Anda di halaman 1dari 6

Jurnal KesMaDaSka - Januari 2016

EFEKTIVITAS HBsAg – RAPID SCREENING TEST


UNTUK DETEKSI DINI HEPATITIS B

Ika Budi Wijayanti 1)


1
Prodi D-III Kebidanan, STIkes Kusuma Husada Surakarta
ikawijayanti060580@gmail.comsional Surakarta

ABSTRAK
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang salah satu penularannya
dapat melalui darah. Deteksi virus Hepatitis B dalam tubuh pasien dapat dilakukan dengan pemeriksaan
+%V$JVHFDUDLPXQRORJLVGHQJDQPHQJJXQDNDQPHWRGH\DQJHIHNWLIGDQH¿VLHQ\DLWX+%V$J±5DSLG
VFUHHQLQJWHVWPHWRGHLPXQRFKURPDWRJUD¿7XMXDQSHQHOLWLDQDGDODKPHQJNDMLHIHNWLYLWDVSHPHULNVDDQ
HBsAg rapid screening test untuk deteksi dini terhadap Hepatitis B. Hasil penelitian terhadap 20 sampel
serum menunjukkan semua hasil negative atau tidak mengandung HBsAg. HBsAg rapid screening
WHVW EHUSULQVLS LPXQRNURPDWRJUD¿ GDQ PHUXSDNDQ SHUDQJNDW GLDJQRVWLN \DQJ PXGDK HNRQRPLV GDQ
sensitivitas tinggi sehingga dapat digunakan sebagai screening test untuk deteksi dini Hepatitis B.
Kata kunci: HbsAg, hepatitis B, rapid screening test

ABSTRACT
Hepatitis B is a disease caused by the hepatitis B virus is one of transmission can be through darah.
Virus hepatitis B in a patient’s body can be examined immunologically using a method that is effective
DQGHI¿FLHQWZLWK+%V$J5DSLGVFUHHQLQJWHVWRILPXQRFKURPDWRJUD¿PHWKRGV7KHUHVHDUFKREMHFWLYH
is to assess the effectiveness of the detection HBsAg rapid screening test for the early detection of
Hepatitis B. The results of the 20 serum samples showed all negative results or not containing HBsAg.
HBsAg Rapid - screening test is effective for the early detection of Hepatitis B. The principal of HBsAg
UDSLGVFUHHQLQJWHVWLVLPXQRFKURPDWRJUD¿PHWKRGDQGDGLDJQRVWLFGHYLFHWKDWLVVLPSOHHFRQRPLFDO
and high sensitivity so that it can be used as a screening test for the early detection of Hepatitis B.
Keywords: HBsAg, hepatitis B, rapid screening test

1. PENDAHULUAN hepatoselular dengan angka kematian sebanyak


Hepatitis merupakan peradangan hati yang 250 ribu per tahun.
bersifat sistemik, akan tetapi hepatitis bisa Penyakit hepatitis pada dasarnya bisa
bersifat asimtomatik. Hepatitis ini umumnya menyerang siapa saja. Hepatitis juga tidak dibatasi
lebih ringan dan lebih asimtomatik pada yang oleh usia dan jenis kelamin. Meski begitu, patut
lebih muda dari pada yang tua. Lebih dari 80% diwaspadai bahwa ikterus atau gejala kuning
anak – anak menularkan hepatitis pada anggota dapat terjadi akibat hepatitis virus. Di negara-
keluarga adalah asimtomatik, sedangkan lebih negara berkembang, wanita hamil cenderung
dari tiga perempat orang dewasa yang terkena lebih mudah terserang hepatitis virus karena
hepatitis A adalah simtomatik. Sekitar dua miliar persoalan sanitasi dan juga nutrisi yang buruk.
penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis Hal tersebut dapat dimengerti karena memang
B dan 360 juta orang di antaranya terinfeksi \DQJ PHQMDGL SHQ\HEDE VLJQL¿NDQ VHVHRUDQJ
kronis. Hepatitis B berpotensi menjadi sirosis terkena penyakit hepatitis virus ini ialah karena
disertai gangguan fungsi hati berat dan karsinoma lingkungan yang buruk dan juga persoalan

29
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2016

nutrisi yang juga kurang memadai. Dalam sebuah HBsAg rapid screening test dapat digunakan
penelitian, ditemukan 9,5% hepatitis virus terjadi untuk deteksi dini terhadap Hepatitis B.
di usia trimester pertama, 32% terjadi di trimester
II, dan sebanyak 58% terjadi pada usia trimester 2. PELAKSANAAN
III (Wilson, 1995). a. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penyakit hepatitis yang disebabkan oleh vi- Penelitian dilakukan di Laboratorium IPA
rus hingga sekarang belum ditemukan obatnya. STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Tindakan yang paling tepat adalah pencegahan Sampel diperoleh dari mahasiswi Prodi
baik tindakan sehari-hari maupun secara vak- D-III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
sinasi. Seiring dengan perkembangan ilmu pe- Surakarta secara acak. Waktu penelitian
ngetahuan dan teknologi, sampai sekarang telah dilaksanakan selama 3 bulan.
dikenal tujuh macam Hepatitis virus, yaitu Virus b. Alat dan Bahan Penelitian
Hepatitis A (VHA), Virus Hepatitis B (VHB), Vi- Alat yang digunakan spuit injeksi steril,
rus Hepatitis C (VHC), Virus Hepatitis D (VHD), venoject, kapas, alkohol 70%, torniquet, cen-
Virus Hepatitis E (VHE), Virus Hepatitis F (VHF) trifuge, tabung centrifuge/venoject, clinipet,
dan Virus Hepatitis G (VHG) (Hadi, 2000). tabung serologis, HBsAg diagnostic test.
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi Bahan pemeriksaan adalah serum atau
DWDX LQÀDPDVL SDGD KHSDWRVLW \DQJ GLVHEDENDQ plasma dari darah probandus.
oleh virus hepatitis B (VHB), suatu anggota
famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan 3. METODE PENELITIAN
peradangan hati akut atau menahun yang pada a. Pengambilan Darah
sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi Untuk pemeriksaan HBsAg diperlukan
sirosi hati atau kanker hati. Sekitar sepertiga darah vena 2 ml. Darah diambil dari vena
dari populasi dunia atau lebih dari 2 miliar fosa cubiti (Gandasoebrata, 2010).
orang, telah terinfeksi dengan virus hepatitis B.
b. Pembuatan Serum
Penularan virus hepatitis B seringkali berasal
Cara pembuatan serum tersebut adalah
dari paparan infeksi darah atau cairan tubuh yang
sebagai berikut:
mengandung darah.
1. Memasukkan darah kedalam tabung
Untuk mengetahui adanya virus Hepatitis
bersih lalu didiamkan selama 15 menit.
B dalam tubuh pasien diperlukan pemeriksaan
2. Centrifuge darah dengan kecepatan
HBsAg. HBsAg merupakan salah satu jenis
1500-2000 rpm selama 15 menit.
antigen yang terdapat pada bagian pembungkus
3. Memisahkan serum dengan pipet tetes
dari virus Hepatitis B yang dapat dideteksi pada
kedalam wadah atau tabung yang ber-
cairan tubuh yang terinfeksi. Pemeriksaan HBsAg
sih.
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
4. Memberi label yang berisi tanggal pen-
dengan metode RIA (Radio Immuno Assay),
gambilan, nama pasien, dan jenis kela-
ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay),
min.
RPHA (Reverse Passive Hemagglutination)
c. Pemeriksaan HBsAg Metode Imuno-chro-
GDQ ,PPXQRFKURPDWRJUD¿ 8SD\D SHQFHJDKDQ
PDWRJUD¿
dari berkembangnya virus dan pengobatan awal
1) Tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian
HBsAg dalam serum probandus secara
imunisasi hepatitis B yang dilakukan 3 kali,
LPXQRFKURPDWRJUD¿
yakni dasar, 1 bulan dan 6 bulan kemudian.
  6HQVLWL¿WDV
Tujuan penelitian untuk mengkaji efektivitas Tes ini dapat mendeteksi konsentrasi
pemeriksaan HBsAg rapid screening test untuk HBsAg dalam serum kurang dari 5 ng/
deteksi dini terhadap Hepatitis B. ml dalam 20 menit dan 1 ng / ml dalam
Dari penelitian ini diharapkan diperoleh data 30 menit.
dan fakta secara ilmiah sehingga pemeriksaan

30
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2016

3) Prinsip:
Prinsip dari pemeriksaan metode ini
DGDODKEHUHDNVLQ\DLPXQRFKURPDWRJUD¿
yang menggunakan membran berwarna
untuk mendeteksi HBsAg dalam serum,
membran yang dilapisi dengan anti-
HBs pada daerah test (T) dapat bereaksi
secara kapilaritas sehingga membentuk
garis merah. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4) Prosedur pemeriksaan
Pemeriksaan HBsAg untuk diagnosa
Hepatitis B menggunakan metode imu-
QRFKURPDWRJUD¿DGDODKVHEDJDLEHULNXW
a. Menyiapkan tabung serologis dan
diletakkan pada rak tabung serolo-
gis.
b. Mengambil serum atau plasma
dengan menggunakan clinipete se-
banyak 200 µl secara hati-hati.
c. Meletakkan pada tabung yang te-
lah diberikan label identitas sesuai
dengan pemilik sampel tersebut.
d. Memasukkan stick dalam tabung
secara perlahan-lahan.
e. Tunggu dan biarkan selama 10-15
menit supaya serum bereaksi secara
sempurna.
5) Interpretasi hasil
Adanya HBsAg dalam serum akan
membentuk 2 tanda garis merah pada
stick yang nampak jelas dalam waktu Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui
kurang lebih 15 menit. Setelah stick bahwa dari 20 sampel yang diambil dan
dimasukkan dalam serum. diperiksa didapatkan hasil yang (-) negatif tidak
mengandung HBsAg yaitu terbentuknya satu
garis merah di daerah C saja. Hasil pemeriksaan
positif jika terbentuk dua garis merah pada
daerah C dan T sebagaimana pada kontrol positif.
3HPHULNVDDQ+%V$JVHFDUDLPXQRNURPDWRJUD¿
merupakan pemeriksaan HbsAg secara kualitatif
dan dilakukan pada semua mahasiswa atau
mahasiswa di Prodi D-III Kebidanan maupun
Prodi lainnya yaitu Prodi D-III Keperawatan dan
Prodi S-1 Keperawatan sebelum melaksanakan
praktek klinik di layanan kesehatan antara lain
Puskesmas maupun Rumah Sakit. Pemeriksaan
+EV$JPHWRGHLPXQRNURPDWRJUD¿GLQLODLFXNXS
efektif sebagai screening test sebelum dilakukan
program vaksinasi hepatitis B. Screening test
terhadap infeksi Hepatitis B merupakan metode

31
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2016

pemeriksaan yang efektif untuk deteksi dini hati, sampai saat ini penularan hepatitis B cukup
adanya infeksi Hepatitis B yang disebabkan oleh tinggi dan sampai sekarang belum ditemukan
virus Hepatitis B. REDW \DQJ VSHVL¿N XQWXN PHQ\HPEXKNDQQ\D
Prosentasi terjadinya infeksi Hepatitis B Untuk mendeteksi pertanda serologis terhadap
pada suatu daerah atau tempat bersifat relatif virus hepatitis B tersebut dapat dilakukan dengan
karena dipengaruhi oleh faktor eksternal dan berbagai cara.
internal. Untuk memastikan infeksi hepatitis B Dalam epidemiologi Hepatitis B dikenal
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya kelompok resiko tinggi yang lebih sering terkena
seperti HBsAg, HBeAg, Anti-HBs, Anti-HBc, infeksi Virus B dibandingkan yang lain adalah:
Anti-HBe supaya jelas dan pasti. 1. Individu yang karena profesi/pekerjaan-
Pemeriksaan HBsAg rapid screening test nya atau lingkungannya relatif lebih sering
merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium ketularan, misal: petugas kesehatan (dokter,
yang berdasarkan prinsip atau metode immuno- dokter gigi, perawat, bidan), petugas labora-
FKURPDWRJUD¿ 0HWRGH LQL EDQ\DN GLJXQDNDQ GL torium, pengguna jarum suntik, wanita tuna
laboratorium klinik Pemerintah ataupun swasta susila, pria homoseksual, supir, dukun bayi,
termasuk Puskesmas. Penggunaan metode imu- bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi
QRNURPDWRJUD¿NDUHQDVHODLQGDSDWPHQHQWXNDQ hepatitis B.
HBsAg secara kualitatif metode ini juga spesi- 2. Individu dengan kelainan sistem kekebalan
¿NXQWXNPHQGHWHNVL+%9GDQPHUXSDNDQFDUD VHOXODU PLVDO SHQGHULWD KHPR¿OLD KHPR-
pemeriksaan yang praktis, cepat dan mudah dik- dialisa, leukemia limfositik, penderita Sin-
erjakan. Kekurangan metode immunochromato- droma Down dan penderita yang mendapat
JUD¿ \DLWX SHPHULNVDDQ EHUVLIDW NXDOLWDWLI GDQ terapi imunosupresif.
relatif mahal. Dengan mengetahui adanya HB-
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
sAg dalam serum, atas dasar reaksi antigen (HB-
tingkat infeksi hepatitis B diantaranya, yaitu:
V$J  GHQJDQ DQWLERGL VSHVL¿N \DQJ DGD GDODP
serum setelah diteteskan pada lubang alat Rapid 1. Faktor gizi, gizi yang baik dapat mengurangi
Test. Adanya garis merah di atas area Control DNWL¿WDV9LUXV+HSDWLWLV%GLEDQGLQJNDQNH-
(C) dan Test (T) dikarenakan terjadi gaya kap- adaan gizi yang buruk.
ilaritas pada membran setelah diteteskan serum 2. Daya tahan tubuh, bila daya tahan tubuh me-
pada lubang alat Rapid Test. Pembacaan hasil lemah akan memudahkan seseorang terin-
+%V$JPHWRGHLPXQRFKURPDWRJUD¿MLNDGDODP feksi Virus Hepatitis B.
sampel mengandung HBsAg hasil menunjukkan 3. Umur penderita, tergantung terjadinya waktu
uji positif: maka akan terbentuk dua garis merah infeksi. Pada bayi dan anak-anak lebih rent-
pada titik di daerah C dan T, jika dalam sampel an sedangkan orang dewasa lebih resisten.
tidak mengandung HBsAg hasil menunjukkan Penyakit Hepatitis B merupakan penyakit
uji negatif maka akan terbentuk satu garis merah menular, berdasarkan banyaknya kasus
pada Control (C). Terbentuknya garis merah penularan penyakit hepatitis B yang terjadi
merupakan reaksi antara HBsAg dengan Anti- dalam masyarakat sampai sekarang ini belum
HBs yang sudah dilapisi dengan konjugat koloi- GLWHPXNDQ REDW \DQJ VSHVL¿N XQWXN PHPEXQXK
dal. Konjugat koloidal yang semula tidak berwar- Virus Hepatitis B (HBV) ini, karena penyebab
na akan berwarna merah bila terjadi ikatan antara dari hepatitis B ini bersembunyi didalam sel
antigen-antibodi secara kapilaritas dengan serum hati sehingga sulit untuk oleh antibiotik dan
yang mengandung HBsAg sebagai antigen dan akibatnya penyakit yang disebabkan oleh virus
LPPXQRFKURPDWRJUD¿VWLFN\DQJVXGDKWHUGDSDW itu sulit untuk disembuhkan. Oleh karena itu perlu
anti-HBs sebagai antibodi. dilakukan cara pencegahan melalui tindakan
Penyakit hepatitis B merupakan penyakit Health Promotion baik pada hospes maupun
yang infeksius dan mudah menular yang dapat lingkungan dan perlindungan khusus terhadap
menimbulkan peradangan dan kerusakan sel penularan meliputi:

32
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2016

1. Health Promotion terhadap host berupa pen-  Anak: diberikan dengan dosis 10 µg
didikan kesehatan, peningkatan higiene per- IM sebagai dosis awal, kemudian
orangan, perbaikan gizi, perbaikan sistem diulangi setelah 1 bulan dan
transfusi darah dan mengurangi kontak erat berikutnya setelah 6 bulan.
dengan bahan yang berpotensi menularkan b. Immunisasi Pasif
virus VHB. Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin
2. Pencegahan virus hepatitis B melalui ling- (HBIg) merupakan immunisasi pasif
kungan, dilakukan melalui upaya: menin- dimana daya lindung HBIg diperkirakan
gkatkan perhatian terhadap kemungkinan dapat menetralkan virus yang infeksius
penyebaran infeksi VHB melalui tindakan dengan menggumpalkannya. HBIg
melukai seperti tindik, akupuntur, perbaikan dapat memberikan perlindungan
sarana kehidupan di kota dan di desa serta terhadap post expossure maupun pre
pengawasan kesehatan makanan yang meli- expossure. Pada bayi yang lahir dari ibu,
puti tempat penjualan makanan dan juru ma- yang HBsAs positif diberikan HBIg 0,5
sak serta pelayan rumah makan. ml intra muscular segera setelah lahir
3. Perlindungan Khusus Terhadap Penularan (jangan lebih dari 24 jam). Pemberian
Dapat dilakukan melalui sterilisasi benda- ulangan pada bulan ke 3 dan ke 5. Pada
benda yang tercemar dengan pemanasan dan orang yang terkontaminasi dengan
tindakan khusus seperti penggunaan sarung HBsAg positif diberikan HBIg 0,06 ml/
tangan bagi petugas kesehatan, petugas Kg BB diberikan dalam 24 jam post
laboratorium yang langsung bersinggungan expossure dan diulang setelah 1 bulan.
dengan darah, serum, cairan tubuh dari
penderita hepatitis, juga pada petugas 5. KESIMPULAN DAN SARAN
kebersihan, penggunaan pakaian khusus Kesimpulan
sewaktu kontak dengan darah dan cairan
a. Hasil pemeriksaan terhadap 20 sampel se-
tubuh, cuci tangan sebelum dan sesudah
rum maka semua sampel menunjukkan hasil
kontak dengan penderita pada tempat khusus
negatif (-) atau tidak mengandung HBsAg.
selain itu perlu dilakukan pemeriksaan
b. HBsAg Rapid screening test efektif untuk
HBsAg petugas kesehatan (Onkologi dan
deteksi dini Hepatitis B.
Dialisa) untuk menghindarkan kontak antara
petugas kesehatan dengan penderita. Saran
4. Imunisasi meliputi a. Perlunya dilakukan penelitian lebih lan-
a. Immunisasi Aktif jut tentang efektivitas pemeriksaan HbsAg
Pada negara dengan prevalensi tinggi, metode lainnya.
immunisasi diberikan pada bayi yang b. Perbandingan efektivitas antar metode
lahir dari ibu HBsAg positif, sedang pemeriksaan HBs Ag yang lain.
pada negara yang prevalensi rendah
immunisasi diberikan pada orang yang 6. REFERENSI
mempunyai resiko besar tertular. Vaksin Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts
hepatitis diberikan secara intra musku- K, Walter P (2002). Molecular Biology of
lar sebanyak 3 kali dan memberikan the Cell (4th ed.). Garland. NCBI, ISBN
perlindungan selama 2 tahun. Program 0-8153-3218-1.
pemberian sebagai berikut: Aspinall, E. J.; Hawkins, G.; Fraser, A.;
 Dewasa: Setiap kali diberikan 20 Hutchinson, S. J.; Goldberg, D. (2011).
µg IM yang diberikan sebagai dosis Hepatitis B prevention, diagnosis, treatment
awal, kemudian diulangi setelah 1 and care: A review. Occupational Medicine
bulan dan berikutnya setelah 6 bulan. 61 (8): 531–540. doi:10.1093/occmed/
kqr136.

33
Jurnal KesMaDaSka - Januari 2016

Dienstag, J. L. (2008). Hepatitis B Virus Infection. Lau GKK et al. (2005). Peginterferon Alfa-
New England Journal of Medicine 359 2a, lamivudine, and the combination for
(14): 1486–1500. DOI :10.1056/ NEJMra HBeAg-positive chronic hepatitis B. N Engl
0801644. J Med 352 (26): 2682–95
Fairley C.K. and Read T.R. (February 2012). Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran.
“Vaccination against sexually transmitted Jakarta: Media Aesculapus..
infections”. Current Opinion in Infectious Ryan K.J.; Ray C.G. (editors) (2004). Sherris
Diseases 25 (1): 66–72. DOI :10.1097/ Medical Microbiology (4th ed. ed.). Mc
QCO.0b013e32834e9aeb. Graw Hill. pp. 544 – 51. ISBN 0-8385-8529-
Gandasoebrata. 2001. Penuntun Laboratorium 9.
Klinik. Dian Rakyat: Jakarta. Sjamsuhidayat, R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Gartinah, S. 1996. Penuntun Imunologi Serologi. Jakarta: EGC, 44-50.
Departemen Kesehatan RI: Bandung, hlm Soedarto, D.T.M.H. 1995. Dasar-dasar Virologi
37-40. Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hadi, S. 2000. Gastroenterologi. PT. Alumni: Wilson, L. 1995. Fisiologi Proses-proses
Bandung, hal. 24-25, 35-37, 66-67. Penyakit. Jakarta: EGC, Hal 440-442.
Hughes RA (March 2000). Drug injectors and the Wong, F; Pai, R; Van Schalkwyk, J; Yoshida, EM
cleaning of needles and syringes. European (2014). “Hepatitis B in pregnancy: a concise
Addiction Research 6 (1): 20–30 review of neonatal vertical transmission and
Japaries, W. 1996. Hepatitis. Arca: Jakarta, hal. antiviral prophylaxis.”. Anuals of hepatology
28-31, 43-44, 53-57. 13 (2): 187–95
Kosasih, E.N. 1982. Capita Selecta Hematology Zuckerman AJ (1996). Hepatitis Viruses. In:
Klinik. Bandung: Alumni Bandung, 34-35. Baron’s Medical Microbiology (Baron S et
Kresno, S. B. 1984. Imunologi Diagnosis dan al, eds.) (4th ed. ed.). University of Texas
Prosedur Laboraturium. Jakarta: EGC, 338- Medical Branch. ISBN 0-9631172-1-1.
341.

-oo0oo-

34

Anda mungkin juga menyukai