Peripartum Cardiomyopathy
Disususn untuk memenuhi salah satu tugas di SMF Obstetri dan Ginekologi
Disusun oleh:
Dian Permata Liliana
12100116252
Preseptor
dr. H. Dadan Susandi, Sp.OG
3
REFERAT
Peripartum Cardiomyopathy
Disusun oleh:
dr. Dian Permata Liliana
Pendamping :
dr. Dian Arissanthy
dr. H Kamal Sumardin
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
pada ibu hamil atau pasca persalinan yang memang masih jarang ditemukan,
ventrikel kiri, biasanya terjadi selama 1 bulan terakhir kehamilan sampai 5 bulan
postpartum. Angka kejadian PPCM di Indonesia belum terdata secara baik, namun
gagal jantung termasuk didalamnya PPCM, merupakan salah satu penyebab masih
tingginya angka kematian ibu hingga 228 per 100.000 kelahiran hidup di
Indonesia.
maternal yang lanjut (walaupun penyakit ini dapat mengenai semua usia,insidensi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
sebagai gagal jantung karena disfungsi sistolik ventrikel kiri, biasanya terjadi
diagnosis eksklusi, terjadi pada wanita tanpa penyakit kardiovaskular lain, tidak
harus disertai dengan dilatasi ventrikel kiri, namun fraksi ejeksi biasanya selalu
<45%.
fraksi ejeksi.
2.1.2 Epidemiologi
kejadian PPCM sekitar 1:2200-4000 (USA), 1:1000 (Afrika Selatan), dan 1:300
(Haiti). Di Asia didapati 1:1374 (Rumah Sakit Tersier di India), 1:1000 (Jepang),
3
1:837 (Pakistan), 34:100000 (Malaysia). Analisis retrospektif di pusat kesehatan
India 31,81 ± 3,7 tahun.6,7 Sebagai acuan, umur rerata kejadian PPCM adalah
2.1.3 Etiologi
- Stres oksidatif
Stres oksidatif adalah suatu stimulus poten untuk mengaktivasi Cathepsin
terminal brain natriuretic peptide (NTproBNP), suatu marker tingkat stres dinding
ventrikel dan gagal jantung, prolaktin, dan marker untuk stres oksidatif (LDL
Pasien PPCM akut mempunyai kadar low density lipoprotein (LDL) serum tinggi
(suatu indikasi stres oksidatif tinggi) dan juga peningkatan kadar serum katepsin
D yang teraktivasi, prolaktin total dan fragmen prolaktin 16kDa yang bersifat
angiostatik.
Fragmen prolaktin 16 kDa mempunyai efek merusak kardiovaskular yang
dan migrasi sel endotel, menginduksi apoptosis dan merusak struktur kapiler yang
telah terbentuk. Bentuk prolaktin ini meningkatkan vasokonstriksi dan merusak
fungsi kardiomiosit. Kadar prolaktin 16kDa yang tinggi tanpa keadaan PPCM
ditemukan kadarnya meningkat pada pasien PPCM. Marker ini juga dapat
protein jaringan kardium yang tidak terdapat pada pasien kardiomiopati idiopatik.
Autoantibodi berasal dari sel fetal (microchimerism) (yang dapat masuk ke dalam
sirkulasi maternal), dan beberapa protein (seperti aktin dan miosin) yang
dilepaskan oleh uterus selama proses melahirkan telah terdeteksi pada pasien
genome pada biopsi miokardium. Virus tersebut antara lain, parvovirus B19,
Penelitian itu berdasarkan hipotesis bahwa perubahan sistem imun saat hamil
dapat mengeksaserbasi infeksi de novo atau mereaktivasi virus laten pada wanita
C-reactive protein, interferon gama (IFN- (γ), dan IL-6, ditemukan meningkat
Infeksi virus pada jantung merupakan salah satu etiologi yang mungkin
- Genetik
causative mutation yang dapat dideteksi lebih awal dengan penapisan. Penelitian
JAK/STAT signaling cascade juga dapat menjadi salah satu penyebab PPCM.
- Multiparitas
- usia maternal yang lanjut (walaupun penyakit ini dapat mengenai semua
sekunder terhadap kongesti hepar, pusing, nyeri sekitar jantung dan epigastrium,
vena jugularis, murmur regurgitasi yang tidak ditemukan sebelumnya, serta gallop
S3 dan S4 .
Tanda dan gejala paling sering dijumpai pada saat pasien datang adalah dengan
NYHA functional class III atau IV. Kadang pasien datang dengan aritmi ventrikel
2.1.6 Diagnosis
diperiksa dan disingkirkan penyebab lain gagal jantung selain kehamilan. Hal ini
ditemukan pada PPCM, sehingga antigen dan antibodi terhadap agen penyebab
miokarditis dapat ditemukan, hal ini biasanya tidak ditemukan pada IDCM.
Ukuran jantung dapat kembali normal pada PPCM, namun dapat juga menjadi
penurunan kadar albumin serum (kadar yang diharapkan ~3,2 mg/dL); sehingga
ketika ada stressor lain, dapat terjadi edema pulmonar dengan tekanan pengisian
jantung normal; trigger paling sering antara lain pyelonephritis dan infeksi lain,
- Pemeriksaan Penunjang :
B-type natriuretic peptide
Rontgen thorax
EKG
Echocardiografi
MRI
2.1.7 Penatalaksanaan
pemberian terapi pada ibu hamil harus dipikirkan efek toksisitas pada janin.
oksigenasi dan menjaga cardiac output demi meningkatkan prognosis ibu dan
anak.
Penatalaksanaan awal PPCM adalah istirahat, pembatasan garam, dan
terapi diuretik. Oksigen dapat diberikan lewat face mask atau continuous positive
Pembatasan garam kurang dari 2 g/ hari dapat mencegah retensi air, sedangkan
congestion.
Restriksi cairan kurang dari 2 L/hari mungkin tidak diperlukan pada kasus
adalah terapi lini pertama pada wanita postpartum, tetapi kontraindikasi pada ibu
hamil karena efek teratogeniknya terutama pada trimester kedua dan ketiga,
digunakan pada pasien PPCM masa postpartum dan aman untuk wanita menyusui.
saat kehamilan karena efek toksisitasnya pada janin. Hydralazine dan nitrat
mengurangi afterload dan merupakan terapi dasar untuk wanita hamil dengan
afterload jika tekanan darah sistolik di atas 110 mmHg. Pemberian dengan titrasi
inotropic pada pasien dengan cardiac output rendah yang mempunyai gejala kulit
receptors untuk efek inotropiknya, sedangkan milrinon tidak; hal ini penting
dalam terapi pasien yang juga mendapat β-blocker. Milrinon mempunyai sifat
vasodilatasi sistemik dan pulmoner; pada wanita dengan tekanan sistolik kurang
digunakan untuk memaksimalkan kontraksi dan kontrol laju denyut jantung, tetapi
kadar dalam serum harus dipantau, karena jika berlebihan dapat menyebabkan
memberikan efek inotropik negatif dan harus dihindari. Amlodipin, suatu CCB
jangka panjang pada masa prenatal dapat menyebabkan berat badan lahir rendah
(BBLR) pada bayi, meskipun beta-blocker relatif aman untuk wanita menyusui. β-
1 selective beta blocker lebih disukai dibanding β-2 receptor blockade, karena
secara teori β-2 dapat mempunyai aksi anti-tocolytic. Diuretik harus digunakan
plasenta. Diuretik terutama yang digunakan adalah loop diuretic (furosemide) dan
gagal jantung dengan atau tanpa loading dose 3-12 μg/kg dalam 10 menit.
mempunyai ejection fraction <35% dan mempunyai beberapa faktor risiko, seperti
dilatasi ventrikel berat, fibrilasi atrium, dan adanya trombus mural pada
pertama kehamilan, akan tetapi terdapat risiko embryopathy jika digunakan lebih
heparin (enoxaparin) lebih disukai pada saat kehamilan karena tidak menembus
wanita dengan dosis tinggi LMWH tidak mendapatkan anestesi spinal dan
Selain itu, dapat pula digunakan low dose unfractionated heparin (UFH).
Pada PPCM dosisnya adalah 5.000 unit UFH subcutan dua atau tiga kali sehari
pada trimester pertama, 7.500 unit di trimester kedua, dan 10.000 unit dua kali
sehari di trimester ketiga. Pada dasarnya, pasien dengan PPCM disarankan untuk
Cardioverters/Defibrillators
setelah didiagnosis, walaupun telah menerima terapi medis secara optimal, banyak
pasien tersebut juga memiliki gejala NYHA (New York Heart Association) FC III
Agen Immunosuppressant
PPCM ditelaah dalam penelitian retrospektif dari 6 wanita yang diterapi IVIG dan
peningkatan LVEF (left ventricular ejection fraction) yang bermakna pada wanita
Bromocriptine
METODE MELAHIRKAN
maternal atau fetal, tidak diperlukan terminasi kehamilan lebih awal. Persalinan
darurat tanpa memikirkan umur gestasi, hanya dipertimbangkan pada PPCM berat
dan status hemodinamik tidak stabil. Kemungkinan terbaik untuk ibu dan anak
harus didiskusikan oleh tim yang terdiri dari kardiolog, ahli kandungan,
wanita PPCM dengan kondisi jantung terkontrol dan fetus sehat. Sectio caesarea
terencana dianjurkan untuk wanita dalam keadaan kritis dan memerlukan terapi
untuk mencegah overload cairan dan edema pulmoner. Fetus harus dipantau
untuk memastikan venous return yang memadai dari vena cava inferior. Analgesik
epidural lebih dianjurkan pada kala 1 karena dapat menstabilisasi cardiac output.
Pada sectio caesarea continuous spinal anesthesia dan kombinasi anestesi spinal
Kala III dalam fase melahirkan dapat dibantu dengan pemberian oxytocin
darah dari ekstremitas bawah dan uterus yang berkontraksi dapat meningkatkan
MENYUSUI
tidak dianjurkan pada pasien yang dicurigai menderita PPCM atau didiagnosis
pasti PPCM. Jika perlu, dapat diberikan ACE-inhibitors (captopril, enalapril, dan
quinapril).
KEHAMILAN BERIKUTNYA
individual, tetapi ada nya LVEF <25% pada saat terdiagnosis atau LVEF tidak
kembali normal setelah melahirkan, pasien dengan riwayat PPCM disarankan
negatif terhadap fungsi jantung, dan dapat terjadi gagal jantung yang berujung
IUD) adalah tipe yang paling efektif dan pada jangka panjang tidak meningkatkan
pemberian progesteron saja aman dipakai. Metode barriertidak disaran kan karena
2.1.8 Prognosis
lanjut adalah gejala, kelas NYHA, LVEF, durasi QRS, dan onset lambat. Pada
penelitin, angka mortalitas untuk 29 wanita berkisar antara 32%, sedangkan pada
penelitian besar pada populasi di Haiti oleh Fett, et al, angka mortalitas berkisar
antara 15,8%.
BAB III
RINGKASAN
sebagai gagal jantung karena disfungsi sistolik ventrikel kiri, biasanya terjadi
diagnosis eksklusi, terjadi pada wanita tanpa penyakit kardiovaskular lain, tidak
harus disertai dengan dilatasi ventrikel kiri, namun fraksi ejeksi biasanya selalu
bulan terakhir kehamilan atau dalam 5 bulan setelah melahirkan, tidak adanya
kausa gagal jantung yang dapat diidentifikasi, tidak adanya penyakit jantung
sebelum bulan terakhir kehamilan dan isfungsi sistolik ventrikel kiri yang
pengecualian pada ibu hamil harus dipikirkan efek toksisitas pada janin. Tujuan
menjaga cardiac output demi meningkatkan prognosis ibu dan anak.Terapi PPCM
pada kehamilan harus termasuk pemberian oksigen jika perlu, pembatasan garam,
20
DAFTAR PUSTAKA
28