolak membayar zakat.
Athiyah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan para pendeta Yahudi yang menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad
Saw. Maksud kekikiran di sini adalah menyembunyikan ilmu yang telah diberikan
Allah Swt. kepada mereka.

QS Ali-‘Imran 3: 181

181- Firman Allah Swt., ((Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang
(yahudi) yang mengatakan...))
Ikrimah, as-Saddi, Muqatil, dan Muhammad bin Ishaq berkata, “Suatu hari

116
Abu Bakar memasuki sekolah orang-orang Yahudi dan ia mendapati sejumlah
orang Yahudi telah berkumpul di hadapan seorang lelaki dari mereka yang bernama
Fanhash bin Azura. Ia merupakan salah seorang ulama mereka. Maka, Abu Bakar
berkata kepada Fanhash, “Bertakwalah kepada Allah dan masuk Islamlah. Demi
Allah, sungguh engkau mengetahui bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Ia
telah datang kepada kalian dengan kebenaran dari sisi Allah. Kalian menemukan
itu tertulis di dalam Taurat, maka berimanlah dan benarkanlah, dan pinjamkanlah
kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Dia akan memasukkanmu ke dalam
surga serta melipatgandakan pahalamu.” Maka, Fanhash berkata, “Hai Abu Bakar,
engkau mengira bahwa tuhan kami meminjam harta dari kami, padahal yang
meminjam itu hanyalah orang yang miskin dari orang yang kaya. Jika apa yang
engkau katakan itu benar, berarti Allah itu miskin dan kamilah yang kaya karena
jika Dia kaya, Dia tidak akan meminjam harta dari kami.” Maka, Abu Bakar Ra.
marah dan menampar wajah Fanhash dengan sangat keras dan berkata, ”Demi Zat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika bukan karena perjanjian yang ada di antara
kami dan engkau, niscaya telah aku penggal lehermu, wahai musuh Allah.” Maka,
Fanhash pergi menemui Rasulullah Saw dan berkata, “Hai Muhammad, lihatlah
apa yang telah dilakukan oleh sahabatmu terhadapku.” Rasulullah Saw bertanya
kepada Abu Bakar, “Apa yang mendorongmu untuk melakukan itu?” Abu Bakar
berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya musuh Allah ini telah mengatakan suatu
perkara yang besar. Ia mengatakan bahwa Allah itu miskin dan merekalah yang
kaya, maka aku marah karena Allah dan aku tampar wajahnya.” Namun, Fanhash
berusaha membantah itu, maka Allah menurunkan firman-Nya yang menepis
bantahan Fanhash dan membenarkan Abu Bakar, “Sungguh, Allah telah mendengar
perkataan orang-orang (yahudi) yang mengatakan,”
Telah mengabarkan kepada kami Abdul Qahir bin Thahir, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Amr bin Mathar, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Ja’far bin al-Laits ar-Raudziyari, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Abu Hudzaifah Musa bin Mas’ud, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Syibl, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan
dengan orang-orang Yahudi. Abu Bakar telah menampar wajah salah seorang dari
mereka, yakni yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu miskin dan kamilah yang
kaya.” Syibl berkata, “Aku mendengar bahwa seorang Yahudi, yakni Fanhash, dialah
yang telah mengatakan bahwa tangan Allah terbelenggu.”

QS Ali-‘Imran 3: 183

117
183- Firman Allah Swt, “(Yaitu) orang-orang (yahudi) yang mengatakan,
“Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami,”
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ka’ab bin al-Asyraf, Malik
bin ash-Shaif, Wahab bin Yahudza, dan Zaid bin Tabuh, dan juga Fanhash bin
Azura dan Huyay bin Akhthab. Mereka mendatangi Rasulullah Saw dan berkata,
“Engkau mengira bahwa Allah telah mengutusmu kepada kami sebagai rasul
dan menurunkan kitab kepadamu. Allah telah memerintahkan kepada kami agar
kami tidak beriman kepada seorang rasul, sebelum ia mendatangkan kepada kami
kurban yang dimakan api. Jika engkau mendatangkan itu kepada kami, maka kami
akan membenarkanmu.” Maka Allah Swt menurunkan ayat ini.

QS Ali-‘Imran 3: 186

186- Firman Allah Swt, “Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat
menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-
orang musyrik.”
Telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Hasan bin Muhammad al-
Farisi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin
Hamdun, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Hamid Ahmad bin Hasan,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu al-Yaman, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Syu’aib, dari az-Zuhri, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Abdurrahman
bin Abdullah bin Ka’ab bin Malik, dari ayahnya –yang merupakan salah satu di
antara tiga orang yang diterima taubatnya- bahwa Ka’ab bin al-Asyraf, sang yahudi,
adalah seorang=
=penyair, dan ia sering mengejek Nabi Saw dan mendorong orang-orang kafir
Quraisy untuk melawan beliau di dalam syair-syairnya. Ketika Nabi Saw tiba di
Madinah, saat itu penduduknya terdiri dari beragam kelompok, mulai dari kaum
muslimin, orang-orang musyrik, dan juga orang-orang Yahudi. Maka, beliau
berusaha untuk membuat perjanjian damai di antara mereka. Sementara itu,
orang-orang musyrik dan orang-orang Yahudi terus menyakiti beliau dengan
sangat menyakitkan. Namun, Allah Swt memerintahkan Nabi-Nya untuk bersabar
menghadapi itu. Berkenaan dengan mereka, Allah menurunkan firman-Nya, “Dan
pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari
orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik.”

Telah mengabarkan kepada kami Amr bin Amr al-Muzakki, ia berkata, telah

118
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Makki, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Yusuf, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami
Muhammad bin Ismail, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu al-Yaman,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu’aib, dari az-Zuhri, ia berkata, te-
lah mengabarkan kepadaku Urwah bin Zubair bahwa Usamah bin Zaid telah me-
ngabarkan kepadanya bahwa suatu hari Rasulullah Saw mengendarai keledai milik
beliau dengan beralaskan pelana yang bersulam beludru. Beliau memboncengi
Usamah bin Zaid untuk mengunjungi Sa’ad bin Ubadah di perkampungan Bani
al-Harits bin al-Khazraj sebelum peristiwa Perang Badar. Lalu beliau melewati
sebuah majelis yang di dalamnya terdapat Abdullah bin Ubay. Peristiwa itu terjadi
sebelum Abdullah bin Ubay masuk islam. Ternyata, di majelis itu juga membaur
kaum muslimin, kaum musyrikin penyembah berhala, dan orang-orang Yahudi.
Di dalamnya terdapat Abdullah bin Rawahah. Ketika keledai tunggangan Nabi
Saw lewat di depan mereka, Abdullah bin Ubay menutup hidungnya dan berkata,
“Jangan mengotori kami dengan debu (yang beterbangan karena langkah
kaki keledai).” Rasulullah Saw memberi salam kepada mereka lalu berhenti dan
turun dari keledainya. Kemudian, beliau menyeru mereka kepada Allah dan
membacakan Al-Qur’an kepada mereka. Maka, Abdullah bin Ubay berkata, “Hai
laki-laki, sesungguhnya tidak ada yang baik dari apa yang engkau katakan, jika
itu memang sebuah kebenaran. Mengapa engkau mengganggu kami di majelis
kami? Kembalilah kepada kendaraanmu. Siapa yang datang kepadamu, bolehlah
engkau mengisahkan ceritamu kepadanya.” Maka, Abdullah bin Rawahah berkata,
“Tidak demikian, wahai Rasulullah, bergabunglah dengan kami di majelis-majelis
kami, sungguh kami menyukai itu.” Lalu kaum muslimin, orang-orang musyrik,
serta Yahudi saling memaki sehingga hampir saja mereka saling menyerang.
Maka, Rasulullah Saw. terus berusaha menenangkan mereka hingga mereka diam.
Kemudian, Nabi Saw. kembali menaiki hewan tunggangannya dan melanjutkan
perjalanan hingga tiba di rumah Sa’ad bin Ubadah. Beliau berkata kepadanya, “Hai
Sa’ad, tidakkah engkau mendengar apa yang telah dikatakan oleh Abu Hubab –
yakni Abdullah bin Ubay-“ ia telah mengatakan ini dan itu.” Maka, Sa’ad bin Ubadah
berkata, “Wahai Rasulullah, maafkanlah ia dan berlapang dadalah menghadapinya.
Sungguh, demi Zat yang telah menurunkan kitab kepadamu, Allah telah datang
dengan kebenaran yang diturunkan kepadamu dan penduduk dari telaga ini telah
bersepakat untuk berdamai dan menjadikannya –Abdullah bin Ubay- sebagai
pemimpin dan memakaikannya mahkota. Akan tetapi, ketika Allah membatalkan
itu dengan hak yang diberikan kepadamu. Ia merasa frustasi dan karena itulah ia

119
melakukan apa yang engkau lihat.” Maka, Rasulullah Saw pun memaafkannya dan
Allah menurunkan firman-Nya, “Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang
sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang musyrik.”

QS Ali-‘Imran 3: 188

188- Firman Allah Swt, “Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira
dengan apa yang telah mereka kerjakan.”Telah mengabarkan kepada kami Abu
Abdurrahman Muhammad bin Ahmad bin Ja’far, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Abul Haitsam al-Marwazi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami
Muhammad bin Yusuf, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Ismail al-Bukhari, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin Abu
Maryam, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam, dari Atha’ bin Yasar,
dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa pada masa Rasulullah Saw. ada beberapa orang
munafik yang apabila Rasulullah Saw keluar untuk berperang, mereka tidak ikut
bersama beliau. Apabila beliau kembali, mereka meminta maaf dan bersumpah.
Mereka juga ingin mendapatkan pujian untuk sesuatu yang tidak mereka kerjakan.
Maka, turunlah firman Allah, “Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang
gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan,”
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Hasan bin Ali al-Halwani, dari Ibnu Abi Maryam.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdirrahman asy-Syadziyaji, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Zakariya,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman ad-
Daghuli berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Jahl, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Ja’far bin Aun, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Hisyam bin Sa’ad, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid
bin Aslam, bahwa pada suatu hari, Marwan bin al-Hakam yang saat itu telah
menjadi gubernur di Madinah menerima kunjungan Abu Za’id al-Khudri, Zaid bin
Tsabit, dan Rafi’ bin Khudaij. Lalu Marwan berkata, “Wahai Abu Sa’id, bagaimana
menurutmu firman Allah Swt, “Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang
gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan,” sungguh kami gembira dengan
apa yang kami lakukan, tetapi menginginkan agar mendapat pujian untuk sesuatu
yang tidak kami lakukan?” Sa’id berkata, “Bukan demikian maksudnya. Akan tetapi,
ada orang-orang pada masa Rasulullah Saw yang tidak ikut berperang bersama
Rasulullah Saw dan para sahabat. Apabila Rasulullah Saw dan para sahabat ditimpa

120
suatu bencana (kekalahan) atau sesuatu yang tidak diinginkan, orang-orang itu
merasa gembira karena tidak ikut. Akan tetapi, jika kaum muslimin meraih sesuatu
yang mereka sukai (kemenangan), mereka bersumpah kepada Rasulullah Saw dan
menginginkan untuk dipuji atas apa yang tidak mereka lakukan.”
Telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin Muhammad az-Zahid, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’id bin Hamdun, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Hamid asy-Syaraqi, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Abdurrazzaq, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Juraij,
ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Ibnu Abi Mulaikah, bahwa Alqamah bin
Waqqash telah mengabarkan kepadanya, bahwa Marwan berkata kepada Rafi’,
yakni penjaga pintunya, “Pergilah menemui Ibnu Abbas dan katakan kepadanya,
“Jika ada di antara kita orang yang merasa senang dengan apa yang dikerjakannya
dan ingin dipuji untuk sesuatu yang tidak dilakukannya, lalu orang itu diazab, maka
sungguh kita semua akan diazab.” Maka Ibnu Abbas berkata, “Mengapa kalian
memahaminya seperti ini? Sesungguhnya, saat itu Rasulullah Saw memanggil
orang-orang Yahudi dan menanyakan sesuatu kepada mereka. Namun, mereka
menyembunyikan jawabannya dan memberi tahu beliau jawaban yang lain=
=dan kemudian mereka memperlihatkan bahwa mereka menginginkan
pujian atas jawaban yang mereka berikan kepada beliau dan mereka juga merasa
senang atas perbuatan mereka yang telah menyembunyikan kebenaran dari beliau.
Kemudian, Ibnu Abbas membaca, “Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji
dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu) “Hendaklah kamu benar-benar
menerangkannya (kitab) itu kepada manusia.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Ibrahim bin Musa, dari Hisyam. Diriwayatkan
juga oleh Muslim dari Zuhair bin Harb dan dari Hajjaj, keduanya dari Ibnu Juraij.
Adh-Dhahhak berkata, “Orang-orang Yahudi Madinah menulis surat kepada
orang-orang Yahudi Iraq, Yaman, dan orang-orang Yahudi lainnya yang bisa
dicapai oleh surat mereka dimana pun mereka berada di seluruh penjuru bumi ini,
“Sesungguhnya Muhammad bukanlah Nabi Allah, maka tetaplah di dalam agama
kalian dan satukanlah kalimat kalian dalam hal ini.” Maka, mereka pun bersatu
dalam kekufuran terhadap Muhammad Saw dan Al-Qur’an. Mereka merasa gembira
dengan hal itu dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyatukan kita
sehingga kita tidak tercerai berai dan kita juga tidak meninggalkan agama kita.”
Mereka juga berkata, “Kita adalah orang-orang yang selalu mengerjakan puasa dan
shalat dan kita adalah wali-wali Allah.” Karena itulah, turun firman Allah, “Mereka
gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan,” “dan mereka suka dipuji atas

121
perbuatan yang tidak mereka lakukan.” Yakni apa yang mereka katakan tentang
puasa, shalat, dan ibadah.

QS Ali-‘Imran 3: 190

190- Firman Allah Swt, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Ishaq al-Muqri, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abdullah bin Hamid, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Yahya al-Ubaidi, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Najdah, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Yahya bin Abdul Hamid al-Hamani, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Ya’qub al-Qummi, dari Ja’far bin Abi al-Mughirah, dari Sa’id bin Jubair,
dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Orang-orang Quraisy datang menemui orang-orang
Yahudi dan berkata, “Apakah tanda-tanda (mukjizat) yang dibawa oleh Musa
kepada kalian?” Mereka menjawab, “Tongkatnya, kedua tangannya berkilau pada
pandangan orang-orang yang melihatnya.” Kemudian, mereka mendatangi orang-
orang Nasrani dan berkata, “Bagaimanakah dahulu Isa di tengah-tengah kalian?”
mereka menjawab, “Ia menyembuhkan orang yang buta dan penyakit kusta serta
menghidupkan orang yang telah mati.” Maka, mereka pun mendatangi Nabi Saw.
dan berkata, “Berdoalah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia mengubah Bukit
Shafa menjadi emas.” Maka, Allah menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”

QS Ali-‘Imran 3: 195

195- Firman Allah Swt, “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya,”


Telah mengabarkan kepada kami Ismail bin Ibrahim an-Nash Abadzi, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Amr Ismail bin Najid, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad bin Suwar, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, dari Sufyan, dari Amr bin Dinar,
dari Salamah bin Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Ummu Salamah berkata,
“Wahai Rasulullah, tidakkah Allah menyebutkan sedikit pun tentang hijrahnya
kaum wanita?” maka Allah menurunkan firman-Nya, “Maka Tuhan mereka
memperkenankan permohonannya, (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku
tidak akan menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki
maupun perempuan.”
Diriwayatkan oleh al-Hakim Abu Abdullah di dalam Shahihnya, dari Ibnu Auf

122
Muhammad bin Ahmad bin Mahan, dari Muhammad bin Ali bin Zaid, dari Ya’qub
bin Hamid, dari Sufyan.

QS Ali-‘Imran 3: 196

196- Firman Allah Swt, “Jangan sekali-kali kamu terpedaya oleh kegiatan orang-
orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri.”
Ayat ini turun berkenaan dengan kaum musyrikin Mekah, dimana mereka
berada dalam kelapangan dan kesenangan hidup. Mereka biasa melakukan
perjalanan untuk berdagang dan menikmati berbagai kenikmatan, maka berkatalah
sebagian=
=dari orang-orang yang beriman, “Sesungguhnya kami melihat musuh-musuh
Allah berada dalam kondisi yang baik, sementara kita binasa oleh kesusahan dan
kelaparan?” maka turunlah ayat ini.

QS Ali-‘Imran 3: 199

199- Firman Allah Swt, “Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada yang beriman
kepada Allah.”
Telah berkata Jabir bin Abdullah, Anas, Ibnu Abbas, dan Qatadah, “Ayat ini
turun berkenaan dengan Najasyi, yakni ketika ia meninggal, Jibril menyampaikan
belasungkawa tentang kematiannya kepada Rasulullah Saw pada hari kematiannya
itu. Maka Rasulullah Saw berkata kepada para shahabatnya, “Keluarlah untuk
menshalatkan saudara kalian yang meninggal di negeri yang bukan negeri kalian.”
Para shahabat bertanya, “Siapakah dia?” beliau menjawab, “Najasyi.” Kemudian
Rasulullah Saw keluar menuju Baqi’, dan disingkapkan untuk beliau negeri Habsyah
dari Madinah, sehingga beliau dapat melihat tempat pembaringan Najasyi. Beliau
menshalatkannya, dengan bertakbir sebanyak empat kali di dlaam shalatnya, dan
kemudian memohonkan ampunan untuknya. Setelah itu beliau berkata kepada
para shahabatnya, “Mohonkanlah ampunan untuknya.” Maka orang-orang munafik
berkata, “Lihatlah orang ini, ia menshalatkan rang kafir dari Habasyah yang belum
pernah dijumpainya sama sekali, dan orang itu tidak pula memeluk agamanya.”
Maka Allah menurunkan ayat ini.
Telah mengabarkan kepada kami Abu al-Fadhl Ahmad bin Muhammad bin
Abdullah bin Yusuf, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Amr Muhammad
bin Ja’ar bin Mathar dengan didiktekan, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami
Ja’far bin Muhammad bin Sinan al-Wasithi, ia berkata, telah mengabarkan kepada
kami Abu Hani’ Muhammad bin Bakkar al-Bahili, ia berkata, telah menceritakan

123
kepada kami al-Mu’tamar bin Sulaiman dari Hamid, dari Anas, ia berkata, “Nabi
Saw berkata kepada para shahabatnya, “Bangkitlah, dan shalatlah untuk saudara
kalian Najasyi.” Maka sebagian dari mereka berkata, “Dia menyuruh kita untuk
menshalatkan seorang kafir dari Habasyah.” Maka Allah Swt menurunkan firman-
Nya, “Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada yang beriman kepada Allah, dan
kepada apa yang diturunkan kepadamu.” =
=dan Mujahid, Ibnu Juraij, serta Ibnu Zaid berkata, “Ayat ini turun berkenaan
dengan seluruh orang yang beriman dari kalangan ahli kitab.”

QS Ali-‘Imran 3: 200

200- Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, dan
kuatkanlah kesabaranmu.”
Telah mengabarkan kepada kami Said bin Abi Amr al-Hafizh, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Ali al-Faqih, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Mu’adz al-Balini, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Husain bin Hasan bin Harb al-Marwazi, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Mubarak, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Mush’ab bin
Tsabit bin Abdullah bin Zubair, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Dawud bin
Shaleh, ia berkata, Abu Salamah bin Abdurrahman berkata, “Wahai keponakanku,
apakah engkau tahu berkenaan dengan apakah ayat ini turun, “Wahai orang-orang
yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.” Ia berkata, “Aku
menjawab, “Tidak.” Ia berkata, “Wahai keponakanku, sesungguhnya pada zaman
Nabi Saw. tidak ada perbatasan yang harus dijaga, akan tetapi maksudnya adalah
menunggu shalat setelah shalat sebelumnya.”
Diriwayatkan oleh al-Hakim Abu Abdullah di dalam Shahih-nya, dari Abu
Muhammad al-Muzani, dari Ahmad bi Najdah, dari Sa’id bin Manshur, dari Ibnu
Mubarak.

SURAH AN-NISA’
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS An-Nisa’ 4: 2

2- Firman Allah Swt, “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig)
harta mereka.”=
=Muqatil dan al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang
lelaki dari Ghathafan. Ia bertanggung jawab atas banyak harta yang dimiliki

124
oleh anak dari saudaranya yang telah yatim. Ketika telah mencapai usia baligh,
anak yatim itu menuntut hartanya. Namun, pamannya menolaknya. Mereka pun
membawa perkara mereka kepada Nabi Saw. dan turunlah ayat ini. Ketika sang
paman mendengar ayat ini, ia berkata, “Kami menaati Allah dan Rasul-Nya dan
kami berlindung kepada Allah dari dosa yang besar.” Ia pun menyerahkan harta itu
kepada keponakannya. Lalu, Nabi Saw. berkata, “Barang siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, dan kembali seperti ini, maka ia telah menempati rumahnya.”
Yakni surganya. Ketika pemuda itu telah memperoleh hartanya, ia menafkahkannya
di jalan Allah, maka Nabi Saw bersabda, “Telah tetap pahala dan masih tersisa
dosa.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui bahwa
pahalanya telah tetap, tetapi bagaimana bisa dosanya masih tersisa? Padahal, ia
menafkahkannya di jalan Allah?” Maka, beliau berkata, “Telah tetap pahala untuk
si pemuda dan masih tersisa dosa untuk bapaknya.”

QS An-Nisa’ 4: 3

3- Firman Allah Swt, “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya).”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar at-Tamimi, ia berkata, telah
mengabarakan kepada kami Abdullah bin Muhammad, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Yahya, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Sahl bin Utsman, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abi
Za’idah, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, mengenai firman Allah
Swt, “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil.” Aisyah berkata, “Ayat ini
turun berkenaan dengan seorang lelaki yang merawat seorang perempuan yatim
dan ia merupakan wali darinya. Anak yatim itu memiliki harta dan tidak ada orang
lain yang mengganggu harta itu. Maka, walinya itu tidak mau menikahkannya
karena menginginkan hartanya. Walinya juga sering menyakitinya dan berbuat
buruk terhadapnya. Maka, Allah Swt. berfirman, “Dan jika kamu takut tidak akan
dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi.” Yakni
yang Aku halalkan untukmu dan tinggalkanlah anak yatim ini.
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Kuraib, dari Abu Usamah, dari Hisyam.
Telah berkata Sa’id bin Jubair, Qatadah, ar-Rabi’, adh-Dhahhak, dan as-Saddi, “Dulu
mereka menjaga jarak dari harta anak-anak yatim, namun mereka menganggap
remeh masalah istri-istri mereka sehingga mereka menikahi sebanyak yang mereka
mau, terkadang mereka berbuat adil dan terkadang tidak. Karena itulah, ketika

125
mereka bertanya tentang anak-anak yatim, turunlah ayat-ayat tentang anak
yatim tersebut, “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta
mereka.” Dan kemudian Allah juga menurunkan firman-Nya, “Dan jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana
kamu mengawininya).” Ia berkata, “Maka sebagaimana kamu takut tidak dapat
berbuat adil kepada anak-anak yatim itu, maka kamu juga harus takut jika tidak
dapat berbuat adil kepada istri-istrimu. Maka, janganlah mengawini wanita yang
melebihi kemampuanmu dalam memenuhi hak mereka karena wanita-wanita itu
sama seperti anak-anak yatim dari segi kelemahan dan ketidakberdayaan mereka.
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas dalam riwayat al-Walibi.

QS An-Nisa’ 4: 6

6- Firman Allah Swt, “Dan ujilah anak yatim itu.” =


=ayat ini turun berkenaan dengan Tsabit bin Rifa’ah dan pamannya.
Sebelumnya, Rifa’ah wafat dan meninggalkan putranya Tsabit yang masih kecil.
Maka, paman Tsabit datang menemui Nabi Saw dan berkata, “Putra dari saudaraku
telah menjadi yatim dan saat ini ia berada dalam asuhanku, apa yang halal bagiku
dari hartanya, dan kapankah aku harus memberikan hartanya kepadanya?” Maka,
Allah menurunkan ayat ini.

QS An-Nisa’ 4: 7

7- Firman Allah Swt, “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya.”
Para mufassir berkata, “Aus bin Tsabit al-Anshari wafat dan meninggalkan
seorang istri yang bernama Ummu Kajjah serta tiga orang putri perempuan dari
istrinya itu. Lalu datanglah dua orang laki-laki yang merupakan putra dari paman
si mayit dan walinya, mereka bernama Suwaid dan Arfajah. Mereka mengambil
seluruh harta si mayit dan tidak memberikan apa pun untuk istri dan anak-
anaknya. Pada masa jahiliyah mereka memang tidak memberikan bagian harta
warisan kepada wanita dan anak-anak, meskipun anak-anak itu adalah laki-laki,
karena mereka hanya memberikan warisan kepada kaum laki-laki dewasa. Mereka
mengatakan, “Harta warisan tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang
yang berperang di atas punggung kudanya dan memperoleh harta rampasan
perang.” Maka, datanglah Ummu Kajjah kepada Rasulullah Saw dan berkata,
“Wahai Rasulullah, Aus bin Tsabit telah wafat dan meninggalkan tiga orang anak
perempuan yang menjadi tanggunganku, sementara aku hanyalah seorang wanita

126
yang tidak memiliki apa-apa untuk aku nafkahkan kepada mereka. Ayah mereka
sebenarnya meninggalkan harta yang cukup banyak, namun diambil oleh Suwaid
dan Arfajah. Mereka tidak memberiku dan tidak pula memberi anak-anakku sedikit
pun darinya. Anak-anak ini berada dalam asuhanku, tetapi mereka berdua sama
sekali tidak memberiku makan, minum, dan tidak pula memperhatikan anak-
anak ini.” Maka, Rasulullah Saw memanggil mereka. Lalu mereka berkata, “Wahai
Rasulullah, putrinya tidak mengendarai kuda, tidak pula membawa beban, dan
tidak pula mengalahkan musuh.” Maka, Rasulullah Saw. bersabda, “Pergilah kalian
sampai aku melihat apa yang dikatakan Allah tentang mereka (anak-anak yatim
perempuan itu).” Mereka pun pergi dan Allah Swt menurunkan ayat ini.

QS An-Nisa’ 4: 10

10- Firman Allah Swt, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak
yatim secara zalim.”
Muqatil bin Hayyan berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang lelaki
dari Ghathafan yang bernama Martsad bin Zaid, dan juga berhubungan dengan
harta milik keponakannya yang telah yatim dan masih kecil, dimana Marstad
memakan harta itu. Maka turunlah ayat ini.

QS An-Nisa’ 4: 11

11- Firman Allah Swt, “Allah berwasiat kepadamu tentang (pembagian warisan)
untuk anak-anakmu.” =
=Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin
Ja’far, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hasan bin Ahmad al-Makhladi,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami al-Mu’ammil bin Husain bin Isa, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad bin ash-Shabah,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami al-Hajjaj, dari Ibnu Juraij, ia berkata,
telah mengabarkan kepadaku Ibnu al-Munkadir, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah
Saw. dan Abu Bakar menjengukku di perkampungan Bani Salamah dengan
berjalan kaki. Mereka mendapatiku tengah pingsan. Maka, beliau meminta air, lalu
berwudhu dan menyiramkan sebagian air wudhunya itu kepadaku. Aku pun sadar
dan berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan terhadap hartaku?”
Maka, turunlah ayat, “Allah berwasiat kepadamu tentang (pembagian warisan)
untuk anak-anakmu.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibrahim bin Musa, dari Hisyam. Diriwayat-
kan juga oleh Muslim dari Muhammad bin Hatim, dari Shabah, dan keduanya dari

127
Ibnu Juraij.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Manshur Muhammad al-Manshuri, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Ali bin Umar bin al-Mahdi, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sha’id, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Ahmad bin al-Miqdam, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Bisyr bin al-Fadhl, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Muhammad bin Aqil, dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, “Seorang wanita datang
dengan membawa dua orang putrinya dan berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah
dua putri dari Tsabit bin Qais.” Atau wanita itu berkata, “Sa’ad bin ar-Rabi’, yang
terbunuh bersamamu pada Perang Uhud dan paman dari kedua putrinya ini telah
mengambil seluruh harta dan warisan mereka, tanpa meninggalkan sedikit pun
harta untuk mereka. Bagaimanakah menurutmu, wahai Rasulullah? Demi Allah,
kedua anak perempuan ini tidak akan bisa menikah kecuali jika mereka memiliki
harta.” Maka, Rasulullah Saw. berkata, “Allah akan menurunkan ketetapan dalam
masalah itu.” Maka, turunlah surah An-Nisa’, dan di dalamnya Allah berfirman,
“Allah berwasiat kepadamu tentang (pembagian warisan) untuk anak-anakmu. Yaitu
bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.”=
=hingga akhir ayat. Maka Rasulullah Saw bersabda, “Panggilkanlah wanita
itu dan juga paman dari anak itu.” Lalu, beliau berkata kepada paman anak itu,
“Berikan anak itu dua pertiga dari harta itu dan berilah ibunya seperdelapan.
Adapun lebihnya, maka itulah untukmu.”

QS An-Nisa’ 4: 19

19- Firman Allah Swt, “Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagimu
mewarisi perempuan dengan jalan paksa.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar al-Ashfahani, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad al-Ashfahani, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Abu Yahya, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Sahl bin Utsman, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Asbath
bin Muhammad, dari asy-Syaibani, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas. Abu Ishaq asy-
Syaibani berkata, dan Atha’ bin Husain as-Sawa’i menyebutkannya, dan saya
merasa bahwa ia menyebutkan dari Ibnu Abbas, “Ayat ini, “Wahai orang-orang
yang beriman, tidak halal bagimu mewarisi perempuan dengan jalan paksa.” Ia
berkata, “Dahulu apabila ada seorang lelaki yang wafat, ahli warisnya lebih berhak
atas istrinya. Jika ada di antara mereka yang berkehendak, ia akan menikahinya
dan jika mereka mau, mereka akan mengawinkannya dan jika mereka mau, mereka

128
tidak akan mengawinkannya, dan mereka lebih berhak atas wanita itu daripada
keluarga wanita itu sendiri. Berkenaan dengan itu, turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam bab tafsir dari Muhammad bin Muqatil,
dan ia juga meriwayatkannya di dalam bab paksaan dari Husain bin Manshur, dan
keduanya dari Asbath.
Para mufassir berkata, “Penduduk Madinah pada masa jahiliyah, dan
juga di awal Islam, apabila ada seorang lelaki di antara mereka yang wafat dan
meninggalkan istri, datanglah anak lelaki itu dari istrinya yang lain, atau dari
kerabat orang yang mati itu, lalu ia akan melemparkan bajunya kepada wanita itu
sehingga ia menjadi lebih berhak atas wanita itu dari dirinya sendiri dan dari orang
lain. Jika ingin menikahinya, ia dapat menikahinya tanpa mahar, kecuali mahar yang
telah diberikan oleh sang mayit. Jika ia mau, ia dapat mengawinkannya dengan
orang lain dan ia akan mengambil maharnya tanpa memberi wanita itu sedikit pun
bagian dari maharnya. Jika ia mau, ia akan menghalanginya dan menyusahkannya
agar wanita itu menebus dirinya dengan harta yang diwariskan oleh sang mayit
kepadanya atau sampai wanita itu mati dan ia akan mewarisinya. Lalu Abu Qais bin
al-Aslat al-Anshari wafat dan meninggalkan istrinya yang bernama Kabisyah binti
Ma’an al-Anshariyah. Lalu datanglah putra dari Abu Qais dari istrinya yang lain,
yang bernama Hishn, dan Muqatil berkata, namanya adalah Qais bin Abu Qais, dan
ia melemparkan bajunya kepada Kabisyah sehingga ia mewarisi pernikahannya.
Setelah itu ia meninggalkannya tanpa menyentuhnya dan tidak pula memberi
nafkah kepadanya. Ia sengaja menyusahkannya agar wanita itu menebus dirinya
dengan hartanya kepadanya. Maka, Kabisyah menemui Rasulullah Saw. dan
berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Qais telah wafat dan putranya
mewarisi pernikahanku, namun ia telah menyusahkanku dan mengulur-ulur
waktu denganku. Ia tidak memberiku nafkah dan tidak pula menggauliku serta
tidak pula menceraikanku. Maka, Rasulullah Saw berkata kepadanya, “Duduklah di
rumahmu hingga turun perintah Allah mengenai dirimu.” Ia berkata, “Maka wanita
itu pun pergi dan hal itu didengar oleh para wanita di Madinah sehingga mereka
mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, “Sungguh keadaan kami sama dengan
Kabisyah, hanya saja kami tidak dinikahi oleh anak-anak (dari suami kami), tetapi
dinikahi oleh sepupu-sepupu mereka (anak-anak dari paman suami mereka). Maka,
Allah menurunkan ayat ini.

QS An-Nisa’ 4: 22

22- Firman Allah Swt, “Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang

129
telah dinikahi oleh ayahmu.”
Ayat ini turun berkenaan dengan Hishn bin Abi Qais. Ia menikahi istri ayahnya
yang bernama Kabisyah binti Ma’an. Juga al-Aswad bin Khalaf yang menikahi istri
ayahnya dan Shafwan=
=bin Umayyah bin Khalaf yang menikahi istri ayahnya yang bernama Fakhitah
binti al-Aswad bin al-Muththalib. Juga Manshur bin Madzan yang menikahi istri
ayahnya yang bernama Mulaikah binti Kharijah.
Asy’ats bin Suwar berkata, “Abu Qais meninggal dan ia termasuk kalangan
Anshar yang saleh. Lalu putranya yang bernama Qais meminang istri ayahnya.
Maka, wanita itu berkata, “Sungguh aku menganggapmu sebagai anak, tetapi aku
akan menemui Rasulullah Saw. dan meminta pendapatnya. Lalu, ia menemui beliau
dan memberitahukannya tentang permasalahannya. Maka, Allah menurunkan ayat
ini.

QS An-Nisa’ 4: 24

24- Firman Allah Swt, “Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang
bersuami.”
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman al-Banani, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Hamdan, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Ya’la, ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Amr an-Naqid, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad
az-Zubairi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Utsman al-Bati,
dari Abu Khalil, dari Abu Sa’ad al-Khudri, ia berkata,“Pada peristiwa Awthas kami
berhasil menahan tawanan-tawanan perempuan yang telah bersuami. Karena itu,
kami tidak mau menggauli mereka lalu kami menanyakan hal itu kepada Rasulullah
Saw. dan turunlah ayat, “Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang
bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki.”
sehingga mereka pun menjadi halal.
Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin al-
Harits, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin
Ja’far, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Sahl bin Utsman.
Abdurrahim berkata, dari Asy’ats bin Suwar, dari Utsman al-Bati, dari Abu
Khalil, dari Abu Sa’id, ia berkata, “Ketika Rasulullah Saw menawan penduduk
Awthas, kami berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami menggauli wanita-
wanita yang telah kami ketahui nasab dan suami-suami mereka?” Maka, turunlah

130
ayat ini, “Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali
hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Makki al-Farisi, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Isa bin Amrawaih, telah menceritakan kepada kami
Yazid bin Zurai’, dari Sa’id bin Urwah, dari Qatadah, dari Saleh bin Abi Khalil,
telah menceritakan kepadaku Abu Alqamah al-Hasyimi, dari Abu Sa’id al-Khudri,
“Bahwasannya pada Perang Hunain, Rasulullah Saw. mengutus pasukan menuju
Awthas. Pasukan itu bertemu dengan musuh, memerangi mereka, dan berhasil
mengalahkan mereka. Mereka juga berhasil mengambil tawanan dari mereka.
Ada sejumlah sahabat Rasulullah Saw. yang enggan untuk menggauli tawanan
perempuan mereka karena adanya suami-suami mereka dari kaum musyrikin.
Berkenaan dengan itu, Allah menurunkan firman-Nya, “Dan (diharamkan juga
kamu menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan
(tawanan perang) yang kamu miliki.”

QS An-Nisa’ 4: 32

32- Firman Allah Swt, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah
dilebihkan Allah kepada sebagian kamu.” Telah mengabarkan kepada kami Ismail
bin Abu Qasim ash-Shufi, telah mengabarkan kepada kami Ismail bin Najid, telah
menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad bin Suwar, telah mengabarkan
kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah,
dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, ia berkata, “Ummu Salamah berkata, “Wahai
Rasulullah, kaum laki-laki berperang sementara kami tidak, dan kami hanya
mendapatkan setengah (dari bagian laki-laki) dalam harta warisan?” maka Allah
Swt menurunkan, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah
dilebihkan Allah kepada sebagian kamu.”
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdul Aziz, bahwa
Muhammad bin Husain telah mengabarkan kepada mereka, dari Muhammad
bin Yahya bin Yazid, telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah
mengabarkan kepada kami Itab bin Basyir, dari Hushaif, dari Ikrimah, bahwa para
wanita bertanya mengenai jihad, mereka berkata, “Kami berharap Allah juga
memerintahkan perang kepada kami,=
=sehingga kami juga bisa mendapatkan pahala sebagaimana yang didapat
oleh kaum laki-laki. Maka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan janganlah
kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu.”
Qatadah dan as-Saddi berkata, “Ketika Allah menurunkan firman-Nya, “Bagian

131
seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan,” kaum
laki-laki berkata, “Sungguh kami berharap kebaikan kami di akhirat dilebihkan
daripada kaum perempuan sebagaimana kami dilebihkan dari mereka dalam hal
warisan, sehingga pahala kami menjadi dua kali lipat lebih banyak daripada pahala
kaum perempuan.” Sementara kaum perempuan berkata, “Sungguh kami berharap
dosa kami hanya setengah dari dosa kaum laki-laki di akhirat, sebagaimana warisan
kami hanya setengah dari mereka di dunia. Maka, Allah Swt. menurunkan firman-
Nya, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu.”

QS An-Nisa’ 4: 33

33- Firman Allah Swt, “Dan untuk masing-masing (laki-laki dan perempuan) Kami
telah menetapkan para ahli waris.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-
Farisi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin
Hamawaih al-Harawi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad
bin Muhammad al-Muwafi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu al-
Yaman al-Hakam bin Nafi’, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Syu’aib bin
Abi Hamzah, dari az-Zuhri, ia berkata, Sa’id bin al-Musayyib berkata, “Ayat ini, “Dan
untuk masing-masing (laki-laki dan perempuan) Kami telah menetapkan para ahli
waris atas apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan karib kerabatnya.”
Turun berkenaan dengan orang-orang yang mengambil anak angkat yang bukan
anak kandung mereka kemudian memberi mereka bagian dari warisan. Berkenaan
dengan anak-anak angkat itu, Allah memerintahkan agar mereka diberi bagian
melalui wasiat, lalu Allah mengembalikan hak waris kepada ahli waris yang berasal
dari keluarga dan kaum kerabat. Allah tidak memberikan hak waris kepada orang-
orang yang diangkat sebagai anak, tetapi mereka hanya mendapat bagian melalui
wasiat.

QS An-Nisa’ 4: 34

34- Firman Allah Swt, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri).”
Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Sa’ad bin ar-Rabi’ yang
merupakan salah satu tokoh di kaumnya. Istrinya adalah Habibah binti Zaid bin Abi
Hurairah,dan mereka berdua berasal dari kalangan Anshar. Saat itu istrinya berbuat
nusyuz kepadanya sehingga ia menampar istrinya itu. Maka, ayah dari istrinya pergi
menemui Rasulullah Saw. membawa anaknya dan berkata, “Aku telah menyerahkan

132
putri kesayanganku kepadanya dan ia menamparnya.” Maka, Nabi Saw. berkata,
“Hendaklah ia mengambil qishash dari suaminya.” Maka, ia pergi bersama ayahnya
untuk mengambil qishash dari suaminya. Namun kemudian Nabi Saw. berkata,
“Kembalilah, ini Jibril telah datang kepadaku.” Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Maka, Rasulullah Saw. bersabda, “Kita menghendaki sesuatu, namun Allah juga
menghendaki sesuatu, dan yang dikehendaki Allah itulah yang baik.” Qishash pun
dibatalkan.
Telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin Muhammad bin Ahmad az-
Zahid, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Zahid bin Ahmad, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Husain bin Junaid, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Ziyad bin Ayyub, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Hasyim, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari
al-Juhani, “Bahwa ada seorang lelaki yang menampar istrinya, maka istrinya itu
mengadukannya kepada Rasulullah Saw, dan ikut bersamanya keluarganya.
Lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya si fulan telah menampar
keluarga kami.” Maka, Rasulullah Saw. berkata, “Qishash, qishash.” dan sang suami
tidak boleh membalas. Maka, turunlah ayat ini, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi
perempuan (istri).” Maka, Rasulullah Saw bersabda, “Kita menghendaki sesuatu,
namun Allah menghendaki yang lainnya.

QS An-Nisa’ 4: 37

37- Firman Allah Swt, “(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain
berbuat kikir.”
Sebagian besar mufassir berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-
orang Yahudi. Mereka menyembunyikan sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. dan tidak
menjelaskannya kepada manusia padahal mereka menemukannya tertulis di dalam
kitab mereka.
Al-Kalbi berkata, “Tiga ayat ini (ayat 37-39) turun berkenaan dengan orang-
orang Yahudi.
Ibnu Abbas dan Ibnu Zaid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan se-
kelompok Yahudi yang datang menemui beberapa orang Anshar, bergaul dengan
mereka, dan memberikan nasihat. Orang-orang Yahudi itu berkata, “Janganlah
kalian menafkahkan harta kalian, kami khawatir kalian akan menjadi miskin.” Maka,
Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh
orang lain berbuat kikir.”

133
QS An-Nisa’ 4: 43

43- Firman Allah Swt, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mendekati salat, ketika kamu dalam keadaan mabuk.”
Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang sahabat Nabi Saw. yang
meminum khamar kemudian shalat dalam keadaan mabuk sehingga mereka tidak
mengetahui sudah berapa rakaat mereka shalat dan tidak pula mengetahui apa
yang mereka ucapkan di dalam shalat mereka.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar al-Ashfahani, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Syaikh al-Hafizh, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Abu Yahya, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sahl bin
Utsman, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Abdurrahman al-Ifriqi, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Atha’, dari Abu Abdurrahman, ia berkata,
“Suatu ketika, Abdurrahman bin Auf membuat makanan dan mengundang beberapa
orang sahabat Rasulullah Saw. hingga mereka makan dan minum (khamar). Lalu,
datanglah waktu maghrib. Lalu salah seorang dari mereka maju dan mengimami
shalat Maghrib. Ia membaca surah al-Kafirun, namun ia tidak membacanya dengan
benar. Maka, turunlah firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendekati shalat ketika kamu dalam keadaan mabuk sampai
kamu sadar apa yang kamu ucapkan.”

QS An-Nisa’ 4: 43

43- Firman Allah Swt, “sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah
kamu dengan debu yang baik (suci).”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdullah bin Abu Ishaq, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Amr bin Mathar, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Ibrahim bin Ali adz-Dzuhali, ia berkata, telah menceritakan kepada
kami Yahya bin Yahya, aku mendengar dari Malik bin Anas, dari Abdurrahman
bin Qasim, dari ayahnya, dari Aisyah, bahwa ia berkata, “Kami pergi bersama
Rasulullah Saw. pada salah satu perjalanannya hingga saat kami tiba di al-Baida’,
atau di Dzatul Jaisy, kalung milikku putus sehingga Rasulullah Saw. berhenti untuk
mencarinya dan orang-orang pun ikut berhenti bersama beliau. Di sana tidak ada
sumber air dan mereka juga tidak memiliki air. Maka, orang-orang pun datang
menemui Abu Bakar dan berkata, “Tidakkah engkau lihat apa yang telah dilakukan
Aisyah? Ia telah membuat Rasulullah Saw. dan orang-orang berhenti padahal di
tempat itu tidak ada air dan mereka juga tidak memiliki air”. Maka, Abu Bakar

134
menemuiku sementara Rasulullah Saw. tengah tidur dengan meletakkan kepalanya
di atas pahaku. Abu Bakar berkata, “Engkau telah menahan Rasulullah Saw. dan
orang-orang padahal tempat ini tidak ada air dan mereka juga tidak memiliki air”.
Aisyah berkata, “Lalu Abu Bakar memarahiku dan mengatakan apa yang ingin
dikatakannya. Kemudian, ia juga memukul bagian pinggangku dengan tangannya
dan aku tidak bisa bergerak karena kepala Rasulullah Saw. berada di atas pahaku”.
Pada pagi harinya Rasulullah Saw. bangun tidur tanpa memiliki air. Maka, Allah
menurunkan ayat tayamum sehingga mereka semua melakukan tayamum”. Usaid
bin Hudhair, yang merupakan salah seorang pemimpin di kaumnya, berkata, “Ini
bukanlah keberkahan kalian yang pertama, wahai keluarga Abu Bakar”. Aisyah
berkata, “Lalu kami membangunkan unta yang aku naiki dan kami menemukan
kalung itu di bawahnya.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ismail bin Abi Uwais. Diriwayatkan juga oleh
Muslim dari Yahya bin Yahya, keduanya dari Malik.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Muhammad al-Farisi, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin al-Fadhl, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Husain al-Hafizh,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’ad, ia berkata, ayahku
telah menceritakan kepada kami, dari Abu Saleh, dari Ibnu Syihab, ia berkata,
telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Abdullah bin Utbah, dari Ammar bin
Yasir, ia berkata, “Rasulullah Saw. berhenti untuk beristirahat di Dzatul Jaisy dan
bersama beliau saat itu adalah istrinya Aisyah. Lalu kalung miliknya putus sehingga
orang-orang tertahan untuk mencari kalung itu hingga tiba waktu fajar, sementara
mereka tidak memiliki air. Maka, Allah Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya kisah
tentang bersuci dengan menggunakan debu yang suci. Maka, kaum muslimin pun
bangkit dan memukulkan tangan mereka ke tanah kemudian mengangkat tangan
mereka tanpa menggenggam tanah, lalu mereka mengusapkan tangan mereka ke
wajah mereka dan tangan mereka hingga bahu, dan dari bagian telapak tangan
mereka hingga ketiak=
=az-Zuhri berkata, “Dan kami mendengar bahwa Abu Bakar berkata kepada
Aisyah, “Demi Allah, sungguh sejauh yang aku ketahui engkau adalah wanita yang
diberkahi.”

QS An-Nisa’ 4: 49

49- Firman Allah Swt, “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang

135
menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan Nasrani).”
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan sejumlah orang Yahudi
yang mendatangi Rasulullah Saw. dengan membawa anak-anak mereka yang masih
kecil dan berkata, “Hai Muhammad, apakah anak-anak kami ini memiliki dosa?”
beliau menjawab, “Tidak.” Lalu mereka berkata, “Demi Zat yang kami bersumpah
atas nama-Nya, keadaan kami sama dengan mereka, tidaklah ada dosa yang kami
lakukan di siang hari, melainkan dosa itu telah digugurkan dari kami di malam
hari. Dan tidaklah ada dosa yang kami lakukan di malam hari, melainkan dosa itu
telah digugurkan dari kami di siang hari. Inilah orang-orang yang menganggap diri
mereka suci.

QS An-Nisa’ 4: 51

51- Firman Allah Swt, “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang diberi
bagian dari kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada Jibt dan Thafhut (setan dan apa
saja yang disembah selain Allah).”
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad
bin Yahya, ia berkata, ayahku telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq ats-Tsaqafi, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdul Jabbar bin al-‘Ala’, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Ikrimah, ia berkata, “Huyay bin Akhthab dan
Ka’ab bin al-Asyraf datang menemui penduduk Mekah, lalu orang-orang Mekah
berkata kepada mereka, “Kalian adalah ahli kitab dan ahli ilmu yang lebih lama, beri
tahukanlah kepada kami tentang kami dan Muhammad.” Mereka balik bertanya,
“Apakah (agama) kalian dan apakah (agama) Muhammad?” Orang-orang Mekah
menjawab, “Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyembelih unta yang
berpunuk besar, menyiramkan susu ke dalam air, membebaskan orang yang dalam
kesulitan, menyambung tali silaturahim, memberi minum untuk para haji, agama
kami telah lama, dan agama Muhammad adalah agama yang baru.” Maka, mereka
berdua berkata, “Kalian lebih baik darinya dan jalan kalian lebih benar darinya.”
Maka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Tidakkah engkau memperhatikan
orang-orang yang diberi bagian dari kitab (Taurat),” sampai firman-Nya, “Dan
barang siapa dilaknat Allah, niscaya engkau tidak akan mendapatkan penolong
baginya.”
Para mufassir berkata, “Ka’ab bin al-Asyraf berangkat bersama tujuh puluh
orang Yahudi lainnya menuju Mekah setelah peristiwa Uhud, guna bersekutu dengan
orang-orang Quraisy untuk mengkhianati Rasulullah Saw. dan melanggar perjanjian

136
yang telah dibuat di antara mereka dengan Rasulullah Saw. Lalu Ka’ab beristirahat
di rumah Abu Sufyan, sementara orang-orang Yahudi lainnya beristirahat di rumah-
rumah orang Quraisy lainnya. Penduduk Mekah berkata, “Kalian adalah ahli kitab
dan Muhammad juga memiliki kitab. Kami masih curiga jika ini merupakan salah
satu bentuk makar dari kalian. Jika kalian menginginkan agar kami berperang
bersamamu, bersujudlah kepada kedua berhala ini dan berimanlah kepada mereka.
Itulah yang dimaksud di dalam firman Allah, “Mereka percaya kepada Jibt dan
Thaghut.” Kemudian, Ka’ab berkata kepada penduduk Mekah, “Utuslah dari kalian
tiga puluh orang dan dari kami tiga puluh orang, lalu kita tempelkan hati kita di
Ka’bah dan berjanji kepada Tuhan Ka’bah untuk bersungguh-sungguh memerangi
Muhammad.” Mereka pun melakukan itu. Setelah selesai, Abu Sufyan berkata
kepada Ka’ab, “Engkau adalah orang yang bisa membaca kitab dan memiliki ilmu,
sementara kami adalah orang yang buta huruf dan tidak berilmu. Siapakah di
antara kami yang lebih benar jalannya dan lebih dekat kepada kebenaran. Kami
atau Muhammad?” maka Ka’ab berkata, “Jelaskanlah kepadaku tentang agama
kalian.” Abu Sufyan berkata, “Kami menyembelih unta yang berpunuk besar untuk
jamaah haji, memberi mereka minum, memuliakan tamu, membebaskan orang
yang dalam kesulitan, menyambung tali silaturahim, memakmurkan rumah Tuhan
kami, melakukan thawaf di sana, dan kami adalah penduduk haram, sementara
Muhammad telah meninggalkan agama nenek moyangnya dan memutuskan tali
silaturahim. Agama kami lebih lama, sementara agama Muhammad adalah baru.”
Ka’ab berkata, “Demi Allah, jalan kalian lebih benar daripada apa yang ditempuh
oleh Muhammad.” Maka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari kitab (Taurat)?” yakni Ka’ab
dan teman-temannya.

QS An-Nisa’ 4: 52

Firman Allah Swt., “Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah.” (QS An-Nisa’,
4:52)=
= Ahmad bin Ibrahim Al-Muqri mengabarkan pada kami, ia berkata,
“Sufyan bin Muhammad mengabarkan pada kami, ia berkata, ‘Makki bin Abdan
mengabarkan pada kami, ia berkata, ‘Abul Azhar menceritakan pada kami, ia
berkata, ‘Ruh menceritakan pada kami, ia berkata, ‘Sa’id menceritakan pada kami,
dari Qatadah, ia berkata, ‘Ayat ini turun berkenaan Ka’ab bin al-Asyraf dan Huyay
bin Akhtab, dua lelaki dari Yahudi Bani Nadir, datang menemui orang-orang Quraisy
pada musim haji. Orang-orang Quraisy bertanya kepada mereka, ’Apakah kami yang

137
lebih benar ataukah Muhammad dan para sahabatnya? Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang mengurus Ka’bah dan memberi minum jamaah haji, kami juga
penduduk Haram.’ Mereka menjawab, ’Kalian lebih benar daripada Muhammad.’
Mereka berdua mengtahui, mereka berbohong dan melakukan itu karena dengki
pada Muhammad dan para sahabatnya. Allah Swt. menurunkan, ’Merekalah
orang-orang yang dilaknat Allah. Barang siapa dilaknat Allah, niscaya engkau tidak
akan mendapatkan penolong baginya.’ Saat kembali kepada kaumnya, orang-
orang dari kaum mereka berkata, ’Sesungguhnya Muhammad mengira, telah turun
ayat tentang kalian yang mengatakan begini dan begitu.’ Mereka berdua berkata,
’Demi Allah, dia benar, sesungguhnya yang mendorong kami melakukan itu adalah
kebencian dan kedengkian terhadapnya’.”

QS An-Nisa’ 4: 58

Firman Allah Swt., “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya.” (QS An-Nisa’, 4: 58)=
=Ayat ini turun berkenaan dengan Usman bin Talhah Al-Hijabi dari Bani
Abduddar yang merupakan orang yang bertanggung jawab merawat Ka’bah.
Ketika Nabi Saw. memasuki kota Mekah pada hari penaklukkannya, Usman
mengunci pintu Ka’bah dan naik ke atas atapnya. Lalu Nabi Saw. meminta kunci
Ka’bah. Dikatakan bahwa kunci ada pada Usman. Saat diminta darinya, Usman
menolak dan berkata, “Jika aku mengetahui bahwa ia adalah Rasul Allah, aku
tidak akan menghalanginya dari kunci ini.” Maka Ali bin Abi Thalib memelintir
tangannya dan mengambil kunci darinya, lalu membuka pintu Ka’bah. Rasulullah
Saw. pun memasuki Ka’bah dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Saat
keluar, Abbas meminta beliau untuk memberikan kunci Ka’bah kepadanya, agar ia
menggabungkan antara kemuliaan menyediakan minuman untuk jamaah haji dan
kemuliaan merawat Ka’bah. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini. Lalu Rasulullah
Saw. memerintahkan Ali untuk mengembalikan kunci kepada Usman dan meminta
maaf kepadanya. Ali pun melakukannya. Selanjutnya Usman berkata, “Hai Ali,
tadi engkau memaksa dan menyakitiku, kemudian sekarang engkau kembali dan
bersikap lembut.” Ali berkata, “Sungguh Allah Swt. telah menurunkan firman-
Nya terkait dengan dirimu.” Lalu Ali membacakan ayat ini kepadanya. Usman pun
berkata, “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Ia pun masuk
Islam. Selanjutnya, Jibril As. datang dan berkata, “Selama Ka’bah ini masih ada,
maka sesungguhnya kunci dan tanggung jawab merawat Ka’bah ini harus tetap
pada keturunan Usman.” Hari ini pun, itu masih berada di tangan mereka.

138
Dari Mujahid, mengenai firman Allah Swt., “Sungguh, Allah menyuruhmu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” Ia berkata, “Ayat ini
turun berkenaan dengan Abu Talhah. Rasulullah Saw. memegang kunci Ka’bah
dan masuk ke dalamnya pada hari pembebasan kota Mekah, lalu beliau keluar
darinya dengan membaca ayat ini. Lalu beliau memanggil Usman dan memberikan
kunci Ka’bah kepadanya seraya bersabda, ’Ambillah kunci ini wahai Bani Abi Talhah
dengan jaminan keamanan dari Allah, tidak ada yang akan merebutnya dari kalian
kecuali orang yang zalim.”
Mus’ab berkata, “Syaibah bin Usman bin Abi Talhah telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ’Nabi Saw. menyerahkan kunci Ka’bah kepadaku dan Usman
seraya bersabda, ’Ambillah kunci ini wahai Bani Abi Talhah untuk selamanya, tidak
ada yang akan merebutnya dari kalian kecuali orang yang zalim.’.”
Maka sejak itu, Bani Abu Talhah yang bertanggung jawab dalam merawat
Ka’bah, bukan Bani Abduddar yang lain.

QS An-Nisa’ 4: 59

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul
(Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.” (QS An-Nisa’,
4: 59)
Dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Wahai orang-
orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri
(pemegang kekuasaan) di antara kamu” Ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan
dengan=
=Abdullah bin Hazaqah bin Qais bin Adi yang diutus oleh Rasulullah Saw.
dalam sebuah ekspedisi militer, diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Sadaqah bin Fadl,
dan diriwayatkan juga oleh Muslim dari Zuhair bin Harb, keduanya dari Hajjaj.
Dan Ibnu Abbas, ia berkata dalam riwayat dari Bazan, “Rasulullah Saw.
mengutus Khalid bin Walid untuk menyerang salah satu perkampungan Arab
dan ikut bersamanya Ammar bin Yasir. Khalid pun berangkat. Ketika telah dekat
dari perkampungan itu, ia beristirahat untuk menyerang mereka di waktu fajar.
Lalu salah seorang dari penduduk kampung itu memperingatkan warganya
sehingga mereka pun melarikan diri, kecuali seorang lelaki yang telah masuk
Islam. Ia memerintahkan keluarganya untuk bersiap-siap pergi, lalu ia mendatangi
perkemahan Khalid dan menemui Ammar bin Yasir. Ia berkata, ’Wahai Abu
Yaqzan, sesungguhnya aku adalah bagian dari kalian (muslim) dan ketika kaumku
mendengar tentang kedatangan kalian, mereka melarikan diri, sementara aku

139
tetap bertahan karena aku telah masuk Islam. Apakah keislamanku itu bermanfaat
bagiku, ataukah aku harus melarikan diri bersama-sama dengan kaumku?””
Ammar berkata, “Bertahanlah, karena sesungguhnya keislamanmu itu bermanfaat
bagimu.” Laki-laki itu pun pulang kepada keluarganya dan memerintahkan mereka
untuk bertahan. Pagi harinya, Khalid menyerang kaum itu dan tidak menemukan
siapapun selain lelaki itu. Maka Khalid menawannya dan mengambil hartanya.
Maka Ammar menemui Khalid dan berkata, “Lepaskanlah lelaki itu, sesungguhnya
dia seorang muslim dan sebelumnya aku telah menjamin keamanannya jika ia
bertahan.” Maka Khalid berkata, “Engkau memberinya jaminan perlindungan
tanpa sepengetahuanku, padahal akulah pemimpin dari pasukan ini?” Ammar
menjawab, “Ya, aku melindunginya tanpa sepengetahuanmu meskipun engkau
adalah pemimpin dari pasukan ini.” Lalu terjadilah perdebatan di antara mereka
sehingga mereka membawa permasalahan laki-laki itu kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. pun menjamin keamanan lelaki itu dan membolehkan jaminan yang
diberikan oleh Ammar. Namun Rasulullah Saw. melarang Ammar untuk memberi
perlindungan tanpa seizin dari pemimpin pasukan setelah itu.
Kemudian Ammar dan Khalid saling mencela di hadapan Rasulullah Saw.
Ammar bahkan melontarkan kata-kata yang keras terhadap Khalid sehingga
Khalid marah dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau membiarkan hamba
sahaya ini memakiku? Jika bukan karenamu, ia tidak akan berani memakiku.”
Dahulu Ammar adalah hamba sahaya milik Hasyim bin Al-Mugirah. Rasulullah Saw.
pun berkata, “Hai Khalid, berhentilah menyerang Ammar, sesungguhnya barang
siapa yang mencela Ammar, berarti ia telah mencela Allah dan barang siapa yang
membenci Ammar, berarti ia telah membenci Allah.” Lalu Ammar pun bangkit
pergi dan Khalid menyusulnya seraya memegang bajunya dan memintanya untuk
memaafkannya, Ammar pun memaafkannya. Lalu Allah menurunkan ayat ini dan
memerintahkan untuk menaati pemimpin.

QS An-Nisa’ 4: 60

Firman Allah Swt., “Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-


orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan
kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih
menginginkan ketetapan hukum kepada Thaghut.” (QS An-Nisa’, 4: 60)
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Abu Burdah Al-Aslami adalah=
=seorang pendeta yang memutuskan hukum di antara orang-orang Yahudi
dalam hal-hal yang mereka perkarakan kepadanya, lalu ada beberapa muslim yang

140
juga membawa perkara mereka kepadanya, maka Allah menurunkan firman-Nya,
‘’Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku
bahwa mereka telah beriman,” (QS An-Nisa’, 4: 60), hingga firman-Nya, ‘’Mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa’, 4: 69).
Dari Qatadah, ia berkata, “Telah diceritakan kepada kami bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan seorang lelaki dari Anshar yang bernama Qais dan seorang lelaki
Yahudi dalam sebuah perkara yang mereka berdua pertikaikan. Lalu mereka berdua
pergi membawa perkara mereka kepada seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk
memutuskan perkara mereka, dan meninggalkan Nabi Saw. Maka, Allah mencela
mereka atas apa yang mereka lakukan. Lebih lanjut, sebelumnya orang Yahudi
itu telah mengajak agar membawa perkara mereka kepada Nabi Allah karena ia
mengetahui bahwa beliau tidak akan berlaku zalim kepadanya, akan tetapi lelaki
Anshar itu enggan, padahal ia mengaku sebagai muslim dan ia tetap mengajak
pendeta itu. Maka, Allah menurunkan firman-Nya sebagaimana yang Anda dengar,
dan Allah mencela lelaki Anshar yang mengira bahwa ia seorang muslim itu, dan
juga mencela orang Yahudi yang merupakan ahli kitab. Allah berfirman, ’Tidakkah
engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka
telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelummu? Sampai=

QS An-Nisa’ 4: 61

=firman-Nya, ’Mereka menghalangi dengan keras darimu.” (QS An-Nisa’, 4: 61).


Dari Asy-Sya’bi, ia berkata, “Terjadi pertikaian antara seorang Yahudi dengan
seorang munafik, lalu orang Yahudi itu mengajak orang yang munafik untuk
membawa perkara mereka kepada Nabi Saw. karena ia mengetahui bahwa beliau
tidak menerima suap. Sementara orang munafik itu justru mengajak kepada pendeta
Yahudi karena ia mengetahui bahwa mereka menerima suap dalam keputusan-
keputusan mereka. Ketika mereka tidak mencapai kata sepakat, akhirnya mereka
memilih untuk membawa perkara mereka kepada seorang dukun di Juhainah.
Maka berkenaan dengan itu, Allah menurunkan firman-Nya, ‘’Tidakkah engkau
(Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada
Thaghut.’’ Sampai firman-Nya, ‘’dan mereka menerima dengan sepenuhnya.’’ (QS
An-Nisa’, 4: 65).
Al-Kalbi berkata, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, ”Ayat ini turun berkenaan

141
dengan seorang lelaki munafik yang memiliki perkara dengan seorang Yahudi.
Orang Yahudi itu berkata, ’Marilah kita menemui Muhammad.’ Akan tetapi, orang
munafik itu berkata, ’Tidak, tapi mari kita menemui Ka’ab bin al-Asyraf (dialah yang
disebut Allah sebagai Tagut). Namun, orang Yahudi itu enggan kecuali membawa
perkara mereka kepada Rasulullah Saw. Ketika orang munafik tersebut melihat
hal itu, ia lalu pergi bersamanya menemui Rasulullah Saw. dan menyerahkan
perkara mereka kepada beliau. Rasulullah Saw. memenangkan orang Yahudi.
Ketika mereka keluar dari tempat beliau, orang munafik itu kembali mendekati
orang Yahudi dan berkata, ‘Mari kita menemui Umar bin Khaththab.’ Mereka pun
pergi menemuinya. Orang Yahudi itu berkata, “Sebelumnya kami telah membawa
perkara kami kepada Muhammad, lalu ia memenangkanku. Namun orang ini tidak
menerima keputusannya dan ingin membawa perkara ini kepadamu. Sementa itu,
ia terus mendesakku sehingga aku terpaksa datang bersamanya menemuimu.’
Maka Umar pun bertanya kepada orang munafik itu, ‘Apakah benar demikian?’
Ia menjawab, ‘Benar.’ Umar lalu berkata, ‘Tunggulah sebentar hingga aku kembali
menemui kalian.’ Umar pun masuk ke dalam rumahnya, mengambil pedang dan
menghunusnya. Lalu ia kembali keluar menemui mereka dan memukul orang
munafik itu dengan pedangnya hingga mati. Umar kemudian berkata, ‘Beginilah
aku memberi ketetapan terhadap orang yang tidak menerima ketetapan Allah dan
Rasul-Nya.’ Orang Yahudi itu pun segera melarikan diri. Kemudian turunlah ayat ini.
Jibril As. berkata, “Umar telah memisahkan antara yang hak dengan yang batil.” Itu
sebabnya, Umar dijuluki Al-Faruq.’.””=
=As-Suddi berkata, “Ada beberapa orang Yahudi yang masuk Islam, lalu
sebagian dari mereka menjadi munafik. Pada masa jahiliyah, terdapat kesepakatan
antara Bani Quraizah dan Bani Nadir yaitu, jika ada seseorang dari Bani Quraizah
membunuh orang yang berasal dari Bani Nadir, maka orang itu juga harus dibunuh
dan juga harus membayar diyat sebanyak seratus wasaq kurma. Selanjutnya, jika
ada orang dari Bani Nadir yang membunuh seseorang dari Bani Quraizah, maka ia
tidak perlu dibunuh, cukup membayar diyat sebanyak enam puluh wasaq kurma.
Bani Nadir sendiri merupakan sekutu dari Aus. Bani Nadir lebih besar dan lebih
terhormat daripada Bani Quraizah yang merupakan sekutu dari Khazraj. Lalu,
seorang lelaki dari Bani Nadir membunuh lelaki lain dari Bani Quraizah sehingga
mereka pun bertengkar dalam masalah ini. Orang-orang dari Bani Nadir berkata,
‘Sesungguhnya di antara kami dan kalian telah ada kesepakatan pada masa
jahiliyah bahwa orang yang membunuh dari kalian akan dibunuh, sedangkan
yang membunuh dari kami tidak akan dibunuh. Lebih lanjut, diyat untuk kalian

142
adalah enam puluh wasaq (satu wasaq adalah enam puluh sha’), sementara diyat
untuk kami adalah seratus wasaq. Lalu kami akan memberi kalian sesuai dengan
kesepakatan kita itu.’ Maka, orang-orang Khazraj berkata, ‘Itu adalah sesuatu yang
kalian lakukan di masa jahiliyah, saat itu kalian banyak dan kami sedikit sehingga
kalian dapat mengalahkan kami. Namun saat ini, kami dan kalian adalah saudara,
agama kami dan agama kalian adalah satu, dan tidak ada keutamaan bagi kalian
atas kami.’ Orang-orang munafik lalu berkata, ‘Pergilah kalian menemui dukun Abu
Burdah Al-Aslami.’ Namun orang-orang Islam berkata, ‘Tidak, tapi kita harus pergi
menemui Nabi Allah Saw.’ Akan tetapi, orang-orang munafik enggan dan tetap pergi
menemui Abu Burdah untuk memutuskan perkara mereka. Mereka lalu berkata,
‘Besarkanlah jumlah uang suap untuknya.’ Kemudian mereka berkata kepada Abu
Burdah, ‘Kami akan memberimu sepuluh wasaq.’ Namun ia menjawab, ‘Tidak,
tetapi seratus wasaq sebagai uang diyat-ku, karena sesungguhnya aku takut jika
aku memenangkan Bani Nadir, maka Bani Quraizah akan membunuhku. Sebaliknya,
jika aku memenangkan Bani Quraizah, maka Bani Nadir akan membunuhku.’
Namun mereka enggan memberinya lebih dari sepuluh wasaq dan Abu Burdah pun
tidak mau menjadi hakim di antara mereka. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Lalu Nabi Saw. mengajak dukun Aslam untuk masuk Islam, namun ia menolak dan
pergi. Beliau pun bersabda kepada kedua anaknya, ‘Susullah ayah kalian karena
sesungguhnya jika ia melewati tempat itu, ia tidak akan selamat selamanya.’ Maka
mereka pun menyusulnya dan terus membujuknya hingga ia mau kembali dan
masuk Islam. Lalu Nabi Saw. memerintahkan seseorang menyerukan, ‘Ketahuilah
bahwa sesungguhnya dukun Aslam telah masuk Islam.’.”
QS An-Nisa’ 4: 65

Firman Allah Swt., “Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum
mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan.” (QS An-Nisa’, 4: 65)
Ayat ini turun berkenaan dengan Zubair bin Awwam dan seterusnya, Hatib bin
Abi Balta’ah, dan menurut satu pendapat, ia adalah Tsa’labah bin Hatib.
Az-Zuhri berkata, “Urwah bin Zubair telah mengabarkan kepadaku, dari
ayahnya, bahwa ia pernah bersengketa dengan seorang laki-laki dari Anshar yang
ikut dalam perang Badar bersama Rasulullah Saw., di hadapan Rasulullah dalam
masalah Syiraj Al-Harrah, yang mereka gunakan sama-sama untuk mengairi kebun
kurma mereka. Rasulullah Saw. berkata kepada Zubair, ‘Siramilah kebunmu wahai
Zubair, kemudian biarkan ia mengalir kepada tetanggamu.’ Sahabat Anshar
tersebut marah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah karena ia anak bibimu?’

143
Wajah Rasulullah pun memerah dan berkata, ‘Siramilah kebunmu hai Zubair,
kemudian tahan hingga kembali memenuhi seluruh kebunmu.”.” Di sini, Rasulullah
mengembalikan kepada Zubair haknya. Sebelum itu, Rasulullah memberikan solusi
yang memberikan kebaikan bagi Zubair dan sahabat Anshar itu. Akan tetapi, ketika
orang Anshar itu tidak menerima, maka beliau mengembalikan hak Zubair dengan
hukum yang jelas.
Urwah berkata, “Zubair berkata, ’Demi Allah, aku merasa bahwa ayat ini
tidaklah diturunkan melainkan karena perkara itu, firman-Nya, ‘Maka demi Tuhanmu,
mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada
rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya.’.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Ali bin Abdullah, dari Muhammad bin Ja’far,
dari Mu’ammar, diriwayatkan juga oleh Muslim dari Qutaibah, dari Al-Lais, dan
keduanya dari Az-Zuhri.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman bin Abu Hamid telah mengabarkan
kepada kam, ia berkata, ‘Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Al-Hafzih telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Ahmad Muhammad bin Muhammad
bin Al-Hasan Asy-Syaibani telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad
bin Hammad Zugbah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Hammad bin
Yahya bin Hani Al-Balkhi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Sufyan
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Amr bin Ziyad telah menceritakan
kepadaku, dari Abu Salamah, dari Ummu Salamah, bahwasanya Zubair bin Awwam
bersengketa dengan seorang lelaki, kemudian Rasulullah Saw. memenangkan
Zubair, maka lelaki itu berkata, ‘Sesungguhnya beliau memenangkannya karena ia
adalah anak dari bibinya.’ Maka Allah menurunkan, ‘Maka demi Tuhanmu, mereka
tidak beriman...’.”

QS An-Nisa’ 4: 69

Firman Allah Swt., “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul.” (QS An-Nisa’, 4:
69)=
=Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Sauban, pelayan
Rasulullah Saw. Sauban sangat mencintai beliau dan tidak bisa bersabar jika
berpisah dari beliau. Suatu hari, Rasulullah Saw. menemuinya. Saat itu, rona
wajah Sauban telah berubah, serta tubuhnya pun telah menjadi kurus. Terlihat
juga kesedihan di wajahnya. Maka, Nabi Saw. berkata kepadanya, ‘Hai Sauban, apa

144
yang telah mengubah rona wajahmu?’ Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, aku sama
sekali tidak sakit, hanya saja jika aku tidak melihatmu, aku akan merindukanmu dan
aku menjadi sangat gelisah hingga aku bertemu kembali denganmu. Kemudian
aku ingat akan akhirat. Aku takut tidak akan bertemu denganmu di sana karena
aku mengetahui bahwa engkau akan diangkat bersama para Nabi, sementara aku–
jika aku masuk surga–maka aku akan berada di tingkat yang lebih rendah darimu.
Sebaliknya, jika aku tidak masuk surga, maka sudah pasti aku tidak akan bertemu
denganmu selamanya.’.” Maka Allah pun menurunkan ayat ini.
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Abu Nasr telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Ibrahim An-Nasr Abazi telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ‘Abdullah bin Umar bin Ali Al-Jauhari telah mengabarkan kepada kami,
ia berkata, “Abdullah bin Mahmud As-Sa’diy telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Musa bin Yahya telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ubaidah
telah menceritakan kepada kami, dari Mansur bin Sajji, dari Masruq, ia berkata,
‘Para sahabat Rasulullah Saw. berkata, ’Tidak selayaknya kami meninggalkanmu di
dunia, sebab jika nanti engkau telah meninggalkan kami, derajatmu akan diangkat
di atas derajat kami.’ Maka Allah Swt. menurunkan, ’Dan barang siapa menaati
Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang
yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran.’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Syu’aib telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, ‘Makki telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Al-Azhar telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Rawh telah menceritakan kepada kami, dari
Sa’id, dari Qatadah, ia berkata, ‘Telah diceritakan kepada kami bahwa ada seorang
lelaki yang berkata, ’Wahai Nabi Allah, aku dapat melihatmu di dunia, akan tetapi
di akhirat derajatmu akan diangkat lebih tinggi dari kami karena keutamaan yang
engkau miliki, sehingga kami tidak akan bisa melihatmu.’ Maka Allah menurunkan
ayat ini.’.” =
=dari Aisyah, ia berkata, “Seorang lelaki datang menemui Rasulullah Saw. dan
berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri,
juga dari istri dan anak-anakku. Sungguh, jika aku tengah berada di rumah dan
aku ingat kepadamu, maka aku tidak akan bisa bersabar menunggu hingga datang
menemuimu dan memandangmu. Namun, jika aku mengingat kematianku dan juga
kematianmu, aku akan mengetahui bahwa jika engkau telah masuk surga, engkau
akan diangkat bersama nabi-nabi lainnya, dan jika aku masuk surga, aku khawatir
tidak akan bisa bertemu denganmu.’ Rasulullah Saw. tidak memberikan jawaban

145
apa-apa kepadanya hingga Jibril turun dengan membawa ayat ini, ’Dan barang
siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama
dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi’.”

QS An-Nisa’ 4: 77

Firman Allah Swt., “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menurut


satu pendapat, kepada mereka, ‘Tahanlah tanganmu (dari berperang).”.” (QS An-
Nisa’, 4: 77)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang sahabat
Nabi Saw., di antara mereka adalah Abdurrahman bin Auf, Al-Miqdad bin Al-Aswad,
Qudamah bin Maz’un, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Mereka mengalami begitu banyak
siksaan dari orang-orang musyrik, lalu mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkanlah
kami memerangi orang-orang itu.’ Beliau berkata kepada mereka, ‘Tahanlah tangan
kalian dari mereka, sesungguhnya aku belum diizinkan untuk memerangi mereka.’
Ketika Rasulullah Saw. hijrah ke Madinah dan Allah memerintahkan mereka untuk
memerangi orang-orang musyrik, sebagian dari mereka tidak menyukainya dan
merasa berat melakukannya. Maka Allah menurunkan ayat ini.’.”
Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, “Bahwa Abdurrahman dan teman-temannya
datang menemui Nabi Saw. di Mekah dan berkata, ’Wahai Nabi Allah, dulu kami
berada dalam kemuliaan sementara saat itu kami adalah orang-orang musyrik.
Ketika kami beriman, kami menjadi orang-orang yang hina.’ Maka, beliau bersabda,
’Sesungguhnya aku diperintahkan untuk memaafkan, maka janganlah kalian
memerangi kaum itu.’ Ketika Allah telah memindahkan Nabi-Nya ke Madinah,
Allah pun memerintahkan beliau untuk berperang, akan tetapi mereka justru
menahan diri mereka. Maka, Allah menurunkan firman-Nya, ’Tidakkah engkau
memperhatikan= =orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ’Tahanlah
tanganmu (dari berperang).’.”

QS An-Nisa’ 4: 78

Firman Allah Swt., “Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu.”
(QS An-Nisa’, 4: 78)
Ibnu Abbas berkata dalam riwayat dari Abu Saleh, “Ketika Allah mengambil
sebagian kaum muslimin sebagai syahid di Perang Uhud, orang-orang munafik
yang tidak ikut berperang berkata, ’Andai saja saudara-saudara kita yang terbunuh
itu tetap di sini bersama kita, tentulah mereka tidak akan terbunuh.’ Maka Allah
menurunkan ayat ini.

146
QS An-Nisa’ 4: 48

Firman Allah Swt., ‘Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam
(menghadapi) orang-orang munafik.’.” (QS An-Nisa’, 4: 88)
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin
Yahya telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Amr Ismail bin Najid
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Yusuf bin Ya’qub Al-Qadi telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Amr bin Marzuq telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Syu’bah telah menceritakan kepada kami dari ‘Adiy bin Sabit, dari
Abdullah bin Yazid bin Sabit, bahwa ada satu kaum yang ikut berangkat bersama
Rasulullah Saw. menuju Uhud, namun kemudian mereka kembali pulang. Maka,
terjadilah perselisihan di antara kaum muslimin mengenai mereka. Satu kelompok
mengatakan, ‘Kita harus membunuh mereka.’ Sementara kelompok lainnya
mengatakan, ‘Kita tidak perlu membunuh mereka.’ Maka turunlah ayat ini.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Bundar, dari Ghundar. Diriwayatkan juga
oleh Muslim dari Abdullah bin Mu’az dan keduanya dari Syu’bah.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan Al-‘Adl telah menga-
barkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Bakar Ahmad bin Ja’far bin Malik telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ayahku telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, ‘Aswad bin ‘Amir telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Hammad
bin Salamah telah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Ishaq, dari Yazid
bin Abdullah bin Qusait, dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari ayahnya, bahwa
ada satu kaum dari Arab yang datang menemui Nabi Saw. untuk masuk Islam. Lalu
mereka ditimpa oleh wabah dan penyakit panas di Madinah sehingga mereka pergi
dan meninggalkan Madinah. Di perjalanan, mereka bertemu dengan beberapa
orang sahabat Nabi Saw. yang bertanya kepada mereka, ’Mengapa kalian kembali
pulang?’ Mereka menjawab, ’Kami diserang oleh wabah penyakit di Madinah,
karena itu kami keluar darinya.’ Maka para shahabat bertanya, ’Tidakkah kalian
menemukan teladan pada diri Rasulullah?’ Lalu sebagian dari sahabat berkata,
’Mereka telah menjadi munafik.’ Sementara sebagian lainnya berkata, ’Mereka
tidak munafik, =
=mereka tetap muslim.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Maka mengapa
kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik,
padahal Allah telah mengembalikan mereka (kepada kekafiran) disebabkan oleh
usaha mereka sendiri?’.”

147
Mujahid berkata mengenai ayat ini, “Mereka adalah satu kaum yang keluar dari
Mekah hingga tiba di Madinah dan mereka mengira bahwa mereka termasuk kaum
Muhajirin. Setelah itu, mereka kembali murtad dan meminta izin kepada Rasulullah
Saw. untuk kembali ke Mekah guna mengambil barang-barang dagangan yang
akan mereka gunakan untuk berdagang. Maka orang-orang yang beriman berbeda
pendapat mengenai mereka. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah orang-
orang munafik. Sementara yang lainnya mengatakan bahwa mereka adalah
orang-orang yang beriman. Allah Swt. pun menerangkan tentang kemunafikan
mereka dan menurunkan ayat ini. Allah juga memerintahkan untuk membunuh
mereka di dalam firman-Nya, ’Apabila mereka berpaling maka tawanlah mereka
dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan.’ Lalu orang-orang
itu kembali datang dan pergi menemui Hilal bin Uwaim al-Aslami yang memiliki
perjanjian antara dirinya dengan Nabi Saw. Dialah yang dimaksud dengan orang
yang merasa keberatan hatinya untuk memerangi kaum mukminin. Kemudian,
diangkatlah perintah untuk membunuh orang-orang munafik itu dengan firman-
Nya, ’Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan keada suatu kaum.’.”

QS An-Nisa’ 4: 92

Firman Allah Swt., “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman untuk membunuh
seorang yang beriman (yang lain) kecuali karena tersalah (tidak sengaja).’.” (QS
An-Nisa’, 4: 92)
Hammad berkata, “Muhammad bin Ishaq bin Abdurrahman bin Qasim telah
mengabarkan kepada kami dari ayahnya bahwasanya Al-Haris bin Zaid adalah =
=orang yang sangat keras terhadap Nabi Saw. Lalu ia datang untuk
masuk Islam. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Ayyasy bin Abi Rabi’ah,
sementara Ayyasy tidak mengetahui bahwa Al-Haris hendak masuk Islam sehingga
ia membunuhnya. Maka Allah menurunkan ayat, ‘Dan tidak patut bagi seorang
yang beriman untuk membunuh seorang yang beriman (yang lain) kecuali karena
tersalah (tidak sengaja).’
Al-Kalbi menerangkan lebih lanjut tentang kisah ini, ia berkata, “Ayyasy bin Abu
Rabi’ah al-Makhzumi masuk Islam, namun ia takut menampakkan keislamannya. Ia
pun melarikan diri ke Madinah dan bersembunyi di salah satu benteng yang ada di
sana. Ibunya merasa sangat sedih atas kepergiannya sehingga ia berkata kepada dua
orang putranya yang lain, yakni Abu Jahal dan al-Haris bin Hisyam, yakni saudara
seibu dari Ayyasy, ’Aku tidak akan berdiam di bawah atap rumah dan tidak pula
makan dan minum hingga kalian membawanya kembali kepadaku.’ Mereka pun

148
berangkat mencarinya dan ikut bersama mereka Al-Harits bin Zaid bin Abi Anisah
hingga sampai di Madinah. Mereka lantas menemui Ayyasy di benteng tersebut
dan berkata kepadanya, ’Turunlah, sesungguhnya ibumu tidak mau berdiam di
bawah atap rumah setelah kepergianmu dan ia juga telah bersumpah untuk tidak
makan dan minum hingga engkau kembali kepadanya. Kami bersumpah demi
Allah bahwa kami tidak akan memaksamu terhadap apa pun juga dan kami juga
tidak akan menghalangimu dari agamamu.’ Setelah mereka menceritakan tentang
kesedihan ibunya dan telah bersumpah kepadanya, Ayyasy pun turun menemui
mereka. Mereka membawanya keluar dari Madinah dan mengikatnya dengan
tali pengikat pelana. Lalu masing-masing dari mereka mencambuknya sebanyak
seratus kali=
=cambukan. Kemudian mereka membawanya kepada ibunya. Lalu
ibunya berkata, ‘’Demi Allah, aku tidak akan membebaskanmu dari ikatanmu
hingga engkau kufur terhadap apa yang engkau imani itu.’ Kemudian mereka
meninggalkannya terikat di bawah terik matahari. Lalu Ayyasy mengikuti sebagian
dari keinginan mereka. Setelah itu Al-Harits bin Zaid menemuinya dan berkata, ’Hai
Ayyasy, jika agama yang engkau ikuti sebelumnya adalah sebuah petunjuk, maka
berarti engkau telah meninggalkan petunjuk, dan jika itu mereupakan kesesatan,
maka berarti engkau telah berada di dalam kesesatan.’ Ayyasy marah mendengar
ucapannya dan berkata, ’Demi Allah, tidaklah aku menjumpaimu dalam keadaan
sendiri, melainkan aku pasti akan membunuhmu.’ Setelah itu Ayyasy masuk Islam
dan berhijrah kepada Rasulullah Saw. di Madinah. Dan kemudian Al-Harits bin
Zaid juga masuk Islam dan berhijrah ke Madinah, dan saat ia masuk Islam Ayyasy
tidak ada di sana, sehingga ia tidak mengetahui keIslamannya. Suatu ketika, saat
ia tengah berjalan di Quba, ia bertemu dengan Al-Harits bin Zaid. Saat melihatnya,
Ayyasy segera menyerangnya dan membunuhnya. Maka orang-orang berkata, ’Apa
yang telah engkau lakukan? Sungguh, ia telah masuk Islam.’ Maka Ayyasy pun
kembali menemui Rasulullah Saw. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, engkau telah
mengetahui tentang apa yang pernah terjadi antara diriku dengan al-Harits, dan
sungguh, aku tidak mengetahui tentang keIslamannya saat aku membunuhnya.’
Lalu turunlah Jibril dengan membawa firman-Nya, ’Dan tidak patut bagi seorang
yang beriman untuk membunuh seorang yang beriman (yang lain) kecuali karena
tersalah (tidak sengaja).’.”

QS An-Nisa’ 4: 93

Firman Allah Swt., “Dan barang siapa yang membunuh orang yang beriman

149
dengan sengaja.” (QS An-Nisa’, 4: 93)
Al-Kalbi berkata dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, “Maqis bin Dababah
menemukan saudaranya, Hisyam bin Dababah, seorang muslim, terbunuh di
perkampungan Bani Najjar. Ia lalu menemui Nabi Saw. dan menceritakan hal
tersebut. Rasullullah kemudian mengutus seseorang dari Bani Fahd untuk pergi
bersamanya, lalu bersabda, ’Datangilah perkampungan Bani Najjar dan sampaikan
kepada mereka salamku, lalu katakan kepada mereka, ’Sesungguhnya Rasulullah
Saw. memerintahkan kalian, jika kalian mengetahui orang yang telah membunuh
Hisyam bin Dababah, hendaklah kalian menyerahkannya agar saudaranya dapat
mengambil qisas darinya. Namun, jika kalian tidak mengetahui pembunuhnya,
hendaklah kalian membayar diyat-nya pada saudaranya.’ Lalu, orang dari Bani Fahd
itu menyampaikan pesan Rasulullah Saw. kepada Bani Najjar. Mereka pun berkata,
’Kami mendengar dan kami menaati Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah, kami tidak
mengetahui pembunuhnya, akan tetapi kami akan membayar diyat-nya.’ Mereka
lalu memberi Maqis sebanyak seratus ekor unta. Setelah itu, Maqis dan lelaki dari
Bani Fahd kembali menuju Madinah. Ketika jarak di antara mereka=
=dengan Madinah telah dekat, setan mendatangi Maqis dan merayunya
dengan bisikan-bisikannya. Setan berkata, ‘’Apa yang telah engkau lakukan?
Engkau menerima diyat atas kematian saudaramu dan itu akan menjadi aib
bagimu? Bunuhlah orang yang bersama denganmu sehingga jiwa dibayar dengan
jiwa dan engkau masih dapat memiliki diyat-nya.”’ Maka Maqis melakukan itu. Ia
menjatuhkan batu besar kepada lelaki dari Bani Fahd itu sehingga memecahkan
kepalanya. Setelah itu, ia menunggangi salah satu dari unta-unta tersebut dan
menggiring sisanya untuk kembali ke Mekah sebagai seorang kafir. Ia mengatakan
dalam syairnya,
Telah kubunuh seorang lelaki dari Bani Fahd demi adikku
Dan kuambil pula diyat-nya dari para pemimpin Bani Najjar dan sahabat-
sahabat mereka
Aku telah membalaskan dendamku dan aku bisa berbaring dengan nyaman
Dan aku adalah orang pertama yang kembali kepada berhala-berhala itu
Maka turunlah ayat ini, ‘’Barang siapa yang membunuh orang yang beriman
dengan sengaja.’”
Kemudian, pada hari pembebasan kota Mekah, Rasulullah Saw. menghalalkan
darahnya. Orang-orang menemukannya di pasar dan membunuhnya.

QS An-Nisa’ 4: 94

150
Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi
(berperang) di jalan Allah, maka telitilah.” (QS An-Nisa’, 4: 94)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ibrahim Ismail bin Ibrahim Al-Wa’izh telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdul Husen Muhammad bin Ahmad bin
Hamid telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin Al-Husen bin Abdul
Jabbar telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin ‘Abbad telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Sufyan telah menceritakan kepada kami,
dari Amr, dari Ata’, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Kaum muslimin mengejar seorang
lelaki yang lari membawa hartanya, saat terdesak, ia berkata, ’Assalamu’alaikum,’
namun kaum muslimin tetap membunuhnya dan mengambil harta rampasan
perang darinya. Maka, turunlah ayat ini, ‘Wahai orang-orang yang beriman,
apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu
mengatakan kepada orang yang mengucapkan ‘salam” kepadamu, ‘Kamu bukan
seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta
benda kehidupan di dunia.”.”” Yakni, harta rampasan perang itu.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Ali bin Abdullah. Diriwayatkan juga oleh
Muslim dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, keduanya dari Sufyan.
Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘’Ada seorang lelaki dari Bani Sulaim
yang berjalan melewati beberapa orang sahabat Nabi Saw., dengan membawa
harta rampasan perang, ia mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka
pun berkata, ‘Tidaklah ia mengucapkan salam kepada kalian melainkan untuk
melindungi dirinya dari kalian.’ Maka, mereka pun bangkit menyerangnya dan
membunuhnya. Lalu mereka mengambil=
=harta rampasan perangnya dan membawanya kepada Rasulullah Saw. Allah
lalu menurunkan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu
pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Asfahani telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu As-Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Abu ‘Ali Ar-Razi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Sahl bin Usman telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Waqi’ telah menceritakan kepada kami, dari
Sufyan, dari Jubair bin Abu Amr, dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, ‘Al-Miqdad bin Al-
Aswad pernah pergi dalam suatu ekspedisi militer, lalu mereka melewati seorang
lelaki yang berada di tengah-tengah hartanya. Saat mereka akan membunuhnya,
orang itu berkata, ‘La ilaha illallah, dan Al-Miqdad tetap membunuhnya. Lalu
dikatakan kepadanya, ‘Mengapa engkau membunuhnya sementara ia telah
mengucapkan Laa ilaaha illallah sehingga keluarga dan hartanya terlindungi?’

151
Ketika mereka kembali kepada Rasulullah Saw., mereka pun menceritakan peristiwa
itu, dan turunlah ayat, ’Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi
(berperang) di jalan Allah, maka telitilah.’.”
Al-Hasan berkata, “Para sahabat Rasulullah Saw. pergi untuk berkeliling, lalu
mereka bertemu dengan orang-orang musyrik dan berhasil mengalahkan mereka.
Namun, ada salah seorang di antara mereka yang melarikan diri dan dikejar
oleh salah seorang dari kaum muslimin. Ketika ia telah mengepungnya dengan
tombaknya, orang itu mengatakan, ‘Sungguh, aku muslim. Sungguh, aku seorang
muslim.’ Namun, ia tetap menyerangnya dengan tombaknya dan membunuhnya.
Setelah itu, ia mengambil barang-barang milik orang itu yang hanya sedikit. Ketika
hal ini diangkat kepada Rasulullah Saw., beliau bersabda, ’Engkau membunuhnya
setelah ia mengaku muslim?’ Ia pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia
mengatakan demikian hanya untuk melindungi dirinya.’ Beliau bersabda, ‘Apakah
engkau telah membelah hatinya untuk mengetahui apakah ia jujur atau bohong?’
Ia menjawab, ’Aku tahu itu wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Tidak, = =engkau
sama sekali tidak mengetahui itu, karena hal itu ada di antara lisannya.’ Tidak lama
kemudian, orang yang membunuh itu pun mati. Setelah dikuburkan, keesokan
harinya, orang-orang menemukan jasadnya terletak di samping kuburannya. Maka,
mereka pun kembali menggali kuburan untuknya dan menguburkannya. Keesokan
paginya, jasadnya kembali terletak di samping kuburannya. Hal ini terjadi dua atau
tiga kali. Ketika mereka melihat bahwa bumi tidak mau menerimanya, mereka pun
membuangnya di sekitar wilayah itu. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.”.”
Al-Hasan berkata, “Sesungguhnya bumi telah banyak menerima orang-orang
yang jauh lebih buruk darinya, akan tetapi itu adalah sebagai peringatan bagi
mereka agar tidak mengulangi hal itu.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Nasr Ahmad bin Muhammad Al-Muzakki telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ubaidullah bin Muhammad bin Batah telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abul Qasim Al-Baghawi telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Sa’id bin Yahya Al-Amawi telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Ayahku telah menceritakan kepadaku, ia berkata, ‘Muhammad
bin Ishaq dan Yazid bin Ubaidullah bin Qasit telah menceritakan kepada kami,
dari al-Qa’qa’ bin Abdullah bin Abu Hudud, dari ayahnya, ia berkata, ‘Rasulullah
Saw. mengutus kami dalam sebuah ekspedisi militer ke daerah Idam sebelum
keberangkatan beliau ke Mekah. Ia berkata, ’Lalu lewatlah di depan kami Amir
bin Al-Adbat Al-Asyja’i dan ia memberi kami salam dengan salam Islam. Kami pun
membiarkannya. Akan tetapi, Mahlam bin Jusamah menyerangnya karena suatu

152
permasalahan antara mereka di masa jahiliyah. Ia membunuhnya.=
=lalu ia mengambil untanya dan barang-barang yang dibawanya. Ia berkata,
“Maka kami membawa perkara ini kepada Rasulullah Saw. dan menceritakan
kepada beliau mengenai orang itu. Allah pun menurunkan firman-Nya, ‘Wahai
orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka
telitilah...”.” sampai akhir ayat.
As-Suddi berkata, “Rasulullah pernah mengutus Usamah bin Zaid dalam
sebuah eksedisi militer, lalu ia bertemu Mirdas bin Nuhaik ad-Dhamari. Usamah
pun membunuhnya. Mirdas sendiri berasal dari penduduk Fadak dan belum ada
yang masuk Islam dari kaumnya selain dia sendiri. Ia telah mengucapkan, ‘Tidak
ada tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.” Ia juga memberi salam
kepada mereka. Usamah berkata, ‘Ketika aku datang menemui Rasulullah, aku
memberitahu beliau tentang itu, maka beliau bersabda, ‘Engkau telah membunuh
seseorang yang mengatakan ’Laa ilaha illallah’. Maka kukatakan, ‘Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ia hanya melindungi dirinya dari pembunuhan.’ Beliau lalu
bersabda, ‘Bagaimanakah jika hari kiamat nanti ia memperkarakanmu dengan ‘Laa
ilaaha illallaah”?’ Usamah berkata, ‘Beliau masih terus mengulang-ulang kalimat
itu kepadaku, ‘Apakah engkau membunuh orang yang mengucapkan ‘Laa ilaaha
illallaah”?’ sehingga aku berharap andai saja aku baru masuk Islam pada hari
itu. Lalu turunlah ayat, ‘Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi
(berperang) di jalan Allah, maka telitilah.’.”
Mengenai hal ini, Al-Kalbi dan Qatadah berkata, “Ini menunjukkan kesahihan
hadis yang dikabarkan kepada kami oleh Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim Al-
Farisi, ia berkata, ‘Muhammad bin Isa bin Amr telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, “Ibrahim bin Sufyan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Muslim
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ya’qub Ad-Dauraqi telah menceritakan
kepadaku, ia berkata, = = “Husyaim bercerita pada kami, ia berkata, ‘Husain
bercerita pada kami, ia berkata, ‘Abu Zibyan bercerita pada kami, ia berkata, ‘Aku
telah mendengar Usamah bin Zaid bin Harisah bercerita, ia berkata, ‘Rasulullah
Saw. pernah mengutus kami dalam ekspedisi militer ke daerah di Juhainah. Kami
menyerang mereka tiba-tiba saat fajar dan berhasil mengalahkan mereka. Lalu aku
dan seorang lelaki Anshar mengejar seorang dari mereka. Saat kami menguasainya,
ia berkata, ’Laa ilaaha illallaah’. Lelaki Anshar pun menahan dirinya. Aku tetap
menikamnya dengan tombakku, membunuhnya. Saat kami kembali, Rasulullah
Saw. mendengar peristiwa itu. Beliau bersabda, ‘Wahai Usamah, apa engkau
membunuhnya setelah ia mengatakan ‘Laa ilaaha illallaah”?’ Aku jawab, ’Wahai

153
Rasulullah, sesungguhnya ia melakukan itu hanya untuk melindungi diri.’ Beliau
bersabda lagi, ‘Apa engkau membunuhnya setelah ia mengatakan ‘Laa ilaaha
illallaah”?’ Usamah berkata lagi, ‘Beliau terus menerus mengulangnya padaku
hingga aku berharap andai aku belum masuk Islam sebelum hari itu.’.”

QS An-Nisa’ 4: 95

Firman Allah Swt., “Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak
turut berperang).” (QS An-Nisa’, 4: 95)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Usman Sa’id bin Muhammad al-Mu’azzin telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Kakekku telah mengabarkan kepada kami,
ia berkata, ‘Muhammad bin Ishaq As-Siraj telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ‘Muhammad Ibnu Humaid Ar-Razi telah bercerita pada kami, ia berkata,
‘Salamah bin Al-Fadl telah bercerita pada kami, dari Muhammad bin Ishaq, dari Az-
Zuhri, dari Sahl bin Sa’ad, dari Marwan bin Al-Hakam, dari Zaid bin Sabit, ia berkata,
‘Aku berada di sisi Nabi Saw. saat turun ayat, ‘Tidaklah sama antara orang beriman
yang duduk (yang tidak turut berperang) dengan orang yang berjihad di jalan
Allah.’ Saat itu belum disebutkan, tanpa mempunyai uzur (halangan). Lalu, Ibnu
Ummi Maktum berkata, ‘Bagaimana denganku yang buta dan tidak bisa melihat?’
Zaid berkata, ‘Lalu Nabi Saw. menerima wahyu di tempat beliau duduk, beliau
bertelekan pada pahaku, sungguh demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
pahaku terasa begitu berat sehingga aku khawatir beliau akan meremukkannya.
Lalu beliau kembali ke posisi semula, berkata, ‘Tulislah, ‘Tidaklah sama antara
orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang), tanpa mempunyai uzur
(halangan).’.”” Aku pun menulisnya. =
=diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Ismail bin Abdullah, dari Ibrahim bin
Sa’ad, dari Saleh, dari Az-Zuhri.
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Yahya
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ja’far bin Matar telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Khalifah telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abul Walid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Syu’bah
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Ishaq telah memberitahukan
kepada kami, ia berkata, ‘Aku telah mendengar Al-Barra’ berkata, ‘Ketika diturunkan
ayat ini, ‘Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut
berperang),’ Rasulullah Saw. memanggil Zaid. Zaid pun datang dengan membawa
lembaran papan dan menuliskannya. Lalu, datanglah Ibnu Ummi Maktum
mengeluhkan keadaannya, maka turunlah, ’Tidaklah sama antara orang beriman

154
yang duduk (yang tidak turut berperang), tanpa mempunyai uzur (halangan).’.”” =
=diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Abul Walid. Diriwayatkan juga oleh
Muslim dari Bundar, dari Gundar, dari Syu’bah.
Imam Al Wahidi berkata, “Ismail bin Abul Qasim An-Nasr Abadzi telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ismail bin Nujaid telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin ‘Abdus telah mengabarkan kepada kami,
ia berkata, ‘Ali bin Al-Ja’d telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Zuhair telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra’, dari Rasulullah Saw.,
beliau bersabda, ‘Panggilkanlah Zaid untukku, katakan kepadanya agar datang
dengan membawa lembaran papan dan alat tulis atau lempengan kayu.” Kemudian
beliau bersabda, ‘Tuliskanlah untukku, ‘Tidaklah sama antara orang beriman yang
duduk (yang tidak turut berperang).” Aku merasa beliau mengatakan,=
‘dengan orang yang berjihad di jalan Allah.” Maka Ibnu Ummi Maktum
berkata, ‘Wahai Rasulullah, mataku tidak bisa melihat.” Ia berkata, ‘Maka, sebelum
ia (Ibnu Ummi Maktum) meninggalkan tempat itu, turunlah firman-Nya, ‘tanpa
mempunyai uzur (halangan).”.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Muhammad bin Yusuf, dari Israil, dari Abu
Ishaq.

QS An-Nisa’ 4: 97

Firman Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh


malaikat dalam keadaan menzalimi diri sendiri.” (QS An-Nisa’, 4: 97)
Ayat ini turun berkenaan dengan sejumlah orang dari penduduk Mekah.
Mereka mengaku telah Islam, namun enggan berhijrah. Mereka memperlihatkan
keimanan, namun menyembunyikan kemunafikan. Lalu, pada perang Badar, mereka
turut berangkat bersama kaum musyrikin untuk memerangi kaum muslimin.
Mereka pun terbunuh. Maka, malaikat memukul wajah dan punggung mereka
serta mengatakan kepada mereka apa yang telah disebutkan Allah Swt.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Harisi telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu As-Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ‘Abu Yahya telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Sahl bin Usman
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdurrahim bin Sulaiman telah
menceritakan kepada kami, dari Asy’as bin Sawar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
mengenai firman Allah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh
malaikat dalam keadaan menzalimi diri sendiri.” Ia membacanya sampai akhir ayat,

155
lalu berkata, ‘Mereka adalah sekelompok kaum muslimin yang berada di Mekah,
mereka keluar bersama kaum musyrikin untuk berperang dan ikut bertempur
bersama mereka, maka turunlah ayat ini.”.”

QS An-Nisa’ 4: 100

Firman Allah Swt., “Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah
karena Allah dan Rasul-Nya.” (QS An-Nisa’, 4: 100)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Ata’, “Abdurrahman bin Auf terbiasa
memberitahukan kepada penduduk Mekah mengenai ayat-ayat Al-Qur’an yang
diturunkan kepada mereka. Maka ia juga menuliskan ayat=
=“Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam
keadaan menzalimi diri sendiri.” Ketika kaum muslimin membacanya, Habib bin
Damrah Al-Laisi berkata kepada anak-anaknya (saat itu ia adalah seorang lelaki
yang telah sangat tua), “Bawalah aku, sungguh aku tidak termasuk ke dalam
golongan mereka yang tertindas.” Maka, dengan meletakkannya di atas sebuah
dipan, anak-anaknya membawanya menuju Madinah. Ketika tiba di Tan’im, ajalnya
telah semakin dekat. Maka, ia memukulkan telapak tangan kanannya kepada
telapak tangan kirinya seraya berkata, “Ya Allah, ini adalah untukmu dan ini adalah
untuk Rasul-Mu. Aku berbai’at kepada-Mu dengan bai’at yang telah aku berikan
kepada Rasul-Mu.” Lalu, ia pun meninggal dalam keadaan terpuji. Ketika kabar
mengenai dirinya sampai kepada para sahabat Rasulullah Saw., mereka berkata,
“Andai saja ia sampai di Madinah, niscaya pahalanya akan lebih sempurna.” Maka,
berkenaan dengannya, Allah menurunkan ayat ini.
Imam Al-Wahidi berkata, ‘’Abu Hassan Al-Muzanniy telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Harun bin Muhammad bin Harun telah mengabarkan kepada kami,
ia berkata, ‘Ishaq bin Ahmad Al-Khuza’i telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Abul Walid Al-Azraqiy telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Kakekku telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Sufyan bin Uyainah telah menceritakan
kepada kami, dari Amr bin Dinar, dari Ikrimah, ia berkata, ‘Di Mekah masih ada
sejumlah orang yang telah masuk Islam namun belum bisa untuk berhijrah. Pada
saat perang Badar, mereka ikut bersama kaum musyrikin secara terpaksa, dan
terbunuh di sana. Maka, Allah menurunkan firman-Nya, ‘Sesungguhnya orang-
orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi diri sendiri.’
Sampai firman-Nya, ‘Mudah-mudahan Allah memaafkannya...’.”” Sampai akhir ayat
tersebut.

156
=ia berkata, “Lalu orang-orang yang berada di Madinah menuliskan ayat itu
kepada orang-orang Mekah yang telah masuk Islam, maka seorang lelaki dari Bani
Bakr yang saat itu tengah sakit, berkata, ‘Keluarkanlah aku ke Rauha.’ Mereka pun
membawanya pergi. Lalu, ia berangkat menuju Madinah. Saat tiba di Hashas, ia
pun meninggal. Maka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ‘Barang siapa keluar
dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya.”.”

QS An-Nisa’ 4: 102

Firman Allah Swt., “Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah


mereka (shahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan salat bersama-sama
mereka.” (QS An-Nisa’, 4: 102)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ustaz Abu Usman Az-Za’farani Al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami, pada tahun dua puluh lima, ia berkata, ‘Abu Muhammad
Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Ziyad As-Suddi telah mengabarkan kepada
kami, pada tahun enam puluh tiga, ia berkata, ‘Abu Sa’id Al-Fadl bin Muhammad
Al-Jazari telah mengabarkan kepada kami di Masjidil Haram di Mekah, pada tahun
tiga ratus empat, ia berkata, ‘Yahya bin Ziyad Al-Lakhmi telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu Qurrah Musa bin Tariq telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Sufyan menyebutkan, dari Manshur, dari Mujahid, ia berkata, ‘Abu Ayyasy
Az-Zarqi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Kami melaksanakan salat
Zuhur bersama Rasulullah, maka orang-orang musyrik berkata, ‘Sekarang mereka
berada dalam kondisi di mana kita dapat menyerang mereka secara tiba-tiba.’ Yang
lain menjawab, ‘Telah tiba waktu salat yang bagi mereka itu lebih mereka cintai
daripada bapak-bapak mereka.’ Ia berkata, ‘Itu adalah waktu Ashar.’ Ia melanjutkan,
‘Maka turunlah Jibril As. dengan ayat ini di antara salat Zuhur dan Ashar, ‘Dan
apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
engkau hendak melaksanakan salat bersama-sama mereka.’ Saat itu mereka berada
di Asafan. Kaum musyrikin saat itu dipimpin oleh Khalid bin Walid. Mereka berada
di antara kami dengan kiblat, lalu disebutkanlah tentang salat Khauf.=
= Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin ‘Abdan telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Ad-dabbiy
telah menceritakan kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin Abdul Jabbar telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Yunus bin Bukair telah menceritakan kepada kami, dari An-Nadar,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw. keluar bersama kaum

157
muslimin dan bertemu dengan kaum musyrikin di Asafan. Ketika Rasulullah Saw.
melaksanakan salat Zuhur, kaum musyrikin melihat beliau dan para sahabatnya
melakukan ruku’ dan sujud, mereka saling berkata satu sama lain, ‘Ini adalah
kesempatan bagi kalian, jika kalian menyerang mereka secara tiba-tiba, mereka
tidak akan mengetahui kedatangan kalian sampai kalian tiba di tempat mereka.’
Lalu salah seorang dari mereka berkata, ’Sesungguhnya mereka masih memiliki
salat berikutnya yang lebih mereka cintai daripada keluarga dan harta mereka,
maka bersiap-siaplah sampai kalian menyerang mereka pada saat itu.’ Maka Allah
Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya, ’Dan apabila engkau (Muhammad) berada
di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu engkau hendak melaksanakan salat
bersama-sama mereka...’,”” sampai akhir ayat. Allah memberitahu Nabi-Nya
tentang apa yang direncanakan kaum musyrikin, saat itulah disebutkan mengenai
salat Khauf.

QS An-Nisa’ 4: 105-106

Firman Allah Swt., “Sungguh kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu
(Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia
dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.” Sampai firman-Nya, “Barang
siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat
jauh sekali.” (QS An-Nisa’, 4: 105-116)
Seluruh ayat ini turun dalam satu kisah yang sama, yaitu ada seorang lelaki
dari kalangan Anshar yang bernama Tu’mah bin Ubairiq, dari Bani Zafr bin Al-Haris.
Ia mencuri sebuah baju besi dari tetangganya yang bernama Qatadah bin An-
Nu’man. Saat itu, baju besi tersebut disimpan di dalam sebuah kantung yang berisi
tepung sehingga tepung itu berserakan mulai dari sobekan yang ada di kantungnya
hingga sampai ke rumah orang yang mencurinya. Di sana masih terdapat bekas
tepung. Setelah itu, Tu’mah menyembunyikan baju besi itu di rumah seorang lelaki
Yahudi yang bernama Zaid bin As-Samir. Ketika baju besi itu dicari di rumah Tu’mah,
orang-orang tidak bisa menemukannya. Ia bahkan bersumpah kepada mereka,
“Demi Allah, aku tidak mengambilnya dan tidak pula mengetahuinya.” Para pencari
baju besi itu berkata, “Demi Allah, tidak demikian, ia telah masuk ke rumah kami
dan mengambil baju besi tersebut. Kami mengikuti jejaknya hingga sampai ke
rumahnya dan kami juga melihat jejak tepung.” Namun setelah ia bersumpah,
mereka meninggalkannya. Lalu mereka meneruskan menelusuri jejak tepung
tersebut hingga sampai di rumah lelaki Yahudi itu, maka ia berkata, “Tu’mah bin

158
Ubairiqlah yang menyerahkannya kepadaku.” Beberapa orang Yahudi yang berada
di sana juga bersaksi untuknya. Maka, orang-orang dari Bani Zafr –yakni kaum
dari Tu’mah- berkata, “Marilah kita menghadap kepada Rasulullah.” Mereka pun
menyampaikan perkara mereka kepada beliau. Orang-orang dari Bani Zafr juga
meminta beliau untuk berdebat membela teman mereka. Mereka berkata, “Jika
engkau tidak melakukan itu, teman kami akan celaka dan menanggung malu,
sementara orang Yahudi itu akan bebas.” Rasulullah Saw. pun hendak mengikuti
permintaan mereka, bahkan beliau juga condong kepada mereka dan ingin
memberi hukuman kepada orang Yahudi tersebut. Maka turunlah firman Allah,
“Sungguh kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad)
membawa kebenaran.” Sampai akhir ayat-ayat yang tersebut di atas. Ini adalah
pendapat sebagian besar dari mufasir.

QS An-Nisa’ 4: 123

Firman Allah Swt., “(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan
(pula) angan-angan ahli kitab.” (QS An-Nisa’, 4: 123)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, “Abu Muhammad bin Hayyan telah mengabarkan kepada kami,
ia berkata, ‘Abu Yahya telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Sahl telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ali bin Mushir telah menceritakan kepada
kami, dari Ismail bin Abu Khalid, dari Abu Saleh, ia berkata, ‘Orang-orang ahli kitab
–Ahli kitab Taurat dan Injil- duduk bersama-sama dengan pemeluk agama lainnya,
masing-masing kelompok berkata kepada yang lain, ’Kami lebih baik daripada
kalian.’ Maka turunlah ayat ini.”.””
Masruq dan Qatadah berkata, “Kaum muslimin berbantah-bantahan dengan
ahli kitab.”” Ahli kitab berkata, ‘’Kami lebih benar daripada kalian. Nabi kami
datang sebelum Nabi kalian dan kitab kami turun sebelum kitab kalian, karena itu
kami lebih berhak terhadap Allah daripada kalian.”’ Orang-orang muslim berkata,
‘’Kami lebih benar daripada kalian dan lebih berhak terhadap Allah dari pada kalian.
Nabi kami adalah penutup para Nabi, sementara kitab kami menutup kitab-kitab
yang sebelumnya.’” Allah Swt. menurunkan ayat ini. Kemudian Allah menguatkan
hujah yang dilontarkan kaum muslimin atas orang-orang yang menentang mereka
dari pengikut agama lain, dengan firman-Nya, ‘’Dan barang siapa mengerjakan
amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia beriman,”” dan juga
firman-Nya, ‘’Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan

159
ikhlas berserah diri.’.”

QS An-Nisa’ 4: 125

Firman Allah Swt., “Dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Allah telah memilih
Ibrahim sebagai kesayangan-Nya.” (QS An-Nisa’, 4: 125)
Terdapat perbedaan pendapat mengenai sebab Allah memilih Ibrahim sebagai
kesayangan-Nya.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id An-Nadrawi telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abul Hasan Muhammad bin Al-Hasan As-Siraj telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Abdullah Al-Hadrami telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Musa bin Ibrahim Al-Marwazi telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Ibnu Rabi’ah telah menceritakan kepada kami, dari Abu Qabil, dari
Abdullah, dari Umar, ia berkata, “Rasulullah Saw. bertanya, ’Wahai Jibril, mengapa
Allah menjadikan Ibrahim sebagai kesayangan-Nya?’ Jibril menjawab, ‘Karena ia
suka memberi makan, hai Muhammad.’.”
Abdullah bin Abdurrahman bin Al-Bazi berkata, “Ibrahim memasuki rumahnya,
lalu datanglah malaikat maut dalam rupa seorang pemuda yang tidak dikenalnya,
maka Ibrahim berkata kepadanya, =
=dengan izin siapakah engkau masuk?’ Ia menjawab, ‘Dengan izin dari
pemilik rumah.’ Maka Ibrahim As. pun mengetahuinya. Lalu, malaikat maut berkata
kepadanya, ‘Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan salah seorang dari hamba-
Nya sebagai kesayangan-Nya.’ Maka Ibrahim bertanya, ‘Siapakah itu?’ Malaikat
balik bertanya, ‘Apa yang akan engkau lakukan kepadanya?’ Ibrahim menjawab,
‘Aku akan menjadi pelayannya hingga aku mati.’ Maka malaikat berkata, ‘Orang itu
adalah engkau.’.”
Al-Kalbi berkata, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, “Orang-orang mengalami
musim paceklik sehingga mereka kepayahan dan kesusahan. Lalu mereka pun
berkumpul di pintu rumah Nabi Ibrahim untuk meminta makanan kepadanya.
Setiap tahunnya, Nabi Ibrahim biasanya mendapatkan persediaan makanan dari
seorang temannya di Mesir. Maka, ia mengutus pembantu-pembantunya dengan
membawa unta untuk menanyakan tentang persediaan makanannya. Temannya lalu
berkata, ‘Andai saja Ibrahim hanya menginginkannya untuk dirinya seorang, pasti
kami akan mampu memenuhinya, dan sungguh, paceklik yang menimpa orang-
orang itu juga telah menimpa kami.” Maka, orang-orang yang diutus Ibrahim itu
pun pulang. Dalam perjalanan, ketika melewati gundukan kerikil, mereka berkata,

160
‘Bagaimana jika kita membawa kerikil-kerikil ini agar orang-orang melihat bahwa
kita pulang dengan membawa persediaan makanan? Sungguh, kita akan malu saat
melewati mereka sementara unta kita tidak membawa apa-apa.’ Maka, mereka pun
memenuhi unta-unta itu dengan kerikil. Saat mereka tiba di rumah Ibrahim, Sarah
sedang tidur. Mereka lalu memberitahu Ibrahim tentang apa yang mereka lakukan.
Maka, Ibrahim As. memperhatikan=
=orang-orang yang tengah menunggu, namun ia diserang rasa kantuk
sehingga ia tertidur. Sarah pun bangun dari tidurnya. Ia berdiri dan mendekati
kantung-kantung itu lalu membukanya. Ternyata isinya adalah bahan makanan
dengan kualitas yang paling baik. Ia pun meminta para tukang roti untuk membuat
roti dan kemudian memberikan makan untuk orang-orang. Saat Ibrahim bangun
dari tidurnya, ia mencium aroma makanan, maka ia bertanya, ‘Hai Sarah, darimana
engkau memperoleh makanan ini?” Ia menjawab, ‘Dari khalil (teman baik)mu yang
di Mesir.” Maka Ibrahim berkata, “Sungguh itu adalah dari khalil (kekasih)ku Allah,
bukan dari khalilku yang di Mesir.” Maka, saat itu Allah menjadikan Ibrahim sebagai
kekasih atau kesayangan-Nya.”.””
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al-Muzakki
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Abdullah Muhammad bin Yazid
Al-Huri telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada
kami Ibrahim bin=
=Syarik, ia berkata, ‘Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Abu Bakar bin Ayyasy telah menceritakan kepada kami, dari Abu Al-
Muhallab Al-Kina’i, dari Abdullah bin Zahr, dari Ali bin Yazid, dari Al-Qasim bin
Abi Umamah, ia berkata, ‘Rasulullah Saw. bersabda, ’Sesungguhnya Allah telah
menjadikanku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrahim
sebagai kekasih-Nya, dan sesungguhnya tidak ada seorang pun Nabi melainkan
ia mempunyai seorang kekasih (sahabat kesayangan), dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya kekasihku adalah Abu Bakar.’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Dan As-Sahir Abu Ismail bin Al-Husain An-Naqib telah
mengabarkan kepadaku, ia berkata, ‘Kakekku telah mengabarkan kepada kami,
ia berkata, ‘Abu Muhammad Al-Husain bin Hammad telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu Ismail Muhammad bin Ismail At-Tirmizi telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Sa’id bin Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami,
ia berkata, ‘Salamah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Zaid bin Waqid
telah menceritakan kepada kami, dari Al-Qasim bin Nujaid, dari Abu Hurairah, ia

161
berkata, ‘Rasulullah Saw. bersabda, ‘Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai khalil
(kekasih)-Nya dan Musa sebagai Najiyy-Nya (untuk bercakap-cakap), dan Dia juga
telah menjadikanku sebagai habib (kesayangan)-Nya. Lalu, Allah berfirman, ‘Demi
keagungan-Ku, sungguh aku akan lebih mengutamakan habib (kesayangan)-Ku
melebihi khalil-Ku dan najiy-Ku.’.”

QS An-Nisa’ 4: 127

127- Firman Allah Swt., “Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang
perempuan.” (QS An-Nisa’, 4: 127)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Al-Hasan Al-Qadiy telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ibnu Wahab telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Yunus telah mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Syihab, ia berkata,
‘Urwah bin Zubair telah mengabarkan kepadaku, dari Aisyah, ia berkata, ‘Kemudian
orang-orang meminta fatwa kepada Rasulullah Saw., maka Allah menurunkan ayat
ini, ’Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang perempuan, katakanlah, ‘Allah
memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu
dalam Al-Qur’an.’ Ia berkata, ‘Dan yang dibacakan kepada mereka dalam Al-Qur’an
itu adalah ayat pertama di mana Allah berfirman, ‘Dan jika kamu khawatir tidak
akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya),’ (QS An-Nisa’, 4: 3). Aisyah berkata, ‘Dan kemudian Allah berfirman
di ayat lainnya, ’Sedangkan kamu ingin menikahi mereka,’ (QS An-Nisa’, 4: 127)
Yakni, hasrat salah seorang dari kalian terhadap anak perempuan yatim yang=
=berada di dalam asuhannya, saat anak perempuan itu tidak kaya dan tidak
pula cantik. Mereka dilarang untuk menikahi wanita-wanita lain yang mereka sukai
karena harta dan kecantikannya, kecuali dengan adil.”
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Harmalah, dari Ibnu Wahab.

QS An-Nisa’ 4: 128

Firman Allah Swt., “Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz.”
(QS An-Nisa’, 4: 128)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Al-Haris
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Hammad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Umar telah menceritakan kepada kami,

162
ia berkata, ‘Sahl telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdurrahman bin
Salman telah menceritakan kepada kami, dari Urwah, dari Aisyah, tentang firman
Allah Swt., ‘Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz.’ Ayat
ini turun berkenaan dengan seorang wanita yang memiliki suami yang tidak lagi
menginginkan banyak hal darinya dan ingin menceraikannya, akan tetapi wanita
itu mungkin masih mengharapkannya sebagai pendampingnya, dan mungkin
juga ia memiliki anak, sehingga ia tidak ingin berpisah dari suaminya itu, maka ia
berkata kepada suaminya, ‘Jangan ceraikan aku, pertahankanlah aku, dan engkau
tidak terikat terhadap urusanku.”.”” Maka turunlah ayat ini.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Muhammad bin Muqatil, dari Ibnul Mubarak.
Diriwayatkan juga oleh Muslim dari Abu Kuraib dan Abu Usamah, keduanya dari
Hisyam.
Imam Al-Wahidi berkata, ‘’Abu Bakar Al-Hayyiriy telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Ar-Rabi’ telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Asy-Syafi’i telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ibnu ‘Uyainah telah mengabarkan kepada
kami, dari Az-Zuhri, dari Ibnul Musayyab, ia berkata, ‘Bahwasanya anak perempuan
dari Muhammad bin Salamah adalah istri dari Rafi’ bin Sabih. Lalu, ada sesuatu yang
tidak disukainya dari istrinya itu, baik itu sesuatu yang besar maupun yang kecil,
sehingga ia berniat menceraikannya. Maka, istrinya berkata, ’Jangan ceraikan aku,
pertahankanlah aku, dan berikanlah bagianku sesuai dengan kehendakmu.’ Maka
Allah menurunkan firman-Nya, ’Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya
akan nusyuz atau bersikap tidak acuh.’.””

QS An-Nisa’ 4: 135

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak
keadilan.” (QS An-Nisa’, 4: 135)
Asbat meriwayatkan dari As-Suddi, ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan
dengan Nabi Saw., ketika ada orang kaya dan orang miskin yang berperkara
kepada beliau, dan perasaan beliau lebih condong kepada orang yang miskin,
karena beliau berpendapat bahwa orang yang miskin tidak akan menzalimi orang
yang kaya. Akan tetapi, Allah Swt. berkehendak agar beliau menegakkan keadilan,
baik kepada yang kaya maupun kepada yang miskin. Maka, Allah berfirman, ’Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan.’ Hingga firman-Nya,
’Jika dia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya).’.”

163
QS An-Nisa’ 4: 136

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya.” (QS An-Nisa’, 4: 136)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Salam, Asad
bin Ka’ab, Usaid bin Ka’ab, Sa’labah bin Qais, dan sekelompok ahli kitab yang telah
beriman, mereka berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh kami beriman kepadamu
dan kepada kitabmu, dan kami juga beriman kepada Musa, Taurat, dan Uzair, dan
kami ingkar terhadap rasul-rasul dan kitab-kitab lainnya.’ Maka Allah menurunkan
ayat ini.”.”

QS An-Nisa’ 4: 148

Firman Allah Swt., “Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara
terus terang.” (QS An-Nisa’, 4: 148)
Mujahid berkata, “Ada tamu yang datang berkunjung kepada suatu kaum, dan
kaum itu menjamu tamunya itu dengan buruk, sehingga tamu itu mengeluh tentang
mereka. Maka, Allah menurunkan ayat ini sebagai keringanan atas keluhannya itu.”

QS An-Nisa’ 4: 153

Firman Allah Swt., “(Orang-orang) ahli kitab meminta kepadamu (Muhammad) agar
engkau menurunkan sebuah kitab dari langit kepada mereka.” (QS An-Nisa’, 4:
153) =
=Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi, mereka berkata
kepada Nabi Saw., “Jika engkau benar seorang nabi, datangkanlah kepada kami
sebuah kitab secara utuh dari langit, sebagaimana yang diberikan kepada Musa.”
Maka Allah menurunkan ayat ini.

QS An-Nisa’ 4: 166

Firman Allah Swt., “Tetapi Allah menjadi saksi atas (Al-Qur’an) yang diturunkan-Nya
kepadamu (Muhammad).” (QS An-Nisa’, 4: 166)
Al-Kalbi berkata, “Para tokoh dan pembesar kota Mekah mendatangi Rasulullah
Saw. dan berkata, ‘Kami telah bertanya kepada orang-orang Yahudi tentangmu
dan mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengenalmu, maka datangkanlah
kepada kami orang yang dapat bersaksi untukmu bahwa Allah telah mengutusmu
sebagai rasul kepada kami.’ Maka turunlah ayat ini, ’Tetapi Allah menjadi saksi atas

164
(Al-Qur’an) yang diturunkan-Nya kepadamu (Muhammad).’.”

QS An-Nisa’ 4: 171

Firman Allah Swt., “Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu.” (QS An-
Nisa’, 4: 171)
Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa kelompok orang Nasrani saat
mereka mengatakan, “Isa adalah anak Allah.” Maka Allah menurunkan firman-
Nya, “Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.”

QS An-Nisa’ 4: 172

Firman Allah Swt., “Al-Masih sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah.” (QS
An-Nisa’, 4: 172)
Al-Kalbi berkata, “Para utusan dari Najran berkata, ‘Hai Muhammad, apakah
engkau mencela teman kami?’ Beliau balik bertanya, ‘Siapakah teman kalian?’
Mereka menjawab, ’Isa.’ Beliau kembali bertanya, ’Apakah yang aku katakan
tentangnya?’ Mereka menjawab, ’Engkau mengatakan bahwa ia adalah hamba
Allah dan Rasul-Nya.’ Maka, beliau bersabda kepada mereka, ’Sungguh, bukanlah
sebuah aib bagi Isa untuk menjadi hamba Allah.’ Mereka berkata, ’Memang
demikian (aib).’ Maka turunlah firman-Nya, ’Al-Masih sama sekali tidak enggan
menjadi hamba Allah.’.”

QS An-Nisa’ 4: 176

Firman Allah Swt., “Mereka meminta fatwa kepadamu tentang kalâlah.” (QS An-
Nisa’, 4: 176)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman bin Abu Hamid telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Zahir bin Ahmad telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Al-Husain bin Muhammad bin Mus’ab telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, “Yahya bin Hukaim telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‹Ibnu Abu
‘Addi telah menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Abdullah, dari Ibnu Zubair,
dari Jabir, ia berkata, ‘Aku pernah menderita sakit,=
=maka datanglah Rasulullah Saw. menjengukku. Aku memiliki tujuh orang
saudari perempuan. Lalu Rasulullah Saw. meniup wajahku sehingga aku bangun,
lalu aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah aku berwasiat untuk adik-adik
perempuanku sebanyak dua pertiga (dari hartaku)?” Beliau bersabda, ‘Duduklah.’

165
Maka aku berkata, ‘Setengah?" Beliau kembali berkata, ‘Duduklah.’ Kemudian,
beliau keluar dan meninggalkanku, beliau kembali masuk dan berkata, ‘Hai Jabir,
sungguh aku tidak melihat bahwa engkau akan meninggal karena sakitmu ini,
sesungguhnya Allah telah menurunkan penjelasan tentang bagian untuk saudari-
saudarimu, yakni dua pertiga.’ Ayat ini turun berkenaan denganku, yakni, ’Mereka
meminta fatwa kepadamu tentang kalâlah’.”

SURAT AL-MA’IDAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Ma’idah 5: 2

Firman Allah Swt., “Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah.” (QS Al-
Ma"idah, 5: 2)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Al-Khutaim, namanya
adalah Syuraih bin Dubai’ Al-Kindi. Ia datang menemui Nabi Saw. dari Yamamah ke
Madinah, lalu ia meninggalkan kudanya di luar kota Madinah, kemudian datang
menemui Nabi Saw. sendirian. Ia berkata, ’Apa yang engkau serukan kepada
manusia?’ Beliau menjawab, ’Syahadat (kesaksian) bahwa tiada tuhan (yang
berhak disembah) selain Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.’ Lalu ia
berkata, ’Baiklah, akan tetapi kami memiliki pemimpin-pemimpin di mana kami
tidak bisa memutuskan perkara tanpa mereka, mudah-mudahan aku masuk Islam
dan dapat membawa mereka.’ Sebelumnya, Nabi Saw. telah berkata kepada para
shahabatnya, ’Akan masuk kepada kalian seorang laki-laki yang berbicara dengan
lisan setan.’ Kemudian ia keluar dari tempat beliau. Ketika ia keluar, Rasulullah Saw.
bersabda kepada para sahabatnya, ’Ia masuk dengan wajah seorang yang kafir
dan keluar sebagai seorang pengkhianat, laki-laki itu bukanlah seorang muslim.’
Lalu Al-Khutaim melewati tempat penggembalaan yang ada di Madinah, ia pun
menggiring hewan-hewan yang ada di sana. Maka orang-orang pun mengejarnya,
namun mereka tidak berhasil menyusulnya.=
=dan ketika Rasulullah Saw. berangkat untuk melaksanakan umrah qada’
beliau mendengar talbiyah yang diucapkan oleh para haji dari Yamamah, maka
beliau bersabda kepada para sahabatnya, ‘Ini adalah Al-Khutaim dan teman-
temannya.’ Sebelumnya Al-Khutaim telah mengambil hewan ternak dari tempat
penggembalaan di Madinah dan menghadiahkannya untuk Ka’bah, maka ketika
kaum muslimin bergerak ke arahnya, turunlah firman Allah Swt., ’Janganlah

166
kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah.’ Maksudnya adalah apa-apa yang
telah dijadikan Allah sebagai syiar-Nya, meskipun orang-orang itu tidak beragama
Islam.”.”
Zaid bin Aslam berkata, “Rasulullah Saw. dan para sahabatnya berada di
Hudaibiyah ketika mereka dihalangi oleh kaum musyrikin untuk mendatangi
Ka’bah, hal itu sangatlah berat bagi mereka. Lalu, lewatlah sejumlah orang musyrik
yang hendak melakukan umrah, para shahabat berkata, ‘Mari kita halangi mereka
sebagaimana kita dihalangi oleh teman-teman mereka.’ Maka Allah menurunkan
firman-Nya, ‘Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah dan jangan
(melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu
(hewan-hewan kurban), dan qala’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitul Haram.’ Yakni,
janganlah menyerang orang-orang yang hendak berumrah itu, meskipun teman-
teman mereka telah menghalangi kalian.».”

QS Al-Ma’idah 5: 3

Firman Allah Swt., “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu.”=
(Al-Ma"idah, 5: 3)
=Ayat ini turun pada hari Jum’at, pada hari Arafah, setelah salat Ashar, saat
haji wada’, tahun kesepuluh hijrah. saat itu, Nabi Saw. berada di Arafah, di atas
untanya yang bernama Al-‘Adba’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan Al-‘Adl telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far Al-Qati’i telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, Ayahku telah menceritakan kepadaku, ia berkata, Ja’far bin ‘Awn telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu ‘Umais telah mengabarkan kepadaku,
dari Qais bin Hatim, dari Tariq bin Syihab, ia berkata, ‘Seorang laki-laki Yahudi
pernah datang menemui Umar bin Khatthab dan berkata, ’Wahai Amirul Mukminin,
sesungguhnya kalian membaca satu ayat di dalam kitab kalian, yang jika ayat itu
diturunkan kepada kami orang-orang Yahudi, niscaya kami akan menjadikan hari
itu sebagai hari raya. Umar bertanya, ’Ayat yang manakah itu?’ Ia menjawab, ’Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku bagimu.’ Maka Umar berkata, ’Demi Allah, sungguh aku mengetahui
hari ketika ayat itu turun kepada Rasulullah Saw., dan bahkan jam ketika ayat itu
turun kepada Rasulullah Saw., yakni di sore hari Arafah, pada hari Jum’at.’.”

167
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Al-Hasan bin Shabah. Diriwayatkan juga
oleh Muslim dari Abdu bin Hamid, keduanya dari Ja’far bin Awn.
Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Hakim Abu Abdurrahman Asy-Syadziyakhi telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Naqid bin Ahmad telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, Al-Hasan bin Muhammad bin Mush’ab telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, Yahya bin Hukaim telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, Abu Qutaibah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Hammad
telah menceritakan kepada kami, dari Ibad bin Abu Ammar, ia berkata, Ibnu Abbas
pernah membaca ayat ini, dan di sampingnya ada seorang Yahudi, Pada hari ini
telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-
Ku bagimu, dan telah aku ridai Islam sebagai agamamu. Maka orang Yahudi itu
berkata, Andai ayat ini diturunkan kepada kami pada satu hari, niscaya akan kami
jadikan hari itu sebagai hari raya.” Maka Ibnu Abbas berkata, Sesungguhnya ayat
ini turun pada dua hari raya yang jatuh bersamaan pada satu hari, hari Jum’at yang
bertepatan dengan hari Arafah.”.”
QS Al-Ma’idah 5: 4

Firman Allah Swt., “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang


dihalalkan bagi mereka?” (QS Al-Ma"idah, 5: 4)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Harisiy telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, “Abus Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,
Abu Yahya telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Sahl bin Usman telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‹Ibnu Abu Zaidah telah menceritakan kepada
kami, dari Musa bin ‘Ubaidah, dari Aban bin Salih, dari Al-Qa’qa’ bin Al-Hakim, dari
Salma Ummu Rafi’, dari Abu Rafi’, ia berkata, “Rasulullah Saw. memerintahkanku
untuk membunuh anjing-anjing, maka orang-orang berkata, Wahai Rasulullah,
apakah yang dihalalkan bagi kami dari umat (binatang-binatang) yang engkau
perintahkan=
=untuk membunuhnya?’ Maka, Allah menurunkan ayat ini, yakni, Mereka
bertanya kepadamu (Muhammad), Apakah yang dihalalkan bagi mereka?
Katakanlah, Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan
yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu.’.”
Diriwayatkan oleh Al-Hakim Abu Abdullah di dalam Sahih-nya, dari Abu Bakrah bin
Balawaih, dari Muhammad bin Sadan, dari Ya’la bin Mansur, dari Ibnu Abi Za’idah.
Para mufasir telah menyebutkan penjelasan dari kisah ini, mereka berkata,
“Abu Rafi’ berkata, ‹Jibril datang untuk menemui Nabi Saw., ia meminta izin untuk

168
masuk. Beliau pun mengizinkannya masuk. Namun, Jibril tidak mau masuk sehingga
Rasulullah Saw. keluar dan bertanya, Kami telah mengizinkanmu masuk wahai
utusan Allah.’ Maka, Jibril berkata, Benar wahai Rasulullah, akan tetapi kami tidak
memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar dan anjing.’ Maka, mereka
pun mencari dan menemukan anak anjing di salah satu rumah. Abu Rafi’ berkata,
‹Maka beliau memerintahkanku untuk tidak membiarkan seekor anjing pun di
Madinah, kecuali aku harus membunuhnya, hingga sampai di wilayah yang lebih
tinggi, dan ternyata di sana terdapat seorang wanita yang memiliki anjing untuk
menjaganya. Aku merasa kasihan terhadap wanita itu sehingga aku membiarkan
anjingnya. Lalu, aku menemui Nabi Saw. dan memberitahukan hal itu. Namun,
beliau tetap memerintahkanku untuk membunuhnya. Maka aku pun kembali dan
membunuh anjing itu. Ketika Rasulullah Saw. memerintahkan untuk membunuh
anjing-anjing itu, datanglah orang-orang menemui Nabi Saw. dan bertanya, Apakah
yang halal bagi kami dari umat (binatang) yang engkau bunuh itu? Nabi Saw. pun
diam. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini. ketika ayat ini turun, Rasulullah Saw.
mengizinkan untuk memelihara anjing yang digunakan untuk suatu manfaat dan
melarang untuk memelihara anjing yang tidak ada gunanya. Beliau memerintahkan
untuk membunuh anjing yang suka menggigit, membahayakan, dan mengganggu.
Beliau tidak memerintahkan untuk membunuh anjing yang tidak masuk kategori
itu serta yang tidak berbahaya.”.”
Sa’id bin Jubair berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Adi bin Hatim At-Ta’i
dan Zaid bin al-Muhalhil at-Ta’i, dan ia adalah Zaid Al-Khail yang dinamai Rasulullah
Saw. dengan Zaid Al-Khair. Mereka berdua berkata, Wahai Rasulullah, kami adalah
kaum yang berburu dengan menggunakan anjing dan burung elang. Sungguh,
anjing-anjing milik keluarga Dara’ dan keluarga Huwairiyah juga menyerang sapi,
keledai, kijang, dan biawak. Di antaranya ada yang masih sempat disembelih,
dan ada pula yang terbunuh sebelum sempat disembelih, sementara Allah telah
mengharamkan bangkai, maka apakah yang dihalalkan bagi kami dari binatang-
binatang itu?” maka turunlah ayat, Mereka bertanya kepadamu (Muhammad),
Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, Yang dihalalkan bagimu (adalah
makanan) yang baik-baik,” yakni yang disembelih, ‘dan (buruan yang ditangkap)
oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu.”. Yakni binatang
buruan yang didapat oleh binatang-binatang pemburu yang telah kalian latih,
yakni yang didapatkan oleh anjing dan burung-burung pemburu.

169
QS Al-Ma’idah 5: 11

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah (yang
diberikan) kepadamu ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan
tangannya.” (QS Al-Ma"idah, 5: 11)=
=dari Al-Hasan Al-Basri, dari Jabir bin Abdullah Al-Ansari, “Bahwa seorang lelaki
dari Bani Muharib, yang bernama Gauras bin Al-Haris, berkata kepada kaumnya
dari Bani Gatafan dan Muharib, “Maukah kalian jika aku membunuh Muhammad
untuk kalian?” Mereka berkata, “Ya, dan bagaimana engkau akan membunuhnya?""
Ia menjawab, “Aku akan menyergapnya.” Maka, ia pun mendatangi Rasulullah Saw.
yang saat itu tengah duduk dan pedang beliau berada di pangkuan beliau. Maka, ia
berkata, “Hai Muhammad, bolehkah aku melihat pedangmu ini?” Beliau menjawab,
“Ya.” Lalu Gauras mengambil pedang itu, menghunusnya, kemudian menggerak-
gerakkannya dan menggoyang-goyangkannya. Namun, Allah menahannya. Lalu ia
bertanya, “Hai Muhammad, tidakkah engkau takut kepadaku?” Beliau menjawab,
“Tidak.” Ia kembali bertanya, “Tidakkah engkau takut kepadaku, padahal di
tanganku ada pedang?” beliau menjawab, “Allah Swt. melindungiku darimu.”
Kemudian, ia kembali menyarungkan pedang itu dan menyerahkannya kepada
Rasulullah Saw. Maka, Allah menurunkan firman-Nya, “ingatlah nikmat Allah (yang
diberikan) kepadamu ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan
tangannya.”
Dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah Saw.
beristirahat di suatu tempat, lalu orang-orang berpencar di pohon-pohon untuk
berteduh di bawahnya. Lalu Nabi Saw. menggantungkan pedangnya di atas
pohon. Tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui mengambil pedang Rasulullah
Saw. dan kemudian berbalik menghadap beliau seraya berkata, Siapa yang akan
melindungimu dariku?» Beliau menjawab, Allah.” Orang Arab Badui itu mengatakan
hal tersebut sebanyak dua atau tiga kali, namun Nabi Saw. tetap menjawab,
Allah.» Maka orang Arab Badui itu kembali menyarungkan pedang tersebut. Lalu,
Rasulullah Saw. memanggil para shahabatnya dan memberitahu mereka tentang si
Arab Badui yang saat itu tengah duduk di samping beliau. Beliau sama sekali tidak
menghukumnya.”.
Mujahid, Al-Kalbi dan Ikrimah berkata, “Salah seorang sahabat Rasulullah
Saw. membunuh dua orang lelaki dari Bani Sulam, padahal antara Nabi Saw. dan
kaum mereka terdapat perjanjian. Maka, datanglah kaum mereka untuk meminta
diyat. Maka, Nabi Saw. bersama dengan Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Talhah, dan

170
Abdurrahman bin Auf Ra, pergi menemui Ka’ab bin Al-Asyraf dan Bani Nadir untuk
meminta bantuan mereka dalam membayar diyat dari kedua orang itu. Orang-orang
Yahudi itu berkata, Hai Abu Qasim, tiba juga waktunya bagimu untuk datang kepada
kami dan meminta pertolongan kepada kami untuk suatu keperluan. Duduklah agar
kami bisa menjamumu dan memberikan apa yang engkau minta dari kami.» Maka,
beliau pun duduk bersama para sahabatnya. Lalu, orang-orang Yahudi itu saling
mendatangi satu sama lain dan berkata, Sungguh, kalian tidak akan mendapati
Muhammad lebih dekat lagi dari sekarang, siapa yang bersedia naik ke atas rumah
ini dan menjatuhkan batu besar kepadanya, sehingga kita dapat terbebas darinya?»
Maka, Umar bin Jahhasy bin Ka’ab berkata, Aku.” Ia pun mengambil sebuah batu
besar untuk dijatuhkan kepada beliau. Maka Allah menahan tangan orang itu,
dan Jibril As datang menemui beliau dan memberitahukan tentang hal itu. Maka
Rasulullah Saw. segera keluar dari tempat itu, dan Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-Ma’idah 5: 33

33- Firman Allah Swt., “Sesungguhnya hukuman bagi orang-orang yang memerangi
Allah dan Rasul-Nya...” (QS Al-Ma"idah, 5: 33)
Catatan: susunan sanad dipotong oleh penerjemah
Dari Qatadah, dari Anas, “bahwa sejumlah orang dari Gakal dan Urainah
mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah, kami adalah para
penggembala, tidak terbiasa dengan suasana kota sehingga kami tidak merasa
cocok dengan udara di Madinah.” Maka Nabi Saw. memerintahkan untuk memberi
mereka sejumlah unta dan membawanya keluar dari Madinah, agar mereka dapat
meminum susunya dan juga air seninya. Namun, mereka membunuh penggembala
yang ditugaskan oleh Rasulullah Saw. dan membawa lari unta-unta tersebut. Maka,
Nabi Saw. memerintahkan untuk mengejar mereka. Kemudian, mereka pun dibawa
ke hadapan beliau. Maka, sebagai hukumannya, tangan dan kaki mereka dipotong,
lalu mata mereka dicukil, kemudian mereka ditinggalkan di bawah terik matahari
hingga mereka mati dalam keadaan demikian.
Qatadah berkata, “Diceritakan kepada kami bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan mereka, “Sesungguhnya hukuman bagi orang-orang yang memerangi
Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi...” sampai akhir ayat.
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abdul A’la, dari Sa’id, hingga perkataan dari
Qatadah.

171
QS Al-Ma’idah 5: 38

Firman Allah Swt., “Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya...,” (QS Al-Ma"idah, 5: 38).
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ta’mah bin Ubairiq yang
mencuri sebuah baju besi, dan kisah tentangnya telah disebutkan sebelumnya.”

QS Al-Ma’idah 5: 41-47

Firman Allah Swt., “Wahai Rasul (Muhammad), janganlah engkau disedihkan karena
mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya.” (QS Al-Ma"idah, 5: 41-47)
Catatan: susunan sanad dipotong oleh penerjemah
Dari Al-A’masy, dari Abdullah bin Murrah, dari Al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata,
“Seorang Yahudi yang dijemur dan dicambuk Lewat di hadapan Rasulullah Saw.
Beliau lalu memanggil mereka dan bertanya, “Apakah seperti ini kalian dapatkan
hukuman bagi pezina di dalam kitab kalian?” mereka menjawab, “Iya.” Maka beliau
memanggil salah seorang ulama mereka dan berkata, “Aku menyumpahmu dengan
nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa As, beginikah kalian
mendapati hukuman zina di dalam kitab kalian?” ia menjawab, “Tidak, jika engkau
tidak menyumpahku dengan nama Allah saat bertanya, niscaya aku tidak akan
memberitahukannya kepadamu. Di dalam kitab kami, kami menemukan bahwa
hukuman zina adalah rajam. Akan tetapi, perbuatan itu banyak dilakukan oleh
orang-orang terhormat dari kami. Apabila kami menangkap orang yang terhormat,
maka kami akan membiarkannya, namun jika kami menangkap orang yang rendah,
kami akan menegakkan hukum had atasnya.»» Lalu, kami pun berkata, “Marilah kita
menyepakati satu hukuman yang dapat kita tegakkan atas orang yang terhormat
dan juga atas orang yang rendah, maka kami pun sepakat atas hukuman berupa
dijemur =
=Muzainah, dan saat itu kami tengah berada di tempat Sa’id bin Al-Musayyab.
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Seorang lelaki Yahudi berzina dengan perempuan
Yahudi. Maka sebagian dari mereka berkata kepada sebagian lainnya, “Marilah
kita pergi menemui Nabi ini, sesungguhnya ia adalah Nabi yang diutus untuk
memberi keringanan. Jika ia memberi kita fatwa (dengan hukuman) yang bukan
rajam, kita akan menerimanya dan menjadikannya sebagai hujjah di hadapan
Allah, dan kita akan mengatakan (kepada Allah), “Ini adalah fatwa dari salah
seorang Nabi-Mu.” Maka mereka pun mendatangi Nabi Saw. yang saat itu tengah

172
duduk di masjid bersama para sahabatnya, lalu mereka berkata, “Hai Abu Qasim,
bagaimana menurutmu tentang lelaki dan perempuan yang berzina?” Beliau tidak
berbicara kepada mereka hingga beliau mendatangi sekolah-sekolah mereka, lalu
beliau berdiri di pintunya dan berkata, “Aku menyumpah kalian dengan nama
Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, apakah (hukum) yang kalian
temukan di dalam Taurat bagi orang yang berzina jika ia telah menikah?” Mereka
menjawab, “Dijemur dan dicambuk. Lalu keduanya dibawa di atas keledai dengan
saling membelakangi, dan kemudian dibawa berkeliling.” Ia berkata, “Ada seorang
pemuda dari mereka yang diam, dan ketika Nabi Saw. melihatnya diam, beliau
memaksanya dengan sumpah kepada Allah, maka pemuda itu berkata, “Ya Allah,
jika engkau menyumpah kami dengan nama Allah, maka sesungguhnya kami
mendapati hukum rajam di dalam Taurat.” Maka Nabi Saw. berkata, “Kapankah
pertama kali kalian membuat keringanan pada perintah Allah Swt.?” Pemuda
itu menjawab, “Ada seorang lelaki yang masih memiliki hubungan kekerabatan
dengan salah seorang raja kami, ia berzina, dan hukuman rajam pun ditunda untuk
dirinya. Lalu seorang lelaki dari kalangan biasa berzina dan raja bermaksud untuk
merajamnya. Maka kaumnya melindunginya dan berkata, “Teman kami ini tidak
akan dirajam sampai teman kalian datang dan dirajam. Akhirnya mereka membuat
perjanjian damai dalam masalah hukum rajam ini di antara mereka.” Maka Nabi
Saw. berkata, “Sesungguhnya aku menetapkan hukum sebagaimana yang ada
di Taurat.” Lalu beliau memerintahkan untuk diberlakukan kepada mereka, dan
mereka pun dirajam.
Az-Zuhri berkata, “Dan kabar telah sampai kepada kami bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan mereka, “Sungguh, kami yang menurunkan Kitab Taurat,
di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan kitab itu para Nabi yang
berserah diri kepada Allah memberi putusan.” Dan Nabi Saw. termasuk dari mereka.
Ma’mar berkata, “Az-Zuhri telah mengabarkan kepadaku, dari Salim, dari Ibnu
Umar, ia berkata, “Aku menyaksikan Rasulullah Saw. ketika beliau memerintahkan
untuk merajam mereka. Dan ketika mereka dirajam, aku melihat yang laki-laki
melingkupkan tangannya di atas wanita itu untuk melindunginya dari batu.”

QS Al-Ma’idah 5: 49

Firman Allah Swt., “Dan hendaklah engkau memutuskan perkara diantara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah.” (QS Al-Maidah, 5: 49)
Ibnu Abbas berkata, “Ada sekelompok orang Yahudi, di antara mereka terdapat
Ka’ab bin Usaid, Abdullah bin Shuriya, dan Syas bin Qais, sebagian dari mereka

173
berkata=
=kepada sebagian yang lain, “Pergilah menemui Muhammad Saw., mudah-
mudahan kita dapat memperdayakannya di dalam agamanya.” Maka mereka pun
menemui beliau dan berkata, “Hai Muhammad, engkau telah mengetahui bahwa
kami adalah pendeta-pendeta Yahudi dan orang-orang yang paling terhormat dari
mereka, dan sesungguhnya jika kami mengikutimu maka orang-orang Yahudi akan
mengikuti kami dan mereka tidak akan menentang kami. Kami memiliki permusuhan
dengan satu kaum, dan kami ingin memperkarakan mereka kepadamu agar engkau
memutuskan perkara itu untuk kebaikan kami dalam melawan mereka, dan untuk
itu kami akan beriman kepadamu dan membenarkanmu.” Namun Rasulullah Saw.
enggan menerima itu. Dan berkenaan dengan mereka, Allah menurunkan firman-
Nya, “Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan
engkau terhadap sebagian apa yang diturunkan Allah kepadamu.”

QS Al-Ma’idah 5: 51

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan
orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu).” (QS Al-Maidah, 5: 51)
‘Athiyah Al-Awfi berkata, “Ubadah bin Shamit datang dan berkata, ’Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki teman-teman setia dari kalangan Yahudi,
jumlah mereka banyak, dan selalu siap memberi pertolongan. Dan sesungguhnya
sekarang aku mengakui di hadapan Allah dan Rasul-Nya untuk berlepas diri dari
perlindungan orang-orang Yahudi, dan aku hanya menyerahkan perlindungan
diriku kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Maka Abdullah bin Ubay berkata, ’Aku adalah
orang yang takut terhadap berbagai bencana, dan aku tidak mau melepaskan diriku
dari perlindungan orang-orang Yahudi.’ Maka Rasulullah Saw. berkata, ’Wahai
Abu Hubab, perlindungan dari Yahudi tadinya juga diberikan kepada Ubadah bin
Shamit, maka itu untukmu sendiri dan bukan lagi untuknya.’ Maka ia berkata,
’Aku menerimanya.’ Maka berkenaan dengan mereka berdua, Allah menurunkan
firman-Nya, ’Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan
orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling
melindungi.’ Sampai firman-Nya, ’Maka, kamu akan melihat orang-orang yang
hatinya berpenyakit,’ yaitu Abdullah bin Ubay, ’Segera mendekati mereka (Yahudi
dan Nasrani).’ Dan meminta=
=perlindungan mereka, ’Mereka berkata, kami takut akan mendapati
bencana’.”

174
QS Al-Ma’idah 5: 55

Firman Allah Swt., “Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan


orang-orang yang beriman.” (QS Al-Maidah, 5: 55)
Jabir bin Abdullah berkata, “Abdullah bin Salam datang menemui Nabi Saw.
dan berkata, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada sekelompok orang dari Bani
Quraizhah dan Bani Nadhir telah meninggalkan kami dan memisahkan diri dari
kami, dan mereka bersumpah untuk tidak mau lagi duduk bersama kami, sementara
kami tidak bisa duduk bergaul bersama para sahabatmu karena jauhnya rumah
kami.’ Dan ia juga mengeluhkan apa yang dihadapinya dari orang-orang Yahudi.
Maka turunlah ayat ini, dan Rasulullah Saw. membacakannya kepadanya. Maka
ia berkata, ’Kami ridha dengan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman
sebagai penolong kami’.”
Dan Al-Kalbi juga menceritakan kisah yang hampir sama, namun ia
menambahkan, “Bagian akhir dari ayat ini, berkenaan dengan Ali bin Abu Thalib
Ra., karena ia memberikan cincinnya kepada seorang peminta-minta, sementara ia
tengah rukuk di dalam salatnya.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Tamimi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Al-Husain bin Muhammad telah menceritakan kepada kami, dari
Abu Hurairah, ia berkata, “Abdullah bin Abdul Wahhab telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad Al-Aswad telah menceritakan kepada kami, dari
Muhammad bin Marwan, dari Muhammad As-Saib, dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas,
ia berkata, “Abdullah bin Salam datang bersama beberapa orang kaumnya yang
telah beriman, lalu mereka berkata, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya rumah kami
jauh, dan kami tidak memiliki majelis ataupun orang yang bisa bercakap-cakap
dengan kami, sementara kaum kami, ketika kami beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya, serta membenarkan Rasul-Nya, mereka menolak kami, dan mereka bersumpah
terhadap diri mereka untuk tidak duduk bersama kami dalam satu majelis, dan
tidak akan menjalin hubungan pernikahan dengan kami, dan tidak pula berbicara
kepada kami, dan itu sangat berat bagi kami.’ Maka Nabi Saw. berkata kepada
mereka, ’Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
yang beriman.’ Kemudian Nabi Saw. keluar masjid dan melihat seorang peminta-
minta, sementara di masjid orang-orang ada yang tengah berdiri salat, dan ada
pula yang rukuk, maka Nabi Saw. bertanya kepadanya, ’Apakah sudah ada yang
memberimu sesuatu?’ Ia menjawab, ’Ya, sebuah cincin dari emas.’ Beliau bertanya,

175
’Siapakah yang memberimu?’ Ia berkata, ’Orang yang sedang berdiri salat itu.’
Dan ia menunjuk Ali bin Abu Thalib dengan tangannya. Maka beliau bertanya,
’Dalam keadaan apa ia memberimu?’ Ia menjawab, ’Ia memberiku saat ia sedang
dalam keadaan rukuk.’ Maka Nabi Saw. bertakbir dan membaca, ’Dan barang siapa
menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya,
maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang’.”

QS Al-Ma’idah 5: 57

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan
pemimpinmu orang-orang yang membuat agamamu menjadi bahan ejekan dan
permainan.” (QS Al-Maidah, 5: 57)
Ibnu Abbas berkata, “Rifa’ah bin Zaid dan Suwaid bin Al-Harits menampakkan
keislaman mereka, dan kemudian mereka menjadi munafik, sementara ada
beberapa orang muslim yang menjadikan mereka teman baik, maka Allah Swt.
menurunkan ayat ini.”

QS Al-Ma’idah 5: 58

Firman Allah Swt., “Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (melaksanakan)
salat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan.” (QS Al-Maidah, 5: 58)
Al-Kalbi berkata, “Apabila penyeru yang ditugaskan Rasulullah Saw.
menyerukan untuk salat, dan kaum muslimin bangkit untuk memenuhinya,
orang-orang Yahudi berkata, ’Bangunlah kalian, salatlah, dan rukuklah.’ Mereka
mengucapkannya sebagai ejekan dan olok-olok yang mereka tertawakan. Maka
Allah Swt. menurunkan ayat ini.”
As-Suddi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang lelaki dari kaum
Nasrani Madinah, apabila ia mendengar suara muadzin mengucapkan, ‘Asyhadu
anna Muhammadan Rasulullah’, ia akan berkata, =
=”Pendusta yang membakar.” Suatu malam, pelayannya masuk dengan
membawa api, sementara ia dan keluarganya telah tidur. Lalu percikan api itu
terbang di dalam rumah, dan membakar dirinya dan keluarganya.
Dan yang lain mengatakan, “Ketika orang-orang kafir mendengar adzan,
mereka menemui Rasulullah Saw. dan berkata, “Hai Muhammad, engkau telah
membuat sesuatu yang baru, di mana kami tidak pernah mendengarnya dari
umat-umat terdahulu. Jika engkau mengaku sebagai Nabi, maka berarti engkau
telah menyelisihi nabi-nabi terdahulu dengan adzan yang engkau ada-adakan
ini. Jika memang ini mengandung kebaikan, maka tentunya yang paling berhak

176
melakukannya adalah para Nabi dan Rasul yang datang sebelummu. Jadi dari
mana engkau mendapatkan ide untuk berteriak seperti teriakan unta ini? Alangkah
buruknya suara itu, dan sungguh tidak jelek orang yang mengingkarinya.” Maka
Allah menurunkan ayat ini, dan Allah juga menurunkan, “Dan siapakah yang lebih
baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan
kebaikan.” (QS Fussilat, 41: 33).

QS Al-Ma’idah 5: 60

Firman Allah Swt., “Katakanlah (Muhammad), “Apakah akan aku beritakan


kepadamu tentang orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi
Allah?” (QS Al-Maidah, 5: 60)
Ibnu Abbas berkata, “Beberapa orang Yahudi datang menemui Rasulullah
Saw. dan bertanya kepada beliau, siapakah di antara rasul-rasul yang beliau imani?
Beliau menjawab, ’Aku beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, sampai
firman Allah, ’Dan kami berserah diri kepada-Nya.’ Ketika beliau menyebutkan Isa,
mereka mengingkari kenabiannya, dan berkata, ’Kami tidak mengenal pemeluk
agama yang lebih sedikit bagiannya di dunia dan akhirat daripada kalian, dan tidak
pula agama yang lebih buruk daripada agama kalian.’ Maka Allah Swt. menurunkan,
’Katakanlah (Muhammad), ’Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang
yang lebih buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah?’

QS Al-Ma’idah 5: 67

Firman Allah Swt., “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu
kepadamu.” (QS Al-Maidah, 5: 67)
Al-Hasan berkata, “Sesungguhnya Nabi Saw. berkata, ’Ketika Allah Swt.
mengutusku dengan risalahku, aku merasa susah, dan aku mengetahui bahwa
di antara manusia akan ada orang-orang yang mendustakanku.’ Dan Rasulullah
Saw. menyegani orang-orang Quraisy, kaum Yahudi, dan Nasrani, maka Allah
menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id Muhammad bin Ali As-Safar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin Ahmad Al-Makhladi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Hamdun bin Khalid telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ibrahim Al-Khulwani
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin Hammad Sajadah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “’Ali bin ‘Abis telah menceritakan kepada

177
kami, dari Al-A’masy dan Abu Hijab, dari ‘Atiyyah, dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata,
“Ayat ini, Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu,”
turun pada hari di Ghadir Khum, berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib Ra.”

QS Al-Ma’idah 5: 67

Firman Allah Swt., “Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia.” (QS
Al-Maidah, 5: 67)
Aisyah Ra. berkata, “Pada suatu malam, Rasulullah Saw. tidak tidur, maka aku
bertanya, ’Wahai Rasulullah, ada apa denganmu?’ Beliau berkata, ’Adakah seorang
laki-laki shaleh yang akan menjaga kita pada malam ini?’ Aisyah berkata, ’Ketika kami
tengah demikian, aku mendengar suara senjata, maka beliau bertanya, ’Siapakah
itu?’ Orang itu menjawab, ’Sa’ad dan Hudzifah, kami datang untuk menjagamu.’
Maka Rasulullah Saw. pun tidur sehingga aku mendengar suara dengkurnya. Dan
kemudian turunlah ayat ini. Maka Rasulullah Saw. mengeluarkan kepalanya dari
kubah yang terbuat dari kulit, dan berkata, ’Pergilah wahai manusia, sesungguhnya
Allah telah melindungiku’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Ibrahim Al-Wa’izh telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Najid telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Muhammad bin Al-Hasan bin Al-Khalil bin Muhammad Ibn Al-‘Ala telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Jamani telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “An-Nadhr telah menceritakan kepada kami, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw. senantiasa dijaga, dan Abu Thalib selalu
mengutus beberapa orang laki-laki dari Bani Hasyim untuk mendampingi beliau
dan menjaga beliau, hingga turunnya ayat ini, Wahai Rasul! Sampaikanlah apa
yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” =
=sampai firman-Nya, “Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan)
manusia.” Ibnu Abbas berkata, “Lalu paman beliau hendak mengutus orang untuk
menjaga beliau, maka beliau berkata, “Wahai pamanku, sesungguhnya Allah Swt.
telah melindungiku dari jin dan manusia.”

QS Al-Ma’idah 5: 82-86

Firman Allah Swt., “Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya
terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orang Yahudi,” sampai firman-
Nya, “Dan orang-orang yang kafir serta mendustakan ayat-ayat kami.” (QS Al-
Maidah, 5: 82-86)
Ayat ini turun berkenaan dengan Najasyi dan kaumnya.

178
Ibnu Abbas berkata, “Saat Rasulullah Saw. masih berada di Mekah, beliau
khawatir terhadap para sahabatnya dari siksaan orang-orang musyrik, maka beliau
mengutus Ja’far bin Abi Thalib dan Ibnu Mas’ud beserta sejumlah sahabatnya yang
lain untuk menemui Najasyi. Beliau berkata, “Sesungguhnya dia adalah seorang
raja yang shaleh, ia tidak berbuat zalim, dan tidak ada seorang pun yang dizalimi
di sisinya, pergilah kepadanya sampai Allah memberikan jalan keluar untuk kaum
muslimin.” Ketika mereka sampai di tempatnya, Najasyi memuliakan mereka, dan
berkata kepada mereka, “Apakah kalian mengetahui sebagian dari apa yang telah
diturunkan kepada kalian?” mereka menjawab, “Iya.” Najasyi berkata, “Bacakanlah.”
Maka mereka pun membacakannya, sementara para pendeta dan rahib berada di
sekeliling Najasyi. Dan setiap kali mereka membacakan satu ayat, air mata mereka
bercucuran karena kebenaran yang mereka ketahui. Allah Swt. berfirman, “Yang
demikian itu karena di antara mereka terdapat pendeta dan rahib, (juga) karena
mereka tidak menyombongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al-
Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka
mencucurkan air mata.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Hasan bin Muhammad Al-Farisi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Hamdun
bin Al-Fadhl telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad
bin Al-Hasan telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Shalih, sekretaris Al-Laits telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Laits telah menceritakan kepadaku.”
Ia berkata, “Yunus bin Syihab telah menceritakan kepadaku, dari Sa’id bin Al-
Musayyab, dari Urwah bin Az-Zubair, dan yang lainnya, ia berkata, “Rasulullah Saw.
mengutus Amr bin Umayyah Ad-Damri membawa surat beliau kepada Najasyi.
Maka ia pun datang menemui Najasyi. Setelah membaca surat dari Rasulullah Saw.,
Najasyi memanggil Ja’far bin Abu Thalib dan kaum Muhajirin lain yang datang
bersamanya. Dan Najasyi juga mengutus orang untuk mengumpulkan para pendeta
dan rahib. Setelah itu ia meminta Ja’far untuk membacakan Al-Qur’an kepada
mereka. Maka Ja’far membacakan surah Maryam. Mereka pun beriman kepada Al-
Qur’an, dan air mata mereka bercucuran karena mendengarnya. Merekalah yang
dimaksud di dalam firman Allah, “Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling
dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang
berkata, “Sesungguhnya kami adalah orang Nasrani.” sampai firman-Nya, “Maka
catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an
dan kenabian Muhammad).”

179
Dan yang lain mengatakan, “Ja’far bin Abu Thalib dan para sahabatnya kembali
dari Habasyah, dan bersama mereka ikut tujuh puluh orang yang diutus oleh
Najasyi sebagai utusan resmi untuk menemui Rasulullah Saw. Mereka mengenakan
pakaian dari wol, enam puluh dua orang dari mereka adalah bangsa Habasyah, dan
delapan orang lainnya berasal dari penduduk Syam, mereka adalah Rahib Buhaira,
Abrahlih,=
=Idris, Asyraf, Tamam, Qitsam, Dzar, dan Aiman. Lalu Rasulullah Saw.
membacakan surah Yasin kepada mereka sampai akhir, dan mereka pun menangis
saat mendengar Al-Qur’an dan beriman. Dan mereka berkata, “Alangkah miripnya
ini dengan apa yang diturunkan kepada Isa.” Maka berkenaan dengan mereka,
Allah menurunkan ayat-ayat ini.
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad Al-‘Adl telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Zahid bin Ahmad telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abul Qasim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Baghawi
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “’Ali bin Al-Ja’di telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Syarik telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin
Jubair, mengenai firman Allah Swt., “Yang demikian itu karena di antara mereka
terdapat pendeta dan rahib,” ia berkata, “Najasyi mengutus sahabat-sahabat
pilihannya sebanyak tiga puluh orang untuk menemui Rasulullah Saw., lalu beliau
membacakan surah Yasin kepada mereka sehingga mereka menangis. Maka
turunlah ayat ini.

QS Al-Ma’idah 5: 87-89

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu


mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu.” (QS Al-
Maidah, 5: 87-89)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Usman bin Abu ‘Amr Al-Mu’addin telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Hamdun telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin Sufyan telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “’Abu ‘Ashim telah mengabarkan kepada kami, dari Usman bin Sa’ad,
ia berkata, “Ikrimah telah mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Abbas, “Bahwa
seorang lelaki menemui Nabi Saw. dan berkata, “Jika aku makan daging ini, maka
aku akan segera mendekati wanita, maka aku telah mengharamkan daging atas
diriku.” Maka turunlah ayat, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan Allah kepadamu.” Dan turun

180
pula ayat, “Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai
rezeki yang halal dan baik.”
Para mufasir berkata, “Suatu hari Rasulullah Saw. duduk di majelisnya, beliau
memberi peringatan kepada mereka, dan menggambarkan tentang hari kiamat
kepada mereka, dan beliau tidak menambah-nambah untuk menakut-nakuti
mereka, orang-orang pun menjadi lembut hatinya dan mereka menangis. Lalu
berkumpullah sepuluh orang sahabat di rumah Usman bin Mazh’un Al-Jumahi,
mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud,
Abdullah bin Umar, Abu Dzar Al-Ghifari, Salim pelayan Abu Hudzaifah, Al-Miqdad
bin Al-Aswad, Salman Al-Farisi=
=dan Mi’qal bin Mudhar, lalu mereka bersepakat untuk selalu berpuasa
di siang hari dan menegakkan salat di malam hari. Mereka juga bersepakat
untuk tidak tidur di atas kasur, tidak memakan daging atau lemak, menjadi
rahib, dan menahan kemaluan mereka. Hal itu terdengar oleh Rasulullah Saw.,
sehingga beliau mengumpulkan mereka dan berkata, “Sesungguhnya aku tidak
diperintahkan untuk itu. Sesungguhnya diri kalian juga memiliki hak atas kalian.
Berpuasalah dan berbukalah, salatlah dan tidurlah, sesungguhnya aku salat dan
aku juga tidur, aku berpuasa dan aku juga berbuka, aku juga memakan daging
dan lemak, dan barang siapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia bukan
termasuk golonganku.” Kemudian beliau keluar menemui orang-orang dan
berkhutbah di hadapan mereka, beliau berkata, “Apakah alasan dari orang-orang
yang mengharamkan wanita, makanan, wewangian, tidur, dan syahwat-syahwat
dunia? Adapun aku, sesungguhnya aku tidak memerintahkan kalian untuk menjadi
pendeta ataupun rahib, sesungguhnya tidak ada di dalam agamaku perintah untuk
meninggalkan daging dan wanita, dan tidak pula membuat biara-biara (tempat
khusus untuk beribadah), sesungguhnya tamasyanya umatku adalah dengan
berpuasa, dan kerahibannya adalah dalam berjihad. Sembahlah Allah dan jangan
mempersekutukan apa pun dengan-Nya. Tunaikanlah haji dan laksanakanlah
umrah. Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan berpuasalah pada bulan
Ramadan. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian karena mereka terlalu keras
(dalam beribadah), mereka bersikap keras terhadap diri mereka, sehingga Allah
bersikap keras terhadap mereka. Itulah sisa-sisa mereka yang masih berada di biara-
biara. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah yang harus kami lakukan terhadap sumpah yang telah kami ucapkan?” dan
sebelumnya mereka telah bersumpah untuk melaksanakan apa yang telah mereka

181
sepakati, maka Allah menurunkan firman-Nya, “Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah).”

QS Al-Ma’idah 5: 90

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman


keras....” (QS Al-Maidah, 5: 90)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id bin Abu Bakar Al-Muthawwi’i telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu ‘Amr dan Muhammad bin Ahmad
Al-Hayyiri telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali Al-Mawshili
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Khaitsamah telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Hasan Abu Musa telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Az-Zubair telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Simak bin Harb
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash
telah menceritakan kepadaku, dari ayahnya, ia berkata, “Aku mendatangi beberapa
orang dari kaum Muhajirin, dan mereka berkata, “Kemarilah, kami akan memberimu
makanan dan minuman keras (khamar), dan itu sebelum diharamkannya khamar.
Maka aku pun duduk bersama mereka di sebuah kebun, dan ternyata mereka
tengah memanggang kepala kambing, dan juga terdapat satu tong khamar.
Aku pun makan dan minum bersama mereka. Lalu aku berbicara tentang kaum
Muhajirin dan Anshar, dan aku katakan bahwasanya kaum Muhajirin lebih baik
daripada Anshar. Maka seseorang merenggut jenggotku dan menarik hidungku
karena ucapanku itu. Lalu aku pergi menemui Rasulullah Saw. dan memberi tahu
beliau tentang hal itu. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya mengenai masalah
khamar, “Sesungguhnya minuman keras, judi....”
Diriwayatkan pula oleh Muslim, dari Abu Khaitsamah.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan Al-‘Adl telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bin Malik telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata,=
=Salat, ketika kamu dalam keadaan mabuk.” Maka setiap kali menyerukan
untuk salat, penyeru yang ditugaskan oleh Rasulullah Saw. akan mengatakan,
“Jangan ada orang mabuk yang mendekati salat.” Lalu Umar pun dipanggil, dan
dibacakan ayat ini kepadanya. Maka ia berkata, “Ya Allah, jelaskanlah kepada kami
mengenai hukum khamar dengan penjelasan yang memuaskan.” Maka turunlah
ayat ini, “Sesungguhnya minuman keras dan judi,” Lalu Umar pun dipanggil, dan
dibacakan ayat ini kepadanya. Dan saat sampai pada firman-Nya, “Maka tidakkah

182
kamu mau berhenti?” Umar berkata, “Kami telah berhenti.”
Sebelum diharamkannya khamar, ada beberapa peristiwa yang terjadi pada
Rasulullah Saw. karena permasalahan minum khamar ini, di antaranya:
Kisah Ali bin Abu Thalib beserta Hamzah Ra., sebagaimana dikabarkan oleh
Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Yahya, dia berkata, “Abu Bakar
bin Abu Khalid telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yusuf bin Musa
Al-Marwazi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin Salih telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “’Anbasah telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Yusuf telah mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, ia
berkata, “Ali bin Al-Husain telah mengabarkan kepadaku, bahwasanya Husain
bin Ali telah memberitahukan kepadanya, bahwa Ali bin Abu Thalib berkata,
“Aku memiliki unta yang telah tua sebagai bagianku dari hasil rampasan perang
Badar, Rasulullah Saw. kemudian memberiku seekor unta lagi dari jatah seperlima.
Saat aku akan menikahi Fatimah binti Rasulullah Saw. aku membuat janji dengan
seorang pandai emas dari Bani Qainuqa’ agar ia mengendarai unta bersamaku
untuk mencari idzkhir yang akan aku jual kepada=
= “Ayahku telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Khalid bin Al-Walid
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Israil telah menceritakan kepada
kami, dari Abu Ishaq, dari Abu Maisrah, dari Umar bin Khattab, ia berkata, “Ya
Allah, jelaskanlah kepada kami mengenai hukum khamar dengan penjelasan yang
memuaskan.” Maka turunlah ayat yang ada di dalam surah Al-Baqarah, “Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.” Maka Umar pun dipanggil, dan
dibacakan ayat ini kepadanya. Maka ia berkata, “Ya Allah, jelaskanlah kepada kami
mengenai hukum khamar dengan penjelasan yang memuaskan.” Maka turunlah
ayat yang ada di dalam surah An-Nisa’, “Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendekati =
=Para pembuat emas, agar aku dapat menggunakan uangnya untuk pesta
pernikahanku. Pada saat mempersiapkan barang-barang keperluan untuk kedua
unta tersebut, seperti pelana, karung, dan tali, dan kedua untaku tertambat di
samping rumah seorang Anshar, tiba-tiba aku mendapati kedua unta tersebut
-setelah mempersiapkan barang-barang yang perlu di persiapkan- telah terpotong
punuknya, terbelah perutnya dan telah diambil hatinya. Aku tidak kuasa
menguasai mataku saat melihat pemandangan itu, maka aku bertanya, “Siapakah
yang melakukan semua ini?” Orang-orang menjawab, “Hamzah yang telah
melakukannya, dan dia sekarang berada di rumah ini sedang minum bersama-
sama dengan orang-orang Anshar. Dia dan teman-temannya sedang dihibur oleh

183
seorang biduan wanita, dan wanita itu berkata di antara bait sya’irnya,
Wahai Hamzah, ingatlah pada unta-unta yang gemuk
Dan unta-unta itu tertambat di halaman
Pisau menggores leher-lehernya
Maka Hamzah melumurinya dengan darah
Makanlah dari potongan dagingnya yang dibakar
Yang terbakar di atas pemanggangnya
Engkaulah wahai Abu Imarah yang diharapkan
Untuk menyibakkan bahaya dan bencana dari kami
Maka Hamzah pun berdiri dengan membawa pedang terhunus. Lalu ia
memotong punuk kedua unta tersebut dan ia belah perut keduanya, lalu mengambil
hatinya.” Ali berkata, “Maka aku langsung pergi menemui Rasulullah Saw., ketika
itu Zaid bin Haritsah ada bersama beliau.” Ali berkata, “Melihat raut mukaku, Nabi
Saw. mengetahui ada sesuatu yang menimpaku.” Beliau lalu bertanya, “Ada apa
denganmu?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh aku belum pernah melihat
kejadian seperti hari ini sebelumnya. Hamzah telah menyerang kedua untaku, ia
memotong punuknya dan membelah isi perutnya. Sekarang ia berada di rumah
sedang minum bersama teman-temannya.” Ali melanjutkan, “Maka Nabi Saw.
meminta jubahnya, lalu beliau segera berangkat dengan berjalan kaki, sementara
aku dan Zaid mengikutinya dari belakang. Sesampainya di depan pintu rumah yang
Hamzah berada di dalamnya, beliau meminta izin masuk. Para penghuni rumah
pun memberikan izin masuk. Dan ternyata mereka tengah minum-minum. Lalu
Nabi Saw. mulai mencela Hamzah atas apa yang telah di perbuatnya. Pada saat itu,
Hamzah telah sangat mabuk, kedua matanya memerah, dan ia mulai mengamati
Nabi Saw., =
=dan kisah ini merupakan di antara sebab-sebab turunnya ayat pengharaman
khamar.

QS Al-Ma’idah 5: 93

Firman Allah Swt., “Tidak berdosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan tentang apa yang mereka makan (dulu),” (QS Al-Maidah, 5: 93)
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Al-Muthawwi’i telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu ‘Amr Muhammad bin Ya’mar Al-Hayyiri
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ya’la telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abur Rabi’ Sulaiman bin Dawud Al-‘Atiki telah mengabarkan
kepada kami, dari Hammad, dari Tsabit, dari Anas, ia berkata, “Pada hari ketika

184
khamar diharamkan, aku sedang bertugas menuangkan minuman di rumah Abu
Thalhah, dan saat itu minuman mereka hanyalah perasan anggur, kurma yang
belum matang dan perasan kurma itu sendiri. Lalu tiba-tiba ada yang berseru,
“Sesungguhnya khamar telah diharamkan.” Anas berkata, “Maka ditumpahkanlah
minuman-minuman itu di jalan-jalan Kota Madinah. Maka Abu Thalhah berkata
kepadaku, “Keluarlah, dan tumpahkanlah minuman ini.” Anas berkata, “Maka
aku pun menumpahkannya.” Lalu sebagian mereka berkata, “Celakalah si fulan,
celakalah si fulan, minuman itu masih berada di perut mereka.” Anas berkata,
“maka Allah Swt. menurunkan, “Tidak berdosa bagi orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan tentang apa yang mereka makan (dulu),”
Diriwayatkan pula oleh Muslim, dari Abu Rabi’. Dan diirwayatkan juga oleh
Al-Bukhari, dari Abu Nu’man, dan keduanya dari Hammad.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al-
Muzakki telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Umar bin Mathar
telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Khalifah telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Syu’bah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ishaq telah
menceritakan kepada kami, dari Al-Barra’ bin Azib, ia berkata, “Ada di antara
sahabat Rasulullah Saw. yang meninggal saat mereka meminum=
=Khamar, maka ketika khamar diharamkan, orang-orang bertanya,
“Bagaimana dengan teman-teman kami? Mereka meninggal saat meminumnya?”
maka turunlah ayat ini, “Tidak berdosa bagi orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan tentang apa yang mereka makan (dulu),”

QS Al-Ma’idah 5: 100

Firman Allah Swt., “Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan
yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu.” (QS Al-Maidah,
5: 100) =
= Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Hakim Abu Abdullah telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Al-Qasim Al-Muaddib telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Idris bin ‘Ali Ar-Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Yahya bin Ad-Daris telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan
telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Suraqah, dari Muhammad
bin Al-Munkadir, dari Jabir berkata, Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt.
telah mengharamkan atas kalian penyembahan berhala, meminum khamar, dan
serangan terhadap nasab. Ketahuilah bahwasanya khamar, dilaknat orang yang

185
meminumnya, orang yang memerasnya, yang menuangkannya, yang menjualnya,
dan yang memakan uang hasil penjualannya.” Maka seorang Arab Badui berdiri
dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dulu aku adalah seorang yang
menjual khamar ini, dan dari penjualannya aku memperoleh uang, apakah uang
itu bermanfaat jika aku menafkahkannya untuk ketaatan kepada Allah?” maka
Nabi Saw. menjawab, “Jika engkau menafkahkannya untuk haji, jihad, ataupun
sedekah, maka nilainya sama sekali tidak menyamai sayap seekor nyamuk di sisi
Allah, sesungguhnya Allah tidak akan menerima kecuali yang baik.” Maka untuk
membenarkan ucapan beliau ini, Allah menurunkan firman-Nya, “Katakanlah
(Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya
keburukan itu menarik hatimu.”

QS Al-Ma’idah 5: 101

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan
(kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (justru) menyusahkan
kamu.” (QS Al-Maidah, 5: 101)
Imam Al-Wahidi berkata, “Umar bin Umar Al-Muzakki telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Makki telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin=
=Ismail Al-Bukhari.” Ia berkata, “Al-Fadhl bin Sahl telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu An-Nadhr telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Khaitsamah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Juwairiyah
telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ada orang-orang
yang bertanya kepada Rasulullah Saw. dengan maksud mengolok-olok sehingga
orang yang kehilangan untanya bertanya, “Di manakah untaku?”, maka berkenaan
dengan mereka, Allah menurunkan ayat ini, “Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan ke-
padamu (justru) menyusahkan kamu.” Sampai akhir dari ayat ini.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id Al-Manshuri telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Al-Qathi’i telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ayahku telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Manshur bin Abu
Zaid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “bahwa Al-Azdi berkata, “Ali
bin Abdul A’la telah menceritakan kepada kami, dari Ayahnya, dari Abu Al-Bahtari,
dari Ali bin Abi Thalib Ra., ia berkata, “Ketika ayat ini turun, “Dan (di antara)

186
kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun?” dan beliau hanya
diam. Lalu mereka kembali bertanya, “Apakah setiap tahun?” dan beliau kembali
diam. Dan pada yang keempat kalinya beliau berkata, “Tidak, jika aku katakan
“iya” niscaya ia akan menjadi wajib.” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal
yang jika diterangkan kepadamu (justru) menyusahkan kamu.”

QS Al-Ma’idah 5: 105

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu, (karena)
orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat
petunjuk.” (QS Al-Maidah, 5: 105)
Al-Kalbi berkata, “Dari Abu Shaleh, dari Ibnu Abbas, “Rasulullah Saw. menulis
surat kepada penduduk Hajar (Bahrain), dan pemimpin mereka adalah Mundzir
bin Sawi, beliau mengajak mereka kepada Islam. Dan jika mereka enggan, maka
hendaklah mereka membayar jizyah. Ketika surat ini sampai kepadanya, Mundzir
memperlihatkannya kepada orang-orang Arab, Yahudi, Nasrani, Shabi’ah, dan
Majusi, yang ada bersamanya, dan mereka pun memilih jizyah dan enggan menerima
Islam. lalu Rasulullah Saw. kembali menulis surat kepadanya, “Adapun orang Arab,
maka jangan terima dari mereka selain Islam atau pedang, sedangkan Ahli Kitab
dan majusi, maka terimalah dari mereka jizyah.” Ketika ia membacakan kepada
mereka surat Rasulullah, orang-orang Arab pun masuk Islam, semantara Ahli Kitab
dan orang-orang Majusi membayarkan jizyah. Maka orang-orang munafik dari
kalangan Arab berkata, “Alangkah anehnya Muhammad, ia mengira bahwa Allah
mengutusnya untuk memerangi seluruh manusia hingga mereka beriman, dan ia
tidak mau menerima jizyah kecuali dari Ahli Kitab, menurut kami seharusnya ia
menerima dari orang-orang musyrik penduduk Hajar apa yang telah ia tolak dari=
=orang-orang musyrik Arab secara umum. Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu, (karena) orang
yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat
petunjuk.” Yaitu orang-orang yang sesat dari Ahli Kitab.

QS Al-Ma’idah 5: 106

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang (di
antara) kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah
(wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kamu.” (QS Al-Maidah, 5:

187
106)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’ad bin Abu Bakar Al-Ghazi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Hamdan telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Ya’la telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Harits bin
Syuraih telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan
kepadaku.” Ia berkata, “Yahya bin Zakariya bin Abu Zaidah telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Al-Qasim telah menceritakan kepada
kami, dari dari Abdul Malik bin Sa’id bin Jubair, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, ia
berkata, “Tamim Ad-Dari dan Adi bin Zaid pergi bersama-sama menuju Mekkah,
dan ikut bersama mereka seorang lelaki Quraisy dari Bani Sahm. Lalu ia (lelaki dari
Bani Sahm) meninggal di sebuah tempat di mana tidak ada kaum muslimin di
sana, maka ia mewasiatkan hartanya kepada mereka berdua. Saat mereka datang,
mereka menyerahkan harta peninggalannya kepada keluarganya, dan mereka
menyembunyikan sebuah piala perak yang bergaris emas, mereka berkata, “Kami
tidak pernah melihatnya.” Maka mereka pun dibawa menghadap Rasulullah Saw.,
dan beliau meminta mereka bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak
menyembunyikannya dan tidak pula pernah melihatnya. Lalu beliau melepaskan
mereka berdua. Setelah itu, piala tersebut ditemukan pada suatu kaum di Mekkah,
dan mereka berkata, “Kami membelinya dari Tamim ad-Dari dan Adi bin Zaid.” Maka
para wali dari lelaki Bani Sahm tersebut mengambil piala tersebut, dan dua orang
dari mereka bersumpah dengan nama Allah, “Sesungguhnya piala ini adalah milik
teman (keluarga) kami, kesaksian kami lebih benar daripada kesaksian mereka, dan
sungguh kami tidak melampaui batas (tidak mengambil yang bukan hak kami).”
Maka turunlah dua ayat ini, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah
seorang (di antara) kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka
hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu.” Sampai
akhir ayat.
SURAH AL-AN’AM
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-An’am 6: 7

Firman Allah Swt., “Dan sekiranya kami turunkan kepadamu (Muhammad) tulisan
di atas kertas.” (QS Al-An’am, 6: 7)
Al-Kalbi berkata, “Orang-orang musyrik Mekkah pernah berkata, “Hai
Muhammad, demi Allah, kami tidak akan beriman kepadamu sampai engkau
membawakan kepada kami sebuah kitab dari Allah, yang disertai dengan empat=

188
=malaikat yang bersaksi bahwa itu adalah benar dari Allah, dan bahwa engkau
adalah rasul-Nya. Maka turunlah ayat ini.

QS Al-An’am 6: 13

Firman Allah Swt., “Dan milik-Nyalah segala apa yang ada pada malam hari dan
siang hari.” (QS Al-An’am, 6: 13)
Al-Kalbi berkata, dari Ibnu Abbas, “Orang-orang kafir Mekah mendatangi
Rasulullah Saw. dan berkata, “Hai Muhammad, sungguh kami telah mengetahui
bahwa alasan yang mendorongmu untuk menyerukan apa yang engkau serukan itu
adalah karena kebutuhan hidup, maka kami akan memberimu bagian dari harta-
harta kami hingga engkau menjadi orang yang terkaya di antara kami, namun
engkau harus meninggalkan apa yang engkau lakukan ini. Maka turunlah ayat ini.

QS Al-An’am 6: 19

Firman Allah Swt., “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat


kesaksiannya?” (QS Al-An’am, 6: 19)
Al-Kalbi berkata, “Para pemimpin Mekah berkata, “Hai Muhammad, kami tidak
melihat seorang pun yang mempercayaimu tentang apa yang engkau katakan
dalam hal kerasulan ini, dan kami telah bertanya kepada orang-orang Yahudi dan
Nasrani mengenai dirimu, dan mereka merasa bahwa engkau tidak disebutkan di
dalam kitab mereka, baik sifat maupun ciri-cirimu. Maka perlihatkanlah kepada
kami siapa yang akan bersaksi untukmu bahwa engkau adalah seorang rasul
sebagaimana yang engkau kira?” maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-An’am 6: 25

Firman Allah Swt., “Dan di antara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu.” (QS
Al-An’am, 6: 25)
Ibnu Abbas berkata, -dalam riwayat dari Abu Shaleh-, “Abu Sufyan bin Harb,
Al-Walid bin Al-Mughirah, An-Nadhr bin Al-Harits, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin
Rabi’ah, Umayyah bin Khalaf, dan Ubai bin Khalaf, mereka semua mendengarkan
Rasulullah Saw., lalu mereka berkata kepada An-Nadhr, “Wahai Abu Qutailah, apa
yang dikatakan oleh Muhammad?” Ia menjawab, “Demi Zat yang menjadikan
Ka’bah ini sebagai rumah-Nya, aku tidak tahu apa yang ia katakan, akan tetapi aku
melihatnya menggerakkan kedua bibirnya dan mengucapkan sesuatu, namun yang
dikatakannya tidak lebih dari dongeng orang-orang terdahulu, sebagaimana yang

189
sering aku ceritakan kepada kalian tentang kisah orang-orang terdahulu.” Dan An-
Nadhr bin Al-Harits sangat sering berbicara tentang kisah orang-orang terdahulu,
dan ia sering menceritakannya kepada orang-orang Quraisy, dan mereka menikmati
ceritanya. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-An’am 6: 26

Firman Allah Swt., “Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan (Al-Qur’an)
dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya.” (QS Al-An’am, 6: 26)=
= Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin ‘Abdan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Nu’aim telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Hamsyadz telah menceritakan kepadaku.” Ia
berkata, “Muhammad Ibnu Mandah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Bakar bin Bakar telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Hamzah bin
Habib telah menceritakan kepada kami, dari Habib bin Abu Tsabit, dari Said bin
Jubair, dari Ibnu Abbas, mengenai firman-Nya, “Dan mereka melarang (orang lain)
mendengarkan (Al-Qur’an) dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya.” Ia
berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Thalib, ia melarang orang-orang
musyrik menyakiti atau mengganggu Rasulullah Saw., namun ia menjauh dari apa
yang dibawa oleh beliau. Ini adalah pendapat Amr bin Dinar dan Al-Qasim bin
Mukhaimar.
Muqatil berkata, “Ketika itu Nabi Saw. tengah berada bersama Abu Thalib dan
mengajaknya kepada Islam, maka berkumpullah orang-orang Quraisy kepada Abu
Thalib untuk menolak permintaan Nabi Saw., maka Abu Thalib berkata,
Demi Allah, mereka semua tidak akan bisa menyentuhmu
Hingga aku dibaringkan terkubur berkalang tanah
Maka laksanakanlah urusanmu, tak perlu engkau takut
Bergembiralah, dan jadikanlah janji ini penyejuk matamu
Telah ditawarkan kepadaku satu agama, tidak ada keraguan bahwa
Agama ini adalah agama umat manusia yang terbaik
Jika bukan karena celaan dan kekhawatiranku akan cacian
Niscaya engkau akan mendapatiku menerimanya dengan terang
=maka Allah menurunkan, “Dan mereka melarang (orang lain) darinya.”
Sementara Muhammad bin Al-Hanafiya, As-Suddi, dan Adh-Dhahhak mengatakan,
“Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang kafir Mekah yang melarang orang-orang

190
untuk mengikuti Muhammad Saw., dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya.
Dan ini juga merupakan perkataan Ibnu Abbas dalam riwayat Al-Walibi.

QS Al-An’am 6: 33

Firman Allah Swt., “Sesungguhnya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu
(Muhammad).” (QS Al-An’am, 6: 33)
As-Suddi berkata, “Al-Akhnas bin Syuraiq bertemu dengan Abu Jahal bin Hisyam,
maka Al-Akhnas berkata kepadanya, “Wahai Abul Hakam, beritahukanlah kepadaku
tentang Muhammad, apakah ia seorang yang jujur ataukah pendusta? Sesungguhnya
di tempat ini tidak ada yang mendengar perkataanmu selain aku.” Maka Abu Jahal
berkata, “Demi Allah, sesungguhnya Muhammad benar-benar seorang yang jujur, dan
Muhammad tidak pernah berbohong sekali pun, akan tetapi apabila Bani Qushay telah
menguasai panji perang, kehormatan memberi minum untuk jamaah haji, kehormatan
memelihara Ka’bah, Darun Nadwah, dan sekarang kenabian, lalu apa lagi yang tersisa
untuk orang-orang Quraisy lainnya?” Maka Allah menurunkan ayat ini.
Abu Maisarah berkata, “Rasulullah Saw. berjalan melewati Abu Jahal dan teman-
temannya, maka mereka berkata, “Hai Muhammad, demi Allah sungguh kami tidak
mendustakanmu, bagi kami engkau sungguh orang yang jujur, akan tetapi kami
mendustakan apa yang engkau bawa.” Maka turunlah ayat, “Mereka sebenarnya tidak
mendustakan engkau, tetapi orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”
Dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Al-Harits bin Amir
bin Naufal bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab, ia selalu mendustakan Nabi Saw.
secara terang-terangan, namun jika ia telah kembali bersama keluarganya, ia berkata,
“Muhammad bukanlah termasuk orang yang pembohong, dan menurutku ia jujur.”
Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-An’am 6: 53

Firman Allah Swt., “Dan janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridhaan-Nya.” (QS Al-
An’am, 6: 53)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman Muhammad bin Ahmad bin Ja’far
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Zahir bin Ahmad telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Al-Husain bin Muhammad bin Mush’ab telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Hukaim telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Dawud telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Qais bin Ar-Rabi’

191
telah menceritakan kepada kami, dari Al-Miqdam bin Syuraih, dari ayahnya, dari Sa’ad,
ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kami, sebanyak enam orang: aku, Ibnu
Mas’ud, Shuhaib, Ammar, Al-Miqdad, dan Bilal. Orang-orang Quraisy berkata kepada
Rasulullah Saw., “Sungguh kami tidak rela menjadi pengikut dari orang-orang itu, usirlah
mereka.” Maka masuklah pengaruh dari ucapan mereka di hati Nabi Saw., maka Allah
Swt. menurunkan kepada beliau, “Dan janganlah engkau mengusir orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridhaan-Nya.” =
=diriwayatkan pula oleh Muslim, dari Zuhair bin Harb, dari Abdurrahman, dari
Sufyan, dari Al-Miqdam.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Bakar bin Zakariya Asy-syaibani telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Al-Abbas Muhammad bin Abdurrahman telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Shalih Al-Husain bin Al-Farj telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Muqatil Al-Marwazi telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Hakim bin Zaid telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “As-Suddi telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Sa’id, dari Abu Al-Kunud, dari Khabab bin Al-Arat,
ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kami, dulu kami masih lemah, dan selalu
berada bersama Rasulullah Saw. setiap pagi dan petang. Beliau mengajarkan kami Al-
Qur’an dan kebaikan, dan beliau juga menakuti kami dengan surga, neraka, dan hal-hal
yang bermanfaat bagi kami, juga dengan kematian dan kebangkitan. Lalu datanglah Al-
Aqra’ bin Habis At-Tamimi dan Uyainah bin Hishn Al-Fizaari, dan mereka berkata, “Kami
adalah orang-orang yang terhormat di kaum kami dan kami tidak ingin mereka melihat
kami bersama-sama dengan mereka, usirlah mereka jika kami duduk bersamamu.”
Beliau menjawab, “Baik.” Lalu mereka kembali berkata, “Kami tidak akan rela sampai
kita membuat perjanjian tertulis di antara kita.” Maka beliau membawakan pena dan
tintanya, maka turunlah ayat-ayat ini, “Dan janganlah engkau mengusir orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridhaan-
Nya.” Sampai firman-Nya, “Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya)
dengan sebagian yang lain (orang yang miskin).”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Muhammad bin Hayyan telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Yahya Ar-Razi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl bin Usman telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Asbath bin Muhammad telah menceritakan
kepada kami, dari Asy’ats, dari Kurkus, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Beberapa orang
dari Quraisy berjalan melewati Nabi Saw., =

192
=dan bersama beliau terdapat Khabab bin Al-Arat, Shuhaib, Bilal, dan Ammar,
lalu mereka berkata, “Hai Muhammad, apakah engkau telah merasa ridha dengan
orang-orang ini? apakah engkau menginginkan kami menjadi pengikut dari
mereka?” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan janganlah engkau mengusir
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari....”
Dan dengan isnad yang sama, ia berkata, “Abdullah telah menceritakan kepada
kami, dari Ja’far, dari Ar-Rabi’, ia berkata, “Ada orang-orang yang senantiasa datang
terlebih dahulu ke majelis Rasulullah Saw., =
=di antara mereka adalah Bilal, Shuhaib, dan Salman. Lalu Rasulullah Saw.
didatangi oleh tokoh-tokoh terhormat dari kaumnya, sementara orang-orang tadi
telah terlebih dahulu duduk di majelis beliau. Maka para tokoh Quraisy tersebut
berkata, “Shuhaib adalah seorang Romawi, Salman seorang Persia, dan Bilal seorang
Habasyah, mereka telah duduk di dekatnya, apakah kita akan datang dan duduk
di pinggir?” lalu mereka menyebutkan hal itu kepada Rasulullah Saw. dan berkata,
“Kami adalah pemimpin dan tokoh-tokoh terhormat dari kaummu jika engkau mau
mendekatkan (tempat) kami kepadamu saat kami mendatangimu.” Dan beliau pun
sempat berniat untuk melakukan itu. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.
Ikrimah berkata, “Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Muth’im bin Adi,
dan Al-Harist bin Nawfal datang bersama tokoh-tokoh Bani Abdu Manaf yang kafir
untuk menemui Abu Thalib. Mereka berkata, “Jika saja keponakanmu Muhammad
mau mengusir budak-budak kami, dan pembantu-pembantu kami itu dari sisinya,
maka itu akan membuatnya lebih terhormat di hati kami dan lebih mudah bagi
kami untuk mentaatinya serta lebih dekat kemungkinannya bagi kami untuk
mengikutinya dan membenarkannya.” Maka Abu Thalib pun menemui Nabi Saw.
tentang ucapan mereka, maka Umar bin Khatab berkata, “Mungkin engkau bisa
melakukan itu, agar kita bisa melihat apa yang mereka inginkan, dan sampai di
mana maksud dari ucapan mereka.” Maka Allah menurunkan ayat ini. Ketika ayat
ini turun, Umar bin Khatab segera datang dan meminta maaf atas ucapannya.

QS Al-An’am 6: 54

Firman Allah Swt., “Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami
datang kepadamu, maka katakanlah, “Salamun alaikum (selamat sejahtera untuk
kamu).” (QS Al-An’am, 6: 54)
Ikrimah berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang Allah
Swt. melarang Nabinya untuk mengusir mereka. Maka setiap kali Nabi Saw. melihat

193
mereka, beliau akan mengucapkan salam terlebih dahulu. Dan beliau berkata,
“Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan di antara umatku orang-orang
yang Dia perintahkan kepadaku agar mengucapkan salam terlebih dahulu kepada
mereka.”=
=dan Mahan Al-Hanafi berkata, “Suatu kaum mendatangi Nabi Saw. dan
berkata, “Sungguh kami telah melakukan dosa yang sangat besar.” Aku rasa
beliau tidak menjawab mereka satu patah kata pun. Ketika mereka telah pergi dan
berbalik, turunlah ayat ini, “Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-
ayat Kami datang kepadamu,”

QS Al-An’am 6: 57

Firman Allah Swt., “Katakanlah (Muhammad), “Aku (berada) di atas keterangan


yang nyata (Al-Qur’an) dari Tuhanku.” (QS Al-An’am, 6: 57)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan An-Nadhr bin Al-Harits
dan para pemimpin Quraisy lainnya, mereka pernah berkata, “Hai Muhammad,
datangkanlah kepada kami azab yang engkau janjikan kepada kami itu.” Ini mereka
lakukan sebagai olok-olok dari mereka. Maka turunlah ayat ini.

QS Al-An’am 6: 91

Firman Allah Swt., “Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya


ketika mereka berkata, “Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun kepada manu-
sia.” (QS Al-An’am, 6: 91)
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Al-Walibi, “Orang-orang Yahudi
berkata, “Hai Muhammad, apakah Allah menurunkan kitab kepadamu?” beliau
menjawab, “Ya.” Mereka berkata, “Demi Allah, Allah tidak menurunkan kitab dari
langit.” Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Katakanlah (Muhammad),
“Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa Musa sebagai cahaya dan
petunjuk bagi manusia?”
Dan Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi berkata, “Allah memerintahkan
Muhammad Saw. untuk bertanya kepada Ahli Kitab tentang beliau, dan bagaimana
mereka mendapati beliau di dalam kitab suci mereka, =
=Namun kedengkian mereka terhadap Muhammad mendorong mereka
untuk kufur terhadap kitab Allah dan Rasul-Nya, dan mereka berkata, “Allah tidak
menurunkan sesuatu apa pun kepada manusia.” Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Sa’id bin Jubair berkata, “Seorang lelaki Yahudi yang bernama Malik bin

194
as-Shaif datang dan berdebat dengan Nabi Saw. Maka Nabi Saw. berkata, “Aku
menyumpahmu dengan Zat yang telah menurunkan Taurat kepada Musa, tidakkah
engkau mendapati di dalam Taurat bahwasanya Allah membenci pendeta yang
gemuk?” Dan Malik sendiri merupakan seorang pendeta yang gemuk, sehingga ia
marah dan berkata, “Demi Allah, Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun kepada
manusia.” Maka teman-temannya yang ikut bersamanya berkata kepadanya,
“Celakalah engkau, tidak juga kepada Musa?” Dan ia tetap berkata, “Demi Allah,
Allah tidak menurunkan sesuatu apa pun kepada manusia.” Maka Allah menurunkan
ayat ini.”

QS Al-An’am 6: 93

Firman Allah Swt., “Siapakah yang lebi zalim daripada orang-orang yang mengada-
adakan dusta terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku.”
(QS Al-An’am, 6: 93)
Ayat ini turun berkenaan dengan Musailamah Al-Kadzdzab Al-Hanafi,
sebelumnya ia adalah orang yang biasa mengucapkan sajak-sajak dan menekuni
perdukunan, lalu ia mengaku sebagai nabi, dan ia menyangka bahwa Allah telah
memberi wahyu kepadanya.

QS Al-An’am 6: 93

Firman Allah Swt., “dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa
yang diturunkan Allah.”
Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh, sebelumnya
ia telah mengaku Islam, maka pada suatu hari Nabi Saw. memanggilnya untuk
menuliskan sesuatu untuk beliau. Ketika turun ayat di dalam surah Al-Mu’minun,
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (yang berasal) dari
tanah.” Beliau mendiktekannya kepadanya. Dan saat sampai pada firman-Nya,
“Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.” Abdullah merasa
kagum akan rincian dari penciptaan manusia sehingga ia berkata, ‘Tabarakallahu
ahsanal khaliqiina’ “Mahasuci Allah, sebaik-baik pencipta.” Maka Rasulullah Saw.
berkata, “Demikianlah diturunkan kepadaku.” Mendengar itu, Abdullah menjadi
ragu dan berkata, “Jika Muhammad benar, berarti telah diwahyukan kepadaku
sebagaimana yang diwahyukan kepadanya, dan jika ia berbohong, berarti aku
telah mengatakan sebagaimana yang dikatakannya.” Dan itulah yang dimaksud
dengan firman-Nya, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”

195
Dan kemudian ia pun murtad dari Islam. Ini adalah perkataan Ibnu Abbas dalam
riwayat dari Al-Kalbi.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin ‘Abdan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepadaku.” Ia
berkata, “Ahmad Ibnu Abdul Jabbar telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Yunus bin Bukair telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq.”
Ia berkata, “Syurahbil bin Sa’ad telah menceritakan kepadaku, ia berkata, “Ayat
ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh, ia berkata, “Aku
akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Lalu ia murtad dari Islam.
Ketika Rasulullah Saw. memasuki kota Mekah, Ustman datang membawanya dan
memintakan jaminan keamanan untuknya.”

QS Al-An’am 6: 100

Firman Allah Swt., “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin sebagai
sekutu-sekutu Allah.” (QS Al-An’am, 6: 100)
=Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang zindiq. Mereka
berkata, “Sesungguhnya Allah dengan Iblis adalah bersaudara. Allah adalah pencipta
dari manusia dan binatang ternak, sedangkan Iblis adalah pencipta dari ular, binatang
buas, dan kalajengking. Itulah maksud dari firman Allah, “Dan mereka (orang-orang
musyrik) menjadikan jin sebagai sekutu-sekutu Allah.”

QS Al-An’am 6: 108

Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena nanti mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
dasar pengetahuan.” (QS Al-An’am, 6: 108)
Ibnu Abbas berkata, di dalam riwayat dari Al-Walibi, “Mereka berkata, hai
Muhammad, engkau harus berhenti memaki tuhan-tuhan kami, atau kami akan mencerca
tuhanmu. Maka Allah melarang kaum muslimin untuk mencela berhala-berhala mereka
karena mereka akan mencela Allah dengan melampaui batas tanpa dasar ilmu.
Dan Qatadah berkata, “Kaum muslimin sering mencela berhala-berhala milik orang-
orang kafir, dan orang-orang kafir pun membalas mereka. Maka Allah melarang kaum
muslimin untuk saling mencela tuhan dengan orang-orang bodoh yang tidak memiliki
pengetahuan sama sekali tentang Allah.”
As-Suddi berkata, “Ketika Abu Thalib berada di ambang kematiannya, orang-

196
orang Quraisy berkata, “Marilah pergi, kita masuk menemui orang ini dan memintanya
untuk mencegah keponakannya mengganggu kita, karena sungguh kita akan malu
membunuhnya setelah kematian pamannya ini, karena orang-orang Arab akan
berkata, “Tadinya pamannya yang melindunginya, dan ketika ia mati, mereka baru bisa
membunuhnya.” Maka pergilah Abu Sufyan, Abu Jahal, An-Nadhr bin Al-Harits, Umayyah
bin Khalaf, Ubay bin Khalaf, ‘Uqbah bin Abi Mu’ith, Amr bin Ash, dan Al-Aswad bin Al-
Bakhtari, untuk menemui Abu Thalib. Lalu mereka berkata, “Engkau adalah tetua dan
pemimpin kami, dan sungguh Muhammad telah mengganggu kami dan mengganggu
tuhan-tuhan kami. Kami ingin engkau memanggilnya dan melarangnya untuk menyebut-
nyebut tentang tuhan-tuhan kami, dan kami juga akan membiarkannya dengan tuhannya.
Maka Abu Thalib pun memanggil beliau, dan Nabi Saw. segera datang menemuinya.
Abu Thalib berkata kepadanya, “Orang-orang ini adalah kaummu dan keturunan dari
pamanmu.” Maka Rasulullah Saw. bertanya, “Apakah yang mereka inginkan?” Mereka
berkata, “Kami ingin agar engkau membiarkan kami dengan tuhan-tuhan kami, dan
kami juga akan membiarkanmu dengan tuhanmu.” Maka Abu Thalib berkata, “Kaummu
telah memberi pilihan yang adil kepadamu, terimalah itu dari mereka.” Maka Rasulullah
Saw. berkata, “Bagaimana jika aku memberi kalian ini, apakah kalian mau mengucapkan
satu kalimat kepadaku, yang jika kalian ucapkan, maka kalian akan menguasai seluruh
Arab dan orang-orang non-Arab juga akan tunduk kepada kalian.” Berkatalah=
=Abu Jahal, “Ya, -demi ayahmu- sungguh kami akan memberikannya kepadamu
dan bahkan sepuluh kali lipat darinya, apakah kalimat itu?” Beliau berkata, “Ucapkanlah,
La ilaha illallahu.” Maka mereka pun enggan dan merasa jijik. Lalu Abu Thalib berkata,
“Katakanlah yang lainnya wahai keponakanku, sesungguhnya kaummu merasa
terganggu dengan kalimat itu.” Maka beliau berkata, “Wahai Paman, aku tidak akan
mengatakan yang lainnya. Andaikan mereka membawakan matahari kepadaku, lalu
mereka meletakkannya di tanganku, aku tidak akan mengatakan hal lain selain itu.”
Maka mereka pun berkata, “Engkau harus berhenti mencela tuhan-tuhan kami, atau
kami juga akan mencacimu dan mencaci siapa pun yang telah memerintahkanmu.”
Maka Allah menurunkan ayat ini.

QS Al-An’am 6: 109-111

Firman Allah Swt., “Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala
kesungguhan, bahwa jika datang suatu mukjizat kepada mereka, pastilah mereka akan
beriman kepada-Nya,” sampai firman-Nya, “Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui
(kebenaran).” (QS Al-An’am, 6: 109-111)

197
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Musa bin Al-Fadhl telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub Al-Amawi telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Abdul Jabbar telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Yunus bin Bukair telah menceritakan kepada kami, dari Abu Ma’syar, dari
Muhammad bin Ka’ab, ia berkata, “Orang-orang Quraisy berbicara kepada Rasulullah
Saw., dan mereka berkata, “Hai Muhammad, engkau memberi tahu kepada kami bahwa
dulu Musa memiliki tongkat, dengan tongkat itu ia memukul sebuah batu besar, dan
terpancar darinya dua belas mata air. Dan Isa bisa menghidupkan orang yang telah mati,
sementara kaum Tsamud memiliki unta, datangkanlah kepada kami sebagian dari tanda-
tanda itu agar kami mempercayaimu.” Maka Rasulullah Saw. berkata, “Apa yang kalian
inginkan untuk aku bawakan kepada kalian?” mereka menjawab, “Buatlah Bukit Shafa
menjadi emas untuk kami.” Beliau berkata, “Jika aku melakukannya, apakah kalian akan
mempercayaiku?” mereka berkata, “Iya, demi Allah jika engkau melakukannya, maka
kami semua akan mengikutimu.” Maka Rasulullah Saw. pun berdiri dan berdoa. Lalu
datanglah Jibril As. dan berkata, “Jika engkau mau, Bukit Shafa itu akan menjadi emas.
Akan tetapi tidaklah aku mengirimkan sebuah tanda (mukjizat), lalu mereka =
=tidak mempercayainya, melainkan akan diturunkan azab kepada mereka. Dan
jika engkau mau, biarkanlah mereka hingga ada di antara mereka yang bertaobat.”
Maka Rasulullah Saw. berkata, “Aku akan membiarkan mereka sampai ada yang
bertaobat dari mereka.” Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan mereka
bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa jika datang
suatu mukjizat kepada mereka, pastilah mereka akan beriman kepada-Nya,” sampai
firman-Nya, “Mereka tidak juga akan beriman kecuali jika Allah menghendaki.”

QS Al-An’am 6: 121

Firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang
(ketika disembelih) tidak disebut nama Allah.” (QS Al-An’am, 6: 121)
Orang-orang musyrik berkata, “Hai Muhammad, beritahukanlah kepada kami,
jika seekor domba mati, siapakah yang telah membunuhnya?” Beliau menjawab,
“Allah yang telah membunuhnya.” Mereka pun berkata, “Lalu engkau mengira
bahwa apa yang engkau sembelih dengan para sahabatmu itu halal, dan apa yang
dibunuh oleh anjing dan elang juga halal, namun yang dibunuh oleh Allah itu
haram?” Maka Allah menurunkan ayat ini.
Ikrimah berkata, “Orang-orang Majusi berasal dari penduduk Persia, ketika
Allah menurunkan ayat yang mengharamkan bangkai, mereka mengirim surat

198
kepada kaum musyrikin Quraisy, yang merupakan teman baik mereka di masa
Jahiliah, dan di antara mereka juga telah ada perjanjian, mereka berkata (di dalam
surat mereka), “Sesungguhnya Muhammad dan para sahabatnya mengira bahwa
mereka mengikuti perintah Allah, lalu mereka mengira bahwa apa-apa yang mereka
sembelih itu halal, sedangkan yang disembelih Allah itu haram.” Maka hal itu sedikit
berpengaruh pada diri sebagian kaum muslimin. Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-An’am 6: 122

Firman Allah Swt., “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan,” (QS
Al-An’am, 6: 122)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini ditujukan kepada Hamzah bin Abdul Muththalib
dan Abu Jahal. Suatu ketika Abu Jahal melempar Rasulullah Saw. dengan kotoran
unta, dan saat itu Hamzah belumlah beriman. Lalu Hamzah di beritahu tentang apa
yang telah dilakukan oleh Abu Jahal, dan saat itu ia baru saja pulang dari berburu
dan ia masih memegang busur panahnya. Maka ia segera pergi dengan marah
dan memukul kepala Abu Jahal dengan busurnya. Abu Jahal merendah kepadanya
dan berkata, “Wahai Abu Ya’la, tidakkah engkau melihat apa yang dibawanya?
Ia menganggap kita bodoh, mencela tuhan-tuhan kita, dan menyelisihi bapak-
bapak kita?” Hamzah berkata, “Dan siapakah yang lebih bodoh dari kalian? Kalian
menyembah batu dan bukan menyembah Allah, aku bersaksi bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya
dan juga Rasul-Nya.” Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Muhammad bin Hayyan telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ya’qub dan Al-Walid bin Aban telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Hatim telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Taqi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Baqiyyah
bin Al-Walid telah menceritakan kepada kami, Ia berkata, “Muyassar bin ‘Aqil telah
menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Aslam, mengenai firman Allah Swt.,” Dan
apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang
membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak.” Ia berkata, “Umar
bin Khatab Ra., =
=”sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak
dapat keluar dari sana?” ia berkata, “Abu Jahal bin Hisyam.”

199
SURAH AL-A’RAF
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-A‘raf 7: 31

Firman Allah Swt., “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang bagus pada
setiap (memasuki) masjid.” (QS Al-A’raf, 7: 31)
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad Al-‘Adl telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Hamdaan telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin Sufyan telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-hasan Ibnu Hammad Al-Waraq telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya Al-Hammani telah mengabarkan kepada kami, dari Nashr bin
Al-Hasan, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Dahulu ada beberapa orang
dari arab baduy yang melaksanakan thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang,
bahkan ada wanita yang melaksanakan thawaf juga dalam keadaan telanjang, lalu
ia mengikatkan semacam rumbai-rumbai dari kulit sebagaimana yang diikatkan di
wajah keledai untuk melindunginya dari lalat, dan di dalam thawafnya wanita itu
berkata,
Pada hari ini terlihat sebagiannya atau seluruhnya
Dan yang terlihat darinya, maka aku tidak menghalalkannya
Maka Allah Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya, “Wahai anak cucu Adam,
pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid.” Maka mereka
pun diperintahkan untuk mengenakan pakaian.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Ahmad Al-‘Uthar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Hafizh telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub Al-Ma’qili telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Marzuq telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Dawud Ath-Thayalisi telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dari Salamah bin
Kuhail, ia berkata, “Muslim Al-Bathin menceritakan dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu
Abbas, ia berkata, “Pada masa jahiliyah, seorang wanita melakukan thawaf di
Baitullah dalam keadaan telanjang, dan menutupi kemaluannya dengan sepotong
kain, dan ia berkata, =
= Pada hari ini terlihat sebagiannya atau seluruhnya
Dan yang terlihat darinya, maka aku tidak menghalalkannya
Maka Allah Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya, “Wahai anak cucu Adam, pakailah

200
pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid.” Maka mereka pun
diperintahkan untuk mengenakan pakaian.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Hasan bin Muhammad Al-Farisi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Hamdun
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Al-Hasan Al-Hafizh telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Abu Uwais telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Saudaraku telah menceritakan kepadaku, dari Sulaiman bin Bilal, dari
Muhammad bin Abu ‘Atiiq, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah bin Abdurrahman,
ia berkata, “Orang-orang Arab (Jahiliah) apabila mereka melaksanakan haji, dan
mereka bertolak dari Mina, maka tidak diperbolehkan bagi seorang pun dari
mereka –di dalam agama mereka, sesuai dengan peraturan yang mereka buat-
untuk melakukan thawaf dengan mengenakan kedua pakaiannya, maka siapa
pun di antara mereka yang akan thawaf, ia akan membuka pakaiannya hingga ia
selesai thawaf dalam keadaan telanjang, maka berkenaan dengan mereka, Allah
menurunkan firman-Nya, “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang
bagus pada setiap (memasuki) masjid.” Sampai firman-Nya, “untuk orang-orang
yang mengetahui.” Jadi ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang
melakukan thawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang.”
Al-Kalbi berkata, “Orang-orang Jahiliah tidak makan kecuali sekadar yang
pokok, dan tidak pula memakan lemak selama waktu haji, dengan cara itu mereka
mengagungkan ibadah haji mereka. Maka kaum muslimin berkata, “Wahai
Rasulullah, kita lebih berhak untuk melakukan itu.” Maka Allah menurunkan firman-
Nya, “Dan makanlah kalian” yaitu daging dan lemak, “dan minumlah.”

QS Al-A‘raf 7: 175

Firman Allah Swt., “Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang
yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri
dari ayat-ayat itu.” (QS Al-A’raf, 7: 175).
Ibnu Mas’ud berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Bal’am bin Ba’ura,
seorang lelaki dari Bani Israil.” Dan Ibnu Abbas serta para mufassir lainnya berkata,
“Maksudnya adalah Bal’am bin Ba’ura’.”=
=Dan Al-Walibi berkata, “Ia adalah seorang lelaki dari kota orang-orang yang
sombong, namanya Bal’am, dan ia mengetahui nama Allah yang paling agung.
Ketika Musa As. sampai di tempat mereka, Bal’am didatangi oleh anak-anak

201
pamannya dan juga kaumnya, mereka berkata, “Musa adalah seorang lelaki yang
keras, dan ia memiliki tentara yang banyak, dan jika ia menang atas kita, ia akan
menghancurkan kita, berdoalah kepada Allah agar Dia menjauhkan Musa dan
orang-orang yang bersamanya dari kita.” Ia berkata, “Sesungguhnya jika aku berdoa
kepada Allah agar Dia menjauhkan Musa dan orang-orang yang bersamanya dari
kita, maka akan hilanglah dunia dan akhiratku.” Dan mereka terus mendesaknya
sehingga ia mendoakan keburukan atas mereka, dan hal itu melepaskannya keluar
dari keadaannya yang sebelumnya. Dan itulah maksud dari firman-Nya, “Kemudian
dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu.”
Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash dan Zaid bin Aslam berkata, “Ayat ini turun
berkenaan dengan Umayyah bin Abi Ash-Shalt Ats-Tsaqafi, dan ia telah banyak
membaca kitab-kitab suci, sehingga ia mengetahui bahwa Allah akan mengutus
seorang rasul pada saat itu, dan ia berharap dialah yang akan menjadi rasul itu.
Maka ketika Muhammad Saw. diutus, ia mendengkinya dan mengingkarinya.”=
=Dan Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai ayat ini, ia berkata,
“Ia adalah seorang lelaki yang diberikan tiga doa yang akan dikabulkan darinya. Ia
memiliki seorang istri yang bernama Al-Basus, ia memiliki anak-anak dari istrinya ini,
dan ia pun mencintainya. Lalu istrinya ini berkata, “Jadikanlah satu doa untukku.” Ia
berkata, “Baik, untukmu satu doa, apa yang engkau inginkan?” istrinya menjawab,
“Berdoalah kepada Allah agar menjadikanku wanita tercantik di Bani Israil.” Dan
ketika wanita itu mengetahui bahwa tidak ada wanita lain yang secantik dirinya
dari kalangan Bani Israil, ia pun tidak lagi menyukai suaminya, dan bahkan ia
menginginkan yang lain. Maka suaminya berdoa agar ia dijadikan anjing yang
terus menggonggong. Sehingga ia sudah menggunakan dua doa untuk istrinya
itu. Lalu datanglah anak-anak dari istrinya dan berkata, “Kami tidak ikut memberi
keputusan dalam hal ini, dan sekarang ibu kami telah menjadi anjing yang selalu
menggonggong sehingga orang-orang terus mengejek kami. Berdoalah kepada
Allah agar Dia mengubahnya kepada keadaannya semula.” Maka ia pun berdoa
kepada Allah, dan istrinya pun kembali kepada keadaan semula. Dan ketiga doa
itu pun seluruhnya terpakai untuk Al-Basus, sehingga ia dijadikan perumpamaan
dalam kesialan, dikatakan, “Lebih sial daripada Al-Basus.”

QS Al-A‘raf 7: 187

Firman Allah Swt., “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat,


“Kapan terjadi?” (QS Al-A’raf, 7: 187)

202
Ibnu Abbas berkata, “Jabal bin Abu Qusyair dan Syamwal bin Zaid –keduanya
merupakan orang Yahudi- berkata, “Hai Muhammad, beritahukanlah kepada kami,
kapankah kiamat? Jika engkau benar seorang nabi, maka seharusnya engkau tahu
kapan ia terjadi.” Maka Allah menurunkan ayat ini. “
Dan Qatadah berkata, “Orang-orang Quraisy berkata kepada Muhammad,
“Sesungguhnya di antara kami dan engkau terdapat hubungan kekerabatan,
bisikkanlah kepada kami, kapankah kiamat itu?” maka Allah Swt. menurunkan,
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang kiamat, “Kapan terjadi?”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id bin Abu Bakar Al-Waraq telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Hamdan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ya’la telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Telah menceritakan kepada kami ‘Uqbah=
= bin Makram.” Ia berkata, “Yunus telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdul Ghaffar bin Al-Qasim telah menceritakan kepada kami, dari Aban
bin Laqith, dari Qurazhah bin Hassan, ia berkata, “Aku telah mendengar Abu Musa
pada suatu hari Jum’at di mimbar Bashrah, ia berkata, “Rasulullah Saw. pernah
ditanya tentang hari kiamat, dan aku berada di sana, maka beliau menjawab, “Tidak
ada yang mengetahuinya selain Allah, tidak ada yang dapat menjelaskannya selain
Dia, akan tetapi aku akan menceritakan kepada kalian mengenai tanda-tandanya
dan apa-apa yang terjadi saat ia telah dekat. Menjelang kiamat akan banyak terjadi
fitnah dan haraj. Para sahabat bertanya, “Apakah haraj itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Dalam bahasa Habasyah, artinya adalah pembunuhan, hati
manusia terkurung, dan mereka saling merasa asing dengan yang lainnya, sehingga
hampir tidak ada seorang pun yang mengenali orang yang lain. Orang-orang alim
akan diangkat sehingga yang tersisa hanyalah orang-orang bodoh yang tidak
mengetahui mana yang baik, dan tidak pula mengingkari kemungkaran.”

QS Al-A‘raf 7: 188

Firman Allah Swt., “Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak memiliki kuasa


mendatangkan manfaat atau menolak mudarat.” (QS Al-A’raf, 7: 188)
Al-Kalbi berkata, “Para penduduk Mekah berkata, “Hai Muhammad, tidakkah
Tuhanmu mengabarkanmu tentang harga murah yang akan naik agar engkau
dapat membelinya dan kemudian memperoleh keuntungan, atau tentang tanah
yang akan mengalami kekeringan agar engkau dapat meninggalkannya menuju
tanah yang subur?” Maka Allah menurunkan ayat ini.”

203
QS Al-A‘raf 7: 189-191

Firman Allah Swt., “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam),”
sampai firman-Nya, “Padahal (berhala) itu sendiri diciptakan.” (QS Al-A’raf, 7: 189-
191)
Mujahid berkata, “Dahulu tidak ada anak dari Adam dan istrinya yang bertahan
hidup, maka setan berkata kepada mereka, “Jika kalian diberi anak laki-laki,
namailah ia dengan Al-Harits.” Dan sebelumnya nama setan adalah Al-Harits. Dan
mereka pun melakukannya. Itulah maksud dari firman Allah Swt., “Maka, setelah
Dia memberi keduanya seorang anak yang saleh, mereka menjadikan sekutu bagi
Allah terhadap anak yang dianugerahkan-Nya itu.”

QS Al-A‘raf 7: 204

Firman Allah Swt., “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan
diamlah.” (QS Al-A’raf, 7: 204)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Manshuri telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin ‘Amir telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Zaid bin Aslam telah menceritakan kepadaku, dari Ayahnya, dari Abu
Hurairah, mengenai ayat ini, “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an,” ia berkata, “Ayat
ini turun berkenaan dengan kebiasaan mereka mengangkat suara mereka saat
mereka bermakmum di belakang Rasulullah Saw. di dalam salat.”=
=Dan Qatadah berkata, “Pada awal diwajibkannya salat, para sahabat masih
berbicara di dalam salat mereka. Jika ada seseorang yang datang terlambat, ia
akan bertanya kepada temannya (yang tengah salat), “Sudah berapa rakaat kalian
salat?” Dan ia akan menjawab, “Segini dan segitu.” Maka Allah menurunkan ayat
ini.”
Dan az-Zuhri berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang pemuda
Anshar, setiap kali Rasulullah Saw. membaca, ia pun akan ikut membaca, maka
turunlah ayat ini.” =
=Dan Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. membaca Al-
Qur’an di dalam salat-salat wajib, dan para sahabatnya juga ikut membaca dengan
meninggikan suara mereka sehingga mengganggu bacaan beliau, maka turunlah
ayat ini.”
Sa’id bin Jubair, Mujahid, Atha’, Amr bin Dinar, dan sekelompok lainnya
berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan perintah untuk diam mendengarkan

204
imam saat ia berkhutbah di hari Jumat.”

SURAH AL-ANFAL
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Anfal 8: 1

Firman Allah Swt., “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang


(pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu
milik Allah dan rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya.” (QS Al-Anfal, 8:1)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id An-Nadhrawi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Al-Qathii’i telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ayahku telah menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Abu Mu’awiyah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ishaq Asy-Syaibani telah menceritakan
kepada kami, dari Muhammad bin Abdullah Ats-Tsaqafi, dari Sa’ad bin Abi Waqqash,
ia berkata, “Pada perang Badar, saudaraku Umair terbunuh, dan Sa’id bin Al-‘Ash juga
terbunuh, maka aku pun mengambil pedangnya yang bernama Dzul Katifah. Lalu
aku membawa pedang itu ke hadapan Nabi Saw., dan beliau berkata, “Pergilah dan
letakkanlah pedang itu di tempat harta rampasan perang yang lain.” Ia berkata, “Aku
pun kembali dan hanya Allah yang mengetahui perasaan yang ada di dalam hatiku
karena terbunuhnya saudaraku dan harta rampasanku yang diambil dariku. Namun
belum jauh aku melangkah, surah Al-Anfal turun, dan Rasulullah Saw. berkata
kepadaku, “Pergilah, dan ambillah pedangmu.”
Dan Ikrimah berkata, dari Ibnu Abbas, “Pada perang Badar, Rasulullah Saw.
berkata, “Barang siapa yang melakukan ini dan itu, maka ia akan mendapatkan ini
dan itu.” Maka majulah para pemuda, sementara yang tua-tuan berdiam di bawah
panji-panji perang. Ketika pembagian harta rampasan perang, para pemuda datang
meminta tambahan bagian mereka, maka orang-orang yang tua berkata, “Janganlah
kalian merasa lebih berhak dari kami, sesungguhnya kami bertahan di bawah panji-
panji perang, dan jika kalian kalah, kamilah yang akan membantu kalian.” Maka
Allah Swt. menurunkan, “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang
(pembagian) harta rampasan perang.” Maka beliau pun membagi harta itu di antara
mereka dengan bagian yang sama rata.=
= Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah Ibnu Muhammad bin Ja’far telah mengabarkan

205
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Yahya telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Zaidah
telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abu Az-Zinaad, dari Abdurrahman
bin Al-Harits, dari Sulaiman bin Musa Al-Asydaq, dari Makhul, dari Abu Salaam
Al-Baahili, dari Ubadah bin Shamit, ia berkata, “Ketika musuh mengalami
kekalahan di perang Badar, sekelompok pasukan dari kaum muslimin mengejar
dan membunuh mereka, sekelompok lainnya menjaga dan mengawasi Rasulullah
Saw., sementara satu kelompok lainnya berhasil menguasai perkemahan musuh
dan harta rampasan perang. Ketika Allah Swt. telah mengusir musuh, dan orang-
orang yang mengejar mereka kembali, mereka berkata, “Kami berhak mendapat
tambahan karena kesuksesan kami dalam mengejar musuh, kamilah yang mengusir
mereka dan mengalahkan mereka.” Orang-orang yang menjaga dan mengawasi
Rasulullah Saw. berkata, “Demi Allah, kalian tidak lebih berhak dari kami, kamilah
yang mengawasi Rasulullah Saw. agar musuh tidak bisa menyerang beliau di saat
kita lengah, maka harta itu adalah milik kami.” Lalu orang-orang yang berhasil
menguasai perkemahan musuh dan harta rampasan perang berkata, “Demi
Allah, kalian tidak lebih berhak daripada kami. Kamilah yang mengambilnya dan
menguasainya, maka harta itu adalah milik kami.” Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian)
harta rampasan perang.” Maka beliau pun membagi harta itu di antara mereka
dengan bagian yang sama rata.

QS Al-Anfal 8: 17

Firman Allah Swt., “Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar,
tetapi Allah yang melempar.” (QS Al-Anfal, 8:17)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman Ahmad Al-‘Uthar telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Al-Baya’ telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Muhammad bin Al-Fadhl Asy-
Sya’rani telah mengabarkan kepadaku.” Ia berkata, “Kakekku telah menceritakan
kepadaku.” Ia berkata, “Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizaami telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Falaj telah menceritakan kepada kami,
dari Musa bin ‘Uqbah, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Al-Musayyab, dari ayahnya,
ia berkata, “Pada perang Uhud, Ubay bin Khalaf mendekat ke arah Nabi Saw.
untuk membunuh beliau. Maka ia pun dihadang oleh beberapa orang dari kaum
mukminin. Namun Rsulullah Saw. memerintahkan mereka untuk membiarkannya.

206
Kemudian ia dihadang oleh Mush’ab bin Umair yang berasal dari Bani Abdud Dar.
Lalu Rasulullah Saw. melihat celah di tulang selangkanya yang terbuka di antara topi
bajanya dengan baju besinya, maka beliau pun menikamnya dengan tombaknya
sehingga Ubay terjatuh dari kudanya. Tidak ada darah yang keluar dari tikaman
tersebut, namun mematahkan salah satu dari tulang rusuknya. Lalu ia didatangi
oleh teman-temannya sementara ia melenguh bagaikan lenguhan sapi, mereka
bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu begitu lemah? Itu hanyalah sebuah
goresan.” Maka ia berkata, “Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikan
yang aku rasakan ini menimpa seluruh penduduk Dzul Majaz, niscaya mereka akan
mati seluruhnya.” Ubay pun mati menuju neraka, dan amat jauhlah (dari rahmat
Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu, sebelum ia sampai di Mekah.
Berkenaan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan firman-Nya, “Dan bukan
engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar.”
Dan Shafwan bin Amr meriwayatkan dari Abdul Aziz bin Jubair, “Bahwa pada
perang Khaibar Rasulullah Saw. meminta busur panah, dan diberikan kepada beliau
sebuah busur yang panjang. Maka beliau berkata, “Berikanlah kepadaku busur
yang lain.” Mereka pun memberi beliau busur yang lebih pendek. Maka Rasulullah
Saw. pun memanah ke arah benteng, dan anak panah beliau terus melaju hingga
membunuh Kinanah=
=bin Abi al-Haqiq yang saat itu berada di atas kasurnya. Maka Allah
menurunkan ayat, “Dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar,
tetapi Allah yang melempar.”
Dan sebagian besar dari ahli tafsir berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan peristiwa ketika Rasulullah Saw.. melemparkan segenggam kerikil pada perang
Badar, saat beliau berkata kepada orang-orang musyrik, “Binasalah wajah-wajah ini.”
Lalu beliau melempar mereka dengan segenggam kerikil itu, dan tidak ada seorang
musyrik pun yang tersisa, melainkan matanya dimasuki oleh debu dari lemparan
tersebut.
Hakim bin Hizam berkata, “Pada perang Badar, kami mendengar suara sesuatu
yang jatuh dari langit ke bumi, seperti suara kerikil yang jatuh ke dalam sebuah
tong, dan Rasulullah Saw.. melemparkan kerikil itu, maka kami pun kalah. Dan
itulah maksud dari firman Allah Swt., ’Dan bukan engkau yang melempar ketika
engkau melempar, tetap Allah yang melempar’.”

QS Al-Anfal 8: 19

207
Firman Allah Swt., “Jika kamu meminta keputusan, maka sesungguhnya keputusan
telah datang kepadamu.” (QS Al-Anfal, 8: 19)
Imam Al Wahidi berkata, “Al-Hasan bin Muhammad al-Faarisi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin al-Fadhl at-Tajir telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad al-Haafizh telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ya’qub bin Ibrahim bin Sa’ad telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepada kami, dari Shalih, dari Ibnu
Syihab, ia berkata, “Abdullah bin Tsa’labah bin Shaghir telah menceritakan kepadaku,
ia berkata, ’Orang yang meminta keputusan itu adalah Abu Jahal, pada saat
kedua pasukan bertemu, ia berkata, ’Ya Allah, siapakah di antara kami yang lebih
memutuskan tali keluarga dan datang membawa sesuatu yang tidak kami kenal,
maka berilah keputusan untuknya esok hari.’ Dan itulah permintaan Abu Jahal. Maka
Allah menurunkan firman-Nya, ’Jika kamu meminta keputusan, maka sesungguhnya
keputusan telah datang kepadamu.’ Sampai firman-Nya, ’Dan sungguh, Allah beserta
orang-orang yang beriman’.”
Diriwayatkan oleh al-Hakim Abu Abdullah di dalam Shahihnya dari al-Qathi’i,
dari Ibnu Ibnu Hanbal, dari ayahnya, dari Ya’qub.
As-Suddi dan al-Kalbi berkata, “Pada saat kaum musyrikin berangkat dari Mekah
untuk menghadapi Nabi Saw., mereka memegang kain penutup Ka’bah dan berkata,
’Ya Allah, berilah kemenangan kepada pasukan yang lebih tinggi kedudukannya,
kelompok yang lebih mendapat hidayah, dan golongan yang lebih mulia, serta
agama yang lebih utama.’ Maka Allah Swt menurunkan ayat ini.”
Dan Ikrimah berkata, “Orang-orang musyrik berkata, ’Ya Allah, kami tidak
mengetahui apa yang dibawa oleh Muhammad, maka berilah keputusan yang
benar di antara kami dengannya.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Jika kamu
meminta keputusan’.”
=para ahli tafsir berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan An-Nadr bin Al-
Haris, dan dialah yang mengatakan, ‘Jika apa yang dikatakan oleh Muhammad itu
benar, maka hujanilah kami dengan batu dari langit.’.”
Imam Al-Wahida berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Hakam telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ya’qub Asy-
Syaibani telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin An-Nadr bin
Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ubaidullah bin Mu’az

208
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ayahku telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Syu’bah telah menceritakan kepada kami, dari Abdul Hamid
sahabat Az-Ziyadiy, ia mendengar Anas bin Malik berkata, ‘Abu Jahal berkata, ’Ya
Allah, jika ini memang sebuah kebenaran yang datang darimu, maka hujanilah
kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.’
Maka, turunlah firman-Nya, ’Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka selama
engkau (Muhammad) berada di antara mereka.’.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Ahmad bin An-Nadr. Diriwayatkan juga
oleh Muslim, dari Abdullah bin Mu’az.

QS Al-Anfal 8: 35

Firman Allah Swt., ‘Dan salat mereka di sekitar Baitullah itu tidak lain hanyalah
siulan dan tepukan tangan.” (QS Al-Anfal, 8: 35)
Imam Al-Wâhidî berkata, “Abu Ismail bin Abu Amr an-Naisaburiy telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Hamzah bin Syabib Al-Ma’mari telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Ibrahim Ibnu Baluwaih telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abul Munbi’ Mu’adz bin Al-Munbi’ telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Amr telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, ‘Ayahku telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Qurrah telah
menceritakan kepada kami, dari Atiyah, dari Ibnu Umar, ia berkata, ‘Dahulu mereka
melakukan tawaf di Ka’bah dengan bertepuk tangan (ia mencontohkannya dengan
tangannya), dan mereka bersiul (ia juga mencontohkan siulan mereka), kemudian
mereka meletakkan kening mereka di atas tanah. Maka turunlah ayat ini.’.”

QS Al-Anfal 8: 36

Firman Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menginfakkan harta
mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah,” (QS Al-Anfal, 8: 36).
Muqatil dan Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang
yang menanggung konsumsi (kaum musyrikin) di Badar. Jumlah mereka ada dua
belas orang, Abu Jahal bin Hisyam, Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin=

QS Al-Anfal 8: 27

=Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu


mengkhianati Allah dan rasul.” (QS Al-Anfal, 8: 27)
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Lubabah bin Abdul Munzir Al-Ansari.
Ketika Rasulullah Saw. mengepung orang-orang Yahudi Bani Quraizah selama

209
dua puluh satu hari, mereka meminta perjanijan damai kepada Rasulullah Saw.
sebagaimana yang dibuat dengan saudara-sadara mereka dari Bani Nadir, yakni
bahwa mereka akan pergi dan berjalan siang malam untuk menyusul teman-teman
mereka di Syam. Namun Rasulullah Saw. menolak untuk memberi mereka opsi
tersebut dan tetap menetapkan bahwa mereka harus menerima keputusan hukum
dari Sa’ad bin Mu’az. Namun, mereka menolak dan berkata, “Utuslah kepada kami
Abu Lubabah.” Abu Lubabah merupakan orang yang dekat dengan mereka, karena
keluarganya, hartanya, dan juga anaknya, ada bersama mereka. Maka, Rasulullah
Saw. mengutusnya untuk menemui mereka. Ketika ia menemui mereka, mereka
berkata, “Wahai Abu Lubabah, bagaimana menurutmu? Apakah kami harus
menerima ketetapan dari Sa’ad bin Mu’az?” Maka Abu Lubabah membuat isyarat
dengan tangannya ke arah lehernya yang artinya bahwa keputusannya adalah
hukum pancung, maka jangan lakukan itu. Abu Lubabah berkata, “Belum lagi
kedua kakiku ini bergerak, aku telah menyadari bahwa aku telah mengkhianati
Allah dan Rasul-Nya.” Lalu, turunlah ayat ini berkenaan dengan dirinya. Ketika ayat
ini turun, ia mengikat tubuhnya ke salah satu tiang masjid dan berkata, “Demi
Allah, aku tidak akan mencicipi makanan ataupun minuman hingga aku mati
atau Allah menerima taubatku.” Ia pun bertahan selama tujuh hari tanpa makan
hingga pingsan. Lalu, Allah menerima taubatnya. Ketika dikatakan kepadanya, “Hai
Abu Lubabah, taubatmu telah diterima.” Ia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan
membuka ikatanku hingga Rasulullah Saw. sendiri yang membebaskanku.” Maka,
beliau pun mendatanginya dan melepaskannya dengan tangan beliau sendiri.
Setelah itu Abu Lubabah berkata, “Sungguh, sebagai penyempurna taubatku,
aku akan meninggalkan kampung kaumku, tempat di mana aku melakukan dosa,
dan aku juga akan berlepas diri dari hartaku.” Maka Rasulullah Saw. bersabda,
“Cukuplah sepertiganya yang engkau sedekahkan.”

QS Al-Anfal 8: 32

Firman Allah Swt., “Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik berkata),
“Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau.” (QS Al-Anfal, 8: 32)=
=dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Saat itu ada tiga puluh
sembilan orang yang telah masuk Islam bersama Rasulullah Saw. Lalu, Umar masuk
Islam sehingga jumlah mereka menjadi empat puluh orang. Maka, turunlah Jibril
As. membawa firman-Nya Swt., ’Wahai Nabi (Muhammad), cukuplah Allah (menjadi
pelindung) bagimu dan bagi orang-orang yang mengikutimu.’.”

210
QS Al-Anfal 8: 67

Firman Allah Swt., “Tidaklah pantas bagi seorang Nabi mempunyai tawanan
sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi.” (QS Al-Anfal, 8: 67)
Mujahid berkata, “Umar bin Khatthab sering memiliki pendapat, dan
pendapatnya itu sesuai dengan wahyu yang datang dari langit. Rasulullah Saw.
telah meminta pendapat dari para sahabatnya mengenai tawanan perang Badar,
mereka berkata, ’Orang-orang itu adalah anak-anak dari pamanmu, ambillah
tebusan dari mereka.’ Namun Umar berkata, ’Tidak, wahai Rasulullah, bunuhlah
mereka.’ Mujahid berkata, ‘Maka turunlah ayat ini, ’Tidaklah pantas bagi seorang
Nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi.’.”
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah Saw. meminta pendapat Abu Bakar mengenai
para tawanan, dan ia menjawab, ’Mereka adalah kaum dan juga kerabatmu,
biarkanlah mereka.’ Beliau juga meminta pendapat dari Umar, dan ia berkata,
’Bunuhlah mereka.’ Lalu Rasulullah Saw. mengambil tebusan dari mereka. Maka,
Allah menurunkan firman-Nya, ’Tidaklah pantas bagi seorang Nabi mempunyai
tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi.’ Sampai firman-
Nya, ’Maka, makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu peroleh
itu, sebagai makanan yang halal lagi baik.’ Ia berkata, “Maka Nabi Saw. menemui
Umar dan berkata, ’Hampir saja kita ditimpa bencana karena tidak mengikuti
pendapatmu.’.”
Imam Al-Wâhidî berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Al-Husen Al-Hiyyari telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Hajib bin Ahmad telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Hammad telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami, dari Al-
A’masy, dari Amr bin Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah, ia berkata, ‘Pada
perang Badar, saat para tawanan dibawa, Rasulullah Saw. bersabda kepada para
shahabatnya, ’Bagaimana pendapat kalian mengenai para tawanan itu?’ Maka,
Abu Bakar berkata, ’Wahai Rasulullah, (mereka adalah) kaummu dan juga asalmu,
biarkanlah mereka hidup dan berilah mereka waktu,=
=Rabi’ah, Nabih bin Hajjaj, Munabbih bin Hajjaj, Abu al-Bakhtari bin Hisyam,
an-Nadhr bin al-Harits, Hakim bin Hizam, Ubay bin Khalaf, Zam’ah bin al-Aswad, al-
Harits bin Amir bin Naufal, dan al-Abbas bin Abdul Muththalib, semuanya berasal
dari Quraisy. Dan setiap harinya, masing-masing dari mereka memberi makan
pasukan dengan menyembelih sepuluh ekor unta.
Sa’id bin jubair dan Ibnu Abza berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu

211
Sufyan bin Harb. Pada perang Uhud, ia menyewa dua ribu orang Habasyah untuk
ikut memerangi Nabi Saw. di luar orang-orang Arab yang menyambut ajakannya.
Dan mengenai mereka, Ka’ab bin Malik berkata,
Maka kami menghadapi ombak dari lautan, yang di tengah-tengahnya
Adalah orang-orang Habasyah, ada yang tidak memakai penutup kepala, dan
ada pula yang memakainya
Tiga ribu orang, sementara dari kami yang tersisa hanyalah
Tiga ratus orang, dan kalaupun lebih banyak dari itu, maka empat (ratus)
Al-Hakam bin Utbah berkata, “Pada perang Uhud, Abu Sufyan mengeluarkan
hartanya untuk orang-orang musyrik sebanyak empat puluh ribu uqiyyah. Maka
berkenaan dengan dirinya, turunlah ayat ini.”
Dan Muhammad bin Ishaq berkata, dari para perawinya, “Ketika orang-orang
Quraisy mengalami kekalahan pada perang Badar dan para prajurit yang kalah
itu kembali ke Mekah, sementara Abu Sufyan juga tiba di Mekah dengan kafilah
dagangnya, maka Abdullah bin Abi Rabi’ah, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Safwan bin
Umayyah berkeliling menemui orang-orang Quraisy yang bapak-bapak mereka atau
anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka terbunuh di Badar. Lalu mereka
berbicara kepada Abu Sufyan dan juga dengan orang-orang yang memiliki barang
dagangan di dalam kafilah tersebut. Mereka berkata, ‘Wahai sekalian orang-orang
Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah menindas kalian dan membunuh orang-
orang terbaik dari kalian. Maka, bantulah kami dengan harta yang telah lolos dari
perangnya ini, semoga kita dapat membalaskan dendam kepadanya untuk orang-
orang yang gugur dari pihak kita. Mereka pun melakukannya. Maka, berkenaan
dengan mereka, turunlah ayat ini.”

QS Al-Anfal 8: 64

Firman Allah Swt., “Wahai Nabi (Muhammad), cukuplah Allah (menjadi pelindung)
bagimu dan bagi orang-orang yang mengikutimu.” (QS Al-Anfal, 8: 64)=
=semoga Allah Swt menerima taubat mereka. Lalu Umar berkata, ’Mereka telah
mendustakanmu dan mengusirmu, datangkanlah mereka dan tebaslah leher-leher
mereka.’ Abdullah bin Rawahah berkata, ’Wahai Rasulullah, carilah lembah yang memiliki
banyak kayu bakar, lalu masukkan mereka ke sana, kemudian bakarlah mereka.’ Maka
Abbas berkata, ’Engkau telah memutuskan tali kekerabatanmu.’ Rasulullah Saw. diam
dan tidak memberi jawaban. Kemudian beliau masuk ke rumahnya. Orang-orang pun
berkata, ’Beliau akan mengambil pendapat Abu Bakar.’ Yang lain berkata, ’Beliau akan
mengambil pendapat Umar.’ Sementara yang lain berkata, ’Beliau akan mengambil

212
pendapat Abdullah.’ Setelah itu beliau keluar dan berkata, ’Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa untuk melembutkan hati orang-orang sehingga hari mereka menjadi lebih lembut
daripada susu, dan sungguh Allah juga Maha Kuasa untuk mengeraskan hati orang-
orang sehingga menjadi lebih keras daripada batu. Sesungguhnya perumpamaanmu
wahai Abu Bakar, adalah seperti Ibrahim yang berkata, ’Barang siapa mengikutiku, maka
orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha
Pengampun, Maha Penyayang.’ Dan sesungguhnya perumpamaanmu wahai Abu Bakar,
adalah seperti Isa, yang berkata, ’Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana.’ Sesungguhnya perumpamaanmu
wahai Umar, adalah seperti Musa yang berkata, “Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka
dan kuncilah hati mereka.’ Dan sesungguhnya perumpamaanmu wahai Umar, adalah
seperti Nuh yang berkata, ’Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun diantara
orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.’ Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Pada
hari ini kalian masih miskin, pada hari ini kalian masih miskin, maka jangan ada seorang
pun dari mereka yang pergi kecuali dengan tebusan atau ditebas lehernya.’
Ia berkata, ‘Maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Tidaklah pantas bagi seorang
Nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di bumi.’
Sampai akhir dari tiga ayat tersebut.’.”
Imam Al-Wâhidî berkata, “Abdurrahman bin Hamdan Al-‘Adl telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin Ja’far bin Malik telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, ‘Ayahku telah menceritakan kepadaku, ia berkata, ‘Abu Nuh Qurad telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ikrimah bin ‘Ammar telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Simak Al-Hanafi Abu Zumail telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami=
=dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Umar bin Khattab telah menceritakan kepadaku, ia
berkata, ’Pada perang Badar, setelah kedua pasukan bertemu dan Allah menimpakan
kekalahan atas orang-orang musyrik dan terbunuh dari pasukan mereka sebanyak
tujuh puluh orang, sementara tujuh puluh orang lainnya tertangkap sebagai tawanan,
kemudian Rasulullah Saw. meminta pendapat Abu Bakar, Umar, dan Ali. Abu Bakar
berkata, ’Wahai Rasulullah, mereka adalah anak-anak paman, kerabat, dan saudara.
Aku berpendapat sebaiknya engkau mengambil tebusan dari mereka sehingga apa
yang kita ambil menjadi simbol kekuatan kita atas orang-orang kafir. Semoga Allah
memberi mereka hidayah sehingga mereka bisa menjadi penolong bagi kita.’ Lalu
Rasulullah Saw. bersabda, ’Bagaimana menurutmu wahai Ibnu Al-Khattab?’ Ia berkata,

213
‘aku berkata, Demi Allah, aku tidak sependapat dengan Abu Bakar. Akan tetapi, berilah
aku kuasa atas si Polan (seorang kerabat Umar), aku akan memenggal lehernya, dan
berikan kuasa kepada Ali terhadap Uqail agar ia bisa memenggal lehernya, dan beri
pula kuasa kepada Hamzah atas si Polan saudaranya sehingga ia bisa memenggal
lehernya, agar Allah mengetahui bahwa di dalam hati kita tidak ada rasa sayang
terhadap orang-orang musyrik. Mereka itu adalah tokoh-tokoh mereka, dedengkot-
dedengkot, dan pemimpin-pemimpin orang-orang kafir.’ Namun Rasulullah Saw. lebih
condong kepada pendapat Abu Bakar, dan tidak setuju dengan pendapatku, sehingga
beliau mengambil tebusan dari mereka. Keesokan harinya, Umar berkata, ’Aku pergi
untuk menemui Nabi Saw. dan aku melihat beliau tengah duduk bersama Abu Bakar
ash-Shiddiq, dan ternyata mereka berdua tengah menangis. Maka aku berkata, ’Wahai
Rasulullah, apa yang membuatmu dan shahabatmu menangis? Jika aku menemukan
sebab yang harus ditangisi, maka aku juga akan menangis.=
=dan jika aku tidak menemukan sebab yang harus ditangisi, maka aku
akan tetap berpura-pura menangis.’ Nabi Saw. bersabda, ’Aku menangis karena
pendapat yang diajukan oleh shahabat-shahabatmu mengenai uang tebusan,
sungguh telah diperlihatkan kepadaku bahwa azab kalian lebih dekat dari pohon
ini.’ Dan sungguh, pohon tersebut amatlah dekat. Dan Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, ’Tidaklah pantas bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum dia
dapat melumpuhkan musuhnya di bumi.’ Sampai firman-Nya, ’Sekiranya tidak ada
ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena
(tebusan) yang kamu ambil’.”
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam ash-Shahih dari Hannad bin as-Sariy, dari
Ibnu Mubarak, dari Ikrimah bin Imarah.

QS Al-Anfal 8: 70

Firman Allah Swt., “Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada para tawanan
perang yang ada di tanganmu.” (QS Al-Anfaal, 8: 70)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abbas bin Abdul
Muththalib, Uqail bin Abu Thalib, dan Naufal bin al-Harits. Saat tertawan pada
perang Badar, Abbas memiliki dua puluh uqiyyah emas. Ia sengaja membawa
emas-emas itu untuk digunakan untuk memberi makan orang-orang (pasukan
musyrikin), dan ia termasuk sepuluh orang yang menjamin kebutuhan makanan
pasukan di Badar. Akan tetapi sebelum gilirannya tiba, ia telah tertawan. Maka
emas-emas itu pun ikut diambil bersamanya, kemudian diambil oleh Rasulullah
Saw. darinya. Ia berkata, ’Maka aku berbicara kepada Rasulullah Saw. agar dua

214
puluh uqiyyah emas yang beliau ambil dariku itu dijadikan sebagai uang tebusanku,
namun beliau menolaknya dan bersabda, ’Adapun harta yang engkau bawa untuk
melawan kami, maka itu tidak bisa (dijadikan uang tebusan).’=
=dan beliau juga membebaniku untuk membayar uang tebusan bagi
keponakanku Uqail bin Abu Talib sebanyak dua puluh uqiyyah perak. Maka, aku
katakan kepadanya, ’Itu berarti engkau menginginkan aku meminta-minta kepada
orang-orang Quraisy dan manusia lainnya dengan tanganku ini selama sisa
hidupku.’ Beliau bersabda, ‘Lalu dimanakah emas yang engkau serahkan kepada
Ummu Fadl sebelum kepergianmu ke Badar, dan engkau katakan kepadanya, “Jika
sesuatu terjadi padaku dalam apa yang aku hadapi ini, maka harta ini untukmu, dan
juga untuk Abdullah, Fadl, dan Qusam.” Abbas berkata, aku bertanya, ’Bagaimana
engkau mengetahui itu?’ Beliau menjawab, ’Allah yang memberitahuku tentang
itu.’ Abbas berkata, ’Aku bersaksi bahwa engkau benar dan sungguh aku telah
memberikan emas kepadanya, dan tidak ada seorang pun yang tahu selain Allah.
Maka aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang hak selain Allah dan bahwa engkau
adalah Rasul Allah.’ Abbas berkata, ’Maka, Allah memberiku yang lebih baik dari
apa yang telah diambil dariku.’ Sebagaimana yang dikatakannya, ’Dua puluh hamba
sahaya, masing-masing dari mereka membawa harta yang banyak dan itu sebagai
ganti dari dua puluh uqiyyah, dan aku mengharapkan ampunan dari Tuhanku.’.”

SURAT AT-TAUBAH (BARA’AH)


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS At-Taubah 9: 12

Firman Allah Swt., “Dan jika mereka melanggar sumpah setelah ada perjanjian,
dan mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-peminpin kafir itu.” (QS At-
Taubah, 9: 12)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Sufyan bin
Harb, Al-Haris bin Hisyam, Suhail bin Amr, Ikrimah bin Abu Jahal, dan seluruh
pemimpin Quraisy yang telah melanggar perjanjian. Mereka pulalah yang ingin
mengusir Rasulullah Saw.

QS At-Taubah 9: 17

Firman Allah Swt., “Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid


Allah.” (QS At-Taubah, 9: 17)=

215
=Para mufassir berkata, “Ketika Abbas tertawan pada perang Badar, kaum
muslimin mendatanginya dan mereka mencelanya atas kekafirannya kepada Allah
dan karena sikapnya yang memutuskan hubungan kekeluargaan. Dan bahkan Ali
mengeluarkan kata yang keras kepadanya. Maka Abbas berkata, ’Mengapa kalian
hanya menyebutkan keburukan-keburukan kami tanpa mengingat kebaikan-
kebaikan kami?’ Maka Ali bertanya, ’Apakah kalian memiliki kebaikan?’ Ia menjawab,
’ Ya, sungguh kami adalah orang-orang yang memakmurkan Masjidil Haram,
memelihara Ka’bah, memberi minum kepada jamaah haji, dan meringankan beban
dari orang yang kesusahan.’ Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya sebagai
sanggahan terhadap Abbas, ’Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan
masjid Allah’.”

QS At-Taubah 9: 19

Firman Allah Swt., “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-
orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan
orang yang beriman kepada Allah,” (QS At-Taubah, 9: 19)
Imam Al Wâhidî berkata, “Abu Ishaq Ats-Tsa’aalabiy telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid Al-Wazzan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Abdullah al-Munaadi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abut Tawbah ar-Rabi’ bin Nafi’ Al-
Halbiy telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Mu’awiyah bin Salam telah
menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Salam, dari Abu Salam, ia berkata,
‘Ma’mar bin Basyir telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Suatu ketika aku
berada di mimbar Rasulullah Saw., seseorang berkata, ’Aku tidak peduli untuk tidak
melakukan amal apa pun setelah Islam selain memberi minum kepada jamaah haji.’
Yang lain berkata, ’Aku tidak peduli untuk tidak melakukan amal apa pun setelah
Islam selain memakmurkan Masjidil Haram.’ Yang lain berkata, ’Jihad di jalan
Allah lebih utama daripada apa yang kalian katakan itu.’ Maka, Umar bin Khattab
menghardik mereka dan berkata, ’Jangan mengangkat suara kalian di mimbar
Rasulullah Saw. (saat itu hari Jumat), akan tetapi jika aku melakukan salat Jum’at
dan masuk masjid menemui Rasulullah Saw., maka aku akan bertanya kepada
beliau tentang apa yang kalian perselisihkan.’ Umar pun melakukannya. Maka,
Allah Swt. menurunkan ayat ini, ’Apakah (orang-orang) yang memberi minuman
kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu
samakan dengan orang yang beriman kepada Allah,’ sampai firman-Nya, ’Dan

216
Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang zalim.’.”
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Al-Husain bin Ali Al-Hulwani, dari Abu Tawbah.
Ibnu Abbas berkata dalam riwayat dari Al-Walibi, “Ketika tertawan pada perang
Badar, Abbas bin Abdul Muttalib berkata, ’Meskipun kalian telah mendahului kami
masuk Islam,=
=berhijrah, dan berjihad. Akan tetapi, kami adalah orang-orang yang
memakmurkan Masjidil Haram, memberi minum kepada jamaah haji, dan
meringankan beban dari orang yang kesusahan.’ Maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, ’Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang
yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan
orang yang beriman kepada Allah.’.”
Al-Hasan, Asy-Sya’bi, dan Al-Qurazi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
Ali, Abbas, dan Talhah bin Syaibah. Mereka saling membanggakan diri. Talhah
berkata, ’Akulah penanggung jawab rumah Allah, aku memiliki kuncinya, aku pula
yang bertanggung jawab atas kain penutupnya.’ Maka, Abbas bin Abdul Muttalib
Ra. berkata, ’Akulah yang memberi minum para jamaah haji dan bertanggung
jawab atasnya.’ Ali Ra. berkata, ’Aku tidak tahu apa yang kalian katakan, akan
tetapi aku telah salat enam bulan sebelum orang-orang melakukannya, dan aku
biasa berjihad.’ Maka Allah menurunkan ayat ini.’.”
Ibnu Sirin dan Murrah Al-Hamdani berkata, “Ali berkata kepada Abbas,
’Tidakkah engkau berhijrah? Tidakkah engkau menyusul Nabi Saw.?’ Maka Abbas
berkata, ’Bukankah keadaanku ini lebih baik daripada berhijrah? Bukankah aku
yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji di Baitullah?
Aku juga memakmurkan Masjidil Haram.’.” Maka, turunlah ayat ini.Firman Allah
Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu
dan saudara-saudaramu sebagai pelindung.” (QS At-Taubah, 9: 23)
Al-Kalbi berkata, “Ketika Rasulullah Saw. memerintahkan untuk berhijrah, maka
seseorang akan berkata kepada ayahnya, saudaranya, dan istrinya, ’Sesungguhnya
kami telah diperintahkan untuk berhijrah.’ Di antara mereka ada yang bergegas
melaksanakan hijrah dan ia menyukai itu. Ada pula yang masih terikat oleh istrinya,
keluarganya, dan anak-anaknya, sebab mereka berkata, ’Kami menyumpahmu
dengan nama Allah, (janganlah) engkau tinggalkan kami tanpa sesuatu apapun
sehingga kami akan hilang (tersia-siakan).’ Lalu ia akan merasa iba dan hatinya
menjadi lemah sehingga ia tetap tinggal bersama mereka dan meninggalkan
perintah hijrah. Maka, turunlah ayat yang mencela mereka, ’Wahai orang-orang
yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu

217
sebagai pelindung.’.”

QS At-Taubah 9: 24

Firman Allah Swt., “Katakanlah: jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-


saudaramu...” (QS At-Taubah, 9: 24)
Berkenaan dengan orang-orang yang tetap tinggal di Mekah dan tidak
berhijrah, turunlah firman Allah Swt., “Katakanlah: jika bapak-bapakmu, anak-
anakmu, saudara-saudaramu...,” sampai firman-Nya, “Maka tunggulah sampai
Allah memberi keputusan-Nya.” Yakni, perang dan penaklukan kota Mekah.

QS At-Taubah 9: 34

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya banyak dari
orang-orang alim dan rahib-rahib, mereka benar-benar memakan harta orang
dengan jalan yang batil.” (QS At-Taubah, 9: 34)
Ayat ini turun berkenaan dengan para ulama dan pembaca kitab suci dari
kalangan ahli kitab, karena mereka menerima uang suap dari orang-orang bodoh
dari mereka, yakni berupa makanan yang mereka peroleh dari orang-orang awam
diantara mereka.

QS At-Taubah 9: 34

Firman Allah Swt., “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menginfakkannya di jalan Allah.” (QS At-Taubah, 9: 34)
Imam Al-Wâhidi berkata, “Abu Ishaq Al-Muqri’ telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Hamid telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,
“Muhammad bin Nusairin telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Amr bin
Zurarah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Husyaim telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Hushain telah menceritakan kepada kami, dari Zaid
bin Wahab, ia berkata, ‘Aku berjalan melewati Rabzah, dan aku bertemu dengan
Abu Zar, maka aku bertanya kepadanya, ’Apa yang menyebabkanmu tinggal di
tempatmu ini?’ Ia menjawab, ’Tadinya aku berada di Syam, lalu aku berselisih
pendapat dengan Muawiyah mengenai ayat ini, ’Dan orang-orang =
=yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan
Allah.’ Muawiyah berkata, ’Ayat ini turun berkenaan dengan ahli kitab.’ Aku
berkata, ’Ayat ini turun berkenaan dengan kita dan juga mereka.’ Selanjutnya,
terdapat perdebatan antara aku dan dia dalam masalah ini. Kemudian, ia menulis

218
surat kepada Usman, mengadukan perihalku. Usman lalu menulis surat kepadaku
yang memerintahkanku untuk datang ke Madinah. Maka, aku pun datang. Di
sana, banyak orang yang menemuiku seolah-olah mereka tidak pernah melihatku
sebelumnya. Aku lalu menceritakan hal itu kepada Usman, ia berkata, ’Jika engkau
mau, engkau bisa pergi mengasingkan diri dan engkau akan tetap dekat bagi kami.
’Itulah yang menyebabkanku tinggal di tempat ini. Andaikan mereka menunjuk
seorang budak Habasyah untuk menjadi pemimpinku, niscaya aku akan mendengar
dan menaatinya.’.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Qais, dari Jarir, dari Husain. Ia juga
meriwayatkannya dari Ali dan Husyaim.
Para mufasir juga berbeda pendapat, sebagian mereka mengatakan, “Ayat ini
turun berkenaan dengan ahli kitab secara khusus.”
As-Suddi berkata, “Ayat ini tentang ahli kiblat.”
Ad-Dahhak berkata, “Ayat ini umum, berkenaan dengan ahli kitab dan juga
kaum muslimin.”
Ata’ berkata, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah Swt., “Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak,” ia berkata, “Maksudnya adalah orang-orang
yang beriman.”
Dari Salim bin Ja’dah, dari Sauban, ia berkata, “Ketika turun ayat, “Dan orang-
orang yang menyimpan emas dan perak.” Rasulullah Saw. bersabda, “Celakalah
emas dan perak.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah harta yang
boleh kami simpan?” beliau menjawab, “Hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa
berdzikir, dan istri yang salehah.”

QS At-Taubah 9: 38

Firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa bila dikatakan
kepada kamu, ‘Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,’ kamu merasa
berat.’.” (QS At-Taubah, 9: 38)=
=Ayat ini turun berkenaan dengan perintah untuk perang Tabuk. Ketika
Rasulullah Saw. kembali dari Taif dan Hunain, beliau diperintahkan untuk menyerang
Romawi. Hal itu terjadi pada masa sulit karena adanya kekeringan dan cuaca yang
sangat panas, sementara masa panen kurma telah tiba dan buah hasil panen pun
sedang baik. Serangan terhadap Romawi ini amat berat bagi banyak orang, mereka
lebih suka berteduh dan tetap berdiam di rumah dengan harta mereka. Berat bagi
mereka untuk berangkat berperang. Ketika Allah mengetahui perasaan berat yang
menggelayuti mereka, Allah menurunkan ayat ini.

219
QS At-Taubah 9: 41

Firman Allah Swt., “Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan
rasa berat.” (QS At-Taubah, 9: 41)
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang meminta izin karena
ingin mengurus ladang dan juga karena kesibukan mereka. Namun Allah Swt.
menolak permintaan izin dari mereka dan tetap meminta mereka untuk berangkat
sebagaimana yang telah diperintahkan sebelumnya.
Imam Al-Wâhidî berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Yahya
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu ‘Amr bin Matar telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Ibrahim bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Yahya bin Yahya telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Sufyan bin
‘Uyainah telah mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Jad’an, dari Anas, ia berkata,
‘Abu Talhah membaca ayat, ’Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun
dengan rasa berat.’ Lalu ia berkata, ’Allah tidak mau mendengar alasan dari siapa
pun.’ Kemudian, ia pun berangkat untuk berjihad ke Syam hingga mati.’.”
As-Suddi berkata, “Al-Miqdad bin Al-Aswad datang menemui Rasulullah Saw.
dan ia adalah seorang laki-laki yang bertubuh besar dan gemuk, ia mengadu
kepada Rasulullah Saw. dan meminta beliau untuk memberi izin kepadanya, maka
turunlah ayat ini, ’Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan
rasa berat.’ Ketika ayat ini turun, keadaan semakin bertambah berat bagi orang-
orang, maka Allah menghapusnya dengan firman-Nya, ’Tidak ada dosa (karena
tidak pergi berperang) atas orang yang lemah, orang yang sakit, dan orang yang
tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan’.” (QS At-Taubah, 9: 91).
42 dan 47- Kemudian, berkenaan dengan orang-orang munafik yang tidak
ikut dalam perang Tabuk, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Sekiranya (yang
kamu serukan kepada mereka) ada keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak seberapa jauh,” juga firman-Nya, “Jika (mereka berangkat
bersamamu) niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya
akan membuat kekacauan.” Hal itu dikarenakan, ketika Rasulullah Saw. berangkat,
beliau mengistirahatkan pasukannya di Saniyyatul Wada’, lalu Abdullah bin Ubay
mengistirahatkan pasukannya di Zu Hidah yang lebih rendah dari Saniyyatul Wada’,
dan jumlah pasukannya tidak labih sedikit dari pasukan yang bersama Rasulullah
Saw. Ketika Rasulullah Saw. melanjutkan perjalanan, Abdullah bin Ubay tidak ikut
melanjutkan bersama orang-orang munafik dan para peragu yang ada bersamanya.
Maka, Allah Swt menurunkan ayat ini untuk menghibur Nabi-Nya, “Jika (mereka

220
berangkat bersamamu) niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu,
malah hanya akan membuat kekacauan.”

QS At-Taubah 9: 49

Firman Allah Swt., “Dan di antara mereka ada orang yang berkata, “Berilah
aku izin (tidak pergi berperang).” (QS At-Taubah, 9: 49)
Ayat ini turun berkenaan dengan Jadd bin Qais, sang munafik. Ketika Rasulullah
Saw. tengah bersiap untuk Perang Tabuk, beliau bersabda kepadanya, “Wahai Abu
Wahab, apakah engkau bersedia menghadapi Bani Ashfar (orang-orang Romawi),
engkau bisa mengambil pelayan-pelayan wanita dan juga pelayan laki-laki dari
mereka untukmu.” Maka ia berkata, “Wahai Rasulullah, kaumku telah mengetahui
bahwa aku orang yang mudah tertarik pada wanita, aku khawatir jika aku melihat
wanita-wanita Romawi itu, aku tidak bisa menahan diri terhadap mereka. Maka,
janganlah engkau beri aku ujian dengan mereka dan izinkanlah aku untuk duduk
dan tidak ikut bersamamu, namun aku akan tetap membantumu dengan hartaku.”
Maka, Nabi Saw. berpaling darinya dan berkata, “Aku telah mengizinkanmu.” Maka
Allah menurunkan ayat ini. Ketika ayat ini turun, Rasulullah Saw. bersabda kepada
Bani Salamah dan Al-Jadd berasal dari mereka, “Siapakah pemimpin kalian wahai
Bani Salamah?” mereka menjawab, “Al-Jaddu bin Qais, hanya saja ia seorang yang
pelit lagi pengecut.” Maka Nabi Saw. bersabda, “Dan penyakit apakah yang lebih
buruk daripada kekikiran? Tetapi pemimpin kalian adalah seorang pemuda putih
yang berambut keriting, yakni Bisyr bin Al-Barra’ bin Ma’rur.” Maka berkenaan
dengannya, Hasan bin Sabit berkata,
Dan Rasulullah berkata, dan kebenaran ada bersama
Dirinya yang mengatakan kepada kami, siapakah yang kalian anggap sebagai
pemimpin
Kami berkata kepadanya, Jaddu bin Qais, orang yang
Kami anggap kikir di tengah-tengah kami, dan ia juga tidak berdaya
Maka beliau berkata, penyakit apakah yang lebih buruk dari apa
Yang kalian tuduhkan kepada Jaddu, bahwa ia orang yang kikir
Jadikanlah Bisyr bin Al-Barra’ sebagai pemimpin karena kedermawanannya
Dan sungguh layak bagi Bisyr untuk dijadikan pemimpin
Apaila datang kepadanya utusan, ia akan memberikan hartanya
Dan ia berkata, ambillah itu, karena esok ia akan kembali datang
Dan ayat yang datang setelah ini, semuanya berbicara tentang orang-orang

221
munafik, hingga firman-Nya, “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-
orang fakir.”

QS At-Taubah 9: 58

Firman Allah Swt., “Dan di antara mereka ada yang mencelamu tentang (pembagian)
sedekah (zakat).” (QS At-Taubah, 9: 58)
Imam Al-Wâhidî berkata, “Muhammad bin Ibrahim As-Sa’labiy telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Hamid telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin Muhammad bin Al-Hasan Al-Hafizh telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Yahya telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Abdurrazaq telah menceritakan kepada kami, ia berkata,
‘Ma’mar telah menceritakan kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah bin
Abdurrahman, dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, ‘Tatkala Rasulullah Saw. tengah
membagikan zakat, datanglah kepada beliau Ibnu Zil Khuwaisah At-Tamimi, dan
namanya adalah Harqush bin Zuhair, asal dari kaum khawarij, dan ia berkata,
’Berlaku adillah terhadap kami wahai Rasulullah.’ Maka beliau bersabda, ’Celakalah
engkau, lalu siapakah yang akan berbuat adil jika aku tidak adil?’ Maka turunlah
firman-Nya, ’Dan di antara mereka ada yang mencelamu tentang (pembagian)
sedekah (zakat).’.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Ubaid bin Muhammad, dari Hisyam, dari
Ma’mar.
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang mualaf,
mereka adalah orang-orang munafik, salah seorang dari mereka yang bernama
Abul Khawasir berkata kepada Nabi Saw., ’Engkau tidak membaginya dengan sama
rata.’ Maka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ’Dan di antara mereka ada yang
mencelamu tentang (pembagian) sedekah (zakat).’.”

QS At-Taubah 9: 61

Firman Allah Swt., “Dan di antara mereka (orang munafik) ada orang-orang yang
menyakiti hati Nabi (Muhammad) dan mengatakan, ‘Nabi mempercayai semua apa
yang didengarnya.’.” (QS At-Taubah, 9: 61)
Ayat ini turun berkenaan dengan sekelompok kaum munafik yang sering
menyakiti Rasulullah Saw. dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. Sebagian
dari mereka berkata, “Jangan lakukan itu, sungguh kami takut akan==sampai
kepadanya apa-apa yang kalian katakan sehingga ia akan menghukum kita.’
Maka, Al-Jalas bin Suwaid berkata, ’Kita akan mengatakan apa yang kita inginkan,

222
kemudian kita akan menemuinya dan dia akan mempercayai apa-apa yang kita
katakan, karena Muhammad adalah orang yang mempercayai semua apa yang
didengarnya.’ Maka, Allah Swt menurunkan ayat ini.
Muhammad bin Ishaq bin Yasar dan yang lainnya berkata, “Ayat ini turun
berkenaan dengan seorang lelaki munafik yang bernama Nabtal bin Al-Haris.
Ia adalah seorang lelaki yang berwajah kasar, kedua matanya berwarna merah,
dan kedua pipinya berwarna hitam kemerah-merahan, dan dengan postur yang
buruk. Dialah yang dimaksud Nabi Saw. saat beliau bersabda, ’Barang siapa yang
ingin melihat setan, maka hendaklah ia melihat Nabtal bin Al-Haris. Ia sering
berbicara menjelek-jelekkan Nabi Saw. kepada orang-orang munafik. Jika dikatakan
kepadanya, ’jangan lakukan itu’, ia akan berkata, ’Sesungguhnya Muhammad itu
mempercayai semua yang didengarnya, jika ada orang yang mengatakan sesuatu
kepadanya, ia akan mempercayainya. Jadi, kita akan mengatakan apa yang kita
inginkan, kemudian kita akan menemuinya dan bersumpah kepadanya, dan ia pun
akan mempercayai kita.’ Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.’.”
As-Suddi berkata, “Sekelompok orang munafik berkumpul, di antara mereka
terdapat Al-Jalas bin Suwaid bin As-Samit dan Wadi’ah bin Sabit. Mereka bermaksud
untuk menjerumuskan Nabi Saw. Saat itu, di tengah-tengah mereka terdapat
seorang remaja dari Anshar yang bernama Amir bin Qais, mereka meremehkannya.
Lalu, mereka berkata, ’Andaikan apa yang dikatakan oleh Muhammad itu benar,
maka sungguh kita lebih buruk daripada keledai.’ Maka, remaja Anshar itu
pergi menemui Nabi Saw. dan memberitahu beliau tentang mereka. Beliau pun
memanggil mereka dan menanyakan hal itu, akan tetapi mereka bersumpah
bahwa Amir telah berdusta, sementara Amir juga bersumpah bahwa merekalah
yang berdusta, lalu ia berkata, ’Ya Allah, jangan engkau pisahkan di antara kami
sampai terbukti kebenaran dari orang yang jujur dan kebohongan dari orang yang
berdusta. Maka, berkenaan dengan mereka, turunlah firman Allah, ’Dan di antara
mereka (orang munafik) ada orang-orang yang menyakiti hati Nabi (Muhammad).’
Juga turun firman-Nya, ’Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk
menyenangkan kamu.’.”Firman Allah Swt., “Orang-orang munafik itu takut jika
diturunkan satu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati
mereka.” (QS At-Taubah, 9: 64)
As-Suddi berkata, “Sebagian orang munafik berkata, ’Demi Allah, aku lebih
suka jika dihadapkan dan dicambuk sebanyak seratus kali cambukan, dan setelah
itu tidak ada ayat yang turun mengenai kita dan menyingkapkan aib kita.’ Maka
Allah menurunkan ayat ini.

223
Dan Mujahid berkata, “Mereka sering berbicara di antara sesama mereka, lalu
mereka berkata, ’Semoga Allah tidak membongkar rahasia kita ini’.”

QS At-Taubah 9: 65

Firman Allah Swt., “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan
menjawab, “sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.”
(QS At-Taubah, 9: 65)
Qatadah berkata, “Ketika Rasulullah Saw. masih berada di Tabuk, dan di
tengah-tengah pasukan beliau terdapat beberapa orang munafik, mereka berkata,
’Orang ini (Nabi Muhammad Saw.) berharap dapat menaklukkan istana-istana
Syam dan benteng-bentengnya? Amat jauh sekali harapannya itu.’ Lalu Allah Swt.
memberitahukan itu kepada Nabi-Nya, maka Nabi Saw. pun bersabda, ’Duduklah di
atas kendaraan kalian.’ Lalu, beliau mendatangi mereka dan bersabda, ’Kalian telah
mengatakan ini dan itu.’ Maka, mereka berkata, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya
kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Maka Allah menurunkan
ayat ini.’.”
Zaid bin Aslam dan Muhammad bin Wahab berkata, “Seorang lelaki dari
kalangan munafik berkata pada perang Tabuk, ’Aku tidak pernah melihat para
pembaca kitab kami yang lebih mementingkan=
=perut, dan lebih dusta lisannya, serta lebih pengecut saat bertemu musuh
daripada orang-orang itu.’ Maksudnya adalah Nabi Saw. dan para shahabatnya.
Maka, Auf bin Malik berkata, ’Engkau telah berdusta. Sungguh, engkau adalah
seorang munafik, aku pasti akan mengabarkan ini kepada Rasulullah Saw.’ Auf
pun pergi untuk memberitahu beliau, namun ia mendapati bahwa Al-Qur’an
telah mendahuluinya. Lalu, datanglah lelaki itu kepada Rasulullah Saw. dan ia
telah berkemas dan mengendarai untanya, lalu ia berkata, ’Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja, kami hanya
berbincang-bincang dengan perbincangan para musafir, guna menghabiskan
waktu di dalam perjalanan kami.’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Nusair Muhammad bin Abdullah Al-Jauzaqiy
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Bisyr bin Ahmad bin Bisyr telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Ja’far Muhammad bin Musa Al-Hulwani
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Maimun Al-Khayyat
telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Ismail bin Dawud Al-Mihrajini telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, “Malik bin Anas telah menceritakan kepada
kami, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, ia berkata, ‘Aku pernah melihat Abdullah bin Ubay

224
berusaha berjalan di hadapan Rasulullah Saw. sementara batu-batu membuatnya
tersandung, ia berkata, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami hanya bersenda
gurau dan bermain-main saja.’ Dan Nabi Saw. bersabda, ’Mengapa kepada Allah
dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok.’.”

QS At-Taubah 9: 74

Firman Allah Swt., “Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah
bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad).” (QS At-
Taubah, 9: 74)
Ad-Dahhak berkata, “Orang-orang munafik ikut berangkat bersama Rasulullah
Saw. menuju Tabuk. Apabila mereka berkumpul dengan sesama mereka, mereka
mencaci maki Rasulullah Saw. dan para sahabatnya serta menyerang agama ini.
Maka, Huzaifah menyampaikan apa yang mereka katakan kepada Rasulullah Saw.,
dan Rasulullah Saw. bersabda, ’Wahai orang-orang munafik, apakah ini yang aku
dengar mengenai kalian?’ Mereka pun bersumpah bahwa mereka tidak mengatakan
sedikit pun dari apa yang beliau dengar. Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini
untuk mendustakan sumpah mereka.”
Qatadah berkata, “Diceritakan kepada kami bahwa ada dua orang yang saling
berkelahi, yang satu dari Juhainah, dan yang satu lagi dari Gifar. Lalu lelaki yang
dari Gifar berhasil mengalahkan lelaki yang dari Juhainah, maka ==Abdullah bin
Ubay berteriak, ’Hai Bani Aus, tolonglah saudara kalian, demi Allah, perumpamaan
kita dengan Muhammad adalah seperti ungkapan, ’Gemukkanlah anjingmu, dan
ia akan memakanmu, demi Allah, jika kita kembali ke Madinah, maka orang yang
kuat akan mengeluarkan orang yang lemah darinya.’ Ucapannya ini didengar oleh
seorang lelaki dari kaum muslimin dan ia pun segera menemui Rasulullah Saw. dan
memberitahu beliau. Maka beliau memanggilnya, dan ia bersumpah dengan nama
Allah bahwa ia tidak pernah mengatakan itu. Maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS At-Taubah 9: 94

Firman Allah Swt., “Dan mereka menginginkan apa yang mereka tidak dapat
mencapainya.” (QS At-Taubah, 9: 74)
Adh-Dhahhak berkata, “Mereka berniat untuk bertindak pada malam Aqabah,
dan mereka telah bersepakat untuk membunuh Rasulullah Saw. saat mereka bersama
beliau, dan mereka berusaha mencari saat-saat dimana beliau lengah. Lalu mereka
sepakat untuk melakukannya di Aqabah, saat itu sebagian dari mereka akan maju,
sementara sebagian lainnya mundur. Dan itu bertepatan dengan malam hari. Mereka

225
berkata, ’Jika ia (Muhammad) telah sampai di Aqabah, kita akan mendorongnya dari
hewan tunggangannya hingga jatuh ke dalam lembah.’ Saat itu yang memimpin
rombongan beliau adalah Ammar bin Yasrir, sementara yang bertugas mengiringi
tunggangan beliau adalah Huzaifah. Kemudian Huzaifah mendengar suara langkah
unta. Ketika ia menoleh, ia melihat satu kaum yang menggunakan penutup kepala.
Ia pun berkata, ’Menjauhlah kalian wahai musuh-musuh Allah.’ Orang-orang itu pun
terpaksa menahan diri, Rasulullah Saw. dapat terus berjalan hingga sampai tempat
peristirahatan yang beliau inginkan. Maka, Allah menurunkan ayat ini, ’Dan mereka
menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya.’.”

QS At-Taubah 9: 75

Firman Allah Swt., “Dan di antara mereka ada yang telah berjanji kepada Allah.” (QS
At-Taubah, 9: 75)=
Imam Al-Wâhidî berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Al-Fadl telah mengabarkan
kepadaku, ia berkata, “Abu ‘Amr Muhammad bin Ja’far bin Matar telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Abu ‘Imran Musa bin Sahl Al-Hawni telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Hisyam bin ‘Ammar telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Muhammad bin Syu’aib telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Mu’az
bin Rifa’ah As-Sulamiy telah menceritakan kepada kami, dari Abu =
= Abdul Malik Ali bin Yazid, bahwa ia telah mengabarkan kepadanya, dari al-
Qasim bin Abdurrahman, dari Abu Umamah al-Bahili, bahwasanya Tsa’labah bin
Hathib al-Anshari datang menemui Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah,
berdoalah kepada Allah agar Dia memberiku rezeki berupa harta.” Maka Rasulullah
Saw. bersabda, “Celakalah engkau wahai Tsa’labah, harta sedikit yang engkau
tunaikan syukurnya jauh lebih baik daripada harta banyak yang tidak sanggup
engkau tanggung.” Kemudian beliau kembali bersabda, “Tidakkah engkau ridha
menjadi seperti Nabi Allah? Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikan
aku menginginkan lembah itu dialiri dengan emas dan perang, niscaya ia akan
mengalirkannya.” Maka Tsa’labah berkata, “Demi Zat yang mengutusmu dengan
kebenaran, jika engkau berdoa kepada Allah agar Dia memberiku rezeki berupa
harta, niscaya aku pasti akan memberikan setiap orang apa yang menjadi haknya.”
Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Ya Allah, berikanlah rezeki kepada Tsa’labah berupa
harta.” Setelah itu Tsa’labah membeli seekor kambing, dan berkembang dengan cepat
sebagaimana ulat berkembang, sehingga kota Madinah menjadi sempit baginya.
Lalu ia keluar dari kota dan tinggal di salah satu lembahnya, sehingga ia hanya bisa
melaksanakan shalat Zhuhur dan Ashar dengan berjamaah, dan meninggalkan shalat

226
jamaah untuk shalat-shalat lainnya. Kemudian kambingnya terus berkembang dan
bertambah banyak, sehingga ia meninggalkan shalat jamaah kecuali shalat Jumat.
Dan kambingnya terus berkembang sebagaimana ulat berkembang sehingga ia pun
meninggalkan shalat Jumat. Maka Rasulullah Saw. bertanya, “Apa yang dilakukan
oleh Tsa’labah?” Para shahabat menjawab, “Ia membeli seekor kambing, lalu
kota Madinah menjadi sempit baginya.” Dan mereka menceritakan kepada beliau
mengenai perkembangannya. Maka beliau bersabda, “Duhai celakalah Tsa’labah.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian Allah menurunkan firman-
Nya, “Ambillah zakat dari harta mereka mereka guna membersihkan dan menyucikan
mereka.” Dan turunlah kewajiban zakat. Maka Rasulullah Saw. mengutus dua
orang untuk mengumpulkan zakat. Beliau bersabda kepada mereka, “Singgahlah
ke tempat Tsa’labah dan si Polan –seorang lelaki dari Bani Sulaim- dan ambillah
zakat mereka.” Lalu mereka pun berangkat hingga sampai di tempat Tsa’labah dan
meminta zakatnya, dan mereka juga membacakan kepadanya surat dari Rasulullah
Saw.. Maka Tsa’labah berkata, “Sungguh ini tidak lain adalah upeti, ini tidak lain
adalah sejenis upeti, dan aku tidak mengetahui apakah ini? Pergilah sampai kalian
selesai (mengumpulkan zakat) dan kemudian kembalilah kepadaku.” Maka mereka
pun pergi dan memberi tahu lelaku dari Bani Sulaim itu (tentang kewajiban zakat),
maka ia segera memilih yang terbaik dari untanya dan memisahkannya untuk zakat.
Kemudian ia membawa unta itu kepada mereka. Ketika mereka melihatnya, mereka
berkata, “Engkau tidak wajib melakukan ini, dan kami juga tidak ingin mengambilnya
darimu.” Ia berkata, “Ya, ambillah, sesungguhnya aku rela menyerahkannya,
dan lagipula ini adalah untaku.” Maka mereka pun mengambil unta itu darinya.
Setelah mereka selesai mengumpulkan zakat, mereka kembali singgah di tempat
Tsa’labah. Tsa’labah berkata, “Tolong perlihatkan kepadaku surat kalian agar aku bisa
melihatnya.” Kemudian ia berkata, “Sungguh ini tidak lain hanyalah sejenis upeti,
pergilah kalian berdua sampai aku memikirkannya.” Maka mereka pun pergi hingga
kembali menemui Nabi Saw., =
=ketika beliau melihat kedua orang itu dan sebelum berbicara dengan
mereka, beliau bersabda, “Alangkah celakanya Sa’labah.” Beliau lalu mendoakan
keberkahan untuk lelaki dari Bani Sulaim itu. Kemudian, mereka memberitahukan
kepada beliau mengenai apa yang telah dilakukan oleh Sa’labah dan apa yang telah
dilakukan oleh lelaki dari Bani Sulaim tersebut. Maka, Allah menurunkan firman-Nya,
“Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, ’Sesungguhnya
jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan
bersedekah,’ sampai firman-Nya, ‘Dan (juga) karena mereka selalu berdusta.’’ Saat

227
itu, di dekat Rasulullah Saw. ada seorang lelaki dari kerabat Sa’labah. Ketika ia
mendengar itu, ia segera pergi menemui Sa’labah dan berkata, “Celakalah engkau,
Allah telah menurunkan ayat mengenaimu begini dan begitu.” Maka, Sa’labah
segera pergi menemui Nabi Saw. dan meminta beliau untuk menerima zakatnya.
beliau pun bersabda, “Sesungguhnya Allah telah melarangku untuk menerima
zakatmu.” Lalu, beliau menaburkan debu di atas kepalanya dan bersabda kembali,
“Inilah perbuatanmu, aku telah memerintahkanmu akan tetapi engkau tidak
menaatiku.” Ketika beliau enggan untuk menerima apapun darinya, ia pun pulang
ke rumahnya. Rasulullah Saw. wafat tanpa pernah mau menerima apapun darinya.
Kemudian, Sa’labah menemui Abu Bakar Ra. yang saat itu menggantikan Rasulullah
Saw. Ia berkata, “Engkau telah mengetahui kedudukanku di sisi Rasulullah Saw. dan
juga posisiku di kalangan Anshar, terimalah zakatku.” Maka Abu Bakar Ra. berkata,
“Rasulullah Saw. tidak mau menerimanya, dan aku harus menerimanya?” Abu Bakar
Ra. meninggal dalam keadaan tidak mau menerimanya. Ketika Umar bin Khattab
memimpin, Sa’labah datang menemuinya dan berkata, “Wahai Amirul Mu’minin,
terimalah zakatku.” Umar Ra. berkata, “Rasulullah Saw. tidak mau menerimanya,
dan tidak pula Abu Bakar, lalu aku menerimanya darimu?” Umar Ra. pun tidak
menerimanya sampai ia meninggal.=
=kemudian Usman Ra. menjadi khalifah, Sa’labah pun datang menemuinya
dan memintanya untuk menerima zakatnya. Usman pun berkata, “Rasulullah
Saw. tidak mau menerimanya, tidak pula Abu Bakar juga Umar, lalu aku harus
menerimanya?” Usman Ra. pun pun tidak mau menerimanya. Akhirnya, Sa’labah
mati pada masa kekhilafahan Usman bin Affan Ra.

QS At-Taubah 9: 79

Firman Allah Swt., “(Orang munafik) yaitu orang yang mencela orang-orang
beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela,” (QS At-Taubah, 9: 79).
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Ali Al-Faqih telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu Ali Muhammad bin Sulaiman Al-Maliki telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Abu Musa Muhammad bin Al-Musanna telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Abu An-Nu’man Al-Hakam bin Abdullah Al-‘Ajali telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, “Syu’bah telah menceritakan kepada kami
dari Sulaiman, dari Abu Wa’il, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Ketika turun ayat
yang memerintahkan sedekah, datanglah seorang lelaki yang bersedekah dengan
satu sa’ kurma. Mereka lalu berkata, ‘Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan satu

228
sa’ ini.’ Maka turunlah firman-Nya, ‘(Orang munafik) yaitu orang yang mencela
orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela dan yang
(mencela) orang-orang yang hanya memperoleh (untuk disedekahkan) sekadar
kesanggupannya.’.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Abu Qudamah Ubaidullah
bin Sa’id, dari Abu An-Nu’man.
Qatadah dan yang lainnya berkata, “Rasulullah Saw. memerintahkan untuk
bersedekah, datanglah Abdurrahman bin Auf dengan membawa empat ribu dirham
seraya berkata, ’Wahai Rasulullah, hartaku berjumlah delapan ribu, aku datang
kepadamu dengan setengahnya, gunakanlah ia di jalan Allah, dan aku menyimpan
setengahnya untuk keluargaku.’’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, =
=’Semoga Allah memberkahi harta yang engkau sedekahkan dan harta yang
engkau simpan.’ Allah pun memberkahi harta Abdurrahman bin Auf, sehingga
pada hari kematiannya, ia meninggalkan dua orang istri beserta seperdelapan
dari jumlah hartanya yang menjadi hak dari kedua istrinya.Harta itu mencapai 160
dirham. Pada hari itu, Asim bin Adi bin Al-Ajlan juga bersedekah dengan seratus
wasaq kurma. Kemudian, datanglah Abu Aqil Al-Ansari dengan membawa satu
sa’ kurma seraya berkata, ’Wahai Rasulullah, ini ada satu sa’ kurma. Tadi malam,
aku bekerja membawa air dan memperoleh dua sa’ kurma, aku simpan satu sa’
untuk keluargaku, dan sekarang aku datang kepadamu membawa satu sa’ lainnya.’
Kemudian Rasulullah Saw. memintanya untuk meletakkan kurma itu di tempat
harta-harta sedekah yang terkumpul. Maka, orang-orang munafik mengejeknya
dan mereka berkata, ’Sungguh, Abdurrahman dan Ashim memberikan hartanya
karena riya, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya tidak membutuhkan satu sa’ milik
Abu Aqil, ia hanya ingin menganggap dirinya suci.’ Maka, Allah menurunkan ayat
ini.’.”

QS At-Taubah, 9: 84

Firman Allah Swt., “Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat untuk
seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik),” (QS At-Taubah, 9:
84).
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Abdurrahman bin Ahmad Al-Wa’iz telah
menceritakan kepada kami dengan cara didiktekan, ia berkata, ‘Abdullah bin
Muhammad bin Nasr telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Yusuf bin Asim
Ar-Razi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Al-Abbas bin Al-Walid An-
Nursi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Yahya bin Sa’id Al-Qattan telah
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Umar telah menceritakan

229
kepada kami, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, ia berkata, ‘Ketika Abdullah bin Ubay
meninggal, anaknya datang menemui Rasulullah Saw. dan berkata, ‘Berikanlah
kepadaku bajumu agar aku bisa mengafani ayahku dengannya, dan salatkanlah
ia serta mohonkanlah ampunan untuknya.’ Maka, beliau memberikan bajunya
dan bersabda, ’Tunggulah aku sampai aku menyalatkannya.’ Ketika beliau hendak
menyalatkannya, beliau ditarik oleh Umar bin Khattab seraya berkata, ’Bukankah
Allah telah melarangmu untuk menyalatkan orang-orang munafik?’ Maka, beliau
bersabda, “Aku memiliki dua pilihan, aku bisa memohonkan ampunan untuk
mereka atau aku tidak memohonkan ampunan.’ Lalu, beliau pun menyalatkannya.
Kemudian, turunlah ayat ini, ’Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan
salat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) dan
janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya.’ Beliau pun meninggalkan
salat untuk mereka.’.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Musaddad. Diriwayatkan juga oleh Muslim
dari Abu Qudamah Ubaidullah bin Abu Sa’id, keduanya dari Yahya bin Sa’id.
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Ibrahim An-Masrabadzi telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Abu bakar bin Malik Al-Qathi’i telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami,
ia berkata, ‘Ayahku telah menceritakan kepadaku, dari Muhammad bin Ishaq, ia
berkata, ‘Az-Zuhri telah menceritakan kepadaku, dari Ubaidullah bin ‘Utbah bin
Mas’ud, dari Ibnu Abbas, ia berkata=
=”Aku mendengar Umar bin Khattab berkata, ’Ketika Abdullah bin Ubay
meninggal, Rasulullah Saw. dijemput untuk menyalatkannya. Beliau pun pergi
ke tempatnya. Tatkala beliau telah berdiri dan siap untuk menyalatkannya, aku
pindah hingga berdiri tepat di depan beliau dan berkata, ’Wahai Rasulullah,
apakah (engkau hendak menyalatkan) musuh Allah, Abdullah bin Ubay, yang
telah mengatakan pada hari ini dan itu.’ Aku menyebutkan hari itu satu persatu,
sementara Rasulullah Saw. hanya tersenyum. Setelah aku terlalu banyak berbicara,
beliau bersabda, ’Mundurlah dariku hai Umar, aku telah diberi pilihan, dan aku
pun telah memilih. Telah dikatakan kepadaku, ‘(Sama saja) engkau (Muhammad)
memohonkan ampunan bagi mereka atau tidak memohonkan ampunan bagi
mereka. Walaupun engkau memohonkan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali,
Allah tidak akan memberikan ampunan kepada mereka.’ Andaikan aku mengetahui
bahwa apabila aku lebihkan dari tujuh puluh kali, ia akan diampuni, maka aku
pasti akan menambahkannya.’ Umar berkata, ’Kemudian beliau menyalatkannya
dan ikut berjalan mengiringinya. Lalu beliau berdiri di atas kuburannya hingga

230
selesai mendoakannya.’ Umar berkata, ’Aku heran terhadap diriku dan kaget atas
keberanianku terhadap Rasulullah Saw. Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’
Umar melanjutkan, ’Demi Allah, tidak berapa lama setelah itu, turunlah ayat, ’Dan
janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan salat untuk seseorang yang mati di
antara mereka (orang-orang munafik) dan janganlah engkau berdiri (mendoakan)
di atas kuburnya.’ Setelah itu, Rasulullah Saw. tidak pernah lagi menyalatkan
seorang munafik dan tidak pula berdiri di atas kuburnya hingga beliau wafat.’.”
Para mufasir berkata, “Rasulullah Saw. pernah berbicara mengenai apa yang
beliau lakukan terhadap Abdullah bin Ubay, beliau bersabda, ’Tidak ada gunanya
baju dan salatku atas dirinya di sisi Allah, demi Allah, sungguh aku berharap bahwa
melalui dirinya akan ada seribu orang dari kaumnya yang masuk Islam.’.”

QS At-Taubah 9: 92

Firman Allah Swt., “Dan tidak ada (pula dosa) atas orang-orang yang datang
kepadamu agar engkau memberi kendaraan kepada mereka,” (QS At-Taubah, 9:
92).
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang menangis, jumlah mereka
ada tujuh orang, yakni Ma’qil bin Yasar, Sakhr bin Khunais, Abdullah bin Ka’ab Al-
Anshari, Salim bin Umair, Sa’labah bin Ganamah, Abdullah bin Mugaffal, dan yang
ketujuh tidak disebutkan namanya. Mereka datang menemui Rasulullah Saw. dan
berkata, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan kami
untuk berangkat=
=bersamamu, maka bawalah kami meskipun dengan sepatu dan sandal yang
penuh tambalan, kami akan berperang bersamamu.” Maka beliau bersabda, “Aku
tidak memiliki kendaraan yang dapat membawa kalian.” Mereka pun pergi dalam
keadaan menangis.
Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Bani Muqrin, yaitu Ma’qil,
Suwaid, dan An-Nu’man.

QS At-Taubah 9: 97

Firman Allah Swt., “Orang-orang Arab Badui itu lebih kuat kekafiran dan
kemunafikannya,” (QS At-Taubah, 9: 97).
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Arab Badui dari Bani Asad dan
Gatafan, dan juga orang-orang Arab Badui yang tinggal di dekat Madinah.

QS At-Taubah 9: 101

231
Firman Allah Swt., “Dan di antara orang-orang Arab Badui yang (tinggal) di
sekitarmu ada orang-orang munafik,” (QS At-Taubah, 9: 101).
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Bani Juhainah, Muzainah,
Asyja’, Aslam, dan Gifar yang tinggal di Madinah, yakni Abdullah bin Ubay, Jaddu
bin Qais, Mu’tab bin Basyir, Al-Jalas bin Suwaid, dan Abu ‘Amir Ar-Rahib.

QS At-Taubah 9: 102

Firman Allah Swt., “Dan (ada pula) orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka,”
(QS At-Taubah, 9: 102).
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Al-Walibi, “Ayat ini turun berkenaan
dengan suatu kaum yang tidak ikut perang bersama Rasulullah Saw. pada Perang
Tabuk. Kemudian mereka menyesali itu dan berkata, ’Kita berada di rumah dan
terlindung dari matahari bersama kaum wanita, sementara Rasulullah Saw. dan
para sahabatnya tengah berjihad, demi Allah, kita akan mengikatkan tubuh kita
di tiang-tiang masjid, dan kita tidak akan melepaskannya hingga Rasulullah Saw.
sendiri yang melepaskannya dan memaafkan kita.’ Mereka pun mengikat tubuh
mereka di tiang-tiang masjid. Ketika Rasulullah Saw. kembali dan melihat mereka,
beliau bertanya, ‘Siapakah mereka?’ Para shahabat menjawab, ’Mereka adalah
orang-orang yang tidak ikut bersamamu dan mereka berjanji kepada Allah untuk
tidak melepaskan ikatan mereka hingga engkau sendiri yang melepaskannya
dan sampai engkau rida kepada mereka.’ Maka, Nabi Saw. bersabda, ’Dan aku
bersumpah dengan nama Allah untuk tidak melepaskan mereka dan tidak pula
memaafkan mereka sampai aku diperintahkan untuk melepaskan mereka. Mereka
tidak menyukaiku dan tidak ikut berperang bersama kaum muslimin.’ Maka Allah
Swt. menurunkan ayat ini. Ketika ayat ini turun, Nabi Saw. mengirim orang untuk
memberitahu mereka, beliau melepaskan mereka, =
=serta memaafkan mereka. Ketika beliau telah melepaskan mereka, mereka lalu
berkata, ’Wahai Rasulullah, inilah harta kami yang telah menahan kami untuk ikut
bersamamu, sedekahkanlah harta ini dari kami, sucikanlah kami, dan mohonkanlah
ampunan untuk kami.’ Maka beliau bersabda, ’Aku tidak diperintahkan untuk
mengambil harta kalian sedikitpun.’ Maka, Allah menurunkan firman-Nya, ’Ambillah
sedekah dari harta mereka guna membersihkan dan menyucikan mereka.’.”
Ibnu Abbas berkata, “Mereka berjumlah sepuluh orang.”

QS At-Taubah 9: 106

Firman Allah Swt., “Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada

232
keputusan Allah,” (QS At-Taubah, 9: 106).
Ayat ini turun berkenaan dengan Ka’ab bin Malik, Murarah bin Ar-Rabi’ dari
Bani Amr bin Auf, dan Hilal bin Umayyah dari Bani Waqif. Mereka tidak ikut dalam
Perang Tabuk. Merekalah yang disebutkan di dalam firman-Nya, “Dan terhadap tiga
orang yang ditinggalkan.”

QS At-Taubah 9: 107

Firman Allah Swt., “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan
masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman) dan untuk
kekafiran,” (QS At-Taubah, 9: 107).
Para mufasir berkata, “Sungguh, Bani Amr bin Auf mendirikan masjid Quba’,
lalu mereka mengundang Rasulullah Saw. untuk datang. Beliau pun datang dan
salat di dalamnya. Hal ini membuat saudara-saudara mereka dari Bani Ganam bin
Auf merasa iri dan berkata, ’Kita akan membangun sebuah masjid dan mengundang
Rasulullah Saw. untuk salat di dalamnya, sebagaimana beliau salat di masjid
saudara-saudara kita itu. Kita juga akan meminta Abu ‘Amir, sang rahib, untuk salat
di sana jika nanti ia kembali dari Syam.’ Abu ‘Amir telah menjadi rahib pada masa
jahiliyah, ia masuk Nasrani dan mengenakan pakaian yang kasar. Ia mengingkari
agama hanafiyah ketika Rasulullah Saw. datang ke Madinah, bahkan memusuhi
beliau, sehingga Nabi Saw. menamainya dengan Abu ‘Amir yang fasik. Kemudian
ia pergi menuju=
=Syam, ia mengirim surat kepada orang-orang munafik yang isinya, ’Bersiap-
siaplah semampu kalian dengan kekuatan dan senjata, bangunlah sebuah
masjid untukku, sungguh aku akan menemui Kaisar, kemudian aku akan datang
dengan pasukan tentara Romawi, lalu aku akan mengusir Muhammad dan para
shahabatnya.’ Maka, mereka pun membangun sebuah masjid di samping masjid
Quba’, yang bekerja membangunnya terdiri dari dua belas orang, yaitu Hizam bin
Khalid, Sa’labah bin Hatib, Mu’tab bin Qusyair, Abu Habibah bin Al-Ar’ad, Ibad
bin Hanif, Harisah, Jariyah, dan kedua putranya Mujammi’ dan Zaid, Nabtal bin
Haris, Lihad bin Usman, dan Wadi’ah bin Sabit. Setelah selesai, mereka menemui
Nabi Saw. dan berkata, ’Sesungguhnya kami telah membangun sebuah masjid
untuk orang-orang cacat, orang-orang yang membutuhkan, dan bisa digunakan
(untuk berlindung) pada malam yang berhujan ataupun malam-malam di musim
dingin. Kami sangat berharap engkau bisa datang dan salat untuk kami di dalam
masjid itu.’ Maka, beliau meminta gamisnya untuk beliau kenakan dan akan datang
menemui mereka di sana. Lalu, turunlah Al-Qur’an kepada beliau bahwa Allah

233
memberitahu tentang masjid Dirar dan niat mereka di balik pembangunan masjid
itu. Maka, Rasulullah Saw. memanggil Malik bin As-Dakhsyam, Ma’n bin Adi, Amir
bin Yasykur, dan Wahsyi yang dulu membunuh Hamzah, lalu beliau berkata kepada
mereka, ’Pergilah ke masjid yang zalim penghuninya itu, lalu rubuhkanlah ia dan
bakarlah.’ Maka, mereka pun berangkat. Lalu, Malik mengambil pelepah kurma
dan menyalakan api, kemudian mereka memasuki masjid, di dalamnya terdapat
para penghuninya, lalu mereka segera membakarnya.’.”
=dan merubuhkannya sehingga para penghuninya itu lari meninggalkannya.
Kemudian, Rasulullah Saw. memerintahkan agar tempat itu dijadikan tempat
sampah, tempat pembuangan bangkai, segala hal yang busuk, dan sampah-
sampah. Sementara Abu ‘Amir mati di Syam dalam keadaan sendiri dan terasing.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Yahya
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Al-Abbas bin Ismail bin Abdullah bin
Mikal telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bin Musa
Al-Ahwazi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ismail bin Zakariya telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Dawud bin Az-Zabarqan telah menceritakan
kepada kami, dari Sakhr bin Juwairiyah, dari Aisyah binti Sa’ad bin Abi Waqqash,
dari ayahnya, ia berkata, ‘Sesungguhnya orang-orang munafik mempersembahkan
masjid yang mereka bangun untuk menyaingi masjid Quba’, dan jaraknya dekat
darinya, untuk Abu ‘Amir sang rahib. Mereka menunggunya untuk menjadi imam
mereka di masjid itu saat ia kembali nanti. Setelah menyelesaikan pembangunannya,
mereka datang menemui Nabi Saw. dan berkata, ’Sesungguhnya kami telah
membangun sebuah masjid, salatlah di dalamnya agar kami pun menjadikannya
sebagai tempat salat kami.’ Maka, beliau mengambil pakaiannya untuk pergi
bersama mereka, namun turunlah ayat ini, ’Janganlah engkau melaksanakan salat
di dalam masjid itu selama-lamanya.’.”

QS At-Taubah 9: 111

111- Firman Allah Swt., “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin,
baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka,” (QS At-
Taubah, 9: 111).
Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi berkata, “Ketika orang-orang Anshar
membai’at Rasulullah Saw. pada malam Aqabah di Mekah, dan jumlah mereka
tujuh puluh orang, Abdullah bin Rawahah berkata, ’Wahai Rasulullah, berikanlah
syarat untuk Tuhanmu dan untuk dirimu sekehendakmu.’ Maka beliau bersabda,
’Aku memberikan syarat untuk Tuhanku, agar kalian menyembah-Nya dan tidak

234
mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun juga, dan untuk diriku, hendaklah
kalian melindungiku sebagaimana kalian melindungi diri kalian sendiri.’ Maka,
mereka berkata, ’Jika kami melakukan itu, apakah yang kami dapatkan?’ Beliau
menjawab, ’Surga.’ Mereka pun berkata, ’Beruntunglah perniagaan ini, kami tidak
akan membatalkannya, dan kami juga tidak akan meminta untuk dibatalkan.’ Maka
turunlah ayat ini.’.”

QS At-Taubah 9: 113

Firman Allah Swt., “Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman
memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,” (QS At-Taubah,
9: 113).=
= Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Asy-
Syirazi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Abdurrahman
bin Khumairawaih Al-Hirawi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu
Hasan Ali Muhammad Al-Khuza’i telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu
Al-Yaman telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Syu’aib telah mengabarkan
kepadaku, dari aA-Zuhri, dari Sa’id bin Al-Musayab, dari ayahnya, ia berkata, ‘Ketika
Abu Talib tengah menghadapi ajalnya, Rasulullah Saw. datang menemuinya, dan
saat itu di sisinya telah ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Rasulullah Saw.
berkata kepadanya, ’Wahai pamanku, ucapkanlah bersamaku, ‘La ilaha illallahu’,
agar aku dapat menjadikannya sebagai hujah dalam membelamu di hadapan Allah.’
Maka, Abu Jahal dan Ibnu Abi Umayyah berkata, ’Wahai Abu Talib, apakah engkau
tidak menyukai agama Abdul Muttalib?’ Mereka terus berbicara kepadanya hingga
akhirnya kata terakhir yang diucapkannya adalah, ’Tetap di dalam agama Abdul
Muttalib.’ Maka, Nabi Saw. bersabda, ’Aku pasti akan memohonkan ampunan
untukmu selama aku tidak dilarang untuk itu.’ Maka, turunlah ayat, ’Tidak pantas
bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah)
bagi orang-orang musyrik sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya) setelah
jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahannam.’.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Ishaq bin Ibrahim, dari Abdurrazzaq, dari
Ma’mar, dari Az-Zuhri. Diriwayatkan juga oleh Muslim dari Harmalah, dari Ibnu
Wahab, dari Yunus, dan keduanya dari Az-Zuhri.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id bin Abu Amr An-Nisaburi telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Al-Hasan bin Ali bin Mu’ammil telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Amr bin Abdullah Al-Basri telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Musa bin Ubaidah telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,

235
‘Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazi telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Muhammad bin Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ja’far
bin Aun telah mengabarkan kepadaku, ia berkata, “Aku mendengar bahwasanya
ketika Abu Talib mulai menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, orang-
orang Quraisy berkata kepadanya, ’Wahai AbuTalib, kirimlah orang kepada
keponakanmu agar ia mengirimkan untukmu=
=sesuatu dari surga yang disebut-sebutnya itu, sesuatu yang dapat
menyembuhkanmu.’ Maka, orang yang diutus itu pun pergi hingga bertemu
dengan Rasulullah Saw. yang tengah duduk bersama Abu Bakar. Lalu ia berkata,
’Hai Muhammad, pamanmu mengatakan, ’Aku adalah orang tua yang sudah lemah
dan sering sakit, kirimkanlah untukku dari surgamu itu, yang sering engkau sebut
tentang makanan dan minumannya, sesuatu yang dapat menyembuhkanku.’ Maka
Abu Bakar berkata, ’Sesungguhnya Allah telah mengharamkannya untuk orang-
orang kafir.’ Maka utusan itu segera kembali kepada mereka dan berkata, ’Aku telah
menyampaikan kepada Muhammad maksud dari kalian saat mengutusku, namun
ia sama sekali tidak menjawabku, dan Abu Bakar berkata, ’Sesungguhnya Allah
telah mengharamkannya untuk orang-orang kafir.’ Maka mereka mendesak Abu
Talib untuk kembali mengirim utusan darinya. Kemudian, utusan itu mendapati
Rasulullah Saw. di majelisnya, lalu ia menyampaikan hal yang sama, Rasulullah
Saw. pun berkata kepadanya, ’Sesungguhnya Allah telah mengharamkan makanan
dan minumannya untuk orang-ornag kafir.’ Kemudian beliau ikut bersama utusan
itu hingga tiba di rumah Abu Talib. Beliau mendapati rumah itu telah penuh
dengan orang-orang, beliau pun bersabda, ’Tinggalkanlah aku dengan pamanku.’
Maka, mereka berkata, ’Kami tidak akan melakukannya, engkau tidak lebih berhak
dari kami terhadapnya. Jika engkau memiliki hubungan kekerabatan, kami pun
memiliki hubungan kekerabatan yang sama.’ Maka, beliau duduk di sampingnya
dan bersabda, ’Wahai paman, semoga Allah memberimu sebaik-baik balasan
karena kebaikanmu kepadaku. Wahai paman, bantulah aku, agar aku dapat
menolongmu, dengan satu kata, dengan kata itu aku akan memberikan syafaat
untukmu di hadapan Allah pada hari kiamat.’ Abu Talib bertanya, ’Apakah itu,
wahai keponakanku?’ Beliau menjawab, =
=katakanlah, ‘La ilaha illallahu la syarika lahu (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah, tiada sekutu bag-Nya). ’ Maka Abu Thalib berkata, ’Sungguh,
engkau adalah pemberi nasehat bagiku, dan demi Allah, jika bukan karena takut
dicela, dan orang-orang mengatakan bahwa pamanmu merasa takut menghadapi
kematianm niscaya aku akan membahagiakanmu dengan mengucapkan kata itu.’

236
Lalu orang-orang yang berada di sana berteriak, ’Hai Abu Thalib, engkau adalah
pemimpin dari agama hanafiyah, yang merupakan agama dari bapak-bapak
kita.’ Dan Abu Thalib kembali berkata, ’Jangan sampai wanita-wanita Quraisy
mengatakan bahwa pamanmu takut pada saat menghadapi kematian.’ Maka
Rasulullah Saw. bersabda, ’Aku akan terus memohonkan ampunan untukmu
sampai Allah melarangku.’ Dan beliau pun memohonkan ampunan untuknya
setelah kematiannya. Maka kaum muslimin pun berkata, ’Apa yang menghalagi
kita untuk memohonkan ampunan bagi orang tua kita dan juga kerabat kita
yang lain? Bahkan Nabi Ibrahim pun memohonkan ampunan untuk ayahnya, dan
sekarang Nabi Muhammad Saw. memohonkan ampunan untuk pamannya.’ Maka
mereka pun memohonkan ampunan untuk orang-orang musyrik, hinga turun
firman Allah, ’Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan
ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik sekalipun orang-orang itu
kaum kerabat(nya)’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abul Qasim Abdurrahman bin Ahmad al-Harrani telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Na’im telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub al-Umawi telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hurr bin Nushair telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Wahab telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, “Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada kami, dari Ayyub bin Hani’, dari
Masruq bin al-Ajda’, dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Suatu hari Rasulullah Saw.
keluar untuk memeriksa kuburan, dan kami pun ikut bersama beliau. Kemudian
kami mengambil tempat duduk, sementara beliau terus memeriksa kuburan
sampai beliau tiba di sebuah kuburan yang ada di sana. di sana beliau berdoa
dengan panjang, dan kemudian beliau bangkit. Lalu kami mendatangi Rasulullah
Saw. dan mendapati beliau tengah menangis, sehingga kami pun ikut menangis
karena tangisan Rasulullah Saw. Setelah itu beliau menghadap ke arah kami, dan
Umar menyambut beliau dengan bertanya, ’Wahai Rasulullah, apakah yang telah
membuatmu menangis? Sungguh hal itu telah membuat kami menangis dan
khawatir.’ Maka beliau pun duduk bersama kami, dan kemudian berkata, ’Kalian
khawatir terhadap tangisanku?’=
=maka kami menjawab, ’ Ya.’ Beliau bersabda, ’Sesungguhnya kuburan yang
kalian lihat aku berdoa di atasnya adalah kuburan milik Aminah binti Wahab, dan
sungguh aku meminta izin kepada Tuhanku agar aku dapat menziarahinya, dan Dia
mengizinkanku, lalu aku meminta izin kepada Tuhanku agar aku bisa memohonkan
ampunan untuknya. Namun Dia tidak mengizinkanku,’ dan turunlah firman-Nya,

237
’Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain
hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya.’ Lalu, aku
pun merasa sedih sebagaimana perasaan yang dirasakan seorang anak terhadap
ibunya, dan itulah yang telah membuatku menangis.’.”

QS At-Taubah 9: 122

Firman Allah Swt., Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi
(ke medan perang),” (QS At-Taubah, 9: 122).
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Al-Kalbi, “Ketika Allah menurunkan
ayat tentang aib orang-orang munafik karena mereka tidak ikut berangkat untuk
berjihad, orang-orang mukmin berkata, ’Demi Allah, kami tidak akan pernah
tertinggal dalam setiap perang yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan tidak
pula tertinggal dalam ekspedisi militer selamanya.’ Maka, ketika Rasulullah Saw.
memerintahkan untuk menyiapkan ekspedisi militer ke tempat musuh, seluruh
kaum muslimin pun bersiap untuk berangkat, dan mereka meninggalkan Rasulullah
Saw. sendirian di Madinah, maka Allah Swt menurunkan ayat ini.”

SURAT YUNUS
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Yunus 10: 2

Firman Allah Swt., “Pantaskah manusia menjadi heran bahwa kami memberi wahyu
kepada seorang laki-laki di antara mereka, “Berilah peringatan kepada manusia...,”
(QS Yunus, 10: 2).
Ibnu Abbas berkata, “Ketika Allah Swt. mengutus Nabi Muhammad Saw.
sebagai rasul, orang-orang kafir mengingkarinya dan berkata, ‘Allah terlalu agung
untuk memiliki seorang rasul dari kalangan manusia seperti Muhammad.’ Maka,
Allah menurunkan ayat ini.”

QS Yunus 10: 15

Firman Allah Swt., “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami dengan
jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata,
“Datangkanlah Kitab selain Al-Qur’an ini atau gantilah,” (QS Yunus, 10: 15).
Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kaum musyrikin Mekah.”
Muqatil berkata, “Jumlah mereka ada lima orang yaitu, Abdullah bin Abi

238
Umayyah Al-Makhzumi, Al-Walid bin Al-Mugirah, Mukriz bin Hafs, Amr bin
Abdullah bin Abi Qais Al-‘Amiri, dan Al-‘Ash bin ‘Amir. Mereka berkata kepada
Nabi Saw., ’Bawakanlah Al-Qur’an yang di dalamnya tidak terdapat perintah untuk
meninggalkan ibadah terhadap Lata dan Uzza.’.”
Dan Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang
mengolok-olok, mereka berkata, ’Hai Muhammad, datangkanlah Al-Qur’an selain
yang ini, yang di dalamnya terdapat apa-apa yang kami minta kepadamu.’.”

SURAT HUD
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Hud 11: 5

Firman Allah Swt., “Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang munafik)


memalingkan dada mereka,” (QS Hud, 11: 5)
Ayat ini turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syuraiq, ia adalah seorang
lelaki yang manis bicaranya dan elok rupanya, ia selalu menemui Nabi Saw. dengan
apa-apa yang beliau sukai, dan menyembunyikan di dalam hatinya apa-apa yang
tidak beliau sukai.
Dan al-Kalbi berkata, “Ia sering duduk di majelis Nabi Saw. dan menampakkan
kepada beliau sesuatu yang menyenangkan beliau, sementara di dalam hatinya ia
menyembunyikan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang ditampakkannya,
maka Allah menurunkan firman-Nya, ’Ingatlah,=
=sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) memalingkan dada mereka.’
Al-Kalbi berkata, ‘Mereka menyembunyikan apa-apa yang ada di dalam hati mereka,
berupa permusuhan terhadap Nabi Muhammad Saw.’.”

QS Hud 11: 114

Firman Allah Swt., “Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi
dan petang) dan pada bagian permulaan malam, perbuatan-perbuatan baik itu
menghapus kesalahan,” (QS Hud, 11: 114).
Imam Al-Wahidi berkata, “Ustaz Abu Mansur Al-Bagdadi telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Abu Amr bin Matar telah mengabarkan kepada kami,
Ia berkata, ‘Ibrahim bin Ali telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Yahya
bin Yahya telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Al-Ahwas telah
mengabarkan kepada kami, dari Simak, dari Ibrahim, dari Alqamah, dan Al-
Aswad, dari Abdullah, ia berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Nabi Saw.
239
dan berkata, ’Wahai Rasulullah, aku telah mengganggu seorang wanita di ujung
kota, dan aku telah melakukan segalanya kepadanya kecuali menggaulinya, inilah
aku sekarang, tetapkanlah hukumanku sekehendakmu.’ Ia berkata, ’Maka Umar
berkata, ’Sungguh Allah akan menutupi (aib)mu jika engkau menutupi dirimu
sendiri.’ Namun Rasulullah Saw. tidak memberikan jawaban kepadanya sehingga
laki-laki itu pun pergi. Kemudian, ia diikuti oleh seseorang dan memanggilnya, lalu
ia membacakan ayat ini kepadanya. Lalu seseorang bertanya, ’Wahai Rasulullah,
apakah ini hanya khusus untuknya?’ Beliau menjawab, ’Tidak, akan tetapi untuk
manusia secara keseluruhan.’.” Diriwayatkan oleh Muslim dari Yahya.
Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari dari jalur Yazid bin Zurai’, “Telah
mengabarkan kepada kami Umar bin Abi Umar, telah mengabarkan kepada kami
Muhammad bin Makki, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ismail, telah menceritakan kepada
kami Yazid bin Zurai’, telah menceritakan kepada kami Sulaiman At-Tamimi, dari
Abu Usman An-Nahdi, dari Ibnu Mas’ud, bahwa seorang laki-laki telah mencium
seorang perempuan, lalu laki-laki itu menemui Nabi Saw. dan menceritakan hal itu
kepada beliau. Maka Allah Swt menurunkan ayat ini, “Dan laksanakanlah salat pada
kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam.” Laki-laki
itu bertanya, “Apakah ini khusus untukku?” Beliau menjawab, “Bagi siapa saja yang
mengerjakannya dari umatku.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Musa bin Musa bin Al-Fadl telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub Al-Umawi telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, “Abbas Ad-Dauri telah menceritakan kepada kami, ia
berkata, “Telah menceritakan kepada kami Ahmad=
=bin Hanbal Al-Marwazi, ia berkata, “Ibnul Mubarak telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Suwaid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, “Usman bin
Mu’min telah mengabarkan kepada kami,dari Musa bin Talhah, dari Abu Al-Yusr bin
Amr, ia berkata, “Seorang wanita datang menemuiku, suaminya tengah diutus oleh
Rasulullah Saw. dalam sebuah perang, wanita itu berkata, ’Juallah kepadaku kurma
seharga satu dirham.’ Aku tertarik kepadanya, lalu berkata, ’Sungguh, di rumahku
ada kurma yang lebih bagus dari ini, ikutlah denganku.’ Lalu, aku merayunya dan
menciumnya.’ Setelah itu, aku pergi menemui Nabi Saw. dan menceritakan hal
itu kepadanya. Maka, beliau bersabda, ’Dengan perbuatanmu itu, engkau telah
mengkhianati seseorang yang tengah berperang di jalan Allah pada keluarganya.’
Lalu beliau menundukkan kepalanya. Aku pun mengira bahwa aku telah menjadi
seorang ahli neraka dan bahwasanya Allah tidak akan pernah mengampuniku

240
selamanya. Maka, Allah menurunkan firman-Nya, ’Dan laksanakanlah salat pada
kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam.’ Maka,
Nabi Saw. mengutus seseorang menemuiku dan membacakan ayat ini kepadaku.’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Nashr bin Bakr bin Ahmad Al-Wa’izh telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Sa’id Abdullah bin Muhammad As-Sajzi
telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ayyub Ar-Razi telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ali bin Usman dan Musa bin Ismail dan
Ubaidillah bin Asim telah mengabarkan kepada kami, ‘dan lafalnya dari Ali, mereka
berkata, ‘Hammad bin Salamah telah mengabarkan kepada kami,ia berkata, ‘Ali bin
Yazid telah menceritakan kepada kami, dari Yusuf bin Mahan, dari Ibnu Abbas, ia
berkata, ‘Seorang laki-laki datang kepada Umar dan berkata, ’Ada seorang wanita
yang datang untuk berjual-beli denganku, lalu aku memasukkannya ke dalam
tokoku dan aku lakukan segala hal terhadapnya kecuali menggaulinya.’ Maka,
Umar berkata, ’Celakalah engkau, mungkin ia ditinggal oleh suaminya yang sedang
berada di jalan Allah.’ Ia berkata, ’Benar.’ Umar berkata, ’Temuilah Abu Bakar.’ Di
hadapan Abu Bakar, ia mengatakan apa yang telah dikatakannya kepada Umar, dan
Abu Bakar pun mengatakan hal yang sama, lalu ia berkata, ’Temuilah Rasulullah Saw.
dan tanyakanlah kepada beliau.’ Maka ia pun menemui Nabi Saw. dan mengatakan
kepada beliau apa yang telah dikatakannya kepada Abu Bakar dan Umar, maka
Rasulullah Saw. bertanya, ’Apakah dia ditinggal oleh suaminya yang sedang berada
di jalan Allah?’ Ia menjawab, ’Benar.’ Maka beliau diam, hingga turun firman Allah
Swt., ’Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada
bagian permulaan malam, perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan.’
Lalu laki-laki itu bertanya, ’Apakah ini khusus untukku wahai Rasulullah, ataukah
umum untuk seluruh manusia?’ Maka Umar menepuk dadanya dan berkata, ’Tidak,
dan tidak sekejap mata pun, akan tetapi itu untuk manusia secara keseluruhan.’
Rasulullah Saw. tertawa dan berkata, ’Umar benar.’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Nasr Muhammad bin Muhammad At-Tusi telah
mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Ali bin Umar Al-Hafiz telah menceritakan
kepada kami, ia berkata, Al-Hibr bin Ismail Al-Mahamili telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, “Yusuf bin Musa telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Jarir
telah menceritakan kepada kami, dari Abdul Malik bin Umair, dari Abdurrahman
bin Abu Laila, dari Mu’az bin Jabal, bahwa ia pernah duduk di dekat Nabi Saw.,
lalu datanglah seorang laki-laki dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana
menurutmu tentang seorang laki-laki yang mencumbu seorang wanita yang tidak
halal baginya? Ia telah melakukan segala hal yang dilakukan oleh seorang laki-

241
laki terhadap istrinya, kecuali menggaulinya?’ Maka beliau bersabda, ‘Berwudulah
dengan wudu yang baik, lalu berdirilah=
=dan salatlah.’ Ia berkata, ’Maka Allah menurunkan ayat ini, ’Dan
laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian
permulaan malam.’ Sampai akhir dari ayat tersebut. Lalu, Mu’az bin Jabal berkata,
‘Apakah ayat itu khusus untuknya ataukah untuk kaum muslimin secara umum?’
Beliau bersabda, ‘Untuk kaum muslimin secara umum.’.”
Imam Al-Wahidi berkata, ‘‘Al-Ustaz Abu Tahir Ar-Ruzbari telah mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Hajib bin Ahmad telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ‘Abdurrahim bin Munib telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Al-
Fadl bin Musa Asy-Syaibani telah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Sufyan
As-Sauri telah menceritakan kepada kami, dari Simak bin Harb, dari Ibrahim,
dari Abdurrahman bin Suwaid, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, ‘Seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah Saw. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh aku telah
mencumbu seorang wanita, hanya saja aku tidak menggaulinya?’ Maka Allah
menurunkan firman-Nya, ’Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi
dan petang) dan pada bagian permulaan malam, perbuatan-perbuatan baik itu
menghapus kesalahan.’.”

SURAT YUSUF
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Yusuf 12: 3

Firman Allah Swt., “Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling
baik,” (QS Yusuf, 12: 3)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdul Qahir bin Tahir telah mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu Amr bin Matar telah mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Ja’far bin Muhammad bin Hasan Al-Qasi telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata,=
= telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzali, ia berkata,
‘telah menceritakan kepada kami Amr bin Muhammad Al-Qurasyi, ia berkata, ‘telah
menceritakan kepada kami Khallad bin Muslim As-Saffar, dari Amr bin Qais Al-
Mula’i, dari Amr bin Murrah, dari Mus’ab bin Sa’ad, dari ayahnya Sa’ad bin Abi
Waqqas mengenai firman Allah Swt, ‘Kami menceritakan kepadamu (Muhammad)
kisah yang paling baik, ia berkata, ‘Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah
Saw dan beliau membacakannya kepada mereka selama beberapa waktu, lalu

242
mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, andai saja engkau bercerita.’ Maka, Allah Swt
menurunkan, ‘Alif Lam Ra. Ini adalah ayat ayat Kitab (Al-Qur’an) yang jelas.’ Sampai
firman-Nya, ‘Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik,
lalu beliau membacakannya kepada mereka selama beberapa waktu, lalu mereka
berkata, ‘Wahai Rasulullah, andai saja engkau menyampaikan hadis (perkataan)
kepada kami, maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya), ia berkata,
‘Semua itu agar mereka beriman kepada Al-Qur’an.’.”
Diriwayatkan oleh Al-Hakim Abu Abdullah di dalam Sahihnya, dari Abu Bakar
Al-Anbari, dari Muhammad bin Abdussalam, dari Ishaq bin Ibrahim.
Aun bin Abdullah berkata, “Suatu ketika Rasulullah Saw merasa sedikit bosan
sehingga mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, sampaikanlah hadis (perkataan)
kepada kami.’ Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, ‘Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya), ia berkata,
‘Kemudian mereka kembali merasa sedikit bosan sehingga mereka berkata, ‘Wahai
Rasulullah yang sedikit di atas hadis, namun masih di bawah Al-Qur’an, maksud
mereka adalah kisah-kisah. Maka Allah Swt. menurunkan, ‘Kami menceritakan
kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik. Mereka menginginkan hadis,
dan Allah menunjukkan kepada mereka perkataan yang paling baik, lalu mereka
menginginkan kisah, dan Allah menunjukkan kepada mereka kisah yang paling
baik.’.”

AR-RA‘D
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Ar-Ra‘d 13: 13

13- Firman Allah Swt, “Dan Allah melepaskan petir, lalu menimpakannya kepada
siapa yang Dia kehendaki.”
Telah mengabarkan kepada kami Nashr bin Abi Nashr al-Wa’izh, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Abu Sa’id Abdullah bin Muhammad bin Nashr,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ayyub ar-Razi, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Abdul Wahhab, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Ali bin Abi Sarah asy-Syaibani, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Tsabit, dari Anas bin Malik, bahwa suatu ketika
Rasulullah Saw. mengutus seorang laki-laki untuk menemui salah seorang fir’aun
dari Arab, beliau berkata, “Pergilah, dan panggilkan dia untukku.” Maka ia berkata,

243
“Wahai Rasulullah, sungguh dia lebih sombong dari itu (terlalu sombong untuk
mau datang--penerj.). Namun beliau kembali berkata, “Pergilah, dan panggilkan
dia untukku.” Maka ia pun pergi menemui orang itu dan berkata, “Rasul Allah
memanggilmu.” Orang itu menjawab, “Apa itu Allah? Apakah ia terbuat dari emas,
perak, ataukah tembaga?” Anas berkata, “Maka ia kembali menemui Rasulullah Saw.
dan memberi tahu beliau, ia berkata, “Aku telah memberitahumu bahwa ia lebih
sombong dari itu, ia telah mengatakan begini dan begitu.” Maka beliau berkata,
“Kembalilah kepadanya untuk yang kedua kalinya, dan panggillah ia.” Maka ia
pun kembali menemui orang itu dan orang itu kembali menjawab sebagaimana
yang pertama. Maka ia kembali menemui Nabi Saw. dan memberi tahu beliau.
Maka beliau berkata, “Kembalilah menemuinya.” Maka ia pun kembali untuk yang
ketiga kalinya, dan mengulangi ucapannya. Ia berkata, “Ketika ia tengah berbicara
kepadaku, tiba-tiba datang awan ke arahnya dan tepat di atas kepalanya, lalu awan
itu mengeluarkan suara guruh, dan melepaskan petir yang menghantam tengkorak
kepala orang itu.” Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan Allah melepaskan
petir, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka
berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya.”
Dan Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat dari Abu Shaleh, Ibnu Juraij, dan Ibnu
Zaid, “Ayat ini turun berkenaan dengan ‘Amir bin Thufail dan Arbad bin Rabi’ah. Saat
itu mereka berdua datang untuk menjumpai Rasulullah Saw., lalu salah seorang
sahabat beliau berkata, “Wahai Rasulullah, ‘Amir bin Thufail tengah menujumu.”
Maka beliau berkata, “Biarkan dia, jika Allah menginginkan kebaikan untuknya, Dia
akan memberinya hidayah.” ‘Amir pun tiba, dan setelah berdiri di hadapan beliau,
ia berkata, “Hai Muhammad, apa yang akan aku peroleh jika aku masuk Islam?”
beliau berkata,=
=“Engkau memperoleh apa yang diperoleh orang kaum muslimin, dan engkau
ditimpa oleh apa yang menimpa kaum muslimin.” Ia berkata, “Apakah engkau akan
menyerahkan urusan ini kepadaku sepeninggalmu?” Beliau menjawab, “Tidak,
itu bukanlah wewenangku, Allahlah yang akan menyerahkannya kepada siapa
saja yang dikehendaki-Nya.” ‘Amir kembali berkata, “Kalau begitu engkau jadikan
aku pemimpin di wilayah Baduy (pedalaman) dan engkau pemimpin di wilayah
kota?” beliau menjawab, “Tidak.” Maka ‘Amir berkata, “Lalu apa yang engkau
berikan untukku?” Beliau berkata, “Aku akan memberimu tali kekang kuda, yang
dengannya engkau berperang.” Ia berkata, “Bukankah itu telah aku lakukan hari
ini?” dan sebelumnya ia telah berpesan kepada Arbad bin Rabi’ah, “Jika engkau

244
melihatku berbicara kepadanya, berputarlah ke arah belakangnya dan pukullah
ia dengan pedang.” Maka ia terus berbantah-bantahan dengan Rasulullah Saw.
dan bertanya kepada beliau. Lalu Arbad pun berputar ke arah belakang Nabi Saw.
untuk menyerang beliau. Lalu ia mulai mengeluarkan pedangnya sejengkal, namun
kemudian Allah menahannya sehingga ia tidak bisa menghunusnya. Maka ‘Amir
pun memberi isyarat kepadanya sehingga Rasulullah Saw. menoleh dan melihat
Arbad serta apa yang tengah ia lakukan dengan pedangnya, maka beliau berkata,
“Ya Allah, cukupkanlah aku dari mereka=
=dengan cara apa pun yang Engkau kehendaki. Maka Allah mengirimkan
kepada Arbad sebuah petir di hari yang panas dan dengan suara menggelegar
membakarnya. Sementara ‘Amir segera berbalik melarikan diri dan berkata, “Hai
Muhammad, engkau telah berdoa kepada Tuhanmu sehingga Dia membunuh
Arbad. Demi Allah, aku akan memenuhi lembah dengan kuda-kuda dan pasukan
untuk menghadapimu.” Maka Rasulullah Saw. berkata, “Allah akan menghalangimu
dari itu, dan begitu pula anak-anak dari Qilah.” Maksud beliau adalah Aus dan
Khazraj. Lalu ‘Amir beristirahat di rumah seorang wanita Bani Salul. Pagi harinya, ia
mendekap senjatanya dan keluar rumah seraya berkata, “Demi Lata, jika Muhammad
dan temannya (malaikat maut) muncul, aku pasti akan menikam mereka dengan
tombakku.” Ketika Allah melihat perbuatannya itu, Dia mengirimkan seorang
malaikat, dan malaikat itu menamparnya dengan kedua sayapnya sehingga ia
terjerembab ke tanah. Lalu pada saat itu muncullah di kakinya semacam bisul yang
sama dengan bisul yang biasa menyerang unta, maka ia kembali ke rumah wanita
dari Bani Salul itu dan berkata, “Bisul seperti bisul unta, dan mati di rumah seorang
Bani Salul?” Dan kemudian ia pun mati di atas punggung kudanya. Berkenaan
dengannya, Allah menurunkan kisah ini, “Sama saja (bagi Allah), siapa di antaramu
yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus terang.” Sampai firman-
Nya, “Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.”

QS Ar-Ra‘d 13: 30

30- Firman Allah Swt, “Padahal mereka ingkar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.”
Para ahli tafsir berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan perjanjian
Hudaibiyah, saat mereka hendak menuliskan perjanjian, Rasulullah Saw. berkata,
“Tulislah ‘Bismillahirrahmanirrahim’.” Maka Suhail bin Amr dan orang-orang musyrik
berkata, “Kami tidak mengenal ar-Rahman selain orang yang di Yamamah itu–
maksud mereka adalah Musailamah al-Kadzdzab--tulislah “Bismika allahumma.”

245
Dan demikianlah biasanya orang-orang Jahiliah menulis nama Allah. Maka
berkenaan dengan itu, Allah menurunkan ayat ini.
Dan Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat ad-Dahhak, “Ayat ini turun berkenaan
dengan orang-orang kafir Quraisy, ketika Nabi Saw. berkata kepada mereka,
“Sujudlah kalian kepada (Allah) Yang Maha Pengasih.” Mereka berkata, “Apa itu
ar-Rahman, apakah kami harus sujud kepada apa yang engkau perintahkan kepada
kami?” maka Allah menurunkan ayat ini, dan berkata, “Katakanlah kepada mereka,
sesungguhnya ar-Rahman yang kalian ingkari itu adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan
selain Dia.”

QS Ar-Ra‘d 13: 31

31- Firman Allah Swt, “Dan sekiranya ada satu bacaan (kitab suci) yang dengan itu
gunung-gunung dapat digoncangkan,”
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman an-Nahwi,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Amr Muhammad bin Ahmad
al-Hairi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Ya’la, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ismail bin Tsamalah al-Anshari, telah
menceritakan kepada kami Khalaf bin Tamim, dari Abdul Jabbar bin Umar al-
Abli, dari Abdullah bin Atha’, dari neneknya Ummu ‘Atha’ pelayan Zubair berkata,
“Aku pernah mendengar Zubair berkata, “Orang-orang Quraisy berkata kepada
Rasulullah, “Engkau mengira bahwa engkau adalah Nabi yang menerima wahyu,
sesungguhnya Sulaiman telah ditundukkan untuknya angin, Musa ditundukkan
untuknya laut, dan Isa menghidupkan orang yang telah mati, berdoalah kepada
Allah agar Dia mengguncangkan gunung ini untuk kami, memancarkan sungai-
sungai dari bumi ini untuk kami, agar kami dapat menanam tumbuh-tumbuhan
dan ladang untuk kami makan. Jika tidak, berdoalah agar Dia menghidupkan
orang-orang yang telah mati dari kami sehingga kami dapat berbicara kepada
mereka, dan mereka pun berbicara kepada kami, dann jika tidak berdoalah kepada
Allah agar mengubah batu yang ada di bawah kakimu itu menjadi emas sehingga
kami dapat mengukirnya dan kami tidak perlu lagi melakukan perjalanan dagang
di musim dingin dan musim panas karena engkau mengaku sama seperti nabi-nabi
itu.” Ketika kami tengah berada di dekat beliau, turunlah wahyu kepada beliau. Dan
setelah selesai, beliau berkata kepada kami, “Demi Allah, Allah telah memberiku
apa yang kalian pinta, jika aku mau, niscaya itu akan terjadi, akan tetapi aku diberi
pilihan agar kalian masuk ke dalam pintu rahmat dan beriman dari kalian orang
yang akan beriman, atau Allah akan menimpakan kepada kalian apa yang telah

246
kalian pilih untuk diri kalian, dan kalian akan sesat dari pintu rahmat. Dan aku telah
memilih pintu rahmat. Dan Allah juga memberitahuku bahwa apabila Dia memberi
kalian apa yang kalian pinta, lalu kalian tetap ingkar, maka Dia akan menyiksa kalian
dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakannya kepada seorang pun di alam ini.”
Lalu turunlah ayat, “Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan
(kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu
telah didustakan oleh orang terdahulu.” (QS Al-Isra’, 17: 59). Dan turun juga ayat,
“Dan sekiranya ada satu bacaan (kitab suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat
digoncangkan,”

QS Ar-Ra‘d 13: 38

38- Firman Allah Swt., “Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum
engkau (Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.”
Al-Kalbi berkata, “Orang-orang Yahudi mencela Rasulullah Saw. dan mereka
berkata, “Kami tidak melihat nabi ini memiliki tugas selain untuk kaum wanita
dan menikah. Jika ia memang seorang nabi sebagaimana yang ia sangka, niscaya
urusan kenabian itu akan menyibukkannya dari kaum wanita.” Maka Allah Swt.
menurunkan ayat ini.

SURAT AL-HIJR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Hijr 15: 24

24- Firman Allah Swt., “Dan sungguh, Kami mengetahui orang yang terdahulu
sebelum kamu, dan Kami mengetahui pula orang yang terkemudian.”
Dari Ibnu Abbas berkata, “Ada seorang perempuan cantik yang salat=
=di belakang Nabi Saw. dan ia berada di barisan yang paling belakang dari
kaum perempuan. Saat itu sebagian sahabat sengaja maju ke shaf bagian depan
agar tidak melihatnya, sementara sebagian lain sengaja mundur ke shaf belakang.
Dan apabila ia rukuk, ia berkata: seperti ini, lalu ia akan melihat ke belakang dari
bawah ketiaknya, maka turunlah ayat, “Dan sungguh, Kami mengetahui orang yang
terdahulu sebelum kamu, dan Kami mengetahui pula orang yang terkemudian.”
Dan ar-Rabi’ bin Anas berkata, “Rasulullah Saw. memerintahkan untuk mengisi
shaf yang pertama di dalam salat, sehingga orang-orang berdesakan di shaf itu,

247
sementara Bani Udzrah memiliki rumah yang jauh dari masjid sehingga mereka
berkata, “Mari kita jual rumah-rumah kita, dan kita beli rumah yang dekat dengan
masjid.” Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-Hijr 15: 47

47- Firman Allah Swt., “Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada di dalam
hati mereka.”
Telah mengabarkan kepada kami Abdurrahman bin Hamdan al-Adl, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Ja’far bin Malik, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, ia berkata,
telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Sulaiman bin Khalid al-Fahham,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ali bin Hasyim, dari Kutsair bin an-
Nawa berkata, aku berkata kepada Abu Ja’far, “Sesungguhnya fulan menceritakan
kepadaku dari Ali bin Husain Ra., bahwasanya ayat ini turun berkenaan dengan
Abu Bakar, Umar, dan Ali Ra.: “Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada di
dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas
dipan-dipan.” Ia berkata, “Demi Allah, sungguh ayat ini turun berkenaan dengan
mereka, dan untuk merekalah ayat ini turun.” Aku bertanya, “Dendam apakah yang
dimaksud?” ia menjawab, “Dendam masa Jahiliah, karena di antara Bani Taim, Bani
Adi, dan Bani Hasyim terdapat perselisihan di masa Jahiliah, dan ketika orang-
orang itu masuk Islam dan menyambut seruan Allah, Abu Bakar mengalami sakit di
bagian lambungnya, maka Ali memanaskan tangannya, lalu menggosokkannya ke
lambung Abu Bakar, dan turunlah ayat ini.

QS Al-Hijr 15: 49

49- Firman Allah Swt., “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah


Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Ibnu Mubarak meriwayatkan dengan isnadnya, dari seorang lelaki dari sahabat
Rasulullah Saw., ia berkata, “Rasulullah Saw. datang kepada kami dari pintu yang =
=biasa digunakan oleh Bani Syaibah, dan saat itu kami tengah tertawa. Maka
beliau berkata, “Aku tidak ingin melihat kalian tertawa.” Kemudian beliau berbalik
hingga saat beliau telah tiba di Hijr, beliau kembali kepada kami dan berkata,
“Sungguh, ketika aku keluar tadi, Jibril menemuiku dan berkata, “Hai Muhammad,
Allah Swt berkata, “Mengapa engkau membuat hamba-hamba-Ku berputus asa?
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa Akulah Yang Maha Pengampun,

248
Maha Penyayang.”

QS Al-Hijr 15: 87

87- Firman Allah Swt., “Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh
(ayat) yang (dibaca) berulang-ulang, dan Al-Qur’an yang agung.”
Husain bin al-Fadl berkata, “Tujuh kafilah dagang milik orang-orang Yahudi
Bani Quraizhah dan Bani Nadhir yang berasal dari Bashra datang secara bersamaan
dalam satu hari. Kafilah itu membawa berbagai macam pakaian, wadah-wadah
minyak wangi, permata, dan barang-barang laut lainnya, maka kaum muslimin
berkata, “Andai saja barang-barang ini milik kita, kita pasti akan menggunakannya
untuk memperkuat diri kita, dan kita akan menginfakkannya di jalan Allah. Maka
Allah Swt. menurunkan ayat ini dan berkata, “Aku telah memberi kalian tujuh
ayat yang lebih baik bagi kalian daripada tujuh kafilah dagang ini.” Dan yang
menunjukkan kebenaran hal ini adalah firman Allah Swt. di ayat yang selanjutnya,
“Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan
hidup.”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

AN-NAHL
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS An-Nahl 16: 1

1- Firman Allah Swt., “Ketetapan Allah pasti datang.”


Ibnu Abbas berkata, “Ketika Allah Swt. menurunkan, “Saat (hari kiamat)
semakin dekat, bulan pun terbelah.” (QS Al-Qamar, 54: 1), orang-orang kafir
berkata satu sama lain, “Sesungguhnya orang ini menyangka=
=bahwasanya hari kiamat telah dekat, maka tahanlah sebagian dari yang
sedang kalian kerjakan sampai kita melihat apa yang akan terjadi. Dan ketika
mereka melihat bahwa tidak ada apa pun yang terjadi, mereka berkata, “Kami
tidak melihat apa pun.” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Telah semakin dekat
kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai
(dengan dunia), berpaling (dari akhirat).” (QS Al-Anbiya’, 16: 1). Maka mereka pun
khawatir dan menunggu datangnya kiamat yang telah dekat, dan ketika=
=hari-hari terus berlalu, mereka berkata, “Hai Muhammad, kami tidak melihat
apa pun dari apa yang engkau ancamkan kepada kami.” Maka Allah menurunkan
firman-Nya, “Ketetapan Allah pasti datang.” Maka Nabi Saw. pun melompat, dan

249
orang-orang mengangkat kepala mereka, dan turunlah, “Maka janganlah kamu
meminta agar dipercepat (datang)nya.” Sehingga mereka pun menjadi tenang. Dan
ketika ayat ini turun, Rasulullah Saw. berkata, “(Masa di mana) aku diutus dan
masa datangnya kiamat adalah seperti dua ini –dan beliau mengisyaratkan dengan
jarinya- dan hampir saja ia mendahuluiku.”
Dan yang lain berkata, “Yang dimaksudkan di sini adalah azab dengan
pedang, dan ini merupakan jawaban untuk an-Nadhr bin al-Harits saat ia berkata,
“Ya Allah, jika ini memang sebuah kebenaran yang datang darimu, maka hujanilah
kami dengan batu dari langit,” ia meminta untuk disegerakannya azab, maka Allah
menurunkan ayat ini.

QS An-Nahl 16: 4

4- Firman Allah Swt., “Dia telah menciptakan manusia dari mani, ternyata dia
menjadi pembantah yang nyata.”
Ayat ini turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf al-Jumahi, saat ia datang
dengan membawa sebuah tulang yang telah rapuh kepada Rasulullah Saw. dan
berkata, “Hai Muhammad, apakah menurutmu Allah akan menghidupkan ini setelah
ia menjadi rapuh?”, dan yang senada dengan ayat ini adalah firman-Nya di dalam
surat Yasin, “Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya
dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata.” (QS Yasin, 36: 77),
sampai akhir surat. Dan ini juga diturunkan berkenaan dengan kisah ini.

QS An-Nahl 16: 38

38- Firman Allah Swt, “Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan
sumpah yang sungguh-sungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang
mati.”
Ar-Rabi’ bin Anas berkata, dari Abu al-‘Aliyah, “Ada seorang laki-laki dari kaum
muslimin yang diutangi oleh seorang laki-laki musyrik, lalu laki-laki muslim itu
datang untuk menagihnya, dan di antara hal yang diucapkannya adalah, “Dan
yang aku harapkan setelah kematian, maka orang musyrik itu berkata, “Apakah
engkau sungguh mengira bahwa engkau akan dibangkitkan setelah mati?” lalu ia
bersumpah dengan nama Allah, bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang
yang mati. Maka Allah menurunkan ayat ini.

QS An-Nahl 16: 41

250
41- Firman Allah Swt., “Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka
dizalimi.”
Ayat ini turun berkenaan dengan para sahabat Nabi Saw. yang di Mekah: Bilal,
Shuhaib, Khabab, ‘Amir, dan Jandal bin Shuhaib, mereka ditahan oleh orang-orang
musyrik di Mekah, lalu orang-orang musyrik itu menyiksa mereka dan menyakiti
mereka. Maka setelah itu Allah Swt. menempatkan mereka di Madinah.

QS An-Nahl 16: 43

43- Firman Allah Swt., “Dan kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad),
melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka.”
Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang musyrik Mekah, mereka
mengingkari kenabian Muhammad Saw. dan berkata, “Allah terlalu agung untuk
mengambil seorang rasul dari kalangan manusia, maka tidakkah Dia mengutus
seorang malaikat kepada kami?”

QS An-Nahl 16: 75

75- Firman Allah Swt., “Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di
bawah kekuasaan orang lain.”
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad
bin Yahya, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar al-Anbari, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad bin Syakir, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Affan, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Wuhaib, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Utsman bin Khutsaim, dari Ibrahim, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, berkata, Ayat ini
turun: “Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan
orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu.” Berkenaan dengan Hisyam bin
Amr, dan dialah yang menginfakkan hartanya secara sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan, sementara tuannya adalah Abu al-Jauza’ yang terus melarangnya,
maka turunlah firman-Nya, “Dan Allah (juga) membuat perumpamaan, dua orang
laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu dan dia menjadi beban
penanggungnya.” Orang bisu yang menjadi beban bagi penanggungnya adalah si
tuan tersebut, yakni Asad bin Abi al-‘Aish, sementara orang yang menyuruh kepada
kebaikan dan ia berada di jalan yang lurus adalah Utsman bin Affan Ra.

QS An-Nahl 16: 90

251
90- Firman Allah Swt., “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan.” =
Telah mengabarkan kepada kami Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu’aib bin Muhammad al-Baihaqi, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Makki bin Abdan == ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abul Azhar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Ruuh bin Ubadah, dari Abdul Hamid bin Bahram, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Syahr bin Hausyab, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah
bin Abbas, ia berkata, “Ketika Rasulullah Saw. tengah duduk di halaman rumahnya
di Mekah, lewatlah Utsman bin Mazh’un, dan ia menyeringai kepada Nabi Saw.
Maka beliau berkata, “Tidakkah engkau duduk?” maka ia berkata, “Baiklah.” Lalu ia
pun duduk di hadapan beliau. Ketika beliau tengah berbicara kepadanya, tiba-tiba
beliau mengangkat pandangannya ke langit, beliau melihat ke sana beberapa saat,
lalu beliau menurunkan pandangannya hingga sampai ke sebuah tangga di tanah.
Kemudian beliau memutar tubuh beliau dan menghadap ke tempat dimana beliau
meletakkan pandangannya. Lalu beliau mengangguk-anggukkan kepalanya seolah
tengah memahami sesuatu yang dikatakan kepadanya. Setelah itu beliau kembali
mengangkat pandangannya ke langit sebagaimana yang pertama, dan terus
mengikuti pandangannya sampai lenyap di langit. Dan kemudian beliau kembali
menghadap kepada Utsman sebagaimana duduk beliau yang pertama. Maka
Utsman berkata, “Wahai Muhammad, sejak aku duduk bersamamu dan berbicara
denganmu, aku tidak pernah melihatmu melakukan apa yang engkau lakukan pagi
ini.” Beliau berkata, “Apa yang engkau lihat aku lakukan?” Ia berkata, “Aku melihatmu
mengangkat pandanganmu ke langit, lalu engkau menurunkannya hingga engkau
meletakkan pandanganmu itu di sisi kananmu, lalu engkau memutar tubuhmu dan
meninggalkanku, setelah itu engkau mengangguk-anggukkan kepalamu seolah
engkau memahami sesuatu yang dikatakan kepadamu?” beliau berkata, “Apakah
engkau mencermati semua itu?” Utsman menjawab, “Iya.” Beliau berkata, “Tadi
saat engkau duduk, Jibril As. datang menemuiku.” Utsman berkata, “Apa yang
dikatakannya?” Beliau menjawab, ia berkata, “Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan
Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” Utsman
berkata, “Itulah saat di mana iman menetap di dalam hatiku, dan aku mencintai
Muhammad Saw.”

252
QS An-Nahl 16: 101

101- Firman Allah Swt., “Dan apabila Kami mengganti suatu ayat dengan ayat yang
lain.”
Ayat ini turun ketika orang-orang musyrik berkata, “Sungguh Muhammad
telah mempermainkan para sahabatnya, hari ini ia memerintahkan sesuatu, lalu
besoknya ia melarangnya, atau ia mendatangkan kepada mereka=
= apa yang lebih mudah bagi mereka, sungguh ia tidak lain adalah orang
yang membuat-buat sesuatu dari dirinya sendiri. Maka Allah menurunkan ayat ini
dan yang sesudahnya.
QS An-Nahl 16: 103

103- Firman Allah Swt., “Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka
berkata, ‘Sesungguhnya al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia
kepadanya (Muhammad)’.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Nashr Ahmad bin Ibrahim, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abu Abdullah Muhammad bin Hamdan az-Zahid, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Abu Hasyim ar-Rifa’i, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Abu Fudhail, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hushain, dari
Ubaidillah bin Muslim berkata, “Dahulu kami memiliki dua orang pelayan laki-laki
beragama Nasrani yang berasal dari Ainut Tamr. Salah seorang dari mereka bernama
Yasar, dan yang lainnya bernama Khair. Dan mereka biasa membaca kitab-kitab milik
mereka di dalam bahasa mereka. Dan Rasulullah Saw pernah melewati mereka dan
mendengarkan apa yang mereka baca. Maka orang-orang musyrik berkata, “Ia belajar
dari mereka.” Maka Allah menurunkan ayat yang mendustakan mereka, “Bahasa orang
yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajam,
padahal ini (Al-Qur’an) adalah dalam bahasa Arab yang jelas.”

QS An-Nahl 16: 106

106- Firman Allah Swt., “Barang siapa kafir kepada Allah setelah dia beriman (dia
mendapat kemurkaan Allah).”
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ammar bin Yasir, ketika
orang-orang musyrik menyeretnya, juga ayahnya Yasir serta ibunya Sumayyah. Dan
mereka juga menyeret Shuhaib, Bilal, Khabab, dan Salim. Adapun Sumayyah, ia
diikat di antara dua ekor unta, lalu bagian kemaluannya ditusuk dengan tombak,
dan dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya engkau masuk Islam karena kaum

253
laki-laki.” Dan ia pun dibunuh, begitu pula dengan suaminya Yasir. Dan mereka
berdua adalah korban pertama yang terbunuh di dalam Islam. Sedangkan Ammar,
ia memberi mereka apa yang mereka inginkan dengan lisannya dalam keadaan
terpaksa, lalu diberitahukan kepada Nabi Saw. bahwa Ammar telah kafir. Maka
beliau berkata, “Tidak demikian, sesungguhnya keimanan telah memenuhi Ammar
mulai dari kepala hingga kakinya, dan keimanan juga telah bercampur dengan
daging dan darahnya.” Lalu Ammar datang menemui Rasulullah Saw. dengan
menangis, namun Rasulullah Saw. mengusap kedua matanya dan berkata, “Jika
mereka kembali menyiksamu, maka katakan kembali apa yang telah engkau
katakan kepada mereka.” Lalu Allah menurunkan ayat ini.
Dan Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang
penduduk Mekah yang telah beriman, lalu kaum muslimin di Madinah menulis
surat kepada mereka, dan mengatakan, “Berhijrahlah, sesungguhnya kami tidak
menganggap kalian sebagai bagian dari kami=
=sampai kalian berhijrah kepada kami. Maka mereka pun berangkat menuju
Madinah, namun orang-orang Quraisy berhasil mengejar mereka di dalam perjalanan,
sehingga mereka dibawa kembali dalam keadaan terpaksa. Dan berkenaan dengan
mereka, turunlah ayat ini.

QS An-Nahl 16: 110

110- Firman Allah Swt, “Kemudian Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang
berhijrah setelah menderita cobaan.”
Qatadah berkata, “Diceritakan kepada kami, bahwa ketika Allah Swt menurunkan
ayat sebelum ini, yang menyatakan bahwa tidak akan diterima keislaman dari penduduk
Makkah hingga mereka berhijrah, maka orang-orang Madinah menulis surat kepada
teman-teman yang ada di Makkah, dan ketika mereka menerima surat itu, mereka pun
berangkat. Akan tetapi orang-orang musyrik mengejar mereka dan membawa mereka
kembali. Maka turunlah ayat, “Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira =
= bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah
beriman” dan mereka tidak diuji?” lalu orang-orang Madinah mengirimkan ayat ini
kepada mereka. Maka mereka pun saling berjanji diantara mereka bahwa mereka akan
keluar untuk berhijrah, jika orang-orang musyrik dari penduduk Makkah mengejar
mereka, mereka akan melawan hingga mereka berhasil selamat atau mereka akan
kembali kepada Allah. Dan orang-orang musyrik pun mengejar mereka, dan mereka
berjuang melawan orang-orang musyrik tersebut, sehingga ada diantara mereka
yang terbunuh, dan ada pula yang selamat. Maka Allah menurunkan firman-Nya,

254
“Kemudian Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah setelah menderita
cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar.”

QS An-Nahl 16: 125-127

125-127- Firman Allah Swt, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah,” sampai firman-Nya, “Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu
semata-mata dengan pertolongan Allah.”
Telah mengabarkan kepada kami Abu Manshur Muhammad bin Muhammad
al-Manshuri, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Ali bin Umar al-Hafizh,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Abdul
Aziz, ia berkata, telah menceritakan kepada kami al-Hakam bin Musa, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ayyasy, dari Abdul Malik bin Abi Uyainah,
dari al-Hakam bin Uyainah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika orang-
orang musyrik telah pergi meninggalkan banyak korban di perang Uhud, Rasulullah
Saw keluar dan menyaksikan sebuah pemandangan yang menyesakkannya, beliau
menyaksikan jasad Hamzah; perutnya telah dibelah, hidungnya dipotong, dan
begitupula dengan kedua telinganya, maka beliau berkata, “Jika bukan karena akan
membuat para wanita bersedih, atau menjadi sunnah setelahku, niscaya aku akan
membiarkannya hingga nanti Allah membangkitkannya dari perut binatang buas
dan burung-burung. Sungguh aku akan membunuh tujuh puluh orang dari mereka
sebagai balasan untuknya.” Lalu beliau meminta sebuah kain untuk menutupi
wajah Hamzah, namun kedua kakinya terlihat,==maka beliau menutupinya
dengan daun izkhir. Lalu beliau maju dan bertakbir untuknya sebanyak sepuluh
kali. Lalu dibawakan korban lain dan diletakkan di dekat Hamzah, hingga beliau
men-salatkannya sebanyak tujuh puluh kali karena jumlah korban yang mati
saat itu tujuh puluh orang. Ketika mereka telah selesai dikuburkan, turunlah ayat
ini, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah,” sampai firman-
Nya, “Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan
pertolongan Allah.” Maka beliau pun memilih bersabar dan tidak merusak jasad
siapa pun.
Telah mengabarkan kepada kami Ismail bin Ibrahim al-Wa’izh, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Abbas Ahmad bin Muhammad bin Isa al-Hafizh, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin al-Walid al-Kindi, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Shaleh al-Muriy, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Sulaiman at-Taimi, dari Abu Utsman an-Nahdi, dari Abu Hurairah

255
berkata, “Nabi Saw. mendekati jasad Hamzah, dan beliau melihat jasadnya telah
dirusak, dan beliau tidak pernah melihat sesuatu apa pun yang lebih menyakitkannya
daripada itu, maka beliau berkata, “Demi Allah, aku akan membunuh tujuh puluh
orang dari mereka untuk membalas kematianmu.” Maka turunlah ayat, “Dan jika
kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu, tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik bagi orang yang sabar.”=
= telah mengabarkan kepada kami Abu Hassan al-Muzakki, Ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abul Abbas Muhammad bin Ishaq, Ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Abdul Hamid al-Hamani, Ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Qais, dari Abu Laila, dari al-Hakam, dari Muqsim, dari
Ibnu Abbas berkata, Rasulullah Saw. berkata pada hari ketika Hamzah terbunuh
dan jasadnya dirusak, “Sungguh jika aku menang atas orang-orang Quraisy,
niscaya aku pasti akan merusak jasad tujuh puluh orang dari mereka.” Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan
(balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, tetapi jika kamu
bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.” Maka
Rasulullah Saw. berkata, “Kami bersabar, wahai Rabb.”
Para mufasir berkata, “Ketika kaum muslimin melihat apa yang dilakukan oleh
orang-orang musyrik terhadap teman-teman mereka yang terbunuh pada Perang
Uhud; seperti perut yang terbelah, kemaluan yang terpotong, dan perusakan jasad
yang amat buruk, mereka berkata saat melihat itu, “Jika Allah Swt. memenangkan
kita atas mereka, kita pasti akan berbuat lebih daripada perbuatan mereka, dan
kita pasti akan merusak jasad mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan
oleh orang Arab terhadap siapa pun sebelumnya, sungguh kita pasti akan
melakukannya, sungguh kita pasti akan melakukannya. Dan kemudian Rasulullah
Saw. berdiri di depan jasad pamannya Hamzah, dan orang-orang musyrik telah
merusak hidungnya, memotong kemaluannya, dan membelah =
=perutnya, dan Hindun binti Utbah bahkan mengambil potongan hatinya
dan mengunyahnya, kemudian ia mencoba menelannya untuk memakannya,
akan tetapi ia kembali memuntahkannya. Ketika hal itu sampai kepada Nabi
Saw, beliau berkata, “Sungguh, jika ia memakannya, maka ia tidak akan masuk
neraka selamanya, karena Hamzah amat mulia di sisi Allah sehingga Allah tidak
akan memasukkan sebagian dari tubuhnya ke dalam neraka.” Ketika Rasulullah
Saw melihat Hamzah, beliau tidak pernah melihat sesuatu yang lebih menyakitkan

256
hatinya daripada itu, lalu beliau berkata, “Rahmat Allah atasmu, sungguh engkau
–sejauh yang aku ketahui- adalah orang yang selalu menyambung tali silaturahim,
dan suka berbuat kebaikan, jika bukan karena mengingat kesedihan orang-orang
yang engkau tinggalkan, niscaya aku lebih suka membiarkanmu sehingga nanti
engkau akan dibangkitkan dari dalam banyak perut=
=adapun demi Allah, jika Allah memenangkanku atas mereka, aku pasti
akan merusak tujuh puluh jasad mereka sebagai balasan untukmu.” Maka Allah
Swt menurunkan firman-Nya, “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan
(balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.” Maka Nabi Saw
berkata, “Kami akan bersabar.” Dan beliau pun membatalkan keinginannya, dan
membayar kafarat untuk sumpahnya.
Syaikh Imam al-Awhad Abu Hasan berkata, “Dan di sini kami perlu untuk
menceritakan kisah tentang kematian Hamzah.=
Telah mengabarkan kepada kami Amr bin Abi Amr al-Muzakki, Ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Makki, Ia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Muhammad bin Yusuf, Ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin=
=Ismail al-Ja’fi, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Ja’far
Muhammad bin Abdullah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hajin bin
al-Mutsanna, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah
bin Abi Salamah.
Dan telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad
bin Yahya, ia berkata, ayahku telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq ats-Tsaqafi, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Sa’id bin Yahya al-Umawi, ia berkata, ayahku telah
mengabarkan kepada kami, dari Muhammad bin Ishaq, telah menceritakan kepada
kami Abdullah bin al-Fadhl bin Ayyasy bin Rabi’ah, dari Sulaiman bin Yasar, dari Ja’far
bin Amr bin Umayyah adh-Dhamri, ia berkata, “Aku keluar dalam sebuah perjalanan
bersama Ubaidillah bin Adi bin al-Khayyar, dan kami melewati Himsh. Saat kami
tiba di sana, Ubaidillah bin Adi berkata kepadaku, “Apakah engkau bersedia jika
kita menemui Wahsyi? Kita akan bertanya kepadanya bagaimana ia membunuh
Hamzah.” Aku berkata, “Terserah padamu.” Lalu seorang laki-laki berkata kepada
kami, “Kalian akan menemukannya di halaman rumahnya, dan saat ini ia telah
sering kehilangan kesadarannya, jika kalian mendapatinya dalam keadaan sadar,
kalian akan bertemu dengan seorang laki-laki Arab yang memiliki sebagian dari apa
yang kalian inginkan.” Ketika kami sampai di tempatnya, kami mengucapkan salam

257
kepadanya, ia mengangkat kepalanya, dan kami berkata, “Kami menemuimu agar
engkau mau bercerita kepada kami tentang peristiwa pembunuhanmu terhadap
Hamzah.” Maka ia berkata, “Aku akan menceritakan kepada kalian, sebagaimana
aku menceritakannya kepada Rasulullah Saw. saat beliau bertanya kepadaku
mengenai itu. Saat itu aku adalah seorang budak milik Jubair bin Muth’im bin Adi
bin Naufal. Dan pamannya Thu’aimah bin Adi telah terbunuh pada Perang Badar.
Ketika orang-orang Quraisy bergerak menuju Uhud, Jubair bin Muth’im berkata
kepadaku, “Jika engkau bisa membunuh Hamzah, paman Muhammad, sebagai
balasan atas pamanku Thu’aimah, maka engkau merdeka.” Ia berkata, “Maka aku
pun berangkat. Aku adalah seorang lelaki Habasyah yang lihai melempar tombak
dengan cara Habasyah, jarang sekali=
=aku salah mengenai sasaran sedikit pun. Ketika kedua pasukan telah
bertemu, aku pun keluar untuk mencari Hamzah –semoga Allah merahmatinya-
dan menemukannya di bagian depan pasukan bagaikan seekor unta yang tangguh.
Ia merobohkan musuhnya dengan sekali tebasan pedangnya, tidak ada yang dapat
bertahan di hadapannya. Demi Allah, aku mulai bersiap untuk menyerangnya,
dan aku bersembunyi darinya di balik batu atau pohon sampai ia menjadi lebih
dekat denganku. Tiba-tiba aku didahului oleh Siba’ bin Abdul Uzza. Ketika Hamzah
melihatnya, ia berkata, “Kemarilah, hai anak pelacur.” Wahsyi berkata, “Kemudian
Hamzah mengayunkan pedangnya, dan demi Allah, ia sama sekali tidak meleset
memenggal kepalanya. Aku pun mulai menggerak-gerakkan tombakku, dan ketika
aku telah merasa yakin, aku pun melemparkannya. Aku berhasil mengenai bagian
bawah pusarnya hingga tombak itu keluar dari antara kedua kakinya. Lalu ia
berusaha untuk mendatangiku, namun ia tidak kuat. Lalu aku pun membiarkannya
hingga ia mati –semoga Allah meridainya-. Kemudian aku mendatanginya dan
mengambil tombakku. Setelah itu aku kembali bergabung dengan orang-orang,
dan aku duduk menunggu di perkemahan karena aku tidak memiliki tujuan lain
selain dirinya. Aku membunuhnya demi mendapatkan kemerdekaanku. Dan ketika
aku tiba di Mekah, aku pun dimerdekakan. Aku tinggal di sana hingga Islam mulai
tumbuh di sana, dan kemudian aku pindah ke Thaif. Kemudian mereka mengirimkan
beberapa orang sebagai utusan untuk menemui Rasulullah Saw., dan dikatakan
kepadaku bahwa sesungguhnya Muhammad tidak akan mengganggu utusan. Ia
berkata, “Maka aku pun pergi bersama mereka hingga sampai ke hadapan Nabi
Saw. Saat melihatku, beliau berkata, “Engkau Wahsyi?” Aku jawab, “Benar.” Beliau
kembali berkata, “Engkau yang telah membunuh Hamzah?” Aku katakan, “Apa yang
engkau dengar itu benar.” Maka beliau berkata, “Apakah engkau bisa untuk tidak

258
memperlihatkan wajahmu di depanku?” Wahsyi berkata, “Ketika Rasulullah Saw.
wafat dan orang-orang berangkat untuk memerangi Musailamah al-Kadzdzab,
aku berkata, “Aku akan berangkat memerangi Musailamah al-Kadzdzab, semoga
aku bisa membunuhnya sehingga aku bisa menebus apa yang telah aku lakukan
terhadap Hamzah. Dan aku pun berangkat bersama orang-orang. Dan terjadilah
apa yang terjadi padanya.

SURAT AL-ISRA’ (BANI ISRAIL)


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Isra’ 17: 29

29- Firman Allah Swt., “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu.”=
Telah mengabarkan kepada kami Abu Husain Muhammad bin Abdullah bin
Ali bin Imran, Ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Ali Ahmad al-
Faqih, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Ubaid al-Qasim bin Ismail
al-Muhamili, Ia berkata, telah menceritakan kepada kami Zakariya bin Yahya adh-
Dharir, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Sufyan al-Juhani,
ia berkata, telah menceritakan kepada kami Qais=
=bin ar-Rabi’, dari Abu Ishaq, dari Abu al-Ahwash, dari Abdullah berkata,
“Seorang pemuda datang menemui Rasulullah Saw. dan berkata, “Sesungguhnya
ibuku meminta ini dan itu kepadamu.” Beliau berkata, “Kami tidak memiliki apa
pun hari ini.” Pemuda itu berkata, “Jika demikian, maka ibuku berkata, ‘Berikanlah
kepadaku pakaianmu’.” Ia (perawi) berkata, “Maka Rasulullah Saw. melepas
bajunya dan memberikannya kepadanya. Setelah itu beliau pun duduk di rumahnya
tanpa baju. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan janganlah engkau
jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu, dan jangan (pula) engkau terlalu
mengulurkannya (sangat pemurah).”
Dan Jabir bin Abdullah berkata, “Ketika Rasulullah Saw. tengah duduk di tengah
para sahabatnya, seorang anak laki-laki datang kepada beliau dan berkata, “Wahai
Rasulullah, ibuku meminta pakaian kepadamu.” Dan saat itu Rasulullah Saw. tidak
memiliki apa pun selain baju yang dipakainya, maka beliau berkata kepada anak itu,
agar ia datang dari waktu ke waktu, dan kembali pada waktu yang lain. Maka ia pun
kembali kepada ibunya, lalu ibunya berkata kepadanya, “Katakanlah kepada beliau,
sesungguhnya ibuku meminta baju yang engkau pakai.” Maka Rasulullah Saw. masuk
ke rumahnya dan melepas bajunya serta menyerahkannya kepada anak itu. Beliau

259
pun duduk tanpa memakai baju. Lalu Bilal mengumandangkan azan untuk salat dan
para sahabat menunggu beliau, namun beliau belum juga keluar. Hal ini meresahkan
hati para sahabat. Maka salah seorang dari mereka masuk menemui beliau, dan ia
mendapati beliau tanpa baju. Maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-Isra’ 17: 53

53- Firman Allah Swt., “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah


mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar)’.”
Ayat ini turun berkenaan dengan Umar bin Khattab Ra., ketika seorang lelaki
Arab mencacinya, maka Allah memerintahkannya untuk memaafkan.
Dan al-Kalbi berkata, “Orang-orang musyrik sering menyakiti sahabat-sahabat
Rasulullah Saw. dengan ucapan dan perbuatan, dan mereka pun mengadukan hal
itu kepada beliau, maka Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-Isra’ 17: 59

59-Firman Allah Swt., “Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan
(kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami).”
Telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Ja’far,
ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Zahir bin Ahmad, ia berkata, telah
mengabarkan kepada kami Abul Qasim al-Baghawi, ia berkata, Utsman bin Abi
Syaibah berkata, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir bin Abdul Hamid,
dari al-A’masy, dari Ja’far bin Yasir, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas berkata,
“Orang-orang Mekah meminta Nabi Saw. untuk mengubah bukit Shafa menjadi
emas untuk mereka dan agar beliau menyingkirkan gunung-gunung agar mereka
dapat bercocok tanam. Maka dikatakan kepada beliau, “Jika engkau mau, engkau
bisa menghadapi mereka secara pelan-pelan, semoga ada di antara mereka yang
beriman. Dan jika engkau mau, kita akan memberi mereka apa yang mereka pinta,
namun jika mereka tetap kufur, mereka akan dibinasakan sebagaimana orang-orang
sebelum mereka dibinasakan.” Maka beliau berkata, “Tidak, aku akan menghadapi
mereka secara pelan-pelan.” Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan
tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda
(kekuasaan Kami).”
Dan telah kami riwayatkan perkataan Zubair bin Awwam mengenai sebab
turunnya ayat ini saat membahas firman Allah, “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab
suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat digoncangkan, atau bumi jadi terbelah.”
(QS Ar-Ra’d, 13: 31).

260
QS Al-Isra’ 17: 260

60- Firman Allah Swt., “Dan (begitu pula) pohon yang terkutuk (zaqqum) di dalam
Al-Qur’an.”
Telah mengabarkan kepada kami Ismail bin Abdurrahman bin Ahmad al-
Wa’izh, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Muhammad
al-Faqih, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Husain
al-Qattan, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Isaq bin Abdullah bin
Zuraiq, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Abdurrahman, dari
Muhammad bin Isaq, dari Hakim bin Ibad bin Hanif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
bahwa ia berkata, “Ketika Allah Swt. menyebutkan kata zaqqum, kata itu membuat
orang-orang Quraisy menjadi takut, maka Abu Jahal berkata, “Tahukah kalian
apakah pohon zaqqum yang disebutkan Muhammad untuk menakut-nakuti kalian
itu?” Mereka menjawab, “Tidak.” Ia berkata, “Itu adalah bubur yang dicampur
mentega, dan demi Allah, jika itu diberikan kepada kita, niscaya kita akan memakannya
dengan sangat cepat.” Maka Allah Swt. menurunkan, “Dan (begitupula) pohon yang
terkutuk (zaqqum) di dalam al-Qur’an,” yakni yang tercela, “Dan kami menakut-
nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan
mereka.”

QS Al-Isra’ 17: 73

73- Firman Allah, “Dan mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa
yang telah Kami wahyukan kepadamu.”
Atha’ berkata, dari Ibnu Abbas, “Ayat ini turun berkenaan dengan utusan
dari Tsaqif. Mereka datang menemui Rasulullah Saw. dan meminta sesuatu yang
melampaui batas. Mereka berkata, “Biarkan kami menyembah Lata selama satu
tahun, dan haramkanlah lembah kami sebagaimana engkau mengharamkan
Mekah; pohon-pohonnya, burung-burungnya, dan binatang-binatang buasnya.”
Namun Rasulullah Saw. menolak dan enggan untuk memberi jawaban. Dan mereka
pun terus mendesak beliau, mereka berkata, “Sungguh, kami ingin orang-orang
Arab mengetahui keutamaan kami atas mereka. Jika engkau tidak menyukai apa
yang kami usulkan, dan jika engkau takut orang-orang Arab akan mengatakan,
“Engkau telah memberi mereka apa yang tidak engkau berikan kepada kami,”=
=maka katakanlah, “Allah yang memerintahkanku demikian.” Dan Rasulullah
Saw. tetap diam dan tidak memberikan jawaban. Sehingga mereka merasa
memiliki kesempatan. Maka Umar berteriak kepada mereka, “Tidakkah kalian

261
melihat Rasulullah Saw. tidak memberi jawaban kepada kalian karena beliau tidak
menyukai apa yang kalian usulkan?” Dan telah muncul keinginan di dalam diri
Rasulullah Saw. untuk memenuhi permintaan mereka itu, maka Allah menurunkan
ayat ini.
Dan Sa’id bin Jubair berkata, “Orang-orang musyrik berkata kepada Nabi Saw.,
“Kami tidak akan berhenti mengganggumu sampai engkau mau menyentuh tuhan-
tuhan kami meskipun dengan ujung jarimu.” Maka Nabi Saw. berkata di dalam
hatinya, “Tidak akan ada ruginya bagiku melakukannya dan Allah mengetahui bahwa
aku menginginkan kebaikan.” Maka Allah menurunkan ayat ini, “Dan mereka hampir
memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu,”
sampai firman-Nya, “dan engkau (Muhammad) tidak akan mendapat seorang penolong
pun terhadap kami.”
=dan Qatadah berkata, “Diceritakan kepada kami bahwa pada suatu malam,
orang-orang Quraisy duduk bersama Rasulullah Saw. hingga Shubuh, mereka
berbicara kepada beliau, mengagung-agungkan beliau, menganggap beliau
sebagai pemimpin mereka, dan berusaha untuk lebih dekat dengan beliau, mereka
berkata, “Sungguh, engkau datang dengan sesuatu yang tidak pernah dibawa oleh
orang lain, engkau adalah pemimpin kami, wahai pemimpin kami, dan mereka
terus mengatakan banyak hal kepada beliau sehingga beliau hampir saja memenuhi
sebagian dari apa yang mereka inginkan. Kemudian Allah melindungi beliau dari
hal itu, dan Allah Swt. menurunkan ayat ini.

QS Al-Isra’ 17: 76

76- Firman Allah Swt., “Dan sungguh, mereka hampir membuatmu (Muhammad)
gelisah di negeri (Mekah).”
Ibnu Abbas berkata, “Orang-orang Yahudi merasa dengki terhadap kedudukan
Nabi Saw. di Madinah, maka mereka berkata, “Sesungguhnya para nabi diutus di
negeri Syam, jika engkau benar-benar seorang nabi, pergilah ke sana. Dan sungguh,
jika engkau pergi ke sana, maka kami akan membenarkanmu dan kami akan
beriman kepadamu.” Hal ini memberi kesan di dalam hati beliau karena harapan
beliau untuk Islam, dan beliau pun keluar dari Madinah beberapa jauh, lalu Allah
menurunkan ayat ini.=
=dan Utsman berkata, “Orang-orang Yahudi datang menemui Nabi Saw.
dan berkata, “Jika engkau benar-benar seorang nabi, pergilah ke Syam, karena
sesungguhnya Syam itu adalah tempat berkumpul dan tempat orang-orang
bertebaran, dan ia juga merupakan tanah para nabi.” Dan beliau pun mempercayai

262
perkataan mereka. Beliau pun melancarkan Perang Tabuk, dan tujuannya tidak
lain adalah Syam. Ketika beliau sampai di Tabuk, Allah Swt. menurunkan, “Dan
sungguh, mereka hampir membuatmu (Muhammad) gelisah di negeri (Mekah).”
Mujahid, Qatadah, dan Hasan berkata, “Orang-orang Mekah berencana untuk
mengusir Rasulullah Saw. dari Mekah, maka Allah Swt. pun memerintahkan beliau
untuk keluar. Dan Allah menurunkan ayat ini untuk memberi tahu apa yang tengah
mereka inginkan.
QS Al-Isra’ 17: 80

80- Firman Allah Swt., “Dan katakanlah (Muhammad), ‘Ya Tuhanku, masukkan aku
ke tempat masuk yang benar’.”
Hasan berkata, “Tatkala orang-orang Quraisy berencana untuk menangkap
Nabi Saw. dan mengusirnya dari Mekah, Allah menghendaki agar orang-orang
Mekah itu tetap ada, maka Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk berangkat hijrah
ke Madinah. Dan turun firman-Nya, “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk
yang benar, dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar.”

QS Al-Isra’ 17: 85

85- Firman Allah Swt., “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
ruh.”
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman an-Nahwi, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Bisyr bin al-Abbas, ia
berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Labid Muhammad bin Ahmad bin
Bisyr, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Suwaid, dari Sa’id, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir, dari al-A’masy, dari Ibrahim, dari
Alqamah, dari Abdullah berkata, “Aku pernah bersama Nabi Saw. di sebuah kebun
di Madinah, dan beliau duduk bersandar, lalu lewatlah beberapa orang Yahudi di
depan kami dan mereka berkata, “Bertanyalah kepadanya tentang ruh, =
= maka sebagian dari mereka berkata, “Jangan bertanya kepadanya atau dia
akan menjawab kalian dengan apa yang tidak kalian sukai.” Namun beberapa orang
dari mereka mendatangi beliau dan berkata, “Hai Abu Qasim, apa pendapatmu
tentang ruh?” Beliau pun diam, dan kemudian beliau terlihat bergetar, dan aku pun
meletakkan tanganku di kening beliau, dan aku mengetahui bahwa wahyu sedang
turun. Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan mereka bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang ruh, katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhanku,
sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit’.”

263
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, semuanya dari Umar bin Hafsh bin
Ghiyats, dari ayahnya, dari al-A’masy.
Dan Ikrimah berkata, dari Ibnu Abbas, “Orang-orang Quraisy berkata kepada
orang-orang Yahudi, “Berikanlah kepada kami sesuatu yang dapat kami tanyakan
kepada orang ini.” Maka mereka berkata, “Tanyakanlah kepadanya tentang ruh.”
Dan turunlah ayat ini.
Para mufasir berkata, “Orang-orang Yahudi mengadakan perkumpulan, lalu
mereka berkata kepada orang-orang Quraisy, saat mereka bertanya tentang perkara
Muhammad dan keadaannya, “Tanyakanlah kepada Muhammad tentang ruh, dan
tentang beberapa orang pemuda yang hilang di awal zaman, serta tentang seorang
lelaki yang telah mencapai bagian timur dari bumi dan juga bagian baratnya. Jika
ia bisa menjawab semua itu, maka ia bukanlah seorang nabi. Dan apabila ia tidak
menjawab =
=semua pertanyaan itu, maka berarti ia juga bukan seorang nabi. Akan tetapi,
jika ia menjawab sebagiannya dan tidak menjawab sebagian lainnya, maka berarti
ia adalah seorang nabi. Maka mereka pun menanyakan hal itu kepada beliau.
Dan berkenaan dengan para pemuda itu, Allah menurunkan firman-Nya, “Apakah
engkau mengira bahwa orang yang mendiami goa,” sampai akhir kisahnya. Dan
berkenaan dengan ruh, Allah menurunkan firman-Nya, “Dan mereka bertanya
kepadamu (Muhammad) tentang ruh.”

QS Al-Isra’ 17: 90

90- Firman Allah Swt., “Dan mereka berkata, “Kami tidak akan percaya kepadamu
(Muhammad) sebelum engkau memancarkan mata air dari bumi untuk kami.”
Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Bahwasanya Utbah, Syaibah, Abu
Sufyan, an-Nadhr bin al-Harits, Abu al-Bakhtari, al-Walid bin al-Mughirah, Abu
Jahal, Abdullah bin Abi Umayyah, Umayyah bin Khalaf, dan para pemimpin Quraisy
lainnya berkumpul di belakang Ka’bah. Sebagian dari mereka berkata kepada
sebagian lainnya, “Utuslah orang untuk memanggil =
Muhammad, berbicaralah kepadanya, dan berdebatlah dengannya hingga
ia menerima pendapat kalian. Maka para tokoh Quraisy itu mengutus seseorang
yang menyampaikan pesan bahwa para tokoh kaummu tengah berkumpul untuk
berbicara denganmu. Maka beliau pun segera mendatangi mereka. Beliau mengira
bahwa telah ada titik terang dalam perkara yang beliau bawa. Dan beliau sangat
mengharapkan keislaman mereka, dan beliau menginginkan mereka berpikir
dengan akal sehat, dan beliau tidak ingin mereka binasa. Setelah beliau duduk di

264
hadapan mereka, mereka berkata, “Hai Muhammad, demi Allah, sungguh kami
tidak mengetahui di kalangan bangsa Arab orang yang membawa sesuatu kepada
kaumnya sebagaimana yang engkau bawa Engkau telah mencaci maki bapak-
bapak kita, engkau mencela agama kami, menganggap bodoh mimpi-mimpi
kami, engkau juga mencaci maki tuhan-tuhan kami, dan memecah belah kesatuan
kami. Tidak ada satu pun hal yang buruk, melainkan telah engkau letakkan di
antara kami dan engkau. Jika engkau melakukan ini demi harta, maka kami akan
mengumpulkan harta kami untukmu sehingga engkau menjadi orang yang terkaya
di antara kami. Jika engkau menginginkan kehormatan di tengah-tengah kami,
maka kami akan menjadikanmu pemimpin atas kami. Jika engkau menginginkan
kekuasaan, maka kami akan menjadikanmu raja atas kami. Dan jika yang datang
kepadamu ini sebangsa makhluk halus yang tidak mampu engkau usir, maka kami
akan mencarikan tabib untukmu dan kami akan mengeluarkan harta kami untuk
itu sampai engkau sembuh atau kami akan memahami kondisimu yang sakit.”
Maka Rasulullah Saw. berkata, “Aku sama sekali tidak menginginkan apa yang
kalian tawarkan, apa yang aku bawa ini, aku tidak melakukannya untuk meminta
harta kalian, atau kehormatan di tengah-tengah kalian, ataupun kekuasaan atas
kalian, akan tetapi Allah Swt. telah mengutusku sebagai rasul untuk kalian, Dia
menurunkan kitab kepadaku, dan memerintahkanku untuk membawa kabar
gembira dan peringatan. Aku menyampaikan risalah Tuhanku kepada kalian, dan
aku memberi nasihat untuk kalian, jika kalian menerima dariku apa yang aku bawa
kepada kalian, maka itu adalah keberuntungan kalian=
=di dunia dan akhirat. Namun jika kalian menolaknya dariku, maka aku akan
bersabar menunggu ketetapan Allah hingga Dia memutuskan antara diriku dan
kalian.” Lalu mereka berkata, “Hai Muhammad, jika engkau tidak mau menerima
tawaran kami, maka engkau telah mengetahui, bahwa tidak ada orang yang lebih
sempit negerinya, lebih sedikit hartanya, dan lebih sulit kehidupannya daripada kami,
maka mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu yang telah mengutusmu dengan
apa yang diutus-Nya kepadamu, hendaklah Dia menggerakkan gunung-gunung
yang menyempitkan negeri kami ini, dan hendaklah Dia melapangkan negeri kami,
serta mengalirkan sungai-sungai sebagaimana sungai-sungai yang ada di negeri Irak
dan Syam. Dan kemudian hendaklah Dia menghidupkan kembali untuk kami bapak-
bapak kami yang telah mendahului kami, dan hendaklah di antara yang dihidupkan
itu adalah Qushay bin Kilab karena ia adalah orang tua yang jujur dan kami akan
bertanya kepada mereka mengenaimu apakah benar atau tidak. Jika engkau bisa
melakukan apa yang kami minta, kami akan membenarkanmu, dan dengan itu kami

265
akan mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, dan bahwa Dia benar-benar telah
mengutusmu sebagai nabi sebagaimana yang engkau katakan.” Maka Rasulullah
Saw. berkata, “Bukan untuk ini aku diutus. Sesungguhnya datang kepada kalian
dengan apa yang diembankan Allah kepadaku, aku telah menyampaikan kepada
kalian apa yang diembankan kepadaku. Jika kalian menerimanya, maka itu adalah
keberuntungan kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian menolaknya, maka aku
bersabar menerima ketetapan Allah.” Mereka kembali berkata, “Jika engkau tidak
mau melakukan itu, mohonlah kepada Tuhanmu untuk mengutus seorang malaikat
yang membenarkanmu, dan mintalah kepada-Nya agar memberimu kebun-kebun,
harta, dan istana-istana dari emas dan perak sehingga engkau tidak perlu lagi
melakukan apa yang kami lihat engkau lakukan. Sesungguhnya engkau masih
berdagang di pasar dan mencari nafkah untuk kehidupanmu.” Maka Rasulullah
Saw. berkata, “Aku bukan orang yang perlu meminta semua itu kepada Tuhanku,
dan aku tidak diutus dengan semua itu kepada kalian, akan tetapi Allah mengutusku
sebagai pembawa kabar gembira dan pembawa peringatan.” Mereka berkata, “Jika
begitu maka jatuhkanlah langit berkeping-keping kepada kami sebagaimana yang
engkau kira Tuhanmu akan melakukannya jika Dia menghendakinya.” Rasulullah
Saw. menjawab, “Itu berpulang kepada Allah. Jika Dia berkehendak, Dia akan
melakukannya.” Lalu salah seorang dari mereka berkata, “Kami tidak akan beriman
kepadamu sampai engkau datangkan Allah dan para malaikat berhadapan muka
dengan kami.” Dan berkata pula Abdullah bin Umayyah al-Makhzumi, dan ia adalah
putra dari Atikah binti Abdul Muttalib, bibi Rasulullah Saw., “Kami tidak akan
beriman kepadamu sampai engkau membuat tangga menuju langit, lalu engkau
menaikinya, dan aku akan menyaksikanmu menaikinya, kemudian engkau kembali
dengan membawa lembaran yang terbuka, dan diiringi oleh beberapa malaikat yang
bersaksi untukmu bahwa engkau benar sebagaimana yang engkau katakan.” Maka
Rasulullah Saw. kembali kepada keluarganya dalam keadaan sedih karena ia tidak
bisa mengajak kaumnya untuk mengikutinya, dan karena apa yang beliau lihat dari
sikap mereka yang terus menjauh darinya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-
Nya, “Dan mereka berkata, “Kami tidak akan percaya kepadamu (Muhammad)
sebelum engkau memancarkan mata air dari bumi untuk kami.”
=telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin Ahmad bin Ja’far, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Abu Ali bin Abu Bakar al-Faqih, ia berkata,
telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Husain bin al-Junaid, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Ziyad bin Ayyub, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Hisyam, dari Abdul Malik bin Umair, dari Sa’id bin Jubair, ia berkata,

266
“Aku berkata kepadanya, firman Allah, ‘Kami tidak akan percaya kepadamu
(Muhammad) sebelum engkau memancarkan mata air dari bumi untuk kami’.”
Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Umayyah?” ia menjawab, “Mereka
berpikir demikian.”

QS Al-Isra’ 17: 110

110- Firman Allah Swt., “Katakanlah (Muhammad), ‘Serulah Allah atau serulah ar-
Rahman’.”
Ibnu Abbas berkata, “Suatu malam, Rasulullah Saw. melaksanakan salat
tahajjud di Mekah, di dalam sujudnya beliau berkata, “Wahai Rahman (Yang Maha
Pengasih), wahai Rahim (Yang Maha Penyayang).” Maka orang-orang musyrik
berkata, “Tadinya Muhammad menyeru satu Tuhan, sekarang dia menyeru dua
Tuhan: Allah dan ar-Rahman, kita tidak mengenal ar-Rahman selain Rahman yang
ada di Yamamah.” Maksud mereka adalah Musailamah al-Kazzab. Maka Allah Swt.
menurunkan ayat ini.
Maimun bin Mahran berkata, “Pada awal-awal wahyu, Rasulullah Saw.
menuliskan: “Bismika Allahumma.” Hingga turunnya ayat, “Sesungguhnya
(surat) itu dari Sulaiman yang isinya, ‘Bismillahirrahmanirrahim (dengan nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’.” Maka beliaupun menulis
“Bismillahirrahmanirrahim.” Maka orang-orang musyrik arab berkata, “Ar-Rahim ini
kita telah mengenalnya, tetapi apa itu ar-Rahman?” Maka Allah menurunkan ayat
ini.
Dan ad-Dahhak berkata, “Ahli tafsir berkata, “Dikatakan kepada Rasulullah
Saw., “Sesungguhnya engkau sedikit sekali menyebut nama ar-Rahman, padahal
Allah banyak sekali menyebut nama ini di dalam Taurat.” Maka Allah menurunkan
ayat ini.

QS Al-Isra’ 17: 110

110- Firman Allah Swt., “Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam
shalat, dan janganlah (pula) merendahkannya.”
Telah mengabarkan kepada kami Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin
Muhammad bin Yahya, ia berkata, ayahku telah menceritakan kepada kami, ia berkata,
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq at-Taqafi, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Muthi’ dan Ahmad bin Mani’, mereka berdua
berkata, telah menceritakan kepada kami Hasyim. ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Abu Bisyr, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, mengenai firman-Nya,

267
“Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat, dan janganlah (pula)
merendahkannya.” Ia berkata, “Ayat ini turun saat Rasulullah Saw masih sembunyi-
sembunyi di Makkah. Dan jika orang-orang itu mendengar al-Qur’an, mereka akan
memakinya, dan memaki yang menurunkannya, serta yang membawanya, maka
Allah Swt berfirman, ‘Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat.”
Yakni di dalam bacaanmu, sehingga orang-orang musyrik mendengarnya, lalu mereka
mencaci al-Qur’an, “dan janganlah (pula) merendahkannya.” Dari para shahabatmu,
sehingga mereka tidak bisa mendengarnya. “dan usahakan jalan tengah diantara
keduanya itu.”
Diriwayatkan oleh al-bukhari, dari Musaddad. Dan diriwayatkan juga oleh
Muslim, dari Amr bin an-Naqid. Dan keduanya dari Hasyim.
Dan Aisyah Ra berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan tasyahhud,
ada seorang arab baduy yang berkata, “At-Tahiyyatu lillahi wash shalawatu wath
thayyibatu,” dan ia mengeraskan suaranya saat membaca itu. Maka turunlah ayat
ini. =
=dan Abdullah bin Syaddad berkata, “Orang-orang badui dari Bani Tamim,
apabila Rasulullah Saw. telah melakukan salam setelah shalat, mereka berkata, ’Ya
Allah, karuniakanlah kepada kami harta dan anak.’ Dan mereka mengucapkannya
dengan keras. Maka Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Ja’far telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali Al-Faqih telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ali bin Abdullah bin Mubasysyir Al-Wasithi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Harb telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Marwan Yahya bin Abu Zakariya Al-Ghassani telah
menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari Aisyah Ra., mengenai firman
Allah Swt., “Dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat, dan janganlah
(pula) merendahkannya.” Ia berkata, “Sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan
saat berdoa.”

SURAH AL-KAHF
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Kahfi, 18: 28

Firman Allah Swt., “Dan bersabarlah engkau (Muhammad).” (QS Al-Kahfi, 18: 28)
Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Qadhi Abu Bakar Ahmad bin Husain Al-Hayyiri

268
telah menceritakan kepada kami –dengan didiktekan di Darus Sunnah, pada hari
Jum’at setelah shalat, pada bulan-bulan tahun 410 H.” Ia berkata, “Abu Hasan Ali
bin Isa bin Abdu Rabbihi Al-Hayyiri telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Ibrahim al-Busyanji telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Al-Walid bin Abdul Malik bin Musrih Al-Harrani telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Sulaiman bin Atha’ al-Harrani telah menceritakan kepada kami, dari
Maslamah bin Abdullah Al-Juhani, dari pamannya Ibnu Masyja’ah bin Rib’i al-Juhani,
dari Salman Al-Farisi, ia berkata, “Orang-orang muallaf datang menemui Rasulullah
Saw., di antara mereka terdapat Uyainah bin Hishn, Al-Aqra’ bin Habis, dan yang
lainnya. Mereka berkata, ’Wahai Rasulullah, jika engkau duduk di majelismu dan
mau menyingkirkan orang-orang itu dengan jubah-jubah mereka –maksud mereka
adalah Salman, Abu Dzar, dan orang-orang miskin dari kaum muslimin yang
mengenakan pakaian dari wol yang kasar, dan mereka tidak memiliki pakaian lain
selain itu- maka kami akan duduk bersamamu dan belajar darimu. Maka, Allah Swt.
menurunkan firman-Nya, ’Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang diwahyukan
kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur’an). Tidak ada yang dapat mengubah
kalimat-kalimat-Nya. Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung
kepada selain-Nya. Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang
menyeru Tuhanmu pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.”
Sampai firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang
zalim.” Allah mengancam mereka dengan neraka. Maka, Nabi Saw. bangkit dan
mencari mereka (orang-orang yang lemah itu) hingga beliau menemukan mereka
di bagian belakang masjid sedang berzikir kepada Allah. Maka, beliau bersabda,
“Segala puji bagi Allah yang tidak mewafatkanku hingga Dia memerintahkanku
untuk bersabar bersama orang-orang dari umatku, bersama kalian aku hidup dan
bersama kalian aku mati’.”

QS Al-Kahfi, 18: 28

Firman Allah Swt., “Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingat Kami.” (QS Al-Kahfi, 18: 28)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar al-Haritsi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syaikh al-Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya ar-Razi telah menceritakan kepada kami,” Ia berkata, “Sahl
bin Usman telah menceritakan kepada kami, ==Ia berkata, “Abu Malik telah
menceritakan kepada kami, dari Jawhar, dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas,
mengenai firman-Nya, “Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah

269
Kami lalaikan dari mengingat Kami.” Ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
Umayyah bin Khalaf Al-Jumahi, yaitu saat ia meminta Nabi Saw. melakukan sesuatu
yang tidak disukai beliau, yakni menjauhkan orang-orang miskin dari sisi beliau
dan mendekatkan para pemuka dan tokoh dari penduduk Mekah, maka Allah
menurunkan firman-Nya, ’Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingat Kami’.” Yakni, orang yang telah kami tutup hati
mereka dari tauhid, “serta menuruti keinginan hawa nafsunya,” yakni syirik.

QS Al-Kahfi, 18: 83

Firman Allah Swt., “Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang


Zulqarnain.” (QS Al-Kahfi, 18: 83)
Qatadah berkata, “Orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah Saw.
tentang Zulqarnain, maka Allah menurunkan ayat ini.”

QS Al-Kahfi, 18: 28

Firman Allah Swt., “Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta


untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku.” (QS Al-Kahfi, 18: 109)
Ibnu Abbas berkata, “Orang-orang Yahudi berkata, ‘Ketika Rasulullah Saw.
mengatakan kepada mereka, “Sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya
sedikit.” Ia berkata, “Bagaimana mungkin, bukankah telah diberikan Taurat kepada
kami,==dan barang siapa yang diberi Taurat, berarti ia telah diberi kebaikan yang
amat banyak?’ Maka, turunlah ayat, “Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku.”

QS Al-Kahfi, 18: 28

Firman Allah Swt., “Maka barang siapa yang mengharap pertemuan dengan
Tuhannya.” (QS Al-Kahfi, 18: 110)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Jundub bin Zuhair
al-Ghamidi, ia berkata, ’Sesungguhnya aku mengerjakan suatu amal untuk Allah,
namun jika itu dilihat (oleh orang lain) aku akan merasa senang.’ Maka, Rasulullah
Saw. berkata, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik,
dan Dia tidak menerima amal yang dikotori oleh riya’.” Maka, Allah menurunkan
ayat ini.
Thawus berkata, “Seorang lelaki berkata, ’Wahai Nabi Allah, sungguh aku
mencintai jihad di jalan Allah, namun aku juga senang jika kedudukanku terlihat?”

270
Maka, Allah menurunkan ayat ini.
Mujahid berkata, “Seorang lelaki datang menemui Rasulullah Saw. dan berkata,
“Sesungguhnya aku bersedekah dan menyambung silaturahim dan aku tidak
melakukan itu kecuali karena Allah Swt. lalu perbuatanku itu disebut-sebut dan
aku dipuji sehingga aku merasa senang dan bangga karenanya?” Rasulullah Saw.
pun diam dan tidak mengatakan sesuatu yang baik. Maka, Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, “Maka barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Tuhannya,
maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan
dengan sesuatu apa pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

SURAH MARYAM
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Maryam, 19: 64

Firman Allah Swt., “Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu.”
(QS Maryam, 19: 64)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Abrahim bin Muhammad bin Hamiwaih
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin
Mu’ammar asy-Syami telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Ishaq telah
mengabarkan kepada kami ==Ishaq, Ia berkata, “Kakekku telah menceritakan
kepadaku.” Ia berkata, “Al-Mughirah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Umar bin Dzar telah menceritakan kepada kami, dari ayahnya, dari Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw. berkata, ’Wahai Jibril, apa yang
menghalangimu untuk mengunjungi kami lebih banyak dari kunjunganmu selama
ini kepada kami?’ Ia berkata, ’Maka turunlah firman-Nya, ’Dan tidaklah kami (Jibril)
turun, kecuali atas perintah Tuhanmu.’ dan ayat ini secara keseluruhan. Ia berkata,
’Ini adalah jawaban untuk Muhammad Rasulullah Saw’.”
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Abu Na’im, dari Dzar. Mujahid berkata,
“Malaikat pernah tidak datang kepada Nabi Saw. beberapa lama, kemudian ia
pun datang seraya berkata, ’Sepertinya aku sudah agak lama tidak datang?’ Beliau
menjawab, ’Benar.’ Maka, ia berkata, ’Kenapa aku tidak melakukannya? Sementara
kalian tidak menggunakan siwak, tidak memotong kuku kalian, dan tidak pula
membersihkan ruas-ruas jari kalian?’ dan ia berkata, “Dan tidaklah kami (Jibril)
turun, kecuali atas perintah Tuhanmu.” Mujahid berkata, “Maka, turunlah ayat ini.”

271
Ikrimah, Adh-Dhahhak, Qatadah, Muqatil, dan Al-Kalbi berkata, “Jibril tertahan
(tidak juga datang) ketika kaum beliau bertanya tentang kisah Ashabul kahfi, Zul
Qarnain, dan juga ruh, sementara beliau tidak tahu bagaimana harus menjawab
pertanyaan mereka. Beliau berharap Jibril As. akan datang menemui beliau dengan
jawabannya. Kaumnya terus bertanya, sementara Jibril belum juga datang. Hal itu
membuat beliau berada dalam kondisi yang sangat sulit. Maka, ketika Jibril As.
datang, beliau berkata kepadanya, “Engkau terlalu lambat mendatangiku sehingga
aku mulai berburuk sangka, dan merindukanmu.” =
Dari Ibnu Mas’ud bahwa ia berkata, “Orang-orang akan didatangi oleh angin
merah dari arah Syam sehingga tidak ada lagi yang tersisa di dalam mushaf
sorang laki-laki ataupun di dalam hatinya satu ayat pun. Seorang lelaki berkata,
’Aku telah mengumpulkan Al-Qur’an.’ Ia berkata, ’Tidak ada apa pun darinya
yang tersisa di dalam hatimu.’ Lalu ia membaca, “Dan sesungguhnya jika Kami
menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah kami wahyukan kepadamu
(Muhammad).”=maka Jibril As. berkata, “Sesungguhnya aku pun rindu kepadamu,
namun aku hanyalah seorang hamba yang diperintah. Jika aku diutus, aku akan
turun dan jika ditahan, aku akan tertahan.” Maka, Allah menurunkan firman-Nya,
’Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu’.”

QS Maryam, 19: 66

Firman Allah Swt., “Dan orang (kafir) berkata, ’Betulkan apabila aku telah mati,
kelak aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan hidup kembali?’” (QS Maryam, 19:
66)
Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf saat ia
mengambil sebuah tulang yang telah lapuk, lalu ia meremukkannya dengan
tangannya seraya berkata, ’Muhammad mengatakan kepada kalian bahwa kita
akan dibangkitkan setelah kita mati’.”

QS Maryam, 19: 77

Firman Allah Swt., “Lalu apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari
ayat-ayat Kami,” (QS Maryam, 19: 77)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ishaq ats-Tsa’alibi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hamid telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Makki bin Abdan telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah
bin Hasyim telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muawiyah telah

272
menceritakan kepada kami, dari al-A’masy, dari Abu Adh-Dhuha, dari Masruq, dari
Khabab bin Al-Arat, ia berkata, “Dulu Al-‘Ash bin Wa’il pernah berutang kepadaku,
lalu aku datang menemuinya untuk menagih utangnya, dan ia berkata, ’Demi
Allah tidak, sampai engkau kufur kepada Muhammad.’ Maka, aku berkata, ’Demi
Allah tidak. Aku tidak akan kufur kepada Muhammad sampai engkau mati dan
dibangkitkan lagi.’ Ia berkata, ’Sungguh, jika aku telah mati dan dibangkitkan lagi,
datanglah kepadaku karena saat itu aku akan memiliki harta dan anak dan aku
akan membayar utangmu.’ Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Nashr Ahmad bin Ibrahim telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ubaidillah bin Muhammad Az-Zahid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Al-Baghawi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Khaitsamah dan Ali bin Muslim telah menceritakan kepada kami.” Mereka
berdua berkata, “Waki’ telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Al-A’masy
telah menceritakan kepada kami, dari Abu Adh-Dhuha, dari Masruq, dan Khabab, ia
berkata, “Dulu aku adalah seorang tukang besi dan Al-‘Ash bin Wail memiliki utang
kepadaku, maka aku pun menemuinya untuk menagihnya. Namun ia berkata,
’Aku tidak akan membayarmu sampai engkau kufur kepada Muhammad.’ Maka,
aku berkata, ’Aku tidak akan kufur sampai engkau mati dan dibangkitkan lagi.’ Ia
berkata, ’Sungguhkah aku akan dibangkitkan kembali setelah mati? Jika benar aku
akan kembali, aku akan membayar kepadamu dengan uangku.” Ia berkata, ’Maka,
turunlah firman Allah, ’Lalu apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari
ayat-ayat Kami dan dia mengatakan, “Pasti aku akan diberi harta dan anak’.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Al-Humaidi, dari Sufyan. Diriwayatkan juga oleh
Muslim, dari Al-Asyajji, dari Waki’. Keduanya dari Al-A’masy.
Al-Kalbi dan Muqatil berkata, “Khabab bin al-Arat dulunya adalah seorang
pandai besi yang bekerja untuk al-‘Ash bin Wa’il as-Sahmi. Al-‘Ash menangguhkan
hak (upah)nya sehingga ia datang untuk menagihnya. Al-‘Ash berkata, ’Hari ini
aku tidak memiliki uang untuk membayarmu.’ Maka, Khabab berkata, ’Aku tidak
akan pergi hingga engkau membayarku.’ Lalu al-‘Ash berkata, ’Hai Khabab, ada
apa denganmu? Sebelumnya engkau tidak pernah seperti ini meskipun engkau
meminta dengan cara yang baik?’ Khabab berkata, ’Itu karena sebelumnya aku
memeluk agama yang sama denganmu, tetapi saat ini aku memeluk Islam, berbeda
dengan agamamu.’ Maka al-‘Ash berkata, ’Bukankah kalian mengira bahwa di surga
terdapat emas, perak, dan sutra?’ Khabab menjawab, ’Benar.’ Ia berkata, ’Kalau
begitu, berilah aku waktu hingga aku membayarnya kepadamu di surga –dengan

273
mengejek-, karena demi Allah, jika apa yang engkau katakan itu benar, maka
sungguh aku pasti memiliki bagian yang lebih baik darimu di sana.’ Maka, Allah
Swt. menurunkan ayat, ’Lalu apakah engkau telah melihat orang yang mengingkari
ayat-ayat Kami’.”

SURAH THAHA
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Thaha, 20: 1-2

Firman Allah Swt., “Thaha, Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu
(Muhammad) agar engkau menjadi susah.” (QS Thaha, 20: 1-2)
Muqatil berkata, “Abu Jahal dan an-Nadhr bin al-Harits berkata kepada Nabi
Saw., ’Sungguh engkau akan menderita karena telah meninggalkan agama kami.’
Hal itu mereka katakan saat melihat panjangnya ibadah beliau dan kesungguhan
beliau dalam melaksanakannya. Maka, Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Syekh Al-Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Askari telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Malik telah menceritakan kepada
kami, dari Jarir, dari Adh-Dhahhak, ia berkata, “Ketika Al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi Saw. dan para sahabatnya, mereka pun berdiri dan melaksanakan shalat.
Maka, orang-orang kafir Quraisy berkata, ’Tidaklah Allah menurunkan Al-Qur’an ini
kepada Muhammad melainkan agar ia menjadi sengsara karenanya.’ Maka, Allah
Swt. menurunkan firman-Nya, ’Thaahaa” Dia berfirman, ’Hai Muhammad, “Kami
tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi
susah’.”

SURAH AL-ANBIYA’
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Anbiya", 21: 101

Firman Allah Swt., “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada
(ketetapan) yang baik dari Kami, mereka itu akan dijauhkan (dari neraka).” (QS Al-
Anbiyaa, 21: 101)
Imam Al-Wahidi berkata, “Umar bin Ahmad bin Umar Al-Awradi telah

274
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Nushair Ar-
Razi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ayyub telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Al-Madini telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Yahya bin Nuh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Bakar Ayyasy telah mengabarkan kepada kami, dari Ashim, ia berkata, “Abu Razin
telah mengabarkan kepadaku, dari Yahya, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ada satu
ayat yang tidak ditanyakan orang-orang kepadaku. Aku tidak tahu, apakah mereka
telah mengetahuinya sehingga mereka tidak menanyakannya ataukah mereka tidak
mengetahuinya sehingga mereka tidak bertanya tentangnya?” Ia (Yahya) berkata,
“Ayat apakah itu?” Ia menjawab, “Ketika turun ayat, ’Sungguh, kamu (orang kafir)
dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar jahannam. Kamu
(pasti) masuk ke dalamnya.’ Orang-orang Quraisy merasa terganggu. Mereka
berkata, “Apakah dia mencela tuhan-tuhan kita?” Lalu datanglah Ibnu Az-Ziba’ra
dan berkata, “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab, “Ia telah mencela
tuhan-tuhan kita.” Ia bertanya, “Apa yang telah dikatakannya?” Mereka menjawab,
“Ia berkata, ’Sungguh, kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah,
adalah bahan bakar jahannam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.’ Maka, Ibnu Az-
Ziba’ra berkata, “Panggilkanlah dia untukku.” Ketika Nabi Saw. telah dipanggil,
ia berkata, “Hai Muhammad, apakah hal ini==hanya khusus untuk tuhan-tuhan
kami ataukah untuk setiap yang disembah selain Allah?” Beliau menjawab, “Itu
untuk setiap yang disembah selain Allah.” Maka, Ibnu Az-Ziba’ra berkata, “Demi
Tuhan bangunan ini –yakni Ka’bah- engkau telah menentang, bukankah engkau
mengatakan bahwa para malaikat adalah hamba-hamba yang saleh dan Isa adalah
hamba yang saleh? Orang-orang Bani Malih menyembah malaikat, orang-orang
Nasrani menyembah Isa As., dan orang-orang Yahudi menyembah Uzair.” Ibnu
Abbas berkata, “Maka berteriaklah para penduduk Mekah.” Maka, Allah Swt.
menurunkan firman-Nya, “Sungguh, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada
(ketetapan) yang baik dari Kami,” para malaikat, Isa, dan Uzair As., “ mereka itu
akan dijauhkan (dari neraka).”

SURAT AL-HAJJ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Hajj, 22: 11

Firman Allah Swt., “Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di

275
tepi.” (QS Al-Hajj, 22: 11)
Para mufassir berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Arab
badui yang datang kepada Rasulullah Saw. di Madinah dan berhijrah dari kampung-
kampung mereka. Apabila salah seorang dari mereka tiba di Madinah, jika
keadaannya baik di sana, kudanya melahirkan anak yang baik, istrinya melahirkan
anak laki-laki, dan harta serta hewan ternaknya bertambah banyak, ia akan berkata,
“Sejak masuk ke dalam agama ini aku tidak mendapatkan apa pun selain kebaikan.”
Namun, jika ia terkena oleh wabah penyakit di Madinah, istrinya melahirkan anak
perempuan, kudanya mandul, hartanya habis, dan ia terlambat menerima sedekah,
setan akan mendatanginya sehingga ia berkata, “Demi Allah, sejak memeluk agama
ini aku tidak pernah mendapatkan apa pun selain keburukan.” Ia pun meninggalkan
agamanya. Maka, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, “Dan di antara manusia ada
yang menyembah Allah hanya di tepi.”
Athiyah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata, “Seorang lelaki
Yahudi masuk Islam, lalu ia kehilangan penglihatannya, hartanya, dan juga
anaknya, sehingga ia merasa sial dengan Islam. Maka, ia datang menemui Nabi
Saw. dan berkata, “Bebaskanlah aku (dari Islam).” Beliau menjawab, “Islam tidak
bisa demikian.” Lelaki itu berkata, “Sungguh aku tidak mendapatkan kebaikan dari
agamaku yang sekarang ini. Ia telah membuat penglihatanku hilang, juga harta
dan anakku.” Maka, beliau berkata, “Hai Yahudi, sesungguhnya Islam membentuk
dan membersihkan manusia sebagaimana api membersihkan kotoran yang ada di
besi, perak, dan emas.” Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Lalu turunlah firman Allah,
“Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi.”

QS Al-Hajj, 22: 19

Firman Allah Swt., “Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang
bertengkar. Mereka bertengkar mengenai Tuhan mereka.” (QS Al-Hajj, 22: 19)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al-Muzakki
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Malik bin Hasan bin Yusuf
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yusuf bin Ya’qub Al-Qadhi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Umar bin Marzuq telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Syu’bah telah mengabarkan kepada kami, dari Abu
Hasyim, dari Abu Mijlaz, dari Qais bin Ubadah, ia berkata, ==aku telah mendengar
Abu Dzar berkata, “Aku bersumpah demi Allah, ayat ini, ’Inilah dua golongan
(golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka bertengkar mengenai

276
Tuhan mereka.’ Turun berkenaan dengan enam orang ini: Hamzah, Ubaidah, Ali bin
Abi Thalib, Utbah, Syaibah, dan al-Walid bin Utbah.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Hajjaj bin Minhal, dari Husyaim bin Hasyim.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepada
kami“. Ia berkata, “Abu Syekh Al-Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Muhammad bin Sulaiman telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Hilal bin Bisyr telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yusuf bin Ya’qub
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sulaim At-Taimi telah mengabarkan
kepada kami, dari Abu Mijlaz, dari Qais bin Ubadah, dari Ali, ia berkata, “Ayat
ini, ’Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar. Mereka
bertengkar mengenai Tuhan mereka.’ Sampai firman-Nya, ’Rasakanlah azab yang
membakar ini.’ Turun berkenaan dengan kami dan duel kami pada Perang Badar.
Ibnu Abbas berkata, “Mereka adalah ahli kitab. Mereka berkata kepada kaum
mukminin, ’Kami lebih utama terhadap Allah daripada kalian. Kitab kami lebih lama
dari kitab kalian dan Nabi kami datang sebelum nabi kalian.’ Kaum mukminin berkata,
’Kami lebih berhak terhadap Allah. Kami beriman kepada Muhammad Saw. dan
kami juga beriman kepada nabi kalian serta kitab-kitab lain yang diturunkan. Kalian
telah mengetahui nabi kami, namun kalian meninggalkannya dan mengingkarinya
karena dengki.’ Inilah perdebatan yang terjadi di antara mereka. Berkenaan dengan
mereka, Allah menurunkan ayat ini. Ini adalah ucapan Qatadah.”

QS Al-Hajj, 22: 39

Firman Allah Swt., “Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena
sesungguhnya mereka dizalimi.” (QS Al-Hajj, 22: 39)
Para mufassir berkata, “Orang-orang musyrik Mekah sering menyakiti para
sahabat Rasulullah Saw. sehingga selalu ada dari mereka yang datang dalam
keadaan telah dipukuli dan luka-luka. Lalu mereka mengadukan hal ini kepada
Rasulullah Saw. Beliau hanya berkata, ’Bersabarlah, sesungguhnya aku belum
diperintahkan untuk berperang.’ Hingga akhirnya Rasulullah Saw. berhijrah dan
Allah Swt. menurunkan ayat ini.”
Ibnu Abbas berkata, “Ketika Rasulullah Saw. diusir dari Mekah, Abu Bakar Ra.
berkata, ’Sesungguhnya kita milik Allah. Kita pasti akan celaka.’ Maka, Allah Swt.
menurunkan ayat, ’Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena
sesungguhnya mereka dizalimi.’ Abu Bakar berkata, ’Maka aku pun mengetahui
bahwa akan terjadi perang.’

277
QS Al-Hajj, 22: 52

Firman Allah Swt., “Dan kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang
nabi sebelum engkau (Muhammad).” (QS Al-Hajj, 22: 52)
Para mufassir berkata, “Ketika Rasulullah Saw. menyaksikan kaumnya yang
terus berpaling darinya dan terasa berat bagi beliau karena sikap mereka yang terus
menjauh dari apa yang beliau bawa, beliau berangan-angan di dalam dirinya agar
datang kepadanya sesuatu dari Allah Swt. yang dapat mendekatkan beliau dengan
kaumnya. Demikian itu karena harapan beliau yang besar terhadap keimanan
mereka. Pada suatu hari, beliau duduk di salah satu tempat berkumpulnya orang-
orang Quraisy. Banyak yang hadir di sana dan beliau berharap pada hari itu tidak
ada sesuatu yang datang dari Allah yang dapat membuat mereka semakin menjauh
darinya. Lalu, Allah Swt. menurunkan surat, “Demi bintang ketika terbenam.”
Rasulullah Saw. pun membacanya hingga sampai pada ayat, “Maka apakah kamu
patut (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) al-Lata dan al-Uzza, dan
Manat, yang ketiga yang paling kemudian (sebagai anak perempuan Allah).” Saat
itu setan melemparkan ke lisan beliau apa yang sebelumnya dibisikkan di dalam diri
beliau, “Itulah gharaniq yang mulia dan sungguh syafaat mereka amat diharapkan.”
Ketika orang-orang Quraisy mendengar itu, mereka gembira. Rasulullah Saw. terus
membaca surat itu sampai selesai dan beliau bersujud di penghujung surat, maka
kaum muslimin pun bersujud karena sujud beliau. Bersujud pula seluruh orang
musyrik yang ada di masjid. Tidak ada seorang pun yang tersisa di dalam masjid,
baik muslim maupun kafir, melainkan ikut bersujud, kecuali al-Walid bin al-Mughirah
dan Abu Uhaihah Sa’id bin al-‘Ash. Mereka berdua hanya mengambil segenggap
tanah dan mengangkatnya sejajar dengan kening mereka. Mereka menempelkan
keningnya ke tanah itu sebagai bentuk sujud karena mereka berdua telah sangat
tua dan tidak bisa melakukan sujud. Lalu orang-orang Quraisy pun bubar dan
mereka merasa gembira dengan apa yang telah mereka dengar. Mereka berkata,
“Muhammad telah menyebut tuhan-tuhan kita dengan sebutan yang paling baik
dan mereka juga berkata, “Kita telah mengetahui bahwa Allah menghidupkan
dan mematikan dan Dia pula yang menciptakan dan memberi rezeki. Akan tetapi,
tuhan-tuhan kita ini memberi syafaat kepada kita di hadapan-Nya. Jika Muhammad
memberi tuhan-tuhan kita bagian, kita akan bersamanya.”
Pada sore harinya, Jibril menemui Nabi Muhammad Saw. dan berkata, “Apa
yang telah engkau lakukan? Engkau membacakan kepada manusia apa yang tidak

278
aku sampaikan kepadamu dari Allah Swt. dan engkau mengatakan apa yang tidak
aku katakan kepadamu.” Maka, Rasulullah Saw. merasa sedih=
=dengan kesedihan yang teramat sangat, dan beliau takut kepada Allah
dengan rasa takut yang amat besar. Maka Allah menurunkan ayat ini. Lalu orang-
orang Quraisy berkata, “Muhammad telah menyesal atas apa yang dikatakannya
tentang kedudukan tuhan-tuhan kita di sisi Allah.” Sehingga mereka pun bertambah
jahat daripada sebelumnya.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Hayyan telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya Ar-Razi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl
Al-Askari telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya telah mengabarkan
kepada kami, dari Usman bin Al-Aswad, dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Rasulullah
Saw. membaca, “Maka apakah kamu patut (orang-orang musyrik) menganggap
(berhala) al-Lata dan al-Uzza, dan Manat, yang ketiga yang paling kemudian
(sebagai anak perempuan Allah).” Lalu setan melemparkan ke lisan beliau, “Itulah
gharaniq yang mulia, dan sungguh syafaat mereka amat diharapkan.” Maka orang-
orang musyrik merasa gembira mendengar itu, dan mereka berkata, “Muhammad
telah menyebut tuhan-tuhan kita.” Maka Jibril datang menemui Nabi Muhammad
Saw. dan berkata, “Bacakanlah kepadaku firman Allah.” Dan ketika beliau
membacakannya kepada Jibril, ia berkata, =
=”Adapun yang ini, aku tidak membawakannya untukmu, ini berasal dari setan.
Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Dan kami tidak mengutus seorang rasul dan
tidak (pula) seorang nabi sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila dia
mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan ke dalam
keinginannya itu.

”SURAH QAD AFLAHA (AL-MU’MINUN)


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Mu’minun, 23: 1

Firman Allah Swt., “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman.” (QS Al-
Mu’minun, 23: 1)
Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Qadhi Abu Bakar Ahmad bin Husain Al-
Hayyiri telah mengabarkan kepada kami, dengan didiktekan-.” Ia berkata, “Hajib
bin Ahmad Ath-Thusi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Telah

279
mengabarkan kepada kami Muhammad==bin Hammad Al-Abiwardi.” Ia berkata,
“Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yunus bin Sulaiman
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yunus Al-Aili telah mendiktekan
dari Ibnu Syihab, dari Urwah bin Zubair, dari Abdurrahman bin Abdul Qari’, ia
berkata, “Aku mendengar Umar bin Khaththab Ra. berkata, “Apabila diturunkan
wahyu kepada Rasulullah Saw., akan terdengar dari arah wajah beliau sebuah
dengungan seperti dengungan lebah, lalu kami menunggu beberapa waktu, setelah
itu beliau menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya dan berdoa, ’Ya Allah,
tambahkanlah untuk kami dan janganlah Engkau kurangi dari kami, muliakanlah
kami dan janganlah Engkau hinakan, berilah kami dan janganlah Engkau halangi dari
kami, berilah kami keutamaan dan janganlah Engkau utamakan orang lain atas diri
kami, dan ridailah kami.’ Kemudian beliau bersabda, “Telah diturunkan kepada kita
sepuluh ayat, barang siapa yang menegakkannya, ia akan masuk surga.” Kemudian
beliau membaca, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman.” Sampai sepuluh
ayat.”
Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim Abu Abdullah di dalam Shahihnya, dari
Abu Bakar Al-Qathi’i, dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dari ayahnya, dari
Abdurrazzaq.

QS Al-Mu’minun, 23: 2

Firman Allah Swt., “(yaitu) orang yang khusyu’ di dalam salatnya.” (QS Al-Mu’minun,
23: 2)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Ahmad Al-‘Aththar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Na’im
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ya’qub As-Saqafi telah
menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Abu Syu’aib Al-Harrani telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin ‘Ulayyah telah mengabarkan kepada kami, dari
Ayyub, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, “Bahwa apabila Rasulullah Saw.
melaksanakan salat, beliau mengangkat pandangannya ke langit, maka turunlah,
“(yaitu) orang yang khusyuk di dalam salatnya.”

QS Al-Mu’minun, 23: 14

Firman Allah Swt., “Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS Al-Mu’minun,
23: 14)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al-Hafizh

280
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin
Hayyan telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Sulaiman
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Abdullah bin Suwaid
bin Manjuf telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Dawud telah
mengabarkan kepada kami, dari Hammad bin Salamah, dari Ali bin Zaid bin Jad’an,
dari Anas bin Malik, ia berkata, “Umar bin Khaththab Ra. berkata, ’Aku memiliki
pendapat yang sesuai dengan Tuhanku dalam empat perkara: Aku berkata, ’Wahai
Rasulullah, seandainya kita melaksanakan salat di belakang maqam?’ Maka Allah
Swt. Menurunkan ayat, ’Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim sebagai tempat
salat.’ (QS Al Baqarah, 2: 125) Dan aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, seandainya
Engkau perintahkan isteri-isterimu untuk berhijab? karena sesungguhnya yang
datang menemuimu ada orang yang shalih dan juga ada yang fajir.’ Maka Allah
menurunkan, ’Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri
Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.’ Dan aku pernah berkata kepada istri-istri
Nabi Saw., ’Hendaklah kalian berhenti, atau Allah akan menggantikan untuk beliau
istri-istri yang lebih baik dari kalian.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Jika dia
(Nabi) menceraikan kamu, boleh jadi Tuhan akan memberi ganti kepadanya dengan
istri-istri yang lebih baik dari kamu.”==dan ketika turun ayat, ’Dan sungguh, Kami
telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah,’ sampai firman-Nya,
’Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.’ Aku berkata,
“Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”

QS Al-Mu’minun, 23: 76

Firman Allah Swt., “Dan sungguh Kami telah menimpakan siksaan kepada mereka,
tetapi mereka tidak mau tunduk kepada Tuhan mereka.” (QS Al-Mu’minun, 23: 76)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abul Qasim bin Abdan telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ubaidillah bin Muhammad Az-Dhabiy telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Abbas As-Sayyari telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Musa bin Hatim telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Hasan bin Syaqiq telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Husain bin Waqid telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Yazid An-Nahwi telah menceritakan kepadaku, bahwa Ikrimah telah menceritakan
kepadanya dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Abu Sufyan datang menemui Rasulullah
Saw. dan berkata, ’Hai Muhammad, kami menyumpahmu dengan nama Allah
dan hubungan rahim, ==sungguh kami telah terpaksa memakan Al-‘Ilhiz –sejenis

281
makanan yang dibuat dari darah dan bulu unta- , maka Allah Swt. menurunkan
firman-Nya, “Dan sungguh Kami telah menimpakan siksaan kepada mereka, tetapi
mereka tidak mau tunduk kepada Tuhan mereka.”
Ibnu Abbas berkata, “Ketika Tsumamah bin Atsal Al-Hanafi datang menemui
Rasulullah Saw. untuk masuk Islam, sementara ia masih berstatus tawanan, maka
beliau membebaskannya, dan ia pun pergi ke Yamamah, dan di sana ia menghalangi
pasokan makanan dari Yamamah untuk penduduk Mekah. Lalu Allah menimpakan
tahun paceklik kepada orang-orang Quraisy, sehingga mereka hanya memakan Al-
‘Ilhiz –sejenis makanan yang dibuat dari darah dan bulu unta-. Maka datanglah Abu
Sufyan menemui Nabi Saw. dan berkata, ’Aku menyumpahmu dengan hubungan
rahim, sungguhkah engkau mengira bahwa engkau diutus sebagai rahmat untuk
seluruh alam?’ Beliau menjawab, ’Benar.’ Ia berkata, ’Engkau telah membunuh para
bapak dengan pedang, dan anak-anak dengan kelaparan.’ Maka Allah menurunkan
ayat ini.”

SURAH AN-NUR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS An-Nur, 24: 3

Firman Allah Swt., “Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina
perempuan, atau dengan perempuan musyrik.” (QS An-Nur, 24: 3)
Para mufassir berkata, “Orang-orang muhajirin datang ke Madinah, dan
di antara mereka terdapat orang-orang fakir yang tidak memiliki harta, dan di
Madinah terdapat wanita-wanita penghibur yang suka berzina dan melacurkan==
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Shaleh Manshur bin Abdul Wahhab Al-Bazzaz telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr bin Hamdan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Hasan bin Abdul Jabbar telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Urwah bin Ma’tam telah mengabarkan kepada kami,
dari ayahnya, dari Al-Hadhrami, dari Qasim bin Muhammad, dari Abdullah bin Umar,
“Bahwa seorang wanita yang bernama Ummu Mahdun adalah seorang wanita
penghibur, dan ia memberi syarat untuk yang mau menikahinya bahwa ia akan
memenuhi kebutuhan hidup orang itu, lalu ada seorang laki-laki dari kaum muslimin
yang berniat untuk menikahinya, maka turunlah ayat ini, “Pezina laki-laki tidak boleh
menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik.”

282
QS An-Nur, 24: 6

Firman Allah Swt., “Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina).” (QS An-Nur,
24: 6)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Utsman Sa’id bin Muhammad bin Al-Mu’azin telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ali Al-Hayyiri
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, al-Hasan bin Sufyan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Abi Syaibah telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibad bin
Manshur telah mengabarkan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata,
“Ketika turun ayat, ’Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang
baik (berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,’ sampai firman-
Nya, ’Mereka itulah orang-orang fasik.’ Sa’ad bin Ubadah, yang merupakan pemimpin
kaum Anshar, berkata, ’Apakah demikian ia turun wahai Rasulullah?’ Maka Rasulullah
Saw. bersabda, ’Wahai orang-orang Anshar, tidakkah kalian mendengar apa yang
dikatakan oleh pemimpin kalian?’ Mereka menjawab, ’Wahai Rasulullah, dia adalah
laki-laki yang sangat pencemburu, ia tidak pernah menikah kecuali dengan perempuan
yang masih gadis, dan jika ia menceraikan istrinya, maka tidak ada laki-laki lain dari
kami yang berani=
Menikahinya karena besarnya rasa cemburunya.’ Maka Sa’ad berkata, ’Wahai
Rasulullah, sungguh aku mengetahui bahwa itu adalah benar, dan ia berasal dari Allah,
akan tetapi aku sungguh merasa heran, jikalau seandainya aku mendapati seorang
perempuan hina itu digauli oleh seorang laki-laki, dan aku tidak boleh marah dan
mengusirnya hingga aku mendatangkan empat orang saksi? Demi Allah, sebelum aku
bisa mendatangkan mereka, laki-laki itu pasti telah menyelesaikan hajatnya.’ Tidak
lama setelah itu, Hilal bin Umayyah kembali dari kampung halamannya di malam hari
dan menemukan seorang laki-laki bersama istrinya. Ia melihat dengan mata kepalanya
sendiri, dan mendengar dengan telinganya, namun ia tidak bisa marah dan mengusirnya
hingga pagi harinya. Lalu ia pergi menemui Nabi Saw. dan berkata, ’Wahai Rasulullah,
sungguh aku kembali kepada istriku di malam hari, dan aku menemukan seorang laki-
laki bersamanya. Aku melihatnya dengan mataku dan mendengarnya dengan telingaku
sendiri.’ Rasulullah Saw. tidak senang dengan berita yang dibawanya, dan terasa
berat oleh beliau. Maka Sa’ad bin Ubadah berkata, ’Sekarang Rasulullah Saw. akan
memukul (mencambuk) Hilal bin Umayyah dan membatalkan kesaksiannya di tengah-
tengah kaum muslimin.’ Maka Hilal berkata, ’Demi Allah, sungguh aku berharap Allah
memberikan aku jalan keluar darinya.’ Lalu Hilal berkata, ’Wahai Rasulullah, sungguh

283
aku melihat kesulitan yang engkau alami karena berita yang aku bawa ini, dan Allah
Maha Mengetahui bahwa aku benar. Demi Allah, sungguh Rasulullah Saw. telah berniat
untuk memerintahkan agar Hilal dicambuk, ketika wahyu turun kepada beliau, dan jika
wahyu turun kepada beliau, para shahabat akan mengetahuinya dari diri beliau. Maka
mereka menunggu hingga beliau selesai menerima wahyu. Dan turunlah ayat, ’Dan
orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-
saksi selain diri mereka sendiri.’ Dan ayat ini seluruhnya. Kemudian wajah Rasulullah
Saw. kembali terlihat cerah, dan beliau berkata, ’Bergembiralah wahai Hilal, sungguh
Allah telah memberikan jalan keluar untukmu.’ Maka Hilal berkata, ’Sungguh aku telah
mengharapkannya dari Tuhanku.’ Kemudian perawi menceritakan kelanjutan dari
perinstiwa ini.
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-
Faqih telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Muhammad
bin Sinan Al-Muqri telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali bin
Al-Mutsanna telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Khaitsamah telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Jarir telah mengabarkan kepada kami, dari
Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari Abdullah, ia berkata, “Pada suatu malam
Jumat, ketika kami tengah berada di dalam masjid, tiba-tiba masuklah seorang lelaki
Anshar dan berkata, ’Apabila ada seorang lelaki melihat istrinya bersama lelaki lain,
jika ia membicarakannya kalian akan mencambuknya, jika ia membunuhnya maka
kalian juga akan membunuhnya, dan jika ia diam, maka ia akan diam memendam
kemarahan. Demi Allah aku akan menanyakan hal ini kepada Rasulullah Saw.’ Keesokan
harinya, ia pergi menemui Rasulullah Saw. untuk bertanya. Ia berkata, ’Apabila ada
seorang lelaki melihat istrinya bersama lelaki lain, jika ia membicarakannya kalian
akan mencambuknya, jika ia membunuhnya maka kalian juga akan membunuhnya,
dan jika ia diam, maka ia akan diam memendam kemarahan.’ Maka Rasulullah Saw.
bersabda, “Ya Allah, bukakanlah jalan keluar.” Kemudian beliau berdoa, dan turunlah
ayat, tentang Li’an, “Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal
mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri.” Setelah itu cobaan
ini menimpa ==seorang laki-laki dari kaum muslimin. Maka ia datang bersama
istrinya menghadap Rasulullah Saw. dan saling melaknat (melakukan li’an). Sang
suami bersumpah empat kali sumpah dengan nama Allah bahwa ia termasuk
orang-orang yang jujur, dan kemudian yang kelima kalinya ia bersumpah bahwa
laknat Allah atas dirinya jika ia termasuk orang yang berdusta. Lalu istrinya pun
melakukan li’an. Maka Rasulullah Saw. berkata kepadanya, “Diamlah.” Namun
ia tetap mengucapkannya. Ketika wanita itu pergi, Rasulullah Saw. bersabda,

284
“Kemungkinan wanita itu akan melahirkan seorang anak yang hitam dan berambut
keriting.” Dan ketika melahirkan, ternyata ia melahirkan anak yang berkulit hitam
dan berambut keriting.
Diriwayatkan pula oleh Muslim, dari Abu Khaitsamah.

QS An-Nur, 24: 11-26

Firman Allah Swt., “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari golongan kamu (juga).” Dan ayat-ayat selanjutnya. (QS An-Nur, 24: 11-
26)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Hasan Ali bin Muhammad Al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ali Al-Muqri
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ya’la telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Al-Wasi’ Az-Zahrani telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Falih bin Sulaiman Al-Madani telah mengabarkan kepada kami, dari Az-
Zuhri, dari Urwah bin Zubair dan Sa’id bin Al-Musayyib, Al-Qamah bin Waqqash,
Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah, dari ‘Aisyah Ra. istri Nabi Saw., yaitu ketika para
penyebar fitnah mengatakan apa yang telah mereka katakan, dan Allah
membebaskannya dari tuduhan tersebut.” Az-Zuhri berkata, “Mereka semua
menceritakan kepadaku sebagian dari hadis ‘Aisyah, dan sebagian dari mereka lebih
memahami hadisnya dari sebagian yang lain. Aku dapat memahami setiap hadis
yang diceritakan kepadaku, dan sebagian dari hadits mereka menguatkan sebagian
lainnya. Mereka menceritakan, bahwa Aisyah berkata, “Apabila Rasulullah Saw.
hendak mengadakan suatu perjalanan, beliau biasa mengundi di antara istri-istri
beliau, jika nama seorang dari mereka keluar, berarti dia ikut bepergian bersama
beliau.” Aisyah berkata, “Kemudian beliau mengundi di antara kami untuk suatu
peperangan yang beliau lakukan, maka keluar namaku sehingga akulah yang turut
serta bersama Rasulullah Saw. Dan itu terjadi setelah turun ayat hijab. Aku dibawa
di dalam sekedup dan ditempatkan di dalamnya. Kami lalu berangkat, ketika
Rasulullah Saw. selesai dari peperangan tersebut, kami pun kembali pulang. Tatkala
kami telah dekat dengan Madinah, beliau mengumumkan untuk beristirahat pada
malam itu. Maka aku keluar dari sekedup saat beliau dan rombongan berhenti, lalu
aku berjalan hingga meninggalkan pasukan. Setelah aku selesai menunaikan
hajatku, aku pun kembali menuju rombongan,=Namun ketika aku meraba dadaku,
ternyata kalungku yang terbuat dari sejenis batu dari Zhafar terjatuh. Maka aku
kembali untuk mencari kalungku, dan aku mencarinya cukup lama. Kemudian

285
orang-orang yang membawaku datang dan membawa sekedupku, dan
menaikkannya di atas unta yang aku tunggangi. Mereka menduga aku sudah
berada didalam sekedup itu. Aisyah berkata, “Memang masa itu para wanita
berbadan ringan, tidak terlalu berat, dan mereka tidak banyak daging, mereka
hanya makan sesuap makanan. Oleh karena itu orang-orang yang membawa
sekedupku tidak curiga dengan ringannya sekedupku ketika mereka mengangkatnya.
Saat itu aku adalah wanita yang masih muda. Lalu mereka menggiring unta dan
berjalan. Sementara aku baru mendapatkan kembali kalungku setelah pasukan
telah berlalu. Aku lalu mendatangi tempat rombongan berhenti, namun tidak ada
seorangpun yang tertinggal. Setelah itu aku kembali ke tempatku semula dengan
harapan mereka merasa kehilangan aku lalu kembali ke tempatku. Ketika aku
duduk, aku terserang rasa kantuk hingga akhirnya aku tertidur. Shafwan bin Al-
Mu’aththal As-Sulami Az-Zakwan datang menyusul dari belakang pasukan, ia
sampai di tempat ku saat pagi, dan ia melihat ada bayangan hitam seperti orang
yang sedang tidur. Maka ia pun mndatangiku dan segera mengenaliku saat
melihatku. Dia memang pernah melihatku sebelum turun ayat hijab. Aku langsung
terbangun ketika mendengar darinya kalimat istirja’ (ucapan inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un), saat dia mengenaliku. Aku langsung menutup mukaku dengan
jilbabku. Demi Allah, ia tidak berbicara kepadaku sepatah kata pun dan aku juga
tidak mendengar sepatah kata pun darinya kecuali kalimat istirja’nya. Lalu ia
mendudukkan untanya hingga berlutut, dan aku pun menaikinya. Dia kemudian
berjalan sambil menuntun tunggangannya itu hingga kami dapat menyusul
pasukan setelah mereka berhenti di tepian sungai Azh-Zhahirah untuk singgah di
tengah panasnya siang. Aisyah berkata, “Maka binasalah orang yang binasa karena
memfitnahku.” Dan orang yang berperan besar menyebarkan berita bohong ini adalah
Abdullah bin Ubay bin Salul. Dan kami pun tiba di Madinah. Setibanya di Madinah, aku
menderita sakit selama satu bulan sejak kedatanganku, sementara orang-orang sibuk
dengan berita bohong yang diucapankan oleh orang-orang menyebarkan fitnah itu.
Sementara aku sama sekali tidak menyadari sedikitpun dari berita tersebut. Namun
yang membingungkanku di saat sakitku itu, aku tidak merasakan kelembutan Rasulullah
Saw. seperti yang biasa aku dapatkan dari beliau ketika aku sedang sakit. Rasulullah
Saw. hanya masuk menemuiku dan memberi salam lalu bertanya, “Bagaimana
keadaanmu,” lantas pergi. Hal itu membuatku merasa sedih, namun aku tidak
menyadari adanya keburukan sampai aku keluar saat aku merasa sudah sembuh. Aku
keluar bersama Ummu Misthah menuju Al Manashi’, tempat kami biasa membuang
hajat dan kami tidak keluar ke sana kecuali di malam hari, Dan itu sebelum kami

286
membuat tempat buang hajat di dekat rumah kami. Dan kebiasaan kami sama seperti
kebiasaan orang-orang Arab dahulu yang membuang hajat di tempat yang jauh
rumah. Dan kami merasa tidak nyaman bila membuat tempat buang hajat dekat
dengan rumah-rumah kami.” Maka aku dan Ummu Misthah,—dia adalah putri dari
Abu Rahm bin Abdul Muththalib bin Abdu Manaf, sementara ibunya adalah putri dari
Shakhar bin ‘Amir, bibi dari Abu Bakr Ash Shiddiq Ra., sedangkan anaknya bernama
Misthah bin Utsatsah bin ‘Abbad bin Al Mutahllib. Setelah selesai dari urusan kami, aku
dan Ummu Misthah kembali menuju rumahku. Tiba-tiba Ummu Misthah tersandung
kainnya seraya berkata, “Celakalah Misthah.” Aku katakan kepadanya, “Alangkah
buruknya apa yang engkau ucapkan tadi. Apakah engkau mencela seorang laki-laki
yang ikut Perang Badar?” Ia berkata, “Duhai malunya, apakah engkau belum mendengar
apa yang ia katakan?” Aku bertanya, “Apa yang telah dikatakannya?” Ummu Misthah
pun menceritakan kepadaku tentang ucapan orang-orang yang menyebarkan berita
keji tersebut. Kejadian ini semakin menambah sakitku di atas rasa sakit yang aku derita.
Ketika aku kembali ke rumahku, Rasulullah Saw. masuk menemuiku dan berkata,
“Bagaimana keadaanmu?” Maka aku bertanya kepada beliau, “Apakah engkau
mengizinkanku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku? ” Aisyah berkata, “Saat itu
aku ingin memperoleh kepastian berita ==dari mereka berdua. Akhirnya, Rasulullah
Saw. pun mengizinkanku. Lalu aku (Aisyah) mendatangi kedua orang tuaku, lantas
bertanya kepada ibuku, ‘Wahai ibuku, apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?’
Ia menjawab, ‘Wahai anakku, tabahkanlah dirimu! Demi Allah, sangatlah sedikit wanita
cantik yang dicintai suaminya sedang suaminya itu memiliki isteri selainnya, melainkan
mereka akan memperbanyak tuduhan atas diri wanita tersebut.’ Ia (Aisyah) berkata,
‘Maha Suci Allah, apakah ini yang dibicarakan oleh orang-orang?’ Ia (Aisyah) berkata,
’Pada malam itu juga aku menangis sampai masuk waktu subuh air mataku tidak
berhenti mengalir dan aku tidak tidur pada malam itu, dan ketika pagi hari pun aku
terus menangis. Ketika itu Rasulullah Saw. memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah
bin Zaid–ketika wahyu belum turun–untuk mengajak keduanya bermusyawarah dalam
hal perceraian istrinya. Usamah bin Zaid mengemukakan kepada Rasulullah Saw. apa
yang ia ketahui perihal kesucian keluarga beliau, dan apa yang ia ketahui tentang kasih
sayang mereka. Dia (Usamah) berkata, ‘Wahai Rasulullah! Mereka adalah keluargamu,
kami tidak mengetahui kecuali kebaikan semata.’ Adapun Ali bin Abi Thalib, ia berkata,
‘Allah Ta‘ala tidak akan memberi kesempitan kepadamu, wanita selainnya masih
banyak, dan sungguh, jika engkau bertanya kepada budakmu, pasti dia akan jujur.’
Aisyah berkata, ‘Kemudian Rasulullah Saw. memanggil Barirah, lantas bertanya, ’Wahai
Barirah! Apakah engkau melihat ada sesuatu yang meragukan bagimu dari diri Aisyah?’

287
Barirah menjawab, ‘Demi Zat Yang mengutusmu dengan kebenaran, jika aku melihat
pada dirinya suatu hal kurang baik, tiada lain hanyalah pada saat ia masih kecil umurnya
ia tertidur ketika menunggu adonan tepung keluarganya sehingga datanglah binatang
jinak lalu memakannya.’ Kemudian Rasulullah Saw. berdiri dan meminta kepada
Abdullah bin Ubai bin Salul. Lalu beliau bersabda di atas mimbar, ’Wahai kaum
muslimin, siapakah yang dapat menunjukkan orang yang telah menyakiti keluargaku.
Demi Allah, aku tidak mengetahui sesuatupun dari keluargaku kecuali hanya kebaikan,
dan mereka telah menceritakan mengenai seorang lelaki yang aku tidak mengetahui
dari dirinya kecuali=
=kebaikan, dan ia tidak pernah masuk ke rumah kepada keluargaku melainkan
bersamaku.’ Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari berdiri lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah!
Aku akan menolongmu. Baiklah, bila yang menyebarkan isu itu dari Bani Aws,
akan aku penggal lehernya, sebaliknya bila berasal dari saudara kami dari Bani
Khazraj, silakan engkau perintahkan kami sehingga kami laksanakan perintahmu.’
Seketika itu juga Sa’ad bin Ubadah—dia adalah pemimpin dari Bani Khazraj; dia
adalah seorang lelaki yang saleh, hanya saja ia masih memiliki sikap fanatis—
berkata kepada Sa’ad bin Mu’adz, ‘Engkau bohong! Demi asma Allah, engkau tidak
akan bisa membunuhnya dan tidak akan mampu untuk membunuhnya.’ Maka
berdirilah Usaid bin Hudhair dan dia adalah keponakan Sa’d bin Mu’adz, ia berkata
kepada Sa’ad bin Ubadah, ’Engkau bohong, sungguh kami akan membunuhnya
karena kamu seorang yang munafik yang memperdebatkan orang-orang munafik.’
Keadaan pun semakin memanas antara Bani Aws dan Khazraj, hingga mereka
ingin saling membunuh, sedangkan Rasulullah Saw. masih tetap beridri di atas
mimbar. Kemudian Rasulullah Saw. terus-menerus menenangkan mereka, hingga
mereka terdiam dan beliau pun terdiam. Dia (Aisyah) berkata, ‘Pada hari itu, aku
pun menangis hingga air mataku tidak berhenti mengalir dan aku tidak bisa tidur.
Sehingga kedua orang tuaku mengira tangisanku akan dapat membelah hatiku.’
Selanjutnya Aisyah berkata, ‘Ketika kedua orang tuaku duduk di sisiku sedang
aku masih terus menangis, maka seorang wanita Anshar meminta izin kepadaku
untuk menemuiku, aku pun mengizinkannya. Lalu Ia duduk dan ikut menangis
bersamaku. Tatkala kami dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba Rasulullah Saw. masuk
menemui kami, lantas beliau duduk, dan beliau tidak pernah duduk di sisiku isu
itu tersebar, dan telah satu bulan lamanya wahyu mengenai urusanku belum juga
diturunkan kepadanya.’ Ia (Aisyah) berkata, ’Ketika Rasulullah Saw. duduk, beliau
ber-tasyahhud (mengucapkan tahmid), kemudian bersabda, ’Amma ba‘du (adapun

288
setelah itu), wahai Aisyah! Sungguh, telah sampai kepadaku berita tentangmu
begini dan begini, maka jika engkau bebas dari tuduhan itu, niscaya Allah akan
membebaskanmu dari tuduhan itu. Tetapi kamu melakukan dosa tersebut, minta
ampunlah kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya. Karena seorang hamba yang
mengakui dosanya kemudian bertobat maka Allah akan menerima tobatnya.’ Aisyah
berkata, ‘Ketika Rasulullah Saw. selesai bersabda, air mataku mereda hingga tidak
terasa lagi tetesan air mata tersebut. Lalu aku berkata kepada ayahku, ’Berikanlah
jawaban untukku atas apa yang dikatakan Rasulullah Saw. mengenai diriku!’
Ayahku berkata, ‘Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dapat aku katakan kepada
Rasulullah.’ Kemudian aku berkata kepada ibuku, “Berikanlah jawaban untukku
atas apa yang dikatakan Rasulullah Saw. mengenai diriku! Ibuku pun berkata,
‘Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dapat aku katakan kepada Rasulullah.’ Setelah
itu aku berkata—sedangkan keadaanku ketika itu gadis yang masih muda dan
belum banyak membaca Al-Qur’an—‘Demi Allah, sungguh aku mengetahui bahwa
anda sekalian==telah mendengar persoalan ini hingga mempengaruhi hati anda
sekalian, bahkan mempercayainya. Karena itu, meskipun aku mengatakan bahwa
aku bebas dari tuduhan itu—padahal Allah mengetahui bahwa aku ini bersih dari
tuduhan tersebut—, maka anda sekalian tetap tidak akan mempercayaiku. Dan jika
aku mengakui bahwa aku melakukan perbuatan itu—padahal Allah mengetahui
bahwa aku ini bersih dari tuduhan tersebut—, maka kalian akan mempercayaiku.
Demi Allah, aku tidak menemukan suatu teladan bagi diriku dan anda sekalian
melainkan apa yang dikatakan oleh ayah Yusuf As., ’…maka hanya bersabar
itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya
terhadap apa yang kamu ceritakan.’ (QS Yusuf, 12: 18). Aisyah berkata, ‘Kemudian,
aku berpaling dan berbaring di atas tempat tidurku.’ Ia (Aisyah) berkata, ’Demi
Allah, ketika itu aku mengetahui bahwa aku bebas dari dari tuduhan tersebut, dan
Allahlah yang akan membebaskan aku dari tuduhan tersebut. Akan tetapi, demi
Allah, aku tidak mengira akan turun wahyu yang dibaca (ayat Al-Qur’an) tentang
perkaraku ini, karena aku merasa tidak pantas dalam diriku bila Allah berfirman
tentangku dengan perkara yang dibaca (ayat Al-Qur’an). Aku hanya berharap agar
diperlihatkan kepada Rasulullah dalam mimpinya bahwa aku bebas dari tuduhan
tersebut.’
Selanjutnya Aisyah berkata, ‘Demi Allah, belum juga Rasulullah Saw. beranjak
meninggalkan tempat duduknya, dan seorang pun dari penghuni rumah belum
ada yang keluar, maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya, sehingga
beliau tampak kepayahan sebagaimana biasanya tatkala wahyu turun, keringat

289
beliau terus mengucur padahal hari itu adalah musim dingin. Kondisi tersebut
dikarenakan saking beratnya firman yang diturunkan kepadanya.’ Aisyah berkata,
’Setelah kepayahan itu lenyap darinya, beliau tertawa dan kalimat yang pertama
kali beliau katakan ketika itu, ’Kabar gembira wahai Aisyah! Sungguh, Allah telah
membebaskanmu dari tuduhan itu.’ Kemudian ibuku berkata kepadaku, ‘Bangun
dan menghadaplah kepadanya!’ Aku berkata, ‘Demi Allah, aku tidak akan bangun
dan menghadap kepadanya, serta aku tidak akan memuji kecuali kepada Allah Swt.,
Dialah yang membebaskan aku dari tuduhan. Aisyah berkata, ‘Allah menurunkan
ayat, (yang artinya) ’Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu
adalah dari golongan kamu (juga)…’ hingga sepuluh ayat (QS An-Nur, 24: 11-20).
Ketika Allah Ta‘ala telah menurunkan beberapa ayat yang menjelaskan bebasnya aku
dari tuduhan, maka Abu Bakar Ash-Shiddiq—dia terbiasa berinfak kepada Misthah
karena kerabatnya dan ia seorang yang fakir—berkata, ‘Demi Allah, selamanya aku
tidak akan berinfak sedikit pun kepadanya, setelah dia menuduh Aisyah.’ Kemudian
Allah Ta‘ala menurunkan ayat, (yang artinya) ’Dan janganlah orang-orang yang
mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka
(tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin, dan
orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu?’ (QS An-
Nur, 24: 22) Lalu Abu Bakar berkata, ‘Demi Allah, sesungguhnya aku menyukai
bahwa Allah mengampuniku,’ setelah itu ia memberikan kembali nafkah kepada
Misthah sebagaimana biasanya, dan berkata, ‘Selamanya aku tidak akan mencabut
nafkah tersebut.’”
Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dan Muslim, keduanya dari Abu Ar-Rabi‘
Az-Zahrani.

QS An-Nur, 24: 16

Firman Allah Ta‘ala, (QS An-Nur, 24: 16)


Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdurahman bin Abi Hamid Al-‘Adl
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Zakariya mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad Ibnu Abdirahman Ad-Daghuli mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Abi Khaitsamah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Al-Haitsam bin Kharijah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Abdirahman bin Yazid bin Jabir mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Aku mendengar ‘Atha Al-Khurasani, dari Az-Zuhri, dari Urwah, bahwa

290
Aisyah Ra. menceritakan kepadanya tentang Haditsul Ifki (berita bohong), ia
berkata tentangnya, ‘Dan Abu Ayyub Al-Anshari ketika istrinya berkata kepadanya,
‘Wahai Abu Ayyub! Apakah engkau tidak mendengar apa yang dibicarakan
oleh orang-orang?’ Ia bertanya, ‘Apa yang mereka bicarakan ini?’ Kemudian ia
(istrinya) memberitahukan kepadanya cerita Ahli Ifki (orang yang membuat berita
kebohongan), lantas ia (Abu Ayyub) berkata, ‘Tidak pantas bagi kita membicarakan
ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar.’ Aisyah berkata,
“Kemudian Allah menurunkan ayat, .
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa‘id Abdurahman bin Hamdan mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Ja‘far bin Malik mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, Abdullah bin Ahmad Ibnu Hanbal mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, ‘Ayahku menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Abdurrazzaq
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ma‘mar mengabarkan kepada kami, dari
Abdullah bin Usman bin Khaitsam, dari Abu Mulaikah, dari Dzakwan Maula Aisyah,
bahwa ia memintakan izin bagi Ibnu Abbas untuk menemui Aisyah—ketika itu ia
hendak meninggal—sementara di dekat Aisyah ada keponakannya, yakni Abdullah
bin Abdurrahman. lalu ia (Dzakwan) berkata, ‘Ini Ibnu Abbas minta izin hendak
menemuimu, dan ia termasuk orang terbaik keturunanmu.’ Lalu Aisyah berkata,
‘Biarkan aku dari Ibnu Abbas dan tazkiyah-nya.’ Lalu Abdullah bin Abdurrahman
berkata kepadanya, ‘Ia adalah Seorang yang ahli membaca Kitab Allah ‘Azza Wa Jalla
dan sangat mendalam pehamannya dalam agama Allah Swt. Izinkanlah ia agar ia
dapat mengucapkan salam kepadamu dan menjengukmu.’ Aisyah berkata, ‘Izinkan
ia jika engkau berkenan.’ Abdurrahman pun mengizinkan Ibnu Abbas masuk.
Ibnu Abbas pun masuk, lalu mengucapkan salam dan duduk. Ibnu Abbas berkata,
’Bergembiralah wahai Ummul Mukminin. Demi Allah, tidak ada yang menghalangi
antara dirimu dan perginya segala penyakit dan bala,’ serta pertemuan dengan
orang-orang tercinta; Muhammad dan pengikutnya—atau dalam satu riwayat—,
para sahabatnya, melainkan ruh yang berpisah dari jasadnmu. Engkau adalah isteri
Nabi yang paling dicintainya, sedangkan Rasulullah Saw. tidak mencintai melainkan
yang baik. Allah menurunkan ayat dari atas tujuh langit, yang berisi pembebasan
dirimu (berita bohong), maka tidak satu pun masjid yang luput dari membaca ayat
tersebut di waktu pagi dan petang. Dan ketika kalungmu terjatuh pada malam hari
di Abwa,’ sehingga Nabi pun tertahan (berhenti) di suatu tempat==dan orang-
orang yang menyertainya untuk mencari kalung tersebut, hingga waktu Subuh
datang, sedangkan mereka tidak mendapatkan air untuk berwudu, kemudian Allah
menurunkan ayat, ’…maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci)…’ (QS Al

291
Ma’idah, 5: 6), yang mana perkara tayamum ini adalah keringanan untuk manusia
semuanya, yang (turun) berkenaan dengan peristiwamu. Maka demi Allah, engkau
adalah wanita yang penuh dengan berkah.’ Aisyah berkata, ’Wahai Ibnu Abbas,
tinggalkan aku dari ini. Demi Allah, sungguh aku ingin sekali menjadi orang yang
lupa dan dilupakan.’”

QS An-Nur, 24: 27

[27] Firman Allah Ta‘ala (QS An-Nur, 24: 27)


Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Ats-Tsa‘labi
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Husain bin Muhammad Ad-Dainuri
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Yusuf Ibnu Ahmad bin Malik
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Husain bin Sahtawaih mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “‘Amrah bin Tsawr dan Ibrahim bin Sufyan mengabarkan
kepada kami.” Keduanya berkata, “Muhammad bin Yusuf Al-Firyabi mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Qais mengabarkan kepada kami, dari Asy‘ats bin Siwar,
dari Ibnu Tsabit, ia berkata, “Seorang perempuan Anshar datang, lalu berkata,
‘Wahai Rasulullah! Aku berada di rumahku dalam keadaan yang aku tidak ingin
dilihat oleh siapa pun, termasuk orang tua dan anakku. Ketika itu ayahku masuk.
Selalu saja ada laki-laki dari keluargaku yang masuk ketika dalam keadaan seperti
itu. Bagaimana yang mesti aku perbuat?’ Kemudian ayat ini turun,
== .
Para ahli tafsir berkata, “Ketika ayat ini turun, Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra.
berkata, ’Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu tentang lajur-lajur dan
tempat-tempat di jalanan Syam yang tidak ada penghuninya?’ Kemudian Allah
Ta‘ala menurunkan ayat, (QS An Nur, 24: 28)

QS An-Nur, 24: 33

[33] (QS An Nur, 24: 33)


Ayat ini turun berkenaan dengan seorang hamba sahaya milik Huwaithib bin
Abdul ‘Uzza yang bernama Shubaih. Ia meminta perjanjian (agar dimerdekakan)
kepada tuannya, tetapi tidak diperkenankan oleh tuannya. Kemudian Allah
menurunkan ayat ini, dan Huwaithib membuat perjanjian dengannya atas 100
dinar, serta memberikan kepadanya 20 dinar dari yang 100 dinar itu. Maka Shubaih
pun membayarnya. Shubaih mati terbunuh pada perang Hunain saat peperangan.

292
QS An-Nur, 24: 33

Firman Allah Ta‘ala, (QS An Nur, 24: 33)


Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Al-Hasan Al-Qadi mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Hajib bin Ahmad Ath-Thusi mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Muhammad bin Hamdan mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Mu‘awiyah mengabarkan kepada kami, dari Al-A‘masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir.
Ia berkata, “Dahulu Abdullah bin Ubai bin Salul berkata kepada budak wanitanya,
‘Pergilah, lakukanlah pelacuran untuk kami.’ Maka Allah ‘Azza Wa Jalla menurunkan
ayat, ’…Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan
pelacuran…sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak
mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka
sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah
mereka dipaksa.’ (QS An Nur, 24: 33).
Diriwayatkan pula oleh Muslim, dari Abu Kuraib, dari Abu Mu‘awiyah.
Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Hasan bin Muhammad Al-Farisi mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Hamdun mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Al-Hasan Al-Hafizh mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Ismail bin Abi Uwais mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Malik mengabarkan
kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Umar bin Tsabit, ia berkata, “Bahwa ayat ini
(…Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan
pelacuran…) turun berkenaan dengan Ma‘adzah, yaitu hamba sahaya perempuan
milik Abdullah bin Ubay bin Salul. Dan dengan sanad ini pula, dari Muhammad
bin Yahya. Ia berkata, “Abbas bin Al-Walid mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdul A‘la mengabarkan kepada kami. Ia berkata, “Ahmad bin Ishak mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, =
=Az-Zuhri menceritakan kepadaku, dari Umar bin Tsabit. Ia berkata, “Ma‘adzah,
hamba sahaya milik Abdullah bin Ubay, dia adalah seorang muslimah dan ia tidak
mau melakukan pelacuran. Kemudian Allah menurunkan ayat, ’…Dan janganlah
kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran…’ sampai
akhir ayat.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa‘id bin Muhammad Al-Mu’adzin mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali Al-Faqih mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abul Qasim Al-Baghawi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Dawud bin Amr

293
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Manshur bin Al-Aswad mengabarkan
kepada kami, dari Al-A‘masy, dari Abu An-Nadhrah, dari Jabir, ia berkata, “Abdullah
bin Ubay memiliki hamba sahaya perempuan yang bernama Masikah, maka ia
(Abdullah bin Ubay)==memaksanya untuk melakukan pelacuran. Kemudian Allah
menurunkan ayat, ’…Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu
untuk melakukan pelacuran…’ sampai akhir ayat.”
Para ahli tafsir berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ma‘adzah dan
Masikah, keduanya merupakan hamba sahaya perempuan milik Abdullah bin
Ubay, orang munafik. Dia memaksa keduanya untuk melakukan perzinaan karena
ingin mendapatkan pajak (setoran) dari keduanya. Yang demikian itu biasa mereka
lakukan pada masa Jahiliah. Mereka suka menyuruh pelacuran budak perempuan
mereka. Kemudian ketika islam datang, Ma‘adzah berkata kepada Masikah,
‘Sesungguhnya perkara yang kita lakukan ini tidak lepas dari dua hal: Jika perbuatan
itu baik, maka kita menginginkan lebih banyak dari perbuatan itu. Dan jika jelek,
maka sudah sepantasnya sekarang kita meninggalkan perbuatan itu.’ Kemudian
Allah menurunkan ayat ini.”
= Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Hakim Abu Amr Muhammad bin Abdul Aziz
mengabarkan kepada kami, Sebagaimana yang ia tulis kepadaku, bahwa Ahmad
bin Al-Fadhl Al-Hawari mengabarkan kepada mereka, dari Muhammad bin Yahya. Ia
berkata, “Ishak bin Ibrahim mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrazzaq
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ma‘mar mengabarkan kepada kami, dari
Az-Zuhri, bahwa Seorang laki-laki dari Quraisy ditawan ketika Perang Badar, dan pada
Abdullah bin Ubay terdapat tawanan, ia pun memiliki seorang budak perempuan
bernama Ma‘adzah. Tawanan Quraisy merayunya, tetapi ia menolak rayuannya
itu karena dia telah masuk Islam. Maka Abdullah bin Ubay pun memaksanya dan
memukulnya, karena ia ingin membawa dari tawanan Quraisy itu, lalu ia meminta
anaknya sebagai tebusannya. Kemudian Allah berfirman, sampai
firman-Nya, Dia berfirman, “Aku mengampuni mereka atas perbuatan yang
mereka dipaksa melakukannya.”

QS An-Nur, 24: 48

(QSAn-Nur, 24: 48)


Para ahli tafsir berkata, “Ayat ini dan ayat setelahnya turun berkenaan
dengan Bisyr seorang munafik yang dikalahkan oleh orang Yahudi ketika mereka
bersengketa masalah tanah. Mulailah seorang Yahudi tersebut membawanya

294
kepada Rasulullah Saw. agar beliau memutuskan perkara di antara mereka berdua.
Demikain juga Seorang munafik tersebut membawanya kepada Ka‘ab bin Al-Asyraf,
dan berkata, ‘Sesungguhnya Muhammad bertindak lalim kepada kami.’ Dan kisah
ini telah terdahulu ketika menerangkan firman-Nya (QS An Nisa’,
4: 60)

QS An-Nur, 24: 55

[55] Firman Allah Ta‘ala, . (QSAn-Nur, 24: 55)


Ar-Rabi‘ bin Anas meriwayatkan dari Abu Al-‘Aliyah tentang ayat ini. Ia berkata,
“Rasulullah tinggal di Mekah sepuluh tahun setelah ia menerima wahyu dari Allah=
=beliau dalam keadaan takut serta para sahabatnya. Mereka senantiasa
berdoa kepada Allah secara sembunyi atau terang-terangan. Kemudian Allah
memerintahkan hijrah ke Madinah, dan mereka pun masih dalam keadaan takut.
Sehingga mereka tidak melepaskan senjata pagi dan petang. Seorang sahabat
Rasulullah berkata, ‘Wahai Rasulullah! Kapan hari yang aman datang sehingga kita
meletakkan senjata?’ Rasulullah Saw. bersabda, ’Kalian tidak tinggal pada suatu
tempat melainkan dengan kemudahan. Sehingga seseorang di antara kalian duduk
memeluk lutut, maka pada mereka tidak ada lagi pedang.’ Dan Allah menurunkan
ayat, sampai akhir ayat. Kemudian Allah memberi kemenangan
kepada Nabi-Nya atas Jazirah Arab, sehingga mereka meletakkan senjata dan
aman. Lalu Allah mematikan Nabi-Nya, setelah itu pun mereka dalam keadaan
aman dibawah kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Usman, hingga terjadi suatu
peristiwa kepada mereka, dan selanjutnya mereka mengkufuri kenikmatan. Maka
Allah memasukkan ketakutan kepada mereka, dan mereka mengubah (nikmat
Allah) maka Allah pun mengubah mereka.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Al-Hasan bin Muhammad bin Al-Husain
An-Naqib mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Al-Hasan An-Nashrabadzi
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Sa‘id Ad-Darimi mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Al-Husain bin Waqid mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ayahku, dari Ar-Rabi‘ bin Anas, dari Abu Al-Aliyah, dari Ubay bin Ka‘ab.
Ia berkata, “Ketika Nabi Saw. datang ke Madinah dan beristirahat di tempat kaum
Anshar, maka orang Arab meluncurkan anak panah kepada mereka dari satu busur.
Maka keadaan mereka, tidak tidur melainkan dengan membapa senjata, dan
tidak datang waktu pagi melainkan dengan membawa senjata pula untuk mereka

295
menjaga harta benda mereka. mereka berkata, ‘Apakah kalian melihat kita hidup,
sehingga kita bisa tidur dalam keadaan aman dan tentram, sedikit pun tidak ada
rasa takut kecuali kepada Allah ‘Azza Wa Jalla?’ Kemudian Allah menurunkan ayat
kepada Nabi-Nya, sampai firman-nya,
yakni terhadap kenikmatan.” Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim dalam kitab Shahiih-
nya, dari Muhammad bin Shalih bin Hani, dari Abu Sa‘id bin Syadzan, dari Ad-
Darimi.

QS An-Nur, 24: 58

[58] (QS An-Nur, 24:58)


Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah Saw. mengutus seorang hamba sahaya
laki-laki dari kalangan Anshar—yang bernama Midlaj bin Amr—kepada Umar
bin Al-Khattab Ra. ketika tengah hari untuk memanggilnya. Ia pun masuk, dan
melihat Umar dalam keadaan tidak senang karena ia melihatnya dalam keadaan
demikian. Kemudian ia berkata, ‘Wahai Rasulullah! Aku ingin agar Allah melarang
atau memerintah kami dalam persoaalan isti’dzan (meminta izin).’ Kemudian Allah
menurunkan ayat ini.”
Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Asma’ Binti Martsad. Dia
memiliki seorang hamba sahaya laki-laki yang sudah tua. Dia masuk kepadanya
(Asma’) dalam waktu yang tidak ia sukai. Kemudian Asma’ mendatangi Rasulullah
Saw. lalu berkata, ‘Sesungguhnya pembantu dan hamba sahayaku masuk ke tempat
kami pada waktu yang tidak kami suakai.’ Kemudian Allah menurunkan ayat ini.”
(QS An-Nur, 24: 61)
Ibnu Abbas berkata, “Ketika Allah ‘Azza Wa Jalla menurunkan ayat, ’…Janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar)…’ (QS
An Nisa’, 4: 29), maka kaum muslimin keluar dari makan bersama dengan orang
yang sakit, yang tertimpa bencana, dan yang pincang. Mereka berkata, ‘Makanan
adalah harta yang paling berharga dan Allah telah melarang kita memakan harta
secara batil. Sedangkan yang buta tidak dapat melihat makanan yang baik, dan
yang sakit tidak dapat mengambil makanan secara sempurna.’ Kemudian Allah
menurunkan ayat ini.”=
Sa‘id bin Jubair dan Adh-Dhahak berkata, “Orang yang pincang dan yang buta
mereka menjauhkan diri dari makan bersama orang-orang yang sehat, karena
orang-orang merasa jijik kepada mereka dan tidak senang bila makan bersama
mereka. Penduduk Madinah tidak suka mengikutsertakan dalam makan bersama

296
mereka; orang yang buta, pincang dan yang sakit, karena merasa jijik terhadap
mereka. maka Allah menurunkan ayat ini.”
Mujahid berkata, “Ayat ini turun sebagai keringanan bagi orang yang sakit
atau tertimpa bencana (cacat), sehingga mereka diperbolehkan makan di rumah
orang yang disebutkan oleh Allah dalam ayat ini. Suatu kaum dari sahabat
Rasulullah Saw. apabila di tempat mereka tidak ada makanan, maka mereka pergi
ke rumah orang tua mereka atau ke rumah sebagian yang disebutkan oleh Allah
Ta‘ala dalam ayat ini. Adapun orang-orang yang terkena suatu musibah (cacat)
merasa keberatan bila memakan makanan itu, karena bukan milik mereka,
sehingga mereka berkata, ‘Mereka itu pergi ke rumah-rumah yang bukan rumah
mereka.’ maka Allah menurunkan ayat ini.”Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Hasan bin
Muhammad Al-Farisi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin
Abdullah bin Al-Fadhl At-Tajir mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad
bin Muhammad bin Al-Hasan Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ismail bin Abu
Uwais mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Malik menceritakan kepadaku, dari
Ibnu Syihab, dari Sa‘id bin Al-Musayyab bahwa dia berkata tentang ayat ini,’Turun
berkenaan dengan orang-orang yang apabila pergi bersama Nabi Saw., mereka
menitipkan kunci rumah mereka kepada orang buta, pincang, sakit atau kerabat
dekat mereka, dan mereka dipersilahkan memakan makanan yang ada di rumah
apabila memerlukannya. Maka mereka berhati-hati memakanan makanan tersebut,
dan berkata, ‘Kami takut diri mereka menjadi tidak baik dengan makanan tersebut.’
Kemudian Allah Ta‘ala menurunkan ayat ini.”

QS An-Nur, 24: 61

Firman Allah Ta‘ala, (QS An-Nur, 24: 61)


Qatadah dan Adh-Dhahak berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan suku dari
Kinanah yang bernama Bani Laits bin Amr, mereka merasa keberatan bila seseorang
makan sendirian. Terkadang seseorang duduk sambil memegang makanannya dari
pagi hingga sore hari, meski air hujan bercucuran, dan cuaca makin memburuk. Hal
itu mereka lakukan karena tidak mau makan sendirian, dan telah sore hari, tetapi
tidak ada yang hendak makan. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.”
Ikrimah berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kaum Anshar, yaitu apabila
ada tamu, mereka tidak mau makan kecuali bersama tamunya. Kemudian Allah
memberi mereka keringanan untuk makan sebagaiman mereka kehendaki baik

297
secara bersama atau sendiri-sendiri. “
Footnote: (1) Riwayat ini banyak dikemukakan oleh ahli tafsir (yang
memandang) secara zahirnya saja. Adapun menurut Ahli tahqiq (peneliti hadits),
mereka mengatakan bahwa riwayat tersebut batil dan maudu. Ibnu katsir berkata,
“Dalam hal ini para ahli tafsir banyak mencantumkan kisah gharanik. Tetapi seluruh
jalur periwayatannya mursal, dan aku memandang bahwa kisah ini bersandar pada
sumber yang sahih. Wallahu a‘lam.” Al-Baghawi (dalam kitabnya) menyebutkan
kisah tersebut, kemudian di sana dia membuat pertanyaan, “Bagaimana bisa
terjadi peristiwa seperti ini, padahal ada penjagaan yang dijamin oleh Allah
Ta‘ala kepada Rasul-Nya?” Kemudian beliau menyebutkan bebearapa jawaban,
di antara jawabannya yang paling halus ialah bahwa setan menimpakan kepada
pendengaran kaum musyrikin, kemudian mereka membayangkan bahwa dia (Al-
Qur’an) bersumber dari Rasulullah Saw.

QS Al Furqan, 25: 10

[10] Firman Allah Ta‘ala (QS Al Furqan, 25: 10)


Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Al-Muqri
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Abi Al-Firaat mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Y‘akub Al-Bukhari
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Humaid bin Farqad
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Bisyr mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Jauhar mengabarkan kepada kami, dari Adh-Dhahak, dari
Ibnu Abbas, ia berkata, ”Ketika oang-orang musyrik menjelek-jelekan Rasulullah
Saw. karena kemiskinannya, mereka berkata, ’Mengapa Rasul (Muhammad) ini
memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?’ Maka Rasulullah bersedih,
lalu Jibril As. atas izin Tuhannya datang untuk menghibur Rasulullah Saw. Jibril
berkata, ‘As-Salamu ‘alaika, wahai Rasulullah! Tuhan Yang mulia mengucapkan
salam kepadamu dan berfirman kepadamu, “Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul
sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan
di pasar-pasar….’ (QS Al Furqan, 25: 20). Yakni mereka mencari penghidupan di
dunia. Ibnu Abbas berkata, “ketika Jibril dan Nabi Saw. sedang berbicara, tiba-
tiba Jibril menjadi kurus sehingga menjadi seperti Al-Hadrah. Ia (Ibnu Abbas)
bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah Al-Hadrah itu?’ Beliau menjawab, “Al-
‘Adasah (sebutir adas).” Kemudian Rasulullah Saw. bertanya (kepada Jibril), “Apa
yang membuatmu kurus hingga menjadi seperti Al-Hadrah. Ia menjawab, ‘Wahai

298
Muhammad! Suatu pintu di antara pintu–pintu langit dibuka, padahal sebelumnya
belum pernah dibuka seperi hari ini. Aku khawatir kaummu dibinasakan karena
mereka menjelek-jelekanmu karena kemiskinan. Maka Nabi Saw. dan Jibri
menangis ketika dia (jibril) kembali kepada keadaannya semula. Kemudian Jibril
berkata, ‘Bergembiralah, wahai Muhammad! Ini Ridwan, malaikat penjaga surga
yang datang kepadamu dengan membawa keridaan dari TuhanMu. Setelah itu
Ridwan datang dan mengucapkan salam, lalu berkata, ‘Wahai Muhammad!
Tuhan Yang Mulia mengucapkan salam kepadamu, dan di sisi-Nya sekeranjang
cahaya yang berkilauan. Dan Tuhanmu berkata kepadamu, ’Inilah kunci-kunci
perbendaharaan dunia, dan tidak sedikit pun mengurangi apa yang ada di sisi-Nya
di akhirat bagianmu di akhirat, (perbandingannnya) hanya seperti sayap nyamuk
saja.’ Maka Nabi Saw. menoleh kepada Jibril seperti yang berisyarat kepadanya
seperti meminta nasihat kepadanya. Kemudian Jibril memukulkan tangannya ke
bumi, lalu berkata, ‘Tunduklah kamu kepada Allah!’ Kemudian Rasulullah Saw.
bersabda. ’Wahai Ridwan! Aku tidak membutuhkan semua itu. Kefakiran lebih aku
sukai asalkan keadaanku tetap menjadi seorang hamba yang sabar dan syukur.’
Kemudian Ridwan As. berkata, ‘Kamu benar, dan Allah pun membenarkanmu.’
Setelah itu datanglah seruan dari langit, Jibril pun mengangkat kepalanya, dan
ternyata pintu-pintu langit telah terbuka sampai ke ‘Arsy. Allah mewahyukan
kepada Surga Adn agar menggantungkan dahan-dahan pohonnya, di atasnya
terdapat tandan angur, dan kamar dari Jabrajah yang berwarna hijau. Dia memiliki
seratus pintu dari Yaqut (batu mulia) merah. Jibril As. berkata, ‘Wahai Muhammad,
angkatlah pandanganmu!’ Beliau pun mengangkatnya, dan melihat tempat para
nabi serta kamar mereka, ternyata tempat dan kamarnya berada di atas tempat
para nabi sebagai keutamaan yang khusus baginya. Diserukan kepadanya, ‘Apakah
engkau rida, wahai Muhammad?’ Nabi bersabda, ’Aku rida, jadikanlah pemberian-
Mu kepadaku yang Engkau kehendaki di dunia, sebagai simpanan di sisi-Mu
untuk memberi syafaat pada hari kiamat.’” Mereka berpendapat bahwa ayat ini
diturunkan oleh Ridwan As.

QS Al Furqan, 25: 27

(QS Al Furqan, 25: 27)


Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat Atha Al-Khurasaani, “Ubay bin Khalaf
datang kepada Nabi Saw., ia duduk bersamanya serta mendengarkan ucapannya
tanpa mengimaninya. Kemudian Uqbah bin Abu Mu‘aith melarangnya. Kemudian

299
Allah menurunkan ayat ini.”
Asy-Sya‘bi berkata, “Uqbah adalah sahabat karib Umayah bin Khalaf.
Kemudian Uqbah masuk Islam, maka Umayah berkata kepadanya, ‘Haram mukaku
bertemu dengan mukamu, jika kamu mengikuti Muhammad Saw.’ Setelah itu
Uqbah pun murtad hanya karena mengharapkan kerelaan Umayah. Kemudian
Allah menurunkan ayat ini.”
Ulama yang lain berkata, “Ubay bin Khalaf dan Uqbah bin Abu Mu‘aith,
keduanya membentuk suatu persekutuan. Uqbah setiap pulang dari perjalanan
selalu membuat makanan, lalu mengundang pembesar-pembesar kaumnya. Selain
itu Uqbah banyak menghadiri mejelis Nabi. Suatu ketika, sebagaimana biasanya
sepulang dari perjalanan, ia membuat makanan, lalu mengundang orang-orang,
dan juga mengundang Rasulullah. Ketika makanan dihidangkan kepada Rasulullah,
beliau bersaba, “Aku tidak akan memakan makananmu sebelum kamu bersaksi
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah.’ Uqbah berkata, ‘Aku
bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.’
Kemudian Rasulullah Saw. memakan makanan yang dihidangkannya. Sementara,
Ubay bin==Khalaf pada saat itu tidak hadir. Ketika diberitahukan kepadanya
tentang peristiwa tersebut, lantas ia berkata, ‘Apakah engkau telah pindah agama,
Wahai Uqbah?’ ia menjawab, ‘Demi Allah, aku tidak pindah agama. Akan tetapi
seseorag bertamu kepadaku, ia enggan memakan makanan sebelum aku bersaksi
kepadanya. Aku pun malu bila ia keluar rumahku tetapi tidak memakan makananku,
maka aku bersaksi kepadanya, sehingga ia mau makan.’ Selanjutnya Ubay berkata,
‘Selamanya aku tidak akan rela kepadamu, kecuali engkau menemuinya, lalu
meludahi mukanya dan menginjak lehernya.’ Kemudian Uqbah pun melakukannya,
ia mengambil peranakan binatang lalu melemparkannya pada pundak Rasulullah.
Kemudian Rasulullah bersabda, “Demi Allah, tidaklah engkau keluar dari Mekah,
melainkan kepalamu akan dipukul dengan pedang. Kemudian beliau membunuh
Uqbah pada Perang Badar, sedangkan Ubay bin Khalaf dibunuh oleh Nabi Saw.
pada Perang Uhud dalam pertarungan. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.
Adh-Dhahak berkata, ketika Uqbah meludahi muka Rasulullah Saw., maka
ludahnya itu kembali ke mukanya hingga ia menjauh serta membakar kedua
pipinya. Dan bekasnya masih tetap ada hingga ia mati.

QS Al Furqan, 25: 68

Firman Allah Ta‘ala sampai akhir beberapa ayat.

300
Imam Al-Wahidi berkata, Abu Ishak Ats-Tsa‘alibi mengabarkan kepada kami. Ia
berkata, Al-Hasan bin Ahmad Al-Makhladi mengabarkan kepada kami. Ia berkata,
Al-Mu’ammil bin Al-Hasan bin Isa mengabarkan kepada kami. Ia berkata, Al-
Hasan bin Muhammad bin Ash-Shabah Az-Za‘farani mengabarkan kepada kami.
Ia berkata, Hajjaj mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Juraij. Ia berkata, Ya‘la bin
Muslim mengabarkan kepadaku, dari Sa‘ib bin Jubair bahwa ia mendengarnya
menceritakan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Orang-orang musyrik telah banyak
membunuh dan berzina, kemudian mereka mendatangi Muhammad Saw., lalu
berkata, ‘Sesunggguhnya apa yang anda katakan dan dan serukan adalah baik.
Tunjukkanlah kepada kami apa yang harus dilakukan untuk menghapus dosa
kami?’ Kemudian turunlah ayat, sampai firman-Nya, (QS
Al-Furqan, 25: 68-70)
Hadits itu diriwayatkan oleh Muslim, dari Ibrahim bin Dinar, dari Hajjaj.
Imam Al-Wâhidî berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Hajjii telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Bapakku telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Ibrahim Al-Hanzhaliy dan Muhammad bin Shabaah telah mengabarkan kepada
kami.” Keduanya berkata, “Jarir telah menceritakan kepada kami, dari Manshur dan
Al-A’masy, dari Abu Waa’il, dari Amr bin Syarahbiil, dari Abu Maisarah, dari Abdullah
bin Mas’ud, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘Dosa apakah yang
paling besar?’ Rasulullah Saw. menjawab, ‘Kamu membuat tandingan bagi Allah
(syirik), sedangkan Dialah yang menciptakanmu.’ Aku berkata, ‘Kemudian apa lagi?’
Beliau menjawab, ‘Kemudian kamu membunuh anakmu karena khawatir dia makan
bersamamu.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa lagi?’ menjawab, ‘Kamu berzina
dengan istri tetanggamu.’ Maka Allah telah menurunkan ayat sebagai pembenaran
sabda Nabi-Nya, firman-Nya, ‘Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah
dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina.’” (QS Al-Furqan, 25: 68) =
Hadis itu diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dan Muslim, dari Usman bin Abu
Syaibah, dari Jarir.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Al-Harits telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ismail bin Ishaq telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Al-Harits bin Az-Zubair telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Rasyid

301
Mawla Al-Muhris, dari Sa’ad bin Salim Al-Qidah, dari Ibnu Juraij, dari Atha, dari
Ibnu Abbas, ia berkata, “Wahsyi datang kepada Nabi Saw. lalu ia berkata, ‘Wahai
Muhammad, aku datang kepadamu sebagai orang yang minta perlindungan.
Maka lindungilah aku hingga aku mendengar firman Allah.’ Maka Rasulullah Saw.
bersabda, ‘Sungguh aku ingin melihatmu tanpa suatu perlindungan, adapun jika
kamu datang kepadaku sebagai orang yang minta perlindungan, maka kamu
berada pada perlindunganku hingga kamu mendengar firman Allah.’ Ia berkata,
‘Sungguh aku telah menyekutukan Allah, membunuh orang yang diharamkan Allah
Ta’ala, dan telah berzina. Apakah Allah akan menerima tobatku?’ Maka Rasulullah
Saw. terdiam hingga turun firman-Nya, ‘Dan orang-orang yang tidak menyekutukan
Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina.’ Sampai akhir ayat. (QS
Al-Furqan, 25: 68) Lalu beliau membacakan ayat itu kepadanya. Maka ia berkata,
‘Aku telah mengajukan suatu syarat, barangkali aku termasuk orang yang tidak
akan mengerjakan amal saleh, dan aku berada dalam lindunganmu hingga aku
mendengar firman Allah.’ Maka turunlah ayat, ‘Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni (dosa) karena menyekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa
(dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.’ (QS An-Nisa’, 4: 48)
Lalu beliau menyerunya dan membacakan ayat itu kepadanya. Maka ia
berkata, ‘Barangkali aku termasuk orang yang tidak Dia kehendaki, dan aku
berada dalam lindunganmu hingga aku mendengar firman Allah.’ Maka turunlah
ayat, ‘Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.’ (QS Az-Zumar,
39: 53) Maka ia berkata, ‘Benar, sekarang aku tidak akan mengajukan syarat. Lalu
ia masuk Islam.”

Surah Al-Qasas
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Qasas, 28: 56

Firman Allah Ta’ala, “Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk
kepada orang yang engkau kasihi.” Sampai akhir ayat. (QS Al-Qasas, 28: 56)
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdullah Asy-Syirazi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad
bin Khamruwaih telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Telah mengabarkan
kepada kami Ali bin =

302
Muhammad Al-Khaza’i.” Ia berkata, “Abul Yaman Al-Hakam bin Rafi’ telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Syu’aib telah mengabarkan kepadaku,
dari Az-Zuhri, ia berkata, “Sa’id bin Al-Musayyab telah mengabarkan kepadaku,
dari ayahnya, ia berkata, “Ketika menjelang wafatnya Abu Thalib, Rasulullah Saw.
mendatanginya, maka beliau mendapati Abu Jahal bin Hisyam dan Abdullah bin
Abu Umayyah berada di sampingnya. Maka Rasulullah Saw. berkata kepada Abu
Thalib, ‘Wahai pamanku, katakanlah La ilaha illallah, suatu kalimat yang dengannya
aku akan berhujah bagimu di hadapan Allah Swt.’ Maka Abu Jahal dan Abdullah bin
Abu Umayyah berkata, ‘Wahai Abu Thalib, apakah kamu akan meninggalkan agama
Abdul Muthalib?’ Rasulullah Saw. terus menyodorkan kalimat syahadat kepada
Abu Thalib dan bersamaan itu pula kedua orang itu mengulang pertanyaannya
hingga Abu Thalib pada akhir ucapannya tetap mengikuti agama Abdul Muthalib
dan enggan untuk mengucapkan La ilaha illallah. Maka Rasulullah Saw. berkata,
‘Adapun aku akan tetap memintakan ampun buatmu selama aku tidak dilarang.’
Maka turunlah firman Allah Swt., ‘Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang
beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,
sekalipun orang-orang itu kaum kerabat(nya).’ Dan setrusnya. (QS At-Taubah, 9:
113) dan Allah menurunkan ayat berkenaan dengan Abu Thalib, ‘Sungguh, engkau
(Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi,
tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki” Sampai akhir
ayat.” (QS Al-Qasas, 28: 56)
Hadis itu diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari, dari Abul Yaman, dan Muslim dari
Harmalah, dari Ibnu Wahab, dari Yunus, dari Az-Zuhri.
Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Ustadz Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad bin
Ibrahim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin Muhammad
bin Ali Asy-Syaibani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin
Muhammad bin Al-Hasan Al-Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Abdurrahman bin Bisyr telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin
Sa’id telah mengabarkan kepada kami, dari yazid bin Kaisan, Ia berkata, “Abu Hazim
telah menceritakan kepadaku, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda
kepada pamannya, ‘Katakanlah, La ilaha illallah niscaya aku akan bersaksi untukmu
dengan kalimat tersebut pada hari kiamat.’ Dia menjawab, ‘Kalau seandainya bukan
karena para wanita kaum Quraisy yang akan mencelaku dengan perkataan mereka,
‘Dia melakukan hal tersebut karena cemas,’ niscaya aku ikrarkan kalimat tersebut di
hadapanmu.’ Lalu Allah menurunkan ayat, ‘Sungguh, engkau (Muhammad) tidak

303
dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki.’” (QS Al-Qasas, 28: 56)
Hadis itu diriwayatkan pula oleh Muslim, dari Muhammad bin Hatim, dari Yahya
bin Sa’id, ia berkata, “Aku mendengar Abu Usman Al-Hayyiri berkata, “Aku mendengar
Abul Hasan bin Muqsim berkata, “Aku mendengar Abu Ishaq Az-Zujaj berkata tentang
ayat ini, “Para ahli tafsir telah sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu
Thalib.

QS Al-Qasas, 28: 57

Firman Allah Ta’ala, “Dan mereka berkata, ‘Jika kami mengikuti petunjuk
bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.’” Sampai akhir ayat.
(QS Al-Qasas, 28: 57)
Ayat ini turun berkenaan dengan Al-Harits bin Usman bin Abdu Manaf, di
mana ia pernah berkata kepada Nabi Saw., “Sesungguhnya kami mengetahui
bahwa apa yang engkau ucapkan itu benar, namun alasan yang menghalangi
kami untuk mengikutimu ialah orang-orang Arab akan mengusir kami dari negeri
kami, karena mereka sepakat untuk menyelisihi kami, dan kami tidak berdaya
dalam menghadapi mereka.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.

QS Al-Qasas, 28: 61

Firman Allah Ta’ala, “Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya
suatu janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya.” (QS Al-Qasas, 28: 61)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepadaku.”
Ia berkata, “Abu Asy-Syekh Al-Hafizh telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Muhammad bin Sulaiman telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Harim Al-Ibli telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Bilal
bin Al-Muhabbir telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Syu’bah telah
mengabarkan kepada kami, dari Aban, dari Mujahid, tentang ayat ini, ia berkata,
“Ayat ini turun berkenaan dengan Ali, Hamzah, dan Abu Jahal.”
As-Suddi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Ammar dan Al-Walid bin Al-
Mughirah.” Dan menurut satu pendapat, ayat ini turun berkenaan dengan Nabi
Saw. dan Abu Jahal.

QS Al-Qasas, 28: 68

Firman Allah Ta’ala, “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia

304
kehendaki.” (QS Al-Qasas, 28: 68)
Ahli tafsir berkata, “Ayat ini turun sebagai jawaban terhadap Al-Walid bin Al-
Mughirah ketika ia mengomentari kabar yang Allah sampaikan, “Sesungguhnya Dia
tidak mengutus para rasul berdasarkan pilihan-Nya.”

Surah Al-’Ankabut
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Al-‘Ankabut, 29: 1-2

Firman Allah Ta’ala, “Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira...” dan seterusnya (QS
Al-‘Ankabut, 29: 1-2)
Asy-Sya’bi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang yang
berada di Mekah dan telah mengakui agama Islam, maka para sahabat Nabi Saw.
yang berada di Madinah mengirimkan surat kepada mereka yang berisi: ‘Bahwa
tidak akan diterima pengakuan dan keislaman dari kalian hingga kalian berhijrah.’
Maka mereka sengaja pergi menuju Madinah, lalu mereka diikuti oleh orang-
orang musyrik dan orang-orang musyrik itu menyakiti mereka. Maka ayat ini turun
berkenaan dengan mereka. Dan para sahabat yang berada di Madinah mengirimkan
surat kepada mereka yang isinya: ‘Bahwa telah turun ayat ini dan itu berkenaan
dengan kalian.’ Maka mereka berkata, ‘Kami akan pergi. Jika seseorang mengikuti
kami niscaya akan kami bunuh.’ Lalu mereka pergi, dan mereka diikuti kembali oleh
orang-orang musyrik dan orang-orang musyrik itu memerangi mereka, di antara
mereka ada yang terbunuh dan ada pula yang selamat. Maka Allah menurunkan
ayat berkenaan dengan mereka, firman-Nya, ‘Kemudian Tuhanmu (pelindung) bagi
orang yang berhijrah setelah menderita cobaan.’” (QS An-Nahl, 16: 110)
Muqatil berkata, “Ayat itu turun berkenaan dengan Mahja’ Mawla Umar bin
Khathab, dan ia adalah orang yang pertama terbunuh pada Perang Badar. Ia dipanah
oleh Amr bin = = Al-Hadhrami, sehingga panah itu membunuhnya. Maka Nabi
Saw. bersabda, ‘Pemimpin syuhada adalah Mahja’, dia orang pertama dari umat
ini yang akan dipanggil menuju pintu surga.’ Maka kedua orang tua dan istrinya
merasa khawatir akan dirinya, lalu Allah menurunkan ayat ini berkenaan dengan
mereka, dan Dia mengabarkan bahwa mereka akan mendapat perlindungan Allah
dari kesedihan dan kesulitan.

305
Al-‘Ankabut, 29: 8

Firman Allah Ta’ala, “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan
kepada kedua orang tuanya...” dan seterusnya (QS Al-‘Ankabut, 29: 8)
Para ahli tafsir berkata, “Ayat itu turun berkenaan dengan Sa’ad bin Abu
Waqash, yaitu tatkala ia telah masuk Islam Ibunya, Jamilah, berkata kepadanya,
‘Wahai Sa’ad, telah sampai berita kepadaku bahwa kamu telah masuk Islam. Maka
Demi Allah saya akan tinggal di luar rumah, tidak akan makan dan tidak pula minum
sehingga kamu mengingkari Muhammad dan kembali kepada keyakinan lama
kamu.’ Dan Sa’ad adalah anak yang paling dicintainya, namun Sa’ad menolaknya,
karena itu ibunya bertahan selama tiga hari tidak makan-minum dan tinggal di luar
rumah sehingga ibunya pingsan. Lalu Sa’ad menemui Nabi Saw. dan mengadukan
tentang keadaan ibunya kepada beliau. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini dan
ayat dalam surah Luqman dan Al-Ahqaf.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’ad bin Abu Bakar Al-Gazi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Hamdan telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu ya’la telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Khaitsamah telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin
Musa telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Zuhair telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Simak bin Harb telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Mush’ab bin Sa’ad bin Abu Waqash telah menceritakan kepadaku, dari
ayahnya bahwa Ia berkata, “Ayat ini turun berkenaan denganku.” Ia berkata,
“Ibu Sa’ad bersumpah tidak akan berbicara kepadanya sehingga ia meninggalkan
agamanya, tidak akan makan dan tidak pula minum dan ia bertahan selama tiga
hari sehingga pingsan karena kepayahan. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,
‘Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang
tuanya...’” (QS Al-‘Ankabut, 29: 8) =
Hadis itu diriwayatkan pula oleh Muslim, dari Abu Khaitsamah.

Al-‘Ankabut, 29: 8

Firman Allah Ta’ala, “…Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan


Aku…” (QS Al-‘Ankabut, 29: 8)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Al-Hafizh
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ya’la telah mengabarkan kepada

306
kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ayyub bin Rasyid bin Adh-Dhabbi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Maslamah bin ‘Alqamah telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Dawud bin Abu Hind telah mengabarkan kepada kami, dari
Abu Usman An-Nahdhi bahwa Sa’ad bin Malik berkata, “Ayat ini turun berkenaan
denganku, ‘Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan
sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau
patuhi keduanya.’ Ia berkata, “Aku seorang laki-laki yang selalu berbuat baik kepada
ibuku. Ketika aku telah masuk Islam, ia berkata, ‘Wahai Sa’ad, agama apakah yang
telah kamu ciptakan? Tinggalkanlah agamamu itu atau aku tidak akan makan
dan minum hingga aku mati.’ Maka ia menjelek-jelekkan aku dengan pernyataan
bahwa aku akan dipanggil sebagai pembunuh ibunya. Maka aku katakan, “Wahai
ibuku, janganlah engkau melakukan hal itu, karena aku tidak akan meninggalkan
agamaku ini dikarenakan sesuatu.” Maka ia diam satu hari, tidak makan, maka
ia menjadi payah. Demikian pula pada hari kedua, ia melakukan hal yang sama
dengan hari sebelumnya. Ketika aku melihat yang demikian, maka aku nyatakan,
“Wahai Ibuku, engkau tahu, demi Allah sekiranya engkau memiliki 100 nyawa, lalu
engkau lepaskan satu demi satu, aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini
dikarenakan sesuatu. Jika engkau berkenan, silahkan makan, dan jika berkenan
maka janganlah makan. Tatkala ia melihat sikap aku yang demikia, akhirnya ia mau
makan. Maka turunlah ayat ini, “Dan jika keduanya memaksamu....”

QS Al-‘Ankabut, 29: 10

Firman Allah Ta’ala, “Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, “Kami
beriman kepada Allah,” (QS Al-‘Ankabut, 29: 10)
Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan sekelompok manusia yang
beriman secara lisan namun apabila ditimpa kesedihan dari Allah dan mushibah
dalam jiwa mereka menyimpang.”
Adh-Dhahak berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang
munafik di Mekah, dan mereka orang-orang yang beriman. Namun apabila mereka
disakiti, maka mereka kembali kepada kemusyrikan.
Ikrimah berkata, “Dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang yang beriman, yang diusir oleh orang-orang musyrik karena memeluk
Islam, maka mereka kembali murtad, dan mereka adalah orang-orang yang turun
== pada mereka firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya
oleh malaikat dalam keadaan menzalimi sendiri.” (QS An-Nisa’, 4: 97)

307
QS Al-‘Ankabut, 29: 60

Firman Allah Ta’ala, “Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang
tidak (dapat) membawa (mengurus) rezeki-nya sendiri.” (QS Al-‘Ankabut, 29: 60)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Muhammad At-Tamimi
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Muhammad bin Hayyan
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far Al-Jammal telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Wahid bin Muhammad Al-Bajali
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yazid bin Harun telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hajjaj bin Minhal telah mengabarkan kepada kami,
dari Az-Zuhri, dari Abdurrahim bin Atha, dari Atha, dari Ibnu Umar, ia berkata,
“Kami pergi bersama Rasulullah Saw. hingga masuk sebagian tembok kaum Anshar,
maka beliau memungut kurma dan memakannya. Lalu beliau bersabda, ‘Wahai
Ibnu Umar, mengapa kamu tidak makan?’ Aku menjawab, “Aku tidak menyukainya
wahai Rasulullah Saw. “ Maka beliau menjawab, “Namun saya menyukainya, dan
ini adalah pagi yang keempat saya tidak mencicipi makanan, dan sekiranya saya
mau niscaya saya memohon kepada Tuhanku, lalu Dia akan memberikan padaku
seperti kerajaan Kisra (Persia) dan Kaisar (Romawi), maka bagaimana denganmu
wahai Umar apabila kamu tinggal di suatu kaum yang menyembunyikan rezeki
pada musim paceklik mereka dan lemah keyakinan.’ Dia berkata, ‘Demi Allah kita
tidak akan susah.’ Sehingga turun ayat, ‘Dan berapa banyak makhluk bergerak
yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezeki-nya sendiri.
Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.’” (QS Al-‘Ankabut, 29: 60)

Surah Ar-Rum
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Ar-Rum, 30: 1-2

Firman Allah Ta’ala, “Alif Lam Mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan.” (QS Ar-Rum,
30: 1-2)
Para ahli tafsir berkata, “Kisra mengirim pasukan ke Romawi, dan ia mengangkat
seorang laki-laki bernama Syahrairan sebagai panglima pasukan itu. Maka ia
berangkat bersama pasukan Persia menuju Romawi, dan dapat mengalahkan

308
pasukan Romawi. Maka ia membunuh mereka dan meruntuhkan berbagai kota dan
mengoyak-ngoyak buah zaitun mereka. Dan Kaisar mengirim seorang laki-laki yang
disebut Yohanes, lalu ia bertemu dengan Syahrairan di Adzri’at dan Bushra, yaitu
suatu tempat di dataran rendah Syam hingga tanah Arab. Maka pasukan Persia
dapat mengalahkan pasukan Romawi. Dan peristiwa itu sampai kepada Nabi Saw.
dan para sahabatnya di Mekah. Maka hal itu dirasa berat oleh mereka, dan Nabi
tidak menyenangi orang-orang ummiy kalangan Majusi dapat mengalahkan ahli
kitab dari kalangan Romawi. Sementara orang-orang Kafir Mekah bergembira atas
kekalahan bangsa Romawi. Lalu mereka bertemu dengan para sahabat Nabi Saw.
maka mereka berkata, ‘Sesungguhnya kalian adalah ahli kitab, dan Nasrani adalah
ahli kitab, sedang kami kaum ummiy, dan sungguh saudara kami dari bangsa Persia
telah mengalahkan saudara kalian dari bangsa Romawi, dan jika kalian memerangi
kami, niscaya kami akan mengalahkan kalian.’ Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,
‘Alif Lam Mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat,’ hingga
akhir ayat.” (QS Ar-Rum, 30: 1-3)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Ibrahim Al-Wa’izh telah mengabarkan
kepadaku.” Ia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Hamid Al-‘Uthar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Al-Husain bin Abdul
Jabbar telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Harits bin Syuraih
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Mu’tamir bin Sulaiman telah
mengabarkan kepada kami, dari Ayahnya, dari Al-A’masy, dari Athiyyah Al-‘Awfiy,
dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata, “Ketika terjadi Perang Badar Bangsa Romawi
dapat mengalahkan bangsa Persia, maka orang-orang yang beriman kagum dengan
kemenangan Bangsa Romawi atas bangsa Persia.

Surah Luqman
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Luqman, 31: 6

Firman Allah Ta’ala, “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan
percakapan kosong…” (QS Luqman, 31: 6)
Al-Kalbi dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan An-Nadhr bin
Al-Harits, yaitu bahwa ia pergi berdagang ke Persia, maka ia membeli berita-berita
asing, lalu ia menyebarkan dan menceritakannya kepada orang-orang Quraisy,

309
dan ia berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya Muhammad menceritakan kepada
kalian tentang cerita ‘Ad dan Samud, dan saya akan menceritakan kepada kalian
tentang cerita Rustum dan Asfandiyar, serta berita-berita tentang Kisra. Maka
mereka menganggap indah ceritanya dan mengabaikan perhatian terhadap Al-
Qur’an. Maka turunlah ayat ini berkenaan dengannya.” Dan Mujahid berkata, “Ayat
ini turun berkenaan dengan pembelian budak perempuan dan biduanita.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Al-Muqri telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Al-Fadhl bin Muhammad
bin Ishaq bin Khuzaimah telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Hujr telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Misy’al bin Milhan Ath-Tha’i telah mengabarkan kepada
kami, dari Mutharrih bin Yazid, dari ‘Ubaidullah bin Zahr, dari Ali bin Yazid, dari
Al-Qasim, dari Abu Umamah, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Tidak halal
mengajarkan biduanita dan tidak halal pula jual-beli mereka dan hasil jual-belinya
haram.’ Dan pada yang semacam ini ayat itu turun, firman-Nya, ‘Dan di antara
manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesat-
kan (manusia) dari jalan Allah,’ hingga akhir ayat.” Dan sabdanya pula, “Tidak
seorang pun yang menyanyikan lagu kecuali Allah Ta’ala mengutus dua setan
kepadanya. Salah satu duduk pada pundak ini, dan yang satu duduk pada pundak
ini. Maka keduanya tidak henti-hentinya menghentakkan kedua kaki, sehingga
orang tersebut berhenti bernyanyi.”
Tsawr bin Abu Fakhitah, berkata, “dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, Ayat ini
turun berkenaan dengan seorang laki-laki yang membeli hamba sahaya perempuan
bernyanyi untuknya siang dan malam.

QS Luqman, 31: 15

Firman Allah Ta’ala, “Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku”
(QS Luqman, 31: 15)
Ayat ini turun berkenaan dengan Sa’ad bin Abu Waqash sebagaimana telah
kami terangkan pada surah Al-’Ankabut.
Firman Allah Ta’ala, “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu.” (QS
Luqman, 31: 15)
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ra. Atha berkata, “Dari Ibnu
Abbas, bahwa yang dimaksud ialah Abu Bakar. Yaitu ketika ia masuk Islam,
ia didatangi oleh Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abu Waqash, Sa’id bin Zaid,

310
Usman, Thalhah, dan Az-Zubair. Maka mereka berkata kepada kepada Abu Bakar
Ra., ‘Apakah engkau beriman dan membenarkan Muhammad?’ Maka Abu Bakar
menjawab, ‘Benar.’ Maka mereka mendatangi Rasulullah Saw. lalu mereka beriman
dan membenarkannya. Maka Allah Ta’ala berfirman kepada Sa’ad, ‘Dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku.’ Yakni, Abu Bakar Ra.”

QS Luqman, 31: 27

Firman Allah Ta’ala, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena.” (QS
Luqman, 31: 27)
Para ahli tafsir berkata, “Yahudi bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang
ruh. Maka Allah menurunkan ayat, ‘Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang ruh. Katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu
diberi pengetahuan hanya sedikit.’ (QS Al-Isra’, 17: 85) Tatkala Rasulullah Saw.
hijrah ke Madinah beliau didatangi oleh para pendeta Yahudi, lalu mereka berkata,
‘Wahai Muhammad, telah sampai kabar kepada kami darimu== bahwa kamu
mengatakan, ‘sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.’ Apakah kami
yang kamu maksud itu ataukah kaummu?’ Maka beliau menjawab, ‘Semuanya
yang aku maksudkan.’ Mereka berkata, ‘Bukankah kamu membaca dalam kitab
yang dating kepadamu bahwa kami telah diberi taurat, dan di dalamnya terdapat
ilmu tentang segala hal?’ Maka Rasulullah Saw. menjawab, “Taurat itu dalam ilmu
Allah sangatlah kecil, dan sungguh Allah Ta’ala telah memberikan kepada kalian
yang jika kalian mengetahuinya kalian mendapatkan manfaat.’ Mereka berkata,
‘Wahai Muhammad, bagaimana kamu menyangka ini sedang kamu mengatakan,
‘Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak.’
(QS Al-Baqarah, 2: 269) dan bagaimana mengkompromikan ini: ilmu yang sedikit
dan kebaikan yang banyak? Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, ‘Dan seandainya
pohon-pohon di bumi menjadi pena.’” (QS Luqman, 31: 27)

QS Luqman, 31: 34

Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari kiamat.”
(QS Luqman, 31: 34)
Ayat ini turun berkenaan dengan Al-Harits bin Amr bin Haritsah bin Muharib
bin Hafshah, dari penduduk sahara. Ia datang menemui Nabi Saw. lalu bertanya
kepada beliau tentang kiamat dan waktu terjadinya, dan ia berkata, “Sesungguhnya
bumi kita gersang, maka kapan akan turun hujan? Dan aku meninggalkan istriku

311
yang sedang hamil, maka apa jenis kelamin bayi yang dia lahirkan? Dan sungguh
engkau mengatahui di mana aku lahir, maka di bumi manakah aku akan meninggal?
Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Usman Sa’id bin Muhammad Al-Mu’adzin
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Hamduun bin
Al-Fadhl telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Al-Hasan Al-
Hafizh == Ia berkata, “Hamdan As-Sulami telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “An-Nadhr bin Muhammad telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ikrimah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Iyas bin Salamah telah
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku telah menceritakan kepadaku,
bahwa ia bersama Nabi Saw. tiba-tiba seseorang datang membawa kuda miliknya
yang dituntun dalam keadaan bunting, dan disertai dengan anak kuda yang akan
dijualnya. Lalu ia bertanya kepada beliau, ‘Siapa kamu?’ Beliau menjawab, ‘Saya
Nabi Allah.’ Ia berkata, ‘Siapa Nabi Allah itu?’ Beliau menjawab, ‘Rasulullah.’ Ia
bertanya, ‘Kapan terjadinya kiamat?’ Beliau menjawab, ‘Itu perkara gaib, tidak ada
yang mengetahui perkara gaib selain Allah.’ Ia bertanya lagi, ‘Kapan akan turun
hujan?’ Beliau menjawab, ‘Itu perkara gaib, tidak ada yang mengetahui perkara
gaib selain Allah.’ Ia bertanya lagi, ‘Apa yang ada di perut kudaku ini?’ Beliau
menjawab, ‘Itu perkara gaib, tidak ada yang mengetahui perkara gaib selain Allah.’
Ia berkata, ‘Perlihatkanlah pedangmu!’ Maka Nabi Saw. menyerahkan pedangnya
kepadanya, lalu ia menggerakkannya, kemudian menyerahkannya kepada beliau.
Maka Nabi Saw. bersabda, ‘Adapun kamu tidak akan mampu akan apa yang kamu
kehendaki.’ Dan seorang laki-laki berkata, ‘Pergilah kepadanya dan tanyakanlah
tentang tabiat ini, lalu pukulah tengkuknya.’”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah bin Ishaq telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr Muhammad bin Ja’far bin Mathar telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Usman bin Abu Suwaid
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Hudzaefah telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan Ats-Tsawri telah menceritakan kepada kami, dari
Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar, Ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Kunci-
kunci gaib itu ada lima, yang tidak diketahui selain oleh Allah Ta’ala; tidak ada yang
mengetahui kapan terjadi kiamat selain Allah; tidak ada yang mengetahui apa yang
dikandung rahim selain Allah; tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi esok
selain Allah; tidak ada yang mengetahui di negeri mana kamu akan mati selain
Allah; tidak ada yang mengetahui kapan akan turun hujan selain Allah.’”

312
Hadis itu diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari, dari Muhammad bin Yusuf, dari
Sufyan.

Surah As-Sajdah
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS As-Sajdah, 32: 16

Firman Allah Ta’ala, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.” (QS As-Sajdah,
32: 16)
Malik bin Dinar berkata, “Aku bertanya kepada Anas bin Malik tentang ayat ini,
‘Pada siapa ayat ini turun?’ Ia menjawab, “Pada beberapa orang di antara sahabat
Nabi Saw. yang melaksanakan salat Maghrib hingga salat Isya yang terakhir. Maka
Allah menurunkan ayat ini pada mereka.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ishaq Al-Muqri’ telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abul Husen bin Muhammad Ad-Dinuriy telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Musa bin Muhammad telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Husen bin ‘Uluwiyyah telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Ismail bin Isa telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Musayyab
telah mengabarkan kepada kami, dari Sa’id, dari Qatadah, dari Anas bin Malik,
ia berkata, “Turun ayat pada kami kalangan Anshar, ‘Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya.’ Kami salat Maghrib, lalu kami tidak pulang ke rumah kami
sehingga kami salat Isya bersama Nabi Saw.”
Al-Hasan dan Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang
yang bertahajud, yang bangun malam untuk melaksanakan salat.”
Dalil yang menunjukkan atas hal itu ialah yang dikabarkan oleh Abu Bakar
Muhammad bin Umar Al-Khasyab kepada kami. Ia berkata, “Ibrahim bin Abdullah
Al-Ashfahani telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ishaq
As-Siraj telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Qutaibah bin Sa’id telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku telah mengabarkan kepada
kami, dari Al-A’masy, dari Al-Hakam, dari Maimun bin Abu Syabiib, dari Mu’adz
bin Jabal, ia berkata, “Ketika kami bersama Rasulullah Saw. di perang tabuk,
dan kami terserang cuaca panas maka kaum itu bercerai-berai, lalu aku melihat
ternyata Rasulullah Saw. adalah orang yang paling dekat denganku, maka aku
bertanya, ‘Wahai Rasulullah Saw. kabarkanlah kepadaku suatu amal yang dapat

313
memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari api neraka?’ Beliau menjawab,
‘Sungguh engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sungguh ia itu
akan berlaku bagi orang yang dimudahkan oleh Allah, yaitu beribadahlah kepada
Allah dan janganlah kamu menyekutukan sesuatu dengan-Nya, dirikanlah salat
yang wajib, tunaikanlah zakat, dan shaumlah pada bulan Ramadan, dan jika kamu
mau aku kabarkan tentang pintu-pintu kebaikan.’ Ia berkata, ‘Aku menjawab, ‘Mau
wahai Rasulullah Saw.’ Beliau bersabda, ‘Shaum itu adalah tameng, dan shadaqah
akan menghapus dosa, bangun pada penghujung malam mencari keridaan Allah
Ta’ala.’ Kemudian beliau membacakan ayat ini, ‘Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya.’”

QS As-Sajdah, 32: 18

Firman Allah Ta’ala, “Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik
(kafir)?” (QS As-Sajdah, 32: 18)
Ayat ini turun berkenaan dengan Ali bin Abu Thalib dan Al-Walid bin ‘Uqbah.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Al-Ashfahani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad Al-hafizh
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Bayan Al-Anmathi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hubaisy bin Mubasysyir Al-Faqiih telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ubaidullah bin Musa telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Abu Laila telah mengabarkan kepada kami, dari
Al-Hakam, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Al-Walid bin ‘Uqbah
bin Abu Mu’aith berkata kepada Ali bin Abu Thalib Ra. ‘Saya akan mengasah mata
lembing darimu, memudahkan lisan darimu, dan memenuhi batalian darimu.’
Maka Ali berkata kepadanya, ‘Diamlah, karena kamu tiada lain adalah orang fasik.’
Maka turunlah ayat ‘Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik
(kafir)? Mereka tidak sama.’” (QS As-Sajdah, 32: 18)
Ibnu Abas berkata, ”Yang dimaksud dengan mukmin adalah Ali dan orang
fasik adalah Al-Walid bin ‘Uqbah.”

Surah Al-Ahzab
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
QS Al-Ahzab, 33: 1

Firman Allah Ta’ala, “Wahai Nabi! Bertakwalah kepada Allah dan janganlah engkau
menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik.” (QS Al-Ahzab,

314
33: 1)
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Sufyan, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Abul
A’war As-Sulami. Mereka datang ke Madinah setelah membunuh seseorang, maka
mereka singgah di Abdullah bin Ubay. Dan sungguh Nabi Saw. telah memberikan
perlindungan atas apa yang mereka ucapkan. Maka berdiri bersamanya Abdullah bin
Sa’ad bin Abu Sarh dan Tu’mah bin Ubairik. Maka mereka berkata kepada Nabi Saw.
dan di samping beliau terdapat Umar bin Khathab, “Hentikanlah menyebut-nyebut
tuhan kami Lata, Al-‘Uzza, dan Manat, dan katakanlah, ‘Bahwa mereka punya syafaat
dan manfaat bagi orang yang menyembahnya.’ Dan kami akan membiarkan kamu
beserta Tuhanmu.’ Maka perkataan mereka itu dirasakan berat oleh Nabi Saw. Lalu
Umar bin Khathab berkata, ‘Izinkan kami wahai Rasulullah Saw. untuk membunuh
mereka.’ Maka beliau bersabda, ‘Sungguh aku telah memberikan perlindungan atas
mereka.’ Maka Umar berkata, ‘Usirlah mereka dalam laknat Allah dan murka-Nya.’
Lalu Nabi Saw. memerintahkan agar mereka diusir dari Madinah, maka Allah ‘Azza
Wa Jalla menurunkan ayat ini.

QS Al-Ahzab, 33: 1

Firman Allah Ta’ala, “Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam
rongganya.” (QS Al-Ahzab, 33: 4)
Ayat ini turun berkenaan dengan Jamiil bin Ma’mar, dan ia seorang laki-laki
yang cerdas dan kuat hapalannya bagi yang didengarnya. Maka orang-orang
Quraisy berkata, “Dia tidak menghapal sesuatu kecuali dia punya dua hati.” dan
ia berkata, “Saya punya dua hati, akal masing-masing dari keduanya lebih utama
daripada akal Muhammad.” Ketika terjadi Perang Badar, orang-orang musyrik
dikalahkan, dan ketika itu di kalangan mereka terdapat Jamiil bin Ma’mar, Abu
Sufyan menemuinya ketika ia mengaitkan salah satu sandalnya dengan tangannya,
dan yang lainnya pada kakinya. Maka Abu Sufyan berkata kepadanya, “Wahai Abu
Ma’mar, bagimana keadaan orang-orang?” Ia menjawab, “Mereka kalah.” Abu
Sufyan bertanya lagi, “Mengapa salah satu sandalmu ada pada tanganmu dan
yang lain pada kakimu?” Ia berkata, “Aku tidak merasakan kecuali keduanya berada
pada kakiku.” Maka ketika itu, mereka mengetahui bahwa jika ia punya dua hati
niscaya dia tidak akan lupa dengan sandal yang berada pada tangannya.

QS Al-Ahzab, 33: 4

Firman Allah Ta’ala, “Dan Dia tidak menjadikan anak angkatmu sebagai anak

315
kandungmu (sendiri).” (QS Al-Ahzab, 33: 4)
Ayat ini turun berkenaan dengan Zaid bin Haritsah, dan ia berada di Rasulullah
maka beliau membebaskannya dan mengadopsinya sebelum turun wahyu. Ketika
Nabi Saw. nikah dengan Zainab bin Jahsyin, padahal ia berada dalam kekuasan
Zaid. Maka orang Yahudi dan musyrik berkata, ‘Muhammad telah menikahi istri
anaknya, padahal ia melarang manusia dari hal itu.” Maka Allah menurunkan ayat
ini.
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ahmad bin Nu’aim Al-
Isykabi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin Ahmad bin
Muhammad bin Ali bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Qutaibah bin Sa’id telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ya’qub bin
Abdurrahman telah menceritakan kepada kami, dari Musa bin Uqbah, dari Salim,
dari Abdullah, bahwa ia berkata, “Kami tidak memanggilnya Zaid bin Harits selain
Zaid bin Muhammad, sehingga turun ayat di dalam Al-Qur’an, ‘Panggillah mereka
(anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang adil
di sisi Allah.’”
Hadis di atas diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari, dari Ma’qil bin Asad, dari
Abdurrahman bin Al-Mukhtar, dari Musa bin ‘Uqbah.

QS Al-Ahzab, 33: 23

Firman Allah Ta’ala, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang
menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” (QS Al-Ahzab, 33: 23)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Khalid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Makiy bin ‘Abdan telah mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdullah bin Hasyim telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Bahz
bin Asad telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sulaiman bin Al-Mughirah
telah mengabarkan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, ia berkata, “Pamanku
Anas bin An-Nadhar tidak ikut—dengan namanya saya diberi nama Anas—Perang
Badar. Maka dirasa berat olehnya tatkala dia kembali, dan berkata, ‘Aku hilang
sejak awal peperangan yang diikuti oleh Rasulullah Saw.= = Seandainya Allah
memperkenankan aku dapat berperang, pasti Allah akan melihat apa yang akan
aku lakukan.’ Ketika terjadi Perang Uhud dan kaum muslimin ada yang kabur
dari medan pertempuran, dia berkata, ‘Ya Allah, aku berlepas diri dari apa yang

316
dilakukan oleh mereka yakni kaum musyrik dan aku berlindung kepada-Mu dari
apa yang dilakukan oleh mereka, yakni kaum muslim.’ Maka dia maju ke medan
pertempuran lalu Sa’ad bin Mu’adz menjumpainya. Maka dia berkata kepadanya,
‘Wahai Sa’ad, demi jiwaku yang berada dalam kekuasaannya, aku menginginkan
aroma surga dari balik Bukit Uhud.’ Maka ia berperang melawan mereka dan
mati terbunuh. Anas berkata, “Kemudian kami temukan dia dengan luka tidak
kurang dari delapan puluh sabetan pedang atau tikaman tombak atau terkena
lemparan panah dan sunggun kaum musrikin telah mencabik-cabik jasadnya dan
kami tidak mengenalinya kecuali saudara perempuannya yang mengenali jarinya.
Maka turunlah ayat ini, ‘Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang
menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.’ (QS Al-Ahzab, 33: 23) dan
kami berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan dia dan orang yang
serupa dengan dia. =
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Muslim, dari Muhammad bin Hatim, dari
Bahz bin Asad.
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’ad bin Ahmad bin Ja’far Al-Muadzdzin mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu ‘Ali bin Abu Bakar Al-Faqih mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Abdullah Az-Ziyaraji mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Bundar mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah
Al-Anshari mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku menceritakan kepadaku,
dari Tsumamah, dari Anas bin Malik, ia berkata, ”Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Anas bin An-Nadhar, yakni “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-
orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” (QS Al-Ahzab,
33: 23).
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dari Bundar.
Firman Allah Ta’ala, “Dan di antara mereka ada yang gugur.” (QS Al-Ahzab, 33:
23).
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Thalhah bin ‘Ubaidullah. Ia disebutkan
bersama Rasulullah Saw. pada saat perang Uhud hingga tangannya terputus.
Rasulullah Saw. berdoa, “Ya Allah, pastikan surga bagi Talhah.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Abdullah At-Tamimi
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Syekh Al-Hafizh mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bin Nashr Ar-Razi mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Abbas bin Isma’il Ar-Raqi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Isma’il
bin Yahya Al-Bagdadi mengabarkan kepada kami, dari Abu Sinan, dari Adh-Dhahak,

317
dari An-Nazal bin Sabrah, dari Ali, ia berkata, “Mereka berkata, ‘Beritahukan kepada
kami tentang Thalhah!’ Ali berkata, ‘Dialah orang yang menyebabkan turunnya firman
Allah Ta’ala, ’Dan diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka ada (pula)
yang menunggu-nunggu.’ (QS Al-Ahzab, 33: 23). Thalhah termasuk salah seorang
yang gugur yang tidak akan dihisab nanti.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan mengabarkan kepada
kam.” Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far bin Malik mengabarkan kepada kam.” Ia berkata,
“Abdullah bin Ahmad binlHanbal mengabarkan kepada kam.” Ia berkata, Ayahku
menceritakan kepadak.” Ia berkata, “Waki’ mengabarkan kepada kami, dari Thalhah
bin Yahya, dari Isa bin Thalhah, “Sesungguhnya Thalhah melewati Nabi Saw. lalu beliau
bersabda,‘”Dia termasuk orang yang gugur.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi mengabarkan kepada kami.,
Ia berkata, “Abu Muhammad bin Hayan mengabarkan kepada kam.” Ia berkata,
“Ahmad bin ‘Amr bin Abu ‘Ashim mengabarkan kepada kami., Ia berkata, “Abu =
= Ar-Rabi’ Az-Zahrani mengabarkan kepada kami., Ia berkata, “‘Amar
bin Muhammad At-Tawri mengabarkan kepada kami., Ia berkata, “Sufyan
mengabarkan kepada kami, dari Abu Al-Hijaf, dari ‘Athiyyah, dari Abu Sa’id, firman-
Nya, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS Al-Ahzab, 33:
33), Ia berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan lima orang, yakni Nabi Saw.,
Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain As.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’ad An-Nadhawi mengabarkan kepada kami.,
Ia berkata, “Ahmad bin Ja’far Al-Qathi’i mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Ahmad bin Hanbal mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, Ayahku
menceritakan kepadaku., Ia berkata, “Ibnu Numair mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abdul Malik mengabarkan kepada kami, dari ‘Atha bin Abu Rabah,
ia berkata, “Orang yang mendengar Ummu Sulaim bertutur mengabarkan
kepadaku,“’Sesungguhnya Nabi Saw. pernah berada di rumahnya. Lalu Fatimah Ra.
datang membawa periuk berisi daging cingcang kepada beliau. Fatimah menemui
beliau sambil membawa periuk tersebut.’ Beliau berkata kepada Fatimah,“’Ajaklah
suamimu dan kedua anakmu ke sini!’ Ummu Sulaim berkata,“’Lalu datanglah
Ali, Hasan, dan Husain. Mereka pun masuk, lalu duduk, lantas memakan daging
cingcang tersebut. Nabi Saw. berada di tempat tidurnya. Di bawah tempat tidurnya
ada pakaian yang bagus”.’ Ummu Sulaim berkata,“’Aku sendiri berada di kamar.’ Lalu
Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan

318
dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
(QS Al-Ahzab, 33: 33). Ummu Sulaim berkata, “Nabi Saw. mengambil pakaian
tambahan lalu menyelimuti mereka dengannya. Kemudian beliau mengeluarkan
kedua tangannya, lalu mengangkatnya ke langit, lantas berdoa, ‘Ya Allah, mereka
adalah ahli baitku =
= dan milikku. Oleh karena itu, hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah
mereka sebersih-bersihnya”.’ Ali berkata,“’Lalu aku memasukkan kepalaku ke
dalam rumah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, Aku bersamamu.’ Rasulullah
bersabda,“’Sesungguhnya engkau menuju kebaikan, sesungguhnya engkau
menuju kebaikan’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Al-Qasim Abdurrahman bin Muhammad As-
Siraj mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin ‘Ali bin ‘Affan mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Yahya Al-Hamani mengabarkan kepada kami, dari Shaleh bin Musa
Al-Qurasyi, dari Hushaif, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ayat ini
diturunkan berkenaan dengan istri-istri Nabi Saw.,“’Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait’.” (QS Al-Ahzab, 33: 33).
Imam Al-Wahidi berkata, “‘Aqil bin Muhammad Al-Jurjani mengabarkan
kepada kami –berkenaan dengan lafaz yang diperbolehkannya kepadaku- ia
berkata, “Al-Mu’afi bin Zakaria Al-Qadhi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Jariri mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Humaid
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Wadhih mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Al-Ashbagh mengabarkan kepada kami, dari ‘Alqamah, dari
‘Ikrimah, mengenai firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait.” (QS Al-Ahzab, 33: 33, Ia berkata,
“Yang dimaksud ahlul bait bukanlah seperti pendapat yang mereka kemukakan,
melainkan istri-istri Nabi Saw.” ‘Alqamah berkata, “’Ikrimah mengumumkan hal itu
di pasar.”.Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat …” (QS
Al-Ahzab, 33: 35).
= Muqatil bin Hayan berkata, “Aku diberi tahu bahwa tatkala Asma` binti
Umais kembali dari Habasyah bersama suaminya, yakni Ja’far bin Abu Talib, ia
menemui istri-istri Nabi Saw. lalu bertanya,“’Apakah telah diturunkan ayat Al-
Qur`an berkenaan dengan kami?’ Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Ia pun mendatangi
Nabi Saw. lalu berkata, ‘Sesungguhnya wanita-wanita benar-benar berada dalam
kerugian dan kehilangan. Beliau bertanya,“’Mengapa demikian?’ Ia menjawab,
‘Karena kebaikan tidak disebutkan kepada mereka sebagaimana disebutkan kepada

319
kaum laki-laki.’ Lalu Allah menurunkan ayat, “Sesungguhnya kaum muslimin dan
muslimat …” (QS Al-Ahzab, 33; 35).
Qatadah berkata, “Tatkala Allah Ta’ala menyebut istri-istri Nabi Saw., beberapa
wanita muslimah menemui mereka, lalu berkata, ‘Kalian disebut-sebut sedangkan
kami tidak, walaupun kami memiliki kebaikan sekalipun.’ Lalu Allah menurunkan
ayat,“’Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat …’.” (QS Al-Ahzab, 33; 35).
Firman-Nya Ta’ala, “Engkau boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang engkau
kehendaki di antara mereka (para istrimu) …” (QS Al-Ahzab, 33: 51).
Para mufasir berkata, “Tatkala beberapa istri Nabi Saw. merasa cemburu,
menyakiti beliau dengan kecemburuan mereka, dan meminta tambahan nafkah, beliau
meninggalkan mereka selama sebulan =
= hingga turunlah ayat tentang pemberian kebebasan memilih. Allah Ta’ala
menyuruh mereka untuk memilih antara dunia dan akhirat. Dia membebaskan
jalan orang yang memilih dunia dan menahan orang yang memilih-Nya dan
Rasul-Nya karena mereka adalah ummahatul mu‘minin dan tidak boleh dinikahi
selamanya, dan karena Nabi boleh menggauli istri yang dikehendakinya atau
menangguhkan menggauli sebagian mereka yang dikehendakinya. Lalu mereka
pun meridhai keputusannya, yakni beliau membagi kepada mereka atau tidak, atau
beliau mengutamakan sebagian mereka atas sebagian lainnya dalam hal nafkah,
pembagian, dan persetubuhan. Hal itu diserahkan kepada beliau untuk berbuat
sekehendaknya, sehingga mereka meridhai semua keputusannya. Rasulullah Saw.
dengan keleluasaan yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya menyamaratakan
pembagian di antara mereka.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al-Muzakki
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Malik bin Al-Hasan bin Yusuf
As-Sathi mengabarkan kepada kami. Ia berkata, “Ahmad ibnu Yahya Al Hulwani
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yahya bin Ma’in mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “‘Ibad bin ‘Ibad mengabarkan kepada kami, dari ‘Ashim Al-
Ahwai, dari Mu’adzah, dari Aisyah, ia berkata, “Setelah diturunkan ayat, “Engkau
boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang engkau kehendaki diantara mereka
(para istrimu) dan (boleh pula) menggauli siapa (di antara mereka) yang engkau
kehendaki.” (QS Al-Ahzab, 33: 51), Rasulullah Saw. meminta izin kepada kami jika
beliau sedang berada pada salah seorang istri di antara kami. Mu’azah bertanya,
“Apa yang engkau katakan?” Aisyah menjawab, “Aku mengatakan bahwa jika hal itu
terjadi padaku, maka aku tidak akan mendahulukan seorang pun melebihi diriku.”

320
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari dari Hayan bin Musa, dari Ibnu
Mubarak. Muslim juga meriwayatkannya dari Syuraih bin Yunus, dari Abbad.
Keduanya dari ‘Ashim.
Orang-orang berkata, “Tatkala ayat tentang kebebasan memilih diturunkan,
istri-istri Nabi Saw. takut diceraikan. Mereka berkata, “Wahai Nabi Allah, berikanlah
kepada kami hartamu dan dirimu sekehendakmu dan biarkanlah kami dengan
keadaan kami.” Lalu turunlah ayat ini.
= Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Nu’aim mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ya’qub Al-Akhram mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdul Wahab mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Muhadir bin Al-Muwadi` mengabarkan kepada kami, dari Hisyam bin
‘Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, bahwa ia berkata kepada istri-istri Nabi Saw.,
“Tidak malukah seorang perempuan menghibahkan dirinya?” Lalu Allah Ta’ala
menurunkan ayat, “Engkau boleh menangguhkan (menggauli) siapa yang engkau
kehendaki di antara mereka (para istrimu) dan (boleh pula) menggauli siapa (di
antara mereka) yang engkau kehendaki.” (QS Al-Ahzab, 33: 51). Aisyah berkata,
“Aku melihat Tuhanmu bergegas memenuhi keinginanmu.”
Al-Bukhari juga meriwayatkannya dari Zakaria bin Yahya. Muslim meriwayatkan
pula dari Abu Kuraib. Keduanya dari Abu Usamah, dari Hisyam. Firman-Nya Ta’ala,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah Nabi.”
(QS Al-Ahzab, 33: 53).
Kebanyakan mufasir berkata, “Tatkala Rasulullah Saw. menikahi Zainab binti
Jahsy, beliau menjamunya dengan kurma dan tepung gandum, dan menyembelih
kambing.” Anas berkata, “Ibuku, Ummu Sulaim, mengirimkan kepada beliau
segantang kurma yang disimpan dalam bejana kecil yang terbuat dari batu. Lalu
Nabi Saw. menyuruhku mengundang para sahabat-Nya untuk makan. Lalu orang-
orang berdatangan =
= makan, lantas pulang. Kemudian orang-orang lain datang, makan,
dan pulang. Aku berkata, “Aku telah mengundang semuanya hingga aku tidak
menemukan seorang pun untuk kuundang lagi.” Rasulullah bersabda, “Angkat
makanan kalian.” Lalu mereka mengangkat makanannya dan orang-orang pun
pulang, hingga tersisa tiga orang yang sedang berbincang-bincang di rumah.
Mereka tinggal lama sekali, sehingga Rasulullah merasa sakit hati karena ulah
mereka tersebut. Namun beliau sangat malu mengungkapkannya. Lalu turunlah

321
ayat ini. Rasulullah Saw. membuat penghalang antara aku dan beliau.
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Al-Faqih mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu ‘Umar Muhammad bin Ahmad Al Hayyiri mengabarkan
kepada kamii, Ia berkata, “‘Imran bin Musa bin Mujasyi’ mengabarkan kepada kami,
Ia berkata, “Abdul A’la bin Hamad An-Nursi mengabarkan kepada kami., Ia berkata,
“Al-Mu’tamir Ibnu Salman mengabarkan kepada kami, dari ayahnya, dari Abu Mijlaz,
dari Anas bin Malik, ia berkata, “Tatkala Nabi Saw. menikahi Zainab binti Jahsy,
beliau mengundang orang-orang, lalu mereka makan. Kemudian mereka duduk
berbincang-bincang. Anas berkata, “Aku melihat seakan-akan beliau bersiap-siap
untuk berdiri, namun mereka tidak jua berdiri. Tatkala melihat hal itu, beliau pun
berdiri. Orang-orang ikut berdiri. Tinggal tiga orang yang masih duduk. Nabi Saw.
keluar masuk kamar, ternyata mereka masih tetap duduk. Mereka pun berdiri lalu
beranjak pergi. Aku menemui dan memberi tahu Nabi Saw. bahwa mereka telah
pergi. Anas berkata, “Beliau keluar masuk kamar.” Anas melanjutkan perkataannya,
“Aku pun berusaha masuk.” Namun beliau membuat hijab antara aku dan beliau.
Lalu Allah menurunkan ayat, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan” sampai
firman-Nya, “Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.” (QS
Al-Ahzab, 33: 53).
Al-Bukhari juga meriwayatkannya dari Muhammad bin Abdullah Ar-Raqasyi.
Muslim juga meriwayatkan dari Yahya bin Habib Al-Haritsi. Keduanya dari Al-
Mu’tamir.
Imam Al-Wahidi berkata, “Isma’il bin Ibrahim Al-Wa’id mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu ‘Amr bin Najid mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Al-Hasan bin Al-Khalil mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Hisyam bin ‘Amar mengabarkan kepada kami, Ia berkata, “Al-Khalil bin Musa
mengabarkan kepada kami, ia berkata, Abdullah bin Awf mengabarkan kepada
kami, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari Anas bin Malik, ia berkata, “Aku bersama Rasulullah
Saw. saat beliau melewati salah satu kamarnya. Di dalam kamar, beliau melihat
orang-orang sedang duduk berbincang-bincang. Kemudian beliau keluar masuk
kamar. Kemudian beliau menurunkan tabir ke bawahku. Aku pun mendatangi Abu
Thalhah lalu memberi tahu hal itu kepadanya. Abu Thalhah berkata, “Jika ucapanmu
itu benar, tentu Allah akan menurunkan ayat Al-Qur”an mengenai hal itu.” Lalu
Allah pun menurunkan ayat, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
memasuki rumah-rumah Nabi ...” (QS Al-Ahzab, 33: 53).

322
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Al-Hasan Al Hayyiri mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Hajib bin Ahmad mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdurrahim bin Munib mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Yazid Ibnu Harun
mengabarkan kepada kami., Ia berkata, “Humaid mengabarkan kepada kami, dari
Anas, ia berkata, “Umar bin Khattab Ra.
= Orang baik dan orang jahat menemuimu. Bagaimana seandainya engkau
menyuruh Ummahatul Mukminin mengenakan hijab?’ Lalu Allah Ta’ala menurunkan
ayat tentang hijab.”
Al-Bukhari meriwayatkan pula hadts ini dari Musadad, dari Yahya bin Abu
Zaidah, dari Humaid.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Hakam Al-Jurjani mengabarkan kepadaku
–berkenaan dengan lafal yang ia perbolehkan kepadaku-, ia berkata, “Abu Al-
Fari Al-Qadhi mengabarkan kepada kami., Ia berkata, “Muhammad bin Jaryi
mengabarkan kepada kami, Ia berkata, “Ya’qub bin Ibrahim mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Hasyim mengabarkan kepada kami, dari Laits, dari Mujahid,
“Sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah makan bersama beberapa sahabat. Lalu
tangan salah seorang sahabat mengenai tangan Aisyah saat ia bersama mereka.
Lantas Nabi Saw. pun benci. Lalu Allah menurunkan ayat tentang hijab.”

QS Al-Ahzab, 33: 53

Firman-Nya Ta’ala, “Janganlah kalian menikahi istri-istrinya sepeninggalnya


selamanya.” (QS Al-Ahzab, 33: 53).
Ibnu Abbas berkata, dalam riwayat ‘Atha, “Seorang laki-laki pemuka Quraisy
berkata, ‘Seandainya Rasulullah Saw. meninggal, niscaya aku akan menikahi
Aisyah.’ Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Janganlah kalian menikahi istri-
istrinya sepeninggalnya selamanya.” (QS Al-Ahzab, 33: 53). Firman-Nya Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat kepada Nabi.” (QS Al-
Ahzab, 33: 56).
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa’id mengabarkan kepada kami, dari Ibnu ‘Umar
An-Naisaburi. Ia berkata, “Al-Hasan bin Ahmad Al-Khalidi mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Al-Muammil bin Al-Husain bin ‘Isa mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Hudzaifah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sufyan mengabarkan kepada
kami, dari Az-Zubair bin ‘Adi, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Ka’ab bin ‘Ujrah,
ia berkata, “Ada seseorang yang berkata kepada Nabi Saw.,“’Kami mengetahui cara

323
mengucapkan salam kepadamu, lalu bagaimana cara kami bersalawat kepadamu?’
Lalu turunlah ayat, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk
Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah
salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab, 33: 56).
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan Al-‘Adli mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Isya Al-Wasya mengabarkan
kepada kam.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya As-Suwali mengabarkan
kepada kami, ia berkata, “Ar-Riyasyi mengabarkan kepada kami, dari Al-Asma’i,
ia berkata,‘”Aku mendengar Al-Mahdi berceramah di atas mimbar di Bashrah,
“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian dengan sebuah perintah. Dia memulai
perintah-Nya dengan menyebut diri-Nya dan menyanjung para Malaikat-Nya, Dia
berfirman, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi.
Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kepada Nabi dan ucapkanlah
salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS Al-Ahzab, 33: 56). Allah
mengutamakan Rasulullah Saw. dengan salawat di antara para rasul-Nya, dan
mengkhususkan kalian dengannya di antara makhluk-makhlu.’ Lalu mereka pun
membalas nikmat Allah dengan cara bersyukur.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Aku mendengar Al-Ustadz Abu Utsman Al-Wa’izd
berkata, Aku mendengar Al-Imam Sahl bin Muhammad bin Sulaiman berkata,
“Pengagungan ini yang Allah Ta’ala mengagungkan Nabi kita Saw. dengan cara
bersalawat kepadanya melalui firman-Nya, “Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi.” (QS Al-Ahzab, 33: 56) lebih lengkap dan lebih
sempurna daripada pengagungan-Nya terhadap Adam dengan cara menyuruh
para malaikat bersujud kepadanya, karena Allah tidak diperbolehkan bersama para
malaikat dalam pengagungan tersebut. Allah Ta’ala mengabarkan bahwa diri-Nya
bersalawat kepada Nabi =
= Kemudian bahwa malaikat juga bersalawat kepada Nabi, sehingga
pengagungan terhadap jiwa Nabi oleh-Nya lebih sempurna daripada pengagungan
yang khusus dilakukan oleh malaikat karena Allah tidak boleh bersama mereka
dalam hal itu.”
Pendapat Sahal ini bertentangan dengan pendapat Al-Mahdi. Bisa jadi ia
berpendapat dan berpandangan demikian setelah ia mengutip pendapat Al-
Mahdi dan mensyarahnya (menjelaskannya). Ia membandingkan hal itu dengan
pengagungan terhadap Adam. Pengagungan terhadap Nabi Saw. lebih lengkap
dan lebih sempurna daripada pengagungan terhadap Adam.

324
Disebutkan dalam kitab As-Sahih, Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim Al-
Farisi mengabarkan kepada kami, ia berkata, “Muhammad bin ‘Isa bin ‘Amruwiyah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Sufyan mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Muslim mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Qutaibah dan ‘Ali
bin Hijr mengabarkan kepada kami.” Keduanya berkata, “Isma’il bin Ja’far mengabarkan
kepada kami, dari Al-‘Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw.
bersabda, “Barang siapa bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan merahmatinya
sepuluh kali.” Firman-Nya Ta’ala, “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para
Malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu).” (QS Al-Ahzab, 33: 43).
Mujahid berkata, “Tatkala diturunkan ayat,” ’Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi ...’ (QS Al-Ahzab, 33: 56), Abu Bakar berkata,
‘Tidaklah Allah Ta’ala memberimu kebaikan, melainkan kami ikut serta dalam
kebaikan tersebut.’ Lalu turunlah ayat,“’Dialah yang memberi rahmat kepadamu
dan para Malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu)’.” (QS Al-Ahzab, 33: 43).
Firman-Nya Ta’ala, “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki
dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat.” (QS Al-Ahzab, 33:
58).
‘Atha berkata, dari Ibnu ‘Abbas, “Umar Ra. melihat seorang gadis dari
kalangan Anshar memperlihatkan auratnya, lalu Umar memukulnya dan tidak
menyukai auratnya yang terlihat olehnya. Gadis itu pun menjumpai keluarganya
seraya mengadukan Umar. Mereka pun berangkat menuju Umar lalu menyakitinya.
Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.” =
= Muqatil berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali bin Abu Thalib,
karena orang-orang munafik menyakitinya dan menyiarkan aibnya.”
Ad-Dahak, As Suddi, dan Al-Kalbi berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan para pezina yang berjalan di jalan-jalan Madinah. Mereka mengikuti
wanita-wanita jika wanita-wanita itu terlihat pada malam hari untuk memenuhi
berbagai kebutuhan mereka. Mereka melihat seorang wanita, lalu mendekati
dan merabanya. Jika wanita itu diam, mereka mengikutinya. Dan jika ia mengusir
mereka, mereka pun berhenti mengganggunya. Mereka hanya mencari budak-
budak perempuan. Namun pada saat itu, mereka tidak bisa membedakan mana
wanita merdeka dan mana budak. Sesungguhnya tiada lain wanita-wanita keluar
rumah dengan mengenakan pakaian rumah dan penutup kepala. Lalu mereka
mengeluhkan hal itu kepada istri-istri mereka. Mereka pun mengatakan hal itu
kepada Rasulullah Saw. Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.”

325
Yang menunjukkan hal ini adalah firman-Nya Ta’ala, “Wahai Nabi, katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin,
“Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya.” (QS Al-Ahzab, 33: 59).
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad Al-Muazzin mengabarkan
kepada kami. Ia berkata, “Abu ‘Ali Al-Faqih mengabarkan kepada kami. Ia berkata,
“Ahmad bin Al-Husain bin Al-Junaid mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, Ziyad
bin Ayyub mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, Husyaim mengabarkan kepada
kami, dari Hushain, dari Abu Malik, ia berkata, “Dulu istri-istri kaum mukminin
keluar rumah pada malam hari untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka.
Orang-orang munafik melihat dan menyakiti mereka. Lalu turunlah ayat ini.”
As Suddi berkata, “Madinah adalah tempat tinggal yang sempit. Apabila kaum
wanita keluar pada malam hari untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka, =
Orang-orang fasik Madinah keluar rumah. Apabila mereka melihat seorang
wanita mengenakan penutup kepala, mereka berkata,“’Ini wanita merdeka.’
Mereka pun membiarkannya. Namun jika mereka melihat wanita tanpa penutup
kepala, mereka berkata,“ Ini budak wanita.’ Mereka pun menggodanya. Lalu Allah
Ta’ala menurunkan ayat ini.”

Surat Yasin
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Yasin, 36: 12

Firman-Nya Ta’ala, “Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang


mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas
yang mereka (tinggalkan).” (QS Yasin, 36: 12).
Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Bani Salamah tinggal di sudut Madinah. Mereka
ingin pindah ke dekat masjid. Lalu turunlah ayat ini.”
“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah
yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka
(tinggalkan).” (QS Yasin, 36: 12).
Nabi Saw. bersabda kepada mereka, “Sesungguhnya jejak-jejak mereka itu
tercatat, namun mereka tidak berpindah.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Asy-Syarif Isma’il bin Al-Hasan bin Muhammad bin
Al-Hasan At-Thabari mengabarkan kepada kami,” Ia berkata, Kakekku menceritakan
kepadaku., Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad mengabarkan kepada kami =

326
= Ibnu Syarqi. Ia berkata, “Abdurrahman bin Bisyr telah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdurrazaq telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Ats-Tsawri telah mengabarkan kepada kami, dari Sa’ad bin Azh-Zhariif, dari Abu
Nadhrah, dari Abu Sa’id, ia berkata, “Banu Salamah mengadu kepada Rasulullah
Saw. tentang keberadaan rumah-rumah mereka yang jauh jaraknya dari mesjid.
Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “ (QS Yaasiin, 36:12) Maka Nabi
Saw. bersabda, “Hendaklah kamu dirumah-rumah kamu, sesungguhnya apa yang
telah kalian kerjakan tiada lain akan dicatat.”

QS Yasin, 36: 78

Firman Allah Ta’ala, “ (QS Yasin, 36: 78)


Para ahli tafsir berkata, “Sesungguhnya Ubay bin Khalaf mendatangi Nabi
Saw. dengan membawa tulang yang lapuk. Lalu ia berkata, ‘Wahai Muhammad,
apakah kamu berpendapat bahwa Allah akan menghidupkan ini setelah
hancur luluh? Maka beliau menjawab, ‘Benar. Dia akan membangkitkanmu dan
memasukkanmu ke dalam neraka.’ Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat-ayat ini, “
.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad bin Ja’far telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu ‘Ali bin Abu Bakar Al-Faqiih telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Al-Husain bin Al-Junaid telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ziyad bin Ayyub telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Husyaim menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Hushain telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Malik, bahwa Ubay bin Malik Al-Jumhiy datang
kepada Rasulullah Saw. dengan membawa tulang yang lapuk dan meremukkannya
di hadapan beliau, dan ia berkata, “Wahai Muhammad, apakah Allah akan
membangkitkan ini setelah hancur luluh? Maka beliau menjawab, ‘Benar. Dia akan
membangkitkan ini, dan Dia akan mematikanmu, lalu menghidupkanmu, kemudian
memasukkanmu ke dalam neraka jahanam.’ Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat-
ayat ini.

QS SHAD
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Al-Qasim bin Abu Nashr Al-Hizami telah mengabarkan
kepada kami,” Dia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Hamdawaeh telah

327
menceritakan kepada kami.” Dia berkata, “Abu Bakr bin Darim Al-Hafizh telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bin Usman bin Abu Syaibah
telah menceritakan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Asadi
telah menceritakan kepada kami.” Dia berkata, “Sufyan telah menceritakan kepada
kami, dari Al-A’masy dari Yahya bin ‘Imarah, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “Saat Abu Thalib jatuh sakit, datanglah orang-orang Quraisy dan datang
pula Nabi Saw. Di samping kepala Abu Thalib ada tempat duduk untuk seseorang,
namun Abu Jahal berdiri untuk mencegahnya. Orang-orang itu mengadukan Nabi
kepada Abu Thalib. Dia (Abu Thalib) berkata, ‘Hai, keponakanku, apa yang kamu
inginkan dari kaummu?’ Lalu Nabi menjawab, ‘Wahai pamanku, sesungguhnya
aku hanya menginginkan dari mereka satu kalimat yang dengan kalimat itu orang
Arab tunduk kepada mereka, serta dengan kalimat itu pula orang ‘Azam (non-
Arab) membayar jizyah kepada mereka”. Dia (Abu Thalib) bertanya, ‘Satu kalimat
saja, apakah itu?’ Nabi Saw. menjawab, ‘Tidak ada tuhan selain Allah.’ Lalu mereka
berkata, ‘Apakah dia hendak menjadikan tuhan-tuhan kita satu?’ Dia (Ibnu Abbas)
berkata, “Berkaitan dengan mereka, turunlah ayat,
Sampai ayat =
Para ahli tafsir mengatakan, “Pada saat Umar bin Khattab masuk Islam, orang-
orang Quraisy merasa terpukul, sedangkan orang-orang mukmin merasa gembira.
Al-Walid bin Al-Mughirah berkata kepada para tokoh dan pemuka Quraisy, ‘Pergilah
kepada Abu Thalib.’ Lalu merekapun mendatanginya, sembari mengatakan, ‘Engkau
adalah tokoh dan pemuka kami, dan engkau telah mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh orang-orang bodoh (orang-orang beriman), dan sesungguhnya
kami mendatangimu agar engkau memutuskan perkara antara kami dan
keponakanmu itu.’ Lalu Abu Thalib pergi menemui Nabi dan memanggilnya, lalu
dia berkata, ‘Wahai keponakanku, kaummu itu mengajukan pemintaan kepadamu,
tapi janganlah kamu condong kepada mereka.’ Nabi bertanya, ‘Apa yang mereka
minta?’ Abu Thalib berkata, ‘Mereka mengatakan, ‘Dia (Nabi) telah menolak
kami dan menolak untuk menyebut tuhan-tuhan kami.’ Nabi Saw. bersabda,
‘Apakah kalian memberiku satu kalimat yang dengannya kalian dapat menguasai
Arab dan dengan kalimat itu pula orang ‘azam (orang non arab) bertekuk lutut
kepada kalian?’ Abu Jahal berkata, ‘Demi Allah, sungguh kami benar-benar akan
memberikannya kepadamu dan sepuluh kali lipat yang semisalnya dengan itu’.
Lalu Nabi Saw.. bersabda, ‘Katakanlah oleh kalian, ‘Tidak ada tuhan selain Allah.’
Maka mereka pun pergi meninggalkannya sambil berkata, ‘Apakah kamu hendak

328
menjadikan tuhan-tuhan kami itu satu? Bagaimana mungkin satu tuhan dapat
meliputi semua makhluk!’ Lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat-ayat yang berkenaan
dengan mereka ini, ‘Kaum Nuh sebelum mereka telah mendustakan’.”

SURAT AZ ZUMAR
QS Az-Zumar, 39: 9

Firman Allah, (QS Az-Zumar, 39: 9)


Dalam riwayat ‘Atha, Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan
Abu Bakar Siddiq Ra.” =
Adapun Ibnu Umar, dia mengatakan, “Ayat ini turun berkenaan dengan Usman
bin Affan.”
Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan ‘Ammar bi Yasir.”Firman
Allah Ta’ala, (QS Az-Zumar, 39: 17)
Ibnu Zaid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan tiga orang, saat mereka
di zaman jahiliah mereka mengatakan, ‘Tidak ada tuhan selain Allah.’ Mereka itu
adalah Zaid bin ‘Amr, Abu Dzar Al-Ghifari, Salman Al-Farisi.

QS Az-Zumar, 39: 17-18

Firman Allah Ta’ala,

(QS Az-Zumar, 39: 17-18)


Atha berkata, dari Ibnu Abbas, bahwa Abu Bakar Siddiq Ra. telah beriman
kepada Nabi Saw. dan membenarkannya. Lalu datanglah Abdurrahman bin Auf,
Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abu Waqqash untuk bertanya kepadanya (Abu Bakar),
lalu Abu Bakar mengabarkan keimanannya, maka mereka pun beriman. Berkenaan
dengan mereka, turunlah ayat,

Dia (Ibnu Abbas) berkata, “Yang dimaksud dengan ayat adalah Abu
Bakar.”

QS Az-Zumar, 39: 22

Firman Allah Ta’ala, (QS Az-Zumar, 39: 22)


Ayat ini turun berkenaan dengan Hamzah, Ali, Abu Lahab dan anaknya.
Adapun Hamzah dan Ali termasuk orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah

329
(untuk masuk Islam), sedangkan Abu Lahab dan anak-anaknya termasuk orang-
orang yang keras hatinya dari mengingat Allah. Hal itu disebutkan firman Allah
Ta’ala,

QS Az-Zumar, 39: 23

Firman Allah Ta’ala, (QS Az-Zumar, 39: 23)


Imam Al-Wahidi berkata, “Abdul Qahir bin Thahir Al Bagdadi telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abu ‘Amr bin Mathar telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Ja’far bin Muhammad Al-Firyabi telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Ishaq bin Rahawaih telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “‘Amr bin Muhammad Al-Qurasyi telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “Khalad Ash-Shafaar telah mengabarkan kepada kami, dari ‘Amr bin
Qais Al-Malaa’ii, dari ‘Amr bin Murrah, dari Mush’ab bin Sa’ad, dari Sa’ad, mereka
berkata, ‘Wahai Rasulullah, alangkah baiknya sekiranya engkau berbicara kepada
kami.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,

QS Az-Zumar, 39: 53

Firman Allah Ta’ala, (QS Az-Zumar, 39: 53)


Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan penduduk Mekah.
Mereka mengatakan, ‘Muhammad mendakwakan bahwa siapa yang menyembah
berhala serta membunuh jiwa yang Allah haramkan, maka Allah tidak akan
mengampuninya. Lalu, bagaimana kami berhijrah dan masuk Islam sedangkan
kami menyembah Allah dan tuhan-tuhan yang lainnya, dan kami membunuh jiwa
yang Allah haramkan?’ Lalu turunlah ayat ini.
Ibnu Umar berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan ‘Ayyasy bin Abu Rabi’ah
dan Al-Walid bin Al-Walid dan beberapa orang dari kaum muslim. Dahulu, mereka
masuk Islam, kemudian mereka diuji dan disiksa. Dan kami mengatakan, ‘Allah
tidak akan menerima dari mereka penukaran dan keadilan untuk selamanya.’
Suatu kaum yang masuk Islam, lantas mereka meninggalkan agama mereka karena
mereka disiksa? Maka turunlah ayat-ayat ini. Ketika itu Umar termasuk orang yang
dapat menulis, lalu dia menulis kepada ‘Ayyasy bin Abu Rabi’ah dan Al-Walid bin
Al-Walid dan beberapa orang, sampai mereka berhijrah dan masuk Islam.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Muhammad bin As-Siraaj telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bin Muhammad bin Al-
Hasan Al-Kazaruni telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ali bin Abdul

330
Aziz telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Al-Qasim bin Salam telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Al-Hajjaj telah mengabarkan kepada
kami, dari Ibnu Juraij, dia berkata, “Ya’la bin Muslim telah menceritakan kepadaku,
bahwasannya dia mendengar Sa’id bin Jubair telah menceritakan dari Ibnu Abbas
bahwa beberapa orang musyrik telah banyak membunuh, dan sering berzina, lalu
mereka mendatangi Muhammad Saw., seraya berkata, ”Sesungguhnya ajakanmu
itu benar-benar baik. Beritahu kami suatu perkara yang jika kami melakukannya
akan menjadi penebus (dosa-dosa).” Lalu turunlah ayat ini, =
Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari, dari Ibrahim bin Musa, dari Hisyam bin
Yusuf, dari Ibnu Juraij.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ishaq Al-Muqri’u telah mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, “Al-Husain bin Muhammad bin Al-‘Alaa telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Yunus bin Bukair telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “Muhammad bin Ishaq telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata,
“Nafi’ telah mengabarkan kepada kami, dari Umar, dia berkata, “Ketika kami
berkumpul hendak hijrah, maka saya, ‘Ayyasy bin Abu Rabi’ah, dan Hisyam bin
Al-‘Ash bin Waa’il. Maka kami mengatakan, ‘Tempat kembali di antara kita adalah
Al-Manaashif, miqat-miqat Bani Ghifaar, maka barang siapa di antara kalian yang
tertahan karena panji-panjinya sungguh ia telah ditertahan, maka hendaklah
kawannya meneruskan perjalanan. Maka saya dan ‘Ayyasy tiba di tempat itu di
waktu pagi, sementara Hisyam tertahan, ia dibujuk untuk keluar dari Islam, sehingga
ia pun terbujuk. Maka kami tiba di Madinah. Lalu kami mengatakan, ‘Allah tidak
akan menerima tobat dari mereka, yaitu suatu kaum yang mengenal Allah dan
Rasul-Nya, kemudian kembali murtad karena ujian dunia yang menimpa mereka.
Maka Allah menurunkan ayat ini,
sampai == Firman-Nya, Umar berkata, “Maka saya
menuliskan ayat itu dengan tangan saya sendiri, kemudian saya kirimkan tulisan
itu kepada Hisyam. Maka Hisyam berkata, “Ketika surat itu datang kepada saya,
maka saya membawanya pergi ke Dzi Thuwa.” Maka saya berkata, “Ya Allah, berilah
saya pemahaman tentangnya, maka saya mengetahui bahwa ayat ini turun kepada
kepada kami.” Maka saya kembali dengan menunggang unta saya, lalu saya
menemui Rasulullah Saw.
Dan diriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Wahsyi, pembunuh
Hamzah—semoga rahmat Allah dan keridhaan-Nya tercurah padanya– Dan hal itu
telah kami sebutkan di akhir surat Al-Furqaan.

331
QS Az-Zumar, 39: 67

Firman Allah Ta’ala, (QS Az-Zumar, 39: 67)


Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Harisyi telah mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, “Abu Syekh Al-Hafiz telah mengabarkan kepada kami.” Dia
berkata, “Ibnu Abu ‘Ashim telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ibnu
Numair telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abu Mu’awiyah telah
mengabarkan kepada kami, dari Al-A’masy dari Alqamah, dari Abdullah, dia
berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw., lalu dia berkata, ‘Wahai, Abul
Qasim, telah sampai kepadamu bahwa Allah membawa makhluq di atas satu jari,
dan bumi di atas jari, dan pohon di atas jari, dan tanah di atas jari.’ Rasulullah Saw.
tertawa sampai nampak gigi taringnya. Maka Allah menurunkan ayat,
Maknanya, Sesungguhnya Allah Ta’ala berkuasa menggenggam bumi dan
semua makhluk yang ada padanya serta pohon-pohon, seperti kemampuan salah
seorang di antara kita memegang sesuatu dengan tangannya. Dan Allah berbicara
kepada kita dengan apa yang kita pahami. Tidakkah kamu memperhatikan bahwa
Allah Ta’ala telah berfirman,
Yakni, Dia menggenggamnya dengan kekuasaan-Nya.

Surat Haamim Sajdah [Fushilat]


QS Fushilat, 41: 22

Firman Allah Ta’ala, (QS Fushilat, 41: 22)


Imam Al-Wahidi berkata, “Ustadz Abu Mansur Al-Bagdadi telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Ismail bin Nujaid telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Sa’ad telah mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, “Umayyah bin Bustham telah mengabarkan kepada kami.” Dia
berkata, “Yazid bin Zurai’ telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Rawh
bin Al-Qasim telah mengabarkan kepada kami, dari Mansur, dari Mujahid, dari Abu
Ma’mar, dari Ibnu Mas’ud mengenai ayat ini, Dia berkata, “Dua
orang laki-laki dari Tsaqif dan menantu laki-laki mereka berasal dari Quraisy, atau
dua orang laki-laki dari Quraisy sedangkan menantu laki-laki mereka berasal dari
Tsaqif, ketika mereka berada di sebuah rumah. Sebagian mereka berkata, ‘Apakah
menurut kalian Allah mendengar pembicaraan rahasia kita dan pembicaraan kita?’
Di antara mereka berkata, ‘Dia (Allah) mendengar sebagian dan tidak mendengar
sebagian yang lain.’ Mereka berkata, “Jika Dia mendengar sebagian, niscaya dia

332
pun mendengar seluruhnya.’ Lalu turunlah ayat ini,

Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari, dari Al-Humaidi, dan diriwayatkan pula


oleh Muslim, dari Abu Ma’mar, kedua-duanya dari Sufyan, dari Mansur.
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Al Faqih telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ali bin
Al-Mutsanna telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abu Khaitsamah
telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bi Hazim telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Al-A’masy telah mengabarkan kepada
kami, dari Abdurrahman bin Yazid, dari Abdullah, dia berkata, “Aku pernah
bersembunyi dengan memakai penutup Ka’bah. Lalu datanglah tiga orang, perut
mereka banyak lemak (gemuk), hati mereka sedikit pemahamannya, seseorang
dari Quraisy dan kedua menantu laki-laki mereka berasal dari Tsaqif, atau seorang
dari tsaqif sedangkan kedua menantunya berasal dari Quraisy, mereka berbicara
dengan kata-kata yang tidak aku pahami. Di antara mereka ada yang berkata,
‘Apakah menurut kalian Allah mendengar pembicaraan kita ini?’ Seorang dari
mereka berkata, ‘Jika kita mengeraskan suara kita, Dia mendengarnya, tapi jika kita
tidak mengeraskan suara, niscaya Dia tidak mendengar.’ Dan sebagian yang lainnya
berkata, ‘Jika Dia dapat mendengar sebagian, niscaya Dia pun dapat mendengar
seluruhnya.’ Lalu aku, (Abdullah) ceritakan hal itu kepada Nabi Saw. Lalu turunlah
ayat kepada beliau, Sampai Firman Allah
Ta’ala, (QS Fushilat, 41: 30)
Atha berkata, dari Ibnu Abbas, dia berkata, ”Ayat ini turun berkenaan dengan
Abu Bakar Ra, yaitu ketika orang-orang musyrik berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,
Malaikat adalah putri-putri Allah, dan mereka adalah pemberi syafaat kami di sisi
Allah.’ Namun mereka tidak istiqamah. Orang-orang Yahudi berkata, ‘Tuhan kami
adalah Allah dan Uzair adalah anak-Nya, Muhammad itu bukanlah nabi.’ mereka
pun tidak istiqamah. Lalu Abu Bakar berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah, tidak
ada sekutu bagi-Nya, Muhammad Saw. adalah hamba dan utusan-Nya,’ dan dia
istiqamah.”

Surat Hamim Ain Sin Qaf [ Asy Syura]


QS Asy Syuura, 42: 23

Firman Allah Ta’ala, (QS Asy syuura, 42: 23)


Ibnu Abbas berkata, “Ketika Rasulullah Saw. mendatangi Madinah,
beliau mempunyai kesulitan dan kewajiban, akan tetapi beliau tidak memiliki
333
kelapangan untuk itu. Orang Anshar berkata, ‘Sesungguhnya laki-laki ini,
dengan perantaraannyalah Allah memberi petunjuk kepada kalian, dan dia
adalah anak saudara perempuan kalian, dan sekarang dia mempunyai kesulitan
dan kewajiban. Karena itu, kumpulkanlah untuknya dari harta-harta kalian
yang tidak memudharatkan kalian. Berikanlah kepadanya untuk membantu apa
yang dihadapinya.’ Lalu mereka pun melakukannya, dan memberikan harta itu
kepadanya. Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau adalah anak
=
= saudara perempuan kami, dan sungguh Allah telah memberi petunjuk
kepada kami dengan perantaraanmu. Sekarang engkau mempunyai kesulitan
dan kewajiban, dan engkau tidak memiliki kelapangan di sisi kami, maka kami
berpendapat untuk mengumpulkan bagimu dari harta-harta kami, lalu kami
memberikannya kepada engkau, karena itu, pergunakanlah harta itu olehmu. Dan
Inilah (harta) itu.’ Lalu turunlah ayat ini.”
Qatadah berkata, “Orang-orang musyrik berkumpul di tempat perkumpulan
mereka. Sebagian mereka berkata kepada yang lainnya, ‘Apakah kalian melihat
Muhammad Saw. meminta balasan atas pekerjaannya itu?’ Lalu turunlah ayat ini.”

QS Asy Syuura, 42: 27

Firman Allah Ta’ala, (QS Asy syuura, 42: 27)


Ayat ini turun berkenaan dengan suatu kaum dari kalangan ahli suffah yang
mengharapkan kelapangan dunia dan kecukupan. Khabbab bin Al-Art berkata,
‘Ayat ini turun berkenaan dengan kami. Kami pernah melihat harta-harta Bani
Quraidhah dan Bani Nadhir, sehingga kami mengharapkannya.’ Maka Allah
menurunkan ayat ini. =Dia berkata, “Abu Usman Al-Muaddzin telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Abu Ali Al-Faqih telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “Abu Muhammad bin Mu’adz telah mengabarkan kepada kami.” Dia
berkata, “Al-Husain bin Al-Hasan bin Harb telah mengabarkan kepada kami.” Dia
berkata, “Ibnul Mubarak telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Haiwah
telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abu Hani Al-Khawlani telah
mengabarkan kepadaku, bahwasannya dia mendengar Amr bin Harits berkata,
”Sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan Ashabus Suffah,

Demikian itu kerena mereka berkata, ‘Sekiranya kami memiliki dunia,’ mereka
pun berandai-andai mendapatkan dunia.”

334
QS Asy Syuura, 42: 52

Firman Allah Ta’ala, (QS Asy Syuura, 42: 52)


Demikian itu karena orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi Saw., “Tidakkah
kamu dapat berbicara kepada Allah dan melihat-Nya jika kamu itu memang
seorang nabi, sebagaimana Allah telah berbicara kepada Musa As. dan dia dapat
melihat-Nya. Kami tidak akan beriman kepadamu sehingga kamu pun melakukan
(hal yang sama seperti Musa).” Nabi Saw. bersabda, “Musa itu tidak melihat Allah.”
Dan turunlah ayat ini.

Surat Az Zukhruf
QS Az Zukhruf, 43: 57

Firman Allah Ta’ala, (QS Az zukhruf, 43: 57)


Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Ibrahim An-Nashrabaadzi telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ismail bin Nujaid telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bin Al-Hasan bin Al-Khalil telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Al-Walid bin Muslim telah menceritakan
kepada kami.” Dia berkata, “Syaiban bin Abdurrahman telah menceritakan
kepada kami, dari ‘Ashim bin Abu Najuud dari Ibnu Riziin, dari Abu Yahya mawla
(mantan budak) Ibnu Afraa’, dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw. bersabda kepada
Quraisy, “Hai orang-orang Quraisy, tiada kebaikan bagi orang yang menyembah
selain Allah.” Mereka berkata, ”Bukankah kamu mendakwakan bahwa Isa adalah
seorang hamba yang saleh? Jika dia seperti yang kamu sangka, maka dia seperti
tuhan-tuhan mereka.“ Maka Allah Ta’ala menurunkan firman-Nya,
== Dan telah kami terangkan kisah ini serta perdebatan Ibnu Az-Ziba’raa bersama
Rasulullah Saw. Di akhir surah Al-Anbiyaa, pada firman-Nya,

Surat Ad Dukhan
QS Ad Dukhan, 44: 49

Firman Allah Ta’ala, (QS Ad dukhan, 44: 49) =


Qatadah berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan musuh Allah, Abu Jahal,
karena dia pernah mengatakan, ‘Apakah Muhammad menjanjikan ancaman
kepadaku. Demi Allah, sungguh kami lebih mulia diantara kedua gunungnya.’ Lalu
Allah menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi telah mengabarkan kepada

335
kami,.” Dia berkata, “Abdullah bin Hayyan telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “Abu Yahya Ar-Razi telah menceritakan kepada kami.” Dia berkata,
“Sahl bin Usman telah menceritakan kepada kami.” Dia berkata, “Asbath telah
menceritakan kepada kami, dari Abu Bakar Al-Hudzali, dari Ikrimah, dia berkata,
“Nabi Saw. bertemu dengan Abu Jahal, kemudian Abu Jahal berkata, ‘Sungguh aku
mengetahui bahwa aku menolak penduduk Bathha dan akulah Yang Maha Perkasa
dan Maha Mulia.’ Dia berkata, ‘Lalu Allah membinasakannya pada perang Badar,
menghinakannya dan mereka pun dicela karena kata-kata yang mereka ucapkan.’
Maka turunlah ayat mengenai mereka,

QS Al Jatsiyah, 45: 14

Firman Allah Ta’ala,


(QS Al Jatsiyah, 45: 14)
Dalam riwayat Atha, Ibnu Abbas berkata, “Yang dimaksud (oleh ayat) ialah
Umar bi Khattab secara khusus, dan yang dimaksud dengan orang-orang yang
tidak mengharapkan hari-hari Allah ialah Abdullah bin Ubay. Yaitu, mereka ikut
serta di dalam perang Bani Musthaliq, di atas sebuah sumur yang bernama Al-
Muraisi’. Abdullah mengutus budaknya untuk mengambil air dan melambatkannya.
Ketika mendatanginya, dia (Abdullah bin Ubay) berkata, ‘Apa yang menahanmu?’
Dia menjawab, ‘Budak Umar, dia duduk di atas bibir sumur, dia tidak membiarkan
seseorang untuk mengambil air sampai dia memenuhi geribah (tempat air yang
terbuat dari kulit biri-biri) milik Nabi, Abu Bakar dan mantan budaknya. Lalu
Abdullah bin Ubay berkata, ’Tidaklah perumpaan kita dengan mereka kecuali
seperti ungkapan, berilah anjingmu makanan, namun dia malah memakanmu.’
Lalu sampailah ucapan (Abdullah bin Ubay) tersebut kepada Umar Ra. Kemudian
Umar menyarungkan pedangnya untuk menemuinya. Lalu turunlah ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Ishaq Ats-Tsa’aalabi telah mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, ““Al-Husain bin Muhammad bin Abdullah telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Musa bin Muhammad bin Ali telah menceritakan
kepada kami.” Dia berkata, “Al-Hasan bin Ali telah mengabarkan kepada kami,
bahwa dia berkata, “Ismail bin Isa Al-‘Uthaar telah menceritakan kepada kami.” Dia
berkata, “Muhammad bin Ziyad Al-Yasykari telah menceritakan kepada kami, dari
Maimun bin Mahran, dari Ibnu Abbas, di berkata, “Ketika turun ayat, ‘Siapakah
yang memberi kepada Allah pinjaman yang baik.’ Seorang Yahudi di Madinah yang
bernama Fanhash berkata, ‘Tuhan Muhammad sedang membutuhkan.’ Ketika Umar

336
mendengar hal itu ia menyarungkan pedangnya, hendak mencari orang itu. Lalu
datanglah Jibril As kepada Nabi Saw. sembari berkata, ‘Sesungguhnya Tuhanmu
berfirman,
Dan memberitahukan bahwa Umar menyarungkan pedangnya dan pergi
hendak mencari seorang Yahudi. Maka Rasulullah Saw. mengirim (utusan)
untuk mencarinya. Ketika Umar datang, Rasul berkata, ‘Hai Umar, letakkanlah
pedangmu itu.’ Dia berkata, ‘Engkau benar, wahai Rasulullah. Aku bersaksi bahwa
engkau diutus dengan hak. Beliau berkata, ‘Sesungguhnya Tuhanmu berfirman,
Umar berkata, ‘Tidak dapat tidak, demi Zat yang mengutus
engkau dengan hak, dan tidaklah nampak di wajahku kemarahan’.”

Surat Al Ahqaf
QS Al Ahqaf, 46: 9

Firman Allah Ta’ala, (QS Al Ahqaf, 46: 9)


Ats-Tsa’labi berkata, “Dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, ketika cobaan yang
menimpa sahabat Rasulullah semakin dahsyat, beliau bermimpi bahwa beliau
berhijrah ke =
= sebuah tempat yang terdapat pohon kurma, pepohonan, dan air. Lalu beliau
menceritakan mimpinya itu kepada para sahabatnya, sehingga meraka merasa
gembira dengannya. Mereka melihat ada kelapangan dari gangguan orang-orang
musyrik. Kemudian mereka tinggal dan tidak melihat (kelapangan). Mereka berkata,
‘Wahai Rasulullah, kapan kami akan berhijrah ke tempat yang pernah engkau lihat
itu?’ Rasul pun terdiam. Maka Allah Ta’ala menurunkan,
Maknanya, aku tidak tahu apakah aku akan pergi ke tempat yang pernah aku
lihat di mimpiku itu atau tidak. Tidaklah aku mengikuti kecuali yang diwahyukan
kepada.”

QS Al Ahqaf, 46: 15

Firman Allah Ta’ala, (QS Al Ahqaf, 46: 15)


Di dalam riwayat Atha, Ibnu Abbas berkata, “Ayat itu diturunkan berkenaan
dengan Abu Bakar Siddiq, yaitu ketika dia menemani Rasulullah Saw., saat itu
usianya delapan belas tahun, sedangkan Rasululllah berusia dua puluh tahun.
Mereka hendak pergi ke Syam untuk berdagang. Mereka singgah di sebuah
tempat yng terdapat pohon bidara. Lalu Rasulullah Saw. duduk di bawah naungan
(pohon), sedangkan Abu bakar pergi menemui seorang rahib dan bertanya

337
kepadanya tentang agama. Si Rahib itu bertanya kepada Abu Bakar, ‘Siapakah laki-
laki yang (duduk) di bawah pohon bidara itu?’ Abu Bakar menjawab, ‘Dia adalah
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutallib.’ Si Rahib berkata, ‘Demi Allah, dia
adalah seorang nabi. Tidak ada seorangpun yang bernaung di bawahnya (pohon
bidara) setelah Isa kecuali Muhammad, seorang nabi Allah.’ Maka hati Abu Bakar
merasa yakin dan membenarkannya, sehingga dia tidak berpisah dengan Rasulullah
baik dalam perjalanannya maupun saat beliau mukim. Ketika Rasulullah diangkat
menjadi Nabi, ketika itu beliau berusia empat puluh tahun, sedangkan Abu bakar
berusia tiga puluh delapan tahun, dia (Abu Bakar) masuk Islam dan membenarkan
Rasulullah Saw.. Ketika Abu Bakar berusia empat puluh tahun, dia berdo’a,

Surat Al Fath
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim Ad-Dariki telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ayahku telah mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, “Ishaq Ats-Tsaqafi telah mengabarkan kepadaku.” Dia berkata,
“Al-Hasan bin Ahmad bin Abu Syu’aib Al-Harani telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “Muhammad bin salamah telah mengabarkan kepada kami, dari
Muhammad bin Ishaq, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Miswar bin Makhramah
dan Marwan bin Hakam, dia berkata, “Surat Al-Fath turun di antara Mekah dan
Madinah berkenaan dengan Hudaibiyah, yang turun dari awal surat sampai akhir.”

QS Al Fath, 48: 1

Firman Allah Ta’ala, (QS AL FATH, 48: 1)


Imam Al-Wahidi berkata, “Manshur bin Abu Mansur As Samani telah meng-
abarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abdullah bin Muhammad Al-Fami telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafi telah
mengabarkan kepadaku.” Dia berkata, “Abul Asy‘ats telah mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, “Al-Mu’tamir bin Sulaiman telah mengabarkan kepada kami.”
Dia berkata, “Aku mendengar bapakku menceritakan dari Qatadah dari Anas,
dia berkata, ”Ketika kami pulang dari perang Hudaibiyah, di mana kami dilarang
melaksanakan nusuk (ibadah haji), Kami merasa bersedih hati dan berduka cita.
Lalu Allah menurunkan,
Rasulullah Saw. bersabda, “Telah turun kepadaku sebuah ayat yang lebih aku
cintai dibandingkan dunia dan seluruh isinya.”

338
Atha berkata, dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Yahudi gembira dengan
kedukaan Nabi Saw. dan orang-orang Islam ketika turun firman-Nya,

Mereka berkata, ‘Bagaimana bisa kita mengikuti seorang laki-laki yang tidak
mengetahui apa yang mesti diperbuatnya?’ Hal itu semakin membuat Nabi merasa
berat. Lalu Allah Ta’ala menurunkan,

QS Al Fath, 48: 5

Firman Allah Ta’ala, (QS AL FATH, 48: 5)


Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad Al-Muqri telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Al-Madini telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ahmad bin Abdurrahman Ats-Tsaqti
telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Yazid bin Harun telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Hammam telah mengabarkan kepada kami, dari
Qatadah, dari Anas, dia berkata, “ketika turun ayat, =

Sahabat Rasulullah Saw. berkata, “Selamat wahai Rasulullah, dengan apa yang
telah Allah karuniakan kepada engkau. Lalu apa karunia bagi kami?” Maka Allah
Ta’ala menurunkan ayat,
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Al-Faqih telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abu Umar bin Abu Hafs telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ahmad bin Ali Al-Mawshuli telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abdullah bin Umar telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Dia berkata, “Yazid bin Zurai’ telah mengabarkan
kepada kami.” Dia berkata, “Tsa’id telah mengabarkan kepada kami, dari Qatadah,
dari Anas, dia berkata, “Ayat ini turun kepada Nabi Saw.,
Ketika beliau pulang dari Hudaibiyah. Ayat ini turun ketika para sahabat
sedang berduka cita, karena mereka dihalangi untuk melaksanakan nusuk (ibadah
haji), dan menyembelih hadyu di Hudaibiyah. Ketika ayat ini turun, beliau berkata
kepada para sahabatnya, ‘Telah turun kepadaku satu ayat yang lebih baik dari
dunia dan semua isinya.’ Ketika Nabi Saw. membacakan ayat itu, lalu seorang laki-
laki dari suatu kaum berkata, ‘Selamat berbahagia, wahai Rasulullah, Allah telah
menjelaskan apa yang Dia perbuat kepadamu, lalu apa yang Dia perbuat bagi
kami?’ Maka Allah Ta’ala menurunkan,

339
QS Al Fath, 48: 24

Firman Allah Ta’ala, (QS AL FATH, 48: 24)


Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim Al-Farisi ,
telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bi Isa bin Amrawaih
telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ibrahim bin Muhammad telah
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muslim telah mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, “‘Amr An-Naaqid telah menceritakan kepadaku.” Dia berkata,
“Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ahmad bin
Salamah telah mengabarkan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, bahwa delapan
puluh orang laki-laki dari penduduk Mekah turun dari gunung Tan’im dengan
bersenjata untuk memerangi Rasulullah dan para sahabatnya. Maka beliau
mengambil mereka sebagai tahanan dan membiarkan mereka hidup, maka Allah
Ta’ala menurunkan firman-Nya,

Abdullah bin Mughaffal Al-Hauni berkata, “Kami sedang bersama Rasulullah


di Hudaibiyah di dekat pohon sebagaimana yang telah disebutkan Allah di dalam
Al-Quran. Ketika kami dalam keadaan demikian, keluarlah tiga puluh orang yang
bersenjata, sehingga debu beterbangan pada wajah-wajah kami. Lalu Nabi Saw.
mendoakan mereka, lalu Allah mengambil penglihatan mereka,=dan kami bangkit
menuju mereka dan kami pun dapat mengalahkan mereka. Lalu Rasulullah Saw.
bersabda kepada mereka, “Apakah kalian datang pada masa Uhud. Apakah Uhud
dijadikan buat kalian keamanan.” Mereka menjawab, ‘Tidak.“ Maka biarkalah
mereka. Lalu Allah menurunkan ayat,

Surat Al Hujuraat
QS Al Hujuraat, 49: 1

Firman Allah Ta’ala, (QS AL HUJURAAT, 49:1)


Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Nashr Muhammad bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami,.” Dia berkata, “Ubaidullah bin Muhammad Al-‘Akbari
telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ubaidullah bin Muhammad
Al-Baghawi telah mengabarkan kepada kami,.” Dia berkata, “Al-Hasan bin
Muhammad Ash-Shabbah telah mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Hajjaj
bin Muhammad telah menceritakan kepada kami.” Dia berkata, “Ibnu Juraij telah

340
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Ibnu Abi Mulaikah telah menceritakan
kepada kami, bahwa Abdullah bin Zubair telah mengabarinya, bahwa dia datang
dengan berkendaraan dari Bani Tamim kepada Rasulullah Saw. Lalu Abu Bakar
berkata, “Qa’qa bin Ma’bad yang akan menjadi pemimpin.” Umar berkata, “Justru
yang akan menjadi pemimpin adalah Al-Aqra’ bin Habis.” Abu Bakar berkata,
“Tiada yang kamu inginkan kecuali menyelisihiku.” Umar berkata, “Aku tidak ingin
menyelisihimu.” Sampai mereka berdua berdebat dan meninggikan suara mereka.
Berkenaan dengan peristiwa itu turunlah firman Allah Ta’ala,
sampai
Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari, dari Al-Hasan bin Muhammad As-Shabbah.

QS Al Hujuraat, 49: 2

Firman Allah Ta’ala, (QS AL HUJURAAT, 49: 2)


Ayat ini turun berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syammaasy, dia adalah
orang yang tuli lagi keras suaranya. Apabila dia berbicara dengan orang, maka dia
mengeraskan suaranya. Suatu ketika berbicara dengan Rasulullah Saw. dan beliau
merasa terganggu dengan suaranya itu. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.
=
= Ahmad bin Ibrahim Al-Muzakky telah mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ”Ubaidullah bin Muhammad Az-Zahid telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, ”Abul Qasim Al-Baghawi telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Qitr bin Nasir telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ja’far bin Sulaiman
Ad-Dab’i telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, ”Tsabit telah mengabarkan
kepada kami, dari Anas: “Ketika ayat ini diturunkan, ‘Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi.’ Tsabit bin
Qais berkata, “Aku ini yang meninggikan suaraku melebihi suara Nabi, dan aku ini
termasuk dari ahli Neraka! Kemudian hal itu dikemukakan kepada Rasulullah Saw.
Lantas beliau bersabda, ‘Dia itu termasuk ahli Surga.’
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui rawi bernama Qitr bin Nusair.
Dan Ibnu Abu Mulaikah berkata, “Dua orang terbaik hampir saja celaka: Abu
Bakar dan Umar. Keduanya meninggikan suaranya di hadapan Nabi Saw. ketika
kafilah Bani Tamim menghadap beliau. Salah satu dari keduanya menunjuk Al-Aqra
bin Habis (untuk mengurusnya), sedang yang lain menunjuk orang lain. Abu Bakar
mengatakan kepada Umar, ‘Tidakkah engkau bermaksud kecuali ingin berbeda
denganku.’ Umar berkata, ‘Tidaklah aku bermaksud berbeda denganmu.’ Dalam

341
hal itu keduanya saling meninggikan suaranya. Lantas Allah Swt. menurunkan ayat,
“(Janganlah kamu meninggikan suaramu.” Ibnu Az-Zubair mengatakan, ‘Tidaklah
Umar mendengar Rasulullah Saw. setelah turunnya ayat itu kecuali ia meminta
penjelasannya.”

QS Al Hujuraat, 49: 3

Firman Allah Swt. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi


Rasulullah.” (QS Al-Hujuraat, 49: 3).
Atha mengatakan dari Ibnu Abbas, ”Ketika turun firman Allah Swt. “Janganlah
kamu meninggikan suaramu, Abu Bakar bersumpah untuk tidak berbicara dengan
Rasulullah Saw. kecuali dengan suara yang sangat rendah. Lalu Allah menurunkan
ayat berkaitan dengan Abu Bakar, ‘Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan
suaranya di sisi Rasulullah’.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Qadhi telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, ”Muhammad bin Ya’qub telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, ”Muhammad bin Ishaq As-Shaghani telah menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, ”Yahya bin Abdul Humaid telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, ”Hasan bin Umar Al-Ahmasi telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
”Makhariq telah menceritakan kepada kami, dari Abu Bakar, ia berkata, ‘Tatkala
turun ayat kepada Nabi =
=Saw., “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi
Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk
bertakwa.” Abu Bakar berkata, “Aku bersumpah atas diriku untuk tidak berbicara
dengan Rasulullah Saw. kecuali dengan suara yang sangat rendah.”

QS Al Hujuraat, 49: 4

Firman Allah Swt. “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau


(Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.” (QS Al-
Hujurat, 49: 4)
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Ubaidullah Al-Makhladi telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, ”Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad
bin Ziyad ad-Duqaq telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, ”Muhammad bin
Ishaq bin Khuzaimah telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, ”Muhammad
bin Yahya Al-‘Ataki telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, ”Al-Mu’tamir bin
Sulaiman telah menceritakan kepada kami.” Ia berkata, ”Dawud Ad-Dhafawi telah

342
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, ”Abu Muslim al-Bajali telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, ‘Aku mendengar Zaid bin Arqam mengatakan, “Orang-
orang mendatangi Nabi Saw., mulailah mereka menyerunya padahal beliau
sedang berada di kamarnya, ‘Wahai Muhammad, Wahai Muhammad.’ Kemudian
Allah menurunkan ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau
(Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.’”
Muhammad bin Ishaq dan yang lainnya mengatakan, “Ayat itu diturunkan
tentang kafilah Bani Tamim, delegasi dari mereka datang kepada Rasulullah Saw.
lalu mereka masuk masjid, mereka memanggil Nabi Saw. dari belakang kamarnya,
’Wahai Muhammad temuilah kami, sesungguhnya pujian kami sangat baik dan
cacian kami sangat tajam.’ Maka teriakan mereka itu telah menyakiti Nabi Saw.
Lalu beliau keluar menemui mereka. Mereka mengatakan, ‘Wahai Muhammad!
Sesungguhnya kami mendatangimu untuk memuliakanmu.’ Lalu turunlah ayat
pada mereka, ‘Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad)
dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.’ Dan di antara mereka itu
Al-Aqra bin Habis, Uyainah bin Hishn, Az-Zabarqan bin Badr, dan Qais bin Ashim.
Dan kisah tentang persaingan dalam kebesaran ini berdasarkan kabar yang
telah disampaikan kepada kami oleh Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad Al-Muqri.
Ia berkata, “Al-Hasan bin Muhammad bin Al-Hasan As-Sadusi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, ”Muhammad bin Shalih bin Hani’ telah menceritakan
kepadaku.” Ia berkata, “Al-Fadhl bin Muhammad bin Al-Musayab menceritakan
kepada kami.”Iia berkata, ”Qasim bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, ”Al-Ma’la bin Abdurrahman telah menceritakan kepada kami.” Ia
berkata, ”Abdul Humaid bin Ja’far telah menceritakan kepada kami, dari Amr bin
Al-Hakam, dari Jabir bin Abdullah, ia mengatakan, ‘Bani Tamim mendatangi Nabi
Saw. mereka memanggil dari arah pintu,’ Wahai Muhammad! Keluarlah kepada
kami, sesungguhnya pujian kami sangat baik dan cacian kami sangat tajam.” Maka
Nabi Saw. mendengar mereka, kemudian beliau keluar menemui mereka seraya
mengatakan, “Hanya Allah-lah yang pujian-Nya sangat baik dan cacian-Nya sangat
tajam.” Lantas mereka mengatakan, “Kami adalah orang-orang dari Bani Tamim,
kami datang membawa para penyair dan para orator kami, kami akan mensyairkan
untukmu dan memuliakanmu.” Rasulullah Saw. bersabda, “Aku diutus bukan
untuk bersyair dan tidak diperintah untuk dimuliakan, akan tetapi silahkan kalian
bawakan.” Berkatalah Az-Zabarqan bin Badr kepada salah seorang pemuda di antara
mereka, “Berdirilah, kemukakanlah keutamaanmu dan kaummu.“ Dia pun berdiri

343
seraya mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami sebaik-baik
ciptaan-Nya dan telah medatangkan kepada kami berupa harta hingga kami dapat
berbuat sebagaimana yang kami kehendaki, kami sebaik-baiknya penghuni bumi dan
paling banyak jumlah harta dan senjata, siapa yang mengingkari atas ucapan kami
datangkanlah ucapan yang lebih baik daripada ucapan kami, dan pekerjaan yang
lebih baik daripada pekerjaan kami.” Lalu Rasulullah Saw. menyuruh Tsabit bin Qais
bin Syammas, “Berdirilah dan jawablah.” Maka ia pun berdiri seraya mengatakan,
“Segala puji bagi Allah, aku memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, mengimani-
Nya dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. dan aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah yang tidak ada serikat bagi-Nya dan aku bersaksi bahwasanya
Muhammad hamba-Nya serta utusan-Nya. ia menyeru Muhajirin dan Anshar dari
== bani pamannya, yang paling baik rupa di antara manusia dan paling besar
kemurahan hati di antara mereka. Lalu mereka memperkenankan, maka segala
puji kepunyaan Allah yang telah menjadikan kami penolong-Nya, pembantu
utusan-utusan-Nya, dan pengagung bagi agama-Nya. Kami akan memerangi
orang-orang sehingga mereka bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah. Siapa yang
mengucapkannya maka jiwa dan hartanya akan terlindungi dari kami, tetapi siapa
yang menolaknya maka kami akan memeranginya. Dan ketundukkannya hanyalah
dari Allah yang diberikan kepada kami sebagai kerendahan. Aku ahiri ucapanku ini,
dan aku memohon ampunan kepada Allah bagi Mukminin dan Mukninat.”
Berkatalah Az-Zabarqan bin Badr kepada salah seorang pemuda di
antara mereka, “Wahai Polan berdirilah, ucapkanlah bait-bait yang menerangkan
keutamaanmu dan kaummu.“ Berdirilah pemuda itu, dan ia mendendangkan syair
bait demi bait.Maka Rasulullah Saw. mengirim utusan kepada Hassan bin Tsabit.
Maka utusan itu pun berangkat menuju kepadanya. Setelah utusan itu tiba di
rumah Hasaan, maka Hassan berkata, “Apa yang beliau kehendaki dariku, sungguh
aku akan berada di sisinya.” Utusan itu berkata, “Bani Tamim datang membawa
para penyair dan para orator mereka. Maka Rasulullah Saw. menyuruh Tsabit
bin Qais untuk menjawab syair mereka, dan penyair mereka, “Kirimlah penyair
yang dapat menjawab.” Setelah itu datanglah Hassaan menemui Rasulullah
Saw. lalu beliau menyuruh Hassaan untuk menjawab syair mereka, kemudian
ia mendendangkan syair bait demi bait. Maka Al-Aqra’ bin Habis berdiri, lalu ie
berkata, “Demi Allah, sungguh aku datang untuk suatu urusan yang dikehendaki
oleh mereka, dan sungguh aku mendendangkan syair, maka dengarkanlah.” Maka
beliau berkata, “Datangkanlah!” Maka ia mendendangkan syair bait demi bait.
Setelah itu, Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai Hassan, berdirilah dan jawablah.”

344
Maka Hassan pun mendendangkan syair bait demi bait. Lalu Al-Aqra’ bin Habis
berdiri dan berkata, “Sungguh Muhammad mawlaa (majikan), demi Allah sungguh
aku tidak tahu dengan urusan ini. Orator kami berbicara, maka orator mereka
lebih indah ucapannya. Penyair kami berdendang, maka penyair mereka lebih baik
gubahannya.” Kemudian ia mendekati Nabi Saw., lalu mengucapkan, “Saya bersaksi
tidak ada tuhan selain Allah, dan sungguh engkau adalah utusan
= Allah.” Lalu Nabi Saw. bersabda, “Tidak ada yang menolongmu sebelum
ini.” Lalu beliau memuji mereka dan terdengar suara-suara bersahutan dengan
nada tinggi serta terjadi hiruk-pikuk di dekat Rasulullah Saw.dan Allah menurunkan
ayat ini, “.”

QS Al Hujuraat, 49: 6

Firman-Nya Azza Wa Jalla, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang
fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya.” (QS Al-
Hujurat, 49: 6)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Walid bin Uqbah bin Abu Ma’ith.
Rasulullah Saw. mengutusnya kepada Bani Mushthaliq sebagai petugas pengambil
zakat. Pada masa Jahiliah antara dia dan mereka terjadi permusuhan. Tatkala kaum itu
mendengar mereka menjumpainya sebagai penghormatan bagi Allah Ta’ala dan utusan-
Nya. lalu setan membisikan kepadanya bahwa mereka bermaksud membunuhnya.
Maka ia pun merasa takut atas mereka sehingga ia kembali ditengah perjalanan
kepada Rasulullah Saw. seraya mengatakan, “Sesungguhnya Bani Mushthaliq enggan
memberikan zakat mereka dan bermaksud membunuhku.” Rasulullah Saw. marah dan
bermaksud memerangi mereka. Lalu sampai (berita) kembalinya Al-Walid kepada kaum
itu, maka mereka pun mendatangi Rasulullah Saw. seraya mengatakan, “Kami dengar
tentang utusanmu, lantas kami keluar untuk menemuinya serta menghormatinya,
dan akan memberikan kepadanya apa yang sebelumnya bagi kami dari hak Allah
Ta’ala, namun ia lebih dahulu kembali. Kami hawatir bahwa yang menyebabkan dia
kembali dari perjalanannya itu karena surat yang ia bawa darimu dengan kemarahan
yang engkau akan marah kepada kami. Dan kami berlindung kepada Allah dari
kemarahannya dan kemarahan rasulnya. Maka Allah Ta’ala menurunkan,”Wahai orang-
orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita, maka telitilah kebenarannya.” Maksudnya Al-Walid bin Uqbah.
Imam Al Wahidi berkata, “Al-Hakim Abu Abdullah As-Syadziyakhi
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ”Muhammad bin Abdullah bin Zakaria As-

345
Syaibani mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, ”Muhammad bin Abdurrahman
Ad-Daghuli mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sa’id bin Mas’ud
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, ”Muhammad bin Sabiq mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Isa bin Dinar mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Bapakku mengabarkan kepada kami, bahwa ia mendengar Al-Harits bin Dlarar
mengatakan, “Aku menghadap kepada Rasulullah Saw. lalu beliau mengajak
aku untuk masuk Islam, lalu aku pun masuk Islam dan aku mengikrarkannya.
Beliau mengajak aku untuk mengeluarkan zakat, maka aku pun mengikrarkannya.
Aku katakan, ‘Wahai Rasulullah! Aku akan kembali kepada kaumku, aku akan ajak
mereka untuk masuk Islam dan menunaikan zakat. Siapa yang memperkenankanku,
aku kumpulkan zakatnya. Kirimlah utusan pada saat ini dan itu niscaya aku berikan
padamu apa yang telah aku kumpulkan dari zakat itu. Tatkala Al-Harits bin Dlarar
telah mengumpulkan zakat tersebut dan telah sampai pada waktu yang ia inginkan
agar Rasul Saw. mengirim utusan kepadanya, utusan Rasul itu tertahan dan tidak
kunjung datang, Al-Harits menyangka bahwa telah terjadi kemarahan dari Allah dan
Rasul-Nya. Lalu ia memanggil hartawan dari kaumnya seraya mengatakan kepada
mereka, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah menetapkan waktu bagiku untuk
mengirimkan utusan agar mengambil zakat yang sudah aku kumpulkan dan tidak
pernah Rasulullah Saw. menyalahi janjinya, serta aku tidak memandang penangguhan
utusannya itu kecuali karena kemarahannya. Lantas mereka pun kembali dan kami
mendatangi Rasulullah Saw. pada saat itu Rasulullah Saw. telah mengutus Al-Walid
bin Uqbah kepada Al-Harits untuk mengambil zakat yang telah dikumpulkan oleh Al-
Harits. Ketika Al-Walid berangkat, hingga telah sampai pada sebagian jalan ia merasa
gentar, lantas ia kembali dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Al-Haris
tidak mau menyerahkan zakatnya kepadaku dan ia bermaksud membunuhku.” Maka
Rasulullah Saw. mengirim utusan berikutnya kepada Al-Harits. Kemudian Al-Harits
berserta sahabat-sahabatnya bertemu dengan para utusan itu dan sungguh telah
jauh Madinah. Maka mereka (para utusan Rasul) mengatakan, “Ini Al-Harits.” Tatkala
Al-Harits mendatangi mereka, ia bertanya, ‘Kepada siapa kalian diutus? Kata mereka,
‘Kepada anda.” Ia berkata, ‘Kenapa? Kata mereka, “Sesungguhnya Rasulullah Saw.
telah mengutus Al-Walid bin Uqbah kepadamu lalu ia kembali lagi. Ia menduga bahwa
engkau tidak mau menyerahkan zakat dan hendak membunuhnya.” Kata Al-Harits,
‘Demi Allah, yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak
melihatnya dan tidak ada yang datang kepadaku.” Tatkala Al-Harits sampai ke hadapan
Rasulullah Saw. beliau bersabda, “Mengapa engkau menahan zakat dan hendak
membunuh utusanku? Ia menjawab, ‘Tidak.” Demi Zat yang telah mengutusmu,

346
aku tidak melihat utusanmu dan tidak ada yang datang kepadaku, serta aku tidak
menghadap kecuali tatkala tertangguhkan atasku==utusanmu, karena khawatir
adanya kemarahan dari Allah dan Rasul-Nya. Lalu turunlah yang ada dalam Al-
Hujurat, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu,” sampai pada firman-Nya, “sebagai karunia dan nikmat
dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

QS Al Hujuraat, 49: 9

Firman Allah Ta’ala, “Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang.” (QS
Al-Hujurat, 49: 9)
Imam Al Wahidi berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Ja’far An-Nahawi
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ahmad bin Sanan Al-Muqri
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin Ali Al-Mushili mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Ishaq bin Israil mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Mutamir bin Sulaiman mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Aku mendengar
bapakku menceritakan dari Anas, ia mengatakan, ‘Aku bertanya, ‘Wahai Nabi
Allah, bagaimana seandainya Abdullah bin Ubay mendatangimu?” Lalu Nabi Saw.
pergi untuk mendatanginya dengan menggunakan himar, begitu pula dengan
kaum muslimin mereka pergi sambil berjalan kaki. Pada saat itu ia berada di
tanah Sabkhah. Tatkala Nabi Saw. menemuinya, Abdullah bin Ubay mengatakan,
‘Enyahlah engkau daripadaku, demi Allah sungguh bau busuk himarmu telah
menggangguku.” Berkatalah seseorang dari kalangan Anshar, ‘Himar Rasulullah
Saw. lebih harum baunya daripada engkau.” Marahlah anak buah Abdullah bin
Ubay kepadanya hingga timbullah kemarahan kedua belah pihak dan terjadilah
di antara mereka itu saling pukul dengan menggunakan pelapah kurma, tangan,
dan sandal. Kemudian sampailah kepada kami bahwasannya ayat itu diturunkan
tentang mereka, “Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya.”
Al-Bukhari meriwayatkan (hadis ini) melalui Musaddad, dan Muslim melalui
Muhammad bin Abdul Ala, keduanya dari Al-Mu’tamir.

QS Al Hujuraat, 49: 11

Firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum

347
mengolok-olok kaum yang lain.” (QS Al-Hujurat, 49: 11)
Ayat ini diturunkan tentang Tsabit bin Qais bin Syammas. Hal itu karena
pada telinganya terdapat gangguan. Bila ia mendatangi Rasulullah Saw.
mereka meluaskan tempat baginya sehingga ia duduk di samping beliau. Maka
diperdengarkanlah kepadanya apa yang beliau katakan. Pada suatu hari, ia
datang dan orang-orang sudah menempati tempat duduknya masing-masing.
Maka ia melangkahi pundak orang-orang sambil mengatakan, “Berilah tempat,
berilah tempat.” Lalu berkatalah seseorang kepadanya, “Sungguh engkau telah
mendapatkan tempat duduk, maka duduklah.“ Maka Tsabit pun duduk sambil
marah. Kemudian seseorang mengisyaratkan dengan matanya, lalu Tsabit
bertanya, “Siapa ini?” Orang itu menjawab, “Saya Fulan.” Tsabit berkata, “Anak si
Fulan.” Kemudian ia mengemukakan kejelekan orang tuanya pada masa Jahiliah,
lalu si laki-laki itu menundukkan kepalanya karena merasa malu. Kemudian Allah
menurunkan ayat ini.”
Firman Allah Ta’la, “Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-
olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan)
lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).” (QS Al-Hujurat, 49: 11)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua orang perempuan dari istri-istri
Nabi Saw. Di mana keduanya mencemoohan Ummu Salamah. Hal itu karena Ummu
Salamah menyambung ikat pinggangnya dengan Sabaniyah, yaitu baju putih.=
= sedangkan ujungnya mengurai dibelakangnya, dan ia menariknya. Aisyah
berkata kepada Hafshah, “Perhatikanlah, apa yang ditarik dibelakangnya seolah-olah
lidah anjing. Hal inilah yang mengakibatkan dia dicemoohkan.”
Anas berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan istri-istri Nabi Saw.yang
mencomoohkan Ummu Salamah karena pendek.”
Ikrimah mengatakan dari Ibnu Abas, Sesungguhnya Shafiyah binti Huyyay bin
Ahthab mendatangi Rasulullah Saw. ia berkata, “Sesungguhnya para perempuan
mencemoohkanku dan mengatakan, ’Wahai perempuan Yahudi binti para perempuan
Yahudi.’ Lalu Rasulullah bersabda, “Mengapa engkau tidak katakan, ‘Sesungguhnya
bapakku Harun, pamanku Musa, Suamiku Muhammad.’ Lalu Allah menurunkan ayat
ini.”
Firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk.” (QS Al-Hujurat, 49: 11)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Abdullah bin Athiyah mengabarkan, ia berkata,
‘Abdullah bin Muhammad bin Abdul Aziz mengabarkan kepada kami, ia berkata,

348
‘Ishak bin Ibrahim Al-Marwazi mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Hafsh bin
Ghiyats mengabarkan kepada kami dari Dawud bin Hindun, dari Asy-Sya’bi, dari
Abu Jubairah bin Ad-Dahak, dari bapaknya dan bibi-bibinya, mereka mengatakan,
‘Nabi Saw. mendatangi kami. Mulailah seseorang memanggil kepada seorang
lainnya dengan gelarnya. Lalu dikatakan kepada Nabi Saw. bahwa ia tidak menyukai
gelarnya itu. Kemudian turunlah ayat, “Dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk.”

QS Al Hujuraat, 49: 13

Firman Allah Ta’ala, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.” (QS Al-Hujurat, 49: 13)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini diturunkan tentang Tsabit bin Qais, dan
perkataannya terhadap seseorang yang tidak memberikan kelapangan tempat
baginya, ‘Ibnu Fulanah?’ Maka Rasulullah Saw. bersabda, ‘Siapa yang menyebutkan
Fulanah?’ Tsabit berdiri dan mengatakan, ‘Aku wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda,
‘Perhatikanlah wajah-wajah kaum ini.’ Lalu ia melihatnya, kemudian beliau bersabda,
‘Wahai Tsabit, apa yang kamu lihat==kata Tsabit, ‘Aku lihat yang putih, merah, dan
hitam.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau tidak dapat melebihi keutamaan
mereka kecuali dalam agama dan ketakwaan.’ Kemudian Allah menurunkan ayat
ini.”
Maqatil mengatakan, “Tatkala terjadi hari Futuh Mekah, Rasulullah Saw.
memerintah Bilal untuk mengumandangkan Azan di atas Kabah. Atab bin Abu Usaid
bin Abul ‘Aish berkata, ‘Al-Hamdulillah yang telah mewafatkan bapakku hingga ia
tidak menyaksikan hari ini.’ Al-Harits bin Hisyam berkata, ‘Apakah Muhammad tidak
mendapatkan muazin selain gagak hitam ini?’ Sahl bin Amr mengatakan, ‘Jika Allah
menghendaki sesuatu niscaya Dia akan merubahnya.’ Abu Sufyan berkata, ‘Aku tidak
akan berkata apapun, aku khawatir Pengurus langit memberitahukannya.’ Lalu Jibril
As. mendatangi Nabi Saw. mengabarkan kepadanya apa yang mereka katakan. Maka
beliau memanggil mereka serta menanyakan tentang apa yang mereka katakan. Lalu
mereka pun mengakuinya, lantas Allah menurunkan ayat ini serta mencela mereka
karena saling membanggakan diri dengan keturunan, bersaing dalam hal banyak
harta, dan memandang rendah terhadap fuqara.”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Al-Hassan Al-Muzaki mengabarkan kepada kami,
ia berkata, ‘Harun bin Muhammad Al-Asturabadzi mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ‘Abu Muhammad Ishaq bin Muhammad Al-Khaza’I mengabarkan kepada

349
kami, ia berkata, ‘Abu Al-Walid Al-Azruqi mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Kakekku menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdul Jabar bin Al-Ward Al-Maki
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ibnu Abu Mulaikah mengabarkan kepada
kami, ia mengatakan, ‘Tatkala hari Futuh Mekah, Bilal naik ke atas Ka’bah. Sebagian
orang-orang mengatakan, ‘Wahai hamba Allah, apakah hamba yang hitam ini berazan
di atas Ka’bah?’ Berkata sebagian lainnya, ‘Jika Allah membencinya niscaya akan
merubahnya.’ Lalu Allah menurunkan ayat, ‘Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.’” Dan Yazid bin As-
Syakhir berkata, “Pada suatu hari Rasulullah Saw. melewati sebagian pasar Madinah.
Tiba-tiba seorang anak hitam hamba sahaya berteriak menawarkan penjualan dirinya.
Si anak itu mengatakan, ‘Siapa yang akan membeliku maka bersyarat? Ditanyakan,
‘Apa syarat itu?’ Ia berkata, ‘Dia tidak boleh menghalangiku dari salat yang lima
waktu di belakang Rasulullah Saw.’ Lalu seseorang membelinya dengan syarat itu,
sedang Rasulullah Saw. senantiasa melihatnya pada setiap salat yang wajib. Pada
suatu hari beliau merasa kehilangan anak itu dan menanyakan kepada salah seorang
sahabatnya, ‘Kemana si anak itu.’ Ia berkata, ‘Anak itu sedang sakit.’ Lalu beliau pergi
menjenguknya pada saat itu dia berada di tempat kediamannya, dalam keadaan itu
ia meninggal. Kemudian Rasulullah Saw. mengurusnya, memandikan, mengafani,
dan menguburkannya. Demikian itu dipandang oleh sahabat-sahabatnya sebagai
perkara yang besar. Muhajirin berkata, ‘Kami hijrah meninggalkan tempat tinggal
kami, harta-harta kami, dan keluarga kami. Tidak pernah seorang pun di antara kami
pada waktu hidupnya, sakitnya, dan wafatnya seperti yang dijumpai oleh anak ini.’
Anshar berkata, ‘Kami menyayanginya, menolongnya, dan mengorbankan harta-
harta kami, namun beliau lebih mengutamakan seorang hamba Habsyi daripada
kami.’ Lalu Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan ayat, ‘Wahai manusia! Sungguh,
Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.’
Maksudnya, Sesungguhnya kamu semua adalah anak-anak yang berasal dari bapak
dan ibu yang sama. Dan yang akan dipandang dari mereka adalah keutamaan
takwa, berdasarkan firman-Nya, “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah
adalah yang paling takwa di antara kamu.”Firman Allah Ta’ala, “Orang-orang Arab
Badui berkata, ’Kami telah beriman.’” (QS Al-Hujurat, 49: 14)Ayat ini diturunkan
tentang orang Arab Badui dari Bani Asad bin Khuzaimah. Mereka menghadap
kepada Rasulullah Saw. pada musim kemarau, mereka menampakkan dua
kalimat syahadat serta tidak menyembunyikan keimanan mereka, mereka
merusak jalan Madinah dengan kotoran-kotoran, melambungkan harga-harga,
serta mereka mengatakan kepada Rasulullah Saw., “Kami mendatangimu

350
dengan kepayahan dan kesusahan, kami tidak memerangimu seperti halnya
bani fulanah memerangimu, berilah kami shadaqah.” Lalu mereka mengungkit-
ungkit atas pemberian tersebut. Kemudian Allah menurukan ayat ini berkaitan
dengan mereka.

Surat Qaf
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

QS Qaf, 50: 38

Firman Allah Azza Wa Jalla, “Dan sungguh, Kami telah menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak
merasa letih sedikit pun.” (QS Qaf, 50: 38)
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan, “Orang-orang Yahudi berkata,
‘Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada enam hari dan istirahat pada
hari ketujuh yaitu hari sabtu.’ Mereka menyebutnya hari Ar-Rahah. Maka Allah
Ta’ala menurunkan ayat ini.”
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad At-Tamimi mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Muhammad bin Ja’far Al-Hafizh
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ibrahim bin Muhammad bin=
=Al-Hasan mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Qatadah bin As-Sarri
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Bakar bin ‘Ayyasy mengabarkan
kepada kami, dari Abu Sa’d Al-Baqal, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata,
“Orang-orang Yahudi datang kepada Nabi Saw. lalu bertanya tentang penciptaan
langit-lagit dan bumi. Lalu Nabi Saw. menjawab, “Allah menciptakan bumi pada
hari Ahad dan Senin, menciptakan gunung pada hari Selasa, menciptakan langit
pada hari Rabu dan Kamis, menciptakan bintang matahari dan bulan pada hari
Jumat.” Orang-orang Yahudi berkata, ‘Kemudian apa lagi wahai Muhammad?’
Kemudian Allah istiwa di atas Ar-Rasy. Kata mereka, ‘Engkau benar seandainya
engkau menamatkannya, yaitu Kemudian Dia beristirahat.” Maka marahlah
Rasulullah Saw. dengan kemarahan yang sangat. Lalu turunlah ayat, “Dan
sungguh, Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dalam enam masa, dan Kami tidak merasa letih sedikit pun-Maka
bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan.”

Surat An-Najm
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

351
QS An-Najm, 53: 32

Firman Allah Azza Wa Jalla, “Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan
kamu dari tanah.” (QS An-Najm, 53: 32)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Al-Harits mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Abu As-Syaikh Al-Hafizd mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ‘Ibrahim bin Muhammad bin Al-Husain mengabarkan kepada kami, ia
berkata, ‘Ahmad bin Sa’d mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ibnu Wahab
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ibnu Lahiah mengabarkan kepadaku,
dari Al-Harits bin Yazid dari Tsabit bin Al-Harits Al-Anshari== ia mengatakan,
“Orang-orang Yahudi mengatakan, ‘Apabila anak yang masih kecil mereka mati,
anak kecil itu termasuk ’Siddiq.’ Hal itu sampai kepada Nabi Saw., maka beliau
bersabda, ‘Yahudi itu berdusta, tidak ada seorang pun yang dijadikan Allah di dalam
rahim ibunya kecuali telah ditetapkan apakah ia celaka atau selamat.’” Maka Allah
menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa itu, “Dia mengetahui tentang
kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah“ sampai akhir ayat.

QS An-Najm, 53: 32

Firman Allah Ta’ala, “Maka tidakkah engkau melihat orang yang berpaling (dari
Al-Qur’an)? dan dia memberikan sedikit (dari apa yang dijanjikan) lalu menahan
sisanya.” (QS An-Najm, 53: 33-34)
Ibnu Abbas, As-Sudy, Al-Kalaby, dan Al-Musayyab bin Syarik mengatakan, “Ayat
ini diturunkan berkenaan dengan Usman bin Afan. Ia bershadaqah dan menginfaqkan
(hartanya) pada jalan kebaikan. Abdullah bin Abu Sarh saudara sesusunya mengatakan,
‘Apa yang kamu perbuat? Hampir-hampir tidak sedikitpun tersisa untukmu.’ Usman
menjawab, ‘Sesungguhnya aku memiliki dosa dan kesalahan, aku mencari rida Allah
Swt. dengan apa yang aku perbuat, dan aku berharap pengampunan-Nya.’ Abdullah
berkata kepadanya, ‘Berikanlah untamu itu dengan pelananya, aku akan tanggung
semua dosa-dosamu.’ Lalu Usman pun memberikannya, menjadikannya sebagai saksi,
serta menahan sebagian dari harta yang akan dishadaqahkannya. Kemudian Allah
Tabaraka wa Ta’ala menurunkan ayat, “Maka tidakkah engkau melihat orang yang
berpaling (dari Al-Qur’an)? Dan dia memberikan sedikit (dari apa yang dijanjikan) lalu
menahan sisanya.” Kemudian Usman mengulanginya dengan apa yang lebih baik dan
lebih bagus dari sebelumnya.
Mujahid dan Ibnu Zaid berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-

352
Walid bin Al-Mughirah. Ia telah mengikuti agama yang dibawa oleh Rasulullah
Saw. Sebagian Musyrikin mencemoohkannya sambil mengatakan, “Kenapa kamu
meninggalkan agama nenek moyang, mengganggap mereka sesat mereka, dan
menyangka bahwa mereka akan masuk Neraka?” Kata Al-Walid, “Aku takut akan
azab Allah. Maka ia (yang mengejek itu) sanggup untuk menanggung dosa-dosanya
dan memikul azab dari Allah Swt. jika ia memberikan sesuatu padanya serta kembali
kepada kemusyrikan. Maka ia pun memberikan sebagian tanggungannya kepada
yang mengejeknya. Kemudian ia menjadi bakhil dan manahan hartanya.” Lalu Allah
menurunkan ayat ini.

QS An-Najm, 53: 43

Firman Allah Ta’ala, “Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa
dan menangis.” (QS An-Najm, 53: 43)
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Al-Wa’idh
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Abdullah Al-Fadl mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Abu Bakr Al-Muqaddami mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Dilalah bin Abu Ad-Dulli mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Ash-Suhbau’ menceritakan kepada kami, dari Aisyah, ia mengatakan, “Rasulullah
Saw. melewati suatu kaum yang sedang tertawa. Beliau bersabda, ‘Seandainya
kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya akan banyak yang menangis dan
sedikit yang tertawa.’ Kemudian Jibril turun menemuinya dengan membawa firman-
Nya, ‘Dialah yang membuat kamu tertawa dan menangis.’” Lalu beliau pun kembali
menemui mereka seraya mengatakan, ‘Tidaklah aku melangkah sebanyak empat
puluh langkah hingga Jibril mendatangiku seraya mengatakan, ‘Datangilah mereka
dan katakanlah kepada mereka sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman,
‘Sesungguhnya Dialah yang membuat kami tertawa dan menangis.’”

Surat Al-Qamar
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

QS Al-Qamar, 54: 1

Firman Allah Azza Wa Jalla, “Saat (hari kiamat) semakin dekat, bulan pun
terbelah.” (QS Al-Qamar, 54: 1)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Halim ‘Uqail bin Muhammad Al-Jarjani mengabarkan
kepada kami, bahwa Abu Al-Farj Al-Qadi mengabarkan kepada mereka, ia berkata,

353
‘Muhammad bin Jarir mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Al-Husain bin Abu Yahya
Al-Makdisi mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Yahya bin Hamad mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Ibnu ‘Awanah mengabarkan kepada kami, ia mengatakan
dari Al-Mughirah dari Abu Ad-Dlaha, dari Masruq dari Abdullah, ia berkata, “Pada
masa Rasulullah Saw., bulan pernah terbelah.” Orang-orang Quraiys berkata, ‘Ini sihir
Ibnu Abu Kabsyah yang telah mensihir kamu.” Kemudian mereka bertanya kepada ‘As-
Suffar dan mereka menyatakan kebenarannya. Maka Allah Azza Wa Jalla menurunkan
ayat, “Saat (hari kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah. Dan jika mereka (orang-
orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini
adalah) sihir yang terus menerus.

QS Al-Qamar, 54: 47-49

”Firman Allah Ta’ala, “Sungguh, orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan
(di dunia) dan akan berada dalam neraka (di akhirat). Sampai kepada “ Sungguh, Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al-Qamar, 54: 47-49)
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Al-Qasim Abdurrahman bin Muhammad As-
Siraj mengabarkan kepada kami–dengan cara imla–, ia berkata, ‘Abu Muhammad
Abdullah bin Muhammad bin Musa Al-Ka’bi mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Hamdan bin Shalih Al-Asyja’ mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin
Abdul Aziz bin Abu Rawad mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Sufyan Ats-Tsauri
mengabarkan kepada kami, dari Zaid bin Ismail Al-Makhzumi, dari Muhammad bin
Ibad bin Ja’far, daru Abu Hurairah, ia berkata, “Telah datang orang-orang Quraisy,
mereka berbantahan tentang Qadar. Maka Allah Ta’ala menurunkan, “Sungguh,
orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan akan berada
dalam neraka (di akhirat).’ Sampai kepada “Sungguh, Kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran.” Muslim meriwayatkannya dari Abu Bakar bin Abu
Syaibah, dari Waqi, dari Sufyan.
Abu As-Syeikh berkata, “Aku bersaksi dengan nama Allah, sungguh Abu Al-
Harits Muhammad bin Abdurrahim Al-Hafidz bi Jurjan mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Aku bersaksi dengan nama Allah sungguh Abu Nuaim Ahmad
bin Muhammad bin Ibrahim Al-Bazar mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Aku
bersaksi atas nama Allah, sungguh aku mendengar Ali bin Hanbal mengatakan,
‘Aku bersaksi atas nama Allah benar-benar aku mendengar Al-Hasan Muhammad
bin Ahmad bin Ubay di Khurasan mengatakan, ‘Aku bersaksi atas nama Allah benar-
benar aku mendengar Abdullah bin As-Shafar Al-Hafidz mengatakan, ‘Aku bersaksi

354
atas nama Allah, aku benar-benar mendengar ’Ufair bin Ma’dan mengatakan, ‘Aku
bersaksi atas nama Allah, benar-benar aku mendengar Sulaiman bin Amir menga-
takan, ‘Aku bersaksi atas nama Allah benar-benar aku mendengar Abu Umamah
Al-Bahili mengatakan, ‘Aku bersaksi atas nama Allah benar-benar aku mendengar
Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya ayat ini diturunkan mengenai qodariyah,
“Sungguh, orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan
akan berada dalam neraka (di akhirat). Pada hari mereka diseret ke neraka pada
wajahnya. (Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah sentuhan api neraka.”Imam Al
Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Al-Harits mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Abdullah bin Muhammad Al-Asfahani mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Jarir
bin Harun menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ali bin At-Thunafisi menceritakan
kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Musa menceritakan kepada kami, ia berkata,
‘Bahr As-Saqa’ menceritakan kepada kami, dari seorang guru dari Quraisy, dari Atha,
ia mengatakan, “Datang Usquf Najran kepada Rasulullah Saw. Seraya mengatakan,
‘Wahai Muhammad, engkau telah beranggapan bahwa yang bermaksiat itu karena
takdir, adanya laut karena takdir, adanya langit karena takdir, dan semua perkara ini
berjalan karena takdir. Adapun yang bermaksiat itu sebenarnya tidak.” Rasulullah
Saw. bersabda, ‘Kamu membantah Allah.” Lalu Allah Ta’ala menurunkan, Sungguh,
orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan akan berada
dalam neraka (di akhirat)== sampai kepada firman-Nya {Kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran}
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar mengabarkan kepada kami, ia berkata,
‘Abdullah mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Umar bin Abdullah bin Al-Hasan
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin Al-Khalili menceritakan kepada
kami, ia berkata, ‘Abdullah bin Roja Al-Azdi menceritakan kepada kami, ia berkata,
‘Amar bin Al-Ala saudara Abu Amr bin Al-Ala menceritakan kepada kami, ia berkata,
‘Khalid bin Salamah Al-Qurasyi menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Sa’id bin
Amr bin Ja’dah Al-Makhzumi menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abu Zararah
Al-Anshari, dari bapaknya, bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat ini, “Sungguh,
orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan akan berada
dalam neraka (di akhirat).” beliau bersabda, ‘Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
manusia paling akhir dari umat ini yang mendustakan taqdir Allah Ta’ala.
Imam Al Wahidi berkata, “Ahmad bin Al-Hasan Al-Hairi mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Ya’qub Al-Ma’qili menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Abu Utbah Ahmad bin Farj menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Baqiyah

355
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ibnu Tsauban menceritakan kepada kami,
dari Bukair bin Usaid, dari bapaknya, ia mengatakan, “Aku menghadiri Muhammad
bin Ka’ab, pada saat ia mengatakan, ‘Bila kalian melihatku berpaling dari takdir
belenggulah aku, karena sesungguhnya aku telah gila. Demi jiwaku berada dalam
kekuasaan-Nya, tidaklah aku turunkan ayat ini kecuali berkenaan dengan mereka.
Kemudian ia membacakan, “Sungguh, orang-orang yang berdosa berada dalam
kesesatan (di dunia) dan akan berada dalam neraka (di akhirat). Sampai kepada
“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

Surah Al-Waqi’ah
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

QS Al-Waqi’ah, 56: 28

Firman Allah Ta’ala, “(Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri.”
(QS Al-Waqi’ah, 56: 28)
Abu Aliyah dan Ad-Dlahak mengatakan, “Kaum Muslimin memandang ke
suatu lembah yang subur di Thaif. Pohon bidaranya sangat mengagumkan mereka.
Mereka mengatakan, ‘Alangkah inginya kami memiliki lembah seperti ini.’ Maka
Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.

QS Al-Waqi’ah, 56: 39-40

Firman Allah Ta’ala, “Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan
segolongan besar pula dari orang yang kemudian.” (QS Al-Waqi’ah, 56: 39-40)
Urwah bin Ruwaim mengatakan, “Tatkala Allah Ta’ala menurunkan ayat,
‘Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar pula
dari orang yang kemudian,’ Umar menangis seraya mengatakan, ‘Wahai Rasulullah,
kami beriman kepadamu dan membenarkanmu, dan bersamaan dengan ini
apakah orang yang akan selamat di antara kami seluruhnya sedikit? Maka Allah
Ta’ala menurunkan ayat, ‘ Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.
dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.” Kemudian Rasulullah
Saw. memanggil Umar, beliau bersabda, ‘Wahai Umar bin Khatab, sungguh Allah
telah menurunkan mengenai yang engkau katakan, Ia menjadikan segolongan
besar dari orang-orang yang terdahulu. dan segolongan besar pula dari orang
yang kemudian.” Berkata Umar, ‘Kami ridla akan Tuhan kami dan pembenaran
akan nabi kami.’ Lalu Rasulullah Saw. bersabda, ‘Dari masa Adam sampai kepada

356
kami segolongan besar, dan dari masa kami sampai hari Kiamat segolongan besar.
Dan tidak akan menyempurnakannya kecuali (kulit) hitam dari pengembala unta
termasuk orang-orang yang mengucapkan ‘La ilaha ilallah”

QS Al-Waqi’ah, 56: 82

Firman Allah Ta’ala, “Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah)
justru untuk mendustakan(-Nya).” (QS Al-Waqi’ah, 56: 82)
Imam Al Wahidi berkata, “Sa’id bin Muhammad Al-Muazin mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Muhammad bin Abdullah bin Hamdun mengabarkan
kepada kami, ia berkata, ‘Ahmad bin Al-Hasan Al-Hafidz mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Hamdan As-Sulami menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘An-
Nadlr bin Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Ikrimah bin Ammar
menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Zumail menceritakan kepada kami, ia
berkata, ‘Ibnu Abbas menceritakan kepadaku, ia mengatakan, ‘Di zaman Rasulullah
Saw. orang-orang ditimpa hujan. Rasulullah Saw. bersabda, ‘Di antara manusia itu
ada yang menjadi orang bersyukur dan ada pula yang kufur.’ Kata mereka, ‘Ini
merupakan rahmat yang ditetapkan Allah Ta‘ala.” Dan sebagian lainnya berkata,
“Sungguh benar bintang ini.” Maka turunlah ayat-ayat ini, “fala uqsimu bimawaqi‘i
al-nujumi” sampai “Wataj‘aluna rizqakum annakum tukazzibuna.” Diriwayatkan
oleh Muslim dari Abbas bin Abdu’l ‘Azhim dari An-Nadhr bin Muhammad.
Dan diriwayatkan bahwa Nabi Saw. keluar dalam suatu perjalanan bersama
para sahabat lalu mereka singgah di suatu tempat, mereka ditimpa kehausan
sementara persediaan air mereka telah habis. Kemudian hal ini dilaporkan kepada
Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda, “Bagaimana pandangan kalian jika aku
berdoa untuk kalian (agar turun hujan) sehingga kalian dapat minum. Maka boleh
jadi kalian akan mengatakan, ’Hujanlah yang memberi kami air disebabkan bintang
ini.’ Mereka berkata, “Wahai, Rasulullah! Tidaklah hujan turun disebabkan bintang
ini” (Perawi) berkata, “Kemudian Rasulullah salat dua rakaat dan berdoa kepada
Allah Tabaraka wata‘la. Seketika itu angin mengembus dan awan pun bergerak, lalu
turunlah hujan sehingga mengalir ke lembah-lembah dan mereka pun memenuhi
bejana dengan air. Rasulullah lewat kepada seseorang yang menciduk air dengan
bejananya seraya berkata, ’Kita diberi minum oleh bintang ini,’ dia tidak mengatakan
bahwa hujan itu merupakan rezeki dari Allah, kemudian Allah menurunkan ayat,
‘Wataj‘aluna rizqakum annakum tukazzibuna.’”
Imam Al Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Umar Az-Zahid telah mengabarkan

357
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr Muhammad bin Ahmad telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Al-Hasan bin Sufyan telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Harmalah bin Yahya dan Amr bin Sawwad As-Siraji telah menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ubaidullah bin Wahb telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Yunus bin Yazid telah mengabarkan kepadaku, dari Ibnu Syihab, ia
berkata, “Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah telah mengabarkan kepadaku,
bahwa Abu Hurairah berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ’Apakah kalian tidak
memperhatikan apa yang Tuhan kalian firmankan?’ Dia berfirman, ’Tidaklah Aku
memberikan suatu kenikmatan kepada hamba-hamba-Ku kecuali sebagian mereka
menjadi kafir terhadapnya, dia berkata, ‘(Kita diberi minum) oleh bintang ini dan
bintang itu.’” Diriwayatkan oleh Muslim dari Harmalah dan Amr bin Sawwad.
(1) Ibnu Katsir menerangkan bahwa dia lebih suka menahan diri untuk
menyebutkannya secara panjang lebar karena riwayat-riwayat tersebut tidak
sahih, karena itu dia tidak mengemukakannya.
Diterangkan bahwa Al-Hasan ditanya tentang ayat ini, ia menjawab bahwa Allah
telah memberitahukan kepada Nabi-Nya bahwa Zainab akan menjadi salah satu
istrinya sebelum beliau menikahinya. Ketika Zaid datang mengadukan perihal
istrinya, beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan pertahankanlah terus
istrimu.” Maka seolah Allah berfirman, “Sungguh, Aku telah mengabarkan
kepadamu (Muhammad) bahwa Aku akan menikahkanmu kepadanya, sedang
engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh
Allah.”

Surah Al-Hadid
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Hadid, 57: 10

Firman Allah Ta‘ala, (la yastawi minkum man anfaqa min qabli’l fathi…) (QS
Al-Hadid, 57: 10).
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Fudhail meriwayatkan dari Al-
Kalbi, ia berkata, “Bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shidiq
Ra.” Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam riwayat yang dikabarkan kepada kami
oleh Muhammad bin Ibahim bin Muhammad bin Yahya. Ia berkata, “Abu Al-Hasan
Muhammad bin Abdullah As-Salithi menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Usman
bin Salman Al-Baghdadi menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Ya‘qub bin Ibahim

358
Al-Makhzumi.” Ia berkata, “Umar bin Hafsh Asy-Syaibani menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Abdul ‘Alla’ bin Amr menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
Ishak Al-Fazari menceritakan kepada kami dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Adam bin
Ali, dari Ibnu Umar, ia berkata, “Ketika Nabi Saw. duduk sedang Abu Bakar berada
di dekatnya–ketika itu dia mengenakan mantel yang dilubangi dengan beberapa
lubang pada dadanya–, tiba-tiba Malaikat Jibril turun dan menyampaikan salam dari
Allah lalu berkata, ’Wahai Muhammad, Kenapa aku lihat Abu Bakar mengenakan
mantel yang dilubangi dengan beberapa lubang?’ Kemudian beliau menjawab,
’Wahai Jibril, Dia telah menginfakkan hartanya sebelum penaklukan (Mekah).’
Jibril berkata, ’Sampaikan salam kepadanya dari Allah, dan katakanlah kepadanya,
’Tuhanmu berkata kepadamu, ’Apakah engkau rida terhadap-Ku dalam kefakiran ini,
ataukah benci?’ Kemudian Nabi Saw. menoleh kepada Abu Bakar seraya bersabda,
’Wahai Abu Bakar! Ini adalah Jibril, dia menyampaikan salam dari Allah untukmu,
dan Tuhanmu berkata kepadamu, ’Apakah engkau rida terhadapku dalam kefakiran
ini, ataukah benci?’ Seketika itu Abu Bakar pun menangis dan berkata, ’Patutkah aku
benci kepada Tuhanku? Aku rida kepada Tuhanku, aku rida kepada Tuhanku’.”

QS Al-Hadid, 57: 16

Firman Allah, (Alam ya’ni lilladzina ’amanu an takhsya‘a qulubuhum lidzikrillahi…)


(QS Al-Hadid, 57: 16).
Al-Kalbi dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang
munafik satu tahun setelah hijrah, di mana pada suatu hari mereka bertanya kepada
Salman Al-Farisi, lalu mereka berkata, ‘Ceritakanlah kepada kami==apa yang
terdapat di dalam Taurat, karena di dalamnya terdapat keajaiban.’ Maka turunlah
ayat ini. Sementara yang lain mengatakan bahwa ayat ini turun sehubungan
dengan kaum mukmin.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdu’l Qahir bin Thahir mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Amr bin Mathar mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ja‘far
bin Muhammad Al-Firyabi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin
Rahawaih mencetitakan kepada kami.” Ia berkata, “Amr bin Muhammad Al-Qurasyi
menceritakan kepada kami.” Ia berkata, “Khallad bin Ash-Shaffar menceritakan
kepada kami, dari Amr bin Qais Al-Mala’i, dari Amr bin Murrah, dari Mush‘ab bin
Sa‘d, ia berkata, “Al-Qur’an turun pada suatu saat kepada Rasulullah Saw. lalu
dibacakan pada suatu saat kepada mereka,=
=lalu mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah! Tidakkah engkau menceritakan?’

359
Kemudian Allah menurunkan ayat, ‘Nahnu naqushshu ‘alaika ahsana’l qashashi.’
(QS Yusuf, 12: 13). Pada saat yang lain Rasulullah membacakan kepada mereka,
lalu mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah! Tidakkah engkau menceritakan kepada
kami?’ kemudian Allah menurunkan ayat, ‘Allahu nazzala ahsana’l haditsi,’ (QS Az-
Zumar, 39: 23) beliau bersabda, ’Semuanya diperintahkan dengan Al-Qur’an.’”
Khallad berkata, yang lainnya menambahkan, “Mereka berkata, ‘Wahai
Rasulullah! Tidakkah engkau mengingatkan kami?’ kemudian Allah menurunkan
ayat, ‘alam ya’ni lilladzina ’amanu an takhsya‘a qulubuhum lidzikrillahi’.”

Surah Al-Mujadalah

QS Al-Mujadalah, 58: 1

Firman Allah Ta’ala, “Qad sami‘allahu qaulallati tujadiluka fi zawujiha.” (QS Al-
Mujadalah, 58: 1).
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa‘d Muhammad bin Abdur Rahman Al-Ghazi
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr Muhammad bin Ahmad Al-
Hiyari mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali bin Al-Mutsanna
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar bin Abu Syaibah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abi Ubaidah menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Ayahku mengabarkan kepada kami dari Al-A‘masy, dari Tamim in
Salamah, dari Urwah, ia berkata, “Aisyah berkata, ’Mahasuci Allah Yang pendengaran-
Nya meliputi segala sesuatu. Sesungguhnya aku mendengar perkataan Khaulah
binti Tsa‘labah, namun sebagiannya tidak aku dengar. Dia mengadukan suaminya
kepada Rasulullah Saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah! Dia telah memakan masa
mudaku dan aku buka rahimku untuknya. Namun ketika umurku telah tua dan
tidak bisa lagi memberi anak, ia menziharku. Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu.’ Ia
tetap saja begitu hingga Jibril turun dengan membawa beberapa ayat ini, ‘Sungguh,
Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu
(Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah....’” (QS
Al-Mujadalah, 58: 1). Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Abdullah dalam kitab
Shahiih-nya, dari Abu Muhammad Al-Muzani, dari Mathar, dari Abu Kuraib, dari
Muhammad bin Abi Ubaidah.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Al-Harits mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Asy-Syekh Al-Hafizh Al-Ashfahani mengabarkan kepada kami.” Dia
berkata, “Abdan bin Ahmad mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin

360
Muhammad bin Yahya bin Sa‘id mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ibnu Isa
Ar-Ramli mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-A‘masy mengabarkan kepada
kami, dari Tamim bin Salamah, dari Urwah, dari Aisyah, ia berkata, “Segala puji
bagi Allah Yang Mahaluas untuk mendengar semua suara. Seorang perempuan
yang mengadukan suaminya, datang kepada Rasulullah Saw. dan berbicara kepada
beliau, sedang aku berada di samping rumah, aku tidak mengetahui apa yang dia
katakan. Kemudian Allah menurunkan ayat, ‘Qad sami‘allahu qaulallati tujadiluka
fi zawujiha’.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Muhammad bin Muhammad Al-Manshuri
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Umar Al-Hafizh mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Ziyad An-Naisaburi mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Al-Asy‘ats mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Bakkar mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sa‘id
bib Basyir mengabarkan kepada kami bahwa dia bertanya kepada Qatadah tentang
zihar, lalu ia menceritakan kepadaku bahwa Anas bin Malik berkata, “Aus bin As-Shamit
menzihar istrinya, yaitu Khaulah binti Tsa‘labah. Kemudian istrinya itu mengadukan hal
tersebut kepada Nabi Saw., ia berkata ‘Suamiku telah menziharku ketika umurku ini
telah tua renta.’ Maka Allah menurunkan ayat tentang zihar. Rasulullah berkata kepada
Aus, ’Merdekakanlah hamba sahaya!’ Aus berkata, ‘Aku tidak mampu melakukannya.’
Lalu Rasulullah bersabda, ’Berpuasalah dua bulan berturut-turut.’ Ia berkata, ‘Adapun
aku, jika tidak makan dalam satu hari niscaya pandanganku menjadi suram.’ Rasulullah
berkata, ’Berilah makan 60 orang miskin.’ Ia berkata, ‘Aku tidak mempunyainya
kecuali engkau membantuku dengan suatu bantuan atau pemberian.’ Anas berkata,
“Kemudian Rasulullah menolongnya dengan 15 sha‘, sehingga Allah mengumpulkan
baginya dan Allah itu Maha Penyayang.” Mereka berpandangan bahwa dia memiliki
sebanyak itu, dan itulah 60 orang miskin.“
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin bin Abi Hamid Al-‘Adl mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Zakaria
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdurrahman Ad-
Daghuli mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Hasan Ahmad bin Sayyar
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Isba‘ Al-Harrani mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Salamah mengabarkan kepada kami,
dari Muhammad bin Ishaq, dari Ma‘mar bin Abdullah bin Hanzhalah, dari Yusuf bin
Abdullah bin Salam, ia berkata, “Khaulah binti Tsa‘labah menceritakan kepadaku—
dia adalah istri Aus bin Shamit saudara Ubadah bin Shamit—, ia berkata, ‘Suatu

361
hari dia (suaminya) masuk menemuiku seraya berkata sesuatu kepadaku seperti
kejemuan, dan aku menimpalinya. Maka dia pun marah, lantas mengatakan, ‘Kamu
bagiku seperti punggung ibuku!’ Khaulah berkata, ‘Setelah itu Aus pergi dan duduk
bersama kaumnya, kemudian masuk kembali menemuiku dan merayuku, lalu aku
menolaknya. Namun kemudian dia memaksaku dan aku pun menahannya, sehingga
dapat mengalahkannya sebagaimana seorang wanita mengalahkan orang tua
yang lemah. Lalu Aku berkata, ’Jangan begitu! Demi jiwa Khaulah yang berada di
genggaman-Nya, kamu tidak akan dapat menguasai diriku sampai Allah menghukumi
di antara kita dengan hukum-Nya.’ Setelah itu aku keluar menemui Rasulullah
Saw., mengadukan apa yang telah menimpaku. Beliau bersabda, ’Suamimu, anak
pamanmu, adalah seorang yang telah lanjut usia, hendaklah kamu bertakwa kepada
Allah dan perbaguslah pergaulan dengannya.’ Ia berkata, “Tidaklah aku meninggalkan
tempat tersebut sehingga turun ayat Al-Qur’an, ‘Qad sami‘allahu qaulallati tujadiluka
fi zawujiha’ sampai ‘innallaha sami‘un bashirun, hingga=berakhir pada ketetapan
kafaratnya. Rasulullah bersabda, ’Suruhlah dia memerdekakan hamba sahaya.’
Aku berkata, ‘Wahai Nabi! Demi Allah, dia tidak mempunyai hamba sahaya yang
dapat ia merdekakan’. Beliau bersabda, ’Suruhlah dia agar melaksanakan shaum
2 bulan berturut-turut.’ Aku berkata, ‘Wahai Nabi! Dia sudah tua, tidak mampu
melaksanakan shaum.’ Beliau bersabda, ’Hendaklah dia memberi makan 60 orang
miskin.’ Aku berkata, ‘Wahai Nabi!,Demi Allah, dia tidak mempunyai makanan
yang dapat diberikan.’ Beliau bersabda, “Ya, kalau begitu aku akan bantu dia
dengan kurma 1 ‘araq” [‘Araq ialah keranjang yang memuat 30 sha‘]. Aku berkata,
‘Aku pun akan membantunya dengan 1 ‘araq juga’. Beliau bersabda, ’Sungguh,
engkau telah berbuat baik, hendaklah ia bersedekah (dengannya)’.” = I b n u
Abbas dan Mujahid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi
dan munafik, di mana mereka saling berbisik di antara mereka di hadapan orang-orang
yang beriman, dan mereka memandang kaum mukminin sambil berisyarat dengan
mata mereka. Apabila kaum mukminin melihat mereka berbisik, maka mereka berkata,
‘Kami tidak melihat mereka melainkan sampai kepada mereka berita tentang kerabat
dan saudara kami yang keluar dalam batalion, terbunuh, mati, terkena bencana atau
kekalahan. Maka hal itu mempengaruhi hati kaum mukminin dan membuat mereka
sedih. Terus-menerus mereka seperti itu sampai kembali sahabat dan kerabat mereka.
Ketika hal itu berlangsung lama dan semakin banyak, maka mereka mengadu kepada
Rasulullah Saw., kemudian beliau memerintahkan mereka (Yahudi dan munafik) agar
tidak berbisik-bisik di hadapan kaum muslimin, tetapi mereka tidak menghentikan
perbuatan itu, dan terus mengulanginya. Maka Allah menurunkan ayat ini.

362
QS Al-Mujadalah, 58: 8

Firman Allah Ta‘ala, “Wa idza ja’uka hayyawuka bima lam yuhayyika bihillahu.” (QS
Al-Mujadalah, 58: 8).
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar Muhammad bin Umar Al-Khasyab
mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abu Ishaq Ibrahim bin Abdullah Al-
Ashfahani mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Muhammad bin Ishaq As-Siraji
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Qutaibah bin Sa‘id mengabarkan kepada
kami.” Dia berkata, “Jarir mengabarkan kepada kami, dari Al-A‘masy, dari Abu Adh-
Dhuha, dari Masruq, dari Aisyah, dia berkata, ”Orang Yahudi datang kepada Nabi
Saw. lalu berkata, ’As-Samu ‘alaika ya aba’l qasim (semoga kecelakaan menimpamu,
wahai ayah Qasim).’ Maka aku katakan, ’As-Samu ‘alaikum wa fa‘alallahu bikum
(semoga kecelakaan menimpamu, dan semoga Allah menindak kamu).’ Seketika itu
Rasulullah Saw. bersabda, ’Jangan begitu, wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah tidak
menyukai keburukan dan mengatai dengan kata-kata yang buruk.’ Aku berkata,
‘Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengetahui apa yang mereka katakan?’ Beliau
menjawab, “Tidakkah engkau melihat, aku telah menjawab mereka? Aku katakan
kepada mereka, “wa ‘alaikum” (dan kepada kamu).” Kemudian turunlah ayat ini
sehubungan dengan masalah tersebut, “Wa idza ja’uka hayyawuka bima lam
yuhayyika bihillah.” Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Sa‘id Muhammad bin Abdurahman
Al-Ghazi mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Abu Amr Muhammad bin Ahmad
Al-Hiri mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Ali bin Al-Mutsanna
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Zuhair bin Muhammad mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Yunus bin Muhammad mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Syaiban mengabarkan kepada kami dari Qatadah, dari Anas bahwa
orang Yahudi datang kepada Nabi Saw. lalu berkata, ”As-Samu ‘alaika.“ Maka
kaum muslimin menjawab mereka. Kemudian Nabi Saw. bersabda, “Apakah kalian
mengetahui apa yang mereka katakan?” Mereka menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahuinya, wahai Nabi Allah!“ Beliau bersabda, “Tidak, tetapi begini dan
begini, jawablah dia untukku” Maka mereka pun menjawabnya. Anas berkata, “Aku
mengatakan, ”As-samu ‘alaikum.” Nabi bersabda, “Ya, betul.” Di samping itu beliau
bersabda, “Jika salah seorang Ahli Kitab mengucapkan salam kepada kalian, maka
katakanlah, “’Alaika.” Maksudnya, apa yang kamu katakan semoga menimpamu.”
Dan Allah menurunkan firman-Nya, “Wa idza ja’uka hayyawuka bima lam yuhayyika
bihillahu.”

363
QS Al-Mujadalah, 58: 11

firman Allah Ta‘ala, “Ya ayyuhalladzina ’amanu idza qila lakum tafassahu fi’l
majalisi fafsahu yafsahillahu lakum….” (QS Al-Mujadalah, 58: 11)
Muqatil berkata, “Ketika Rasulullah berada di dalam suatu acara dengan tempat
yang penuh sesak—yaitu pada hari Jumat—, dan beliau memuliakan para pahlawan
Badar dari kalangan Muhajirin dan Anshar, maka datanglah para pahlawan Badar
yang terlambat sampai ke majelis. Mereka berdiri di hadapan Nabi Saw., menunggu
orang yang mau memberi mereka tempat duduk. Hal ini tidak menyenangkan hati
Nabi Saw. sehingga beliau berkata kepada orang di sekitarnya yang bukan termasuk
pahlawan Badar, ’Berdirilah wahai Fulan, dan kamu juga wahai Fulan!’ Maka mereka
pun berdiri sebanyak rombongan pahlawan Badar. Hal ini menyinggung perasaan
orang yang disuruh berdiri tersebut, dan Nabi pun melihat ketidaksenangan pada
wajah mereka. Orang-orang munafik berkata kepada kaum muslimin, ‘Bukankah
kalian menganggap bahwa teman kalian (Muhammad) berbuat adil di antara
manusia. Demi Allah, dia tidak berbuat adil.=kepada mereka; suatu kaum diambil
tempat duduknya padahal mereka ingin dekat dengan Nabi mereka, tetapi beliau
menyuruh mereka berdiri dan menyuruh duduk orang yang terlambat di tempat
mereka. Kemudian Allah Ta‘ala menurunkan ayat ini.

QS Al-Mujadalah, 58: 12

Firman Allah ‘Azza Wa Jalla (Ya ayyuhalladzina ’amanu idza najaitum al-rasula….) (QS
Al-Mujadalah, 58: 12)
Muqatil bin Hayyan berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang
kaya, di mana mereka mendatangi Nabi Saw. dan banyak mengadakan pembicaraan
khusus dengannya serta mengalahkan majelis orang-orang fakir. Sehingga
Rasulullah merasa tidak enak karena lamanya mereka berada di dalam majelis dan
mengadakan pembicaraan khusus dengannya. Maka Allah menurunkan ayat ini,
dan memerintahkan agar bersedekah ketika mau mengadakan pembicaraan khusus
dengannya. Orang-orang yang berada dalam kesulitan tidak mempunyai harta
sedikit pun untuk disedekahkan, adapun orang yang berada dalam keleluasaan harta
tidak mau menyedekahkannya. Dan hal ini memberatkan para sahabat Nabi Saw.,
kemudian turunlah keringanan.
Ali bin Abu Thalib Ra. berkata, “Sungguh di dalam kitab Allah terdapat ayat
yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum atau sesudah aku, yaitu

364
ayat, ‘Ya ayyuhalladzina ’amanu idza najaitum al-rasula…’ Ketika itu aku mempunyai
satu dinar lalu memberikannya, dan ketika aku hendak mengadakan pembicaraan
khusus dengan Rasulullah, maka aku bersedekah dengan satu dirham sehingga habis.
Kemudian di-nasakh (dihapus ketentuannya) dengan ayat lain, yaitu ‘A’asyfaqtum an
tuqaddimu baina yadai najwakum shadaqatin.’ (QS Al Mujadalah, 58: 13) [14-18]
Firman Allah ‘Azza Wa Jalla, “Alam tara ilalladzina tawallau qauman ghadiballahu
‘alaihim,“ hingga firman-Nya, “Wa yahsabuna annahum ‘ala syai’in ala innahum
humu’l kadzibuna.” (QS Al-Mujadalah, 58: 12).
As-Suddi dan Muqatil berkata, “Ayat ini turun berkenaan seorang munafik yang
bernama Abdullah bin Nabtal. Dia duduk bersama Nabi Saw. lalu dia mengangkat
pembicaraannya kepada orang-orang Yahudi. Kemudian Rasulullah menjelaskan
kepada kami di salah satu kamarnya. Tiba-tiba beliau bersabda, ’Akan masuk
kepada kalian sekarang seseorang yang hatinya tidak kenal belas kasihan dan dia
memandang dengan mata setan.’ Lalu masuklah Abdullah bin Nabtal, lantas Nabi
Saw. bersabda, ’Mengapa engkau dan teman-temanmu selalu memakiku.’ dia pun
bersumpah dengan nama Allah bahwa dia tidak melakukannya. Nabi Saw. bersabda
kepadanya, ’Engkau melakukannya.’ Setelah itu dia pergi dan membawa sahabat-
sahabatnya, lalu mereka pun bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak
memakinya. Maka Allah Ta‘ala menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin
Yahya mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ja‘far bin Mathar
mengabarkan kepda kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ja‘far Al-Firyabi mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ja‘far An-Nufaili mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Zuhair bin Mu‘awiyah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Simak bin
Harb mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sa‘id bin Jubair menceritakan kepadaku,
bahwa Ibnu Abbas mengabarkan kepadanya bahwa.=Rasulullah Saw. berada di
bawah naungan salah satu kamarnya, dan di dekat beliau terdapat sekelompok
kaum muslimin. Ketika naungan tersebut hampir menyusut dari mereka, beliau
bersabda, “Akan datang seseorang yang memandang kalian dengan mata setan.
Jika dia datang, janganlah kalian berbicara kepadanya.” Kemudian datanglah
seseorang yang pecak, lantas Rasulullah memanggilnya dan berkata kepadanya,
“Mengapa engkau dan si Fulan serta si Fulan memakiku?” Yaitu, kelompok yang
beliau sebutkan nama-nama mereka. Maka orang tersebut pergi dan memanggil
mereka, kemudian mereka bersumpah dengan nama Allah dan mengemukakan
alasan kepada beliau. Maka Allah menurunkan ayat, “Yawma yab’atsuhumullahu

365
jami’an fayahlifuna lahu kama yahlifuna lakum wa yahsabuna annahum ‘ala syai’in
ala innahum humu’l kadzibuna.” Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitab Shahiih-
nya dari Al ‘Asham.

QS Al-Mujadalah, 58: 22

Firman Allah, “La tajidu qawman yu’minuna billahi wal yaumi’l akhiri yuwadduna
man haddallaha wa rasulahu….) (QS Al-Mujadalah, 58: 22)
Ibnu Juraij berkata, “Diceritakan bahwa Abu Quhafah memaki Nabi Saw.
lantas Abu Bakar memukulnya dengan pukulan yang keras hingga ia terjatuh.
Kemudian peristiwa tersebut diceritakan kepada Nabi Saw. maka beliau bersabda,
’Apakah engkau melakukannya?’ Dia (Abu Quhafah) menjawab, ’Ya.’ Beliau
bersabda kembali, ’Janganlah engkau ulangi lagi.’ Lalu Abu Bakar berkata, ’Demi
Allah, jika ada pedang di dekatku pasti aku akan membunuhnya.’ Kemudian Allah
menurunkan ayat ini.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud bahwa dia berkata, “Ayat ini turun berkenaan
dengan Abu Ubaidah bin Al Jarah, dia membunuh ayahnya, yaitu Abdullah bin Al
Jarah ketika Perang Uhud.
Juga berkenaan dengan Abu Bakar yang mengajak putranya untuk bertarung
ketika Perang Badar, ia berkata, ’Wahai Rasulullah, biarlah aku menjadi keluarga
yang pertama.’ Maka Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, ’Kami merasa senang
dengan dirimu, wahai Abu Bakar. Tidakkah engkau tahu bahwa engkau di sisiku
sama dengan pendengaran dan penglihatanku.’ Berkenaan pula dengan Mush’ab
bin Umair, dia membunuh saudaranya, yaitu Ubaid bin Umair pada Perang
Uhud. Selain itu, berkenaan pula dengan Umar, dia membunuh pamannya,
yaitu Al-‘Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah ketika Perang Badar., Juga berkenaan
dengan Ali dan Hamzah, pada Perang Badar mereka membunuh Utbah dan
Syaibah, yaitu putra Rabi‘ah dan Al-Walid bin Utbah. Itulah maksud firman-Nya,

Surah Al-Hasyr
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Hasyr, 59: 2

Firman Allah Ta‘aala (QS Al-Hasyr, 59: 2)


Para ahli tafsir berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Bani Nadhir, di mana

366
ketika Nabi Saw. datang ke Madinah, mereka berdamai dengannya untuk tidak
memeranginya serta tidak berperang bersamanya, dan Rasulullah pun menerima
perdamaian mereka. Ketika Rasulullah melakukan Perang Badar dan mengalahkan
kaum musyrikin, Bani.Nadhir berkata, “Demi Allah, dia adalah Nabi yang kami dapati
sifatnya di dalam Taurat, tidak dapat dibantah panji-panjinya.” Tetapi, ketika Rasulullah
Perang Uhud dan kaum muslimin mendapat kekalahan, mereka melanggar perjanjian
tersebut dan memperlihatkan permusuhan terhadap Rasulullah dan kaum mukminin.
Karena itu Rasulullah Saw. mengepung mereka, kemudian mengadakan perdamaian
dengan mengusir mereka dari Madinah.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Muhammad Al-Hasan bin Muhammad Al-Faarisi
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Al-Fadhl at-
Taajir mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Al-Hasan
Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdurrazaq mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ma‘mar
mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Ibnu Ka‘ab bin Malik, dari seorang laki-laki
sahabat Rasulullah Saw. Ia berkata, “Orang-orang kafir Quraisy menulis surat kepada Yahudi
setelah peristiwa Perang Badar, yang berbunyi, ’Sungguh, kalian memiliki persenjataan
dan benteng pertahanan, dan kalian pasti akan memerangi saudara kami dan kami pun
akan melakukan hal yang sama. Tiada penghalang sedikit pun antara kami dan antara
gelang kaki perempuan-perempuan kalian.’ Ketika surat mereka sampai kepada Yahudi,
maka Bani Nadhir sepakat untuk melanggar perjanjian (dengan Rasulullah) dan mengirim
utusan kepada Rasulullah, yang menyampaikan: ‘Utuslah tiga puluh orang sahabatmu
untuk bertemu dengan kami, dan kami pun megutus tiga puluh orang yang alim, sehingga
kita bertemu di suatu tempat pertengahan antara tempat kami dan tempat kamu agar
mereka dapat mendengarkan darimu. Jika mereka membenarkanmu dan beriman
kepadamu, niscaya kami semua akan beriman kepadamu.’ Kemudian Nabi Saw. keluar
menemui mereka bersama 30 orang sahabatnya, dan 30 orang yang alim dari kalangan
Yahudi pun keluar hendak menemuinya. Sehingga ketika mereka telah keluar menuju
tanah lapang, sebagian mereka berkata, ‘Bagaimana kalian dapat sampai kepadanya,
dan bersamanya tiga puluh orang sahabat yang semuanya menginginkan agar mati
hatinya.’ Kemudian mereka mengutus utusan, yang menyampaikan, ‘Bagaimana kita
dapat bersepakat, sedangkan kita hanya berjumlah enam puluh orang? Utuslah kembali
tiga orang sahabatmu dan kami pun akan mengutus kembali tiga orang alim dari kami.
Jika mereka beriman kepadamu, niscaya kami pun akan beriman dan menmbenarkanmu.’
Setelah itu Nabi mengutus kembali 3 orang sahabatnya dan mereka pun meng-utus
3 orang alim di kalangan Yahudi. Mereka membawa pisau besar dan bermaksud

367
menyerang Rasulullah Saw. Kemudian seorang perempuan pemberi nasihat dari Bani
Nadir mengutus seseorang kepada saudaranya, yaitu seorang Muslim dari kalangan
Anshar. Dia memberitahukan kepadanya keinginan Bani Nadhir melanggar perjanjian
dengan Rasulullah Saw. Dengan bergegas, saudaranya itu datang hingga bertemu
dengan Nabi Saw. dan menceritakan berita tentang mereka. Kemudian Rasulullah
pulang, dan kesokan harinya beliau menyerang mereka dengan batalion, kemudian
mengepung dan memerangi mereka sehingga mereka keluar dengan terusir, dan
hanya diperbolehkan membawa barang-barang sekedar yang terpikul oleh unta
mereka kecuali al-halaqah, yaitu senjata. Selain itu mereka merobohkan rumah-
rumah mereka dan mengambil apa yang mereka perlukan berupa kayu-kayunya.
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya, sampai (QS Al-
Hasyr, 59: 1-6)

QS Al-Hasyr, 59: 5

Firman Allah Ta’ala, (QS Al-Hasyr, 59: 5)


Ketika Rasulullah Saw. sampai di tempat Bani Nadhir, dan mereka telah berlindung
di balik benteng mereka, Rasulullah memerintahkan menebang pohon kurma mereka
dan membakarnya. Seketika itu mereka musuh Allah berteriak-teriak seraya berkata,
“Wahai Muhammad, dikira engkau hendak berbuat kemaslahatan, apakah merusak
pohon yang berbuah dan menebang pohon kurma ini termasuk berbuat kemaslahatan?
Apakah engkau menemukan dalam apa yang engkau kira diturunkan kepadamu,
berbuat kerusakan di bumi?” Maka hal itu membuat Nabi tidak nyaman, demikian
juga terdapat kekhawatiran dalam diri kaum mukminin. Mereka takut perbuatan itu
termasuk kerusakan. Mereka berselisih pendapat tentang hal itu, sebagian mereka ada
yang berkata, “Janganlah menebangnya karena ini termasuk harta rampasan fai yang
diberikan Allah kepada kita.” Sementara yang lainnya berkata, “Tebanglah!” Kemudian
Allah Tabaaraka wata‘aala menurunkan ayat, , sebagai pembenaran bagi orang
yang melarang menebangnya dan penghalalan bagi orang yang menebangnya, serta
Dia mengabarkan bahwa menebang atau membiarkan tumbuh itu (terjadi) dengan
izin Allah Ta‘ala.=Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim
Ad-Daariki mengabarkan kepada kami.” Dia berkata, “Putraku mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqafi mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Qutaibah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Laits bin
Sa‘d mengabarkan kepada kami, dari Nafi, dari Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah
Saw. membakar pohon kurma Bani Nadhir dan menebangnya, yaitu di Buwairah.

368
Kemudian Allah menurunkan ayat, . Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim dari Qutaibah.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Al-Harits mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abdullah bin Muhammad bin Ja’far mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abu Yahya Ar-Razi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Sahl bin Usman
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Al-Mubarak mengabarkan
kepada kami, dari Musa bin Uqbah, dari Nafi, dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah
Saw. Menebang pohon kurma Bani Nadhir dan membakarnya, yaitu di Buwairah.
Karenanya Hassan berkata dalam bait syairnya, “Alangkah terhinanya tokoh-tokoh
Bani Lu’aiy saat kebakaran melumat kebun kurma mereka yang berada di daerah
Buwairah.” Sehubungan dengan itu, maka turunlah ayat, ‘( ). Di-
riwayatkan oleh Muslim, dari Sa‘id bin Manshur, dari Ibnul Mubarak.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Salm bin ‘Isham mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Rastuh mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdurahman bin Mahdi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin
Maimun At-Tamaar mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Jarmuz mengabarkan
kepada kami, dari Hatim bin Najar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata,
“Orang-orang Yahudi mendatangi Nabi Saw.” Ibnu Abbas berkata, “Aku berdiri dan
melaksanakan salat.” Beliau bersabda, “Allah menakdirkanmu untuk melaksanakan
salat.” Ia berkata, “Saya duduk.” Beliau bersabda, “Allah menakdirkanmu untuk
duduk.” Ia berkata, “Saya berdiri di dekat pohon lalu menebangnya. Beliau
bersabda, Allah telah menakdirkanmu menebangnya.” Ia berkata, “Kemudian Jibril
As. datang, lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, Aku ajarkan kepadamu hujahmu
sebagaimana Ibrahim mengajarkannya kepada kaumnya.’ Dan Allah menurunkan,
yakni orang-orang Yahudi.
[9] firman Allah,
Ja‘far bin Barqan meriwayatkan, dari Yazid bin Al-‘Asham bahwa kaum Anshar
berkata, “Wahai Rasulullah, bagikanlah antara kami dan saudara-saudara kami
dari kaum Muhajirin, tanah setengahnya.” Beliau bersabda, “Tidak! Tetapi kalian
mencukupi bahan makanan mereka dan membagi mereka buah-buahannya.
Sedangkan tanahnya masih tetap milik kalian. Mereka berkata, “Kami setuju.”
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya .
Firman Allah, .
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa‘d bin Ahmad bin Ja’far Al-Mu’adzin mengabarkan

369
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ali Al-Faqih mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Manshur bin Abi Jahm As-Subai‘I mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Nashr bin Ali Al-Jahdhimi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Dawud mengabarkan kepada kami, dari Fudhail bin Ghazwaan,
dari Abu Haazim, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. menyerahkan seorang
laki-laki dari Ahlu Shuffah kepada seseorang dari kaum Anshar, kemudian orang
Anshar tersebut membawanya kepada keluarganya, lalu berkata kepada istrinya,
“Apakah ada sesuatu?” Sang istri menjawab, “Tidak ada, kecuali makanan untuk
anak kita yang masih kecil.” Ia berkata, “Tidurkanlah mereka, bila mereka sudah
tidur bawakanlah makanan itu kepadaku. Bila engkau sudah meletakannya,
padamkanlah pelitanya.“ Maka sang istri pun melakukannya. Lalu orang Anshar
itu pun mempersembahkan apa yang berada di hadapannya kepada tamu itu.
Pada keesokan harinya, laki-laki itu pun menemui Rasulullah Saw. dan beliau pun
bersabda, ”Sungguh, penghuni langit merasa takjub karena perbuatan kalian
berdua.“ Dan turunlah ayat, “Dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya
sendiri, meskipun mereka juga memerlukan}
= Al-Bukhari meriwayatkannya dari Musadad, dari Abdullah bin Dawud. Dan
Muslim meriwayatkan pula dari Abu Kuraib, dari Waqi’. Keduanya dari Fudhail bin
Ghazwan.
Imam Al-Wâhidî berkata, “Abu Abdullah bin Ishaq Al-Muzakki mengabarkan
kepada kami“ Ia berkata, “Abu Al-Hasan Muhammad bin Abdullah As-Sulaiti
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Abbas bin Isa Ibnu Muhammad
Al-Marwazi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Musakhar bin Ash-Shalt
mengabarkan kepada kami.”Ia berkata, “Al-Qasim bin Al-Hakam Al-‘Arani menga-
barkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Al-Walid mengabarkan kepada
kami, dari Muhaarib=
= Ibnu Ditsaar, dari Abdullah bin Umar, ia mengatakan, “Dihadiahkan satu
kepala kambing kepada seseorang dari sahabat Rasulullah Saw. lalu ia mengatakan,
‘Sesungguhnya saudaraku si Fulan dan familinya lebih membutuhkan daripadaku.’
Lalu ia pun memberikan kepala kambing itu pada saudaranya. Dan demikian
seterusnya seseorang memberikannya kepada yang lain hingga berpindah-pindah
dari satu keluarga kepada keluarga lain sebanyak tujuh keluarga, dan akhirnya
kepala kambing itu kembali lagi kepada orang yang pertama memberikan. Kata
Ibnu Umar, “Maka turunlah ayat, ‘Dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas
dirinya sendiri,’ sampai akhir ayat.”

370
SURAH AL-MUMTAHANAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

QS Al-Mumtahanah, 60: 1

Firman Allah ‘Azza Wa Jalla, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah


kamu menjadikan musuhKu dan musuhmu sebagai teman-teman setia.” (QS Al-
Mumtahanah, 60: 1)
Sekelompok ahli tafsir mengatakan, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
Hatib bin Abu Balta’ah. Hal itu karena Sarah (perempuan) maula Abu Umar bin
Shuhaib bin Hisyam bin Abd Manaf datang menemui Rasulullah Saw. dari Mekah
ke Madinah. Dan Rasulullah Saw. pada saat itu sedang mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan untuk penaklukan Mekah. Lalu beliau berkata kepadanya,
’Apakah engkau datang itu untuk masuk Islam?’ Ia menjawab, ‘Tidak.’ Kata Nabi,
‘Lalu apa yang membuatmu datang?’ Ia menjawab, ‘Kamu itu adalah keluarga,
kerabat dekat, dan tuan kami. Dan sungguh aku sangat membutuhkan (sesuatu),
aku datang agar kalian memberiku.’ Kata Nabi, ’Dari mana engkau, apakah dari
generasi muda penduduk Mekah dan ia adalah orang kaya?’ Ia berkata, ‘Tidak
ada sesuatu pun yang bisa didapatkan dariku setelah Perang Badar.’ Kemudian
Rasulullah Saw. menganjurkan kepada Bani Abdul Mutalib dan Bani Mutalib. Maka
mereka pun memakaikan pakaian kepadanya, membawakannya dan memberinya.
Lalu datanglah Hatib bin Abu Balta’ah kepadanya dan menitipkan surat untuk
penduduk Mekah. Ia pun memberikan kepadanya sepuluh dinar agar surat itu
sampai kepada penduduk Mekah. Ia menulis dalam suratnya itu,’Dari Hatib untuk
penduduk Mekah, sesungguhnya Rasulullah Saw. bermaksud memerangi kamu,
maka berhati-katilah kamu.’ Kemudian Sarah itu pergi dan turunlah Jibril As.
mengabarkan apa yang diperbuat oleh Hatib. Lantas Rasulullah Saw. mengutus
Ali, Ammar, Az-Zubair, Talhah, Al-Miqdad bin Al-Aswad, dan Abu Martsad. Mereka
adalah pasukan berkuda. Beliau mengatakan kepada mereka, ‘Berangkatlah kalian
hingga sampai ke kebun Khakh. Di sana akan bertemu dengan seorang wanita
yang membawa surat dari Hatib untuk orang-orang musyrik. Ambillah surat itu
darinya dan bebaskanlah ia. Jika ia tidak menyerahkan kepada kalian pukullah
tengkuknya.’ Kemudian mereka pun berangkat hingga menjumpainya di tempat
tersebut. Kata mereka kepadanya, “Mana surat itu?” Maka ia bersumpah atas nama
Allah bahwa ia tidak membawanya. Lalu mereka memeriksa == bawaannya dan
mereka tidak mendapatkan surat tersebut. Maka mereka pun bermaksud untuk

371
kembali. Kemudian Ali mengatakan, ‘Demi Allah, kami tidak pernah berdusta dan
tidak didustakan, ia pun menghunus pedangnya seraya mengatakan, ‘Keluarkanlah
surat itu, dan jika tidak maka aku akan penggal tengkukmu.’ Tatkala si perempuan
itu melihat keseriusannya, ia pun mengeluarkan surat itu yang disembunyikan pada
sanggul rambutnya. Maka mereka pun membebaskan jalannya dan segera kembali
== dengan membawa surat tersebut kepada Rasulullah Saw. lalu Rasulullah Saw.
mengutus utusan untuk menemui Hatib. Kemudian Hatib pun mendatanginya.
Setelah berada di hadapannya, beliau bertanya kepada Hatib, ‘Apakah kamu
tahu surat ini?’ Ia menjawab, ’Ya.’ Beliau bertanya lagi, ’Apa yang membuatmu
melakukannya?’ Katanya, ‘Wahai Rasulullah, demi Allah, aku tidak kufur semenjak
aku masuk Islam, aku tidak pernah menipumu semenjak aku menerima nasihatmu,
dan aku tidak pernah menahan mereka semenjak aku berpisah dengan mereka.
Tetapi tidak seorang pun dari Muhajirin yang dapat menjaga familinya di Mekah,
sedang aku sendiri jauh dari mereka. Keluargaku berada pada tanggung jawab
mereka, aku takut atas keluargaku, oleh karena itu aku bermaksud membuat
jaminan keamanan untuk mereka. Padahal engkau tahu bahwa Allah akan
menurunkan siksaan pada mereka, dan suratku ini sebenarnya tidaklah bermanfaat
sedikit pun buat mereka, maka Rasulullah Saw. membenarkan dan menerima
alasannya. Lalu turunlah surah ini, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah
kamu menjadikan musuhKu dan musuhmu sebagai teman-teman setia.’ Kemudian
berdirilah Umar bin Al-Khatab sambil mengatakan, ‘ Wahai Rasulullah Saw. biarlah
aku yang memenggal tengkuk munafiq ini.’ Rasulullah Saw. bersabda, ‘Apa yang
engkau ketahui wahai Umar, semoga Allah mengawasi atas ahli Badar. Lalu Dia
berfirman pada mereka, ‘Beramallah kamu sekehandakmu, sungguh Aku telah
memberi ampunan bagi kamu’.”
Imam Al-Wâhidî berkata, “Abu Bakar Ahmad bin Al-Hasan bin Muhammad
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yaqub mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ar-Rabii’ mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “As-
Syafi’i mengabarkan kepada kami.”Ia berkata, “Sufyan bin ‘Uyainah mengabarkan
kepada kami, dari Amr bin Dinar, dari Al-Hasan bin Muhammad. Ia berkata,
“Muhammad bin Yaqub bin Ali bin Abdullah bin Abu Raafi’ mengabarkan kepada
kami, ia mengatakan, ‘Aku mendengar Ali, ia berkata, ‘Rasulullah Saw. mengutus
aku, Az-Zubair, dan Al-Miqdad.’ Beliau bersabda, ‘Berangkatlah kalian hingga
datang ke kebun Khakh, karena di situ ada seorang perempuan yang membawa
surat.’ Kemudian kami katakan kepadanya, ‘Hendaklah kamu keluarkan surat itu
atau kami akan lepaskan pakaianmu.’ Maka si perempuan itu pun mengeluarkan

372
surat itu dari sanggul rambutnya. Kemudian kami pun mendatangi Rasulullah Saw.
dengan membawa surat itu. Ternyata surat itu dari Hatib bin Abu Balta’ah untuk
orang-orang musyrik yang ada di Mekah. Ia mengabarkan sebagian perintah Nabi
Saw. Lalu beliau bersabda, ‘Apa ini wahai Hatib?’ Ia menjawab, ‘Jangan tergesa-
gesa engkau menghukum aku, aku mempunyai teman dari golongan Quraisy,
akan tetapi aku sendiri tidak termasuk golongan mereka. Dan di antara orang
yang bersamamu dari Muhajirin mereka memiliki famili, mereka berpisah karena
hijrahnya itu== dengan kerabat dekat mereka, sedang aku di Mekah tidak memiliki
kerabat. Aku ingin jika hal itu menarik hati aku agar aku membuat jaminan bagi
mereka. Demi Allah, tidaklah aku melakukannya karena meragukan agamaku dan
tidak juga karena meridai kekufuran == setelah masuk Islam.’ Maka Rasulullah Saw.
bersabda, ‘Sungguh ia benar (jujur).’ Umar berkata, ‘Wahai Rasulullah, biarkanlah
aku memenggal tengkuk orang munafiq ini.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya
dia telah ikut Perang Badar. Dan apa yang engkau ketahui wahai Umar, semoga
Allah mengawasi atas ahli Badar. Lalu Dia berfirman pada mereka, ‘Beramallah
kamu sekehendakmu, sungguh Aku telah memberi ampunan bagi kamu.’” Maka
turunlah ayat, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan
musuhKu dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan
kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang’.” Al-Bukhari
meriwayatkannya dari Humaid, sedang Muslim meriwayatkannya dari Abu Bakar
bin Abu Syaibah, dan sekelompok rawi lainnya. Semuanya meriwayatkan dari
Sufyan.

QS Al-Mumtahanah, 60: 6

Firman Allah Azza Wa Jalla, “Sungguh, pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya)
terdapat suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap
(pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian.” (QS Al-Mumtahanah, 60: 6)
=
= Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang mukmin, “Sungguh telah ada
bagi kamu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya dari para nabi dan
para auliya suri teladan yang baik bagi mereka dalam hal pengembalian (mereka)
yang memiliki kerabat dekat dari kalangan orang-orang musyrik.” Tatkala turun
ayat ini, orang-orang mukmin menjauhi kerabat dekat mereka dari kalangan orang-
orang musyrik karena Allah. Mereka menampakkan permusuhan dan kesuciannya.
Dan Allah Ta’ala mengetahui kesungguh-sungguhan orang-orang mukmin akan

373
hal tersebut, maka Allah menurunkan ayat, “Mudah-mudahan Allah menimbulkan
kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di
antara mereka.” Kemudian hal itu dilakukan supaya tidak sedikit dari mereka yang
masuk Islam dan jadilah bagi mereka itu sebagai penolong dan bersaudara. Mereka
pun bergaul serta menikahi perempuan-perempuan mereka. Dan Rasulullah Saw.
menikahi Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb. Kemudian hal itu sampai
kepadanya, ia mengatakan, “Ini hewan jantan yang hidungnya tidak dapat
memilih.”=
= Imam Al-Wâhidî berkata, “Abu Shalih Manshur bin Abdul Wahab Al-Bazari
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Amr Muhammad bin Ahmad Al-
Hairi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ya’la mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ibrahim bin Al-Hajaj mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Al-Mubarak mengabarkan kepada kami, dari Mush’ab bin Tsabit, dari
Amir bin Abdullah bin Az-Zubair, dari bapaknya, ia berkata,”Qutailah binti Abdul
Uzza mendatangi purtinya Asma binti Abu Bakar dengan membawa bingkisan,
biawak, mentega, dan keju. Tetapi ia tidak mau menerima hadiahnya dan tidak
mengizinkannya masuk ke rumahnya. Kemudian Aisyah menanyakan hal itu kepada
Nabi Saw. beliau bersabda, ’Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku
adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama.’ Lalu
Asma mempersilahkan ibunya untuk masuk dan menerima sebagian hadiah-
hadiahnya.
Al-Hakim Abu Abdullah meriwayatkannya dalam kitab Shahiihnya, dari Abu Al-
Abbas As-Sayari, dari Abdullah Al-Ghazal, dari Abu Sufyan, dari Ibnul Mubarak ==
‘Wahai orang-orang yang beriman! Apabila perempuan-perempuan mukmin datang
berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka.‘ Ia berkata,
‘Dan telah dituliskan baginya, ‘Sesungguhnya Rasulullah Saw. membuat perjanjian
dengan orang Quraisy pada hari Hudaibiyyah agar mengembalikan kepada mereka
siapa yang datang tanpa izin walinya. Tatkala wanita-wanita itu hijrah, Allah tidak
menyukai mereka dikembalikan kepada orang musyrik ketika mereka telah diuji.
Maka mereka pun mengetahui bahwa wanita-wanita itu datang karena keinginan
mereka terhadap Islam, dengan mengembalikan maskawin-maskawinnya kepada
mereka apabila mereka ditahan. Apabila ia ingin, mereka akan mengembalikan
kepada muslimin maskawin orang yang mereka telah menahan dari istri-istrinya. Ia
berkata, ‘Itulah hukum Allah yang Dia tetapkan di antara kamu.’ Maka Rasulullah
Saw. menahan wanita-wanita (yang hijrah itu) dan mengembalikan laki-laki.”

374
Firman Allah Ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
jadikan orang-orang yang dimurkai Allah sebagai penolongmu…”(QS Al-
Mumtahanah, 60: 13)Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang fakir dari
kaum muslimin. Mereka mengabarkan berita kaum muslimin kepada orang-orang
Yahudi dan mereka menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi. Dengan sebab
itu mereka terkena akibatnya. Lalu Allah Tabaraka wa Ta’ala melarangnya dari hal
itu.

QS Al-Mumtahanah, 60: 10

= Firman Allah Ta’ala,”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila perempuan-


perempuan mukmin datang berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji
(keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;…” (QS Al-
Mumtahanah, 60: 10)
Ibnu Abbas mengatakan, “Sesungguhnya musyrikin Mekah telah membuat
perjanjian dengan Rasulullah Saw. pada tahun Hudaibiyyah, yaitu bahwa siapa
saja yang mendatanginya dari penduduk Mekah hendaklah dikembalikan kepada
mereka, dan siapa yang mendatangi penduduk Mekah dari sahabat-sahabatnya
maka dia itu milik mereka. Maka mereka pun menulis surat (perjanjian) itu dan
menstempelnya. Lalu datanglah Subai’ah binti Al-Harits Al-Aslamiah setelah
selesai penulisan penjanjian itu. Sedangkan Nabi Saw. berada di Hudaibiyyah, lalu
ia menghadap suaminya, dan diaseorang kafir. Ia berkata, ‘Wahai Muhammad,
kembalikanlah istriku, sesungguhnya engkau telah mensyaratkan bagi kami untuk
mengembalikan kepada kami siapa saja yang datang dari kami kepadamu, dan ini
watak pencatatan yang tidak akan pernah kering setelah itu.’ Maka Allah Ta’ala
menurunkan ayat ini.”
Imam Al-Wâhidî berkata, “Al-Hasan bin Muhammad Al-Farisi mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin Al-Fadhl mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin Al-Hasan Al-Hafizh
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Yahya mengabarkan
kepada kami.”Ia berkata, Hasan bin Ar-Rubai’ bin Al-Khasyab mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Ibnu Idris mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, ”Muhammad
bin Ishaq mengatakan, ”Az-Zuhri menceritakan kepada kami, ia berkata, “Aku
datang menemui Urwah bin Az-Zubair pada saat ia sedang menulis surat untuk
Ibnu Hindi sahabat Al-Walid bin Abdul Malik, ia bertanya tentang firman-Nya, =

Surah Ash-Shaff

375
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Firman Allah Ta’ala, “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih
kepada Allah; dan Dialah Yang Maha-perkasa, Mahabijaksana.” (QS Ash-Shaf, 61:
1)=

Surah Ash-Shaff
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Ash-Shaf, 61: 1

Firman Allah Ta‘aala,”Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih
kepada Allah; dan Dialah Yang Maha-perkasa, Mahabijaksana.” (QS Ash-Shaf, 61:
1)
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin
Ja‘far mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah bin
Zakaria mengabarkan kepada kami, bahwa Muhammad bin Abdurahman Ad-
Daghuuli berkata, “Muhammad bin Yahya mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Muhammad bin Katsir Ash-Shan‘aani mengabarkan kepada kami, dari Al-Awzaa‘i,
dari Yahya bin Abu Katsir, dari Abu Salamah, dari Abdullah bin Salaam. Ia berkata,
“Kami sekelompok para sahabat Nabi Saw. duduk dan kami berkata, ‘Kalaulah
Kami mengetahui amal yang paling Allah Tabaaraka wata‘ala cintai, niscaya kami
akan mengajarkannya.’ Kemudian Allah menurunkan ayat, ‘Apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Maha-perkasa,
Mahabijaksana,’ sampai firman-Nya, ‘Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur’ hingga akhir surat.
Kemudian Rasulullah membacakannya kepada kami.”

QS Ash-Shaf, 61: 2

Firman Allah Ta‘aala, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu


mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? ” (QS Ash-Shaf, 61: 2)
Para ahli tafsir berkata, “Orang-orang muslim berkata, ‘Kalaulah kami
mengetahui amal yang paling Allah Ta‘aala cintai, pasti kami akan mencurahkan
harta dan jiwa kami dalam melaksanakannya,’ kemudian Allah menunjukkan
kepada mereka amal yang paling dicintai-Nya, Dia berfirman, ‘‘Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur’
Maka ketika mereka telah mengetahuinya, mereka tidak mau melaksanakannya.

376
Kemudian Allah Ta‘aala menurunkan firman-Nya, ‘Mengapa kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan?’.”

Surah Al-Jum‘ah
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Jumu’ah, 62: 11

Firman Allah ‘Azza wajalla, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau
permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau
(Muhammad) sedang berdiri (berkhotbah)” (QS Al-Jumu’ah, 62: 11)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ustadz Abu Thahir mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Al-Hasan Ali bin Ibrahim mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, Muhammad bin Muslim bin Waarih mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Hasan bin ‘Athiyyah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Israil
mengabarkan kepada kami, dari Hushain bin Abdurahman, dari Abu Sufyan,
dari Jabir bin Abdurahman, ia berkata, “Ketika Rasulullah Saw. berkhutbah
pada hari Jumat, tiba-tiba datanglah kafilah yang telah kembali. Orang-orang
yang sedang mendengarkan khutbah keluar menuju kafilah itu, sehingga
hanya tersisa 12 orang saja. Maka Allah Tabaaraka wata‘aala menurunkan ayat,
‘Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri
(berkhotbah) ’.” Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Hafsh bin Umar, dari Khalid
bin Abdullah, dari Hushain.
ImamiAl-Wahidi berkata, Muhammad bin Ibrahim Al-Muzakki mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Bakar Abdullah bin Yahya Ath-Thalhi
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ja‘far bin Ahmad bin Imran Asy-Syaami
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Ahmad bin Abdullah bin
Yunus mengabarkan kepada kami. Ia berkata, “‘Antar bin Al-Qasim mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Hushain mengabarkan kepada kami, dari Salim bin
Abu Al-Ja‘d, dari Jabir bin Abdulla , ia berkata, “Kami bersama Rasulullah pada
haritJumat, kemudian lewatlah Kafilah yang membawa makanan. Seketika itu
orang-orang keluar keluar kecuali 12 orang saja. Maka Allah menurunkan ayat
dalam surah Al-Jumu’ah.=
Diriwayatkan oleh Muslim, dari Ishaq bin Ibrahim, dari Jarir. Dan
diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari dalam kitaab altJum’ah, dari Muawiyah bin

377
Amr, dari Zaaidah, keduanya dari Hushain.
Para ahli tafsir berkata, “Penduduk Madinah ditimpa kelaparan dan
lonjakan harga. Kemudian datanglah Dihyah bin Khalifah Al-Kalabi sepulang dari
perdagangan di Syam. Ia memukul genderang memberitahukan kedatangannya
kepada orang-orang. Ketika itu Rasulullah sedang berkhutbah Jumat. Maka
orang-orang pun keluar menemuinya sehingga di mesjid hanya tersisa 12 orang
saj , di antaranya, Abu Bakar dan Umar. Maka turunlah ayat ini, kemudian Nabi
Saw. bersabda,“’Demi yang jiwa Muhammad berada ditangan-Nya, kalaulah
kalian mengikuti hingga tidak tersisa seorang pun dari kalian, pastilah kalian
semua binasa dengan api’.

Surah Al-Munafiqun
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Munafiqun, 63 : 1-8

Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurahman bin ‘Abdan mengabarkan kepada


kami.” Ia berkat, dMuhammad bin Abdullah bind Muhammad Al-Hafizh
mengabarkan kepada kami.” Ia berkat, “Abu Al-AbbasdMuhammad bin Ahmad bin
Ahmad Al-Majbuwwi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata , “Sa’id bin Mas’ud
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ubaidullah bin Musa mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, Israil mengabarkan kepada kami, dari As-Suddi, dari
Abu Sa’id Al-Azdi, dari Zaid bin Arqam. ia berkata, “Kami berperang bersama
Nabi Saw. dan ikut bersama kami beberapa orang Arab Badui. Ketika itu kami
bergegas-gegas mendapatkan air, dan orang Arab badui itu mendahului kami.
Lalu ada seorang Arab Badui yang mendahului teman-temannya, ia memenuhi
tangkinya dan menaruh hamparan kulit di atasnya, sehingga datanglah teman-
temannya. Kemudian datang seseorang dari kaum Anshar, dan ia melepaskan tali
kekang untanya agar unta itu dapat minum, tapi salah seorang Arab Badui tersebut
enggan meningalkannya, lalu ia mengambil sepotong kayu dan memukulkannya
ke kepala orang Anshar hingga ia terluka. Kemudian orang Anshar tersebut datang
kepada Abdulah bin Ubay pemimpin orang munafik, lalu menceritakan peristiwa
itu, dan ia termasuk salah satu temannya. Abdulah bin Ubay pun marah, lantas
berkata,“’Janganlah kamu berinfak kepada orang yang ada di sisi Rasulullah
sampai mereka meninggalkanny”.’ Maksudnya orang-orang ArabiBadui. Kemudian
ia berkata kepada teman-temanny ,“’Apabila kamu kembali ke Madinah, pastilah
orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana’.” Zaid bin

378
Arqam berkata, “Ketika itu aku membonceng pamanku, dan aku mendengar(ucapa)
Abdullah bin Ubay tersebut. Kemudian aku memberitahukannya kepada Rasullah
Saw., tetapi beliau pergi dan tidak memercayaiku. Kemudian pamanku datang
dan berkat:, ‘Aku tidak menginginkan Rasulullah membencimu dan orang-orang
muslim mendustakanmu. Maka aku dirundung kesedihan yang tidak pernah
menimpa kepada siapa pun. Ketika aku pergi bersama Rasulullah Saw. tiba-tiba
beliau mendatangiku lalu menggosok telingaku dan beliau tertawa di hadapan
wajahku. Kejadian itu membuatku gembira, karena dengan itu aku memiliki dunia.
Selanjutnya, ketika kami memasuki waktu Subuh, Rasulullah membaca surah Al-
Munafiqun, ‘Mereka berkata, ‘Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasul Allah.’
(QS Al-Munaafiquuna, 63: 1) hingga sampai ayat, ‘Mereka yang berkata (kepada
orang-orang Ansar), ‘Janganlah kamu bersedekah kepada orang-orang (Muhajirin)
yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).’ (QS Al-
Munaafiquuna, 63: 7) dan sampai ayat, ‘Pasti-lah orang yang kuat akan mengusir
orang-orang yang lemah dari sana’.” (QS Al-Munaafiquuna, 63: 8).
Ahli Tafsir dan ahli sejarah berkata, “Rasulullah Saw. menyerang Bani Al-
Mushthaliq, kemudian beliau singgah di suatu mata air milik mereka yang bernama
Al-Murisi‘,=
=maka orang-orang datang mengambil air, dan beserta Umar bin Khatab ada
seorang pegawai dari Bani Ghaffaar[yang bernama Jahjah bin Sai], dia menuntun
kudanya, lalu Jahjah dan Sanan Al-Juhani, sekutu Bani Al- Awf berasal dari Khazra
, berdesak-desakan menuju air, sehingga keduanya bertengkar. Maka Al-Juhani
berteriak minta tolong,“’Wahai golongan Ansha !’ dan Al-Ghaffaari berteriak,“’Wahai
golongan Muhajiri”!’ Ketika datang Abdulah bin Ubay, anaknya berkata, ‘Di
belakangmu!’ Ia berkata,“’Bagaimana keadaan kamu ini? Celaka kam”!’ Anaknya
berkata, ‘Tidak, demi Allah selamanya aku tidak akan memasukinya kecuali atas izin
Rasulullah Saw., dan hari ini engkau pasti tahu siapa yang kuat dan siapa yang lemah.
Kemudian Abdullah mengadu kepada Rasulullah tentang perbuatan anaknya itu.
Maka Rasulullah mengirim utusan kepadanya (yang menyampaikan),“’Berpindahlah
kamu darinya, sehingga ia masuk .’ Dia (Abdulah) berkat:, ‘Bukankah apabila datang
perintah Nabi Saw., maka itu bagus.’ Kemudian dia masuk. Ketika surat ini turun dan
menjadi jelas kebohongannya, dikatakan kepadanya,“’Wahai Abu Hubaab, sungguh
telah turun tentangmu beberapa ayat. Temuilah Rasulullah Saw. agar dia memintakan
ampunan buatm”.’ Kemudian dia membuang muka. Maka itulah firman-Nya, ‘Dan
apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman), agar Rasulullah memohonkan

379
ampunan bagimu,” mereka membuang muka’.” (QS Al-Munafiquna, 63: 5)

Surah At-Taghabun
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS At-Taghaabun, 64: 14

Firman Allah ‘Azza wajalla, “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya


di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.” (At-
Taghaabun, 64: 14)
Ibnu Abbas berkata, “Seseorang masuk Islam, ketika ia hendak ikut hijrah, istri
dan anaknya melarangnya, dan mereka berkata, ‘Kami bersumpah dengan nama
Allah, kamu pergi meninggalkan keluarga dan sanak saudaramu, dan berpindah ke
Madinah tanpa keluarga dan harta.’ Maka di antaranya ada yang menaruh belas
kasih kepada mereka, sehingga ia tetap tinggal dan tidak berhijrah. Kemudian Allah
menurunkan ayat ini.”
ImamiAl-Wahidi berkata, “Ahmad bin Abdullah Asy-Syaibani mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Al-Fadhl Ahmad bin Ismail bin Yahya bin Hazim
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Umar bindMuhammad bin Yahya
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, dMuhammad bin Umar Al Muqaddimi
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Asy‘ats bin Abdullah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Syu‘bah mengabarkan kepada kami, dari Ismail bin Abu Khalid.”
Ia berkata, “Seseorang masukmIslam, lalu istri dan anaknya mengecamnya. Maka
Allah menurunkan ayat ini, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya
di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka’.” (QS At-Taghaabun, 64: 14)
Ikrimah berkata, Dari Ibnu Abas, ia berkata, ‘uYaitu) mereka yang menghalangi
keluarganya berhijrah. Ketika mereka berhijrah dan melihat orang-orang telah faham
tentang agama, maka mereka berniat menghukum keluarga yang menghalangi
mereka berhijrah. Kemudian Allah Ta‘ala menurunkan ayat, ‘Dan jika kamu maafkan
dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang‘.”(QS At-Taghaabun, 64: 14)

Surah Ath-Thalaq
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

380
QS Ath-Thalaq, 65: 1

Firman Allah ‘Azza wajalla, “Wahai Nabi! Apabila kamu menceraikan istri-istrimu
maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi)
idahnya (yang wajar).”) (QS Ath-Thalaq, 65: 1)
Qatadah meriwayatkan dari Ana, ia berkata, “Rasulallah Saw.
menalak Hafshah. Kemudian Allah menurunkan ayat ini, dan di katakan
kepadanya,“’Rujuklahadengannya, karena dia adalah orang yang banyak bershaum
dan senantiasa melaksanakan shalat, dan dia merupakan salah satu istrimu di
surga’.
As-Suddi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Umar, di
mana dia menalak istrinya ketika haid. Maka Rasulullah Saw. menyuruhnya agar
kembali (rujuk) kepada istrinya dan menahannya sampai ia bersih dari haid,
kemudian haid kembali. Apabila ia telah suci, maka boleh menalaknya jika ia mau,
sebelum mencampurinya, sebab itulah maksud iddah yang diperintahkan Allah
agar wanita diceraikan padanya.”=Imami Al-Wahidi berkata, “Manshur bin Abdul
Wahab bin Ahmad Asy-Syaalinji mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu
UmardMuhammad bin Ahmad Al Hayyiri mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
dMuhammad bin Daihuunah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Aziz
bin Yahya mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Laits bin Sa’ad mengabarkan
kepada kami, dari Nafi, dari Ibnu Umar, bahwa dia menalak istrinya ketika dia
sedang haid dengan talak sat . Maka Rasulullah Saw. menyuruhnya agar kembali
(rujuk) kepada istrinya, kemudian menahannya sehingga ia suci dan haid kembali,
kemudian menanguhkannya hingga ia suci dari haid. Setelah itu jika hendak
menalaknya, maka talaklah ketika ia suci dari haid sebelum mencampurinya. Maka
itulah iddah yang diperintahkan Allah untuk menalak wanita padanya.” Firman
Allah Ta‘aala, “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-
sangkanya.” (QS Ath-Thalaq, 65: 2-3)
Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan ‘Awf bin Malik Al-Asyja‘i, di mana
orang-orang musyrik menawan putranya. Ia pun datang kepada Rasulullah dan
mengadukan keperluannya, seraya berkata, “Sesunguhnya putraku ditawan oleh
musuh dan ibunya sangat gelisah kerenanya. Maka apa yang engkau perintahkan
kepadaku?” Nabi Saw. bersabda.“’Bertakwalah kamu kepada Allah serta
bersabarlah! Aku perintahkan kamu dan istrimu agar banyak mengucapkan“’Laa
hawla walaa quwwata illaa billaah”.’ Dia pun pulang ke rumahnya dan berkata

381
kepada istriny , “Sesungguhnya Rasulullah Saw. memerintahkan aku dan kamu agar
banyak mengucapkan“’Laa hawla walaa quwwata illaa billaah..’ Istrinya berkata,
“Alangkah baiknya apa yang beliau perintahkan kepada kita.” Setelah itu mulailah
mereka berdua mengucapkannya. Maka musuh lengah dari putranya, lalu dia
menggiring kambing milik mereka dan datang kepada ayahnya dengan membawa
kambing tersebut yang berjumlah 4000 ekor. Kemudian turunlah ayat ini.
Imam Al-Wahidi Al-Wahidi berkata, “Abdul Aziz bin ‘Abdan mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, dMuhammad bin Abdullah bin Nu‘aim mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abul Qasim Al-Hasan bindMuhammad bin Al Husain
As-Sukuuni mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ubaid bin Katsir Al-‘Aamiri
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “‘Ubbaad bin Ya qub mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Yahya bin Adam mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Israil
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “‘Ammaar bin Mu‘awiyah mengabarkan
kepada kami, dari Salim bin Abu Al-Ja‘d, dari Jabir bin Abdullah, ia berkata, “Ayat
ini, “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan
keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki =
dari arah yang tidak disangka-sangkanya,” turun berkenaan dengan seseorang
dari Asyja‘, dia adalah seorang yang fakir, banyak kebutuhan tetapi tidak memiliki
banyak kemampuan. Ia datang menghadap Rasulullah Saw. lalu meminta kepada
beliaa, maka beliau bersabda,“’Bertakwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah.’
Setelah itu ia kembali kepada sahabat-sahabatnya, lantas mereka bertanya , ‘Apa
yang Rasulullah berikan kepadamu?’ Ia menjawab , ‘Beliau tidak memberiku apapun,
beliau hanya bersabda,“’Bertakwalah kamu kepada Allah dan bersabarlah.’ Tidak
lama kemudian, anaknya datang dengan membawa kambing, tetapi diambil oleh
musuh. Kemudian ia datang kepada Rasulullah Saw. Lalu menanyakan hal tersebut
serta menerangkan kejadiannya. Maka Rasulullah Saw. bersabda,“’Berhati-hatilah
terhadapnya’. Firman Allah Ta’ala, “Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi
(menopause) di antara istri-istrimu.”)(QS Ath-Thalaq, 65: 4)
Muqatil berkata, “Ketika turun ayat, ‘Dan para istri yang diceraikan (wajib)
menahan diri mereka (me-nunggu)…’.” (QS Al Baqarah, 2: 228, Khallad bin An-
Nu‘man bin Qais Al-Anshari berkata, ‘Wahai Rasululla , bagaimana Iddah bagi
perempuan yang tidak haid dan sudah tidak haid lagi (menopause) serta bagi
wanita hamil?’ Kemudian Allah Ta‘ala menurunkan ayat ini.”
Imam Al WahidiiAl-Wahidi berkata, “Abu Ishaq Al-Muqri mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, dMuhammad bin Abdullah bin Hamduun mengabarkan kepada

382
kami.” Ia berkata, “Maki bin Abdan mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abu Al-Azhar mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Asbath bindMuhammad
mengabarkan kepada kami, dari Muththarrif, dari Abu Utman Amr bin Salim.” Ia
berkata, “Ketika turun ayat tentang idah perempuan yang ditalak atau ditinggal
mati oleh suaminya dalam surah Al Baqarah==Ubay bin Ka‘ab berkata, ‘Wahai
Rasulullah, sesungguhnya perempuan penduduk Madinah berkata, ‘Masih tersisa
perempuan yang tidak diterangkan hukumnya.’ Beliau bertanya,“’Apakah it ?’ Ia
menjawa , kAnak-anak, orang dewasa dan perempuan hamil.’ Kemudian ayat ini
turun, ‘Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi hingga akhir ayat.”

Surah At Tahrim
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS At-Tahrim, 66: 1

Firman Allah ‘Azza wajalla, “Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa
yang dihalalkan Allah bagimu?...”)(QS At-Tahrim, 66: 1)
Imam Al-Wahidi berkata, dMuhammad bin Manshur Ath-Thusi mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Umar bin Mahdi mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Husain bin Ismail Al-‘Aamili mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Abdullah bin Syabib mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, Ishaq bindMuhammad
menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Abdullah bin Umar mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu An-Nadhr Maula Umar bin Ubaidullah menceritakan
kepadaku, dari Ali bin Abbas, dari Ibnu Abbas, dari Uma , ia berkata: “Rasulullah
Saw. masuk ke rumah Hafshah dengan membawa Mariah [ibu dari putraabeliau
bernam, Ibrahim]. Ketika Hafshah mendapatinya bersama Mariah, ia berkata,
‘Mengapa engkau membawanya ke rumahku? Tidaklah engkau melakukan ini
terhadapku di antara istri-istrimu malainkan membuatku malu terhadapmu.’ Maka
beliau bersabda , ‘Janganlah engkau menceritakan kejadian ini kepada Aisyah! Ia
(Mariah) aku haramkan, jika aku mendekatinya.’ Hafshah berkata, Mengapa engkau
mengharamkannya, padahal ia adalah sahayamu?’ Kemudian beliau bersumpah
kepada Hafshah untuk tidak mendekati Mariah, dan beliau bersabd , ‘Janganlah
engkau menceritakannya kepada sipapapun.’(Hafshah berkat), Kemudian aku
menceritakannya kepada Aisyah.’ Setelah itu beliau bersumpah untuk tidak
mencampuri istri-istrinya selama 1 bulan, dan beliau menjauhi mereka selama 29
malam. Maka Allah Tabaaraka=
=wata‘aalaa menurunkan ayat, “Mengapa engkau mengharamkan apa yang

383
dihalalkan Allah bagimu?.…”
ImamiAl-Wahidi berkata: “Abu Ibrahim Ismail bin Ibrahim Al-Waa‘izh
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Bisyr bin Ahmad bin Bisyr mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Ja‘far bin Al-Hasan Al-Firyaabi mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, Minjaab bin Al-Haarits mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ali
bin Mushir mengabarkan kepada kami, dari Hisyaam bin Urwah, dari ayahnya, dari
Aisyah, ia berkata, “Rasulullah Saw. menyukai manisan dan madu, jika beliau selesai
shalat Ashar, beliau biasa berkeliling ke rumah Istri-istrinya lalu mampir sebentar,
suatu ketika beliau mampir di rumah Hafshah, dan singgah di situ lebih lama dari
biasanya. Aku mengetahui (peristiwa tersebut) lantas aku bertanya mengenai apa
yang terjadi. Maka dikatakan kepadaku, ternyata seorang wanita dari kaumnya
telah memberikan semangkuk madu, lalu dia (Hafshah) menuangkan seteguk
kepada Rasulullah Saw. Aku pun berkata, “Demi Allah, kami akan berbuat sesuatu
(siasat) kepada beliau.” Kemudian aku berkata kepada Saudah binti Zam‘a , “Beliau
sebentar lagi akan mampir (di rumahmu), jika beliau masuk, maka katakanlah
kepadany , ‘Wahai Rasulullah, apakah anda habis makan buah maghafir? Pasti
beliau menjawa , ‘Hafshah telah memberiku minuman madu.’ Lalu katakan lagi
kepada belia , ‘Lebahnya makan ‘urfuth (sejenis pohon dengan buah yang berbau
tidak sedap).’ Maka aku pun akan mengatakan seperti itu kepada beliau, dan kamu
juga wahai Shafiyah katakanlah demikian.’ Selanjutnya Aisyah berkata, ‘Saudah
berkata,“’Demi Allah, tidaklah beliau kecuali berdiri di depan pintu, maka aku akan
mulai melakukan apa yang engkau perintahkan kepadaku.’ Maka ketika beliau telah
mendekat kepadanya, Saudah pun berkata,“’Wahai Rasulullah, apakah Anda telah
makan buah Maghafi?’ Beliau menjawa ,“’Tidak .’ Saudah bertanya lagi,“’Lalu bau
apa yang aku dapatkan dari Anda in?’ Beliau menjawa ,“’Hafshah telah memberiku
minuman mad .’ Saudah berkata,“’Lebah itu telah memakan ‘urfuth (sejenis pohon
dengan buah yang berbau tidak seda ).’ Aisyah berkata, ‘Ketika beliau berkunjung
kepadaku, aku pun berkata seperti itu, dan ketika beliau berkunjung ke rumah
Shafiyah, dia pun berkata seperti itu. Setelah itu, ketika beliau mengunjungi
Hafshah, Hafshah pun berkata,“’Wahai Rasulullah, maukah Anda aku beri minuman
mad ?’ Beliau pun menjawa ,“’Aku aku tidak menginginkan lagi madu it ?’ Saudah
berkata,“’Subhaanallaah, kita telah mengharamkanny .’ Aisyah berkata kepadanya,
“Diamlah kamu.. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Farqad, juga diriwayatkan oleh
Muslim dari Suwaid bin Said. Keduanya bersumber dari Ali bin Mushir.
ImamiAl-Wahidi berkata, “Abu Abdurahman bin Abu Hamid mengabarkan

384
kepada kami.” Ia berkata, “Zaahir bin Ahmad mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Husain bindMuhammad bin Mush‘ib mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Yahya bin Hakim mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Dawud
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Amir bin Al-Jazaaz mengabarkan kepada
kami, dari Ibnu Abi Mulaika , ia berkat:, “Saudah binti Zam‘ah memiliki paman
di Yaman, dia==memberinya madu. Kemudian Rasulullah mendatanginya pada
hari yang tidak biasanya (bukan giliran Saudah) karena hendak mendapatkan
madu. Sementara Hafshah dan Aisyah mencari istri-istri Nabi yang lainnya, dan
berkata salah seorang darinya kepada yang lain, ‘Apakah kamu melihat peristiwa
ini? Sungguh beliau telah membiasakan ini, beliau mendatanginya bukan pada
hari gilirannya, hanya karena ingin mendapatkan madu. Maka jika beliau masuk
ke rumahmu, ambilah dengan hidungmu, jika beliau bertanya,“’Apa yang kamu
lakukan?’ Maka Katakanlah, ‘Aku mencium darimu bau yang tidak aku ketahui,
entah bau apakah itu.’ Akupun akan berbuat demikian jika beliau masuk
kerumahku. Kemudian Rasulullah masuk kerumahnya, lantas dia mengambilnya
dengan hidungnya, seketika itu Rasulullah bertanya,“Apa yang kamu lakukan” Ia
menjawa, ‘Aku mencium bau darimu, dan menurut dugaanku itu bau maghafiir.’
Biasanya Rasulullah suka memakai wewangian bila beliau memilikinya. Kemudian
ketika beliau masuk ke rumah istri yang lainnya, maka dia pun berkata kepadanya
seperti itu. Akhirnya beliau bersabda,“Sungguh, si Polan perempuan telah berkata
demikian kepadaku. Padahal, itu tiada lain hanyalah sesuatu yang aku dapatkan di
rumah Saudah. Demi Allah, selamanya aku tidak akan mencicipinya lagi’.’’
Ibnu Abi Mulaikah berkata, “Ibnu Abbas berkata, ‘Ayat ini turun berkenaan
dengan peristiwa tersebut, “Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa
yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu?”
Firman Allah Ta‘aala, “Jika kamu berdua bertobat kepada Allah …”)(QS At-Tahrim,
66: 4)
Imami Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Manshuri mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Al-Hasan Ad Daraqutni mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Hasan bin Ismail mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah
bin Syabib mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhammad bin
Abdul ‘Aziz menceritakan kepadaku.” Ia berkata, “Aku menemukan dalam kitab
ayahku, dari Az-Zuhri, dari Ubaidullah bin Abdullah, dari Ibnu Abba, ia berkata,
“Hafshah mendapati Rasulullah Saw. bersama ibunya Ibrahim pada hari (giliran)
Aisyah. Seketika itu dia berkata, ‘Aku akan memberitahukannya kepada Aisyah.

385
Maka Rasulullah bersabda,“’Dia=
=haram bagiku, jika aku mendekatinya.. Kemudian aku memberitahukan
kejadian itu kepada Aisyah. Ternyata, Allah memberitahukan hal itu kepada Rasul-
Nya, lalu beliau memberitahukan kepada Hafsah sebagian yang dikatakan olehnya.
Lantas dia (Hafshah) berkata,“’Siapa yang telah memberitahukan hal ini kepadam
?’ Nabi menjawab,“’Yang memberitahukan kepadaku adalah Allah Yang Maha
Mengetahui, Mahateliti .’ Setelah itu Rasulullah Saw. bersumpah ( untuk menjauhi)
istri-istrinya selama 1 bulan. Kemudian Allah Tabaaraka wata‘aala menurunkan
ayat, ‘Jika kamu berdua bertobat kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua
telah condong (untuk menerima kebenaran)’.”

Surah Al-Mulk

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Mulk, 67: 13

Firman Allah ‘Azza wajalla, “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyata-kanlah...”)


(QS Al-Mulk, 67: 13)
Ibnu Abbas berkata, “Ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang
musyrik, di mana mereka mencaci Rasulullah Saw. Lalu Jibril memberitahukan
kepadanya apa yang mereka katakan tentangnya dan cacian mereka kepadanya.
Maka sebagian orang Musyrik berkata kepada yang lainnya,“’Rahasiakanlah
perkataanmu, agar tidak terdengar oleh Tuhan Muhammad’.”

Surah Al-Qalam
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Qalam, 68: 4

Firman Allah ‘Azza wajalla, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi


pekerti yang luhur. (QS Al-Qalam, 68: 4)
ImamiAl-Wahidi berkata, “Abu Bakar Al-Haritsi mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abdullah bindMuhammad bin Hayyan mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ahmad bin Ja‘far bin Nashr Al-Hamaal mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Jarir bin Yahya mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Husain bin
‘Ulwaan Al-Kuufi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Hisyam bin Urwah
mengabarkan kepada kam., dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, “Tidak ada seorang

386
pun yang lebih baik akhlaknya dari pada Rasulullah Saw., setiap kali dipanggil oleh
salah seorang sahabatnya atau keluarganya, beliau senantiasa berkata,a’Labbaik”
(Aku penuhi panggilanmu).’ Karena itu Allah ‘Azza wajalla menurunkan ayat, ‘Dan
sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.’ firman Allah ‘Azza
wajalla, “Dan sungguh, orang-orang kafir itu hampir-hampir …”)(QS Al-Qalam, 68:
51)
Ayat tersebut turun ketika orang-orang kafir hendak mencelakakan Rasulullah
Saw. lalu mereka menimpakan kepadanya Ain (penyakit yang disebabkan oleh
sorotan mata yang dengki). Salah satu kaum Quraisy melihat kepadanya, lalu
berkata, “Kami tidak pernah melihat yang sepertinya, dan juga tidak ada yang
menyamai hujah-hujahnya.’ Dan Ain itu ada pada Bani Asad, sehingga apabila
unta dan sapi yang gemuk lewat kepada salah seorang dari mereka, maka dia
menimpakan nAin kepadanya, lalu dia berkata, ‘Wahai sahaya perempuan! Ambilah
keranjang dan dirham, kita akan diberi daging ini. Maka hewan itu tidak sembuh,
hingga ia jatuh dengan kematian, kemudian disembelih.”
Al-Kaabi berkata, “Seseorang tinggal pada suatu tempat, selama dua atau tiga
hari dia tidak makan. Kemudian ia mengangkat samping tendanya. Maka binatang
ternak lewat kepadanya, lalu dia berkata, ‘Tiada penggembalaan unta atau kambing
yang lebih bagus daripada hari ini.’ Setelah tidak lama ia pergi, maka ia bertemu
dengan suatu golongan, lalu orang-orang kafir memintanya agar menimpakan nAin
kepada Rasulullah, dan ia pun melakukannya. Kemudian Allah Ta‘aala melindungi
Nabi-Nya, dan menurunkan ayat ini.”

Surah Al-Haqqah
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Haqqah, 69: 12

Firman Allah ‘Azza wajalla, “dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau
mendengar.”)(QS Al-Haqqah, 69: 12)
ImamiAl-Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Taimi menceritakan kepada kami.”
Ia berkata, “Abdullah bindMuhammad bin Ja‘far mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Walid bin Abbaan mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Al-Abbas
Ad-Duuri mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Bisyr bin Adam mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Az-Zubair mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Aku mendengar Shalih bin Husyaim,. berkata, “Aku mendengar

387
Buraidah berkata, Rasulullah Saw. bersabda kepada Al, ‘Sesungguhnya Allah
memerintahkan aku supaya aku dekat kepadamu dan tidak menjauhimu, serta
supaya aku mengajarimu dan engkau pun mau memperhatikan nasihatku, karena
Allah mewajibkan kepadamu untuk memperhatikannya’.”

Surah Al-Ma‘arij
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Ma‘arij, 70: 1

Firman Allah Ta‘aala, “Seseorang bertanya tentang azab yang pasti terjadi.”)(QS
Al-Ma‘arij, 70: 1)
Ayat tersebut turun berkenaan An-Nadhr bin Al-Harits ketika dia berkata,
“Ya Allah, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami
dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih” (QS
Al-Anfal, 8: 32).” Dia mendoakan kejelekan atas dirinya, dan meminta ditimpakan
azab. Kemudian apa yang dia minta itu, menimpanya pada perang Badar, dan
ia terbunuh dengan sabar. Dan Allah menurunkan ayat berkenaan dengannya,
“Seseorang bertanya tentang azab yang pasti terjadi.”

QS Al-Ma‘arij, 70: 38-39

Firman Allah Ta‘aala, “Apakah setiap orang dari orang-orang kafir itu ingin
masuk surga yang penuh kenikmatan?, tidak mungkin! Sesungguhnya Kami
menciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.” (QS Al-Ma‘arij, 70: 38-39)=
Para ahli tafsir barkat , “Orang-orang musyrik berkumpul di sekitar Rasulullah
Saw., mereka mendengarkan ucapan beliau tetapi didak mengambil manfaat
darinya, bahkan mendustakannya serta memperolokannya, dan mereka berkata,
‘Jika mereka ini masuk surga, niscaya kami akan masuk surga sebelum mereka dan
kami pasti mendapatkan lebih banyak dari pada yang diberikan kepada mereka.
kemudian Allah menurunkan ayat ini.”

Surah Al-Muddassir
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Al-Ma‘arij, 70: 1

Imami Al-Wahidi berkata, “Abu Ishaq Ahmad bin Ibrahim Al-Muqri mengabarkan

388
kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Malik bin Al-Walid mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ayahku mengabarkan kepadaku.” Ia berkata, “Al-AuzaaiI mengabarkan
kepadaku.’ Ia berkata, “Yahya bin Abi katsir mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Aku mendengar Abu Salamah, dari Jabir. ia berkata, “Rasulullah bercerita kepada
kami, seraya bersabda , ‘Aku tinggal di gua Hira selama 1 bulan.’ Ketika=
=aku selesai melaksanakannya, aku pergi lalu masuk ke dalam dasar lembah,
lalu aku diseru. Aku lihat ke depan dan belakang, kanan dan kiriku tetapi tidak aku
lihat seorang pun. Kemudian aku diseru kembali, lalu angkan kepalaku, ternyata
dia (jibril) berada diatas ‘Arsy di udara. Seketika itu aku berkata,’Selimutilah aku,
selimutilah aku!’ Maka mereka menuangkan air kepadaku. Kemudian Allah ‘Azza
wajalla menurunkan ayat, “Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah,
lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu.”
(QS Al-Mudatsir, 74: 1-4) Diriwayatkan oleh Zuhair bin Harb, dari Al-Walid bin
Muslim, dari Al-Auza‘i.

QS Al-Mudatsir, 74: 11

Firman Allah ‘Azza wajalla, “Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang
Aku sendiri telah menciptakannya.”)(QS Al-Mudatsir, 74: 11)
ImamiAl-Wahidi berkata, “Abu Al-Qasim Al Hudzaami mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, Muhammad bin Abdullah bin Nu‘aim mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, dMuhammad bin Ali Ash-Shaghaani mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, Ishaq bin Ibrahim Al-Lazburi mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
Abdurrazaq mengabarkan kepada kami, dari Ma‘mar, dari Ayyub As-Sakhtiyaani,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Al-Walid bin Al-Mughirah datang
kepada Nabi Saw. lalu beliau membacakan Al-Qur’an kepadanya, dan seolah-olah
dia pun tertarik. Kejadian ini sampai kepada Abu Jahal, lalu ia berkata kepada Al-
Wali , ‘Wahai paman! Sesungguhnya kaummu akan mengumpulkan harta untuk
diberikan kepadamu dengan maksud agar engkau mendatangidMuhammad,
dan menghadapi kekuatannya.’ Al-Walid berkata, ‘Bukankah kaum Quraisy telah
mengetahui bahwa aku yang paling banyak harta di antara mereka.’ Abu Jahal
berkata kembal , ‘Ucapkanlah suatu perkataan yang menunjukkan bahwa engkau
mengingkari dan membencinya.’ Al-Walid berkata, ‘Apa yang harus aku katakan?
Demi Allah, tidak ada seorang pun di antara kamu yang lebih tinggi syairnya,
sajaknya ataupun kasidahnya dari pada aku. Demi Allah, tidak ada yang menyerupai
ucapannya sedikitpun. Demi Allah, benar-benar ucapannya itu manis, atasnya

389
berbuah dan bawahnya berbau harum, serta ucapannya itu sangat tinggi, tidak
ada yang melebihi ketinggiannya.’ Abu Jahal berkata, ‘Kaummu tidak akan senang
sebelum engkau mengatakan keingkaran dan kebencian kepadanya.’ Al-Walid
berkata, ‘Baiklah, biarlah aku pikirkan dahulu.’ Setelah itu dia (Al-Walid) pun berkata,
‘UcapandMuhammad itu ialah sihir yang berpengaruh, ia dapat mempengaruhi
yang lainnya. Kemudian beberapa ayat turun secara lengkap, ‘Biarkanlah Aku (yang
bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya’.”
Mujahid berkata, “Sesungguhnya Al-Walid bin Al-Mughirah mendatangi Nabi
Saw. dan Abu Bakar Ra., sehingga orang Quraisy mengira bahwa dia masuk Islam.
Abu Jahal berkata kepadany , ‘Sungguh orang Quraisy mengira bahwa engkau
mendatangi Muhammad dan Ibnu Abi Quhafah hendak mendapatkan makanan
dari keduanya.’ Lalu Al-Walid berkata kepada orang Qurais , ‘Kamu semua memiliki
kemuliaan dan akal, tetapi kamu mengira bahwa Muhammad itu gila, pernahkah
kamu melihat dia bertenung?’ Mereka menjawab,“’Tida .’ Lalu Al-Walid berkata,
‘Kamu menyangka dia seorang penyair, pernahkah kamu melihat dia berbicara
dengan syair?’ Mereka menjawab,==’Tidak.’ Al-Walid berkata, ‘Kemudian kamu
mengira dia pendusta, pernahkah kalian mengujinya dengan suatu kebohongan?’
Mereka menjawab,“’Tidak .’ Kemudian Orang Quraisy bertanya kepada Al-Walid,
’Lalu siapakah dia it ?’ Dia menjawab , ‘Tiada lain dia itu hanyalah seorang penyihir,
dan apa yang diucapkannya itu adalah sihir belaka.’ Itulah yang Allah firmankan,
‘Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetap-kannya),
sampai firman-Nya, ‘(Al-Qur’an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang
dahulu).) (QS Al Muddassir, 74: 18-24)Surah Al Qiyamah Firman Allah ‘Azza wajalla,
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang belulangnya?”)(QS Al Qiyamah, 75: 3)
Ayat tersebut turun berkenaan dengan Umar bin Rabi‘ah. Dia mendatangi Nabi
Saw. lantas berkata: “Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat; kapan terjadi,
dan bagaimana urusan dan keadaannya?’ Kemudian Nabi Saw. memberitahukan
perihal tersebut kepadanya. Setelah itu dia berkata, ‘Jika aku melihat hari itu, niscaya
aku tidak akan memercayaimu dan tidak juga beriman kepadanya. Apakah Allah
akan mengumpulkan kembali tulang belulang ini?’ Kemudian Allah menurunkan
ayat ini.

Surah Al-Insan
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Firman Allah Ta‘aala, “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada

390
orang miskin.” (QS Al-Insaan, 76: 8)
Atha berkata, “Dari Ibnu Abbas, ia berkat:, “Ali bin Abu Thalib menyewakan
dirinya secara bergiliran menyiram pohon kurma, dengan (mendapatkan) sesuatu
dari gandum pada suatu malam hingga shubuh, Ia menggenggam gandum dan
menggiling (membuat tepung) sepertiganya lalu mereka menjadikan gandum
tersebut sebagai suatu makanan agar mereka dapat memakannya. Makanan
itu disebut Al-khaziirah. Ketika makanan tersebut betul-betul matang, maka ia
mendatangi==orang miskin lalu mereka mengeluarkan makanan itu kepadanya,
kemudian gandum yang sepertiga kedua dia jadikan kembali sebagai makanan,
sehingga ketika betul-betul matang, ia mendatangi yatim, dan ia memintanya
lalu mereka memberikan makanan itu. Begitupun halnya gandum yang sepertiga
terakhir, ia buat menjadi makanan, sehingga ketika betul-betul matang, ia
mendatangi tawanan dari orang Musyrik, lalu memberinya makanan. Begitulah
mereka melewati hari-hari mereka. Kemudian Allah menurunkan ayat ini.”

Surah ‘Abasa
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

QS Abasa, 80: 1-2

Firman Allah Ta’ala, “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena
seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).”)(QS Abasa,
80: 1-2) =
=Dia itu Ibnu Umi Maktum. Hal itu karena ia datang menemui Nabi Saw.
pada saat beliau sedang berbincang-bincang dengan Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahal
bin Hisyam, Abbas bin Abdul Muththalib, Ubay, dan Umayah bin Khalaf. Beliau
mengajak mereka (kembali) kepada Allah serta mengharap keislaman mereka.
Berdirilah Ibnu Umi Maktum dan berkata, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku
apa yang diajarkan Allah kepadamu.” Ia memanggil beliau dan mengulang-ulang
panggilannya. Ia tidak mengetahuinya bahwa beliau sedang sibuk menghadapi
selain dirinya, hingga nampak pada raut muka Rasulullah Saw. ketidaksenangan
karena terpotong ucapannya. Di dalam dirinya beliau mengatakan, ‘Mereka orang-
orang yang gagah berani akan mengatakan, pengikutnya hanyalah orang yang
buta, rakyat jelata, dan hamba sahaya.’ Maka Rasulullah Saw. memasamkan muka
serta berpaling darinya (Umi Maktum). Beliau menghadap kepada kaum yang diajak
bicara olehnya. Kemudian Allah Ta’la menurunkan ayat ini. Setelah turunnya ayat
itu maka Rasulullah Saw. menghormatinya dan apabila beliau melihatnya, beliau

391
berkata, “Selamat datang orang yang menyebabkan aku dicela oleh Tuhanku.” =
= Imam Al-Wahidi berkata, “Muhamad bin Abdurrahman Al-Mashahafi
mengabarkan kepada kami.” Abu Najm dan Muhamad bin Ahmad bin Hamdan
mengabarkan kepada kami.” Abu Ya’la mengabarkan kepada kami.”Said bin Yahya
bin Said menceritakan kepada kami.” Bapakku menceritakan kepada kami.” ia
berkata, “Ini yang kami bacakan kepada Hisyam bin Urwah, dari Aisyah, ia berkata,
‘Diturunkan ayat (dia Muhamad berwajah masam dan berpaling) berkenaan dengan
Ibnu Umi Maktum yang buta. Ia mendatangi Nabi Saw. seraya mengatakan, ‘Wahai
Rasulullah berilah aku petunjuk.’ Dan pada saat itu di samping Rasulullah Saw.
terdapat beberapa orang pembesar-pembesar Quraisy. Nabi Saw. berpaling darinya
dan menghadap yang lain. Oleh karena itu diturunkanlah ayat ini, “Dia Muhamad
berwajah masam dan berpaling.”
Al-Hakim meriwayatkan hadis ini dalam kitab Shahiihnya dari Ali bin Isa Al-
Hayyiry, dari Al-‘Ataby dari Sa’ad binYahya.
Firman Allah Ta’la, “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan
yang menyibukkannya.” (QS ‘Abasa, 80: 37)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Said bin Abu Amr mengabarkan kepada
kami.” Al-Hasan bin Ahmad As-Syaibani mengabarkan kepada kami.” Abdullah
bin Muhamad bin Muslim menceritakan kepada kami.” Abu Ja’far Muhamad bin
Ahmad bin Sinan menceritakan kepada kami.” Ibrahim bin Harasah menceritakan
kepada kami.” ‘Aidz bin Syuraih Al-Kindi menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Aku mendengar Anas bin Malik mengatakan, ‘Aisyah pernah bertanya kepada Nabi
Saw. ‘Apakah kami akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang?’ Beliau menjawab,
’Benar.’ Kata Aisyah, ‘Alangkah malunya.’ Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.”

Surat At-Takwir
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

QS At-Takwir, 81: 29

Firman Allah Ta’ala, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS At-Takwir, 81: 29)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhamad bin Ibrahim At-Tsa’labi
mengabarkan kepada kami.” Abu Bakar bin Abdus mengabarkan kepada kami.”
Abu Khamid bin Bilal mengabarkan kepada kami.” Ahmad bin Yusuf As-Sulami

392
menceritakan kepada kami.” Abu Mushir menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
‘Said bin Abdul Aziz menceritakan kepada kami, dari Salman bin Musa, ia
mengatakan, “Tatkala Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat, “(yaitu) bagi siapa di
antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus.’, dia berkata, “Itu
bagi kami, jika kami menghendaki, kami akan menempuh jalan yang lurus, dan jika
kami tidak menghendaki, kami tidak akan berada dalam jalan yang lurus.” Maka
Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh
alam.”

Surat Al-Muthaffifin
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

QS Al-Muthaffifin, 83: 1

Firman Allah Ta’ala, “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan
menimbang)!” (QS Al-Muthaffifin, 83: 1)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Al-Hasan bin Muhamad bin Al-Husain
An-Naqib mengabarkan kepada kami,” Ia berkata, “Kakekku Muhamad bin Al-
Husain mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhamad bin Al-
Hasan Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Abdurrahman bin Bisyr menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Al-Husain bin Waqid menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Bapakku menceritakan kepadaku.”Ia berkata, “Yazid An-Nahwi
menceritakan kepada kami, bahwa Ikrimah menceritakan kepadanya, dari Ibnu
Abbas, ia berkata, “Tatkala Nabi Saw. datang ke Madinah, orang-orang Madinah
termasuk orang-orang yang paling buruk (curang) dalam takaran. Lalu Allah Ta’ala
menurunkan ayat, “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar
dan menimbang)!” Maka setelah itu mereka pun memperbaiki takaran== Al-
Qurthubi berkata,”Orang-orang Madinah itu pedagang yang biasa mengurangi
timbangan, jual beli mereka semacam perjudian: Munaabadzah, Mulaamasah, dan
Mukhaatharah. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini. Kemudian Rasulullah Saw.
keluar menuju pasar dan beliau membacakannya.”
As-Suddi berkata, “Rasulullah Saw. sampai di Madinah, di situ ada seseorang
yang dikenal dengan sebutan Abu Juhainah, ia mempunyai dua takaran. Ia menakar
(untuk orang lain) dengan salah satu takarannya dan ditakar (untuk dirinya) dengan
takaran yang lainnya. Lalu Allah menurunkann ayat ini. “

Surat At-Thariq

393
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

QS At-Thariq, 86: 1-3

Firman Allah Ta’ala, “Demi langit dan yang datang pada malam hari. Dan tahukah
kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Yaitu) bintang yang bersinar
tajam.” (QS At-Thariq, 86: 1-3)
Ayat ini diturunkan bekenaan dengan AbuThalib. Hal itu karena ia datang
kepada Nabi Saw. membawa roti dan susu. Ketika keduanya sedang duduk,
berjalanlah bintang dengan cepat. (cahayanya) menerangi seterang cahaya api.
Abu Thalib terkejut dan mengatakan, ‘Apa ini? Beliau bersabda, ‘Ini bintang yang
dilemparkan, dia itu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Lalu Abu Thalibpun
merasa kagum dan Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.

Surat Al-Lail
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

QS Al-Lail, 92: 1-4

Firman Allah Ta’ala, “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang
apabila terang benderang, demi penciptaan laki-laki dan perempuan, sungguh,
usahamu memang beraneka macam.” (QS Al-Lail, 92: 1-4)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ma’mar bin Ismail Al-Ismaili menceritakan
kepada kami dengan cara imla di Jarjan tahun 431.”Abu Al-Hasan Ali bin Umar
Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Ali bin Al-Hasan bin Harun mengabarkan
kepada kami.” Al-Abbas bin Abdullah At-Tarqafi mengabarkan kepada kami.” Hafs
bin Umar mengabarkan kepada kami.” Al-Hakam bin Aban mengabarkan kepada
kami==dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, “Seorang laki-laki memiliki pohon kurma,
tangkai-tangkainya menjulur pada sebuah rumah seorang yang fakir yang banyak
anak (tanggungan). Apabila si laki-laki itu datang dan masuk rumah ia memetik
buah kurma itu dari rumah (si faqir) itu, terkadang bila buah kurma itu jatuh dan
dipungut oleh anak-anak yang faqir itu, ia segera turun untuk merampasnya dari
mulut-mulut mereka. Dan apabila ia mendapatinya pada mulut salah seorang di
antara mereka (anak-anak yang faqir) ia masukan jarinya ke mulut si anak itu hingga
kurma itu keluar. Maka orang yang faqir itu mengadu kepada Nabi Saw. dari si
pemilik pohon kurma itu. Maka berkatalah Nabi Saw. kepadanya, “Pergilah.” Dan
beliau pun segera menemui si pemilik pohon kurma itu dan berkata, ‘Berikanlah

394
kepadaku pohon kurma yang tangkai-tangkainya menjulur ke rumah si Anu, dan
bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga.” Berkata si pemilik kurma itu
kepadanya, ‘Sesungguhnya aku memiliki pohon kurma yang sangat banyak, dan
tidak ada yang buahnya paling mengagumkanku selain pohon itu.” Si pemiliki
pohon kurma itu pergi lalu bertemu dengan seseorang yang dia itu Ibnu Dahdah.
Ia mendengar ucapan dari Nabi Saw. ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, Apakah
engkau akan memberikan pohon kurma di surga kepadaku sebagaimana yang
engkau berikan kepada si pemilik pohon kurma itu jika aku mengambilnya? Beliau
menjawab, ‘Ya.’ Kemudian ia pun pergi menemui si pemilik pohon kurma itu dan
menawarnya. Ia berkata kepadanya, ‘Apakah engkau tahu bahwa Muhamad Saw.
menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti dari pohon kurma yang menjulur
ke rumah si faqir itu. Aku katakan, ‘Buahnya sangat mengagumkanku? Lalu ia pun
mengatakan yang lainnya, ‘Apakah engkau bermaksud menjualnya? Si pemilik
pohon itu berkata, ‘Tidak, kecuali ada yang sanggup memenuhi keinginanku, akan
tetapi pasti tidak akan ada orang yang sanggup.” Ia mengatakan, ‘Berapa yang
kamu inginkan? Jawab si pemiliki pohon itu, ‘Empat puluh pohon kurma.” Kata
dia kepadanya, ‘Sungguh engkau meminta yang bukan-bukan, engkau inginkan
dari pohon kurmamu itu empat puluh pohon sebagai penggantinya. Kemudian
ia pun terdiam, lalu berkata kepadanya, ‘Aku akan memberimu empat puluh
pohon kurma, dan aku minta saksi bila engkau benar-benar mau menukarnya.”
Lewatlah orang-orang, lalu ia memanggil mereka untuk menjadi saksi baginya
(penukaran) empat puluh pohon kurma itu. Kemudian ia pun menghadap kepada
Rasulullah Saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya pohon kurma itu
sudah menjadi miliku dan aku serahkan kepadamu.’ Lalu Rasulullah Saw. pun pergi
kepada si pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda, ‘Sesungguhnya pohon kurma
itu bagimu dan bagi anak-anakmu.” Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan
ayat “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang apabila terang
benderang, demi penciptaan laki-laki dan perempuan, sungguh, usahamu memang
beraneka macam.”Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Al-Harits mengabarkan
kepada kami.” Abu Syekh Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Al-Walid bin Aban
mengabarkan kepada kami.” Muhamad bin Idris mengabarkan kepada kami.”
Manshur bin Muzahim mengabarkan kepada kami.= Umayah bin Khalaf bin Bardah
dengan sepuluh Uqiah. Lalu ia membebaskannya. Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala
menurunkan ayat, “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)” sampai dengan
“Sungguh, usahamu memang beraneka macam.” Usaha Abu Bakar dan Umayah
bin Khalaf.

395
QS Al-Lail, 92: 5-6

Firman Allah Ta’ala, “Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga).” (QS Al-Lail,
92: 5-6)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhamad bin Ibrahim mengabarkan
kepada kami, Muhamad bin Jafar Al-Haitsami Al-Anbari mengabarkan kepada kami,
Ja’far bin Muhamad bin Syakir mengabarkan kepada kami, Qabishah mengabarkan
kepada kami, Sufyan At-Tsauri mengabarkan kepada kami, dari Manshur dan Al-
Amasy, dari Sa’d bin Ubaid, dari Abu Abdurrahman As-Sulami, dari Ali, ia berkata,
“Rasulullah Saw. bersabda, ‘”Tidak ada seorang pun dari kalian kecuali tempat
duduknya dari surga atau dari neraka telah ditulis.” Para sahabat pun bertanya,
“Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita sebaiknya hanya bertawakkal saja?” beliau
menjawab: “Beramallah kalian, sebab setiap orang akan dimudahkan.” Kemudian
beliau membacakan ayat, “Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan
Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga).”Al-
Bukhari meriwayatkannya melalui rawi Abu Nuaim, dari Al-A’masy. Sedang Muslim
meriwayatkannya dari Abu Zuhair bin Harb, dari Jarir, dari Manshur.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan mengabarkan kepada
kami, Ahmad bin Ja’far bin Malik mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, Ahmad bin Ayub mengabarkan
kepada kami, Ibrahim bin Sa’d mengabarkan kepada kami, dari Muhamad bin Ishaq,
dari Muhamad bin Abdullah, dari Ibnu Abu Atiq, dari Amir bin Abdullah, dari sebagian
keluarganya: Abu Quhafah berkata kepada anaknya Abu Bakar, ‘Wahai anakku, aku
melihatmu memerdekakan hamba sahaya yang lemah-lemah, seandainya kamu
melakukan sebagaimana yang aku lakukan, memerdekakan hamba-hamba yang
kuat-kuat, pastilah mereka bisa membelamu dan mempertahankanmu.” Kata Abu
Bakar, ‘Wahai ayahku, Tidak ada yang aku inginkan selain yang aku harapkan.”
Ia berkata, ‘Maka diceritakanlah: ayat-ayat yang diturunkan berkenaan dengan
mereka sampai kepada apa yang dikatan oleh bapaknya: { Maka barang siapa
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya
pahala) yang terbaik (surga),} sampai akhir surat.
Dan diterangkan oleh orang yang mendengar Ibnu Az-Zubair, pada saat ia
berada di atas mimbar, ia mengatakan, ‘Abu Bakar membeli beberapa hamba
sahaya yang lemah-lemah kemudian ia memerdekakannya.’ Berkatalah bapaknya =

396
= “Wahai anakku, seandainya engkau membeli orang yang dapat mem-
pertahankanmu?” Abu Bakar menjawab, ‘Yang akan mempertahankanku ialah
yang aku inginkan.” Maka turunlah ayat, “Dan akan dijauhkan darinya (neraka)
orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk
membersihkan (dirinya)” sampai akhir surat.
Atha mengatakan dari Ibnu Abbas, “Bahwasanya Bila tatkala ia masuk Islam
pergi menuju berhala, lalu ia pun mengotorinya. Ia seorang hamba sahaya milik
Abdullah bin Jad’an. Orang-orang musyrik mengadukan apa yang dilakukan
oleh bilal kepadanya. Kemudian ia pun memberikan hadiah kepada mereka
seratus unta yang disembelih untuk berhala mereka. Lalu mereka membawanya
(Bilal) dan menyiksanya di saat teriknya matahari. Dalam keadaan seperti itu Bilal
mengucapkan, ‘Ahad, Ahad.” (Yang Maha Esa). Maka lewatlah Rasulullah Saw.
di hadapannya seraya mengatakan, ‘Mudah-mudahan (ucapan) Ahad, Ahad itu
memberikan pertolongan kepadamu.” Kemudian Rasulullah Saw. mengabarkan
kepada Abu Bakar bahwa Bilal disiksa di jalan Allah. Kemudian Abu Bakar membawa
beberapa keping emas dan membelinya. Berkatalah orang-orang musyrik, ‘Tidaklah
Abu Bakar melakukan hal itu kecuali karena apa yang pada Bilal saja.” Lalu Allah
Ta’ala menurunkan ayat, “Dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat
padanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena
mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.”

Surat Ad-Duha
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi mengabarkan kepada
kami, Abu Al-Hasan Ahmad bin Al-Hasan As-Siraj mengabarkan kepada kami,
Al-Hasan bin Mutsana bin Muadz mengabarkan kepada kami, Abu Khuzaifah
mengabarkan kepada kami, Sufyan At-Tsauri mengabarkan kepada kami, dari Al-
Aswad bin Qaisy, dari Jundab, ia berkata, ‘Seorang wanita dari Quraisy berkata
kepada Nabi Saw, “Tidaklah aku melihat setanmu (yang dimaksud setan oleh wanita
itu adalah Jibril) kecuali sudah meninggalkanmu.” Maka turunlah ayat,“Demi waktu
duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,”
== Al-Bukhari meriwayatkannya dari Ahmad bin Yunus, dari Zuhair, dari Al-Aswad.
Sedang Muslim meriwayatkannya dari Muhamad bin Rafi, dari Yahya bin Adam,
dari Zuhair.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Hamid Ahmad bin Al-Hasan Al-Katib

397
mengabarkan kepada kami, Muhamad bin Ahmad bin Syaddan mengabarkan
kepada kami, Abdurrahman bin Abu Hatim mengabarkan kepada kami, Abu Sa’id
Al-Asyja mengabarkan kepada kami, Abu Muawiah mengabarkan kepada kami, dari
Hisyam bin Urwah, dari bapaknya, ia berkata, “Jibril A.s. menangguhkan (datang)
kepada Nabi Saw. maka beliau sangat berputus asa. Berkata Khadijah, “Sungguh
Tuhanmu membencimu karena melihat keputus asaanmu.” Maka Allah Ta’ala
menurunkan ayat, “Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi
malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan
tidak (pula) membencimu.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman bin Abu Hamid mengabarkan
kepada kami, Abu Bakar Muhamad bin Abdullah bin Zakaria mengabarkan kepada
kami, Muhamad bin Abdurrahman Ad-Daghwali mengabarkan kepada kami,
Abu Abdurrahman Muhamad bin Yusus mengabarkan kepada kami, Abu Nuaim
mengabarkan kepada kami, Hafsh bin Sa’id Al-Qurasy mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Ibuku menceritakan kepadaku, dari Ibunya Khaulah, ia seorang
pembantu Rasulullah Saw.: Seekor anak anjing masuk rumah dan tinggal dibawah
ranjang hingga mati. Nabi Saw. berdiam diri selama beberapa karena tidak turun
wahyu kepadanya. Lalu beliau bersabda, “Hai Khaulah, apa yang terjadi dengan
rumahku ini? Jibril A.s. tidak mendatangiku.” Khaulah berkata, ‘Seandainya aku
membersihkan rumah dan menyapunya, maka aku membersihkan bawah dengan
sapu tiba-tiba (tersapu) seuatu yang sangat berat. Aku terus-menerus menyapunya
hingga aku mengeluarkannya, ternyata seekor anak anjing yang sudah mati. Lalu
aku mengambilnya serta membuangnya ke belakang dinding. Datanglah Nabi Saw.
dalam keadaan bergoyang janggutnya. Dan keadaan Nabi, apabila wahyu turun
kepadanya beliau gemetar kedinginan. Beliau bersabda, ‘Hai Khaulah, selimutilah
aku.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Demi waktu duha (ketika matahari naik
sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan
engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.”Firman Allah Ta’ala, “Dan
sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.” (QS
Adh-Dhuha, 93: 4)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Abu Al-Hasan Al-Mustabini
mengabarkan kepada kami, Muhamad bin Abdullah bin Muhamad Ad-Dlabi
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Amr Ahmad bin Muhamad bin Ishaq
menceritakan kepada kami, Muhamad bin Al-Hasan Al-Asqalani mengabarkan
kepada kami, ‘Asham bin Dawud mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Bapakku
menceritakan kepadaku; Al-Auzai’ mengabarkan kepada kami, dari == Ismail

398
bin Abdullah, ia berkata, ”Ali bin Abdullah bin Abbas menceritakan kepada kami;
dari bapaknya, ia berkata, ‘Diperlihatkan kepada Rasulullah Saw. kemenangan-
kemenangan yang akan diraih oleh umatnya setelah beliau meninggal. Maka beliau
merasa gembira.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat, “dan sungguh, yang
kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan, Dan sungguh, kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi
puas.” Ia mengatakan, “Diberikan kepadanya seribu istana dari mutiara di surga,
tanahnya harum minyak kasturi, dan pada setiap istana itu (tersedia) apa yang
diinginkannya.”
Firman Allah Ta’ala, “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungi(mu).” (QS Adh-Dhuha, 93: 6) == Imam Al-Wahidi berkata, “Al-
Fadl bin Ahmad bin Muhamad bin Ibrahim As-Shufi mengabarkan kepada kami,
Zahir bin Ahmad mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Muhamad bin Ziad An-
Naisaburi mengabarkan kepada kami, Yahya bin Muhamad bin Yahya mengabarkan
kepada kami, Abdullah bin Abdullah Al-Hajabi mengabarkan kepada kami, Hamad
bin Zaid mengabarkan kepada kami, dari Atha bin As-Saib, dari Sa’id bin Jubair, dari
Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sungguh aku meminta kepada
Tuhanku satu permintaan dan aku menginginkan bahwa aku tidak memintanya.
Kataku, ‘Hai Tuhanku, sungguh para nabi sebelumku, di antara mereka ada yang
ditundukkan kepadanya angin – dan beliau menerangkan Sulaiman dan Dawud – di
antara mereka ada yang menghidupkan orang mati - dan beliau menerangkan Isa
bin Maryam A.s. – beliau bersabda, ‘Allah berfirman, ”Bukankah Aku mendapatimu
sebagai seorang yatim, lalu Aku melindungi(mu)”. Kataku, “Benar.” Allah berfirman,
“Dan Aku mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Aku memberikan
petunjuk kepadamu?” Kataku, “Benar, wahai Tuhanku.” Allah berfirman, “Dan Aku
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Aku memberikan kecukupan
kepadamu? Kataku, “Benar wahai Tuhanku.” Allah berfirman, “Bukankah Aku telah
melapangkan dadamu (Muhammad), dan Aku pun telah menurunkan bebanmu
darimu?” Kataku, “Benar wahai Tuhanku.”

Surat Iqra
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Kami telah terangkan tentang turunnya surat ini di permulaan kitab ini.

Firman Allah Ta’ala Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk

399
menolongnya), Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah (penyiksa orang-
orang yang berdosa) , sampai akhir-akhir ayat. (QS Al-‘Alaq, 96: 16-17 Diturunkan
berkenaan dengan Abu Jahal.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi mengabarkan kepada
kami, Abu Abdullah Muhamad bin Yazid Al-Khauzi mengabarkan kepada kami,
Ibrahim bin Muhamad bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Abu Sa’id Al-
Asyja mengabarkan kepada kami, Abu Khalid Abdul Aziz bin Hind mengabarkan
kepada kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Nabi Saw. salat, datanglah Abu Jahal
kepadanya seraya mengatakan, ‘Bukankah aku telah melarangmu dari melakukan
ini? Maka Nabi Saw. menoleh kepadanya sambil membentaknya. Berkata Abi
Jahal, ‘Demi Allah, sesungguhnya engkau pasti tahu bahwa di sini tidak ada yang
lebih banyak dipanggil daripadaku. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Maka
biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), Kelak Kami akan
memanggil Malaikat Zabaniyah (penyiksa orang-orang yang berdosa),}. Ibnu
Abbas mengatakan, ‘Seandainya ia memanggil golongannya, pastilah Zabaniyah
Allah Tabaraka wa Ta’ala akan menyiksanya.”

Surat Al-Qadar
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Taimi mengabarkan kepada kami,
Abdullah bin Habab mengabarkan kepada kami, Abu Yahya Ar-Razi mengabarkan
kepada kami, Ismail Al-Askari mengabarkan kepada kami, Yahya bin Abu Zaidah =
= mengabarkan kepada kami, dari Muslim, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid,
ia berkata, “Nabi Saw. menerangkan seseorang dari Bani Israil yang berjuang di
jalan Allah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus-menerus. Kaum
muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat,
“ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik
daripada seribu bulan.} beliau bersabda, ‘Lebih baik daripada (amal) orang yang
menggunakan senjata tersebut selama seribu bulan.

Surat Iza zulzilah


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi dan Muhamad bin Ibrahim
Al-Muzaki mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Amr bin Muthr mengabarkan
kepada kami, Ibrahim bin Ali Ad-Duhli, mengabarkan kepada kami, == Yahya bin

400
Yahya mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Wahab mengabarkan kepada kami,
dari Husain bin Abdullah, dari Abu Abdurrahman Al-Jubaili, dari Abdullah bin Umar,
ia berkata, “Diturunkan ayat, ‘Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang
dahsyat,’pada saat Abu bakar As-Shiddiq sedang duduk. Lalu Abu Bakar menangis.
Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, ‘Apa yang membuatmu menangis wahai
Abu Bakar? Ia berkata, ‘Surat ini yang membuatku nangis.’ Maka Rasulullah Saw.
bersabda, ‘Seandainya kamu tidak melakukan kesalahan dan tidak berbuat dosa,
pastilah Allah akan menciptakan umat setelah kamu, mereka melakukan kesalahan
dan berbuat dosa lalu diberikan ampunan bagi mereka.”

Firman Allah Ta’ala, “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan
seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”(QS Al-Zalzalah, 99: 7-8)
Maqatil Berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua orang laki-laki.
Datang yang meminta kepada salah seorang dari keduanya, lalu ia memberikan
kepadanya kurma, Al-Kisrah, dan jakun dengan jumlah yang sedikit sambil
mengatakan, ‘Ini bukan apa-apa,=
= hanyalah kami diberi upah sebagaimana yang kami berikan dan kami
menginginkannya.” Sedangkan yang lainnya, memandang rendah terhadap dosa
yang kecil: kebohongan, gunjingan, dan penangguhan. Ia mengatakan, ‘Tidak ada
padaku sedikitpun (yang diberikan), hanyalah akan menjanjikan neraka atas orang
yang melakukan dosa-dosa besar.” Maka Allah Azza wa Jalla menurunkan sebagai
dorongan bagi mereka dalam kebaikan walaupun hanya sedikit, karena sesungguh
hampir untu ditambahkan, dan sebagai ancaman bagi mereka yang memandang
rendah akan dosa kecil, karena hampir saja ditambahkan: “Maka barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya}
sampai (ayat) terakhir.”

Surat Al-‘Adiyat
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Muqatil berkata, “Rasulullah Saw. mengutus pasukan kepada Hayin dari
Kinanah, beliau mengangkat Al-Mundzir bin Amr Al-Anshari sebagi pemimpin
mereka. Berita (tentang) mereka terlambat. Berkata orang-orang munafiq, ‘Mereka
terbunuh seluruhnya.” Maka Allah menurunkan ayat, “Demi kuda perang yang

401
berlari kencang terengah-engah.” Yaitu pasukan berkuda.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdul Ghafir bin Muhamad Al-Farisi mengabarkan
kepada kami, Ahmad bin Muhamad Al-Buti mengabarkan kepada kami, Muhamad
bin Maki mengabarkan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim mengabarkan kepada
kami, Ahmad bin Abdah mengabarkan kepada kami, Hafsh bin Jami’ mengabarkan
kepada kami, Simak mengabarkan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
bahwasanya Rasulullah Saw. =
= Imam Al-Wahidi berkata, “Muhamad bin Abdurrahman Al-Mashahafi
mengabarkan kepada kami.” Abu Najm dan Muhamad bin Ahmad bin Hamdan
mengabarkan kepada kami.” Abu Ya’la mengabarkan kepada kami.”Said bin Yahya
bin Said menceritakan kepada kami.” Bapakku menceritakan kepada kami.” ia
berkata, “Ini yang kami bacakan kepada Hisyam bin Urwah, dari Aisyah, ia berkata,
‘Diturunkan ayat (dia Muhamad berwajah masam dan berpaling) berkenaan dengan
Ibnu Umi Maktum yang buta. Ia mendatangi Nabi Saw. seraya mengatakan, ‘Wahai
Rasulullah berilah aku petunjuk.’ Dan pada saat itu di samping Rasulullah Saw.
terdapat beberapa orang pembesar-pembesar Quraisy. Nabi Saw. berpaling darinya
dan menghadap yang lain. Oleh karena itu diturunkanlah ayat ini, “Dia Muhamad
berwajah masam dan berpaling.”
Al-Hakim meriwayatkan hadis ini dalam kitab Shahiihnya dari Ali bin Isa Al-
Hayyiry, dari Al-‘Ataby dari Sa’ad binYahya.

QS Abasa, 80: 37

Firman Allah Ta’la, “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
menyibukkannya.” (QS ‘Abasa, 80: 37)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Said bin Abu Amr mengabarkan kepada
kami.” Al-Hasan bin Ahmad As-Syaibani mengabarkan kepada kami.” Abdullah
bin Muhamad bin Muslim menceritakan kepada kami.” Abu Ja’far Muhamad bin
Ahmad bin Sinan menceritakan kepada kami.” Ibrahim bin Harasah menceritakan
kepada kami.” ‘Aidz bin Syuraih Al-Kindi menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
“Aku mendengar Anas bin Malik mengatakan, ‘Aisyah pernah bertanya kepada Nabi
Saw. ‘Apakah kami akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang?’ Beliau menjawab,
’Benar.’ Kata Aisyah, ‘Alangkah malunya.’ Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat,
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.”

Surat At-Takwir

402
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

QS At-Takwir, 81: 29

Firman Allah Ta’ala, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu)
kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS At-Takwir, 81: 29)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ahmad bin Muhamad bin Ibrahim At-Tsa’labi
mengabarkan kepada kami.” Abu Bakar bin Abdus mengabarkan kepada kami.”
Abu Khamid bin Bilal mengabarkan kepada kami.” Ahmad bin Yusuf As-Sulami
menceritakan kepada kami.” Abu Mushir menceritakan kepada kami.” Ia berkata,
‘Said bin Abdul Aziz menceritakan kepada kami, dari Salman bin Musa, ia
mengatakan, “Tatkala Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat, “(yaitu) bagi siapa di
antara kamu yang menghendaki menempuh jalan yang lurus.’, dia berkata, “Itu
bagi kami, jika kami menghendaki, kami akan menempuh jalan yang lurus, dan jika
kami tidak menghendaki, kami tidak akan berada dalam jalan yang lurus.” Maka
Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh
alam.”

Surat Al-Muthaffifin
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

QS Al-Muthaffifin, 83: 1

Firman Allah Ta’ala, “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan
menimbang)!” (QS Al-Muthaffifin, 83: 1)
Imam Al-Wahidi berkata, “Ismail bin Al-Hasan bin Muhamad bin Al-Husain
An-Naqib mengabarkan kepada kami,” Ia berkata, “Kakekku Muhamad bin Al-
Husain mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin Muhamad bin Al-
Hasan Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Abdurrahman bin Bisyr menceritakan
kepada kami.” Ia berkata, “Ali bin Al-Husain bin Waqid menceritakan kepada
kami.” Ia berkata, “Bapakku menceritakan kepadaku.”Ia berkata, “Yazid An-Nahwi
menceritakan kepada kami, bahwa Ikrimah menceritakan kepadanya, dari Ibnu
Abbas, ia berkata, “Tatkala Nabi Saw. datang ke Madinah, orang-orang Madinah
termasuk orang-orang yang paling buruk (curang) dalam takaran. Lalu Allah Ta’ala
menurunkan ayat, “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar
dan menimbang)!” Maka setelah itu mereka pun memperbaiki takaran== Al-
Qurthubi berkata,”Orang-orang Madinah itu pedagang yang biasa mengurangi

403
timbangan, jual beli mereka semacam perjudian: Munaabadzah, Mulaamasah, dan
Mukhaatharah. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini. Kemudian Rasulullah Saw.
keluar menuju pasar dan beliau membacakannya.”
As-Suddi berkata, “Rasulullah Saw. sampai di Madinah, di situ ada seseorang
yang dikenal dengan sebutan Abu Juhainah, ia mempunyai dua takaran. Ia menakar
(untuk orang lain) dengan salah satu takarannya dan ditakar (untuk dirinya) dengan
takaran yang lainnya. Lalu Allah menurunkann ayat ini. “

Surat At-Thariq
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

QS At-Thariq, 86: 1-3

Firman Allah Ta’ala, “Demi langit dan yang datang pada malam hari. Dan
tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Yaitu) bintang yang
bersinar tajam.” (QS At-Thariq, 86: 1-3)
Ayat ini diturunkan bekenaan dengan AbuThalib. Hal itu karena ia datang
kepada Nabi Saw. membawa roti dan susu. Ketika keduanya sedang duduk,
berjalanlah bintang dengan cepat. (cahayanya) menerangi seterang cahaya api.
Abu Thalib terkejut dan mengatakan, ‘Apa ini? Beliau bersabda, ‘Ini bintang yang
dilemparkan, dia itu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Lalu Abu Thalibpun
merasa kagum dan Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.

Surat Al-Lail
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

QS Al-Lail, 92: 1-4

Firman Allah Ta’ala, “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang
apabila terang benderang, demi penciptaan laki-laki dan perempuan, sungguh,
usahamu memang beraneka macam.” (QS Al-Lail, 92: 1-4)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ma’mar bin Ismail Al-Ismaili menceritakan
kepada kami dengan cara imla di Jarjan tahun 431.”Abu Al-Hasan Ali bin Umar
Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Ali bin Al-Hasan bin Harun mengabarkan
kepada kami.” Al-Abbas bin Abdullah At-Tarqafi mengabarkan kepada kami.” Hafs
bin Umar mengabarkan kepada kami.” Al-Hakam bin Aban mengabarkan kepada
kami==dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, “Seorang laki-laki memiliki pohon kurma,

404
tangkai-tangkainya menjulur pada sebuah rumah seorang yang fakir yang banyak
anak (tanggungan). Apabila si laki-laki itu datang dan masuk rumah ia memetik
buah kurma itu dari rumah (si faqir) itu, terkadang bila buah kurma itu jatuh dan
dipungut oleh anak-anak yang faqir itu, ia segera turun untuk merampasnya dari
mulut-mulut mereka. Dan apabila ia mendapatinya pada mulut salah seorang di
antara mereka (anak-anak yang faqir) ia masukan jarinya ke mulut si anak itu hingga
kurma itu keluar. Maka orang yang faqir itu mengadu kepada Nabi Saw. dari si
pemilik pohon kurma itu. Maka berkatalah Nabi Saw. kepadanya, “Pergilah.” Dan
beliau pun segera menemui si pemilik pohon kurma itu dan berkata, ‘Berikanlah
kepadaku pohon kurma yang tangkai-tangkainya menjulur ke rumah si Anu, dan
bagianmu sebagai gantinya pohon kurma di surga.” Berkata si pemilik kurma itu
kepadanya, ‘Sesungguhnya aku memiliki pohon kurma yang sangat banyak, dan
tidak ada yang buahnya paling mengagumkanku selain pohon itu.” Si pemiliki
pohon kurma itu pergi lalu bertemu dengan seseorang yang dia itu Ibnu Dahdah.
Ia mendengar ucapan dari Nabi Saw. ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, Apakah
engkau akan memberikan pohon kurma di surga kepadaku sebagaimana yang
engkau berikan kepada si pemilik pohon kurma itu jika aku mengambilnya? Beliau
menjawab, ‘Ya.’ Kemudian ia pun pergi menemui si pemilik pohon kurma itu dan
menawarnya. Ia berkata kepadanya, ‘Apakah engkau tahu bahwa Muhamad Saw.
menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti dari pohon kurma yang menjulur
ke rumah si faqir itu. Aku katakan, ‘Buahnya sangat mengagumkanku? Lalu ia pun
mengatakan yang lainnya, ‘Apakah engkau bermaksud menjualnya? Si pemilik
pohon itu berkata, ‘Tidak, kecuali ada yang sanggup memenuhi keinginanku, akan
tetapi pasti tidak akan ada orang yang sanggup.” Ia mengatakan, ‘Berapa yang
kamu inginkan? Jawab si pemiliki pohon itu, ‘Empat puluh pohon kurma.” Kata
dia kepadanya, ‘Sungguh engkau meminta yang bukan-bukan, engkau inginkan
dari pohon kurmamu itu empat puluh pohon sebagai penggantinya. Kemudian
ia pun terdiam, lalu berkata kepadanya, ‘Aku akan memberimu empat puluh
pohon kurma, dan aku minta saksi bila engkau benar-benar mau menukarnya.”
Lewatlah orang-orang, lalu ia memanggil mereka untuk menjadi saksi baginya
(penukaran) empat puluh pohon kurma itu. Kemudian ia pun menghadap kepada
Rasulullah Saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya pohon kurma itu
sudah menjadi miliku dan aku serahkan kepadamu.’ Lalu Rasulullah Saw. pun pergi
kepada si pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda, ‘Sesungguhnya pohon kurma
itu bagimu dan bagi anak-anakmu.” Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan
ayat “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), demi siang apabila terang

405
benderang, demi penciptaan laki-laki dan perempuan, sungguh, usahamu memang
beraneka macam.”Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Al-Harits mengabarkan
kepada kami.” Abu Syekh Al-Hafizh mengabarkan kepada kami.” Al-Walid bin Aban
mengabarkan kepada kami.” Muhamad bin Idris mengabarkan kepada kami.”
Manshur bin Muzahim mengabarkan kepada kami.= Umayah bin Khalaf bin Bardah
dengan sepuluh Uqiah. Lalu ia membebaskannya. Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala
menurunkan ayat, “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)” sampai dengan
“Sungguh, usahamu memang beraneka macam.” Usaha Abu Bakar dan Umayah
bin Khalaf.

QS Al-Lail, 92: 5-6

Firman Allah Ta’ala, “Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga).” (QS Al-Lail,
92: 5-6)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdullah Muhamad bin Ibrahim mengabarkan
kepada kami, Muhamad bin Jafar Al-Haitsami Al-Anbari mengabarkan kepada kami,
Ja’far bin Muhamad bin Syakir mengabarkan kepada kami, Qabishah mengabarkan
kepada kami, Sufyan At-Tsauri mengabarkan kepada kami, dari Manshur dan Al-
Amasy, dari Sa’d bin Ubaid, dari Abu Abdurrahman As-Sulami, dari Ali, ia berkata,
“Rasulullah Saw. bersabda, ‘”Tidak ada seorang pun dari kalian kecuali tempat
duduknya dari surga atau dari neraka telah ditulis.” Para sahabat pun bertanya,
“Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita sebaiknya hanya bertawakkal saja?” beliau
menjawab: “Beramallah kalian, sebab setiap orang akan dimudahkan.” Kemudian
beliau membacakan ayat, “Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan
Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga).”Al-
Bukhari meriwayatkannya melalui rawi Abu Nuaim, dari Al-A’masy. Sedang Muslim
meriwayatkannya dari Abu Zuhair bin Harb, dari Jarir, dari Manshur.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdurrahman bin Hamdan mengabarkan kepada
kami, Ahmad bin Ja’far bin Malik mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, Ahmad bin Ayub mengabarkan
kepada kami, Ibrahim bin Sa’d mengabarkan kepada kami, dari Muhamad bin Ishaq,
dari Muhamad bin Abdullah, dari Ibnu Abu Atiq, dari Amir bin Abdullah, dari sebagian
keluarganya: Abu Quhafah berkata kepada anaknya Abu Bakar, ‘Wahai anakku, aku
melihatmu memerdekakan hamba sahaya yang lemah-lemah, seandainya kamu
melakukan sebagaimana yang aku lakukan, memerdekakan hamba-hamba yang

406
kuat-kuat, pastilah mereka bisa membelamu dan mempertahankanmu.” Kata Abu
Bakar, ‘Wahai ayahku, Tidak ada yang aku inginkan selain yang aku harapkan.”
Ia berkata, ‘Maka diceritakanlah: ayat-ayat yang diturunkan berkenaan dengan
mereka sampai kepada apa yang dikatan oleh bapaknya: { Maka barang siapa
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan (adanya
pahala) yang terbaik (surga),} sampai akhir surat.
Dan diterangkan oleh orang yang mendengar Ibnu Az-Zubair, pada saat ia
berada di atas mimbar, ia mengatakan, ‘Abu Bakar membeli beberapa hamba
sahaya yang lemah-lemah kemudian ia memerdekakannya.’ Berkatalah bapaknya =
= “Wahai anakku, seandainya engkau membeli orang yang dapat mem-
pertahankanmu?” Abu Bakar menjawab, ‘Yang akan mempertahankanku ialah
yang aku inginkan.” Maka turunlah ayat, “Dan akan dijauhkan darinya (neraka)
orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk
membersihkan (dirinya)” sampai akhir surat.
Atha mengatakan dari Ibnu Abbas, “Bahwasanya Bila tatkala ia masuk Islam
pergi menuju berhala, lalu ia pun mengotorinya. Ia seorang hamba sahaya milik
Abdullah bin Jad’an. Orang-orang musyrik mengadukan apa yang dilakukan
oleh bilal kepadanya. Kemudian ia pun memberikan hadiah kepada mereka
seratus unta yang disembelih untuk berhala mereka. Lalu mereka membawanya
(Bilal) dan menyiksanya di saat teriknya matahari. Dalam keadaan seperti itu Bilal
mengucapkan, ‘Ahad, Ahad.” (Yang Maha Esa). Maka lewatlah Rasulullah Saw.
di hadapannya seraya mengatakan, ‘Mudah-mudahan (ucapan) Ahad, Ahad itu
memberikan pertolongan kepadamu.” Kemudian Rasulullah Saw. mengabarkan
kepada Abu Bakar bahwa Bilal disiksa di jalan Allah. Kemudian Abu Bakar membawa
beberapa keping emas dan membelinya. Berkatalah orang-orang musyrik, ‘Tidaklah
Abu Bakar melakukan hal itu kecuali karena apa yang pada Bilal saja.” Lalu Allah
Ta’ala menurunkan ayat, “Dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat
padanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena
mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.”

Surat Ad-Duha
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi mengabarkan kepada
kami, Abu Al-Hasan Ahmad bin Al-Hasan As-Siraj mengabarkan kepada kami,
Al-Hasan bin Mutsana bin Muadz mengabarkan kepada kami, Abu Khuzaifah
mengabarkan kepada kami, Sufyan At-Tsauri mengabarkan kepada kami, dari Al-

407
Aswad bin Qaisy, dari Jundab, ia berkata, ‘Seorang wanita dari Quraisy berkata
kepada Nabi Saw, “Tidaklah aku melihat setanmu (yang dimaksud setan oleh wanita
itu adalah Jibril) kecuali sudah meninggalkanmu.” Maka turunlah ayat,“Demi waktu
duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,”
== Al-Bukhari meriwayatkannya dari Ahmad bin Yunus, dari Zuhair, dari Al-Aswad.
Sedang Muslim meriwayatkannya dari Muhamad bin Rafi, dari Yahya bin Adam,
dari Zuhair.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Hamid Ahmad bin Al-Hasan Al-Katib
mengabarkan kepada kami, Muhamad bin Ahmad bin Syaddan mengabarkan
kepada kami, Abdurrahman bin Abu Hatim mengabarkan kepada kami, Abu Sa’id
Al-Asyja mengabarkan kepada kami, Abu Muawiah mengabarkan kepada kami, dari
Hisyam bin Urwah, dari bapaknya, ia berkata, “Jibril A.s. menangguhkan (datang)
kepada Nabi Saw. maka beliau sangat berputus asa. Berkata Khadijah, “Sungguh
Tuhanmu membencimu karena melihat keputus asaanmu.” Maka Allah Ta’ala
menurunkan ayat, “Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi
malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan
tidak (pula) membencimu.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Abdurrahman bin Abu Hamid mengabarkan
kepada kami, Abu Bakar Muhamad bin Abdullah bin Zakaria mengabarkan kepada
kami, Muhamad bin Abdurrahman Ad-Daghwali mengabarkan kepada kami,
Abu Abdurrahman Muhamad bin Yusus mengabarkan kepada kami, Abu Nuaim
mengabarkan kepada kami, Hafsh bin Sa’id Al-Qurasy mengabarkan kepada
kami, ia berkata, ‘Ibuku menceritakan kepadaku, dari Ibunya Khaulah, ia seorang
pembantu Rasulullah Saw.: Seekor anak anjing masuk rumah dan tinggal dibawah
ranjang hingga mati. Nabi Saw. berdiam diri selama beberapa karena tidak turun
wahyu kepadanya. Lalu beliau bersabda, “Hai Khaulah, apa yang terjadi dengan
rumahku ini? Jibril A.s. tidak mendatangiku.” Khaulah berkata, ‘Seandainya aku
membersihkan rumah dan menyapunya, maka aku membersihkan bawah dengan
sapu tiba-tiba (tersapu) seuatu yang sangat berat. Aku terus-menerus menyapunya
hingga aku mengeluarkannya, ternyata seekor anak anjing yang sudah mati. Lalu
aku mengambilnya serta membuangnya ke belakang dinding. Datanglah Nabi Saw.
dalam keadaan bergoyang janggutnya. Dan keadaan Nabi, apabila wahyu turun
kepadanya beliau gemetar kedinginan. Beliau bersabda, ‘Hai Khaulah, selimutilah
aku.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Demi waktu duha (ketika matahari naik

408
sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan
engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.”Firman Allah Ta’ala, “Dan
sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.” (QS
Adh-Dhuha, 93: 4)
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar bin Abu Al-Hasan Al-Mustabini
mengabarkan kepada kami, Muhamad bin Abdullah bin Muhamad Ad-Dlabi
mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Amr Ahmad bin Muhamad bin Ishaq
menceritakan kepada kami, Muhamad bin Al-Hasan Al-Asqalani mengabarkan
kepada kami, ‘Asham bin Dawud mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Bapakku
menceritakan kepadaku; Al-Auzai’ mengabarkan kepada kami, dari == Ismail
bin Abdullah, ia berkata, ”Ali bin Abdullah bin Abbas menceritakan kepada kami;
dari bapaknya, ia berkata, ‘Diperlihatkan kepada Rasulullah Saw. kemenangan-
kemenangan yang akan diraih oleh umatnya setelah beliau meninggal. Maka beliau
merasa gembira.” Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat, “dan sungguh, yang
kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan, Dan sungguh, kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi
puas.” Ia mengatakan, “Diberikan kepadanya seribu istana dari mutiara di surga,
tanahnya harum minyak kasturi, dan pada setiap istana itu (tersedia) apa yang
diinginkannya.”

QS Adh-Dhuha, 93: 6

Firman Allah Ta’ala, ÄBukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungi(mu)Å.” (QS Adh-Dhuha, 93: 6) =
= Imam Al-Wahidi berkata, “Al-Fadl bin Ahmad bin Muhamad bin Ibrahim
As-Shufi mengabarkan kepada kami, Zahir bin Ahmad mengabarkan kepada kami,
Abdullah bin Muhamad bin Ziad An-Naisaburi mengabarkan kepada kami, Yahya
bin Muhamad bin Yahya mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Abdullah Al-
Hajabi mengabarkan kepada kami, Hamad bin Zaid mengabarkan kepada kami,
dari Atha bin As-Saib, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah
Saw. bersabda, ‘Sungguh aku meminta kepada Tuhanku satu permintaan dan
aku menginginkan bahwa aku tidak memintanya. Kataku, ‘Hai Tuhanku, sungguh
para nabi sebelumku, di antara mereka ada yang ditundukkan kepadanya angin
– dan beliau menerangkan Sulaiman dan Dawud – di antara mereka ada yang
menghidupkan orang mati - dan beliau menerangkan Isa bin Maryam A.s. – beliau
bersabda, ‘Allah berfirman, ”Bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yatim,

409
lalu Aku melindungi(mu)”. Kataku, “Benar.” Allah berfirman, “Dan Aku mendapatimu
sebagai seorang yang bingung, lalu Aku memberikan petunjuk kepadamu?” Kataku,
“Benar, wahai Tuhanku.” Allah berfirman, “Dan Aku mendapatimu sebagai seorang
yang kekurangan, lalu Aku memberikan kecukupan kepadamu? Kataku, “Benar
wahai Tuhanku.” Allah berfirman, “Bukankah Aku telah melapangkan dadamu
(Muhammad), dan Aku pun telah menurunkan bebanmu darimu?” Kataku, “Benar
wahai Tuhanku.”

Surat Iqra
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Kami telah terangkan tentang turunnya surat ini di permulaan kitab ini.

QS Al-‘Alaq, 96: 16-17

Firman Allah Ta’ala ÄMaka biarlah dia memanggil golongannya (untuk


menolongnya), Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah (penyiksa orang-
orang yang berdosa)Å, sampai akhir-akhir ayat. (QS Al-‘Alaq, 96: 16-17 Diturunkan
berkenaan dengan Abu Jahal.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi mengabarkan kepada
kami, Abu Abdullah Muhamad bin Yazid Al-Khauzi mengabarkan kepada kami,
Ibrahim bin Muhamad bin Sufyan mengabarkan kepada kami, Abu Sa’id Al-
Asyja mengabarkan kepada kami, Abu Khalid Abdul Aziz bin Hind mengabarkan
kepada kami, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Nabi Saw. salat, datanglah Abu Jahal
kepadanya seraya mengatakan, ‘Bukankah aku telah melarangmu dari melakukan
ini? Maka Nabi Saw. menoleh kepadanya sambil membentaknya. Berkata Abi
Jahal, ‘Demi Allah, sesungguhnya engkau pasti tahu bahwa di sini tidak ada yang
lebih banyak dipanggil daripadaku. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Maka
biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), Kelak Kami akan
memanggil Malaikat Zabaniyah (penyiksa orang-orang yang berdosa),}. Ibnu
Abbas mengatakan, ‘Seandainya ia memanggil golongannya, pastilah Zabaniyah
Allah Tabaraka wa Ta’ala akan menyiksanya.”

Surat Al-Qadar
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Bakar At-Taimi mengabarkan kepada kami,
Abdullah bin Habab mengabarkan kepada kami, Abu Yahya Ar-Razi mengabarkan
kepada kami, Ismail Al-Askari mengabarkan kepada kami, Yahya bin Abu Zaidah =

410
= mengabarkan kepada kami, dari Muslim, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid,
ia berkata, “Nabi Saw. menerangkan seseorang dari Bani Israil yang berjuang di
jalan Allah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus-menerus. Kaum
muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan ayat,
“ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik
daripada seribu bulan.} beliau bersabda, ‘Lebih baik daripada (amal) orang yang
menggunakan senjata tersebut selama seribu bulan.

Surat Iza zulzilah


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi dan Muhamad bin Ibrahim
Al-Muzaki mengabarkan kepada kami, ia berkata, ‘Abu Amr bin Muthr mengabarkan
kepada kami, Ibrahim bin Ali Ad-Duhli, mengabarkan kepada kami, == Yahya bin
Yahya mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Wahab mengabarkan kepada kami,
dari Husain bin Abdullah, dari Abu Abdurrahman Al-Jubaili, dari Abdullah bin Umar,
ia berkata, “Diturunkan ayat, ‘Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang
dahsyat,’pada saat Abu bakar As-Shiddiq sedang duduk. Lalu Abu Bakar menangis.
Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, ‘Apa yang membuatmu menangis wahai
Abu Bakar? Ia berkata, ‘Surat ini yang membuatku nangis.’ Maka Rasulullah Saw.
bersabda, ‘Seandainya kamu tidak melakukan kesalahan dan tidak berbuat dosa,
pastilah Allah akan menciptakan umat setelah kamu, mereka melakukan kesalahan
dan berbuat dosa lalu diberikan ampunan bagi mereka.”

QS Al-Zalzalah, 99: 7-8

Firman Allah Ta’ala, “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan
seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”(QS Al-Zalzalah, 99: 7-8)
Maqatil Berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua orang laki-laki.
Datang yang meminta kepada salah seorang dari keduanya, lalu ia memberikan
kepadanya kurma, Al-Kisrah, dan jakun dengan jumlah yang sedikit sambil
mengatakan, ‘Ini bukan apa-apa,=
= hanyalah kami diberi upah sebagaimana yang kami berikan dan kami
menginginkannya.” Sedangkan yang lainnya, memandang rendah terhadap dosa
yang kecil: kebohongan, gunjingan, dan penangguhan. Ia mengatakan, ‘Tidak ada

411
padaku sedikitpun (yang diberikan), hanyalah akan menjanjikan neraka atas orang
yang melakukan dosa-dosa besar.” Maka Allah Azza wa Jalla menurunkan sebagai
dorongan bagi mereka dalam kebaikan walaupun hanya sedikit, karena sesungguh
hampir untu ditambahkan, dan sebagai ancaman bagi mereka yang memandang
rendah akan dosa kecil, karena hampir saja ditambahkan: “Maka barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya}
sampai (ayat) terakhir.”

Surat Al-‘Adiyat
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Muqatil berkata, “Rasulullah Saw. mengutus pasukan kepada Hayin dari
Kinanah, beliau mengangkat Al-Mundzir bin Amr Al-Anshari sebagi pemimpin
mereka. Berita (tentang) mereka terlambat. Berkata orang-orang munafiq, ‘Mereka
terbunuh seluruhnya.” Maka Allah menurunkan ayat, “Demi kuda perang yang
berlari kencang terengah-engah.” Yaitu pasukan berkuda.
Imam Al-Wahidi berkata, “Abdul Ghafir bin Muhamad Al-Farisi mengabarkan
kepada kami, Ahmad bin Muhamad Al-Buti mengabarkan kepada kami, Muhamad
bin Maki mengabarkan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim mengabarkan kepada
kami, Ahmad bin Abdah mengabarkan kepada kami, Hafsh bin Jami’ mengabarkan
kepada kami, Simak mengabarkan kepada kami, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
bahwasanya Rasulullah Saw. =
Mereka tidak takut kejutan (yang dahsyat) pada hari kiamat.
=mengutus pasukan berkuda, tetapi setelah sebulan lamanya tidak terdengar
kabar dari pasukan itu. Kemudian turun ayat, ‘Wal ‘Aadiyati Dhabhan,’ -artinya,
terengah-engah dengan dengusnya- hingga akhir surah.”

Surah At-Takatsur
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Firman Allah,
Muqatil dan Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan dua suku
Quraisy; Bani Abdi Manaf dan Bani Sahm, keduanya memiliki pertalian keluarga.
Maka keduanya saling membangga-banggakan kepemimpinan dan kemuliaan.
Bani Abdi Manaf berkata, ‘Kami Yang lebih banyak pemimpin, kemuliaan dan
kehormatan serta pengikut.’ Dan Bani Sahm pun berkata seperti itu. Yang paling
banyak di antara keduanya adalah=

412
=Bani Abdi Manaf. Kemudian mereka berkata, ‘Mari kita menghitung orang
yang telah mati di antara kami, sehingga mereka mengunjungi kuburan dan
menghitung orang yang telah mati di kalangan mereka, dan yang terbanyak ialah
Bani Sahm karena semasa jahiliyah mereka paling banyak jumlahnya’.”
Qatadah berkata, “Ayat tersebut turun berkenaan dengan Yahudi, di mana
mereka berkata, ‘Kami yang paling banyak dari pada Bani Fulan, dan Bani Fulan
lebih banyak dari Bani Fulan lainnya.’ Hal itu melalaikan mereka sehingga mereka
mati dalam kesesatan.”

Surah Al Fil
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Ashhaabul Fiil, mereka
hendak menghancurkan Ka‘bah. Dan kebinasaan yang Allah timpakan kepada
mereka memalingkan mereka dari Baitulah, merupakan peristiwa yangterkenal.

Surah Quraisy
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ayat ini turun berkenaan dengan kaum Quraisy, dan menerangkan karunia
Allah kepada mereka.
Imam Al-Wahidi berkata, “ Al-Qadhi Abu Bakar Al-Hiyyari mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ja‘far Abdullah bin Ismail Al-Hasyimi mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Sawwad bin Ali mengabarkan kepada kami.” Ia berkata,
“Ahmad Ibnu Abi Bakar Az-Zuhri mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, Ibrahim
bin Muhammad bin Tsabit mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, Usman bin
Abdullah bin ‘Atiiq mengabarkan kepada kami, dari Said bin Amr bin Ja‘dah, dari
ayahnya, dari neneknya yaitu Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata, “Nabi Saw.
bersabda, ‘Sesungguhnya Allah memberi kelebihan kepada kaum Quraisy dengan
7 perkara, dan itu tidak diberikan kepada siapa pun sebelum mereka juga setelah
mereka: Kepemimpinan berada pada mereka, menjaga pintu Ka‘bah, memberi
minum kepada yang berhaji dan kenabian (diutus Nabi) ada pada mereka,=
=Muqatil dan Al-Kalbi berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan Al-Ash bin Wail
As-Sahmi.”
Ibnu Juraij berkata, “Abu Sufyan bin Harb, setiap minggu menyembelih
beberapa unta atau kambing. Suatu ketika seorang anak yatim datang kepadanya
dan meminta sesuatu, maka ia pun memukulnya dengan tongkat. Kemudian Allah
Ta‘aala menurunkan ayat: .”

413
Surah Al Kautsar
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ibnu Abbas berkata, “Surah ini turun berkenaan dengan Al-Ash. Di mana dia
melihat Rasulullah hendak keluar dari masjid, dia pun masuk sehingga keduannya
bertemu di pintu dan keduanya berbincang-bincang. Sementara orang-orang
dari kelompok Quraisy lainnya duduk di masjid. Ketika Al-Ash masuk, mereka
berkata kepadanya, ‘Siapa orang yang engkau bicarakan itu?’ Dia berkata, ’Al-
Abtar‘ yakni Nabi Saw. Dan sebelumnya Abdulah putra Rasulullah dari Khadijah
meninggal.==kemudian Rasulullah berangkat ke Masjidil Haram dan di dalamnya
terdapat sekumpulan orang-orang Quraisy, lalu beliau membacakannya kepada
mereka hingga selesai, maka seketika itu mereka putus asa karenanya.”

Surah An-Nashr
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Surah ini diturunkan berkenaan dengan kepulangan Nabi Saw. dari perang
Hunain, dan sekitar 2 tahun setelah ayat ini turun beliau meninggal.=Imam Al-
Wahidi berkata, “Sa‘id bin Muhammad Al-Mu’adzin mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Abu Umar bin Abi Ja‘far Al-Muqri’ mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al-Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdul Aziz
Ibnu Salam mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ishaq bin Abdullah bin Kaisan
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ayahku mengabarkan kepadaku, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika Rasulullah kembali dari perang Hunain,
dan Allah menurunkan , beliau bersabda, ‘Wahai Ali bin Abi Thalib,
wahai Fatimah! Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, ’dan engkau
melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah‘ Mahasuci tuhanku dan
dengan memuji-Nya ’maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima Tobat’.”Diriwayatkan oleh
Imam Al-Bukhari, dari Muhammad bin Salam, dari Abu Muawiyah… sampai akhir
sanad.
Imam Al-Wahidi berkata, “Sa’d bin Muhammad Al-‘Adl mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu ‘Ali bin Abu Bakar Al-Fakih mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Ali bin Abdullah bin Mubasysyar Al-Wasithi mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Abu Al-Asy‘ats Ahmad bin Miqdam mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Yazid bin Zurai‘ mengabarkan kepada kami, dari Al-Kalbi, dari Abu
Shalih, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah berdiri seraya bersabda, ’Wahai
keluarga Ghalib, wahai keluarga Lu’ay, wahai keluarga Murrah, wahai keluarga

414
Kilab, wahai keluarga Abdi Manaf, wahai keluarga Qushay! Sungguh aku tidak
memiliki kekuasaan memberikan==kemanfaatan dari Allah kepadamu dan tidak
juga bagian di dunia, kecuali kamu mengucapkan “Laa ilaaha illallaahu.” lalu Abu
Lahab berkata, “Kecelakaan bagimu! Hanya karena ini kamu mengumpulkan kami
semua.?”Kemudian Allah menurunkan ayat, .
Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Ishaq Al-Muqri mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Abdullah bin Hamid mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Maki bin
Abdan mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Hasyim mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abdullah bin Numair mengabarkan kepada kami.” Ia
berkata, “Al A’masy mengabarkan kepada kami, dari Abdullah bin Murrah, dari Sa’id
bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ketika Allah Ta’ala menurunkan=
= (Wa andzir ‘asyirataka Al-aqrabina) Rasulullah Saw. mendatangi bukit Shafa
lalu beliau naik ke atasnya dan berseru, “Pagi telah tiba.” Maka orang-orang pun
berkumpul di sekitar beliau, di antara mereka ada yang datang secara langsung
dan mewakilkan. Beliau bersabda, “Wahai Bani Abdul Muthallib, wahai Bani Fahr,
wahai Bani Luai, sekiranya aku kabarkan bahwa ada pasukan berkuda di kaki=
=di sekitar bukit ini untuk mengepung kalian, apakah kalian percaya?” Mereka
menjawab, “Ya, percaya.” Beliau bersabda, “Maka aku adalah seorang pemberi
peringatan bagi kalian akan datangnya siksa yang dahsyat.” Maka Abu Lahab
berkata, “Celaka engkau hari ini, apakah engkau memanggil kami semata-mata
hanya untuk ini?” Maka Allah Swt. Menurunkan ayat “Tabbat yadaa abii lahabin
watabba.”

Surat Al Ikhlas
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Qatadah dan Dahak dan Muqatil berkata, “Segolongan orang dari Yahudi
datang kepada Nabi Saw. berkata, ‘Jelaskan pada kami sifat-sifat Tuhanmu. Karena
sungguh Allah telah menyebutkan sifat-sifatnya di dalam Taurat. Kabari kami
dari apa Dia, apakah Dia dari emas, timah atau perak, dan apakah Dia makan
dan minum, mewarisi dunia, dan siapakah yang diwarisinya?” Maka Allah Swt.
menurunkan surat ini, yaitu tentang sifat Allah yang khusus.
=Imam Al-Wahidi berkata, “Abu Nashr Ahmad bin Ibrahim Al-Mahrajani
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ubaidullah bin Muhammad Az-
Zahid telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abul Qasim Ibnu Binti
Mani’ telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Kakekku Ahmad bin Mani’

415
telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Sa’ad Ash-Shaghani telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Ja’far Ar-Razi telah mengabarkan
kepada kami, dari Ar-Rabii’ bin Anas, dari Abul ‘Aliyyah, dari Ubay bin Ka’ab, “Bahwa
orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah Saw., ‘Nasabkanlah kami kepada
Tuhanmu.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat, ‘Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah
Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu’.”
Ia berkata, “Maka kata Ash-Shamad itu artinya, Allah tidak beranak dan tidak
pula diperanakkan. Karena tidak ada sesuatu pun yang dilahirkan kecuali akan mati.
Dan tidak ada sesuatu pun yang mati kecuali akan mewariskan, padahal sungguh
Allah tidak akan mati dan tidak pula mewariskan.
Dan Firman-Nya, “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Ia berkata, “Dia tidak punya padanan dan tidak pula sekutu, dan tidak ada
sesuatu pun yang menyerupai Dia.”
Imam Al-Wâhidi berkata, “Abu Manshur Al-Baghdadi telah mengabarkan
kepada kami.” Ia berkata, “Abul Hasan As-Siraj telah mengabarkan kepada kami.”
Ia berkata, “Muhammad bin Abdullah Al-Hadhrami telah mengabarkan kepada
kami.” Ia berkata, “Telah mengabarkan kepada kami Syuraij bin =
= Yunus. Ia berkata,“Ismail bin Mukhalid telah mengabarkan kepada kami, dari
Asy-Sya’bi, dari Jabir,” ia berkata, “Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, nasabkanlah
kami kepada Tuhanmu’.” Maka turunlah ayat, ‘Katakanlah (Muhammad), “Dialah
Allah, Yang Maha Esa.’ Hingga akhir ayat.”

Surat Al-Falaq dan An-Nas


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Para ahli tafsir berkata, “Seorang anak Yahudi menjadi pembantu Rasulullah
Saw. Pada suatu hari, ia didatangi oleh orang Yahudi, dan demikian secara terus-
menerus mereka mendatanginya., hingga anak Yahudi itu mengambil rambut
Nabi Saw. yang jatuh ketika disisir dan beberapa gerigi sisirnya. Lalu anak itu
memberikannya kepada orang Yahudi. Maka mereka menyihir Nabi saw. melalui
sisir itu. Dan orang yang berbuat demikian itu bernama Labid bin A’sham, seorang
Yahudi. Lalu ia menyembunyikannya di sebuah sumur yang diberi nama Dzarwan
milik Bani Zuraiq. Maka Rasulullah Saw. mengalami sakit dan rambut kepalanya
bertaburan. Dalam sakit itu, beliau mengalami halusinasi berupa mendatangi
istrinya, padahal beliau tidak mendatanginya, dan beliau mulai merasa pening=
= dan beliau tidak mengetahui apa yang dapat menyelamatkannya. Pada
suatu hari, ketika beliau sedang tidur datanglah dua malaikat kepada beliau. Yang

416
satu duduk di dekat kepala beliau, sedang yang satu lagi di dekat kedua kaki beliau.
Malaikat, yang berada di dekat kepala, berkata, “Bagaimana keadaan orang ini?”
Malaikat yang satu lagi menjawab, “Dia terkena guna-guna.” Ia bertanya lagi, “Apa
guna-guna itu?” Ia menjawab, “Disihir.” Ia bertanya lagi, “Siapa yang menyihirnya?.”
Ia menjawab, “Labid bin A’sham, seorang Yahudi.” Ia bertanya lagi, “Dengan apa
disihirnya?” ia menjawab lagi, “Dengan rambut dan gerigi sisir.” Ia bertanya lagi,
“Di mana benda itu?” Ia menjawab, “Pada seludang mayang di bawah tembok
yang mengililingi mulut sumur Dzarwan.”
Maka Rasulullah Saw. terbangun, lalu bersabda, “Wahai Aisyah, aku merasakan
bahwa Allah mengabarkan kepadaku tentang penyakitku ini.” Lalu beliau mengutus
Ali, Az-Zubair, dan ‘Ammar bin Yasir, lalu mereka menguras air sumur itu, seakan-
akan berwarna merah seperti air pacar. Kemudian mereka mengangkat batu di
dalamnya dan mengeluarkan seludang mayang, ternyata di dalamnya terdiri atas
beberapa helai rambut beliau dan gerigi sisir, serta tali sebanyak sebelas simpul yang
ditusuk dengan jarum. Lalu Allah ta’ala menurunkan dua surat al-Mu’awwidzat (Al-
Falaq dan An-Nas). Maka setiap kali dibacakan satu ayat, satu simpul terlepas, dan
beliau merasakan keringanan sehingga terlepas simpul yang terakhir, lalu beliau
bangkit seakan-akan terlepas dari belenggu, dan mulailah Jibril As. Mengucapkan,
“Bismillahi arqika min kulli syai’in yu’dzika wa min hasidin wa ‘ainin, Alahu yasyfika.”
Maka mereka bertanya kepada Rasulullah Saw., “Wahai Rasulullah apakah kita tidak
menuntut kepada yang jahat lalu kita membunuhnya?” Maka beliau menjawab,
“Adapun saya, Allah telah menyembuhkanku dan aku tidak suka menimbulkan
kejelekan terhadap manusia.”
Imam Al-Wahidi berkata, “Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin
Ja’far telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abul ‘Amr Muhammad bin
Ahmad Al-Hayyiri telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Ahmad bin ‘Ali
Al-Mushili telah mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Mujahid bin Musa telah
mengabarkan kepada kami.” Ia berkata, “Abu Usamah telah mengabarkan kepada
kami, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah Ra., ia berkata,’’=
= Nabi Saw. Dishir sehingga beliau berhalusinasi bahwa beliau melakukan
sesuatu padahal tidak melakukannya, sehingga pada suatu hari ketika beliau berada
di sampingku, beliau berdoa kepada Allah dan berdoa, lalu berkata, “Wahai Aisyah,
aku merasakan bahwa Allah menjawab keinginanku.” Saya bertanya, “Apa itu wahai
Rasulullah Saw.” Beliau menjawab, “Dua malaikat telah mendatangiku…” dan beliau
menerangkan kisahnya secara panjang lebar.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari, dari Ubaid bin Ismail, dari Abu

417
Umamah, dan hadis ini memiliki jalur pada kedua kitab Shahiih itu.
Selesailah kitaab Asbaab Nuzuulil Qur’aani, segala puji bagi Allah yang Esa lagi
Dermawan.

418
419
420
421
422
423
424
425

Anda mungkin juga menyukai