Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan sistem usaha pembangunan masyarakat supaya lebih produktif
dan efisien, diperlukan teknologi.Pengenalan teknologi yang telah berkembang di dalam
masyarakat adalah teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, atau yang dikenal
dengan "teknologitepat guna" atau teknologi sederhana dan proses pengenalannya banyak
ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Pertumbuhan dan perkembangan teknologi, ditentukan oleh kondisi dan tingkat isolasi dan
keterbukaan masyarakat serta tingkat pertumbuhan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
tersebut.Untuk memperkenalkan teknologi tepat guna perlu disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu
kebutuhan yang berorientasi kepada keadaan lingkungan geografis atau propesi kehidupan
masyarakat yang bersangkutan.Teknologi yang demikian itu merupakan barang baru bagi
masyarakat dan perlu dimanfaatkan dan diketahui oleh masyarakat tentang nilai dan
kegunaannya. Teknologi tersebut merupakan faktor ekstern dan diperkenalkan dengan maksud
agar masyarakatyang bersangkutan dapat merubah kebiasaan tradisional dalam proses
pembangunan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu obat pada ibu hamil?
2. Apa itu vaksin pada ibu hamil?
3. Apa itu teknologi tepat guna pada kehamilan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu obat pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui apa itu vaksin pada ibu hamil.
3. Untuk mengetahui apa itu teknologi tepat guna pada kehamilan

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Obat pada Ibu Hamil


1. Definisi Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk
manusia. (UU no.36 th.2009).Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).

2. Manfaat Obat
a. Untuk pencegahan penyakit.
b. Menyembuhkan penyakit.
c. Memulihkan (rehabilitasi ) kesehatan.
d. Peningkatan kesehatan.
e. Mengurangi rasa sakit.
f. Penetapan diagnosa.

3. Farmakodinamika Obat Selama Kehamilan


a. Mekanisme kerja obat ibu hamil.
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan kadang
dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak
berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah
jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil
membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil.Contohnya glikosida jantung
dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung pada
kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang
diinduksi oleh kehamilan ( Anonim, 2006).

2
b. Mekanisme kerja obat pada janin.
Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang dengan pesat, yang
berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil yang ditujukan untuk pengobatan janin
walaupun mekanismenya masih belum diketahui jelas.Contohnya kortikosteroid diberikan untuk
merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur. Contoh lain adalah
fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati untuk metabolisme bilirubin sehingga
insidensjaundice ( bayi kuning) akann berkurang. Selain itu fenobarbital juga dapat menurunkan
risiko perdarahan intrakranial bayi kurang umur. Anti aritmia juga diberikan pada ibu hamil
untuk mengobati janinnya yang menderita aritmia jantung ( Anonim, 2006).
c. Kerja obat teratogenik.
Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi struktur janin pada saat
terpapar. Thalidomid adalah contoh obat yang besar pengaruhnya pada perkembangan anggota
badan (tangan, kaki) segera sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini akan berefek pada saat
waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu selama minggu ke empat sampai minggu ke tujuh
kehamilan. Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan efek teratogenik belum diketahui dan
mungkin disebabkan oleh multi factor, sebagai berikut (Anonim, 2006) :
1) Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung mempengaruhi
jaringan janin.
2) Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta sehingga
mempengaruhi jaringan janin.
3) Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin, misalnya
vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan normal. Dervat vitamin A
(isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang potensial.
4) Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan pada abnormalitas.
Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan dapat menurunkan insiden kerusakan pada
selubung saraf , yang menyebabkan timbulnya spina bifida. Paparan berulang zat teratogenik
dapat menimbulkan efek kumulatif. Misalnya konsumsi alkohol yang tinggi dan kronik pada
5) kehamilan, terutama pada kehamilan trimester pertama dan kedua akan menimbulkan fetal
alcohol syndrome yang berpengaruh pada sistem saraf pusat, pertumbuhan dan
perkembangan muka ( Anonim, 2006).

3
d. Pengaruh Obat Pada Janin
Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik maupun letal, tergantung
pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat minum obat.Pengaruh toksik adalah jika obat yang
diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi
dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah
kelahiran.Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomik
pada petumbuhan organ janin.Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal.
Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal, adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam
kandungan ( Anonim, 2008). Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam,
sesuai dengan fase-fase berikut ( Anonim, 2008):
1) Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat dapat
memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk
biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
2) Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada fase
ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh
teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain :
a) Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul
kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya pemakaian
hormon dietilstilbestrol pada trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan
terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada saat
mereka sudah dewasa).
b) pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
c) pengaruh sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan
organ, seperti misalnya fokolemia karena talidomid.
3) Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi maturasi
dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada
fase ini tidak berupa malformasi anatomik lagi. tetapi mungkin dapat berupa gangguan
pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ. Demikian
pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula dialami janin, meskipun mungkin dalam
derajat yang berbeda. Sebagai contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena
selama masa akhir kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetikanarkotik; atau

4
terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin. Dalam
upaya mencegah terjadinya yang tidak diharapkan dari obatobat yang diberikan selama
kehamilan, maka oleh U.S. Food and Drug Administration (FDA-USA) maupun Australia
Drug Evaluation Commitee, obat-obat dikategorikan sebagai berikut ( Anonim, 2008):
a) Kategori A:
Yang termasuk dalam kategori ini adalah obat-obat yang telah banyak digunakan oleh
wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi malformasi janin atau pengaruh buruk
lainnya. Obat-obatyang termasuk dalam kategori A antara lain adalah
parasetamol,enisilin, eritromisin, glikosida jantung, isoniazid serta bahan-bahan
hemopoetik seperti besi dan asam folat.
b) Kategori B:
Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada wanita hamil
masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau pengaruh
buruk lainnya pada janin. Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian pada wanita
hamil, maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada studi
toksikologi pada hewan, yaitu :
B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian kerusakan janin
(fetal damage). Contoh obat-obat yang termasuk pada kelompok ini misalnya simetidin,
dipiridamol, dan spektinomisin.
B2: Data dari penilitian pada hewan belum memadai, tetapi ada petunjuk tidak
meningkatnya kejadian kerusakan janin, tikarsilin, amfoterisin, dopamin, asetilkistein,
dan alkaloid belladona adalah obat-obat yang masuk dalam kategori ini.
B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan janin, tetapi
belum tentu bermakna pada manusia. Sebagai contoh adalah karbamazepin, pirimetamin,
griseofulvin, trimetoprim,dan mebendazol.
c) Kategori C:
Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin tanpa disertai
malformasi anatomic semata-mata karena efek farmakologiknya.Umumnya bersifat
reversibel (membaik kembali).Sebagai contoh adalah analgetika-narkotik, fenotiazin,
rifampisin, aspirin, antiinflamasi non-steroid dan diuretika.

5
d) Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian malformasi janin pada
manusia atau menyebabkan kerusakan janin yang bersifat ireversibel (tidak dapat
membaik kembali).Obat-obat dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik
yang merugikan terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon fenobarbiton,
kinin, klonazepam, valproat, steroid anabolik, dan antikoagulansia.
e) Kategori X
Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti mempunyai risiko
tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap (irreversibel) pada janin jika diminum
pada masa kehamilan.Obat dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama
kehamilan.Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol.

4. Pemakaian Beberapa Obat Analgetika, Antiinflamasi dan AntibiotikSelama Kehamilan


a. Analgetika
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum dijumpai. Hal iniberkaitan dengan masalah
fisiologis dari si ibu, karena adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan, maupun sebab-
sebab yang lain. Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang, pemberian obat
pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relative pendek. Untuk nyeri yang
berkaitan dengan proses radang, umumnya diperlukan pengobatan dalam jangka waktu tertentu.
Penilaian yang seksama terhadap penyebab nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan
jenis obat yang paling tepat.
b. Analgetika-narkotika
Semua analgetika-narkotika dapat melintasi plasenta dan dari berbagai penelitian pada hewan
uji, secara konsisten obat ini menunjukkan adanya akumulasi pada jaringan otak janin. Terdapat
bukti meningkatkan kejadian permaturitas, retardasi pertumbuhan intrauteri, fetal distress dan
kematian perinatal pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sering mengkonsumsi
analgetika-narkotik. Keadaan withdrawl pada bayi-bayi yang baru lahir tersebut biasanya
manifes dalam bentuk tremor, iritabilitas, kejang, muntah, diare dan takhipnoe.Metadon, jika
diberikan pada kehamilan memberi gejala withdrawal yang munculnya lebih lambat dan sifatnya
lebih lama dibanding heroin. Beratnya withdrawal karena metadon nampaknyaberkaitan dengan
meningkatnya dosis pemeliharaan pada ibu sampai di atas 20mg/hari Petidin, dianggap paling

6
aman untuk pemakaian selam proses persalinan. Tetapi kenyataannya bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang mendapat petidin selama proses kelahiran menunjukkan skala neuropsikologik
yang lebih rendah disbanding bayi-bayi yang ibunya tidak mendapat obat ini, atau yang
mendapat anestesi lokal. Dengan alasan ini maka pemakaian petidin pada persalinan hanya
dibenarkan apabila anestesi epidural memang tidak memungkinkan.
c. Analgetika-antipiretik
Parasetamol, merupakan analgetika-antipiretik yang relatif paling aman jika diberikan selama
kehamilan.Meskipun kemungkinan terjadinya efek samping hepatotoksisitas tetap ada, tetapi
umumnya terjadi pada dosis yang jauh lebih besar dari yang dianjurkan.Antalgin, dikenal secara
luas sebagai pengurang rasa nyeri derajat ringan.Salah satu efek samping yang dikhawatirkan
pada penggunaan antalgin ini adalah terjadinya agranulositosis.Meskipun angka kejadiannya
relatif sangat jarang, tetapi pemakaian selama kehamilan sebaiknya dihindari.
d. Anti-Inflamasi
Dengan dasar mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis prostaglandin, efek samping
obat-obat antiinflamasi non-steroid kemungkinan lebih sering terjadi pada trimester akhir
kehamilan. Dengan terhambatnya sintesis prostaglandin, pada janin akan terjadi penutupan
duktus arteriosus Botalli yang terlalu dini, sehingga bayi yang dilahirkan akan menderita
hipertensi pulmonal. Efek samping yang lain adalah berupa tertunda dan memanjangnya proses
persalinan jika obat ini diberikan pada trimester terakhir. Sejauh ini tidak terdapat bukti bahwa
antiiflamasi non-steroid mempunyai efek teratogenik pada janin dalam bentuk malformasi
anatomik.Namun demikian, pemberian obat-obat tersebut selama kehamilan hendaknya atas
indikasi yang ketat disertai beberapa pertimbangan pemilihan jenis obat.Pertimbangan ini
misalnya dengan memilih obat yangmempunyai waktu paruh paling singkat, dengan risiko efek
samping yang paling ringan.
e. Antibiotik
Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan.Karena adanya efek samping yang
potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat
indikasi yang jelas.Prinsiputama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan
memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan
hamil.Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah prinsip yang kedua
adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.Antimikroba adalah obat yang

7
digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Sedang antibiotika adalah
senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau
dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan
organisme lain. Infeksi merupakan penyebab utama kematian prematur pada bayi.Meskipun
terapi profilaksis antibiotic belum terbukti bermanfaat, pemberian obat-obat antibiotik kepada
ibu hamil dengan ketuban pecah dini dapat memperlambat kelahiran dan menurunkan insidens
infeksi.Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan
sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian
sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada
janin.Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-
kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada
ibu.Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin.Hal ini terjadi karena
antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya
melalui plasenta. Antibiotika yang
demikian itu disebut teratogen.

5. Penggunaan Obat dalam Kehamilan.


a. Calk (Kalsium)
Patogenesis preeklamsia belum sepenuhnya dijelaskan, namun, hal itu berkaitan dengan
gangguan pada plasentasi pada awal kehamilan, diikuti oleh peradangan umum dan kerusakan
endotel progresif.Pre-eklampsia dapat diklasifikasikan sebagai ringan atau berat.Dalam parah
preeklampsia, tekanan darah ≥160 / 110 mmHg dan ada proteinuria ≥2 g / 24 jam, dengan atau
tanpa ibu substansial kerusakan organ.Kerusakan akhir organ seperti hasil dari pre-eklampsia
dapat hadir dengan hemolisis, peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah,
konstelasi gejala yang dikenal sebagai sindrom HELLP.Ini adalah langka kondisi yang terjadi
pada 10-20% kasus denganberat pre-eklampsia.
Kalsium adalah mineral yang paling berlimpah di dalam tubuh dan sangat penting untuk
banyak proses yang beragam, termasuk pembentukan tulang, kontraksi otot, dan enzim dan
fungsi hormon. Sebagian besar kalsium tubuh ditemukan dalam tulang dan gigi; sekitar 1% hadir
dalam intraseluler, membran sel dan cairan ekstrasel.Penyerapan kalsium meningkat selama
kehamilan dan tidak ada asupan tambahan yang diperlukan.Sebuah diet asupan 1200mg / hari

8
kalsium untuk wanita hamil dianjurkan oleh WHO danOrganisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).Jika ibu hamil tidak mengonsumsi suplemen kalsium ini
dapat menyebabkan dampak pada ibu dan janin, termasuk osteopenia, tremor, parestesia, kram
otot, tetanus, pertumbuhan janin tertunda, rendah berat lahir dan kekurangan mineralisasi pada
janin.Konsentrasi serum kalsium dipertahankan dalam batas yang kecil dalam tubuh dan dengan
demikian memiliki penggunaan yang terbatas untuk penilaian kalsium status gizi baik pada
individu dan tingkat populasi.Asupan Kalsium bisa menjadi indikator yang berguna sebagai
status pada tingkat populasi. Sumber makanan utama dari nutrisi ini adalah susu, produk susu,
tofu kalsium-set dan makanan yang diperkaya; beberapa makanan lokal seperti
kapurdiperlakukan makan jagung juga memiliki kalsium berlimpah. Tidak ada informasi
mengenai kecukupan asupan kalsium di seluruh dunia.Namun, beberapa studi di tingkat regional
dan nasional menyarankan bahwa asupan kalsium yang rendah pada tingkat populasi sering
terjadi.Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa suplementasi kalsium selama kehamilan
memiliki efek menguntungkan untuk mengurangi risiko kehamilan yang diinduksi hipertensi.
Ada dua pedoman WHO baru-baru ini yang menilai penggunaan suplemen kalsium pada wanita
hamil:
1) WHO merekomendasikan untuk pencegahan dan pengobatan preeclampsia dan eklampsia,
diterbitkan pada tahun 2011.
2) Suplementasi kalsium pada wanita hamil, dikembangkan pada tahun 2012.
Dalam kedua pedoman, WHO membuat rekomendasi kuat untuk suplementasi untuk ibu
hamil dengan 1,5 gram sampai 2,0 gram kalsium elemental per hari di daerah di mana asupan
kalsium rendah dan untuk perempuan berisiko tinggi gangguan hipertensi selama kehamilan.
b. Asam Folat (Vitamin B9)
Adapun peranan utama asam folat di dalam tubuh yaitu :
1) Mencegah anemia
Defisiensi asam folat akanmenyebabkan sel-sel darah merah yang dihasilkan menjadi lebih
sedikit jumlahnya, namun memiliki ukuran yang lebih besar daripada normal. Kondisi semacam
ini disebut sebagai anemia megaloblastik atau anemia makrositik, yaitu suatu kondisi yang sama
persis seperti anemia yang terjadi akibat defisiensi vitamin B12. Keadaan anemia dapat
menyebabkan fungsi sel darah merah menjadi menurun. Suplay oksigen yang harus diberikan

9
kepada sel-sel tubuh yang lain menjadi berkurang. Keadaan rendah oksigen dapat menyebankan
gejala-gejala kelelahan, lemah dan lesu, nafas pendek dan terengah-engah.
2) Mencegah penyakit NTD (Neural Tube Defects)
Asupan folat yang cukup pada saat kehamilan sangat penting untuk sintesis DNA dan
RNA.Neural tube defects adalah penyakit cacat lahir yang terjadi pada susunan saraf pusat.NTD
terjadi apabila selongsong saraf tidak dapat membungkus dengan sempurna selama janin dalam
kandungan.Penutupan selongsong saraf pada janin umumnya terjadi pada awal kehamilan.NTD
yang terjadi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu spina bifida dan anencephaly.Spina bifida lebih
umum terjadi daripada anencephaly. Spina bifida adalahungkapan bahasa latin yang berarti
sumsum terbuka. Secara medis istilah ini mengacu pada cacat lahir, yaitu sumsum tulang
belakang tidak terbungkus selongsong pelindung dan kelit secara sempurna.Anencephaly adalah
penghambatan perkembangan otak, tulang tengkorak, dan sumsum tulang belakang.
c. Vitamin C
Pada usia trimester pertama kehamilan biasanya ditandai dengan rasa mual atau bawaannya
ingin makan yang asam-asam entah rujak atau buah-buahan (jeruk, mangga, stroberi, jambu biji,
dan lain-lain) dan buah tersebut diketahuhi banyak mengandung Vitamin C. Kebiasaan ini
memberikan dampak positif mengingat pentingnya peranan Vitamin C bagi kesehatan tubuh
apalagi bagi ibu hamil. Berikut ini beberapa manfaat Vitamin C bagi kehamilan yang perlu
Anda ketahui, diantaranya:
1) Meningkatkan fungsi paru-paru pada janin (terutama bagi ibu hamil yang merupakan
perokok). Bagi ibu hamil yang merokok, dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup maka
dapat membantu dalam menjaga kesehatan paru-paru sang janin.
2) Membantu dalam proses penyerapan zat besi. Dengan begitu kebutuhan zat besi yang cukup
penting bagi ibu hamil dapatterpenuhi dengan baik.
3) Sebagai sumber nutrisi mikro bagi janin dan sang ibu. Saat hamil,ibu harus memenuhi
kebutuhan nutrisi dan vitamin.
4) Menjaga kebugaran serta kesehatan tubuh. Jika kekurangan vitamin C maka sang ibu akan
merasa lemas. Hal ini juga berpengaruh terhadap kesehatan sang janin. Jika ibu sehat,
makajanin juga akan sehat
5) Melawan infeksi, membuang racun yang berbahaya untuk ibu dan juga bayi serta membantu
menjaga kekuatan plasenta. Pada dasarnya vitamin C sangat baik bagi tubuh sehingga jika

10
terjadi kekurangan akan berdampak pada lemahnya daya imun, sariawan, lemah, letih dan
lesu, serta mudah terserang penyakit
2.2 Vaksin pada Ibu Hamil
1. Definisi Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid, protein rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.

2. Imunisasi pada Ibu Hamil


Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.Anak diimunisasi,
berartidiberikankekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu
upaya untuk menimbulkan/meningkatkankekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi Pemberian
Kolera Dilakukan hanya untuk memenuhi peraturan perjalanan
internasional.
Hepatitis A Memberi kekebalan pada ibu hamil setelah terpapar.
Hepatitis B Bayi baru lahir harus mendapat globulin hiperimun segera
setelah lahir, diikuti oleh vaksinasi.
Influenza Memberi kekebalan kepada ibu hamil menurut kriteria yang
dianjuran oleh populasi umum.
Poliomielitis Tidak dianjurkan secara rutin tetapi harus diberikan di
daerah epidemi atau jika berpergian ke daerah epidemi.
Plague Hanya diberikan jika mempunyai risiko terinfeksi yang
besar.
Rabies Sama seerti wanita tidak hamil.
Rubella Merupakan kontraindikasi (meskipun teratogenisitas dapat
diabaikan pada pemantauan ibu yang mendapat vaksin

11
secara tidak sengaja).
Tetanus dan difteri Berikan toksoid jika belum mendapat rangkaian vaksinasi
primer atau tidak mendapat booster dalam 10 tahun.
Profilaksis setelah terpapar pada orang yang tidak mendapat
vaksin dengan tetanus immunoglobulin ditambah toksoid.
Tifoid Dianjurkan jika berpergian ke daerah endemis.
Varisela Berikan immunoglobulin Varicella-zoster untuk yang
terpapar.
Merupakan indikasi untuk beyi yang baru lahir dari ibu yang
terkena varisela alam 4 hari sebelum atau 2 hari setelah
melahirkan.
Demam kuning Tundalah perjalanan jika mungkin tetapi berikan imunisasi
sebelum berpergian ke daerah risiko tinggi.

2.3 Teknologi tepat guna pada Kehamilan


1. Pengertian Teknologi Tepat Guna
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang
sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya.Secara teknis TTG
merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju.Oleh karena itu aspek-
aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam
mengelola TTG.Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan
metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis
dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya bermisi banyak limbah dan
mencemari lingkungan.

2. Fungsi teknologi tepat guna


a. Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
b. Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.
c. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.
d. Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit

12
3. Manfaat teknologi tepat guna
a. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.
b. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan tenaga
kesehatan dan klien
c. Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat guna tersebut
d. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan
e. Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat.

4. Dampak teknologi Tepat guna dalam kebidanan


a. Dampak positif sebagai berikut:
1) Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat akan mendapat
kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan efektif.
2) Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam kebidananakan lebih
sederhana dan mudah.
b. Dampak negatif sebagai berikut :
1) Dengan ketidaktepatan penggunaan alat tersebut maka akan berdampak buruk terhadap
pasien.
2) Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli
akan menimbulkan resiko terhadap pasien.
3) Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli
akan menimbulkan resiko terhadap pasien.

5. Penggunaan Teknologi tepat guna Kebidanan dalam kehamilan


a. Fetal Doppler
Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di dalam kandungan sang ibu.
Fetal doppler menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik, Gunanya untuk
memeriksa apakah sang janin tumbuh dengan normal untuk mengetahui kondisi kesehatan
janin dengan ditandai adanya denyut jantungnya. Umumnya teknik yang digunakan untuk
deteksi detak jantung janin adalah dengan ultrasound (frekuensi 2 MHz).Tujuan :

13
Untuk mengetahui detak jantung normal atau tidak, dan Untuk menunjukkan adanya
perbedaan frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar dan yang dikeluarkan oleh sumber
bunyi.Langkah-langkah dalam menggunakan fetal doppler yaitu:
1) Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang dan kaki lurus
2) Lakukan pemeriksaan leopold untuk menentukan pungung janin
3) Pastikan posisi punggung janin sudah di temukan setelah ituberi jell pada fetal doppler
yang akan di gunakan
4) Tempelkan doppler pada perut ibu hamil sesuai dengan posisi punggung janin
5) Hitung detak jantung janin
a) Dengar detak jantung janin selama 1 menit penuh
b) beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
6) jika pada pemeriksaan detak jantung janin tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan
janin maka pasien di berikan penjelasan dan pasien di rujuk Ke RS. Normalnya, denyut
jantung janin usia 6 minggu adalah 90 hingga 110 denyut per menit (dpm) sedangkan pada
usia 9 minggu ke atas berkisar antara 140 dpm dengan variasi normal 20 dpm di atas atau
di bawah nilai rata-rata tersebut. Jadi, nilai normal denyut jantung bayi berkisar antara 120
hingga 160 dpm. HR pada janin normalnya memang jauh lebih cepat dibanding HR orang
dewasa atau bahkan anak-anak. Ditambah lagi bahwa perkembangan jantung janin itu
telah cukup fungsional setelah mencapai umur kehamilan kurang lebih 12minggu. Bila
pada usia kehamilan 5 hingga 8 minggu terjadi perlambatan denyut jantung (kurang dari
90 denyut per menit)
b. Lingkar Lengan Ibu Hamil
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan
atas.Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi
ibuhamil ketimbang berat badan.Pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi dini dan
menapis risikobayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian
khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut:
1) Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibuhamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.

14
2) Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibuhamilbaik, dan risiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
c. USG ( ultrasonografi)
Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat
struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan
diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam
jaringan.Tak ada radiasi pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada
usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7 minggu
sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia
kehamilan yang lebih awal. Pemeriksaan usg bertujuan untuk :
1) Konfirmasi kehamilan
2) Mengetahui usia kehamilan
3) Menilai pertumbuhandan perkembangan janin
4) Ancaman keguguran
5) Masalah dengan plasenta
6) Kehamilan ganda/kembar
7) Mengukur cairan ketuban
8) Kelainan letak janin
9) Mengetahui jenin kelamin janin

Cara pemeriksaan pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Pervaginam Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
a) Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
b) Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
c) Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
d) Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
e) Tidak menyebabkan keguguran.
2) Perabdominan
a) Probe USG di atas perut.
b) Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.

15
c) Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru
menembus rahim.

Jenis pemeriksaan USG


1) USG 2 Dimensi Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2) USG 3 Dimensi Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini
tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3) USG 4 Dimensi Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang
dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara
pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih
jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4) USG Doppler Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama
aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian
kesejahteraan janin ini meliputi:
a) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
b) Tonus (gerak janin).
c) Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
d) Doppler arteri umbilikalis.
e) Reaktivitas denyut jantung janin.

d. CTG (Cardiotokografi)
CTG merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan
merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraks rahim.
Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan
kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat
perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak
baik.Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan
gerakan atau aktivitas janin.Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan

16
frekuensi denyut jantung janin.Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti
oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24
jam.Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test).Bayi yang tidak
bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
Indikasi.Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan
indikasinya terdiri dari :

1) IBU
a) Pre-eklampsia-eklampsia
b) Ketuban pecah
c) Diabetes mellitus
d) Kehamilan > 40 minggu
e) Vitium cordis
f) Asthma bronkhiale
g) Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h) Infeksi TORCH
i) Bekas SC
j) Induksi atau akselerasi persalinan
k) Persalinan preterm.
l) Hipotensi.
m) Perdarahan antepartum.
n) Ibu perokok.
o) Ibu berusia lanjut.
p) Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit
jantung, dan penyakit tiroid.

2) JANIN
a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b) Gerakan janin berkurang
c) Suspek lilitan tali pusat

17
d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e) Hidrops fetalis
f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g) Mekoneum dalam cairan ketuban
h) Riwayat lahir mati
i) Kehamilan ganda
j) Dan lain-lain

Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi


1) Usia kehamilan > 28 minggu.
2) Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3) Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4) Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

Kontra Indikasi Cardiotokografi


Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu
maupun janin.

Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan
sedativa.

Prosedur pelaksanaan :
1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3) Dipasang kardio dan tokodinamometer
4) Frekuensi jantung janin dicatat
5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit

18
7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien
diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian
(sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual

Cara Membaca
1) Reaktif, bila :
a) Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
b) Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
c) Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20
menit
d) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti
janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
e) Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang
lain diulang setiap minggu
2) Tidak reaktif, bila :
a) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
b) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
c) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini
interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol,
penotiasid dan metildopa. Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-
obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya.Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan
pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT).

e. Funduscope
Funduscope adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengarkan denyut jantung janin.
Alat ini fungsi hampir sama dengan Stetoskop, Cara menggunakan funduscope ini yaitu:
1) Letakan funduscope di atas abdomen ibu hamil,
2) Lalu dengarkan apakah terdengeran suara denyut jantung ibu.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
untukmanusia.Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada kehamilan
kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase kehamilan. Efek obat pada jaringan
tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya
curah
jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil
membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil.Contohnya glikosida jantung
dan diuretik yang dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung pada
kehamilan.Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes yang
diinduksi oleh kehamilan.

3.2 Saran
Pennulis menyarankan kepada :
1. Tenaga kesehatan, hendaknya lebih memahami teknologi tepat guna dalam pelayanan
kehamilan.
2. Mahasiswa kebidanan, hendaknya dapat lebih memahami teknologi tepat guna dalam
pelayanan kebidanan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2006. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui.Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.

Anonim. 2008.Farmakoterapi Pada Kehamilan.Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran


Universitas Gadjah Mada.

Benson, Ralph, Martin. Pernol.2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : EGC.

Hadianti, dianti nur.2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta : Pusat Pendidikanan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.

Farmakologi dan Terapi, Edisi 5.2007. Departemen Farmakologi Dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

http://www.terapiozon.com/2015/06/manfaat-vitamin-c-bagi-ibu-hamil.htmlLevono, Kenneth J,
dkk. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas. Jakarta : EGC

http://artianipraja.blogspot.co.id/2015/06/teknologi-tepat-guna-pada-kehamilan.html

21
Lampiran : Soal
Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b, c, d atau e didepan jawaban yang benar !

1. Definisi obat pada ibu hamil menurut UU no.36 th. 2009 adalah?
a. Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi
b. Obat merupakan paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi
c. bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia.
d. Obat adalah Untuk pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit
e. Obat merupakan produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi
Jawaban : c

2. Sebutkan Manfaat Obat dibawah ini :


a. Untuk pencegahan penyakit.
b. Menyembuhkan penyakit.
c. Memulihkan (rehabilitasi ) kesehatan.
d. Peningkatan kesehatan.
e. Semua jawaban benar
Jawaban : e

3. Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan efek teratogenik belum diketahui dan
mungkin disebabkan oleh multi factor, sebagai berikut (Anonim, 2006) :
1) Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak langsung
mempengaruhi jaringan janin.

22
2) Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat plasenta sehingga
mempengaruhi jaringan janin.
3) Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan janin, misalnya
vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan pada jaringan normal. Dervat
vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah teratogenik yang potensial.
a. 1,2,3 benar
b. 1,2,3 salah
c. 1,3 benar
d. 1,2 benar
e. semua salah
jawaban : a

4. Yang termasuk kedalam obat Kategori A yaitu, kecuali:


a. Parasetamol
b. Enisilin
c. Eritromisin
d. Isoniazid
e. Griseofulvin
Jawaban : e

5. Yang termasuk kedalam obat Kategori C yaitu :


a. Enisilin
b. Eritromisin
c. Isoniazid
d. Griseofulvin
e. Rifampisin
jawaban : e

6. Yang termasuk kedalam obat Kategori C yaitu :


a. Fenitoin, Pirimidon, Fenobarbiton
b. Parasetamol, Enisilin, Eritromisin

23
c. Isoniazid, Griseofulvin, Rifampisin
d. Eritromisin, Isoniazid, Griseofulvin
e. Paracetamol, Pirimidon, Fenitoin
Jawaban : a

7. Apa itu vaksin pada ibu hamil


a. Vaksin adalah obat untuk antibodi
b. Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme
yang telah diolah menjadi toksoid.
c. Vaksin adalah kuman yang dilemahkan
d. Semua jawaban salah
e. Semua jawaban benar
Jawaban : b

8. Apa itu teknologi tepat guna pada kehamilan?


a. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
b. Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
berguna serta sesuai dengan fungsinya.
c. Teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah
dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus
utama, yang pada umumnya bermisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
d. a dan b benar
e. a dan b salah
jawaban : d

9. Fungsi teknologi tepat guna yaitu, kecuali:


a. Alat kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
b. Biaya yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.
c. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.

24
d. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.
e. Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit
Jawaban : d

10. Manfaat teknologi tepat guna


a. Teknologi tepat guna mampu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.
b. Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan tenaga
kesehatan dan klien
c. Masyarakat mampu mempelajari, menerapkan, memelihara teknologi tepat guna tersebut
d. Masyarakat / klien bisa lebih cepat ditangani oleh tenaga kesehatan
e. Semua jawaban benar
Jawaban : e

25

Anda mungkin juga menyukai