LANDASAN TEORI
5
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Jenis-jenis Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan yang berada
lebih rendah seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan
kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan
teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan kegunaannya jembatan dapat dibedakan sebagai berikut (Manu, 1995):
a. Jembatan jalan raya (highway bridge)
b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge)
c. Jembatan jalan air (waterway bridge)
d. Jembatan jalan pipa (pipeway bridge)
e. Jembatan militer (military bridge)
f. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge)
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam antara lain:
a. Jembatan kayu (log bridge)
b. Jembatan beton (concrete bridge)
c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)
d. Jembatan baja (steel bridge)
e. Jembatan komposit (compossite bridge)
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa
macam (Supriyadi, 2007), antara lain:
a. Jembatan plat (slab bridge)
b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge)
c. Jembatan gelagar (girder bridge)
d. Jembatan rangka (truss bridge)
e. Jembatan pelengkung (arch bridge)
f. Jembatan gantung (suspension bridge)
g. Jembatan kabel (cable stayed bridge)
6
2.2.2 Bagian-bagian Konstruksi Jembatan
Konstruksi jembatan beton terbagi menjadi 3 bagian utama struktur yaitu
struktur atas (upper structure), struktur bawah (sub structure) dan pondasi jembatan.
a. Struktur atas (upper structure) jembatan merupakan bagian yang menerima beban
langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-
lintas kendaraan, gaya rem dan beban pejalan kaki. Struktur atas jembatan meliputi:
1) Tiang sandaran
2) Plat lantai jembatan
3) Trotoar
4) Slab lantai kendaraan
5) Balok diafragma
6) Gelagar (girder)
b. Struktur bawah (sub structure) jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur
atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan,
tumbukan, gesekan pada tumpuan dan sebagainya untuk kemudian disalurkan ke
fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan meliputi:
1) Abutment
2) Pilar jembatan
c. Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Perencanaan pondasi meliputi pemilihan tipe pondasi yang sesuai dengan
karakteristik beban dan tanah untuk mendapatkan daya dukung yang dipersyaratkan.
7
b. Penampang U (U-girder)
Gelagar utama yang memiliki penampang berbentuk huruf U dan akan diperkuat
baja-baja prategang di dalamnya. Dalam satu bentang jembatan terdiri dari beberapa
balok.
8
PC-U girder merupakan modifikasi bentuk box girder dalam bentuk dan ukuran
yang lebih kecil. PC-U memiliki bentuk badan yang lebar namun pada bagian tengah
bentang penampangnya cukup langsing. PC-U girder memiliki kemungkinan kecil
untuk terguling karena memiliki luasan sentuhnya yang besar. Dan saat setelah girder
telah menduduki bearing pad, bresing pengaman dapat dibuat hanya pada lokasi
tertentu saja. Balok girder yang berbentuk U memiliki kelebihan pada kekakuanya yang
cenderung merata dan stabil terhadap angin. Balok girder ini juga memiliki
keistimewaan yang terletak pada susunan tendonnya yang berpasang-pasangan. Susunan
ini mengharuskan penarikan kabel strand pada girder menggunakan dua dongkrak
sekaligus.
= (2-1)
=h- (2-2)
dengan:
: Jarak titik berat penampang terhadap serat bawah
: Jarak titik berat penampang terhadap serat atas
h : Tinggi total balok prategang
: Luas penampang
y : Titik berat penampang
- Momen inersia terhadap sumbu x
)² (2-3)
dimana:
(untuk penampang persegi) (2-4)
9
Gambar 2.4 Penampang gelagar prategang
∑ ∑A - ∑A.y - - ∑Ix
Berat sendiri (MS) adalah berat dari bagian tersebut dan elemen-elemen
struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural
yang dianggap tetap. Adapun faktor beban untuk berat sendiri dan beban mati tambahan
dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.
Tabel 2.3 Faktor beban untuk berat sendiri
Faktor Beban (ɣMS)
Tipe beban Keadaan Batas Layan (ɣsMS) Keadaan Batas Ultimit (ɣuMS)
Bahan Biasa Terkurangi
Baja 1,00 1,10 0,90
Aluminium 1,00 1,10 0,90
Tetap Beton pracetak 1,00 1,20 0,85
Beton dicor di tempat 1,00 1,30 0,75
Kayu 1,00 1,40 0,70
(Sumber: SNI 1725-2016)
11
b. Beban mati tambahan/ utilitas (MA)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentu suatu beban pada
jembatan yang merupakan elemen nonstruktural, dan besarnya dapat berubah selama
umur jembatan.
Tabel 2.4 Faktor beban untuk beban mati tambahan (utilitas)
Faktor Beban (ɣMA)
c. Beban hidup
Semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban lalu lintas
kendaraan yang sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang
berlaku.
1) Beban lajur “D” (TD)
Beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang digabung dengan
beban garis (BGT).
Tabel 2.5 Faktor beban untuk beban lajur “D”
Faktor Beban (ɣTD)
Tipe
Jembatan Keadaan Batas Layan Keadaan Batas Ultimit
beban
(ɣsTD) (ɣuTD)
Beton 1,00 1,80
Transien Boks Girder
1,00 2,00
Baja
(Sumber: SNI 1725-2016)
12
jembatan (kPa)
L = adalah panjang total jembatan yang dibebani (m)
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas q kN/m harus ditempatkan tegak
lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas q adalah 49,0
kN/m.
Pembebanan truk “T” terdiri atas kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai
susunan dan berat gandar sepeti terlihat pada gambar 2.6.
13
(Sumber: SNI 1725-2016)
Gambar 2.6 Pembebanan truk “T” (500 kN)
Catatan(1) : Tekanan tanah lateral dalam keadaan diam biasanya tidak diperhitungkan pada
keadaan batas ultimit.
14
Tanah dibelakang dinding penahan biasanya mendapatkan beban tambahan yang
bekerja apabila beban lalu lintas bekerja pada bagian daerah keruntuhan aktif
teoritis. Besarnya beban tambahan ini adalah setara dengan tanah setebal 0.7 m
yang bekerja secara merata pada bagian tanah yang dilewati oleh beban lalu
lintas tersebut.
( ) ( ) (2-8)
dengan :
VDZ : Kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 : Kecepatan angin pada elevasi 10000 mm diatas permukaan tanah atau
permukaan air rencana (km/jam)
VB : Kecepatan angin rencana yaitu 90 km/jam hingga 126 km/jam
Z : Elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau dari permukaan air
dimana beban angin dihitung (Z > 10000 mm)
Vo : Kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteorologi
Zo : Panjang gesekan dihulu jembatan
V10 : Dapat diasumsikan V10 = VB
15
Tabel 2.8 Nilai Vo dan Zo untuk berbagai variasi kondisi permukaan hulu.
Kondisi Lahan terbuka Sub urban Kota
Vo (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Zo (mm) 70 1000 2500
16
Tabel 2.10 Faktor beban akibat pengaruh susut dan rangkak
Faktor Beban (ɣSH)
Tipe Beban
Keadaan Batas Layan (ɣsSH) Keadaan Batas Ultimit (ɣuSH)
Tetap 1,00 0,5
9) Pengaruh gempa
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh
namun dapat mengalami kerusakan signifikan dan gangguan terhadap pelayanan
akibat gempa. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan
berdasarkan perkalian anatara koefisien elastis (Csm) dengan berat struktur
ekivalen yang kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respons (Rd)
dengn formasi sebagai berikut :
(2-9)
dengan :
EQ : adalah gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm : adalah koefisien respons gempa elastis
Rd : adalah modifikasi respons
Wt : adalah berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup (kN)
17
Koefisien respons elastis Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah genapa dan periode ulang
rencana.koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan
dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadan tanah sampai kedalaman
30 m di bawah struktur jembatan (SNI 1725-2016 pasal 9.7).
18
2.2.8 Beton Prategang
Beton prategang adalah material yang sering digunakan dalam kontruksi. Beton
prategang pada dasarnya adalah beton dimana tegangan-tegangan internal dengan besar
serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan yang
diberikan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu titik yang diinginkan. Prategang
meliputi tambahan gaya tekan pada struktur untuk mengurangi atau bahkan
menghilangkan gaya tarik internal dalam hal ini retak pada beton dapat dihilangkan.
Pada beton bertulang, prategang pada umumnya diberikan dengan menarik baja
tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik,
mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton prategang akan lebih kokoh dari
elemen beton bertulang biasa.
Gambar 2.7 Jenis-jenis Baja yang Dipakai Untuk Beton Prategang: (a) Kawat tunggal (wires).
(b) untaian Kawat (strand). (c) Kawat batangan (bars)
19
2.2.10 Prinsip Dasar Prategang
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa beton adalah material yang
kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam kondisi tarik. Kemampuan menahan tarik
beton bervariasi antara 8-14% dari kemampuan menahan tekan beton, hal ini
menyebabkan terjadinya retak akibat lentur (flexural crack) pada saat awal
pembebanan. Untuk mengurangi atau mencegah berkembangnya retak tersebut, gaya
konsentris atau eksentris diberikan pada arah longitudinal elemen struktur. Gaya ini
mencegah perkembangnya retak dengan cara mengeliminasi atau sangat mengurangi
tegangan tarik dibagian tumpuan dan kondisi kritis pada kondisi beban kerja, sehingga
dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser dan torsional penampang tersebut.
Gaya longitudinal yang diterapkan seperti diatas disebut gaya prategang, yaitu
gaya tekan yang memberikan prategangan pada penampang disepanjang bentang di
suatu elemen struktur sebelum bekerjanya beban mati dan beban hidup tranversal atau
beban hidup horizontal transien (Nawy, 2001).
20
(Sumber: Desain Praktis Beton Prategang, Budiadi, 2008)
Gambar 2.8 Proses pembuatan beton prategang pratarik
b. Post-Tension (pascatarik)
Dengan cetakan yang sudah disediakan, beton dicor di sekeliling selongsong
(ducts). Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen dari struktur. Biasanya
baja tendon tetap berada di dalam selongsong selama pengecoran. Jika beton sudah
mencapai kekuatan tertentu, tendon ditarik. Tendon bisa ditarik di satu sisi dan di sisi
yang lain diangkur. Atau tendon ditarik di dua sisi dan diangkur secara bersamaan.
Beton menjadi tertekan setelah pengangkuran.
21
2.2.12 Analisis Prategang
Tegangan yang disebabkan oleh prategang umumnya merupakan tegangan
kombinasi yang disebabkan oleh aksi beban langsung dan lenturan yang dihasilkan
oleh beban yang ditempatkan secara eksentris maupun konsentris (Raju, 1986).
a. Tendon Konsentris
Balok beton prategang dengan satu tendon konsentris yang ditunjukkan dalam
gambar dibawah ini.
b. Tendon Eksentris
Sebuah balok yang mengalami suatu gaya prategang eksentris sebesar P yang
ditempatkan dengan eksentrisitas (e). Eksentrisitas akan menambah kemampuan untuk
menerima atau memikul tegangan tarik yang lebih besar lagi pada serat bawah.
Prategang juga menyebabkan perimbangan gaya-gaya dalam komponen beton
prategang. Konsep ini terutama terjadi pada beton prategang post-tension.
22
Gambar 2.11 Distribusi tegangan tendon eksentris
Gambar 2.12 Distribusi tegangan balok prategang dengan tendon eksentris beban mati dan
beban hidup
Balok beton yang diperlihatkan pada Gambar 2.12 memikul beban hidup dan
mati yang terbagi rata dengan q dan g. Balok diprategangkan dengan suatu tendon lurus
yang membawa suatu gaya prategang (P) dengan eksentrisitas (e). Tegangan resultan
pada suatu penampang beton diperoleh dengan superposisi pengaruh prategang dan
tegangan-tegangan lentur yang ditimbulkan oleh beban-beban tersebut. Jika Mq dan
Mg merupakan momen akibat beban hidup dan beban mati pada penampang di tengah
bentang.
23
2.2.13 Tegangan Izin
a. Beton
Tegangan izin beton pada saat transfer gaya prategang :
- Tegangan tekan : ci = 0,6 f’ci (2-10)
- Tegangan tarik : ti = 0,25 √𝑓 (2-11)
Tegangan izin beton pada saat layan :
- Tegangan tekan : c = 0,45 f’c (2-12)
- Tegangan tarik : t = 0,5 √𝑓 (2-13)
b. Baja prategang
Tegangan tarik izin kabel pada saat jacking = 0,94 fpy (2-14)
Tegangan tarik izin kabel setelah pengangkuran = 0,7 fpu (2-15)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-16)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-17)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-18)
𝑓 ( ) 𝑓 (2-19)
dengan :
Pt : Prategang awal
Peff : Prategang efektif sesudah kehilangan
Ac : Luas penampang
es : eksentrisitas
Wa : Tahanan momen sisi atas
Wb : Tahanan momen sisi bawah
MD : Momen akibat berat sendiri
MT : Momen total akibat beban gravitasi
24
2.2.15.2 Kehilangan Prategang
Suatu kenyataan yang jelas bahwa gaya prategang awal yang diberikan ke
elemen beton mengalami proses reduksi yang progresif selama kurang lebih 5 tahun.
Dengan demikian, tahapan gaya prategang perlu ditentukan pada setiap tahap
pembebanan, dari tahap transfer gaya prategang ke beton, sampai ke bagian tahap
prategang yang terjadi pada kondisi beben kerja, hingga mencapai ultimit.
Perkiraan gaya prategang total.
𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 𝑓 (2-20)
dengan :
𝑓 : Kehilangan prategang total
𝑓 : Kehilangan prategang akibat slip angkur
𝑓 : Kehilangan prategang akibat friksi/gesekan
𝑓 : Kehilangan prategang akibat perpendekan elastis beton
𝑓 : Kehilangan prategang akibat relaksasi tendon
𝑓 : Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton
𝑓 : Kehilangan prategang akibat susut pada beton
a. Perpendekan elastis beton (ES)
Kehilangan tegangan akibat pemendekan elastis beton dapat dihitung sebagai
berikut:
𝑓 𝑓 (2-21)
dengan :
n : Jumlah tendon atau jumlah pasangan tendon yang ditarik secara
sekuensial.
j : Menunjukkan nomor operasi pendongkrakan.
𝑓 (2-22)
dengan :
𝑓 : Kehilangan prategang akibat slip
∆A : Deformasi pengangkuran
: Modulus elastika kabel
L : Panjang tendon
25
𝑓 𝑓̅ 𝑓̅ (2-23)
dengan :
: 2,0 untuk komponen struktur pratarik; 1,6 untuk komponen struktur
pascatarik
̅
𝑓 𝑐𝑠 : Tegangan di beton pada level pusat berat baja segera setelah transfer
̅
𝑓𝑐𝑠 : Tegangan di beton pada level pusat berat baja akibat semua beban
mati tambahan yang bekerja setelah prategang diberikan
n : Rasio modulus
𝑓 𝑓 ( ) ( ) (2-26)
f. Friksi (F)
Kehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton sekitarnya
dapat dihutung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑓 𝑓 (2-27)
dengan :
𝑓 : Kehilangan tegangan akibat gesekan kabel
𝑓 : Tegangan awal tendon
: Koefisien kelengkungan
: Perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian dari
titik jacking
K : Koefisien wobble
L : Panjang baja prategang diukur dari titik jacking
26
2.2.16 Balok Ujung (End Block)
Daerah end block (zona angkur) merupakan bagian komponen struktur prategang
pascatarik dengan gaya prategang terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara
lebih merata ke seluruh bagian penampang (Nawy, 2001).
Tegangan-tegangan transversal yang timbul di daerah angkur bersifat tarik,
apabila tegangan tersebut melebihi modulus raptur beton, maka blok ujung akan
terbelah (retak) secara longitudinal, kecuali apabila tulangan vertikal digunakan. Lokasi
tegangan beton dan retaknya serta retak spalling dan bursting bergantung pada lokasi
dan distribusi gaya terpusat horizontal yang diberikan oleh tendon prategang ke pelat
tumpu ujung.
Pada balok pasca tarik, transfer dan distribusi beban secara gradual tidak
mungkin terjadi karena gayanya bekerja secara langsung dimuka ujung balok melalui
plat tumpu dan angker. Juga sebagian atau seluruh tendon di balok pasca tarik
ditinggikan atau dibentuk draped kearah serat atas melalui bagian badan dari
penampang beton.
Gambar 2.13 Reduksi gaya prategang di dekat tumpuan, (a) Menaikkan sebagian tendon, (b)
Pemberian lapisan pada sebagian tendon (Nawy, 2001)
27
Gambar 2.14 Zona angker ujung tendon terlekat (a). Transisi ke daerah solid di tumpuan (b).
zona ujung dan retak spalling (Nawy, 2001)
Duct
28
3. Angkur- angkur
Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan angkur mati
a) Angkur hidup (angkur tipe SA) b) Angkur mati (angkur tipe FA)
Gambar 2.16 Angkur pada girder
(sumber: BBR CT CONA CMI)
29
b. Guling dan geser
Struktur abutment harus dikontrol terhadap guling dan geser yang harus
memenuhi faktor keamanan (SF) sebagai berikut:
1. Keamanan terhadap guling
(2-30)
(2-31)
Dengan :
Mp : Momen penahan guling (kN.m)
Mh : Momen penyebab guling (kN.m)
P : beban vertikal (kN)
T : Beban horizontal (kN)
B : Panjang pondasi /pile cap abutment (m)
L : Lebar pondasi /pile cap abutment (m)
Φ : Sudut geser dalam
C : Kohesi tanah (kN/m3)
c. Penulangan abutment
Untuk penulangan abutment, apabila ukuran penampang, beban aksial dan
momen yang bekerja telah diketahui, maka luas tulangan dapat ditentukan dengan
menggunakan diagram interaksi kolom yang terdapat pada lampiran.
30
b. Pondasi sedang
Kedalaman tanah kuat untuk pondasi sedang diperkirakan mencapai ± 6 meter
dibawah permukaan tanah. Pondasai yang cocok untuk kedalaman ini adalah pondasi
sumuran. Pondasi sumuran ini dibuat dari pipa beton biasa atau pipa beton bertulang
dengan tebal dinding berkisar antara 8 cm sampai 12 cm dimasukan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan campuran adukan beton. Ukuran diameter pipa bagian dalam
berkisar antara 65 cm sampai 150 cm, dan tergantung dari hasil perhitungan.
c. Pondasi dalam
Kedalaman tanah kuat untuk pondasi dalam minimal mencapai ± 6 m dibawah
permukaan. Pondasi yang cocok pada kedalaman ini adalah pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang dibuat dari bahan kayu, besi profil, pipa baja maupun beton
bertulang, yang dapat dipancang sampai kedalaman ± 60 m dibawah permukaan tanah.
31
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
LOKASI
Koordinat:
Latitude : -8,646967
Longitude : 116,085385
Gambar 3.1 Lokasi Jembatan Kesejahteraan
32
3.3 Tinjauan Pustaka dan Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahapan pertama yang dilakukan dalam perencanaan,
hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian dengan dasar yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
33
Gambar 3.2 Tampak samping jembatan Kesejahteraan
Mulai
Persiapan
n
34
A
Preliminary Design:
Merencanakan pelat lantai jembatan
Merencanakan kerb dan trotoar
Merencanakan deck slab precast
Diafragma
Pendimensian Girder
Analisis Pembebanan
Tidak
Kontrol desain
bangunan atas jembatan
Ok
Ok
Gambar
Selesai
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
4. Lebar jembatan : 9,5 m
Lebar jalur : 2 x 3,5 m
Lebar trotoar : 0,8 m
Lebar kerb : 0,2 m
16
10
45
45
25
20
25 80 20
a. Pipa Sandaran
Spesifikasi teknis:
Mutu tulangan baja (fy) = 240 MPa ( 2400 kg/cm²)
Tinggi tiang sandaran = 125 cm
Jarak tiang sandaran = 200 cm
Muatan horizontal (H) = 100 kg/m
37
Berdasarkan tabel profil baja (Sunggono KH, 1984) digunakan pipa baja Ø3
inchi (76,3 mm) BJ 37 dengan data sebagai berikut:
Diameter (D) = 76,3 mm
t = 4 mm
G = 7,13 kg/m
W = 15,6 cm³
1. Pembebanan pipa sandaran :
Beban vertikal
Faktor beban ultimit = 1,2
Beban vertikal (qV) = 7,13 kg/m
Beban ultimit vertikal (qVu) = 1,2 x 7,13
= 8,556 kg/m
Beban horizontal
Faktor beban ultimit = 1,6
Beban horizontal (qH) = 100 kg/m
Beban ultimit horizontal (qHu) = 1,6 x 100
= 160 kg/m
=√
= 160,229 kg/m
RAV =
= 160,229 kg
38
Momen yang terjadi pada pipa sandaran :
Mu =
= 80,114 kg.m
= 8011,4 kg.cm
Zx = x D³ x (1-(1- )³)
= 20,930 cm³
Tahanan momen nominal (Mn) :
Mn = fy x Zx
= 2400 x 20,930
= 50233,184 kg.cm
39
Jadi, profil baja Ø76,3 mm (3 inchi) dengan mutu baja BJ 37, fy = 240 MPa dapat
digunakan untuk pipa sandaran.
b. Tiang Sandaran
Perencanaan tiang sandaran direncanakan berdasarkan standar Bina Marga,
Perencanaan Teknik Jembatan, karena pada SNI 1725:2016 tidak dibahas secara detail.
Direncanakan :
- Jarak antar tiang sandaran = 2,00 m
- Tinggi tiang sandaran di atas trotoar = 1,00 m
1. Gaya aksial terfaktor akibat beban hidup (PL)
H1 = 100 kg/m
90 cm
2. Perhitungan momen
Gaya geser ultimit pada sandaran :
Vu = Beban x jarak sandaran
= 160 x 2
= 320 kg
Momen ultimit pada sandaran :
Mu = Beban x jarak sandaran x lengan momen
= 160 x 2 x 1,15
= 368 kg.m
40
3. Penulangan
Spesifikasi teknis :
- Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
- Mutu baja (fy) = 240 MPa
- h = 25 cm = 250 mm
- tebal selimut beton (p) = 2,5 cm = 25 mm
- Ø tulangan utama = 10 mm
- Ø sengkang = 8 mm
- Jarak antar tiang sandaran =2m
Tebal efektif (d) :
d = h – p – 0,5 Ø tulangan utama – Ø tulangan sengkang
d = 250 – 25 – 0,5 x 12 – 6
= 211 mm
Perhitungan tulangan utama:
Momen nominal:
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)
m =
= 9,7196
Tahanan momen nominal:
Rn =
= 0,517 N/mm²
Rasio tulangan diperlukan:
ρ = √ )
= √ )
= 0,00218
41
Rasio tulangan maksimum:
ρb =
= 0,06247
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Tahanan momen maksimum:
Rmaks = )
= 8,684 N/mm²
Rmaks ≥ Rn
8,684 ≥ 0,517 N/mm² ……………….. (OK)
Rasio tulangan minimum:
ρmin = = = 0,00583
n =
=1,742 ≈ 2 buah
Asterpasang = n x As = 2 x 113,04 = 226,08 mm²
Asterpasang (=226,08 mm²) > Asperlu (=196,933 mm²) ……………….. (OK)
Jadi, digunakan tulangan utama 2 Ø 12 (As terpasang 226,08 mm2).
42
Tulangan Sengkang (geser) :
Vu = 320 kg = 3200 N
Vc = √
= √
= 30326,637 N
фVc = 0,6 x Vc
= 0,6 x 30326,637
= 18195,982 N
фVc (=18195,982 N) > Vu (=3200 N) ……… (tidak perlu tulangan geser).
Secara teoritis tulangan geser tidak diperlukan, karena tulangan sudah kuat
menahan geser, maka cukup dengan menggunakan sengkang jarak maksimum (Smaks) :
Smaks =½xd
= ½ x 211
= 105,5 mm ≈ 100 mm
Digunakan sengkang Ø6 – 100 mm.
Jadi, tiang sandaran menggunakan mutu beton 29,05 MPa dan mutu baja 240
MPa dengan tulangan lentur 2Ø12 dan tulangan sengkang Ø6 – 100 mm.
2Ø12
b=160
h=250
Ø6-100
tulangan lentur
2Ø12
tulangan sengkang
Ø6-100
43
500 kg/m
25
20
1. Perhitungan momen
20
500 kg/m
25
m = = = 9,7196
= 0,088 N/mm²
44
Rasio tulangan balance :
ρb =
= 0,06247
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,00583
ρ = √ )
= √ )
= 0,00037
ρ (=0,00037) < ρmin (=0,00583) ; maka digunakan ρmin = 0,00583
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00583 x 200 x 169
= 985,833 mm2
Digunakan tulangan Ø12 :
As = ¼ x π x Ø2
= ¼ x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
Jarak antar tulangan (s) :
S =
Asterpasang = = = 1130,4mm²
45
Tulangan geser :
Vu = 800 kg = 8000 N
Vc = √
= √
= 151812,8 N
фVc = 0,6 x Vc = 0,6 x 151812,8 = 91087,71 N
фVc (= 91087,71 N) > Vu (= 8000 N) ……… (tidak perlu tulangan geser).
Maka digunakan tulangan geser praktis 2 Ø 8
Jadi, kerb menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy) 240
MPa dengan tulangan lentur Ø12 – 100 dan sengkang 2 Ø8.
2Ø8
Ø6-100
25
20
100 mm
Ø12-100
2Ø8
200 mm
DETAIL PENULANGAN KERB
Gambar 4.4 DetailATAS
TAMPAK penulangan kerb
46
a. Pembebanan pada trotoar :
1. Akibat berat sendiri (Ms)
16
10
45 I
80
II
45
III
25 IV V VI
20 VII
25 80 20
47
Dari tabel 4.1 didapat momen total akibat berat sendiri slab trotoar sebesar =
955,864 kg.m
Faktor beban ultimit = 1,2
Momen ultimit berat sendiri (MMS) = KMS x M = 1,2 x 955,864 = 1147,037 kg.m
2. Akibat beban hidup pedestrian (TP)
10
H1 = 100 kg/m
45
45 q = 500 kg/m²
H2 = 500 kg/m
25
20
Momen (M) total akibat beban hidup pada trotoar sebesar = 610 kg.m
Faktor beban ultimit = 1,6
Momen ultimit beban hidup (MTP) = 1,6 x 610 = 976 kg.m
Sehingga,
Momen ultimit (Mu) = MMS + MTP = 1147,037 + 976 = 2123,037 kg.m
48
b. Penulangan trotoar
Direncanakan :
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Karena f’c < 30 MPa, maka β1 = 0,85
Mutu baja (fy) = 400 MPa
h = 250 mm
Tebal selimut beton (p)= 25 mm
D. tulangan utama = 16 mm
Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton (d) :
d = h – p – 0,5 x D. tulangan utama
= 250 – 25 – 0,5 x 16 = 217 mm
Penulangan lentur :
Momen nominal:
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)
m = = = 16,1993
Rn = = = 0,5636 N/mm²
ρ = √ )
= √ )
= 0,00143
Rasio tulangan balance :
ρb =
= 0,03148
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,03148 = 0,02361
49
Tahanan momen maksimum:
Rmaks = )
= 7,639 N/mm²
Rmaks ≥ Rn
7,639 ≥ 0,564 N/mm² ……………….. (OK)
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035
S =
= 264,595 mm ≈ 250 mm
50
Digunakan tulangan Ø 12 :
As = ¼ x π x Ø 2 = ¼ x 3,14 x 122 = 113,04 mm2
Jarak tulangan bagi :
S = = = 251,2 mm ≈ 250 mm
Jadi, slab lantai trotoar menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja
(fy) 400 MPa dengan tulangan lentur D16 – 250 dan tulangan bagi Ø 12 – 250 mm.
2Ø12
Ø6-100 mm
Ø12-250 mm D16-250 mm
42 m
1,4 m
52
Mdy = rm x Pd x (m2 + 0,15 m1)
= 0,8 x 555,072 x (0,019+ 0,15 x 0,078)
= 13, 633 kN.m/m
Beban 0,05
0,025 0,2
h 0,75 h
h = tp + (ts – p – dt/2)
Mencari h
= 0,05 + (0,2 - 0,025 - 0,016/2)
= 0,217 m
Beban hidup kondisi I (Tinjau keadaan beban satu roda)
v1 Ly
u1
1,4 m
Beban hidup
Dari grafik M. Pigeaud diperoleh koefisien momen :
m1 = 0,102
m2 = 0,051
kond 1 53
Momen lentur beban hidup kondisi I
Mlk1x = rm x PI x (m1 + 0,15 m2)
= 0,8 x 202,5 x (0,102 + 0,15 x 0,051)
= 17,763 kN.m/m
Mlk1y = rm x PI x (m2 + 0,15 m1)
= 0,8 x 202,5 x (0,051 + 0,15 x 0,102)
= 10,741 kN.m/m
Beban hidup kondisi II (2 roda berdekatan dengan jarak as ke as 1 m)
v1 Ly
u1
u1 u1
u1 1
A A
1,4 m
1,184
1,184
u = 2,184
u = 2,184 m
v = v1 = 0,684 m
Rasio bidang beban pelat :
54
Beban hidup kondisi III
1
Beban Beban
0,25 0,25
0,684 2y 0,684
1
y y
u1 1,4
v1
Ly
Mencari nilai y :
(1/2 x v1) + 2y + (1/2 x v1) =1
(1/2 x 0,684) + 2y + (1/2 x 0,684) =1
0,684 + 2y =1
2y = 0,316
y = 0,158 m
- Formasi (i)
u = u1 = 1,184 m
v = 2 (v1 + y) = 2 (0,684 + 0,158) = 1,684 m
Rasio bidang beban pelat :
55
Rasio bidang beban pelat :
56
c. Penulangan pelat lantai
Direncanakan :
Mutu beton (f’c) = 29,05 MPa
Karena f’c < 30 MPa, maka β1 = 0,85
Mutu baja (fy) = 400 MPa
Tebal pelat (h) = 200 mm
Tebal selimut beton (p)= 25 mm
D. tulangan utama = 16 mm
- Rasio tulangan balance :
ρb =
= 0,03148
- Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,03148 = 0,0236
- Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035
- m = = = 16,199
ρperlu = √ )
57
= √ )
= 0,00797
Kontrol : ρ (=0,00797) > ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρperlu = 0,00797
Sehingga,
- Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00797 x 1000 x 167
= 1330,289 mm2
- Digunakan tulangan D16 :
As = ¼ x π x D2
= ¼ x 3,14 x 162
= 200,96 mm2
- Jarak antar tulangan (s) :
S =
= 151,065 mm ≈ 150 mm
58
Cc = 0,85 x f’c x b x β x c
= 0,85 x 29,05 x 1000 x 0,85 x 29,736
= 624121,664 N
= 1339,733 x 600 x ( )
= 88228,664 N
Ts2 = As’ x fy
Penulangan
= 1339,733 x 400 plat
arah
= 535893 N x
Ts1 (a) Cc (b)
100 mm 100-a/2=100-(0,85x29,736)/2 = 87,362
100-33 = 67
100-33 = 67
100 mm
Ts2
Kapasitas momen :
Penulangan plat
= Cc x (b) – Ts1 x (a) + Ts2 x (a) > Mn
arah y
= 624121,664 x 87,362 – 88228,664 x 67 + 535893 x 67 > Mn
Ts1 (a) Cc (b)
=
10084518125
mm N.mm > 83129821 100-a/2=100-(0,85x29,944)/2
N.mm ………. (OK) = 87,274
100-49 = 51
Penulangan pelat arah y (memanjang)
100-49:= 51
100 mm
Ts2
- Jarak tulangan terhadap sisi terluar beton (d) :
d = h – p – 0,5 x D.tulangan – D.tulangan
= 200 – 25 – 0,5 x 16 – 16 = 151 mm
- Momen nominal :
- m = = = 16,199
ρperlu = √ )
59
= √ )
= 0,00453
Kontrol : ρ (=0,00453) > ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρperlu = 0,00453
Sehingga,
- Luas tulangan yang diperlukan:
As perlu =ρxbxd
= 0,00453 x 1000 x 151
= 684,070 mm2
- Digunakan tulangan D16 :
As = ¼ x π x D2
= ¼ x 3,14 x 162
= 200,96 mm2
- Jarak antar tulangan (s) :
S =
= 293,771 mm ≈ 250 mm
60
Cc = 0,85 x f’c x b x β x c
Penulangan plat
= 0,85 x 29,05 x 1000 x 0,85 x 29,944
arahN x
= 628476,762
Ts1 (
= As' x 600 xTs1 ) (a) Cc (b)
100 mm 100-a/2=100-(0,85x29,736)/2 = 87,362
100-33 = 67
= 803,8 x 600 x ( )
100-33 = 67
100 mm
= 306940,762Ts2N
Ts2 = As’ x fy
Penulangan plat
= 803,8 x 400
arah y
= 321536 N
Ts1 (a) Cc (b)
100 mm 100-a/2=100-(0,85x29,944)/2 = 87,274
100-49 = 51
100-49 = 51
100 mm
Ts2
Kapasitas momen :
= Cc x (b) – Ts1 x (a) + Ts2 x (a) > Mn
= 628476,762 x 87,274 – 306940,762 x 51 + 321536 x 51 > Mn
= 55593997 N.mm > 39801710 N.mm ………. (OK)
Jadi, pelat lantai menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy)
400 MPa dengan tulangan pelat arah x (melintang) D16 – 150 dan tulangan pelat arah y
(memanjang) D16 – 250 mm.
61
7
108
100
62
Tebal selimut beton (p) = 25 mm
h = 70 mm
Tebal efektif (d) = h – p – 0,5 Ø tulangan utama
= 70 – 25 – 0,5 x 10 = 40 mm
Tulangan utama :
Momen nominal
Mu = 155,95 kg.m
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)
m = = = 9,7196
ρb =
= 0,06247
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,06247 = 0,04685
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,00583
ρ = √ )
= √ )
= 0,00521
ρ (=0,00521) < ρmin (=0,00583) ; maka digunakan ρmin = 0,00583
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan :
As perlu = ρ x b x d = 0,00583 x 1000 x 40 = 233,333 mm2
63
Digunakan tulangan Ø10 :
As = ¼ x π x Ø2
= ¼ x 3,14 x 102
= 78,5 mm2\
Jarak tulangan pokok (s) :
s =
= 336,429 mm
Syarat : Smin < S < Smaks
- Batas minimum (Smin)
S ≥ 4/3 Økerikil terbesar = 4/3 x 38 = 50,667 mm
S ≥ Ø tulangan utama = 10 mm
S ≥ 25 mm = 25 mm
S ≥ 4/3 Økerikil + Ø tulangan utama = 60,667 mm
Dipilih nilai yang terbesar yaitu Smin = 60,667 mm
- Batas maksimum (Smaks)
Smaks = 2 x tebal plat = 2 x 70 = 140 mm
Kontrol:
Smin < S < Smaks
60,667 mm < 336,429 mm > 140 mm
Karena S > Smaks, maka digunakan S = 140 mm
64
Jarak tulangan bagi :
S =
= 209,333 mm
Syarat : Smin < S < Smaks
- Batas minimum (Smin)
S ≥ 4/3 Økerikil terbesar = 4/3 x 38 = 50,667 mm
S ≥ Ø tulangan utama = 8 mm
S ≥ 25 mm = 25 mm
S ≥ 4/3 Økerikil + Ø tulangan utama = 58,667 mm
Dipilih nilai yang terbesar yaitu Smin = 58,667 mm
- Batas maksimum (Smaks)
Smaks = 2 x tebal plat = 2 x 70 = 140 mm
Kontrol:
Smin < S < Smaks
58,667 mm < 209,333 mm > 140 mm
Karena S > Smaks, digunakan S = 140 mm
Digunakan tulangan bagi Ø8-140 mm
Jadi, deck slab precast menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja
(fy) 240 MPa dengan tulangan lentur Ø10 – 140 dan tulangan bagi Ø8 – 140 mm.
4.2.6 Diafragma
Perencanaan diafragma menggunakan simple beam, yaitu diafragma dianggap
berdiri sendiri sehingga hanya menerima beban berat sendiri. Adapun fungsinya sebagai
pengunci dan pengaku antar girder agar tidak terjadi guling. Sebenarnya untuk menahan
gaya guling telah ditahan oleh berat sendiri girder dan diperkuat dengan perencanaan
struktur plat lantai komposit dengan girder. Sehingga dengan adanya diafragma akan
membuat Jembatan Kesejahteraan menjadi lebih aman.
65
DIAFRAGMA
Pelat beton
Deck slab
Diafragma 80 cm
20 cm
92 cm
a. Pembebanan
Diafragma merupakan struktur yang bekerja menahan berat sendiri (tidak
menerima beban luar dan tidak sebagai struktur utama).
1. Berat sendiri diafragma (WD)
WD = h x BJ beton
= 0,8 x 2400
= 1920 kg/m2
WUD = 1,2 x WD
= 1,2 x 1920
= 2304 kg/m2
qU = b x WUD = 0,2 x 2304 = 460,8 kg/m
2. Perhitungan momen (M)
MA = MB =
= 35,502 kg.m
66
b. Penulangan diafragma
Direncanakan :
Ø tulangan utama = 19 mm
Ø tulangan bagi = 8 mm
Ø tulangan sengkang = 6 mm
Tebal selimut beton (p) = 50 mm
h = 800 mm
Tebal efektif (d) = h – p – 0,5 Ø tul. utama – Ø tul. sengkang
= 800 – 50 – 0,5 x 19 – 6 = 734,5 mm
Tulangan utama :
Momen nominal
Mu = 35,502 kg.m
Mn = ; = 0,8 (faktor reduksi untuk menahan momen lentur)
m = = = 16,199
ρb =
= 0,0315
Rasio tulangan maksimum :
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0315 = 0,0236
Rasio tulangan minimum :
ρmin = = = 0,0035
ρ = √ )
= √ )
67
= 0,0000094
ρ (=0,0000094) < ρmin (=0,0035) ; maka digunakan ρmin = 0,0035
Sehingga,
Luas tulangan yang diperlukan :
As perlu =ρxbxd
= 0,0035 x 200 x 734,5
= 514,15 mm2
Digunakan tulangan D19 :
As = ¼ x π x D2
= ¼ x 3,14 x 192
= 283,385 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan (n) :
n =
= ≈ 2 buah
Asterpasang = As x n = 283,385 x 2 = 566,77 mm²
Asterpasang (= 566,77 mm²) > Asperlu (= 514,15 mm²) ……………….. (OK)
Jadi, digunakan tulangan 2 D 19 (As terpasang 566,77 mm2)
Tulangan bagi :
Asb = 10% Astulangan utama
= 10% x 566,77
= 56,677 mm2
Digunakan tulangan Ø 8 :
As = ¼ x π x Ø2
= ¼ x 3,14 x 82
= 50,24 mm2
Jumlah tulangan bagi :
n =
= 1,128 ≈ 2 buah
Digunakan tulangan bagi 2 Ø 8
68
Tulangan sengkang (geser) :
Vu = ½ x qu x l
= ½ x 460,8 x 0,92
= 211,968 kg = 2119,68 N
Vc = √
= √
= 131960,397 N
= = 39588,12 N
Secara teoritis tulangan geser tidak diperlukan, karena tulangan sudah kuat
menahan geser, maka cukup dengan menggunakan sengkang jarak maksimum (Smaks) :
Jarak maksimum (Smaks) :
Smaks = 16 x Ø tulangan utama = 16 x 19 = 304 mm
Smaks = 48 x Ø sengkang = 48 x 6 = 288 mm
Smaks =b = 200 mm
Smaks =½xd = ½ x 734,5 = 367,25 mm
Dari kriteria di atas dipilih jarak maksimum (Smaks) terkecil, yaitu :
Smaks = 200 mm ≈ 150 mm
Digunakan sengkang Ø6 – 150 mm.
Jadi, diafragma menggunakan mutu beton (f’c) 29,05 MPa dan mutu baja (fy)
400 MPa dengan tulangan lentur 2 D 19 dan tulangan bagi 2 Ø 8 serta sengkang Ø6 –
150 mm.
sengkang Ø6 - 150
h= 800 mm
tulangan lentur
2 D19
b= 200 mm
69
PENULANGAN BALOK DIAFRAGMA
4.2.7 Balok Prategang Bentang 42 m
DIMENSI
4.2.7.1 Pendimensian dan Analisis Penampang U Girder Bentang 42 m
GIRDER
Dimensi penampang U girder yang digunakan berdasarkan Bridge Product by
WIKA BETON adalah PC U H-185.
1900
80 330 80
70
9 100
8 100
7
6
330 ya= 971,06
5
1850
4 950
3
yb= 878,94
2
1 300
1000
70
Penentuan cgc balok prategang :
yn = yb = = = 87,894 cm
1900 kb = = = 34,549 cm
80 330 80
70
9 100
8 100
7
6
330 ya= 971,06
4 950
3
yb= 878,94
2
1 300
71
bef = Jarak antar balok = 270 cm
Dari ketiga alternatif tersebut maka diambil nilai terkecil yaitu be = 240 cm
beff
200
1850
Kac = = = 41,532 cm
Kbc = = = 45,303 cm
2400
1900 beff
1900
0 80 330 80
70
17 9 100
16 8 100 yac = 0,9805 m
15 7
14 6 yac = 980,48 mm
330
5a
13 5b
850
12 4 950
65
11 3
ybc = 1069,52 mm
10 2
1 300
1000
73 BEBA
1,8
yac
ybc
- Momen maksimum di tengah bentang
Mgmaks = 1/8 x qbs x L2 = 1/8 x 3206,5 x 422 = 707033,25 kg.m
- Reaksi perletakan :
VA = VB =
Tabel 4.6 Perhitungan momen dan gaya geser akibat berat sendiri balok (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m) 2
Mx = VA.x - (1/2.qg.x ) Dx = VA-(qg.x)
0 0 67336,5
1 65733,25 64130
2 128260 60923,5
3 187580,25 57717
4 243694 54510,5
5 296601,25 51304
6 346302 48097,5
7 392796,25 44891
8 436084 41684,5
9 476165,25 38478
10 513040 35271,5
11 546708,25 32065
12 577170 28858,5
13 604425,25 25652
14 628474 22445,5
15 649316,25 19239
16 666952 16032,5
17 681381,25 12826
18 692604 9619,5
19 700620,25 6413
20 705430 3206,5
21 707033,25 0
2. Berat diafragma
Direncanakan :
Tebal balok diafragma = 0,2 m
Panjang baok diafragma = 0,92 m
Tinggi balok diafragma = 0,80 m
PD = p x l x t x wdiafragma
= 0,92 x 0,2 x 0,8 x 2400 = 353,28 kg
Total PD = n x PD
= 8 x 353,28 = 2826,24 kg
74
SENDIRI
BERAT DIAFRAGMA BEBAN M
RDER
qbs x
PD PD PD PD PD PD PD PD
x
A B
6,3 4,2 4,2 4,2 2,1
B 21
A
42 42
BEBAN ANGIN
- Reaksi perletakan :
VA = VB = 1,8
yac
ybc
x
Tabel 4.7 Perhitungan momen dan gaya geser akibat berat diafragma (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg) A
X (m)
0 0 1413,12
1 1413,12 1413,12
2 2826,24 1413,12
3 4239,36 1413,12
4 5652,48 1413,12
5 7065,6 1413,12
6 8478,72 1413,12
7 9644,544 1059,84
8 10704,384 1059,84
9 11764,224 1059,84
10 12824,064 1059,84
11 13707,264 706,56
12 14413,824 706,56
13 15120,384 706,56
14 15826,944 706,56
15 16427,52 353,28
16 16780,8 353,28
17 17134,08 353,28
18 17487,36 353,28
19 17805,312 0
20 17805,312 0
21 17805,312 0
75
B. Beban Mati Sendiri (MS)
Beban mati sendiri terdiri dari beban merata akibat berat sendiri gelagar, deck
slab precast dan berat pelat lantai serta beban terpusat akibat berat diafragma.
1. Beban merata
Berat sendiri gelagar, qbs = 3206,5 kg/m
Berat deck slab, qds = Ads x wds = 2,04 x 0,07 x 2400 = 342,72 kg/m
Berat pelat lantai, qp = Ap x wpelat = 0,2 x 2,8 x 2400 = 1344 kg/m
BEB
DIAFRAGMA Sehingga, BEBAN MATI SENDIRI
TA
qMS = qds + qds + qp = 3206,5 + 342,72 + 1344 = 4893,22 kg/m
qMS
PD PD PD PD PD
x x
B
2,1
A B A
42 42
- Reaksi perletakan : x
VA = VB = A B
42
Tabel 4.8 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban mati sendiri (beban merata), L=42m
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m) 2
Mx = VA.x - (1/2.qMS.x ) Dx = VA-(qMS.x)
0 0 102757,62
1 100311,01 97864,4
2 195728,8 92971,18
3 286253,37 88077,96
4 371884,72 83184,74
5 452622,85 78291,52
6 528467,76 73398,3
7 599419,45 68505,08
8 665477,92 63611,86
9 726643,17 58718,64
10 782915,2 53825,42
11 834294,01 48932,2
12 880779,6 44038,98
13 922371,97 39145,76
14 959071,12 34252,54
15 990877,05 29359,32
16 1017789,76 24466,1
76
Tabel 4.8 (lanjutan)
17 1039809,25 19572,88
18 1056935,52 14679,66
19 1069168,57 9786,44
20 1076508,4 4893,22
21 1078955,01 0
. 2. Beban terpusat
Balok diafragma yang dipasang berfungsi sebagai pengaku antar gelagar (balok
prategang).
Beban terpusat diafragma, PMS = PD = 2826,24 kg
Momen maksimum diafragma, Mdmaks = 17805,312 kg.m
Gaya geser maksimum diafragma, Ddmaks = 1413,12 kg
Jadi beban mati sendiri (MS) adalah :
MS = qMS x L + PMS = 4893,22 x 42 + 2826,24 = 208341,48 kg
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban mati sendiri adalah :
- Momen maksimum akibat beban mati sendiri (MMS) :
MMSmaks + Mdmaks = 1078955,01 + 17805,312 = 1096760,322 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat berat sendiri (DMS) :
DMSmaks + Ddmaks = 102757,62 + 1413,12 = 104170,74 kg
77
- Perhitungan beban tambahan
Tabel 4.9 Perhitungan beban tambahan (L = 42m)
No Jenis Bahan B h A w Beban, qMA
2 3
(m) (m) (m ) (kg/m ) (kg/m)
1 Lapisan aspal 2,8 0,05 0,14 2200 308
2 Air hujan 2,8 0,05 0,14 1000 140
3 Pipa drainase 0,0009892 7850 7,765
BEBAN MATI qMA 455,765
AN MATI SENDIRI
TAMBAHAN
qMS qMA
x
B A B
42 42
BEBAN ANGIN
- Reaksi perletakan : VA = VB =
qEQ
Tabel 4.10 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban mati tambahan (L=42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X B(m) 2
42 Mx = VA.x - (1/2.qMA.x ) Dx = VA-(qMA.x)
0 0,000 9571,070
1 9343,187 9115,304
2 18230,609 8659,539
3 26662,265 8203,774
4 34638,157 7748,009
5 42158,283 7292,244
6 49222,644 6836,478
7 55831,239 6380,713
8 61984,070 5924,948
9 67681,135 5469,183
10 72922,435 5013,417
11 77707,970 4557,652
12 82037,740 4101,887
13 85911,744 3646,122
14 89329,983 3190,357
15 92292,457 2734,591
16 94799,166 2278,826
17 96850,109 1823,061
18 98445,288 1367,296
19 99584,701 911,530
20 100268,348 455,765
21 100496,231 0,000
78
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban mati tambahan adalah :
- Momen maksimum akibat beban mati tambahan (MMA)
MMAmaks = 1/8 x qMA x L2 = 1/8 x 455,765 x 422 = 100496,231 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban mati tambahan (DMA)
DMAmaks = ½ x qMA x L = ½ x 455,765 x 42 = 9571,070 kg
q = 9 x (0,5 + ) (L > 30 m)
= 9 x (0,5 + )
= 7,714 kPa
qTD = q x s = 7,714 x 2,8 = 21,6 kN/m = 2160 kg/m
b. Beban garis (BGT) :
Besarnya intensitas p = 49 kN/m
Faktor beban dinamis (FBD), didapat dari Gambar 4.20 yaitu sebesar 40%
79
PTD = p x s (1 + FBD) = 49 x 2,8 (1 + 40%) = 192,08 kN = 19208 kg
Jadi beban “D” adalah :
D = qTD x L + PTD = 2160 x 42 + 19208 = 109928 kg
- Reaksi perletakan :
VA = VB =
Tabel 4.11 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban lajur D (bentang 0-21 m)
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban lajur “D” adalah :
- Momen maksimum akibat beban lajur “D” (MTD)
MTD = (1/8 x qTD x L2) + (1/4 x PTD x L)
= (1/8 x 2160 x 422) + (1/4 x 19208 x 42) = 677964 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban lajur “D” (DTD)
DTD = (½ x qTD x L) + (½ x PTD) = (½ x 2160 x 42) + (½ x 19208) = 54964 kg
80
42
E. Gaya Rem (TB)
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari 25% dari berat gandar truk desain
atau 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR. Gaya ini harus
diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm diatas permukaan
jalan.
Diketahui :
Berat gandar truk desain = 225 kN
Berat truk rencana = 500 kN
Jumlah balok prategang untuk jalur selebar b, nbalok = 3
Berat truk rencana balok tengah
BTR
Maka gaya rem (TTB) :
25% x 225
5% x (166,667 + 907,2)
= 56,25 kN
= 5625 kg
= 53,693 kN
BEBA
= 500 / 3 = 166,667 kN
= qTD x L = 21,60 x 42 = 907,2 kN
= 5369,333 kg
Dipakai yang terbesar yaitu, TTB = 5625 kg
1,8
yac
ybc
Dari gambar (4.21) didapat lengan momen terhadap titik berat U girder adalah :
Y = 1,8 + tp + yac
= 1,8 + 0,05 + 0,980
= 2,830 m
81
Momen akibat gaya rem, M = TTB x Y = 5625 x 2,830 = 15921,471 kg.m
Gaya geser dan momen maksimum akibat gaya rem adalah :
- Momen maksimum akibat gaya rem (MTB)
MTB = ½ x M = ½ x 15921,471 = 7960,735 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban lajur “D” (DTB)
DTB = = = 379,083 kg
Tabel 4.12 Perhitungan momen dan gaya geser akibat gaya rem (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = Dx = M/L
0 0,000 379,083
1 379,083 379,083
2 758,165 379,083
3 1137,248 379,083
4 1516,331 379,083
5 1895,413 379,083
6 2274,496 379,083
7 2653,578 379,083
8 3032,661 379,083
9 3411,744 379,083
10 3790,826 379,083
11 4169,909 379,083
12 4548,992 379,083
13 4928,074 379,083
14 5307,157 379,083
15 5686,240 379,083
16 6065,322 379,083
17 6444,405 379,083
18 6823,487 379,083
19 7202,570 379,083
20 7581,653 379,083
21 7960,735 379,083
82
qEWl =
= 150,171 kg/m
- Reaksi perletakan :
VA = VB = ½ x qEWl x L = ½ x 150,171 x 42 = 3153,600 kg
Tabel 4.13 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban angin (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = VA.x - 1/2.q.x² Dx = VA - (q.x)
0 0,000 3153,600
1 3078,514 3003,429
2 6006,857 2853,257
3 8785,029 2703,086
4 11413,029 2552,914
5 13890,857 2402,743
6 16218,514 2252,571
7 18396,000 2102,400
8 20423,314 1952,229
9 22300,457 1802,057
10 24027,429 1651,886
11 25604,229 1501,714
12 27030,857 1351,543
13 28307,314 1201,371
14 29433,600 1051,200
15 30409,714 901,029
16 31235,657 750,857
17 31911,429 600,686
18 32437,029 450,514
19 32812,457 300,343
20 33037,714 150,171
21 33112,800 0,000
Gaya geser dan momen maksimum akibat beban angin pada kendaraan :
- Momen maksimum akibat beban angin pada kendaraan (MEWl)
MEWl = 1/8 x qEWl x L2 = 1/8 x 150,171 x 422 = 33112,800 kg.m
- Gaya geser maksimum akibat beban angin pada kendaraan (DEWl)
DEWl = ½ x qEWl x L = ½ x 150,171 x 42 = 3153,600 kg
83
G. Beban Gempa (EQ)
Berdasarkan persamaan (2-9) beban gempa dapat dihitung sebagai berikut:
T = 2π x √
Sehingga,
84
Dari hasil data tanah setempat diasumsikan struktur berada pada tanah lunak.
Menggunakan peta gempa pusjatan (dari www.petagempa.pusjatan.pu.go.id)
didapat nilai sebagai berikut :
Percepatan puncak dan spektrum respons di batuan dasar :
PGA = 0,324 ; Ss = 0,656 ; S1 = 0,32
Spektrum respons desain di permukaan tanah (Kondisi tanah lunak):
As = 0,141 ; SDS = 0,911 ; SD1 = 0,87
- Menentukan nilai Csm
Ts = = 0,956 detik
qEQ
A B
42
- Reaksi perletakan :
VA = VB = ½ x qEQ x L = ½ x x 42 = 34521,701 kg
85
Tabel 4.14 Perhitungan momen dan gaya geser akibat beban gempa (L = 42m)
Momen (kgm) Gaya geser (kg)
X (m)
Mx = VA.x - 1/2.q.x² Dx = VA - (q.x)
0 0,000 34521,701
1 33699,756 32877,810
2 65755,621 31233,920
3 96167,595 29590,029
4 124935,679 27946,139
5 152059,873 26302,248
6 177540,176 24658,358
7 201376,588 23014,467
8 223569,110 21370,577
9 244117,741 19726,686
10 263022,482 18082,796
11 280283,333 16438,905
12 295900,293 14795,015
13 309873,362 13151,124
14 322202,541 11507,234
15 332887,829 9863,343
16 341929,227 8219,453
17 349326,734 6575,562
18 355080,351 4931,672
19 359190,077 3287,781
20 361655,913 1643,891
21 362477,859 0,000
86
4.2.7.3 Kombinasi Beban Bentang 42 m
87
= 0,443 m3
Wb =
= 0,490 m3
A = 1,283 m2
Ditetapkan jarak pusat berat tendon terhadap sisi bawah penampang U girder :
Zo = 0,25 m
Eksentrisitas tendon
es = yb – Zo
= 0,879 – 0,25
= 0,629 m
Momen akibat berat sendiri girder (Mbs)
Mbs = 724838,562 kgm
= 7248,386 kN.m
Tegangan serat atas :
= 28420,825 kN
= 22611,473 kN
Dari persamaan 1 dan 2 diambil gaya prategang awal :
Pt = 22611,473 kN
Digunakan kabel yang terdiri dari beberapa untaian kawat baja “Strands cable” standar
BBR VT CONA CMI, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Jenis strands = seven-wire strands according to prEN 10138-3
88
Nama = Y186S7
Kuat tarik strands , ( 𝑝𝑢 ) = 1860 MPa = 1860000 kPa
Tegangan leleh strands , ( 𝑝 ) = 1580 MPa = 1580000 kPa
Diameter nominal strands , (d) = 15,7 mm = 0.0157 m
Luas tampang nominal satu strands, (Ast) = 150 mm2 = 0.00015 m2
Beban putus nominal satu strands, (Pbs) = 279 kN
Modulus elastisitas strands, (Ep) = 195000 MPa
= 1,95x108 kPa
Diketahui :
Gaya prategang awal, Pt = 22611,473 kN
Dicoba menggunakan jumlah kawat untaian = 15 strand tiap tendon, sehingga:
Beban putus satu tendon,
Pb1 = Pbs x 15
= 279 x 15
= 4185 kN
Gaya prategang saat jacking :
Pj = Pt/0,85 ………………… (1)
Pj = 0,8 x Pb1 x nt ……………….... (2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :
Jumlah tendon yang diperlukan :
nt = = = 7,946 ~ 8 tendon
89
Beban satu strands
Beban satu strands dihitung seperti berikut :
Pbs1 =
= 188,429 kN
Persentase tegangan leleh yang timbul pada baja (% jacking force)
Po =
= 79,456%
Gaya prategang akibat jacking
Pj = Po x ns x Pbs
= 79,456% x 120 x 279
= 26601,7 kN
Jumlah tendon yang digunakan adalah 8 tendon (120 strands) dengan duct diameter 85
mm dan tebal dinding 2 mm.
ya
yb es
L/2 L/2
90
6
330 yt= 971,06
kt= 381,7
5
1850 c.g.c
4 950
kb= 345,49
3 92 cm
yb= 878,94
- Daerah tumpuan (x = 1 m)
2
1 300
Ditetapkan posisi penempatan kabel
1000 1. yd2' = 0,48 m POSISI TENDON DI TUMPUAN
2. Jarak masing- masing tendon terhadap alas
Z4’ = Z8’ = 0,32 m
Y
PEMBEBANAN
TEMPERATUR
ya yd'
2400
1900
0 80 330 80yd'
70
Z1' 17 9 100
16 8 100
15 7
yac = 980,48 mm Z2' yd2'
yb 14 6
925 Z3' 330
Z4' 5a
13 5b
1850
20 cm Gambar 4.24 Posisi
12 tendon di tumpuan
4 (L = 42m)
950
65
ybc = 1069,52 mm 11 3
ya
yb
yd
Z1=Z2
Z3=Z4
91
b. Eksentrisittas masing-masing tendon
Tabel 4.18 Eksentrisitas masing-masing tendon (L = 42m)
- Persamaan linier, Y =
dengan, f = es = 0,629 m
- Dipakai angkur jenis BBR CONA CMI SP 1506
1. Kepala angkur
HA untuk 15 strands = 75 mm
ØA = 200 mm
2. Plat angkur
92
Plat angkur untuk angkur dengan 15 strands :
TSP = 45 mm
SSP = 300 mm
3. Panjang trumpet
93
Tabel 4.19 (Lanjutan)
7 0,349 31 0,486
8 0,388 32 0,456
9 0,424 33 0,424
10 0,456 34 0,388
11 0,486 35 0,349
12 0,513 36 0,308
13 0,538 37 0,264
14 0,559 38 0,217
15 0,578 39 0,167
16 0,593 40 0,114
17 0,606 41 0,058
18 0,616 42 0,000
19 0,623 42,694 -0,042
20 0,628 43 -0,061
21 0,629
Persamaan linier, Y =
α = ATAN (dY/dX)
dengan menggunakan persamaan di atas maka dapat dihitung sudut angkur seperti pada
tabel 4.20 berikut :
94
Tabel 4.20 Sudut angkur (L = 42m)
Jumlah Jumlah Diameter Fi dY/dX Sudut Angkur rad
Baris Tendon
Tendon Strands Selubung (mm) Α
1 2 30 85 1,270 0,121 0,120 6,899
2 2 30 85 0,910 0,087 0,086 4,972
3 2 30 85 0,650 0,062 0,062 3,548
4 2 30 85 0,170 0,016 0,016 0,917
b. Angkur mati
Digunakan berdasarkan spesifikasi BBR VT CONA CMI SP 1506 dengan tipe
FA, yaitu :
95
Persamaan tinggi lintasan
Zi'-
96
Tabel 4.21 (Lanjutan)
34 0,491 0,737 0,599 0,399 0,222 0,737 0,599 0,399 0,222
35 0,530 0,814 0,654 0,439 0,233 0,814 0,654 0,439 0,233
36 0,571 0,898 0,714 0,482 0,246 0,898 0,714 0,482 0,246
37 0,615 0,987 0,778 0,527 0,259 0,987 0,778 0,527 0,259
38 0,662 1,082 0,846 0,576 0,273 1,082 0,846 0,576 0,273
39 0,712 1,183 0,919 0,628 0,288 1,183 0,919 0,628 0,288
40 0,765 1,290 0,995 0,682 0,303 1,290 0,995 0,682 0,303
41 0,820 1,402 1,075 0,740 0,320 1,402 1,075 0,740 0,320
42 0,879 1,520 1,160 0,800 1,520 1,160 0,800
POSISI TENDON
1,6
1,4
1,2
1,0
Elevasi (Z)
Z1
0,8 Z2
Z3
0,6
Z4
0,4
0,2
0,0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Bentang (x)
97
Jadi, kehilangan prategang akibat gesekan angkur :
= 1477,874 MPa
𝜇 = 0,17 rad-1 (dari Tabel 3.7 Nawy (2001), Jilid 1)
K = 0,002 /m (dari Tabel 3.7 Nawy (2001), Jilid 1)
es = y = 0,629 m
X = 42 m
Sudut pusat α = = = 0,120 rad
98
Luas 8 tendon = 18000 mm2
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 160,151 x 18000
= 2882711 N = 2882,711 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
=
Data perencanaan :
Jumlah tendon = 8 tendon
Luas penampang U girder, A = 1,283 m2 = 1,283 x 106 mm2
Inersia U girder, Ix = 0,430 m4 = 0,43 x 1012 mm4
= √
= 39174,864 MPa
- Modulus elastisitas strands (Ep) :
Eps = 195000 MPa
- Rasio moduler awal (n) :
n = = = 4,978
99
- Untuk Ec = 43798,830 , nilai n :
n = = = 4,452
fcs =- ( )
=- ( )
= 10,146 MPa
Sehingga,
∆fpES = n x fcs = 4,978 x 10,146 = 50,505 MPa
Diasumsikan 2 tendon didongkrak sekaligus ;
Data perencanaan :
Rasio moduler awal, n = 4,978
Inersia girder, Ix = 0,43 x 1012 mm4
Momen akibat beban mati tambahan,
MMA = 100496,2 kg.m = 1004962310 N.mm
fcsd = = = 1,469 MPa
100
Kcr = 1,6 (untuk pasca tarik)
Jadi, kehilangan prategang akibat rangkak pada beton adalah :
= 1,6 x 4,978 x (10,146 – 1,469) = 69,109 MPa
Dengan:
101
F. Kehilangan prategang akibat relaksasi baja (R) bentang 42 m
Kehilangan prategang akibat relaksasi baja dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (2-26) sebagai berikut :
( ) ( )
Jumlah kehilangan prategang akibat gesekan angkur, gesekan kabel, perpendekan elastis
beton, akibat rangkak dan susut,
Total = 1,904 + 10,837 + 1,709 + 4,676 + 1,803 = 20,929 %
Gaya pendongkrak, Pj = 26601,733 kN
f'pi = (1 – Total%) x Pj
= (1 - 0,20929) x 26601,733 = 21034,267 kN = 21034267 N
( ) ( )
( ) ( )
= 127,640 MPa
Luas 8 tendon = 18000 mm2
Kehilangan prategang akibat rangkak pada beton dalam bentuk gaya :
Px = x luas 8 tendon
= 127,640 x 18000
= 2297523 N = 2297,523 kN
Kehilangan prategang akibat gesekan angkur dalam bentuk persen :
102
G. Total kehilangan prategang (∆fPT) bentang 42 m
Total kehilangan prategang dihitung dengan persamaan (2-20) sebagai berikut :
103
Luas penampang U girder (A) = 1,283 m2
Tegangan Kondisi Awal (Transfer)
Eksentrisitas tendon, (es) = 0,629 m
-Pt/A Pt.es/Wa -Mbs/Wa -fa
-17,629 32,093 -16,357 -1,893 -Mbs/Wa
ya
es
yb
fa = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -1893,905 kPa
= -1,894 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
Tegangan akibat (MS,serat
- Tegangan MA, TD, TB, EW,
bawah Tegangan akibat susut b
EQ)
fb = ( ) ( ) ( )
bef bef
-fac
-15,517
= ( ) ( ) ( )
-f'ac =-12,351
= -31872 kPa
yac yac
y'ac = -31,872 MPa ≤ Teg. ijin tekan(=31,872 MPa) …(Aman)
y'ac
ybc
Data perencanaan : ybc
Mutu balok prateganag, fc’ = 66,4 MPa
fci’ = 0,8 x fc’ = 0,8 x 66,4 = 53,12 MPa
16,926
Tegangan ijin beton tarik (serat atas)fbc= 0,25 x √ = 0,25 x √ = 1,822 MPa
Tegangan ijin beton tekan (serat bawah) = 0,6 fci’ = 0,6 x 53,12 = 31,872 MPa
104
Gaya prategang akibat jacking (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang total (∆P) = 7864,988 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = Pj - ∆P = 26601,733 - 7864,988 = 18736,744 kN
Tahanan momen sisi atas (Wa) = 0,443 m3
Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 0,490 m3
Momen akibat berat sendiri (Mbs) = 724838,562 kg.m = 7248,386 kNm
Tegangan
Luas penampang Kondisi
U girder (A) kehilangan
= 1,283 m2prategang
Eksentrisitas tendon, (es) (Transfer)
= 0,629 m
ya
es
yb
Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah loss of prestress adalah sebagai
berikut :
- Tegangan serat atas
fa
TEGANGAN AKIB
=
=
(
(
) (
) (
) ( )
) ( )
= -4372,402 kPa
t susut beton = -4,372 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
- Tegangan serat bawah
191,21
-fac -fa
Ps/Ac -Ps.e'/Wac
0,931 fb =-1,810 ( ) (
-0,879 ) (-Ps.e'/Wac
)
Ps
= ( ) ( ) ( )
152,21
105
c) Keadaan setelah pelat lantai dicor
Data perencanaan :
Mutu balok prateganag, fc’ = 66,4 MPa
fci' = 0,8 x fc’ = 0,8 x 66,4 = 53,12 MPa
Tegangan ijin beton tarik (serat atas) = 0,25 x √ = 0,25 x √ = 1,822 MPa
Tegangan ijin beton tekan (serat bawah) = 0,6 fci’ = 0,6 x 53,12 = 31,872 MPa
Gaya prategang akibat jacking (Pj) = 26601,733 kN
Kehilangan prategang total (∆P) = 7864,988 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = Pj - ∆P = 26601,733 - 7864,988 = 18736,744 kN
Tahanan momen sisi atas (Wa) = 0,443 m3
Tahanan momen sisi bawah (Wb) = 0,490 m3
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 1096760,322 kg.m = 10967,603 kNm
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 100496,231 kg.m = 1004,962 kNm
Luas penampang U girder (A) = 1,283 m2
Tegangan Kondisi pelat di cor (Transfer)
Eksentrisitas tendon, (es) = 0,629 m
ya
ya
es yb
yb
Gambar 4.34 Tegangan di tengah bentang setelah pelat lantai dicor (L = 42m)
Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah pelat lantai dicor adalah sebagai
berikut :
KIBAT BEBAN
- Tegangan serat atas
fa = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -15033,5 kPa
106
= -15,033 MPa ≤ Teg. ijin tarik (=1,822 MPa) …(Aman)
- Tegangan serat bawah
fb = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -14223,65 kPa
= -14,224 MPa ≤ Teg. ijin tekan(=31,872 MPa) …(Aman)
yac
y'ac
esc
ybc
Peff
Gambar 4.35 Tegangan di tengah bentang setelah pelat dan balok menjadi komposit (L = 42m)
107
Tegangan yang terjadi akibat gaya prategang setelah pelat dan balok menjadi komposit
adalah sebagai berikut :
- Tegangan serat atas pelat
fac = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -22056,02 kPa
= -22,056 MPa ≤ Teg. ijin tekan (= 29,880MPa) …(Aman)
- Tegangan serat atas balok
f'ac = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -20006,63 kPa
= -20,007 MPa ≤ Teg. ijin tekan (= 29,880MPa) …(Aman)
- Tegangan serat bawah balok
fbc = ( ) ( ) ( )
= ( ) ( ) ( )
= -1049,754 kPa
= -1,050 MPa ≤ Teg. ijin tarik(= 4,074 MPa) …(Aman)
108
Tegangan akibat (MS, MA, TD, TB, EW,
Tegangan a
EQ)
bef
-fac
-15,517
-f'ac =-12,351
yac yac
y'ac y'ac
ybc ybc
16,926
fbc
Tegangan serat akibat beban mati sendiri (MS) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
109
Tegangan akibat MA Tegangan aki
bef bef
-fac
-1,422
-f'ac =-1,132
yac yac
y'ac y'ac
ybc ybc
1,551
fbc
Tegangan serat akibat beban mati tambahan (MA) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
bef bef
-fac -fac
-1,422 -9,592
yac yac
y'ac y'ac
ybc ybc
1,551 10,463
fbc fbc
Tegangan serat akibat beban lajur “D” (TD) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
yac
y'ac yac
y'ac
ybc
ybc
10,463 0,123
fbc fbc
bef
-fac bef
-0,113 -fac
-0,468
-f'ac =-0,090
-f'ac =-0,373
yac
yac y'ac
y'ac
ybc
ybc
0,123
0,511
fbc
fbc
113
angan akibat (EW) Tegangan akibat (EQ)
bef
bef -fac
-fac -5,128
-0,468
-f'ac =-4,082
-f'ac =-0,373
yac
y'ac
ybc
5,594
0,511
fbc
fbc
Tegangan yang terjadi akibat beban gempa (EQ) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
f'ac =
fbc =
Data perencanaan :
Apelat= 2776,193 cm2 = 0,278 m2
Modulus elastiitas beton, Ec = 25332,084 MPa = 25332084 kPa
Bilangan natural, e = 2,7183
114
-29,048 14,806 -31,872 -24,
-Pt.es/Wb Mbs/Wb -fb -Peff.e
ybc
-fb
26 1,974 2,905
c Ps.e'/Wbc fbc
= 1452,773 kN
Tegangan yang terjadi akibat susut pada beton adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac =
Dengan :
: Tegangan pada balok sebelum loss of prestress
: Tegangan pada balok setelah loss of prestress
cf : The residual creep factor
cf = 1,495
e = bilangan natural = 2,7183
Gaya prategang awal (Pt) = 22611,473 kN
Gaya efektif tengah bentang (Peff) = 18736,744 kN
esc = 0,820 m
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 10967,603 kN.m
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 1004,962 kN.m
Tegangan pada balok sebelum loss of prestress :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac = ( ) ( ) ( )
116
- Tegangan beton di serat atas balok
f'ac = ( ) ( ) ( )
fbc = ( ) ( ) ( )
fac = ( ) ( ) ( )
f'ac = ( ) ( ) ( )
fbc = ( ) ( ) ( )
117
= (1 - 2,7183-1,495) x (-8,200 – (-7,107))
= -0,848
- Tegangan beton di serat bawah balok
fbc = σcr = (1 - e-cf) x (σ2 - σ1)
= (1 - 2,7183-1,495) x (-24,613– (-17,229))
= -5,729
Superposisi tegangan susut dan rangkak
Tegangan yang terjadi akibat susut pada beton adalah :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac = fac (susut) + fac (rangkak)
= -0,879 + (-1,559) = -2,437 MPa
- Tegangan beton di serat atas balok
f'ac = f’ac (susut) + f’ac (rangkak)
= -0,509 + (-0,848) = -1,357 MPa
- Tegangan beton di serat bawah balok
fbc = fbc (susut) + fbc (rangkak)
= 2,905 + (-5,729) = -2,824 MPa
Dengan :
At = Luas penampang yang ditinjau
118
Ta = Temperatur atas
Tb = Temperatur bawah
Eksentrisitas, ep =
Tegangan yang terjadi akibat perbedaan temperatur (EUn) adalah sebagai berikut :
- Tegangan beton di serat atas pelat
fac = ( ) ( )
f'ac = ( ) ( )
fbc = ( )
119
Tabel 4.23 Rekapitulasi tegangan yang terjadi akibat beban (L = 42m)
Tegangan di Tegangan di serat Tegangan di serat
No Gaya/ Beban serat atas plat atas balok bawah balok
fac, (MPa) f'ac, (MPa) fbc, (MPa)
Beban mati sendiri
1 -15,517 -12,351 16,926
(MS)
2 Mati tambahan (MA) -1,422 -1,132 1,551
Susut dan rangkak
3 -2,437 -1,357 -2,824
(SH)
4 Gaya prestress (PR) 9,715 5,284 -35,705
5 Lajur "D" (TD) -9,592 -7,635 10,463
6 Rem (TB) -0,113 -0,090 0,123
7 Temperatur (Eun) 0,363 -0,594 -2,227
8 Angin (Ewl) -0,468 -0,373 0,511
9 Gempa (EQ) -5,128 -4,082 5,594
120
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
3. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 3 (kuat III)
Kuat III : MS + MA + SH + PR + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363
= -9,298 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594)
= -10, 151 < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227)
= -22,279 < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
4. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 4 (kuat IV)
Kuat IV : MS + MA + SH + PR + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363
= -9,298 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594)
= -10, 151 < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227)
= -22,279 < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
5. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 5 (kuat V)
Kuat V : MS + MA + SH + PR + EUn + EWL
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363 + (-0,468)
121
= -9,766 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594) + (-0,373)
= -10,524 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227) + 0,511
= -21,768 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
6. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 6 (Ekstrem I)
Ekstrem I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EQ
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + (-5,128)
= -24,493 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-4,082)
= -21,364 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + 5,594
= -3,873 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
7. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 7 (Ekstrem II)
Ekstrem II : MS + MA + SH + PR + TD + TB
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113)
= -19,365 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090)
= -17,282 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123
= -9,467 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
8. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 8 (Layan I)
Layan I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn + EWL
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363 +
122
(-0,468)
= -19,3470MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
+ (-0,373)
= -18,249 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227) +
0,511
= -11,183 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
9. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 9 (Layan II)
Layan II : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
10. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 10 (Layan III)
Layan III : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + (-9,592) + (-0,113) + 0,363
= -19,002 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-7,635) + (-0,090) + (-0,594)
= -17,876 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + 10,463 + 0,123 + (-2,227)
= -11,694 MPa < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
123
11. Kontrol tegangan terhadap kombinasi 11 (Layan IV)
Layan IV : MS + MA + SH + PR + EUn
Tegangan di serat atas plat
fac = -15,517 + (-1,422) + (-2,437) + 9,715 + 0,363
= -9,298 MPa < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
Tegangan di serat atas balok
f’ac = -12,351 + (-1,132) + (-1,357) + 5,284 + (-0,594)
= -10, 151 < Tegangan ijin tekan beton (=29,880) …..(Aman)
tegangan di serat bawah balok
fbc = 16,926 + 1,551 + (-2,824) + (-35,705) + (-2,227)
= -22,279 < Tegangan ijin tarik beton (=4,074) …..(Aman)
124
Momen inersia U girder (Ix) = 0,430 m4
Eksentrisitas (es) = 0,629 m
δ = ( )
= ( )
= -0,068 m (lendutan ke atas)
Kontrol lendutan :
L/300 = 42/300 = 0,140 m
δ = -0,068 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
δ = ( )
= ( )
125
C. Lendutan setelah pelat selesai di cor bentang 42 m
Data perencanaan :
Gaya prategang setelah kehilangan prategang (Peff) = 18736,744 kN
Momen akibat beban mati sendiri (MMS) = 1096760 kg.m = 10967,6 kN.m
Momen akibat beban mati tambahan (MMA) = 100496,2 kg.m = 1004,962 kN.m
Panjang bentang jembatan (L) = 42 m
Modulus elastisitas beton (Ec) = 43798,83 MPa = 43798830 kPa
Momen inersia U girder (Ix) = 0,430 m4
Eksentrisitas (es) = 0,629 m
δ = ( )
= ( )
δ = ( )
126
= ( )
δ =
δ =
δ =
127
d) Lendutan akibat susut dan rangkak (SH)
- Lendutan akibat susut :
Ps = 1452,773 kN
e' = 0,880 m
δ =
= = 0,008 m
δ =
δ =
128
δ =
δ =
129
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
3. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 3 (kuat III)
Kuat III : MS + MA + SH + PR + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012
= -0,024 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
4. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 4 (kuat IV)
Kuat IV : MS + MA + SH + PR + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012
= -0,024 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
5. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 5 (kuat V)
Kuat V : MS + MA + SH + PR + EUn + EWL
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012 + 0,002
= -0,022 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
6. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 6 (Ekstrem I)
Ekstrem I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EQ
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) +0,039 + 0,0003 + 0,022
= 0,025 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
7. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 7 (Ekstrem II)
Ekstrem II : MS + MA + SH + PR + TD + TB
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) +0,039 + 0,0003
= 0,003 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
8. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 8 (Layan I)
Layan I : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn + EWL
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012 + 0,002
= 0,017 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
9. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 9 (Layan II)
Layan II : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
10. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 10 (Layan III)
Layan III : MS + MA + SH + PR + TD + TB + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,039 + 0,0003 + 0,012
130
= 0,015 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
11. Kontrol lendutan terhadap kombinasi 11 (Layan IV)
Layan IV : MS + MA + SH + PR + EUn
δ = 0,065 + 0,006 + (-0,015) + (-0,093) + 0,012
= -0,024 m < L/300 = 0,140 m ……….(Aman)
131
MOMEN ULTIMIT
beff
0,003 0,85 fc'
a Cc
h0 C
d
h
Ts
zo ?s
.
h = 1850 mm
h0 = 200 mm
Tinggi total balok prategang, H = h + h0 = 1850 + 200 = 2050 mm
Kuat leleh baja pretress (fps) pada keadaan ultimit, ditetapkan sebagai berikut :
Untuk nilai, L/H ≤ 35 :
fps = feff + 150 + f'c / (100 x ρp)
L/H = 42000 / 2050 = 20,488 mm ≤ 35 …..(OK)
Sehingga, fps = feff + 150 + f'c / (100 x ρp)
= 1040,93 + 150 + 66,4 / (100 x 0,01154)
= 1248,485 MPa
Syarat : fps ≤ feff + 400 MPa
fps ≤ 0,8 x fpy
Kontrol :
fps = feff + 400 MPa = 1248,485 + 400 = 1440,930 MPa
fps = 0,8 x 1580 = 1264 MPa
fps (= 1248,485 MPa) ≤ feff + 400 MPa (= 1440,930 MPa) …..(OK)
fps (= 1248,485 MPa) ≤ 0,8 x fpy (=1264 MPa) …..(OK)
β1 = 0.85 untuk f’c ≤ 30 MPa
β1 = 0.85 - 0,05 x (f’c-30)/7 untuk f’c > 30 MPa
β1 > 0,65
Karena f’c 66,4 MPa maka : β1 = 0,85 – 0,05 x(66,4 – 30 )/7 = 0,59
β1 = 0,59 < 0,65, Sehingga digunakan β1 = 0,65
Gaya internal tendon prategang :
Ts = Aps x fps = 18000 x 1248,485 = 22472730 N
Diperkirakan, a < h0
Gaya tekan beton, Cc (Beff x a) x 0,85 x f’c dimana Cc = Ts
132
Maka, a = Ts / (Beff x 0,85 x f’c)
= 22472730 / (2400 x 0,85 x 66,4)
= 165,904 mm
a = 165,904 mm < h0 = 200 mm …..(perkiraan benar)
Jarak garis netral terhadap sisi atas :
c = a / β1 = 165,904 / 0,65 = 255,237 mm
Letak titik berat tendon baja prategang terhadap alas balok :
Z0 = 250 mm
Tinggi efektif balok :
d = h + h0 - Z0
= 1850 + 200 – 250
= 1800 mm
Momen nominal :
Mn = Aps x fps x (d – a/2)
= 18000 x 1248,485 x (1800 – 165,904/2)
= 38586752871 N.mm = 38587 kN.m
Kapasitas momen ultimit balok prategang (Mr) :
φ Mn = 0,8 x 38587 = 30869,402 kN.m
133
b) Momen akibat pengaruh temperatur (MUn)
Diketahui :
Gaya akibat perbedaaan temperatur, ƩPt = 4516,774 kN
ep = 0,735 m
Momen akibat pengaruh temperatur :
MUn = ƩPt x ep = 4516,774 x 0,735 = 3318,681 kN.m = 331868,134 kg.m
134
1,8(6779,640) + 1,8(79,607) + 0,5(3318,681)
= 14770,097 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
2. Kombinasi 2 (Kuat II)
Kuat II : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 1,4MTD + 1,4MTB + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
1,4(6779,640) + 1,4(79,607) + 0,5(3318,681)
= 12026,398 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
3. Kombinasi 3 (Kuat III)
Kuat III : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,5(3318,681)
= 2423,452 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
4. Kombinasi 4 (Kuat IV)
Kuat IV : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,5(3318,681)
= 2423,452 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
5. Kombinasi 5 (Kuat V)
Kuat IV : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 1MEWL + 0,5MEUn
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
1(331,128) + 0,5(3318,681)
= 2754,580 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
6. Kombinasi 6 (Ekstrem I)
Ekstrem I : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,3MTD + 0,3MTB + 1MEQ
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,3(6779,640) + 0,3(79,607) + 1(3624,779)
= 6446,664 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
7. Kombinasi 7 (Ekstrem II)
Ekstrem II : 1,2MMS + 2MMA + 1MPR + 0,5MSH + 0,5MTD + 0,5MTB
Mu = 1,2(10967,603) + 2(1004,962) + 1(-15355,067) + 0,5(1896,260) +
0,5(6779,640) + 0,5(79,607)
= 4193,735 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
135
8. Kombinasi 8 (Daya layan I)
Layan I : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 1MTD + 1MTB + 1MEWL + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
1(6779,640) + 1(79,607) + 1(331,128) + 1,2(3982,418)
= 9686,551 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
9. Kombinasi 9 (Daya layan II)
Layan II : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 1,3MTD + 1,3MTB + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
1,3(6779,640) + 1,3(79,607) + 1,2(3982,418)
= 11413,197 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
10. Kombinasi 10 (Daya layan III)
Layan III : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 0,8MTD + 0,8MTB + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
0,8(6779,640) + 0,8(79,607) + 1,2(3982,418)
= 7983,574 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
11. Kombinasi 11 (Daya layan IV)
Layan IV : 1MMS + 1MMA + 1MPR + 1MSH + 1,2MEUn
Mu = 1(10967,603) + 1(1004,962) + 1(-15355,067) + 1(1896,260) +
1,2(3982,418)
= 2496,176 kN.m < Mr = 30869,402 kN.m …..(OK)
136
4.2.7.9 Penulangan End Block Bentang 42 m
ya
b
b1 Bursting Steel
Z1'
a1 a a1
Pbs
Z2'
yb
Z3'
Z4'
b
b1 Bursting Steel
a1 a a1 Pbs
Gaya prategang akibat jacking pada masing – masing kabel (Pj) = P0 x ns x Pbs
ya
300
5a 350
4 5b
3 Bursting Steel 4 D13-100
Bursting Steel
5' Pbs
350 300
a1 a a1
Pbs
4'
3'a 100 100 100
yb 3'b
300
350
2
1
137
Tabel 4.30 Momen statis luasan bagian atas (Sxa) bentang 42 m
Lebar Tebal Luas Jumlah Luas Lengan Momen
No b H A bagunan A y Axy
(m) (m) (m²) (m²) (m) (m³)
9 0,33 0,07 0,023 2 0,046 0,936 0,043
8 0,49 0,1 0,049 2 0,098 0,851 0,083
7 0,2 0,1 0,010 2 0,020 0,768 0,015
6 0,29 0,43 0,125 2 0,249 0,586 0,146
5a 0,074 0,371 0,014 2 0,028 0,247 0,007
5b 0,116 0,371 0,043 2 0,086 0,186 0,016
4 0,1 0,371 0,037 2 0,074 0,186 0,014
3 0,074 0,371 0,014 2 0,028 0,124 0,003
Sxa = 0,328
300
5a 350
4 5b
3 Rasio perbandingan lebar plat angkur untuk sengkang arah vertikal, Bursting Ste
ra = a1 / a2
5' Pbs
350 300
4' 138
139
9
b
Tabel 4.34b1
Jumlah sengkang yang digunakan untuk bursting force (L = 42m)
7 Angkur Angkur
No. Hidup Dim Mati Dim Jumlah
350 300 Kabel BBR SA a1 a
BBR FA Sengkang
(strands) (mm) (strands) (mm)
1 15 280 15 280 4
2 15 280 15 280 4
300
a 3 350 15 280 15 280 4
4 15 280 15 280 4
140
- Luas penampang bagian atas :
Aatas = A6 + A7 + A8 + A9 = 1247 + 100 + 490 + 231 = 2068 cm2
As-atas = 0,5 % x Aatas
= 0,5% x 2068 = 10,34 cm2
Jumlah tulangan penampang atas :
n = ≈ 8 buah
141
V = Gaya geser akibat beban
M = Momen akibat beban
- Eksentrisitas tendon,
Persamaan (1) : e = Y = 4 x f x X / L2 x (L - X)
- Sudut kemiringan tendon,
Persamaan (2) : α = ( )
Persamaan (9) : as =
Persaamaan (9’) : as =
142
f = 0,629 m
L = 42 m
Peff = 18736,744 kN = 1873674 kg
b = 0,290 m
A = 1,283 m2
Ix = 0,430 m4
Sx = 0,328 m3
Wa = 0,443 m3
Wb = 0,490 m3
Untuk menghitung tulangan sengkang penampang U girder dipakai momen dan
gaya geser maksimum kombinasi 6 (Ekstream I) yang terdapat pada lampiran 1.
Tabel 4.35 Momen dan gaya geser maksimum kombinasi 6 (Ekstrem I) bentang 42 m
x KOMBINASI
(m) Momen (kg.m) Geser (kg)
0 0,000 203606,593
1 199030,155 194453,717
2 388907,435 185300,842
3 569631,838 176147,966
4 741203,366 166995,090
5 903622,019 157842,214
6 1056887,795 148689,339
7 1200753,400 139183,183
8 1335360,145 130030,307
9 1460814,014 120877,431
10 1577115,008 111724,556
11 1684086,486 102218,400
12 1781728,448 93065,524
13 1870217,534 83912,649
14 1949553,745 74759,773
15 2019631,096 65253,617
16 2080308,275 56100,741
17 2131832,578 46947,866
18 2174204,006 37794,990
19 2207387,230 28288,834
20 2231099,626 19135,958
21 2245659,147 9983,083
143
a) Perhitungan tulangan sengkang pada U girder
Dengan menggunakan persamaan- persamaan untuk tinjuan geser dapat dihitung
jarak tulangan sengkang pada U girder yang ditunjukkan dalam tabel 4.36 Dan tabel
4.37 Berikut :
144
Tabel 4.37 (Lanjutan)
7 12007,53 1391,83 0,349 0,040 18721,8 747,6 644,2 1693,8 -25761,6 -0,065 0,425
8 13353,60 1300,30 0,388 0,037 18723,9 694,3 606,0 1593,4 -27038,5 -0,059 0,529
9 14608,14 1208,77 0,424 0,034 18725,8 640,9 567,8 1493,0 -28237,3 -0,053 0,656
10 15771,15 1117,25 0,456 0,031 18727,5 587,6 529,7 1392,6 -29357,9 -0,047 0,815
11 16840,86 1022,18 0,486 0,029 18729,1 534,2 488,0 1283,0 -30397,0 -0,042 1,029
12 17817,28 930,66 0,513 0,026 18730,6 480,8 449,8 1182,7 -31354,4 -0,038 1,288
13 18702,18 839,13 0,538 0,023 18731,9 427,4 411,7 1082,5 -32233,9 -0,034 1,624
14 19495,54 747,60 0,559 0,020 18733,0 374,0 373,6 982,2 -33035,5 -0,030 2,072
15 20196,31 652,54 0,578 0,017 18734,0 320,6 331,9 872,7 -33757,0 -0,026 2,740
16 20803,08 561,01 0,593 0,014 18734,8 267,2 293,8 772,5 -34395,8 -0,022 3,629
17 21318,33 469,48 0,606 0,011 18735,5 213,8 255,7 672,4 -34956,7 -0,019 4,948
18 21742,04 377,95 0,616 0,009 18736,1 160,3 217,6 572,2 -35439,9 -0,016 7,021
19 22073,87 282,89 0,623 0,006 18736,4 106,9 176,0 462,8 -35844,6 -0,013 10,981
20 22311,00 191,36 0,628 0,003 18736,7 53,4 137,9 362,6 -36165,1 -0,010 18,203
21 22456,59 99,83 0,629 0,000 18736,7 0,0 99,8 262,5 -36407,9 -0,007 35,207
145
Gambar tulangan sengkang MELINTANG
POTONAN yang digunakan, TUL
dalam GESER
gambar (4.47) dan (4.48)
berikut :
2100
SK.D13-250
TULANGAN GESER
1/4 SEGMEN 2 U GIRDER
Gambar 4.47 Potongan melintang (L = 42m)
POTONAN MELINTANG TUL GESER POTONAN M
D13
1
4 SEGMEN 2 SK.D13-50 SK.D13-100
D13
SK.D13-150
D13 D13 D13
SK.D13-200 SK.D13-250
SEGMEN 1 1/4 SEGMEN 2
POTONAN M
8400 2100
D13
1
SEGMEN 1 4 SEGMEN 2
146
Sx = beff x h0 x ( )
dengan :
beff : lebar efektif pelat
h0 : tebal pelat
~ Jarak antara shear connector, dihitung dengan rumus :
as = fs x Ast x Kt / (fv x bv)
dengan :
Ast : Luas total shear connector
kf : koefisien gesek pada bidang kontak (=1 – 1,4)
fs : tegangan ijin baja shear connector
fs = 0,578 x fy
SHEAR CONNECTOR
fci : tegangan ijin beton balok
(NOT YET)
Jika fv > 0,2 x fci , maka penampang harus diperbesar
beff = 2,4 m
bv = 1,74 m beff
yac = 0,9805 m
0,8805 m
yac Shear yac-ho/2
connector
c.g.c
Data perencanaan :
Dimensi :
beff = 2400 mm
h0 = 200 mm
bv = 660 mm
Section properties :
yac = 980,484 mm
Ixc = 6,9 x 1011 mm4
Mutu beton : K-800
Kuat tekan beton, f’c = 66,4 MPa = 6,64 kg/mm2
Tegangan ijin beton, fci = 0,30 x f’c = 0,3 x 6,64 = 1,992 kg/mm2
147
Tegangan ijin geser, fvim = 0,20 x f’c = 0,2 x 6,64 = 1,328 kg/mm2
Mutu baja : U – 32
Tegangan leleh, fy = 320 MPa = 32 kg/mm2
Tegangan ijin, fs = 0,578 x 32 = 18,496 kg/mm2
kf =1
Dicoba 2 x 2 buah shear connector untuk satu baris dengan tulangan D 16
Ast = 2 x (2 x ¼ x π x D2) = 803,84 mm2
Momen statis luasan pelat terhadap titik berat penampang komposit,
Perhitungan tegangan geser horizontal akibat gaya lintang dan jarak antar shear
connector dapat dilihat pada tabel 4.38 Berikut :
148
4.2.8 Perencanaan Bantalan Elastomer
Ada beberapa jenis bantalan elastomer yang biasa digunakan yaitu bantalan
dengan lapisan baja, bantalan dengan lapisan anyamandan bantalan dengan tipe polos.
Untuk perencanaan ini direncanakan menggunakan bantalan dengan lapisan baja
berdasarkan Pedoman Perancangan Bantalan Elastomer Untuk Perletakan Jembatan
2015-Metode ASSHTO.
c.) Terbebani
Perletakan harus mampu memikul dan menyalurkan beban dari bagian struktur
atas kebagian struktur bawah tanpa terjadai kerusakan. Kemampuan perletakan untuk
memikul beban dan pergerakan dari perletakan harus sesuai dengan asumsi yang dibuat
dalam perancangan jembatan secara keseluruhan dan persyaratan khusus didalamnya.
Diketahui :
Panjang bentang jembatan, L = 42 m
Berat sendiri, QMS : qMS = 4893,22 kg/m
PMS = 353,28 kg
𝛾UMS = 1,2
Beban mati tambahan, QMA = 455,765 kg/m
𝛾UMA =2
Beban hidup lajur “D”, QTD : qTD = 2160 kg/m
PTD = 19208 kg
𝛾UTD = 1,8
149
a. Beban vertikal
Berat sendiri (PuMS) = (qMS x L x 𝛾UMS) + (PMS x 𝛾UMS)
= (4893,22 x 42 x 1,2) + (353,28 x 1,2)
= 250009,776 kg
Beban mati tambahan (PuMA) = QMA x L x 𝛾UMA
= 455,765 x 42 x 2
= 38282,278 kg
Beban hidup lajur “D” (PuTD) = (qTD x L x 𝛾UTD) + (PTD x 𝛾UTD)
= (2160 x 42 x 1,8) + (19208 x 1,8)
= 197870,4 kg
Total beban vertikal, (PT) = 486164,454 kg
Reaksi tumpuan ,
Ra = Rb = ½ PT
= ½ x 486164,454
= 243082,227 kg
= 2430822 N
Perpindahan memanjang jembatan = 100 m
Rotasi = 0,015 rad
Data fisik elastomer,
Hardness = 55 Shore A
Modulus geser (G) = 0,7 MPa
Batas tegangan deleminasi = 7 MPa
b. Desain
1. Luas area elastomer yang diperlukan,
Aperlu > 347260,325 mm2
2. Dimensi rencana,
Lebar (w) = 700 mm
Panjang (l) = 700 mm
Tebal lapisan (hri) = 22 mm
Tebal lapisan penutup (hcover) = 4 mm
Jumlah lapisan (n) = 9 buah
Fy pelat = 240 MPa
150
3. Faktor bentuk (S),
S =
S = = = 7,955
Kontrol : 4 ≤ S ≤ 12
4 ≤ 7,955 ≤ 12 ……….OK
4. Cek tegangan ijin
σs = = 4,961 MPa
σs = = 4,038 MPa
σs ≥ 0,5 x G x S x ( )
151
4,961 ≥ 3,132 ……….OK
σs ≥ 0,5 x G x S x ( )
152
Lampiran 1. Tabel Kombinasi Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Bentang 42 m
Tabel Kombinasi Momen Akibat Beban
x Mbs KOMB. 1 KOMB. 2 KOMB.3 KOMB.4 KOMB.5 KOMB.6 KOMB.7 KOMB.8 KOMB.9 KOMB.10 KOMB.11
(m) (kg.m) MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB MS+MA MS+MA MS+MA+Ewl MS+MA+TD+TB+EQ MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB+EW MS+MA+TD+TB MS+MA+TD+TB MS+MA
0 0.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 67146.37 165330.400 165330.400 111067.317 111067.317 114145.831 199030.155 165330.400 168408.914 165330.400 165330.400 111067.317
2 131086.24 323151.814 323151.814 216785.649 216785.649 222792.506 388907.435 323151.814 329158.671 323151.814 323151.814 216785.649
3 191819.61 473464.243 473464.243 317154.995 317154.995 325940.024 569631.838 473464.243 482249.272 473464.243 473464.243 317154.995
4 249346.48 616267.687 616267.687 412175.357 412175.357 423588.385 741203.366 616267.687 627680.716 616267.687 616267.687 412175.357
5 303666.85 751562.146 751562.146 501846.733 501846.733 515737.590 903622.019 751562.146 765453.003 751562.146 751562.146 501846.733
6 354780.72 879347.620 879347.620 586169.124 586169.124 602387.638 1056887.795 879347.620 895566.134 879347.620 879347.620 586169.124
7 402440.79 999376.812 999376.812 664895.233 664895.233 683291.233 1200753.400 999376.812 1017772.812 999376.812 999376.812 664895.233
8 446788.38 1111791.035 1111791.035 738166.374 738166.374 758589.688 1335360.145 1111791.035 1132214.349 1111791.035 1111791.035 738166.374
9 487929.47 1216696.273 1216696.273 806088.529 806088.529 828388.986 1460814.014 1216696.273 1238996.730 1216696.273 1216696.273 806088.529
10 525864.06 1314092.526 1314092.526 868661.699 868661.699 892689.128 1577115.008 1314092.526 1338119.954 1314092.526 1314092.526 868661.699
11 560415.51 1403803.153 1403803.153 925709.244 925709.244 951313.473 1684086.486 1403803.153 1429407.382 1403803.153 1403803.153 925709.244
12 591583.82 1485828.155 1485828.155 977231.164 977231.164 1004262.021 1781728.448 1485828.155 1512859.012 1485828.155 1485828.155 977231.164
13 619545.63 1560344.172 1560344.172 1023404.098 1023404.098 1051711.412 1870217.534 1560344.172 1588651.487 1560344.172 1560344.172 1023404.098
14 644300.94 1627351.204 1627351.204 1064228.047 1064228.047 1093661.647 1949553.745 1627351.204 1656784.804 1627351.204 1627351.204 1064228.047
15 665743.77 1686743.267 1686743.267 1099597.027 1099597.027 1130006.741 2019631.096 1686743.267 1717152.981 1686743.267 1686743.267 1099597.027
16 683732.80 1738379.048 1738379.048 1129369.726 1129369.726 1160605.383 2080308.275 1738379.048 1769614.705 1738379.048 1738379.048 1129369.726
17 698515.33 1782505.844 1782505.844 1153793.439 1153793.439 1185704.868 2131832.578 1782505.844 1814417.273 1782505.844 1782505.844 1153793.439
18 710091.36 1819123.655 1819123.655 1172868.168 1172868.168 1205305.196 2174204.006 1819123.655 1851560.684 1819123.655 1819123.655 1172868.168
19 718425.56 1848197.153 1848197.153 1186558.583 1186558.583 1219371.040 2207387.230 1848197.153 1881009.610 1848197.153 1848197.153 1186558.583
20 723235.31 1869443.713 1869443.713 1194582.060 1194582.060 1227619.775 2231099.626 1869443.713 1902481.427 1869443.713 1869443.713 1194582.060
21 724838.56 1883181.288 1883181.288 1197256.553 1197256.553 1230369.353 2245659.147 1883181.288 1916294.088 1883181.288 1883181.288 1197256.553
724838.562 1883181.288 1883181.288 1197256.553 1197256.553 1230369.353 2245659.147 1883181.288 1916294.088 1883181.288 1883181.288 1197256.553
MMaks
D16 - 150
7000
D16 - 250
42000
TAMPAK ATAS PLAT LANTAI
SKALA 1 : 200
D16 - 150 D16 - 250 Beton K-350
200
7000
DETAIL PENULANGAN PLAT LANTAI
SKALA 1 : 25
42000
1900 SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5
2700
X 7000 1900 SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5 X
2700
1900 SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5
6300 4200 4200 4200 4200 4200 4200 4200 6300
8400 8400 8400 8400 8400
TAMPAK ATAS U GIRDER BENTANG 42 m
SKALA 1 : 150
CABLE Z1&Z5:15 STRANDS Ø15,7 MM
CABLE Z2&Z6:15 STRANDS Ø15,7 MM
CABLE Z3&Z7:15 STRANDS Ø15,7 MM
CABLE Z4&Z8:15 STRANDS Ø15,7 MM
Angkur
Kabel tendon Bursing force
A B
42000
1520
1160
800
SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3 SEGMEN 4 SEGMEN 5 800
1160
1520
320 320
A B
1000 1000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1000 1000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1000 1000
Z1 & Z5 15201402 1290 1082 898 737 598 483 391 322 276 253 250 253 276 322 391 483 598 737 898 1082 1290 14021520
CABLE 15 Z2 &Z6 1160 1075 995 846 714 599 500 417 351 302 269 252 250 252 269 302 351 417 500 599 714 846 995 10751160
STRAND Z3 & Z7 800 740 682 576 482 399 328 269 222 187 163 151 150 151 163 187 222 269 328 399 482 576 682 740 800
Z4 & Z8 - 320 303 273 246 222 201 184 171 161 154 150 150 150 154 161 171 184 201 222 246 273 303 320 -
SECTION X - X (TRACE KABEL TENDON) BENTANG 42 m
SKALA 1 : 150
Cable 13 strands dia. 15,7 mm
Cable 15 strands dia. 15,7 mm Tensile strength = 1860 MPa
430 1040 430 Tensile strength = 1860 MPa Dia. duct 80 mm
Dia. duct 85 mm 290 430 1040 430 290
900 900
Y Y
200 200 200 200
360 Cable 15 strands dia. 15,7 mm Cable 13 strands dia. 15,7 mm
1069,1 Tensile strength = 1860 MPa Tensile strength = 1860 MPa
Dia. duct 85 mm 400
995,6 1000 Dia. duct 80 mm
360 1650 1650
1850 1850 902,8
1181 898,8
1520 481
1160 480 781 250
800 898 150
714 300 239
482
320 246 564 805,6
564 808,4 1000 1000
1000 1000
SEGMEN TUMPUAN BENTANG 42 M POTONGAN A-A BENTANG 42 M SEGMEN TUMPUAN BENTANG 28 M POTONGAN A-A BENTANG 28 M
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50
290 290 290 290
Y Y Y Y
200 200 200 200
Cable 13 strands dia. 15,7 mm
Cable 13 strands dia. 15,7 mm
Tensile strength = 1860 MPa
Cable 15 strands dia. 15,7 mm Tensile strength = 1860 MPa
Cable 15 strands dia. 15,7 mm 284 Dia. duct 80 mm 284
Tensile strength = 1860 MPa Dia. duct 80 mm
Tensile strength = 1860 MPa 1650 1650
1850 284 Dia. duct 85 mm 1850 Dia. duct 85 mm
110 110
250 100
150 239 250 150
483 417 100
269 184 250 150 392 145 250 145
682
740 145 250 145 911 790
1000 1000 1000 1000
POTONGAN B-B BENTANG 42 M SEGMEN TENGAH BENTANG 42 M POTONGAN B-B BENTANG 28 M SEGMEN TENGAH BENTANG 28 M
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50
POSISI TENDON BENTANG 42 M POSISI TENDON BENTANG 28 M
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50
Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab
Plat lantai pracetak pracetak pracetak pracetak pracetak
jembatan Angkur BBR VT
Diafragma Diafragma Diafragma CONA CMI SP 1506
Balok prategang
Bursting force steel 4 f'c=66,4 MPa
1,90 1,90 1,90 D13-100 mm
0,2
Cable 15 st
rands
Cable 15 st
rands
1,85 1850 Cable 15 st
rands
1520
1160
800 Cable 15 strands
320
1,00 1,00 1,00 100 85
2,70 2,70
DETAIL END BLOCK BENTANG 42 M
POTONGAN MELINTANG U GIRDER BENTANG 42 m SKALA 1 : 50
SKALA 1 : 50
Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab Deckslab
Plat lantai pracetak pracetak pracetak pracetak pracetak
jembatan
Diafragma Diafragma Diafragma Angkur BBR VT
Balok prategang
CONA CMI SP 1306
f'c=49,8 MPa
1,90 1,90 1,90 Bursting force steel 4
D10-100 mm
0,2
Cable 13 st
rands
1,65 1650 Cable 13 st
rands
1181 Cable 13 strands
781
300
1,00 1,00 1,00
100 65
2,70 2,70
DETAIL END BLOCK BENTANG 28 M
SKALA 1 : 50
POTONGAN MELINTANG U GIRDER BENTANG 28 m
SKALA 1 : 50
200 15 strand
85 dia.15,7 mm
13 strand
180 dia.15,7 mm
80
300
300
100
50 150 150 50
15 TP BAJA Ø500 mm
Panjang 35,00 m 250
250
250
250
50
50 250 250 50