Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan
lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat
menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita
antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan
yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak
pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Dalam beberapa
tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan,
praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya
manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini. Setelah kita mengidentifikasi resiko
maka tindakan selanjutnya adalah mengukur resiko.dengan mengukur resiko kita
bisa mengetahui seberapa besar resiko itu. Hal ini penting, karena sebelum kita
menentukan sikap untuk mengendalikan resiko terlebih dahulu kita mengetahui
kadar resiko tersebut, hal inilah yang mendorong penulis untuk mengangkat
bagaimana cara mengukur resiko dengan mudah.
Menurut Smith : 1990, manajemen risiko adalah proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari suatu risiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari suatu perusahaan atau proyek yang bisa menimbulkan kerusakan
atau kerugian dalam perusahaan tersebut. Manajemen risiko adalah suatu cara untuk
mengorganisir suatu risiko yang nantinya akan dihadapi baik itu sudah diketahui
ataupun yang belum diketahui, juga yang tak terpikirkan dengan cara memindahkan
risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif dari risiko,
dan menampung baik sebagian atau semua konsekuensi risiko.
Manajemen risiko juga dapat disebut suatu pendekatan terstruktur untuk
mengelola suatu ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh sebab itu,

1
melalui manajemen risiko, diharapkan ketidakpastian yang menimbulkan kerugian
dapat dikurangi bahkan dihilangkan untuk keberlangsungan kegiatan di bidangnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan Risiko?
2. Apa yang di maksud dengan Manajemen Risiko?
3. Apa yang di maksud identifikasi Risiko?
4. Bagaimana Metode yang di gunakan dalam Identifikasi Risiko?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar mengetahui apa yang di maksud dengan risiko
2. Agar mengetahui apa yang di maksud dengan manajemen risiko
3. Agar mengetahui yang dimaksud dengan identifikasi risiko
4. Agar mengetahui bagaimana metode yang di gunakan dalam pengidentifikasian
risiko

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Risiko

2
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
perbuatan atau tindakan. Menurut Arthur J. Keown (2000), risiko adalah prospek
suatu hasil yang tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar). Definisi
risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return –ER) dengan tingkat
pengembalian aktual (actual return).
Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott (1978), risiko
didefinisikan sebagai;
a. Kans kerugian – the chance of loss
b. Kemungkinan kerugian – the possibility of loss
c. Ketidakpastian – uncertainty
d. Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan – the dispersion
of actual from expected result
e. Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan – the
probability of any outcome different from the one expected
Atau dapat diambil kesimpulan bahwa definisi risiko adalah suatu kondisi
yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.

2.2 Manajemen Risiko


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen
resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak
lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).

3
Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses
mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya
melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain
mentransfer resiko pada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek buruk
dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari resiko
tertentu.
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam
masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang
baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk menambah
nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk
memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan
dampak bagi organisasi.
Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi
kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran
organisasi. Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan
mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan
strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan
untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan
dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan
masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.
a. Katagori Resiko

4
Risiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk :.

1. Risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan
yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan
kerugian.Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah
risiko bisnis(business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya
disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama
investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko
yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah
suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga
dapat menimbulkan kerugian.
2. Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yng hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderiat
kebakaran,maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.
kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian
kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan,
kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu.
Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau
tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara
menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang
dikenal dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).

Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah


kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat
kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan
untung

b. Komponen Resiko

5
Risiko dalam manajemen risiko bukan sekedar suatu kejadian, peristiwa
atau kondisi yang dapat berkembang/terjadi, namun mencakup pula berbagai
informasi yang terkait dengan kejadian, peristiwa atau kondisi tersebut. Oleh
karena itu dalam proses identifikasi risiko, informasi yang dikumpulkan antara
lain mencakup:

1. Sumber risiko;stake holder, benda atau kondisi lingkungan yang dapat


memicu timbulnya risiko.
a. Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko yang terjadi di
dalam perusahaan atau proyek yang dapat dikontrol oleh manusia.
Risiko - risiko seperti ini biasanya timbul karena masalah
keuangan, organisasi, karyawan, lingkungan kerja, perubahan
produk dan masalah-masalah lain di dalam perusahaan atau
proyek yang tidak menunjang pencapaian yang diharapkan.
Akibatnya, terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek,
peningkatan biaya atau gangguan / interupsi pada arus kas.
b. Faktor risiko eksternal adalah faktor-faktor risiko di luar kontrol
/ kendali manusia, misalnya aktivitas di pasar uang / pasar modal,
kebijakan di bidang perpajakan, perubahan lingkungan / alam
(cuaca), dan lain-lain. Ketika risiko-risiko ini terjadi, yang paling
penting adalah bagaimana menghadapinya. Contoh faktor risiko
eksternal dalam rencana pembangunan jembatan yang
menghubungkan pulau Jawa dan Sumatra adalah gempa bumi
yang kuat dan tsunami, karena selat Sunda termasuk salah satu
area di dunia yang sangat sering diguncang gempa. Oleh karena
itu, jembatan itu harus dibangun dengan kekuatan yang sanggup
untuk menahan gempa bumi dan tsunami.
2. Kejadian : peristiwa yang dapat terjadi dan berdampak terhadap
pencapaian sasaran dan target.
3. Konsekuensi:dampak terhadap asset organisasi atau stake holder
4. Pemicu (apa dan mengapa) : faktor-faktor yang menjadi pemicu
timbulnya

6
5. Suatu peristiwa berisiko
6. Pengendalian : langkah-langkah antisipasi dan pencegahan awal yang
dapat dilaksanakan
7. Perkiraan kapan risiko terjadi dan dimana risiko itu dapat terjadi
elemen-elemen kunci diatas dapat bertambah atau malah berkurang
tergantung kebutuhan pada saat menetapkan konteks manajemen
risiko.

2.3 Identifikasi Resiko


Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi oleh karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (Opportunity), sedangkan ketidak pastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk). Secara
umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Jadi Identifikasi Resiko dapat dijabarkan sebagai proses dimana perusahaan
secara terus menerus mengidentifikasi kerugian property, liability, personal sebelum
terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau kerusakan atau
sebagai usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang mungkin
timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan.
Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen risiko
adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang
secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan
timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil perusahaan.
Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari
proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek,
harus diidentifikasi. Masih menurut Darmawi (2008) proses identifikasi harus

7
dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang
terlewatkan atau tidak teridentifikasi
Tahapan ini bertujuan untuk mengindentifikasi risiko yang harus dikelola
organisasi melalui proses yang sistematis dan terstruktur. Proses ini sangat penting
karena risiko yang tidak terindentifikasi pada proses ini tidak akan ditangani pada
proses-proses selanjutnya. Proses ini juga harus mengupayakan untuk
mengindentifikasikan risiko-risiko baik yang dalam kendali organisasi maupun
diluarkendali organisasi(eksternal). Proses tersebut dimulai dengan
mengindentifikasikan secara komperehensif, ekstensif dan intensif mengenai risiko
apa saja yang dapat terjadi, dimana dan bilamana. Setelah memperoleh daftar risiko
yang dapat terjadi maka dimulai analisis mengapa hal tersebut dapat terjadi dan
bagaimana terjadinya.
Sasaran indentifikasi risiko adalah mengembangkan daftar sumber risiko dan
kejadian yang komperehensif serta memiliki dampak terhadap pencapaian sasaran
dan target (atau elemen kunci) yang terindentifikasi dari konteks. Dokumen utama
yang dihasilkan dalam proses ini adalah daftar risiko(risk register)

a. Cara Mengindentifikasi Resiko


1. Identifikasi risiko berdasarkan tujuan.

Pendirian sebuah perusahaan tentulah mempunyai tujuan. Jadi, peristiwa-


peristiwa yang akan menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh
tujuan perusahaan akan diindentifikasikan sebagai risiko.
Contoh : Kebijakan moratorium / penghentian sementara izin baru alih
fungsi lahan gambut dan hutan alam menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI)
yang akan mulai diberlakukan pada awal tahun 2011 oleh Kementerian
Kehutanan untuk semua sektor industri, mulai dari perkebunan,
pertambangan sampai kehutanan, dapat diidentifikasikan sebagai risiko
yang akan dihadapi oleh pelaku bisnis di bidang perkebunan kelapa sawit,
pertambangan dan kehutanan yang telah merencanakan ekspansi bisnis

8
sebagai tujuan usaha mereka pada tahun 2010 sampai 2012, karena dengan
adanya kebijakan moratorium tersebut dapat membuat tidak tercapainya
sebagian / seluruh tujuan perusahaan.
2. Identifikasi risiko berdasarkan skenario.

Skenario yang dibuat dimana skenario-skenario tersebut merupakan


alternatif-alternatif cara untuk mencapai tujuan perusahaan. Jadi, peristiwa-
peristiwa yang memicu terjadinya alternatif skenario yang tidak
diharapkan / di luar yang telah ditetapkan perusahaan dapat
diidentifikasikan sebagai risiko Hasil dari identifikasi risiko adalah sebuah
daftar berisi risiko-risiko. Apa yang akan dilakukan terhadap risiko-risiko
yang telah didaftarkan itu tergantung dari sifat dari risiko-risiko itu.

b. Proses Identifikasi Risiko


Proses identifikasi tergantung dari jenis proyek yang sedang ditangani
dan kemampuan / keahlian / pengalaman dari tim manajemen risiko yang
ditugaskan untuk mengidentifikasi risiko-risiko, beberapa langkah yang perlu
dilakukan dalam proses identifikasi risiko, antara lain :
1. Proses identifikasi risiko dimulai dengan mengumpulkan peristiwa-
peristiwa yang dapat menimbulkan risiko bagi perusahaan atau suatu
proyek baru yang akan dikembangkan / dirintis oleh perusahaan itu. Pada
umumnya, sebagian besar proses identifikasi risiko dimulai dengan
mempelajari isu-isu dan hal-hal yang menjadi perhatian tim
pengembangan proyek. Contoh daftar identifikasi risiko-risiko adalah
manajemen, organisasi, peraturan pemerintah, pihak ke tiga, kondisi
ekonomi perusahaan, lingkungan, dan lain-lain.
2. Pengelompokan risiko, sesudah risiko-risiko diidentifikasi maka risiko-
risiko itu harus dikelompokkan dalam beberapa kelompok risiko yang
sejenis. Pengelompokkan risiko-risiko itu bertujuan untuk mencegah

9
terjadinya pengulangan dan membantu manajemen dalam proses
menganalisa risiko-risiko.
3. Pembentukan Tim, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan identifikasi risiko ? Perusahaan dapat membentuk
tim khusus untuk mengidentifikasi risiko yang terdiri dari manajer proyek,
anggota-anggota proyek, tim manajemen risiko, ahli-ahli dari luar tim
proyek yang menguasai / memahami proyek yang sedang dikerjakan, ahli
manajemen risiko dan pemegang saham.
c. Sumber Informasi Risiko :
1) Dokumen Internal · Laporan keuangan, strategi dan rencana, standar
dan prosedur operasi, dokumen SDM, surat perintah, dll. · Merupakan
target pencarian yang pertama dalam identifikasi risiko tetapi seringkali
tidak semua dokumen tertata dengan baik.
2) Dokumen Eksternal · Misalnya: koran, majalah, data publikasi, statistic
keuangan dan ekonomi, dan sumber lainnya. · Harus bisa memilah dan
memilih informasi yang penting bagi perusahaan.
3) Pihak Internal Perusahaan · Contoh: karyawan yang mengoperasikan
mesin selama bertahun-tahun dapat menjadi narasumber yang
kompeten.
Masalahnya karyawan seringkali tertutup dan berpersepsi semakin
banyak risiko di unit kerjanya, semakin buruklah cara kerja mereka. Ini
tentu saja salah. Tidak ada hubungan antara jumlah risiko dan kualitas
kerja.
4) Pihak Eksternal Perusahaan (konsumen, pemasok, pengamat, tenaga
ahli, pesaing, dll) · Melalui Focus Group Discussion yang melibatkan
mereka yang dianggap ahli. ·
Kriteria ahli:
(a) secara rutin menangani obyek yang sedang diidentifikasi risikonya
(b) orang di sekitarnya yang berpengaruh atau bisa mempengaruhi,
misalnya atasannya atau rekan kerjanya; dan
(c) ahli dalam bidang akademik mengenai obyek ybs.
2.4 Metode atau Teknik yang di gunakan pada Identifikasi Risiko
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi potensi bahaya
dalam kegiatan industri adalah sebagai berikut:

10
1. What if/check list
Dalam metode ini, setiap proses dipelajari melalui pendekatan
brainstorming untuk memformulasikan setiap pertanyaan meliputi kejadian
yang akan menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Masing-
masing pertanyaan dibagi ke dalam tahapan operasi, tekhnik, pemeliharaan dan
inspeksi. Setiap pertanyaan tersebut mempertimbangkan skenario terjadinya
insiden, identikasi konsekuensi, penilaian kualitatif untuk menentukan tingkat
keparahan konsekuensi, kemungkinan dari semua risiko yang ada dan
pembuatan rekomendasi untuk mengurangi bahaya. Metode what if/
checklist dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya potensial dari
setiap tahapan proses. Metode ini akan efektif apabila dilakukan oleh tim yang
berpengalaman untuk evaluasi suatu proses.
2. HAZOPS
Hazard and Operability Study (HAZOPS) digunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan dari operasional proses yang dapat
mempengaruhi efisiensi produksi dan keselamatan. HAZOPS merupakan
metode identifikasi risiko yang berfokus pada analisis terstruktur mengenai
operasi yang berlangsung. Dengan menggunakan HAZOPS, kita harus
mempelajari setiap tahapan proses untuk mengidentifikasi semua
penyimpangan dari kondisi operasi yang normal, mendeskripsikan bagaimana
bisa terjadi dan menentukan perbaikan dari penyimpangan yang ada.
3. FMEA
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) merupakan metode
identifikasi risiko dengan menganalisis berbagai pertimbangan kesalahan dari
peralatan yang digunakan dan mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut.
Kelemahan metode ini adalah tidak mempertimbangkan kesalahan manusia.
Dalam hal ini, FMEA mengidentifikasi kemungkinan abnormal atau
penyimpangan yang dapat terjadi pada komponen atau peralatan yang terlibat
dalam proses produksi serta konsekuensi yang ditimbulkan.
4. FTA
Fault Tree Analysis (FTA) merupakan suatu teknik yang dapat digunakan
untuk memprediksi atau sebagai alat investigasi setelah terjadinya kecelakaan

11
dengan melakukan analisis proses kejadian. FTA nantinya akan menghasilkan
penilaian kuantitatif dari probabilitas kejadian yang tidak diinginkan. FTA
merupakan metode yang paling efektif dalam menemukan inti permasalahan
karena dapat menentukan bahwa kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari
satu kegagalan. FTA merupakan kerangka berpikir terbalik di mana evaluasi
berawal dari insiden kemudian dikaji penyebabnya.

5. ETA
Event Tree Analysis (ETA) adalah metode yang menunjukkan dampak
yang mungkin terjadi dengan diawali oleh identifikasi pemicu kejadian dan
proses dalam setiap tahapan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan. Dalam
melakukan ETA, kita perlu mengetahui pemicu dari kejadian dan fungsi sistem
keselamatan atau prosedur kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan
langkah perbaikan terhadap dampak yang ditimbulkan.
6. JHA
Job Hazard Analysis (JHA) adalah tekhnik yang berfokus pada tahapan
pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum suatu kejadian
yang tidak diinginkan muncul. Metode ini lebih fokus pada interaksi antara
pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan lingkungan. Setelah diketahui bahaya
yang tidak bisa dihilangkan, maka dilakukan usaha untuk menghilangkan atau
mengurangi risiko bahaya ke tingkat level yang bisa diterima (OSHA 3071).
JHA dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis pekerjaan, namun terdapat
beberapa prioritas pekerjaa yang perlu dilakukan JHA, antara lain:
1. Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan/kesakitan yang tinggi
2. Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan luka,cacat atau sakit meskipun
tidak terdapat insiden sebelumnya
3. Pekerjaan yang bila terjadi sedikit kesalahan kecil akan dapat memicu
terjadinya kecelakaan parah atau luka
4. Pekerjaan yang baru atau mengalami perubahan dalam proses dan
prosedur
5. Pekerjaan cukup kompleks untuk ditulis instruksi pelaksanaannya

Teknik-teknik yang Dipakai Dalam Mengidentifikasi Risiko

12
1. Kumpulkan informasi
misalnya dengan cara : Tukar pikiran diantara tim dan mintalah setiap
orang untuk mengidentifikasi area-area mana saja yang berpotensi risiko.
Setiap orang mungkin bisa menuliskan 3 (tiga) sampai 5 (lima) peristiwa-
peristiwa yang mengandung risiko di areanya masing-masing. Dimulai dari
risiko utama sampai pada risiko-risiko yang lebih kecil yang merupakan
bagian dari risiko utama itu. Di papan tulis, orang pertama dapat menulis di
baris pertama, dilanjutkan dengan orang berikutnya untuk menghindari
duplikasi dan menghemat waktu. Keuntungan dari cara ini adalah masukan
dari seseorang dapat memicu timbulnya masukan lain dari orang berikutnya.
2. Interview
3. Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
4. Pengalaman pribadi dan intuisi
a. Buatlah sebuah daftar berisi risiko-risiko berdasarkan pengalaman masa
lalu atau pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari proyek sejenis
b. Lakukan pemetaan dimana kita harus membuat kategori risiko dari
seluruh risiko yang telah diidentifikasikan tersebut.
Risiko – risiko yang telah diidentifikasi dapat dikategorikan dalam :
1. Peristiwa-peristiwa yang mengandung risiko dan diprediksi akan
terjadi terus menerus, tapi kita tidak mengetahui bagaimana atau
berapa besar dampak kerugian yang ditimbulkan jika peristiwa-
peristiwa itu terjadi : perubahan dalam kondisi pasar, ketentuan-
ketentuan operasional, perubahan dalam sosial, politik dan
lingkungan, perubahan dalam perekonomian (perpajakan, nilai
tukar mata uang, tidak stabilnya tingkat suku bunga, inflasi),
kondisi cuaca yang ekstrim, perubahan selera pelanggan, tidak
tersedianya bahan mentah, dll. Contoh : kenaikan harga kertas
merupakan salah satu risiko yang diidentifikasi oleh penerbit buku.
Kenaikan harga kertas +/- 40% pada tahun 2010 ini memukul
industri buku. Penjualan buku menurun karena lonjakan harga
buku.

13
2. Peristiwa-peristiwa yang mengandung risiko, tapi jarang terjadi dan
kita berusaha melakukan tindakan untuk menghindari kerugian
akibat peristiwa-peristiwa itu. Contoh : bencana alam (banjir,
kebakaran, gempa bumi, letusan gunung berapi), tidak tersedianya
bahan mentah, terbatasnya / kurangnya modal kerja / pendanaan
untuk suatu proyek, faktor-faktor eksternal seperti terorisme,
sabotase, perang, dll
3. Peristiwa-peristiwa yang mengandung risiko yang terjadi di dalam
internal bisnis / organisasi. Contoh : tujuan perusahaan yang tidak
realistis, manajemen yang tidak kompeten, minimnya
kepemimpinan manajemen, sistim komunikasi yang tidak berjalan
baik di dalam perusahaan, karyawan mogok kerja, prosedur
seleksi / rekrutmen karyawan yang tidak memadai, tugas &
tanggung jawab yang tidak jelas.
4. Peristiwa-peristiwa yang mengandung risiko yang bersifat teknis :
bekerja dalam kondisi yang tidak aman dapat menyebabkan
kecelakaan, tingkat keamanan kerja yang tidak sesuai standar, dll.
5. Politik, misalnya perubahan dalam kebijakan / peraturan
pemerintah, pergantian kabinet, dll.
6. Hukum dan peraturan pemerintah
Contoh : Berdasarkan Ketentuan Badan Standar Nasional Indonesia
No. 13-6910-2002 tentang Operasi Pengeboran Darat dan Lepas
Pantai di Indonesia, maka sumur-sumur pengeboran harus berjarak
sekurang-kurangnya 100 meter dari jalan umum, rel kereta api,
perumahan atau tempat-tempat lain dimana sumber nyala api dapat
timbul dan berdasarkan Perda No. 16 tahun 2003 peruntukan lokasi
sebenarnya bukan untuk pertambangan. Tetapi, fakta yang terjadi
adalah jarak sumur pengeboran gas bumi di Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur dengan pemukiman penduduk terlalu dekat (kurang lebih 5
meter) dan pengeboran dilakukan di kawasan industri. Hal ini
merupakan risiko yang harus diidentifikasi oleh Lapindo Brantas

14
Inc. sebelum melakukan pengeboran. Karena, bila terjadi
kecelakaan pada saat pengeboran, maka ekologi dan manusia di
sekitar lingkungan akan terkena dampaknya. Pihak Lapindo pun
harus menanggung kerugian finansial bila terjadi kesalahan
pengeboran.
5. Analisa daftar risiko-risiko tersebut
Suatu proses Analisa identifikasi risiko akan menghasilkan daftar risiko
yang memuat informasi mengenai risiko-risiko yang telah diidentifikasikan,
akar penyebab terjadinya risiko dan kategori risiko-risiko.Identifikasi Resiko
perlu dilakukan secara terus menerus karena risiko-risiko baru bisa saja
muncul ke permukaan ketika suatu proyek sedang berlangsung /
dikerjakan.erlukan perhatian lebih untuk menertibkannya.
6. Analisis Sekuen Risiko
Risiko mempunyai sekuen dari sumber risiko sampai kemudian
munculnya kerugian karena resiko tersebut.
Contohnya : Kebakaran, adalah bahwa api merupakan sumber resiko
pertama. Api menyebabkan kerugian bagi organisasi kemudian adafaktor
resiko yang menjadi katalis yaitu yang mempercepat atau memperbesar
munculnya kejadian yang tidak diinginkan.Faktorresiko tersebut adalah
minyak tanah yang ditaruh dekat kompor. Situasi tersebut akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kebakaran. Jika terjadi kebakaran maka gedung
tersebut akan terbakar. Dengan kata lain, gedung tersebut menghadapi
eksposur terhadap risiko kebakaran. Kemudian akan terjadi kejadian yang
tidak diinginkan yaitu kebakaran yang menyebabkan kerugian
Setelah melakukan analisis sekuen kita bisa melakukan pencegahan
munculnya kejadian yang tidak diinginkan dengan fokus terhadap sekuen
yang terjadi. Contohnya untuk menghadapi faktor resiko atau bangunan yang
menghadapi eksposur terhadap kebakaran dapat dilakukan dengan cara
menggunakan kompor listrik, menjauhkan minyak tanah. Dengan demikian,
bisa mengurangi kerusakan gedung karena kebakaran

15
7. Mengidentifikasi Sumber-sumber risiko
Dengan memperluas pengamatan terhadap sumber-sumber risiko. Sumber-
sumber resiko dilingkungan sekitar kita :
a. Lingkungan fisik : bangunan yang dimakan usia sehingga menjadi
rapuh, sungai yang menyebabkan banjir, gempai, badai, topan.
b. Lingkungan sosial : Kerusuhan sosial, demonstrasi, konflik dengan
masyarakat lokal, pemogokan pegawai, perampokan.
c. Lingkungan politik : perubahan perundang, perubahan aturan,
konflik antar negara yang mendorong boikot produk perusahaan.
d. Lingkungan legal : gugatan karena gagal mematuhi peraturan dan
perundangan yang berlaku.
e. Lingkungan operasional : kecelakaan kerja, kerusakan mesin,
kegagaglan sistem komputer, serangan virus terhadap komputer.
f. Lingkungan ekonomi : kelesuhan ekonomi, inflasi yang tidak
terkendali.
g. Dengan mematuhi sumber-sumber risiko kita bisa memperoleh
gambaran risiko apa saja yang mungkin muncul dan membahayakan
organisasi. Alternatif katagori sumber risiko :
h. Konsumen : keluhan dari konsumen yang mengakibatkan
kekecewaan dan tidak mau membeli produk perusahaan, konsumen
merasa rugi kemudian menuntut perusahaan.
i. Supplier : pasokan dari supplier tidak sesuai yang diharapkan.
j. Pesaing : pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik, pesaing
menurunkan harga yang bisa mengakibatkan persaingan harga.
k. Regulator : perusahaan gagal mematuhi perusahaan yang berlaku,
perubahan perundangan yang berlaku mengakibatkan perusahaan
rugi.

8. Teknik pendukung lainnya


a) Metode laporan keuangan
Metode tersebut dimulai dengan melihat rekening-rekening dengan
laporan keuangan. Dari rekening tersebut kemudian dianalisis resiko
apasaja yang bisa muncul dari rekening yang melibatkan rekening
tersebut.

16
Contoh : khas merupakan salahsatu rekening di neraca, risiko yang bisa
muncul atau melibatkan khas misalnya pencurian khas, penyelewengen
khas, dll
b) Menganalisis flow chart kegiatan dan operasi perusahaan
Metode ini berusaha melihat sumber risiko dari flow chart kegiatan dan
operasi perusahaan. Metode ini sangat sesuai untuk risiko tertentu seperti
risiko dari proses produksi.
Proses produksi dimulai dengan masuknya input, mengerjakan input
sampai menjadi output tertentu. Dalam rangkaian kegiatan produksi ada
kemungkinan muncul kejadian yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan
kerja, kerusakan mesin, dll
Dengan mengamati prosesnya kita bisa mengidentifikasi sumber risiko
yang menyebabkan kejadian negatif tersebut.
c) Analisis Kontrak
Bertujuan melihat resiko yang bisa muncul karena kontrak tertentu.
Resiko ini berkaitan dengan resiko tuntutan hokum.
d) Catatan Satistik Kerugian dan Laporan Kerugian Perusahaan
Jika perusahaan mempunyai database yang baik maka dapat mencatat
kerugian-kerugian.Analisis terhadap penyimpangan dapat membantu
mengidentifikasi sumber-sumber resiko.
e) Survei atau wawancara terhadap manajer
Manajer paling tahu operasi perusahaan termasuk resiko-resiko yang
dihadapi. Sebagai ilustrasi, United Grain Growers yang merupakan
perusahaan di bidang pertanian di Canada melakukan sesi brainstroming
antara manajer dan konsultan manajer resiko.

2.5 Penggunaan Pihak Luar untuk Mengidentifikasi Risiko


Manajer risiko boleh percaya pada agen asuransi, broker, atau konsultan
menajemen risiko untuk melakukan pekerjaan yang terinci mengidentifikasikan
risiko. Akan tetapi mempercayai saja sepenuhnya pihak luar untuk
pengidentifikasikan risiko pada suatu ketika bisa mengandung kelemahan:

17
1. Pertama, walaupun banyak dari agen asuransi dan broker lebih baik dan
lebih berpengalaman menemukan risikko pada berbagai perusahaan.
2. Kedua, disebabkan oleh waktu dan energi yang dikerahkan dalam
mempersiapkan survei menyelurh, terutama bagi perusahaan besar
Tetapi kelemahan inisudah berangsur hilang,karena makin banyak konsultan
manajeman risiko yang berpraktek atas dasar kontrak kerja dengan perusahaan yang
bersangkutan, dan tidak ada hubungannya dengan dengan perusahaan asuransi yang
ingin memasarkan asuransinya

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam
masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang
baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk menambah
nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk
memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan
dampak bagi organisasi.
Identifikasi Resiko dapat dijabarkan sebagai proses dimana perusahaan
secara terus menerus mengidentifikasi kerugian property, liability, personal sebelum
terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian atau kerusakan atau

18
sebagai usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang mungkin
timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa seharusnya kita lebih memahami bagaimana sebenarnya
konsep dancara mengidentifikasi sebuah risiko, sehingga kita dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mempermudah kita dalam
mengambil sebuah keputusan yang akan kita ambil dengan risiko yang paling kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Ahmad. 2008. Manajemen Risiko( ringkasan).


https://ahmad.web.id/manajemen-risiko-sebuah-
ringkasan/#Penggunaan_Pihak_Luar_untuk_Mengidentifikasikan_Risiko

Fandini, S.D. (2011) .Cara Mengidentifikasi Risiko.


http://nyaritugas.blogspot.co.id/2011/12/cara-mengidentifikasi-resiko.html

Gunawan, Jeffry. 2016. Manajemen Risiko


http://e-journal.uajy.ac.id/402/3/2MTS01427.pdf

Hanafi. 2014. Modul Risiko, Proses Manajemen Risiko, dan Enterprise Risk
Management.
http://repository.ut.ac.id/4789/1/EKMA4262-M1.pdf

19
Mulyana, D. (2011) .Prinsip- prinsip Pengidentifikasian Risiko.
https://deden08m.files.wordpress.com/2011/09/kuliah-3-prinsip2-
pengidentifikasian-risiko.pdf.

Nugroho, A. (2013). Prinsip-Prinsip Pengidentifikasian Risiko.


http://masgug.blogspot.co.id/2013/05/blog-post.html.

Rini. 2017. Pengenalan Metode Identifikasi Risiko.


https://www.synergysolusi.com/berita/berita-k3/pengenalan-metode-
identifikasi-bahaya
Rumra, Rahmawati. Dkk. 2018. Konsep Dan Cara Mengidentifikasi Sebuah
Resiko.
https://www.academia.edu/38566521/Identifikasi_sebuah_resiko.docx

20

Anda mungkin juga menyukai