101943-Gytha Indriawati Amin-Fkik PDF
101943-Gytha Indriawati Amin-Fkik PDF
SKRIPSI
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 (S1)
Disusun Oleh:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang
Hidayatullah Jakarta.
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Desember 2010
ABSTRAK
PT PJB UP Muara Karang merupakan sebuah anak perusahaan PLN, produsen listrik
yang menyuplai kebutuhan listrik ibukota Jakarta yang mengelola 5 unit PLTU (Pusat
Listrik Tenaga Uap) & 1 unit PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap). Di PLTU PT PJB
UP Muara Karang telah terjadi 19 kasus kebakaran dari tahun 2006 hingga bulan maret
tahun 2010. Hal telah tersebut telah mengakibatkan kerugian yang besar diantaranya:
hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang otomatis akan mengurangi
beban listrik yang seharusnya dihasilkan sehingga menyebabkan pemadaman listrik di
berbagai daerah. Kerusakan mesin yang harus diperbaiki ataupun diganti dengan mesin
yang baru, serta kerugian materi yang mencapai ratusan juta hingga milyaran rupiah.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya tingkat pemenuhan sistem
tanggap darurat kebakaran yang ada di area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang
tahun 2010. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret hingga desember tahun 2010.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan dengan wawancara kepada informan dan
melakukan observasi langsung menggunakan daftar checklist standar NFPA dan
KEPMEN PU No.10/KPTS/2010.
Hasil penelitian menunjukan bahwa area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang
memiliki bahaya kebakaran kelas A, B, C dan D dan rata-rata tingkat pemenuhan sistem
tanggap darurat kebakaran sebesar 81.76 %. Office merupakan area dengan tingkat
pemenuhan paling rendah adalah yaitu sebesar 73.58 %. Hal tersebut dikarenakan di
area tersebut tidak terdapat sprinkler, hidran dan tangga darurat. Pintu darurat yang ada
tidak difungsikan sebagaimana mestinya, dan lampu darurat yang ada berwarna putih.
Saran yang diberikan untuk area ini yaitu agar pihak perusahaan menyediakan
sprinkler, hidran, tangga darurat, lampu darurat yang berwarna kuning, menggunakan
pintu darurat pada saat kejadian darurat saja. Melakukan simulasi kebakaran pada waktu
yang tidak terduga dan berbagai kondisi. Serta tetap melakukan pemeriksaan dan
pemeliharaan terhadap seluruh alat proteksi kebakaran dan sarana penyelamat jiwa
sehingga selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan setiap saat.
ii
JAKARTA ISLAMIC STATE UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Undergraduated Thesis, December 2010
ABSTRACT
References: 26 (1987-2010)
iii
PANITIA SIDANG SKRIPSI
Penguji I
Penguji II
Penguji III
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
TAHUN 2010
Mengetahui
v
RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
45356
Email : Gytha.gytha@gmail.com
Telp : 021-95646124/085695501340
Riwayat pendidikan
Hidayatullah Jakarta
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan yang tak
terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan
rahmat-Nya hingga skripsi yang berjudul ” Analisis Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat
Kebakaran Di Area Produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Jakarta Tahun 2010” ini
dapat tersusun. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Baginda Besar Nabi
Skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang
1. Keluarga tercinta Bapak Abdul Hamid Amin dan Ibu Karyani, adik-adikku Maurice
dan Vincent atas doa dan dukungan moril dan materiil yang tak henti-hentinya kalian
berikan.
2. Bapak Yuli Prapanca Satar sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
3. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku sekretaris Program Studi Kesehatan
4. Bapak DR. H. Arif Sumantri SKM. MKES selaku pembimbing I atas bimbingan
5. Bapak Ir. Miftahul Jannah, MM selaku Manajer PT PJB UP Muara Karang yang
vii
6. Bapak Drs. Binor Simbolon selaku supervisor pelatihan SDM beserta staf yang telah
7. Bapak Bambang Wuryanto selaku Deputi Manajer K&LK3, bapak Tugiman selaku
supervisor K3, bapak Agus Susilo beserta staf yang selalu membimbing di lapangan
8. JNC (Hasplah, Defriyan, Andri, Ranti, Ekaw, Ranti, Eka M, Annisa, Suzan, Fifi,
Afifa, Nuri), terima kasih atas kebahagian dan tawa yang selalu kalian bagi.
9. Bapak Taryana dan Bapak Wiwin Suhaya beserta keluarga atas support yang telah
diberikan.
10. Andra Ramadhi Putra & Syed Raffay Ali, who taught me how to struggle. The
world's a better place because of man like you. Who take the time to do nice things.
11. Teman-teman seperjuangan Kesmas angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
LEMBAR PERSETUJUAN v
BAB I PENDAHULUAN
ix
1.6 Ruang Lingkup............................................................................................. 8
2.9.1 APAR.................................................................................................. 27
2.9.2 Alarm.................................................................................................. 33
2.9.3 Sprinkler.............................................................................................. 35
2.9.4 Detektor............................................................................................... 37
2.9.5 Hidran.................................................................................................. 40
x
2.10.4 Tangga Darurat................................................................................ 47
2. Alarm................................................................................................... 56
3. Sprinkler............................................................................................... 57
4. Detektor................................................................................................ 57
3. Pintu Darurat........................................................................................ 61
xi
4. Tangga Darurat.................................................................................... 62
5. Penerangan Darurat.............................................................................. 62
6. Tempat Berhimpun.............................................................................. 63
4.3 Informan....................................................................................................... 65
1. Data Primer............................................................................................. 65
2. Data Sekunder........................................................................................ 66
BAB V HASIL
xii
5.3.1 Manajemen Tanggap Darurat............................................................ 81
Kebakaran Di PLTU....................................................................
xiii
5.3.5.2 Sarana Penyelamat Jiwa.............................................................. 177
BAB VI PEMBAHASAN
xiv
6.3.3 Pelatihan Tanggap Darurat.................................................................. 236
Desalination Plant................................................................................
Ground Floor.......................................................................................
Mezzanine Floor..................................................................................
Turbine Floor.......................................................................................
xv
6.8.1 Sarana Proteksi Aktif.......................................................................... 280
Office...................................................................................................
Gudang................................................................................................
Lampiran
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Luas Area Maksimal Yang Harus Dilindungi Per APAR................... 32
Tabel 2.5 Ukuran Dan Penempatan APAR Untuk Bahaya Kelas A................... 33
2010................................................................................................
2010..................................................................................................
xvii
Desalination Plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010.....
Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan Hidran Halaman per Elemen Pertanyaan di Area 101
Tabel 5.11 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area 103
Tabel 5.12 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 104
Tabel 5.13 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 106
2010.................................................................................................
Tabel 5.14 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di area 107
Tabel 5.15 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di 109
Tabel 5.16 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di 111
2010..................................................................................................
xviii
Tabel 5.17 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area 112
Tabel 5.18 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Ground 113
Tabel 5.19 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di area Ground 114
Tabel 5.20 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Ground Floor 118
Tabel 5.21 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Ground 119
Tabel 5.22 Tingkat Pemenuhan Sprinkler per Elemen Pertanyaan di Area 123
Tabel 5.23 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Ground 125
Tabel 5.24 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di area 127
Tabel 5.25 Tingkat Pemenuhan Hidran Halaman per Elemen Pertanyaan di Area 129
Tabel 5.26 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area 131
Tabel 5.27 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 132
Tabel 5.28 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 134
xix
Area Ground Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010.....
Tabel 5.29 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area 135
Tabel 5.30 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di 137
Tabel 5.31 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area 139
Tabel 5.32 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area 139
Tabel 5.33 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area 141
Tabel 5.34 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Mezzanine 145
Tabel 5.35 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area 146
Tabel 5.36 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di area 149
Mezzanine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010.........
Tabel 5.37 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di Area 151
Tabel 5.39 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 154
xx
Tabel 5.40 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 156
Tabel 5.41 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area 158
Tabel 5.42 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di 160
Tabel 5.43 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area 161
Tabel 5.44 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area 161
Tabel 5.45 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area Turbine 163
Tabel 5.46 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Turbine Floor 166
Tabel 5.47 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Turbine 168
Tabel 5.48 Tingkat Pemenuhan Sprinkler per Elemen Pertanyaan di Area 170
Tabel 5.49 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Turbine 172
Tabel 5.50 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di area 175
Tabel 5.51 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area 177
xxi
Turbine Floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010..............
Tabel 5.52 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 178
Tabel 5.53 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 180
Tabel 5.54 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area 181
Tabel 5.55 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di 183
Tabel 5.56 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di 185
Tabel 5.57 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Manajemen Tanggap Darurat di Area 186
Tabel 5.58 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Office 187
Tabel 5.59 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area Office 188
Tabel 5.60 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Office 192
Tabel 5.61 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Office 194
Tabel 5.62 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area 197
xxii
Tabel 5.63 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 198
Tabel 5.64 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 200
Tabel 5.65 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area 201
Tabel 5.66 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di 203
Tabel 5.67 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di 204
Tabel 5.68 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat di Area 206
Tabel 5.69 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area 206
Tabel 5.70 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di area Gudang 208
Tabel 5.71 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Area Gudang 211
Tabel 5.72 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di area Gudang 213
Tabel 5.73 Tingkat Pemenuhan Sprinkler per Elemen Pertanyaan di Area 215
Tabel 5.74 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Gudang 217
xxiii
PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010......................................
Tabel 5.75 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Penyelamat Jiwa Di Area 219
Tabel 5.76 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 220
Tabel 5.77 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di 222
Tabel 5.78 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area 223
Tabel 5.79 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di 225
Tabel 5.80 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di 226
Tabel 5.81 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat di Area 227
Tabel 5.82 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat di Area 228
xxiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.4 Alur Proses Produksi Listrik Turbin Uap ( PLTU ) Muara Karang.. 75
xxv
BAB I
PENDAHULUAN
dan kemampuan suatu negara atau komunitas untuk mengelola secara efisien
semua jenis keadaan darurat dan membawa transisi teratur dari bantuan melalui
tingkat dan di semua sektor dilatih, dan komunitas yang menghadapi risiko
dididik, dan bahwa tindakan tersebut akan dipantau dan dievaluasi teratur.
1978 adalah timbulnya api yang tidak dikehendaki akibat kebakaran adalah
kerugian materil dan moril, yaitu berupa harta benda atau korban jiwa dan raga.
Sedangkan menurut Perda DKI Jakarta (1992) kebakaran merupakan suatu nyala
api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki, merugikan dan
Kebakaran perusahaan adalah sesuatu yang sangat tidak diingini. Bagi tenaga
1
2
kebakaran, juga hasil usaha dan upaya yang sekian lama atau dengan susah
payah dikerjakan dapat menjadi hilang sama sekali. Jerih payah berbulan-bulan
atau bertahun-tahun dapat musnah hanya dalam waktu beberapa jam atau
7%, bahan yang terlalu panas 8%, nyala pembakar/brander 7%, percikan api
(pekerja las atau membubut) 5%, pengapian spontan 4%, pengelasan dan
Menurut WHO (2007), keadaan darurat utama, bencana dan krisis lainnya
tidak mengidahkan perbatasan negara dan tidak pernah terjadi pada saat yang
ini sangat besar, dan termasuk banyak aspek kehidupan masyarakat lainnya yang
kehidupan lain, dll. Itulah mengapa sangat penting untuk memiliki sistem
tanggap darurat di tempat, sehingga dampak bencana terhadap orang dan aset
mengurangi penderitaan.
(Persero) produsen listrik yang menyuplai kebutuhan listrik Ibukota Jakarta. Saat
ini PT PJB UP Muara Karang mengelola 5 unit PLTU (Pusat Listrik Tenaga
3
Uap) & 1 unit PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap) Muara Karang dengan
kebakaran pada tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 4 kasus,
tahun 2008 sebanyak 5 kasus, tahun 2009 sebanyak 7 kasus dan tahun 2010
hingga bulan Maret telah terjadi 2 kasus. Kesemua kasus terjadi di PLTU UP
dirugikan dengan hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang
harus diperbaiki ataupun diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi
Namun pada kenyataannya penyediaan alat proteksi aktif sebagaian tidak sesuai
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu
bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Dia akan senantiasa
kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya dan tidak mau bersyukur bahwa
Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka. Mensyukuri
rahmat Allah dengan ucapan yang setulus hati, kemudian diiringi pula dengan
perbuatan, yaitu menggunakan dan menjaga rahmat tersebut dengan cara dan
Diantara nikmat Allah yang sering terlupakan selain harta benda adalah
Tahun 1978 adalah timbulnya api yang tidak dikehendaki akibat kebakaran
adalah kerugian yang berupa harta benda atau korban jiwa dan raga.
memproteksi aset yang mereka miliki termasuk karyawan. Salah satu cara yang
Maret 2010 PT PJB Terdiri dari 5 Unit PLTU dan 2 unit PLTGU. Peneliti
kebakaran sebanyak 19 kasus dari tahun 2006 hingga bulan Maret 2010 dengan
rincian sebagai berikut: tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 4
kasus, tahun 2008 sebanyak 5 kasus, tahun 2009 sebanyak 7 kasus dan tahun
Rata-rata kebakaran yang terjadi diakibatkan oleh usia mesin yang sudah tua
namun tetap digunakan secara terus menerus karena proses produksi yang harus
hilangnya waktu produksi antara 2 hari hingga 1 bulan, yang otomatis akan
ataupun diganti dengan mesin yang baru, serta kerugian materi yang mecapai
Dilihat dari jumlah kejadian kebakaran yang terjadi serta dampak kerugian
Muara Karang tahun 2010. Penelitian ini menggunakan beberapa standar acuan
installation of Standpipe and Hose System and Hose System Checklist, NFPA 72
tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, NFPA 101 tentang Life Safety Code
Checklist.
sarana proteksi aktif, sarana penyelamat jiwa yang ada di setiap area produksi
kebakaran yang ada di area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun
2010
1.5 Manfaat
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan
UP Muara Karang dan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
Penelitian ini dilakukan karena tingginya angka kebakaran yang ada di PLTU PT
PJB UP Muara karang dari 2006 hingga bulan Maret 2010. Penelitian ini bersifat
NFPA 14 tentang Standard installation of Standpipe and Hose System and Hose
System Checklist, NFPA 72 tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, NFPA
101 tentang Life Safety Code Checklist. Penelitian ini dilakukan karena tingginya
angka kebakaran yang ada di PLTU PT PJB UP Muara karang dari tahun 2006
TINJAUAN PUSTAKA
yang mengeluarkan panas. bila panas yang dikeluarkan itu melebihi batas
(1993), tiga sumber harus ada dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan api.
Tiga bentuk struktur ini disebut dengan “fire triangle”. Bila salah satu dari
Gambar 2.1
Fire Triangle
1. Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar
15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di
dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan
9
10
2. Panas
energi listrik, percikan api listrik, api las / potong, gas yang dikompresi.
3. Bahan bakar
pembakaran. Ada tiga wujud bahan bakar, yaitu padat, cair dan gas. Untuk
benda padat dan cair dibutuhkan panas pendahuluan untuk mengubah seluruh
kimia. Jadi sebuah reaksi berantai dapat terjadi bila kegita elemen api tersebut
Gambar 2.2
Fire Tetrahidron
11
peristiwa yang disebabkan dari api yang tidak dapat dikendalikan atau dikuasai
baik besar maupun kecil, disengaja atau tidak dan menimbulkan kerugian harta
benda, cacat bahkan korban jiwa manusia. Menurut NFPA sendiri, kebakaran
yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di udara dan panas yang dapat
manusia.
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik,
mulai terbakar dan menyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau
tidak tergantung dari sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah,
agak mudah dan sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, tak
cukup timbul panas untuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat seperti
mudah terbakar kertas atau kayu lempengan tipis oleh karena relatif luasnya
Benda pijar mudah atau tidak mudah dibakar akan menyebabkan terbakarnya
benda lain jika bersentuhan dengannya. Suatu benda tak mudah terbakar akan
dengannya.
b. Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yan mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api
gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi
yang berubah menjadi panas. Benda tersebut menjadi panas dan jika suhunya
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi
akan meluas dengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas
Debu-debu dari zat-zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang
berupa suspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap
e. Percikan api
campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya
13
percikan api tak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat. Oleh karena
itu, tidak cukupnya energi dan panas yang ditimbulkan akan menghilang di
alam benda padat. Percikan api mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik
dan juga karena kelistrikan statis sebagai gesekan dua benda yang bergerak.
f. Terbakar sendiri
Kebakaran sendiri dapat terjadi pada onggokan bahan bakar mineral yang
padat atau zat-zat organis, apabila peredaran udara cukup besar untuk
Dalam hal mineral zat tertentu seperti besi mungkin bertindak sebagai
bakteri dibutuhkan.
g. Reaksi kimiawi
bentuk pertikel atau jika kontak terus menerus dengan zat yang mengoksidasi
tersebut.
14
h. Peristiwa-peristiwa lain.
menentukan cara dan media yang tepat dalam memadamkan kebakaran tersebut.
kebakaran kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dan lain-lain. Jika terjadi
2. Kelas B, yaitu kebakaran pada zat cair atau gas yang mudah terbakar,
misalnya kebakaran bensin, aspal, minyak (oli), alkohol, gas LPG, LNG dan
lain-lain. Jika terjadi kebakaran kelas B maka metode pemadaman yang dapat
digunakan adalah:
Penurunan temperature.
15
digunakan adalah:
A atau kelas B.
kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan
derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran
api, asap, dan gas yang ditimbulkan. Untuk kelas- kelas bahaya kebakaran bisa
Tabel 2.1
Bahaya Kebakaran
Bahaya Kebakaran
Kelas Karakteristik Kesulitan Pemadaman Kebakaran
Kebakaran
RENDAH Api permukaan Tak ada masalah pengendalian kecuali
merambat kebakaran dalam tanah
16
Bahaya Kebakaran
Kelas Karakteristik Kesulitan Pemadaman Kebakaran
Kebakaran
TINGGI Menyebar cepat atau Pengendalian api dengan menggunakan
intensitas api sedang pompa air kuat dan/atau pembuatan
sampai tinggi sekat bakar menggunakan peralatan
mekanis
EKSTRIM Menyebar cepat atau Sangat sulit untuk dikendalikan.
intensitas api tinggi Pemadaman tidak langsung dengan
menggunakan drip torches dari garis
pengendalian dapat digunakan
a. Bahaya panik
lebih sulit dikendalikan apabila melibatkan jumlah orang yang makin banyak,
lain.
b. Bahaya asap
oleh karena itu masalah asap merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Pengaruh bahaya yang dapat ditimbulkan karena asap antara lain adalah
orang yang terperangkap dalam ruangan yang penuh asap dapat mati karena
18
mengganggu mata sehingga sulit untuk melihat dan bahaya radiasi panas.
Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkan merambat dengan cara
pemadaman.
bahan kimia atau bahan bahan lainnya harus diwaspadai. Gas-gas dapat
sebagaimana yang dinyatakan oleh Colling (1990) bahwa gas beracun yang
biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran yaitu NHN, NO2, HCL, CO, SO2
dan lain-lain.
bangunan atau bagian bangunan sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan
2. Kelas 1b: rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenis-nya dengan
luas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12
orang secara tetap, dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan
hunian lain atau bangunan kelas lain selain tempat garasi pribadi.
B. Kelas 2: Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang
2. Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan tersebut.
kelas 6, 7, 8, atau 9.
Adalah bangunan toko atau bangunan lain yang dipergunakan untuk tempat
2. Ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel
cuci gudang.
sejenisnya.
jalur akses dan ditentukan jarak antar bangunan seperti dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2
Jarak Antar Bangunan
No Tinggi Bangunan Gedung (m) Jarak Minimum Antar Bangunan Gedung (m)
1 s/d 8 3
2 > 8 s/d 14 > 3 s/d 6
3 > 14 s/d 40 > 6 s/d 8
4 > 40 >8
Sumber: KEPMEN PU No.10/KPTS/2000
22
salah satu kombinasi dari metode yang digunakan pada bangunan untuk
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
untuk mengelola secara efisien semua jenis keadaan darurat dan membawa
dikembangkan, personil pada semua tingkat dan di semua sektor dilatih, dan
komunitas yang menghadapi risiko dididik, dan bahwa tindakan tersebut akan
yang dilakukan oleh tenaga ahli yang sesuai bidangnya dan hasilnya disahkan
a. Kelengkapan tapak
b. Sarana penyelamatan
b. Sarana penyelamatan
NFPA 14 Standard installation of Standpipe and Hose System and Hose System
Checklist, NFPA 72 tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, NFPA 101
bagunan minimal 5000 m2 atau dengan baban hunian 500 orang, atau dengan
luas area/site minimal 5000 m2 atau terdapat bahan berbahaya yang mudah
yang memberikan tugas khusus dan tanggung jawab untuk semua personel yang
Di dalam NFPA 10, kriteria organisasi tanggap darurat kebakaran yang baik
kebakaran dan petugas yang bertanggung jawab dalam organisasi tersebut sudah
kebakaran.
menanggulangi akibat dan situasi yang tidak normal dengan tujuan mencegah
Dalam NFPA 101 sendiri, prosedur tanggap darurat merupakan cakupan dari
rencana tanggap darurat yang harus ada. Di dalam prosedur tersebut haruslah
luar sebelum terjadi keadaan darurat. Koordinasi awal ini akan meminimalkan
kebakaran juga berisikan tentang cara evakuasi sesuai dengan prosedur yang ada
di area tersebut, untuk memastikan bahwa semua elemen yang terlibat benar-
suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap anggota unit regu penanggulangan
kebakaran dalam suatu tim tanggap darurat harus melaksanakan atau mengikuti
latihan secara kontinyu dan efektif, baik latihan yang bersifat teori maupun yang
bersifat praktik.
kebakaran secara efektif dan efisien. Latihan yang bersifat praktik harus
sehingga dapat digunakan dengan cepat dan tepat jika terjadi kebakaran yang
kebakaran yang harus dilakukan secara periodik minimal 1tahun sekali. (NFPA
101)
hidran.
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2008), untuk dapat mencegah dan
pasif.
2.9.1 APAR
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
tidak melebihi 10 kg adapun media pemadam yang digunakan adalah air, serbuk
kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara penggunaannya, tapi
hanya efektif untuk memadamkan kebakaran kecil atau awal kebakaran sesuai
adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat
jenis-jenis APAR berdasarkan klasifikasi kebakaran dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Jenis APAR Berdasarkan Klasifikasi Kebakaran
KLASIFIKASI BAHAN YANG JENIS APAR
KEBAKARAN TERBAKAR
A Bahan padat berkarbon, 1. Air
seperti kayu, kertas, sisi 2. Bubuk kering /Dry Powder
bangunan, dan lain-lain 3. Karbondioksida
4. Halon
5. Busa
B Cairan, gas, dan bahan 1. Air
padat yang dapt larut dan 2. Bubuk kering /Dry Powder
menyala, seperti pelarut, 3. Karbondioksida
minyak, cat, dan lain-lain 4. Halon
5. Busa
C Peralatan Listrik 1. Bubuk kering / Dry Powder
2. Karbondioksida
3. Halon
D Logam Pemilihan jenis APAR harus
hati-hati karena harus diketahui
secara spesifik jenis logam
yang terbakar
Sumber: Colling, 1990
29
1. APAR dengan media air: tabung APAR berisi air, dengan gas (CO2 atau N2)
2. APAR dengan media busa: tabung APAR berisi busa dan air, dilengkapi gas
(CO2 atau N2) bertekanan yang berfungsi untuk menekan busa keluar
3. APAR dengan media serbuk kimia: APAR dengan media serbuk kimia ini
a. Tabung berisi serbuk kimia dan sebuah tabung kecil yang berisi gas
4. APAR dengan media gas: pada pemadam dengan media gas, tabung gasnya
harus dalam keadaan yang baik. Menurut NFPA 10, kriteria APAR yang baik
diantaranya:
2. APAR yang tersedia harus sesuai dengan jenis bangunan yang ada
4. Sebelum dipakai segel pengaman harus dalam keadaan baik dan penutup
5. Lubang penyemprot tidak tersumbat dan slang tahan tekanan tinggi serta
tidak bocor
6. Bahan baku pemadam dalam keadaan baik dan tidak lewat masa berlakunya
7. Isi tabung gas sesuai dengan tekanan yang dipergunakan dan dijaga tetap
9. Apar diletakan di sepanjang jalan yang biasa dilalui oleh orang, termasuk
10. APAR yang berada diluar ruangan yang memiliki cabinet (lemari) tidak
boleh dikunci
31
11. APAR yang diletakan di cabinet atau relung dinding harus diletakan
depan
13. Terdapat cara dan petunjuk pengoperasian dengan jelas di bagian depan
APAR
lingkungan)
tinggi kurang dari 3,5 ft (1.07m) diatas lantai. Sedangkan APAR dengan
berat ≤ 40 lb (18.14 kg) sebaiknya dipasang kurang dari dari 5ft (1,53m)
diatas lantai
16. APAR sebaiknya memiliki label yang berisi informasi mengenai: MSDS
perusahaan, bahan berbahaya yang melebihi 1% dari isi, nama agen servis
perusahaan, alamat surat dan nomer telepon dan tidak diletakan di bagian
depan APAR
17. Tekanan regulator pada APAR sebaiknya diperiksa tiap tahun untuk
mengetahui tekanan outlet statis dan laju alir sesuai dengan instruksi dari
pabriknya
18. Jarak dari bagian bawah APAR ke lantai tidak melebihi 4 in (102 mm).
32
Beroda) adalah:
mengetahui tekanan outlet statis dan laju alir sesuai dengan instruksi dari
pabriknya
Tabel 2.4
Luas Area Maksimal Yang Harus Dilindungi Per APAR
Tabel 2.5
Ukuran Dan Penempatan APAR Untuk Bahaya Kelas A
2.9.2 Alarm
Menurut NFPA 72, alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang
memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran. Sistem alarm kebakaran
tangan.
digunakan untuk memberitahu orang bahwa keadaan darurat telah terjadi atau
akan terjadi. Dapat digunakan untuk memobilisasi organisasi tanggap darurat dan
orang lain.
sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran yang dapat
berupa:
(Audile Alarm)
1. Titik panggil manual adalah suatu alat yang bekerjanya secara menual untuk
yaitu suatu komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang
operator. Panel indikator kebakaran dapat terdiri dari satu panel kontrol
utama, atau satu panel kontrol dengan satu atau beberapa panel bantu.
1) Alarm dapat dilihat dengan jelas serta dalam kondisi baik dan siap untuk
digunakan
4) Alarm diletakan pada lintasan jalur keluar dengan tinggi 1,4 m dari lantai
5) Jarak alarm tidak boleh lebih dari 30 m dari semua bagian bangunan
2.9.3 Sprinkler
perlindungan kebakaran, merupakan suatu sistem terpadu dari pipa bawah tanah
dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik proteksi
dikeluarkan dengan segera dari sprinkler yang terbuka oleh adanya panas api.
3) Deluge Sistem.
suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan sistem deteksi
yang pada area yang sama dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan
yang ada.
4) Preaction sistem
pipa udara yang bertekanan atau tidak, dengan tambahan sistem deteksi yang
tergabung pada area yang sama dengan sprinkler. Penggerak sistem deteksi
membuka katup yang membuat air dapat mengalir ke sistem pipa sprinkler
Sistem sprinkler bekerja secara automatis dan terhubung dengan sistem yang
yang terhubung pada satu area dengan sprinkler. Sistem operasi deteksi
menemukan sesuatu yang janggal yang dapat membuka pipa kering secara
simultan dan tanpa adanya kekurang tekanan air di dalam sistem tersebut.
37
Sebagai salah satu alat yang dapat menanggulangi kebakaran, sprinkler harus
selalu dalam keadaan yang baik. Kriteria sprinkler yang baik menurut NFPA 13
diantaranya:
1. Semua instalasi sprinkler dicat merah dan terhubung dengan alarm kebakaran
otomatis
2. Terdapat jaringan dan persediaan air bersih yang bebas lumpur serta pasir
5. Kepala sprinkler dalam keadaan baik dan tidak terhalang benda apapun
2.9.4 Detektor
PER.02/MEN/1983).
yang didesain untuk mendeteksi adanya kebakaran dan melakukan tindakan. Fire
nampak, maupun yang tidak nampak. Ada beberapa jenis detektor asap
asap yang tidak nyata (kurang dari 1 mikron) yang dihasilkan oleh api
oleh asap pada konsentrasi tertentu. Detektor ini lebih sensitif untuk jenis
asap yang nyata (lebih dari 1 mikron) yang dihasilkan oleh api membara
Alat ini bekerja berdasarkan pengaruh panas, yaitu dengan pendeteksian suhu
b. Rate of Rise Detector: detektor bekerja bila kenaikan suhu dengan cepat
menerima sinyal-sinyal berupa sinar infra merah atau ultraviolet yang berasal
Detektor bekerja berdasarkan gas yang timbul dari kebakaran atau gas lain
1) Detektor panas pada suatu sistem tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah
2) Pada atap datar detektor tidak boleh dipasang pada jarak kurang dari 10 cm
dari dinding
3) Jarak antar detektor maksimal 9,1 m atau sesuai rekomendasi dari pabrik
pembuatnya
5) Detektor tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 1,5 m dari AC
6) Setiap kelompok sistem tidak boleh dipasang lebih dari 20 buah detektor asap
40
2.9.5 Hidran
adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 14, sistem pipa berdiri adalah pengaturan
sedemikian rupa sehingga air dapat dialirkan atau disemprotkan melalui selang
melindungi sebuah bangunan atau struktur dan isinya selain untuk melindungi
penghuni.
a. Hidran kelas 1
Yaitu sistem yang dilengkapi dengan selang (hose connections) 2,5 in.
(65 mm) yang menyediakan air untuk digunakan oleh petugas pemadam
kebakaran.
b. Hidran kelas 2
Yaitu sistem yang dilengkapi dengan selang (hose stations) 1,5 in. (40
c. Hidran kelas 3
Yaitu sistem yang menyediakan 1,5 in (40 mm) selang (hose stations)
untuk menyediakan air untuk digunakan oleh orang yang sudah terlatih
dan selang (hose connections) 2,5 in. (65 mm) untuk menyediakan
volume air yang lebih besar untuk digunakan oleh petugas pemadam
kebakaran.
menggunakan pipa induk 4-6 inchi. Panjang selang 30 m dengan diameter 2,5
Di dalam NFPA 14, telah disebutkan beberapa kriteria hidran yang baik,
yaitu:
2) Setiap hidran diberi tanda dengan tulisan dengan tinggi 1 in. (25.4 mm)
tahun sekali
dilihat
7) Kotak hidran gedung harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau, dan tidak
pembakaran, seperti panas, asap, dan gas. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
Selain itu juga sarana penyelamat jiwa bertuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat
terjadi.
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu
bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar dari
Dalam NFPA 101 disebutkan bahwa kriteria petunjuk jalan keluar yang baik
diantaranya:
2) Tanda petunjuk arah jalan keluar berupa papan bertuliskan “EXIT” atau
3) Rambu dipasang di tempat yang mudah terlihat atau dekat dengan pintu
keluar/pintu kebakaran
44
a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke luar
2) ramp,
b. jalan ke luar horisontal atau lorong yang dilindungi terhadap kebakaran yang
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang
mengarah ke pintu masuk untuk keluar. Kriteria lainnya yang harus dipenuhi
yaitu lebar minimal jalan keluar adalah 2 m, Jumlah jalan keluar terdapat lebih
dari 1 dan letaknya berjauhan, setiap bangunan sedikitnya memiliki 1 eksit, jarak
ke exit tidak melebihi 200 ft (61 m) atau 250 ft (76 m) pada bangunan yang telah
dilengkapi sprinkler.
setiap lantainya.
45
a. tiap lantai bila bangunan memiliki tinggi efektif lebih dari 2,5 m
lantai atau lebih dengan jenis konstruksi tipe - C, maka setiap unit hunian
harus mempunyai:
3. Bismen: Selain adanya eksit horisontal minimal harus tersedia 2 eksit dari
setiap lantai, bila jalur penyelamatan dari lantai tersebut naik lebih dari 1,5 m
kecuali:
b. jarak tempuh dari titik manapun pada lantai dimaksud kesatu eksit tidak
lebih dari 20 m.
a. tiap lantai bila bangunan memiliki lantai lebih dari 6 atau ketinggian
perawatan balita
46
d. setiap lapis lantai pada bangunan Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan
e. setiap lantai atau mesanin yang menampung lebih dari 50 orang sesuai
5. Eksit dan Area perawatan pasien: Pada bangunan kelas 9a sedikitnya harus
ada 1 buah eksit dari setiap bagian lantai yang telah disekat menjadi
lebih dari 1 deret tempat duduk, setiap deret harus mempunyai minimal 2
7. Akses ke eksit: Tanpa harus melalui unit hunian tunggal lainnya, setiap
penghuni pada lantai atau bagian lantai bangunan harus memiliki akses ke:
b. sedikitnya 2 eksit, apabila ada 2 akses, maka dibutuhkan 2 buah eksit atau
lebih.
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
usaha penyelamatan jiwa manusia pada saat terjadi kebakaran. Daun pintu harus
47
membuka keluar dan jika pintu tertutup maka tidak bisa dibuka dari luar (self
closing door). Pintu kebakaran tidak boleh ada yang menghalangi baik didepan
pintu ataupun di belakangnya dan tidak boleh di kunci. Memiliki ukuran pintu L:
90-120 cm, T: 210 cm dan dapat dibuka tanpa anak kunci. Selain itu pintu
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika
kebakaran. Tangga kebakaran atau darurat harus dilengkapi dengan pintu tahan
api minimal 2 jam dengan arah bukaan ke tangga kebakaran dan dapat menutup
secara otomatis. Tangga kebakaran minimal 1 meter dan tidak boleh menyempit
ke arah bawah, tinggi maksimum anak tangga 17,5 cm, lebar injakan minimal
22,5 cm. Tangga darurat harus dilengkapi dengan pegangan tangan (handrail)
yang kuat setinggi 1,10 meter dan bukan merupakan tanggaberputar atau
evakuasi jika penerangan utama tidak berfungsi pada waktu terjadi kebakaran,
untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik yang dapat
kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan dilalui pada saat
1. Sinar lampu berwarna kuning, sehingga dapat menembus asap serta tidak
4. Penempatan lampu darurat dengan baik sehingga bila satu lampu mati tidak
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai
Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana digambarkan
dalam rute evakuasi. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya
Dalam NFPA 101 diatur bahwa tempat berhimpun harus memiliki petunjuk
dan dalam kondisi aman. Selain itu luas tempat berhimpun harus sesuai dengan
0,3 m2/orang.
perundangan, standard dan pedoman teknis yang berlaku. Selain itu, disebutkan
juga bahwa alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara
berkala. Hasil dari aktifitas analisis yang telah dilakukan mengenai sarana
terhadap hasil observasi sarana proteksi kebakaran aktif dan sarana penyelamatan
Tabel 2.6
Tingkat Penilaian Audit Kebakaran
Nilai Kesesuaian Kondisi Fisik Komponen Keselamatan
Kebakaran
Cukup baik Terpasang tapi ada Semua komponen sistem proteksi kebakaran
(C) sebagian kecil masih berfungsi baik, tetapi ada sub komponen
Kurang (K) Tidak sesuai sama Semua komponen sistem proteksi kebakaran ada
Pintu darurat
Tangga darurat
Penerangan darurat
Titik berkumpul
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
51
52
sarana proteksi aktif (alat pemadam api ringan (APAR), alarm, sprinkler,
detektor dan hidran), dan sarana penyelamat jiwa (petunjuk jalan keluar, sarana
jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat, penerangan darurat, dan titik
NFPA 14 tentang Standard installation of Standpipe and Hose System and Hose
System Checklist, NFPA 72 tentang Nation Fire Alarm Code Checklist, NFPA
Namun pada penelitian ini tidak menilai kesesuaian tapak karena struktur
bangunan sudah ada dan tidak memungkinkan untuk diubah lagi. Sehingga
Puslitbang PU.
53
tingkat kesesuaian 0%
digunakan :
54
dan sarana yang tersedia unntuk menanggulangi akibat dan situasi yang tidak
normal dengan tujuan mencegah atau mengurangi kerugian yang lebih besar.
tingkat kesesuaian 0%
digunakan :
55
kebakaran.
kebakaran.
2. Alarm
Alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau
3. Sprinkler
Adalah alat pemancar api untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai
tudung berbentuk deflector pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat
4. Detektor
Detektor kebakaran adalah sebuah alat yang didesain untuk mendeteksi
koridor, jalan menuju ruang besar, jalan menuju pintu darurat yang
berkumpul.
a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke luar
menuju ke jalan umum atau ruang terbuka: bagian dalam dan luar tangga,
3. Pintu Darurat
Pintu darurat atau pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai
jalan keluar untuk usaha penyelamatan jiwa manusia pada saat terjadi
kebakaran.
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika
terjadi kebakaran.
5. Penerangan Darurat
merupakan penerangan untuk menerangi sepanjang jalur evakuasi jika
darurat.
METODE PENELITIAN
ada di PLTU PT PJB UP Muara Karang tahun 2010. Hasil observasi kemudian
Tahun 2000, NFPA 10, NFPA 13, NFPA 14, NFPA 72 dan NFPA 101.
UP Muara Karang, yang berlokasi di Jalan Pluit No.2 A Muara Karang, Jakarta
Utara.
tahun 2010.
64
65
4.3 Informan
2. Supervisor K3
3. Staff K3
1. Data Primer
ada.
darurat yang diteliti yaitu sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat
jiwa.
2. Data Sekunder
Karang
Safety Code).
Code).
Code).
Decector)
68
Sistem).
Detector)
Tabel 4.1
Validitas data pada penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi data.
Cara ini digunakan untuk keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding suatu data.
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang
dibandingkan.
BAB V
HASIL
1. Sejarah Singkat
ini PT PJB UP Muara Karang mengelola 5 unit PLTU (Pusat Listrik Tenaga
Uap), 1 unit PLTGU (Pusat Listrik Tenaga Gas Uap) Muara Karang dengan
kapasitas total 1.210 MW & 1 unit Blok 2. PT PJB UP Muara Karang berada di
(Persero) melahirkan dua anak perusahaan pada tanggal 03 Oktober 1995, yaitu
PT PLN Pembangkitanan Tenaga Listrik Jawa Bali I dan II. Sejak 03 Oktober
2000 PT PLN PJB II UP Muara Karang ikut berubah pula menjadi PT PJB UP
Muara Karang.
70
71
Gambar 5.1
Peta Lokasi PLTU Muara Karang
Sumber: Data perusahaan
a. Visi
class standards.”
b. Misi
bisnis.
c. Motto
Motto UP. Muara Karang adalah Aman, Andal, Efisien dan Tertib.
72
pendidikan serta pelatihan agar menjadi SDM yang profesional. Penetapan tugas
dan tanggung jawab karyawan PT PJB UP Muara Karang dengan jumlah 271
orang dapat dilihat pada Struktur Organisasi PT PJB UP Muara Karang dan
GENERAL
MANAGER
OPERASI PEMELIHARAAN KIMIA DAN ENJINIRING SDM & KEUANGAN LOGISTIK KEPATUHAN
LK3 ADMINISTRASI
Gambar 5.2
Struktur Organisasi PT PJB UP Muara Karang
Sumber : Departemen SDM PT PJB UP Muara Karang
akan menghadapi risiko yang cukup besar, untuk itu diperlukan karyawan
dengan kepribadian yang sesuai dengan lingkungan kerja yang akan dihadapinya.
73
Generator)
Instrumen : 6 orang
Mesin : 8 orang
Listrik : 6 orang
operasi dibagi dalam 4 shift, shift A dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00, shift B
dari pukul 15.00 sampai pukul 22.00, dan shift C dari pukul 22.00 sampai pukul
07.00 dan shift D libur. Operator ini dua hari masuk pagi, dua hari masuk siang,
dua hari masuk malam dan dua hari libur. Sedangkan karyawan bagian
pemeliharaan dan bagian administrasi yang bekerja di area office masuk dari hari
Senin hingga hari Jumat dari pukul 07.30 sampai pukul 16.00.
aman dan sehat sehingga target tanpa ada kecelakaan (zero accident) dapat
74
Gambar 5.3
Motto 5S
Sumber: Departemen K&LK3
diterapkan untuk menjamin bahwa semua proses bisnis yang ditetapkan perusahaan
dijalankan sesuai dengan prosedur kerja tertulis (ISO 9000, ISO 14000, dan
optimal, dan memenuhi kaidah world class. Kegiatan sistem manajemen terpadu
meliputi :
b. Melakukan penilaian.
Gambar 5.4
Alur Proses Produksi Listrik PLTU Muara Karang
Sumber: Data Perusahaan
Peralatan utama PLTU Muara Karang adalah ketel uap (boiler), turbin, dan
generator, dan peralatan bantunya seperti desalination plant 4-5 & water
treatment, dll. Dalam proses produksi energi listrik, air laut diubah menjadi air
tawar melalui Desalination plant yang kemudian akan ditampung dalam Raw
Water. Air tawar yang digunakan sebagai media kerja diolah lagi melalui
peralatan Water Treatment hingga air tersebut memenuhi syarat untuk Boiler,
setelah melewati proses Water Treatment air tawar ditampung dalam Make up
Tank.
< 0,1 µs dengan menggunakan alat berupa pompa transfer. Hasil dari Demin
Plant disimpan ke dalam Demineralitation Tank. Setelah itu disimpan dalam Hot
dalam boiler dengan menggunakan bahan bakar gas dan atau bahan bakar residu.
Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu disalurkan ke
turbin. Uap yang disalurkan ke turbin akan menghasilkan tenaga mekanis untuk
Bali.
jenis potensi bahaya kebakaran yang berbeda berdasarkan area dan jenis
pekerjaan yang dilakukan. Dibawah ini merupakan area kerja yang ada di PLTU
PT PJB UP Muara Karang beserta potensi bahaya kebakaran yang dapat terjadi
sebagai berikut:
1. Desalination plant
Merupakan area dengan luas 106.8 m2 dimana air laut sebagai bahan baku
utama produksi di PLTU PT PJB UP Muara Karang diubah menjadi air tawar
area ini adalah 3 orang setiap harinya. Potensi kebakaran yang mungkin
Merupakan lantai dasar dengan luas 4018.35 m2 yang terdiri mesin boiler
feed pump, condensor, condesate pump, acw pump, demint plant, condensor,
77
air preheat coil pump, cwp, compressor, dan seal pump. Di area ini
karyawan tidak bekerja secara terus menerus selama 8 jam sesuai TWA.
Namun hanya terkadang berada di area ground floor untuk mengecek panel-
panel lokal mesin. Boiler feed pump berfungsi untuk menyuplai air ke mesin
muncul apabila tekanan yang ada di dalam mesin-mesin terbebut terlalu besar
Merupakan lantai kedua dengan luas 4018.35 m2. Di lokasi ini terdapat
banyak mesin yang digunakan dalam proses produksi listrik. Di area ini
karyawan tidak bekerja secara terus menerus selama 8 jam sesuai TWA.
Namun hanya terkadang berada di area ground floor untuk mengecek panel-
panel lokal mesin. Mesin yang ada di mezzanine floor ini diantaranya: water
heater, grand exhaust ventilation dan control panel local semua mesin yang
ada di ruang relay. water heater digunakan untuk memanaskan air sedangkan
kebakaran yang mungkin muncul pada mezzanine floor ini yaitu konsleting
Merupakan area yang terletak di lantai 3 dengan luas 4018.35 m2, yang
merupakan tempat untuk control room, mesin turbin, generator, boiler dan
78
mesin pembantu lainnya beserta control panel local mesin. Jumlah karyawan
yang bekerja di area ini adalah 12 orang setiap harinya. Turbin berfungsi
untuk mengubah energi potensial uap menjadi kinetik, energi kinetik ini
energi mekanis menjadi energi listrik. Potensi kebakaran yang ada di turbine
floor ini adalah ketika salah satu elemen dari air heater mengalami over
heating maka bisa menyebabkan terbakar. Bahkan jika air heater tersebut
furnace (ruang bakar) boiler yang bisa menimbulkan ledakan dan konsleting
5. Office
area ini adalah 82 orang setiap harinya. Potensi kebakaran yang mungkin
6. Gudang
Merupakan area dengan luas 106.8 m2 yang digunakan untuk menyimpan stok
Jumlah karyawan yang bekerja di area ini adalah 5 orang setiap harinya.
Besi, baja D
Besi, baja D
Besi, baja D
2000, office termasuk jenis bangunan kelas 5, yaitu bangunan kantor yang
desalination plant, ground floor, mezzanine floor dan turbine floor merupakan
dalam rangka perdagangan atau penjualan. Dan yang terakhir gudang termasuk
umum atau gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau
cuci gudang.
PLTU termasuk pada bangunan yang memiliki tingkat bahaya kebakaran sedang
I. hal ini dikarenakan PT PJB UP Muara Karang termasuk meteran listrik dan
kebakaran dimana api permukaan bisa menyebar pesat atau dengan intensitas
sedang.
81
area produksi PLTU hanya memiliki 1 manajemen tanggap darurat untuk seluruh
Penanggung
Jawab
Koordinator
Lapangan
Komunikas
i
darurat adalah 100%. Organisasi tanggap darurat kebakaran yang terdapat dalam
tim PMK (Pemadam Kebakaran), tim Keamanan, tim P3K (Pertolongan Pertama
setahun. Pelatihan tersebut meliputi cara penggunaan alat proteksi aktif seperti
83
APAR dan hidran, tata cara evakuasi dan PPGD (Pelatihan Penanggulangan
4.2 APAR dan Tradisional : Operator control room dan operator boiler plant 1-2-3, 4,
5 masing-masing 1 (satu) orang.
Tugas dan tanggung jawab : a. Pemadaman tahap awal untuk kelas kebakaran ringan.
b. Pemadaman pada peralatan-peralatan khusus dan
listrik/ elektronik.
c. Membantu pemadaman tahap lanjut yang sedang
berlangsung.
4.4 Diesel Emergency dan : Satu orang operator unit 1-2-3, 4-5.
Fire Water Springkler
Tugas dan tanggung jawab : a. Mengoperasikan (start/stop) dan pengamatan diesel
emergency dan fire water sprinkler selama operasi
penanggulangan dan penyelamatan bahaya kebakaran
sedang berlangsung.
85
4.5 Fire Hose Rack & : Operator plant unit 1-2-3, 4-5, masing-masing satu orang.
Hydrant
Tugas dan tanggung jawab : a. Pemadaman yang menggunakan tekanan dan spray air
dengan alat bantu hose / nozzle.
b. Memandu & membantu penyediaan air dan
perlengkapan penyambungan hose dengan mobil
pemadam kebakaran.
c. Membuat spray air dengan nozzle untuk melindungi,
pendinginan, bila diperlukan untuk evakuasi dan
pemadaman.
4.6 Fire Foam, Equipment : Operator auxiliary plant unit 1-2-3, 4-5, masing-masing
& Angle Valve dua orang ditambah satu orang operator water intake.
Tugas dan tanggung jawab : a. Mengoperasikan (start/stop) foam equipment
b. Mengoperasikan valve foam di bunker area
c. Membantu menyediakan foam untuk keperluan mobil
PMK
d. Menyiapkan kembali sistem water sprinkler sesudah
pemadaman.
5. Tim Keamanan : DANRU satpam yang sedang dinas dibantu oleh Satpam
yang bertugas di Pos I (gerbang utama) dan Pos IV (area
BOS) masing-masing satu orang.
Tugas dan tanggung jawab : a. Menciptakan situasi dan kondisi yang aman selama
pelaksanaan
b. Memblokir pintu keluar masuk dan memperketat
penjagaan di tempat dari gangguan masyarakat umum
yang tidak berkepentingan
86
memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran. Prosedur ini berfungsi agar ketika
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan agar menjadi terbiasa. Biasanya
atau tindakan yang tidak tepat dalam latihan tersebut sesuai dengan prosedur
yang ada. Untuk uraian prosedur tanggap darurat kebakaran yang ada di PLTU
Tabel 5.3 Tingkat Pemenuhan Prosedur Tanggap Darurat per Elemen Pertanyaan
tanggap darurat kebakaran. Selain itu juga ditulis adanya koordinasi dengan
membesar dan tidak dapat diatasi maka segera menghubungi pihak pemadam
kebakaran setempat.
proteksi aktif secara rutin, yaitu: pemeriksaan APAR yang dilakukan setiap 1
hal yang tidak sesuai dengan fungsinya. Seperti penggantian lampu darurat pada
tanda petunjuk jalan, pengecatan kembali penanda sarana jalan keluar yang pudar
dan house keeping untuk menjaga jalan keluar agar tidak terhalang benda-benda.
darurat ini dilakukan supaya para karyawan terlatih dan menjadi siap ketika
Karena sistem kerja di PT PJB UP Muara Karang adalah shift, maka untuk
adalah DAMKAR (Dinas Pemadam Kebakaran) DKI Jakarta dan PMI (Palang
Merah Indonesia).
90
Tabel 5.4 Tingkat Pemenuhan Pelatihan Tanggap Darurat per Elemen Pertanyaan
mengenai life safety code memiliki tingkat pemenuhan sebesar 66.66 %. Seluruh
kebakaran 2-3 kali dalam setahun secara rutin. Pelatihan tersebut meliputi: tata
cara prosedur apa saja yang harus di lakukan, tata cara evakuasi, P3K
Darurat) hingga cara penggunaan alat-alat proteksi aktif yang ada meliputi:
APAR, hidran, serta cara membunyikan alarm manual ketika terjadi kebakaran.
diharapkan dan waktu tak terduga dan pada berbagai kondisi untuk
91
mensimulasikan kondisi tidak biasa yang dapat terjadi dalam keadaan darurat
yang sebenarnya. Hal tersebut tidak dapat dilakukan karena akan mengganggu
proses produksi. Karyawan yang sedang bertugas tidak dapat meniggalkan tugas,
sehingga yang mengikuti pelatihan adalah karyawan dalam shift waktu bebas
Dan tidak dapat dilakukan simulasi kondisi kebakaran yang tidak terduga.
Di PLTU
darurat di area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang tahun 2010 adalah
88.88 % yaitu baik (B) dimana semua komponen sistem proteksi kebakaran
hasil sarana proteksi yang didapat di area desalination plant PLTU PT PJB UP
Muara Karang:
APAR
APAR yang disediakan pada area desalination plant merupakan jenis DCP.
APAB 25 kg sebanyak 4 buah. Jadi jumlah APAR yang ada di area desalination
plant adalah DCP sebanyak 7 buah. Namun tidak terdapat APAR yang dapat
segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR yang dilakukan
oleh petugas K3. Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR
dan APAB sebanyak 4 buah. APAR diperiksa setiap 1 bulan sekali oleh
(manometer), segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR
yang dilakukan oleh petugas K3. Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan
ketika ada APAR yang kadaluarsa berdasarkan kartu cek APAR. Ketika
mengecek secara visual kondisi nozzle (lubang penyemprot) dari sumbatan dan
96
kebocoran, kesesuaian bahan baku dan masa kadaluarsa APAR dengan cara
APAR diletakan di rak di control room lokal, sepanjang jalan yang biasa
dilewati oleh karyawan termasuk jalur jalan keluar serta diletakan di dekat mesin
sehingga mudah dilihat dan dijangkau. Jarak antar APAR yang ada di area
desalination plant berkisar antara 2-4 m. APAR yang ada terletak dengan tinggi
40-60 cm untuk APAR dengan berat kurang dari18.14 kg dan 60-100 cm untuk
APAR dengan berat lebih dari 18.14 kg. untuk jarak bagian bawah APAR ke
lantai mencapai 20 cm. Namun tidak terdapat APAR yang diletakan di dalam
di area ini.
APAB
yang berbahaya dengan personel yang sedikit. Jumlah APAB yang terletak di
area desalination plant sebanyak 4 buah. APAB tersebut memiliki jenis DCP
(Dry Chemical Powder) dengan berat antara 25-40 kg. Berdasarkan hasil
pemeriksaan APAR yakni satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft
pressure indicator (manometer), segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda.
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAB yang kadaluarsa.
97
desalination plant yang mana area tersebut merupakan area produksi dengan
pemeriksaan APAR yakni satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft
pressure indicator (manometer), segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda.
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAB yang kadaluarsa.
98
2. Alarm
sudah memiliki alarm yang terintegrasi dengan detektor. Alarm yang terdapat di
area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran yang berupa audible dan visible
secara rutin. Pemeriksaan ini dilakukan oleh karyawan unit K3 yang meliputi
annunciator, baterai tambahan, bel, speaker dan amplifier serta power supply.
Terdapat satu buah alarm manual tipe full down di area desalination plant.
Namun mesin-mesin yang berada di area ini terhubung dengan panel indicator
kebakaran yang berada di control room pusat 4, 5 di area turbine floor. Maka
Tabel 5.9 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di area Desalination
alarm sebesar 85.71 %. Di area ini semua mesin terhubung dengan panel
masih terdapat alarm manual dengan tipe full down yang terletak di samping
pintu keluar control room local area ini. Alarm manual ini memiliki tinggi 1,47
m dari lantai dan berjarak maksimal 20 m dari semua bagian area desalination
plant.
Menurut data pengecekan rutin alarm dan hasil wawancara, alarm dalam
kondisi baik dan siap untuk digunakan. Pengetesan alarm yang dilakukan
kebakaran dan annunciator, baterai tambahan, bel, speaker dan amplifier serta
power supply.Selain hal tersebut PT PJB UP Muara Karang juga memiliki diesel
yang berfungsi sebagai sumber energi cadangan yang salah satunya untuk
3. Sprinkler
Menurut pihak K3, hal tersebut dikarenakan alat proteksi lainnya dirasakan
4. Detektor
5. Hidran
PJB UP Muara Karang, jenis hidran yang ada di area PLTU merupakan jenis
101
hidran gedung dan hidran halaman. Sedangkan tipe hidran yang digunakan yaitu
hidran dengan kunci katub dan model macino serta ulir. Untuk hidran halaman,
secara rutin. Pengetesan fungsi hidran dilakukan oleh karyawan bagian K3 yang
Untuk menjaga tekanan air digunakan sumber AC listrik, dan diesel. Sedangkan
sumber air disimpan dalam “fire water tank” dengan kapasitas 9000 L. Air
Hidran Gedung
control room local cukup kecil dan mesin berada di luar ruangan. Jadi tidak
Hidran Halaman
Terdapat satu buah hidran halaman di area desalination plant dengan model
macino. Hidran tersebut terletak di dekat water intake area desalination plant.
Tabel 5.10 Tingkat Pemenuhan Hidran Halaman per Elemen Pertanyaan di Area
6. Sumber persediaan air untuk Sumber air untuk hidran berasal dari air 100 % 0%
hidran harus diperhitungkan di water fire tank dengan kapasitas 9000
minimal untuk pemakaian L. tangki tersebut tidak boleh kosong dan
selama 30 menit (Kepmen PU dilengkapi dengan alarm yang berbunyi
No.10/KPTS/2000) apabila kapasitas air < 6000 L.
Tingkat Pemenuhan Hidran Halaman 100 %
hidran halaman sebesar 100 %. Hidran halaman terletak di dekat water intake
menunjukan bahwa hidran di cat dengan warna merah dan tulisan HIDRAN
memiliki tinggi 2.5 cm (25 mm). pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali
secara rutin. Sedangkan sumber persediaan untuk penggunaan hidran berasal dari
air laut yang telah di desalisasi dan dialirkan ke water fire tank dengan kapasitas
9000 L yang khusus disediakan untuk sumber persedian air bagi alat proteksi
103
kebakaran. Tangki tersebut tidak boleh kosong, apabila kapasitas air kurang dari
petunjuk jalan keluar baik yang berupa tanda panah berwarna hijau sehingga
dapat menyala dalam keadaan gelap maupun tulisan “EXIT” yang mana terdapat
lampu darurat untuk meneranginya. Jadi ketika terjadi “trip” akibat kebakaran,
104
karyawan tetap dapat melihat tanda petunjuk arah sehingga dapat keluar menuju
tempat berhimpun.
yaitu listrik yang dihasilkan sendiri dan diesel. Petunjuk-petunjuk jalan keluar
diletakan di setiap tempat dimana terdapat karyawan bekerja atau tempat yang
Tabel 5.12 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
petunjuk jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk
jalan keluar yang berada di area desalination plant sudah sesuai dengan NFPA
tulisan “EXIT” yang diberi sumber pencahayaan diletakan di atasa pintu keluar
control room local, kemudian petunjuk jalan keluar yang berupa tanda panah
petunjuk arah diletakan di dinding bagian luar untuk menuju jalan besar dalam
PLTU.
berupa arah panah dan tulisan di luar ruangan yang menunjukan arah tempat
berhimpun. Sumber energy untuk menyalakan petunjuk jalan keluar yang berupa
tulisan “EXIT” berasal dari AC listrik. namun apabila listrik tersebut mati akan
Desalination plant adalah area dengan luas 106.8 m2. Mesin produksi yang
berada di area ini diletakan di luar ruangan dan terdapat control room local
melalui display computer. Sarana jalan keluar yang berada di area ini terdapat 1
buah. Hal tersebut dikarenakan luas bangunan yang tidak terlalu besar sehingga
karyawan yang berada di area tersebut dapat dengan mudah mencapai halaman
Tabel 5.13 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
sarana jalan keluar sebesar 66.66 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana
jalan keluar yang ada di area desalination plant masih terdapat kekurangan yang
belum sesuai dengan NFPA 101. Sarana jalan keluar yang terdapat di area ini
desalination plant berada di luar ruangan dan hanya terdapat 3 orang karyawan
control room local. Jarak maksimal yang dapat ditempuh dari semua bagian
ruangan control room local adalah 4 m dan tidak terdapat benda yang
3. Pintu darurat
pintu darurat. Pintu tersebut selalu dalam keadaan tidak terkunci dan dapat
untuk keluar masuk area setiap harinya. Untuk desalination plant hanya memiliki
1 pintu utama yang memiliki multifungsi sebagai pintu darurat ketika terjadinya
keadaan darurat. Pintu ini selalu dibuka setiap harinya sebagai sarana aktifitas di
area tersebut dan terhubung langsung dengan jalan umum. Pintu ini memiliki
kriteria yang sama dengan pintu darurat yaitu tahan kebakaran, dapat menutup
Tabel 5.14 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di area
Berdasarkan tabel 5.14, pintu darurat yang berada di area desalination plant
memiliki tingkat pemenuhan sebesar 85.71 %. Terdapat pintu yang tahan api
yang selalu dalam keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis
serta terhubung langsung dengan halaman luar. pintu tersebut memiliki lebar 110
cm dan tinggi 210 cm dan tidak terdapat benda yang menghalangi pintu. Namun
para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap
harinya.
4. Tangga darurat
darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari satu lantai saja. Maka
5. Penerangan darurat
dengan stop kontak yang menyambung pada sumber listrik sehingga ketika
jam dengan baterai dan langsung menyala ketika dicabut dari stop kontak. Yang.
darurat adalah 20 lux. Namun seluruh penerangan darurat yang ada di PLTU
yang ada memiliki 2 sumber penerangan yaitu AC listrik dan diesel. Sehingga
ketika listrik padam, secara otomatis lampu akan menggunakan diesel. Hal
produksi.
darurat yang ada di area desalination plant masih terdapat kekurangan yang
belum sesuai dengan NFPA 101. Untuk lampu darurat diletakan di sepanjang
sarana jalan keluar dan memiliki baterai cadangan yang di charge ketika AC
listrik berjalan normal. Dan seluruh penerangan yang ada di area PLTU memiliki
sumber aliran listrik yang berbeda yaitu dari AC listrik dan diesel. Lampu darurat
6. Tempat berhimpun
memiliki tempat berhimpun yang terletak tepat di depan gedung office. Tempat
berhimpun tersebut memiliki luas 100 m2 dan terdapat papan yang menunjukan
sebesar 100 %. Maka seluruh tempat berhimpun yang ada di area PLTU adalah
sesuai dengan standar NFPA 101 tentang safety code life.Terdapat tempat
Karang. Tempat berhimpun tersebut terletak di depan area office dengan luas
100 m2 yang diberi line menggunakan cat warna kuning. Penempatan tempat
berhimpun diletakan di depan area office karena tidak terdapat lahan yang cukup
NFPA 101, karena jumlah karyawan yang bekerja di setiap area setiap harinya
area desalination plant PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah
76.40 % yaitu cukup baik (C) dimana semua komponen sistem proteksi
kebakaran sudah terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
dengan persyaratan.
113
Tabel 5.18 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Ground
tingkat pemenuhan sebesar 94.89 %. Berikut uraian hasil sarana proteksi yang
APAR
APAR yang disediakan pada area ground floor merupakan jenis DCP dan
CO2. Untuk APAR jenis DCP dengan berat 3.5 kg terdapat sebanyak 1 buah, 4
sebanyak 5 buah. Sedangkan untuk APAR jenis CO2 dengan berat 2.2 kg
sebanyak 1 buah dan 4.5 kg sebanyak 4 buah. Jadi jumlah APAR yang ada di
area ground floor adalah jenis DCP sebanyak 26 buah dan CO2 sebanyak 5 buah.
segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR yang dilakukan
oleh petugas K3. Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR
Tabel 5.19 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di area Ground
memiliki potensi kebakaran tipe B, C dan D. Namun APAR yang tersedia hanya
jumlah kebutuhan APAR, area ground floor hanya membutuhkan 4 buah APAR.
Sedangkan APAR yang tersedia berjumlah 31 buah dan APAB sebanyak 7 buah.
APAR diperiksa setiap 1 bulan sekali oleh perwakilan pihak K3. Pemeriksaan
apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR yang dilakukan oleh
petugas K3.
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR yang kadaluarsa
dalam keadaan baik dengan cara mengecek secara visual kondisi nozzle (lubang
penyemprot) dari sumbatan dan kebocoran, kesesuaian bahan baku dan masa
kadaluarsa APAR dengan cara mengecek manometer APAR tipe DCP dan
sepanjang jalan yang biasa dilewati oleh karyawan termasuk jalur jalan keluar
serta diletakan di dekat mesin produksi sehingga mudah dilihat dan dijangkau.
APAR yang diletakan di dalam cabinet berada dalam keadaan tidak terkunci.
Jarak antar APAR yang ada di area ground floor berkisar antara 4-6 m. APAR
yang ada terletak dengan tinggi 40-60 cm untuk APAR dengan berat kurang
dari18.14 kg dan 60-100 cm untuk APAR dengan berat lebih dari 18.14 kg.
APAB
berbahaya dengan personel yang sedikit. Jumlah APAB yang terletak di area
ground floor adalah 7 buah. APAB tersebut memiliki jenis DCP (Dry Chemical
satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft pressure indicator (manometer),
118
segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda. Untuk pengisian ulang biasanya
Tabel 5.20 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Ground Floor
Karang tingkat pemenuhan APAB sebesar 100 %. APAB di sediakan untuk area
ground floor yang mana area tersebut merupakan area produksi dengan jumlah
pemeriksaan APAR yakni satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft
pressure indicator (manometer), segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda.
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAB yang kadaluarsa.
119
2. Alarm
sudah memiliki alarm yang terintegrasi dengan detektor. Alarm yang terdapat di
area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran yang berupa audible dan visible
PLTU yaitu alarm manual dan panel indikator kebakaran. Untuk pengetesan
fungsi alarm di PLTU, dilakukan setiap 3 bulan sekali secara rutin yang digabung
kebakaran dan annunciator, baterai tambahan, bel, speaker dan amplifier serta
power supply.
Terdapat satu buah alarm manual tipe push button di area ground floor.
Namun mesin-mesin yang berada di area ini terhubung dengan panel indicator
kebakaran yang berada di control room pusat 4, 5 di area turbine floor. Maka
Tabel 5.21 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Ground
Berdasarkan tabel 5.21 area ground floor memiliki tingkat pemenuhan alarm
sebesar 85.71 %. Di area ini semua mesin terhubung dengan panel indikator
detektor yang ada di setiap mesin-mesin produksi. Jadi ketika terjadi kebakaran
dapat ditanggulangi secara cepat oleh tim pemadam kebakaran. Namun masih
121
terdapat alarm manual dengan tipe push button yang terletak di menempel pada
bagian atas hidran ruangan serta terdapat tanda petunjuk fire alarm. Alarm
manual ini memiliki tinggi 1,4 m dari lantai dan berjarak maksimal 90 m dari
Menurut data pengecekan rutin alarm dan hasil wawancara, alarm dalam
kondisi baik dan siap untuk digunakan. Pengetesan alarm yang dilakukan
kebakaran dan annunciator, baterai tambahan, bel, speaker dan amplifier serta
power supply.Selain hal tersebut PT PJB UP Muara Karang juga memiliki diesel
yang berfungsi sebagai sumber energi cadangan yang salah satunya untuk
3. Sprinkler
Karang ada 2 jenis, yaitu glass bulb dan spray system. Sprinkler jenis glass bulb
Untuk sumber air diambil dari air laut yang dilakukan desalisasi di
desalination plant kemudian air-air tersebut disimpan dalam make up tank yang
berjumlah 2 buah. Air tersebut dialirkan ke fire water tank dengan kapasitas
122
9000 L yang khusus disediakan untuk sumber persedian air bagi alat proteksi
demint plant untuk didesalisasi kembali agar air untuk produksi listrik benar-
benar bebas mineral yang dapat menyebabkan karat pada mesin. Untuk fire
dalam jangka waktu triwulan (3 bulan sekali) secara rutin. Pemeriksaan sprinkler
pengetesan detektor sesuai dengan jenisnya. Kecuali sprinkler jenis spray system
yang ada di trafo, karena sprinkler pada mesin ini di gabung dengan flame
kinerja mesin. Maka pemeriksaannya dilakukan dengan Cara salah satu sprinkler
Pengetesan yang dikordinir oleh perwakilan dari unit K3, terdiri dari
karyawan unit produksi, karyawan bagian listrik unit pembangkit dan karyawan
bagian listrik unit pemeliharaan. Pengetesan terdiri dari test diesel fire pump,
pemeriksaan katup inlet water sprinkler, kontak switch pada panel fire,
jenis detektor. Pada area ground floor terdapat 31 buah sprinkler spray system
sprinkler dengan jenis glass bulb dan 54 buah sprinkler jenis spray system di
setiap trafo.
123
Tabel 5.22 Tingkat Pemenuhan Sprinkler per Elemen Pertanyaan di Area Ground
terpenuhi. Jenis prinkler yang ada di area ground floor adalah glass bulb di mesin
diesel fire pump dan spray system yang ada di sekeliling mesin-mesin produksi,
salah satunya yaitu trafo. Jarak antar sprinkler yang ada berkisar antara 2-4 m
124
dan jarak dari sprinkler ke dinding antara 4-4.5 m. system sprinkler yang ada
K3 dan data pemeriksaan rutin, kepala sprinkler tidak dalam kondisi rusak serta
tidak terhalang benda lain seperti cat ataupun oli. Untuk pelakukan pengetesan
dan pemeriksaan sprinkler terdapat prosedur khusus yang mengacu pada Sistem
sumber air yang digunakan untuk sprinkler dan alat proteksi lainnya
menggunakan sumber air dari air laut yang telah di murnikan sebelumnya dan
disimpan fire water tank dengan kapasitas 9000 L. tangki tersebut tidak boleh
dalam keadaan kosong dan dilengkapi dengan alarm khusus. Jadi ketika air
dalam tangki kurang dari 6000 L secara otomatis alarm akan berbunyi.
4. Detektor
yang dilakukan oleh salah satu karyawan bagian K3 dengan koordinasi terlebih
dahulu dengan operator yang ada di control room. Detektor yang ada di PLTU
yang terpasang di area ground floor. Detektor yang ada yaitu heat detector
sebanyak 4 buah dan flame detector pada trafo sebanyak 16 buah. Jadi jumlah
Tabel 5.23 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Ground
detektor sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di
area ground floor telah memenuhi semua komponen. Di area ground floor
buah dan flame detector sebanyak 16 buah. Untuk flame detector hanya
terpasang pada mesin trafo. Jarak antar detektor berkisar antara 2-4 m, sedangkan
sensor detektor berada dalam kondisi baik sehingga ketika pengetesan dilakukan
5. Hidran
PJB UP Muara Karang, jenis hidran yang ada di area PLTU merupakan jenis
hidran gedung dan hidran halaman. Sedangkan tipe hidran yang digunakan yaitu
hidran dengan kunci katub dan model macino serta ulir. Untuk hidran gedung PT
secara rutin. Pengetesan fungsi hidran dilakukan oleh karyawan bagian K3 yang
Untuk menjaga tekanan air digunakan sumber AC listrik, dan diesel. Sedangkan
sumber air disimpan dalam “fire water tank” dengan kapasitas 9000 L. Air
Hidran Gedung
Terdapat 7 buah hidran gedung tipe machino dan ulir. Hidran tersebut
Tabel 5.24 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di area
5. Nozzle harus sudah dipasang pada Seluruh nozzle hidran gedung belum 0% 100 %
slang kebakaran. terpasang pada selang kebakaran
6. Hidran dalam keadaan siap Berdasarkan pemeriksaan visual 100 % 0%
digunakan hidran siap untuk digunakan
7. Terdapat kelengkapan hidran: slang, Di dalam kotak hidran terdapat selang, 100 % 0%
kopling, nozzle, keran pembuka kopling, nozzle serta keran pembuka
8. Dilakukan uji operasional dan Dilakukan pemeriksaan hidran secara 100 % 0%
kelengkapan komponen hidran rutin 3 bulan sekali.
setiap 1 tahun sekali
9. Sumber persediaan air untuk hidran Sumber air untuk hidran berasal dari 100 % 0%
harus diperhitungkan minimum air di water fire tank dengan kapasitas
untuk pemakaian selama 30 menit 9000 L yang dilengkapi dengan alarm
yang berbunyi apabila kapasitas air <
6000 L.
10. Selang berdiameter 1,5 inch dan Seluruh selang hidran gedung di area 100 % 0%
panjangnya minimal 30 m ground floor berdiameter 1,5 inch dan
panjang 30 m.
Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung 80 %
Berdasarkan tabel 5.24 area ground floor memiliki tingkat pemenuhan hidran
gedung sebesar 80 %. Di area ground floor terdapat 7 buah hidran gedung yang
menempel pada dinding di area tersebut. Hidran tersebut mudah dilihat serta
dijangkau dan pintu kotak hidran dapat dibuka dengan mudah. Pemeriksaan
secara visual menunjukan bahwa hidran siap untuk digunakan. Pemeriksaan rutin
kotak hidran yang dicat warna merah dengan tulisan HIDRAN berwarna putih.
Komponen tersebut meliputi selang dengan diameter 1.5 inch dan panjang 30 m,
Sedangkan sumber persediaan untuk penggunaan hidran berasal dari air laut
yang telah di desalisasi dan dialirkan ke water tank dengan kapasitas 9000 L
yang khusus disediakan untuk sumber persedian air bagi alat proteksi kebakaran.
Tangki tersebut tidak boleh kosong, apabila kapasitas air kurang dari 6000 L
maka secara otomatis alarm akan berbunyi. Namun tidak terdapat petunjuk tata
Hidran Halaman
Terdapat 8 buah hidran halaman yang terletak di area ground floor. hidran
halaman tersebut terdiri dari 4 buah hidran tipe ulir dan 4 buah hidran tipe
macino.
Tabel 5.25 Tingkat Pemenuhan Hidran Halaman per Elemen Pertanyaan di Area
Berdasarkan tabel 5.25 area ground floor memiliki tingkat pemenuhan hidran
halaman sebesar 100 %. Hidran halaman terletak di dekat water intake dengan
hidran di cat dengan warna merah dan tulisan HIDRAN memiliki tinggi 2.5 cm
Sedangkan sumber persediaan untuk penggunaan hidran berasal dari air laut
yang telah di desalisasi dan dialirkan ke water fire tank dengan kapasitas 9000 L
yang khusus disediakan untuk sumber persedian air bagi alat proteksi kebakaran.
Tangki tersebut tidak boleh kosong, apabila kapasitas air kurang dari 6000 L
penyelamat jiwa yang ada di area ground floor mendapat tingkat pemenuhan
sebesar 90.17 %. Berikut uraian hasil yang didapat di area ground floor PLTU
petunjuk jalan keluar baik yang berupa tanda panah berwarna hijau sehingga
dapat menyala dalam keadaan gelap maupun tulisan “EXIT” yang mana terdapat
lampu darurat untuk meneranginya. Jadi ketika terjadi “trip” akibat kebakaran,
karyawan tetap dapat melihat tanda petunjuk arah sehingga dapat keluar menuju
memiliki 2 sumber yaitu listrik yang dihasilkan sendiri dan diesel. Petunjuk-
132
Tabel 5.27 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
3. Petunjuk jalan keluar jalan terdapat petunjuk arah jalan keluar, baik 100 % 0%
keluar berupa papan bertuliskan yang berupa papan petunjuk arah dengan
“EXIT” atau dengan panah tanda panah ataupun tulisan “EXIT” di
petunjuk arah jalan area ground floor
4. Rambu dipasang di tempat yang Di area ground floor, petunjuk jalan keluar 100 % 0%
mudah terlihat atau dekat dengan yang berupa tanda panah petunjuk arah
pintu keluar/pintu kebakaran diletakan di sepanjang sarana jalan keluar
(KEPMEN PU dan tempat-tempat dimana terdapat
No.10/KPTS/2000) karyawan. Untuk petunjuk jalan keluar
yang berupa tulisan “EXIT” yang diberi
sumber pencahayaan diletakan di dekat
tiap-tiap pintu keluar yang ada di setiap
bangunan.
Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar 100 %
133
petunjuk jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk
jalan keluar yang berada di area ground floor sudah sesuai dengan NFPA 101
“EXIT” yang diberi sumber pencahayaan diletakan di setiap bagian atas pintu
keluar, kemudian petunjuk jalan keluar yang berupa tanda panah petunjuk arah
berupa arah panah dan tulisan di luar bangunan yang menunjukan arah tempat
yang berupa tulisan “EXIT” berasal dari AC listrik. namun apabila listrik
tersebut mati akan segera digantikan oleh sumber energy cadangan yaitu diesel.
Ground floor adalah area dengan luas 4,027.25 m2. Tidak terdapat karyawan
yang menetap bekerja di area ini. Karyawan hanya sesekali datang untuk
mengecek panel local mesin atau pemeliharaan mesin dan alat proteksi
kebakaran. Terdapat 7 buah sarana jalan keluar di area ini dengan lebar antara2-
2.5 m yang letaknya berjauhan antara 22.25-30.1m. untuk jarak maksimal yang
Tabel 5.28 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
2. Lebar minimal jalan keluar adalah 2 m Jalan keluar yang ada di area ground 100 % 0%
floor memiliki lebar 2-2.5 m
3. Jumlah jalan keluar terdapat lebih dari Terdapat 7 buah jalan keluar yang 100 % 0%
1 dan letaknya berjauhan telaknya berjauhan dan berbeda
arah.
Jarak ke exit tidak melebihi 200 ft (61 Jarak maksimal ke exit adalah 30.1 100 % 0%
4. m) atau 250 ft (76 m) pada bangunan m.
yang telah dilengkapi sprinkler
5. Jarak antar eksit tidak boleh lebih dari Jarak antar exit yang ada di area ini 100 % 0%
60 m adalah antara 22.25-30.1m
6. Sarana jalan keluar harus bebas dan Tidak terdapat benda di sepanjang 100 % 0%
tidak terhalang benda apapun jalan keluar menuju exit.
Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar 100 %
Berdasarkan tabel 5.28 area ground floor memiliki tingkat pemenuhan sarana
jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar
yang ada di area ground floor sudah sesuai dengan NFPA 101. Sarana jalan
keluar yang terdapat di area ini terdapat 7 buah dengan jarak antar exit yang
halaman luar ruangan dan 1 exit menuju lantai 1 area office. Tidak terdapat
karyawan yang bekerja menetap di area ini, karyawan hanya datang sesekali
135
untuk mengecek panel local mesin atau untuk melakukan pemeliharaanmesin dan
alat proteksi kebakaran. Jarak maksimal yang dapat ditempuh dari semua bagian
ruangan di area ground floor adalah 30.1 m dan tidak terdapat benda sepanjang
3. Pintu darurat
darurat yang terhubung ke area office lantai 1. Dimana area office memiliki jalan
keluar menuju tempat berhimpun. Pintu tersebut selalu dalam keadaan tidak
menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap harinya. Pintu ini
selalu dibuka setiap harinya sebagai sarana aktifitas di area tersebut dan
terhubung langsung dengan jalan umum. Pintu ini memiliki kriteria yang sama
dengan pintu darurat yaitu tahan kebakaran, dapat menutup sendiri dapat dibuka
Tabel 5.29 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Berdasarkan tabel 5.29, pintu darurat yang berada di area ground floor
memiliki tingkat pemenuhan sebesar 85.71 %. Terdapat pintu pintu yang tahan
api yang selalu dalam keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis
serta terhubung langsung dengan halaman luar. pintu tersebut memiliki lebar 110
cm dan tinggi 210 cm dan tidak terdapat benda yang menghalangi pintu. Namun
para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap
harinya.
4. Tangga darurat
tangga darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari satu lantai
saja. Maka tidak dilakukan pemeriksaan mengenai tangga darurat di area ini.
137
5. Penerangan darurat
penerangan darurat tersebut memiliki baterai cadangan, dengan stop kontak yang
menyambung pada sumber listrik sehingga ketika terjadi “trip“ akibat kebakaran,
jam dengan baterai dan langsung menyala ketika dicabut dari stop kontak.
darurat adalah 20 lux. Namun seluruh penerangan darurat yang ada di PLTU
yang ada memiliki 2 sumber penerangan yaitu AC listrik dan diesel. Sehingga
ketika listrik padam, secara otomatis lampu akan menggunakan diesel. Hal
produksi.
darurat yang ada masih belum sesuai dengan NFPA 101. Lampu darurat
diletakan di sepanjang sarana jalan keluar dan memiliki baterai cadangan serta
sumber aliran listrik yang berbeda yaitu AC listrik dan diesel. Lampu darurat
6. Tempat berhimpun
Berdasarkan tabel 5.31 rata-rata tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat di area ini
adalah 91.31% yaitu baik (B) dimana semua komponen sistem proteksi kebakaran
berfungsi sempurna, sehingga gedung dapat digunakan secara optimum, para pemakai
dengan baik.
4. Sprinkler 0%
5. Detektor 100 %
6. Hidran Gedung 80 %
JUMLAH 74.99 %
Berdasarkan tabel 5.32, hasil pemeriksaan area mezzanine floor mendapat
tingkat pemenuhan sebesar 74.99 %. Berikut uraian hasil sarana proteksi yang
APAR
APAR yang disediakan pada area mezzanine floor merupakan jenis DCP dan
CO2. Untuk APAR jenis DCP dengan berat 3.5 kg sebanyak 1 buah, 4 kg
jenis CO2 dengan berat 6 kg tersedia 1 buah. Jadi jumlah APAR yang ada di area
mezzanine floor adalah jenis DCP sebanyak 23 buah dan CO2 sebanyak 1 buah.
segel, apakah ada karat atau tidak yang dilakukan oleh petugas K3. Untuk
pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR yang kadaluarsa, sebagian
kebakaran.
141
memiliki potensi kebakaran tipe B, C dan D. namun APAR yang tersedia hanya
APAR. Sedangkan APAR yang tersedia berjumlah 24 buah dan APAB sebanyak
1 buah. APAR diperiksa setiap 1 bulan sekali oleh perwakilan pihak K3.
(manometer), segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR yang kadaluarsa
dalam keadaan baik dengan cara mengecek secara visual kondisi nozzle (lubang
penyemprot) dari sumbatan dan kebocoran, kesesuaian bahan baku dan masa
kadaluarsa APAR dengan cara mengecek manometer APAR tipe DCP dan
penimbangan APAR tipe CO2. APAR diletakan di rak dan cabinet sepanjang
jalan yang biasa dilewati oleh karyawan termasuk jalur jalan keluar serta
diletakan di dekat mesin produksi sehingga mudah dilihat dan dijangkau. Seluruh
APAR yang diletakan di dalam cabinet berada dalam keadaan tidak terkunci.
Jarak antar APAR yang ada di area mezzanine floor berkisar antara 2-4 m. APAR
yang ada terletak dengan tinggi 40-60 cm untuk APAR dengan berat kurang
dari18.14 kg dan 60-100 cm untuk APAR dengan berat lebih dari 18.14 kg.
APAB
berbahaya dengan personel yang sedikit. Jumlah APAB yang terletak di area
mezzanine floor adalah 1 buah yang memiliki jenis DCP (Dry Chemical Powder)
APAB dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan APAR yakni satu bulan sekali
meliputi kondisi nozzle, draft pressure indicator (manometer), segel, apakah ada
karat atau tidak, kondisi roda. Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika
mezzanine floor yang mana area tersebut merupakan area produksi dengan
pemeriksaan APAR yakni satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft
pressure indicator (manometer), segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda.
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAB yang kadaluarsa.
146
2. Alarm
sudah memiliki alarm yang terintegrasi dengan detektor. Alarm yang terdapat di
area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran yang berupa audible dan visible
bel, speaker dan amplifier serta power supply. Terdapat 2 buah alarm manual
tipe full down dan push button di area mezzanine floor yakni di ruang relay dan
juga menempel pada hidran gedung di area. Namun mesin-mesin yang berada di
area ini terhubung dengan panel indicator kebakaran yang berada di control room
alarm sebesar 71.42 %. Di area ini semua mesin terhubung dengan panel
sehingga dapat ditanggulangi secara cepat oleh tim pemadam kebakaran. Namun
masih terdapat alarm manual dengan tipe full down yang terletak di samping
148
pintu keluar ruang relay dan push button yang menempel pada salah satu hidran
gedung.
Alarm manual ini memiliki tinggi 1,47 m dari lantai dan berjarak maksimal
36 m dari semua bagian area mezzanine floor namun tidak terhubung dengan
system sprinkler karena tidak ada sprinkler di area ini. Menurut data pengecekan
rutin alarm dan hasil wawancara, alarm dalam kondisi baik dan siap untuk
tambahan, bel, speaker dan amplifier serta power supply.Selain hal tersebut PT
PJB UP Muara Karang juga memiliki diesel yang berfungsi sebagai sumber
energi cadangan yang salah satunya untuk menyalakan alarm ketika terjadi trip
3. Sprinkler
4. Detektor
yang dilakukan oleh salah satu karyawan bagian K3 dengan koordinasi terlebih
dahulu dengan operator yang ada di control room. Detektor yang ada di PLTU
Terdapat detektor yang terpasang di area mezzanine floor. detektor yang ada
149
yaitu heat detector sebanyak 14 buah dan smoke detector sebanyak 4 buah. Jadi
detektor sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di
area mezzanine floor telah memenuhi semua komponen. Di area mezzanine floor
14 buah dan smoke detector sebanyak 4 buah. Tidak terdapat flame detector
ada di area ini. Jarak antar detektor berkisar antara 2-4 m, sedangkan untuk
5. Hidran
PJB UP Muara Karang, jenis hidran yang ada di area PLTU merupakan jenis
hidran gedung dan hidran halaman. Sedangkan tipe hidran yang digunakan yaitu
hidran dengan kunci katub dan model macino serta ulir. Untuk hidran gedung PT
secara rutin. Pengetesan fungsi hidran dilakukan oleh karyawan bagian K3 yang
Untuk menjaga tekanan air digunakan sumber AC listrik, dan diesel. Sedangkan
sumber air disimpan dalam “fire water tank” dengan kapasitas 9000 L. Air
Hidran Gedung
Terdapat 8 buah hidran gedung tipe kunci katub dengan model machino dan
ulir. Hidran tersebut terpasang menempel pada dinding ruangan di sekitar mesin-
mesin produksi.
Tabel 5.37 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di Area
gedung yang menempel pada dinding di area tersebut. Hidran tersebut mudah
dilihat serta dijangkau dan pintu kotak hidran dapat dibuka dengan mudah.
lengkap di dalam kotak hidran yang dicat warna merah dengan tulisan HIDRAN
153
berwarna putih. Komponen tersebut meliputi selang dengan diameter 1.5 inch
Sedangkan sumber persediaan untuk penggunaan hidran berasal dari air laut
yang telah di desalisasi dan dialirkan ke water water tank dengan kapasitas
9000L yang khusus disediakan untuk sumber persedian air bagi alat proteksi
kebakaran. Tangki tersebut tidak boleh kosong, apabila kapasitas air kurang dari
6000L maka secara otomatis alarm akan berbunyi. Namun tidak terdapat
petunjuk tata cara penggunaan hidran dan nozzle belum terpasang pada selang.
Hidran Halaman
Mezzanine floor merupakan area yang terletak di atas area ground floor.
penyelamat jiwa yang ada di area mezzanine floor mendapat tingkat pemenuhan
sebesar 72.14 %. Berikut uraian hasil yang didapat di area mezzanine floor
petunjuk jalan keluar baik yang berupa tanda panah berwarna hijau sehingga
dapat menyala dalam keadaan gelap maupun tulisan “EXIT” yang mana terdapat
lampu darurat untuk meneranginya. Jadi ketika terjadi “trip” akibat kebakaran,
karyawan tetap dapat melihat tanda petunjuk arah sehingga dapat keluar menuju
memiliki 2 sumber yaitu listrik yang dihasilkan sendiri dan diesel. Petunjuk-
Tabel 5.39 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di Area
petunjuk jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk
jalan keluar yang berada di area mezzanine floor sudah sesuai dengan NFPA 101
bangunan di dekat tangga turun dan pintu keluar, kemudian petunjuk jalan keluar
yang berupa tanda panah petunjuk arah diletakan di dinding sepanjang sarana
tempat berhimpun terdapat papan penunjuk jalan yang berupa arah panah dan
energi untuk menyalakan petunjuk jalan keluar yang berupa tulisan “EXIT”
berasal dari AC listrik. namun apabila listrik tersebut mati akan segera
Mezzanine floor adalah area dengan luas 4,027.25 m2. Tidak terdapat
karyawan yang menetap bekerja di area ini. Karyawan hanya sesekali datang
untuk mengecek panel local mesin atau pemeliharaan mesin dan alat proteksi
kebakaran. Terdapat 4 buah sarana jalan keluar di area ini dengan lebar antara2-
2.5 m yang letaknya berjauhan antara 15.05 – 22.25 m menuju tangga turun ke
area ground floor atau pintu keluar ke area office lantai 2. Untuk jarak maksimal
Tabel 5.40 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
sarana jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan
keluar yang ada di area mezzanine floor sudah sesuai dengan NFPA 101. Sarana
jalan keluar yang terdapat di area ini terdapat 5 buah dengan jarak antar exit yang
menetap di area ini, karyawan hanya datang sesekali untuk mengecek panel local
mesin atau untuk melakukan pemeliharaan. Jarak maksimal yang dapat ditempuh
dari semua bagian ruangan di area mezzanine floor adalah 22.25 m dan tidak
mencapai exit yang berupa tangga menuju area ground floor ataupun pintu ke
3. Pintu darurat
darurat yang terhubung ke area office lantai 2. Pintu tersebut selalu dalam
keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis. Namun para
karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap harinya.
Pintu ini selalu dibuka setiap harinya sebagai sarana aktifitas di area tersebut dan
terhubung langsung dengan jalan umum. Pintu ini memiliki kriteria yang sama
dengan pintu darurat yaitu tahan kebakaran, dapat menutup sendiri dapat dibuka
Tabel 5.41 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Berdasarkan tabel 5.41, pintu darurat yang berada di area mezzanine floor
memiliki tingkat pemenuhan sebesar 85.71 %. Terdapat pintu pintu yang tahan
api yang selalu dalam keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis
serta terhubung langsung dengan halaman luar. pintu tersebut memiliki lebar 110
cm dan tinggi 210 cm dan tidak terdapat benda yang menghalangi pintu. Namun
para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap
harinya.
159
4. Tangga darurat
Berdasarkan hasil observasi di area mezzanine floor tidak terdapat tangga yang
semua tangga yang ada ketika bekerja setiap harinya. Maka hal ini tidak sesuai
5. Penerangan darurat
dengan stop kontak yang menyambung pada sumber listrik sehingga ketika
jam dengan baterai dan langsung menyala ketika dicabut dari stop kontak.
darurat adalah 20 lux. Namun seluruh penerangan darurat yang ada di PLTU
yang ada memiliki 2 sumber penerangan yaitu AC listrik dan diesel. Sehingga
ketika listrik padam, secara otomatis lampu akan menggunakan diesel. Hal
produksi.
160
darurat yang ada masih belum sesuai dengan NFPA 101. Lampu darurat
diletakan di sepanjang sarana jalan keluar dan memiliki baterai cadangan yang di
charge ketika AC listrik berjalan normal serta memiliki sumber aliran listrik
yang berbeda yaitu dari AC listrik dan diesel. Lampu darurat yang ada berwarna
6. Tempat berhimpun
area mezzanine floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 78.67
% yaitu Cukup baik (C) dimana semua komponen sistem proteksi kebakaran
sudah terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan
persyaratan.
Tabel 5.44 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Turbine
tingkat pemenuhan sebesar 94.04 %. Berikut uraian hasil sarana proteksi yang
APAR
APAR yang disediakan pada area turbine floor merupakan jenis DCP dan
CO2. Untuk APAR jenis DCP dengan berat 4.5 kg sebanyak 1 buah, 6 kg
sebanyak 1 buah dan 40 kg sebanyak 6 buah. Sedangkan untuk APAR jenis CO2
buah. Jadi jumlah APAR yang ada di area turbine floor adalah jenis DCP
sebanyak 33 buah dan jenis CO2 sebanyak 3 buah. Namun tidak terdapat APAR
segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR yang dilakukan
oleh petugas K3. Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR
163
Tabel 5.45 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area Turbine Floor
diperiksa setiap 1 bulan sekali oleh perwakilan pihak K3. Pemeriksaan tersebut
ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR yang dilakukan oleh petugas
K3.
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR yang kadaluarsa
dalam keadaan baik dengan cara mengecek secara visual kondisi nozzle (lubang
penyemprot) dari sumbatan dan kebocoran, kesesuaian bahan baku dan masa
kadaluarsa APAR dengan cara mengecek manometer APAR tipe DCP dan
sepanjang jalan yang biasa dilewati oleh karyawan termasuk jalur jalan keluar
serta diletakan di dekat mesin produksi sehingga mudah dilihat dan dijangkau.
166
APAR yang diletakan di dalam cabinet berada dalam keadaan tidak terkunci.
Jarak antar APAR yang ada di area turbine floor berkisar antara 2-4 m. APAR
yang ada terletak dengan tinggi 40-60 cm untuk APAR dengan berat kurang
dari18.14 kg dan 60-100 cm untuk APAR dengan berat lebih dari 18.14 kg.
APAB
berbahaya dengan personel yang sedikit. Jumlah APAB yang terletak di area
turbine floor adalah 1 buah yang memiliki jenis DCP (Dry Chemical Powder)
satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft pressure indicator (manometer),
segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda. Untuk pengisian ulang biasanya
Tabel 5.46 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Turbine Floor
Karang tingkat pemenuhan APAB sebesar 100 %. APAB di sediakan untuk area
turbine floor yang mana area tersebut merupakan area produksi dengan jumlah
pemeriksaan APAR yakni satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft
pressure indicator (manometer), segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda.
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAB yang kadaluarsa.
2. Alarm
pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
indikator kebakaran.
bel, speaker dan amplifier serta power supply. Terdapat satu buah alarm manual
168
tipe push button di area turbine floor serta panel indicator kebakaran semua
mesin yang terletak di control room 4, 5. Sistem kerja yang ada di PT PJB UP
semua mesin produksi dilakukan di control room ini. Sehinga ketika terjadi
masalah pada mesin baik akibat kebakaran maupun hal lainnya karyawan akan
Berdasarkan tabel 5.47 area turbine floor memiliki tingkat pemenuhan alarm
sebesar 85.71 %. Terdapat satu buah alarm manual tipe push button di area
turbine floor serta panel indicator kebakaran semua mesin yang terletak di
control room 4, 5. Sehingga ketika terjadi masalah pada mesin baik akibat
kebakaran maupun hal lainnya karyawan akan segera tahu sehingga dapat
dilakukan tindakan dengan segera. Alarm manual ini memiliki tinggi 1,47 m dari
lantai dan berjarak maksimal 20 m dari semua bagian area desalination plant.
Menurut data pengecekan rutin alarm dan hasil wawancara, alarm dalam
kondisi baik dan siap untuk digunakan. Pengetesan alarm yang dilakukan
kebakaran dan annunciator, baterai tambahan, bel, speaker dan amplifier serta
power supply.Selain hal tersebut PT PJB UP Muara Karang juga memiliki diesel
yang berfungsi sebagai sumber energi cadangan yang salah satunya untuk
3. Sprinkler
boiler sebanyak 8 buah. Jadi jumlah sprinkler yang ada di area turbine floor
adalah 16 buah.
terpenuhi. Jenis prinkler yang ada di area turbine floor adalah jenis glass bulb
sprinkler. Jarak antar sprinkler yang ada berkisar antara 2-4 m dan jarak dari
sprinkler ke dinding antara 2-4 m. system sprinkler yang ada sudah terhubung
K3 dan data pemeriksaan rutin, kepala sprinkler tidak dalam kondisi rusak serta
tidak terhalang benda lain seperti cat ataupun oli. Untuk pelakukan pengetesan
dan pemeriksaan sprinkler terdapat prosedur khusus yang mengacu pada Sistem
sumber air yang digunakan untuk sprinkler dan alat proteksi lainnya
menggunakan sumber air dari air laut yang telah di murnikan sebelumnya dan
disimpan fire water tank dengan kapasitas 9000 L. tangki tersebut tidak boleh
dalam keadaan kosong dan dilengkapi dengan alarm khusus. Jadi ketika air
dalam tangki kurang dari 6000 L secara otomatis alarm akan berbunyi.
4. Detektor
yang dilakukan oleh salah satu karyawan bagian K3 dengan koordinasi terlebih
dahulu dengan operator yang ada di control room. Detektor yang ada di PLTU
Karena alarm terhubung dengan detektor dan sprinkler, maka untuk pengetesan
area turbine floor. detektor yang ada yaitu heat detector sebanyak 16 buah. Jadi
Tabel 5.49 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Turbine
detektor sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di
area turbine floor telah memenuhi semua komponen. Di area turbine floor
16 buah yang terletak pada mesin burner. Tidak terdapat flame detector dan
smoke detector mengikuti kondisi lapangan yang ada di area ini. Jarak antar
5. Hidran
hidran yang ada di area PLTU merupakan jenis hidran gedung dan hidran
halaman. Sedangkan tipe hidran yang digunakan yaitu hidran dengan kunci katub
dan model macino serta ulir. Untuk hidran gedung PT PJB UP Muara Karang
menggunakan hidran kelas 2 yang memiliki selang berdiameter 1.5 in. dan
174
menggunakan hidran kelas 1 yang memiliki selang dengan diameter 2.5 in dan
pengetesan fungsi hidran dilakukan setiap 3 bulan sekali secara rutin. Pengetesan
nozzle dari sumbatan dan kebocoran. Untuk menjaga tekanan air digunakan
sumber AC listrik, dan diesel. Sedangkan sumber air disimpan dalam “fire water
Hidran Gedung
Terdapat 19 buah hidran gedung tipe machine dan ulir. Hidran tersebut
Hidran diletakan di setiap lantai pada 2 buah mesin boiler setinggi 7 lantai dan 5
generator.
Tabel 5.50 Tingkat Pemenuhan Hidran Gedung per Elemen Pertanyaan di area
Berdasarkan tabel 5.50 area turbine floor memiliki tingkat pemenuhan hidran
gedung sebesar 80 %. Di area turbine floor terdapat 8 buah hidran gedung yang
menempel pada dinding di area tersebut. Hidran tersebut mudah dilihat serta
dijangkau dan pintu kotak hidran dapat dibuka dengan mudah. Terdapat 19 buah
hidran yang diletakan di setiap lantai pada 2 boiler setinggi 7 lantai, sedangkan
hidran yang dicat warna merah dengan tulisan HIDRAN berwarna putih.
Komponen tersebut meliputi selang dengan diameter 1.5 inch dan panjang 30 m,
Sedangkan sumber persediaan untuk penggunaan hidran berasal dari air laut
yang telah di desalisasi dan dialirkan ke water fire tank dengan kapasitas 9000L
yang khusus disediakan untuk sumber persedian air bagi alat proteksi kebakaran.
Tangki tersebut tidak boleh kosong, ketika kapasitas air kurang dari 6000L maka
secara otomatis alarm akan berbunyi. Namun tidak terdapat petunjuk tata cara
Hidran Halaman
Tidak terdapat hidran halaman di area ini. Turbine floor merupakan area
yang terletak di atas area mezzanine floor. Maka tidak perlu melakukan
penyelamat jiwa yang ada di area turbine floor mendapat tingkat pemenuhan
sebesar 76.78 %. Berikut uraian hasil yang didapat di area turbine floor PLTU
petunjuk jalan keluar baik yang berupa tanda panah berwarna hijau sehingga
dapat menyala dalam keadaan gelap maupun tulisan “EXIT” yang mana terdapat
lampu darurat untuk meneranginya. Jadi ketika terjadi “trip” akibat kebakaran,
karyawan tetap dapat melihat tanda petunjuk arah sehingga dapat keluar menuju
memiliki 2 sumber yaitu listrik yang dihasilkan sendiri dan diesel. Petunjuk-
178
Tabel 5.52 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
petunjuk jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk
jalan keluar yang berada di area turbine floorsudah sesuai dengan NFPA 101 dan
bangunan di dekat tangga turun dan pintu keluar, kemudian petunjuk jalan keluar
yang berupa tanda panah petunjuk arah diletakan di dinding sepanjang sarana
berupa arah panah dan tulisan di luar bangunan yang menunjukan arah tempat
berhimpun. Sumber energy untuk menyalakan petunjuk jalan keluar yang berupa
tulisan “EXIT” berasal dari AC listrik. namun apabila listrik tersebut mati akan
Turbine floor adalah area dengan luas 4,027.25 m2. Tidak terdapat karyawan
yang menetap bekerja di area ini. Karyawan hanya sesekali datang untuk
mengecek panel local mesin atau pemeliharaan mesin dan alat proteksi
kebakaran. Terdapat 4 buah sarana jalan keluar di area ini dengan lebar antara2-
2.5 m yang letaknya berjauhan antara 15.05 – 22.25 m menuju tangga turun ke
area ground floor atau pintu keluar ke area office lantai 2. Untuk jarak maksimal
Tabel 5.53 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di area
Berdasarkan tabel 5.53 area turbine floor memiliki tingkat pemenuhan sarana
jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar
yang ada di area turbine floor sudah sesuai dengan NFPA 101. Sarana jalan
keluar yang terdapat di area ini terdapat 6 buah dengan jarak antar exit yang
di area ini yang berada di control room 4,5. Jarak maksimal yang dapat ditempuh
dari semua bagian ruangan di area turbine floor adalah 22.25 m dan tidak
181
mencapai exit yang berupa tangga menuju area mezzanine floor ataupun pintu ke
3. Pintu darurat
darurat yang terhubung ke area office lantai 3. Pintu tersebut selalu dalam
keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis. Pintu ini selalu
dibuka setiap harinya sebagai sarana aktifitas di area tersebut dan terhubung
langsung dengan jalan umum. Pintu ini memiliki kriteria yang sama dengan pintu
darurat yaitu tahan kebakaran, dapat menutup sendiri dapat dibuka tanpa
Tabel 5.54 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Berdasarkan tabel 5.54, pintu darurat yang berada di area turbine floor
memiliki tingkat pemenuhan sebesar 85.71 %. Terdapat pintu pintu yang tahan
api yang selalu dalam keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis
serta terhubung langsung dengan halaman luar. pintu tersebut memiliki lebar 110
cm dan tinggi 210 cm dan tidak terdapat benda yang menghalangi pintu. Namun
para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap
harinya.
4. Tangga darurat
Berdasarkan hasil observasi di area turbine floor tidak terdapat tangga yang
semua tangga yang ada ketika bekerja setiap harinya. Maka hal ini tidak sesuai
5. Penerangan darurat
penerangan darurat tersebut memiliki baterai cadangan, dengan stop kontak yang
menyambung pada sumber listrik sehingga ketika terjadi “trip“ akibat kebakaran,
jam dengan baterai dan langsung menyala ketika dicabut dari stop kontak.
darurat adalah 20 lux. Namun seluruh penerangan darurat yang ada di PLTU
yang ada memiliki 2 sumber penerangan yaitu AC listrik dan diesel. Sehingga
ketika listrik padam, secara otomatis lampu akan menggunakan diesel. Hal
produksi.
Tabel 5.55 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
darurat yang ada di area turbine floor masih terdapat kekurangan yang belum
sesuai dengan NFPA 101. Untuk lampu darurat diletakan di sepanjang sarana
jalan keluar dan memiliki baterai cadangan yang di charge ketika AC listrik
berjalan normal. Dan seluruh penerangan yang ada di area PLTU memiliki
sumber aliran listrik yang berbeda yaitu dari AC listrik dan diesel. Lampu darurat
6. Tempat berhimpun
Menurut salah satu pihak K3, tempat berhimpun berada di depan gedung office.
Tempat berhimpun tersebut memiliki luas 100 m2 dan terdapat papan yang
sebesar 100 %. Maka seluruh tempat berhimpun yang ada di area PLTU adalah
sesuai dengan standar NFPA 101 tentang safety code life.Terdapat tempat
Karang. Tempat berhimpun tersebut terletak di depan area office dengan luas
100 m2 yang diberi line menggunakan cat warna kuning. Penempatan tempat
berhimpun diletakan di depan area office karena tidak terdapat lahan yang cukup
NFPA 101, karena jumlah karyawan yang bekerja di setiap area setiap harinya
area turbine floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 86.56 %
yaitu Baik (B) dimana semua komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi
5.3.6 Office
Tabel 5.58 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Office
pemenuhan sebesar 55.10 %. Berikut uraian hasil sarana proteksi yang didapat
APAR
APAR yang disediakan pada area office ini terdiri dari jenis DCP dengan
berat 2,7kg sebanyak 2 buah, 3kg sebanyak 6 buah, 5kg sebanyak 3 buah, berat
6kg sebanyak 3 buah dan 9kg sebanyak 1 buah. Sedangkan untuk jenis CO2
dengan berat 15lb (6.8 kg) sebanyak 3 buah, 4.5 kg sebanyak 1 buah dan 2.2 kg
sebanyak 1 buah. Jadi jumlah APAR yang di sediakan di area office adalah 20
buah.
188
segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR yang dilakukan
oleh petugas K3. Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR
Tabel 5.59 Tingkat Pemenuhan APAR per Elemen Pertanyaan di Area Office
sebesar 100 %. Area office dengan luas 836.6 m2 memiliki potensi kebakaran
tipe A, B, C, maka hal tersebut telah sesuai dengan standar karena APAR yang
20 buah. APAR diperiksa setiap 1 bulan sekali oleh perwakilan pihak K3.
(manometer), segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat APAR
Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR yang kadaluarsa
dalam keadaan baik dengan cara mengecek secara visual kondisi nozzle (lubang
penyemprot) dari sumbatan dan kebocoran, kesesuaian bahan baku dan masa
kadaluarsa APAR dengan cara mengecek manometer APAR tipe DCP dan
sepanjang jalan yang biasa dilewati oleh karyawan termasuk jalur jalan keluar
sehingga mudah dilihat dan dijangkau. APAR yang diletakan di dalam cabinet
berada dalam keadaan tidak terkunci. Jarak antar APAR yang ada di area office
berkisar antara 2-4 m. APAR yang ada terletak dengan tinggi 40-60 cm untuk
APAR dengan berat kurang dari18.14 kg dan 60-100 cm untuk APAR dengan
berat lebih dari 18.14 kg. untuk jarak bagian bawah APAR ke lantai mencapai 20
cm.
APAB
yang berbahaya dengan personel yang sedikit. Tidak terdapat APAB di area ini,
hal ini dikarenakan jumlah karyawan yang bekerja paling banyak dibandingkan
2. Alarm
sudah memiliki alarm yang terintegrasi dengan detektor. Alarm yang terdapat di
area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran yang berupa audible dan visible
bel, speaker dan amplifier serta power supply. Terdapat 3 buah alarm manual
dengan tipe pull down di area ini. Alarm tersebut diletakan di masing-masing
kebakaran. Area ini tidak terhubung dengan panel indicator kebakaran. Selain itu
Tabel 5.60 Tingkat Pemenuhan Alarm per Elemen Pertanyaan di Area Office
Berdasarkan tabel 5.60 area office memiliki tingkat pemenuhan alarm sebesar
85.71 %. Terdapat 3 buah alarm yang diletakan di setiap lantai area office dengan
tipe ifull down. Alarm berada di lintasan jalur keluar dengan tinggi 1.47 m dan di
cat menggunakan warna merah. Sehingga alarm tersebut dapat terlihat dengan
mudah. Berdasarkan data pemeriksaan alarm berada dalam kondisi baik dan siap
digunakan.
speaker dan amplifier serta power supply. Jarak maksimal dari semua bagian
Karang memiliki sumber energy cadangan lainnya yaitu diesel untuk menyalakan
alarm apabila terjadi trip akibat kebakaran. Namun tidak terdapat sistem
194
sprinkler di area ini sehingga alarm tidak terhubung secara otomatis dengan
sprinkler.
3. Sprinkler
4. Detektor
yang dilakukan oleh salah satu karyawan bagian K3 dengan koordinasi terlebih
dahulu dengan operator yang ada di control room. Detektor yang ada di PLTU
Terdapat detektor yang terpasang di area office. detektor yang ada yaitu heat
detector sebanyak 5 buah dan smoke detector 76 buah. Jadi jumlah detektor yang
Tabel 5.61 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Office
sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di area office
telah memenuhi semua komponen. Di area office terdapat 86 buah detektor yang
terpasang dengan rincian heat detector sebanyak 5 buah yang terletak di ruang
dapur lantai 2 area office. Sedangkan untuk smoke detector berjumlah 28 buah di
detector mengikuti kondisi lapangan yang ada di area ini. Jarak antar detektor
berkisar antara 2-4 m, sedangkan untuk jarak detektor ke dinding berkisar antara
196
5. Hidran
PJB UP Muara Karang, jenis hidran yang ada di area PLTU merupakan jenis
hidran gedung dan hidran halaman. Sedangkan tipe hidran yang digunakan yaitu
hidran dengan kunci katub dan model macino serta ulir. Untuk hidran gedung PT
secara rutin. Pengetesan fungsi hidran dilakukan oleh karyawan bagian K3 yang
Untuk menjaga tekanan air digunakan sumber AC listrik, dan diesel. Sedangkan
sumber air disimpan dalam “fire water tank” dengan kapasitas 9000 L. Air
Hidran Gedung
Tidak terdapat hidran gedung di area office. Menurut salah seorang pihak K3
Hidran Halaman
Tidak terdapat hidran halaman di area ini. Menurut salah seorang pihak K3
hal tersebut dikarenakan area office berada di samping area ground floor.
geound floor.
penyelamat jiwa yang ada di area office mendapat tingkat pemenuhan sebesar
76.78 %. Berikut uraian hasil yang didapat di area office PLTU PT PJB UP
Muara Karang:
keluar baik yang berupa tanda panah berwarna hijau sehingga dapat menyala
198
dalam keadaan gelap maupun tulisan “EXIT” yang mana terdapat lampu darurat
untuk meneranginya. Jadi ketika terjadi “trip” akibat kebakaran, karyawan tetap
dapat melihat tanda petunjuk arah sehingga dapat keluar menuju tempat
sumber yaitu listrik yang dihasilkan sendiri dan diesel. Petunjuk-petunjuk jalan
keluar diletakan di setiap tempat dimana terdapat karyawan bekerja atau tempat
Tabel 5.63 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk jalan
keluar yang berada di area officesudah sesuai dengan NFPA 101 dan Kepmen
dekat tangga turun dan pintu keluar, kemudian petunjuk jalan keluar yang
berupa tanda panah petunjuk arah diletakan di dinding sepanjang sarana jalan
berupa arah panah dan tulisan di luar bangunan yang menunjukan arah
yang berupa tulisan “EXIT” berasal dari AC listrik. namun apabila listrik
tersebut mati akan segera digantikan oleh sumber energi cadangan yaitu
diesel.
Office adalah area dengan luas 930.6 m2 dengan jumlah karyawan bekerja
jalan keluar yang terletak di setiap lantai. Sarana jalan keluar memiliki lebar 2 m
dan jarak maksimal yang dapat ditempuh untuk mencapai exit yaitu 49.50 m.
200
Tabel 5.64 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
Berdasarkan tabel 5.64 area office memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan
keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar yang
ada sudah sesuai dengan NFPA 101. Sarana jalan keluar yang terdapat di area ini
terdapat 3 buah yang terletak di setiap lantai. jumlah karyawan yang bekerjadi
area ini adalah yang terbanyak setiap harinya yaitu 82 orang. Namun terkadang
maksimal yang dapat ditempuh dari semua bagian ruangan di area office adalah
201
49.5 m dan tidak terdapat benda sepanjang jalan keluar yang menghalangi
3. Pintu darurat
keluar masuk area setiap harinya. Pintu ini selalu dibuka setiap harinya sebagai
sarana aktifitas di area tersebut dan terhubung langsung dengan jalan umum.
Pintu ini memiliki kriteria yang sama dengan pintu darurat yaitu tahan
kebakaran, dapat menutup sendiri dapat dibuka tanpa menggunakan kunci, dll.
Tabel 5.65 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Berdasarkan tabel 5.65, pintu darurat yang berada di area office memiliki
tingkat pemenuhan sebesar 85.71 %. Terdapat pintu pintu yang tahan api yang
selalu dalam keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis serta
terhubung langsung dengan halaman luar. pintu tersebut memiliki lebar 110 cm
dan tinggi 210 cm dan tidak terdapat benda yang menghalangi pintu. Namun para
karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap harinya.
4. Tangga darurat
Berdasarkan hasil observasi di area office tidak terdapat tangga yang secara
tangga yang ada ketika bekerja setiap harinya. Maka hal ini tidak sesuai dengan
5. Penerangan darurat
penerangan darurat tersebut memiliki baterai cadangan, dengan stop kontak yang
203
menyambung pada sumber listrik sehingga ketika terjadi “trip“ akibat kebakaran,
jam dengan baterai dan langsung menyala ketika dicabut dari stop kontak.
darurat adalah 20 lux. Namun seluruh penerangan darurat yang ada di PLTU
berwarna putih dan memiliki 2 sumber penerangan yaitu AC listrik dan diesel.
Sehingga ketika listrik padam, secara otomatis lampu akan menggunakan diesel.
proses produksi.
Tabel 5.66 Tingkat Pemenuhan Penerangan Darurat per Elemen Pertanyaan di area
ada di area office masih terdapat kekurangan yang belum sesuai dengan NFPA
101. Untuk lampu darurat diletakan di sepanjang sarana jalan keluar dan
memiliki baterai cadangan yang di charge ketika AC listrik berjalan normal. Dan
seluruh penerangan yang ada di area PLTU memiliki sumber aliran listrik yang
berbeda yaitu dari AC listrik dan diesel. Lampu darurat yang ada berwarna putih
6. Tempat berhimpun
Menurut salah satu pihak K3, tempat berhimpun berada di depan gedung office.
Tempat berhimpun tersebut memiliki luas 100 m2 dan terdapat papan yang
sebesar 100 %. Maka seluruh tempat berhimpun yang ada di area PLTU adalah
sesuai dengan standar NFPA 101 tentang safety code life.Terdapat tempat
Karang. Tempat berhimpun tersebut terletak di depan area office dengan luas
100 m2 yang diberi line menggunakan cat warna kuning. Penempatan tempat
berhimpun diletakan di depan area office karena tidak terdapat lahan yang cukup
NFPA 101, karena jumlah karyawan yang bekerja di setiap area setiap harinya
Tabel 5.68 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat di Area Office PLTU
area office PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 73.58 % yaitu
cukup baik (C) dimana komponen sudah terpasang tapi ada sebagian kecil
5.3.7 Gudang
Tabel 5.69 Tingkat Pemenuhan Rata-Rata Sarana Proteksi Aktif Di Area Gudang
pemenuhan sebesar 71.23 %. Berikut uraian hasil sarana proteksi yang didapat
APAR
APAR yang disediakan pada area gudang merupakan jenis DCP dengan berat
5 kg sebanyak 1 buah, berat 6kg sebanyak 5 buah dan 25kg sebanyak 4 buah.
Jadi APAR yang disediakan di gudang berjumlah 7 buah. Namun tidak terdapat
nozzle, draft pressure indicator (manometer), segel, apakah ada karat atau tidak
dan penimbangan berat APAR yang dilakukan oleh petugas K3. Untuk pengisian
ulang biasanya dilakukan ketika ada APAR yang kadaluarsa, bahkan sebagian
kebakaran.
208
sebesar 98.53 %. Area gudang dengan luas 106.8 m2 memiliki potensi kebakaran
APAR, area gudang hanya membutuhkan 1 buah APAR. Sedangkan APAR yang
tersedia berjumlah 7 buah. APAR diperiksa setiap 1 bulan sekali oleh perwakilan
indicator (manometer), segel, apakah ada karat atau tidak dan penimbangan berat
dalam keadaan baik dengan cara mengecek secara visual kondisi nozzle (lubang
penyemprot) dari sumbatan dan kebocoran, kesesuaian bahan baku dan masa
kadaluarsa APAR dengan cara mengecek manometer APAR tipe DCP dan
penimbangan APAR tipe CO2. Seluruh APAR diletakan di rak dan cabinet
211
sepanjang jalan yang biasa dilewati oleh karyawan termasuk jalur jalan keluar
sehingga mudah dilihat dan dijangkau. APAR yang diletakan di dalam cabinet
dalam keadaan tidak terkunci. Jarak antar APAR yang ada di area gudang
berkisar antara 2-4 m. APAR yang ada terletak dengan tinggi 40-60 cm untuk
APAR dengan berat ≤ 18.14 kg dan 60-100 cm untuk APAR dengan ≥ dari 18.14
APAB
berbahaya dengan personel yang sedikit. Jumlah APAB yang terletak di area
gudang adalah 4 buah yang memiliki jenis DCP (Dry Chemical Powder) dengan
berat antara 25-40 kg. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pemeliharaan
APAB dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan APAR yakni satu bulan sekali
meliputi kondisi nozzle, draft pressure indicator (manometer), segel, apakah ada
karat atau tidak, kondisi roda. Untuk pengisian ulang biasanya dilakukan ketika
Tabel 5.71 Tingkat Pemenuhan APAB per Elemen Pertanyaan di Area Gudang
pemenuhan APAB sebesar 100 %. APAB di sediakan untuk area gudang yang
mana area tersebut merupakan area produksi dengan jumlah personel terbatas.
satu bulan sekali meliputi kondisi nozzle, draft pressure indicator (manometer),
segel, apakah ada karat atau tidak, kondisi roda. Untuk pengisian ulang biasanya
2. Alarm
sudah memiliki alarm yang terintegrasi dengan detektor. Alarm yang terdapat di
area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran yang berupa audible dan visible
PLTU yaitu alarm manual dan panel indikator kebakaran. Untuk pengetesan
213
fungsi alarm di PLTU, dilakukan setiap 3 bulan sekali secara rutin yang digabung
kebakaran dan annunciator, baterai tambahan, bel, speaker dan amplifier serta
power supply. Terdapat satu buah alarm tipe full down di area gudang.terletak di
sebesar 100 %. Yang artinya seluruh komponen telah terpenuhi. Terdapat satu
buah alarm tipe full down yang diletakan di lintasan jalur keluar dengan jarak
maksimal 20 m dari setiap bagian bangunan. Alarm tersebut dicat merah dan
memiliki tinggi 1.47 dari lantai sehingga mudah dilihat dan dijangkau.
Berdasarkan data pemeriksaan alarm rutin, kondisi alarm yang ada di area
gudang sudah baik dan siap untuk digunakan. Selain itu terdapat energy
cadangan yaitu diesel untuk menyalakan alarm apabila terjadi trip akibat
berbunyi.
3. Sprinkler
Jenis prinkler yang ada di area gudang adalah jenis glass bulb sprinkler. Jarak
antar sprinkler yang ada berkisar antara 2 m dan jarak dari sprinkler ke dinding
216
antara 2-3 m. system sprinkler yang ada sudah terhubung secara otomatis dengan
K3 dan data pemeriksaan rutin, kepala sprinkler tidak dalam kondisi rusak serta
tidak terhalang benda lain seperti cat ataupun oli. Untuk pelakukan pengetesan
dan pemeriksaan sprinkler terdapat prosedur khusus yang mengacu pada Sistem
Untuk sumber air yang digunakan untuk sprinkler dan alat proteksi lainnya
menggunakan sumber air dari air laut yang telah di murnikan sebelumnya dan
disimpan fire water tank dengan kapasitas 9000 L. tangki tersebut tidak boleh
dalam keadaan kosong dan dilengkapi dengan alarm khusus. Jadi ketika air
dalam tangki kurang dari 6000 L secara otomatis alarm akan berbunyi.
4. Detektor
yang dilakukan oleh salah satu karyawan bagian K3 dengan koordinasi terlebih
dahulu dengan operator yang ada di control room. Detektor yang ada di PLTU
Karena alarm terhubung dengan detektor dan sprinkler, maka untuk pengetesan
area gudang. yaitu heat detector sebanyak 5 buah dan smoke detector sebanyak 5
buah. Jadi jumlah detector yang ada di area gudang yaitu 10 buah.
Tabel 5.74 Tingkat Pemenuhan Detektor per Elemen Pertanyaan di Area Gudang
sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di area
detektor yang terpasang dengan rincian heat detector sebanyak 5 buah dan smoke
lapangan yang menyesuaikan dengan kondisi peralatan yang ada di area ini.
Jarak antar detektor berkisar antara 2-4 m, sedangkan untuk jarak detektor ke
5. Hidran
PJB UP Muara Karang, jenis hidran yang ada di area PLTU merupakan jenis
hidran gedung dan hidran halaman. Sedangkan tipe hidran yang digunakan yaitu
hidran dengan kunci katub dan model macino serta ulir. Untuk hidran gedung PT
secara rutin. Pengetesan fungsi hidran dilakukan oleh karyawan bagian K3 yang
Untuk menjaga tekanan air digunakan sumber AC listrik, dan diesel. Sedangkan
sumber air disimpan dalam “fire water tank” dengan kapasitas 9000 L. Air
Hidran Gedung
Hidran Halaman
penyelamat jiwa yang ada di area gudang mendapat tingkat pemenuhan sebesar
92.14 %. Berikut uraian hasil yang didapat di area gudang PLTU PT PJB UP
Muara Karang:
220
baik yang berupa tanda panah berwarna hijau yang dapat menyala dalam keadaan
gelap maupun tulisan “EXIT”. Lampu yang digunakan untuk menerangi tulisan
“EXIT” memiliki 2 sumber yaitu listrik yang dihasilkan sendiri dan diesel.
Tabel 5.76 Tingkat Pemenuhan Petunjuk Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk jalan
keluar yang berada di area gudang sudah sesuai dengan NFPA 101 dan Kepmen
diberi sumber pencahayaan diletakan di setiap bagian atas pintu keluar area.
Sedangkan petunjuk jalan keluar yang berupa tanda panah petunjuk arah
terdapat karyawan.
berupa arah panah dan tulisan di luar bangunan yang menunjukan arah tempat
berhimpun. Sumber energy untuk menyalakan petunjuk jalan keluar yang berupa
tulisan “EXIT” berasal dari AC listrik. namun apabila listrik tersebut mati akan
Gudang adalah area dengan luas 291.5 m2. Terdapat 5 orang karyawan yang
bekerja setiap harinya. Terdapat 1 buah sarana jalan keluar di area ini dengan
lebar antara 2.5 m. Untuk jarak maksimal yang dapat ditempuh untuk menuju
exit adalah 27.50 m. Hal tersebut dikarenakan luas bangunan yang tidak terlalu
besar sehingga karyawan yang berada di area tersebut dapat dengan mudah
Tabel 5.77 Tingkat Pemenuhan Sarana Jalan Keluar per Elemen Pertanyaan di
Berdasarkan tabel 5.78 area gudang memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan
keluar sebesar 66.66 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar
yang ada di area gudang masih terdapat kekurangan yang belum sesuai dengan
NFPA 101. Sarana jalan keluar yang terdapat di area ini hanya terdapat 1 buah.
Karyawan yang bekerja di area ini setiap harinya berjumlah 5 orang. Jarak
tempuh maksimal untuk mencapai exit adalah 27.5 m dan tidak terdapat benda
3. Pintu darurat
utama yang memiliki multifungsi sebagai pintu darurat ketika terjadinya keadaan
darurat. Pintu ini selalu dibuka setiap harinya sebagai sarana aktifitas di area
tersebut dan terhubung langsung dengan jalan umum. Pintu ini memiliki kriteria
yang sama dengan pintu darurat yaitu tahan kebakaran, dapat menutup sendiri
Tabel 5.78 Tingkat Pemenuhan Pintu Darurat per Elemen Pertanyaan di Area
Berdasarkan tabel 5.78, pintu darurat yang berada di area gudang memiliki
tingkat pemenuhan sebesar 85.71 %. Terdapat pintu pintu yang tahan api yang
selalu dalam keadaan tidak terkunci dan dapat menutup secara otomatis serta
terhubung langsung dengan halaman luar. pintu tersebut memiliki lebar 110 cm
dan tinggi 210 cm dan tidak terdapat benda yang menghalangi pintu. Namun para
karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap harinya.
4. Tangga darurat
darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari satu lantai saja. Maka
5. Penerangan darurat
penerangan darurat tersebut memiliki baterai cadangan, dengan stop kontak yang
menyambung pada sumber listrik sehingga ketika terjadi “trip“ akibat kebakaran,
jam dengan baterai dan langsung menyala ketika dicabut dari stop kontak.
darurat adalah 20 lux. Namun seluruh penerangan darurat yang ada di PLTU
225
yang ada memiliki 2 sumber penerangan yaitu AC listrik dan diesel. Sehingga
ketika listrik padam, secara otomatis lampu akan menggunakan diesel. Hal
produksi.
ada di area gudang masih terdapat kekurangan yang belum sesuai dengan NFPA
226
101. Untuk lampu darurat diletakan di sepanjang sarana jalan keluar dan
memiliki baterai cadangan yang di charge ketika AC listrik berjalan normal. Dan
seluruh penerangan yang ada di area PLTU memiliki sumber aliran listrik yang
berbeda yaitu dari AC listrik dan diesel. Lampu darurat yang ada berwarna putih
6. Tempat berhimpun
memiliki tempat berhimpun 1 yang terletak tepat di depan gedung office. Tempat
berhimpun memiliki luas 100 m2 dan terdapat papan petunjuk yang menunjukan
Tabel 5.80 Tingkat Pemenuhan Tempat Berhimpun per Elemen Pertanyaan di Area
berhimpun sebesar 100 %. Maka seluruh tempat berhimpun yang ada di area
PLTU adalah sesuai dengan standar NFPA 101 tentang safety code life.Terdapat
tempat berhimpun untuk seluruh area-area yang ada di PLTU PT PJB UP Muara
Karang. Tempat berhimpun tersebut memiliki luas 100 m2 yang diberi line
menggunakan cat warna kuning. Tempat berhimpun berada di depan area office
karena tidak terdapat lahan yang cukup aman di area-area lainnya. Jumlah
karyawan yang bekerja di setiap area setiap harinya adalah sebagai berikut:
area gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 84.08 % yaitu
Berdasarkan tabel 5.82, rata-rata tingkat pemenuhan sistem tanggap darurat di area
produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 81.76 % yaitu baik (B)
gedung dapat digunakan secara optimum, dimana para pemakai gedung dapat
PEMBAHASAN
2. Tidak melakukan tes fungsi APAR, hidran, alarm dan sprinkler karena
Pada penelitian ini, area-area yang diteliti merupakan area yang berbentuk
bangunan. Area- area yang menjadi objek penelitian adalah desalination plant,
ground floor, mezzanine floor, turbine ground, office dan gudang. Di area-area
proses pekerjaan.
UP Muara Karang, secara umum terdapat 4 jenis sumber bahaya yang dapat
beda, namun masih dalam jenis kelas yang sama. Bahan-bahan berbahaya yang
ada di area desalination plant, turbine floor dan gudang yaitu komputer, kayu,
229
230
kertas, listrik dan kabel yang berada di ruangan di mana karyawan melakukan
berbahaya yang ada di area ini adalah MFO, oli, CO, listrik, kabel, besi, baja.
Pada area ini hanya terdapat mesin-mesin produksi yang beroperasi dan dikontrol
oleh karyawan melalui sistem display yang ada di control room dan panel-panel
lokal mesin. Untuk area office, bahan-bahan berbahaya yang dapat menyebabkan
kejadian kebakaran adalah komputer, kayu, kertas, listrik dan kabel. Area ini
Dilihat dari uraian diatas terdapat 4 jenis kelas kebakaran yang dapat terjadi
pada bahan padat kecuali logam), kelas B (kebakaran pada zat cair atau gas yang
yang diakibatkan dari kebocoran listrik) dan kelas D (kebakaran pada logam).
terbakar.
2000, office termasuk jenis bangunan kelas 5, yaitu bangunan kantor yang
231
desalination plant, ground floor, mezzanine floor dan turbine floor merupakan
dalam rangka perdagangan atau penjualan. Dan yang terakhir gudang termasuk
umum atau gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau
cuci gudang.
PLTU termasuk pada bangunan yang memiliki tingkat bahaya kebakaran sedang
I. hal ini dikarenakan PT PJB UP Muara Karang termasuk meteran listrik dan
kebakaran dimana api permukaan bisa menyebar pesat atau dengan intensitas
sedang.
bagunan minimal 5000 m2 atau dengan baban hunian 500 orang, atau dengan
luas area/site minimal 5000 m2 atau terdapat bahan berbahaya yang mudah
tugas khusus dan tanggung jawab untuk semua personel yang terlibat dalam
operasi darurat.
organisasi tanggap darurat dalam NFPA 101, area PLTU PT PJB UP Muara
organisasi tanggap darurat kebakaran dan petugas penanggung jawab terlatih dan
biasa (senin-jumat 07.00-16.00 WIB) atau supervisor produksi diluar hari biasa,
komandan regu satpam yang sedang dinas sebagai tim komunikasi, tim PMK
233
(Pemadam Kebakaran), tim keamanan, tim P3K dan tim penyelamat. Untuk
dikondisikan dengan keadaan. Hal ini dikarenakan sistem kerja yang ada di PT
PJB UP Muara Karang ini bagi karyawan bagian produksi (operator produksi)
adalah sistem shift. Selain operator produksi, karyawan bekerja setiap hari senin
tanggap darurat ini dan mereka mempunyai peran masing-masing serta terlatih.
yang meliputi tata cara penggunaan alat proteksi aktif, cara evakuasi, PPGD
tanggap darurat PT PJB UP Muara Karang yang diteliti sudah sesuai dengan
standar NFPA 101. Hal-hal mengenai struktur organisasi dan peran masing-
menanggulangi akibat dan situasi yang tidak normal dengan tujuan mencegah
atau mengurangi kerugian yang lebih besar. Dalam NFPA 101, prosedur tanggap
darurat merupakan cakupan dari rencana tanggap darurat yang harus ada.
234
prosedur tanggap darurat dalam NFPA 101, area PLTU PT PJB UP Muara
Prosedur ini terdapat dalam SMT (Sistem Manajemen Terpadu) yang disusun
oleh bagian K3 kemudian diperiksa oleh Deputi Manager KLK3 dan disetujui
kesiagaan dan tanggap darurat terdapat pada SMT dengan nomor PK-UPMKR-
adanya koordinasi dengan pihak pemadam kebakaran setempat ketika api tidak
bisa lagi ditangani oleh pihak perusahaan. Menurut salah seorang pihak K3
ketika kebakaran menjadi terlalu besar dan tidak dapat ditanggulangi secara
instansi yang mendukung dari luar sebelum terjadi keadaan darurat. Koordinasi
235
awal ini akan meminimalkan kebingungan dan kekacauan selama situasi darurat
dukungan.
sarana proteksi aktif secara rutin. Sarana proteksi aktif yang diperiksa secara
sekali, dan pemeriksaan hidran dilakukan setiap 3 bulan sekali. Di dalam NFPA
telah disebutkan bahwa standar minimal untuk pemeriksaan kondisi alat proteksi
kebakaran harus dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Maka apa yang telah
ditemukan hal yang tidak sesuai dengan fungsinya. Seperti penggantian lampu
darurat pada tanda petunjuk jalan, pengecatan kembali penanda sarana jalan
keluar yang pudar dan house keeping untuk menjaga jalan keluar agar tidak
kebakaran yang diteliti di PT PJB UP Muara Karang sudah sesuai dengan standar
NFPA 101.
236
sesuai dengan prosedur yang ada di area tersebut, untuk memastikan bahwa
semua elemen yang terlibat benar-benar mampu bertindak dam keadaan darurat.
dari prosedur tanggap darurat yang telah dipenuhi diantaranya: terdapat program
penanganan kebakaran 2-3 kali dalam setahun secara rutin. Pelatihan tersebut
meliputi: tata cara prosedur apa saja yang harus di lakukan, tata cara evakuasi,
Gawat Darurat) hingga cara penggunaan alat-alat proteksi aktif yang ada
meliputi: APAR, hidran, serta cara membunyikan alarm manual ketika terjadi
kebakaran.
diselenggarakan diharapkan dan waktu tak terduga dan pada berbagai kondisi
untuk mensimulasikan kondisi tidak biasa yang dapat terjadi dalam keadaan
237
dilakukan dalam waktu yang tidak terduga dikarenakan hal tersebut dapat
sehingga proses produksi pun harus terus berlangsung tanpa adanya gangguan.
Peserta yang mengikuti pelatihan adalah karyawan yang sedang tidak dalam
mengikuti pelatihan tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar NFPA 101
tak terduga dan pada berbagai kondisi. Latihan tersebut bertujuan untuk
menstimulasikan kondisi tidak biasa yang dapat terjadi dalam keadaan darurat
yang sebenarnya. Dengan demikian karyawan akan lebih siap untuk menghadapi
masalah kebakaran kapanpun dan dalam kondisi apapun terutama hal-hal tidak
Saran yang dapat diberikan untuk pemenuhan pelatihan tanggap darurat yaitu
agar dilakukan simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan berbagai
segera.
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah
tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan
Allah tidak serta merta membuat suatu kejadian tanpa tujuan. Pasti akan
selalu ada hikmah dibalik kejadian yang dikehendakiNya. Baik kejadian baik
menghendaki sesuatu yang baik dengan adanya bencana kebakaran. Yaitu agar
kita selaku umat manusia tidak lalai dan lebih berhati-hati. Mempersiapkan
dengan diberikannya akal. Hal tersebut dimaksudkan agar manusia selalu berfikir
manajemen tanggap darurat kebakaran yang ada di PLTU sudah baik. Maka
manajemen yang ada adalah sesuai dengan standar yang digunakan yaitu NFPA
101.
dari organisasi tanggap darurat dan prosedur tanggap darurat dengan kesesuaian
66.66%. Dimana pelatihan tidak dapat yang diselenggarakan dalam waktu yang
tak terduga dan pada berbagai kondisi. Maka pihak perusahaan agar melakukan
simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan berbagai kondisi.
hidran.
240
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
serbuk kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara
menurut NFPA 10, APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung,
pemadaman kebakaran.
seluruh APAR yang ada tidak diletakan di dalam cabinet, namun semua
(lemari) tidak boleh dikunci dan APAR yang diletakan di cabinet harus
terlihat dari depan. Sedangkan untuk komponen lainnya, APAR dan APAB
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu
dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan. Jadi ketika
dengan segera.
2. Alarm
detektor. Alarm yang terdapat di area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran
pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
alarm sebesar 85.71 %. Di area ini semua mesin terhubung dengan panel
down yang terletak di samping pintu keluar control room local area ini.
242
Alarm manual ini memiliki tinggi 1,47 m dari lantai dan berjarak maksimal
Komponen yang tidak sesuai dengan NFPA 72 adalah alarm yang ada di area
terjadi kebakaran yang tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya
3. Sprinkler
bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik
proteksi kebakaran.
Menurut pihak K3, hal tersebut dikarenakan alat proteksi lainnya dirasakan
terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya terlihat oleh karyawan saja.
243
4. Detektor
secara otomatis disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
Tidak terdapat detektor di area desalination plant. Rata-rata mesin di area ini
berada di luar ruangan, dan hanya diawasi oleh 2 orang karyawan dari ruang
listrik dari control room local serta MFO, oli, gas CO, besi dan baja dari
mesin produksi yang ada di area ini. Selain dengan besarnya potensi
kebakaran yang ada, di area ini karyawan yang bekerja setiap shift sangatlah
Saran yang dapat diberikan adalah menyediakan sistem detektor yang sesuai
5. Hidran
adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
hidran halaman sebesar 100 %. Hidran halaman terletak di dekat water intake
dengan jarak 5-10 m ke area desalination plant. Saran yang dapat diberikan
adalah pemeriksaan rutin hidran agar tetap dilakukan secara continue sesuai
dengan standar minimal. Agar hidran selau berfungsi dengan baik dan siap
untuk digunakan kapanpun. Selain hal itu karena bencana selalu terjadi
secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, maka nozzle harus sudah dipasang
pada selang kebakaran. Sehingga kapan pun terjadi kebakaran yang tidak
menggunakan hidran.
245
pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu
bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
petunjuk jalan keluar yang berada di area desalination plant sudah sesuai
ukuran yang lebih besar. Sehingga karyawan maupun pihak selain karyawan
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Eksit atau jalan ke luar
adalah:
a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke luar
2. ramp,
sarana jalan keluar sebesar 66.66 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana
jalan keluar yang ada di area desalination plant masih terdapat kekurangan
yang belum sesuai dengan NFPA 101. Komponen yang masih belum sesuai
dengan NFPA 101 adalah lebar minimal jalan keluar adalah 2 m, jumlah
jalan keluar terdapat lebih dari 1 dan letaknya berjauhan. Namun terdapat
apabila semua karyawan yang berada di dalam area tesebut dapat dievakuasi
pegawai yang bekerja di area desalination plant setiap harinya adalah 3orang.
Saran yang dapat diberikan adalah agar tetap menjaga sepanjang sarana jalan
keluar agar tetap bersih dan bebas dari benda-benda yang dapat menghambat
3. Pintu Darurat
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
Berdasarkan tabel 5.14, pintu darurat yang berada di area desalination plant
menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap harinya. Saran
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika
mengenai tangga darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari
5. Penerangan Darurat
yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
listrik di area ini yaitu: AC listrik, DC listrik (batterai) dan diesel. AC listrik
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai
satu tempat berhimpun saja dirasa cukup. Namun desalination plant terletak
karyawan yang bekerja di area tersebut berada dalam jumlah sedikit dan
garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
Desalination Plant
area desalination plan PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah
76.40 % yaitu cukup baik (C) dimana semua komponen sistem proteksi
kebakaran sudah terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
dengan persyaratan.
hidran.
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
serbuk kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara
menurut NFPA 10, APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung,
cairan atau gas yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujan pemadaman
kebakaran.
floor yang mana area tersebut merupakan area produksi dengan jumlah
personel terbatas.
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu
dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan. Jadi ketika
dengan segera.
2. Alarm
detektor. Alarm yang terdapat di area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran
pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
252
Berdasarkan tabel 5.21 area ground floor memiliki tingkat pemenuhan alarm
sebesar 85.71 %. Terdapat satu buah alarm manual tipe push button di area
ground floor. Namun mesin-mesin yang berada di area ini terhubung dengan
turbine floor. Maka ketika terjadi kebakaran dapat terdeteksi di control room
Saran yang dapat diberikan adalah pemeriksaan tetap dilakukan secara rutin
aktif dan hanya terlihat oleh karyawan saja. Sehingga apabila terjadi hal yang
3. Sprinkler
bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik
proteksi kebakaran.
253
terpenuhi. Jenis prinkler yang ada di area ground floor adalah glass bulb di
mesin diesel fire pump dan spray system yang ada di sekeliling mesin-mesin
produksi, salah satunya yaitu trafo. Jarak antar sprinkler yang ada berkisar
antara 2-4 m dan jarak dari sprinkler ke dinding antara 4-4.5 m. system
sprinkler yang ada sudah terhubung secara otomatis dengan panel indicator
secara otomatis.
pemeriksaan sprinkler secara rutin sehingga selalu dalam keadaan baik dan
lebih besar.
4. Detektor
secara otomatis disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
detektor sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di
254
area ground floor telah memenuhi semua komponen. Di area ground floor
secara rutin sehingga tetap berfungsi dengan baik. Sehingga risiko terjadinya
5. Hidran
adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
Berdasarkan tabel 5.24 area ground floor memiliki tingkat pemenuhan hidran
yang menempel pada dinding area. Sedangkan berdasarkan tabel 5.25 area
ground floor. Hidran gedung yang tersedia tidak terdapat tata cara
255
kebakaran. Maka saran yang dapat diberikan untuk perusahaan adalah agar
pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu
bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
petunjuk jalan keluar yang berada di area ground floor sudah sesuai dengan
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar
yang mengarah ke pintu masuk untuk keluar. Berdasarkan tabel 5.28 area
ground floor memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan keluar sebesar 100 %.
Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar yang ada di area ground
3. Pintu Darurat
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
Berdasarkan tabel 5.29, pintu darurat yang berada di area ground floor
memiliki tingkat pemenuhan sebesar 85.71 %. Untuk pintu darurat yang ada
harinya.
4. Tangga Darurat
terjadi kebakaran.
257
darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari satu lantai saja.
5. Penerangan Darurat
jalur evakuasi jika penerangan utama tidak berfungsi pada waktu terjadi
yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
sumber listrik di area ini yaitu: AC listrik, DC listrik (batterai) dan diesel. AC
listrik digunakan sebagai sumber listrik utama yang digunakan untuk seluruh
menit. Saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan tetap menyediakan
lampu darurat di area ini, walaupun sudah ada 3 sumber listrik yang berbeda.
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai
Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup.
Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih
karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal
garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
Floor
area ground floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 76.40%
yaitu Cukup Baik (C) dimana semua komponen sistem proteksi kebakaran sudah
terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan.
hidran.
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
serbuk kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara
260
menurut NFPA 10, APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung,
cairan atau gas yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujan pemadaman
kebakaran.
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu
dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan. Jadi ketika
dengan segera.
2. Alarm
detektor. Alarm yang terdapat di area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran
pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
261
indikator kebakaran. Untuk area mezzanine floor tipe alarm yang dugunakan
alarm sebesar 71.42 %. Di area ini semua mesin terhubung dengan panel
Tidak terdapat sprinkler di area ini dan Alarm memiliki jarak maksimal 36 m
Saran yang dapat diberikan adalah pemeriksaan tetap dilakukan secara rutin
aktif dan hanya terlihat oleh karyawan saja. Sehingga apabila terjadi hal yang
3. Sprinkler
bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik
proteksi kebakaran.
terpasang di area mezzanine floor. Saran yang dapat diberikan adalah agar
tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya terlihat oleh karyawan
saja.
4. Detektor
secara otomatis disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
detektor sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di
5. Hidran
hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle)
tidak terdapat petunjuk cara penggunaan hidran dan seluruh nozzle hidran
area yang terletak di atas area ground floor. Maka tidak perlu melakukan
Saran yang dapat diberikan adalah pemeriksaan rutin hidran agar tetap
dilakukan secara continue sesuai dengan standar minimal. Agar hidran selau
berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan kapanpun. Selain hal itu
karena bencana selalu terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi,
maka nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran. Sehingga kapan
264
pun terjadi kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi oleh alat proteksi
pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu
bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
petunjuk jalan keluar yang berada di area mezzanine floor sudah sesuai
jalan keluar dengan ukuran yang lebih besar. Sehingga karyawan maupun
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang
mezzanine floor memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan keluar sebesar 100
%. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar yang ada di area
Saran yang dapat diberikan adalah agar tetap menjaga sepanjang sarana jalan
keluar agar tetap bersih dan bebas dari benda-benda yang dapat menghambat
3. Pintu Darurat
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
Berdasarkan tabel 5.41, pintu darurat yang berada di area mezzanine floor
dipenuhi di area ini adalah pintu hanya digunakan khusus pada saat keadaan
darurat. Para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area
setiap harinya.
266
pintu darurat tersebut sesuai fungsinya, yaitu hanya digunakan ketika terjadi
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika
terjadi kebakaran.
tingkat kesesuaian 0 %. Hal tersebut dikarenakan area ini terdiri lebih dari 2
lantai tidak memiliki tangga yang secara khusus digunakan untuk keadaan
darurat kebakaran. Tangga yang ada dipergunakan setiap hari oleh karyawan.
merupakan area yang dihuni serta dilewati oleh banyak karyawan. Sehingga
5. Penerangan Darurat
yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
yang ada di ruang relay area mezzanine serta monitor pengontrol mesin di
control room. Alat-alat tersebut harus terus menyala dan tidak boleh
kehilangan sumber listrik sedetik pun karena akan berakibat fatal. Saran yang
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai
Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup.
Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih
karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal
garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
Mezzanine Floor
darurat di area mezzanine floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010
adalah 78.67 % yaitu Cukup baik (C) dimana semua komponen sistem proteksi
kebakaran sudah terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai
dengan persyaratan.
hidran.
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
serbuk kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara
menurut NFPA 10, APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung,
cairan atau gas yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujan pemadaman
kebakaran.
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu
dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan. Jadi ketika
dengan segera
2. Alarm
detektor. Alarm yang terdapat di area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran
pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
indikator kebakaran. Untuk area turbine floor tipe alarm yang digunakan
adalah alarm manual tipe full down . Panel indicator kebakaran diletakan di
Berdasarkan tabel 5.47 area turbine floor memiliki tingkat pemenuhan alarm
sebesar 85.71 %. Komponen yang belum dipenuhi di area ini adalah alarm
yang ada memiliki jarak maksimal 36 m dari semua bagian area turbine floor.
Saran yang dapat diberikan adalah pemeriksaan tetap dilakukan secara rutin
aktif dan hanya terlihat oleh karyawan saja. Sehingga apabila terjadi hal yang
3. Sprinkler
bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik
proteksi kebakaran.
272
Di PLTU PT PJB UP Muara Karang ada 2 jenis, yaitu wet pipe system dan
produksi yang biasanya digabung dengan heat detector. Jadi ketika mesin
4. Detektor
secara otomatis disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
detektor sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di
area turbine floor telah memenuhi semua komponen. Saran yang dapat
rutin sehingga detektor selalu dalam keadaan baik dan siap digunakan ketika
5. Hidran
adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
Berdasarkan tabel 5.50 area turbine floor memiliki tingkat pemenuhan hidran
tidak terdapat petunjuk cara penggunaan hidran dan seluruh nozzle hidran
halaman di area ini. Turbine floor merupakan area yang terletak di atas area
area ini.
Saran yang dapat diberikan adalah pemeriksaan rutin hidran agar tetap
dilakukan secara continue sesuai dengan standar minimal. Agar hidran selau
berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan kapanpun. Selain hal itu
274
karena bencana selalu terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi,
maka nozzle harus sudah dipasang pada selang kebakaran. Sehingga kapan
pun terjadi kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi oleh alat proteksi
pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu
bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
petunjuk jalan keluar yang berada di area turbine floorsudah sesuai dengan
jalan keluar dengan ukuran yang lebih besar. Sehingga karyawan maupun
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Eksit atau jalan ke luar
adalah:
a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke
2. ramp,
Berdasarkan tabel 5.53 area turbine floor memiliki tingkat pemenuhan sarana
jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan
keluar yang ada di area turbine floor sudah sesuai dengan NFPA 101. Saran
yang dapat diberikan adalah agar tetap menjaga sepanjang sarana jalan keluar
276
agar tetap bersih dan bebas dari benda-benda yang dapat menghambat proses
3. Pintu Darurat
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
Berdasarkan tabel 5.54, pintu darurat yang berada di area turbine floor
dipenuhi di area ini adalah para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk
keluar masuk area setiap harinya. Saran yang dapat diberikan untuk pihak
yaitu hanya digunakan ketika terjadi kejadian darurat kebakaran saja. Maka
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika
terjadi kebakaran.
277
kesesuaian 0 %. Hal tersebut dikarenakan ini terdiri lebih dari 2 lantai tidak
kebakaran. Tangga yang ada di area ini digunakan setiap hari oleh karyawan.
area yang dihuni serta dilewati oleh banyak karyawan. Sehingga ketika
5. Penerangan Darurat
yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
Area turbine floor tidak memiliki lampu darurat. Namun terdapat 3 sumber
listrik di area ini yaitu: AC listrik, DC listrik (batterai) dan diesel. AC listrik
menit.
Saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan tetap menyediakan lampu
darurat di area ini, walaupun sudah ada 3 sumber listrik yang berbeda.
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai
Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup.
Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih
karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal
garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
Floor
darurat di area turbine floor PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010
adalah 86.56 % yaitu Baik (B) dimana semua komponen sistem proteksi
6.8 Office
hidran.
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
serbuk kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara
menurut NFPA 10, APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung,
cairan atau gas yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujan pemadaman
kebakaran.
sebesar 100 %. Area office dengan luas 836.6 m2 memiliki potensi kebakaran
tipe A, B, C, maka hal tersebut telah sesuai dengan standar karena APAR
kebakaran jenis A, B dan C. Tidak terdapat APAB di area ini, hal ini
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu
dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan. Jadi ketika
dengan segera.
2. Alarm
detektor. Alarm yang terdapat di area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran
pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
indikator kebakaran. Untuk area office tipe alarm yang digunakan adalah
Berdasarkan tabel 5.60 area office memiliki tingkat pemenuhan alarm sebesar
85.71 %. Komponen yang belum dipenuhi di area ini adalah alarm yang ada
terjadi kebakaran yang tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya
3. Sprinkler
bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik
proteksi kebakaran.
system sprinkler yang terpasang di area office. Saran yang dapat diberikan
kebakaran yang tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya terlihat
4. Detektor
secara otomatis disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di area
office telah memenuhi semua komponen. Saran yang dapat diberikan adalah
dengan standar minimal. Agar detektor selalu berfungsi dengan baik dan
5. Hidran
adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
ataupun hidran halaman di area ini. Menurut salah seorang pihak K3 hal
Padahal hidran memiliki fungsi yang sangat penting dimana apabila sistem
untuk memadamkan api digunakan hidran. Saran yang dapat diberikan yaitu
pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu
bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk jalan
keluar yang berada di area officesudah sesuai dengan NFPA 101 dan Kepmen
membuat papan petunjuk jalan keluar dengan ukuran yang lebih besar.
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Eksit atau jalan ke luar
adalah:
a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke luar
2. ramp,
Berdasarkan tabel 5.64 area office memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan
keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar
yang ada sudah sesuai dengan NFPA 101. Saran yang dapat diberikan adalah
agar tetap menjaga sepanjang sarana jalan keluar agar tetap bersih dan bebas
tejadi keadaan darurat karyawan dapat segera dievakuasi dengan aman tanpa
adanya hambatan.
286
3. Pintu Darurat
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
Berdasarkan tabel 5.65, pintu darurat yang berada di area office memiliki
ini adalah para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk
area setiap harinya. Saran yang dapat diberikan untuk pihak perusahaan
digunakan ketika terjadi kejadian darurat kebakaran saja. Maka ketika terjadi
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika
terjadi kebakaran.
kesesuaian 0 %. Hal tersebut dikarenakan area office yang terdiri lebih dari 2
lantai tidak memiliki tangga yang secara khusus digunakan untuk keadaan
287
darurat kebakaran. Tangga yang ada biasa digunakan oleh karyawan setiap
hari.
karena area tersebut merupakan area yang dihuni serta dilewati oleh banyak
tersebut.
5. Penerangan Darurat
yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
lampu mati tidak akan menyebabkan area menjadi gelap total. Lampu
tersebut selalu di charge ketika listrik dalam keadaan menyala. Sehingga saat
Namun lampu tersebut berwarna putih, hal ini tidak sesuai dengan standar
NFPA 101 yang menyebutkan bahwa lampu harus berwarna kuning sehingga
Saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan mengganti warna lampu
darurat dengan yang berwarna kuning. Sehingga ketika terjadi lampu padam
akibat kebakaran, karyawan bisa melihat dengan baik arah jalan keluar dan
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai
Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup.
Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih
karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal
garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
area office PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 73.58 % yaitu
cukup baik (C) dimana komponen sudah terpasang tapi ada sebagian kecil
6.9 Gudang
hidran.
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang
serbuk kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara
menurut NFPA 10, APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung,
cairan atau gas yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujan pemadaman
kebakaran.
100 %.
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu
dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan. Jadi ketika
dengan segera.
2. Alarm
detektor. Alarm yang terdapat di area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran
pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
indikator kebakaran. Untuk area gudang tipe alarm yang digunakan adalah
sebesar 100 %. Yang artinya seluruh komponen telah terpenuhi. Saran yang
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga alarm selalu
3. Sprinkler
bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik
proteksi kebakaran.
Saran yang dapat diberikan terhadap perusahaan adalah agar tetap melakukan
Sehingga sprinkler selalu dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap
untuk digunakan.
4. Detektor
secara otomatis disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa detektor yang ada di area
selalu dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan.
293
5. Hidran
adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar (nozzle) untuk
hidran gedung ataupun hidran halaman. Saran yang dapat diberikan terhadap
kebakaran lainnya.
pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
294
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu
bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
jalan keluar sebesar 100 %. Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk jalan
keluar yang berada di area gudang sudah sesuai dengan NFPA 101 dan
perusahaan membuat papan petunjuk jalan keluar dengan ukuran yang lebih
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Eksit atau jalan ke luar
adalah:
295
a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke luar
2. ramp,
Berdasarkan tabel 5.77 area gudang memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan
keluar sebesar 66.66 %. Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar
yang ada di area gudang masih terdapat kekurangan yang belum sesuai
dengan NFPA 101. Komponen yang masih belum dipenuhi adalah hanya
terdapat satu jalan keluar dan jarak maksimal dari bangunan ke exit adalah
27.5 m.
keluar lainnya dan agar tetap menjaga sepanjang sarana jalan keluar agar
tetap bersih dan bebas dari benda-benda yang dapat menghambat proses
3. Pintu Darurat
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
296
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
Berdasarkan tabel 5.78, pintu darurat yang berada di area gudang memiliki
ini adalah pintu darurat yang ada digunakan oleh karyawan untuk keluar
masuk area setiap harinya. Padahal menurut NFPA 101 pintu darurat hanya
pintu darurat tersebut sesuai fungsinya, yaitu hanya digunakan ketika terjadi
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika
tangga darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari satu lantai
saja.
5. Penerangan Darurat
yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
dengan stop kontak yang menyambung pada sumber listrik sehingga ketika
Saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan mengganti warna lampu
darurat dengan yang berwarna kuning. Sehingga ketika terjadi lampu padam
akibat kebakaran, karyawan bisa melihat dengan baik arah jalan keluar dan
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai
Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup. Namun area gudang terletak cukup jauh dari tempat berhimpun
berada dalam jumlah sedikit dan memahami kondisi lapangan sehingga dapat
Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih
karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal
garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
Gudang
area gudang PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah 84.08 %
yaitu baik (B) dimana semua komponen sistem proteksi kebakaran berfungsi
UP Muara Karang
darurat di area produksi PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah
81.76 % yaitu baik (B) dimana semua komponen sistem proteksi kebakaran
Area office memiliki tingkat pemenuhan yang paling kecil yaitu 73.58 %.
Hal tersebut dikarenakan tingkat pemenuhan sarana proteksi aktif dan sarana
penyelamat jiwa di area ini sangat rendah yaitu 55.10 % dan 76.78 %. Di area
office tidak terdapat sprinkler, hidran gedung dan halaman, tidak ada tangga
darurat, pintu darurat digunakan untuk akses keluar masuk dan lampu darurat
yang tersedia berwarna putih. Padahal karyawan yang bekerja di area ini setiap
7.1 Kesimpulan
301
302
yang ada di PLTU PT PJB UP Muara Karang Tahun 2010 adalah sebesar
a. Desalination Plant
b. Ground Floor
c. Mezzanine Floor
d. Turbine Floor
e. Office
f. Gudang
7.2 Saran
Sistem tanggap darurat kebakaran yang ada harus terpenuhi agar dampak dari
1. Desalination Plant:
a. Agar dilakukan simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan
berbagai kondisi.
c. Menyediakan sprinkler.
2. Ground Floor
a. Agar dilakukan simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan
berbagai kondisi.
3. Mezzanine Floor
a. Agar dilakukan simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan
berbagai kondisi.
c. Menyediakan sprinkler.
306
4. Turbine Floor
a. Agar dilakukan simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan
berbagai kondisi.
5. Office
a. Agar dilakukan simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan
berbagai kondisi.
sesuai standar.
6. Gudang
a. Agar dilakukan simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan
berbagai kondisi.
sesuai standar.
Caldwell, Jack. Value Engineering, [serial online] 11 Juli 2006 [Accessed 22 nd of October 2010]
Cooling, David A. Industrial Safety Management and Technology. New Jersey: Prentice Hall,
Inc.1990
ERMC (Emergency Response Management Consulting). [accessed 10th of July 2010] Available
on: www.ru-ready.com
Iskandar, Redion. Evaluasi Alat Proteksi Kebakaran Aktif dan Gambaran Pengetahuan Pekerja
Mengenai Penggunaan Alat Proteksi Aktif di Gedung Wet Paint Production PT International
Paint Indonesia Tahun 2008. UI. 2008
NFPA 14 tentang Standard installation of Standpipe and Hose System and Hose System
Checklist, 2010
Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Permenaker No.05/MEN/1996 tentang Pedoman Teknis Audit Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Purnomo, Heru. Asesmen Risiko Kebakaran Pasar-Pasar di Wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Jurnal Teknologi, Edisi No.2 Tahun XXII, Juni 2008, 81-89 ISSN 0215-1685
Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. PT Bina Sumber Daya
Manusia. Jakarta. 1997
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT Gunung Agung,
1997
T. Lewis, Bernard. The Facility Manager’s Emergency Preparedness Handbook. New York:
Amacom. 2003
Towlson (1993)
World Health Organization (WHO). Risk Reduction and Emergency Preparedness. WHO
Document Production Services, Geneva: Switzerland. 2007