Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan

pusat komputer dari semua alat tubuh. Otak merupakan dari saraf sentral yang

terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh suatu

lapisan yang kuat. Otak terdiri dari otak besar (Serebrum) batang otak

(Trunchus Enchepali) dan otak kecil (cerebellum) ( Syaifudin, 1997 ).

Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai

agar-agar yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama

pada orang dewasa. Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai

dari permukaan luar adalah kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak

(meninges), dan cairan cerebrospinalis. Selaput otak terdiri atas tiga lapisan

(dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid, dan piamater. Di dalam tempat

tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium dan membaginya

menjadi tiga kompartemen. Tentorium merupakan sekat yang membagi

rongga cranium menjadi kompartemen supratentorial dan infratentorial,

memisahkan bagian-bagian posterior-inferior hemisfer serebri dan cerebelum.

(Listiono, 1998)

1. Otak Besar (Cerebrum)

5
Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,

berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.

Otak mempunyai dua permukaan yaitu permukaan atas dan permukaan

bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu)

yaitu pada bagian korteks cerebral dan zat putih terdapat pada bagian

dalam yang mengandung serabut saraf (Syaifudin, 1997). Fungsi Otak

besar:

a. Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.

b. Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal,

intelegensi, keinginan dan memori.

c. Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

Gambar 1. Penampang melintang otak (Syaifuddin,1997)

Keterangan:

1. Medula oblongata 7. Konvolusi

2. Pons 8. Dienchepalon

3. Otak tengah 9. Cerebellum

6
4. Meningens 10. Hind Brain

5. Otak depan 11. Medulla Spinalis

6. Cerebrum

2. Otak Kecil (Cerebellum)

Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang

tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura transversalis

dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata. ( Syaifuddin

1997 )

Fungsi otak kecil:

a. Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum). untuk keseimbangan

dan rangsangan pendengaran ke otak

b. Paleacerebellum ( spinocerebellum), sebagai pusat penerima

impuls dan nervus vagus kelopak mata, rahang atas, rahang

bawah, dan otot pengunyah.

c. Neocerebellum (ponto cerebellum), korteks cerebellum

menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan

dikerjakan dan mengatur gerakan sisi badan.

7
Gambar 2. Otak dengan piameter (Syaifuddin, 1997)

Keterangan:

1. Vena-vena serebri superior 5. Rolandi

2. Lobus frontalis 6. Cerebellum

3. Vena serebri media 7. Medula Oblongata

4. Vena-vena serebri inferior 8. Lobus Temporalis

3. Batang Otak (Truncus Enchepali)

Batang otak terdiri dari:

a. Disenchepalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara

cerebellum dengan mesenchepalon (Syaifudin, 1997).

Fungsi disenchepalon :

1) Vase konstruktor, mengecilkan pembuluh darah.

2) Respiratory, membantu proses persarafan.

8
3) Mengontrol kegiatan refleks

4) Membantu pekerjaan jantung.

b. Mesensepalon, atap dari mesensepalon terdiri dari empat bagian

yang menonjol keatas, dua dsebelah atas disebut korpus

kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah disebut korpus

kuadrigeminus inferior (Syaifudin, 1997).

Fungsi mesensepalon :

1) Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak

mata

2) Memutar mata dan pusat pergerakan mata

c. Pons Varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesenhepalon

dengan pons varoli dan cerebellum terletak di depan cerebellum

diantara otak tengah dan medulla oblongata, disini terdapat

premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks

(Syaifudin, 1997).

Fungsi pons varoli:

1) Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga

antara medulla oblongata dengan cerebellum atau otak

besar

2) Pusat saraf nervus trigeminus

9
d. Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang

menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis (Syaifudin,

1997).

Fungsi medulla oblongata:

1) Mengontrol pekerjaan jantung.

2) Mengecilkan pembuluh darah (vaso konstruktor)

3) Pusat pernafasan (respirasi center)

4) Mengontrol kegiatan refleks.

4. Meningen (selaput otak)

Merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang

belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh

darah dan cairan sekresi (cairan serebro spinalis). Memperkecil

benturan atau gerakan yang terdiri dari 3 ( tiga ) lapisan (Syaifuddin,

1997).

a. Durameter (lapisan sebelah luar)

Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan

ikat dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang

tengkorak dan durameter propia dibagian dalam di

kanalisvertebralis kedua lapisan ini terpisah (Syaifudin, 1997).

10
b. Arakhnoid (lapisan tengah)

Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter

dengan piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi

cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral

(Syaifuddin, 1997).

c. Piameter (lapisan sebelah dalam)

Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan

jaringan otak, piamater berhubungan dengan arakhnoid melalui

struktur – struktur jaringan ikat yang disebut trakekel (Syaifuddin,

1997).

5. Ventrikel Otak

Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak

yang saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima ( semacam sel

epitel yang membatasi semua rongga otak dan medula spinalis ) dan

mengandung CSF ( Cerebrospinal Fluid ).Ventrikel otak terdiri dari

ventrikel leteral, ketiga dan keempat (Price Sylvia, 1995).

6. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid ke dalam

ventrikel – ventrikel yang ada dalam otak, cairan tersebut masuk ke

11
dalam kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan juga ke dalam

ruang subarakhnoid melalui celah – celah yang terdapat pada ventrikel

keempat.

Jumlah cairan serebrospinal dalam ventrikel dan ruang

subarakhnoid berkisar antara 120 – 180 ml pada orang dewasa, 100 –

140 ml pada anak umur 8 – 10 tahun, dan 40 – 60 ml pada bayi. Pada

orang dewasa, produksi cairan serebrospinal selama 24 jam berjumlah

430 – 500 ml, ini berarti dalam 24 jam cairan serebrospinal diganti

sebanyak 3 kali, yaitu :

a. Sirkulasi Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinalis yang dihasilkan dalam ventrikel dan

ruang subarakhnoid akan mengalir ke vili arakhnoid (pacchionian

granulations) selanjutnya masuk ke dalam sinus sagitalis superior,

untuk diabsorpsi. Cairan serebrospinal dari ventrikel lateralis,

melalui foramen Monro akan masuk ke ventrikel III digaris tengah,

kemudian melalui foramina Luschka di lateral atau foramen

Magendie digaris tengah, selanjutnya masuk ke ruang subarakhnoid

(sisterna magna). Ada sejumlah cairan serebrospinalis yang masuk

ke kanalis spinalis untuk beredar di sekeliling medula spinalis atau

ia dapat mengalir ke sefalad ke dalam sisterna basalis. Cairan

serebrospinalis meneruskan alirannya ke sefalad ke ruang

subarakhnoid untuk mencapai pacchionian granulations setinggi

12
sinus sagitalis superior, dan cairan ini kembali ke dalam aliran

darah melalui sisterna vena. Untuk mempertahankan volume cairan

dalam ventrikel dan ruang subarakhnoid, absorpsi cairan

serebrospinal harus sepadan dengan produksi cairan serebrospinalis

(Price Sylvia, 1995).

Gambar 3. Sirkulasi cairan serebrospinal (Price Sylvia, 1995)

B. Definisi dan Klasifikasi Stroke

13
Stroke adalah hilangnya sebagian fungsi otak yang terjadi secara

mendadak atau tiba-tiba akibat dari sumbatan atau pecahnya pembuluh darah

otak. Tanpa oksigen dan nutrisi penting yang dialirkan bersama dengan darah,

sel otak akan rusak atau mati dalam beberapa menit (Bernard R, 2012).

Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai

serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,

invaliditas), utama pada kelompok usia diatas 45 tahun.

Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran

darah otak, stroke dibedakan menjadi dua kategori yaitu:

1. Stroke Non Hemoragik

Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari

seluruh kasus stroke. Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan

aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses

patologik pada daerah iskemik. Pada stroke iskemik terjadi iskemia

akibat sumbatan atau penurunan aliran darah otak. Berdasarkan

perjalanan klinis, dikelompokkan menjadi:

a. TIA (Transient Ischemic Attack)

b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)

c. Stroke in Evolution

d. Completed Stroke

2. Stroke Hemoragik

14
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan

otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum)

atau kedalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan

otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia

subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling mematikan dan

merupakan sebagian kecil dari stroke total yaitu 10-15% perdarahan

intraserebrum dan sekitar 5% untuk perdarahan subaraknoid.

Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari semua

stroke, dapat terjadi apabila lesi vascular intraserebrum mengalami

rupture sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau

langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular yang dapat

menyebabkan perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular

dan malformasi arteriovena (MAV). Stroke Hemoragik diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu:

a. Perdarahan Sub Dural (PSD)

Perdarahan subdural terjadi diantara duramater dan

araknoid. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena

jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena

dipermukaan otak dan sinus venosus di dalam duramater atau

karena robeknya araknoid.

15
b. Perdarahan Sub Arakhnoid (PSA)

Perdarahan Subaraknoid (PSA) adalah keadaan akut

dimana tidak dapat masuknya darah ke dalam ruangan

subaraknoid, atau perdarahan yang terjadi dipembuluh darah di

luar otak, tetapi masih di daerah kepala seperti diselaput otak

atau bagian bawah otak. PSA menduduki 7-15% dari seluruh

kasus Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO). PSA paling

banyak disebabkan oleh pecahnya aneurisma (50%).

c. Perdarahan Intra Serebral (PIS)

Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang

primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan

bukan disebabkan oleh trauma, dimana 70% kasus PIS terjadi di

kapsula interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang otak dan

serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna). PIS

terutama disebabkan oleh hipertensi (50-68%).

Angka kematian untuk perdarahan intraserebrum

hipertensif sangat tinggi, mendekati 50%. Perdarahan yang

terjadi diruang supratentorium (diatas tentorium cerebeli)

memiliki prognosis yang baik apabila volume darah sedikit.

Namun, perdarahan kedalam ruang infratentorium didaerah pons

atau cerebellum memiliki prognosis yang jauh lebih buruk

16
karena cepatnya timbul tekanan pada struktur–struktur vital

dibatang otak.

C. Dasar-Dasar Ct-Scan

Istilah tomografi berasal dari kata Yunani tomos, yang berarti "irisan,"

dan graphein, yang berarti "untuk menulis." CT menggunakan komputer yang

kompleks dan sistem pencitraan mekanis untuk memberikan gambar anatomis

sectional pada bidang aksial, sagital, dan coronal. Konsep CT dapat

disederhanakan dengan membandingkan prosedur dengan mencitrakan

sepotong roti. Radiografi konvensional menangkap gambar roti secara

keseluruhan, sedangkan CT mengambil roti dan menggambarkannya dalam

irisan individu (disebut juga bagian, atau potongan), yang dilihat secara

independen (Bontrager, 2018).

1. Perkembangan CT-Scan

Sejak diperkenalkannya CT scan diawal tahun 1970an, sistemnya

telah berkembang melalui empat generasi. Perbedaan antara generasi

terutama berhubungan dengan jumlah dan pengaturan detektor,

perangkat yang mengukur redaman sinar X-ray yang ditransmisikan

(Bontrager, 2018).

a. Generasi Pertama dan Generasi Kedua

Scanner generasi pertama menggunakan “pencil x-ray

beam” dengan satu detektor. Scanner memerlukan waktu

eksposur 4,5 menit untuk mengumpulkan cukup informasi atau

17
satu irisan dari rotasi 180° tabung dan detektor. Scanner ini hanya

bisa digunakan untuk scanning kepala saja.

Scanner generasi kedua sangat meningkat dan

menyediakan ”fan x-ray beam” dengan jumlah detektor 30 atau

lebih. Waktu eksposur lebih pendek, sekitar 15 detik per irisan,

atau 10 menit untuk 40 irisan (Bontrager, 2018).

b. Generasi Ketiga

Scanner generasi ketiga mencakup hingga 960 detektor

yang berlawanan dengan tabung sinar-x yang diputar bersama

mengelilingi pasien dalam siklus 360 ° yang lengkap untuk

menggambarkan satu irisan jaringan. Waktu eksposure berkurang

secara signifikan dibandingkan dengan scanner generasi pertama

dan kedua (Bontrager, 2018).

c. Generasi Keempat

Scanner generasi keempat dikembangkan pada tahun

1980an, bersamaan dengan scanner generasi ketiga. Pemindai ini

memiliki ring detektor 4800 atau lebih, yang mengelilingi pasien

dalam lingkaran penuh dalam gantry. Sebuah tabung sinar-x

tunggal berputar 360° selama pengumpulan data. Sepanjang

gerakan rotari terus menerus, sinar-x memancar akibat perputaran

anoda tabung sinar-x (Bontrager, 2018).

2. Komponen Dasar CT-Scan

18
Sistem CT terdiri dari tiga komponen utama yaitu: gantry,

komputer, dan operator console. Sistem ini mencakup perangkat

komputasi dan pencitraan yang sangat kompleks (Bontrager, 2018)

yaitu :

a. Gantry

Gantry terdiri dari tabung sinar-x, detektor array, dan

kolimator. Bergantung pada spesifikasi teknis unit, gantry

biasanya dapat disudutkan 30° disetiap arah, seperti yang diminta

atau pemindaian pada CT kepala atau tulang belakang. Bukaan

tengah digantry disebut aperture. Meja CT (kadang-kadang

disebut patient couch) terhubung secara elektronik dengan gantry

atau gerakan terkontrol selama pemindaian. Anatomi pasien di

dalam aperture adalah area yang sedang dipindai pada saat itu

(Bontrager, 2018).

Gambar 4. CT Scan Unit, Couch, dan Gantry (Bontrager, 2018).

b. Tabung X-ray

19
Tabung sinar-x pada CT-Scan mirip dengan tabung general

radiografi dalam konstruksi dan operasi. Namun, dilakukan

modifikasi desain yang diperlukan untuk memastikan bahwa

tabung tersebut mampu menahan kapasitas panas tambahan

karena peningkatan waktu paparan (Bontrager, 2018).

c. Detektor

Detektor adalah padatan dan terdiri dari photodioda

ditambah dengan kristal skintilasi (cadmium tungstate atau kristal

rare earth oxide ceramic). Detektor mengubah energi sinar-x

yang ditransmisikan menjadi cahaya, yang diubah menjadi energi

listrik dan kemudian menjadi sinyal digital. Rangkaian detektor

mempengaruhi dosis pasien dan efisiensi unit CT (Bontrager,

2018).

d. Kolimator

Kolimasi pada CT penting karena mengurangi dosis pada

pasien dan meningkatkan kualitas gambar. CT generasi sekarang

umumnya menggunakan satu kolimator-prepatient (pada tabung

sinar-x), yang membentuk dan membatasi sinar. Slice thickness

pada unit CT multidetektor modern ditentukan oleh ukuran baris

detektor yang digunakan (Bontrager, 2018).

e. Komputer

Komputer pada CT membutuhkan dua jenis perangkat lunak

yang sangat canggih, satu untuk sistem operasi dan satu untuk

20
aplikasi. Sistem operasi mengelola perangkat keras, sedangkan

perangkat lunak aplikasi mengelola preprocessing, rekonstruksi

gambar, dan berbagai macam operasi pasca-pengolahan.

Komputer CT harus memiliki kecepatan dan kapasitas memori

yang mengejutkan. Sebagai contoh, pertimbangkan bahwa atau

satu potongan CT (gambar) dengan matriks 512 × 512, komputer

harus secara bersamaan menghitung 262.144 perhitungan

matematis per irisan (Bontrager, 2018).

f. Operator Console

Komponen operator console mencakup monitor keyboard,

mouse, dan single atau dual, tergantung pada sistemnya. Operator

console memungkinkan teknolog untuk mengontrol parameter

pemeriksaan yang disebut protokol, dan melihat atau

memanipulasi gambar yang dihasilkan. Protokol yang telah

ditentukan pada setiap prosedur meliputi kilovoltage,

milliamperage, pitch, field of view, slice thickness, pengindeksan

tabel, rekonstruksi algoritma, dan display window. Parameter ini

dapat dimodifikasi oleh teknolog jika diperlukan berdasarkan

presentasi pasien atau riwayat klinis (Bontrager, 2018).

g. Networking and Archiving (Jaringan dan Pengarsipan)

Jaringan workstation komputer, dimana workstation berada

di lokasi lain atau digunakan oleh ahli radiologi atau teknolog.

Workstation ini mungkin berada dalam departemen atau mungkin

21
berada di daerah terpencil dengan transmisi data secara

elektronik.

Pengarsipan gambar atau sebagian besar sistem CT

melibatkan penggunaan media digital yang tersimpan dalam arsip

PACS (Picture Archiving and Communications System). Printer

laser juga bisa digunakan untuk mencetak gambar atau

penyimpanan hard copy. Interpretasi temuan pemeriksaan

umumnya dilakukan oleh ahli radiologi pada workstation

beresolusi tinggi (Bontrager, 2018).

3. Parameter CT-Scan

Gambar pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas-

berkas sinar-x yang mengalami perlemahan setelah menembus objek,

ditangkap detector, dan dilakukan pengolahan dalam computer.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam CT-Scan dikenal

beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar

yang optimal.

a. Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari

objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1mm-10mm

sesuai dengan keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal

akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah

sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan gambaran

22
dengan detail yang tinggi. Jika ketebalan irisan semakin tinggi

maka maka gambaran akan cenderung terjadi artefak dan jika

ketebalan irisan semakn tipis maka gambaran cenderung akan

menjadi noise.

b. Range

Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice

thickness. Sebagai contoh untuk CT-Scan kepala, range yang

digunakan ada dua. Range pertama lebih tipis dari range kedua.

Range pertama meliputi irisan dari basis cranii hingga pars

petrosus dan range kedua dari pars petrosum hingga verteks.

Pemanfaatan dari range adalah untuk mendapatkan ketebalan

irisan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

c. Volume Investigasi

Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek

yang diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek

hingga batas akhir objek yang akan diiris semakin besar.

d. Field Of View

Field of view adalah diameter maksimal dari gambaran yang

akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada

pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan

resolusi gambaran karena dengan FOV yang kecil maka akan

mereduksi ukuran pixel (picture element). Sehingga dalam proses

rekonstruksi matriks hasil gambarannya akan menjadi lebih teliti.

23
Namun jika ukuran FOV terlalu kecil maka area yang mungkin

dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit dideteksi.

e. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung

(mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat

dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. Namun

kadang-kadang pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk

menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentang

antara 80-140 kV). Semakin tinggi kV maupun mA yang

digunakan maka noise akan semakin rendah.

f. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang

vertical dengan gantry (tabung sinar-x dan detector). Rentang

penyudutan antara -25 derajat sampai +25 derajat. Penyudutan

dari gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-

masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untik

mereduksi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitive

seperti mata.

g. Matrix

Matrix merupakan gabungan dari baris dan kolom. Untuk

saat ini matrix yang umum adalah 1024 x 1024 yang berarti 1024

baris dan 1024 kolom. Rekonstriksi matriks ini berpengaruh

24
terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi

matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusi yang akan

dihasilkan.

h. Algorithma

Algorithma dapat disebut juga dengan filter atau kernel.

Algorithma merupakan prosedur matematis oleh komputer yang

menghubungkan contrast resolution terhadap noise dalam suatu

gambaran. Beberapa produk CT-Scan masing-masing memiliki

kode berbeda untuk untuk menamai pilihan-pilihan untuk

algorithma. Tetapi pada prinsipnya pengaturan algorithma adalah

smooth/soft, standard, dan sharp. Smooth akan menghasilkan low

contrast resolution dengan noise yang rendah. Sebaliknya untuk

sharp menghasilkan high contrast resolution dan noise yang

tinggi. Sedangkan standard merupakan algorithma dengan

mengadopsi nilai contrast resoluton dan noise yang berimbang.

i. Pitch

Pitch hanya dijumpai pada CT-Scan jenis spiral. Pitch itu

sendiri merupakan hasil dari jarak pergerakan meja per rotasi

dibagi dengan slice thickness. Jika jarak per rotasi adalah 10 mm

dan slice thickness juga 10 mm maka dikatakan pitch = 1.

Fenomena pitch dapat dijelaskan seperti sebuah per. Jika per itu

dibuat renggang maka akan semakin sedikit jumlah

uliran/gulungan untuk mencapai suatu jarak tertentu dan

25
sebaliknya jika pitch dibuat kecil atau gulungan direkatkan maka

untuk mencapai jarak tertentu akan membutuhkan jumlah

gulungan yang banyak. Jika nilai pitch <1 maka dikatakan

gulungan akan overlapping.

j. Increment

Masih berhubungan dengan slice thickness atau slice width,

increment dapat juga dikatakan sebagai interval. Increment dapat

didefinisikan sebagai jarak/gap antar slice. Jika increment

nilainya lebih kecil dari slice thickness maka dikatakan sebagai

overlapping. Jika nilainya sama dengan slice thickness, maka

tidak ada jarak antar slice atau berimpit. Nilai increment berkisar

pada rentang 0,1 – 10 mm.

k. Window Width dan Window Level

Window Width (WW) mengacu pada rentang nilai CT yang

dikonversi menjadi gray levels. Lebar window width

menunjukkan lebih banyak angka CT sebagai kelompok (skala

panjang atau kontras rendah). WW mengontrol kontras gambar

yang ditampilkan (lebar window width, kontras rendah seperti

pada foto thorax, window width sempit, kontras tinggi seperti

pada cranium).

Window level (WL) mengontrol brightness gambar atau

menentukan nilai CT yang merupakan nilai tengah (center) dari

26
window width. Window level biasanya ditentukan oleh kerapatan

jaringan yang paling banyak terjadi dalam struktur anatomi.

Gambar 5. Tabel nilai CT pada jaringan yang berbeda penampakannya pada

layar monitor (Bontrager, 2018)

D. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Kepala

1. Pengertian

Teknik pemeriksaan CT-Scan kepala adalah teknik pemeriksaan

secara radiologi untuk mendapatkan informasi anatomis irisan atau

penampang melintang kepala (Brooker, 1986).

2. Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2018)

a. Tumor, metastatic lesions, meningioma, glioma

b. Pusing

27
c. Circulatory patologi, cerebrovascular accident, aneurisma,

malformasi arteriveous

d. Inflamasi atau infeksi, meningitis, abses

e. Gangguan degeneratif, atrofi otak

f. Trauma, epidural dan subdural hematoma, fractur

g. Kelainan kongenital

h. Hidrocepalus

3. Persiapan Pemeriksaan

a. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-

instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan

harus diketahui dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan

menggunakan media kontras. Benda aksesoris seperti gigi palsu, rambut

palsu, anting-anting, penjempit rambut, dan alat bantu pendengaran

harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena

akan menyebabkan artefak. Untuk kenyamanan pasien mengingat

pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien

diberi selimut. (Brooker, 1986)

b. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan kepala

dibedakan menjadi dua, yaitu : (Seeram, 2001)

1) Peralatan steril

28
a) Alat-alat suntik

b) Spuit

c) Kassa dan kapas

d) Alkohol

e) Obat anastesi

2) Peralatan non steril :

a) Pesawat CT-Scan

b) Media kontras

c) Tabung oksigen

d) Apron

e) Standar infuse

f) Automatic Scanning

g) Selimut tebal

h) Head clam

i) Poster atau gambar dinding

4. Teknik Pemeriksaan

Teknik pemeriksaan CT-Scan kepala pada potongan axial adalah sebagai

berikut :

a. Posisi pasien :

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat

dengan gantry.

b. Posisi objek :

(1) Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder.

29
(2) Samping kiri dan kanan kepala pasien diberi pengganjal agar

kepala pasien tidak bergerak. Agar gambaran simetris kepala

diposisikan sehingga mid sagital plane kepala sejajar dengan

lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan

lampu indikator horizontal.

(3) Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh.

Gantry di sudutkan 200 terhadap canthomeatal line untuk

mengurangi penyinaran ke arah mata. (Seeram, 2001)

c. Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi pada pemeriksaan CT-Scan kepala adalah sebagai

berikut ; (Seeram, 2001)

1) Konsultasi kepada Radiolog apakah pemeriksaan CT-Scan benar-

benar tepat dilakukan.

2) Bagian tubuh yang tidak diperiksa dilindungi dengan apron.

3) Menggunakan teknik dosis rendah

4) Potongan axial dibuat dengan gantry menyudut 20o derajat

terhadap canthomeatal line untuk menghindari penyinaran pada

mata.

d. Parameter CT –Scan Kepala

1) Scanogram : kepala lateral

2) Range : dari basis cranii – vertex

3) Slice Thickness : 5 – 10 mm

4) Scan Time : 1 sekon

30
5) Gantry tilt : sudut gantry 250 chepalad terhadap Orbita

Meatal Line (OML)

6) kV : 120

7) mA : 150

e. Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala

1) Gambar Axial Pertama

Merupakan bagian paling superior dari otak yang disebut

hemisphere. Kriteria gambarnya adalah tampak :

a) Bagian anterior sinus superior sagital

b) Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)

c) Fissura longitudinal (bagian dari falks serebri)

d) Sulcus

e) Gyrus

f) Bagian posterior sinus superior sagital

Gambar 6. Posisi irisan otak Pertama (Bontrager, 2001)

31
Gambar 7. Irisan CT-Scan dengan jaringan otak (Bontrager, 2001)

2) Potongan Axial Keempat

Merupakan irisan axial yang keempat yang disebut tingkat medial

ventrikel. Kriteria gambarnya tampak:

a) Anterior corpus collosum

b) Anterior horn dari ventrikel lateral kiri

c) Nucleus caudate

d) Thalamus

e) Ventrikel tiga

f) Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)

g) Posterior horn dari ventrikel lateral kiri

Gambar 8. Posisi irisan otak 4 (Bontrager, 2001)

32
Gambar 9. Irisan CT-Scan dengan jaring otak (Bontrager, 2001)

3) Potongan Axial Kelima

Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial tiga.

Kriteria gambar yang tampak :

a) Anterior corpus collosum

b) Anterior horn ventrikel lateral kiri

c) Ventrikel tiga

d) Kelenjar pineal

e) Protuberantia occipital interna

Gambar 10. Posisi irisan otak 5 (Bontrager, 2001)

33
Gambar 11. Irisan CT-Scan dengan jaring otak (Bontrager, 2001)

4) Potongan Axial Ketujuh

Irisan ketujuh merupakan penggambaran jaringan dari bidang

orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan dengan

baik dalam CT-scan. Modifikasi-modifikasi sudut posisi kepala

dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah tampak :

a) Bola mata / occular bulb

b) Nervus optic kanan

c) Optic chiasma

d) Lobus temporal

e) Otak tengah

f) Cerebellum

g) Lobus oksipitalis

h) Air cell mastoid

i) Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid

34
Gambar 12. Posisi irisan otak 7 (Bontrager, 2001)

Gambar 2.14 Irisan CT-Scan dengan jaring otak (Bontrager, 2001)

35

Anda mungkin juga menyukai