KEDOKTERAN INDUSTRI
“Laboratorium Klinik RSM Ahmad Dahlan Kediri”
Disusun oleh:
Edmond Da Rizka 201710401011051
Prajnamita Manindya 201710401011044
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
Unit Bahan
No. Bahan baku Alat kerja Cara Kerja
kerja berbahaya
1. Laborato Jenis Spektrofot Pasien berpuasa Reagen,
rium pemeriksaan: ometer semalam tabung
klinik Profil lipid Tabung ↓ reaksi,
Bahan baku: reaksi Diambil darah sample
jarum
-Reagen Jarum dgn cara Vein
suntik,
Kolesterol FS suntik Puncture 5ml (tanpa
-Darah Vena 5 anti koagulan) spesimen
3cc
ml Autoan ↓ darah
alizer Biarkan hingga
terpisah serumnya
↓
Dipisahkan serum dan
komponen/sel-sel
darah
↓
Diambil serum darah
untuk pemeriksaan
↓
Lanjut prosedur kerja
Prosedur kerja,kalibrasi,
dan Quality control
Siapkan :
1. Blanko : Reagen
(R) + Aquabidest
:500µl (R) + 5µl
Aquabidest
2
2. Kalibrasi : Reagen
(R) + Standart
(Std) :500µl (R)+
5µl (Std)
3. Quality Control :
Reagen (R) +
Serum control (Sk)
500µl (R) + 5µl
(Sk)
4. Masing-masing
reagen
dicampurkan
dengan benar dan
diinkubasi pada
temperature 20 -
25° C slama 20
menit /
temperature 37° C
slama 10 menit
5. Baca blanko ,
standart dan serum
control scara
berurutan
Bila kalibrasi dan
quality control
sudah baik (masuk
nilai range
control),
pemeriksaan
sample pasien
dapat dilakukan.
3
6) Panasi sediaan dengan
api bunsen disetiap
sediaan sampai keluar
uap jangan sampai
mendidih.
7) Diamkan 5 menit.
8) Bilas sediaan dengan
hati-hati menggunakan
air mengalir.
9) Genangi dengan
asam alkohol sampai
tidak tampak warna
merah carbol fuchsin.
10) Genangi permukaan
sediaan dengan methylen
blue selama 20-30 detik.
11) Bilas sediaan dengan
air mengalir.
12) Keringkan sediaan di
udara
13) Nyalakan Mikroskop
14) Sediaan diberi oil
imersi
15) Baca hasil dengan
lensa objecktif 100 x.
4
30 detik kemudian
(usahakan agar
kertas saring tidak
menempel pada
cuping)
4. Mengulangnya
setiap 30 detik
pada daerah kertas
saring yang
berbeda
mengelilingi
lingkaran.
5. Pada saat darah
tidak keluar lagi,
matikan stopwatch
dan catat
waktunya.
5
3. dinginkan
baca hasilnya
- Protein urine (as.
Acetat 6%)
1. siapkan tabung
reaksi
2. masukkan
urine ke dalam
tabung reaksi 2/3
tabung, panaskan
sampai mendidih
± 30 detik (pada
lapisan atas
urine)
3. tambahkan 3-5
tts nas. Acetat
6%, panaskan
sampai mendidih
4. baca hasilnya
(semi kuantittatif)
- Protein urine (as.
Sulfosalicyl 20%)
1. dua tabung
reaksi masing-
masing diisi
dengan 2 ml
urine
2. tabung I
tambahkan 5-8
tetes lar. As.
Sulfosalicyl 20%,
lalu dikocok
3. bandingkan isi
tabung I dan II
jika tetap
jernih, test
terhadap protein
(-).
4. jika tabung 1
lebih keruh,
panaskan diatas
api spiritus
6
sampai mendidih,
lalu dinginkan
dengan air
mengalir.
7
- Hemoglobin
1. masukkan HCl
0,1 H 2 ml +
darah 20 ml
kocok selama 10
detik
2. tambahkan
aquadest sampai
warna sama
dengan standart.
8
stopwatch, ulangi
pembacaan setelah 1,2,3
menit.
4. Baca Abs sampel pada
panjang gelombang 340
nm
- pemeriksaan PT
(metode continuous
Spektrofotometer)
1. Siapkan reagen pada
suhu kamar
2. Pipetkan ke masing-
masing cuvet sbb
3. Campur , ukur
absorbent pada saat
bersamaan. Jalankan
stopwatch , ulangi
pembacaan setelah 1,2,3
menit.
4. Baca Abs sampel pada
panjang gelombang 340
nm
- bilirubin (metode
Diazotized sulfanilic
1. Pipetkan ke dalam
cuvet
2. 2. Campur dan biarkan 2
menit pada suhu kamar
3. Baca absorbance
sampel blanko pada
540nm dengan blanko
aquadest
4. 4. Baca abs standar dan
sampel pada 540 nm
dengan blanko reagen
blanko
9
Bahan baku: Tabung 2. Dengan mikropipet
Darah vena reaksi
dimasukkan reagen
Reagen
tydal Tydal dengan volume
40ul ke dalam lingkaran-
lingkaran tadi.
3. Selanjutnya
dimasukkan serum denag
tingkat titer 1/80 degan
volume sampel 20ul.
4. Di campur dan di
goyang
5. Apabila hasil (+)
aglutinasi, dilanjutkan
lagi dengan tingkatan
titer selanjutnya yaitu
1/160 dan 1/320
6. Di campur dan di
goyang.
7. Catat dan laporkan
hasil
Catatan: pemeriksaan
tidak boleh dilakukan
dengan waktu lebih dari 1
menit, karena apabila
lebih dapat menimbulkan
hasil positif palsu.
10
mengalir,
dikeringkan
11
minyak mendidih dengan
emersi nyala spiritus
(keluar uap)
selama 3-5 menit
3. Dibilas dengan
air mengalir
pelan
4. Sediaan ditetesi
HCL alkohol 3%
sampai merah
fuchsin hilang
5. Dibilas dengan
air mengalir
6. Ditetesi larutan
methylen blue
0,3% selama 10-
20 detik
7. Dibilas dengan
air mengalir
pelan-pelan,
dikeringkan
diudara terbuka
8. Dibaca pada
mikroskop
pembesaran lensa
objektif 100x
dengan minyak
emersi
12
pembesaran lensa
objektif 100x
dengan minyak
emersi
13
hidrogen
peroxida 3%,
dicampur
- Hasil dibaca
dalam warna
5 menit (
jangan lebih
lama).
INTERPRET
ASI HASIL :
- (-) Negatif
: tidak ada
perubahan
warna atau
warna yang
samar –
samar hijau.
- (+) Positif
satu :
hijau
- (+2) Positif
dua : biru
bercampur
hijau
- (+3) Positif
tiga: biru
- (+4) Positif
empat :
biru tua
14
15. Jenis Caretium Menyiapkan serum, lalu Sample
Pemeriksaan: Analyzer operasikan pada alat darah
Fungsi Ginjal Caretium Analyzer
dengan menekan
Bahan baku : “sample” hingga ada
Darah vena tanda selesai dari mesin
dengan bunyi beep,
angkat sample segera,
dalam 60 detik hasil
akan keluar dan di print.
2. Lingkungan Kerja
15
sehingga seperti
pertukaran reagen
udara - bahan
mengandalk baku yang
an AC menyebab
sebanyak 4 kan
buah. penyakit
resiko
menular
seperti
pengambil
an darah,
sputum,
feces dan
lain lain
-
penggunaa
n alat
elektronik
yang
kurang
pengaman
an
sehingga
resiko
tersetrum
tinggi
Penggunaa
n mesin
autoanaliz
er dapat
menguran
gi analis
berkontak
dengan
spesimen
atau bahan
– bahan
berbahaya
16
3. Karyawan
17
4. Sistem Manajemen
Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3
Problem K3 Kebijakan
No. Komponen
Internal Eksternal Manajemen
1 Proses Perawatan dan Resiko Proses dan alat kerja
Industri/Kerja pemeliharaan tertular sesuai dengan K3
Laborato alat-alat kurang penyakit yang diterapkan
rium rapi dan dari pasien pada
klinik sistematis dan dari PERMENKES/2010
Tidak ada spesimen
kabinet
keamanan lab
18
-Higienitas
pengambilan sampel -laborat jauh
Lingkungan - Tidak dengan kamar Ruangan
biologi menggunakan jas pasien seharusnya
lab sesuai tempatnya memiliki jarak
yang cukup
dekat dengan
kamar pasien
agar sample
tidak
- terkontaminasi,
Lingkungan atau bila tidak
sos-bud - memungkinkan
dapat disiasati
dengan
peningkatan
pengelolaan
transfer
spesimen
19
infeksi saat proses malam hanya ada pekerja terhadap alat
kerja dua petugas pelindung diri
- resiko infeksi
penyakit menular Preventif
-Resiko nyeri Keharusan penggunaan
punggung lowback alat pelindung diri yang
pain sesuai dengan standar,
-Resiko luka bakar take care terhadap
keamanan diri sendiri
Kuratif
Memberi pengobatan
secara menyeluruh
sesuai hasil
pemeriksaan kesehatan
akibat kecelakaan kerja
Rehabilitasi
Rehabilitasi dini secara
tepat untuk
memperbaiki kualitas
hidup pekerja.
5. Regulasi/Undang-Undang
Daerah:
Kabupaten Kediri
Nasional:
20
pelayanan pelaksanaan spesimen klinik untuk mendapatkan informasi kesehatan
khusus dibagi antara lain mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, dan patologi
anatomi.1
dari manusia dan yang bukan berasal dari manusia, untuk menentukan jenis
21
laboratorium, memperhatikan fungsi sosial dan membantu program pemerintah di
ini maka perlu dilakukan akreditasi setiap 5 tahun sekali. Standar ini sangat penting
untuk keamanan dan keselamatan pekerja laboratorium, dan satatus akreditasi ini
APD seperti sarung`tangan, masker, jas alas kaki, wastafel dengan air mengalir
KERJA)
disease)
III. PEMBAHASAN
22
1.1 Laboratorium Klinik
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia
atau bahan yang berasal bukan dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
yang baik dan bermutu, dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya melayani
pasien dituntut untuk dapat melindungi diri dari bahaya-bahaya potensial resiko
terpajan dan terinfeksi (tertular) dari pasien dan dari tempat kerja.11
dan kondisi laboratotium saat ini, maka dari itu petugas laboratorium
23
disebut dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) laboratorium atau standar
harapan yang yang spesifik atau sebagai model untuk ditiru yang dibakukan.
tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari
manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak
dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga
dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas
1. Petugas/Tim K3 Laboratorium
24
spesimen, bahan, reagen pemeriksaan. Untuk mengkoordinasikan,
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
bahaya infeksi.
25
g. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas
laboratorium.
pimpinan laboratorium.
i. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara
badan tertentu.
l. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul diluar jam kerja.
penting dan ditempatkan di lokasi yang mudah dibaca oleh setiap petugas
laboratorium.11
26
Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
berikut:
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan
yang diberikan:
. Pemantauan kesehatan
setiap petugas harus mempunyai kartu kesehatan yang selalu dibawa setiap
saat dan diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal
laboratorium adalah:
b. Sarung tangan.
27
c. Masker.
e. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant) dan air mengalir.
j. Kabinet keamanan biologis kelas I atau II atau III (tergantung dari jenis
b Sistem evakuasi.
g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi
28
h. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali.
laboratorium.14
tabung atau gelas obyek yang memakai penutup. Cara lain adalah dengan
b. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata. Selama
bekerja, partikel dan droplet (diameter > 5 µm) akan terlepas ke udara dan
menempel pada permukaan meja serta tangan petugas laboratorium, untuk itu
29
4) Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko percikan
c. Mencegah infeksi melalui tusukan Jarum suntik, pipet Pasteur kaca dan
pecahan kaca obyek dapat menyebabkan luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari
dengan bekerja dengan hati-hati dan memilih pipet pasteur yang terbuat dari
plastik.
dari pipet dengan kapas yang dibasahi disinfektan. Kapas di otoklaf setelah
selesai digunakan.
5) Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai tetes
terakhir
memipet.
30
2) Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas
2) Mangkuk, botol dan tutupnya harus dalam keadaan baik dan tidak cacat.
3) Aerosol yang mengandung bahan infeksi dapat keluar dari celah antara
tutup dan tabung alat homogenisasi, alat pengguncang (shaker) dan alat
31
4) Gunakan alat pelindung telinga saat melakukan sonikasi.
Menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat
3) Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal disimpan dan
nama orang yang menyimpan. Wadah yang tidak berlabel dan bahan yang
Ampul berisi bahan infeksi yang disimpan dalam bentuk liofilisat harus
dibuka dengan hati-hati. Bahan di dalam ampul berada dalam tekanan yang
rendah, sehingga bila ampul dibuka dengan tiba-tiba, maka sebagian isinya
ampul:
2) Beri tanda pada bagian ampul dekat sumbat kapas atau selulose.
32
5) Jika sumbat masih ada di atas bahan, lepaskan dengan forsep steril.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan akibat kontak langsung
- Proses dan bahan kerja bila pekerja terpajan bahan biologis karena
pajanan biologis yang berasal langsung dari proses kerja di tempat kerja.
laboratorium kesehatan.
antara lain :
belum diobati. Dimana dalam hal ini petugas laboratorium sangat beresiko
tertular bila selama proses kerja tidak menggunakan alat pelindung diri yang
2. Penyakit lain yang juga beresiko terkena pada petugas laboratorium adalah
33
(epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan
kulit yang bersifat polimorfi sebagai akibat terjadinya kontak dengan bahan
eksogen (daily, 2005). Dimana dalam hal ini petugas laboratorium akan selalu
Penggunaan bahan kimia ini selain membawa dampak yang positif.2 bagi
kesehatan pekerja bila tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai.3,4
3. Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering
daerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
sehari-hari dan banyak kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif,
sesuai dengan proses kerja dan lingkungan kerja petugas laboratorium yang
kurang ergonomis dimana para petugas memakai kursi yang keras (dingklik)
34
dan duduk dalam waktu yang cukup lama sehari – harinya untuk mengolah
IV. INTERVENSI
antara lain :
1. Proses Kerja
telah ada emergency shower, tidak ada perlengkapan P3K, tidak ada kabinet
keamanan lab. Dimana dalam hal ini maka kepala laboratorium melaporkan
pada pihak rumah sakit untuk memecahkan masalah internal yang dibutuhkan
b. Sarung tangan.
c. Masker.
e. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin disinfectant) dan air mengalir.
2. Lingkungan Kerja
35
Tata ruang yang belum tersusun rapi, seharusnya laboratorium dibangun
sesuai dengan persyaratan bangunan yang telah diatur pada permenkes. Tidak
ada sekat antara bahan dan alat yang mudah terbakar, bahan baku yang
resiko penyakit menular seperti darah dan sputum. Spesimen tersebut sangat
laboratorium tidak memakai alat pelindung diri yang sesuai dengan peraturan.
dipisahkan dalam hal ini juga berkaitan dengan luas ruangan dan tat ruangan
lagi.
3. Kondisi Karyawan
Kondisi karyawan dengan durasi kerja yang terlalu lama (sampai dengan 10
jam) tidak sesuai dengan durasi jaga yaitu 8 jam. Hal ini akan menyebabkan
efektif apabila durasinya dibawah 8 jam. Durasi yang lama juga akan
36
menyebabkan adanya gangguan seperti low back pain karena duduk yang terlalu
lama apalagi posisi duduk tidak ergonomis, posisi duduk yang tidak ergonomis
ditambah dengan waktu yang lama akan meningkatkan resiko terjadinya low
yang tidak steril, bahan baku seperti darah dan sputum. Karyawan juga sangat
berisiko terkena dermatitis kontak akibat kerja seperti dermatitis kontak alergi
dan iritan, hal ini didapatkan karena kontaminasi dengan berbagi reagen bahan
permenkes tahun 2010 tentang lab klinis, selalu mengingatkan untuk cuci tangan
dengan 5 langkah menggunakan hand wash dan sabun, dimana wastafel khusus
asuransi untuk karyawan hal ini juga berhubungan dengan resiko akibat
4. Kebijakan Manajemen
Dalam proses industri terdapat banyak kekurangan yang bisa bersifat fatal
seperti alas kaki tertutup, sarung tangan. Perawatan dan pemeliharaan alat-alat
perlengkapan P3K, tidak ada kabinet keamanan lab. Ketidak lengkapan dan
37
standart yang tidak terenuhi ini akan menyebakan resiko terjadinya kecelakaan
kerja. Adapun strategi penatalaksanaan dalam proses industri ini adalah dengan
melengkapi APD dan alat alat yang lain sesuai standar permenkes tahun 2010.
kurang. Perawatan yang baik dan rutin juga akan meningkatkan usia dari alat
tersebut. Perlu juga diberikan sekat antar alat dan berbagai pemeriksaan
Dalam lingkungan kerja juga ada beberapa kekurangan seperti tata ruang
yang belum tersusun rapi dan kurang memadai, tidak ada sekat antara bahan dan
alat yang mudah terbakar. Bahan baku yang menyebabkan peradangan kulit
seperti reagen. Posisi kerja yang tidak ergonomis dan terlalu padat, luas ruangan
laboratorium klinik. Harus diberi sekat tiap jenis alat yang beresiko
dan bahan yang lain yang berbahaya sehingga resiko kontak dengan kulit laboran
minimal
Masalah dalam karyawan yaitu Resiko terjadi peradangan saat proses kerja,
resiko infeksi penyakit menular, Resiko nyeri punggung lowback pain Resiko
luka bakar. Adapun strategi penatalaksanaan dalam masalah ini yaitu membekali
laboran/ pekerja dengan APD yang standar, kemudian mengganti kursi yang ada
38
dengan kursi yang lebih ergonomis sehingga mencegah atau mengurangi resiko
Ahmad Dahlan ini merupakan laboratorium klinik tipe pratama, perijinan sudah
lengkap dan sesuai, namun masih banyak yang tidak memenuhi standar seperti
kembali kelengkapan alat, fasilitas, dan alat kebutuhan serta keamanan dan
karena hal ini berpengaruh terhadap mutu pelayanan, kesehatan dan keselamatan
DAFTAR PUSTAKA
39
2. Lestari F dan Utomo HS, 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di Pt Inti Pantja Press Industri.
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
3. Suryani F, 2011. Faktor Fkator yang mempengaruhi Dermatitis kontak Pada
Pekerja. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta
4. Sulistyaningrum, Widaty W, Triestianawati, 2011. Dermatitis Kontak Iritan
Dan Alergik Pada Geriatri. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Universitas Indonesia/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo
5. Fathoni H , Handoyo , Swasti KS., 2009. Hubungan Sikap Dan Posisi Kerja
Dengan Low Back Pain Pada Perawat Di Rsud Purbalingga. Jurusan
Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
6. Samara D, Basuki B, Jannis J.2005. Duduk statis sebagai faktor risiko
terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja perempuan. Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
7. Ritianingsih, 2009 . Pencegahan Low Back Pain Dan Coping Dengan Nyeri
Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
8. Kushartanti W dan Satyagraha A, 2012. Penyusunan Standard Diagnosis
Dan Terapi Fisik Untuk Ischialgia Dan Low Back Pain Di Klinik Terapi
Fisik Fik-Uny. Bagian Rehab Medik, Universitas Gajah mada
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.364/MENKES/SK/III/2003
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 835/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologik dan
Imunologik.
13. Depkes, R.I. 2002. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Laboratorium
Kesehatan, Jakarta.
40
14. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 432/Menkes/SK/IV/2007,
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah
Sakit,Jakarta.
15. Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
16. Perwitasari, D, Anwar, A. 2006. Tingkat Risiko Pemakaian Alat
Pelindung Diri dan Higiene Petugas di Laboratorium Klinik RSUPN
Ciptomangunkusumo Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol.5, No.1,
April 2006 : 380-384.
17. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2011 Tentang Pedoman
Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas Kesehatan.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor43 Tahun 2013
Tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik Dengan
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Kesehatan Republik Indonesia
19. Permenkes/ No. 298 / tahun 2008 / Tentang Pedoman Akreditasi
Laboratorium kesehatan
20. Permenkes / No. 411 / Tahun 2010 / Tentang Laboratorium Klinik
41
Lampiran
42
43
44
45
46
47
48
49