Makalah Keperawatan Maternitas
Makalah Keperawatan Maternitas
KELOMPOK 4
Disusun Oleh :
1.Biyan Makhfudz A.
2. Diah Ardian R.
3. Nur Qolbiatun
4. Popy Astriani
5. Parlan
6. Supian
ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua,sehingga kami dari kelompok 1 bisa menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS dengan baik dan tepat
waktu.Terima kasih atas bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah KEPERAWATAN
MATERNITAS Anik Suwarsih S.kep., Ns., M.kes Tanpa bimbingan beliau kami tidak akan
bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk
membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN
SIPILIS ,makalah ini mungkin kurang sempurna di mata pembaca,kami mengharapkan
masukan yang dapat membangun makalah kami terima kasih. Demikian makalah ini dibuat,
kiranya dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi sifilis
biasa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa dipastikan
hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Penyakit ini bisa menular jika ia melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya.
Namun tidak hanya sebatas itu, seorang ibu yang sedang hamil yang telah tertular penyakit
ini bisa menularkannya kepada janinnya. Sifilis juga dapat diartikan sebagai penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan peyakit kronis dan dapat
menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam kandungan
melalui plasenta.
Efek sipilis pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut
terjadi, dan pada pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan
melahirkan bayinya dengan keadaan sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak segera diobati
akan menyebabkan abortus dan partus prematurus dengan bayi meninggal di dalam rahim
atau menyebabkan sipilis kongenital. Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-4 kehamilan.
Apabila sifilis terjadi pada kehamilan tua, maka plasenta memberi perlindungan terhadap
janin sehingga bayi dapat dilahirkan dengan sehat. Dan apabila infeksi sifilis terjadi
sebelum pembentukan plasenta maka harus dilakukan pengobatan dengan segera, sehingga
kemungkinan infeksi pada janin dapat dicegah.
2.2 Etiologi
Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum merupakan
salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat subspecies
yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum, Treponema pallidum
pertenue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum.
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang
umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang
melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat menyebabkan sifilis. ditularkan
kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum
bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti
lender (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem
peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa.
2.3 Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat
tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil
yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan
sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika
cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak
diobati, sifilis dapat berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di
luar alat kelamin.
2.5 Klasifikasi
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap
stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ
tubuh yang berbeda-beda pula.
a. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema pallidum.
Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa penonjolan-penonjolan
kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit
disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada pengerasan. Kelainan ini tidak
nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus,
sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus
durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah
lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri,
tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini disebut sebagai sifilis
stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di
bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang
spontan dalam 4-6 minggu, cepat atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi
b. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah sembuh.
Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang terjadi masa
transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul gejala stadium II.
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri
kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang-
kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa
bercak-bercak atau tonjolan-tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis
stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases
karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain pada
kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar getah bening di
seluruh tubuh.
c. Sifilis Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma
umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa sentimeter.
Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada
hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada organ dalam seperti
lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit,
kemerahan dan nyeri.
d. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis
(pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer. Sejumlah
10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih
banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama disebabkan oleh stadium ini.
Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema pallidum.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari
berturut-turut).
Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi primer, dan
menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis) dibagi dua, yaitu
treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS non spesifik digunakan
ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan komplemen Wasserman/Kolmer.
TSS nonspesifik akan menjadi negatif dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil
sehingga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik,
sebagai antigen digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya Treponema pallidum
hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun pengobatan diberikan pada
stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur hidup sehingga
lebih bermakna dalam membantu diagnosis.
2.6 Komplikasi
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature. Bayi
dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran,
gangguan mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat
dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan
yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.
2. Komplikasi Terhadap Ibu
a. Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
b. Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabu-
abuan dan licin
c. Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan menimbulkan
cacat.
2.7 Penularan
Sifilis bisa ditularkan atau diturunkan dari seorang ibu kepada anak dalam
kandungannya. Sipilis kongenital, melalui infeksi transplasental terjadi pada saat janin
berada di dalam kandungan ibu yang menderita sifilis. Penularan karena mencium atau
pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital jarang sekali terjadi.
Cara penularan sifilis lainnya antara lain melalui transmisi darah. Hal ini bisa terjadi
jika pendonor darah menderita sifilis pada stadium awal. Ada lagi kemungkinan penularan
cara lain, yaitu penularan melalui barang-barang yang tercemar bakteri penyebab sifilis,
Treponema pallidum, walaupun itu baru secara teoritis saja, karena kenyataannya boleh
dikatakan tidak pernah terjadi.
Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa resiko penularan penyakit
syphilis dapat terjadi jika:
1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap penyakit sifilis, jika
tidak (pernah) melakukan hubungan seksual aktif dengan penderita sifilis maka dia
tidak akan punya resiko terkena penyakit ini.
2. Ibu menderita sifilis saat sedang mengandung kepada janinnya lewat transplasental
3. Lewat transfusi darah dari darah penderita sifilis.
2.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan fisik. Infeksi pada janin
terjadi minggu 16 kehamilan dapat terjadi; partus prematurus, kelahiran mati, cacat
bawaan pada janin.
Diagnosis pada ibu hamil agak sulit di tegakkan karena pada ibu hamil terjadi
perubahan hormon. Diagnosis dapat ditegakkan
a. Pemeriksaan serologik: VDRL (veneral diesses research laboratory).
b. Dengan mempergunakan lapangan gelap, untuk membuktikan langsung terdapat
spirokaeta treponea palidum.
c. Fungsi lumbal untuk membuktikan neurosifilis.
Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genitalia dari semenjak 2
bulan terakhir. Rasa nyeri bertambah parah setelah beraktivitas dan pada saat malam hari.
Tuan S juga mengeluhkan gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta
kemerahan pada kaki dan tangan.
Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian ke luar kota dalam
jangka waktu yang lama, berpisah dengan anak dan istrinya. Tn. S kadang-kadang
memenuhi kebutuhan seksnya dengan pekerja seks komersial dan tidak suka
menggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. S juga masih tetap melakukan hubungan
seksual dengan istrinya apabila pulang.
Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin mengidap penyakit sifilis dan
sebelumnya juga pernah menderita infeksi pada genitalia. Tn. S mengakui tidak teratur
minum obat karena lupa. Tn. S juga khawatir menularkan penyakitnya kepada istrinya,
serta merasa sangat bersalah.
Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 88x/menit, RR = 22x/menit, suhu
= 38o C. Pada pemeriksaan genitalia, pada daerah genitalia keadaannya tidak bersih
terdapat luka kemerahan dan terdapat bintik bintik di daerah inguinal dan ditemukan
adanya ulkus kemerahan pada penis.
4. Pelaksanaan Keperawatan
No Tanggal dan Waktu Tindakan Paraf
1 12 februari 2014 1. Memantau suhu pasien
09:00 WIB 2. Memberikan kompres
dingin
3. Memberikan minum 1500-
2000 cc
4. Memberikan cairan
intravena
5. Memberikan obat
antipiretik.
Paracetamol 500 mg
2. 12 februari 2014 1. Mengkaji TTV
10:00 WIB 2. Mengajarkan tehnik
relaksasi dengan
mengajarkan tehnik nafas
dalam
3. Member obat analgesic
asam mefenamat 500mg
3. 12 februari 2014 1. Mengkaji kerusakan kulit
11:00 WIB 2. Melakukan tindakan
perawatan luka
3. Memberikan obat
antibiotikoptikal amoxcilin
200mg
4 12 februari 2014 1. Memberikan Penkes
12:00 WIB tentang penyakit yang
dialami pasien
5. Evaluasi
Dx.I suhu tubuh normal (36-37 drajat celcius), kulit tidak panas, tidak kemerahan,
turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab
Dx II, pasien tidak mengeluh nyeri, skala nyeri 0-1, pasien tidak gelisah
Dx III pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, luka menutup,
pencapai penyembuhan luka tepat waktu
Dx IV mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, pencegahan, perawatan
tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi. Mengenal perubahan
gaya hidup dari tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi sifilis
bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa dipastikan
hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual.
Dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam
kandungan melalui plasenta. Pada Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-4 kehamilan.
Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum merupakan salah
satu bakteri spirochaeta.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rata 3-
4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum
berkembang melalui 4 tahapan yaitu fase primer, sekunder, laten dan tersier.
Penularan karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital jarang
sekali terjadi, transfusi darah dari darah penderita sifilis, transplasenta, melakukan
hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap penyakit sifilis.
Pengobatannya dapat diberikan antibiotik pilihan yaitu Penisilin selain itu juga diberikan
eritromisin kerena tidak mempengaruhi janinnya.
3.2 Saran
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif dan
membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA