Anda di halaman 1dari 21

Respon Permukaan Kulit Terhadap Rangsangan

Riama Sihombing
102012185

Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
riamasihombing7@gmail.com

Abstrak

Tulang merupakan pembentuk tubuh manusia. Tulang memiliki banyak fungsi, salah satu dari
fungsi tulang adalah untuk tempat pelekatan otot sehingga otot tidak langsung jatuh dan tertanam
pada rangka yang dibentuk oleh tulang. Rangka manusia dibagi menjadi 3 yaitu, tulang
tengkorak, tulang badan dan tulang ekstremitas. Ekstremitas atas pada tubuh manusia adalah
clavicula, scapula, humerus, radialis, ulna dan manus. Sendi memiliki peranan penting dalam
melakukan suatu gerakan, yaitu untuk memberi kelenturan dan menyambungkan antar satu
tulang dengan tulang lainnya. Otot juga merupakan alat gerak yang aktif dimana dalam
melakukan proses gerak membutuhkan ATP dalam mekanismenya agar terjadinya kontraksi dan
relaksasi otot.

Kata kunci: Tulang, otot, sendi, ekstremitas superior

Abstract

Bone is shaping human’s body. Bones have many of functions, one of the bone’s functions is the
place where the muscles attach so that the muscles do not fall directly and embedded to the
frame formed by bone. Human’s skeleton is divided into three, namely cranium, skeleton thrunk ,
body frame and frame motion. The Upper extremity on the human’s body are clavicula, scapula,
humerus, radial, ulnar and manus. Joints have an important role to make movements, which are
to providing flexibility and connecting among the bones. Muscle is also an active locomotor
where in the process of motion requires ATP at the mechanism of muscle’s contraction and
relaxation.

Keywords: bones, muscles, joints, extremities superior

1
Skenario

Seorang laki-laki pekerja proyek bangunan, berusia 25 tahun datang berobat ke puskesmas
dengan keluhan lengan kanan bawah bagian volar tergores kawat sehingga timbul garis
kemerahan dengan panjang kira-kira 5cm, tanpa mengeluarkan darah namun terasa perih. Hal ini
baru terjadi hari ini. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah, jantung, dan paru dalam batas
normal.

Pembahasan

Tulang

Ekstremitas atas pada tubuh manusia terdiri atas beberapa bagian. Tulang-tulang pada
ekstremitas atas:1
1. Regio Scapularis
a. Os Clavicula
Os clavicula berbentuk seperti huruf “S”, berhubungan dengan os humerus untuk
membentuk persendian yang menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu
berhubungan dengan os scapula. Bagian yang berhubungan dengan sternum disebut
ekstremitas sternalis dan bagian yang berhubungan dengan acromion disebut akromialis.

Gambar 1. Clavicula2

2
b. Os Scapula
Os scapula adalah tulang pipih berbentuk segitiga yang membentuk sebagian gelang
bahu. Tulang ini mempunyai dua permukaan yaitu anterior dan posterior, dan tiga
patas yaitu superior, lateral, dan medial. Permukaan anteriornya agak konkaf dan
terletak pada dinding toraks posterior. Permukaan posterior dibagi menjadi dua daerah
oleh spina scapulae, rigi tulang, yang teraba melalui kulit, berjalan melintasi lebar
scapula berujung di sebelah lateral sebagai acromion, bagian tulang yang tebal yang
terletak tepat di atas sendi bahu.
Acromion berartikulasi dengan ujung lateral clavicula. Processus coracoideus yang
berujung kecil dan tajam mengarah ke depan dari batas atas scapula, menonjol tepat di
bawah clavicula. Cavitas glenoidea, pada ujung atas batas luar scapula berartikulasi
dengan caput humeri membentuk sendi bahu. Scapula dihubungkan dengan kepala,
badan, dan lengan oleh sejumlah otot. Gerakan sendi bahu meluncur malalui
permukaan posterior dinding dada.

Gambar 2. Scapula3

3
2. Regio Brachium
a. Os Humerus
Os humerus adalah tulang panjang dengan caput, corpus, dan ujung bawah. Caput
hampir terbentuk setengah lingkaran dan berartikulasi dengan cavitas glenoidalis
scapula. Collum anatomicum adalah alur dangkal yang terletak tepat di bawah caput.
Tuberculum majus (di depan) dan tuberculum minus (di belakang) merupakan dua
tonjolan tempat melekatnya otot. Collum chirurgicum merupakan ujung atas corpus
tepat di bawah tuberculum.
Corpus merupakan bagian tulang berbentuk silinder. Tuberositas deltoidea merupakan
rigi berbentuk V pada aspek lateral di pertengahan bawah, untuk insersi musculus
deltoideus. Sulcus spiralis merupakan alur pada bagian belakang bawah corpus tempat
berjalan nervus radialis. Otot melekat pada seluruh corpus.
Ujung bawah lebar, dan mendatar anteroposterior, memiliki epicondylus lateralis pada
aspek lateralnya dan epicondylus medialis pada aspek medialnya, keduanya merupakan
tempat melekatnya otot. Capitalum humeri merupakan eminencia yang bulat dengan
permukaan sendi yang berartikulasi dengan caput radii; trochlea merupakan permukaan
sendi, medial dari capitalum, untuk artikulasi dengan ujung atas ulna.

Gambar 3. Humerus4

4
3. Regio Antebrachium
a. Os Radius
Os radius adalah tulang pada bagian luar lengan bawah. Tulang ini mempunyai:
Ujung atas dengan:
 Caput, yang berartikulasi dengan capitulum humerus
 Collum
 Tuberositas tempat melekatnya tendon musculus biceps.
Corpus, tempat melekatnya berbagai otot fleksor dan ekstensor lengan bawah.
Ujung bawah, dengan processus styloideus yang tajam dan permukaan sendi untuk
beberapa tulang pergelangan tangan dan permukaan sendi untuk ujung bawah ulna.
b. Os Ulna
Os ulna adalah tulang panjang pada bagian lengan bawah. Tulang ini mempunyai:
Ujung atas dengan
 Olecranon, dengan penonjolan yang terletak di bagian belakang ujung bawah
humerus.
 Processus coronoideus, penonjolan di bagian depan.
 Permukaan sendi pada processus tersebut untuk ujung bawah humerus dan sisi
luar caput radii.
Corpus yang makin mengecil dan merupakan tempat perlekatan otot fleksor dan
ekstensor lengan bawah dan tangan.
Ujung bawah dengan:
 Precessus styloideus kecil
 Permukaan sendi untuk ujung bawah radius
 Permukaan sendi yang dipisahkan dari tulang pergelangan tangan oleh bantalan
tulang rawan.
Membran interossea merupakan selapis jaringan fibrosa, yang melekat pada tepi yang berdekatan
dari radius dan ulna dan mengisi ruang di antara tulang-tulang tersebut. Membran ini merupakan
tempat perlekatan otot di bagian depan dan belakang.

5
Gambar 4. Radius dan ulna5

4. Regio Manus
a. Os Carpalia
Os carpalia terdiri dari delapan tulang kecil ireguler yang tersusun dalam dua lajur:
 Lajur proksimal (lateromedial): os schapoideum, os lunatum, os triquetrum, os
pisiforme.
 Lajur distal: os trapezium, os trapezodium, os capitatum, os hamatum.
Tulang-tulang pergelangan tangan berartikulasi ke atas pada radius dan ulna dan ke
bawah dengan metacarpal.
b. Os Metacarpalia
Os metacarpal terdiri dari lima tulang tangan. Tulang ini memiliki basis yang
berartikulasi dengan carpal, corpus, caput (ujung membulat yang berartikulasi dengan
phalanx I pada jari yang sesuai), metacarpal ibu jari pendek dan kuat.

6
c. Phalanges
Ibu jari mempunyai dua phalanges, sedangkan jari-jari memiliki tiga phalanges.
Semakin ke ujung ukurannya makin kecil. Pada phalanx distal terdapat daerah yang
kasar pada bantalan jari.

Gambar 5. Regio manus6

Struktur Otot
Di dalam tubuh kita terdapat lebih dari 640 otot rangka. Otot tersebut menghasilkan berbagai
gerakan yang bergantung dengan ukuran, kekuatan, dan kerja sama antara tulang dan sendi. Otot
pada rangka ekstremitas atas:
a. Otot permukaan ventral/anterior lengan bawah
1. M. Fleksor carpi radialis berfungsi pada sendi siku melakukan fleksi dan pronasi; Sendi
tangan melakukan fleksi palmar dan abduksi ke arah radial.
2. M. Pronator teres berfungsi melakukan gerak pronasi.
3. M. Palmaris Longus berfungsi pada Sendi siku untuk melakukan gerakan fleksi, pronasi;
Sendi tangan untuk melakukan gerakkan fleksi palmar, penegangan aponeurosis
palmaris.

7
4. M. Fleksor digitorum superficialis berfungsi pada sendi siku melakukan fleksi; sendi
tangan melakukan fleksi palmar, abduksi ke arah ulnar; sendi-sendi dasar jari (II – V)
melakukan fleksi, adduksi; sendi jari proksimal (II – V) melakukan fleksi
5. M. Fleksor carpi ulnaris berfungsi pada sendi siku melakukan fleksi; sendi tangan
melakukan fleksi palmar, abduksi ke arah ulnar; sendi-sendi dasar jari (II – V) melakukan
fleksi, adduksi; sendi jari proksimal (II – V) melakukan fleksi
b. Otot Radial Lengan Bawah
1. M. Brachioradialis memiliki berfungsi pada sendi siku fleksi, pronasi atau supinasi
(Pergerakan memutar dari posisi akhir yang berlawanan ke posisi tengah – tergantung
dari sudut tekuk).
2. M. Fleksor carpi radialis longus befungsi melakukan gerak fleksi, pronasi atau supinasi
(Pergerakan memutar dari posisi akhir yang berlawanan ke posisi tengah – tergantung
dari sudut tekuk).
3. M. Ekstensor carpi radialis brevis berfungsi pada sendi tangan fleksi dorsal, abduksi ke
radial.
c. Otot Permukaan Ventral/anterior Lengan Bawah Sebelah Dalam
1. M. Fleksor digitorum profundus berfungsi pada sendi siku fleksi; sendi dasar jari (II-
V) fleksi, adduksi; sendi jari (II-V) Fleksi
2. M. Fleksor Policis Longus berfungsi pada sendi tangan melakukan fleksi palmar; sendi
pelana ibu jari oposisi, adduksi; sendi ibu jari fleksi
3. M. Pronator Quadratus berfungsi pada sendi radioulnar Pronasi
d. Otot Axioapendicular Anterior
1. M. Pectoralis mayor berfungsi untuk abduksi dan fleksi
2. M. Pectoralis minor berfungsi untuk menstabilkan scapula
3. M. Subclavius berfungsi untuk bersandar dan menekan clavicula
4. M. Seratus interior berfungsi untuk Protraksi scapula
e. Otot Axioapendicular Posterior
1. M. Trapezius berfungsi menarik scapula dan memutar cavitas glenoidalis
2. M. Latissimus dorsi berfungsi untuk ekstensi, adduksi dan rotasi
3. M. Levator scapulae berfungsi menarik dan memutar scapula

8
4. M. Rhomboideus minor dan mayor berfungsi untuk menarik scapula dan menekan cavitas
glenoidalis
f. Otot Scapulohumeral
1. M. Deltoideus berfungsi untuk fleksi, abduksi dan ekstensi
2. M. Supraspinatus berfungsi untuk abduksi
3. M. Infraspinatus berfungsi untuk memutar lengan ke lateral
4. M. Teres minor
5. M. Teres mayor berfungsi untuk abduksi
6. M. Subscapularis berfungsi untuk memutar ke medial dan adduksi
g. Otot Lengan Atas
1. M. Bisep brachii memiliki berfungsi untuk supinasi dan fleksi lengan bawah
2. M. Brachialis berfungsi untuk fleksi lengan bawah
3. M. Coracobrachialis berfungsi untuk fleksi dan adduksi
4. M. Trisep brachii berfungsi untuk ekstensor dan abduksi
5. M. anconeus berfungsi untuk ekstensi dan abduksi

Jenis-Jenis Jaringan
Tulang
Ketika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita beranjak dewasa
beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhirnya menjadi 206 tulang. Struktur
tulang ada yang dibedakan berdasarkan jaringan dan sifat fisik tulang. Berdasarkan jaringan
penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali
lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan
tersusun atas zat intereseluler yang berbentuk jelly yaitu kondroitin sulfat
yang di dalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat
lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.7
Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna yang berisdi
sel tulang rawan yaitu kondrosit. Tulang rawan terdiri dari 3 tipe, yaitu:8
a. Tulang rawan hialin: tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung
serat-serat kolagen dan kondrosit.

9
b. Tulang rawan elastin: tulang yang mengandung serabut-serabut elastic.
c. Tulang rawan fibrosa: tulang yang mengandung banyak serat kolagen sehingga tulang
rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku.
2. Tulang Keras (Osteon)
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi menyusun berbagai
sistem rangka. Tulang tersusun atas:
a. Osteoblas: sel pembentuk jaringan tulang.
b. Osteosit: sel-sel tulang dewasa.
c. Osteoklas: sel-sel penghancur tulang.
Pada umumnya penyusun tulang di seluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama.
Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
1. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan menemukan periosteum. Periosteum merupakan
selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan
tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. periosteum merupakan tempat melekatnya otot-
otot rangka ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi
tulang rusak.
2. Tulang kompak
Tulang kompak terdiri dari sistem havers, setiap sistem havers terdiri dari saluran
havers yaitu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang. Di dalam saluran terdapat
pembuluh-pembuluh darah dan saraf. Di sekeliling sistem havers terdapat lamella-lamella
yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamella adalah suatu zat intraseluler yang berkapus.
Pada lamella terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat
osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut
canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis havers. Canaliculi penting
dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem havers terdapat lamella interstitial yang lamella-
lamellanya tidak berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum
menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh
darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Tulang spons tidak
mengandung sistem havers.9

10
Pada lapisan kedua ini kita akan menemukan tulang kompak. Tulang ini teksturnya
halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak
mengandung kapur sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia
dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun serat-
serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan
tulang tangan.
3. Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan
namanya, tulang spongiosa adalah tulang yang memiliki banyak rongga. Rongga tersebut
diisi oleh sumsum merah yang mampu memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa ini
terdiri dari kisi-kisi tipis yang disebut dengan trabekula.
4. Sumsum Tulang
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang.
Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh
tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan di bagian tulang spongiosa. Sumsum tulang
berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada
dalam tubuh.
Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh. Setiap
jenis jaringan otot memiliki struktur yang disesuaikan dengan peran fisiologisnya. Ada tiga jenis
jaringan otot yang dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologi dan fungsional, yaitu:

1. Otot polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila
diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos
berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos
dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaaan, dinding
pembuluh darah, saluran pernafasan.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada
dinding organ berongga seperti kantung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba,
seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi
darah. serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang terelongasi. Serabut ini

11
berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron sampai 0.5 mikron pada uterus orang hamil.
Kontraksinya kuat dan lamban.
Miofilamen otot polos memiliki perbedaan dengan miofilamen otot rangka. Filamen
miosin tebal lebih panjnag dibandingkan filamen miosin tebal dalam otot rangka. Filamen
miosin tebal lebih panjang dibandingkan filamen miosin tebal dalam otot rangka.
Miofilamen aktin tipis tidak memiliki troponin dasn tropomiosin. Dapat ditemukan
miofilamen berukuran sedang. Miofilamen ini tidak terlibat dalam proses kontraktil,
tetapi dipercaya berfungsi sebagai kerangka kerja sitoskeletal untuk menopang sel.
2. Otot Lurik
Nama lainnya adalah jaringan otot rangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat
pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf
sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap
dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain
dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai
dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk
menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras
Otot rangka adalah otot lurik, voluntir, dan melekat pada rangka. Serabut otot sangat
panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar 10 mikron sampai 100
mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun di bagian perifer.
Kontraksinya cepat dan kuat.
Di sarkoplasmanya dipenuhi berkas-berkas filamen silindris panjang yang disebut
miofibril. Miofibril adalah unit kontraktif yang mengalami spesialisasi, volumenya
mencapai 80% volume serabut. Setiap miofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal dan
miofilamen tipis. Miofilamen tebal terdiri terutama dari protein miosin. Miofilamen tipis
tersusun dari protein aktin. Dua protein tambahan pada filamen tipis adalah tropomiosin
dan troponin, melekat pada aktin.
Pemitaan ditentukan berdasarkan susunan miofilamen. Pita A yang lebih gelap, terdiri
dari susunan vertical miofilamen tebal yang berselang-seling dengan miofilamen tipis.
Pita I yang lebih terang, terbentuk dari miofilamen aktin tipis, yang memanjang ke dua

12
arah dari garis Z ke dalam susunan filamen tebal. Garis Z terbentuk dari protein
penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan. Sarkomer
adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya.10
3. Otot Jantung
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya
menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi
terhadap rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar
jantung.
Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung, serabut
terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nukleus sentral. Panjangnya berkisar
antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya 15 mikron. Diskus terinterkalasi
adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan dengan sel-sel otot
tetangga. Kontraksi otot jantung kuat dan berirama.
Miofilamen disusun dalam pola pemitaan reguler sehingga otot jantung berlurik. Filamen
aktin tipis mengandung troponin dan tropomiosin. Mekanisme aksi ion kalsiumnya
serupa dengan yang terjadinya di otot rangka. Otot jantung memiliki tubulus-T dan
reticuluk sarkoplasma yang terbentuk dengan baik. Otot ini berkontraksi sesuai dengan
mekanisme sliding filamen.
Tidak seperti otot rangka, sebagian ion kalsium yang dilepas untuk memicu kontraksi
berasal dari cairan ekstraseluler. Akibatnya, otot jantung menjadi sangat sensitif terhadap
ketidakseimbangan kalsium dalam cairan tubuh. Otot jantung adalah otot miogenik dan
dapat memicu potensial aksinya sendiri tanpa memerlukan stimulasi saraf. Gap junction
yang terletak pada diskus terinterkalasi saling menghubungkan sel-sel otot jantung dan
meningkatkan penyebaran depolarisasi ke seluruh jantung.

a. Otot Merah
Otot merah disebut juga serabut merah kedut lambat. Mengandung konsentrasi pigmen
merah pernapasan yang sangat banyak, mioglobin yang mengikat molekul oksigen untuk
memfasilitasi pernafasan aerob. Serabut ini berdiameter kecil, dikelilingi banyak kapiler
yang menyediakan oksigen dan nutrisi, kontraksinya lambat, dan resisten terhadap
keletihan.

13
b. Otot Putih
Otot putih disebut juga serabut putih kedut cepat. Tidak memiliki mioglobin,
mitokondria, dan kapilernya juga lebih sedikit tetapi simpanan glikogen dan enzimnya
lebih banyak. Simpanan ini meningkatkan kapasitasnya untuk melakukan glikolisis
anaerob. Serabutnya lebih tebal, mampu menghasilkan ATP dengan kecepatan tinggi,
tetapi cepat letih jika simpanan glikogennya menipis.

Gambar 6. Jaringan Otot11

Epidermis

Kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Lapisan yang paling
superficial, yaitu epidermis, merupakan lapisan yang paling tipis dan tidak mengandung
pembuluh darah. Lapisan epidermis ini dibagi lagi menjadi 2 bagian:

 Sebelah luar adalah lapisan tanduk yang terdiri atas sel mati yang mengalami keratinisasi
 Sebelah dalam adalah lapisan seluler yang merupakan tempat terbentuknya keratin dan
melanin.

14
Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalammenjadi 5 lapisan,
yakni:

 Lapisan Tanduk (stratum Corneum), merupakan lapisan yang paling atas. Terdiri atas sel-
sel mati yang mengelupas dan banyak mengandung keratin yang melindunginya. Lapisan
ini secara terus-menerus melepaskan sel-sel kulit yang mati.
 Lapisan Jernih (Stratum Lucidum) disebut juga “lapisan barrier”. Terletak tepat di bawah
Stratum Corneum. Merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti. Protoplasmanya berubah
menjadi protein (eleiden). Biasanya terdapat pada kulit tebal seperti telapak kaki dan
telapak tangan.
 Lapisan Granular (Stratum Granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk
polygonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
 Lapisan Malphigi (Stratum Spinosum/Malphigi Layer) memiliki sel yang berbentuk
kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filoamen-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam
lapisan malphigi ini.
 Lapisan Basal (Sratum Germinativum) adalah lapisan terbawah epidermis yang hanya
tersusun oleh satu lapis sel-sel basal. Didalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel
melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya
membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya.

Gambar 7. Lapisan Epidermis12

15
Refleks

Refleks adalah respon otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung
refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktivitas
pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli
nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.

Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan baik dalam maupun
luar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respon)
terhadap rangsangan. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan misalnya
kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan
refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan di luar
maupun di dalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Dengan demikian
seberapa besar peran sistem saraf pusat dapat mengatur kehidupan organisme.

Mekanisme Gerak Refleks

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba di luar kesadaran
kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya,
merupakan suatu rekasi pelindungan. Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari reseptor
perifer yang mulai dari fleksi pada anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi angota
badan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh
lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu.

Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut:

Organ sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang
menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut
sel-sel akan meneruskan impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis.
Sel saraf motorik menerima impuls dan menghantar impuls-impuls ini melalui serabut motorik.
Organ motorik melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik.

Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks. Dengan kegiatan refleks
dimungkinkan terjadinya hubungan kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ yang
terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan keadaan sekelilingnya. Refleks adalah

16
respon yang tidak berubah terhadap rangsangan yang terjadi di luar kehendak. Rangsangan ini
merupakan rekasi organisme terhadap perubahan lingkungan baik di dalam maupun di luar
organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan jembatan (respon) terhadap
rangsangan. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi
atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan refleks,
tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan di luar maupun di
dalam tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Dengan demikian seberapa besar
peran sistem saraf pusat dapat mengatur kehidupan organisme.13

Metabolisme Otot

Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali kontraksi, maka
ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui sumber lain.
1. Kreatin Fosfat (CP)
Senyawa yang berenergi tinggi lainnya, merupakan sumber energi yang langsung tersedia
untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP + ADP -> ATP + keratin) CP memungkinkan
kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan dibentuk melalui glukosa secara
anaerob dan aerob. CP menyediakan energi untuk sekitar 100 kontraksi dan harus disintesis
ulang dengan cara memproduksi lebih banyak ATP. ATP tambahan terbentuk dari
metabolisme glukosa dan asam lemak melalui reaksi aerob dan anaerob.
2. Reaksi Aerob
Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis anaerob
mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat untuk
okisidasi. Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi karbondioksida, air,
dan energi (ATP). Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien, menghasilkan energi
sampai 36 ATP per mol glukosa.
3. Reaksi Anaerob
Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan menggunakan ATP
yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, langkah pertama dalam respirasi selular.
Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen dan melibatkan
pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat.

17
Glikolisis anaerob berlangsung cepat tidak efisien karena hanya menghasilkan dua molekul
ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi kebutuhan ATP untuk kontraksi otot
dalam waktu singkat jika persedian oksigen tidak mencukupi.
Pembentukan asam laktat dalam glikolisis anaerob. Tanpa oksigen, asam piruvat diubah
menjadi asam laktat. Jika aktivitas yang dilakukan sedang dan singkat, persediaan oksigen
yang ada menghalangi akumulasi asam laktat. Asam laktat berdifusi ke luar otot yang
dibawa ke hati untuk disintesis ulang menjadi glukosa.
4. Oxygen Debt (Hutang Oksigen)
Saat terjadi aktivitas berat yang singkat, penguraian ATP berlangsung dengan cepat
sehingga simpanan energi anaerob menjadi cepat habis. Sistem respiratorik dan pembuluh
darah tidak dapat menghantar cukup oksigen ke otot untuk membentuk ATP melalui reaksi
aerob. Asam laktat berakumulasi, mengubah PH, dan menyebabkan keletihan serta nyeri
otot.
Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat disebut oxygen debt. Volume oksigen
yang dihirup tetap berada di atas volume normal sampai semua asam laktat dikeluarkan, baik
dioksidasi ulang menjadi asam piruvat dalam otot atau disintesis ulang menjadi glukosa dalam
hati.
Proses Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara
normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung
proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan
menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.

 Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima.
pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan
berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang
putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar
dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk

18
membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi
inflamasi.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai
vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala
klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar
(rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh
darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim
hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang
kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri
(fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru
sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
 Fase Proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira
akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,
menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan
dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan
tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil
miofibroblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan
regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan
kekuatan serat kolagen bertambah karena ikatan intramolekul dan antar molekul.
Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut
jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan
berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang
terbentuk dari proses mitosis. Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah
atau datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru
berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan

19
tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi
juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.
 Fase Penyudahan (Remodelling)
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan
yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali
jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan
dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha
menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem
dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap
kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan
yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta
mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase
ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan kulit
normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.

Kesimpulan

Jaringan dalam tubuh yang memiliki massa yang paling besar adalah tulang dan otot, yang
dibungkus oleh lapisan-lapisan kulit dalam maupun luar. Respon dari rangsang yang
memberikan rasa sakit pada kulit, khusunya di bagian terluar kulit yaitu epidermis, jika terkena
sesuatu yang keras dan tajam dapat menimbulkan rasa sakit serta cedera pada lapisan kulit
epidermis. Dan perlu diingat refleks yang terjadi itu adalah bagian dari rangsangan yang diterima
sebelumnya memberikan reaksi yang dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan dari goresan
kawat sehingga tangan hanya menimbulkan garis kemerahan tanpa mengeluarkan darah namun
terasa perih.

20
Daftar Pustaka

1. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Edisi 2. Jakarta: EGC; 20. h. 44-
50.
2. Gambar 1. Diunduh dari:
https://www.google.com/search?q=os+clavicula&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=gD
ssU-WcMOeciAefrIDgDQ&ved=0CAcQ_AUoAQ&biw=1536&bih=770
3. Gambar 2. Diunduh dari:
https://thesebonesofmine.files.wordpress.com/2011/05/scapula3views-
star.jpg?w=980&h=580
4. Gambar 3. Diunduh dari: http://dc407.4shared.com/doc/o9xM8FgR/preview.html
5. Gambar 4. Diunduh dari: http://www.studyblue.com/notes/note/n/units-910-radius-ulna-
wrist-and-hand/deck/5899413
6. Gambar 5. Diunduh dari: http://mind42.com/mindmap/dda0681c-d292-42c9-8d28-
3356d8fe1555?rel=gallery
7. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2001. h. 81-5.
8. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008. h. 25-8.
9. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2002. h. 193-4.
10. Martini LH. Fundamentals of anatomy & physiology. 7th ed. San Francisco: Pearson
Education. Inc; 2006. pg. 180-5.
11. Gambar 6. Diunduh dari:
https://www.google.co.id/search?q=jaringan+kulit+epidermis&espv=2&biw=1366&bih=
667&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjmioOzhdLOAhWKrY8KHdPfA_
MQ_AUIBigB#tbm=isch&q=jaringan+otot&imgrc=1QENqT9JQdGnMM%3A
12. Gambar 7. Diunduh dari:
https://www.google.co.id/search?q=lapisan+epidermis&espv=2&biw=1366&bih=623&s
ource=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiRo-
XgqtLOAhVLNo8KHZxmDm8Q_AUIBigB#imgrc=lUE1B8Hw2gO6tM%3A
13. Setiadi. Edisi 1. Anatomi dan fisiologi manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.h.140.

21

Anda mungkin juga menyukai