BAB VIII
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang
mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan
lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan
permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran
perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang
mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis
kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan
mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan
merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.
(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah
susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10 % pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman
mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik
dan pengawasan teknik, serta standarisasi teknis dibidang pengembangan
permukiman.
2. Kondisi eksisting
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada
tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK,
untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani,
385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di
perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun
infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau Kecil di perdesaan yang
terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang
tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani
infrastrukturnya.
Kondisi eksisting sebaran permukiman umumnya terkonsentrasi di pusat
kegiatan Kota atau pusat Kota dan di koridor sepanjang jalan arteri yang
menghubungkan Pusat Kota Gorontalo dengan Kabupaten Gorontalo. Kondisi
sebaran kawasan permukiman yang berada di pusat Kota secara langsung juga
berada di kawasan rawan bencana banjir karena dilalui sungai Basar dan muara
pertemuan 3 sungai di Kota Gorontalo yaitu Sungai Bolango dan Sungai Bone
serta Sungai Tamalate. Kawasan permukiman tersebut adalah Kawasan
Permukiman di Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan
Kota Timur.
Peraturan perundangan Kota Gorontalo (meliputi peraturan daerah,
peraturan Gubernur, peraturan WaliKota/Bupati, maupun peraturan lainya)
yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan
pemanfaatan pembangunan permukiman saat ini terdri dari Peraturan daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Gorontalo
Tahun 2008-2027, dari Peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Gorontalo Tahun 2010-2030, dan Keputusan WaliKota tentang
Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota
Gorontalo. Untuk lebih jelasnya menyangkut peraturan perundangan terkait
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
lainnya
Ada calon penghuni
RIS PNPM
Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra
Desa di Kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya
Tingkat kemiskinan desa >25 %
Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5
% dari BLM
PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan Bupati, terutama Kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25 %
PISEW
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air
bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan
rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini
diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a) Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam
ruang Kota.
b) Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
Kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya.
c) Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk
menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga Kelima.
Tabel 8. 6. Format Usulan dan Priotitas Program Infrastruktur Permukiman Kota Gorontalo
Volume Kriteria
No. Program/Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi
/Satuan Kesiapan
I. Infrastruktur Kawasan
Permukiman
1. Pek. Jalan Lingkungan Kel. Kel. Molosipat
Molosipat Kec. Sipatna (Kompl. Kec. Sipatna
1 pkt 329.000.000
Perum Ersa Permai) (Kompl. Perum
Ersa Permai)
2. Infra. Kaw. Pemk. Perkotaan
(Kumuh ) Kws. Biawao Kec. Kota 1 pkt 1.000.000.000 Kec. Kota selatan
selatan
3. Infra. Kaw. Pemk. Perkotaan
(Kumuh ) Kws. Biawao, Kec. Kota 1 pkt 1.200.000.000 Kec. Kota selatan
Selatan
4. Pekerjaan Jalan Lingkungan
1 pkt 2.800.000.000 Kel. Tapa
Perum Kel. Tapa
5. Pekerjaan Jalan Lingkungan
Lokasi Kws. Kel. Lekobalo Kec. 1 pkt 880.000.000 Kec. Kota Barat
Kota Barat
6. Pek. Saluran Lanjutan Saluran Jln. Jln. Nani
1 pkt 200.000.000
Nani WartaBone WartaBone
II. Infrastruktur Permukiman RSH
yang Meningkat Kualitasnya
1. Perbaikan Jalan Lingkungan Kel.
1 pkt 1.000.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
2. Infra. Kaw. Pemk Perkotaan (RSH) Kelurahan
1 pkt 1.050.000.000
Kws. Kelurahan Huangobotu Huangobotu
3. Pembuatan Jalur Pejalan Kaki Kel.
1 pkt 1.600.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
4. Pembuatan Saluran Irigasi
Pembuang dan Jalan Setapak Kel. 1 pkt 1.200.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
5. Pembuatan Bangunan Silang Baru
1 pkt 1.550.000.000 Kec. Kota Timur
Kel. Biawao Kec. Kota Timur
6. Rehab Saluran dan pembuatan
Talud sungai Kel. Biawao Kec. 1 pkt 1.200.000.000 Kec. Kota Timur
Kota Timur
7. Lanjutan Peningkatan Jalan
Lingkungan Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 1.370.000.000 Kec. Kota Timur
Timur
8. Lanjutan Pemasangan Rambu
Peringatan Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 850.000.000 Kec. Kota Timur
Timur
Volume Kriteria
No. Program/Kegiatan Biaya (Rp) Lokasi
/Satuan Kesiapan
9. Lanjutan Pembersihan Saluran,
Pembuatan Talud sungai Kel. 1 pkt 850.000.000 Kec. Kota Timur
Biawao Kec. Kota Timur
10. Lanjutan Pembuatan Bangunan
Silang Baru Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 850.000.000 Kec. Kota Timur
Timur
11. Lanjutan Pembuatan Talud
Sungai Kel. Biawao Kec. Kota 1 pkt 2.500.000.000 Kec. Kota Timur
Timur
dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen
tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga
terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.
Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan Kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
2. Kondisi Eksisting
Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat
PBL adalah dengan jumlah Kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi
berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah
10.925 Kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun
Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106
Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan
Bupati/WaliKota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota
dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan
bersama.
Peraturan perundangan terkait penataan bangunan dan lingkungan Kota
Gorontalo terdiri dari Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Kota Gorontalo VIII - 24
LAPORAN AKHIR [BANTEK RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA PROVINSI GORONTALO]
Panjang dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo. Selain itu Kota
Gorontalo telah menetapkan peraturan daerah tentang bangunan yang
menjadi acuan hukum dalam pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan
bangunan.
Arahan kebijakan peraturan perundangan yang dimaksud dapat dilihat
pada tabel berikut.
Perda/pergub/perwal
No. Jenis Amanat Kebijakan
No./Thn Perihal
Produk
1. PERDA 9/2008 RPJPD Kota Sasaran Pokok terkait pengembangan permukiman:
Kota Gorontalo Terwujudnya penataan ruang perkotaan yang berwawasan
Gorontalo Tahun 2008- lingkungan ditunjukan dengan tertatanya lingkungan
2027 pemukiman penduduk dan fasilitas umum yang sehat, bersih,
nyaman, indah dan bebas banjir.
Arah Pembangunan terkait pengembangan permukiman:
Mewujudkan penataan ruang perkotaan yang berwawasan
lingkungan, diwujudkan dengan peningkatan penataan
lingkungan dan pemukiman penduduk, fasilitas umum serta
menciptakan ruang Kota yang nyaman, asri dan menaraik.
2. PERDA 40/2011 RTRW Kota Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
Kota Gorontalo mekanisme pemanfaatan ruang dengan berpedoman pada
Gorontalo Tahun 2010- peraturan zonasi dan rencana rinci tata ruang
2030
3. PERDA 12/2005 Bangunan Bertujuan untuk:
Kota Mewujudkan bangunan yang tertata sesuai dengan
Gorontalo peruntukan
Mewujudkan bangunan yang fungsional dan sesuai dengan
tata bangunan yang serasi, selaras dengan lingkungan.
Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang
menjamin keandalan teknis bangunan dari segi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan
bangunan.
Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian Sektor PBL di Kota Gorontalo
perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan. Tetapi berhubung data
yang tersedia tidak lah cukup sehingga tahapan ini belum bisa dilakukan secara
optimal.
Data yang dihimpun untuk kondisi eksisting sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan Kota Gorontalo, baru terdiri dari Rencana ruang terbuka hijau
di Kelurahan Limba U II dengan luas 2.625 M2 atau sebesar 80 %.
SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit
produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM
bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau
bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi
kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin
hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun
2005.
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan
Tingkat kehilangan air pada tahun 2011 mencapai 34,4 % dan pada tahun
2012 mengalami penurunan menjadi 25,4 %. Untuk jam pelayanan mengalami
penurunan pada tahun 2011 jam pelayanannya ialah 22 jam/hari sedangkan
pada tahun2012 menjadi 15 jam/hari.
Aspek Pendanaan
Tarif rata-rata untuk pelayanan air minum oleh PDAM Kota Gorontalo
adalah 4.242 Rp/m3. Adapun biaya pemeliharaan mencapai angka
Rp.1.452.284.00.
Kelembagaan
Status Kelembagaan PDAM Kota Gorontalo adalah Badan Usaha Milik
daerah. Jumlah pegawai PDAM sebanyak 147 orang dengan berbagai macam
latar pendidikan.
2. Kebutuhan Pengembangan
Kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra DJCK tahun
2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan,
Kegiatan:
Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)
Jaringan distribusi untuk maksimal 40 % target Sambungan
Rumah (SR) total
Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
d) Program Desa Rawan Air/Terpencil
Kriteria Program SPAM IKK adalah:
Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber
air baku relatif sulit)
Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama
Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM
e) Program Pengamanan Air Minum
Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:
Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko
Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu
sampai hilir
Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.
Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
yang disusun berdasarkan:
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
(2) Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;
(3) Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;
(4) Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat;
(5) Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.
2. Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
A. Air Limbah
Peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara
lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan
prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian
sumber air.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah
permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan
air minum.
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui
pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah
pada kawasan perkotaan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan
tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.
B. Persampahan
Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem
pengelolaan persampahan, antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas,
maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu
baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
C. Drainase
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem
pengelolaan drainase, antara lain:
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan
prasarana masih rendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk
sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta
jiwa.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab./Kota dan Pemerintah Desa
dalam pengelolaan sumber daya air
Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya
melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul
air limbah pada kawasan perkotaan.
Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang
koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air
limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta
lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber
pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari
pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif
pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik
untuk melakukan investasi di bidang air limbah.
2. Kondisi Eksisting
Menyajikan gambaran secara umum kondisi eksisting sistem
pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kota Gorontalo baik pada aspek
teknis maupun pada aspek non teknis pendukung. Untuk menggambarkan
kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan
pemerintah Kota Gorontalo, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:
Aspek teknis
Berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang terdiri dari:
Sebagian besar masyarakat Kota Gorontalo masih menggunakan
pengolahan air limbah sistem setempat/onsite, berupa jamban
Keluarga maupun MCK komunal.
Sistem pengolahan Onsite, 80 % menggunakan septikk tank sangat
sederhana terolah dan sisanya 20 % tidak terolah langsung masuk
kesungai.
Satu MCK umum bisa melayani ± 5 KK.
Pendanaan
Realisasi retribusi untuk aspek air limbah pada tahun 2012 mencapai
Rp. 7.650.000 dimana angka tersebut mengalami peningkatan sebesar
33,33 % di setiap tahun dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
Kelembagaan
Organisasi pengelola air limbah di Kota Gorontalo saat ini ditangani
oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH).
Peraturan Perundangan
Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah
permukiman yang dimiliki saat ini oleh Pemerintah Kota terkait
penarikan retribusi untuk penyedotan lumpur tinja adalah PERDA
Kota Gorontalo no 14 thn 2011, PERDA Kota Gorontalo No.12 tahun
2008 tentang struktur organisasi badan lingkungan hidup yang
diberikan kewenangan dalam pengolahan sistem air limbah.
B. Persampahan
1. Isu Strategis
Merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan
informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah,
seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra
Dinas, Dokumen RP2KP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen
Aspek Teknis
Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini
yang dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal),
pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:
Teknik Operasional pengelolaan persampahan:
(1) Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari);
(2) Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA
(m3/hari);
(3) Cakupan pelayanan (ha).
Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);
Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R
(reduce, reuse, recycle);
Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;
Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan
persampahan yang ada;
Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir);
Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.
Pendanaan
Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemkot/Swasta dalam
membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan
sarana persampahan seperti pembiayaan pembangunan sarana
individual, retribusi persampahan serta anggaran pemerintah Kota
Gorontalo untuk pengelolaan persampahan. Aspek pendanaan terdiri
dari;
Sumber Pendapatan (Pemda, Retribusi);
Struktur biaya operasional: Pengumpulan dan penyampuran;
Penampungan sementara; Pengangkutan; dan Pembuangan akhir.
Tindakan
Aspek Pengelolaan
No. Permasalahan Yang sudah Yang Akan
Persampahan
Dilakukan Dilakukan
A. Kelembagaan
BLH menjadi
Bentuk organisai Pengelola BLH kurang optimal Belum ada
dinas kebersihan
Korrdinasi antar
Lemahnya koordinasi
Tata laksana (tupoksi, SOP) Belum ada sektor
lintas sektor
ditingkatkan
Jumlah SDM memadai Peningkatan Penambahan
Kuantitas dan Kualitas SDM
kurang Kualitas jumlah Pegawai
B. Pembiayaan
Sumber-sumber Pencarian
pembiayaan (APBD Ketergantugan terhadap Alokasi dana sumber
Prov/Kota/Sawasta/Masyar APBD Kota Gorontalo ditingkatkan pendanaan
akat/dll) swasta
Retribusi Belum optimal Review perda
Belum ada
penarikan retribusi retribusi sampah
C. Perundangan
Perda, Perwali, dst
D. Saksi bagi setiap
Masyarakat kurang
Peran serta Masyarakat dan pembuangan
sadar dalam menjaga Belum ada
Swasta sampah tidak
kebersihan
pada tempatnya
E. Teknis Operasional
Dokumen perencanaan MP Persampahan belum Penyusunan MP
Belum ada
(MP, FS, DED) ada persampahan
Pewadaman masih Penambahan Penambahan
Pewadahan
kurang pewadan pewadan
Pengumpulan
Penambahan Penambahan
Penampungan sementara Jumlah TPS kurang penampungan penampungan
sementara sementara
Sebahagaian mobil
pelayanan kebersihan
Penambahan Penambahan
Pengangkutan yang umurnya sudah
armada baru armada baru
melampau umur teknis
kendraan
Sampah belu dikelola Pembuatan TPST
Pengolahan 3R Belum ada
dengan baik 3R
Memiliki TPA dan
sekarang tidak berfungsi
Pembuatan TPST
Pengelolaan Akhir di TPA sudah dialihkan ke TPA Belum ada
3R
Regional Talumelito
Provinsi Gorontalo
C. Drainase
1. Isu Strategis
Rumusan isu strategis dilakukan dengan melakukan identifikasi data
dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah,
seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas,
Dokumen RP2KP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang
selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kota
Gorontalo.
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di
Indonesia antara lain:
Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase
Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan
Kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga
berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”).
Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan
air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir
aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang
dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh
pengelola sampah dan masyarakat.
Pengendalian debit puncak
Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga
mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk
menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran
puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan
dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-
drainase
D. Adanya Kelompok
masyarakat yang belum Program
koorperatif atas program pemberdayaan
peningkatan drainase dalam
Minimnya kesadaran meningkatan
Peran serta Masyarakat dan
masyarakat dalam Belum ada kesadaran
Swasta
memelihara fungsi dan masyarakat
kondisi drainase dalam
Parsisipasi dalam pemeliharaan
pembangunan jaringan drainase
drainase masih rendah
Teknis Operasional
Pembuatan
Aspek Perencanaan (master Pembuatan MP
MP belum ada DED mp
plan, FS, DED) Drainase
drainase
Saluran
Pengedalian
Pengerukan sedimen yg
Primer Pendangkalan saluran
E. sedimen masuk deng
sistem polder
Pemelihaaran
Pengerukan
Sekunder Pendangkalan saluran saluran yang
sedimen
ada
Pemelihaaran
Pengerukan
Tersier Pendangkalan saluran saluran yang
sedimen
ada
Tabel 8. 25. Analisis Kebutuhan Air Limbah dan Target Pencapaian Daerah
Kebutuhan
No Uraian Kondisi Eksisting Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
I II III IV V
A. Peraturan terkait sektor air Limbah
Ketersediaan Peraturan bidang Air Limbah (perda, PERDA Kota Gorontalo no 14 thn 2011 tentang penarikan
Pergub, Perwal) retribusi untuk penyedotan lumpur tinja
B. Kelembagaan
Bentuk Organisasi
Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP) Dibawah tupoksi Badan Lingkungan Hidup
Petugas pelayanan penyedotan limbah tinja sudah memadai
Kualitas dan Kuantitas SDM Kader petugas teknis melalui pelatihan baik formal maupun non
formal
C. Pembiayaan
Sumber pembiayaan (APBD
APBD Kota
Prov/Kota/Swasta/masyarakat)
Tarif Retribusi Tidak ada data
Relisasi penarikan retribusi(%terhadap target) 100
D Peran Swata dan Masyarakat (sudah ada/belum Persentase kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki
ada/bentuk konstribusi) srana prasaran air limbah adalah 69,7 %
E Sistem Setempat (on site)
Ketersediaan dan kondisi IPLT Buruk
Kapasitas IPLT Tidak ada
Tingkat cakupan pelayanan IPLT 100%
Ketersediaan Sistem pengelolaan air limbah skala
Tidak ada
Kecil/kawasan/komunitas
F. Sistem Terpusat (off site)
Ketersediaan dan kondisi IPAL Tidak ada
Kapasitas IPAL Tidak ada
Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL Tidak ada
Biaya O & P Tidak ada
B. Persampahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem
Persampahan adalah uraian faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
pengelolaan persampahan Kota, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan Kota
(development need).
Pada bagian ini Kabupaten/Kota harus menguraikan kebutuhan
komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis
operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah),
aspek Kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan
aspek peran serta masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur
pengembangan prasarana Kota yang telah disepakati.
Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis
sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan
serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel
berikut ini:
C. Drainase
Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem drainase Kota.
Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik
itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan
pengembangan Kota (development need). Analisis yang terkait dengan
kebutuhan drainase adalah analisis Bidang Teknis maupun non teknis yang
mencakup Kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta masyarakat
dan swasta. Analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel berikut ini.
B. Persampahan
1. Pembangunan Prasarana TPA
Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)
Lingkup Kegiatan :
Peningkatan Kinerja TPA
- Pembuatan tanggul Keliling TPA, jalan operasional, perbaikan
saluran gas dan saluran drainase serta pembuatan sel dan
lapisan bawah yang kedap sesuai persyaratan sanitary landfill;
- Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan
pemerintah Kab./Kota bersedia mengoperasikan TPA secara
sanitary land fill;
- Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling
TPA, pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan
timbang, kantor operasional oleh pemerintah Kab./Kota ;
- Pemerintah Kab./Kota bersedia menyediakan dana untuk
pengolahan sampah di TPA serta pengadaan alat angkut sampah
(melalui MoU Pemda dan Dit. PPLP);
- TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat
melaksanakan pelatihan operator Instalasi Pengolahan Leachate
(IPL);
- Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL;
- Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
- Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan
layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Pengembangan TPA Regional
C. Drainase
1. Pembangunan Prasarana Drainase
Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan
Kriteria Lokasi :
Kota-Kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan
dan DED untuk tahun pertama;
Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan
(Metropolitan/Kota Besar) yang rawan genangan.
Lingkup Kegiatan :
Pembangunan saluran drainase primer (macro drain),
pembangunan kolam retensi, dan bangunan pelengkap utama
lainnya (pompa, saringan sampah, dsb);
Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain)
oleh pemerintah Kab./Kota;
Tabel 8. 28. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kota Gorontalo