Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

BAB VIII
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan
lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan
permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran
perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang
mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis
kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan
merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

8.1. Rencana Pengembangan Permukiman


8.1.1. Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya
Kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan

Kota Gorontalo VIII - 1


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
 Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
 Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10 % pada tahun 2014.

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman
mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik
dan pengawasan teknik, serta standarisasi teknis dibidang pengembangan
permukiman.

Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:


 Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah
susun sederhana;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau
Kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

Kota Gorontalo VIII - 2


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan


Kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
 Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Daerah


1. Isu Strategis
Isu-isu strategis berkenaan dengan pengembangan permukiman, terdiri
dari isu strategis skala nasional dan isu strategis skala Kota Gorontalo. Isu
strategis nasional bersifat umum secara nasional sedangangkan isu strategis
skala Kota Gorontalo bersifat lokal dan spesifik yang keberadaannya bisa
berbeda dengan Kabupaten atau Kota lain di Indonesia.
Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan
permukiman saat ini adalah:
 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumah tangga kumuh perkotaan.
 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana seKecil mungkin.
 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan,
dan bertambahnya kawasan kumuh.
 Belum optimalnya pemanfaatan infrastruktur permukiman yang sudah
dibangun.
 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.

Kota Gorontalo VIII - 3


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung


pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
Kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal
dibidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Isu strategis pengembangan permukiman di Kota Gorontalo adalah sebagai


berikut :

 Adanya permukiman kumuh di beberapa aliran sungai dan kawasan


perkotaan yang tidak dilengkapi dengan sanitasi dan sarana kebersihan,
sehingga terjadi penumpukan sampah dan limbah rumah tangga.
Sementara sebagian lainnya menjadikan aliran air/sungai sebagai tempat
pembuangan sampah/limbah rumah tangga.
 Kurang optimalnya penanganan dan pengelolaan sampah sehingga di
beberapa wilayah masih sering dijumpai penumpukan sampah.
 Banjir yang selalu terjadi terutama di kawasan pusat Kota Gorontalo akibat
banyaknya infrastruktur perkotaan terutama saluran drainase baik primer
maupun sekunder dan tersier yang tidak berfungsi baik karena rusak
maupun kualitasnya yang buruk karena pendangkalan.

Kota Gorontalo VIII - 4


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 1. Isu-Isu Stratgegis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Gorontalo


No. Isu Strategis Keterangan
1. Lingkungan Adanya permukiman kumuh di beberapa aliran sungai dan kawasan
perkotaan yang tidak dilengkapi dengan sanitasi dan sarana kebersihan,
sehingga terjadi penumpukan sampah dan limbah rumah tangga.
Sementara sebagian lainnya menjadikan aliran air/sungai sebagai tempat
pembuangan sampah/limbah rumah tangga.
2. Manajemen Kurang optimalnya penanganan dan pengelolaan sampah sehingga di
Pengelolaan beberapa wilayah masih sering dijumpai penumpukan sampah.
3. Infrastruktur Banjir yang selalu terjadi terutama di kawasan pusat Kota Gorontalo akibat
banyaknya infrastruktur perkotaan terutama saluran drainase baik primer
maupun sekunder dan tersier yang tidak berfungsi baik karena rusak
maupun kualitasnya yang buruk karena pendangkalan.
Sumber; Adaptasi dari Dokumen SPPIP Kota Gorontalo, 2010.

2. Kondisi eksisting
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada
tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK,
untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani,
385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di
perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun
infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau Kecil di perdesaan yang
terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang
tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani
infrastrukturnya.
Kondisi eksisting sebaran permukiman umumnya terkonsentrasi di pusat
kegiatan Kota atau pusat Kota dan di koridor sepanjang jalan arteri yang
menghubungkan Pusat Kota Gorontalo dengan Kabupaten Gorontalo. Kondisi
sebaran kawasan permukiman yang berada di pusat Kota secara langsung juga
berada di kawasan rawan bencana banjir karena dilalui sungai Basar dan muara

Kota Gorontalo VIII - 5


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

pertemuan 3 sungai di Kota Gorontalo yaitu Sungai Bolango dan Sungai Bone
serta Sungai Tamalate. Kawasan permukiman tersebut adalah Kawasan
Permukiman di Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan
Kota Timur.
Peraturan perundangan Kota Gorontalo (meliputi peraturan daerah,
peraturan Gubernur, peraturan WaliKota/Bupati, maupun peraturan lainya)
yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan
pemanfaatan pembangunan permukiman saat ini terdri dari Peraturan daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Gorontalo
Tahun 2008-2027, dari Peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Gorontalo Tahun 2010-2030, dan Keputusan WaliKota tentang
Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota
Gorontalo. Untuk lebih jelasnya menyangkut peraturan perundangan terkait
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. 2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan WaliKota Terkait


Pengembangan Permukiman
Perda/pergub/perwal
No. Jenis Amanat Kebijakan
No/Tahun Perihal
Produk
1. PERDA 9/2008 RPJPD Kota  Sasaran Pokok terkait pengembangan permukiman:
Kota Gorontalo Terwujudnya penataan ruang perkotaan yang berwawasan
Gorontalo Tahun 2008- lingkungan ditunjukan dengan tertatanya lingkungan
2027 pemukiman penduduk dan fasilitas umum yang sehat,
bersih, nyaman, indah dan bebas banjir.
 Arah Pembangunan terkait pengembangan permukiman:
Mewujudkan penataan ruang perkotaan yang berwawasan
lingkungan, diwujudkan dengan peningkatan penataan
lingkungan dan pemukiman penduduk, fasilitas umum serta
menciptakan ruang Kota yang nyaman, asri dan menaraik.
2. PERDA 40/2011 RTRW Kota Rencana kawasan perumahan dengan luas hampir 2000 Ha,
Kota Gorontalo terdiri atas: kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
Gorontalo Tahun 2010- tinggi; kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan sedang;
2030 dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.
 Rencana kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
tinggi diarahkan di Kecamatan Kota Timur yaitu di Kelurahan
Bugis,
 Rencana kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
sedang, tersebar di seluruh Kota Gorontalo, terdiri atas:
 Kecamatan Kota Selatan, meliputi: Kelurahan Biawao;

Kota Gorontalo VIII - 6


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kelurahan Biawu; Kelurahan Limba B; dan Kelurahan


Limba U1;
 Kecamatan Hulonthalangi, meliputi Kelurahan Siendeng
dan Kelurahan Tenda;
 Kecamatan Kota Timur, meliputi: Kelurahan Heledulaa
Selatan; Kelurahan Ipilo; dan Kelurahan Padebuolo;
 Kecamatan Kota Tengah, meliputi: Kelurahan Dulalowo;
dan
 Kecamatan Kota Utara, meliputi Kelurahan Dembe II.
 Rencana kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan
rendah, diarahkan tersebar di seluruh Kota Gorontalo, terdiri
atas:
 Kecamatan Kota Barat, meliputi: Kelurahan Dembe I;
Kelurahan Lekobalo; Kelurahan Pilolodaa; Kelurahan
Buliide; Kelurahan Tenilo; Kelurahan Molosipat W; dan
Kelurahan Buladu;
 Kecamatan Dungingi, meliputi: Kelurahan Libuo;
Kelurahan Tuladenggi; Kelurahan Huangobotu; Kelurahan
Tomulabutao; dan Kelurahan Tomulabutao Selatan;
 Kecamatan Kota Selatan, meliputi Kelurahan Limba U II;
 Kecamatan Hulonthalangi, meliputi : Kelurahan Donggala;
Kelurahan Pohe;dan Kelurahan Tanjung Kramat;
 Kecamatan Dumbo Raya yang meliputi: Kelurahan Botu;
Kelurahan Leato Utara; Kelurahan Leato Selatan;
Kelurahan Talumolo;
 Kecamatan Kota Timur, meliputi: Kelurahan Heledulaa;
Kelurahan Moodu;dan Kelurahan Tamalate;
 Kecamatan Kota Utara, meliputi: Kelurahan Dulomo,
Kelurahan Dulomo Selatan, Kelurahan Wongkaditi Timur,
Kelurahan Wongkaditi Barat; dan Kelurahan Dembe Jaya;
 Kecamatan Sipatana, meliputi: Kelurahan Bulotadaa Barat;
Kelurahan Bulotadaa Timur; Kelurahan Tapa; Kelurahan
Molosipat U; dan Kelurahan Tanggikiki;
 Kecamatan Kota Tengah meliputi: Kelurahan Liluwo;
Kelurahan Pulubala; Kelurahan Paguyaman; Kelurahan
Wumialo; dan Kelurahan Dulalowo Timur.
Perda/pergub/perwal
No. Jenis Amanat Kebijakan
No/Tahun Perihal
Produk
3. Keputusan 246/2/VI/ Penetapan Penetapan lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman
WaliKota 2014 Lokasi Kumuh Di Kota Gorontalo tahun 2014, terdiri dari:
Lingkungan  Kawasan Biawao-Biawu dengan luas 40,1 Ha, permukiman
Perumahan yang berada di tepi air
dan  Kawasan Limba B dengan luas 62,4 Ha, permukiman yang
Permukima berada di tepi air
n Kumuh Di  Kawasan Bugis dengan luas 15 Ha, permukiman kumuh
Kota sempadan sungai
Gorontalo  Kawasan Ipilo dengan luas 21,6 Ha, Permukiman yang
berada di tepi air
Kota Gorontalo VIII - 7
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Kawasan Siendeng dengan luas 20 Ha, Permukiman yang


berada di tepi air.
Tingkat kekumuhan dari ke-5 kawasan diatas adalah 60 %.

Hasil identiikasi kawasan kumuh di Kota Gorontalo berdasarkan surat keputusan


WaliKota Gorontalo berada di 5 (lima) kawasan. Lima kawasan tersebut terdiri dari
Kawasan Bawu dan Biawao; Limba B; Bugis; Ipilo; dan Kawasan Siendeng.

Tabel 8. 3. Data Kawasan Kumuh di Kota Gorontalo Tahun 2013


Jumlah
Luas Jumlah Kondisi
Lokasi Kawasan Rumah Jumlah Kepadatan
No. Kawasan Rumah Fisik
Kumuh Semi Penduduk Bangunan
(Ha) Permanen Bangunan
Permanen
> 60 %
Biawu & Biawao >150
1. 40,1 6.624 bangunan
(Kec. Kota Selatan) unit/Ha
temporer
> 60 %
Limba B 100-150
2. 62,4 7.545 bangunan
(Kec. Kota Selatan) unit/Ha
permanen
> 60 %
Bugis 100-150
3. 15,0 2.899 bangunan
(Kec. Kota Timur) unit/Ha
permanen
> 60 %
Ipilo <100
4. 21,8 2.377 bangunan
(Kec. Kota Timur) unit/Ha
permanen
> 60 %
Siendeng <100
5. 20,0 2.524 bangunan
(Kec. Kota Selatan) unit/Ha
temporer
Sumber; Adaptasi dari SK WaliKota Nomor. 246/2/VI/2014

3. Permasalahan dan Tantangan


Permasalahan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara
lain:
 Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
 Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal,
pulau Kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
 Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:
 Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat,

Kota Gorontalo VIII - 8


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis


Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman,
 Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian
Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden),
 Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta
Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih
rendah,
 Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
 Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang
Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota


Gorontalo belum di jumpai dalam arahan dokumen RP2KP Kota Gorontalo.

Tabel 8. 4. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kota


Gorontalo
Permasalahan Pengembangan
No. Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
Pemukiman
1. Aspek Teknis
 Kurangnya sarana kebersihan  Meningkatnya volume sampah  Penyiapan tempat
di kawasan pemukiman pada kawasan permukiman penampungan sampah
 Drainase yang kurang sementara
berfungsi secara optimal
2. Aspek Kelembagaan
 Belum otimalnya penanganan  Meningkatnya volume sampah  Peningkatan SDM dan
dan pengelolaan sampah di pada kawasan permukiman Manajemen penanganan
daerah pemukiman & pengolahan sampah
3. Aspek Pembiayaan
4. Aspek Peran Serta Masyarakat
 Lemahnya Kelembagaan  Semakin rendahnya kesadaran  Peningkatan
permukiman ditingkat masyarakat dalam menjaga Kelembagaan
masyarakat kualitas lingkungan permukiman masyarakat
permukiman
5. Aspek Lingkungan Permukiman  Meluasnya daerah banjir  Perbaikan sistem
 Banjir pada kawasan  Kerusakan jaringan drainase drainase perkotaan
permukiman dan pusat Kota peroktaan  Keterbatasan lahan di

Kota Gorontalo VIII - 9


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Pemukiman di sempadan  Kerusakan jaringan sarana sekitar kawasan


sungai prasarana perkotaan lainnya permukiman eksisting
 Pemukiman daerah  Daerah rawan bencana  Konsisten terhadap
perbukitan arahan kebijakan dan
 Permukiman kumuh di peraturan perundangan
beberapa kwasan perkotaan terkait dengan
pembangunan
pemukiman di daerah
rawan bencana

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan


Bagian ini merupakan uraian analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah
pengembangan permukiman di perkotaan.

Tabel 8. 5. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Kota


Gorontalo Untuk 5 Tahun
Tahun
No. Uraian Unit Keterangan
I II III IV V
1. Jumlah Penduduk Pertumbuhan
Jiwa 259.762 282.707 307.679 334.856 364.434
8,83 %
Kepadatan Jiwa/Km2 3.287 3.577 3.898 4.237 4.611
Proyeksi
Persebaran Jiwa/Km2
Penduduk
Proyeksi
Persebaran Jiwa/Km2 4.928 4.029 3.294 2.693 2.202
Penduduk miskin
2. Sasaran
Penurunan Ha
Kawasan Kumuh
3. Kebutuhan
TB
Rusunawa
4. Kebutuhan RSH Unit
5. Kebutuhan
Berdasarkan
Pengembangan
Kws 3 3 3 3 3 arahan SPPIP,
Permukiman
hal 8-4
Baru

8.1.4. Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)


Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang
terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum

Kota Gorontalo VIII - 10


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas


 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra
 Kesiapan lahan (sudah tersedia)
 Sudah tersedia DED
 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
Master plan, Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi
 Ada unit pelaksana kegiatan
 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi

2. Khusus
Rusunawa
 Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
 Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
 Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
 Ada calon penghuni
RIS PNPM
 Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra
 Desa di Kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya
 Tingkat kemiskinan desa >25 %
 Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5
% dari BLM
PPIP
 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
 Usulan Bupati, terutama Kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
 Tingkat kemiskinan desa >25 %

Kota Gorontalo VIII - 11


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

PISEW
 Berbasis pengembangan wilayah
 Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
 Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan
rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini
diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a) Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam
ruang Kota.
b) Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
Kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya.
c) Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

Kota Gorontalo VIII - 12


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan


a) Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
Kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b) Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang Kota, dimana keterkaitan dengan
faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat
menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam
Kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti
pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c) Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a) Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b) Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air
limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan
kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme Kelembagaan
penanganannya.
b) Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.

8.1.5. Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan


1. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan
antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program
dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan
kemampuan pendanaan pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga untuk jangka

Kota Gorontalo VIII - 13


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk
menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga Kelima.

Tabel 8. 6. Format Usulan dan Priotitas Program Infrastruktur Permukiman Kota Gorontalo
Volume Kriteria
No. Program/Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi
/Satuan Kesiapan
I. Infrastruktur Kawasan
Permukiman
1. Pek. Jalan Lingkungan Kel. Kel. Molosipat
Molosipat Kec. Sipatna (Kompl. Kec. Sipatna
1 pkt 329.000.000
Perum Ersa Permai) (Kompl. Perum
Ersa Permai)
2. Infra. Kaw. Pemk. Perkotaan
(Kumuh ) Kws. Biawao Kec. Kota 1 pkt 1.000.000.000 Kec. Kota selatan
selatan
3. Infra. Kaw. Pemk. Perkotaan
(Kumuh ) Kws. Biawao, Kec. Kota 1 pkt 1.200.000.000 Kec. Kota selatan
Selatan
4. Pekerjaan Jalan Lingkungan
1 pkt 2.800.000.000 Kel. Tapa
Perum Kel. Tapa
5. Pekerjaan Jalan Lingkungan
Lokasi Kws. Kel. Lekobalo Kec. 1 pkt 880.000.000 Kec. Kota Barat
Kota Barat
6. Pek. Saluran Lanjutan Saluran Jln. Jln. Nani
1 pkt 200.000.000
Nani WartaBone WartaBone
II. Infrastruktur Permukiman RSH
yang Meningkat Kualitasnya
1. Perbaikan Jalan Lingkungan Kel.
1 pkt 1.000.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
2. Infra. Kaw. Pemk Perkotaan (RSH) Kelurahan
1 pkt 1.050.000.000
Kws. Kelurahan Huangobotu Huangobotu
3. Pembuatan Jalur Pejalan Kaki Kel.
1 pkt 1.600.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
4. Pembuatan Saluran Irigasi
Pembuang dan Jalan Setapak Kel. 1 pkt 1.200.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
5. Pembuatan Bangunan Silang Baru
1 pkt 1.550.000.000 Kec. Kota Timur
Kel. Biawao Kec. Kota Timur
6. Rehab Saluran dan pembuatan
Talud sungai Kel. Biawao Kec. 1 pkt 1.200.000.000 Kec. Kota Timur
Kota Timur
7. Lanjutan Peningkatan Jalan
Lingkungan Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 1.370.000.000 Kec. Kota Timur
Timur
8. Lanjutan Pemasangan Rambu
Peringatan Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 850.000.000 Kec. Kota Timur
Timur

Kota Gorontalo VIII - 14


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Volume Kriteria
No. Program/Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi
/Satuan Kesiapan
9. Lanjutan Pembersihan Saluran,
Pembuatan Talud sungai Kel. 1 pkt 850.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
10. Lanjutan Pembuatan Bangunan
Silang Baru Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 850.000.000 Kec. Kota Timur
Timur
11. Lanjutan Pembuatan Talud
Sungai Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 2.500.000.000 Kec. Kota Timur
Timur

2. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman


Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus
meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber
pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

Tabel 8. 7. Usulan Pembiayaan Proyek


APBD APBD
No. Program/Kegiatan APBN MSYKT Swasta CSR TOTAL
Prov Kota
I. Infrastruktur Kawasan
Permukiman
1. Pek. Jalan Lingkungan
Kel. Molosipat Kec.
329.000.000 329.000.000
Sipatna (Kompl. Perum
Ersa Permai)
2. Infra. Kaw. Pemk.
Perkotaan (Kumuh) Kws. 1.000.000.000 1.000.000.000
Biawao Kec. Kota selatan
3. Infra. Kaw. Pemk.
Perkotaan (Kumuh) Kws.
1.200.000.000 1.200.000.000
Biawao, Kec. Kota
Selatan
4. Pekerjaan Jalan
Lingkungan Perum Kel. 2.700.000.000 100 000.000 2.800.000.000
Tapa
5. Pekerjaan Jalan
Lingkungan Lokasi Kws.
800.000.000 80.000.000 880.000.000
Kel. Lekobalo Kec. Kota
Barat
6. Pek. Saluran Lanjutan
Saluran Jln. Nani 200.000.000 200.000.000
WartaBone
II. Infrastruktur
Permukiman RSH yang
Meningkat Kualitasnya
1. Perbaikan Jalan
Lingkungan Kel. Biawao 1.000.000.000 1.000.000.000
Kec. Kota Timur

Kota Gorontalo VIII - 15


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

2. Infra. Kaw. Pemk


Perkotaan (RSH) Kws. 1.050.000.000 1.050.000.000
Kelurahan Huangobotu
3. Pembuatan Jalur Pejalan
Kaki Kel. Biawao Kec. 1.600.000.000 1.600.000.000
Kota Timur
4. Pembuatan Saluran
Irigasi Pembuang dan
1.200.000.000 1.200.000.000
Jalan Setapak Kel.
Biawao Kec. Kota Timur
5. Pembuatan Bangunan
Silang Baru Kel. Biawao 1.550.000.000 1.550.000.000
Kec. Kota Timur
6. Rehab Saluran dan
pembuatan Talud Sungai
1.200.000.000 1.200.000.000
Kel. Biawao Kec. Kota
Timur
7. Lanjutan Peningkatan
Jalan Lingkungan Kel. 1.370.000.000 1.370.000.000
Biawao Kec. Kota Timur
8. Lanjutan Pemasangan
Rambu Peringatan Kel. 850.000.000 850.000.000
Biawao Kec. Kota Timur
9. Lanjutan Pembersihan
Saluran, Pembuatan
850.000.000 850.000.000
Talud Sungai Kel. Biawao
Kec. Kota Timur
10. Lanjutan Pembuatan
Bangunan Silang Baru
850.000.000 850.000.000
Kel. Biawao Kec. Kota
Timur
11. Lanjutan Pembuatan
Talud Sungai Kel. Biawao 2.500.000.000 80.000.000 2.580.000.000
Kec. Kota Timur

Kota Gorontalo VIII - 16


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 8. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kota Gorontalo

Kota Gorontalo VIII - 17


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kota Gorontalo VIII - 18


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

8.2. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan


8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya
wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan
peraturan antara lain:
 UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan Kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
 UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
 Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah;
 Status kepemilikan bangunan gedung; dan
 Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas

Kota Gorontalo VIII - 19


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak


lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup
keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi
kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga
diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
 PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005
tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan
fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan
bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan
bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah
daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai
acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung
dan lingkungan.
 Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen
RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut,
dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun
perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari
jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan
melalui peraturan WaliKota/Bupati.
 Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan

Kota Gorontalo VIII - 20


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen
tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL


Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan
kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi
di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan
gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan
Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
 Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan
dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan sosial;
 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
Kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
 Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

Kota Gorontalo VIII - 21


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga
terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
 Kegiatan penataan lingkungan permukiman
 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan;
 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.
 Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
 Peningkatan dan pemantapan Kelembagaan bangunan dan gedung;
 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
 Pelatihan teknis.
 Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
 Paket dan Replikasi.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Daerah


1. Isu Strategis
Isu-isu strategis berkenaan dengan penataan bangunan dan lingkungan,
terdiri dari isu strategis skala nasional dan isu strategis skala Kota Gorontalo.
Isu strategis nasional bersifat umum secara nasional sedangangkan isu strategis
skala Kota Gorontalo bersifat lokal dan spesifik yang keberadaannya bisa
berbeda dengan Kabupaten atau Kota lain di Indonesia.
Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap penataan bangunan dan
lingkungan saat ini adalah:
 Penataan Lingkungan Permukiman
 Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

Kota Gorontalo VIII - 22


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;


 Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau
(RTH) di perkotaan;
 Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi lokal;
 Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal;
 Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
 Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
 Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
bangunan gedung di Kab./Kota;
 Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional,
tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan;
 Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah
negara;
 Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan
rumah Negara.
 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
 Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang
atau sekitar 11,96 % dari total penduduk Indonesia;
 Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing
in-cash sesuai MoU PAKET;
 Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.

Kota Gorontalo VIII - 23


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Isu srategis penataan bangunan dan lingkungan pada tingkat Kota


Gorontalo terkait dengan penataan lingkungan permukiman dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 8. 9. Isu Strategis sektor PBL di Kota Gorontalo


No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL
1. Penataan Lingkungan  Kebutuhan peningkatan kualitas lingkungan
Permukiman permukiman kumuh
 Peningkatan kualitas lingkungan kawasan
tradisional/bersejarah
 Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal

2. Penyelenggaraan Bangunan  Rehabilitasi bangunan gedung negara


Gedung dan Rumah Negara  Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam
pengelolaan gedung dan rumah negara
 Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung
(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan

3. Pemberdayaan Komunitas  Penangulangan kemiskinan di perkotaan


dalam Penangulangan
kemiskinan

2. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat
PBL adalah dengan jumlah Kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi
berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah
10.925 Kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun
Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106
Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan
Bupati/WaliKota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota
dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan
bersama.
Peraturan perundangan terkait penataan bangunan dan lingkungan Kota
Gorontalo terdiri dari Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Kota Gorontalo VIII - 24
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Panjang dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo. Selain itu Kota
Gorontalo telah menetapkan peraturan daerah tentang bangunan yang
menjadi acuan hukum dalam pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan
bangunan.
Arahan kebijakan peraturan perundangan yang dimaksud dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 8. 10. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan WaliKota Terkait Penataan


Bangunan dan Lingkungan

Perda/pergub/perwal
No. Jenis Amanat Kebijakan
No./Thn Perihal
Produk
1. PERDA 9/2008 RPJPD Kota  Sasaran Pokok terkait pengembangan permukiman:
Kota Gorontalo Terwujudnya penataan ruang perkotaan yang berwawasan
Gorontalo Tahun 2008- lingkungan ditunjukan dengan tertatanya lingkungan
2027 pemukiman penduduk dan fasilitas umum yang sehat, bersih,
nyaman, indah dan bebas banjir.
 Arah Pembangunan terkait pengembangan permukiman:
Mewujudkan penataan ruang perkotaan yang berwawasan
lingkungan, diwujudkan dengan peningkatan penataan
lingkungan dan pemukiman penduduk, fasilitas umum serta
menciptakan ruang Kota yang nyaman, asri dan menaraik.
2. PERDA 40/2011 RTRW Kota Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
Kota Gorontalo mekanisme pemanfaatan ruang dengan berpedoman pada
Gorontalo Tahun 2010- peraturan zonasi dan rencana rinci tata ruang
2030
3. PERDA 12/2005 Bangunan Bertujuan untuk:
Kota  Mewujudkan bangunan yang tertata sesuai dengan
Gorontalo peruntukan
 Mewujudkan bangunan yang fungsional dan sesuai dengan
tata bangunan yang serasi, selaras dengan lingkungan.
 Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang
menjamin keandalan teknis bangunan dari segi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
 Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
bangunan.

Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan


non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah
melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan
serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377
Kabupaten/Kota.
Kota Gorontalo VIII - 25
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian Sektor PBL di Kota Gorontalo
perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan. Tetapi berhubung data
yang tersedia tidak lah cukup sehingga tahapan ini belum bisa dilakukan secara
optimal.
Data yang dihimpun untuk kondisi eksisting sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan Kota Gorontalo, baru terdiri dari Rencana ruang terbuka hijau
di Kelurahan Limba U II dengan luas 2.625 M2 atau sebesar 80 %.

Tabel 8. 11. Penataan Lingkungan Permukiman


Kawasan Tradisional Penanganan
RTH Pemenuhan SPM
Bersejarah Kebakaran
%
Nama Dukungan Lokasi/Nama Ketersediaan % HS Prasarana
Luas RTH Luas Instansi
Kawasan Infrastruktur RTH IMB IMB BGN Kebakaran
RTH
RTH Limba U II 2625 M2 80

Program pemberdayaan komunitas dalam rangka penanggulangan


kemiskinan di Kota Gorontalo dilaksanakan oleh PNPM Perkotaan-P2KP di 2
(dua ) Kelurahan yaitu Kelurahan Buladu dan Kelurahan Tenilo yang ke-duanya
berada di Kecamatan Kota Barat. Program pemberdayaan tersebut berkaitan
dengan pembangunan sarana dan prasarana fisik.

Tabel 8. 12. Pemberdayaan komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan


Kegiatan PNPM Kegiatan Pemberdayaan
No. Kecamatan
Perkotaan (P2KP) Lainnya
1. Kel. Buladu, Kec. Kota Barat Parasarana & Sarana Fisik
2. Kel. Tenilo, Kec. Kota Barat Parasarana & Sarana Fisik

3. Permasalahan dan Tantangan


Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa
permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
 Penataan Lingkungan Permukiman:
 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
kebakaran;

Kota Gorontalo VIII - 26


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL


untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam
penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
 Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
ekonomi utama Kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
 Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
permukiman yang diindikasikan dengan masih Kecilnya alokasi anggaran
daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
 Masih adanya Kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara;
 Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk Kota metropolitan,
besar, sedang, Kecil di seluruh Indonesia;
 Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib
dan efisien;
 Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan
baik.

Kota Gorontalo VIII - 27


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:


 Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan
hijau/terbuka, sarana olah raga.
 Kapasitas Kelembagaan Daerah:
 Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
 Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
 Masih perlunya peningkatan dan pemantapan Kelembagaan bangunan
gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

Permasalahan dan tantangan sektor PBL di Kota Gorontalo tidak jauh


berbeda dengan pemasalahan dan tantangan yang dihadapi secara nasional.
Seperti belum seluruhya RTH yang ada memenuhi standar yang ditentukan,
Terkendalanya penyediaan Prasarana dasar sistem proteksi kebakaran, belum
konsistem dalam penetapan HSBGN, kekurangan pada pembiayaan gaji dan
kurangnya partisipasi masyarakat.

Tabel 8. 13. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan


Lingkungan

Tantangan Alternatif Solusi


No. Apek PBL Permasalahan yang Dihadapi
Pengembangan
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Aspek Teknis  Belum seluruhnya RTH Publik yang Semakin  Penataaan RTH
ada memenuhi standar meningkatnya  Penguatan
 PSD RISPK terkendala dengan kepadatan bangunan kelembagaan
minimnya Kelembagaan dan dan penyiapan
Kelengkapan armada armada
Aspek Kelembagaan
Aspek Pembiayaan  Minimya alokasi anggaran daerah Alokasi APBD sangan Sinkronisasi
dalam rangka peningkatan kualitas kecil untuk kegiatan provinsi
lingkungan untuk pemenuhan SPM pemenuhan SPM dan kota untuk
peningkatan
kualitas SDM
Aspek Peran Serta  Minimnya pengetahuan Masyarakat Sosialisasi dan
Masyarakat/Swasta masyarakat dalam rangka melakukan perketatan IMB
pemanfaatan dan pengendalian pembangunan tanpa
pemanfaatan ruang IMB

Kota Gorontalo VIII - 28


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Aspek Lingkungan  Penurunan kualitas lingkungan Timbulnya kws kumuh Penyususuna


Permukiman hunian dokumen RTBL
II. Kegiatan PenyelenggaraanBangunan Gedung dan Rumah negara
Aspek Teknis
Aspek Kelembagaan  Belum konsistem dalam HSBGN sangat Pembuatan HSBGN
menetapkan HSBGN bervariatif per triwulan
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dala Penanggulangan Kemiskinan
Aspek Teknis
Aspek Kelembagaan
Aspek Pembiayaan  Kekurangan dana sharing pemkot Biaya Belanja masih Mendorong setiap
besar SKPD u alokasi
dana Sosial
Aspek Peran Serta  Kurangnya peran serta masyarakat Tingkat partisipati Sosialisasi program
Masyarakat/Swasta rendah pemberdayaan
Aspek Lingkungan  Meningkatnya kebutuhan NSPM Belum optimal Penyusunan NSPM
Permukiman yang berkaitan dengan pengolahan kebutuhan NSPM
dan penyelenggaraan bangunan
gedung.

8.2.3. Analisis Kebutuhan


Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab./Kota,
mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU
No. 8 Tahun 2010.

Tabel 8. 14. Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan


Tahun
No. Uraian Satuan Keterangan
I II III IV V
I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Ruang terbuka Hijau M2 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
(RTH)
Ruang Terbuka M2 500 500 500 500 500
PSD Unit 5 5 5 5 5
PS Lingkungan Unit 5 5 5 5 5
HSBGN Laporan 1 1 1 1 1
Pelatihan Teknis Tenaga laporan 1 1 1 1 1
Pendata HSBGN
lainnya
II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Bangunan Fungsi Hunian Unit
Bangunan Fungsi Unit
Keagamaan
Bangunan Fungsi Usaha Unit
Bangunan Fungsi Sosial Unit
Budaya
Bangunan Fungsi Khusus Unit

Kota Gorontalo VIII - 29


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Bintek Pembangunan laporan 1 1 1 1 1


Gedung Negara
Lainnya
III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dala Penanggulangan Kemiskinan
P2KP
PLPBK kws 2 2 2 2 2
...

8.2.4. Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)


Penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang
mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping,
pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan Kelembagaan yang akan
menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur
dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
1. Fasilitasi Ranperda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
 Kabupaten/Kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan
Gedung;
 Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
2. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Kriteria Khusus : Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
 Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya;
 Bagian dari rencana pembangunan wilayah/Kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
3. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)
Kriteria Lokasi :
Kota Gorontalo VIII - 30
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;


 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
 Kawasan yang dilestarikan/heritage;
 Kawasan rawan bencana;
 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi
sosial/budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga
(central business district);
 Kawasan strategis menurut RTRW Kab./Kota;
 Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
 Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
4. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen
kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan
pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL
(jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
 Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah
(jika luas perencanaan < 5 Ha);
 Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi
Kawasan:
 Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

Kota Gorontalo VIII - 31


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;


 Bagian dari rencana pengembangan Wilayah/Kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
 Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman
(RTH Publik);
 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman baikalamiah maupun ditanam (UU No.
26/2007 tentang Tata ruang);
 Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari
luas wilayah Kota;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional
Bersejarah:
 Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (Kota/Kabupaten);
 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan
estetis;
 Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
 Ada Perda Bangunan Gedung;
 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata
Ruang;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kota Gorontalo VIII - 32


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman


Tradisional/Ged Bersejarah
 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-Bersejarah;
 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
 Ada DDUB;
 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;
 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,
diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi
prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran
 Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal
SK/peraturan Bupati/WaliKota);
 Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan
DPRD);
 Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;
 Ada lahan yg disediakan Pemda;
 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
 Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;
 Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan,
terminal, stasiun, bandara);
 Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktivitas sosial
masyarakat (taman, alun-alun);
 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kota Gorontalo VIII - 33


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

8.2.5. Usulan program dan Kegiatan


Tabel 8. 15. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Gorontalo

Kota Gorontalo VIII - 34


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kota Gorontalo VIII - 35


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

8.3. Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


8.3.1. Arah Kebijakan Air Minum (SPAM)
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.
Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan
usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau Kelompok
masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air
minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban
sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan


sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:

 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air
minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air
minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang
(RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih
rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik
(Kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga
menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas Kelestarian,
Kota Gorontalo VIII - 36
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan,


keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang
bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik
dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air
minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui
Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit
produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM
bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau
bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi
kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin
hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun
2005.

Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan

Kota Gorontalo VIII - 37


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun


fungsinya antara lain mencakup:
 Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air
minum;
 Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem
penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan
sosial;
 Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;
 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan Kelembagaan
dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

8.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Daerah


1. Isu Strategis
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya
Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini
didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-
isu strategis tersebut adalah:
 Peningkatan Akses Aman Air Minum;
 Pengembangan Pendanaan;
 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;
 Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;
 Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;
 Rencana Pengamanan Air Minum;
 Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan
 Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis
dan Penerapan Inovasi Teknologi.
Isu strategis sektor Air Minum di Kota Gorontalo yang dapat di identifikasi
awal adalah berkaitan dengan:
 Peningkatan kapasitas IPAL

Kota Gorontalo VIII - 38


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Pengembangan sumber-sumber air baku,


 Pemanfaatan Danau Limboto sebagai sumber cadangan air baku
 Optimalisasi peningkatan kapasitas pasokan dan mengurangi angka
kebocoran.
2. Kondisi Eksisting
Aspek Teknis
Sumber Air baku untuk layanan air minum di Kota Gorontao berasal dari
Sungai Bone. Adapun cakupan pelayanan Air Minum yang dikelolah oleh PDAM
Kota Gorontalo dengan sistem perpipaan pada tahun 2012 mencapai 77,5 %
dimana pada tahun sebelumnya hanya mampu melayani 76,6 % dengan jumlah
pelanggan 19.544 unit dengan melayani 153.078 jiwa. Kualitas air pelanggan
juga mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang hanya pada angka 75 %
menjadi 93,2 % pada tahun 2012. Kapasitas terpasang 587 L/det dengan
kapasitas produksi 235 l/dt.

Tingkat kehilangan air pada tahun 2011 mencapai 34,4 % dan pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi 25,4 %. Untuk jam pelayanan mengalami
penurunan pada tahun 2011 jam pelayanannya ialah 22 jam/hari sedangkan
pada tahun2012 menjadi 15 jam/hari.

Aspek Pendanaan
Tarif rata-rata untuk pelayanan air minum oleh PDAM Kota Gorontalo
adalah 4.242 Rp/m3. Adapun biaya pemeliharaan mencapai angka
Rp.1.452.284.00.

Kelembagaan
Status Kelembagaan PDAM Kota Gorontalo adalah Badan Usaha Milik
daerah. Jumlah pegawai PDAM sebanyak 147 orang dengan berbagai macam
latar pendidikan.

Peran Serta Masyarakat


Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan air minum belum memiliki
gambaran yang jelas, hal tersebut disebabkan oleh minimnya data menyangkut

Kota Gorontalo VIII - 39


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat mengembangan SPAM


di wilayah mereka, dan peran serta masyarakat dalam memelihara kuantitas
dan kualitas sumber air.

Tabel 8. 16. Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kota Gorontalo

Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air


Sistem Jumlah Jumlah %
Luas %
jaringan Penduduk Penduduk Pendudu Lokasi Debit
WP Wilayah
WP Terlayani k
Perpipaan 197.467 jiwa 153.078 77,5 % 100 Sungai 107.295 L/dt
jiwa Bone (air
permukaan)
Non Perpipaan  Mata Air
Botu
 Mata Air
Dembe
 Mata Air
Lekobalo
Total

3. Permasalahan dan Tantangan


Adapun permasalahan pengembangan AM pada tingkat nasional antara
lain:
 Peningkatan Cakupan dan Kualitas
 Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan
belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk.
 Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih
memerlukan pembinaan.
 Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan
tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.
 Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus
membayar lebih mahal.
 Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum
masyarakat belum memadai.
 Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak
minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.
Kota Gorontalo VIII - 40
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya


akses air minum yang aman.
 Pendanaan
 Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah
pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan
pemeliharaan.
 Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari
pinjaman luar negeri.
 Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam
pengembangan SPAM masih rendah.
 Kelembagaan dan Perundang-Undangan
 Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan
SPAM.
 Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh
penyelenggara SPAM (PDAM).
 Pemekaran wilayah di beberapa Kabupaten/Kota mendorong
pemekaran badan pengelola SPAM di daerah.
 Air Baku
 Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas.
 Kualitas sumber air baku semakin menurun.
 Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah
yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.
 Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga
menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.
 Peran Masyarakat
 Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air
baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih
dianggap sebagai urusan pemerintah.
 Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum
sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.
Kota Gorontalo VIII - 41
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang


mencukupi kebutuhannya sendiri.
Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke
depan, agar dapat digambarkan, misalnya :
 Tantangan Internal:
 Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini
adalah mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum
memiliki akses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya
angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan
lainnya dalam pengembangan SPAM adalah adanya tuntutan PP
16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria yang
telah disyaratkan.
 Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang
belum dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif
dengan prinsip full cost recovery merupakan tantangan besar dalam
pengembangan SPAM.
 Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional
merupakan tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.
 Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal
sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan
kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.
 Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM
yang belum diberdayakan.
 Tantangan Eksternal
 Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar
pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.
 Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang
menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

Kota Gorontalo VIII - 42


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals


(MDGs) 2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana Pembangunan
perkotaan harus berimbang dengan pembangunan perdesaan.
 Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal
dan masyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta.
 Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim
investasi yang kompetitif.

8.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum


Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara
kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu
tertentu. Kondisi pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71 %, dilihat
dari proporsi penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman)
yang mencakup 49,82 % di perkotaan dan 45,72 di perdesaan.

1. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kota Gorontalo


Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air
minum. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penyediaan air
minum, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun
kebutuhan pengembangan Kota (development need). Pada bagian ini diuraikan
penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari komponen
penyediaan air minum baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta
diperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana Kota yang telah
disepakati.
Analisis kebutuhan Pengembangan SPAM merupakan hasil rangkaian
analisis diantaranya adalah analisis hasil survey kebutuhan nyata (real demand
survey), analisis kebutuhan dasar air minum, analisis kebutuhan program
pengembangan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi.

Kota Gorontalo VIII - 43


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 17. Analisis Kebutuhan Pengembangan Air Minum

Kota Gorontalo VIII - 44


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

2. Kebutuhan Pengembangan
Kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra DJCK tahun
2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan,

Kota Gorontalo VIII - 45


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi, Dan Penyelenggaraan


Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

8.3.4. Program-Program dan Kriteria Penyiapan, Serta Skema Kebijakan Pendanaan


Pengembangan SPAM
1. Program-Program Pengembangan SPAM
Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain:
a) Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
 Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40 % target Sambungan
Rumah (SR) total
 Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
b) Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:
 Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
 Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40 % dari
target total SR untuk MBR
 Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani
SPAM
c) Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:
 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

Kota Gorontalo VIII - 46


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Kegiatan:
 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)
 Jaringan distribusi untuk maksimal 40 % target Sambungan
Rumah (SR) total
 Indikator:
 Peningkatan kapasitas (liter/detik)
 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
d) Program Desa Rawan Air/Terpencil
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
 Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber
air baku relatif sulit)
 Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama
 Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM
e) Program Pengamanan Air Minum
Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:
 Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko
 Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu
sampai hilir
 Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
yang disusun berdasarkan:
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
(2) Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;
(3) Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;
(4) Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat;
(5) Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
2. Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)

Kota Gorontalo VIII - 47


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan


SPAM pemerintah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
 Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16/2005
Pasal 26 ayat 1 s/d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk
Pengembangan SPAM.
 Tersedia dokumen RPI2JM bidang Cipta Karya
 Tersedia studi Kelayakan/justifikasi teknis dan biaya
 Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm
 Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar 200 mm;
 Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau
diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;
 Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007)
 Ada indikator kinerja untuk monitoring
 Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik
 Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh
masyarakat pada tahun yang sama
 Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan
 Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan
fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun
 Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD
atau BLUD)
 Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang
kesanggupan/ kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas.

Kota Gorontalo VIII - 48


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

8.3.5. Usulan Program dan Kegiatan Pengembanagan SPAM


Tabel 8. 18. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM Kota Gorontalo

Kota Gorontalo VIII - 49


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

8.4. Rencana Penyehatan Lingkungan Permukiman


8.4.1. Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penyehatan Lingkungan Permukiman

A. Air Limbah
Peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara
lain:
 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian
sumber air.
 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah
permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan
air minum.
 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui
pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah
pada kawasan perkotaan.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan
tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.

Kota Gorontalo VIII - 50


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998


tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan
dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air
penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream
standard) dan standar efluen (effluent standard).
Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal
Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal
dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman
serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat
menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga
perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua
sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite).
Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air
limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi
individual sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana
fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan
air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).

B. Persampahan
Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem
pengelolaan persampahan, antara lain:
 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas,
maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu
baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.

Kota Gorontalo VIII - 51


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya
perlindungan dan pelestarian sumber air.
 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang
mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan
dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran
pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan
pengelolaan sampah sebagai berikut:
 Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu;
 Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
 Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
 Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
 Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat
pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem
pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung
sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini
 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
 Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga

Kota Gorontalo VIII - 52


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan


sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang
meliputi:
 Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;
 Penyelenggaraan pengelolaan sampah;
 Kompensasi;
 Pengembangan dan penerapan teknologi;
 Sistem informasi;
 Peran masyarakat; dan
 Pembinaan.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di
perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai
persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum,
Penanganan Sampah, Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan
Akhir Sampah, dan Penutupan/Rehabilitasi TPA.
Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu:
 Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam
rumah tangga (tidak termasuk tinja);
 Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dll;

Kota Gorontalo VIII - 53


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana,


bongkaran bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara
teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik
harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada
penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus
di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang
berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer
dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi,
konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

C. Drainase
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem
pengelolaan drainase, antara lain:
 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan
prasarana masih rendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk
sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta
jiwa.
 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab./Kota dan Pemerintah Desa
dalam pengelolaan sumber daya air
 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya
melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul
air limbah pada kawasan perkotaan.

Kota Gorontalo VIII - 54


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014
Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam
RPJMN tahun 2010-2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas
genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis perkotaan.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang.
Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi
SPM perlu tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan
skala Kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2
jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di
Indonesia dan pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang (RTR) seperti di daerah-daerah yang
seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding Pond) dan daerah-
daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang
masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas
penyediaan prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tampung
sungai. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir
atau genangan yang semakin meningkat.
Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang
didefinisikan sebagai drainase di wilayah Kota yang berfungsi untuk
mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu
dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem
drainase di banyak Kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat
parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan
secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara
menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey,
Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation (Operasi) dan

Kota Gorontalo VIII - 55


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan


Kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat.

8.4.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Daerah


A. Air Limbah
1. Isu Strategis
Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah
permukiman di Indonesia antara lain:
 Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah
permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana
sanitasi dasar mencapai 90,5 % di perkotaan dan di pedesaan
mencapai 67 % (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas
pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar
teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan
sistem terpusat baru mencapai 2,33 % di 11 Kota (Susenas 2007
dalam KSNP Air Limbah).
 Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan
pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis
masyarakat.
 Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan
hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan
yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman
serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

Kota Gorontalo VIII - 56


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air
limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta
lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
 Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber
pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari
pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif
pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik
untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

Isu Strategis untuk pengolahan air limbah di Kota Gorontalo terdiri


dari:
 Kelembagaan
 Perda nomor 12 tahun 2008 tentang struktur organisasi badan
lingkungan hidup.
 Petugas pelayanan penyedotan limbah tinja sudah memadai
 Kader petugas teknis melalui pelatihan baik formal maupun non
formal.
 Keuangan
 Sudah ada prioritas penganggaran yang mengarah pada kegiatan
operasional dan maintenance IPLT
 Teknis
 Sudah ada pendataan pelayanan penyedotan tinja
 Kegiatan terkait penyedotan tinja sudah masuk dalam Renstra BLH
 Ada program pembersihan/pengerukan bak IPLT
 Memiliki mobil tinja yang umurnya sudah melampaui umur teknis
kendaraan
 Memiliki IPLT
Kota Gorontalo VIII - 57
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

2. Kondisi Eksisting
Menyajikan gambaran secara umum kondisi eksisting sistem
pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kota Gorontalo baik pada aspek
teknis maupun pada aspek non teknis pendukung. Untuk menggambarkan
kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan
pemerintah Kota Gorontalo, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:
 Aspek teknis
Berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang terdiri dari:
 Sebagian besar masyarakat Kota Gorontalo masih menggunakan
pengolahan air limbah sistem setempat/onsite, berupa jamban
Keluarga maupun MCK komunal.
 Sistem pengolahan Onsite, 80 % menggunakan septikk tank sangat
sederhana terolah dan sisanya 20 % tidak terolah langsung masuk
kesungai.
 Satu MCK umum bisa melayani ± 5 KK.

Tabel 8. 19. Kapasitas Pelayanan Eksisting Skala Kota Gorontalo


Prasarana dan Sistem Lembaga Keterangan
Jumlah Kapasitas
Sarana Pengelolaan Pengelolaan Kondisi
Truk Tinja
IPLT 1 On-site BLH
IPAL

Tabel 8. 20. Cakupan Pelayanan Sistem On Site


Jumlah PS Sanitasi Sistem On Site
Pengumpulan Pengolahan
No. Kecamatan
Jamban Septik
MCK Lainnya Cubluk Lainnya
Keluarga tank
1. Kota Timur 4463 23 - 4463 - -
2. Kota Selatan 3662 5 - 3662 - -
3. Kota Utara 2289 23 - 2289 - -
4. Kota Tengah 4376 16 - 4376 - -
5. Kota Barat 3554 12 - 3554 - -
6. Dungingi 4501 57 - 4501 - -
7. Hulonthalangi 1731 6 - 1731 - -
8. Dumbo raya 2112 8 - 2112 - -
9. Sipatana 2899 24 - 2899 - -
Jumlah 29587 174 29587
Kota Gorontalo VIII - 58
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 21. Parameter Teknis Wilayah


No. Uraian Besaran Keterangan
Karakteristik Fisik Kota
1. Jumlah Penduduk 201.509 Jiwa Thn 2012, sumber BPS
Tingkat Kepadatan
 Sangat Tinggi (>400 jiwa/hektar) .....Ha
 Tinggi (300-400 jiwa/hektar .....Ha
 Sedang (200-300 jiwa/hektar) .....Ha
 rendah (<400 jiwa/hektar 25 jiwa/Ha
2. Tipe Bangunan Rumah Tangga
 Permanen ...%KK atau.....unit
 Semi Permanen ...%KK atau.....unit
 Tidak Permanen ...%KK atau.....unit
3. Badan Air
 Nama Sungai/danau/Waduk Sungai Bone,
 Peruntukan Sumber air baku, irigasi
 Debit 107.295 Ltr/dt (air Sumber: Website
permukaan) Pemerintah Kota
Gorontalo
 Kualitas ....BOD Mg/ltr
....COD Mg/ltr

 Pendanaan
Realisasi retribusi untuk aspek air limbah pada tahun 2012 mencapai
Rp. 7.650.000 dimana angka tersebut mengalami peningkatan sebesar
33,33 % di setiap tahun dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
 Kelembagaan
Organisasi pengelola air limbah di Kota Gorontalo saat ini ditangani
oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH).
 Peraturan Perundangan
Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah
permukiman yang dimiliki saat ini oleh Pemerintah Kota terkait
penarikan retribusi untuk penyedotan lumpur tinja adalah PERDA
Kota Gorontalo no 14 thn 2011, PERDA Kota Gorontalo No.12 tahun
2008 tentang struktur organisasi badan lingkungan hidup yang
diberikan kewenangan dalam pengolahan sistem air limbah.

Kota Gorontalo VIII - 59


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Peran Serta Swasta dan Masyarakat


Berdasarkan dokumen Buku Putih Sanitasi Kota Gorontalo tahun
2013, persentase kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki
sarana prasarana air limbah adalah 69,7 % angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan persentase masyarakat yang belum memiliki
kesadaran yang hanya mencapai angka 30,3 %.

3. Permasalahan dan Tantangan


Menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-
masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran
yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan
kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek
teknis, keuangan dan Kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi
persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan
mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada
di kawasan tersebut.
Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia,
secara umum adalah:
 Belum optimalnya penanganan air limbah,
 Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah
 Belum optimalnya manajemen air limbah:
 Belum optimalnya perencanaan;
 Belum memadainya penyelenggaraan air limbah.

Tabel 8. 22. Permasalahan Pengelolaan Air Limbah yang Dihadapi


Tindakan
Aspek Pengelolaan
No. Permasalahan Yang sudah Yang Akan
Air Limbah
Dilakukan Dilakukan
1. Teknis Sebesar 23,8 % masyarakat Belum ada Sosialisasi dan
Kota Gorontalo memiliki penerapan septik
tangki septik suspek tidak tank standar PU
aman
Terjadi pencemaran karena Pembuala Ipal Pembuala Ipal
SPAL sebesar 58 %. komunal komunal
Terjadi pencemaran karena Belum ada Pembuatan IPLT

Kota Gorontalo VIII - 60


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

pembuangan isi tangki septik


sebesar 55,2 %.
Tindakan
Aspek Pengelolaan
No. Permasalahan Yang sudah Yang Akan
Air Limbah
Dilakukan Dilakukan
Perencanaan sektor sanitasi Belum Penyusunan
belum komprehensif Dokumen RPI2JM
Sanitasi /limbah belum Program Perluasan
menjadi program prioritas pemberdayaan pentingnya PHBS
masyarakat
Koordinasi lintas sektor kurang Rapat korrdinasi Penyusunan
antar sektor Dokumen RPI2JM
Kelembagaan Promosi tentang pelayanan Belum ada Pengelolaan
penyedotan limbah tinja Limpah tinja
masih kurang dengan IPLT
Alokasi pendanaan dari Pengalokasian Mencari
kemampuan APBD Kota anggaran cipta pembiayaan
Keuangan
Gorontalo masih terbatas karya di swasta
tingkatkan

Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah Setiap


Kab./Kota wajib menguraikan tantangan dan peluang sesuai karakteristik
Kab./Kota masing-masing terkait pembangunan sektor air limbah.
Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan
eksternal. Tantangan internal berhubungan dengan cakupan pelayanan air
limbah, kejadian penyakit karena buruknya pengelolaan air limbah,
perlindungan sumber air baku, kualitas Kelembagaan, penggalian sumber
dana serta pembagian porsi dana APBN dan APBD. Sedangkan tantangan
eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja
secara terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya 50 %
masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun
2015.
Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar
bidang PU yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten/Kota.
Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada
Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggung

Kota Gorontalo VIII - 61


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

jawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk


sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM yang
merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah.
Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan
Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum.
Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya
kewajiban penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan
perlindungan sumber air baku dalam tataran undang-undang sampai
dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur
keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem
penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan
kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.
Peluang dan tantangan untuk aspek pengelolaan air limbah di Kota
Gorontalo, antara lain terdiri dari:
 Dana bantuan APBN melalui dipa Provinsi Gorontalo;
 Petugas pelayanan penyedotan limbah tinja sudah memadai;
 Kader petugas teknis melalui pelatihan baik formal maupun non
formal;
 Pembebasan lahan untuk pengembangan IPLT belum terwujud;
 Peran media belum optimal dalam mendukung program
pembangunan air limbah.

B. Persampahan
1. Isu Strategis
Merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan
informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah,
seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra
Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen

Kota Gorontalo VIII - 62


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan permukiman


di Kabupaten/Kota.
Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan
persampahan di Indonesia antara lain:
 Kapasitas Pengelolaan Sampah
Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:
 Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju
timbulan sampah perkotaan antara 2-4 % per tahun. Dengan
bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan
konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.
 Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.
Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama
pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain
rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat
yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan
atau membakar sampah di tempat terbuka.
 Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di Kota-Kota
besar dan Kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA
memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak
terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas
otonomi daerah.
 Kemampuan Kelembagaan
Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai
regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya
SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam
pelayanan persampahan.
 Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya
alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat
dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah.

Kota Gorontalo VIII - 63


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan


sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD.
Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada
buruknya kualitas penanganan sampah.
 Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis
potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan
sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang
persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat
pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
 Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan
sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak
dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Isu-isu strategis berkenan dengan kondisi sistem persampahan di Kota


Gorontalo, terdiri dari:
 Sebesar 68,3 % masyarakat belum terlayani oleh sistem pengelolaan
sampah yang memadai
 Sebesar 93,3 % masyarakat belum melakukan pengolahan sampah
setempat
 Sudah ada prioritas penganggaran yang mengarah pada kegiatan
kebersihan
 Sudah ada pendataan pelayanan kebersihan
 Kegiatan terkait pelayanan kebersihan sudah masuk dalam Renstra
BLH
2. Kondisi Eksisting
Menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang
telah dilakukan pemerintah Kota Gorontalo, perlu diuraikan hal-hal berikut
ini:

Kota Gorontalo VIII - 64


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Aspek Teknis
Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini
yang dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal),
pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:
 Teknik Operasional pengelolaan persampahan:
(1) Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);
(2) Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA
(m3/hari);
(3) Cakupan pelayanan (ha).
 Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);
 Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R
(reduce, reuse, recycle);
 Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;
 Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan
persampahan yang ada;
 Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir);
 Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.
 Pendanaan
Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemkot/Swasta dalam
membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan
sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana
individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah Kota
Gorontalo untuk pengelolaan persampahan. Aspek pendanaan terdiri
dari;
 Sumber Pendapatan (Pemda, Retribusi);
 Struktur biaya operasional: Pengumpulan dan penyampuran;
Penampungan sementara; Pengangkutan; dan Pembuangan akhir.

Kota Gorontalo VIII - 65


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Retibusi untuk persampahan di lima tahun terakhir mengalami


peningkatan sebesar 33,33 %. Di tahun 2012 nilainya mencapai
angka Rp. 158.686.500.
 Kelembagaan
Menguraikan organisasi pengelolaan persampahan yang mencakup
bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata
laksana kerja, serta kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi
pengelola persampahan saat ini. Termasuk juga informasi tentang:
 Pelaksanaan penanganan sampah skala sumber, kawasan,
Kota/Kabupaten dan regional;
 Memiliki Perda No. 16 tahun 2011 tentang Retribusi pelayanan
kebersihan dan persampahan;
 Mempunyai tenaga kerja/ pasukan berjumlah 200 orang.
 Peraturan Perundangan
Menguraikan peraturan-peraturan yang sudah ada saat ini yang
terkait dengan pengelolaan persampahan (tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota), diantaranya:
 Peraturan perundangan tentang kebersihan;
 Peraturan perundangan tentang Pembentukan badan pengelola
persampahan skala Kota/Kabupaten;
 Peraturan perundangan tentang retribusi (struktur tarif, prosedur
dan kewajiban pelanggan);
 Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan
persampahan skala regional dengan pemerintah Kota/Kabupaten
lain;
 Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan
persampahan skala kawasan dengan badan usaha swasta;
 Peraturan perundangan tentang peran serta masyarakat.

Kota Gorontalo VIII - 66


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Dalam aspek peraturan perundangan perlu juga diuraikan tentang


Kesesuaian peraturan dan kondisi lapangan serta pelaksanaan
peraturan yang ada
 Peran Serta Masyarakat
Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan
persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di
dalam masyarakat Kota/Kabupaten yang meliputi kesediaan
masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap
aturan terkait pengelolaan persampahan, perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sampah (apakah sudah melakukan 3R), kegiatan-kegiatan
apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat
misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan
persampahan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam
pengelolaan sampah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan
prasarana yang ada.

3. Permasalahan dan Tantangan


Identifikasi permasalahan persampahan dilakukan dengan
menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kota Gorontalo dengan
membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin
dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan
pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis,
keuangan dan Kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan
setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan
tipologi serta parameterparameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data
permasalahan pada sub sektor persampahan. Hasil identifikasi
permasalahan dituangkan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.

Kota Gorontalo VIII - 67


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 23. Permasalahan Pengelolaan Persampahan yang Dihadapi

Tindakan
Aspek Pengelolaan
No. Permasalahan Yang sudah Yang Akan
Persampahan
Dilakukan Dilakukan
A. Kelembagaan
BLH menjadi
 Bentuk organisai Pengelola BLH kurang optimal Belum ada
dinas kebersihan
Korrdinasi antar
Lemahnya koordinasi
 Tata laksana (tupoksi, SOP) Belum ada sektor
lintas sektor
ditingkatkan
Jumlah SDM memadai Peningkatan Penambahan
 Kuantitas dan Kualitas SDM
kurang Kualitas jumlah Pegawai
B. Pembiayaan
 Sumber-sumber Pencarian
pembiayaan (APBD Ketergantugan terhadap Alokasi dana sumber
Prov/Kota/Sawasta/Masyar APBD Kota Gorontalo ditingkatkan pendanaan
akat/dll) swasta
 Retribusi Belum optimal Review perda
Belum ada
penarikan retribusi retribusi sampah
C. Perundangan
 Perda, Perwali, dst
D. Saksi bagi setiap
Masyarakat kurang
Peran serta Masyarakat dan pembuangan
sadar dalam menjaga Belum ada
Swasta sampah tidak
kebersihan
pada tempatnya
E. Teknis Operasional
 Dokumen perencanaan MP Persampahan belum Penyusunan MP
Belum ada
(MP, FS, DED) ada persampahan
Pewadaman masih Penambahan Penambahan
 Pewadahan
kurang pewadan pewadan
 Pengumpulan
Penambahan Penambahan
 Penampungan sementara Jumlah TPS kurang penampungan penampungan
sementara sementara
Sebahagaian mobil
pelayanan kebersihan
Penambahan Penambahan
 Pengangkutan yang umurnya sudah
armada baru armada baru
melampau umur teknis
kendraan
Sampah belu dikelola Pembuatan TPST
 Pengolahan 3R Belum ada
dengan baik 3R
Memiliki TPA dan
sekarang tidak berfungsi
Pembuatan TPST
 Pengelolaan Akhir di TPA sudah dialihkan ke TPA Belum ada
3R
Regional Talumelito
Provinsi Gorontalo

Kota Gorontalo VIII - 68


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia,


secara umum adalah:
 Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,
jumlah sampah per kapita meningkat);
 Belum optimalnya manajemen persampahan:
 Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan
monitoring dan evaluasi);
 Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan
persampahan (kapasitas, pendanaan dan aset manajemen);
 Belum memadainya penanganan sampah.
Tantangan pengembangan persampahan Kota Gorontalo menguraikan
tantangan dan peluang sesuai karakteristik daerah terkait pembangunan
sektor persampahan. Tantangan dalam sektor persampahanan meliputi
peningkatan cakupan pelayanan, peningkatan Kelembagaan, penggalian
sumber dana dari pihak swasta, peningkatan kondisi dan kualitas TPA
melalui peningkatan komitmen stakeholder Kota dalam hal alokasi
pembiayaan dan inovasi teknologi pengolahan sampah, peningkatan
pelaksanaan program 3R, serta peningkatan upaya penegakan hukum atas
pelanggaran pembuangan sampah.
Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar
Pelayanan Minimum. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam
Permen PU No.14/PRT/M/2010 yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat
sebagai bagian dari beban dan tanggung jawab Kelembagaan yang
menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang
dituangkan didalam dokumen RPI2-JM bidang Cipta Karya yang merupakan
tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Persampahan. Target
pelayanan dasar bidang Persampahan sesuai dengan Peraturan Menteri
PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum.
Permasalahan dan tantangan menyangkut aspek persampahan di Kota
Gorontalo terdiri dari:

Kota Gorontalo VIII - 69


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Masih adanya masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan


lahan kosong.

C. Drainase
1. Isu Strategis
Rumusan isu strategis dilakukan dengan melakukan identifikasi data
dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah,
seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas,
Dokumen RP2KP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang
selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kota
Gorontalo.
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di
Indonesia antara lain:
 Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase
Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan
Kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga
berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”).
Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan
air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir
aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang
dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh
pengelola sampah dan masyarakat.
 Pengendalian debit puncak
Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga
mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk
menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran
puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan
dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-

Kota Gorontalo VIII - 70


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang


selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.
 Kelengkapan perangkat peraturan
Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana
penanganan drainase permukiman di daerah adalah:
 Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan
seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besarbesaran,
pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan
basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land), termasuk
sanksi yang diterapkan.
 Peraturan koordinasi dengan utilitas Kota lainnya seperti jalur,
kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan
masing-masing.
 Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga
masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab
dan wewenangnya.
 Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil
yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan
dalam peraturan daerah.
 Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya
masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase,
kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran
drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan,
kolam ikan dll.
 Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya
alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat
dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik

Kota Gorontalo VIII - 71


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan.


Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada
buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.
 Penanganan Drainase Belum Terpadu
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu,
terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir
terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya
acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya
parsial di wilayah yang dikembangkannya saja.

Isu strategis yang ada di Kota Gorontalo berkaitan dengan


Pengembangan Drainase, terdiri dari:
 Adanya prioritas penganggaran yang mengarah pada kegiatan
operasional peningkatan dan maintenance Drainase;
 Adanya Master plan Drainase yang pernah disusun pada tahun 2000,
namun perlu di-review kembali;
 Panjang drainase telah terdata; baik drainase konstruksi beton
maupun drainase konstruksi tanah, guna pelaksanaan kegiatan
perncanaan dan peningkatan drainase;
 Kegiatan terkait pemeliharaan rutin drainase sudah masuk dalam
renstra Dinas PU;
 Tim teknis dinas yang menangani permasalahan drainase telah
memadai.
2. Kondisi Eksisting
Kondisi umum pembangunan Drainase di Indonesia dapat diuraikan
secara garis besar adalah sebagai berikut:
 Proporsi rumah tangga yang telah terlayani saluran drainase dengan
kondisi berfungsi baik/mengalir lancar mencapai 52,83 %.
 Proporsi rumah tangga dengan kondisi saluran drainase mengalir
lambat atau tergenang mencapai 14,49 %.
 Proporsi rumah tangga yang tidak memiliki saluran drainase 32,68 %.

Kota Gorontalo VIII - 72


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kondisi eksisting pengembangan drainase di Kota Gorontalo, adalah


sebagai berikut :
 Aspek teknis
Persentase masyarakat Kota Gorontalo yang sudah terlayani jaringan
drainase baru mencapai angka 40,5 %.
 Pendanaan
Pembiayaan penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana
dan sarana drainase perkotaan telah diprioritaskan penganggarannya.
 Kelembagaan
Kelembagaan pengelola drainase perkotaan Kota Gorontalo saat ini
dipetkuat dengan Perda Nomor 5 tahun 2009 tentang Perubahan atas
Peraturan daerah Nomor 3 tahun 2008 tentang Organisasi dan tata
kerja Dinas Daerah Kota Gorontalo.
 Peraturan Perundangan
Perda Nomor 5 tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan daerah
Nomor 3 tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja Dinas Daerah
Kota Gorontalo.
 Peran Serta Masyarakat dan swasta
Partisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiatan
pembangunan sistem drainase perkotaan. Bagian ini menguraikan
peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sistem
drainase perkotaan yang meliputi kesediaan masyarakat peduli dan
menjaga aliran drainase, penerimaan masyarakat terhadap aturan
terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan, kegiatan-kegiatan apa
yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat
misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan
sistem drainase perkotaan baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta
dalam pembangunan prasarana dan sarana drainase serta operasi dan
pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.

Kota Gorontalo VIII - 73


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

3. Permasalahan dan Tantangan


Identifikasi permasalahan drainase perkotaan Setiap Kab./Kota perlu
menguraikan permasalahan yang dihadapi masing-masing dengan
membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin
dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan
pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis,
keuangan dan Kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan
setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan
tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.
Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data
permasalahan teknis dan non teknis pada sub sektor drainase.
Permasalahan Pembangunan Sektor Drainase di Indonesia secara
umum adalah:
 Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini;
 Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.
Hasil identifikasi permasalahan sektor Drainase di Kota Gorontalo
dituangkan dalam bentuk Tabel Identifikasi permasalahan seperti tabel
berikut ini:

Tabel 8. 24. Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase


Tindakan
No. Aspek Pengembangan Drainase Permasalahan Yang sudah Yang Akan
Dilakukan Dilakukan
A. Kelembagaan
 Bentuk organisai Pengelola
 Lemahnya koordinasi lintas Peningkatan
 Tata laksana (tupoksi, SOP) Belum ada
sektor kinerja pokja
Penguatan Penambahan
 Kuantitas dan Kualitas SDM  SDM masih kecil
kapasitas SDM
B. Pembiayaan
 Sumber-sumber
 Ketergantungan terhadap
pembiayaan (APBD Pembiayaan Pembiayaan
kemampuan APBD Kota
Prov/Kota/Sawasta/Masyara sektor swasta sektor swasta
Gorontalo
kat/dll)
C. Perundangan
 Belum adanya Perda yang Pembuatan
 Perda, Perwali, dst Belum ada
mengatur pola pemanfaatan perda

Kota Gorontalo VIII - 74


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

drainase
D.  Adanya Kelompok
masyarakat yang belum Program
koorperatif atas program pemberdayaan
peningkatan drainase dalam
 Minimnya kesadaran meningkatan
Peran serta Masyarakat dan
masyarakat dalam Belum ada kesadaran
Swasta
memelihara fungsi dan masyarakat
kondisi drainase dalam
 Parsisipasi dalam pemeliharaan
pembangunan jaringan drainase
drainase masih rendah
Teknis Operasional
Pembuatan
 Aspek Perencanaan (master Pembuatan MP
MP belum ada DED mp
plan, FS, DED) Drainase
drainase
 Saluran
Pengedalian
Pengerukan sedimen yg
 Primer Pendangkalan saluran
E. sedimen masuk deng
sistem polder
Pemelihaaran
Pengerukan
 Sekunder Pendangkalan saluran saluran yang
sedimen
ada
Pemelihaaran
Pengerukan
 Tersier Pendangkalan saluran saluran yang
sedimen
ada

Tantangan Pengembangan Drainase Setiap Kab./Kota wajib


menguraikan tantangan sesuai karakteristik Kab./Kota masing-masing
terkait pembangunan sektor drainase. Tantangan yang dihadapi secara
umum di Indonesia adalah mencegah penurunan kualitas lingkungan
permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi
prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan
pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan
efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan
menunjang terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang
bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomi masyarakat berpenghasilan
rendah.

Kota Gorontalo VIII - 75


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor


14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan
tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab
pemerintah Kabupaten/Kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan
dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian
dari beban dan tanggungjawab Kelembagaan yang menangani bidang ke
PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam
dokumen RPI2-JM CK yang merupakan tantangan tersendiri bagi
pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang Drainase
sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum.

8.4.3. Analisis kebutuhan


A. Air Limbah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Air
Limbah adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
pengelolaan air limbah Kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya
kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan Kota
(development need).
Menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan air limbah secara teknis
dan non teknis baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat
skala Kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana
Kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah
adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis
jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan
tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan
dituangkan dalam tabel berikut ini.

Kota Gorontalo VIII - 76


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 25. Analisis Kebutuhan Air Limbah dan Target Pencapaian Daerah
Kebutuhan
No Uraian Kondisi Eksisting Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
I II III IV V
A. Peraturan terkait sektor air Limbah
Ketersediaan Peraturan bidang Air Limbah (perda, PERDA Kota Gorontalo no 14 thn 2011 tentang penarikan
Pergub, Perwal) retribusi untuk penyedotan lumpur tinja
B. Kelembagaan
Bentuk Organisasi
Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP) Dibawah tupoksi Badan Lingkungan Hidup
Petugas pelayanan penyedotan limbah tinja sudah memadai
Kualitas dan Kuantitas SDM Kader petugas teknis melalui pelatihan baik formal maupun non
formal
C. Pembiayaan
Sumber pembiayaan (APBD
APBD Kota
Prov/Kota/Swasta/masyarakat)
Tarif Retribusi Tidak ada data
Relisasi penarikan retribusi(%terhadap target) 100
D Peran Swata dan Masyarakat (sudah ada/belum Persentase kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki
ada/bentuk konstribusi) srana prasaran air limbah adalah 69,7 %
E Sistem Setempat (on site)
Ketersediaan dan kondisi IPLT Buruk
Kapasitas IPLT Tidak ada
Tingkat cakupan pelayanan IPLT 100%
Ketersediaan Sistem pengelolaan air limbah skala
Tidak ada
Kecil/kawasan/komunitas
F. Sistem Terpusat (off site)
Ketersediaan dan kondisi IPAL Tidak ada
Kapasitas IPAL Tidak ada
Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL Tidak ada
Biaya O & P Tidak ada

Kota Gorontalo VIII - 77


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

B. Persampahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem
Persampahan adalah uraian faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
pengelolaan persampahan Kota, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan Kota
(development need).
Pada bagian ini Kabupaten/Kota harus menguraikan kebutuhan
komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis
operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah),
aspek Kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan
aspek peran serta masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur
pengembangan prasarana Kota yang telah disepakati.
Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis
sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan
serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel
berikut ini:

Kota Gorontalo VIII - 78


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 26. Analisis Kebutuhan Persampahan dan Target Pencapaian Daerah


Kebutuhan
No. Uraian Kondisi Eksisting Tahun Tahun Tahun
Tahun I Tahun II
III IV V
A. Peraturan terkait persampahan
Ketersediaan peraturan bidang persampahan (perda, pergub, Perda No. 16 tahun 2011 tentang Retribusi
perwali) pelayanan kebersihan dan persampahan
B. Kelembagaan
Bentuk organisasi Dinas Pu
Ketersediaan tata laksana (tupoksi, SOP, dll) Ada
Kualitas dan kuantitas SDM Kurang
C. Pembiayaan
Sumber pembiayaan (APBD
APBD Kota
Prov/Kota/Swasta/Masyarakat/dll)
Tarif retribusi
Realisasi penarikan retribusi (Rp) 158.686.500
D. Peran serta dan dan Masyarakat (sudah ada/belum
Belum optimal
ada/bentuk kontribusi,dll)
E. Teknis Operasional
Perencanaan (Dok. MP
Belum ada
, FS, DED)

Kota Gorontalo VIII - 79


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

C. Drainase
Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem drainase Kota.
Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik
itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan
pengembangan Kota (development need). Analisis yang terkait dengan
kebutuhan drainase adalah analisis Bidang Teknis maupun non teknis yang
mencakup Kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta masyarakat
dan swasta. Analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 8. 27. Analisis Kebutuhan Drainase dan Target Pencapaian Daerah


Kebutuhan
No. Uraian Kondisi Eksisting Tahun Tahun Tahun Tahun
Tahun I
II III IV V
A. Peraturan terkait sektor
drainase
Perda Nomor 5 tahun
2009 tentang Perubahan
Ketersediaan peraturan atas Peraturan daerah
drainase (perda, pergub, Nomor 3 tahun 2008
perwali) tentang Organisasi dan
tata kerja Dinas Daerah
Kota Gorontalo
B. Kelembagaan
Bentuk organisasi Dinas PU
Ketersediaan tata laksana
Suda Ada
(tupoksi, SOP, dll)
Kualitas dan kuantitas SDM Kurang
C. Pembiayaan
Sumber pembiayaan (APBD
Prov/Kota/Swasta/Masyarakat/ APBD Kota
dll)
D. Peran serta dan dan
Masyarakat (sudah ada/belum Kurang partisipati
ada/bentuk kontribusi, dll)
E. Teknis Operasional
 Aspek Perencanaan Master plan disusun
(masterplan, FS, DED) tahun 2000
 Saluran drainse Masih kurang
 Bangunan pelengkap
(gorong-gorong, pintu air, Masih Kurang
pompa, talang, dst)
 Waduk, kolam retensi,
Tidak ada
sumur resapan

Kota Gorontalo VIII - 80


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

8.4.4. Program dan Kriteria kesiapan pengembangan Air Limbah


A. Air Limbah
1. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-
site) dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal
 Kriteria Lokasi
 Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan
yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (SANIMAS);
 Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
 Lingkup Kegiatan:
 Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;
 Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;
 Pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana
air limbah (septik tank komunal, MCK++, IPAL komunal);
 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat
melaksanakan pelatihan KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan
masyarakat;
 Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan
RSH;
 Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka
membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis
Masyarakat dan pengelolaan Septik Tank;
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan
layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Kriteria Kesiapan:

Kota Gorontalo VIII - 81


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau


sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan
sudah dibebaskan);
 Sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk
dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft
dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;
 Sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah Kab./Kota
(IPAL RSH);
 Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola
prasarana yang dibangun;
 Pemerintah Kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya
operasi dan pemeliharaan.
 Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat
(on-site) dan Komunal
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat
(on-site) dan Komunal menunjukan pembagian peran antara
pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten/Kota dalam
pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem setempat
(on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu pendanaan
fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta
membangun IPLT. Pemerintah daerah mempunyai peran dalam
penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta
pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.
2. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site) Kriteria
kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala Kota
adalah:
 Kriteria Lokasi:
 Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah sistem
terpusat (sewerage system) seperti Medan, Parapat, Batam,

Kota Gorontalo VIII - 82


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Cirebon, Manado, Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta,


Surakarta, Denpasar, Balikpapan dan Banjarmasin;
 Kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk
tahun pertama, yang terdiri dari 8 Kota yaitu Bandar Lampung,
Batam, Bogor, Cimahi, Palembang, Makassar, Surabaya dan
Pekanbaru;
 Sasaran Kota (pusat Kota) besar/metropolitan dengan penduduk >
1 juta jiwa.
 Lingkup Kegiatan:
 Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu
pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;
 Pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa
utama sekunder (secondary main trunk sewer) yaitu
pengembangan jaringan perpipaan untuk mendukung perluasan
kemampuan pelayanannya dalam rangka pemanfaatan kapasitas
idle;
 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat
melaksanakan pelatihan operator IPAL;
 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL;
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan
layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Kriteria Kesiapan:
 Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Program atau
sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan
sudah dibebaskan), dan disediakan oleh Pemda (± 6000 m²);
 Terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen
lelang;

Kota Gorontalo VIII - 83


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang


dibangun;
 Pemerintah Kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk
pembangunan pipa lateral & sambungan rumah dan biaya operasi
dan pemeliharaan.

B. Persampahan
1. Pembangunan Prasarana TPA
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)
 Lingkup Kegiatan :
 Peningkatan Kinerja TPA
- Pembuatan tanggul Keliling TPA, jalan operasional, perbaikan
saluran gas dan saluran drainase serta pembuatan sel dan
lapisan bawah yang kedap sesuai persyaratan sanitary landfill;
- Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan
pemerintah Kab./Kota bersedia mengoperasikan TPA secara
sanitary land fill;
- Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling
TPA, pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan
timbang, kantor operasional oleh pemerintah Kab./Kota ;
- Pemerintah Kab./Kota bersedia menyediakan dana untuk
pengolahan sampah di TPA serta pengadaan alat angkut sampah
(melalui MoU Pemda dan Dit. PPLP);
- TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat
melaksanakan pelatihan operator Instalasi Pengolahan Leachate
(IPL);
- Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL;
- Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
- Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan
layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Pengembangan TPA Regional

Kota Gorontalo VIII - 84


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

- Penyiapan MOU antara 2 (dua) atau lebih Kab./Kota untuk


pengelolaan TPA bersama secara regional;
- Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA, serta yang
bersedia menyediakan lahan sebagai lokasi TPA regional;
- Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada
Provinsi, selanjutnya Pemerintah Provinsi membentuk unit
pelaksana teknis pengelolaan TPA regional;
- Fasilitasi pembentukan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA
regional.
 Pemanfaatan Prasarana dan Sarana yang ada
- Rehabilitasi Prasarana Sarana;
- Melengkapi Prasarana Sarana yang telah ada;
- Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan.
 Penyediaan Prasarana dan Sarana Persampahan atau Pembinaan
Sistem Modul Persampahan:
- Pengadaan dan penambahan peralatan;
- Pilot Project TPA.
 Piranti Lunak
- Peningkatan Kelembagaan;
- Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta;
- Penyiapan hukum dan Kelembagaan.
 Kriteria Kesiapan
Kondisi dan persyaratan perolehan program tersebut di atas adalah:
 Sudah memiliki RPI2-JM dan SSK/Memorandum Program atau
sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
 Adanya minat/permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk prasarana yang direncanakan;
 Adanya dokumen Master Plan Persampahan/Studi/DED;
 Adanya kesiapan lahan;
 Adanya kesiapan institusi pengelola.

Kota Gorontalo VIII - 85


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

2. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R


Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pengolahan sampah terpadu 3R
 Lokasi:
 Kawasan permukiman di perkotaan yang memungkinkan
penerapan kegiatan berbasis masyarakat;
 Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
 Lingkup Kegiatan:
 Fasilitasi pembentukan Kelompok masyarakat (sebagai pengelola),
penyusunan rencana kegiatan;
 Pembangunan hanggar, pengadaan alat pengumpul sampah, alat
komposting;
 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R dapat difungsikan sebagai
pusat pengolahan sampah tingkat kawasan, daur ulang atau
penanganan sampah lainnya dari kawasan yang bersangkutan;
 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat
melaksanakan pelatihan KSM dan pemberdayaan masyarakat;
 Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM TPS 3R;
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan
layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Kriteria Kesiapan:
 Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK/Memorandum Program atau
sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan
sudah dibebaskan);
 Penanganan secara komunal yang melayani sebagian/seluruh
sumber sampah yang ada di dalam kawasan;
 Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk
mengurangi beban sampah yang akan diangkut ke TPA;

Kota Gorontalo VIII - 86


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Pengoperasian dan pemilahan sistem ini dibiayai dan dilaksanakan


oleh Kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri;
 Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan penyuluhan kepada
masyarakat.
Dalam pembangunan infrastruktur TPA, pemerintah pusat mempunyai
peran membangun TPA Regional dan pengadaan alat berat yang
diperlukan, revitalisasi TPA menjadi semi sanitary/control landfill; pilot
pembangunan TPA Kota dengan sistem semi sanitary/control landfill dan
pilot pembangunan STA antara. Dalam pembangunan TPST 3R pemerintah
pusat melakukan Pilot pembangunan TPS 3R serta penyediaan tenaga
fasilitator pada waktu persiapan pelaksanaan dan program pelatihan.
Sedangkan pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai peran dalam
penyiapan lahan, biaya operasi dan pemeliharaan, penyiapan transportasi
dari sumber ke TPA, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

C. Drainase
1. Pembangunan Prasarana Drainase
Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan
 Kriteria Lokasi :
 Kota-Kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan
dan DED untuk tahun pertama;
 Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan
(Metropolitan/Kota Besar) yang rawan genangan.
 Lingkup Kegiatan :
 Pembangunan saluran drainase primer (macro drain),
pembangunan kolam retensi, dan bangunan pelengkap utama
lainnya (pompa, saringan sampah, dsb);
 Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain)
oleh pemerintah Kab./Kota;

Kota Gorontalo VIII - 87


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Sosialisasi/diseminasi/kampanye NSPM pengelolaan saluran


drainase termasuk kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran
drainase;
 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan
layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
 Kriteria Kesiapan :
 Sudah memiliki RPI2JM dan SSK/Memorandum Program atau
sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
 Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di
perkotaan;
 Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan
sistem pengendali banjir;
 Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang
dibangun;
 Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik
Pemkot/Kab);
 Pemerintah Kab./Kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk
biaya operasi dan pemeliharaan;
 Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan
kepada masyarakat.
Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat
mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi
dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri.
Sedangkan, pemerintah Kabupaten Kota berperan dalam penyediaan
lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan
masyarakat pasca konstruksi.

8.4.5. Usulan Program dan Kegiatan


1. Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi

Kota Gorontalo VIII - 88


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun


berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program
seperti pada RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan
kebutuhan RPP berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor
dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan
kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang
diajukan sesuai dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan.
Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya.
Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program,
dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar
kegiatan dan pendanaannya.
Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur
tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket proyek/program.
Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-
kegiatan berikut ini:
 Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan
Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);
 Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis
masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);
 Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL);
 Operasi dan pemeliharaan;
 Pengembangan dan pemantapan Kelembagaan pengelolaan air limbah;
 Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan
pemeliharaan sarana yang telah dibangun.
 Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

Program yang dicakup dalam Pengelolaan Persampahan meliputi kegiatan


berikut ini:
 Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah;
 Pembangunan prasarana dan sarana TPST 3R;
 Operasi dan pemeliharaan;
Kota Gorontalo VIII - 89
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

 Pengembangan dan pemantapan Kelembagaan pengelolaan persampahan;


 Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan 3R;
 Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Program yang dicakup dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan
meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
 Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada;
 Pembangunan saluran yang baru;
 Operasi dan pemeliharaan;
 Pengembangan dan pemantapan Kelembagaan pengelolaan drainase;
 Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase bagi
Pemerintahan Kabupaten/Kota dan masyarakat;
 Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
2. Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi
Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab
masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan
masyarakat. Jika ada indikasi program pengelolaan sanitasi (air limbah,
persampahan dan drainase) yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian
lebih mendalam untuk menentukan Kelayakannya. Untuk program yang
memerlukan analisis Kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan
merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan.
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat
berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan
bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek
biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan
stimulan, bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Macam
bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.
Format pembiayaan kegiatan drainase disesuaikan dengan arahan bidang
keuangan, secara garis besar terdiri dari tabel program belanja (expenditures
programme), tabel financing plan, dan tabel memorandum proyek seperti pada
tabel berikut.

Kota Gorontalo VIII - 90


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Tabel 8. 28. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kota Gorontalo

Kota Gorontalo VIII - 91


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kota Gorontalo VIII - 92


LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]

Kota Gorontalo VIII - 93

Anda mungkin juga menyukai