Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang
dari colon sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka
dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri
waktu colon sigmoid bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum
dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus.
Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.

Gambar 1. Usus besar-rectum

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri
sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior
memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua
pertiga proksimal colon tranversum, dan arteria mesentrika inferior
memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon
desendens, sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan
untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis
inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta
abdominalis.

1
Gambar 2 : arteri - arteri pada rectum

Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika
superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari
sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan
inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari
sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat
mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.

Gambar 3 : vena-vena pada rectum

2
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak
teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat
beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang
melibatkan segmen colon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa
feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua
sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah
makan pertama masuk pada hari itu.
Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum
dan merangsang reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani
eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf
otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol volunter. Reflek
defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula
spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rectum melalui saraf
splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rectum dan
relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum yang mengalami distensi
berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut
dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna
berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feces.
Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen
yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot dada dengan glotis ditutup,
dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau
peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-
otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan
relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.

3
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. PENGERTIAN
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal.
Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan
nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau
wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang
segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek
kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran
pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di
sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises
pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan
pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena
hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)”
merupakan vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat
kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35%
penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid
seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan.
Terkadang dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran
prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan
nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan
Wilson, 2006).

4
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan
menaun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan
Jong, 2000).

B. PENYEBAB
Penyebab terjadinya Hemoroid diantaranya adalah:
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan
organik yang menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena
ke hepar sehingga terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk
kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan
vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida ,
uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor -
faktor penyebab timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di
pleksus hemoroidalis.
Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat
antara lain :
- Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya
gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.
5
- Gangguan defekasi dan miksi.
- Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
- Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3. Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan,
Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
4. Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial
dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling
berkaitan.

C. GEJALA DAN TANDA


Tanda
1. Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh
feces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
bercampur dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang
keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya
bervariasi.
2. Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid
interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis dan radang.
Gejala
1. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat
tereduksi spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan
sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai pada suatu keadaan
dimana tidak dapat dimasukkan.
3. Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam
merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolap menetap.

6
4. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus
rangsangan mucus.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik pada Hemoroid adalah :
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar.
Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip,
fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di
tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja
atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya
darah samar.
4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
7
5. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid
eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, <
6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4,
perdarahan dan nyeri.
Gejala hemorroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan:
- Higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan
selama defekasi.
- Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam, bila gagal
dibantu dengan menggunakan laksatif yang berfungsi mengabsorbsi
air saat melewati usus.
- Tindakan untuk mengurangi pembesaran dengan cara: rendam duduk
dengan salep, supositoria yang mengandung anestesi, astringen
(witch hazel) dan tirah baring.
- Beberapa tindakan nonoperatif untuk hemorroid:
 Foto koagulasi infra merah, diatermi bipolar, terapi laser adalah
tehnik terbaru untuk melekatkan mukosa ke otot yang
mendasarinya
 Injeksi larutan sklerosan efektif untuk hemorrhoid yang
berukuran kecil.
- Tindakan bedah konservatif hemorrhoid interna
Adalah prosedur ligasi pita karet. Hemorrhoid dilihat melalui anosop,
dan bagian proksimal diatas garis mukokutan dipegang dengan alat.
Pita karet kecil kemudian diselipkan diatas hemorrhoid. Bagian distal
jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari
danm dilepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa anal
bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan ini
memuaskan beberapa pasien, namun pasien lain merasakan

8
tindakan ini menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemorroid
sekunder dan infeksi perianal.
- Hemoroidektomi kriosirurgi
Adalah metode untuk menghambat hemorroid dengan cara
membekukan jaringan hemorroid selama waktu tertentu sampai
timbul nekrosis. Meskipun hal ini kurang menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan
keluarnya rabas yang berbau angat menyengat dan luka yang
ditimbulkan lama sembuh.
- Laser Nd: YAG
Digunakan dalam mengeksisi hemorroid eksternal. Tindakan ini
cepat dan kurang menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang
menjadi komplikasi pada periode paska operatif.
Metode pengobatan hemorroid tidak efektif untuk vena trombosis
luas, yang harus diatasi dengan bedah lebih luas.
- Hemorroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini.
Selma pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital
dan hemorroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi
dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operasi selesai, selang
kecil dimaukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya
flatus dan darah; penempatan Gelfoan atau kasa Oxigel dapat
diberikan diatas luka kanal.

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada Hemoroid meliputi :
- Menganjurkan untuk olahraga ringan secara teratur,
- Menganjurkan untuk mengurangi makan makanan yang
merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal dengan
baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral

9
- Menganjurkan untuk memberikan terapi non farmakologi dapat
berupa perubahan diet, pola hidup, serta bowel habit. Diet harus
tinggi serat dan cairan oral agar konsistensi tinja tidak keras. Jumlah
konsumsi serat yang direkomendasikan yakni 25-40 gram serat per
hari. Konsumsi air disarankan minimal 1800 mL per hari atau 30-40
ml/kgBB/hari (pastikan pasien tidak dalam kondisi yang
mengharuskan restriksi cairan).
- Menganjurkan untuk melakukan Perubahan bowel habit dilakukan
dengan cara merubah posisi saat defekasi dan menghindari
mengedan saat buang air besar. Posisi jongkok merupakan posisi
yang paling baik untuk buang air besar. Pada posisi jongkok, sudut
anorectal yang terbentuk lebih besar dibanding posisi duduk. Sudut
anorectal menjadi lurus ke bawah sehingga mempermudah
pengeluaran tinja. Selain itu tekanan intra abdominal lebih rendah
pada posisi jongkok. Jika hanya ada kloset duduk maka pasien dapat
disarankan untuk meletakkan bangku di bawah kaki serta
menyondongkan tubuh ke depan. Walaupun sudut anorektal yang
terbentuk tidak serupa seperti posisi jongkok, hal tersebut dapat
membuat perubahan sudut anorectal yang lebih baik dibanding
posisi duduk.
- Beritahu pasien untuk tidak menghabiskan waktu lama duduk di
kloset jika tinja tidak keluar. Selain daripada itu, pasien juga
disarankan untuk menjaga pola hidup yang baik dengan makanan
bergizi seimbang dan olahraga. Aktivitas fisik dapat membantu
pergerakan usus dan memperbaiki bowel habit

10
G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada Hemoroid adalah :

1. Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku


dan terjadi trombosis.

2. Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi
dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman -
kumannya.

3. Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan


akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang
lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang
dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi
tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara
kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/
terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis
dan bisa mengakibatkan kematian.

11
H. PENCEGAHAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
wasir atau hemoroid:
1. Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat. Perbanyaklah
konsumsi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Mengonsumsi jenis-jenis makanan ini berguna untuk melembutkan
dan meningkatkan jumlah tinja yang dikeluarkan.
2. Minum banyak cairan. Minumlah 8 gelas air putih setiap hari untuk
mempertahankan tinja tetap lunak.
3. Jangan mengejan berlebihan. Mengejan dan menahan napas saat
mencoba mengeluarkan kotoran menciptakan tekanan cukup besar
bagi pembuluh darah di bagian bawah rektum.
4. Jangan menunda BAB. Menunda BAB hingga keinginan itu
menghilang dapat mengakibatkan tinja mengering dan sulit
dikeluarkan.
5. Berolahraga. Berolahraga secara rutin dapat mencegah konstipasi
dan obesitas, yang merupakan faktor risiko timbulnya wasir.
6. Hindari duduk terlalu lama. Duduk terlalu lama, termasuk kebiasaan
membaca saat BAB, dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh
darah di anus.
7. Hindari mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda-
benda berat, buang napas dan jangan menahannya saat
mengangkat beban berat.
8. Jika hamil, tidurlah dengan posisi miring. Posisi ini bisa menurunkan
tekanan pada pembuluh darah di panggul dan membantu mencegah
wasir membesar.

12
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN B DENGAN
HEMOROID
No. Register :

Ruang : Safir

Tanggal MRS/Jam : 15 Oktober 2019 jam 09.00 wita

Tanggal Pengkajian/Jam : 15 Oktober 2019 jam 13.00 wita

I. IDENTITAS
a. Biodata Umum
Nama : Tn. A
Alamat : Jln. Suryanata RT.05 Gg.Kencana Samarinda
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Supir

b. Biodata Penanggung Jawab


Nama : Tn. B
Alamat : Jln. Kemakmuran RT.15 Samarinda
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Hubungan dg Pasien : Kakak

13
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan baru saja mengkonsumsi bakso memakai sambal
yang cukup banyak, kemudian pada saat BAB keluar darah yang terus
menerus
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan beberapa minggu hanya ada benjolan yang
keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit orang tua daan saudara tidak ada yang menderita
seperti pasien.
e. Sanitasi Lingkungan
Pasien mengatakan bahwa mereka tinggal di perumahan, lingkungan
bersih

III. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


a. Pola Nutrisi
- Dirumah :
Makan sehari 3 kali dengan porsi sedang, nasi setengah sepiring,
lauk pauk, sayur sambal (banyak), kerupuk dan kadang ditambah
dengan buah. Minum ± 1000 cc,
- Di RS :
Makanan rumah sakit dengan diit bubur tinggi serat, minum hanya
sedikit, minum ± 1000 cc, pasien mengatakan selera makan
berkurang karena cemas akan perdarahan yang dialami
b. Pola Eliminasi
- Dirumah :

14
BAK 3-5 kali/hari, ±1000 cc, urin berwarna kuning jernih, berbau
khas, BAB jarang kadang – kadang 4 hari sekali, ±400 gr,
konsistensi keras, berwarna kecoklatan
- Di RS
BAK 1-2 kali/hari, ±600cc, urin berwarna kuning keruh, berbau
khas, BAB belum ada karena pasien merasa takut bila BAB
karena rasa nyeri dan akan keluar darah
c. Pola Aktivitas
- Dirumah :
Pasien bekerja sebagai supir antar kota sehingga sering duduk
dengan waktu yang lama
- Di RS :
DI RS Tidak dapat beraktivitas banyak hanya berbaring ditempat
tidur, tampak cemas dan gelisah
d. Pola Istirahat dan Tidur
- Dirumah
Pasien mengatakan istirahat dan tidur 5-6 jam/hari (jam 23.000 –
05.00 wita)
- Di RS
Pasien tampak cemas, gelisah dan tampak meringis menahan
nyeri di daerah anus serta sulit untuk tidur karena perasaan takut
akan perdarahan yang dialami, banyak berganti posisi duduk dan
berbaring
e. Pola Personal Hygiene
- Dirumah
Pasien mandi 2 kali/hari menggunakan sabun (pagi dan Sore),
Keramas 3-4 kali/minggu, ganti baju 1 – 2 kali sehari,
- Di RS
Pasien belum mandi sama sekali, hanya diseka oleh keluarganya,
ganti baju 1 kali sehari, saat melakukan aktivitas jarang mencuci

15
tangan hanya menggunakan tisu basah karena takut infusnya
bengkak dan menjadi sakit

IV. DATA PSIKOSOSIAL


a. Status Emosi
Tampak cemas, gelisah dan tampak menahan nyeri tetapi dapat
menguasai emosi.
b. Konsep diri
1) Body Image : pasien tampak gelisah dan tidak tenang karena rasa
nyeri pada daerah anus
2) Self Ideal : Pasien berharap ingin sembuh dan segera pulang
3) Self Esteem : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh
perawat serta mendapat perhatian yang cukup dari keluarga
4) Role : Pasien sebagai anak kedua dari 3 bersaudara, memiliki
seorang istri dan 3 orang anak
c. Interaksi Sosial
Interaksi pasien dengan keluarga pasien sangat baik dan merespon
pertanyaan yang diajukan oleh perawat, tampak supel dalam
pergaulan dan berkomunikasi
d. Spiritual
Pasien beragama Islam dan taat beribadah, sebelum dan selama
sakit tetap menjalankan sholat 5 waktu. Dan senantiasa berdoa agar
cepat sembuh dan segera pulang serta tabah menghadapi sakitnya

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kurang sehat, tampak menahan nyeri pada daerah anus,muka
terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
b. Kesadaran Composmentis
c. Tanda-tanda vital :

16
- TD: 140/80 mmHg - BB di RS : 55 kg
- S : 37,80C - BB sebelum MRS : 57 kg
- N : 104 x/mnt - TB : 160 cm
- R : 24 x mnt
d. Kepala
- Rambut: Pendek, lusuh, berminyak, permukaan kulit kepala tidak
terdapat benjolan dan lesi, tidak rontok
- Mata : tampak cekung, tampak kehitaman pada area lingkar mata,
sklera putih, pupil isokor, konjungtiva pucat
- Hidung: fungsi penciuman baik, tidak ada polip, simetris, sedikit
kotor
- Mulut : Mukosa bibir kering, bibir pucat, tidak ada perdarahan
pada gusi, tonsil merah muda, suara serak, gigi sedikit berkaries
- Leher : simetris, tidak ada pembesaran tiroid
- Telinga : telinga luar dan dalam agak sedikit kotor, tidak ada
gangguan pendengaran
e. Thorax
- Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi dada simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : suara resonan
- Auskultasi : dalam batas normal
f. Abdomen
- Inspeksi: bentuk abdomen datar, umbilicus tidak menonjol, tidak
ada benjolan.
- Auskultasi : Bising usus normal
- Perkusi: suara timpani.
- Palpasi: tidak dijumpai adanya massa, nyeri area epigastik, hepar
dan lien tidak teraba.

17
g. Ekstremitas
- Atas : Tangan kanan terpasang infus, akral dingin, jumlah
jari lengkap, tidak ada kelumpuhan
- Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, jari-jari lengkap, jari-jari kaki
dingin, dan pergerakan bebas
h. Genetalia : sekitar anus nyeri, merah dan bengkak pada
anorectal
i. Integumen : Kulit dan membran mukosa kering dan turgornya
menurun

VI. DATA PENUNJANG


Hasil Laboratorium
Tgl. September 2019
- Hb : 9,9 g/dl (Nilai Normal L: 14,0 – 16,0 g/dl)
- Leukosit : 10.8 x 103/L (Nilai Normal 4,5 – 10,0 x 103/L)
- PLT : 290 x 10-9/L (Nilai Normal
- HCT : 39,82 % (Nilai Normal L: 40-54%, P: 37 –
47%)
Elektrolit
- Na : 130 mEq/L (Nilai Normal 135 -145 mEq/L)
- Kalium : 3,0 mEq/L (Nilai Normal 3,5 – 5,5 mEq/L)
- Cl : 9,5 mEq/L (Nilai Normal 9,8 – 10,7 mEq/L)
Glukosa
- Gula darah acak : 80 mg/dl

VII. TERAPI
a. Infus RL 20 tetes/menit

18
VIII. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. L
No. Reg :
Tgl Lahir : 25 April 1970
Ruang : Ruby
Tgl Masuk : 19 September 2019
Diagnosa : Hemoroid
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Pasien mengeluh nyeri Agen cedera Nyeri akut
pada area anus karena fisiologis
perdarahan secara terus (inflamasi)
menerus saat BAB
DO :
- Perdarahan pada saat
BAB ±200 cc
- Pasien tampak Meringis
menahan nyeri
- TD: 140/80 mmHg
- S : 37,80C
- N : 104 x/mnt
- R : 24 x mnt
- Hb : 9,9 g/dl
2 DS : Pasien mengatakan BAB Ketidakteraturan Konstipasi
4 hari sekali kebiasaan
DO : defekasi
- Pasien belum BAB selama
di RS
- Pasien tampak takut bila
BAB akan keluar darah

19
3 DS: Pasien mengeluh Peningkatan Risiko infeksi
perdarahan terus menerus paparan
saat BAB, Ada benjolan pada organisme
anus atau nyeri pada saat pathogen
defikasi, lingkungan

DO: Perdarahan pada saat


BAB ±200 cc
- Tampak benjolan di sekitar
area anus
- Tanda Vital, TD: 140/80
mmHg, S : 37,80C, N : 104
x/mnt, R : 24 x mnt
- Hb : 9,9 g/dl, Lekosit 10.8
x 103/L

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama : Tn. L No. Reg. :
Umur : 60 th Ruang : Ruby
Tanggal : 19 September 2019 Diagnosa : Hemoroid

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisiologis
(inflamasi) yang dibuktikan dengan : Pasien mengeluh nyeri pada
area anus karena perdarahan secara terus menerus saat BAB,
Perdarahan pada saat BAB ±200 cc, Pasien tampak Meringis
menahan nyeri Nadi : 104x/menit
2. Konstipasi berhubungan dengan Ketidakteraturan kebiasaan
defekasi aktif yang dibuktikan dengan Pasien mengatakan BAB 4
hari sekali, Pasien belum BAB selama di RS, Pasien tampak takut
bila BAB akan keluar darah
20
3. Resiko Infeksi dibuktikan dengan sekitar anus nyeri, merah dan
bengkak pada anorectal, Pasien tampak Meringis menahan nyeri
pada area anus, TD: 140/80 mmHg , N : 104 x/mnt, R : 24 x mnt,
Hb : 9,9 g/dl

21
X. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Tindakan
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Nama /TTD
No Tindakan
Kamis, Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
19/09/19 dengan Agen cedera tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis (inflamasi) yang selama 1 x 24 jam, durasi, frekuensi dan intensitas
dibuktikan dengan : Pasien maka rasa nyeri pada nyeri
mengeluh nyeri pada area area anus menurun, - Identifikasi skala nyeri
anus karena perdarahan dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor yang
secara terus menerus saat - Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
BAB, Perdarahan pada meringis menurun nyeri
saat BAB ±200 cc, Pasien (5)
tampak Meringis menahan - Gelisah menurun (5) Terapeutik
nyeri Nadi : 104x/menit - Kesulitan tidur - Atur posisi fisiologis
menurun (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi - Kontrol lingkunganyang
membaik (5) memperberat rasa nyeri

22
(lingkungan tenang dan batasi
pengunjung)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nnonfarmakologis
untuk mrngurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Kamis, Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan Observasi
19/09/19 dengan Ketidakteraturan tindakan keperawatan - Identifikasi masalah usus dan
kebiasaan defekasi aktif selama 1 x 24 jam, penggunaan obat pencahar
yang dibuktikan dengan maka eliminasi fekal - Monitor buang air besar (warna,
Pasien mengatakan BAB 4 membaik dengan frekuensi, konsistensi, volume)
hari sekali, Pasien belum kriteria hasil : Terapeutik
BAB selama di RS Pasien - Sediakan makanan tinggi serat
tampak takut bila BAB

23
akan keluar darah - Mengejan defekasi - Jadwalkan waktu defekasi bersama
lama dan sulit pasien
menurun (5) Edukasi
- Mengejan saat - Jelaskan jenis makanan yang
defekasi menurun membantu meningkatkan
(5) keteraturan peristaltic usus
- Distensi abdomen - Anjurkan meningkatkan asupan
menurun (5) cairan
- Konsistensi feses - Anjurkan mengkonsumsi makanan
membaik (5) yang mengandung tinggi serat
- Frekuensi BAB Kolaborasi
membaik (5) - Kolaborasi pemberian obat
supositoria anal, jika perlu
Kamis, Risiko Infeksi dibuktikan Setelah dilakukan Observasi
19/09/19 dengan nyeri sekitar anus, tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejala infeksi
tampak merah dan selama 1 x 24 jam, local dan sistemik
bengkak pada anorectal, maka risiko infeksi Teraupetik
Pasien tampak Meringis menurun dengan - Batasi perawatan kulit pada area
menahan nyeri pada area kriteria hasil : edema

24
anus, TD: 140/80 mmHg , - Demam menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah
N : 104 x/mnt, S: 37,80C, R (5) kontak dengan pasien dan
: 24 x mnt, Hb: 9,9 g/dl, - Kemerahan dan lingkungan pasien
Lekosit bengkak menurun - Pertahankan tehnik aseptic pasa
(5) pasien
- Perdarahan (-) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondusi
luka
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

25
26
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Tindakan
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Nama /TTD
No Tindakan
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan Agen cedera tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis (inflamasi) yang selama 1 x 24 jam, durasi, frekuensi dan intensitas
dibuktikan dengan : Pasien maka nyeri pada nyeri
mengeluh nyeri perut, tungkai berkurang, - Identifikasi skala nyeri
diare, demam, anoreksia, dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor yang
Pasien tampak Meringis - Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
dan memegang perut, nyeri meringis menurun nyeri
tekan pada abdomen, N : (5)
104 x/mnt - Gelisah menurun (5) Terapeutik
- Kesulitan tidur - Atur posisi fisiologis
menurun (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi - Kontrol lingkunganyang
membaik (5) memperberat rasa nyeri (lingkungan
tenang dan batasi pengunjung)
Edukasi
27
- Jelaskan penyeba, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nnonfarmakologis
untuk mrngurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan Kurangnya asupan tindakan keperawatan - Periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi,
makanan yang dibuktikan selama 1 x 24 jam, edema, pengisian kapiler, warna
dengan Pasien maka perfusi perifer dan suhu, ankhe brachial index)
mengatakan tidak ada meningkat, dengan - Identifikasi faktor risiko gangguan
nafsu makan dan lemas, kriteria hasil : sirkulasi
Pasien tidak - Edeme perifer - Monitor panas, kemerahan, nyeri
menghabiskan porsi menurun (5) atau bengkak pada ekstremitas
makan yang diberikan, - Nyeri ekstremitas
Tampak mual, Tampak menurun (5)
lemas, Muntah 4x, BB Terapeutik
28
SMRS = 53 kg, BB di RS = - Warna kulit pucat - Hindari penekanan pada area yang
51 kg, Hb : 10,9 g/dl menurun (5) cidera
- Penyembuhan luka - Lakukan hidrasi
meningkat (5)
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan olahraga yang teratur
- Jelaskan penyebab dan faktor
resiko penyakit
Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan Observasi
Inflamasi gastrointesinal tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejala infeksi
yang dibuktikan dengan selama 1 x 24 jam, Terapeutik
pasien mengatakan lemas maka integritas kulit - Batasi jumlah prngunjung
karena BAB cair 15 x BAB dan jaringan meningkat - Berikan perawatan kulit pada area
konsistensi cair, 15 kali/hari dengan kriteria hasil : edema
±400 gr, berwarna coklatan - Kerusakan jaringan - Cuci tangan sebelum dan setelah
bercampur darah, Bising menurun (5) kontak dengan pasien dan
usus meningkat , TD: - Nyeri menurun (5) lingkungan pasien
100/60 mmHg, Suhu badan Edukasi
29
: 38,2kg, Nadi : 104 x/mnt - Kemerahan - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menurun (5) - Ajarkan cara cuci tangan dengan
benar
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

30
XI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan inetrvensi dan kondisi pasien

XII. EVALUASI KEPERAWATAN


Sesuai dengan kriteria hasil

31
32

Anda mungkin juga menyukai