Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN

SAINTIFIK PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII H
SMP NEGERI 07 JEMBER

APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL WITH


SCIENTIFIC APPROACH ON TOPIC STRAIGHT LINE TO
IMPROVE LEARNING ACHIEVEMENT IN 8t h H GRADE
SMP NEGERI 7 JEMBER

Robbi Cahyadi., Dafik, Dian Kurniati


Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
(UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: d.dafik@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII H SMP Negeri 7 Jember dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
melalui penerapan model Problem Based Learning dengan pendekatan Saintifik. Pendekatan Saintifik merupakan satu
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode ilmiah dalam
kegiatan belajar mengajar. Jenis penelitian ini ialah penelitian tindakan kelas. Pengumpulan data dalam
penelitianDengan mendasarkan pada langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis masalah (PBL) yang diantaranya
adalah (1) mengidendifikasi masalah, (2) melibatkan usaha guru dalam membimbing peserta didik dalam memecahkan
masalah, (3) peserta didik dibantu untuk memilih metode yang tepat untuk memecahkan masalah, dan (4) guru
mendorong peserta didik untuk menilai validitas solusi (Jacobsen dalam Yamin, 2013: 64). Penelitian ini menggunakan
metode observasi, wawancara, dan tes. Siklus I dan siklus II terdiri atas satu pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa di kelas VIII H SMP Negeri 7 Jember mengalami peningkatan. Skor rata-rata kemampuan
siswa pada siklus I ialah 2,67 sedangkan pada siklus II adalah 2,76. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model model Problem Based Learning dengan pendekatan Saintifik dapat meningkatkan dan hasil
belajar siswa di kelas VIII H SMP Negeri 7 Jember.

Kata Kunci: Model model Problem Based Learning dengan pendekatan Saintifik, Hasil
Belajar

Abstract
This Reseach was conducted in the class VIII H SMP Negeri 7 Jember with the aim of improving the learning
achievement to implementation of l Problem Based Learning model with Scientific Approach. Scientific Approach is an
approach that used in learning with based from scientific method in learning . This research is a classroom reasearch.
Collecting data in this research is based from Problem Based Learning such as is: (1) identification of problem,
(2) teacher helped student to include problem, (3) student helped to choice true method for include problem, and
(4) teacher push students to count the validity solution (Jacobsen in Yamin, 2013: 64). The reseach data collection
method used observation, interview, and test. First cycle and second cycle were covered in two meeting. The
reseach result show that student motivation and learning achievement in the class VIII H SMP Negeri 7 Jember
improved. Mean score of students ability in first cicle was 2,67 and second cicle was 2,76. From that data, it could be
concluded that learning Problem Based Learning Model with Scientific Approach could improve learning achievement
in the class VIII H SMP Negeri 7 Jember.

Keywords: Problem Based Learning Model with Scientific Approach, Learning Achievement

PENDAHULUAN kemampuan yang sangat menentukan dalam menunjang


Pada proses pembelajaran, kreativitas memiliki peran keberhasilan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang sangat penting karena kreativitas merupakan salah satu Yamin [4] yang menyatakan bahwa, kreativitas erat
hubungannya dengan berpikir kreatif atau berpikir
divergen, yaitu memberikan bermacam-macam kemungkinan Pg = persentase keaktifan guru
jawaban atau pemecahan masalah berdasarkan informasi
yang diberikan dan mencetuskan banyak gagasan terhadap Ag = jumlah skor yang diperoleh guru
suatu persoalan mencoba menghasilkan sejumlah N = jumlah skor seluruhnya (skor maksimal)
kemungkinan jawaban atau pemecahan masalah.
Mengingat pentingnya mempelajari matematika, maka Data hasil perhitungan di atas kemudian
dalam proses belajar mengajar, guru sangat berperan dan dikualifikasikan dengan ketentuan pada tabel 3.1 berikut.
mempunyai kewajiban untuk membimbing dan melatih siswa Tabel 3.1 Kualifikasi Persentase Aktifitas Guru
untuk memahami dan memecahkan masalah pada
matematika. Oleh sebab itu pada proses pembelajaran Persentase Motivasi Kriteria
matematika di kelas, guru perlu melakukan penekanan
terhadap konsep-konsep matematika melalui pengalaman Pg ≥ 80,00 % Sangat Baik
sehari-hari. Dengan demikian, kemampuan pemecahan
masalah dan kreatifitas sangat penting sebagai bekal bagi 60,00 % ≤ Pg <80,00% Baik
peserta didik untuk mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya sehingga aspek kreatifitas dan kemampuan 40,00 % ≤ Pg <60,00% Cukup Baik
pemecahan masalah ini harus terus di kembangkan.
20,00 % ≤ Pg <40,00% Kurang Baik
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
pendapat di atas adalah scientific approach. [3] menyatakan Pg <20,00% Kurang Sekali
scientific approach adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang 2. Analisis Aktivitas Guru
bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori Keaktifan guru dapat dilihat dari ceklist pada
tertentu. Kemendikbud [2] memberikan konsepsi tersendiri lembar observasi selama proses pembelajaran
bahwa scientific approach dalam pembelajaran di dalamnya
berlangsung, persentase keaktifan guru (P2) tersebut
mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar,
mencoba/mencipta, menyajikan/ mengkomunikasikan. ditentukan dengan menggunakan rumus :
Pendekatan ini mengacu pada teknik investigasi terhadap x 100%
P
beberapa gejala untuk memperoleh pengetahuan baru dan A
=r U
r
mengaitkan dengan pengetahuan yang telah didapat
N
sebelumnya.
Keterangan:
Penelitan ini bertujuan mengkaji penerapan scientific Ps = persentase keaktifan siswa
approach dalam pembelajaran matematika pada sub pokok
As = jumlah skor yang diperoler siswa
bahasan persamaan garis lurus dan gradien. Selain itu juga
bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peningkatan N = jumlah skor seluruhnya (skor maksimal)
hasil belajar siswa setelah menggunakan scientific approach.
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian Data hasil perhitungan di atas kemudian
antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), angket dikualifikasikan dengan ketentuan pada tabel 3.2 berikut.
respon siswa, lembar aktivitas guru, lembar aktivitas siswa, Tabel 3.2 Kualifikasi Persentase Aktifitas Siswa
pedoman wawancara dan Tes Hasil Belajar (THB).
Persentase Motivasi Kriteria
METODE PENELITIAN
Pr ≥ 80,00 % Sangat Baik
Tempat penelitian yang dipilih adalah SMP Negeri 7
Jember. Waktu penelitian ini direncanakan untuk dilakukan
60,00 % ≤ Pr <80,00% Baik
pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK. Arikunto [1]
40,00 % ≤ Pr <60,00% Cukup Baik
menerangkan bahwa penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di 20,00 % ≤ Pr <40,00% Kurang Baik
kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Pr <20,00% Kurang Sekali
Selain itu, PTK (Penelitian Tindakan Kelas) merupakan
penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan bertujuan [2]
untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
3. Analisis Data Hasil Wawancara
1. Analisis Angket Motivasi Siswa
Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif.
P = x 100% Analisis terhadap hasil wawancara dengan siswa
Un g g diharapkan dapat membantu untuk mengetahui hal-hal
N apa saja yang dirasakan selama pembelajaran, hambatan-
Keterangan:
hambatan yang dialami, juga masukan yang positif guna g) Menemukan sifat atau pola dari suatu gejala
memperbaiki pembelajaran berikutnya. matematis untuk membuat generalisasi.
4. Analisis Data Angket Respon Siswa
Angket dibagikan kepada seluruh siswa kelas VIII H HASIL DAN PEMBAHASAN
SMP Negeri 07 Jember yang menjadi subjek penelitian.
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui Hasil Penelitian
respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan 1) Siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan pada hari
model pembelajaran problem based learning. Kamis, 17 Desember 2015 selama 2 x 45 menit. Subjek
Angket respon siswa menggunakan jawaban “setuju”, penelitian berjumlah 43 orang yang terdiri dari satu guru
“kurang setuju”, dan “tidak setuju”. “setuju” diberi skor 1, matematika, 17 siswa putra, dan 25 siswa putri. Dalam
“kurang setuju” diberi skor 0,5 dan “tidak setuju” diberi skor penelitian tindakan kelas ini , pemgumpulan data
0. Untuk mengaualisa hasil angket respon siswa digunakan instrumen dilakukan oleh mahasiswa peneliti sendiri
rumus untuk mencari persentase sebagai berikut. yang bekerja sama dengan guru pengampu matematika
kelas 2 H.
x 100% 2) Kegiatan belajar mengajar dilakukan guru dengan
P=
A
N menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan
Keterangan : membagi siswa menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 4-
5 siswa yang sama pada siklus I. Guru melakukan
Pr = persentase rata-rata tiap indikator angket respon siswa
tahapan-tahapan yang ada dalam pembelajaran berbasis
Ar = skor total tiap indikator angket respon siswa masalah dengan baik, hal ini dapat diketahui dari skor
rata-rata pengamatan berbasis masalah untuk guru
N = jumlah siswa
sebesar 2,83. Guru menyampaikan pendekatan
Data hasil perhitungan di atas kemudian pembelajaran yang akan digunakan, bimbingan guru
dikualifikasikan dengan ketentuan pada tabel 3.3 berikut. terhadap siswa sudah merata sehingga ada 3 kelompok
a) Table 3.3 Kualifikasi Persentase Angket Respon Siswa yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik,
pengelolaan waktu oleh guru sudah baik, guru sudah
Persentase Aktivitas Siswa Kriteria cukup baik dalam memotivasi siswa untuk
mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok
P2 ≥ 66,67 % Tinggi sehingga ada satu siswa yang mewakili kelompoknya
untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah.
33,33 % ≤ P2 <66,67% Sedang 3) Skor rata-rata dari rata-rata skor sikap kreatif siswa
hasil observasi yang dilakukan sebesar 2,29 dengan skor
P2 <33,33% Rendah rata-rata dari rata-rata skor maksimum 4, skor rata-rata
dari rata-rata skor berpikir kreatif siswa hasil observasi
[2] yang dilakukan sebesar 2, 80 dengan skor rata-rata dari
rata-rata skor maksimum 4, skor rata-rata dari rata-rata
5. Indikator Keberhasilan skor kemampuan siswa hasil angket adalah 2, 73 dengan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: skor rata-rata dari rata-rata skor maksimum 4, skor rata-
rata dari rata-rata skor motivasi siswa dalam
5.1 Pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL berjalan pembelajaran hasil angket adalah 2, 99 dengan skor rata-
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). rata dari rata-rata skor maksimum 4, skor rata-rata dari
5.2 Adanya peningkatan rata-rata kemampuan penalaran rata-rata skor angket minat dan perilaku siswa sebesar 2,
matematis siswa dari siklus I ke siklus II sehingga 70 dengan skor rata-rata maksimum 4.
berada pada kualifikasi tinggi. 4) Hasil angket refleksi siswa terhadap pembelajaran,
Adapun indikator dari kemampuan penalaran adalah diketahui bahwa siswa merasa pembelajaran berbasis
sebagai berikut: masalah ini menyenangkan dan jelas, mereka senang
dengan model kerja kelompok, mereka senang dengan
a) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, penyajian hasil kerja kelompok, evaluasi yang diberikan
gambar. kepada mereka menarik dan memotivasi mereka untuk
b) Mengajukan dugaan. lebih maju, mereka lebih berani dalam bertanya dan
menyampaikan pendapat.
c) Melakukan manipulasi matematika.
Dari hasil observasi sikap kreatif, berpikir kreatif dan
d) Memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. angket kemampuan diperoleh skor rata-rata dari rata-rata
e) Menarik kesimpulan dari pernyataan. skor kemampuan siswa sebesar 2, 76 dengan skor rata-
rata dari rata-rata skor maksimum 4. dan 30, 95% siswa
f) Memeriksa kesahihan suatu argumen
cukup kreatif, 69, 05 % siswa kreatif.
Pembahasan 11) Hasil observasi sikap kreatif, berpikir kreatif dan
angket kemampuan diperoleh skor rata-rata dari rata-rata
1) Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas didasarkan
skor kemampuan siswa sebesar 2,66 dengan skor rata-
atas hasil penelitian dan catatan peneliti selama melakukan
rata dari rata-rata skor 4. dan 33, 33% siswa cukup
penelitian.
kreatif, 66, 67 % siswa kreatif.
2) Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah cukup baik,
12) Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa indikator
menurut peneliti adalah 2, 2 dari skor maksimum 4. Namun
kinerja 1 belum tercapai pada siklus I, sedangkan
ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki dalam siklus I
indikator 2 sudah tercapai. Dan untuk indikator kinerja 3
ini, yaitu penyampaikan pendekatan pembelajaran yang akan
belum dapat diketahui, yang dapat diketahui pada siklus
digunakan, karena ini dapat memotivasi siswa dan untuk
II.
kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
13) Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah siklus II
3) Bimbingan yang diberikan guru kurang merata sehingga
sudah baik, menurut peneliti adalah 2, 83 dari skor
ada 2 kelompok dari 10 kelompok yang dapat menyelesaikan
maksimum 4 (lampiran 20). Guru sudah menyampaikan
permasalahan yang diberikan dengan baik. Guru tidak
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
memberikan bimbingan kepada siswa saat menuliskan hasil
bimbingan yang diberikan guru sudah merata sehingga
pemecahan masalah pada lembar presentasi, sehingga tulisan
ada 3 kelompok yang dapat menyelesaikan permasalahan
siswa terlalu kecil dan tidak dapat terbaca dengan baik oleh
yang diberikan dengan baik. Guru memberikan
siswa yang duduk di belakang.
bimbingan kepada siswa saat menuliskan hasil
4) Guru kurang dalam memotivasi siswa dalam pemecahan masalah pada lembar presentasi, sehingga
mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok, tulisan siswa terbaca dengan baik oleh siswa yang duduk
akibatnya dalam siklus I tidak ada siswa yang berani di belakang.
mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
14) Guru sudah cukup baik memotivasi siswa dalam
pemecahan masalah, namun guru sudah mengarahkan dan
mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok,
membimbing siswa untuk menarik kesimpulan pembelajaran
akibatnya dalam siklus II ada satu siswa yang berani
yang dilakukan.
mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
5) Menurut peneliti, kerjasama siswa pada siklus 1 masih pemecahan masalah, guru sudah mengarahkan dan
belum baik, siswa belum terbiasa bekerja kelompok, sehingga membimbing siswa untuk menarik kesimpulan
siswa masih belum dapat mengorganisasikan tugas kelompok pembelajaran yang dilakukan.
dan diskusi dengan baik.
15) Menurut peneliti, kerjasama siswa pada siklus II
6) Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih semakin baik, siswa sudah terbiasa bekerja kelompok,
belum baik, hanya 2 kelompok yang dapat menyelesaikan sehingga siswa sudah dapat mengorganisasikan tugas
permasalahan yang diberikan dengan baik sedangkan kelompok dan berdiskusi dengan baik.
kelompok yang lain belum dapat menyelesaikan
16) Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
permasalahan yang diberikan dengan baik. Dalam hal ini
semakin baik, ada 3 kelompok yang dapat menyelesaikan
faktor yang mempenggaruhi antara lain adalah kemampuan
permasalahan yang diberikan dengan baik, sedangkan
siswa sendiri, bimbingan guru yang belum merata dan bentuk
kelompok yang lain belum dapat menyelesaikan
soal cerita.
permasalahan yang diberikan dengan baik. Dalam hal ini
8) Menurut peneliti, sikap kreatif siswa pada siklus 1 cukup faktor yang mempenggaruhi antara lain; kemampuan
baik, yang diketahui dari kemampuan siswa dalam bekerja siswa sendiri dan bentuk soal cerita.
kelompok dan hasil pekerjaan rumah yang diberikan oleh
17) Sikap kreatif siswa semakin baik yang meningkat
guru, dengan skor rata-rata dari rata-rata skor sikap kreatif
dengan skor rata-rata dari rata-rata skor 2, 06 pada siklus
siswa hasil observasi yang dilakukan sebesar 2,06 dengan
I menjadi 2, 29 pada siklus II (lampiran 21), berpikir
skor rata-rata dari rata-rata skor maksimum 4.
kreatif siswa meningkat dengan skor rata-rata dari rata-
9) Berpikir kreatif siswa pada siklus I sudah cukup baik yang rata skor 2, 33 pada siklus I menjadi 2, 80 pada siklus II
diketahui dari hasil evaluasi yang diberikan dan hasil kerja (lampiran 22), Namun terjadi sedikit penurunan yaitu
kelompok dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan , berupa motivasi siswa dengan skor rata-rata dari rata-rata
dengan Skor rata-rata dari rata-rata skor berpikir kreatif skor 2, 79 pada siklus I menjadi 2, 73 pada siklus II
siswa hasil observasi yang dilakukan sebesar 2,33 dengan (lampiran 23) dan minat perilaku siswa dalam
skor rata-rata dari rata-rata skor maksimum 4. pembelajaran dengan skor rata-rata dari rata-rata skor
3,02 pada siklus I menjadi 2, 99 (lampiran 24), dalam hal
10) Hasil angket kreativitas siswa menunjukkan motivasi
ini faktor yang mempengaruhi adalah pengisian angket
siswa tinggi, minat siswa dan perilaku siswa dalam kegiatan
yang dilakukan oleh siswa sendiri dan waktu pengisian.
belajar mengajar baik, dengan skor rata-rata dari rata-rata
Namun secara keseluruhan hasil angket kemampuan
skor angket kemampuan siswa sebesar 2, 69 dari skor rata-
siswa meningkat.
rata dari rata-rata skor maksimum 4.
18) Hasil observasi sikap kreatif, berpikir kreatif dan
angket kemampuan meningkat dengan skor rata-rata dari
rata-rata skor kemampuan siswa sebesar 2, 66 pada siklus I
menjadi 2, 76 pada siklus II (lampiran 26). dan 33, 33%
siswa cukup kreatif, 66, 67 % siswa kreatif pada siklus I
menjadi 30, 95% siswa cukup kreatif, 69, 05% siswa kreatif
(lampiran 27).
19) Menurut peneliti, indikator kinerja dalam penelitian
sudah tercapai pada siklus II. Namun demikian setelah
penelitian ini guru masih perlu memberikan latihan-latihan
soal pada siswa, dan siswa perlu mendapatkan materi
pengayaan sehingga siswa lebih terampil dalam mengerjakan
soal persamaan garis lurus.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh
simpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah yang telah
dilaksanakan di kelas VIII H SMP Negeri 7 Jember dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat terlihat dari
skor rata-rata dari rata-rata skor kemampuan siswa dari
siklus I adalah 2,67 sedangkan pada siklus II adalah 2,76.
Saran
Pembelajaran matematika berbasis masalah perlu
dilaksanakan oleh guru karena dengan pembelajaran
matematika berbasis masalah siswa terlatih untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi dengan
cermat sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah.Untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, kerja sama siswa, kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan jugamembuat suasana
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga
memotivasi siswa untuk terus maju maka perlu diterapkan
scientifik pembelajaran matematika berbasis masalah.
Dalam pembelajaran, guru dituntut untuk lebih kreatif
sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran.Penerapan hasil karya dan presentasi hasil
karya sangat baik diterapkan dengan bantuan guru sebagai
fasilitator dan mediator dalam pembelajaran karena dapat
meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapat.
DAFTAR PUSTAKA

[1]Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah


Pertama; Mata Pelajaran Matematika. Jakarta.
Depdiknas.
[2]Sudjana, Nana. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[3]Suherman, Eman. 2001. Strategi Pembelajaran Matenatika
Kontemporer. Bandung: JICA.
[4]Supriadi, Dedi. 1997. Kreativitas, Kebudayaan, dan
Perkembangan Iptek. Bandung: CV DWI RAMA.

Anda mungkin juga menyukai