Anda di halaman 1dari 86

PELATIHAN PERENCANAAN STRUKTUR

DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


26-28 NOVEMBER 2019
Aula Utama Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ANALISIS GEMPA PADA GEDUNG 7 TINGKAT DI SURABAYA


DENGAN BANTUAN ETABS
Arya Rizki Darmawan, S.T., M.T.
Akademisi Universitas Lambung Mangkurat

Refrensi :
1. Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS, Muhammad Miftakhur Riza
2. Belajar SAP2000 Seri 1, Iman Satyarno
3. SNI 03-2847-2002
4. PPPURG 1987
5. SNI 1727-2013
Gempa statik dan gempa dinamik
Analisis static ekivalen merupakan penyederhanaan dari perhitungan beban gempa sebenarnya. Beban gempa
sesungguhnya berasal dari gerakan atau percepatan tanah dasar bangunan, yang kemudian menjalar pada
elemen-elemen gedung seperti kolom dan balok.

Dalam metode analisis static ekivalen, tanah


dasar dianggap tetap (tidak bergetar) dan
beban gempa diekuivalensikan menjadi
beban-beban lateral static yang disebar pada
elemen-elemen Gedung.
Perhitungan beban gempa nominal static
mengacu pada SNI gempa 03-1726-2002.
SNI 03-1726-2002 pasal 4.2
Dalam SNI, ditentukan jenis struktur Gedung beraturan dan tidak beraturan. Struktur Gedung beraturan ditetapkan dalam SNI sebagai
berikut:

1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 m.

2. Denah struktur gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan dan kalaupun mempunyai tonjolan, panjang tonjolan tersebut
tidak lebih dari 25% dari ukuran terbesar denah struktur gedung dalam arah tonjolan tersebut.

3. Sistem struktur gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan, tanpa adanya tingkat lunak. Yang dimaksud dengan tingkat
lunak adalah suatu tingkat, di mana kekakuan lateralnya adalah kurang dari 70% kekakuan lateral tingkat di atasnya atau kurang
dari 80% kekakuan lateral rata-rata 3 tingkat di atasnya. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kekakuan lateral suatu tingkat
adalah gaya geser yang bila bekerja di tingkat itu menyebabkan satu satuan simpangan antar-tingkat.

4. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan, artinya setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih
dari 150% dari berat lantai tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi ketentuan
ini.

5. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh
lantai tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari jumlah
lantai tingkat seluruhnya.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat
ditinjau sebagai pengaruh beban gempa static ekivalen.
Sedangkan jika struktur gedung tidak memenuhi kategori struktur
beraturan atau disebut struktur gedung tak beraturan, maka
pengaruh gempa rencana harus ditinjau sebagai beban gempa
dinamik, sehingga analisa dilakukan dengan berdasarkan analisis
response dinamik response spectrum.
Data Rencana Bangunan
Data tingkatan bangunan :

Lantai 1 sd 7 , h = 4000 mm

Lokasi bangunan : Kota Surabaya

Data penampang :
Data material :
Balok 30/40
fc’ = 20 Mpa
Kolom 60/60 Denah bangunan
fy = 400 Mpa Data-data lain:
Plat lantai 120 mm
fys = 240 Mpa Fungsi bangunan sebagai perkantoran
Plat atap 100 mm
Bangunan didesain dengan peraturan SNI 03-2847-
2002 dan SNI 03-1726-2002
Membuka Program ETABS
2
Tekan OK, lalu
tekan new model
1

Sama seperti membuka program SAP2000, saat


membuka program ETABS pada tampilan awal
muncul tampilan Tip of the Day. Yaitu berisikan
tips dan trik yang dapat kita pelajari, agar
Biarkan saja
penggunaan program ETABS dapat lebih optimal.
kita setting
secara default
4
Tampilan jendela kerja ETABS

• Secara umum, tampilan ETABS dengan SAP2000 adalah sama. Sehingga tidak
sulit untuk beradaptasi dari penggunaan SAP2000 ke ETABS.
• Secara konsep kerja dan alur berpikir juga sama
Langkah-langkah pengerjaan di ETABS
1. Define material
2. Define section properties
3. Define static load case
4. Define load combination
5. Edit grid structure (grid data Untuk pengerjaan beban
dan story data)
6. Draw model grafitasi
7. Assign dead and live load
8. Assign frame end length offset
9. Set Analys options
10.Running Analys
11.Design
Analisis Gempa
• Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen • Analisis Gempa Dinamik Respons Spektrum

 Lantai Tingkat sebagai Diafragma  Respons Spektrum Gempa Rencana


 Waktu Getar Alami (T)
• Kontrol dan Analisis
 Faktor Keutamaan (I)
 Analisis Ragam Respon Spektrum
 Penentuan Jenis Tanah
 Partisipasi Massa
 Perhitungan Berat Gedung (Wt)
 Gaya Geser Dasar Nominal, V (Base Shear)
 Perhitungan Beban Gempa Nominal (V)
 Kinerja Sruktur Gedung
 Input Beban Gempa Statik Ekuivalen
 Kinerja Batas Layan

 Kinerja Batas Ultimit


Material Struktur
Struktur gedung didesain menggunakan bahan beton bertulang dengan mutu dan
persyaratan sesuai dengan standard peraturan yang ada sebagai berikut :

Beton

• Kuat beton yang disyaratkan, fc’ = 20 Mpa

• Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 √fc′ = 21019.04 MPa

• Angka poison, υ = 0,2

Baja Tulangan

• Diameter ≤ 12 mm menggunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh, fy = 240 MPa.

• Diameter > 12 mm menggunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh, fy = 400 MPa.
Material Struktur
Data bahan tersebut dapat diinput ke dalam ETABS dengan cara Define – Material Properties
– Conc – Modify seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

1 2

5
4

Satuan Nmm
Detail Elemen Struktur
Elemen- elemen struktur yang digunakan dalam perencanaan gedung ditunjukkan sebagai berikut :

Jenis struktur = Beton bertulang

Kode balok = B30/40 (balok lantai 1 – lantai 7)

Kode Kolom = K60/60 (kolom utama lantai 1 – lantai 7)

Balok

Input elemen struktur balok dilakukan


dengan cara Define – Frame Section –
AddRectangular.
Detail Elemen Struktur
1 5
4
2

7
6

Kode balok = B30/40 (balok lantai 1 – lantai 7)


Detail Elemen Struktur
5
1

4 2

3
7
8
6

9
Kode Kolom = K60/60 (kolom utama lantai 1 – lantai 7)
Plat Lantai
2 3
1

Pelat tebal 120mm Pelat tebal 100mm

Detail Elemen Struktur


Definisi Load Case
Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :

• Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight)

Meliputi : berat balok, kolom, shear wall, dan plat.

• Beban mati elemen tambahan (Superimposed Dead Load)

Meliputi : dinding, keramik, plesteran, plumbing, mechanical electrical, dll.

• Beban hidup (Live Load) : berupa beban luasan yang ditinjau berdasarkan fungsi bangunan.

• Beban Gempa (Earthquake Load): ditinjau terhadap beban gempa statik dan dinamik.
Definisi Load Case
Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight) yang terdiri dari kolom, balok dan plat sudah
dihitung secara otomatis dalam ETABS dengan memberikan faktor pengali berat sendiri (self
weight multiplier) sama dengan 1, sedangkan beban mati elemen tambahan yang terdiri dari
dinding, keramik, plesteran, plumbing, dll diberikan faktor pengali sama dengan 0, karena
beban tersebut diinput secara manual.

Beban mati elemen tambahan sebaiknya dibuatkan Load Case tersendiri, misal Dead untuk
beban mati tambahan dan SW untuk beban mati sendiri (Self Weight). Hal ini untuk
menghindari kerancuan antara beban mati tambahan dengan berat sendiri, dan untuk
memisahkan massa bangunan tambahan dengan massa bangunan itu sendiri. Jenis beban
yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define – Static Load Case.
Definisi Load Case
Kombinasi Pembebanan
Struktur bangunan dirancang mampu menahan beban mati, hidup dan gempa sesuai peraturan SNI Gempa
03-1726-2002 Pasal 4.1.1 dimana gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga
probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. Kombinasi pembebanan yang
digunakan mengacu pada SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 11.2 sebagai berikut :

Keterangan :

• D : beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self weight, SW) dan beban mati tambahan (superimposed
dead load, D),

• L : beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung,

• Lr : beban hidup yang boleh direduksi dengan faktor pengali 0,5

• E : beban gempa (earthquake load), ditinjau terhadap gempa statik (EQX, EQY), gempa dinamik respons spektrum (RSPX,
RSPY)
Kombinasi Pembebanan
Rincian kombinasi pembebanan tersebut ditunjukkan pada Tabel berikut :
Kombinasi Pembebanan
Berbagai kombinasi pembebanan tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define – Load
Combination – Add New Combo.

Dibuat 10 buah kombinasi sesuai dengan table kombinasi pembebanan pada slide sebelumnya
1
Edit Grid Data
Jarak antar As untuk penggambaran kolom dan balok dapat
diinput dengan cara Edit – Edit Grid Data – Modify/ Show System 2
sebagai berikut.

5
3

Isi grid pada sumbu x dan y sesuai


dengan denah gedung

7
Edit Story Data
Story data adalah input jumlah tingkat serta jarak antar tingkat pada gedung. Dalam kasus ini gedung berjumlah
7 tingkat, sehingga kita memerlukan tambahan story dengan cara Edit – Edit story data – Insert Story

Tambahkan sampai dengan 7 tingkat


Edit Story Data
Denah struktur gedung cenderung mempunyai kesamaan (typical) dengan lantai- lantai di bawah atau di
atasnya, sehingga pada ETABS dapat dibuat hubungan kesamaan antar lantai dengan menganggap satu/
beberapa lantai sebagai acuan lantai yang lain (Master Story).
Hasil pengolahan Grid
Tampilan grid yang telah diinput ditunjukkan pada Gambar berikut.
Pemodelan Struktur
Pemodelan struktur gedung dilakukan secara 3D dengan menggambar semua elemen balok, kolom, dan plat.
Cara penggambaran masing- masing elemen ditunjukkan sebagai berikut.

Penggambaran Elemen Balok

Penggambaran elemen balok dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story untuk beberapa lantai
yang mempunyai denah balok yang sama (typical), sedangkan untuk kasus dimana lantai yang didesain berbeda
dengan lantai yang lain, maka dapat digunakan pilihan One Story. Karakteristik tiap lantai tersebut dapat dilihat
pada Gambar. Penggambaran elemen balok tersebut dilakukan dengan cara Draw – Draw Line Objects – Draw
Lines.

Untuk penggambaran balok, agar mudah buat tampilan window menjadi plan. Dan dimulai pada penggambaran
plan story 1
Pemodelan Struktur

1
3 4
2

Sebelum menggambar pastikan terdahulu section yang dipilih sudah sesuai dengan gambar rencana. Kemudian baru bisa kita
lakukan penggambaran Balok. Penggambaran balok dilakukan di awali dari titik tumpuan awal balok dan diakhiri kembali di titik
tumpuan ujung balok. Lakukan kembali untuk penggambaran balok pada story 7.
Pemodelan Struktur
Penggambaran Elemen Kolom

Penggambaran elemen kolom dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story untuk lantai yang mempunyai
denah kolom yang sama (typical), sedangkan untuk kasus dimana lantai yang didesain berbeda dengan lantai yang lain,
maka dapat digunakan pilihan One Story. Karakteristik tiap lantai tersebut dapat dilihat pada Gambar. Penggambaran
elemen kolom dapat dilakukan dengan cara Draw – Draw Line Objects -Create Column in Region.

1 Sebelum menggambar pastikan


3 4
terdahulu section yang dipilih sudah
2
sesuai dengan gambar rencana.

Lakukan penggambaran kolom sampai


dengan story 7
Pemodelan Struktur
Penggambaran Elemen Plat
Penggambaran elemen plat dapat dilakukan dengan cara Draw – Draw Area Objects – Create Areas at Click. Karena ada lantai
yang mempunyai jenis plat yang sama (typical), maka penggambaran plat dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar
Story, sedangkan untuk kasus dimana lantai yang di desain berbeda dengan lantai yang lain, maka dapat digunakan pilihan One
Story. Plat lantai yang diinput ditunjukkan sebagai berikut.

Sebelum menggambar pastikan


terdahulu section yang dipilih sudah
1 3 4 sesuai dengan gambar rencana.
2 Lakukan penggambaran pelat sampai
dengan story 7
Pemodelan Perletakan
Pemodelan perletakan diasumsikan sebagai jepit, dikarenakan kolom monolit bertumpu pada pondasi,
sehingga kedudukan pondasi dianggap tidak mengalami rotasi dan translasi. Pemodelan tumpuan tersebut
dapat dilakukan dengan klik semua kolom pada lantai dasar, kemudian Assign – Joint/ Point – Restrains.
Kekakuan Sambungan (joint) Balok- Kolom
Tingkat kekakuan balok- kolom dapat dimodelkan sebagai Rigid Zone Offset atau daerah yang kaku, karena pada
struktur beton hubungan balok dan kolom adalah monolite. Nilai Rigid Zone Factor atau faktor kekakuan berkisar
dari 0 sampai 1. Angka 0 untuk tanpa kekakuan dan 1 untuk sangat kaku (full rigid). Tidak ada ketentuan khusus
untuk nilai tersebut, sepenuhnya adalah Engineering Judgement. Namun manual program menyarankan nilai Rigid
Zone Factor adalah ≤ 0,5.

Pada ETABS nilai kekakuan tersebut


dapat diinput dengan memilih semua
elemen balok kolom dengan cara
Select – By Frame Sections. Setelah
semua elemen balok- kolom dipilih,
nilai kekakuan (rigid factor) dapat
dimasukkan dengan cara Assign –
Frame/ Line – End (Length) Offsets.
Hasil Penggambaran Model
Pembebanan
Beban Mati pada Plat Lantai Perhitungan Beban Mati

Beban Mati pada Plat Atap


Beban Mati pada Balok Lantai 2 sd 7

Beban dinding pasangan bata ½ batu = 4 x 2,50 = 10 kN/m


Beban Mati pada Ring Balk
Beban dinding pasangan bata ½ batu = 1 x 2,50 = 2,5 kN/m

Beban Hidup sesuai fungsi ruang bangunan


Input Beban Mati pada Plat Lantai dan Atap
Dari uraian perhitungan, didapat besaran beban mati untuk plat lantai sebesar 1.49 kN/m2 dan 0.73
kN/m2 untuk plat atap. Untuk memberikan beban pada model, pertama-tama select terlebih dahulu
semua plat elemen lantai. Lalu tekan menu Assign, Shell/Area Loads, Uniforms

Beban mati untuk pelat


lantai

Beban mati untuk pelat


atap
Input Beban Hidup pada Plat Lantai dan Atap
Berdasarkan fungsi ruang lantai 2 sd 7 adalah sebagai perkantoran, maka beban hidup plat lantai
sebesar 2.5 kN/m2. Sedangkan pada plat lantai atap, beban hidup sebesar 1 kN/m2. Tatacara
pemberian beban hidup pada plat, sama dengan halnya pemberian beban mati pada plat lantai.

Beban hidup untuk pelat


lantai

Beban hidup untuk pelat


atap

Tampilan beban mati Tampilan beban hidup


Input Beban Mati pada Balok dan Ring Balk
Dari uraian perhitungan, didapat besaran beban mati untuk balok sebesar 10 kN/m
dan 2.5 kN/m untuk ring balk. Untuk memberikan beban pada model, pertama-tama
select terlebih dahulu semua elemen balok lantai. Lalu tekan menu Assign – Frame/
Line Loads – Distributed
Display Beban grafitasi

Tampilan beban mati pada balok Tampilan beban mati pada pelat Tampilan beban hidup pada pelat
Beban Gempa
Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 cara yaitu statik ekuivalen dan
dinamik respons spektrum. Untuk perhitungan gempa statik ekuivalen dapat
dilakukan manual dengan cara menginput besarmya beban gempa ke join
kolom tiap lantai.
1997UBC Seismic Loading
Lokasi Gedung kita ada di Kota Surabaya bertanah sedang, maka kita menggunakan Zonasi Gempa wilayah 3
Lantai Tingkat sebagai Diafragma
Pada SNI Gempa 1726-2002 Pasal 5.3.1 disebutkan bahwa lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan
ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku (rigid) dalam bidangnya dan dianggap bekerja
sebagai diafragma terhadap beban gempa horisontal. Maka, masing- masing lantai tingkat didefinisikan sebagai
diafragma kaku dengan cara Assign – Joint/ point – Diafragms – Add New Diafragms seperti pada Gambar
berikut. Select seluruh elemen pada masing-masing tingkat satu per satu, kemudian kita assign diafragms.
Membuat group per tingkat
Dibuatnya group per tingkat bangunan bertujuan untuk agar ETABS dapat menghitung berat sendiri
struktur berdasarkan elemen-elemen struktur dalam 1 group.

Masing-masing tingkat dibuat groupnya dengan cara klik semua elemen kolom, balok dan plat pada masing-
masing tingkat, lalu tekan Assign, Group Names. Tuliskan nama groupnya kemudian tekan Add new Group
Waktu Getar Alami (T)
Berdasarkan UBC (Uniform Building Code) 1997 section 1630.2.2, estimasi atau perkiraan waktu getar alami
gedung dengan struktur beton dapat dihitung dengan rumus :
T = 0,0731 x H0,75
= 0,0731 x 280,75 = 0,88978 detik

Pada ETABS waktu getar alami dapat diketahui secara otomatis dari hasil ragam getar atau Modal Analysis
dengan cara Run, kemudian Display – Show Mode Shapes. Waktu getar analisis ETABS untuk Mode 1 dan Mode
2 ditunjukkan sebagai berikut :
Waktu Getar Alami (T)

Diketahui bahwa T1 = 1.3488 sec dan T2 =1.1783 sec


Waktu Getar Alami (T)
Sayarat batasan waktu getar alami dalam SNI 1726-2002 (pasal 5.6) untuk wilayah gempa 3 ζ = 0.18 dan jumlah
tingkat n=7 adalah:

T1 < ζ.n = 0.18 * 7 = 1.26 detik


Tampak bahwa nilai hasil analisis melebihi dari batasan tersebut. Perlu diingat juga, bahwa model struktur yang
dipakai di sini adalah dengan penampang yang memperhitungkan retak, atau digunakan momen inersia efektif
yang telah mengalami reduksi. Model struktur dengan momen inersia penampang efektif pada dasarnya hanya
direkomendasikan untuk perhitungan gaya dalam dan deformasi elemen struktur (Imran, 2010).

Sedangkan untuk mengetahui waktu getar alami struktur dapat dipergunakan momen inersia dengan
penampang utuh, yang juga sebagai model untuk penentuan beban gempa nominal (beban geser dasar).
Waktu Getar Alami (T)
Untuk mengakomodasi keperluan tersebut maka selanjutnya dibuat model baru bedasar model terakhir
tersebut, dengan modifikasi factor pengali inersia penampang menjadi penuh (nilai = 1). Model dengan inersia
penampang retak tetap akan dipakai untuk keperluan desain beton bertulang.

Semua elemen struktur dirubah dari inersia penampang retak menjadi inersia penampang utuh
Waktu Getar Alami (T)
Waktu Getar Alami (T)
Waktu getar alami dengan penampang utuh menjadi sebesar T1 = 0.8738 sec
dan T2 = 0.7780 sec. Dengan nilai ini sudah cukup memenuhi syarat batasan
Pasal 5.6 SNI 1726-2002.
Faktor Reduksi Gempa
Nilai factor reduksi gempa ditentukan berdasarkan tingkat daktilitas struktur dan jenis struktur yang dipakai. Pada kasus
modul kita, model menggunakan material struktur beton bertulang dan berlokasi pada zona gempa wilayah 3 (resiko gempa
menengah). Sehingga kita dapat menggunakan tipe SRPMM dengan factor reduksi gempa sebesar R =5.5.

Tabel disamping hanyalah factor


reduksi modifikais respons untuk
system struktur beton bertulang
Nilai Faktor keutamaan (SNI 03-1726-2002)
Pengaruh Gempa Rencana harus
dikalikan dengan suatu Faktor
Keutamaan I menurut persamaan :

di mana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk


menyesuaikan perioda ulang gempa
berkaitan dengan penyesuaian probabilitas
terjadinya gempa itu selama umur gedung,
sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan
Dikarenakan fungsi bangunan kita sebagai perkantoran, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa
berkaitan dengan penyesuaian umur
maka nilai factor keutamaan Gedung sebesar I = 1
gedung tersebut.
Perhitungan beban gempa static manual
A. Respon Spektrum Gempa Rencana

Jenis tanah = Sedang


Zona Gempa = 3

T C = 0,33/T

0 0.23
0.2 0.55
0.6 0.55
0.8 0.41
1 0.33
1.2 0.28
1.4 0.24
1.6 0.21
1.8 0.18
2 0.17
2.2 0.15
2.4 0.14
2.6 0.13
2.8 0.12
3 0.11
Perhitungan beban gempa static manual
Faktor reduksi, R = 5.5
Faktor keutamaan, I = 1
Tinggi gedung, H (m) = 28.0
Jenis Tanah = sedang
Waktu getar, T = 0.890 ==> empiris

Berdasarkan SAP2000, waktu getar (T) untuk arah X dan Y diperoleh sebagai berikut :
Tx → mode 1 = 0.8738 <1.126 (OK)
Ty → Mode 2 = 0.7780 < 1.126 (OK)

Nilai spektrum gempa rencana untuk arah X dan Y sebagai berikut


C1 arah x = 0.33/ Tx = 0.378
C2 arah y = 0.33/ Ty = 0.424

Gaya geser dasar nominal, V = (C x I)/ R x Wt


Vx = 959.35 kN
Vy = 1077.49 kN
Perhitungan beban gempa static manual
B. Perhitungan Berat Sendiri Bangunan dengan ETABS

Group SelfMass SelfWeight TotalMassX TotalMassY TotalMassZ


ALL 740.2379 7263.642 740.2379 740.2379 0
TINGKAT 1 106.4892 1044.933 106.4892 106.4892 0
TINGKAT 2 106.4892 1044.933 106.4892 106.4892 0
TINGKAT 3 106.4892 1044.933 106.4892 106.4892 0
TINGKAT 4 106.4892 1044.933 106.4892 106.4892 0
TINGKAT 5 106.4892 1044.933 106.4892 106.4892 0
TINGKAT 6 106.4892 1044.933 106.4892 106.4892 0
TINGKAT 7 101.303 994.044 101.303 101.303 0

Untuk dapat menampilkan tabel berat sendiri dengan


bantuan ETABS tekan menu, Display, Show table. (dalam
satuan kN)
Perhitungan beban mati dan hidup per tingkat
Beban mati tambahan pada plat tiap tingkat 1 sampai 6 (Luas = 108 m2)
Beban mati pada plat, 1.49 kN/m2 * 108m2 = 160.92 kN
Beban mati pada balok lantai 10 kN/m * 84 m = 840.00 kN
Total 1000.92 kN

Beban hidup pada plat tiap tingkat 1 sampai 6 (Luas = 108 m2)
Beban hidup pada plat, 2.5 kN/m2 * 108m2 *0.3 = 81.00 kN

Beban mati tambahan pada tingkat 7 (Luas = 108 m2)


Beban mati pada plat, 0.73 kN/m2 * 108m2 = 78.84 kN
Beban mati pada balok lantai 2.5 kN/m * 42 m = 105.00 kN
Total 183.84 kN

Beban hidup pada tingkat 7 (Luas = 108 m2)


Beban hidup pada plat, 1 kN/m2 * 108m2 *0.3 = 32.40 kN
C. Perhitungan Beban Mati dan Beban Hidup Tambahan

Beban Mati Beban Hidup Berat Sendiri Beban Total


Tingkat Lantai
Tambahan (kN) Tambahan (kN) (kN) (kN)
TINGKAT 1 1000.92 81.00 1044.93 2126.85
TINGKAT 2 1000.92 81.00 1044.93 2126.85
TINGKAT 3 1000.92 81.00 1044.93 2126.85
TINGKAT 4 1000.92 81.00 1044.93 2126.85
TINGKAT 5 1000.92 81.00 1044.93 2126.85
Keterangan :
TINGKAT 6 1000.92 81.00 1044.93 2126.85
Fi = WixZi
TINGKAT 7 183.84 32.40 994.04 1210.28 n
V
Beban total = 13971.40 
i 1
WixZi

D. Perhitungan Gaya Lateral Gempa, Fi (KN/m)

Tingkat Lantai Beban Total (kN) Z (m) W x Z (KnM) Fx (kN) Fy (kN)


TINGKAT 1 2126.85 4.00 8507.41 38.40 43.13
TINGKAT 2 2126.85 8.00 17014.82 76.80 86.26
TINGKAT 3 2126.85 12.00 25522.24 115.20 129.38
TINGKAT 4 2126.85 16.00 34029.65 153.60 172.51
TINGKAT 5 2126.85 20.00 42537.06 192.00 215.64
TINGKAT 6 2126.85 24.00 51044.47 230.40 258.77
TINGKAT 7 1210.28 28.00 33887.95 152.96 171.79
Σ Wt = 13971.40 Σ W x Z= 212543.60
E. Beban Lateral Gempa arah X dan Y

Perhitungan gempa 100% arah yang ditinjau dan 30% arah tegak lurus
Tingkat Lantai
Fx (kN) 30% Fx (kN) Fy (kN) 30% Fy (kN)
TINGKAT 1 38.40 11.52 43.13 12.94
TINGKAT 2 76.80 23.04 86.26 25.88
TINGKAT 3 115.20 34.56 129.38 38.82
TINGKAT 4 153.60 46.08 172.51 51.75
TINGKAT 5 192.00 57.60 215.64 64.69
TINGKAT 6 230.40 69.12 258.77 77.63
TINGKAT 7 152.96 45.89 171.79 51.54

Setelah didapat nilai beban gempa, maka aplikasikan besaran nilai beban
gempa pada titik-titik kolom tiap lantai. Namun beban gempa perlantai harus
dibagi dengan jumlah titik beban per lantai
Input beban dengan cara klik titik yan ingin diberikan bebannya, kemudian Assign,
Join/points Load, Forces

Pada kasus beban EQX, diberikan beban gempa arah X sebesar 100% dan arah Y sebesar 30%. Begitu pula
sebaliknya, pada kasus beban EQY diberikan beban gempa arah Y sebesar 100% dan arah X sebesar 30%.
Running
Untuk mengetahui kinerja batas layan dan ultimat,
diperlukan data hasil simpangan per lantai. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menampilkan tampilan
deformasi akibat EQX atau EQY, pilih pada portal
tengah. Kemudian catat masing-masing simpangan
per lantai
H. Kinerja Batas Layan dan Ultimit

Kinerja Batas Layan Arah X

Reduksi Gedung = 5.5

No Lantai Tinggi tingkat (mm) Simpangan (mm) Δ S (mm) Diizinkan (mm) Ket.
1 TINGKAT 1 4000 9.406 9.41 21.82 OK
2 TINGKAT 2 4000 28.01 18.61 21.82 OK
3 TINGKAT 3 4000 48.65 20.64 21.82 OK
4 TINGKAT 4 4000 67.84 19.19 21.82 OK
5 TINGKAT 5 4000 83.71 15.87 21.82 OK
6 TINGKAT 6 4000 95.39 11.68 21.82 OK
7 TINGKAT 7 4000 103.20 7.81 21.82 OK

Kinerja Batas Layan Arah Y

No Lantai Tinggi tingkat (mm) Simpangan (mm) Δ S (mm) Diizinkan (mm) Ket.
1 TINGKAT 1 4000 8.67 8.67 21.82 OK
2 TINGKAT 2 4000 25.01 16.34 21.82 OK
3 TINGKAT 3 4000 42.59 17.58 21.82 OK
4 TINGKAT 4 4000 58.68 16.09 21.82 OK
5 TINGKAT 5 4000 71.84 13.16 21.82 OK
6 TINGKAT 6 4000 81.36 9.52 21.82 OK
7 TINGKAT 7 4000 87.46 6.10 21.82 OK
Kinerja Batas Ultimit Arah X

Faktor Pengali, ξ = 3.85

No Lantai Tinggi tingkat (mm) Simpangan (mm) ΔSx ξ Diizinkan (mm) Ket.
1 TINGKAT 1 4000 9.406 36.21 80.00 OK
2 TINGKAT 2 4000 28.01 71.64 80.00 OK
3 TINGKAT 3 4000 48.65 79.45 80.00 OK
4 TINGKAT 4 4000 67.84 73.88 80.00 OK
5 TINGKAT 5 4000 83.71 61.10 80.00 OK
6 TINGKAT 6 4000 95.39 44.97 80.00 OK
7 TINGKAT 7 4000 103.20 30.07 80.00 OK

Kinerja Batas Ultimit Arah Y

No Lantai Tinggi tingkat (mm) Simpangan (mm) ΔSx ξ Diizinkan (mm) Ket.
1 TINGKAT 1 4000 8.67 33.38 80.00 OK
2 TINGKAT 2 4000 25.012 62.92 80.00 OK
3 TINGKAT 3 4000 42.59 67.68 80.00 OK
4 TINGKAT 4 4000 58.68 61.95 80.00 OK
5 TINGKAT 5 4000 71.84 50.67 80.00 OK
6 TINGKAT 6 4000 81.36 36.65 80.00 OK
7 TINGKAT 7 4000 87.46 23.49 80.00 OK
Gempa Dinamik
Tahapan untuk beban gempa dinamik
Analisa struktur 3D bangunan dengan beban gempa dinamik respons spektrum
a. Melakukan permodelan struktur
b. Melakukan penginputan beban-beban gravitasi
c. Perhitungan beban gempa respons spektrum
- Mendefinisikan wilayah gempa dan jenis tanah
- Mendefinisikan desain spektra indonesia (SNI Gempa 2012)
- Menyiapkan input data respons spektrum
- Input data respons spektrum di ETABS
- Mendefinisikan tipe analisis respons spektrum
- Mendefinisikan faktor pengali beban gempa
d. Mendefinisikan analisis modal
e. Mendefinisikan massa struktur
f. Mendefinisikan pelat lantai sebagai diafragma
g. Running analisis
h. Cek Mode shape dan waktu getar alami
i. Cek Kombinasi ragam struktur
- Penentuan syarat modal combination (CQC atau SRSS)
j. Cek Partisipasi massa
k. Cek gaya geser dasar gempa
Response Spectrum
Data-data untuk keperluan input pembebanan dinamik dengan metode response spectrum diambil
seperti berikut ini :

a. Wilayah gempa

b. Jenis tanah

c. Spektrum respons

d. Faktor keutamaan Gedung

e. Faktor reduksi gempa

f. Massa struktur

g. Faktor pengali
Mempersiapkan input data response
spektrum
Untuk mendapatkan grafik respons spektrum dapat dilakukan dengan melihat kurva masing-masing respons dengan wilayah
gempa tertentu sesuai SNI gempa 2002. Atau dapat dilakukan dengan cara yang lebih akurat, yaitu dengan bantuan website
dari PUSKIM-ITB sebagai berikut:

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Setelah website terbuka, silahkan tekan koordinat Gedung yang akan dirancang, atau bisa klik
lokasi Gedung pada peta yang telah disediakan dalam website.

Setelah lokasi sudah kita tentukan, tekan tombol hitung. Sehingga muncul kurva response spektrum
sesuai lokasi Gedung kita.
Menentukan jenis tanah
Pada kasus ini jenis tanah pada lokasi Gedung adalah kategori tanah sedang. Sehingga pada
pilihan menu jenis tanah di kurva, harus kita pilih jenis tanah sedang.
Memindahkan hasil website ke excel
Kita dapat memindahkan hasil dari website ke excel dengan cara manual, yaitu blok semua data lalu copy dan salin ke excel.

Setelah disalin ke excel, maka kita oleh data tersebut menjadi sebagai berikut:

T C (g)
0 0.225 Kurva Response Spektrum
0.112 0.562 0.6
0.56 0.562
0.66 0.414 0.5

0.76 0.366
0.4
0.86 0.328
0.96 0.297 0.3
1.06 0.271
1.16 0.25 0.2
1.26 0.231
0.1
1.36 0.215
1.46 0.202
0
1.56 0.19 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
1.66 0.179
1.76 0.169
dst…
Memindahkan hasil excel ke notepad
Dalam input kurva response spektrum dalam SAP2000, file yang diinputkan harus dalam format .txt , sehingga hasil excel
yang telah kita buat harus kita salinkan di notepad.
Input data response spektrum di ETABS
Input otomatis nilai spektrum gempa dapat dilakukan dengan cara mencopy data spektrum dari Excel
ke notepad kemudian dimasukkan ke ETABS dengan cara Define – Response Spectrum Functions –
Spectrum From File – Add New Spectrum.
Setelah kurva respon spektrum dibuat, kemudian harus didefinisikan spectrum
case dengan cara Define – Response Spectrum Case – Add New Spectrum. Data
yang harus diinput adalah sebagai berikut :
c. Input Response Spectra

• Faktor keutamaan (I) = 1 (untuk gedung perkantoran)

• Faktor reduksi gempa (R) = 5.5

• Faktor skala gempa arah X = (G x I)/ R = 9,81 x 1/ 5.5 = 1.783

• Faktor skala gempa arah Y = 30% x Gempa arah X = 0.534


Response Spectrum Response Spectrum
Case Gempa Arah X Case Gempa Arah y
(RSPX) (RSPy)
Penentuan Massa Struktur
Dalam analisis beban gempa static, maka
pembebanan pada struktur langsung berasal dari
beban tersebut. Sedangkan dalam analisis gempa
dinamik, secara garis besar beban berasal dari
percepatan gempa dikalikan dengan massa struktur.

Untuk percepatan gempa telah dimasukkan dalam


Function response spektrum dan diberikan factor
pengali pada Load cases. Kemudian yang harus kita
lakukan selanjutnya adalah mendefinisikan massa
struktur. Dalam kasus gempa massa struktur akibat
beban mati adalah 100% dan akibat beban hidup
sebesar 30%.

Tekan menu Define, mass source.


Running analysis
Setelah semua langkah-langkah untuk pembebanan dinamik telah dilakukan, saatnya kita lanjut
ke analisa hasil output. Untuk melakukan analisa struktur, tekan menu Analyze, Run Analysis.
Mode shape dan Waktu getar alami
Untuk menampilkan mode shape tekan menu Display, Show mode shape. Namun sebelumnya rubah semua
inersia penampang menjadi inersia utuh.

Ragam 1 Ragam 2 Ragam 3


1.325 detik 0.4074 detik 0.2164 detik
Cek kombinasi ragam struktur
Dalam pasal 7.2.2 SNI 03-1726-2002 dikemukakan 2 macam metode penjumlahan ragam, yaitu CQC (Complete Quadratic
Combination) untuk struktur dengan waktu getar alami yang berdekatan (selisih <15%) dan SRSS (Square Root of the Sum of
squares) untuk struktur dengan waktu getar alami yang berjauhan. Tekan menu Run – Display – Show Table – Analysis
Result – Modal Information – Table : Modal Participating Mass Ratios. Pada load case pilih hanya beban modal saja

Data tersebut kita salin ke excel, kemudian kita


olah analisisnya.
Untuk menentukan tipe analisis ragam respons spektrum yang sesuai, maka
selisih dari periode dihitung sebagai berikut :

Mode Period ΔT (%)


1 1.325038 10.96572
2 1.179738 8.719478
3 1.076871 62.16984
4 0.407382 9.619964
5 0.368192 7.876054 Menggunakan tipe SRSS
6 0.339193 36.19827
7 0.216411 8.115576
8 0.198848 6.349574 Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada Tabel 9.1,terlihat
9 0.186222 26.26113 bahwa waktu getar struktur ada yang melebihi 15%, maka sebaiknya
10 0.137318 5.867403 digunakan kombinasi ragam spectrum SRSS sesuai dengan persayaratan
11 0.129261 6.100835
SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.2.
12 0.121375 -
Modifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara Define – Response Spectrum Cases –
Modify – Show Spectrum – Modal Combination.
Participating mass ratio
Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 disebutkan bahwa jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam
penjumlahan respons harus menghasilkan partisipasi massa minimum 90%. Dalam ETABS besarnya partisipasi
massa tersebut dapat diketahui dengan Run – Display – Show Table – Analysis Result – Modal Information –
Table : Modal Participating Mass Ratios.
Cek gaya geser dasar
Dalam analisis response spektrum perlu diketahui pula bahwa gaya geser dasar (base shear) dari hasil analisis
tersebut setidak-tidaknya adalah sebesar 80% dari analisis base shear gempa static. Cara menampilkan base
shear dapat melalui tabel output. Tekan menu Display, show table – Reactions – Support reaction.

Pada load case, pilihlah hanya EQX,


EQY, RSPX dan RSPY
Agar seleksi data dapat dipilih dengan lebih muda, Load Case bisa dipilih satu per satu. Mulai dari EQx,
EQy, RSPx, RSPy. Jumlah base shear untuk masing- masing gempa dijumlahkan seperti ditunjukkan
pada Tabel berikut :
Cek gaya geser dasar
Tipe Beban Gempa Fx (kN) Fy (kN) 80% Statik X 80% Statik Y
EQx -959.36 -323.22 -767.488 -258.576
Statik
EQy -287.8 -1077.5 -230.24 -862
RSPx 593.8 196.96
Dinamik
RSPy 177.84 657.72

Dari hasil tabel diatas, disimpulkan bahwa gaya geser dasar dari gempa
dinamik belum memenuhi syarat > 80% gaya geser static.

Vdinamik arah x < 80%Vstatik arah x

Vdinamik arah y < 80%Vstatik arah y


Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spektrum :

Arah X = 767.488 / 593.8 = 1.292

Arah Y = 862 / 657.72 = 1.31


Nilai faktor skala yang telah dikoreksi tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define –
Response Spectrum Cases – Modify/ Show Spectrum.

1.783 * 1.292 = 2.303

2.303 * 0.3 = 0.691


Silahkan di cek kembali
gaya geser dasar. Apakah
sudah memenuhi syarat
atau tidak
Jika semua persyaratan untuk analisis gempa sudah sesuai,
maka baru kita bisa melakukan analisis gaya-gaya dalam
untuk menghitung kebutuhan tulangan, serta melakukan
pengecekan apakah penampang elemen struktur sudah kuat
atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai