Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PEMBENTUKAN ETIK

Etik adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma – norma atau dari
sudut baik dan buruk. Etika berasal dar istilah etik, istilah ini berasal dari Greek yang
mengandung arti kebiasaan atau cara hidup. Etika berasal dari bahasa yunani kuno yang
banyak arti : tempat tinggal yang biasa, padang rumput , kadang kebiasaan, adat, ahlak,
watak, kebiasaan, perasaan , sikap. (Menurut K. Bertens).

Etika termasuk filsafat dan malah di kenal sebagai salah satu cabang filsafat yang paling tua

Etika adalah Ilmu pengetahuan tentang asas-asas ahlak ( moral), jadi kamus lama hanya
mengenal satu arti yaitu Etika sebagai ilmu.(Poerwadarminta , sejak 1953).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang Baru (Departemen Pendidikan dan kebudayaan 1988)

Yaitu menjelaskan dengan membedakan 3 hal :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
( Akhlak).
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.

Sejarah Etika

Secara Historis sebagai usaha filsafat lahir dari keambrukan tatanan moral di lingkungan
kebudayaan yunani 2.500 tahun lalu. Karena pandangan- padangan lama tentang baik dan
buruk tidak lagi dipercaya para filosof mempertanyakan kembali norma-norma dasar bagi
kelakuan manusia.

ETIKA SEBAGAI ILMU FILSAFAT

Etika yang berarti timbul dari kebiasaan adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualias yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencangkup analisis dan penerapan konsep seperti benar,
Salah, baik , buruk dan tanggung jawab.

St.John of Damascus (abad ke 7 Masehi) menempatkan etika didalam kajian filsafat praktik.
(pratical philosophy).

Etika sebagai satu ilmu , obyek dari etika adalah tingkah laku manusia.etika memiliki sudut
pandang normatif maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.
Etika merupakan sebuah pemahaman mengenai tindakan yang benar atau salah dalam
kehidupan manusia yang biasanya ditunjukkan dengan menghargai tingkah laku dan
kepercayaan, serta melindungi hak-hak manusia. (Aiken, 2014)

Etika memberikan keputusan tentang tindakan yang dilakukan oleh individu benar-tepat atau
bermoral. Etika profesi adalah sebuah pedoman dalam meningkatkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggota dalam profesi tersebut sesuai dengan standar moral yang diyakini
organisasi. Sedangkan etika profesi keperawatan adalah sebuah filsafat yang meberikan
arahan mengenai tanggung jawab moral dalam mendasari pelaksanaan praktik dalam
keperawatan. (Suhaemi, 2002)

Tujuan etik

Secara umum tujuan etika profesi keperawatan ialah membuat dan mempertahankan
kepercayaan dari pasien kepada perawat, kepercayaan antara sejawat perawat dan
kepercayaan masyarakat terhadap keperawatan. Tujuan etika dalam profesi keperawatan
menururt American Ethics Commission Bureu on Teaching adalah :

1. Mengenali dan mengidentifikasi usur dari moral dalam praktik pelayanan


keperawatan
2. Membangun strategi dalam analisis permasalahan moral dalam praktik pelayanan
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral yang dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri,
keluarga, lingkungan social dan kepada Tuhan (Suhaemi, 2002)

Manfaat etik

Berikut ini dijabarkan alasan mengapa etika penting dipelajari dalam ruang lingkup :

1. Memberi kesempatan untuk melakukan refleksi mengenai persoalan dasar di


kehidupan manusia, baik persoalan megenai nilai dan hakikatnya ataupun persoalan
mengenai kepentingan lain dibalik nilai tersebut.
2. Dalam kehidupan sebagai manusia setiap harinya dituntut untuk melakukan
pertimbangan moral dan pilihan moral. Selain itu pemahaman mengenai etika akan
membantu individu untuk meningkatkan perspektif, melakukan eksplorasi pemilihan
pertimbangan, mampu melihat refleksi dan membantu berpikir kritis terhadap setiap
keputusan moral yang diambil.
3. Meingkatkan kemampuan kognitif manusi, karena individu dilatih untuk
menggunakan penalaran dan logika secara detail, terarah,dan sistematis dalam
menjawab permasalahan di kehidupan. Selain itu pembelajaran etika juga membuat
individu menemukan sudut pandang lain dari permasalahan yang dihadapi dan
memberikan individu kesempatan untuk mengekspresikan buah pikirannya dengan
terarah dan hati-hati. (Setyabudi & Hasibuan, 2017)

Teori Etik Deontologi


Deontologi melihat etik sebagai suatu yang bersifat intrinsik atau niat bagi
sebuah tindakan yang akan dilakukan. Diambil dari Stanford Encyclopedia of
Philoshopy dalam (Rahman, 2015) menyebutkan deontologi berasal dari kata 'deon'
yang dimaksud sebagai 'duty' yang artinya tanggung jawab dan 'logos' yang artinya
ilmu. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan deontologi menempatkan etik berdasarkan
kewajiban dan tanggungjawab. Deontologi berbeda dengan filsafat aretaic karena
teori yang membahas tentang panduan mengenai suatu yang boleh atau tidak boleh
dilakukan (Rahman, 2015)

Tokoh yang mencetuskan teori deontologi ini adalah Imanuel Kant (1724-
1804). Dalam pandangannya sebuah tindakan akan dinilai baik jika tindakan tersebut
didasarkan pada tanggungjawab dan kewajiban bukan atas dasar hasil dari yang dia
kerjakan. Prinsip Kant menegaskan bahwa tindakan yang baik tidak berdasarkan
kesan tetapi berdasarkan motif dan tujuan. Penafian atas segi kesan dan hasil ini
menyebabkan pendapat Kant tidak dapat diterima oleh sebagian tokoh seperti filsafat
lain seperti Durkehim (1858–1917) dan W. D. Ross (1877-1971) yang menyebutkan
bahwa tindakan yang diambil tanpa memikirkan kesan adalah sesuatu yang mustahil.
Teori kewajiban dan tanggungjawab Kant ini tidak dapat digunakan dalam penentuan
keutamaan tindakan yang mana jika dihadapkan pada banyak kewajiban dan banyak
tanggungjawab (Rahman, 2015).

Inti dari pandangan Kant adalah tindakan akan baik jika intrinsiknya juga baik.
Fokus teori ini adalah tentang kewajiban dan wewenang (Bertes, 2007). Deontologi
menyatakan bahwa tindakan yang diambil harus memperhatikan tugas-tugas dan hak-
hak orang lain sebagai pertimbangan utama. Implikasi dari Deontologi ini adalah
seseorang dapat tetap dinilai salah secara etik deontologi meski telah memberikan
hasil terbaik dan sebaliknya, seseorang tetap dinilai benar secara etik deontologi
meski menghasilkan suatu hal yang buruk. Jadi baik dan buruknya suatu tindakan
tidak dilihat berdasarkan akibat dari tindakan tersebut (Kantor, Mukhlison & Patta
Rappana, 2017)

Teori Etika Teleologi

Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud, dan logos,
perkataan ( Henk ten Napel 2009). Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu
dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Teleologi merupakan sebuah studi tentang
gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud,
kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses
perkembangan (Lorens Bagus, 2000).

Etika Teologi memusatkan perhatian pada manfaat dari suatu tindakan. Pandangan ini
berpendapat bahwa rangkaian tindakan yang benar adalah yang menghasilkan paling banyak
manfaat untuk sebagian besar orang (Chruchill JR, Gilbert A, 2005). Dalam dunia etika,
teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan
dilakukan. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan
menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan demikian
tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hokum (Darmaputera
Eka, 1993).

DASAR PEMBENTUKAN MORAL

Perkembangan zaman yang sangat pesat dalam berbagai bidang membawa perubahan yang
cukup signifikan. Tentunya perubahan tersebut memiliki dampak yang positif dan negatif.
Kemajuan dan cepatnya informasi yang diterima oleh masyarakat adalah dampak positif yang
bisa dirasakan akan tetapi hal tersebut juga memiliki satu hal yang menggelisahkan yaitu
masalah moral karena banyak orang merasa tidak punya pegangan lagi tentang norma
kebaikan terutama pada bidang-bidang yang mengalami kemajuan sangat
pesat.(Hadiwardoyo, 1990)

Istilah moral berasal dari bahas latin , mos (jamaknya mores) yang berarti adab atau cara
hidup. Sedangkan menurut etimologinya sama dengan etika, sekalipun bahasa asalnya
berbeda. (Sumarto, 2017)
Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah baik dan buruk, yang sesuai dengan
kesepakatan sosial yang mendasari tindakan atau pemikiran. (Ibung, 2009)

Moral adalah ajaran baik dan buruk yang diterima umum, mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila (KBBI, 1989)

Moral selalu mengacu pada baik dan buruknya sebagai manusia bukan sebagai profesi
tertentu, bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya
sebagai manusia. Untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia yang dilihat
dari segi baik dan buruknya manusia dan bukan sebagai pelaku tertentu dan terbatas maka
diperlukan norma-norma moral (Sumarto, 2017)

Keutamaan moral kemampuan yang dicapai oleh seseorang untuk bersikap batin atau berbuat
secara benar. Untuk mencapai keutamaan tersebut diperlukan ketekunan usaha pribadi
maupun dukungan positif dari lingkungan bahkan bantuan dari Tuhan sendiri.(Hadiwardoyo,
1990)

Jadi dapat disimpulkan bahwa moral berkaitan erat dengan suatu keyakinan tentang benar dan
salah dalam melakukan suatu tindakan dan pemikiran yang dapat diterima secara sosial,
lingkungan dan dapat diukur oleh norma-norma moral.

PERBEDAAN ETIKA DAN MORAL

1. Etika
Etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu ethos atau ethicos, yang artinya adalah
adat istiadat, watak, akhlak, sikap, cara berpikir atau kebiasaaan yang baik. Etika
merupakan ilmu yang membahas tentang tingkah laku manusia dan adat kebiasaan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk, serta tentang hak dan kewajiban moral (Susanto. A, 2011). Etika
merupaan cabang ilmu filosofi yang digunakan untuk mempelajari perilaku manusia
dan cara-cara menjadi manusia yang ideal (Rich, K.R, ). Etika merupakan sebuah
pedoman tentang keputusan manusia dalam berperilaku. Etika ini biasanya berlaku
hanya pada golongan dan kelas tertentu, seperti etika yang dianut oleh profesi
perawat, dokter, dan guru.
Etika sering digunakan dalam kegiatan organisasi dan dengan kode etik
profesi, seperti etika medis dan bisnis yang sering kali diformalkan dalam bentuk
aturan atau pedoman lengkap tentang aturan perilaku karyawan yang diharapkan di
tempat kerja. Contoh peilaku tersebut adala menjaga kerahasiaan pasien,
memnghormati otonomi, dan sebagainya.
2. Moral
Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu mores, yang memiliki arti kebiasaan, watak,
kelakuan, tabiat, atau cara hidup (Susanto. A, 2011). Moral merupakan penilaian
tentang baik dan buruknya suatu perilaku yang berlandaskan agama dan budaya yang
di anut. Moral merupakan perilaku manusia dengan mengunakan etika yang
dipertanggungjawabkan kepada tuhan (Suhaemi, 2004). Moral adalah suatu keyakinan
perilaku, dan tatacara tertentu yang diturunkan dari etika. Moral seseorang di nilai
baik atau buruk melalui analisis etika secara sistematis. Orang yang berperilaku
bertentangan dengan standar prinsip etika social, budaya, agama atau profesionalisme
disebut sebagai tindakan immoral (Rich, K.L, ).
Moralitas lebih sering digunakan dengan cara-cara individu dalam melakukan
kehidupan pribadinya di masyarakat. Biasanya dikaitkan dengan kejujuran, perilaku
yang baik dan standar perilaku interpersonal yang dapat diterima seperti kejujuran dan
kesopanan.

Perbedaan etika dan moral


Etika Moral
Asal kata Berasal dari Bahasa yunani, yaitu Berasal dari Bahasa Latin, yaitu
ethos, yang artinya adat istiadat, mores, yang artinya adalah
watak, akhlak, cara berfikir dan kebiasaan, watak, tabiat,
kebiasaan yang baik carahidup, atau kelakuan.
Landasan Etik digunakan dalam penilaian baik Moral dijadikan penilaian benar
dan buruknya perilaku seseorang atau salahnya perilaku
seseorang
Sumber Etik berasal dari keyakinan dan Moral merupakan pedoman
pemikiran pribadi dan kelompok tentang baik, buruk, benar,
salah, yang bersumber pada
ajaran agama atau pandangn
hidup.
Penggunaan Etika sering digunakan sehubungan Moralitas lebih sering
dengan kegiatan organisasi dan digunakan dengan cara-cara
dengan kode etik profesi individu dalam melakukan
kehidupan pribadinya di
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Tonia Dandry. 2004. Legal,Ethical, and Political Issues in Nursing 2nd edition. F.A
Davis Company: Philadelphia
Bertes. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Betrens.K, ( 2013). Etika. Jakarta : Kanisius
Hadiwardoyo Purwa AL, Moral dan Masalahnya, Kanisius Jogjakarta 1990
Ibung Dian, Mengembangkan Nilai Moral pada Anak, Elex Media Komputindo Jakarta 2009
Is, Muhammad Sadi. 2015. Etika dan Hukum Kesehatan. Penerbit Kencana : Jakarta
Kantor, Mukhlison & Patta Rappana. 2017. Filsafat Manajemen. Makassar: Selebes Media
Perkasa
Rahman, Kamal AA. Kecelaruan Nilai dalam Falsafah Etika. Jurnal Pengajian Islam. 2015; 8
(1) 131-144
Rich, K.L. Introduction to Ethics. Di kutip 10 September 2019 dari:
https://samples.jbpub.com/9781449649005/22183_CH01_Pass3.pdf
Setyabudi, M Nur Prabowo., Hasibuan, Albar Adetary. 2017. Pengantar Studi Etika
Kontemporer. UB press : Malang
Soas. 2009. Introduction to Ethics. Dikutip 10 September 2019 dari
https://www.soas.ac.uk/cedep-demos/000_P563_EED_K3736-
Demo/module/pdfs/p563_unit_01.pdf
Staunton, Patricia J., Chiarella, Mary. 2013. Law for Nurses and Midwives Ed 7th. Libby
Hutson:Australia
Suhaemi, M.E. 2004. Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC
Sumarto, Filsafat Ilmu, Pustaka Ma’arif Press Jambi 2017
Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu : Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai