Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PATHOPHYSIOLOGY

Diabetes Melitus

Disusun oleh:
Nadia 472016003
Esther N. D. Handayani 472016011
Frisca J Burdam 472016018
Stuard A woisiri 472016019
Beathrix Finelya 472016030

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Berdasarkan data International Diabates Federation (IDF) menunjukkan, jumlah
penyandang diabetes di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta dan menempati urutan
ketujuh tertinggi di dunia. Kemudian, prevalensi diabetes di Indonesia cenderung
meningkat, yaitu dari 5,7% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2013. Lebih
mencengangkan lagi, seperti dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 2/3 diabetesi
(sebutan untuk penderita diabates) di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki
diabetes.
Survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2017 melakukan
wawancara untuk menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke atas.
Definisinya, sebagai diabates, jika pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh
dokter atau belum pernah didiagnosis menderita kencing manis oleh dokter tetapi
dalam sebulan terakhir mengalami gejala sering lapar, sering haus, sering buang air
kecil dalam jumlah banyak dan berat badan turun. Hasilnya, tahun 2013 meningkat
hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Makalah ini akan membahas pengertian
diabetes melitus serta penyebab dan penanganannya.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu Diabetes Melitus ?
b. Apa saja penyebabnya ?
c. Bagaimana siklus atau proses berkembangnya DM ?
d. Apa saja tanda dan gejala yang diitimbulkan ?
e. Bagaimana penatalaksanaan gizi yang dapat dilakukan ?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami
tentang penyakit diabetes melitus.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis
yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak
dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
(Corwin, 2009)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk hetorogen dengan manifestasi berupa hilangnganya toleransi karbohidrat jika
telah berkembang penus secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan
hiperglikemia puas dan postprandial, aterrosklerotik dan penyakit vaskular
mikroangiopati, dan neuropati. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, definisi kencing
manis adalah penyakit yang menyebabkan air kencing yang diproduksi bercampur zat
gula. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-tanda gejala
awal penyakit Diabetes melitus. Insulin adalah sejenis hormon yang diproduksi oleh
pankreas dan berfungsi untuk mengendalikan kadar gula dalam darah. Penurunan
sekresi insulin biasanya di sebabkan oleh resistensi insulin dan kerusakan sel beta
pankreas. Pada penderita penyakit Diabetes mellitus, tubuh pasien tidak dapat
memproduksi atau tidak dapat merespon hormon insulin yang dihasilkan oleh organ
pankreas. Kekurangan insulin membuat tubuh tidak mampu mengubah glukosa menjadi
sumber energi bagi sel. Sehingga respon yang diterima tubuh adalah rasa lapar dan
haus. Namun semakin banyak karbohidrat yang dimakan, maka akan semakin tinggi
penumpukan glukosa dalam darah. Kondisi inilah yang kemudian disebut sebagai
penyakit gula atau penyakit kencing manis atau diabetes melitus.
2.2. Etiologi
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darar terganggu ,
insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah tinggi.
peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan tubuh
berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan didalam air
kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan kadar gula
dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini terjadi maka
terjadilah diabetes mellitus.
Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin
kecukupan gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga
proses-proses kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat
oleh adanya hormon – hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin,
yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin,
dan somatostatin.
Klasifikasi etiologi kelainan glikemia (DM) sebagai berikut :
(1) Tipe 1, di tandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total
oleh sel-sel B pankreas. Faktor penyebab masih belum di mengerti dengan
jelas tetapi beberapa virus tertentu, penyakit autoimun dan faktor-faktor
genetik mungkin turut berperan.
(2)Tipe 2, ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin diproduksi
dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak efektif.
Ada korelasi genetik yang kuat pada tipe diabetes inidan proses terjadinya
berkaitan erat dengan obesitas. Anak dengan diabetes tipe 2 di laporkan
memiliki riwayat penyakit kardivaskular dalam keluarga dan atau sindrom
metabolik.
(3) Tipe spesifik lainnya, berupa defek genetik pada fungsi sel-B, defek genetik
pada kerja insulin, penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas, endokrinopati,
di timbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia, infeksi, bentuk immune-
mediated diabetes yang langka. Kadang-kadang sindrom genetik lain yang
disertai diabetes.
(4) Diabetes gestasional : bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan.
Kebanyakan, tapi tidak semuanya, akan sembuh setelah melahirkan.
(Ambady dkk.2009)
2.3. Patofisiologi
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan,
yaitu :
a. Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu,
dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer
(Manaf, 2009).
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;
a. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran
glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena
sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan
insulin, timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel
sementara terjadi defisiensi glukosa intrasel - “kelaparan di lumbung padi”.
b. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan menyebabkan
glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.
c. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya.
Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih).
d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi,
yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena
volume darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki
dapat menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau
menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.
e. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.
Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme
kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.
f. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu makan
(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang
berlebihan).
g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-
besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
h. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto kearah
katabolisme protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka
lisut dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan (Sherwood, 2001).

2.4. Manifestasi klinis


Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
insufisiensi fungsi insulin. Pasien - pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma yang normal, atau toleransi glukosa setelah
makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat
ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena
glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan
berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul
sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk (Price, S.A. and
Wilson, L.M., 2005).
Simptom lain adalah hiperglikemik termasuk gangguan penglihatan, keletihan,
parestesis dan infeksi kulit. Gangguan penglihatan terjadi apabila lensa dan retina selalu
mengalami efek hiperosmotik akibat dari peningkatan glukosa dalam darah. Plasma
volume yang rendah menyebabkan badan lemah dan letih. Parestesis menandakan
adanya disfungsi sementara pada saraf sensorik perifer. Infeksi kulit kronik sering
terjadi pada pasien diabetes tipe II. Hiperglikemik dan glikosuria selalu menyebabkan
jangkitan jamur. Manakala pruritus dan vulvovaginitis terjadi akibat infeksi candida
yang selalu menjadi keluhan wanita dengan diabetes (Porth, 2006).

2.5. Penatalaksanaan gizi


Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara diet nutrisi pada
pasien dengan DM. Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi
penderita diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian
makanan. Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi
karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.
Tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik
dengan cara :
 Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, dengan obat penurun
glukosa oral dan aktivitas fisik.
 Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
 Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal.
 Mengindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia
Syarat Diet Penyakit Diabetes Mellitus adalah
 Energi cukup untu mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg berat badan normal,
ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya
kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi . Makanan dibagi
dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore
(25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (10-15%).
 Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
 Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak
tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol dibatasi, yaitu = 15 tahun. Diet B1
Diet B1 meliputi kebutuhan karbohidrat sebanyak 60%, protein 20%,
lemak 20%, serat 35 gram/100kkal.
Pengaturan diet diabetes yang baik adalah dengan memilih bahan makanan yang
memiliki indeks glikemik yang rendah. Yang disebut dengan indeks glikemik adalah
angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang
tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingakatan
atau rangking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. Indeks glikemik
tinggi banyak terdapat pada makanan yang mengandung karbohidrat.
Karbohidrat merupakan bahan makanan penghasil energi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Karbohidrat dapat ditemukan pada biji-bijian, umbi-umbian, beras, tepung, dll.
Sekitar 50-60% energi tubuh dihasilkan dari asupan karbohidrat. Faktor-faktor pada
karbohidrat yang mempengaruhi kadar gula darah tidak hanya semata-mata
komposisinya saja, namun ukuran partikel karbohidrat yang dimakan, struktur tepung
dan metode memasak juga mempengaruhi kadar gula darah akibat asupan karbohidrat.
Makanan yang mengandung indeks glikemik rendah (55 atau kurang) antara
lain: roti gandum, nasi merah, jus apel tanpa pemanis, kacang tanah, wortel, kacang
kedelai, dsb. Makanan dengan indeks glikemik sedang (56 – 69),contohnya adalah:
jagung rebus, anggur, pisang, kismis, talas, dsb.Sedangkan untuk makanan dengan
indeks glikemik tinggi (diatas 70) adalah: Ubi, nasi putih, singkong, beras ketan,
semangka, dsb.
Pada diet diabetes mellitus, yang perlu diperhatikan adalah jumlah, jenis, dan
jadwal makan. Selama pemilihan jenis makanan tepat (dengan indeks glikemik rendah)
dan porsi yang cukup sesuai dengan kebutuhan kalori dan jadwal makan yang tepat
(jarak antara jadwal makan satu dan lainnya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat).
(Integra newletter,2017).
Penentuan jumlah kalori diet bagi pasien DM berdasarkan presentase berat
badan relatif (BBR)
𝐵𝐵
BBR = 𝑋 100%
𝑇𝐵−100
Dengan kriteria :
 Kurus (underweight) : BBR < 90%
 Normal (ideal) : BBR 90 – 110%
 Gemuk (overweight) : BBR > 110%
 Obesitas : BBR > 120%
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengerti tentang penyakit
diabetes melitus. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, dan penatalaksanaan gizi tentang diabetes melitus.
Referensi
Ambady dkk.2009. Diabetes melitus dalam gizi kesehatan masyarakat. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Integra newletter. Diet Diabetes Melitus. Edisi maret 2017.
Manaf A., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Insulin : Mekanisme Sekresi Dan Aspek Metabolisme,
Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK UI pp. 1897-99.
Price, Sylvia Andreson. patofisiology. konsep klinis proses – proses penyakit.Jakarta:EGC,2005
Porth CM. 2006. Diabetes Melitus And The Metabolic Syndrome. In Essential Pathophysiology
Concept Of Altered Health States. 2nd Edition. Lippincott William & Wilkins.
Philadelphia, P699-721.
Sherwood,Lauralee. 2001. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai